Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

KEGAWATDARURATAN OBSTETRIC: TRAUMA


KEHAMILAN

(diajukan untuk memenuhi stase kegawat daruratan)

Disusun Oleh:

1. Moch Iqbal Bachtiar (J.0105.20.00)


2. Novita Triyani (J.0105.20.022)
3. Yuli Yani (J.0105.20.034)
4. Yuni Muhimah (J.0105.20.035)

PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2020-2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami


menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-NYA
mungkin kelompok tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi muhammad
SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang materi
KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN TRAUMA
KEHAMILAN , yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh Kelompok dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN


PADA PASIEN TRAUMA KEHAMILAN” walaupun makalah ini mungkin kurang
sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca..

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelompok
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Cimahi, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

A. Definisi Trauma Kehamilan.........................................................................................1

B. Etiologi Trauma Kehamilan.........................................................................................1

C. Klasifikasi Trauma Kehamilan.....................................................................................3

D. Manifestasi Klinis Trauma Kehamilan...............................................................7

E. Patofisiologi........................................................................................................9

F. Pemeriksaan diagnostic....................................................................................10

G. Dampak Trauma pada Kehamilan dan Persalinan............................................12

H. Pengaruh perubahan psikologis normal pada pasien hamil dengan trauma


Error! Bookmark not defined.

I. Komplikasi........................................................................................................13

J. Penatalaksanaan................................................................................................14

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN MATERNITAS TRAUMA KEHAMILAN......................19

A. Pengkajian........................................................................................................19

B. Daignosa...........................................................................................................32

C. Intervensi..........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................35
LAPORAN PENDAHULUAN KEGAWATDARURATAN
OBSTETRIC : TRAUMA KEHAMILAN

A. Definisi Trauma Kehamilan


Menurut American College of Obstetricans and Gynecologist
(1998) Trauma adalah tekanan atau perlukaan yang ditimbulkan baik oleh
benda tajam maupun benda tumpul yang dapat mencederai janin maupun
ibu itu sendiri.yang dapat berdampak pada trauma secara fisik ataupun
psikis.

Trauma adalah cedera atau rudapaksa atau kerugian psikologis


atau emosional ( Dorland, 2002)

Trauma kehamilan adalah cedera pada kehamilan, dapat berupa


trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja  (Smeltzer, 2001)

B. Etiologi Trauma Kehamilan


Ada banyak faktor yang menyebabkan trauma pada wanita hamil, baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Antara lain :
a. Trauma Fisik
a) Adanya benturan keras
- KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga )
Saat terjadi pertengkaran atau perselisihan dalam rumah tangga,
serinh kali ibu hamil menjadi korban pukulan atau kekerasan
yang mempunyai dampak pada kandungannya. Pemerkosaan
atau kekerasan seksual yang kadangkala bisa saja
terjadi.Contoh yang sering terjadi adalah pukulan langsung ke
perut,maupun tidak sengaja terjatuh.
- Kecelakaan kendaraan bermotor
Kecelakaan ini sering memberi dampak trauma pada
kandungan ibu hamil secara tidak sengaja dan hal ini bisa
mengakibatkan dampak yang ringan maupun berat. Dampak
ringan dapat berupa memar, laserasi dan kontusio. Sedangkan
dampak yang lebih berat berupa patah tulang panggul dan patah
tulang rusuk.
- Jatuh
- Luka tembak/luka tusuk
b) Zat- zat kimia
- Konsumsi obat-obatan yang dapat membahayakan janin
khususnya usia kehamilan muda.misal obat
cloramphenicol,diazepam,dll.
- Terkena atau tersiram air keras.dll
b. Trauma Psikis
a) Faktor usia kehamilan
Semakin muda usia kehamilan ibu,semakin rawan pula terjadi
trauma psikologis akibat belum matang nya kesiapan mental yang
dapat mengganggu perkembangan janin dan ibu.misal pada ibu
primigravida lebih mudah terjadi trauma daripada ibu multi
gravida yang sudah berpengalaman.
b) Faktor pola hidup
Wanita hamil yang memiliki pola hidup sehat,tidak merokok,bebas
alkohol dan narkotika. akan lebih memiliki kematangan mental
yang lebih siap dalam menghadapi perubahan dalam kehamilan
c) Faktor Sosial Budaya
Hubungan intrapersonal yang baik dan dukungan yang cukup dari
keluarga akan menghindarkan dari tekanan dan tingkat stress yang
berlebihan yang memicu timbulnya trauma psikologis.
d) Faktor Ekonomi
Tingkat ekonomi yang rendah akan memiliki tingkat stressor yang
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki
tingkat ekonomi berkecukupan,dan akan berdampak pada
terjadinya minim terjadinya tingkat trauma psikologis.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan
kembali mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana
hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat
mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin,
aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain.
Trauma, stres, atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan
gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pening, mual
atau merasa malas.
C. Klasifikasi Trauma Kehamilan
1. Trauma tumpul
1) Trauma fisik
1. Trauma minor
Merupakan trauma yang ringan yang terjadi pada kehamilan.
Biasanya disebabkan karena jatuh, pukulan langsung ke perut
dan kecelakaan kendaraan bermotor. Hal ini menyebabkan
memar, laserasi dan konstusio.
2. Trauma mayor
Trauma sedang sampai dengan berat. Lebih sering
menyebabkan kritis pada kehamilan. Dampaknya dapat berupa
patah pada tulang rusuk, patah tulang panggul. Bahkan tidak
jarang ibu hamil datang ke UGD sudah dalam kondisi yang
kritis.
2) Penganiayaan seksual
Trauma fisik terkait lebih jarang dijumpai daripada korban
perkosaan yang tidak hamil, dan hanya sepertiga serangan terjadi
setelah kehamilan 20 minggu.Dari segi forensik, pengumpulan
bukti tidak mengalami perubahan. Satin dkk (1992) juga
mewawancarai 2404 wanita pascapartum dan mendapatkan bahwa
prevalensi kontak seksual paksa seumur hidup adalah 5%.

3) Kecelakaan lalu lintas


Kecelakaan mobil merupakan penyebab tersering dari kematian
ini, yang dapat dicegah dengan menggunakan sabuk pengaman tiga
titik.Memang, Pearlman dkk (2000) mendapatkan bahwa
pemakaian sabuk pengaman yang benar serta keparahan tabrakan
merupakan predicator terbaik hasil ibu-janin.Meski demikian,
Pearlman dan Phlipis (1996) mendapatkan bahwa sepertiga wanita
tidak menggunakan nya dengan benar saat hamil.Demikian juga,
Tyroch dkk (1999) melaporkan bahwa walaupun 86 %
menggunakan sabuk selagi hamil, hampir separuh dari mereka
salah mengenakannya.
4) Trauma tumpul lainnya
Sebagian dari kasus umum trauma tumpul adalah jatuh dan
penyerangan yang parah (Luger dkk, 1995).Bentuk-bentuk trauma
tumpul yang lebih jarang adalah cedera ledakan atau cruh injury
(Awwad dkk, 1994).Cedera intra-abdomen yang serius merupakan
hal yang dikhawatirkan dan mungkin berkaitan dengan
peningkatan mencolok vaskularitas panggul dan abdomen,
perdarahan retroperitoneum lebih sering dijumpai dibandingkan
dengan pada wanita tidak hamil.Sebaliknya, cedera usus lebih
jarang karena efek protektif dari uterus yang berukuran
besar.Mungkin juga terjadi cedera diafragma, hati dan ginjal (Flick
dkk, 1999 ; Icely dan Chez, 1999).1
5) Solusi plasenta traumatic
Terlepasnya plasenta kemungkinan disebabkan oleh deformasi
miometrium elastic di sekeliling plasenta yang relative tidak elastic
(Crosby dkk, 1968).Solusio menjadi penyulit pada 1 sampai 6%
cedera “minor” dan sampai 50% cedera “mayor” (Goodwin dkk,
1990 ; Pearlman dkk, 1990).Reis dkk (2000) mendapatkan bahwa
solusio lebih sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas dengan
kecepatan lebih dari 30 mil/ jam.1
6) Ruptur uteri
Hal ini jarang terjadi pada trauma tumpul dan dijumpai pada
kurang dari 1% kasus parah.Kelainan ini biasanya disebabkan oleh
tumbukan langsung oleh suatu gaya yang cukup besar.Temuan-
temuan mungkin serupa dengan temuan pada solusio plasenta,
sedangkan perburukan keadaan ibu dan janin segera tampak.Dash
dan lupetin (1991) melaporkan satu kasus kehamilan 24 minggu
yang diagnosis rupture traumatic uterusnya dipastikan dengan CT
scan.
7) Perdarahan janin-ibu
Apabila trauma menimbulkan gaya yang cukup besar pada
abdomen, dan terutama apabila plasenta mengalami laserasi, dapat
terjadi perdarahan janin-ibu yang mengancam nyawa (Pritchard
dkk, 1990).Pada 10 sampai 30 % kasus trauma, sedikit banyak
dijumpai perdarahan dari sirkulasi janin ke ibu (Goodwin dan
Breen, 1990 ; Pearlmen dkk, 1990).Namun, pada 90% kasus-kasus
ini perdarahan yang terjadi kurang dari 15 ml.Kami menjumpai
tiga kasus perdarahan masif janin ke ibu pada delapan wanita
dengan solusio traumatik.
Perdarahan ini tampaknya disebabkan oleh solusio plasenta karena
biasanya tidak terjadi perdarahan janin ke dalam ruang antarvilus.
Perdarahan janin lebih mungkin disebabkan oleh robekan atau
“fraktur” plasenta akibat peregangan.Pada tiga kasus perdarahan
janin yang masif di atas, dua diakibatkan oleh laserasi plasenta dan
bayinya lahir mati.
8) Cedera janin
Menurut Kissinger dkk (1991), risiko kematian janin akibat trauma
cukup bermakna apabila terjadi cedera fetoplasenta langsung, syok
ibu, fraktur panggul, cedera kepala ibu, atau hipoksia.Walaupun
cedera dan kematian janin jarang terjadi, banyak laporan kasus
manarik yang menyajikannya.Cedera tengkorak dan otak janin
adalah yang tersering.Cedera-cedera ini lebih mungkin terjadi
apabila kepala sudah cakap, dan panggul ibu mengalami fraktur
akibat tumbukan (Palmer dan Sparrow, 1994).Sebaliknya, cedera
kepala janin, mungkin akibat countercoup, dapat terjadi pada
puncak kepala yang belum cakap atau presentasi selain puncak
kepala.Weyerts dkk (1992) melaporkan bahwa seorang neonates
dengan paraplegia dan kontraktur yang disebabkan oleh suatu
kecelakaan lalu lintas beberapa bulan sebelum lahir.
2. Trauma Psikis
Trauma psikis sangat mungkin terjadi dialami pada masa awal
kehamilan karena masa awal kehamilan merupakan masa yang rentan
terjadinya tingkat kestresan yang tinggi yang di pengaruhi beberapa
faktor yaitu perubahan hormonal,perubahan fisik ibu hamil yang butuh
penyesuaian diri. Adapun trauma psikis tersebut adalah berupa
kecemasan, kegusaran, dan perasaan panik yang berlebihan.
3. Trauma tembus/tajam
Luka tusuk dan tembakan merupakan cedera tembus yang tersering
dijumpai dan mungkin diakibatkan oleh penyerangan yang parah,
usaha bunuh diri, atau upaya untuk melakukan abortus.Insidens cedera
visera akibat trauma tembus hanyalah 15 sampai 40% dibandingkan
dengan 80 sampai 90% pada orang tidak hamil.Apabila uterus
mengalami luka tembus, janin lebih besar kemungkinannya
mengalami cedera lebih serius dibandingkan dengan ibunya.Memang
walaupun janin mengalami cedera pada dua pertiga kasus semacam
ini, cedera visera pada ibu hanya dijumpai pada 20%.
 Tiga hal yang dapat diamati adalah :
1. Apabila luka masuk terletak di punggung atau abdomen atas,
akan terjadi cedera visera.
2. Apabila luka masuk terletak di anterior dan di bawah fundus
uterus, tidak dijumpai cedera visera pada keenam wanita
tersebut.
3. Kematian perinatal terjadi pada separuh kasus dan disebabkan
oleh syok ibu, cedera utero plasenta, atau cedera langsung
pada janin.
D. Manifestasi Klinis Trauma Kehamilan
Trauma fisik Trauma psikis
- Adanya memar a. Reaksi Cemas
- Laserasi pada jaringan tubuh Terjadinya takut,Cemas
- Odeme,/pembengkakan dan panic berlebihan ibu
daerah tertentu yang hamil pada hal-hal yang
mengalami wajar. terjadi di trimester 1
trauma/perlukaan. dalam kurun waktu yang
- Terjadi perdarahan, singkat tanpa sebab yang
pecahnya ketuban, atau jelas.
terjadinya kontraksi Kecemasan baru terlihat
sebelum waktunya. apabila wanita tersebut
- Bisa saja terjadi syok mengungkapkanya karena
neurologic,dan hipovolemic gejala klinik yang
jika perdarahan tersebut ada,sangat tidak spesifik
tidak segera ditangani. (tremor,berdebar-
- Patah tulang/ fraktur, patah debar,kaku
pada tulang rusuk, patah otot,gelisah,mudah
tulang panggul. lelah,insomnia)
Timbulnya gejala – gejala
somatic akibat hiperaktifitas
otonom (palpitasi,sesak
nifas,rasa dingin di telapak
tangan,berkeringat,pusing,ra
sa terganjal pada leher)
b. Reaksi Panik
Ditandai dengan rasa takut
dan gelisah yang sangat
hebat,terjadi dalam periode
yang relative singkat dan
tanpa sebab sebab jelas.
Pasien mengeluhkan nafas
sesak,telinga
berdenging,jantung
berdebar,mata kabur.
Pemeriksaan fisik
menunjukan gelisah dan
ketakutan,muka
pucat,pernapasan
pendek,takhikardia.
c. Reaksi hipersensitif
Ibu hamil menjadi lebih
peka perasaanya seperti
mudah tersinggung.
Mudah terpancing emosi
marah,dan menangis
Kadangkala ibu lebih
memilih menyendiri

E. Patofisiologi
a) Trauma fisik
Trauma ini terjadi karena Adanya benturan , kecelakaan atau
kekerasan yang dapat mengakibatkan memar, laserasi dan kontusio
yang ahirnya dapat membuat perdarahan dan yang lebih parahnya bisa
membuat patah tulang panggul dan rusuk karena jatuh , dan dari obat-
obatan juga bisa menyebakna bayi meninggal dunia misalkan obat
cloramphernicol yang dapat menghambat pertumbuhan janin dan
diazepam yang dapat membuat relaksasi otot otot Rahim yang dapat
menyebabkan keguguran.
b) Trauma psikis
Trauma ini bisa terjadi karana belum matang nya kesiapan mental
untuk hamil, factor pola hidup faktor social dan factor ekonomi yang
dapat mengakibatkan tekanan pada ibu dan cemas yang berlebihan
yang ahirnya dapat menyebabkan pertumbuhan janin yang terganggu
atau bahkan dapat menyebabkan post partum blues
F. Pathway
G. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk deteksi dini akibat trauma
kehamilan, yaitu antara lain :
1. USG
Melalui USG dokter menjadi lebih mudah untuk mempelajari bentuk
serta ukuran anatomis, gerak serta hubungan jaringan dengan
sekitarnya. Karena setelah dibandingkan dengan alat penunjang
pemeriksaan lainnya, USG memiliki beberapa keunggulan untuk
membantu dokter dalam mendiagnosa pasiennya secara cepat, aman,
invasif dengan nilai diagnostik yang tinggi.
2. DPL ( Diagnostic Peritoneal Lavage )
DPL ini dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan pada
rongga usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu.
Tetapi DPL ini hanyalah alat diagnostic
3. CT scan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang
kuat antara suatu kelainan, yaitu :Gambaran lesi dari tumor, hematoma
dan abses Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya
vaskularisasi dan infark.
4. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
MRI dilakukan untuk mengevaluasi : Organ dada dan perut termasuk
jantung, hati, saluran empedu,ginjal, limpha dan pankreas serta
kelenjar adrenalin. Organ panggul termasuk pada organ reproduksi
pada pria ( prostat dan testikel ) dan perempuan
5. Ultrasonogram dan monitoring detak jantung janin
Pasien muda yang sehat lebih mudah terkena shock yang berpengaruh
ke sistem kardiovaskular.Ultrasonogram obstetric dapat menunjukkan
usia kehamilan dan posisi janin serta plasentanya.Beberapa penelitian
menyatakan bahwa USG dan Fetal Heart Rate Monitoring adalah suatu
kombinasi paling efektif untuk mendeteksi komplikasi akibat trauma
ada ibu hamil.
6. Kheihauer betke test dan Tes Laboratoriumi
Tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya sel darah janin di serum
ibunya.Jika Rh negatif maka tetap mungkin terjadi perdarahan.
Solusinya tetap ada pemberian Rh Immunoglobulin. Namun di sisi lain
terdapat pula studi yang menyatakan tes ini hanya mempunyai
keefektifan yang rendah dalam kejadian trauma yang akut.
H. Dampak Trauma pada Kehamilan dan Persalinan
1) Pengaruh Pada Kehamilan
a) Trauma Fisik
 Mengganggu Perkembaangan janin serta kesehatan ibu hamil
 Memicu timbulnya Abortus pada Kehamilan
 Memicu timbulnya perdarahan pada kehamilan
 Menyebabkan timbulnya syock neurologic dan syok
hipovolemic pada ibu hamil,sehingga sirkulasi makanan dan
oksigen ke janin terhambat yang selanjutnya akan
mempengaruhi tumbuh kembang janin.
 Menyebabkan cacat permanen pada ibu ataupun cacat
congenital pada janin.
b) Trauma Psikis
Adapun pengaruh perasaan sedih dan frustasi yang berkepanjangan
dan mengakibatkan depresi yang seringkali tidak hanya berdampak
pada sakit secara mental namun dapat mengakibatkan sakit scara
fisik karena terganggunya organ – organ tubuh tertentu.yaitu :
 Mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi
adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung
yang tentunya memicu kerancauan system metabolisme yang
akan berpengaruh pada perkembangan janin.
 Depresi yang berkepanjangan ini dapat memicu terjadinya
komplikasi pada kehamilan muda antara lain:
 Resiko Abortus
 Resiko Hiperemesis gravidarum
 Resiko Kelahiran Premature
2) Pengaruh Pada Persalinan
a) Trauma Fisik
 Menyebabkan resiko janin tidak bisa lahir per-vaginam(partus
dengan bantuan/ secsio caesaria)
 Memicu timbulnya abortus
 Menyebabkan terjadinya persalinan pre-mature
 Menyebabkan ketuban pecah dini
 Meningkatkan resiko rupture uteri akibat trauma
 Meningkatkan terjadinya perdarahan akibat trauma
 Memicu terjadinya rupture uteri akibat trauma
 Memicu terjadinya inversio uteri/ prolapsus uteri
b) Trauma Psikis
 Stres dan cemas berlebihan akan menyebabkan kerja jantung
lebih cepat dalam mempompa darah,sehingga menyebabkan
penyempitan pembuluh darah / vasokonstriksi vaskuler,dan hal
ini menghambat pertukaran darah dan oksigen serta makanan
dari ibu ke janin,sehingga terjadilah Fetal Distress.
 Menyebabkan terjadinya distosia power pada proses persalinan
akibat minimnya motivasi ibu akibat trauma psikis tersebut
 Akibat distosia power tersebut memicu timbulnya prolonged
phase pada persalinan.
I. Komplikasi
a. Cedera ibu atau janin
b. Kematian ibu atau janin
c. Perdarahan fetomaternal
d. Persalinan dan partus yang premature
e. Rupture uteri

J. Penatalaksanaan
1. Trauma Fisik
Prinsip – prinsip tata cara pertolongan terhadap ibu hamil yang
mengalami trauma tidak berbeda dengan wanita tanpa kehamilan.
Yakni dengan selalu mensurvei ABCDEFGH:
a. Airway ( jalan nafas ) mendahulukan penyelesaian masalah di
jalan nafas
a) Kaji apakah pernafasan nya ada atau tidak
b) Lihat apakah ada trauma pada wajah, mulut, faring, leher, atau
dada
c) Apakah pasien mampu untuk berbicara atau tidak
d) Penurunan tingkat kesadran
e) Stridor saat inspirasi atau ekspirasi
Tidakan :
a) Berikan posisi yang memaksimalkan jalan nafas
b) Lakukan jaw thrust atau chin lift
c) Ambil benda asing atau lakukan suctuin untuk mengeluarkan
benda asing
d) Pasang nasofaring airway atau orofaring (jangan pernah
memasukan nasofaring airway pada pasein dengan trauma
wajah. Pertimbangkan nasofaring airway untuk pasein sadar
yang memerlukan bantuan)
e) Antisipasi dengan intubasi atau tehnik jalan nafas buatan
b. Breathing ( pernafasan ) karena disini letak atau posisi diafragma
berada lebih atas daripada wanita yang tidak hamil.
a) Kaji apakah ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pernfasan seperti emfisema atau asma
b) Dispneu, takinepnea, atau apneu
c) Pernafasan agonal ( pernafasan yang abnormal ditandai dengan
nafas yang tersengal-sengal )
d) Pernafasan d
e) Hasil gas darah arteri abnormal
Tindakan:
a) Berikan oksigen tambahan
b) Bantu dengan ventilasi menggunakan BAG-MASK
c) Lakukan dekompresi jarum atau selang dada tabung jika
terdapat indikasi
c. Circulation (sirkulasi atau aliran darah ibu) jangan sampai
menghambat vena cava, posisikan untuk miring atau fowler.
a) Denyut jantung <60 denyut per menit atau >100 denyut
permenit disertai indikasi adanya gangguan peredaran darah
b) Pulsasi dengan kekuatan atau kualitas abnormal (lemah dan
tidak teratur)
c) Perdarahan ekternal yang tidak terkontrol
d) Kulit pucat atau dingin, berkeringat
e) Tekana darah sistolik dibawah normal
f) Gelisah atau cemas
g) CRT > 2 detik
Tindakan:
a) Mulailah kompresi dada saat nadi tidak teraba
b) Kontrol perdarahan eksternal, jika ada perdarahan kita sebagai
tenaga kesehatan harus tanggap untuk segera memasang infuse
RL ,dan siapkan tranfusi set untuk persiapan tranfusi darah jika
sewaktu-waktu dibutuhkan
c) Mulai melakukan resusitasi cairan
d. Disability
a) Pupil anisokor atau lamban bereaksi atau gagal untuk bereaksi
b) Penurunan skor Glasgow Coma Scale, perubahan tingkat
kesadaran
c) Kelemahan pada satu atau di salah satu ekstermitas atau
hilangnya fungsi dari satu sisi atau satu ekstermitas
d) Postur abnormal
Tindakan:
a) Jaga kepala lurus dengna posisi kepala datar atau elevasikan 30
sampai 45 drjat
b) Pertimbangkan pemberian manitol (Osmitrol) untuk perubahan
tingkat kesaaran yang berhubungan dengan peningkatan tekana
intracranial
c) Kurangi rangsangan eksternal
e. Exposure
Sebagai bagian proses dari proses ini, tim yang menangani trauma
harus hati-hati melakukan penilaian adanya kelaianan bagian tubuh
yang terkena yang mungkin perlu memerlukan intervensi segera,
seperti luka trebukaatau fraktur, perdarahan yanhg tidak terkontrol
atau eviserasi.
f. Foley Cateter
Pemasangan foley cateter untuk mengevaluasi cairan yang masuk.
Input cairan harus dievaluasi dari hasil output cairan urine.
Outuput urine normal
 Dewasa : 0.5cc/kg bb/jam
 Anak : 1cc/kg bb/jam
 Bayi : 2cc/kg bb/jam
Namun pemasangan cateter tidak dapat dipasang pada penderita
adanya hematoma
g. Gastric Tube
Pemasangan gastric tube bertujuan untuk mengurangi distensi
lambung dan mencegah aspirasi jika terjaid muntah sekaligus
mempermudah dalam pemberian obat atau makanan.
Kontraindikasi pemasangan NGT adalah untuk penderita yang
mengalami fraktur basis crania atau diduga parah, jadi pemasanagn
kateter lambung melalui mulut atau OGT
h. Heart monitoring
Bertujuan untuk mementau EKG dan TTV pada ibu atau untuk
memantau DJJ pada janin
2. Trauma Psikis
a. Masa Kehamilan
Pada masa antenatal seleksi pasien dengan riwayat gangguan
psikologik harus dilakukan. Perhatikan pada pasien yang hamil
dengan riwayat gangguan psikis saat hamil dan persalianan / nifas
sebelumnya, karena kecendurungan gangguana psikis yang lebih
berat sangat tinggi. Dibutuhkan suatu komunikasi baik antara
tenaga kesehatan dengan pasien untuk kemudian dapat
memberikan saran dan psikoterapi yang memada. Beberapa
langkah dalam mengenali, mencegah, dan mengobati kalainan
psikis pada saat antenatal antara lain:
a) Buatlah suatau perencanaan bersama untuk mengenali kelainan
psikis pada ibu hamil. Dengan menyadari adanya kelainan
psikis ini, seluruh personil dapat memberikan terapi awal.
b) Berikan penjelasan tentang tahap – tahap persalinan / nifas
pada keluarganya.
c) Dengarkan dan berilah tanggapan apabila pasien menyataka
keluhannya. Lakukan pemeriksaan secara cermat. Apabila
diperlukan, periksalah pelengkap diagnostik dengan
laboratorium ataupun USG, foto rontgen, MRI, dan sebagainya
untuk mendapatkan keyakinan dan kemantapan langkah –
langkah kehamilan dan persalinan selanjutnya.
d) Ajaklah dan arahkan pasien dan keluarganya pada persiapan
untuk mengahadapi kemungkinan – kemungkinan penyulit
pada saat kehamilan dan persalinan sedemikian sehingga
pasien atau keluarganya mempunya kepercayaan yang tinggi
terhadap dokter / saran pelayanan yang ada. Informasi yang
jelas dan terbuka disertai dengan komunikasi yang baik dengan
suami dan keluarga ibu hamil tersbut akan merupakan
dukungan yang sanagt berarti.
b. Masa Persalinan
Keadaan emosional pada ibu bersalin sangat dipengaruhi oleh
timbulnya rasa sakit dan tidak enak selama persalinan berlangsung,
apalagi pada ibu hamil tersebut baru pertama kali melahirkan dan
pertama kali merawat dirumah sakit. Untuk itu, alangkah baiknya bila
ibu hamil tersebut sudah mengenal lebih baik keadaan ruang bersalin/
ruamah sakit dari segi fasilitas pelayanannya maupun tenaga
pelayanan yang ada.
Usahakan agar ibu bersalin tersebut berada dalam suasana yang hangat
dan femeliar walaupun berada di rumah sakit. Peran perawat yang
empati pada ibu bersalin sangat berarti. Keluhan dan kebutuhan –
kebutuhan yang timbul agar mendapatkan tanggapan yang baik.
Penjelasan tentang kemajuan persalinan harus dikerjakan dengan baik
agar ibu bersalain tidak jatuh dalam keadaan panik.
Peran suami yang sudah memahami proses persalunan bila berada di
samping ibu yang sedang bersalin sangat membantu pemantapan ibu
bersalin dalam menghdapai rasa sakit dan takut yang timbul.
KONSEP ASUHAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRIC
TRAUMA KEHAMILAN

A. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Tanggal :
Jam :
No. Reg :
Data Subyektif
a. Biodata
 Biodata pasien
Nama, jenis kelamin, usia tanggal lahir
 Biodata penanggung jawab
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.
b. Keluhan Utama
Biasanya ibu mengeluh nyeri
c. Riwayat prenatal, natal, dan postnatal
 Prenatal : Ibu mengalami kekerasan,
mengalami kecelakaan
 Natal : Lilitan tali pusat, Plasenta previa,
perdarahan, solusio plasenta,premature, partus
lama,
d. Kebutuhan dasar
 Pola nutrisi
 Pola eliminas
 Pola istirahat
 Pola aktivitas
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang menderita HT,penyakit
jantung,gangguan pembekuan darah atau yg lain.

b. Pengkajian primer
a) Airway

- Inspeksi secara
cepat &
1. Jalan napas paten?
menyeluruh
2. Penggunaan otot
orofaring, lakukan
bntu nafas ?
head til chin lift &
3. tdk terdapat suara jaw trust,
abnormal? hilangkan bnda yg
menghalangi jln
napas
- Pasang neck
collar/ servical
collar
- Lakukan intubasi
endotracheal

Penurunan fungsi kapasitas residu dan peningkatan kebutuhan


oksigen pada pasien hamil menyebabkan pasein rentan terjadi
hipoksia, khusunya pada saat intubasi endotracheal. Intubasi pada
wanita hamil lebih sulit dilakukan karena adanya perubahan-
perubahan fisik maupun fisiologis, seperti kenaikan berat badan,
edema mukosa saluran nafas, penurunan kapasitas residu
fungsional, kenaikan tahanan saluran nafas dan kebutuhan oksigen
yang meningkat. Kegagalan intubasi bisa mencapai 8 kali lebih
besar, sehingga dibutuhkan endotracheal tube dengan ukuran yang
lebih kecil. Karena pengosongan lambung terjadi lebih lambat,
asam lambung meningkat, pH menurun, relaksasi otot sfingter
esophagus bagian bawah, kompresi saluran gastrointestinal, maka
pemasangan nasogastic tube sebaiknya dilakukan untuk
menghindari aspirasi.

b) Breathing

1. Periksa frekuensi napas?


2. Perhatikan gerakan
respirasi Memberikan
3. Palpasi thorak oksigen dengan
konsentrasi tinggi
4. Auskultasi suara napas?
5. Deviasi trakea
6. Perkusi dinding thorak

Pasokan oksigen 100% dengan kecepatan tinggi harus diberikan


yang bisa menjamin saturasi oksigen >95%. Volume ventilasi
perlu dikurangi karena letak diafragma yang meningkat. Kalau
memungkinkan tempat tidur di arah kepala sedikit dinaikkan
sehingga tekanan uterus kearah rongga dada berkurang dan ini
akan melonggarkan pernafasan. Suplemen oksigen maternal
adalah hanya satu cara efektif untuk meningkatkan kadar oksigen
fetus. Normal tekanan paO2 hanya 32 mmHg, sehingga setiap
penurunan sekecil apapun sangat jelek ditoleransi oleh fetus.
c) Circulation

1. IV line 2 jalur atau


1. takikardi? lebih(20cc/kg/jam)
2. Distended dan tranfusi darah
vena 2. Control bleeding
3. DJJ
4. Pasien load and go

Hipotensi sedang ( tekanan darah sistolik ≤ 100 mmHg ) dan


peningkatan heart rate (≥ 100x permenit ). Tekanan vena sentral
tidak terlalu berpengaryh selama kehamilan (kecuali saat
persalinan) namun tetap diberikan sebgai indicator status volume
ibu hamil. Sebuah peningkatan volume sirkulasi yang dramatis
(dimulai pada minggu ke 10 kehamilan) menyediakan
perlindungan signifikan ibu hamil untuk menghadapi syok tetapi
menutupi kehilangan darah secara bertahap 30-35% (sekitar 1500
mL) atau kehilangan akut 10%15%
Pasein hamil membutuhkan segera penggantian cairan untuk
mendukung dirinya dan fetus. Pastikan akses vaskuler dengan 2
atau lebih vena kateter dengan ukuran besar ( ukuran no. 14
sampai 16 ) sehingga siap untuk melakukan transfusi darah kalau
diperlukan.
Pada usia kehamilan 24 minggu, kombinsi berat dari uterus, fetus,
plasenta dan cairan amnion akan menekan vena cava interior,
menyumbat venous return ke jantung, ketika ibu hamil diposisikan
supine. Hati-hati dengan efek supine hypotension pada ibu hamil
yang sudah memasuki trimester kedua, karena tekanan uterus
gravid pada vena kava inferior dapat menurunkan cardiac output
sampai 30%. Tindakan sederhana pada masalah ini adalah dengan
memiringkan ibu kesebalah kiri, memringkan berat uteri pada
vena cava. Pada pasein dengan imobilisasi tulang belakang,
letakan uterus secara manual atau miringkan dengan papan 15
drajat.
c. Survei sekunder
d. Disability
a) Pemeriksaan Pupil
a. Pada kondisi normal pupil akan mengalami kontriksi
ketika terekspos cahaya secara langsung
b. Satu pupil dilatasi menetap (pupil tidak berespon terhadap
cahaya) mengindikasikan keterlibatan saraf kranial ketiga
(awal) dan kemungkinan herniasi transtertonial
c. Kedua pupil dilatasi menetap mengindikasikan cedera
brainstem berta dan kemungkinan kematian otak.
b) Kaji GCS
Pemeriksaan GCS dihitung dari respon buka mata, respon
verbal dan respon motoric

Kategori Skor Respon


Membuka mata 4 Spontan
3 Terhadap suara
2 Terhadap nyeri
1 Tidak ada respon
Respon verbal 5 Orientasi baik
4 Bingung
3 Kata kata tidak tepat
2 Suara yang sulit
1 Tidak ada respon
Respon motoric 6 Mengikuti perintah
5 Melokalisasi nyeri
4 Menjauh dari nyeri
3 Fleksi abnormal
2 Ekstensi
1 Tidak ada

c) Kaji ekstermitas
e. Exposure
1. Anamnesa
S ( Sign and Symtom )
 Tanda dan gejala yang muncul pada pasien trauma
kehamilan
A ( Alergi )
 Adanya alergi makanan, obat, dan lingkungan
M ( Medikamentosa )
 Obat atau herbal yang saat ini d konsumsi oleh pasien
P ( Post medical history )
 Riwayat penyakit sebelumnya
L ( Last oral intake )
 Asupan makanan terakhir
E ( events )
 Peristiwa yang menyebabkan trauma atau cedera
2. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
 Kepala
o Inspeksi
Kepala di inspeksi secara sistematis dan dinilai adanya
luka, deformitas, atau asimetris. Dan catat setiap area
yang ada ekimosis atau perubahan warna. Ekimosis
dibelakang telinga , tulang mastoid (Battle Sign), atau
di daerah periorbital (raccon eyes) meningkatkan
kecurigaan fraktur tengkorak basilar
o Palpasi
Palpasi tengkorak adanya depresi fragmen tulang,
hematoma, laserasi atau nyeri tekan
 Wajah
o Inspeksi
- Periksa wajah adanya luka dan asimetrsi
- Perhatikan setiap jenis cairan dari telinga, hidung,
mata atau mulut. Cairan dari hidung atau telinga
diasumsikan cairan cerebrospinal sampai tidak
terbukti bahwa cairan tersebut adalah cairan
cerebrospinal
- Periksa ketajaman visual
- Minta pasien untuk membuka dan menutup mulut
untuk memeriksa maloklusi, laserasi, avulsi gigi
dan benda asing
 Leher
o Inspeksi
Inspeksi adanya luka , ekimosis, distensi vena leher,
emfisema subkutan atau deviasi endotracheal
o Palpasi
Ekimosis, distensi vena leher, emfisema subkutan atau
deviasi endotracheal
o Auskultasi
Lakukan auskultasi arteri karotis untuk melihat adanya
bruits
 Dada
o Inspeksi
Liat kesimetrisan dadanya , dan liat apakah
deformitas, trauma penetrasi dan luka lainnya
o Auskultasi
Lakukan auskultasi jantung dan paru-paru
o Palpasi
Palpasi dinding dada untuk deformitas , emfisema
subkutan dan nyeri tekan
 Abdomen
o Inspeksi
Diperiksa bagian abdomen apakah terdapat memar ,
massa , pulsasi dan benda yang menembus
o Auskultasi
Lakukan auskultasi untuk bising usus di kempat
kuadran
o Palpasi
Dengan lembut palpasi abdomen untuk melihat adanya
kekakuan dan nyeri tekan , nyeri lepas atau periksa
secara keseluruhan
o Tentukan ukuran uterus dengan mengukur tinggi
fundus dalam sentimeter dari simfisis pubis untuk
mengetahui umur janin (1 cm = 1 minggu usia
kehamilan).
o Pemeriksaan perut pada pasien hamil harus disertai
pemeriksaan uterine tendernessi and consistency,
adanya kontraksi, dan letak serta pergerakan janin.
Pemeriksaan pelvis dilakukan dengan memperhatikan
adanya darah pada vagina atau cairan amnion, dan
lainnya. Pemeriksaan pH amnion (pH > 7) dan vagina
(pH = 5) harus dilakukan.
 Pelvis
o Inspeksi pelvis adanya perdarahan, memer, deformitas,
dan trauma tembut
o Periksa perineum adanya darah, feses, dan cedera
o Pemeriksaan rektal dilakukan untuk menilai tonus
sfingter , mengidentifikasi darah.
o Dengan lembut tekan ke dalam ( kearah garis tengah )
pada iliaka untuk menilai stbilitas panggul. Palpasi
juga bagian atas simfisis pubis. Hemtikan jika terdapat
nyeri atau pergerakan dan lakukan pemeriksaan
radiografi
 Ektermits
o Periksa keempat ekstermitas lihat adanya deformitas,
dislokasi, ekimosis, bengkak dan luka lainnya
o Periksa status sensorik , motoric dan status
neovaskular dari setiap ekstermitas
o Palpasi adanya nyeri tekan, krepitus, dan suhu
abnormal
o Jika terdapat cedera , nilai kembali status neovaskular
bagian distal secara teratur
 Inspeksi bagian posterior
o Dengan dikajinya tubuh bagian belakang, dapat
melihat adanya memar, perubahan warna dan luka
terbuka
o Palpasi adanya deformitas , pergerakan dan nyeri pada
tonjolan tulangvertebre
o Jika tulang belakang dipastikan baik atau pasien dapat
berbaring diam, ambil backboard
f. Foly chateter
Kaji apakah paisen tersebut membutuhkan pemasangan foley
cateter.indikasi pemasangan cateter untuk mengetahui input dan
outpu cairan
Kontraindikasi pada pasien yang memmpunyai hematoma
g. Gastri tube
Kaji apakah pasien tersebut muntah dan tidak bisa memenuhi
kebutan nutrisinya dengan mandiri.

Pemasangan gastric tube bertujuan untuk mengurangi distensi


lambung dan mencegah aspirasi jika terjaid muntah sekaligus
mempermudah dalam pemberian obat atau makanan.
Kontraindikasi pemasangan NGT adalah untuk penderita yang
mengalami fraktur basis crania atau diduga parah, jadi pemasanagn
kateter lambung melalui mulut atau OGT
h. Heart mentoring
Untuk memantau Tanda Tanda Vital pada Ibu dan Untuk
memantau Jantungnya melalui EKG
Untuk memantau DJJ menggunakan Leopald, Doppler dll.
d. Riwayat obstetri
1) Hari pertama menstruasi terakhir
2) Perkiraan kelahiran
3) Presepsi awal pergerakan fetus
4) Status kehamilan saat ini dan sebelumnya.
e. Fetal assessment
a) Pada janin berusia > 20 minggu, dapat dilakukan auskultasi
jantung janin untuk mengetahui nadi janin (normal = 120 – 160
x/menit). Bradikardia janin merupakan indikasi terjadinya fetal
distress.
b) Kardiotopografi dapat dilakukan pada janin berusia 20 – 24
minggu untuk menentukan viabilitas janin.
c) USG dapat digunakan untuk evaluasi umur janin, aktivitas
jantung, dan pergerakan janin.
f. Modalitas diagnostik
a) Pemeriksaan radiologi (termasuk CT scan), dan jika
dimungkinkan, lindungi perut bagian bawah dengan menggunakan
apron timbal dan hindari pengulangan.
b) Paparan radiasi pada embrio preimplantasi (<3 minggu) bersifat
letal. Pada fase organogenesis (2-7 minggu), embrio sensitif
terhadap teratogen, keterbelakangan pertumbuhan, dan efek
neoplastik akibat radiasi. Paparan radiasi <0,1 Gy secara umum
bersifat aman.
c) DPL (diagnostic peritoneal lavage)atau FAST (focused
abdominal sonography for trauma) dapat dilakukan sama seperti
pada pasien biasa.
d) FAST dapat sangat membantu untuk mengetahui cairan bebas
pada perut setelah terjadi trauma.
g. Penanganan devinitif
1) Jika ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik dan modalitas
diagnostik maka dapat dilakukan operasi.
2) Pasien hamil dengan trauma yang keadaannya sangat kritis harus
dipantau di intensive care unit dan disediakan onsite obstetric care
dan bedside fetal monitoring.
3) Pasien hamil yang stabil yang memerukan rawat inap harus
diobservasi keadaan obstetrinya selama 24 hingga 48 jam. Pasien
yang memiliki janin berusia 20 – 24 minggu harus dimonitor
mengunakan kardiotopografi (continuous cardiotokographic
monitoring/CTM)
4) Pasien hamil yang asimptomatik dengan janin berusia 20-24 minggu
dengan trauma minor dan tidak memerlukan rawat inap dengan
temuan normal pada CTM selama 4 jam dapat pulang dengan
instruksi yang jelas dan follow-up.
B. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


1 DS : Trauma tumpul : jatuh, benda Nyeri akut
Klien mengeluh tumpul dll

nyeri akibat Trauma tajam: tertusuk pisau,


terkena peluru, dll.
tertusuk benda
tajam pada bagian
Ketahanan jaringan tidak mampu
abdomen, perineum
mengkompensasi
terasa tertekan

Trauma pada abdomen


DO:
Klien tampak Nyeri akut
meringis, gelisah
2 DS : Trauma tumpul : jatuh, benda Gangguan
tumpul dll integritas jaringan
DO : Trauma tajam: tertusuk pisau,
terkena peluru, dll.
Terdapat luka
terbuka di bagian
Ketahanan jaringan tidak mampu
abdomen, adanya
mengkompensasi
perdarahan

Trauma pada abdomen

Kerusakan jaringan kulit


Luka terbuka

Gangguan integritas jaringan


3 DS : Trauma tumpul : jatuh, benda Resiko hipovolemik
tumpul dll
DO : Trauma tajam : tertusuk pisau,
Adanya trauma/ terkena peluru, dll.

perdarahan yang
Ketahanan jaringan tidak mampu
banyak dari luka
mengkompensasi
tusukan

Trauma pada abdomen

Kerusakan jaringan vaskuler

Perdarahan massif

Kehilangan cairan fisiologis


tubuh

Resiko hipovolemik

4 DS: Trauma tumpul : jatuh, benda Resiko infeksi


tumpul dll

DO: Trauma tajam: tertusuk pisau,


terkena peluru, dll.
Adanya luka
terbuka pada bagian
Ketahanan jaringan tidak mampu
abdomen
mengkompensasi

Trauma pada abdomen

Kerusakan jaringan kulit

Luka terbuka
Peningkatan risiko invaksi bakteri
pathogen

Resiko infeksi

C. Daignosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
b. Gangguan integritas kulit b.d trauma benda tajam d.d adanya luka
terbuka
c. Resiko hipovolemik b.d kerusakan jaringan vaskuler d.d perdarahan
massif dan kehilangan cairan fisiologis tubuh
d. Resiko infeksi b.d luka terbuka d.d peningktan invasi bakteri pathogen

D. Intervensi
No Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan Observasi d. Untuk mengetahui
keperawatan nyeri a. Identifikasi status nyeri
pasien dapat lokasi,karakteristik, e. Untuk mengurangi rasa
teratasi dengan durasi, frekuensi nyeri nyeri
KH : b. Identifikasi skala nyeri f. Untuk mengurangi atau
o Skala nyeri c. Identifikasi respon mnegalihkan rasa nyeri
berkurang nyeri non verbal ( tetapi hanya bisa
Terapeutik dipake di skala 1-5 )
g. Supaya efektif hasilnya
a. Berikan tekik
h. Supaya hasilnya lebih
nonfarmakologis (mis.
efektif
Terapi
music,akupresur,
aromaterapi dll)
b. Control lingkungan
yang mempengaruhi
seperti suhu rangan
encahayaan dll
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
a. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
b. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
c. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolabiorasi
a. Kolaborasi pemberian
analgetik (bila perlu)
2 Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
tindakan Observasi
keperawatan a. Identifikasi penyebab a) Untuk mengetahui penyebab
integritas kulit integritas kulit.
gangguan integritas
Terapeutik
kulit teratasi
a. Bersihkan parineal dengan
dengan KH: air hangat. b) Untuk mencegah terjadinya
o Keutuhan, Edukasi resiko infeksi.
dan a. Anjurkan menggunakan
kelembaban pelembab c) Agar terjaga kelembaban
kulit terjaga b. Anjurkan minum air yang kulit.
cukup d) Untuk menjaga keutuhan dan
c. Anjurkan untuk kelembaban kulit.
meningkatkan asupan e) Untuk meningkatkan
nutrisi perubahan status pada nutrisi
agar kulit tenjaga
kelembabannya.

3. Setelah dilakukan Manajemen syok


tindakan hipovolemik
keperawatan resiko Observasi a) mengontrol tanda-tanda
a. Monitor status syok hipopolemik.
syok hipovolemik
kardiopulmonal
teratasi dengan KH: (frekuensi dan kekuatan
o Tidak ada lagi nadi, frekuensi napas,
perdarahan TD) b) Untuk mengetahui
o Status cairan b. Monitor status cairan aliran jantung normal
terpenuhi (masukan dan haluaran, atau tidak.
turgor kulit, CRT)
Terapeutik
a. Ambil sampel darah c) Untuk koreksi hb dan
untuk pemeriksaan darah elektrolit di dalam
lengkap da elektrolit tubuh.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
infus cairan 1-2 L
b. Kolaborasi pemberian d) untuk mengganti cairan
transfuse darah, jika keluar / menambah
perlu didalam tubuh.
e) untuk menaikan hb
kurang dari kebutuhan.
4. Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
tindakan Observasi
keperawatan a. Monitor tanda dan gejala a) Untuk mencegah
infeksi terjadinya infeksi
Resiko infeksi
Terapeutik b) Untuk melembabkan
teratasi dengan KH:
a. Berikan perawatan kulit kulit agar kulit tidak
o Tidak ada pada area edema kering
tanda b. Cuci tangan sebelum dan c) Untuk mencegah infeksi
peningkata sesudah kontak dengan nosokomial antara
n infeksi pasien perawat dan pasien
Dan Edukasi d) Untuk mengedukasi
Integritas
a. Jelaskan tanda dan kepada keluarga dan
kulit serta
gejala infeksi pasien untuk mengenali
jaringan
b. Ajarkan cara mncuci tanda-tanda infeksi.
tangan yang benar e) Untuk menjaga
c. Ajarkan cara memeriksa kebersihan mencegah
kondisi luka. terjadinya nosokomial.
Kolaborasi f) Mengedukasi keluarga
a. Kolaborasi pemberian dan pasien agar bisa
imunisasi, jika perlu merawat luka.

DAFTAR PUSTAKA

Standar intervensi keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II


Standar Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II
https://www.academia.edu/28251700/TRAUMA_PADA_KEHAMILAN
http://obgin-ugm.com/wp-
content/upload/2016/01/TRAUMA_DALAM_KEHAMILAN_WORD
https://www.academia.edu/8845203/trauma_kehamilan
https://dokumen.tips/amp/document.asuhan-kepetawatan-trauma-kehamilan

Anda mungkin juga menyukai