Disusun oleh :
Kelompok 12
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Hospital Disaster Plan”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu makalah tidaklah mudah,
oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan makalah ini terdapat
kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritikan
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai rintangan selama
pengumpulan literatur dan penyusunannya. Namun dengan kesabaran dan ketekunan
yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari
berbagai pihak, baik material maupun moril kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi
para pembaca.
Kelompok 12
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................1
Daftar Isi.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1.
2.
2.1. Hospital disaster plain.........................................................................................7
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................16
Daftar Pustaka.........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang
menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi
ketika sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai
dalam mengatasi ancaman (hazard). Bencana juga berarti proses dimana ada
jarak antara kejadian alam seperti tsunami, gempa bumi, badai dan sebagainya
dengan kejadian bencana seperti kehilangan, kematian dan sebagainya. Jarak
antara kejadian alam dan kejadian bencana sangat bergantung pada tingkat
distribusi kerentanan yang terjadi (UU Penanganan Bencana No. 24/2007).
Statistik bencana dunia tahun 1995 – 2006 menyebutkan bahwa trend bencana
terus menerus terjadi setiap tahun dengan jumlah korban dan kerugian ekonomis
semakin meningkat yang menunjukan bahwa bencana terjadi secara berkelanjutan.
Bencana alam yang terjadi di Indonesia antara lain Tsunami di Aceh pada tanggal
26 Desember 2004 yang menelan korban kurang lebih 170.000 orang meninggal,
500.000 orang kehilangan tempat tinggal dan belasan ribu anak jadi yatim piatu,
bencana meluapnya Lumpur Lapindo dan gempa bumi di Jogjakarta pada tahun
2007 yang menyebabkan banyak korban menderita kerugian baik berupa
kehilangan tempat tinggal, kerugian ekonomi dan lain-lain.
Dampak bencana terhadap masyarakat antara lain kehilangan orang yang
dicintai, kehilangan rumah dan kepemilikan lain, kerusakan lingkungan, kerusakan
struktur dan fungsi sosial, trauma psikologis yang berkepanjangan/ respon
pasca trauma akibat keterpaparan terhadap korban cedera dan kematian, respon
histeris saat bencana, tidak adekuatnya koping strategis, kurangnya
dukungan/support dan lain lain. Faktor yang mempengaruhi respon individu
terhadap bencana yang dialami adalah derajat atau tingkat keterpaparan terhadap
bencana, dan pandangan atau penerimaan individu terhadap bencana yang
dialami.
Managemen penanganan bencana telah memiliki dasar hukum atau peraturan
yang jelas secara Nasional dan Internasional. Rengelolaan bencana International
antara lain telah terbentuknya badan atau organisasi penanggulangan
bencana antara lain International Decade for Natural Disaster Reduction (IDNDR)
tahun 1990-2000, World Conference on Natural Disater Reduction di Yokohama
tahun 1994, World Conferencefor Disaster Reduction (WCDR) di Kobe tahun 2005.
Organisasi tersebut melakukan koordinasi dengan organisasi penanggulangan
bencana lokal di daerah bencana dan memberikan bantuan berupa materi,
fasilitas dan personil dalam penanggulangan bencana kepada negara negara di
dunia.
Managemen penanggulangan bencana di Indonesia telah memiliki dasar
hukum yang jelas seperti yang tertuang dalam UU Penanggulangan Bencana No.
24 tahun 2007 bahwa kordinasi penanggulangan bencana yang sebelumnya
dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) sesuai Keppres No.
11/2001 digantikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dalam pasal-pasal UU No. 24/2007 telah mengatur tanggung jawab dan wewenang
organisasi atau lembaga nasional, daerah dan internasional dalam penanggulangan
bencana; mengatur hak dan kewajiban masyarakat; managemen penanggulangan
bencana yang terdiri dari pra bencana (Predisaster), selama bencana (during
diaster) dan setelah bencana (after disaster), serta mengatur proses pendanaan,
pengelolaan bantuan, pengawasan dan penyelesaian sengketa akibat bencana.
Meskipun setelah dilakukan evaluasi, kinerja Badan Nasional Penanggulangan
Bencana secara umum berjalan baik namun tidak efektif dalam menanggulangi
masalah Lumpur Lapindo.
Usaha penanggulangan bencana yang bersifat mengandalkan peran aktif
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas) memiliki banyak kelemahan
antara lain sangat tergantung pada stabilitas ekonomi negara, krisis keuangan
negara dan utang luar negeri sehingga mengalami masalah dalam
pembiayaan persiapan dan pengadaan personil, fasilitas, penyelesaian
sengketa dengan korban bencana sehingga penekanan bantuan yang diberikan
hanya pada respon emergency (selama bencana) dan respon pemulihan; hanya
fokus pada bantuan fisik, material dan teknis semata serta hanya fokuspada
penyelesaian sengketa pada satuan keluarga.
A. PENGERTIAN BENCANA
Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang
menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi
ketika sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai
dalam mengatasi ancaman (hazard). Beberapa tipe ancaman (hazards) yang
menyebabkan bencana adalah ancaman geofisik (Geo-hazard) seperti gempa
bumi, tsunami, gunung meletus; ancaman hidroklimatis (hydro-climatic hazard)
seperti banjir, kebakaran hutan, kekeringan; ancaman biologis (biological
hazards) seperti penyebaran HIV, flu burung, epidemik; ancaman tekhnologi
(technological hazard) seperti kebakaran, polusi udara, kecelakaan nuklir, industrial
explosions, waste exposure, lumpur lapindo; dan ancaman sosial (socialhazard)
seperti kriminalitas/kekerasan, perang, konflik, kemiskinan absolut dan
terorisme.
Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam
seperti tsunami, gempa bumi, badai dan sebagainya dengan kejadian bencana
seperti kehilangan,kematian dan sebagainya. Jarak antara kejadian alam
dan kejadian bencana sangat bergantung pada tingkat distribusi kondisi
kerentanan atau rawan bencana. Kondisi rawan bencana atau kerentanan
adalah kondisi atau karakteristik biologis, hidrologis,klimatologis, geografis,
sosial, budaya, politik, ekonomi dan tekhnologi pada suatu wilayah untuk
jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,
mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi
dampak buruk bahaya tertentu.
Berdasarkan kecepatan terjadinya, bencana terbagi atas bencana yang
terjadi perlahan lahan (slow onset hazard) seperti kekeringan/ kelaparan, letusan
gunung api, dan banjir serta bencana yang terjadi secara tiba tiba (sudden onset
hazard) yaitu ancaman akibat fenomena fenomena alam seperti gempa
bumi, badai, banjir, tanah longsor,tsunami, angin putting beliung yang terjadi
tanpa peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan dalam menghadapi
bencana. Berikut ini akan diuraikan definisi terminologi tentang bencana yang
terdapat dalam UU Penanggulangan Bencana No. 24 tahun 2007 :
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.
c. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal tekhnologi, gagal
modernisasi, epidemi,dan wabah penyakit.
3.1 Kesimpulan
Dalam penanganan bencana perlu ada suatu organisasi atau sistem
komando kejadian bencana yang dibentuk oleh negara untuk menyusun
panduan penanganan bencana dan melakukan koordinasi terhadap personil, fasilitas,
sistem komunikasi dan transportasi dalam penanganan bencana. Organisasi ini
sebelum menyusun Panduan Penanganan Bencana (Emergency Operations
Plan/EOP) terlebih dahulu melakukan pengkajian terhadap lingkungan dan
komunitas untuk mengetahui daerah yang beresiko tinggi terkena bencana, tipe
bencana yang mungkin terjadi baik bencana alam seperti banjir, sunami, gunung
meletus, maupun bencana akibat perbuatan manusia misalnya kebakaran, kecelakaan
dan lain lain.
Managemen penanggulangan bencana terdiri dari penanganan sebelum
bencana (predisaster), penanganan saat bencana (during disaster) dan penangan
setelah bencana (after disaster).
3.2 Saran
Hendaknya di setiap rumah sakit harus memiliki Hospital Disaster Plan
(Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana Bagi Rumah Sakit) yang tidak hanya
secara tertulis saja, melainkan rumah sakit tersebut harus siap dalam menghadapi
bencana, karena kesiagaan memerlukan pelatihan dan simulasi, sehingga tidak terjadi
the paper plan syndrome
DAFTAR PUSTAKA