Oleh :
J.0105.20.121
2021
1. Definisi penyakit/Masalah Keperawatan
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
2. Etiologi
- Penuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
- Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau
benda – benda radioaktif
- Penyakit sistemis seperti DM
- Defek congenital
- Radiasi sinar ultra violet B, Obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan
vitamin antioksidan (apel, kacang-kacangan, tomat, dll) yang kurang dalam jangka
waktu lama
3. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya
usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan,
alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang
lama.
4. Komplikasi
Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak,
yaitu :
- Kamera okuli anterior dangkal atau datar
- Ruptur kapsul
- Edem kornea
- Perdarahan atau efusi suprakoroid
- Perdarahan koroid yang ekspulsif
- Tertahannya material lensa
- Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka
- Iridodialisis
Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama
operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi,
yaitu :
- Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek
- Terlepasnya koroid
- Hambatan pupil
- Hambatan korpus siliar
- Perdarahan suprakoroid
- Edem stroma dan epitel
- Hipotoni
- Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih sangat
sering terlihat mengikuti ICCE)
- Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten
- Perdarahan koroid yang lambat
- Hifema
- Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya viskoelastis)
- Edem makular kistoid
- Terlepasnya retina
- Endoptalmitis akut
- Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)
Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa
minggu atau bulan setelah operasi katarak :
- Jahitan yang menginduksi astigmatismus
- Desentrasi dan dislokasi IOL
- Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia
- Uveitis kronis
- Endoptalmitis kronis
5. Kemungkinan Data Fokus
a. Anamnesa
1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab
2. Keluhan Utama
Penglihatan kabur
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah yang memperberat/ meringankan keluhan?
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Bagaimana proses terjadinya penyakit?
Penanganan apa saja yang telah dilakukan?
Seberapa besar keberhasilan penanganan yang telah dilakukan klien?
Apakah klien mempunyai penyakit lain seperti DM?
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit yang akan
memperberat keadaan klien.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Tanda – Tanda Vital
3. Pemeriksaan fisik, fokus pada :
Sistem Penglihatan
- Amati bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sclera, dan pupil
- Amati pergerakan bola mata
- Amati lapang pandang
- Pemeriksaan visus
c. Pemeriksaan Diagnostik
- Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
- Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
- Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
- Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
- Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaucoma
- Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
- Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
- EKG, kolesterol serum, lipid
- Tes toleransi glukosa : kotrol DM
6. Analisa Data
Koagulasi
Pandangan kabur
Pandangan kabur
Pandangan kabur
Risiko cedera
Kurang pengetahuan
8. Perencanaan