Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR KATARAK DI RUANGAN KENANGA

A. PENGERTIAN
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasa jernih dan bersih
menjadi keruh. ( Prof. Dr. Sidarta Ilyas,DSM 2012), Katarak adalah sejenis
kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. ( WBI 2014)
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. Katarak adalah
kekeruhan lensa atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan
pada retina.
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa.
Umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65
tahun (Doenges, 2009).

B. ETIOLOGI
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat menderita katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam
kehamilan. Katarak ini disebut sebagai katarak kongengial. (mirza 2010)
Penyebab katarak antara lain adalah :
- Faktor keturunan
- Cacat bawaan sejak lahir
- Masalah kesehatan, misal diabetes
- Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid
- Gangguan metabolisme seperti DM
- Gangguan pertumbuhan
- Mata tanpa pelindung terkena sinar mataharidalam jangka waktu yang lama
- Rokok dan alkohol
- Operasi mata sebelumnya
- Trauma pada mata
- Dan faktor –faktor lain yang belum diketahui.
C. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara progresif
(seperti rabun jauh memburuk secara progresif ). Penglihatan seakan akan melihat
asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak
telah matang pupil akan tampak benar putih, sehingga reflek cahaya pada mata
menjadi negative (-).Bila katarak dibiarkan mata akan mengganggu penglihatan dan
akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejalah umum gangguan katarak meliputi :
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
- Peka terhadap sinar suatu cahaya
- Dapat melihat dobel pada satu mata
- Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
- Penglihatan buram atau berkabut, bahkan sampai tidak bisa melihat
- Pada keadaan terang mata terasa silau
- Penglihatan semakain buram pada sore hari

D. MACAM-MACAM KATARAK
Katarak dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Katarak congenital adalah kekeruhan lensa yang timbul pada saat pembentukan
lensa, Kekeruhan sudah terlihat pada waktu bayi baru lahir, Sering ditemukan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, DM, toksoplasmosis,
hipoparatiroidisme, galaktosemia.
2. Katarak proses degeneratif :
a. Katarak primer
1) Katarak primer menurut umur ada 3 golongan yaitu :
- Katarak juvenilis ( umur < 20 tahun )
- Katarak presenilis ( umur 20 – 50 Thun)
- Katarak senilis ( > 50 Tahun )
2) Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium :
- Stadium insipient : Katarak stadium dini, Visus belum terganggu,
Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak seprti
jari-jari roda
- Stadium immature : Keruhan belum mengenai seluruh klapisan lensa,
Terjadi hidrasi kortek yang menyebabkan lensa konveks sehingga indeks
refraksi berubah dan mata myopia (intumesensi ). Konveksnya lensa
mendorong irisan kedepan, menyebabkan sudut bilik mata menjadi
sempit dan menimbulkan komplikasi glukoma.
- Stadium mature : Terjadi pengeluaran air sehingga lensa berkurang
normal kembali, Lensa telah keruh seluruhnya sehingga semua sinar
yang masuk pupil di pantulkan kembali, Dipupil tampak lensa seperti
mutiara
- Stadium dismature : Korteks lensa yang seperti bubur mencair sehingga
nucleus lensa turun karena daya beratnya, Melalui pupil nucleus
kelihatan sebagai setengah lingkaran dibawah dengan warna berbeda dari
yang diatasnya yaitu kecoklatan, Terjadi kerusakan kapsul lensa yang
lebih permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi
kempis.
b. Katarak komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder/komplikasi dari penyakit lain seperti :
- Gangguan okuler : retinitis, pigmentosa, glukoma, ablasio retina, uveitis,
myopia maligna
- Penyakit sistemik : DM, hipoparatiroid, sindrom down mongoloid,
dermatitis atopic
- Trauma : trauma tumpul, pukulan, benda asing didalam mata, sinar X,
radioaktif, toksik kimia
- Merokok dan minuman kerasmeningkatkan resiko berkembangnya
katarak

E. PATOFISIOLOGI
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, Otot otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil. Dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecilsehingga
berkas cahaya pararel akan terfokus keretina.
Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, Otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastic kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diirngi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerja sama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan
benda dekat keretina disebut sebagai akomodasi, seiring dengan pertambahan usia,
kemampuan dalam refraksi lensa perlahan lahan akan berkurang, disebabkan karena
perubahan kimia dalam protein lensa sehingga terjadi koagulasiyang mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya keretina.
Lensa mata yang normal maka akan transparan dan mengandung banyak air,
sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah, tapi setelah
mengalamigangguan maka lensa akan mengalami kekeruhan, distorsi, dislokasi dan
anomaligeometri. Pada orang yang mengalami lensa katarak memiliki ciri berupa
edema lensa, perubahan protein, peningkatan proliferasi dan kerusakan kontinuitas
normal serat serat lensa. Secara umum edema lensa berfariasi sesuai stadium
perkembangannya katarak.
Katarak immature ( insipien ) hanya sedikit opak, Katarak mature yang keruh total
mengalami sedikit edema. Apabila kandungan air maksimum dan kapsul lensa
terekam katarak disebut mengalami intumesensi ( membengkak )., Katarak
hipermature, air telah keluar dari lensa dan meningkatkan lensa yang sangat keruh,
relativ mengalami dehidrasi dengan kapsul berkeriput.
Secara kimiawi pembentukan katarak dapat disebabkan oleh penurunan
penyerapan oksigen dan mula mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh
dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium meningkat, kandungan kalium, asam
akorbat dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak juga tidak di
temukan glutation. Peningkatan kandungan air akan mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Protein yang berkurang dapat
merusak dan menggumpal sehingga membentuk endapan yang menghalangi
masuknya cahaya ke retina mata.
PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan proses Traumatik atau cedera Penyakit metabolik


penuaan Kongenital. pada mata (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat


kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple


(zunula) yg memanjang dari badan silier kesekitar daerah
lensa)

Hilangnya tranparansi Kurang terpapar


lensa terhadap informasi
tentang prosedur
Perubahan kimia dlm protein lensa tindakan pembedahan

Kekeruhan pada koagulasi CEMAS


lensa mata

Resiko Cedera Menghambat Terputusnya protein lensa disertai influks


jalannya cahaya air kedalam lensa
ke retina
Gangguan penerimaan
Usia meningkat Tidak mengenal Kurang
sensori/status organ
sumber informasi pengetahuan
indera
Penurunan enzim menurun

Menurunnya
ketajaman penglihatan Degenerasi pada lensa
Resiko Cedera

KATARAK
Gangguan persepsi
Mata ditutup beberapa hari dan
sensori-perseptual
mengaburkan pandangan menggunakan kacamata
penglihatan

Perubahan status
kesehatan, keterbatasan prosedur invasif
Post op pengangkatan katarak
informasi

Kurang Pengetahuan Nyeri Resiko tinggi


terhadap infeksi
F. PENTALAKSANAAN
1. Secara Medis : Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis
umumnya dengan cara operasi. Penilaian bedah didasarkan pada lokasi, ukuran
dan kepadatan katarak. Katarak akan dibedah apabila sudah terlalu luas
mengenai bagian dari lensa mata atau katarak total. Lapisan mata diangkan dan
diganti lapisan lensa buatan ( lensa intraokuler ). Pembedahan kataka bertujuan
untuk mengeluarkan lensa yang keruh. Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset
atau batang kecil yang dibekukan. Kadang kadang dilakukan dengan
menghancurkan lensa dan mengisap keluar. Adapun tehnik yang digunakan
pada operasi katarak ialah :
a. Fakoemulsifikasi. : dengan melakukan sayatan ( 3 mm ) pada kornea.
Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi dipergunakan untuk
mengambil lensa yang mengalami katarak, lalu kemudian diganti dengan
lensa tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan pada kornea
kadang tidak memerlukan jahitan, sehingga pemulihan penglihatan segera
dapat dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30 menit
dan hanya memerlukan pembiusan topical atau tetes mata selama operasi.
b. Ekstrak Kapsuler : Dengan teknik ini diperlukan sayatan cornea lebih
panjang, agar dapat mengeluarkan inti lensa secara utuh, kenudian sisa
lensa dilakukan aspirasi. Lensa mata yang telah di ambil diganti dengan
lensa tanam permanent. Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa
jahitan.
c. Ekstra capsuler catarak ekstraktie ( ECCE ) : Korteks dan nucleus
diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah prolaps vitreus,
melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan untuk
implantasi lensa intra okuler.
d. Intra capsuler catarak ekstratie ( ICCE ) : Lensa diangkat seluruhnya
Keuntungannya prosedur mudah dilakukan , Kerugiannya mata beresiko
mengalami retina detachment ( lepas retina ).
2. Terapi : Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat
diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu keparahan. Senyawa
aktif dalam obat tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap
penyembuhan penyakit katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek
meningkatkan aktivitas proteasome yaitu protein yang mampu mendegradasi
berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek dan asam amino.Karena
aktivitas inilah lapisan protein yang menutupi lensa mata penderita katarak
secara bertahap “dicuci” sehingga lepas dari lensa dan keluar dari mata berupa
cairan kental berwarna putih kekuningan.
3. SARAN : Untuk mencegah penyakit katarak dianjurkan untuk banyak
mengkonsumsi buah buahan yang banyak mengandung vit. C, vit. A, dan vit. E.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Retinometri : Tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah penglihatan
yang turun itu disebabkan katarak atau tidak.
- Keratometri
- pemeriksaan lampu slit
- Oftalmoskopis Yaitu melihat refleks merah didalam manic mata atau pupil.
Apabila tidak ada katarak maka akan terlihat reflek merah pada pupil yang
merupakan reflek retina yang terlihat melalui pupil. Bila terdapat katarak
atau kekeruhan padat pada pupil maka reflex merah ini tidak akan terlihat.
- A-scan ultrasound ( Echography )
- Penghitungan sel endotel penting untuk fakoumulsifikasidan implantasi

H. KOMPLIKASI
 Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi
maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan
resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan
pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias
dilakukan pada kondisi ini.
 Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode
pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi.
Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
a. Biodata Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama :Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
- Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil
untuk menemukan masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca,
pandangan kabur,pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan
soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu
mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.
Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien perna mengalami
cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
- Riwayat kesehatan sekarang : Eksplorasi keadaan atau status okuler umum
pasien. Apakah ia mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien
mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada
keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan
masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau
perifer?
- Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga
derajat pertama atau kakek-nenek.
c. Pemeriksaan fisik
1. Ketajaman penglihatan
Cara termudah mengkaji penglihatan jarak dekat adalah dengan meminta
klien membaca materi yang dicetak dibawah pencahayaan yang adekuat. Jika
klien memamkai kacamata. Kacamata dipakai saat pemeriksaan.
Pemeriksaan penglihatan jarak jauh dengan menggunakan snellen chart.
Klien diminta duduk atau berdiri 6,1 m dari snellen chart untuk membaca
semua huruf dimulai dari garis mana saja, pertama dengan kedua mata
terbuka kemudian dengan satu mata tertutupdan minta klien untuk tidak
menekan mata. Skor ketajaman penglihatan dicatat untuk setiap mata dan
kedua mata. Mata norma dapat membaca bagan dengan perbandingan 20/20.
2. Gerakan ekstraokuler
Meminta klien untuk menatap kekiri dan kekanan, atau minta klien untuk
duduk dan perawat mengangkat jari pada jarak ( 15-30 cm ) lalu klien
mengikuti gerakan jari hanya dengan mata.
3. Lapang pandang Pada saat seseorang memandang lurus kedepan, semua
benda dibagian tepi normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti
benda ( pandangan lurus ).
4. Struktur mata ekstre : Posisi dan kesejajaran mata, Adakah tonjolan (
eksoftalamus ), Tumor atau inflamasi
- Alis : Simetris, Distribusi rambut
- Kelopak mata : Posisi, warna, permukaan, kondisi dan arah bulu mata,
kemampuan klien untuk membuka , menutup dan berkedip.
- Aparatus laktrimal : Inspeksi : adanya edema atau kemerahan, Palpasi :
normalnya ntidak teraba
- Konjungtiva dan sclera , Konjungtiva : kemerahan, Sclera : putih
- Kornea : Bagian mata yang transparan, tidak berwarna, menutupi pupil dan
iris.
- Pupil dan iris : Pupil normal : hitam, bulat, regular, sama ukurannya, Iris :
jernih, PERRLA ( pupil sama, bulat reaktif terhadap cahaya dan akomodasi )
5. Struktur interna mata : Bagian interna mata tidak dapat diobservasi tanpa
bantuan alat untuk menerangi struktur strukturnya yaitu oftalmoskop,
digunakan untuk menginsfeksi fundus yang mencakup retina, koroid, discus
saraf optikus, fovea sentralis, dan pembuluh retina.
6. Perubahan pola fungsi : Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut
(gordon) adalah sebagai berikut :
- Persepsi tehadap kesehatan Bagaimana manajemen pasien dalam
memelihara kesehatan,adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi
alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat,
makanan atau yang lainnya.
- Pola aktifitas dan latihan Bagaimana kemampuan pasien dalam
melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1=
dibantu sebagian, 2=perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang
lain dan alat, 4=tergantung/ tidak mampu.
- Pola istirahat tidur Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan
tidur seperti insomnia atau masalah lain.
- Pola nutrisi metabolic Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada
anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum
dan setelah sakit mengalami perubahan atau tidak,
- Pola eliminasi : Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada
gangguan atau kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi
sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
- Pola kognitif perseptual : Status mental pasien atau tingkat kesadaran,
kemampuan bicara, mendengar, melihat, membaca serta kemampuan
pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji
kualitas nyeri.
- Pola konsep diri : Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan
menerimanya seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya,
identitas diri dan gambaran akan dirinya.
- Pola koping : Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien
menerima dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari
sebelum sakit hingga setelah sakit.
- Pola nilai dan kepercayaan : Apa agama pasien, sebagai pendukung
untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan atas sakit yang diderita.
- Pemeriksaan Diagnostik : Selain uji mata yang biasanya dilakukan
menggunakan kartu snellen, keratometri, pemeriksaan lampu slit dan
oftalmoskopi, maka A scan ultrasound (echography) dan hitung sel
endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel
endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk
dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d trauma, peningkatan TIO ( tekanan intra okuler )
2. Kecemasan ansietas b/d kerusakan sensori
3. Resiko terhadap cedera b/d kerusakan penglihatan ( ketidakmampuan dalam
memodifikasi pencahayaan )
4. Resiko infeksi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana keperawatan
keperawatan Tujuan dan kriteria hasil
Nyeri akut NOC : NIC : Pain management
berhubungan denjgan Pain control , Comfort level 1. Observasi TTV
proses pembedahan Kriteria hasil : 2. Lakukan pengkajian
- Mampu mengontrol nyeri nyeri secara
(tahu penyebab nyeri, komprehensif termasuk
mampu menggunakan lokasi, karakteristik,
teknik nonfarmakologi durasi, frekuensi,
untuk mengurangi nyeri, kualitas dan faktor
mencari bantuan). presipitasi
- Laporkan bahwa nyeri 3. Observasi reaksi
berkurang dengan nonverbal dari ketidak
menggunakan manajemen nyamanan
nyeri 4. Ajarkan teknik non
- Tanyatakan rasa nyaman farmakologi mengenai
setelah nyeri berkurang. pengontrolan nyeri.
5. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetik mengurangi
nyeri
Ansietas b/d NOC : Anxiety control, NIC : Anxiety reduction
dengan proses Coping (penurunan kecemasan)
pembedahan,
Kriteria Hasil : 1. Gunakan pendekatan
kehilangan
yang menenangkan
pandangan koplet
- Klien mampu
dengan jelas harapan
dan ketidak
mengidentifikasi dan
terhadap pelaku pasien
mampuan
mengungkapkan gejala
2. Jelaskan semua
mendapatkan
cemas
prosedur dan apa yang
pandangan.
- Mengidentifikasi,
dirasakan selama
mengungkapkan dan
prosedur
menunjukkan tehnik untuk
3. Berikan infomasi
mengontrol cemas
faktual terkait
- Vital sign dalam batas
diagnosis, tindakan
norma
prognosis
- Postur tubuh, ekspresi
4. Anjurkan keluarga
wajah, bahasa tubuh dan
untuk menemani klien
tingkat aktivitas
untuk memberikan
menunjukkan
keamanan dan
berkurangnya kecemasan
mengurangi rasa takut
5. Identifikasi tingkat
kecemasan
Resiko injuri NOC : Risk kontrol NIC : Manajemen
berhubungan dengan lingkungan
Kriteria hasil :
kondidi fisik dengan
1. Sediakan lingkungan
pandangan kabur
- Klien terbebas dari cedera/
yang aman untuk pasie
injury
2. Identifikasi kebutuhan
- Klien mampu menjelaskan
keamanan pasien, sesuai
cara/ metode untuk
dengan kondisi fisik.
mencegah cedera/injury
3. Menghindarakan
- Klien mampu menjelaskan
lingkungan yang
factor resiko dari
berbahaya (misalnya
lingkungan/ perilaku
memindahkan prabotan)
personal
4. Pastikan side rail tempat
- Mampu memodifikasi
tidur
gaya hidup untuk
5. Sediakan tempat tidur
mencegah injury
yang aman dan nyaman
6. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
Resiko infeksi NOC : Immune status, NIC
b/d pertahanan Knowleg infectio control,
1. Bersihkan lingkungan
primer dan Risk control
setelah dipakai pasien
prosedur invasi
Kriteria hasil lain
(bedah
2. Gunakan sabun
pengankatan
- Klien bebas dari tanda dan
antimikroba untuk
katarak).
gejala infeksi
mencuci tangan
- mendeskripsikan proses
3. Cuci tangan setiap
penularan penyakit, faktor
sebelum dan sesudah
yang mempengaruhi
tindakan kperawatan
penularan serta
4. Monitor tanda-tanda
penatalaksanaannya
infeksi
- Menunjukkan kemampuan
5. Tingkatkan intake
untuk mencegah
nutrisi
timbulnyaa infeksi
6. Monitor kerentanan
- Jumlah leukosit dalam
terhadap infeksi
batas normal
7. Anjurkan cara
- Menunjukkan perilaku
menghindari infeksi
hidup sehat
8. Insrtuksikan pasien
minum qantibiotik
sesuai resep
DAFTAR PUSTAKA

Ilyias SH (2015) Ilmu penyakit mata, Balai penerbit FKUI Jakarta

Istikomah (2014), Asuhan keperawatan Klien Gangguan Mata, Jakarta, EGC Ilias SH
(2011), Ihtisar Ilmu Penyakit Mata, Jakarta Balai Penerbit FKUI

Fradilah N (20014) Glaukoma Dan Katarak Senils, Riau : Fakultas Kedokteran


University Of Riau

Buku edisi Nanda NOC NIC 2015

Anda mungkin juga menyukai