Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (Masalah Utama)


Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi : merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan (Keliat, 2009). Halusinasi
ialah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca-indera seorang
pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik,
fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari
suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien
berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007). Halusinasi
pendengaran adalah mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas
ataupun yang jelas, dimana terkadang suarasuara tersebut seperti mengajak
berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan sesuatu
(Kusumawati, 2010).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan halusinasi pendengaran
adalah mendengar suara, bunyi ataupun kebisingan yang tidak jelas ataupun
kurang jelas yang berkisar dari suara sederhana dimana terkadang suara tersebut
seperti mengajak berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan
sesuatu sehingga klien beresponterhadap suara atau bunyi tersebut.
b. Jenis-jenis halusinasi
Menurut Maramis (2004) :
1) Halusinasi Penglihatan (visual, optik) : tak berbentuk (sinar, kilapan atau pola
cahaya) atau berbentuk (orang, binatang atau barang lain yang dikenalnya),
berwarna atau tidak.
2) Halusinasi Pendengaran (auditif, akustik) : suara manusia, hewan atau mesin,
barang, kejadian alamiah dan musik.
3) Halusinasi Pencium (olfaktorik) : mencium sesuatu bau.
4) Halusinasi Pengecap (gustatorik) : merasa atau mengecap sesuatu.
5) Halusinasi Peraba (taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti
ada ulat bergerak dibawah kulitnya.
6) Halusinasi Kinestik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang atau
anggota badannya bergerak.
7) Halusinasi Viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya.
8) Halusinasi Hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat
sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah.
9) Halusinasi Hipnopomik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal,
tepat terjadi sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya.
10) Halusinasi Histerik : timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.
c. Etiologi
Gangguan otak karena keracunan, obat halusinogenik, gangguan jiwa seperti
emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikosisi yang dapat menimbulkan
halusinasi dan pengaruh sosial budaya, sosial budaya yang berbeda menimbulkan
persepsi berbeda atau orang yang berasal dari sosial budaya yang berbeda
(Dalami, 2009).
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan halusinasi pendengaran adalah bicara atau
tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan telinga kearah tertentu,
menutup telinga, mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya (Fitria, 2009).
e. Akibat
Akibat dari perubahan sensori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai
diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu perilaku maladaptive
dalam memanifestasikanperasaan marah yang dialami oleh sesorang. Perilaku
tersebut dapat berupa menciderai diri sendiri, melalukan penganiayaan terhadap
orang lain dan merusak lingkungan. Marah sendiri merupakan perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Perasaan marah sendiri
merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada
pada rentang adaptif. Tanda dan gejala :
Data obyektif :
1) Mata merah
2) Pandangan tajam
3) Otot tegang
4) Nada suara tinggi
5) Suka berdebat
6) Sering memaksakan kehendak
7) Merampas makanan, memukul jika tidak senang

Data subyektif

1) Mengeluh merasa terancam


2) Mengungkapkan perasaan tak berguna
3) Mengungkapkan perasaan jengkel
4) Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik,
sesak dan bingung
3. a. Pohon masalah

Risiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Perubahan Sensori Perseptual: Halusinasi

Isolasi Sosial

b. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah keperawatan

1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi

3) Isolasi sosial : menarik diri

2. Data yang perlu dikaji

1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.


- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

- Mata merah, wajah agak merah.


- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang barang.
2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Data Subjektif :

- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan


stimulus nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
- Klien merasa makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
- Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif :

- Klien berbicara dan tertawa sendiri


- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi

3) Isolasi sosial : menarik diri

Data Subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.

Data Obyektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis,
Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin
pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

4. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
b. Isolasi sosial : menarik diri
5. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya

Tindakan :

a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi


terapeutik dengan cara :
b. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c. Perkenalkan diri dengan sopan
d. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
e. Jelaskan tujuan pertemuan
f. Jujur dan menepati janji
g. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
h. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Tindakan :

a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap


b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman
bicara
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
1) Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2) Apa yang dikatakan halusinasinya
3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri
tidak mendengarnya.
4) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d. Diskusikan dengan klien :
1) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya


Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
1) Katakan “ saya tidak mau dengar”
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya


Tindakan :
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan
rumah):
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik


Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri

Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan
dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
b. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
 K–P
 K – P – P lain
 K – P – P lain – K lain
 K – Kel/Klp/Masy
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
 Salam, perkenalan diri
 Jelaskan tujuan
 Buat kontrak
 Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
DAFTAR PUSTAKA

Anna, L. K. 2011. Kesehatan Jiwa. http://health.compas.com : 29 September


2011, 17 Mei 2012.
Dalami, E. dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta : TIM.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperwatan (LP dan SP). Jakarta :
Salemba Medika.
Keliat, B.A. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. http://depkes.go.id : 11 April
2011, 17 Mei 2012.
Kusumawati, F dan Yudi H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Maramis, W F, 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 8. Airlangga University Press :
Surabaya.
Nasir, Abdul. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2012. Data Rekam Medis. Non Publisher.

Anda mungkin juga menyukai