Anda di halaman 1dari 37

PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga buku panduan
Program PANUM Profesi Ners Universitas Sulawesi Barat selesai disusun.
Buku Panduan Program PANUM Profesi Ners ini disusun dengan tujuan
agar mahasiswa dapat memperoleh gambaran umum dan menjadikan panduan
untuk pelaksanaan Program PANUM. Buku panduan ini berisi tentang informasi
umum, tujuan dan kompetensi, proses pembimbingan, evaluasi, dan materi
PANUM. Semoga buku panduan ini dapat digunakan dalam proses pencapaian
kemampuan mahasiswa sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan.

Wassalam

Koordinator KMB

Universitas Sulawesi Barat 1


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PEMASANGAN INFUS

A. Pengertian
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh
vena (pembuluh balik) dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama
untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Lokasi pemasangan infuse :
- Vena palmar digitalis
- Vena sefalika
- Vena basalika
- Vena antebrakhial medialis
- Vena temporalis
- Vena dorsalis

B. Indikasi/kontraindikasi
Indikasi
- Dehidrasi
- Syok
- Intoksikasi obat
- Pra dan pasca bedah sesuai dengan program pengobatan
- Tidak bisa makan dan minum melalui oral
- Sebelum transfusi darah
- Perlu pengobatan dengan cara infuse

Universitas Sulawesi Barat 2


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Kontraindikasi
 Inflamasi (nyeri, demam, bengkak,) dan infeksi di lokasi pemasangan
infus.
 Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah).
 Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

C. Persiapan alat & bahan


 Abocath sesuai ukuran yang dibutuhkan
- Infuse set sesuai ukuran
- Cairan infuse sesuai kebutuhan klien
- Standart infuse
- Tourniquet
- Gunting verban
- Plester
- Kapas alcohol dalam tempat tertutup
- Bethadine dalam tempatnya
- Kassa steril
- Sarung tangan bersih
- Papan spalk (bila diperlukan)
- Perlak kecil/pengalas

Universitas Sulawesi Barat 3


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- Bengkok

PEMASANGAN INFUS

N Dilakukan
ITEM PENILAIAN
O Ya Tdk
1. Pengkajian
Cek perencanaan keperawatan klien
2. Perencanaan
 Cuci tangan dengan air mengalir
 Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan
 Abocath sesuai ukuran yang dibutuhkan
- Infuse set sesuai ukuran
- Cairan infuse sesuai kebutuhan klien
- Standart infuse
- Tourniquet
- Gunting verban
- Plester
- Kapas alcohol dalam tempat tertutup
- Bethadine dalam tempatnya
- Kassa steril
- Sarung tangan bersih
- Papan spalk (bila diperlukan)
- Perlak kecil/pengalas
- Bengkok
 Membawa alat-alat ke dekat klien
3. Implementasi
 Identifikasi klien
 Mempersiapkan psikologis klien
 Mengatur cahaya agar penerangan baik
 Pasang infus set ke cairan
 Mencuci tangan di air mengalir
 Memasang sarung tangan bersih

Universitas Sulawesi Barat 4


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

 Memilih posisi yang tepat dan benar


 Memasang tourniquet
 Desinfeksi vena dengan tekhnik yangbenar (dengan
alkohol), dengan caramemutar atau ke bawah dengan
satu kali usapan
 Buka kateter (abbocath) dan periksa apakah ada
kerusakan
 Menusukkan kateter pada vena yang telah dipilih
dengan arah dari samping
 Memperhatikan adanya darah dalam kompertemen
darah dalam kateter, bila ada maka mandrin ditarik dan
kateter sedikit demi sedikit dimasukkan kedalam vena
 Tourniquet dicabut
 Menyambungkan dengan terlebih dahulu
dikeluarkan cairannya sedikit dan sambil dibiarkan
menetes sedikit
 Memberikan plester pada ujung plastik kateter tapi
tidak menyentuh area penusukan untuk fiksasi
 Membalut dengan kasa bethadine steril dan
menutupnya dengan kasa steril kering
 Memberi plester dengan benar, dengan
mempertahankan keamanan kateter agar tidak tercabut
 Mengatur tetesan infus sesuai dengan kebutuhan
klien
 Membereskan alat
 Mencuci tangan
4. Evaluasi
 Cek 5 benar pemberian obat
 Cek keamanan infus
 Cek rasa nyaman atau respon klien
5. Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan
 Waktu pemasangan
 Vena yang dipasang
 Cairan dan tetesan yang diberikan

Universitas Sulawesi Barat 5


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

 Respon klien
 Nomor abocath yang dipakai
 Perawat yang memasang

PEMASANGAN TRANSFUSI DARAH

A. Defenisi
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasienyang membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena
denganmenggunakan alat tranfusi set.
B. Tujuan
1. Menggantikan kehilangan darah yang banyak sewaktu pembedahan dalam
kasus perdarahan.
2. Menggantikan kekurangan komponen darah yang spesifik contohnya,
Platelet, RBC, faktor – faktor pembekuan darah.
3. Untuk mempertahankan dan meningkatkan volume darah dalam sirkulasi
pada kasus – kasus syok akibat perdarahan.
4. Untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam darah pada kasus anemia.
C. Dilakukan pada
1. Klien yang kehilangan darah.
2. Klien yang penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukiemia)
D. Komponen Darah
1. Whole blood  semua komponen darah
2. Packed red cell/packed cell  plasma yang dikeluarkan dari whole blood.

Universitas Sulawesi Barat 6


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

3. Plasma  hasil pemisahan whole blood


4. Platelets  kandungannya platelets, limfosit dan sedikit plasma
5. Granulosit  kandungannya WBC, plasma dan sedikit RBC.
6. Albumin  kandungan albumin, plasma dan human albumin.
7. Clotting factor/faktor pembekuan darah  cryoprecepited anti hemolitik
faktor.
E. Rumus Pemberian Transfusi
1. PRC : Hb normal – Hb pasien x KgBB x 3
2. WB : Hb normal – Hb pasien x KgBB x 6

Check list
No Kegiatan Y Tdk
a
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Standar infus.
2. Tranfusi set.
3. NaC1 0,9%.
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Jarum infus/abocath atau sejenisnnya sesuai dengan ukuran.
6. Pengalas.
7. Tourniquet/ pembendung.
8. Kapas alkohol 70%.
9. Plester.
10. Gunting.
11. Kasa steril.
12. BetadineTM.
13. Sarung tangan.
Pelaksanaan
1. Cucitangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan NaC1 0,9% dan tranfusi set dengan cara

Universitas Sulawesi Barat 7


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

menusukkan.
4. Isi cairan NaC1 0,9% ke dalam transfusi set dengan menekan
bagian ruangtetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan
buka penutup hinggaselang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10 Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar
melaluijaruminfus/abocath).
11 Tank jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi.
12 Buka tetesan.
13 Lakukan desinfeksi dengan BetadineTM dan tutup dengan kasa
steril.
14 Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
15 Setelah NaC1 0,9% masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan
darah yang sudah disiapkan
16 Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas
pasien jenis golongan darah, dan tanggal kedaluwarsa
17 Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian tranfusi
18 Cuci tangan

Universitas Sulawesi Barat 8


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Universitas Sulawesi Barat 9


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PENGUKURAN CVP (Central Venous Presure)

A. Pengertian
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di
atrium kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter
volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan
vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan
hanya tekanan lokal.
Tekanan vena sentral (Central venous pressure, CVP) adalah tekanan
intravaskular didalam vena cava torakal. Tekanan vena sentral menggambarkan
banyaknya darah yang kembali ke dalam jantung dan kemampuan jantung
untuk memompa darah kedalam sistem arterial. Perkiraan yang baik dari
tekanan atrium kanan, yang mana merupakan faktor yang menentukan dari
volume akhir diastolik ventrikel kanan. Tekanan vena sentral menggambarkan
keseimbangan antara volume intravaskular, venous capacitance, dan fungsi
ventrikel kanan. Pengukuran CVP sering digunakan sebagai panduan untuk
menentukan status volume pasien dan kebutuhan cairan dan untuk memeriksa
adanya tamponade.

B. Indikasi
Central Venous Pressure ( CVP ) diindikasikan untuk ;
1. Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan.
2. Digunakan sebagai pedoman penggantian cairan pada kasus hipovolemi
3. Mengkaji efek pemberian obat diuretik pada kasus-kasus overload cairan

Universitas Sulawesi Barat 10


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

4. Sebagai pilihan yang baik pada kasus penggantian cairan dalam volume
yang banyak
C. Manajemen Keperawatan pada pasien yang terpasang CVP :
1. CVP digunakan untuk mengukur tekanan pengisian jantung bagian kanan
2. Pada saat diastolic, dimana katub tricuspid membuka, darah mengalir dari
atrium kanan ke ventrikel kanan, pada saat ini CVP merefleksikan sebagai
Right Ventricular End Diastolic Pressure (RVEDP).
3. Bila hasil pengukuran CVP dibawah normal, biasanya terjadi pada kasus
hipovolemi, menandakan tidak adekuatnya volume darah di ventrikel pada
saat akhir diastolic untuk menghasilkan stroke volume yang adekuat.
Untuk mengkompensasinya guna meningkatkan cardiac output, maka
jantung nmeningkatkan heart ratenya, meyebabkan tavhycardi, dan
akhirnya juga akan meningkatkan konsumsi 02 miokard.
4. Bila hasil pengukuran CVP diatas normal, biasanya terjadi pada kasus
overload, untuk mengkompensasinya jantung harus lebih kuat berkontraksi
yang juga akan meningkatkan konsumsi O2 miokard.
5. Standar pengukuran CVP bisa menggunakan ukuran mmHg atau cmH2O,
dimana 1 mmHg = 1,36 cmH2O.

D. Interpretasi pengukuran tekanan vena sentral4:


1. Rendah : < 6 cm H2O
2. Normal : 6 sampai 12 cm H2O
3. Tinggi : > 12 cm H2O

Universitas Sulawesi Barat 11


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Check list
No Kegiatan Y Tdk
a
Persiapan alat
- Skala pengukur
- Standar infus
- Treway stopcock (buntut)
- Pipa U
- Set Infus
- Plester
- Spidol
PELAKSANAAN
Cara merangkai
1. Menghubungkan set infus dengan cairan NaCl 0,9%
2. Mengeluarkan udara dari selang infus
3. Menghubungkan skala pengukur dengan treway stopcock
4. Menghubungkan selang infus dengan treway stopcock
5. Mengeluarkan udara dari treway stopcock
6. Menghubungkan treway stopcock dengan kateter line yang
sudah terpasang
Cara pengukuran
1. Posisikan pasien dengan posisi terlentang
2. Laveling adalah mensejajarkan skala titik nol dengan letak
jantung (pertemuan garis mid axila dengan intercosta ke 4
sinistra)
3. Memberi tanda titik nol pada skala dengan spidol
4. Membuka treway stopcock ke arah skala dan menutup ke arah
pasien
5. Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
6. Membuka treway stopcock ke arah pasien
7. Membaca tekanan CVP yaitu saat cairan NaCl 0,9% pada skala

Universitas Sulawesi Barat 12


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

sudah stabil berhenti dan kalikan dengan 8.

PEMASANGAN EKG

1. Pengertian
Pemasangan EKG adalah : grafik yang merekam perubahan poresial listrik
jantung yang dihubungkan dengan waktu.
2. Tujuan
- Untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung
- Kelainan otot – otot jantung
- Gangguan – gangguan elektrolit
- Perikarditis
- Memperkirakan adanya pembesaran jantung
3. Indikasi
- Klien dengan adanya keluhan nyeri dada
- Klien dengan riwayat penyakit jantung
- Cek – up
- Klien dengan penyakit jantung
4. Hal – hal yang perlu diperhatikan :
- Sebelum melakukan tindakan periksa terlebih dahulu tegangan EKG.
- Alat selalu dalam keadaan posisi stop apabila tidak digunakan
- Perekaman setiap lead dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks
- Kalibrasi dapat digunakan ½ mv bila gambar terlalu besar, atau 2 mv bila
gambar terlalu kecil.
- Hindari gangguan listrik & gangguan mekanik seperti : jam tangan, tremor,
batuk, bergerak dll.
- Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap klien.

Chekc
No Kegiatan list
Ya Tdk
Persiapan alat :
- Mesin EKG yang dilengkapi 3 kabel
- Plat elektroda (4 buah elektroda ekstremitas & manset, 6

Universitas Sulawesi Barat 13


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

buah elektroda unipolar)


- Jelly elektode
- Kapas alcokol bila perlu
- Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
- Kertas tissue
- Nierbekken
- Blangket (bila perlu)
- Sampiran
- Pulpen.
- Handscoond
- Troly/ meja instrumen.
Pelaksanaan :
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Alat – alat didekatkan dengan klien
4. Pasang sampiran
5. Pakaian klien dibuka & dibaringkan terlentang dalam keadaan
tenang
6. Pasang Handscoon
7. Bersihkan kulit klien dengan kapas alcohol
8. Beri jelly
9. Hubungkan kabel elektrode dengan klien.
10 Tempatkan elektroda bipolar pada kedua ekstremitas atas &
bawah dengan memperhatikan symbol kabel :
- Merah (RA/R) lengan kanan
- Kuning (LA/L) lengan kiri
- Hijau (LF/F) tungkai kiri
- Hitam (RF/N) tungkai kanan sebagai ground
11 Pemasangan elektroda dada (sedapan unipolar) dengan
memperhatikan symbol :
- C1 : sela iga ke 4 garis sternal kanan
- C2 : sela iga ke 4 garis sternal kiri
- C3 : terletak antara C2 & C4 kiri
- C4 : ruang sela iga ke 5 pada garis midclavikula kiri

Universitas Sulawesi Barat 14


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- C5 : garis aksilla depan sejajar dengan C4


- C6 : garis aksilla tegah sejajar dengan C4 & C5
12 Hidupkan mesin EKG dan tunggu sejenak pemanasan
13 Periksa kembali standarisasi EKG
14 Tekan tombol star dan pindahkan lead selector secara berturut-
turut lead (I,II,III,aVR, AVL, AVF, C1, C2, C3, C4, C5, C6)
15 Bersihkan dada & kedua ekstremitas dengan tissue
16 Rapikan alat & klien
17 Lepaskan handscoond
18 Cuci tangan.
19 Alat – alat dirapikan.
20 Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan
dengan hipoksia telah hilang
21 Dokumentasikan metode pemberian oksigen, kecepatan aliran,
kepatenan nasal kanula, respon klien dan pengkajian
pernapasan.

Universitas Sulawesi Barat 15


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OKSIGENASI

A. INHALASI OKSIGEN
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan.
Tujuan :
a. Nasal kanul
Memberikan oksigen dengan konsentrasi relative rendah saat kebutuhan
oksigen minimal dan berikan oksigen yang tidak terputus pada saat klien
makan dan minum
b. Masker wajah
Memberikan oksigen dengan kadar sedang
c. Tenda wajah
Memberikan oksigen dengan kelembaban tinggi.
Persiapan alat :
- Tabung oksigen dengan flowmeter
- Humidifier dengan cairan steril
- Nasal kanul dan slang
- Masker wajah dengan ukuran yang sesuai serta karet pengikat dan
tenda wajah sesuai ukuran

Prosedur pelaksanaan :
1. Kaji kebutuhan terpai oksigen dan perintah pengobatan
2. Siapkan klien dan keluarga
Atur posisi klien semifowler jika memungkinkan, posisi ini
memungkinkan ekspansi dada lebih mudah sehingga memudahkan
klien utuk bernafas. Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya. Petunjuk
keamanannya diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan

Universitas Sulawesi Barat 16


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

akibat dispneu. Informasikan kepada klien dan keluarga tentang


petunjuk keamanan penggunaan oksigen
3. Atur peralatan oksigen dan humidifier
Cek apakah oksigen dapat mengalir secara bebas lewat slang.
Seharusnya tidak ada suara pada slang dan sambungan tidak bocor.
Seharusnya terdapat gelembung udara pada humidifier saat oksigen
mengalir lewat air. Perawat merasakan oksigen keluar dari kanul,
masker, atau benda.
4. Atur oksigen dengan flowmeter sesuai dengan perintah
5. Pasang alat pemberian oksigen yang sesuai
a. Kanul
- Letakkan kanul pada wajah klien, dengan lubang kanul masuk
kehidung dan karet pengikat melingkar ke kepala. Beberapa model
yang lain, karet pengikat ditarik kebawah dagu.
- Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya, plesterkan pada bagian
wajah
- Alasi slang dengan kasa pada karet pengikat pada telinga dan
tulang pipi jika dibutuhkan.
b. Masker wajah
- Tempatkan masker kearah wajah klien dan letakkan dari hidung
kebawah
- Atur masker sesuai dengan bentuk wajah. Masker harus menutup
wajah sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar lewat mata atau
sekitar dagu dan pipi
- Ikatkan karet pengikat melingkar kepala klien sehingga masker
terasa nyaman
- Alasi karet dibelakang telinga dan diatas tulang yang menonjol.
Alas akan mencegah iritasi
c. Tenda wajah
Tempatkan tenda pada wajah klien dan ikutkan melingkar pada
kepala
6. Kaji klien secara teratur

Universitas Sulawesi Barat 17


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- Kaji tingkat kecemasan klien, warna mukosa, dan kemudahan


bernafas saat dipasangi alat
- Kaji klien dalam 15 – 30 menit pertama bergantung pada kondisi
klien dan setelah itu kaji secara teratur
- Kaji TTV, warna, pola nafas dan gerakan dada
- Kaji secara teratur tanda klinis seperti hipoksia, takikardia,
dispneu, kelelahan dan sianosis
- Kaji hidung klien jika ada iritasi, beri cairan pelumas jika
dibutuhkan untuk melapisi membran mukosa
- Inspeksi kulit wajah bila ada basah/goresan dan keringkan
- Rawat jika perlu
7. Inspeksi peralatan secara teratur
- Cek liter flowmeter dan tinggi air humidifier dalam 30 menit
- Pastikan petunjuk keamanan diikuti
8. Catat data yang relevan pada dokumentasi keperawatan
Catat terapi dan semua hasil pengkajian keperawatan

Check
No Uraian kegiatan List
Ya Tdk
3 INHALASI OKSIGEN
- Menjelaskan pengertian dan tujuan dari pemasangan kanul,
masker wajah dan tenda wajah
- Menyiapkan alat - alat pemasangan kanul, masker wajah dan
tenda wajah
- Mengkaji kebutuhan terapi oksigen
- Menyiapkan klien dan keluarga
 Mengatur posisi klien semifowler jika memungkinkan
 Menjelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya jika
petunjuk keamanan diperhatikan dan akan mengurangi
ketidaknyamanan akibat dispneu
- Mengatur peralatan oksigen dan humidifier

Universitas Sulawesi Barat 18


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- Memutar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat


berfungsi
 Mengecek apakah oksigen dapat mengalir bebas lewat
slang
 Seharusnya tidak ada suara pada slang dan sambungan
tidak bocor.
 Seharusnya tidak ada gelembung udara pada humidifier
saat oksigen mengalir lewat air. Perawat merasakan
oksigen keluar dari masker, kanul, dan tenda
 Mengatur oksigen dengan flowmeter sesuai perintah
- Memasang alat pemberian oksigen yang sesuai
Kanul
- Meletakkan kanul pada wajah klien, dengan lubang
kanul masuk kehidung dan karet pengikat melingkar
dikepala.
- Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya,
plesterkan pada bagian wajah
- Alasi slang dengan kasa pada karet pengikat pada
telinga dan tulang pipi jika dibutuhkan.
Masker wajah
- Menempatkan masker kearah wajah klien dan
letakkan dari hidung kebawah
- Mengatur masker sesuai dengan bentuk wajah.
Masker harus menutup wajah sehingga sangat
sedikit oksigen yang keluar lewat mata atau sekitar
dagu dan pipi
- Mengikatkan karet pengikat melingkar kepala klien
sehingga masker terasa nyaman
- Mengalasi karet dibelakang telinga dan diatas
penonjolan tulang untuk mencegah iritasi
- Mengkaji klien secara teratur
- Menginspeksi peralatan secara teratur
- Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
- Mendokumentasikan tindakan

Universitas Sulawesi Barat 19


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

WATER SEAL DRAINAGE (WSD) / CHEST TUBE

Pengertian
Penyakit maupun pembedahan dapat mengganggu system tekanan negative
tertutup paru, menyebabkan paru – paru kolaps. Udara maupun cairan dapat
berpindah ke cavum pleura. WSD dimasukkan kedalam cavum pleura dan
sistem drainage tertutup untuk mengalirkan udara dan cairan. WSD digunakan
setelah pembedahan thoraks, dan pneumothoraks atau hemothoraks untuk
membantu re-ekspansi paru – paru.

Pneumothoraks : pengumpulan udara dalam rongga pleura


Hemothoraks : akumulasi darah dan cairan dalam cavum pleura antara pleura
visceral, parietal, biasanya akibat dari trauma.
WSD : sebuah kateter dimasukkan ke dalam thoraks untuk mengeluarkan
udara dan cairan dalam rongga pleura dan untuk mencapai kembali tekanan
intrapleural dan pulmonal normal.

Pemasangan WSD sebaiknya adalah :


Garis media pada sela iga 6 atau sela iga ke 7
Mid klavikularis pada sela iga kedua

Keperawatan pasien dengan WSD

Universitas Sulawesi Barat 20


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Adanya distress pernapasan dan nyeri dada, bunyi nafas sekitar area patu yang
mengalami trauma dan tanda – tanda vital.

Observasi :
- Balutan luka, pastikan selang paten
- Selang terlipat, adanya bekuan
- Sistem drainage, seharusnya dalam posisi vertical dan dibawah ditempat
pemasangan

Selang WSD hanya dapat diklem dalam kondisi :


1. Untuk mengkaji kebocoran udara
2. Untuk secara cepat mengosongkan atau mengganti botol WSD
3. Untuk mengubah sistem : sistem yang baru harus dipersiapkan terlebih
dahulusebelum slang diklem sehingga transfer dapat secara cepat dilakukan
4. Untuk mengkaji apabila pasien telah siap untuk dilepaskan slang WSDnya
Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pengaliran
- Posisi semifowler untuk mengeluarkan udara (pneumothoraks)
- Posisi highfowler untuk mengalirkan cairan (hemothoraks)
5. Pertahankan koneksi antara selang dada dan selang drainage (dari botol) erat
dan plester
6. Hindari adanya sumbatan
7. Botol suction tidak boleh ada sumbatan saat suction digunakan
8. Isi botol WSD dan rapikan selang WSD yang kepanjangan disamping tempat
tidur pasien
9. Botol harus dalam posisi vertical. Saat selang mengalirkan cairan, tuliskan
waktunya dengan menggunakan plester pada botol tepat garis penambahan
volume botol WSD

Masalah yang dapat muncul pada selang dada :


1. Kebocoran udara
Gelembung udara berkelanjutan yang terlihat dalam botol WSD,
menunjukkan adanya kebocoran antara pasien dan botol
 Tandai lokasi kebocoran

Universitas Sulawesi Barat 21


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

 Eratkan koneksi yang longgar antara selang dada dan selang botol
 Koneksi yang longgar menyebabkan udara masuk ke system
 Kebocoran dianggap teratasi apabila gelembung udara yang konstan
teratasi
Gelembung udara berlanjut, menunjukkan bahwa kebocoran udara belum
teratasi
 Cross-clamp selang dada yang dekat dengan dada pasien, bila
gelembung udara berhenti, kebocoran udara terjadi didalam thoraks
pasien atau pada area masuknya selang dada
 Lepaskan klem, laporkan ke dokter ahli bedah
Peringatan : meninggalkan pasien dengan selang dada di klem dapat
menimbulkan tension pneumothoraks dan mediastinal shift
Gelembung udara berlanjut menunjukkan kebocoran bukan pada selang
dada atau area pemasangan
 Secara bertahap pindahkan klem ke selang drainage (dari botol)
 Saat gelembung udara berhenti, kebocoran terjadi di selang drain (dari
botol) atau dihubungan antara selang dada dengan selang botol
 Ganti selang atau eratkan kembali koneksi dan lepaskan klem
Gelembung udara berlanjut, menunjukkan kebocoran bukan pada selang
 Kebocoran dalam sistem drainage
 Ganti system drainage

Adanya tension pneumotoraks


Adanya distress pernafasan berat atau nyeri dada
- Pastikan selang dada tidak diklem, terlipat atau tersumbat. Tandai lokasi
kebocoran
- Selang dada yang terobstruksi menyebabkan udara terperangkap di dalam
rongga intrapleura saat kebocoran berasal dari pasien
Hilangnya bunyi nafas pada area yang terpasang WSD
- Laporkan ke dokter ahli bedah
Hipersonan pada area yang terpasang WSD, mediastinal shift pada area
yang normal, tracheal shift pada area yang normal, hipotension, tacikardia.

Universitas Sulawesi Barat 22


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- Segera persiapkan pemasangan WSD pada area lain


- Laporkan ke dokter untuk melakukan aspirasi untuk mengeluarkan udara
Selang yang terlipat – lipat menyebabkan cairan terperangkap
- Alirkan cairan ke dalam botol
- Perbaiki selang yang berkepanjangan dan fiksasi dengan bai
Terputusnya koneksi dengan botol
- Hubungkan kembali dengan botol
- Beri plester koneksi
Botol WSD rusak
- Masukkan ujung slang ke dalam cairan steril 2 cm dibawah permukaan
- Buat kembali botol WSD baru
- Bila cairan steril tidak ada, double klem slang dada saat mempersiapkan
botol baru
Selang WSD tidak berada dalam cairan steril
- Tambahkan cairan steril kedalam botol WSD sampai ujung selang 2 cm
dibawah permukaan
- Atau letakkan botol dalam posisi vertikal sehingga ujung selang berada
pada posisi yang tepat

KAPAN WSD DI CABUT ?


WSD dicabut apabila paru telah mengembang sempurna. Untuk mengetahui
paru sudah mengembang ialah dengan jalan penderita disuruh batuk – batuk,
apabila di selang WSD tidak ada lagi fluktuasi permukaan cairan, kemungkinan
besar paru telah mengembang dan juga berdasarkan dengan hasil pemeriksaan
fisik. Untuk mengetahui pasti paru telah mengembang dilakukan rontgen foto
thoraks.
Dipastikan bahwa paru telah mengembang dengan sempurna, sebaiknya WSD
jangan langsung dicabut tapi diklem dulu selama 3 hari. Setelah 3 hari klem
dibuka. Apabila paru tetap mengembang dengan baik baru selang WSD dicabut.
Selang WSD dicabut pada penderita ekspirasi maksimal.

PELAKSANAAN PERAWATAN WSD

Universitas Sulawesi Barat 23


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

N Check List
Kegiatan
o Ya Tdk
Persiapan
Klien
- Klien diberitahu
- Posisi diatur senyaman mungkin
- Memperhatikan privasi klien
Alat
Steril :
- Pinset anatomis (2 buah) atau sarung tangan
- Pinset cirurgis (1 buah)
- Klem arteri (2 buah)
- Gunting (1 buah) untuk angkat jahitan
- Kom steril (1 buah)
- Kassa steril secukupnya
- Botol baru dengan cairan desinfektan
- Betadine : Nacl = 1:9
- Kemicetine 2%
Tidak steril ;
- Sarung tangan
- Bengkok (2 buah)
- Gunting verban
- Plester
- Korentang
- Alas dan perlak
- Alkohol / wash bensin
Pelaksanaan
a. Membuka balutan lama
- Cuci tangan
- Alas dipasang
- Bengkok didekatkan
- Gunting plester sesuai kebutuhan
- Basahi plester dengan alkohol atau wash bensin
b. Membersihkan luka

Universitas Sulawesi Barat 24


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- Cuci tangan
- Paket steril dibuka dengan benar
- Larutan Nacl atau betadine atau cairan yang diperlukan
dituang kedalam kom (terlebih dahulu dibuang sedikit ke
dalam bengkok)
- Balutan lama diangkat dengan pinset anatomis dan
dibuang ke bengkok bersama pinsetnya
- Pasang sarung tangan steril
- Pinset anatomis dan cirurgis diambil, kasa steril untuk
kompres diperas, lalu pindahkan ke klem arteri untuk
membersihkan area luka
- Luka dibersihkan dengan benar
 Dari bagian tengah ke bagian luar
 Kaji : kemerahan, pembengkakan, nyeri, discharge,
bau
- Gunakan larutan betadine : Nacl 0,9 % 1:9 (2 kali), lalu
bersihkan luka WSD dengan Nacl 0,9 % 1:9 (2 kali)
- Keringkan luka dengan kasa steril
- Setelah itu oleskan luka dengan kemicetidine 2 % atau
kemitul (bila ada)
- Lalu di tutup dengan kassa steril ukuran kecil (2 buah)
dengan di gunting bagian tengahnya. Lalu ditutup
kembali dengan kassa steril ukuran besar dengan gunting
bagian tengahnya.
- Luka diberi plester, rekatkan dengan kuat

c. Mengganti botol WSD


- Klem selang WSD yang ke arah klien (chest tube) dengan
2 buah klem arteri
- Buka plester / connector pada penyambungan kedua
selang(chest tube dan selang ke botol WSD)
- Hubungkan selang botol WSD baru dengan chest tube
dengan menggunakan plester / connector
- Buka klem
- Catat adanya undulasi, dan intermitten bubble

Universitas Sulawesi Barat 25


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- Alat – alat dibereskan


Evaluasi
- Memvalidasi perasaan klien
- Membersihkan dan merapikan alat pada tempatnya semula
Dokumentasi
- Mencatat hasil dan respon klien pada proses keperawatan
- Mencatat kondisi luka dan perkembangan luka
- Mencatat jumlah dan warna drainage
- Mencantumkan nama perawat yang melakukan tindakan

TINDAKAN SUCTION

1. TUJUAN
Untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas. Memudahkan menghilangkan
secret jalan nafas
2. INDIKASI
Klien yang tidak bisa batuk efektif, klien yang kurang responsive atau koma
yang memerlukan pembuangan secret.

Check list
Kegiatan
No Ya Tdk
Persiapan Alat :
- Pengisap portable atau dinding dengan selang penghubung
- Kateter steril 12 - 16 FR
- Air steril atau normal salin

Universitas Sulawesi Barat 26


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- Sarung tangan
- Pelumas larut air
- Selimut atau handuk untuk melindungi laken atau baju
klien
- Masker wajah
- Kasa steril
- Pinset anatomis
- Cairan desinfektan untuk merendam kateter suction
Pelaksanaan
1. Siapkan peralatan disamping tempat tidur
2. Cuci tangan
3. Jelaskan pada klien prosedur akan membantu membersihkan
jalan nafas dan menghilangkan beberapa masalah pernafasan.
Jelaskan bahwa batuk, bersin, atau menelan adalah normal
4. Pasang masker
5. Posisikan klien dengan tepat
6. Bila sadar dengan refleks gag berfungsi, baringkan klien
dengan posisi semifowler dengan kepala miring ke satu sisi
untuk pengisapan oral. Beringkan klien dengan posisi fowler
dengan leher ekstensi untuk pengisapan nasal
7. Bila tidak sadar, baringkan klien pada posisi lateral
menghadap pada anda untuk pengisapan oral atau nasal
8. Tempatkan handuk pada bantal atau dibawah dagu klien
9. Pilih tekanan dan tipe unit pengisap yang tepat. Untuk semua
unit pengisap adalah 100 – 120 mmHg pada orang dewasa, 95
– 110 mmHg pada anak – anak atau 50 – 90 mmhg pada bayi
10 Tuangkan air steril atau normal salin ke dalam wadah yang
steril
11 Gunakan sarung tangan steril
12 Gunakan tangan yang telah memakai sarung tangan,
sambungkan kateter suction ke selang mesin suction
13 Basahi ujung kateter dengan larutan steril. Pasang pengisap
dengan ujungnya terletak dalam larutan
14 Pengisapan
15 Orofaringeal :
Dengan perlahan masukkan kateter kedalam salah satu sisi

Universitas Sulawesi Barat 27


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

mulut klien dan arahkan ke orofaring, bila klien tidak sadar


dapat dibantu membuka mulut dengan spatel
16 Nasofaringeal :
Dengan perlahan masukkan kateter yang telah diberi pelumas
kedalam salah satu lubang hidung. Arahkan kedalam medial
sepanjang dasar rongga hidung. Jangan dorong paksa kateter,
bila lubang hidung yang satu tidak paten, coba lubang hidung
yang lain.
17 Sumbat port pengisap dengan ibu jari anda. Dengan perlahan
putar kateter saat anda menariknya. Keseluruhan prosedur
tidak boleh lebih dari 15 detik
18 Bilas kateter dengan larutan steril dengan meletakkannya
dalam larutan dan lakukan pengisapan, bila disekeliling luar
kateter suction banyak secret melengket dapat dilap dengan
memakai kasa steril
19 Bila klien tidak mengalami distres pernafasan, biarkan ia
istirahat 20 – 30 detik sebelum memasukkan kateter ulang
20 Bila klien mampu, minta ia untuk bernafas dalam dan batuk
diantara pengisapan
21 Bila diperlukan pengisapan ulang tindakan no 11 – 13
22 Bila alat tersedia, keteter suction dibuang dengan
membungkusnya dengan sarung tangan yang dipakai, namun
bila terbatas maka kateter suction yang sudah dibilas dengan
normal salin dan dilap dengan kasa steril dapat disimpan
untuk pengisapan selanjutnya dan direndam dalam larutan
desinfektan
23 Rapikan klien
24 Bersihkan alat – alat dan persiapkan paralatan untuk
pengisapan selanjutnya bila ada sekret lagi
25 Perawat cuci tangan dengan memakai sarung tangan
keringkan baru buka, beri talk dan lipat serta simpan pada
tempatnya untuk disterilkan kembali
26 Catat prosedur yang dilakukan pada catatan perawat

Universitas Sulawesi Barat 28


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PERAWATAN LUKA

Pengertian
Merupakan tindakan keperawatan untuk merawat luka dan melakukan
pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan
mempercepat proses penyembuhan luka
Tujuan

Universitas Sulawesi Barat 29


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- Mencegah terjadinya infeksi


- Mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan luka.

Chekc
No Kegiatan list
Ya Tdk
Persiapan alat :
- Sarung tangan 1 buah
- Pinset anatomi 1 buah
- Pinset Chirurgi 1 buah
- Guntingkecil 1 buah
- Gass steril secukupnya
- Penutup luka (hipafix) secukupnya
- Sodium Klorida 0,9 % 5 cc
- Bengkok 1 buah
Persiapan Klien
- Memperkenalkan diri.
- Menjelaskan tujuan dilakukan prosedur.
- Menjelaskan urutan perasat.
- Meminta persetujuan pasien.
- Menyiapkan pasien.

Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan dengan tepat
2. Dekatkan alat ke pasien
3. Memakai sarung tangan
4. Membuka balutan/verban.
5. Bersihkan sekitar luka dari bekas plester/perekat.
6. Bersihkan luka dengan sodium klorida 0,9 % dengan teknik
melingkar.
7. Tutup luka dengan kasa lembab yang telah dibasahi dengan
sodium klorida 0,9%
8. Tutup luka dengan kasa kering dan hipafix
9. Rapikan pasien.

Universitas Sulawesi Barat 30


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

10 Bereskan alat, mohon diri.


11 Cuci tangan setelah tindakan.
12 Dokumentasikan keadaan luka dan perasat yang telah
dilakukan.

PROSEDUR PEMASANGAN KATETER URINE

Check list
No Kegiatan
Ya Tdk
Persiapan alat.
- Sarung tangan sterile.
- Alat tenun (duk) sterile.

Universitas Sulawesi Barat 31


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- Kateter sterile sekali pakai.


- Jeli.
- Kasa sterile.
- Cairan anti septic untuk pembersih area uretra.
- Botol sterile untuk pemeriksanaan.
- Alat plastik/alat penampung urine (bedpan/urinal bag).
- Lampu sorot.
- Pincet.
- Spoit
- Plester
- Aquadesh.
Pelaksanaan :
Prosedur kerja pada pria
1. Mencuci tangan.
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan kateter pada
pasien dan keluarga.
3. Mengatur posisi klien supine dan kedua kaki dilebarkan.
4. Menempatkan penutup diatas kedua paha.
5. Mencuci tangan dan memasang sarung tangan sterile.
6. Meletakkan duk lubang sterile diatas sekitar perineal.
7. Menolesi kateter dengan jelly pelumas.
8. Mencuci gland penis disekitar meatus dengan antiseptic
menggunakan kasa sterile.
9. Memegang penis dengan tangan kiri dan menegakkannya.
10 Memasukkan kateter kedalam uretra (15-25 cm) sampai urine
mengalir keluar.
11 Menarik penis sedikit kebawah jika agak sulit memasukkan
kateter.
12 Menampung urine pada botol sterile untuk pemeriksaan dan
menampung sisanya pada tempat yang telah disediakan.
13 Setelah urine keluar, masukkan kateter kedalam ± 2,5 cm.
14 Mencabut kateter jika urine sudah habis atau mengembungkan
balon kateter dengan menggunakan spoit berisi aquadesh
sebanyak yang telah ditentukan oleh pabrik.
15 Menfiksasi kateter keabdomen bawah.
16 Menyambung kateter dengan kantung plastik urine (urine bag)

Universitas Sulawesi Barat 32


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

sebelum kateter dimasukkan ke uretra.


17 Mendokumentasikan hasil pemasangan kateter uirine dan
respon klien pada catatan klien.
Prosedur kerja pada wanita.
1. Mencuci tangan.
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan kateter pada
pasien dan keluarga.
3. Mengatur posisi klien supine dan lithotomi.
4. Menyiapkan tempat sterile berisi alat-alat sterile.
5. Menyiapkan tempat untuk alat-alat non sterile.
6. Menekuk lutut klien.
7. Menutup area yang tidak digunakan.
8. Mengalasi dengan kain tenun sterile.
9. Mencuci tangan dan memasang sarung tangan sterile.
10 Memisahkan labia minora dan meletakkan 1 tangan untuk
mempertahankan posisi.
11 Membersihkan area meatus dari atas kebawah memakai kasa
sterille. Hanya satu kali pakai untuk tiap kasa.
12 Memasukkan kateter yang telah diberi jelly ke meatus uretra
dengan menggunakan tehnik sterile.
13 Menampung urine untuk pemeriksaan dan sisanya pada
tempat yang telah disediakan. Atau mengembungkan balon
dengan menggunakan spoit berisi aquadesh sejumlah yang
telah ditentuklan pabrik.
14 Menfiksasi kateter.
15 Menyambung kateter dengan kantung plastik urine (urine bag)
sebelum kateter dimasukkan ke uretra.
16 Merapikan klien dan peralatan.
17 Menilai kondisi klien.
18 Mengatur posisi urine bag lebih rendah dari kandung kemih
klien.
19 Mendokumentasikan hasil pemasangan kateter uirine dan
respon klien pada catatan klien.
Perawatan kateter indwelling.
1. Bersihkan daerah sekitar lubang uretra tempat masuknya
kateter dengan sabun dan air pada waktu mandi untuk

Universitas Sulawesi Barat 33


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

menghilangkan kotoran.
2. Hindarkan menggunakan bedak dan semprotan pada daerah
perineal.
3. Hindarkan menarik kateter selama dibersihkan.
Mengambil urine untuk kultur.
1. Pasang klem pada slang drainase selalu diaspirasi selama
beberapa saat/menit untuk mengumpulkan urine.
2. Bersihkan lubang untuk aspirasi dengan alkohol 70 % atau
povidone iodine.
3. Masukkan jarum suntik sterile no 25 ke dalam saluran aspirasi
atau dari tutup kateter.
4. Aspirasi sedikit volume untuk pemeriksaan.
5. Tarik jarum dari tabung dan alirkan urine dengan hati-hati ke
dalam tempat penampungan kulutur sterile.
6. Lepaskan klem pada pipa drainase.

PEMASANGAN NASO GASTRIKTUBE (NGT)

A. Pengertian
Memasukkan NGT (Naso Gastrik Tube) melalui hidung ke dalam lambung.
B. Tujuan

Universitas Sulawesi Barat 34


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

- Memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal


- Memungkinkan evakuasi isi lambung 
- Mencegah regurgitasi dan aspirasi isi lambung
- Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium.
C. Indikasi
- Klien tidak sadar (koma)
- Klien dengan masalah saluran pencernaan atas
- Klien yang tidak mampu menelan
- Klien pascaoperasi pada mulut/faring/oesophagus
- BBLR
- Klien yang muntah terus menerus yang tidak terpenuhi kebutuhan
nutrisinya.
- Klien dengan keracunan makanan.
D. Hal – hal yang perlu diperhatikan :
- Perhatikan respon klien saat selang NGT di masukkan
- Jika ada sianosis saat memasukkan jangan di paksa selang NGT
dimasukkan.
- Pangkal

Check list
No Kegiatan
Ya Tdk
Persiapan alat :
1. Slang nasogastrik sesuai ukuran  (ukuran 14-18 fr)
2. Pelumas/ jelly
3. Spuit berujung kateter 50 ml
4. Stetoskop
5. Lampu senter/ pen light
6. Klem
7. Handuk kecil
8. Tissue
9. Spatel lidah
10. Sarung tangan dispossible
11. Plester
12. Nierbekken
13. Bak instrument
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan dan atur peralatan

Universitas Sulawesi Barat 35


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

2. Jelaskan prosedur pada pasien


3. Bantu pasien untuk posisi Fowler
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda
bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan
dominan kiri)
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk
bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain
tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan
mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau
lidi kapas. Periksa adakah infeksi dll
6. Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.
7. Persiapkan tissue dalam jangkauan.
8. Gunakan sarung tangan
9. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai
dengan plester.Ukur jarak dari lubang hidung ke daun
telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada
daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum dengan
plester kecil.
10 Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke
dalam lubang hidung yang paling bersih
11 Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung,
minta pasien menahan kepala dan leher lurus dan membuka
mulut.
12 Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam
faring, instruksikan pasien untuk menekuk kepala ke depan
dan menelan.

13 Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan


memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat pasien
menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung di
tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-
langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien untuk
bernafas dalam
14 Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke
lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa

Universitas Sulawesi Barat 36


PANUM 2019 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

penempatannya:minta pasien membuka mulut untuk melihat


slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung,
tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke
selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung
dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
15 Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester
sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1
inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung,
kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang.
16 Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah
pasien. Pita karet dapat Digunakan untuk memfiksasi slang.

Universitas Sulawesi Barat 37

Anda mungkin juga menyukai