Anda di halaman 1dari 40

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

A. DEFINISI

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang
disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008) Katarak merupakan kekeruhan
yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan
(Admin,2009) Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat
gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu
(Iwan,2009).

B. KLASFIKASI

Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

1. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative.

2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.

3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM


dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan
katarak komplikata.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

1. Katarak kongeniatal, katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat
pada usia di bawah 1 tahun).

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40
tahun.
3. Katarak presenil, katarak sesudah usia 30-40 tahun.

4. Katarak senilis, katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini
merupakan proses degeneratif (kemunduran) dan yang paling sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah :

1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan
lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada
stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya
sehingga cenderung diabaikan.

2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih.

3) Katarak matur : pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan
bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca,
penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.

4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes


melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang
lainya.

C. ETIOLOGI

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin, 2000) :

1. Usia lanjut dan proses penuaan.

2. Congenital atau bisa diturunkan.

3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). Katarak juga dapat disebabkan oleh
beberapa faktor risiko lain, seperti:

1) Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.

2) Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan


metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.

3) Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.

4) Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti


kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

5) Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

D. PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus
multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan
dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.

Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan
oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses
penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
dalam jangka waktu yang lama.
E. PATHWAY

Usia lanjut dan Congenital atau bisa Cedera mata Penyakit metabolic
proses penuaan diturunkan (misalnya DM)

Nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat


kekuningan
Deficit Pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pada serabut halus multiple


Tidak mengenal
(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah
sumber informasi
lensa)
Kurang terpapar
terhadap informasi
Hilangnya transparansi lensa
tentang prosedur
tindakan pembedahan

Perubahan kimia dalam protein lensa


Risiko Cedera
Cemas/Ansietas

Koagulasi
Gangguan
penerimaan
Mengabutkan pandangan
sensori/status
organ indera
Prosedur invasive
Terputusnya protein lensa disertai influks air
pengangkatan katarak
ke dalam lensa
Menurunnya
ketajaman
penglihatan
Usia meningkat
Risiko Infeksi

Gangguan
Penurunan enzim menurun
persepsi sensori-
perseptual
penglihatan
Degenerasi pada lensa

KATARAK

Post Op Nyeri Akut


F.MANIFESTASI KLINIS

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain :

1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta


gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.

2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.

Gejala objektif biasanya meliputi :

1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina takakan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.

2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.

3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih,
sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif. Gejala umum gangguan katarak
meliputi :

1) Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2) Gangguan penglihatan bisa berupa :

a. Peka terhadap sinar atau cahaya.

b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).

c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Gejala lainya adalah :

1) Sering berganti kaca mata.


2) Penglihatan sering pada salah satu mata.

F. KOMPLIKASI

1. Gluocoma.

2. Uveitis.

3. Kerusakan endotel kornea.

4. Sumbatan pupil.

5. Edema macula sistosoid.

6. Endoftalmitis.

7. Fistula luka operasi.

8. Pelepasan koroid.

9. Bleeding.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan


kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.

2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.

3. Pengukuran tonografi : TIO (12 – 25 mmHg).

4. Pengukuran gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

5. Tes provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma.

6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,


perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik/infeksi.

8. EKG, Kolestrol serum, lipid.

9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM.

10. Keratometri.

11. Pemeriksaan lampu slit.

12. A-scan ultrasound (echography).

13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.

14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

H. PENATALAKSANAAN

1. Pencegahan

Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung


vitamin C, B2, A, dan E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar
UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar
pada siang hari.

2. Penatalaksanaan Medis

Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :

1) Ekstraksi katarak ekstrakapsuler. Merupakan teknik yang lebih disukai dan


mencapai 98% pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsulanterior,
menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmenkortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior dan
zonula lentis tetap utuh. Selain itu, ada penemuan terbaru pada ekstrasi
ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan
lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekuensi
tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang
kemudian diaspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi
kontinus.

2) Ekstraksi katarak intrakapsuler. Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu


kesatuan. Setelah zonula dipisahkan, lensa diangkat dengan cryopobe, yang
diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Saat diletakkan langsung pada
kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara
lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina
bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata. Koreksi optikal yang
dapat dilakukan diantaranya :

a. Kaca Mata Apikal. Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral
yang baik, namun pembesaran 25% - 30% menyebabkan penurunan dan
distorsi pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami
relasi spasial, membuat benda-benda tampak jauh lebih dekat dan mengubah
garis lurus menjadi lengkung. Memerlukan waktu penyesuaian yang lama
sampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan
berfungsi aman dengan medan pandang yang terbatas.

b. Lensa Kontak. Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apical.
Lensa ini memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka
yang mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa
kontak. Namun, bagi lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena
kebanyakan lansia mengalami kemunduran keterampilan, sehingga pasien
memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.

c. Implan Lensa Intraokuler (IOL). IOL adalah lensa permanen plastik yang
secara bedah diimplantasi ke dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan
dengan bentuk dan ukuran normal, karena IOL mampu menghilangkan efek
optikal lensa apakia. Sekitar 95% IOL dipasang di kamera posterior, sisanya
di kamera anterior. Lensa kamera anterior dipasang pada pasien yang
menjalani ekstraksi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa
sengaja selama prosedur ekstrakapsuler.
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah keterangan lain
mengenai identitas pasien. Pada pasien dengan katarak kongenital biasanya sudah terlihat
pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40
tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien
dengan katarak senilis terjadi pada usia > 40 tahun.

1. Riwayat penyakit sekarang.

Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien
dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.

2. Riwayat penyakit dahulu.

Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya memicu risiko
katarak.

3. Aktivitas istirahat.

Gejala yang terjadi pada aktivitas istirahat yakni perubahan aktivitas biasanya atau
hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.

4. Neurosensori.

Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gamgguan penglihatan kabur/tidak jelas,
sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca
mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
(katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (glukoma
berat dan peningkatan air mata).

5. Nyeri/kenyamanan.

Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan atau mata berair, nyeri tiba-tiba/berat


menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.

6. Pembelajaran/pengajaran.

Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga apakah
ada riwayat diabetes atau gangguan system vaskuler, kaji riwayat stress, alergi,
gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin
dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pre-operasi

a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan


penerimaan sensori/status organ indera.

b. Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –


kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.

c. Deficit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan


tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan
kognitif.

d. Ansietas berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan/tindakan pembedahan.

2. Post-operasi

a. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.


b. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan
tubuh.

c. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan


penerimaan sensori/status organ indera.

d. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –


kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.

C. ANALISA DATA

No. Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS : Usia lanjut dan penuaan; congenital atau Gangguan persepsi sensori


1. Mendengar suara
bisa diturunkan; cedera mata; penyakit – perseptual penglihatan
bisikan atau melihat
metabolic (misal DM)
bayangan
2. Merasakan sesuatu
Nucleus mengalami perubahan warna
melalui indera
menjadi coklat kekuningan
penglihatan,
penciuman,
perabaan, atau Perubahan fisik (perubahan pada serabut

pengecapan halus multiple (zunula) yang

DO : memanjang dari badan silier ke sekitar

1. Distorsi sensori daerah lensa)

2. Respons tidak
sesuai Hilangnya transparansi lensa

3. Bersikap seolah
melihat, Perubahan kimia dalam protein lensa

mendengar,
mengecap, meraba, Koagulasi

atau mencium
sesuatu Mengabutkan pandangan
Gangguan penerimaan sensori/status
organ indera

Menurunnya ketajaman penglihatan

Gangguan persepsi sensori –


perseptual penglihatan
2. DS : Usia lanjut dan penuaan; congenital atau Nyeri Akut
1. Mengeluh nyeri bisa diturunkan; cedera mata; penyakit
DO : metabolic (misal DM)
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif Nucleus mengalami perubahan warna
(mis. waspada, menjadi coklat kekuningan
posisi menghindari
nyeri)
Perubahan fisik (perubahan pada serabut
3. Gelisah
halus multiple (zunula) yang
4. Frekuensi nadi
memanjang dari badan silier ke sekitar
meningkat
daerah lensa)
5. Sulit tidur
6. Tekanan darah
Hilangnya transparansi lensa
meningkat
7. Proses berpikir
Perubahan kimia dalam protein lensa
terganggu

Koagulasi

Mengabutkan pandangan

Terputusnya protein lensa disertai influx


air ke dalam lensa

Usia meningkat
Penurunan enzim menurun

Degenerasi pada lensa

Katarak

Post Op

Nyeri Akut

3. DS : Usia lanjut dan penuaan; congenital atau Deficit Pengetahuan


1. Menanyakan bisa diturunkan; cedera mata; penyakit
masalah yang metabolic (misal DM)
dihadapi
DO : Nucleus mengalami perubahan warna
1. Menunjukkan menjadi coklat kekuningan
perilaku tidak
sesuai anjuran
Perubahan fisik (perubahan pada serabut
2. Menunjukkan
halus multiple (zunula) yang
persepsi yang keliru
memanjang dari badan silier ke sekitar
terhadap masalah
daerah lensa)
3. Menjalani
pemeriksaan yang
Hilangnya transparansi lensa
tidak tepat
4. Menunjukkan
Perubahan kimia dalam protein lensa
perilaku berlebihan
(mis. apatis,
Koagulasi
bermusuhan,
agitasi, histeris)
Mengabutkan pandangan
Tidak mengenal sumber informasi

Deficit Pengetahuan
4. DS : Usia lanjut dan penuaan; congenital atau Cemas/Ansietas
1. Merasa bingung bisa diturunkan; cedera mata; penyakit
2. Merasa khawatir metabolic (misal DM)
dengan akibat dari
kondisi yang Nucleus mengalami perubahan warna
dihadapi menjadi coklat kekuningan
3. Sulit berkonsentrasi
DO :
Perubahan fisik (perubahan pada serabut
1. Tampak gelisah
halus multiple (zunula) yang
2. Tampak tegang
memanjang dari badan silier ke sekitar
3. Sulit tidur
daerah lensa)
4. Frekuensi napas
meningkat
Hilangnya transparansi lensa
5. Frekuensi nadi
meningkat
Perubahan kimia dalam protein lensa
6. Tekanan darah
meningkat
Koagulasi
7. Tremor

Mengabutkan pandangan

Terputusnya protein lensa disertai influx


air ke dalam lensa

Usia meningkat

Penurunan enzim menurun

Degenerasi pada lensa


Katarak

Kurang terpapar terhadap informasi


tentang prosedur tindakan pembedahan

Cemas/Ansietas

5. DS : Usia lanjut dan penuaan; congenital atau Risiko Cedera


- bisa diturunkan; cedera mata; penyakit
DO : metabolic (misal DM)
1. Gangguan
penglihatan Nucleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pada serabut


halus multiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar
daerah lensa)

Hilangnya transparansi lensa

Perubahan kimia dalam protein lensa

Koagulasi

Mengabutkan pandangan

Gangguan penerimaan sensori/status


organ indera
Risiko Cedera

6. DS : Usia lanjut dan penuaan; congenital atau Risiko Infeksi


bisa diturunkan; cedera mata; penyakit
-
metabolic (misal DM)
DO :

- Nucleus mengalami perubahan warna


menjadi coklat kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pada serabut


halus multiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar
daerah lensa)

Hilangnya transparansi lensa

Perubahan kimia dalam protein lensa

Koagulasi

Mengabutkan pandangan

Terputusnya protein lensa disertai influx


air ke dalam lensa

Usia meningkat

Penurunan enzim menurun

Degenerasi pada lensa


Katarak

Prosedur invasive pengangkatan katarak

Risiko Infeksi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan persepsi TUPAN Minimalisasi Rangsangan Minimalisasi Rangsangan
sensori – perseptual Setelah dilakukan a. Observasi a. Observasi
penglihatan b.d tindakan keperawata 1. Periksa status mental atau pola 1. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
gangguan penerimaan selama 3x24 jam, rangsangan yang ada (baik rangsangan apa yang mengganggu
sensori/status organ diharapkan gangguan internal atau eksternal) kondisi klien dan berdampak pada
indera d.d : persepsi sensori keadaan mentalnya
b. Terapeutik
DS : membaik. b. Terapeutik
1. Mendengar suara 1. Diskusikan tingkat toleransi
1. Untuk mengetahui sejauh mana
bisikan atau terhadap beban sensori (mis.
klien bisa menerima rangsangan,
melihat bayangan bising, terlalu terang)
TUPEN sehingga bisa diciptakan
2. Merasakan
Setelah dilakukan lingkungan yang lebih nyaman
sesuatu melalui 2. Batasi stimulus lingkungan (mis.
tindakan keperawatan 2. Agar tercipta lingkungan yang
indera cahaya, suara, aktivitas)
selama 1x24 jam, nyaman dan mendukung pada
penglihatan,
diharapkan gangguan stabilitas kondisi klien
penciuman,
penerimaan sensori 3. Jadwalkan aktivitas harian dan 3. Hal ini dilakukan agar klien
perabaan, atau
membaik dengan kriteria waktu istirahat memiliki waktu istirahat yang
pengecapan
hasil : cukup, serta kegiatan yang
DO :
- Verbalisasi dilakukannya teratur
1. Distorsi sensori
melihat 4. Kombinasikan 4. Mengefektifkan waktu perawatan
2. Respons tidak
bayangan prosedur/tindakan dalam satu dan menghindari klien merasa
sesuai menurun waktu, sesuai kebutuhan jenuh karena banyak tindakan yang
3. Bersikap seolah - Distorsi sensori dilakukan dalam beberapa waktu
melihat, menurun c. Edukasi c. Edukasi
mendengar, 1. Ajarkan cara meminimalisasi 1. Melatih klien agar mampu
mengecap, stimulus (mis. mengatur mengondisikan lingkungan dari
meraba, atau pencahayaan ruangan, stimulus yang bisa
mencium sesuatu mengurangi kebisingan, mengganggunya, hal ini dilakukan

membatasi kunjungan) agar setelah pulang ke rumah klien


bisa mandiri untuk menjaga kondisi
dari pengaruh stimulus
d. Kolaborasi d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam 1. Untuk mengefektifkan waktu dan
meminimalkan menghindari kerugian yang bisa
prosedur/tindakan dialami klien baik secara materil
atau imateril karena tindakan yang
dilakukan
2. Kolaborasi pemberian obat yang 2. Untuk membantu proses pemulihan
mempengaruhi persepsi stimulus klien dengan menggunakan terapi
farmakologis
2 Nyeri akut b.d trauma TUPAN Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
insisi d.d : Setelah dilakukan a. Observasi a. Observasi
DS : tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui dimana nyeri
1. Mengeluh nyeri selama 3x24 jam, durasi, frekuensi, kualitas, dirasakan, seperti apa nyeri itu
DO : diharapkan nyeri intensitas nyeri dirasakan, seberapa lama nyeri
1. Tampak meringis menurun dirasakan. Hal ini bertujuan agar
2. Bersikap protektif bisa menentukan tindakan yang
(mis. waspada, TUPEN tepat untuk menangani masalah
posisi Setelah dilakukan klien
menghindari tindakan keperawatan 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui seberapa kuat nyeri
nyeri) selama 1x24 jam, dirasakan, apakah nyeri tersebut
3. Gelisah diharapkan trauma insisi berdampak pada aktivitas klien
4. Frekuensi nadi menurun, dengan atau tidak, sehingga bisa dilakukan
meningkat kriteria hasil : tindakan yang tepat untuk
5. Sulit tidur - Keluhan nyeri mengatasinya
6. Tekanan darah menurun 3. Identifikasi respon nyeri non 3. Agar kita bisa mengetahui nyeri
meningkat - Meringis verbal yang dirasakan klien sekalipun ia
7. Proses berpikir menurun tidak mengungkapkannya secara
terganggu - Sikap protektif langsung
menurun 4. Identifikasi factor yang 4. Dengan mengetahui factor apa saja
- Gelisah menurun memperberat dan memperingan yang bisa memperberat dan
nyeri memperingan nyeri, kita bisa
- Kesulitan tidur
menurun menganjurkan klien untuk
menghindari hal-hal yang bisa
menambah nyeri yang
dirasakannya, atau mengarahkan
klien melakukan hal-hal yang bisa
mengurangi nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan 5. Setelah mengetahui sejauh mana
keyakinan tentang nyeri pengetahuan dan bagaimana
keyakinan klien terhadap nyeri
yang dirasakannya, kita bisa
menjelaskan apa yang tidak
diketahui klien agar tidak timbul
keeliruan dan melakukan tindakan
dengan tidak menyinggung
keyakinannya
6. Identifikasi pengaruh nyeri pada 6. Hal ini dilakukan untuk menilai
kualitas hidup sejauh mana nyeri mempengaruhi
kualitas hidup klien, sehingga bisa
didiskusikan dengan klien
mengenai hal-hal apa saja yang
mengganggunya dan membantu
mencarikan penyelesaian masalah
yang tengah dihadapinya
7. Monitor keberhasilan terapi 7. Hal ini dilakukan untuk menilai
komplementer yang sudah sejauh mana terapi yang diberikan
diberikan bekerja terhadap masalah
keperawatan yang dialami klien,
apakah layak untuk diteruskan atau
perlu dilakukan perencanaan ulang
8. Monitor efek samping
8. Untuk mengetahui apakah ada
penggunaan analgetik
masalah lain yang mungkin
ditimbulkan dari penggunaan
analgesic yang diberikan, hal ini
dilakukan untuk menghindari
kerugian yang mungkin dialami
klien
b. Terapeutik b. Terapeutik
1. Berikan teknik non 1. Agar klien mampu melakukan
farmakologis untuk mengurangi teknik relaksasi atau distraksi
rasa nyeri ketika nyeri kembali dialami,
bertujuan untuk menghindari
penggunaan analgesic jika memang
tidak terlalu diperlukan, sehingga
terhindar dari kemungkinan
ketergantungan atau efek samping
yang ditimbulkan
2. Kontrol lingkungan yang
2. Dengan mengendalikan lingkungan
memperberat rasa nyeri (mis.
berada dalam rentang yang bisa
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan) ditolerir oleh klien sehingga tidak
berdampak berat pada rasa sakit

3. Fasilitasi istirahat dan tidur yang dialaminya


3. Nyeri yang dialami klien bisa
berdampak pada istirahatnya. Maka
dari itu, dengan memfasilitasi
istirahat dan tidur dan membuat
klien merasa nyaman, kebutuhan
istirahatnya akan terpenuhi, hal ini
bisa berpengaruh pada proses
pemulihan
4. Pertimbangkan jenis sumber
4. Dengan mengetahui jenis nyeri,
nyeri dalam pemilihan strategi
kita bisa memutuskan tindakan
meredakan nyeri
yang tepat dilakukan untuk
mengatasinya, sehingga hal
tersebut bisa dianjurkan pada klien
c. Edukasi untuk dilakukan
1. Jelaskan penyebab, periode, dan c. Edukasi
pemicu nyeri 1. Dengan mengetahui penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
diharapkan klien tidak lagi panic
atau cemas ketika nyeri datang,
klien juga bisa menghindari hal
yang bisa menyebabkan nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
2. Saat klien mengetahui dan
nyeri
diajarkan untuk melakukan teknik
distraksi saat nyeri dirasakan, maka
klien bisa mulai mengatasi masalah
yang dialaminya
3. Anjurkan memonitor nyeri
3. Hal ini bertujuan untuk
secara mandiri
meningkatkan kemampuan klien
dalam mengenali nyeri yang
dialaminya, sehingga ia tahu
tindakan apa yang harus dilakukan
untuk mengatasi hal tersebut,
apakah masih bisa dilakukan secara
mandiri atau memerlukan bantuan
dari orang lain, misal perawat
4. Anjurkan menggunakan
4. Hal ini bertujuan agar klien tidak
analgetik secara tepat
selalu menggunakan analgetik
ketika nyeri yang dirasakan masih
bisa ditangani dengan teknik
distraksi. Tujuannya untuk
menghindari ketergantungan atau
efek samping yang mungkin
ditimbulkan karena penggunaan
analgetik tersebut
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
5. Agar klien bisa melakukan teknik
untuk mengurangi rasa nyeri
relaksasi dan atau distraksi,
sehingga tidak selalu bergantung
pada analgesic
d. Kolaborasi
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
1. Jika nyeri yang dirasakan sudah
jika perlu
tidak bisa ditoleransi dan ditangani
melalui teknik non farmakologis,
bisa diberi analgetik sesuai resep
atau anjuran dokter sehingga tidak
mengganggu aktivitasnya

3 Defisit pengetahuan b.d TUPAN Edukasi Kesehatan Edukasi Kesehatan


kurang terpapar Setelah dilakukan a. Observasi a. Observasi
informasi d.d : tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Dengan melakukan hal ini terlebih
DS : selama 3x24 jam, kemampuan menerima dahulu, kita bisa menyesuaikan
1. Menanyakan diharapkan tigkat informasi penyampaian informasi sesuai
masalah yang pengetahuan meningkat. dengan tingkat kesiapan dan
dihadapi kemampuan klien
DO : TUPEN 2. Hal ini bertujuan untuk memberi
1. Menunjukkan Setelah dilakukan support dan motivasi pada klien
perilaku tidak tindakan keperawatan untuk membiasakan diri
2. Identifikasi factor-faktor yang
sesuai anjuran selama 1x24 jam, berperilaku hidup bersih dan sehat
dapat meningkatkan dan
2. Menunjukkan diharapkan informasi b. Terapeutik
menurunkan motivasi perilaku
persepsi yang yang dibutuhkan dapat 1. Untuk mengefektifkan waktu
hidup bersih dan sehat
keliru terhadap terpenuhi, dengan penyampaian dan sesuai dengan
b. Terapeutik
masalah kriteria hasil : apa yang hendak disampaikan
1. Sediakan materi dan media
3. Menjalani - Perilaku sesuai 2. Agar kedua belah pihak
pendidikan kesehatan
pemeriksaan yang anjuran mempersiapkan terlebih dahulu
tidak tepat meningkat kondisi masing-masing sebelum
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
4. Menunjukkan - Kemampuan proses penyampaian dan
sesuai kesepakatan
perilaku menjelaskan penerimaan informasi dilakukan
berlebihan (mis. pengetahuan 3. Dengan bertanya, klien bisa
apatis, suatu topic menyampaikan masalah yang
bermusuhan, meningkat dialaminya karena ketidaktahuan,
agitasi, histeris) 3. Berikan kesempatan untuk selain itu perawat juga bisa
- Pertanyaan
bertanya memberi informasi yang tepat
tentang masalah
yang dihadapi sesuai yang dibutuhkan oleh klien
menurun c. Edukasi
- Persepsi yang 1. Hal ini dilakukan agar klien

keliru menurun mengetahui hal apa saja yang perlu


c. Edukasi
dihindari karena bisa menyebabkan
1. Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan risiko yang tidak diinginkan,
sehingga meminimalisir kerugian
yang bisa saja dialami klien di
kemudian hari

2. Ajarkan perilaku hidup bersih 2. Dengan mengajarkan perilaku

dan sehat hidup bersih dan sehat, informasi


yang disampaikan oleh perawat
sedikit banyaknya akan mampu
dipahami klien sehingga bisa
diterapkan dalam kesehariannya
3. Ajarkan strategi yang dapat 3. Untuk membantu klien menguasai
digunakan untuk meningkatkan beberapa cara yang tepat dilakukan
perilaku hidup bersih dan sehat dalam meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
4 Ansietas b.d kurang TUPAN Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas
terpapar pengetahuan, Setelah dilakukan a. Observasi a. Observasi
prosedur tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Untuk mengetahui apa yang
penatalaksanaan/tindakan selama 3x24 jam, berubah (mis. kondisi, waktu, memicu ansietas tersebut sehingga
pembedahan d.d : diharapkan tingkat stressor) bisa menghindarinya
DS : ansietas menurun 2. Identifikasi kemampuan 2. Untuk mengetahui sejauh mana
1. Merasa bingung mengambil keputusan kecemasan mempengaruhi proses
2. Merasa khawatir TUPEN berpikir dan berdampak pada
dengan akibat Setelah dilakukan pengambilan keputusan
dari kondisi yang tindakan keperawatan 3. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
3. Monitor tanda-tanda ansietas
dihadapi selama1x24 jam, kecemasan yang dialami klien, baik
(verbal dan non verbal)
3. Sulit diharapkan pengetahuan diungkapkan secara langsung
berkonsentrasi yang dibutuhkan maupun tidak
DO : terpenuhi, dengan b. Terapeutik
b. Terapeutik
1. Tampak gelisah kriteria hasil : 1. Dengan melakukan hal ini, klien
1. Ciptakan suasana terapeutik
2. Tampak tegang - Verbalisasi akan merasa lebih nyaman,
untuk menumbuhkan
3. Sulit tidur kebingungan sehingga tingkat kecemasan bisa
kepercayaan
4. Frekuensi napas menurun berangsur turun. Bertujuan untuk
meningkat - Khawatir akibat membantu proses pemulihan
5. Frekuensi nadi kondisi yang 2. Saat merasa ada orang lain di
meningkat dihadapi 2. Temani pasien untuk sampingnya yang senantiasa
6. Tekanan darah menurun mengurangi kecemasan, jika memberi support dan dukungan,
meningkat - Perilaku gelisah memungkinkan klien akan merasa lebih tenang
7. Tremor menurun 3. Hal ini bertujuan agar ketika situasi
3. Pahami situasi yang membuat
- Konsentrasi tersebut kembali dialami, kita bisa
ansietas
membaik melatih klien untuk mengendalikan
dirinya
4. Dengan mendengarkannya penuh
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian, klien merasa masih ada
perhatian
orang yang peduli terhadap dirinya,
dan hal itu akan berdampak pada
kondisinya, klien akan merasa
lebih tenang
5. Gunakan pendekatan yang 5. Klien akan melihat gerak-gerik
tenang dan meyakinkan kita, oleh karena itu saat melihat
kita tenang dan meyakinkan,
kecemasannya akan berkurang
6. Tempatkan barang pribadi yang 6. Dengan melakukan hal ini, klien
memberikan kenyamanan akan merasa lebih nyaman, merasa
tidak asing
7. Motivasi mengidentifikasi 7. Untuk membantu klien mengenali
situasi yang memicu kecemasan situasi apa saja yang bisa
menimbulkan kecemasannya,
sehingga bisa didiskusikan cara
penyelesaian masalah yang tepat
dilakukan
8. Diskusikan perencanaan realistis 8. Kebanyakan orang yang merasa
tentang peristiwa yang akan cemas akan selalu berorientasi pada
datang masa lalu atau pada masa dimana
situasi kurang mengenakan yang
dialaminya terjadi, dengan begitu
jika sudah memiliki rencana untuk
hari-hari ke depan, klien bisa
memfokuskan diri pada rencana
tersebut, sehingga kecemasannya
bisa teralihkan
c. Edukasi c. Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk 1. Dengan mengetahui prosedur
sensasi yang mungkin dialami tindakan dan hal yang mungkin
dialaminya, klien akan lebih siap
dalam menghadapi situasi tersebut
2. Informasikan secara factual 2. Ini juga berkaitan dengan prinsip
mengenai diagnosis, etik dalam keperawatan yaitu
pengobatan, dan prognosis veracity atau bersikap jujur pada
klien mengenai kondisi dan
prosedur yang dijalaninya
3. Anjurkan keluarga untuk tetap 3. Dengan adanya orang terdekat dan
bersama pasien, jika perlu dukungan yang diberikan, klien
akan merasa lebih kuat sehingga
tingkat kecemasannya menurun
karena merasa nyaman
4. Anjurkan melakukan kegiatan 4. Hal ini untuk menghindari
yang tidak kompetitif, jika perlu kecemasan yang mungkin timbul
dari setiap kegiatan yang
kompetitif tersebut
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi 5. Biasanya kecemasan muncul saat
kita tidak tahu dan tidak bisa
mengungkapkan masalah yang
mengganggu. Oleh karena itu,
dengan mengungkapkan
perasaannya klien akan merasa
sesuatu beban terlepas dan berefek
pada perasaan tenang setelahnya
6. Latih kegiatan pengalihan untuk
6. Dengan melakukan hal-hal yang
mengurangi ketegangan
bisa mengalihkan kita dari
kecemasan, maka focus pikiran kita
akan mulai terbagi dan perlahan
7. Latih penggunaan mekanisme kecemasan itu akan terlupakan
pertahanan diri yang tepat 7. Agar klien bisa mengatasi masalah
kecemasaan yang dialaminya
sesuai dengan kemampuan yang
bisa ia lakukan, tidak memaksakan

8. Latih teknik relaksasi keadaannya


8. Agar klien mampu melakukan
teknik relaksasi jika sudah mulai
merasakan kecemasan mulai
menyerang lagi
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat d. Kolaborasi
antiansietas, jika perlu 1. Jika teknik-teknik non
farmakologis tidak berdampak
besar pada kecemasan yang
dialami, obat antiansietas bisa
diberikan sesuai dengan resep dan
anjuran dokter
5 Risiko Cedera b.d TUPAN Edukasi Pengurangan Resiko Edukasi Pengurangan Resiko
kerusakan fungsi sensori Setelah dilakukan a. Observasi a. Observasi
penglihatan d.d : tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui sejauh mana
DS : selama 3x24 jam, kemampuan meneriman kesiapan dan kemampuan klien
- diharapkan tingkat informasi dalam meneriman informasi,
DO : cedera menurun sehingga perawat bisa
1. Gangguan menyesuaikan cara pemberian
penglihatan TUPEN informasi dengan tingkat kesiapan
Setelah dilakukan dan kemampuan klien
tindakan keperawatan b. Terapeutik b. Terapeutik
selama 1x24 jam, 1. Berikan pendidikan kesehatan 1. Hal ini bertujuan agar klien tidak
diharapkan kerusakan sebelum melakukan prosedur terlalu cemas menghadapi prosedur
fungsi sensori membaik, yang akan dilakukan, serta dengan
dengan kriteria hasil : terpaparnya informasi maka klien
- Kejadian cedera mengetahui hal apa saja yang boleh
menurun dan tidak dilakukan sebelum,
selama dan sesudah prosedur
dilakukan
2. Sediakan materi dan media 2. Untuk memudahkan dan
pendidikan kesehatan mengefektifkan waktu ketika
dilakukan penkes pada klien

3. Jadwalkan pendidikan kesehatan 3. Agar baik perawat maupun klien

sesuai kesepakatan sama-sama dalam keadaan siap


untuk memberi dan atau menerima
informasi
4. Berikan kesempatan untuk 4. Dengan bertanya, klien bisa
bertanya mengungkapkan ketidaktahuan
yang menjadi masalah atau
mengganggu dirinya. Selain itu,
perawat juga bisa menyampaikan
informasi yang tepat sesuai yang
dibutuhkan oleh klien jika ditanya

c. Edukasi c. Edukasi

1. Anjurkan memperhatikan 1. Hal ini bertujuan untuk

akurasi dosis dan waktu menghindari efek samping atau

pemberian obat dampak yang tidak diinginkan


karena kesalahan dalam pemberian
obat
2. Anjurkan memeriksa tanggal 2. Mencegah kerugian yang bisa
kadaluarsa obat ditimbulkan karena obat yang
dikonsumsi ternyata sudah
melewati batas kadaluarsa
3. Anjurkan menggunakan APD 3. Agar klien terhindar dari cedera
dengan benar yang mungkin saja bisa terjadi
4. Ajarkan cara menyimpan obat 4. Dalam penyimpanan obat perlu
dengan tepat beberapa hal yang harus
diperhatikan, hal ini bertujuan agar
obat tersebut tidak berkurang
manfaatnya atau malah bisa
menimbulkan kerugian karena
kesalahan penyimpanan
5. Ajarkan cara melakukan 5. Salah satu kebersihan yang harus
kebersihan tangan selalu dijaga yaitu tangan, sebab
tangan kita banyak sekali
digunakan dalam aktivitas sehari-
hari, salah satunya makan
6. Untuk menghindari infeksi yang
6. Ajarkan cara pencegahan infeksi ditimbulkan selama perawatan,
nosocomial sehingga bisa meminimalisir
kerugian secara materiil dan
immateriil
7. Menerapkan prinsip kehati-hatian
7. Ajarkan pencegahan cedera sehingga risiko cedera bisa
melalui implementasi system dihindari
keselamatan pasien
6 Risiko infeksi b.d TUPAN Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
prosedur invasive Setelah dilakukan a. Observasi a. Observasi
pengangkatan katarak d.d tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Untuk mengetahui apakah infeksi
: selama 3x24 jam, local dan sistemik terjadi atau tidak, sehingga bisa
DS : diharapkan risiko infeksi segera dilakukan tindakan untuk
- menurun mengatasinya
b. Terapeutik b. Terapeutik
DO : TUPEN 1. Batasi jumlah pengunjung 1. Hal ini dilakukan untuk memutus
1. Demam Setelah dilakukan mata rantai persebaran infeksi
2. Kemerahan tindakan keperawatan 2. Berikan perawatan kulit pada 2. Untuk mengurangi kerusakan
3. Bengkak selama 1x 24 jam, area edema integritas kulit karena edema
4. Kadar sel darah diharapkan tingkat tersebut
putih tidak infeksi menurun, dengan 3. Cuci tangan sebelum dan 3. Untuk menjaga keadaan bersih,
normal kriteria hasil : sesudah kontak dengan pasien menghindari penyebaran infeksi
dan lingkungan pasien nosocomial
- Demam menurun
4. Pertahankan teknik asertip pada 4. Menjaga kesterilan agar angka
- Kemerahan
pasien berisiko tinggi kejadian risiko bisa ditekan
menurun
- Nyeri menurun seoptimal mungkin
- Bengkak c. Edukasi
c. Edukasi
menurun 1. Dengan menjelaskannya, klien
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Kadar sel darah akan bisa mengidentifikasi tanda
putih membaik dan gejala dari infeksi, sehingga
apabila tanda dan gejala tersebut
dirasakan, klien bisa dengan segera
melapor dan mendapat tindakan
2. Ajarkan cara mencuci tangan 2. Untuk menjaga kebersihan,
dengan benar sehingga terhindar dari infeksi
nosocomial yang terjadi saat tidak
atau sengaja menyentuh luka
3. Untuk menghindari penyebaran
3. Ajarkan etika batuk
infeksi melalui droplet ketika batuk

4. Ajarkan cara memeriksa kondisi 4. Agar klien tidak salah atau

luka atau luka operasi meminimalisir risiko infeksi karena


melakukan tindakan yang salah
pada lukanya
5. Anjurkan meningkatkan asupan 5. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
nutrisi tubuh dan membantu proses
pemulihan
6. Menghindari dehidrasi atau bahkan
6. Anjurkan meningkatkan asupan
hipovolemia
cairan
d. Kolaborasi d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Jika memang diperlukan pemberian
imunisasi, jika perlu imunisasi/vaksin pada beberapa
kondisi untuk membantu proses
pemulihan
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

https://www.academia.edu/5013862/Katarak

htts://www.academia.edu/36121060/LP_KATARAK

Anda mungkin juga menyukai