Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAAN

PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM
PERSEPSI SENSORI
(KATARAK)

Disusun Oleh :
1. Anis Fitrotil Izzah (201902030032)
2. Dwi Frismayana (201902030044)
3. Rani Rofika (201902030069)
Definisi

Katarak adalah kelainan mata yang


menyebabkan penglihatan menjadi
berkabut/buram. Katarak merupakan
keadaan patologis lensa dimana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa
atau denaturasi protein lensa, sehingga
pandangan seperti tertutup kabut. Kondisi
ini merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman
penglihatan berkurang.
Etiologi
Lensa di dalam mata bekerja seperti lensa
kamera, memusatkan cahaya ke retina untuk
penglihatan yang jernih. Lensa juga
Add title
menyesuaikan fokus mata, membiarkan kita
melihat semuanya dengan jelas, baik dari jarak
dekat maupun jauh.

Saat gejala katarak pertama kali muncul,


Add title
penderita mungkin bisa memperbaiki
penglihatannya untuk sementara dengan
menggunakan kacamata atau alat bantu visual
lainnya. Namun, tindakan pembedahan harus
sesegera mungkin dilakukan untuk benar-benar
memperbaiki gangguan penglihatan.
Klasifikasi
- Katarak Kongenital
Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat. Penyebab utama adalah infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia
kehamilan masih dini.
- Katarak Rubella
Penyakit rubella pada ibu hamil dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus. Mekanisme terjadinya
katarak rubella tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubella dapat dengan mudah menular melalui
barier plasenta.
- Katarak Juvenill
Kekeruhan katarak halus dan bulat, umumnya timbul pada usia 30an. Perkembangan katarak ini lambat
dan biasanya tidak mengganggu penglihatan. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti katarak metabolik, distrofi miotonik, katarak
traumatik dan katarak komplikata.
- Katarak Senile
Biasanya muncul pada orang-orang berusia 50 tahun keatas. Secara klinis dikenal dalam 4 stadium yakni
insipien, imatur, matur dan hipermatur.
Lanjutan
1) Stadium Awal (insipient) 2) Stadium Imatur
Pada stadium awal (katarak insipien) Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi
kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, kekeruhan yang kebih tebal tetapi tidak atau
bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat belum mengenai seluruh lensa sehingga
periksa.Pada saat ini seringkali penderitanya masih terdapat bagian-bagian yang jernih
tidak merasakan keluhan atau gangguan pada pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi
penglihatannya,sehingga cenderung diabaikan. korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung.
3) Stadium Matur 4) Stadium Hipermatur
Di dalam stadium ini lensa akan berukuran Katarak yang terjadi akibat korteks yang
normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mencair sehingga masa lensa ini dapat
mata depan akan mempunyai kedalaman keluar melalui kapsul akibat pencairan
normal kembali. korteks ini maka nukleus “tenggelam” ke arah
bawah (jam 6) (katarak morgagni). Lensa
akan mengeriput.
Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur Katarak biasanya terjadi
posterior iris yang jernih, transparan, bilateral, namun memiliki
berbentuk seperti kancing baju dan kecepatan yang berbeda. Dapat
mempunyai kekuatan refraksi yang disebabkan oleh kejadian trauma
besar. maupun sistemik, seperti diabetes.
Namun kebanyakan merupakan
konsekuensi dari proses penuaan
yang normal.

Perubahan fisik dan kimia Bagian tengah lensa tidak


dalam lensa mengakibatkan mendapat suplai kapiler secara
hilangnya transparansi. Perubahan
langsung. Dengan demikian saat
pada serabut halus multipel (zunula)
yang memanjang dari badan siliar ke individu menua, sel di bagian tengah
sekitar daerah diluar lensa, misalnya lensa adalah bagian yang paling tua
dapat menyebabkan penglihatan dan paling sedikit mendapat oksigen.
mengalami distorsi. Apabila sel di bagian tengah lensa
mati, sel tersebut tidak diganti.
Manifestasi Klinis

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut


menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa :
a) Peka terhadap sinar atau cahaya.
b) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk
dapat membaca.
d) Lensa mata berubah menjadi buram seperti
kaca susu.
e) Kesulitan melihat pada malam hari
f) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau
cahaya terasa menyilaukan mata
g) Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada
siang hari )
Pemeriksaan Penunjang

Apabila ada dugaan kelainan segmen posterior


yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan alat-
alat tersebut diatas dapat dilakukan dengan USG
misalnya ablasio retina, kekeruhan corpus vitreus,dll.
ERG bila perlu untuk mengetahui fungsi retina secara
keseluruhan.
Untuk pemeriksaan penunjang lainnya pada
pasien pre operasi meliputi keadaan umum dan
laboratorium. Bila perlu dapat dikonsulkan pada
keahlian lain seperti pada pasien dengan Diabetes
Melitus, Hipertensi, dan penyakit sistemik yang
lainnya.
Penatalaksanaan

Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang


masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan
kacamata, lensa, cahaya yang lebih terang atau
kacamata yang dapat meredamkan cahaya.
Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan
lensa menyebabkan penurunan tajam penglihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan
sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan jika katarak terjadi bebarengan
dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
(peradangan pada uvea).
Komplikasi

1. Fakolitik
Pada lensa yang keruh lerusakan maka substansi lensa akan keluar yang akan
menumpuk disudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.
2. Fakotopik
a. Berdasarkan posisi lensa
b. Oleh karena proses intumensensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera
okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor
c. Aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya
tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glukoma.
3. Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri
(auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang
kemudian akan menjadi glukoma.
Intervensi Keperawatan

1. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan lapang pandang.


Tujuan : Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam kemungkinan
cedera.
Intervensi :
- Kaji kemampuan lapang pandang klien dan resiko terhadap cedera serta
kemampuan klien dalam beraktivitas.
- Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi pasca operasi, nyeri, pembatasan
aktifitas, penampilan, balutan mata.
- Berikan posisi yang nyaman pada pasien, misalnya : posisi bersandar, kepala tinggi,
atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
- Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba tiba, menggaruk mata,
membongkok.
- Ambulasi dengan bantuan dengan cara anjurkan pada keluarga untuk membantu
dalam pemenuhan activity daily living klien seperti ke kamar mandi, duduk, makan,
dll.
Lanjutan
2. Gangguan persepsi sensori-porseptual 3. Ansietas yang berhubungan dengan kerusakan
penglihatan berhubungan dengan gangguan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai
penerimaan sensori/status organ indera, perawatan pasca operatif, pemberian obat.
lingkungan secara terapetik dibatasi. Tujuan : Klien pasca operasi tidak mengalami
Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan kecemasan akan penyakitnya setelah dilakukan
dalam batas situasi individu, mengenal gangguan tindakan keperawatan.
sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Intervensi :
Intervensi : - Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya
- Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu tanda tanda verbal dan non verbal.
atau dua mata terlibat - Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan
- Orientasikan klien terhadap lingkungan isi pikiran dan perasaan takutnya.
- Observasi tanda tanda disorientasi - Observasi tanda vital dan peningkatan respon
- Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara fisik pasien
dengan menyentuh. - Beri penjelasan pasien tentang prosedur
- Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, - Lakukan orientasi dan perkenalan pasien
penglihatan perifer hilang. terhadap ruangan, petugas, dan peralatan yang
akan digunakan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai