KATARAK
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah
Disusun Oleh:
Ahmad Yusuf
0433131490119005
A. Pengertian
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh (Sidarta 2004). Katarak adalah kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Anas 2011).
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan. Category of visual impairment level of visual acuity (snellen).
B. Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami
katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan
didalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital.
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus dapat
menyebabkan katarak komplikasi.
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Fisik
Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan
mempengaruhi keadaan lensa.
2. Kimia
Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau
akibat paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat
menyebabkan katarak.
3. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan
menurun dan mengakibatkan katarak.
4. Infeksi virus masa pertumbuhan janin
Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit yang
disebabkan oleh virus. Virus tersebut akan mempengaruhi tahap
pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang mengandung menderita
rubella.
5. Penyakit
Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis
(Andra 2013).
C. Klasifikasi
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari
1 tahun.
2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun.
1. Katarak insipien
Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan sehingga bilik
mata depan memiliki kedalaman proses.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya miopia, dan iris terdorong ke depan serta bilik mata depan
menjadi dangakal. / Lensa masih memiliki bagian yang jernih
3. Katarak matur
Proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa /
lensa keruh.
4. Katarak hipermatur
terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nukleus lensa tenggelam didalam korteks lensa (Anas
2011,hh.56-58) / bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata
lainnya.
D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung 3 komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus,di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transportasi, perubahan pada searabut
halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan selier ke sekitar
daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air kedalam lensa.
E. Manifestasi Klinis
1. Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa yang
keruh.
2. Pengeliatan akan berkurang secara perlahan.
3. Pada pupil terdapat bercak putih.
4. Bertambah tebal nukleus dengan perkembangnya lapisan korteks lensa.
5. Pengelihatan kabur.
6. Rasa nyeri pada mata (Andra 2013 h.65).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf / penglihatan ke retina / jalan optik.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh cairan
cerebro vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg).
4. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma,
dilatasi dan pemeriksaan berlahap-lampu memastikan diagnosis
katarak.
5. Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemi sistemik /
infeksi.
6. EKG, kolesterol serum, lipid.
7. Tes toleransi glukosa : kontrol DM (Andra 2013, h.66).
G. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi
tajam penglihatan yang terbaik dicapai 20/50 atau lebih buruk lagi.
Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari
65 tahun. Dengan menggunakan anestesi lokal. Ada dua macam teknik
pembedahan untuk pengangkatan katarak :
1. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Intra catarax exstraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler
Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan
merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian
posterior (Andra 2013).
Komplikasi
1. Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra okuler
didalam bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan
dan visus mata menurun.
2. Kerusakan retina
Kerusakan retina ini terjadi terjadi setelah pascah bedah, akibat ada
robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina
atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga terangkat.
3. Infeksi
Ini bisa terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang
tidak edekuat (Andra 2013).
H. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Identitas Pasien
(Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan)
b. Keluhan Utama.
c. Riwayat Kesehatan.
d. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
e. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
f. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya
g. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
h. Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
i. Aktivitas Daily Living
j. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
k. Pola nutrisi dan metabolisme
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien
( pagi, siang dan malam ).
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual
muntah, pantangan atau alergi.
Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan.
Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant.
l. Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
m. Pola aktivitas/olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan pada kulit
Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan
kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya.
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
n. Pola istirahat/tidur
Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit.
Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah
merasa segar atau tidak
o. Pola kognitif/persepsi
Kaji status mental klien
Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu.
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada
bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien.
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
Kaji apakah klien mengalami vertigo/
Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak
merah pada kulit.
p. Pola persepsi dan konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran
dirinya
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut.
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
q. Pola peran hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien
seperti: pasangan, teman, dll.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien.
r. Pola seksualitas/reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya.
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopause.
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks.
s. Pola koping-toleransi stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS
( financial atau perawatan diri ).
Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien
mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah
ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering
berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
t. Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
perubahan resepsi, transmisi dan / atau integrasi sensori
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Gangguan cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan
J. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Intervensi
1 Gangguan persepsi Minimalisasi rangsangan
sensori visual Observasi
Definisi : Katarak adalah Periksa status mental, status
suatu keadaan dimana sensori, dan tingkat kenyamanan
lensa mata yang biasanya
jernih dan bening menjadi Terapeutik
keruh Diskusikan tingkat toleransi
Gejala dan tanda mayor terhadap beban sensori (mis.
Subjektif Bising, terlalu terang)
Mendengar suara Batasi stimulus lingkungan (mis.
bisikan atau Cahaya, suara, aktivitas)
melihat bayangan
Merasakan sesuatu Edukasi
melalui indra Ajarkan cara meminimalisasi
perabaan, stimulus (mis. Mengatur
penciuman, pencahayaan ruangan, mengurangi
perabaan atau kebisingan, memvatasi kunjungan)
pengecapan
Objektif Kolaborasi
Distorsi sensori Kolaborasi dalam meminimalkan
Respons tidak prosedur/ tindakan
sesuai Kolaborasi pemberian obat yang
Bersikap seolah mempengaruhi resepsi stimulus
melihat,
mendengar,
mengecap, meraba,
atau mencium
sesuatu
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
Menyatakan kesal
Objektif
Konsentrasi buruk
Disorentasi waktu,
tempat, orang atau
situasi
Melihat kesatu
arah
Mondar mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas Sidarta, 2004 , Ilmu Perawatan Mata, Jakarta: CV. Sagung Seto