Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Ahmad Yusuf
0433131490119005

Prodi Profesi Ners


STIKES KHARISMA KARAWANG
Jalan Pangkal Perjuangan KM.01 By Pass - Karawang
Tahun 2019
LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

A. Pengertian
Katarak adalah  suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh (Sidarta 2004). Katarak adalah kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Anas 2011).
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan. Category of visual impairment level of visual acuity (snellen).

Category of visual impairment level of visual acuity (snellen)


Normal vision 6/6 to 6/18
Low vision Less than 6/18 to 6/60
Less than 6/60 to 3/60
Blindness 1. less than 3/60 (finger
counting at 3 m) to 1/60
(finger couning at 1 m) or
vis ual field between 5-10
2. less than 1/60 (finger
counting 1 m) to light
perception or visual field
less than 5
3. no light perception

B. Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami
katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan
didalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital.
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus dapat
menyebabkan katarak komplikasi.
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Fisik
Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan
mempengaruhi keadaan lensa.
2. Kimia
Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau
akibat paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat
menyebabkan katarak.
3. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan
menurun dan mengakibatkan katarak.
4. Infeksi virus masa pertumbuhan janin
Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit yang
disebabkan oleh virus. Virus tersebut akan mempengaruhi tahap
pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang mengandung menderita
rubella.
5. Penyakit
Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis
(Andra  2013).

C. Klasifikasi
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari
1 tahun.
2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun.

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :


1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma
tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak
pada satu mata (katarak monokular).
2. Katarak toksika
Katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes melitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis,
glaukoma, proses degenerasi pada satu mata lainnya.

Berdasarkan stadium, katarak senil pada dewasa biasanya berhubungan


dengan poses penuaan dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipien
Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan sehingga bilik
mata depan memiliki kedalaman proses.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya miopia, dan iris terdorong ke depan serta bilik mata depan
menjadi dangakal. / Lensa masih memiliki bagian yang jernih
3.  Katarak matur
Proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa /
lensa keruh.
4. Katarak hipermatur
terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nukleus lensa tenggelam didalam korteks lensa (Anas
2011,hh.56-58) / bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata
lainnya.
D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung 3 komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus,di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transportasi, perubahan pada searabut
halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan selier ke sekitar
daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air kedalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu


transmisi sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistemis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari
proses penuaan yang normal. Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat
diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling
sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B,
obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu yang lama (Andra 2013).

E. Manifestasi Klinis
1. Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa yang
keruh.
2. Pengeliatan akan berkurang secara perlahan.
3. Pada pupil terdapat bercak putih.
4. Bertambah tebal nukleus dengan perkembangnya lapisan korteks lensa.
5. Pengelihatan kabur.
6. Rasa nyeri pada mata (Andra 2013 h.65).

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf / penglihatan ke retina / jalan optik.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh cairan
cerebro vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg).
4. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma,
dilatasi dan pemeriksaan berlahap-lampu memastikan diagnosis
katarak.
5. Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemi sistemik /
infeksi.
6. EKG, kolesterol serum, lipid.
7. Tes toleransi glukosa : kontrol DM (Andra 2013, h.66).

G. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi
tajam penglihatan yang terbaik dicapai 20/50 atau lebih buruk lagi.
Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari
65 tahun. Dengan menggunakan anestesi lokal. Ada dua macam teknik
pembedahan untuk pengangkatan katarak :
1. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Intra catarax exstraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler
Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan
merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian
posterior (Andra 2013).

Komplikasi
1. Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra okuler
didalam bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan
dan visus mata menurun.
2. Kerusakan retina
Kerusakan retina ini terjadi terjadi setelah pascah bedah, akibat ada
robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina
atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga terangkat.
3. Infeksi
Ini bisa terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang
tidak edekuat (Andra 2013).

H. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Identitas Pasien
(Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan)
b. Keluhan Utama.
c. Riwayat Kesehatan.
d. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
e. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
f. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya
g. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
h. Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
i. Aktivitas Daily Living
j. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
k. Pola nutrisi dan metabolisme
 Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien
( pagi, siang dan malam ).
 Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual
muntah, pantangan atau alergi.
 Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan.
 Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant.
l. Pola eliminasi
 Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya
 Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
 Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
m. Pola aktivitas/olahraga
 Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan pada kulit
 Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan
kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya.
 Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
n. Pola istirahat/tidur
 Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
 Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit.
 Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah
merasa segar atau tidak
o. Pola kognitif/persepsi
 Kaji status mental klien
 Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu.
 Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada
bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien.
 Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
 Kaji apakah klien mengalami vertigo/
 Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak
merah pada kulit.
p. Pola persepsi dan konsep diri
 Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran
dirinya
 Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut.
 Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
q. Pola peran hubungan
 Tanyakan apa pekerjaan pasien
 Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien
seperti: pasangan, teman, dll.
 Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien.
r. Pola seksualitas/reproduksi
 Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya.
 Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopause.
 Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks.
s. Pola koping-toleransi stress
 Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS
( financial atau perawatan diri ).
 Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien
mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah
ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering
berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
t. Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
perubahan resepsi, transmisi dan / atau integrasi sensori
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Gangguan cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan

J. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Intervensi
1 Gangguan persepsi Minimalisasi rangsangan
sensori visual Observasi
Definisi : Katarak adalah  Periksa status mental, status
suatu keadaan dimana sensori, dan tingkat kenyamanan
lensa mata yang biasanya
jernih dan bening menjadi Terapeutik
keruh  Diskusikan tingkat toleransi
Gejala dan tanda mayor terhadap beban sensori (mis.
Subjektif Bising, terlalu terang)
 Mendengar suara  Batasi stimulus lingkungan (mis.
bisikan atau Cahaya, suara, aktivitas)
melihat bayangan
 Merasakan sesuatu Edukasi
melalui indra  Ajarkan cara meminimalisasi
perabaan, stimulus (mis. Mengatur
penciuman, pencahayaan ruangan, mengurangi
perabaan atau kebisingan, memvatasi kunjungan)
pengecapan
Objektif Kolaborasi
 Distorsi sensori  Kolaborasi dalam meminimalkan
 Respons tidak prosedur/ tindakan
sesuai  Kolaborasi pemberian obat yang
 Bersikap seolah mempengaruhi resepsi stimulus
melihat,
mendengar,
mengecap, meraba,
atau mencium
sesuatu
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
 Menyatakan kesal
Objektif
 Konsentrasi buruk
 Disorentasi waktu,
tempat, orang atau
situasi
 Melihat kesatu
arah
 Mondar mandiri

2 Nyeri akut Manajemen Nyeri


Definisi : pengalaman Observasi :
sensorik dan emosional  Identifikasi lokasi nyeri
yang berkaitan dengan  Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan aktual  Identifikasi faktor yang
atau fungsional memperberat dan memperingan
Gejala dan Tanda nyeri
Mayor Terapeutik
Subjektif  Kontrol lingkungan yang
 Mengeluh nyeri memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
Objektif ruangan, percahayaan, kebisingan)
 Tanpak meringis  Fasilitasi istirahat tidur
 Bersikap protektif  Mempertimbangkan jenis dan
(mis. Waspada, sumber nyeri dalam pemilighan
posisi strategi meredakan nyeri
 menghindari nyeri) Edukasi :
 Sulit tidur  Jelaskan penyebab, periode, dan
Gejala dan Tanda Minor pemicu nyeri
Subjektif  Jelaskan strategi meredakan nyeri
-  Anjurkan menggunakan analgetik
Objektif secara tepat
 Nafsu makan  Ajarkan teknik nonfarmakologus
berubah untuk mengurangi rasa nyeri
 Proses berpikir Kolaborasi
terganggu  Kolaborasi pemberian analgetik,
 Berpokus pada diri jika perlu
sendiri
3 Resiko cidera Manajemen kenyamanan lingkungan
Definisi : berisiko Observasi
mengalama bahaya atau  Identifikasi sumber
kerusakan fisik yang ketidaknyamanan (mis. Suhu
menyebabkan seseorang ruangan, atau kebersihan)
tidak lagi sepenuhnya  Monitor kondisi kulit terutama
sehat atau dalam kondisi diarea tonjolan (mis.tanda-tanda
baik iritasi atau luka tekan
Faktor resiko : Terapeutik
 Terpapar patogen  Sediakan ruangan yang tenang dan
 Terpapar zat kimia mendukung
toksis  Atur posisi yang nyaman
 Terpapar agen  Fasilitasi kenyamanan lingkungan
nosokomial  Hindari paparan kulit terhadap
 Ketidakamanan iritan
transfortasi Edukasi
Internal  Jelaskan tujuan manajeman
 Ketidak normalan lingkungan
profil darah  Ajarkan cara manajeman sakit dan
 Perubahan orentasi cidera, jika perlu
apektif
 Perubahan sensasi
 Disfungsi
autoimun
 foksia jaringan
Kondisi Klinis Terkait
 Gangguan
penglihatan
 Gangguan
pendengaran
 Retardasi mental

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas Sidarta, 2004 , Ilmu Perawatan Mata, Jakarta: CV. Sagung Seto

Ilyas, 2009 , Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : FKUI

Nanda, Buku Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan dan klasifikasi


2012-2014, jakarta: EGC

Tamsuri, Anas, 2011 , Klien Gangguan Mata Dan Penglihatan:

Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC

Wijaya, Saferi A, 2013 , Keperawatan Medikal Bedah keperawatan dewasa teori


dan contoh askep cetakan pertama,Jakarta: Nuha Medika

Wilkinson, Judith M. 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Diagnosa


NANDA Intervensi NIC Kriteria hasil NOC, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai