GLAUKOMA
Disusun oleh :
Nama :
NIM :
2. Klasifikasi
Glaukoma dibagi atas glaukoma primer, sekunder, dan kongenital.
a. Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
1) Glaukoma sudut tertutup , (closed angle glaucoma, acute congestive
glaukoma).
Glaukoma sudh tertutup biasanya terjadi sebagai suatu episode akut,
meskipun dapat karena subakut atau kronik. Disebut tertutup karena
ruang anterior (bilik mata depan) secara anatomis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan, menempel jaringan trabekular dan
menghambat aliraz humor aqueus ke saluran schlemm (Tamsuri, A.,
2011).
2) Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple
glaucoma).
Merupakan sebagian besar dari glaukoma (90%) yang terjadi pada
kedua mata. Dikatakan tertutup karena humor aqueus mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran terhambat karena
perubahan degeneratif jaringan trabekula, saluran schlemm dan
saluran lainnya yang berdekatan (Tamsuri, A., 2011).
b. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata,
disebabkan :
1) Kelainan lensa
a) Luksasi
b) Pembengkakan (intumesen)
c) Fakoltik
2) Kelainan uvea
a) Uveitis
b) Tumor
3) Trauma
a) Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema)
b) Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma
adheren
c) Pembedahan
d) Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan
katarak.
4) Penyebab glaukoma sekunder lainnya
a) Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
b) Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan
c. Glaukoma Kongenital
Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos,
hidroftalmos). Glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.
d. Glaukoma Absolut
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola
mata nyeri (Sidarta Ilyas, 2002).
3. Etiologi
a. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya
memang sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi
yang memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.
1) Faktor Pre-Disposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada iris maka
akan terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke
bilik mata depan, yang dinamakan hambatan pupil (pupillary block)
hambatan ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan di bilik mata
belakang. Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah
sempit,dorongan ini akan menyebabkan iris menutupi jaringan
trabekulum.akibatnya akuos humor tidak dapat atau sukar mencapai
jaringan ini dan tidak dapat di salurkan keluar.terjadilah glaukoma
akut sudut tertutup. Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan
di fahami karena mendasari alasan pengobatan dan pembedahan pada
glaukoma sudut tertutup. Keadaan-keadaan yang memungkinkan
terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada mata yang bersumbu
pendek dan lensa yang secara fisiologik trus membesar karena usia,iris
yang tebal pun di anggap merupakan faktor untukmempersempit sudut
bilik depan.
2) Faktor pencetus
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata
belakang akan mendorong iris ke depan,hingga sudut bilik mata depan
yang memang sudah sempit akan mendadak tertutup. Tidak diketahui
dengan jelas apa yang menyebabkan hal tersebut.
3) Dilatasi pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik
mata depan yang asalnya sudah sempit, akan mudah tertutup (Sidarta
Ilyas, 2002).
d. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai
penyulit penyakit intraokular.
1) Glaukoma sekunder karena kelainan lensa mata
Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang,
lensa yang membengkak karena katarak atau karena trauma, protein
lensa yang menimbulkan uveitis yang kemudian mengakibatkan
tekanan bola mata naik.
2) Glaukoma sekunder karena kelainan uvea
Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan
iris bagian perifer ( sinekia ) dan eksudatnya yang menutup celah –
celah trabekulum hingga outflow akuos humor terhambat. Tumor yang
berasal dari uvea karena ukuranya dapat menyempitkan rongga bola
mata atau mendesak iris ke depan dan menutup sudut bilik mata
depan.
3) Glaukoma sekunder karena trauma atau pembedahan
Hifema di bilik mata depan karena trauma pada bola mata dapat
memblokir saluran outflow tuberkulum. Perforasi kornea karena
kecelakaan menyebabkan iris terjepit dalam luka dan karenanya bilik
mata depan dangkal. Dengan sendirinya akuos humor tidak dapat
mencapai jaringan trabekulum untuk jaringan keluar. Pada
pembedahan katarak kadang – kadang bilik mata depan tidak
terbentuk untuk waktu yang cukup lama, ini mengakibatkan
perlekatan iris bagian perifer hingga penyaluran akuos humoer
terhambat.
4) Glaukoma Karena Rubeosis Iris
Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul
oleh pembentukan pembuluh darah di iris. Di bagian iris perifer
pembuluh darah ini mengakibatkan perlekatan – perlekatan sehingga
sudut bilik mata depan menutup. Glaukoma yang ditimbulkan biasnya
nyeri dan sulit diobati.
5) Galukoma karena kortikosteroid
Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada
mata, muncul pula kasus glaukoma pada penderita yang memang
sudah ada bakat untuk glaukoma. Glaukoma yang ditimbulkan
menyerupai glaukoma sudut terbuka. Mereka yang harus diobati
dengan kortikosteroid jangka lama, perlu diawasi tekanan bola
matanya secara berkala.
6) Glaukoma kongesif
Glaukoma konginental primer atau glaukoma infantil. Penyebabnya
ialah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum sehingga
menghambat penyaluran keluar akuos humor. Akibatnya kornea
membesar sehingga disebut Buftalmos atau “mata sapi”.
7) Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut menurapakan stadium terakhir semua jenis
glaukoma disertai kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak
tertahan, dapat dilakukan cyclocryo therapy untuk mengurangi nyeri.
Setingkali enukleasi merupakan tidakan yang paling efektif. Apabila
tidak disertai nyeri, bola mata dibiarkan (Sidarta Ilyas, 2002)
4. Manifestasi Klinis
Menurut Tamsuri, A., (2011) mengatakan manifestasi yang muncul pada
pasien glaukoma adalah:
a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)
b. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu
c. Mual, muntah, berkeringat
d. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar
e. Visus menurun
f. Edema kornea
g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut
terbuka)
h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya
i. TIO meningkat (Anas Tamsuri, 2010 : 74-75)
5. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor
aquelus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran
keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada
keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan
intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan
dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan
intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan
terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina.
Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila
terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan
degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas
serabut saraf pada papil saraf optik.
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf
optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola
mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian
tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih
belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan
serabut saraf optik (Tamsuri, A., 2011).
6. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus
untuk glaukoma.
2) Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal
empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
Indentasi dengan tonometer schiotz
Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
Nonkontak pneumotonometri
b. Terapi Farmakologi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori
b. Ansietas
c. Nyeri akut
d. Resiko pada cedera
3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Ganguan Persepsi Setelah dilakukan Dukungan pengungkapan
Sensori tindakan keperawatan kebutuhan:
Gejala dan Tanda Mayor: selama 1x24 jam masalah Observasi
Subjektif: gangguan persepsi sensori - Periksa gangguan komunikasi
- Merasakan sesuatu dapat teratasi dengan verbal
melalui indra kriteria hasil: Terapeutik:
penglihatan 1. Ketajaman - Ciptakan lingkungan yang tenang
penglihatan (4) - Hindari bicara keras
Objektif: - Ajukan pertanyaan dengan
- Distorsi sensori jawaban singkat, dengan isyarat
- Respons tidak sesuai anggukan kepala jika kesulitan
Edukasi:
Gejala dan Tanda Minor: - Informasikan keluarga dan tenaga
Subjektif: kesehatan lain teknik
- berkomunikasi
Objektif: Kolaborasi:
- Konsentrasi buruk - Rujuk pada terapis wicara, jika
- Disorentasi waktu, perlu
tempat, orang atau
situasi
- Melihat ke satu arah
2 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
Gejala dan tanda mayor: tindakan keperawatan Tindakan
Subjektif: selama 1x24 jam masalah
- Merasa binggung ansietas dapat teratasi
- Merasa khawatir dengan kriteria hasil:
dengan akibat dari - Palpitasi (3) Observasi
kondisi yang - Frekuensi - Identifikasi saat tingkat
dihadapi pernafasana (4) ansietas berubah (stressor)
- Sulit berkonsentrasi - Frekuensi nadi (4) - Identifikasi kemampuan
Objektif: - Tekanan darah (3) pengambilan keputusan
- Tampak gelisah - Kontak mata (3) - Monitor tanda-tanda ansietas
- Tampak tegang - Pucat (3) (verbal atau nonverbal)
- Palpitasi (3)
Gejala dan tanda minor: - Tremor (3) Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik
Subjektif:
untuk menumbuhkan
- Anoreksia
kepercayaan
- Palpitasi
- Temani pasien untuk
- Merasa tidak
mengurangi kecemasan, jika
berdaya
memungkinkan
Objektif:
- Pahami situasi yang
- Frekuensi nafas
membuat ansietas
meningkat
- Dengarkan dengan penuh
- Frekuensi nadi
penuh kesetiaan
meningkat
- Gunakan pendekatan yang
- Tekanan darah
tenang dan meyakinkan
meningkat
- Tempatkan barang pribadi
- Muka tampak pucat
yang memberikan
- Suara bergetar
kenyamanan
- Kontak mata buruk
- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
- Diskusi perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
- Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan melakukan
kegiatan yang tiak
kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengunkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan
pengalihanuntuk mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Terapeutik
- Buat kontrak dengan pasien
- Ciptakan ruangan yang nyaman
dan tenang
Edukasi
- Anjurkan mendengarkan musik
yang lembut atau di sukai
- Anjurkan berdoa, berzikir,
membaca kitab suci, ibadah
sesuai agama yang di anut
- Anjurkan melakukan teknik
menenangkan hingga perasaan
menjadi tenang
3 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Gejala dan tanda mayor tindakan keperawatan Tindakan
Subjektif: selama 1x24 jam masalah Observasi
- Identifikasi lokasi,karakteristik,
- Mengeluh nyeri nyeri akut dapat teratasi,
durasi, frekuensi, kualitas,
Objektif: dengan kriteria hasil:
int3nsitas nyeri
- Tampak meringis - Keluhan nyeri (3)
- Identifikasi skala nyeri
- Bersikap protektif
- Meringis (3)
- Identifikasi Respons nyeri non
(waspada) - Sikap protektif (3)
verbal
- Frekuensi nadi
- Berfokus pada diri
- Identifikasi faktor yang
meningkat sendiri (3)
memperberat dan memperingan
- Frekuensi nasi (3)
nyeri
Gejala dan tanda minor - Pola nafas (3)
- Identifikasi pengetahuan dan
Subjektif: - Tekanan darah (4)
keyakinan tentang nyeri
-
- Identifikasi pengaruh budaya
Objektif:
terhadap respon nyeri
- TD menigkat
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Pola nafas berubah
kualitas hidup
- Berfokus pada diri
- Monitor keberhasilan terapi
sendiri
komplementer yang sudah di
berikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis, TENS, hipnosis,akupresur,
terapi musik,terapi
pijat,aromaterapi,tehnik
imajinasi terbimbing,kompres
hangat dingin,terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis,suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu
Terapeutik
- Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga.
- Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci.
- Pasang handrail tempat tidur
- Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
- Tempatkan pasien beresiko
tinggi jatuh dekat dengan
pemantauan perawat dari nurs
e station.
- Gunakan alat bantu berjalan
(mis, kursi roda, walker )
- Dekatkan bell pemanggil
dalam jangkauan pasien
Edukasi
- Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan un
tuk berpindah
- Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri.
- Ajarkan cara menggunakan
bell pemanggil untuk
memanggil perawat
DAFTAR PUSTAKA