Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

GLAUKOMA

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Medikal


Bedah (KMB)

Disusun oleh :
Nama :
NIM :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES KHARISMA KARAWANG
Jalan Pangkal Perjuangan KM.01 By Pass - Karawang
Tahun 2018
A. Konsep Teori
1. Definisi
Glaukoma adalah kondisi yang di tandai dengan neuropati optik dengan
kehilangan penglihatan perifer perlahan, dan biasanya peningkatan tekanan
intraokular mata (Lemone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G., 2017)

Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik


(neoropati optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan
okular pada papil saraf optik. Yang menyebabkan defek lapang pandang dan
hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang sentral terkena (Bruce
James. et al , 2006).

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa,


neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan
utamanya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal (Sidarta
Ilyas, 2002). Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata
tidak normal (N = 15-20mmHg) (Sidarta Ilyas, 2004). Glaukoma adalah
kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal tekanan
intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg) (Elizabeth J.Corwin, 2009).

2. Klasifikasi
Glaukoma dibagi atas glaukoma primer, sekunder, dan kongenital.
a. Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
1) Glaukoma sudut tertutup , (closed angle glaucoma, acute congestive
glaukoma).
Glaukoma sudh tertutup biasanya terjadi sebagai suatu episode akut,
meskipun dapat karena subakut atau kronik. Disebut tertutup karena
ruang anterior (bilik mata depan) secara anatomis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan, menempel jaringan trabekular dan
menghambat aliraz humor aqueus ke saluran schlemm (Tamsuri, A.,
2011).
2) Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple
glaucoma).
Merupakan sebagian besar dari glaukoma (90%) yang terjadi pada
kedua mata. Dikatakan tertutup karena humor aqueus mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran terhambat karena
perubahan degeneratif jaringan trabekula, saluran schlemm dan
saluran lainnya yang berdekatan (Tamsuri, A., 2011).

b. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata,
disebabkan :
1) Kelainan lensa
a) Luksasi
b) Pembengkakan (intumesen)
c) Fakoltik
2) Kelainan uvea
a) Uveitis
b) Tumor
3) Trauma
a) Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema)
b) Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma
adheren
c) Pembedahan
d) Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan
katarak.
4) Penyebab glaukoma sekunder lainnya
a) Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
b) Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan
c. Glaukoma Kongenital
Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos,
hidroftalmos). Glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.
d. Glaukoma Absolut
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola
mata nyeri (Sidarta Ilyas, 2002).

3. Etiologi
a. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya
memang sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi
yang memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.
1) Faktor Pre-Disposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada iris maka
akan terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke
bilik mata depan, yang dinamakan hambatan pupil (pupillary block)
hambatan ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan di bilik mata
belakang. Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah
sempit,dorongan ini akan menyebabkan iris menutupi jaringan
trabekulum.akibatnya akuos humor tidak dapat atau sukar mencapai
jaringan ini dan tidak dapat di salurkan keluar.terjadilah glaukoma
akut sudut tertutup. Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan
di fahami karena mendasari alasan pengobatan dan pembedahan pada
glaukoma sudut tertutup. Keadaan-keadaan yang memungkinkan
terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada mata yang bersumbu
pendek dan lensa yang secara fisiologik trus membesar karena usia,iris
yang tebal pun di anggap merupakan faktor untukmempersempit sudut
bilik depan.
2) Faktor pencetus
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata
belakang akan mendorong iris ke depan,hingga sudut bilik mata depan
yang memang sudah sempit akan mendadak tertutup. Tidak diketahui
dengan jelas apa yang menyebabkan hal tersebut.
3) Dilatasi pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik
mata depan yang asalnya sudah sempit, akan mudah tertutup (Sidarta
Ilyas, 2002).

b. Glaukoma Kongesif Akut


Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi
kesan seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar
oleh orang lain atau di papah. Penderita sendiri memegang kepala nya
karena sakit, kadang-kadang pakai selimut. Hal inilah yang mengelabui
dokter umum; sering dikiranya seorang penderita dengan suatu penyakit
sistemik. Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah
sekian hari penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-
muntah, nyeri dirasakan di dalam dan sekitar mata. Penglihatanya kabur
sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu.

Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak,konjungtiva


bulbi yang sangat hiperemik (kongesif), injeksi siliar dan kornea yang
suram. Bilik mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan
memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil tampak melebar,
lonjong miring agak vertikal atau midriasis yangg hampir total. Refleks
pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung
jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang
teliti sudah cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang
baik. Glaukoma Absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah
terbengkalai sampai buta total. Bola mata demikian nyeri, bukan saja
karena tekanan bola mata yang masih tinggi tetapi juga karena kornea
mengalami degenerasi hingga mengelupas (keratopati bulosa) (Sidarta
Ilyas, 2002).
c. Glaukoma Sudut Terbuka
Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan
trabekulum sendiri, akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang
trabekulum,tetapi sampai di dalam terbentur celah-celah trabekulum yang
sempit, hingga akuos humor tidk dapat keluar dari bola mata dengan
bebas ( Sidarta Ilyas, 2002).

d. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai
penyulit penyakit intraokular.
1) Glaukoma sekunder karena kelainan lensa mata
Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang,
lensa yang membengkak karena katarak atau karena trauma, protein
lensa yang menimbulkan uveitis yang kemudian mengakibatkan
tekanan bola mata naik.
2) Glaukoma sekunder karena kelainan uvea
Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan
iris bagian perifer ( sinekia ) dan eksudatnya yang menutup celah –
celah trabekulum hingga outflow akuos humor terhambat. Tumor yang
berasal dari uvea karena ukuranya dapat menyempitkan rongga bola
mata atau mendesak iris ke depan dan menutup sudut bilik mata
depan.
3) Glaukoma sekunder karena trauma atau pembedahan
Hifema di bilik mata depan karena trauma pada bola mata dapat
memblokir saluran outflow tuberkulum. Perforasi kornea karena
kecelakaan menyebabkan iris terjepit dalam luka dan karenanya bilik
mata depan dangkal. Dengan sendirinya akuos humor tidak dapat
mencapai jaringan trabekulum untuk jaringan keluar. Pada
pembedahan katarak kadang – kadang bilik mata depan tidak
terbentuk untuk waktu yang cukup lama, ini mengakibatkan
perlekatan iris bagian perifer hingga penyaluran akuos humoer
terhambat.
4) Glaukoma Karena Rubeosis Iris
Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul
oleh pembentukan pembuluh darah di iris. Di bagian iris perifer
pembuluh darah ini mengakibatkan perlekatan – perlekatan sehingga
sudut bilik mata depan menutup. Glaukoma yang ditimbulkan biasnya
nyeri dan sulit diobati.
5) Galukoma karena kortikosteroid
Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada
mata, muncul pula kasus glaukoma pada penderita yang memang
sudah ada bakat untuk glaukoma. Glaukoma yang ditimbulkan
menyerupai glaukoma sudut terbuka. Mereka yang harus diobati
dengan kortikosteroid jangka lama, perlu diawasi tekanan bola
matanya secara berkala.
6) Glaukoma kongesif
Glaukoma konginental primer atau glaukoma infantil. Penyebabnya
ialah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum sehingga
menghambat penyaluran keluar akuos humor. Akibatnya kornea
membesar sehingga disebut Buftalmos atau “mata sapi”.
7) Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut menurapakan stadium terakhir semua jenis
glaukoma disertai kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak
tertahan, dapat dilakukan cyclocryo therapy untuk mengurangi nyeri.
Setingkali enukleasi merupakan tidakan yang paling efektif. Apabila
tidak disertai nyeri, bola mata dibiarkan (Sidarta Ilyas, 2002)

4. Manifestasi Klinis
Menurut Tamsuri, A., (2011) mengatakan manifestasi yang muncul pada
pasien glaukoma adalah:
a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)
b. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu
c. Mual, muntah, berkeringat
d. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar
e. Visus menurun
f. Edema kornea
g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut
terbuka)
h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya
i. TIO meningkat (Anas Tamsuri, 2010 : 74-75)

5. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor
aquelus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran
keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada
keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan
intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan
dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan
intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan
terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina.
Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila
terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan
degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas
serabut saraf pada papil saraf optik.
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf
optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola
mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian
tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih
belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan
serabut saraf optik (Tamsuri, A., 2011).
6. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus
untuk glaukoma.
2) Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal
empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
 Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
 Indentasi dengan tonometer schiotz
 Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
 Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital


Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dapat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya
adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil
pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab
menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah
ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini
selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengann palpasi :
dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut:
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N – 1 : lebih rendah dari normal
N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
3) Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma
gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata
depan.
4) Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan
papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang
kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik
dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak
dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
5) Pemeriksaan lapang pandang
a) Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma
sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang
pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke
tengah.
b) Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir
Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan-
kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang
dinamakan skotoma Bjerrum (Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248).

b. Terapi Farmakologi

Obat Efek Terhadap Glaukoma

Agen Kolinergik (Miotik) : Merangsang reseptor kolinergik,


Pilocarpine mengkontraksikan otot-otot iris
Carbachol ( Carbacel ) untuk mengecilkan pupil dan
menurunkan tahanan terhadap aliran
humor aqueous, juga
mengkontraksikan otot-otot ciliary
untuk meningkatkan akomodasi.

Kolinesterase Inhibitors menghambat pepenghancuran


(Miotik) : asetylchloline yang berefek sebagai
Physostigmine (Eserine) kolinergik. Jangan menggunakan
Demecarlum bromide obat kolinesterase pada glaukoma
(Humorsol) sudut tertutup (meningkatkan
Isoflurophate (Floropryl) tahanan pupil).
Echotiophate Iodide
(Phospoline Iodide)

Edrenergic Beta Bloker : Memblok – impuls adrenergik (


Timolol meleate (Timoptic) Sympathetik ) yang secara normal
Betaxolol hydrochloride menyebabkan mydriasis, mekanisme
(Betaoptic) yang bisa menurunkan IOP, tidak
Levobunolol hydrochloride jelas.
(Betagan)

Agen adrenergik : Menurunkan produksi humor


Epinephryl borate (Eppy) aqueous dan meningkatkan aliran
Epinephrine hydrochloride aqueous. Jangan menggunakan untuk
(glaucom, Epifrin) glaukoma sudut tertutup.
Epinephrine bitatrate (Epitrate,
Mucocoll)
Dipivefrin (Propine)

Carbonic anhydrase Menghambat produksi humor


inhibitors : aqueous
Acetazolamide (Diamox)
Ethoxzolamide (Cardrase)
Dichlorhenamide (Daramide)
Methazolamide (Neptazane)
Agen Osmotik : Meningkatkan osmolaritas plasma
Glycerine (Glycerol, darah, meningkatkan aliran cairan
Osmoglyn) dari humor aqueous ke plasma
Mannitol (Osmitrol)
Urea (Ureaphil, Urevert)
( Barbara C. Long, 2000)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Riwayat Okular
a) Tanda peningkatan TIO : nyeri tumpul, mual, muntah, pandangan
kabur
b) Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma, pembedahan
2) Riwayat Kesehatan
a) Menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular,
cerebrovaskular, gangguan tiroid
b) Keluarga menderita glaukoma
c) Penggunaan obat kortikosteroid jangka lama : topikal atau sistemik
d) Penggunaan antidepressant trisiklik, antihistamin, venotiazin
3) Psikososial
Kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh, berkendaraan
b. Pengkajian umum
1) Usia
2) Gejala penyakit sitemik : Diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
kardiovaskular , hipertiroid
3) Gejala gastrointestinal : mual muntah
c. Pengkajian Khusus
1) Mata
2) Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mmHg)
3) Nyeri tumpul orbital
4) Perimetri : menunjukkan penurunan luas lapang pandang
5) Kemerahan (hiperemia mata)
6) Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau terbuka

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori
b. Ansietas
c. Nyeri akut
d. Resiko pada cedera

3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Ganguan Persepsi Setelah dilakukan Dukungan pengungkapan
Sensori tindakan keperawatan kebutuhan:
Gejala dan Tanda Mayor: selama 1x24 jam masalah Observasi
Subjektif: gangguan persepsi sensori - Periksa gangguan komunikasi
- Merasakan sesuatu dapat teratasi dengan verbal
melalui indra kriteria hasil: Terapeutik:
penglihatan 1. Ketajaman - Ciptakan lingkungan yang tenang
penglihatan (4) - Hindari bicara keras
Objektif: - Ajukan pertanyaan dengan
- Distorsi sensori jawaban singkat, dengan isyarat
- Respons tidak sesuai anggukan kepala jika kesulitan
Edukasi:
Gejala dan Tanda Minor: - Informasikan keluarga dan tenaga
Subjektif: kesehatan lain teknik
- berkomunikasi
Objektif: Kolaborasi:
- Konsentrasi buruk - Rujuk pada terapis wicara, jika
- Disorentasi waktu, perlu
tempat, orang atau
situasi
- Melihat ke satu arah
2 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
Gejala dan tanda mayor: tindakan keperawatan Tindakan
Subjektif: selama 1x24 jam masalah
- Merasa binggung ansietas dapat teratasi
- Merasa khawatir dengan kriteria hasil:
dengan akibat dari - Palpitasi (3) Observasi
kondisi yang - Frekuensi - Identifikasi saat tingkat
dihadapi pernafasana (4) ansietas berubah (stressor)
- Sulit berkonsentrasi - Frekuensi nadi (4) - Identifikasi kemampuan
Objektif: - Tekanan darah (3) pengambilan keputusan
- Tampak gelisah - Kontak mata (3) - Monitor tanda-tanda ansietas
- Tampak tegang - Pucat (3) (verbal atau nonverbal)
- Palpitasi (3)
Gejala dan tanda minor: - Tremor (3) Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik
Subjektif:
untuk menumbuhkan
- Anoreksia
kepercayaan
- Palpitasi
- Temani pasien untuk
- Merasa tidak
mengurangi kecemasan, jika
berdaya
memungkinkan
Objektif:
- Pahami situasi yang
- Frekuensi nafas
membuat ansietas
meningkat
- Dengarkan dengan penuh
- Frekuensi nadi
penuh kesetiaan
meningkat
- Gunakan pendekatan yang
- Tekanan darah
tenang dan meyakinkan
meningkat
- Tempatkan barang pribadi
- Muka tampak pucat
yang memberikan
- Suara bergetar
kenyamanan
- Kontak mata buruk
- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
- Diskusi perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang

Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
- Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan melakukan
kegiatan yang tiak
kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengunkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan
pengalihanuntuk mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
- Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

Teknik Menenangkan (I.08248)


Tindakan :
Observasi
- Identifikasi masalah yang di
alami

Terapeutik
- Buat kontrak dengan pasien
- Ciptakan ruangan yang nyaman
dan tenang

Edukasi
- Anjurkan mendengarkan musik
yang lembut atau di sukai
- Anjurkan berdoa, berzikir,
membaca kitab suci, ibadah
sesuai agama yang di anut
- Anjurkan melakukan teknik
menenangkan hingga perasaan
menjadi tenang
3 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Gejala dan tanda mayor tindakan keperawatan Tindakan
Subjektif: selama 1x24 jam masalah Observasi
- Identifikasi lokasi,karakteristik,
- Mengeluh nyeri nyeri akut dapat teratasi,
durasi, frekuensi, kualitas,
Objektif: dengan kriteria hasil:
int3nsitas nyeri
- Tampak meringis - Keluhan nyeri (3)
- Identifikasi skala nyeri
- Bersikap protektif
- Meringis (3)
- Identifikasi Respons nyeri non
(waspada) - Sikap protektif (3)
verbal
- Frekuensi nadi
- Berfokus pada diri
- Identifikasi faktor yang
meningkat sendiri (3)
memperberat dan memperingan
- Frekuensi nasi (3)
nyeri
Gejala dan tanda minor - Pola nafas (3)
- Identifikasi pengetahuan dan
Subjektif: - Tekanan darah (4)
keyakinan tentang nyeri
-
- Identifikasi pengaruh budaya
Objektif:
terhadap respon nyeri
- TD menigkat
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Pola nafas berubah
kualitas hidup
- Berfokus pada diri
- Monitor keberhasilan terapi
sendiri
komplementer yang sudah di
berikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis, TENS, hipnosis,akupresur,
terapi musik,terapi
pijat,aromaterapi,tehnik
imajinasi terbimbing,kompres
hangat dingin,terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis,suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu

4 Resiko cedera Setelah dilakukan Pencegahan jatuh (I. 14540)


tindakan keperawatan Tindakan :
selama 1x24 jam masalah
resiko jatuh dapat teratasi, Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi faktor resiko jatuh
- Ketajaman (mis, usia >65 tahun, penurunan
penglihatan (4)
tingkat kesadaran, defisit
- Jatuh saat berdiri (5)
- Jatuh saat berjalan kognitif, hipotensi ortostatik,
(5) gangguan keseimbangan,
- Jatuh saat naik
gangguan penglihatan, neuropati
tangga (5)
- Jatuh saat di kamar )
mandi (5) - Identifikasi resiko
- Jatuh saat jatuhsetidaknya sekali setiap
membungkuk (5)
shift atau sesuai kebijakan
institusi.
- Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan resiko jatuh
(mis, lantai licin, penerangan
kurang ).
- Hitung resiko jatuh dengan
menggunakan skala (mis, Fall
Morse Scall, Humty Dumty
Scall) jika perlu.
- Monitor kemammpuan
berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda dan sebaliknya.

Terapeutik
- Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga.
- Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci.
- Pasang handrail tempat tidur
- Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
- Tempatkan pasien beresiko
tinggi jatuh dekat dengan
pemantauan perawat dari nurs
e station.
- Gunakan alat bantu berjalan
(mis, kursi roda, walker )
- Dekatkan bell pemanggil
dalam jangkauan pasien

Edukasi
- Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan un
tuk berpindah
- Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri.
- Ajarkan cara menggunakan
bell pemanggil untuk
memanggil perawat
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku saku Patofisiologi, Ed. 3.Jakarta : EGC.


Ilyas, R., & Sidarta, I. (2002). Klasifikasi dan Diagnosis Banding Penyakit Mata.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Ilyas, S. (2002). Ilmu Penyakit Mata, Ed. 2, Jakarta : CV. Sagung Seto.
Ilyas, S. (2004). Ilmu Perawatan Mata, Jakarta : CV. Sagung Seto.
James, B. (2006). Lecture Notes : Oftalmologi, Jakarta : Erlangga.
Long, B. C. (2000) Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Tamsuri, A. (2010) Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia:
Definisi dan indikator diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia:
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan indonesia:
Definisi dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai