Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

PNEUMONIA

Diajukan Guna Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Nama :Sri Midayanti

NIM :

PROGRAM PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. TINJAUAN TENTANG BRONKOPNEMONIA

1. Definisi Pengertian
Istilah bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Brunner &
Suddarth, 2001). Bronchopneu monia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang
paru- paru yang di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang dibronkeoli


terminal. Berkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat
sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan
penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. (Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)

Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang menyebabkana


bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat yang berbentuk bercak-
bercak., kemudian menjadi bagian yang terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan
meluas ke parenkim paru.

Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam,
infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

2. Etiologi
Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:
- Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza
- Virus= legionella pneumonia, virus influenza
- Jamur= aspergilus, candida albicons
- Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru
- Kongesti paru kronik
- Flora normal, hidrokarbon.

3. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur, bakter,
virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin
dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas).
Awalnmya mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini akan
masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh.
Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi peradangan ini tubuh akan
menyesuaikan diri sehingga timbullah gejala demam pada penderita.

Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien akan
merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret akan sampai ke
alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru.

Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna saat
ia terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam usus menjadi agen
pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
Pathway
4. Gejala Klinis
Penderita broncopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti mengigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas
menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. (Barbara C. Long, 1996 : 36)
a. Pnemonia Bakteri
Gejala :
- Rinitis ringan
- Anoreksia
- Gelisah
Berlanjut sampai:
- Demam
- Malaise (tidak nyaman)
- Nafas cepat dan dangkal.
- Ekspirasi berbunyi.
- Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
- Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
- Leukositosis
- Foto thorak pneumonia lebar
b. Pnemonia Virus
Gejala awal :
- Batuk
- Rhinitis
Berkembang sampai :
- Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu.
- Emfisema obstruktif
- Ronkhi basah.
c. Pneumonia mikroplasma
- Demam
- Sakit kepala
- Anoreksia
Berkembang sampai :
- Rhinitis alergi
- Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
- Area konsolidasi pada pemeriksa thorak.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3
- Laju endap darah meningkat 100mm
- ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.
- GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi CO2
- Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan karena
peningkatan suhu tubuh.
b. Pemeriksaan Radiologi
- Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

6. Penatalaksanaan
a. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
b. Terapi oksigen (O2)
c. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.
d. Istirahat yang cukup
e. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/ hari
atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

7. Komplikasi
a. Atelektasis : Pengembangan paru yang tidak sempurna.
b. Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
c. Abses paru : Pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistomik
e. Endokarditis : Peradangan pada endokardium.
f. Meningitis : Peradangan pada selaput otak.
8. Pencegahan Pada Anak
a. Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi
penularan.
b. Hindari kontak anak dengan penderita ISPA
c. Membiasakan pemberian ASI
d. Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan
sesak pada anak.
e. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

Anda mungkin juga menyukai