Disusun Oleh:
INKA SAPUTRI
202202040022
B. Etiologi
Menurut Purwanto (2016) penyebab stroke antara lain :
1. Trombosis serebral
Trombosis yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti disekitarnya.
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak, dan udara yang umumnya berasal dari trombus
dijantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
3. Hemoragi
Akibat pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan perembesan
darah yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga terjadi infark otak.
4. Hipoksia umum
Akibat hipertensi yang parah, henti jantung paru, dan penurunan
cardiac output akibat aritmia.
5. Hipoksia setempat
Akibat spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub arachnoid
dan vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
Menurut Wijaya dan Putri (2013) dan Junaidi (2011), faktor risiko dari
stroke diantaranya:
1. Hipertensi
Merupakan faktor risiko utama, hipertensi mempercepat
pengerasan/mengurangi elastisitas dinding pembuluh darah arteri
dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos
sehingga mempercepat proses aterosklerosis melalui efek
penekanan pada sel endotel/lapisan dalam dinding arteri yang
berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin cepat dan
apabila pembuluh darah otak menyempit akibat plak maka aliran
darah ke otak terganggu dan sel-sel otak akan mengalami
kematian.
2. Penyakit kardiovaskuler
Penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke dikemudian
hari seperti penyakit jantung rematik, penyakit jantung koroner
dengan infark otot jantung dan gangguan irama jantung. Faktor
risiko ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan atau
sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepas gumpalan
atau sel-sel atau jaringan yang telah mati kealiran darah. Misalnya
embolisme serebral yang berasal dari jantung seperti penyakit arteri
koronaria, Congestive Heart Failure, Miocardium Infark dan
hipertrofi ventrikel kiri. Pada fibrilasi atrium, menyebabkan
penurunan CO sehingga perfusi darah ke otak menurun dan
kekurangan oksigen yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
stroke.
3. Diabetes Mellitus
Pada penyakit diabetes mellitus terjadi gangguan atau kerusakan
vaskuler baik pada pembuluh darah besar maupun pembuluh darah
yang kecil karena hiperglikemi sehingga aliran darah menjadi
lambat dan terbentuk plak serta mampu menebalkan dinding
pembuluh darah otak yang menyebabkan sempitnya diameter
pembuluh darah dan mengganggu kelancaran aliran darah ke otak
yang dapat berisiko terjadinya stroke dan infark sel-selotak.
4. Merokok
Pada perokok akan timbul plak pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga kemungkinan penumpukan aterosklerosis dan kemudian
berakibat terhadap stroke. Merokok menyebabkan peningkatan
koagulabilitas, viskositas darah, meningkatkan kadar fibrinogen,
mendoorong agregasi platelet, meninggikan tekanan darah,
meningkatkan hematokrit, menurunkan jumlah kolesterol
HDL/kolesterol baik dan meningkatkan LDL. Perokok pasif
berisiko sama dengan perokok pasif.
5. Alkohol
Alkohol dapat menyebabkan hipertensi dan penurunan aliran darah
ke otak dan kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah
sehingga terjadi emboli serebral. Pada tingkatan/kadar yang tinggi
dapat mengakibatkan otak berhenti berfungsi. Alkohol oleh tubuh
dipersepsikan sebagai racun dan hati akan memfokuskan kerjanya
untuk menyingkirkan alkohol tersebut. Akibatnya bahan lain yang
masuk ketubuh seperti karbohidrat dan lemak yang bersirkulasi
dalam darah harus menunggu giliran sampai proses pembuangan
alkohol selesai dilakukan. Karena tidak dimetabolisme dapat
berisiko terkena penyakit kardiovaskuler seperti jantung dan stroke
meningkat.
6. Peningkatan kolesterol
Kolesterol yang ada didalam tubuh terbagi dalam 3 jenis, yaitu
HDL, LDL dan Trigliserida. High Density Lipoprotein (HDL)
dikenal juga dengan kolesterol baik berfungsi untuk mencegah
terjadinya aterosklerosis atau peyempitan pembuluh darah akibat
lemak, Low Density Lipoprotein (LDL) dikenal juga dengan
kolesterol jahat merupakan salah satu penyebab utama
pembentukan aterosklerosis dan trigliserida adalah jenis lemak
yang akan menyimpan kelebihan energi yang di dapat dari makanan
menjadi lemak didalam tubuh. Kolesterol merupakan zat di dalam
aliran darah dimana makin tinggi kolesterol semakin besar
kemungkinan dari kolesterol tersebut tertimbun pada dinding
pembuluh darah dan terbentuk aterosklerosis. Hal ini menyebabkan
saluran pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga
mengganggu suplai darah ke otak.Inilah yang menyebabkan
terjadinya stroke non hemoragik.
7. Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan kejadian stroke terutama bila disertai
dengan dislipidemia dan atau hipertensi, melalui proses
aterosklerosis. Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
lewat efek snoring atau mendengkur dan sleep apnea, karena
terhentinya suplai oksigen secara mendadak di otak. Obesitas juga
membuat seseorang cenderung mempunyai tekanan darah tinggi,
meningkatkan risiko terjadinya Diabetes Mellitus, juga
meningkatkan produk sampingan metabolisme yang berlebihan
yaitu oksidan/radikal bebas. Hal tersebut karena umumnya porsi
makan orang gemuk akan lebih banyak.
C. Manifestasi klinis
Edema serebral
penurunan kapasitas adaptif Peningkatan TIK
intrakaranial
Penurunan kesadaran Terpasang NGT Terapi cairan
kurang tepat
Butuh bantuan alat napas (ETT, TT, Resiko infeksi Balance cairan
NRM) kurang
Hipertemia
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. CT Scan (Computerized Tomografi Scaning)
Mengetahui area infark, edema, hematoma, struktur dan sistem
ventrikel otak
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan daerah spesifik yang mengalami infark, hemoragik
dan malformasi arteriovena karena mampu mendeteksi berbagai
kelainan otak dan pembuluh darah otak yang sangat kecil dan tidak
mungkin dijangkau oleh CT-Scan.
c. EEG (ElektroEncephalografi)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
d. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur yang
digunakan untuk mendeteksi abnormalitas didalam pembuluh
darah otak (menyempit atau tersumbat, adanya aneurisma dan
mengetahui tingkat penyempitan dan penyumbatan).
e. Sinar X tengkorak
Mengetahui adanya kalsifikasi karotis interna pada trombosis
serebral.
f. Fungsi lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal, jika tekanan meningkat dan
cairan mengandung darah menunjukkan hemoragik subarachnoid
atau perdarahan intrakranial.
g. EKG (ElektroKardiogram)
Mengetahui adanya kelainan jantung yang juga menjadi faktor
penyebab.
2. Laboratorium
a. Darah rutin
b. Gula darah
c. Urine rutin
d. Cairan cerebrospinal
e. Analisa gas darah
f. Biokimia darah
g. Elektrolit
H. Penatalaksanaan
Menurut (Tarwoto, 2013) adapun penatalaksanaan pada stroke, yaitu:
1. PenatalaksanaanUmum
Golden period adalah batas waktu bilamana pembuluh darah
tersumbat dan bagian otak tidak mendapatkan aliran darah, maka ia
akan rusak. Makin lama penyumbatannya, makin rusaklah pembuluh
darah itu. Masa Golden period adalah 3-6 jam setelah stroke mulai
menyerang. Karena pada masa ini penderita masih sangat
mungkinuntuk terhindar dari stroke, bila langsung ditangani dengan
benar maka jaringan otak masih bisa pulih.
a. Pada fase akut
1) Terapi cairan, pada fase akut stroke berisiko terjadinya
dehidrasi karena penurunan kesadaran atau mengalami stroke
berisiko terjadinya dehidrasi karena penurunan kesadaran atau
mengalami disfagia. Terapi cairan ini sangat penting untuk
mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah. The
American Heart Association sudah menganjurkan normal
saline 50 ml/jam selama jam-jam pertama dari stroke iskemik
akut. Segera setelah hemodinamik stabil, terapi cairan rumatan
bisa diberikan sebagai KAEN3B/KAEN3A. Kedua larutan ini
lebih baik pada dehidrasi hipertonik serta memenuhi
kebutuhan homeostasis kalium dan natrium. Setelah fase akut
stroke, larutan rumatan bisa diberikan untuk memelihara
homeostasis elektrolit, khususnya kalium dan natrium.
2) Terapi Oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik
mengalami gangguan aliran darah ke otak. Sehingga
kebutuhan oksigen sangat penting untuk mengurangi hipoksia
dan juga untuk mempertahankan metabolisme otak.
Pertahankan jalan nafas, pemberian oksigen, pengaturan
ventilator merupakan tindakan yang dapat dilakukan sesuai
hasil pemeriksaan analisa gas darah atau oksimetri.
3) Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)
Penatalaksanaan segera untuk mengurangi peningkatan TIK di
dasarkan pada penurunan otak dengan cara mengurangi edema
serebral, mengurangi volume cairan serebro spinal atau
mengurangi volume darah sambil mempertahankan perfusi
serebral. Dalam keadaan normal, tekanan intrakranial
dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari dan dapat meningkat
sementara waktu sampai tingkat yang jauh lebih tinggi dari
pada normal. Kenaikan sementara TIK tidak menimbulkan
kesukaran, tetapi kenaikan tekanan yang menetap
mengakibatkan rusaknya jaringan otak. Beberapa aktivitas
sehari-hari yang dapat meningkatkan tekanan intracranial
adalah pernapasan abdominal dalam, batuk, dan mengedan
atau valsalvamaneuver. Valsalvamaneuver adalah usaha
pernafasan secara paksa menutup glottis, menghasilkan
peningkatan tekanan intrathoracic, meningkatkan tekanan
intracranial, menghambat venous return dan menurunkan heart
rate. Untuk itu perlu dilakukan pencegahan valsava manuever
antara lain dengan mencegah terjadinya mengejan dan batuk
sehingga diberikan terapi bronkodilator, pemberian oksigen
dan pencahar. Peningkatan tekanan intrakranial biasanya
disebabkan karena edema serebri, oleh karena itu pengurangan
edema penting dilakukan misalnya dengan pemberian manitol,
kontrol atau pengendalian tekanan darah.
4) Monitor fungsi pernafasan : Analisa Gas Darah
5) Monitor jantung, tanda-tanda vital dan pemeriksaan EKG
6) Evaluasi status cairan danelektrolit
7) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan
cegah resiko injuri
8) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi
lambung dan pemberianmakanan.
9) Cegah emboli paru dan tromboplebitis denganantikoagulan
10) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran,
keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial dan
refleks.
b. Fase rehabilitasi
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Tarwoto (2013), adapun pengkajian yang terkait dengan
stroke, adalah:
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang didapatkan adalah gangguan motorik kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang dan
gangguan kesadaran.
c. Riwayat PenyakitSekarang
Pemantauan Neurologis
Observasi
1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan
reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor status pernapasan : analisa gas darah,
oksimetri nadi, kedalaman napas, pola napas,
dan usaha napas
5. Monitor refleks kornea
6. Monitor kesimetrisan wajah
7. Monitor respons babinski
8. Monitor respons terhadap pengobatan.
Terapeutik
1. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis,
jika perlu
2. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan
tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan.
2. Gangguan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan asuhan Promosi komunikasi defisit bicara
berhubungan dengan keperawatan 3x 24 jam diharapkan Observasi
penurunan sirkulasi serebral, komunikasi verbal meningkat dengan 1. Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain
dan gangguan neuromuskuler Kriteria hasil : yang mengganggu bicara
1. Kemampuan berbicara meningkat 2. Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai
2. Kemampuan mendengar meningkat bentuk komunikasi
3. Kesesuaian ekspresi wajah/ tubuh Terapeutik
meningkat 1. Gunakan metode komunikasi alternatif(mis:
4. Pelo menurun menulis, mata berkedip, isyarat tangan)
5. Pemahaman komunikasi membaik 2. Berikan dukungan psikologis
3. Ulangi apa yang disampaikan pasien
4. Gunakan juru bicara
Edukasi
1. Anjurkan berbicara perlahan
2. Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif
dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
1. Rujuk keahli patologi bicara atau terapis
3. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Tindakan asuhan Dukungan mobilisasi
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
gangguan neuromuscular dan mobilitas fisik tidak terganggu dengan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
kelemahan anggota gerak kriteria hasil : lainnya
1. Pergerakan ekstremitas meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
2. Kekuatan otot meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
3. Rentang gerak( ROM) meningkat sebelum memulai mobilisasi
4. Kelemahan fisik menurun 4. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu(
mis; duduk diatas tempat tidur
2. Fasilitasi melakukan pergerakan
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk diatas tempat tidur)
4. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Tindakan asuhan Manajemen nutrisi
dengan ketidakmampuan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
menenlan makanan masalah nutrisi teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
hasil : 2. Identifikasi alergi dan toleransi makanan
1. Porsi makanan yang dihabiskan 3. Identifikasi makanan yang disukai
meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
2. Kekuatan otot mengunyah meningkat 5. Monitor asupan makanan
3. Kekuatan otot menelan meningkat 6. Monitor berat badan
4. Berat badan membaik Terapeutik
5. Frekuensi makan membaik 1. Lakukan oral hygiene
6. Nafsu mkan membaik 2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
7. Membran mukosa membaik konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan
5. Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis: peredanyeri, antiemetik)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Terapi Menelan
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala aspirasi
2. Monitor gerakan lidah saat makan
3. Monitor tanda kelelahan saat makan, minum dan
menelan
Terapeutik
1. Berikan lingkungan yang nyaman
2. Jaga privasi pasien
3. Gunakan alat bantu,jika perlu
4. Hindari penggunaan sedotan
5. Posisikan duduk
6. Berikan permen loliipop untuk meningkatkan
kekuatan lidah
7. Fasilitasi meletakkan makanan dibelakang lidah
8. Berikan perawatan mulut, sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Informasikan manfaat terapi menelan kepada
pasien dan keluarga
2. Anjurkan membuka dan menutup mulut saat
memberikan makanan
3. Anjurkan tidak bicara saat makan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan terapi
5. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan Tindakan asuhan Dukungan perawatan diri
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
gangguan neuromuskuler dan defisit perawatan diri tertasi dengan 1. Monitor tingkat kemandirian
kelemahan kriteria hasil : 2. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
1. Kemampuan mandi meningkat berpakaian, berhias, dan makan
2. Kemampuan mengenakan pakaian Terapeutik
meningkat 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis :
3. Kemampuan makan meningkat suasana rileks, privasi)
4. Verbalisasi keinginan melakukan 2. Siapkan keperluan pribadi (mis: sikat gigi, sabun
perawatan diri meningkat mandi)
3. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
mandiri
4. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
5. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan.
6. Risiko jatuh berhubungan Setelah dilakukan Tindakan asuhan Edukasi pencegahan jatuh
dengan penyakit keperawatan 3x24 jam diharapkan tidak Obsevasi
sebrovaskuler terjadi jatuh dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi gangguan kognitif dan fisik yang
1. Tidak terjatuh saat di tempat tidur memungkinkan jatuh
2. Periksa kesiapan, kemampuan menerima informasi
dan persepsi terhadap risiko jatuh
Terapeutik
1. Siapkan materi, media tentang faktor-faktor
penyebab, cara identifikasi dan pencegahan risiko
jatuh di rumah sakit maupun dirumah
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan
pasien dan keluarga
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Ajarkan mengidentifikasi perilaku dan faktor yang
berkonstribusi terhadap risiko jatuh dan cara
mengurangi semua faktor resiko
2. Anjurkan meminta bantuan saat ingin menggapai
sesuatu yang sulit
4. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada uraian rencana keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi tindakan disesuaikan dengan kriteria hasil pada tujuan di rencana tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa.
Jakarta : DPP PPNI