Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

NON HEMORAGIK STROKE (NHS)

Di Susun oleh:

Andi saripa bulgis

NIM : P00220217045

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(………………………………….) (………………………………)
NON HEMORAGIK STROKE (NHS)

A. Defenisi
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer, 2002).

Menurut WHO, Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral, baik
fokal maupun global, yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler.
Serangan otak merupakan istilah kontemporer untuk stroke atau cedera
serebrovaskuler yang mengacu kepada gangguan suplai darah otak secara mendadak
sebagai akibat dari oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat pecahnya
pembuluh darah otak (Chang, 2010).
Stroke merupakan gangguan mendadak pada sirkulasi serebral di satu

pembuluh darah atau lebih yang mensuplai otak. Stroke menginterupsi atau mengurangi
suplai oksigen dan umumnya menyebabkan kerusakan serius atau nekrosis di jaringan otak
(Williams, 2008).
Stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke hemoragik (primary hemorrhagic
strokes) dan stroke non hemoragik (ischemic strokes) . Menurut Price, (2006) stroke non
hemoragik (SNH) merupakan gangguan sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari
proses patologis pada pembuluh misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar
seperti artero sklerosis dan arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai
nutrisi dan oksigen ke otal

menurun yang menyebabkan terjadinya infark. Sedangkan menurut Padila, (2012) Stroke
Non Haemoragik adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
terjadi akibat pembentukan trombus di arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak
dan tempat lain di tubuh.
Dari beberapa pengertian stroke diatas, disimpulkan stroke non hemoragik adalah
adalah gangguan cerebrovaskular yang disebabakan oleh sumbatnya pembuluh darah
akibat penyakit tertentu seperti aterosklerosis, arteritis, trombus dan embolus.

B. Etiologi
Penyebab stroke non hemoragik yaitu:

1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)

Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran


darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan kongesti dan
radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang

sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebral.
Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.

2. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik

3. Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah.

C. Patofisiologi
Stroke adalah penyakit gangguan peredaran darah ke otak, disebabkan oleh karena
penyumbatan yang dapat mengakibatkan terputusnya aliran darah ke otak sehingga
menghentikan suplay oksigen, glukosa dan nutrisi lainya kedalam sel otak yang mengalami
serangan pada gejala – gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran, jika
kekurangan oksigen berlanjut lebih dari beberapa menit dapat

meyebabkan nekrosis mikroskopis neuron – neuron, area nekrotik disebut infak.(Arif


Muttaqin, 2008, hlm. 131).
Mekanisme iskemik (non-hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau sumbatan di
Pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya stroke, yang disebut stroke iskemik.
Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke

adalah stroke Iskemik. Penyumbatan dapat terjadi karena penumpukan timbunan


lemak yang mengandung koleserol (plak) dalam pembuluh darah besar (ateri karotis)
atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil. Plak
menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar sehingga aliran darah tidak
lancar, mirip aliran air yang terhalang oleh batu. Darah yang kental akan tertahan dan
menggumpal (trombosis), sehingga alirannya menjadi semakin lambat. Akibatnya otak
akan mengalami kekurangan pasokan oksigen. Jika
kelambatan pasokan ini berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati. Tidak heran ketika
bangun tidur, korban stroke akan merasa sebelah badannya kesemutan. Jika berlajut
akan menyebabkan kelumpuhan.
Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam
pembuluh darah yang disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi, merokok atau
arena konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak. Seringkali daerah yang terluka
kemudian tertutup oleh endapan yang kaya kolesterol (plak). Gumpalan
plak inilah yang menyumbat dan mempersempit jalanya aliran darah yang berfungsi
mengantar pasokan oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak. Stroke

iskemik ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :


1. Stroke Trombotik
Pada stroke trombotik didapati oklusi ditempat arteri serebral yang
bertrombus. Trombosis merupakan bekuan darah di dalam pembuluh darah
otak atau leher dan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis
serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral. Tanda-tanda trombosis serebral
bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien
mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan

umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tibatiba,
dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah
tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa
jam atau hari. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada
lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberal menjadi tipis dan
berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna
robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi
sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat-
tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan

tempat-tempat khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai


resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis
interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan
membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang
terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar.
Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali
mekanisme koagulasi. Sumbatan
fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap
tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan
sempurna.
2. Stroke Embolik
Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Penderita embolisme
biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan
emboli serebral berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah
yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit
jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus

biasanya akan menyumbat bagian-bagian yang sempit. Tempat yang paling


sering terserang embolus sereberal adalah arteria serebral media, terutama
bagian atas.

PATHWAY
Penyakit yang mendasari stroke ( al cohol ,
hiperkolesteroid, merokok, stress, depresi, kegemukan

Aterosklerosis (elastisitas Kepekatan darah Pembentukan thrombus


pembuluh darah menurun) meningkat

Obstruksi thrombus di otak

Penurunan darah ke otak

Hipoksia cerebri

Infark jaringan otak

Kerusakan pusat gerakan motorik dilobus Kelemahan pada Perubahan


frontalis hemisphere/ hemiplagia nervus V, VII, I×, × persepsi sensori

Gangguan Mobilitas menurun Penurunan kemampuan


mobilitas fisik o to t men u n ah menela n

Tirah baring
Gangguan Keseimbangan
reflek menelan nutrisi kurang dari
kebutuhan

Kerusakan integritas Defisit


kulit perawatan diri

D. Manifestasi Klinik
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2133-2134) menjelaskan ada enam
tanda dan gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan
jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke non hemoragik

adalah:
a. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi
neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan dan hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh)

b. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah
bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum.

Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:


1) Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara.

2) Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
3) Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.

c. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang
paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat

kehilangan penglihatan
d. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan untuk
merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.

e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal,
mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu.
Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa dan kurang motivasi.

f. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia


urinarius karena kerusakan kontrol motorik.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah sebagai berikut :

1. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab dari stroke secara


spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.

2. Lumbal pungsi: Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran
lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya
proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya

dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil


biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
3. CT scan.: Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens
fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan
otak.

4. MRI: MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik

untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil

pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat

dari hemoragik.

5. USG Doppler: Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah


sistem karotis).

6. EEG: Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan

dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.

7. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.

8. Sinar X Tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.


Pemeriksaan Laboratorium:

1. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan

yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna


likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

2. Pemeriksaan darah rutin.

3. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
angsur turun kembali.

4. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri. G.
Penatalaksanaan
F. Penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Phase Akut :
a) Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan
sirkulasi.Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.

Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / emobolik.


b) Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala
15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
pemberian dexamethason.

c) Mengurangi edema cerebral dengan diuretik


d) Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat
tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang

2. Post phase akut


a) Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
b) Program fisiotherapi
c) Penanganan masalah psikososial

G. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d O2 otak menurun

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan


untuk mengabsorpsi

3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot

4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d factor risiko : lembap

5. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara

H.Perengcanaan

Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional


Keperawatan

Gangguan perfusi Tujuan (NOC) : Gangguan 1. Pantau TTV tiap jam dan 1. Peningkatan
jaringan serebral b.d perfusi jaringan dapat catat hasilnya tekanan darah
O2 otak menurun tercapai secara optimal sistemik yang
Kriteria hasil : a) Mampu 2. Kaji respon motorik diikuti dengan
mempertahankan tingkat terhadap perintah penurunan tekanan
kesadaran b) Fungsi sensori sederhana darah diastolik
dan motorik membaik 3. Pantau status neurologis merupakan tanda
secara teratur peningkatan TIK.
4. Dorong latihan kaki Napas tidak teratur
aktif/ pasif menunjukkan
5. Kolaborasi pemberian adanya peningkatan
obat sesuai indikasi TIK 2. Mampu
mengetahui tingkat
respon motorik
pasien
3.Mencegah/
menurunkan
atelektasis
4. Menurunkan
statis vena

5. Menurunkan
resiko terjadinya
komplikasi
Ketidakseimbangan Tujuan (NOC) : Intevensi (NIC) :
nutrisi : kurang dari 1. Status gizi 1.Pengelolaan gangguan
kebutuhan tubuh b.d 2. Asupan makanan makanan
ketidakmampuan 3. Cairan dan zat gizi 2. Pengelulaan nutrisi
untuk mengabsorpsi 3. Bantuan menaikkan BB
Nutrien Kritria evaluasi Aktivitas keperawatan : 1. 1. Motivasi klien
a).Menjelaskan komponen Tentukan motivasi klien mempengaruhi
kedekatan diet untuk mengubah kebiasaan dalam perubahan
b) Nilai laboratorium c) makan nutrisi
(mis,trnsferin,albumin,dan 2. Ketahui makanan
eletrolit) kesukaan klien 2. Makanan
3. Rujuk kedokter untuk kesukaan klien
d)Melaporkan keadekuatan menentukan penyebab untuk
tingkat gizi e) Nilai perubahan nutrisi mempermudah
laboratorium (mis : 4. Bantu makan sesuai pemberian nutrisi 3.
trasferin,albomen dan dengan kebutuhan klien 5. Merujuk kedokter
eletrolit f) Toleransi Ciptakan lingkungan yang untuk mengetahui
terhadap gizi yang menyenangkan untuk perubahan klien
dianjurkan. makan serta untuk proses
penyembuhan 4.
Membantu makan
untuk mengetahui
perubahan nutrisi
serta untuk
pengkajian 5.
Menciptakan
lingkungan untuk
kenyamanan
istirahat klien serta
utk ketenangan
dalam
ruangan/kamar

Hambatan mobilitas Tujuan (NOC): Klien Intevensi (NIC) : 1. Mengajarkan


fisik b.d penurunan diminta menunjukkan 1. Terapi aktivitas, klien tentang dan
kekuatan otot tingkat mobilitas, ditandai ambulasi pantau penggunaan
dengan indikator berikut 2. Terapi aktivitas,
alat bantu mobilitas
(sebutkan nilainya 1 – 5) : mobilitas sendi. klien lebih mudah.
ketergantungan (tidak 3. Perubahan posisi 2. Membantu klien
berpartisipasi) dalam proses
membutuhkan bantuan Aktivitas Keperawatan : 1. perpindahan akan
orang lain atau alat Ajarkan klien tentang dan membantu klien
membutuhkan bantuan pantau penggunaan alat latihan dengan cara
orang lain, mandiri dengan tersebut.
pertolongan alat bantu atau 2. Bantu mobilitas.
mandiri penuh).
Kriteria Evaluasi : 3. Ajarkan dan bantu klien 3. Pemberian
a) Menunjukkan dalam proses perpindahan. penguatan positif
penggunaan alat bantu 4. Berikan penguatan selama aktivitas
secara benar dengan positif selama beraktivitas. akan mem-bantu
pengawasan. 5. Dukung teknik latihan klien semangat
b) ROM dalam latihan.
c) Menyangga BAB 6. Kolaborasi dengan tim 4. Mempercepat
d) Menggunakan kursi medis tentang mobilitas klien dalam
roda secara efektif klien mobilisasi dan
mengkendorkan
otot-otot
5. Mengetahui
perkembngan
mobilisasi klien
sesudah latihan
ROM
6. Kolaborasi
dengan tim medis
dapat membatu
peningkatkan
mobilitas pasien
seperti kolaborasi
dengan fisioterapis

Risiko kerusakan Tujuan (NOC) : Tissue 1. Anjurkan pasien 1. merasa tidak


integritas kulit b.d Integrity : Skin and Mucous untuk dapat beristirahat
factor risiko : Membranes Kriteria Hasil : menggunakan atau perlu untuk
lembap a) Integritas kulit yang baik pakaian yang bergerak
bisa dipertahankan (sensasi, longgar 2. Menurunkan
elastisitas, temperatur, 2. Hindari kerutan terjadinya risiko
hidrasi, pigmentasi) pada tempat tidur infeksi pada bagian
b) Tidak ada luka/lesi pada 3. Jaga kebersihan kulit
kulit kulit agar tetap 3. Cara pertama
c)Menunjukkan pemahaman bersih dan kering untuk mencegah
dalam proses perbaikan kulit 4. Mobilisasi pasien terjadinya infeksi
dan mencegah terjadinya (ubah posisi pasien) 4.Mencegah
sedera berulang setiap dua jam terjadinya
d) Mampu melindungi sekali komplikasi
kulitdan mempertahankan 5. Monitor kulit akan selanjutnya
kelembaban kulit dan adanya kemerahan
perawatan alami 6. Oleskan lotion atau 5.Mengetahui
minyak/baby oil perkembangan
pada derah yang terhadap terjadinya
tertekan infeksi kulit
7. Kolaborasi 6.Menurunkan
pemberian pemajanan terhadap
antibiotic sesuai kuman infeksi pada
kulit
indikasi
7. Menurunkan
risiko terjadinya
infeksi
Gangguan Tujuan (NOC): Intervensi (NIC) : Mencek komunikasi
komunikasi verbal Komunikasi dapat berjalan 1. Lakukan komunikasi klien apakah benar-
b.d. kerusakan dengan baik Kriteria hasil : dengan wajar, bahasa jelas, benar tidak bisa
neuromuscular, a) Klien dapat sederhana dan bila perlu melakukan
kerusakan sentral mengekspresikan perasaan diulang komunikasi
bicara b) Memahami maksud dan
pembicaraan orang lain 2. Dengarkan dengan tekun 2.Mengetahui
c) Pembicaraan pasien jika pasien mulai berbicara bagaimana
dapat dipahami kemampuan
d. Meminta bantuan untuk 3. Berdiri di dalam lapang komunikasi klien
beraktivitas mobilisasi jika pandang pasien pada saat tsb
diperlukan. bicara 3.Mengetahui
4. Latih otot bicara secara derajat /tingkatan
optimal kemampuan
5. Libatkan keluarga berkomunikasi
dalammelatih komunikasi klien
verbal pada pasien 4.Menurunkan
6. Kolaborasi dengan ahli terjadinya
terapi wicara komplikasi lanjutan

5.Keluarga
mengetahui &
mampu
mendemonstrasikan
cara melatih
komunikasi verbal
pd klien tanpa
bantuan perawat

6.Mengetahui
perkembangan
komunikasi verbal
klien
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Ester . 2010 . Patofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J . 2009 . Buku Saku Patofisiologi . Jakarta: E G C.

Doengoes, Marilyn dkk . 2012 . Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta: E G C

Muttaqin, Arif. 2008 . Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta: Salemba Medika.

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Price, SA dan Wilson, 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses- proses penyakit ed. 6 vol.1.

Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth .

Jakarta : E G C.

Tarwoto, 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan Sistem Persyarafan . Jakarta:

Sagung Seto.

William, Lippicont . 2008 . Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit . Jakarta: Indeks.

Wilkinson, Judith . 2013 . Diagnosis NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC . Jakarta:

EGC .

Anda mungkin juga menyukai