PEMBAHASAN
1. KONSEP TEORI
1.1 Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat terhambatnya aliran darah ke otak
karena pendarahan maupun sumbatan pembuluh darah dengan tanda dan gejala sesuai
bagian otak yang terkena yang terkadang dapat sembuh dengan sempurna,sembuh
dengan kecacatan ,atau sampai dengan kematian(Smelzer,2010:price,S.A dan
Wilson,2012)
Badan organisasi dunia WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan fungsional
otak yang terjadi secara mendadak dengan manisfestasi klinik baik lokal maupun
global yang berlansung lebih dari 24 jam karena adanya gangguan aliran darah ke
otak.Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif, dan
cepat berupa deficit neurologis fokal, atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih
yang disebabkan perdarahan otak non traumatic (Price, S.A & Wilson, 2012). Stroke
diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan patologi dan gejala klinisnya, yaitu stroke
Hemorargikdan Stroke NonHemorargik (Smeltzer, 2010).
1.2 Etiologi
Stroke merupakan akibat gangguan peredaraan darah otak.penyebab Stroke yang
sering terjadi yaitu :
1. Aneurisma adalah kelainan cerebbrovascular berupa kelemahan
dinding arteri atau vena celebri yang menyebabkan dilatasi local atau
balloningpembuluh darah.
Jika terjadi rupture aneurisme akan menyebabkan terjadi SAH. SAH
adalah perdarahan di rongga Subbaracnoid
2. Mallformasi Anteriovenus
Malformasi Arteri-Vena Serebral (AVM) Merupakan suatu kelainan
pembuluh darah,terjadi karena kekusutan antara arteri,vena dan
pembuluh darah kapiler, sehinnga terjadi gangguan aliran darah dan
merupkan sutu prediksi untuk terjadinya perdarahan intracranial .
Tanpa pasokan darah yang memadai, sel-sel otak kehilangan kemampuan untuk
menghasilkan energi-terutama adenosin trifosfat (ATP) dan mengalami asidosis
metabolik. Apabila terjadi kekurangan energi ini, pompa natrium-kalium sel berhenti
berfungsi sehingga neuron membengkak, hal ini akan menimbulkan peningkatan
intrakranial dan akan menimbulkan nyeri. Salah satu cara sel otak berespon terhadap
kekurangan energi ini adalah dengan meningkatkan kalsium intrasel. Hal ini juga
mendorong proses eksitotoksisitas, yaitu sel-sel otak melepaskan neuro transmitter
eksitatorik glutamat yang berlebihan. Glutamat yang dibebaskan ini merangsang
aktivitas kimiawi dan listrik di sel otak lain dengan melekat ke suatu molekul di
neuron lain yaitu reseptor N-metil-Daspartat (NMDA)
Pengikatan reseptor ini memicu pengaktifan enzim nitratoksida sintase (NOS). yang
menyebabkan terbentuknya molekul gas nitrat oksida (NO). Pembentukan NO dapat
terjadi secara cepat dalam jumlah besar sehingga terjadi kerusakan dan kematian
neuron. Akhimya jaringan otak yang mengalami infark dan respon inflamasi akan
terpicu (Ester, 2010; Wakhidah, 2015)
Ketidakefektifan perfusi jaringan pada otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulasi Willisi: arteria karotis interna dan
system.vertebrobasilar dan semua cabang-cabangnya. Secara umum apabila darah ke
jaringan otak terputus selama 15-20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan.
Namun, perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark
didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Apabila terjadi infark pada bagian otak yang berperan sebagai pengendali otot
maka tubuh akan mengalami penurunan kontrol volunter yang akan menyebabkan
hemiplagia atau hemiparese sehingga tubuh akan mengalami hambatan mobilitas.
defisit perawatan diri karena tidak bisa menggerakkan tubuh untuk merawat diri
sendiri, pasien tidak mampu untuk makan sehingga nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Defisit neurologis juga akan menyebabkan gangguan pencernaan sehingga
mengalami disfungsi saluran pencernaan dan kandung kemih lalu akan mengalami
gangguan eliminasi. Karena ada penurunan kontrol volunter maka kemampuan batuk
juga akan berkurang dan mengakibatkan penumpukan sekret sehingga pasien akan
mengalami gangguan jalan nafas dan pasien kemungkinan tidak mampu
menggerakkan otot-otot untuk bicara sehingga pasien mengalami gangguan
komunikasi verbal berupa disfungsi bahasa dan komunikasi.
1.5 Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto (2013), penatalaksanaan stroke di rumah sakit terbagi atas :
1. Penatalaksanaan umum
a. Pada fase akut (Golden Period selama 3 jam)
Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik mangalami gangguan aliran darah
ke otak. Sehingga kebutuhan oksigen sangat penting untuk mengurangi hipoksia dan juga
untuk mempertahankan metabolism otak Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen,
penggunaan ventilator, merupakan tindakan yang dapat dilakukan sesuai hasil
pemeriksaan analisa gas darah atau oksimetri
f. Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko injuri
b. Fase rehabilitasi
1.6 Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998) adalah sebagai berikut:
1. Komplikasi dini (0-48 jam pertama
a. Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan intracranial, herniasi, danakhirnya menimbulkan
kematian
b. Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal
1. Pengkajian
A. Pengkajian primary survey
Primery survey adalah penilaian yang cepat serta sistematis yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengenali keadaan atau kondisi yang mengancam kehidupan
klien secepat mungkin. Primery survey dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah DRABC, (Danger, Response, Airway, Breathing, Circulation) (Sheehy,
2013) yaitu sebagai berikut
a) danger
Periksa situasi bahaya yang mengancam klien, pastikan lingkungan aman bagi klien
dan perawat sebelum memberikan pertolongan untuk melancarkan jalan nafas, jika
ada sumbatan dan pasien tidak responsif lakukan head lift dan chin lift untuk
melancarkan jalan nafas
b) Response
Kaji respon pasien, apakah pasien berespon saat di tanya. Gunakan AVPU
(Alert,verbal, pain, Unresponsive) untuk menentukan kesadaran klien.
c) Airway
Kaji keadaan jalan nafas pasien adakah sumbatanatau tidak. Jika ada sumbatandan
pasien responsif berikan pertolongan untuk melancarkan jalan nafas, jika ada
sumbatan dan pasien tidak responsif lakukan head lift dan chin lift untuk melancarkan
jalan nafas.
d)Breathing
fungsi pernapasan, jenis pernapasan: spontan ,frekoensi pernapasan; 28×/menit.
Reaksi otot bantu napas:Ada, kelainan dinding thoraks:tidak ada(simetris), bunyi napas:
vesicular, hembusan napas: ada.
e)Circulation
f) disability
2. Secondary Survey
1) B1 (breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan.Auskultasi bunyi
napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan
penurunan tingkat kesadaran koma.
2) B2 (blood)
Pengkajian pada system kardiovaskular didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang
sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan
dapat terjadi hipertensi massif (tekanan darah>200 mmhg.
3) B3 (brain)
. Stroke menyebabkan berbagai defcit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat
dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
4) B4 ( bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena
konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan
untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motoric dan postural.
Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang.
5) B5 (bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, muntah
pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam
lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic usus. Adanya inkontinensia alvi yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) B6 (bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan control volunteer
terhadap gerakan motoric. Oleh karena neuron motor atas menyilang, gangguan
control monitor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motoric paling
umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak
yang berlawanan.
3. Diagnosa keperawatan
1. Ketidefektifan bersihan jalan napas ( hal. 384)
2. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak (hal.235)
3. Hambatan Komunikasi Verbal (hal .261)
4. Inkontinensia urinarius fungsional( Hal.188)
5. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (153)
6. Hambatan Mobilitas fisik (hal.217)
4. Intervensi keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
6. Evaluasi Keperawatan
Sebagai tahap terakhir dari proses keperawatan dilakukanevaluasi yang tidak hanya sekedar
melaporkan intervensikeperawatan telah dilakukan, namun juga untuk menilai apakahhasil yang
diharapkan sudah terpenuhi. Evaluasi adalah penilaiankeberhasilan rencana keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Pada pasien Combutio dapat dinilai hasil pelaksanaanperawatan
dengan melihat catatan perkembangan, hasilpemeriksaan pasien, melihat langsung keadaan dari
keluhanpasien, yang timbul sebagai masalah (Potter & Perry, 2009)Majid & Prayogi (2013),