Disusun oleh
2020 / 2021
1. Definisi Stroke
Stroke atau Cerebro Vaskuler Ascident adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah keotak. Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi sarafserebral
yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada stroke disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan saraf tersebut menimbulkan gejala antara
lainkelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas, bisa menimbulkan
perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain.(Sylvia, 2012).
2. Etiologi
Penyebab Stroke dibedakan dalam dua jenis stroke, yaitu: stroke iskemik dan stroke
hemoragik.Stroke iskemik (hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti, 80% stroke iskemik. Stroke iskemik ini dibagi
menjadi3 jenis yaitu: Stroke trombotit: proses terbentuknya tombus yang membuat penggumpalan;
Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah; Hipoperfusion sistemik: berkurangnya
aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung. Stroke iskemik juga dapat
menyebabkan Subdural hematoma (Brain Hematoma) atau juga disebut perdarahan subdural adalah
kondisi di mana darah menumpuk di antara 2 lapisan di otak: lapisan arachnoidal dan lapisan dura atau
meningeal. Kondisi ini dapat menjadi akut terjadi tiba-tiba, atau kronis muncul dengan perlahan.
Hematoma (kumpulan darah) yang sangat besar atau akut dapat menyebabkan tekanan tinggi di dalam
tengkorak. Akibatnya dapat terjadi kompresi dan kerusakan pada jaringan otak. Kondisi ini dapat
membahayakan nyawa. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2
jenis yaitu: hemoragik intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak; hemoragik
subraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan
lapisan jaringan yanag menutupi otak). Faktor-faktor yang menyebabkan stroke antara lain hipertensi,
penyakit kardiovaskuler, kolesterol tinggi, obesitas, peningkatan hemotokrit meningkatkan resiko infark
serebral, diabetes dikaitkan dengan aterogenesis terakserelasi, kontrasepsi oral (khususnya disertai
dengan hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi), merokok, penyalahgunaan obat (khususnya
kokain), komsumsi alcohol.(Andra W & Yessie P, 2013)
3. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi(pembuluh darah mana
yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, jumlah darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Gejala klinis adalah sebagai berikut: kelumpuhan wajah atau anggota badan (hemiparesis)
yang timbul mendadak; gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan
hemisensorik); perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma); afasia
(bicara tidak lancar, kurang ucapan, atau kesulitan memahami ucapan);disartia (bicara pelo atau cadel);
gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia; ataksia (trunkal atau anggota badan);
vertigo, mual, dan muntah atau nyeri kepala.(Arif, 2014).
4. Patofisiologi Stroke
Trombosit merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemukan 40% pada semua kasus stroke,
biasanya ada kaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.Proses
aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada lapisan intima arteria serebra menjadi tipis dan
berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai,
sehingga lumen pembuluh darah sebagian terisi oleh materi sklerotik.Tanda - tanda trombosis serebral
bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum, beberapa pasien dapat mengalami pusing,
perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari
hemoragik intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi dengan
tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paralysis pada setengah tubuh dan
mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.Embolisme termasuk urutan kedua
sebagai penyebab stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita
trombosis. Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti indokarditis infeksi, penyakit jantung
reumatik, Infark miokard, dan infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli. Pemasanagan katup
jantung prostetik dapat mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan insiden embolisme setelah
prosedur ini. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengahTrombosit merupakan penyebab stroke
yang paling sering ditemukan 40% pada semua kasus stroke, biasanya ada kaitan dengan kerusakan lokal
dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada
lapisan intima arteria serebra menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang.
Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh darah
sebagian terisi oleh materi sklerotik.Tanda - tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah
awitan yang tidak umum, beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang,
dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragik intraserebral atau
embolisme serebral. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan
bicara sementara, hemiplegia, atau paralysis pada setengah tubuh dan mendahului awitan paralysis berat
pada beberapa jam atau hari. Embolisme termasuk urutan kedua sebagai penyebab stroke. Penderita
embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita trombosis. Abnormalitas patologik pada
jantung kiri, seperti indokarditis infeksi, penyakit jantung reumatik, Infark miokard, dan infeksi
pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli. Pemasanagan katup jantung prostetik dapat mencetuskan
stroke, karena terdapat peningkatan insiden embolisme setelah prosedur ini. Embolus biasanya
menyumbat arteri serebral tengah atau cabang - cabangnya yang merusak circulari serebral. Awitan
hemiparesis atau hemiplegia tiba - tiba dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien
dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik embolisme serebral.Perdarahan serebri
termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan pembuluh darah (otak) dan
merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan
oleh ruptur ateri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid sehingga
Jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan(Sylvia, 2012).
a. Penatalaksanaan umum
1) Pada fase akut
a) Terapi cairan, stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena penurunan kesadaran atau
mengalami disfagia. Terapi cairan ini penting untuk mempertahankan sirkulasi darah dan
tekanan darah. The American Heart Association sudah menganjurkan normal saline 50
ml/jam selama jam-jam pertama dari stroke iskemik akut. Segera setelah stroke
hemodinamik stabil, terapi cairan rumatan bisa diberikan sebagai KAEN 3B/KAEN 3A.
Kedua larutan ini lebih baik pada dehidrasi hipertonik serta memenuhi kebutuhan
hemoestasis kalium dan natrium. Setelah fase akut stroke, larutan rumatan bisa diberikan
untuk memelihara hemoestasis elektrolit, khususnya kalium dan natrium.
b) Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik mangalami gangguan aliran darah ke
otak. Sehingga kebutuhan oksigen sangat penting untuk mengurangi hipoksia dan juga
untuk mempertahankan metabolism otak. Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen,
penggunaan ventilator, merupakan tindakan yang dapat dilakukan sesuai hasil pemeriksaan
analisa gas darah atau oksimetri
c) Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
Peningkatan intra cranial biasanya disebabkan karena edema serebri, oleh karena itu
pengurangan edema penting dilakukan misalnya dengan pemberian manitol, control
atau pengendalian tekanan darah Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah
b. Laboratorium
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
Seperti Hemoglobin, Leukosit, Trombosit, Eritrosit. Semua itu berguna untuk mengetahui
apakah pasien menderita anemia,20 sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun pasien. Jika
kadar leukosit pada pasien diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang sedang menyerang.
2) Test Darah Koagulasi
Tes ini terdiri dari 4 pemeriksaan yaitu pothromin time, partial thromboplastin (PTT),
Internasional Normalized Ratio (INR) dan agregasi trombosit. Keempat tes ini berguna untuk
mengukur seberapa cepat darah mengumpal. Pada pasien stroke biasanya
ditemukan PT/PTT dalam keadaan normal.
3) Tes Kimia Darah
Tes ini digunakan untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat dll. Seseorang
yang terindikasi penyakit stroke biasanya memiliki yang gula darah yang tinggi. Apablia
seseorang memiliki riwayat penyakit diabetes yang tidak diobati maka hal tersebut dapat
menjadi faktor pemicu.
7. Konsep Asuhan Keperawatan Teori
Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan atau proses keperawatan yang diberikan kepada
pasien pada sebuah pelayanan kesehatan dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi (Rendy, 2012).
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-
masala, kebutuhan kesehatan, dan keperawatan pasien (Rendy,2012).
1) Pengkajian
• Identitas pasien Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, statusperkawinan,
pendidikan dll
• Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat hipertensi, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat tinggi kolestrol, obesitas,
riwayat DM, riwayat aterosklerosis, merokok, riwayat pemakain kontrasepsi yang
disertai hipertensi dan menigkatnya kadar estrogen, riwayat konsumsi alkohol.
• Riwayat penyakit sekarang
Kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kehilangan motorik, merasa kesulitan
untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralis
(hemiplagia), merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang otot).
• Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat penyakit degeneratif atau menular dalam keluarga.
2) Pemeriksaan data dasar
• Aktivitas / istirahat
Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan atau
paralisis, merasa mudah lelah, susah beristirahat nyeri kejang otot, gangguan tous otot,
gangguan penglihatan, gangguan tigkat kesadaran.
• Sirkulasi
Adanya penyakit jantung, hipotensi arterial berhubungan dengan embolisme,
frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidak efektifan fungsi jantung.
• Integritas ego
Perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi labil, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
• Eliminasi
Perubahan pola berkemih seperti inkontensia urien, distensi abdomen, bising usus (-).
• Makanan / cairan
Nafsu makan hilang muala muntah selama fase akut / peningkatan TIK, kehilangan
sensasi (rasa kecap pada lidah, pipi, dan tengkorak), disfagia, kesulitan menelan.
• Neurosensori
Adanya sinkop/ pusing, sakit kepala berat, kelemahan, kesemutan kebas pada sisi yang
terkena seperti lumpuh, penglihatan menurun, hilangnyya rangsangan sensoris kontra
lateral pada wajah, gangguan rasa pengecapandan penciuman, status mental / tingkat
kesadaran menurun, penurunan memori, paralistis, reflek tendon menurun, afasia,
kehilangan kemampuan mengenali gangguan persepsi, kehilangan kemampuan
menggunakan motorik.
• Nyeri
Sakit kepala dengan intensitas berbeda, gelisah Pernafasan Merokok, batuk, hambatan
jalan nafas, pernafasan sulit, suara nafas tambahan.
• Pernafasan
Merokok, batuk, hambatan jalan nafas, pernafasan sulit, suara nafas tambahan.
• Keamanan
Motorik / sensorik, tidak mampu mengenali objek warna dan wajah yang pernah
dikenali, gagguan berespon terhadap panas dan dingin, gangguan regulasi tubuh, tidak
mandiri, gangguan dalam memutuskan, perhatian terhadap keamanan sedikit, tidak
sadar/ kurang kesadaran diri.
• Interaksi sosial
Masalah bicara tidak mampu berkomunikasi.
3) Pemeriksaan neurologis
• Status mental
Tingkat kesadaran (kualitatif, kuantitatif), pemeriksaankemampuan berbicara,
orientasi (tempat, waku, orang), penilaian daya pertimbangan, penilaian daya
obstruksi, penilaian kosakata, daya ingat, berhitung dan mengenal benda.
• Nervus Kranialis
Olfaktorius (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotoris (gerak mata, kontraksi
pupil), troklear (gerak mata), trigeminus (sensasi pada wajah kulit kepala, gigi,
mengunyah), abducen (gerak mata), fasialis (pengecapan), vestibulokoklearisis
(pendengaran dan keseimbangan),aksesoris spinal, (fonasi, gerakan kepala, leher, dan
bahu), hipoglasus (gerak lidah).
• Fungsi motorik
Masa otot , kekuatan dan tonus otot, fleksi dan ekstensi lengan abduksi lengan dan
adduksi lengan, fleksi dan ekstensi pergelangan tangan, adduksi dan abduksi jari,
abduksi dan adduksi pinggul, fleksi dan ekstensi lutut, dorsofleksi dan fleksi plantar
pergelangan kaki, dorsofleksi dan fleksiplantar ibu jari kaki.
• Fungsi sensori
Sentuhan ringan, sensai nyeri, sensasi posisi, sensasi getaran, lokalisasi taktil.
• Fungsi serebelum
Tes jari hidung, tes tumit lutut, gerakan berganti, tes romberg, gaya berjalan.
• Reflek
Bisep, trisep, brachioradialis, patella, achilles.
B. Diagnosis
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tertulis yang tegas dan jelas tentang masalah
kesehatan pasien, penyebabnya dan faktor penunjang. Kegiatan yang dilakukan meliputi memilih
data, mengelompokkan data, mengenal masalah, menyusun daftar masalah, menyusun referensi dan
kesimpulan serta menegakkan diagnosa (Nursalam, 2013)
Diagnosa yang mungkn muncul pada pasien stroke menurut Padila (2012) adalah :
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
d) Resiko cedera berhubungan dengan hambatan fisik
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan merupakan pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan.
Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan
masalah dengan efektif dan efisien (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Rencana tindakan keperawatan yang disusun pada klien dengan stroke sebagai berikut:
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral
• Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan serebral kembali
efektif
• Kriteria hasil :
▪ Peningkatan kesadaran (GCS : 15)
▪ Tanda-tanda vital stabil
▪ Tidak ada tanda-tanda perubahan neurologis
▪ Tidak ada peningkatan tekanan intracranial
• Intervensi :
▪ Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan Glascow Coma Scale
(GCS)
▪ Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah
▪ Edukasi pasien dan keluarga perlunya dimonitoring status neurologis secara
kontinu
▪ Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala agak ditinggikan 20-300 atau
head up Berikan obat sesuai indikasi : contohnya antikoagulan (heparin)
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
• Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat melakukan aktivitas
sesuai kemampuannya
• Kriteria hasil :
▪ Mempertahankan posisi yang optimal
▪ Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena kelemahan
▪ Tidak terjadi kontraktur sendi
• Intervensi :
▪ Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
▪ Ubah posisi minimal setiap 2 jam
▪ Ajarkan latihan gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas
▪ Berikan edukasi tentang aktivitas yang dapat meningkatkan kekuatan otot
▪ Konsultasikan dengan fisioterapi secara aktif, latihan resistif dan ambulasi
pasien
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
• Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan perawatan diri pasien
terpenuhi
• Kriteria hasil :
▪ Pasien terlihat bersih dan rapi
▪ Pasien dapat melakukan kegiatan personal hygiene secara minimal atau
dengan bantuan
• Intervensi :
▪ Kaji kemampuan pasien dan keluarga dalam perawatan diri
▪ Bantu pasien dalam personal hygiene
▪ Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan dorongan kemandirian
pada pasien dalam melakukan aktivitas yang minimum
▪ Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/ahli terapi okupasi
d) Resiko cedera berhubungan dengan hambatan fisik
• Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien terhindar dari cedera selama
perawatan
• Kriteria hasil :
▪ Pasien terhindar dari cedera
▪ Tidak ada trauma dan komplikasi lain
▪ Pasien mampu mnjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera
▪ Skor jatuh minimal 7
• Intervensi :
▪ Pantau tingkat kesadaran dan kegelisahan pasien
▪ Beri pengaman di samping tempat tidur
▪ Pasang gelang kuning pada pasien
▪ Berikan penjelasan pada keluarga untuk selalu menemani pasien
▪ Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian terapi sesuai dengan
indikasi
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan.Tindakan perawat mencangkup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri (dependen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau
keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan
petugas kesehatan lain. Dalam melakukan implementasi yang lebih akurat dibutuhkan perencanaan
keperawatan yang spesifik dan operasional. Asuhan keperawatan pada pasien stroke diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah disusun (Tarwoto & Wartonah, 2015).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan untuk dapat menentukan keberhasilan
dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya membandingkan status keadaan kesehatan
pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan.Evaluasi perkembangan kesehatan
pasien dapat dilihat dari hasil tindakan keperawatan.Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh
mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Evaluasi tindakan keperawatan pada pasien stroke dilakukan setelah implementasi
atau tindakan keperawatan. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya,
kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi (Tarwoto &
Wartonah, 2015).
8. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 75 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Golongan darah :B
Ny.N mengeluh tangan dan kaki sebelah kirimengalami kelemahan dan tidak dapat
digerakkan sepenuhnya serta sulit untuk melakukan aktivitas.
a. Provocative/ palliative
1. Apa penyebabnya
b. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan bahwa:”kaki dan tangannya terasa berat dan lemah tak berdaya
untuk bergerak sehingga kadang klien harus dibantu untuk mandi dan berjalan
menggunakan tongkat”.
2. Bagaimana dilihat
Klien terkadang duduk lama dikursi dan berbaring di tempat tidur. Klien dapat
berjalan sendiri dengan alat bantu tongkat dan menyeret kakinya ketika berjalan.
c. Region
1. Dimana lokasinya
2. Apakah menyebar
Klien mengatakan:” pernah menjalani pengobatan di Rumah sakit murni teguh sekitar
setahun lalu untuk pemeriksaan, dan selebihnya berobat herbal dan fisioterapi”.
4. Lama dirawat
6. Imunisasi
A. Orang tua
B. Saudara kandung
Klien mengatakan : “ tidak ada penyakit keturunan seperti DM, gangguan jiwa, tetapi
memiliki riwayat penyakit hipertensi”.\
F. Penyebab meninggal
Klien mengatakan:” ibu, ayah dan suamiklien meninggal dikarenakan sakit
tua, adek meninggal akibat hipertensi”.
VI. RIWAYAT KESEHATAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengatakan:” menerima segala kondisinya, dan tetap menjalani
keadaannyadan terus berusaha agar bisa sembuh karena klien percaya
bahwasanyadia bisa sembuh”.
B. Konsep diri
1. Gambaran Diri : Klien menerima keadaan yang sekarang, dan tetap
semangat untuk dirinya sembuh.
2. Ideal Diri : Klien ingin dapat melakukan aktivitasnya sendiri
3. Harga Diri : Klien tidak malu, dan tidak merasa kurang karena
anaknya yang masih ada menolongnya.
4. Peran Diri : Klien berperan sebagai orang tua .
5. Identitas :Klien berperan sebagai seorang Ibu
C. Keadaan emosi
Klien dapat mengontrol dirinya dengan baik.
D. Hubungan social
1. Orang yang berartiKlien mengatakan:” Anak dan menantu yang sangat
berarti karena anaknya yang merawatnya sekarang ini dan yang
membantu dalam melakukan aktivitas”.
2. Hubungan dengan keluargaKlien mengatakan:” dengan keluarga
hubungannya baik tidak ada yang bermasalah”.
3. Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan:" dengan orang lain juga tidak ada masalah”.
4. Hubungan hambatan dengan oranglain
Klien mengatakan:” tidak ada hambatan dengan orang lain, bahkan orang-
orang yang disekitarnya selalu menolong jika pasien minta bantuan.”
5. Spiritual
A. Keadaan Umum
Keadaan klien compos mentis, posisi klien lebih sering duduk, keterbatasan melakukan
aktifitas karena kaki dan tangannya sebelah kiri yang terasa berat dan sulit untuk
digerakan.
B. Tanda-Tanda Vital
✓ Suhu tubuh : 36 °C
✓ Nadi : 72x/menit
✓ Pernafasan : 24x/menit
✓ TB : 160 cm
✓ BB : 56 kg
C. Pemeriksaan Head to Toe
Rambut
Mata
Pemeriksaan integumen
d. Kelembaban : lembab
Pemeriksaan thoraks/dada
b. Pernafasan : 24x/menit
b. Perkusi : Resonan
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan muskouloskletal/Ekstremitas
Pemeriksaan neurologi
a. Nervus Olfaktoris/N I
Klien masih mampu mengidentifikasi bau dengan baik.
b. Nervus Optikus/N II
h. Nervus Aksesorius/N XI
Pasien mengalami kelemahan dibagian ekstremitas atas dan ektremitas bawah sebelah
kiri(hemiparese sinistra)
kurang bersih.
Mandi: mandi dibantu oleh putri sendiri dan menantu klien dan
terkadang memerlukan bantuan pada bagian tubuh tertentu
(punggung, dan bagian ektremitas bawah).
Makan: Klien masih bisa untuk melakukan aktivitas makannya.
Eliminasi: klien mampu untuk mengontrol perkemihan secara baik.
Berpindah : Klien mampu berpindah posisi dengan bantuan tongkat.
D. Pola eliminasi
➢ BAB
➢ BAK
gerakkan
- Kekuatan otot 1, kaki
berjalan
- Berjalan menggunakan
Stroke Hambatan mobilitas
alat bantu yaitu tongkat
fisik
- Pantau TTV :
- HR: 72x/i
- RR:24x/i
DS:
terasa berat
2 DO:
- Rambut tampak
berminyak dan berbau
- Klien mengatakan
mampu mandi sendiri
tetapi lama, dan ketika
mandi klien tidak
mampu untuk
menggosok tubuh
dibagian belakang dan
butuh bantuan orang
lain
3. MASALAH KEPERAWATAN
PERENCANAAN KEPERAWATAN
tindakan
1. Tanyakan 1. Agar mengetahui
Kemampuan kemampuan
Klien dalam klien dalam
melakukan melakukan
perawatan diri perawatan diri
2. Lakukan 2. Agar kebutuhan
personal personal hygiene
hygiene pada klien terpenuhi
klien jika dan
mulut kotor mempertahankan
dan kaji kebersihan dan
membrane penampilan yang
mukosa oral rapi
dalam
kebersihan
tubuh pasien
3. Agar tampak
3. Ganti pakaian
bersih dan rapi
klien
4. Membantu dalam
4. Kaji
merencanakan
kemampuan
pemenuhan
klien untuk
secara individual
melakukan
aktifitas
perawatan
mandi secara
mandiri
5. Ajarkan
perawatan kemampuan
merawat pemenuhan
secara mandiri
6. Anjurkan
pasien untuk
6. Untuk
tetap
mengetahui
melakukan
kemampuan
kebersihan
dalam melakukan
diri secara
kebersihan diri
teratur,
secara teratur
ingatkan
untuk tetap
mencuci
rambut dan
menggosok
gigi
7. Dukung 7. Meningkatkan
kemandirian kemandirian dan
pasien dalam harga diri
aktifitas
mandi dan oral
hygiene
sendiri, tetapi
berikan
bantuan sesuai
kebutuhan
8. Berikan
8. Meningkatkan
umpan balik
perasaan makna
yang positif
diri,
untuk setiap
meningkatkan
usaha yang
kemandirian dan
dilakukan atau
mendorong
keberhasilann
pasien untuk
ya
berusaha secara
kontinu
5. PELAKSANAAN
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
x
Jumat, 29 1 1. Memberikan salam S: klien mengatakan
Oktober 2021 terapeutik dan bahwa ektremitas
memperkenalkan diri bawah dan
2. Melakukan hubungan ekstremitasatas
saling percaya antara klien sebelah kiri sulit
dan perawat digerakkan dan terasa
3. Menilai kemampuan klien berat
dengan skala 0 -4 untuk O: - ektremitas atas
mengetahui pergerakan dan ekstremitas bawah
klien. sebelah kiri terlihat
4. Mengkaji kekuatan sulit digerakkan
otot/kemampuan -tingkat kemampuan
fungsional mobilitas sendi aktivitas pasien berada
dengan menggunakan skala pada tingkat 3 yaitu
kekuatan otot 0-5 memerlukan bantuan,
5. Mengukur tekanan darah, pengawasan, dan
nadi, dan pernafasan peralatan
6. Memberitahukan informasi -kekuatan otot
tentang pentingnya latihan ektremitas bawah
pergerakan kepada sebelah kiri1 dan
klien/keluarga. ekstremitas atas
7. Mengajarkan sebelah kiri 1
klien/keluargalatihan ROM - TTV klien :
pasif selama 30 menit,
TD: 150/90 mmHg.
gerak sendi bahu adduksi,
HR: 80 x/mnt.
siku fleksi, pergelangan RR: 22 x/mnt
tangan fleksi, ekstensi, T : 36,7oC.
hiperekstensi, abduksi, A : Masalah
tangan dan jari fleksi, gangguan mobilitas
ekstensi, hiperekstensi, fisik belum teratasi P
abduksi, adduksi, kaki dan : Intervensi
jari dorsofleksi, plantar dilanjutkan dengan
fleksi, fleksi, ekstensi. menilai kemampuan
ROM dilakukan sebanyak klien untuk bergerak
4 kali sehari dengan dengan skala 0 – 4,
frekuensi gerakan 8 kali mengajarkan
8. Mengatur posisi dengan klien/keluarga latihan
postur tubuh yang benar ROM pasif untuk
9. Melakukan latihan ROM mempertahankan dan
pasif meningkatkan
10. Mendukung kekuatan dan
klien/keluarga untuk rajin ketahanan otot.
melakukan latihan ROM
dan melibatkan keluarga
dalam melakukan latihan
yang dibantu dengan buku
panduan latihan ROM
x
Sabtu, 30 1 1. Menanyakan kemampuan S: -klien mengatakan
Oktober 2021 klien dengan skala 0 -4 bahwa ektremitas
untuk mengetahui bawah sudah mulai
pergerakan klien. bisa digerakkan sedikit
2. Mengkaji kekuatan demi sedikit dan
otot/kemampuan ektremitas kiri atas
fungsional mobilitas sendi masih sulit digerakkan
dengan menggunakan skala O: - ektremitas atas
kekuatan otot 0-5. sebelah kiri masih sulit
3. Mengukur tekanan darah, digerakkan
nadi, dan pernafasan klien -jari-jari ekstremitas
4. Menganjurkan bawah sebelah kiri
klien/keluarga untuk sudah mulai bisa
mengubah posisi setiap 2 melakukan gerakan
jam ( misalnya miring fleksi dan ekstensi
kanan miring kiri) akibat -kekuatan otot
terlalu lama dalam posisi ektremitas atas sebelah
tidur ataupun duduk kiri1 dan
5. Memberitahukan informasi ekstremitasbawah
tentang pentingnya latihan sebelah kiri 2
pergerakan kepada - tingkat kemampuan
klien/keluarga. aktivitas pasien masih
6. Mendukung klien/keluarga berada pada tingkat 3
melakukan latihan gerakan yaitu memerlukan
pasif untuk bantuan, pengawasan,
mempertahankan dan dan peralatan
meningkatkan kekuatan - TTV klien :
otot serta ketahanan
TD: 140/90 mmHg.
ototdan melibatkan HR: 89 x/mnt.
keluarga dalam melakukan
RR: 22 x/mnt
latihan yang dibantu
T : 37,5oC.
dengan buku panduan
A : Masalah gangguan
latihan ROM
mobilitas fisik
7. Mengatur posisi dengan
sebagian teratasi P :
postur tubuh yang benar
Intervensi dilanjutkan
8. Melakukan latihan ROM
dengan menanyakan
pasif selama 30 menit,
kemampuan klien
gerak sendi bahu adduksi,
untuk bergerak dengan
siku fleksi, pergelangan
skala 0 – 4,
tangan fleksi, ekstensi,
mengajarkan
hiperekstensi, abduksi,
klien/keluarga latihan
tangan dan jari fleksi,
ROM pasif untuk
ekstensi, hiperekstensi,
mempertahankan dan
abduksi, adduksi, kaki dan
meningkatkan
jari dorsofleksi, plantar
kekuatan dan
fleksi, fleksi, ekstensi.
ketahanan otot,
ROM dilakukan sebanyak
menganjurkan
4 kali sehari dengan
keluarga untuk
frekuensi gerakan 8 kali
mengubah posisi
setiap 2 jam.
x
Minggu, 31 1 1. Menanyakan kemampuan S: -klien mengatakan
Oktober 2021 klien dengan skala 0 -4 bahwa ektremitas
untuk mengetahui bawah sebelah kiri
pergerakan klien. sudah mulai bisa
2. Mengkaji kekuatan digerakkan dan
otot/kemampuan ektremitas kiri atas
fungsional mobilitas sendi masih sulit digerakkan
dengan menggunakan skala -klien mengatakan
kekuatan otot 0-5. sering mengubah
3. Mengukur tekanan darah, posisi setiap dua jam
nadi, dan pernafasan dan dilakukan secara
4. Mengajarkan mandiri
klien/keluarga latihan O: - ektremitas atas
gerakan pasif untuk sebelah kiri masih
mempertahankan dan sulit digerakkan
meningkatkan kekuatan dengan kekuatan otot
otot serta ketahanan otot 1
dan melibatkan keluarga -ekstremitas bawah
dalam melakukan latihan sebelah kiri sudah
yang dibantu dengan buku dapat digerakkan
panduan latihan ROM dengan melakukan
5. Menganjurkan gerakan
klien/keluarga untuk fleksi,ekstensi,dorsofle
mengubah posisi setiap 2 ksi,plantarfleksi
jam ( misalnya miring dengan bantuan
kanan miring kiri) jika menyangga sendi
terlalu lama dalam posisi sehingga derajat
tidur ataupun duduk kekuatan otot
6. Mengatur posisi dengan ektremitas bawah 2
- tingkat kemampuan
postur tubuh yang benar
7. Melakukan latihan ROM aktivitas pasien berada
pasif selama 30 menit, pada tingkat 2 yaitu
gerak sendi bahu adduksi, memerlukan bantuan
siku fleksi, pergelangan atau pengawasan
tangan fleksi, ekstensi, orang lain
hiperekstensi, abduksi, - TTV klien :
tangan dan jari fleksi,
TD: 130/90 mmHg.
ekstensi, hiperekstensi,
HR: 80 x/mnt.
abduksi, adduksi, kaki dan
jari dorsofleksi, plantar RR: 24 x/mnt
fleksi, fleksi, ekstensi. T : 37oC.
ROM dilakukan sebanyak A : Masalah
4 kali sehari dengan gangguan mobilitas
frekuensi gerakan 8 kali fisik sebagian teratasi
8. Menginstruksikan klien P : Intervensi
pada aktifitas sesuai dilanjutkan dengan
dengan kemampuannya menganjurkan
setiap hari klien/keluarga untuk
9. Mendukung klien/keluarga tetap melatih klien
untuk memandang dalam melakukan
keterbatasan dengan ROM dan
realistis menganjurkan
fisioterapi.
2 1. Menanyakan kemampuan S:- klien mengatakan
klien dalam melakukan mulai rajin ke kamar
perawatan diri mandi dan melakukan
2. Mengkaji kemampuan personal hygien,
klien untuk melakukan tetapimasih sulit
aktifitas perawatan mandi melakukan personal
secara mandiri, keramas, hygien yaitu mandi
dan oral hygien. secara mandiri.
3. Melakukan personal hygien O:-baju pasien terlihat
pada klien bersih dan rapi.
Selawati, S. 2017.Asuhan Keperawatan Pada Tn.P Dan Ny.S Yang Mengalami Stroke
Non Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang Mawar Rsud Ungaran
Sylvia P & Lorraine W. (2012). Patofisiologi Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Robinson, Joan. M dan Lyndon Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Jilid Satu.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.
Sylvia P & Lorraine W. (2012). Patofisiologi Konsep klinis Proses-proses penyakit.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.