Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM NEUROBEHAVIOR (MENINGITIS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB (Keperawatan Medikal Bedah)

Dosen Pengampu : Dina Putri Utami Lubis, S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
NAMA : JUNAEDI
NIM : 20310191

PROGRAM STUDI NERS 2020/2021


STIKES YOGYAKARTA
MENINGITIS

A. PENGERTIAN
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebab meningitis
bakterial memasuki area secara langsung sebagai akibat cedera traumatik atau secara
tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan
serebrospinal (CSS). Berbagai agens dapat menimbulkan inflamasi pada meninges
termasuk bakteri, virus, jamur, dan zat kimia (Betz, 2019).
Meningitis adalah infeksi yang terjadi pada selaput otak (termasuk durameter,
arachnoid, dan piameter) (Harold, 2015).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi,
2016).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa meningitis
adalah suatu peradangan dari selaput-selaput (meningen) yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang (spinal cord).
B. ETIOLOGI
Meningitis meliputi :
1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama
meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza.
2. Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.
3. Organisme jamur (Muttaqin, 2018)
C. MENIFESTASI KLINIS (tanda dan gejala)
1. Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,diare, tonus otot
melemah, menangis lemah.
2. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahansensori,
kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi,maniak, stupor, koma,
kaku kuduk, tanda kernig dan brudinzinski positif,ptechial (menunjukkan infeksi
meningococal)
D. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru,
trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring
posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran
vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan
bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di
dalam meningen dan di bawah korteks yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme
akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar
sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-
Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh
darah yang disebabkan oleh meningokokus (Corwin, 2019).
E. PATHWAY

Infeksi bakteri pada lapisan meningen Penyumbatan pada ventrikel

Peningkatan reproduksi CSF Penumpukan CSF nyeri

Peningkatan volume CSF

Gangguan mobilitas immobilisasi


fisik Peningkatan lingkar Penurunan
kepala kesadaran

Penurunan kesadaran

kejang

Perfusi jaringan
selebral

Nyeri akut

Resiko jatuh Peningkatan TIK

Herniasi jaringan syaraf

Resiko infeksi
Heniprase sesuai lokasi
herniasi
F. PENATALAKSAAN
Penatalaksaan medis meningitis yaitu :
1. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
2. Steroid untuk mengatasi inflamasi
3. Antipiretik untuk mengatasi demam
4. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
5. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
6. Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Peritoneal Shunt)
Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan oleh terlalu banyaknya cairan
serbrospinal. Cairan dialirkan dari ventrikel di otak menuju rongga peritoneum.
Prosedur pembedahan ini dilakukan di dalam kamar operasi dengan anastesi umum
selama sekitar 90 menit. Rambut di belakang telinga dicukur, lalu dibuat insisi tapal
kuda di belakang telinga dan insisi kecil lainnya di dinding abdomen. Lubang kecil
dibuat pada tulang kepala, lalu selang kateter dimasukkan ke dalam ventrikel otak.
Kateter lain dimasukkan ke bawah kulit melalui insisi di belakang telinga, menuju
ke rongga peritoneum. Sebuah katup diletakkan di bawah kulit di belakang telinga
yang menempel pada kedua kateter. Bila terdapat tekanan intrakranial meningkat,
maka CSS akan mengalir melalui katup menuju rongga peritoneum (Jeferson, 2004).
Terapi bedah merupakan pilihan yang lebih baik. Alternatif lain selain
pemasangan shunt antara lain:
a. Choroid pleksotomi atau koagulasi pleksus Choroid
b. Membuka stenosis akuaduktus
c. Eksisi tumor
d. Fenestrasi endoskopi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan pungsi lumbal
Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan
syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis
bakteri.
2. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar
glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu,
pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan
CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada (Smeltzer, 2002).
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Biodata Klien
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan
penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui
jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang
timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada
pengkajian pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan
dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya,
sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala
berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi
meningen.
Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan
kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang
dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang
tersebut. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama
menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan invasive yang
memungkinkan masuknya kuman kemeningen terutama tindakan melalui
pembuluh darah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien
mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan
bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa
sebelumnya.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada
keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang
sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosia.
Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti
pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya
(untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).
5. Pengkajian psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting
untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran
pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
6. Pemeiksaan fisik
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : perasaan tidak enak (malaise ), keterbatasan yang ditimbulkan
kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan
secara
Umum, keterbatasan dalam rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit
jantung
Conginetal ( abses otak ).
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat
(berhubungan
Dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor ). Takikardi,
distritmia
( pada fase akut ) seperti distrimia sinus (pada meningitis )
c. Eleminasi
Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi.
d. Makanan dan Cairan
Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut )
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
e. Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada periode
akut )
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala ( mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat ) .
Pareslisia,
Terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi ( kerusakan
Pada saraf cranial ). Hiperalgesia / meningkatnya sensitifitas ( minimitis ) .
Timbul
Kejang ( minimitis bakteri atau abses otak ) gangguan dalam penglihatan, seperti
Diplopia ( fase awal dari beberapa infeksi ). Fotopobia ( pada minimitis ).
Ketulian
(pada minimitis / encephalitis ) atau mungkin hipersensitifitas terhadap
kebisingan,
Adanya halusinasi penciuman / sentuhan.
Tanda :
 status mental / tingkat kesadaran ; letargi sampai kebingungan yang berat hingga
koma, delusi dan halusinasi / psikosis organic ( encephalitis ).
 Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan ( dapat merupakan gejala
Berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis bacterial )
 Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.
 Mata ( ukuran / reaksi pupil ) : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya
( peningkatan TIK ), nistagmus ( bola mata bergerak terus menerus ).
 Ptosis ( kelopak mata atas jatuh ) . Karakteristik fasial (wajah ) ; perubahan pada
Fungsi motorik da nsensorik ( saraf cranial V dan VII terkena )
 Kejang umum atau lokal ( pada abses otak ) . Kejang lobus temporal . Otot
Mengalami hipotonia /flaksid paralisis ( pada fase akut meningitis ). Spastik
( encephalitis).
 Hemiparese hemiplegic ( meningitis / encephalitis )
 Tanda brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya
Iritasi meningeal ( fase akut )
 Regiditas muka ( iritasi meningeal )
 Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski positif
 Refleks abdominal menurun.
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin akan diperburuk
oleh ketegangan leher /punggung kaku ,nyeri pada gerakan ocular, tenggorokan
nyeri
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah menangis / mengeluh.
h. Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal ), perubahan mental ( letargi
sampai koma ) dan gelisah
i. Keamanan
Gejala :
 Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi mastoiditis
Telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan,
Fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
 Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan oleh
Campak, herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
 Gangguan penglihatan atau pendengaran
Tanda :
 suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil
 Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic
 Gangguan sensoris
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan
tubuh.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang
mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena.
3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum.
4. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.
5. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung
( hospitalisasi ).
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan
tubuh.
Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak ; mencapai masa
penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan
orang lain
Intervensi :
a. Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan baik pasien, pengunjung, maupun staf.
Rasional ; menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol
penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( mis :
individu yang mengalami infeksi saluran napas atas )
b. Pantau dan catat secara teratur tanda-tanda klinis dari proses infeksi.
Rasional : Terapi obat akan diberikan terus menerus selama lebih 5 hari setelah
suhu turun ( kembali normal ) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda
klinis terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut
yang dapat bertahan sampai berminggu minggu / berbulan bulan atau penyebaran
pathogen secara hematogen / sepsis.
c. Ubah posisi pasien dengan teratur tiap 2 jam.
Rasionalisasi ; Mobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan
menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan.
d. Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau
Rasionalisasi ; Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko
terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis.
e. Kolaborasi tim medis
Rasional : Obat yang dipilih tergantung pada infeksi dan sensitifitas individu.
Catatan ; obat cranial mungkin diindikasikan untuk basilus gram negative, jamur,
amoeba.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang
mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena.
Hasil yang diharapkan / kriteria pasien anak : mempertahankan tingkat kesadaran ,
mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil, melaporkan tak adanya / menurunkan
berat sakit kepala, mendemontrasikan adanya perbaikan kognitif dan tanda
peningkatan TIK.
Intervensi :
a. Perubahan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai
indikasi setelah dilakukan fungsi lumbal.
Rasional : perubahan tekanan CSS mungkin merupakan adanya resiko herniasis
batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.
b. Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan
normalnya, seperti GCS.
Rasional : pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menntukan lokasi,
penyebaran / luas dan perkembangan dari kerusakan serebral.
c. Pantau masukan dan keluaran . catat karakteristik urine, turgor kulit, dan keadaan
membrane mukosa.
Rasional : hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan
meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun /
munculnya mual menurunkan pemasukan melalui oral.
d. Berikantindakan yang memberikan rasa nyaman seperti massage punggung,
lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang lembut.
Rasional : meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori yang
berlebihan.
e. Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat
sel yang memperburuk / meningkatkan iskemia serebral.
f. Berikan obat sesuai indikasi.
3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : tidak mengalami kejang atau
penyerta atau cedera lain.
Intervensi :
a. Pantau adanya kejang / kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang
lain.
Rasional : mencerminkan pada iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi
segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.
b. Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantuan pada penghalang tempat
tidur dan pertahankan tetap terpasang dan pasang jalan napas buatan plastik atau
gulungan lunak dan alat penghisap.
Rasional : melindungi pasien jika kejang. Catatan ; masukan jalan napas bantuan /
gulungan lunak jika hanya rahangnya relaksasi, jangan dipaksa memasukkan ketika
giginya mengatup dan jaringan lunak akan rusak.
c. Pertahankan tirah baring selama fase akut. Pindahkan .gerakkan dengan bantuan
sesuai membaiknya keadaan.
Rasional : menurunkan resiko terjatuh / trauma jika terjadi vertigo, sinkope atau
ataksia.
d. Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin ( dilantin ), diazepam , fenobarbital.
Rasional : merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang .catatan :
fenobarbital dapat menyebabkan defresi pernapasan dan sedative serta menutupi
tanda / gejala dari peningkatan TIK.
4. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : melaporkan nyeri hilang /
terkontrol, menunjukkan poster rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat.
Intervensi :
a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada
cahaya dan meningkatkan istirahat / relaksasi.
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan yang penting .
Rasional : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
c. Berikan latihan rentang gerak aktif / pasif secara aktif dan massage otot daerah
leher /bahu.
Rasional : dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang menimbulkan
reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
d. Berikan analgetik, seperti asetaminofen dan kodein
Rasional : mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.
Catatan : narkotik merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkan ketidak
akuratan dalam pemeriksaan neurologis.
5. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung
( hospitalisasi ).
Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak : mengikuti dan
mendiskusikan rasa takut, mengungkapkan kekurang pengetahuan tentang situasi,
tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat
diatasi.
Intervensi:
a. Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien / keluarga. Catat adanya tanda-
tanda verbal atau non verbal.
Rasional : gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut
tetapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi
bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.
b. Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala.
Rasional : meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan
dan dapat membantu dan menurunkan ansietas.
c. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang
prognosa penyakit.
Rasional : penting untuk menciptakan kepercayan karena diagnosa meningitis
mungkin menakutkan, ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan
keyakinan pada pasien dan juga keluarga
d. Libatkan pasien / keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari,
membuat keputusan sebanyak mungkin.
Rasional : meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan
kemandirian.
e. Lindungi privasi pasien jika terjadi kejang.
Rasional : memperhatikan kebutuhan privasi pasien memberikan peningkatan akan
harga diri pasien dan melindungi pasien dri rasa malu.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. 2019. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2019. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Herdman, T. 2011. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2012 –
2014. Jakarta : EGC
Jeferson, Thomas. 2014. Ventriculoperitoneal Shunt. Thomas Jeferson
University Hospital.
Muttaqin, Arif. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North
America Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta :
Mediaction Publishing.

Kasus :

Pasien A, perempuan 64 tahun, suku Bali, seorang petani dan peternak babi, datang dengan keluhan
gelisah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Ia mengeluhkan nyeri kepala berat seperti tertekan
disertai mual dan muntah. Pasien memiliki riwayat demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pendengaran pasien menurun dan hanya bisa mendengar suara yang keras di samping
telinganya. Tidak ada riwayat batuk lama, sakit gigi, nyeri tenggorok, dan sakit telinga sebelumnya.
Pasien mengeluhkan nyeri pada kedua lutut sejak hari pertama perawatan di rumah sakit dan lutut
pasien membengkak pada hari ke- 9 perawatan di rumah sakit. Pasien memiliki riwayat sering
mengolah daging babi mentah tanpa menggunakan alat pelindung dan terdapatluka di tangan sejak 1
minggu sebelumnya.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ..A.. DENGAN KASUS
BRONCHOPNEUMONIA

1. BIODATA
NAMA : NY.T
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
UMUR : 64 TAHUN
STATUS PERKAWINAN : MENIKAH
PEKERJAAN : PETANI DAN PETERNAK BABI
AGAMA : HINDU
PENDIDIKAN TERAKHIR : SMA
ALAMAT : BALI
TANGGAL/JAM : 07 NOV 2018 / 08:00
TANGGAL/JAM PENGKAJIAN : 07 NOV 2018 / 08:30
2. DIAGNOSA MEDIS : Meningitis Bakteri Akut.
3. KELUHAN UTAMA :
Pasien mengatakan gelisah sehari sebelum masuk rumah sakit dan sakit kepala
berat seperti tertekan disertai mual dan muntah.
4. KELUHAN SEKARANG :
Pasien mengatakan demam, gelisah, sakit kepala, disertai mual dan pasien ngeluh
nyeri pada kedua lutut.
5. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU :
Pasien memiliki riwayat demam tinggi sejak satu hari sebelum masuk rumah
sakit.
6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Keluarga pasien tidak mengalami riwayat penyakit jantung hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, asma,tuberculosis.
7. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

NO AKTIVITAS DIRUMAH DI RS
a Makan dan minum Makan dan minum Makan dan
3x sehari minum 3x sehari
b Pola eliminasi -BAB 1x sehari -BAB 1x
-BAC 5-6x sehari -BAC 5-6x
c Pola istrahat/tidur 1x dalam 24jam 1x dalam 24jam
d Kebersihan diri Kurang bersih Kurang bersih
Kurang bersih

8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
 Keadaan umum: tampak sakit sedang
 Kesadaran: compos mentis
 GCS: E4V5M6
b. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah: 110/90 mmhg
 Nadi: 124x/menit
 Suhu: 39,1
 Respirasi: 20x/menit
c. Pemeriksaan kepala dan leher
 Kepala: normocephali
 Mata: konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-),reflek pupil (+/+) isokor,
mata cowong (-)
 Leher: pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasitrachea (-)
 pemeriksaan neurologis menunjukkan kaku kuduk yang positif disertai adanya
penurunan pendengaran.
d. Abdoment
 Inspeksi: datar, massa (-), gerakan sesuai nafas
 Auskultasi: bising usus (+) normal.
 Perkusi: timpani (+) di seluruh lapang abdomen.
 Palpasi: massa (-), nyeri tekan (-), pembesaran organ (-).
 Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), sianosis (-).
e. Genetalia
Genetalia pasien bersih
f. Ekstermitas
Ekstermitas atas dan bawah normal
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukositosis (35,46 x 103/μl) dengan neutrofilia (93,36%) dan peningkatan laju endap
darah (66,5 mm/jam). Analisis cairan serebrospinal (CSS) menunjukkan hasil warna
keruh, peningkatan jumlah leukosit (371 sell/ul) dengan dominan polimorfonuklear
(85%), glukosa menurun (2g/dl), dan protein meningkat (745,9 mg/dl).

10. PENATALAKSANAAN (TERAPI/PENGOBATAN)


Pasien diterapi dengan seftriakson 2x2 g intravena (iv) selama 14 hari dengan terapi
tambahan deksametason 4x5 mg iv, Parasetamol 3x1 g peroral (po), ketorolac 1x30
mg iv, dan ranitidine 2x50 mg iv.
11. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 DS: Hipetermia Proses penyakit
-pasien mengatakan tubuhnya
demam sehari sebelum ke
rumah sakit
-pasien mengatakan pusing dan
sakit kepala berat
-pasien mengatakan gelisah
DO:
-pasien tampak gelisah
-suhu tubuh pasien diatas rentan
normal (39,1)
-kulit pasien terasa hangat

2 DS: Nyeri akut Agen pencedera


-pasien mengatakan nyeri fisik (mengangkat
dibagian lutut pada saat masuk berat, latihan fisik
rumah sakit berlebihan)
-pasien mengatakan memiliki
riwayat pengolahan daging babi
tanpa alat pelindung
DO:
-pasien tampak mengeluh nyeri
pada bagian lutut
-pasien tampak gelisah
-pasien tampak bersikap
protektif (waspada, posisi
menghindari nyeri)
P: mengolah daging babi tanpa
alat pelindung
Q: seperti ditusuk
R: lutut
S: skala 4
T: hilang timbul

12. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (mengangkat berat, latihan
fisik berlebihan)
13. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

N TGL/J DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL TTD


O
1 07 NOV Hipertermi Setelah dilakukan askep 1x24 jam pasien O: -untuk mengetahu
2018 / diharapkan menunjukan termoregulasi -kaji tanda dan gejala penyebab
08:00 dengan indikator : awal hipertermi hipertermi
Indikator awal tujuan -pantau dan laporkan -laporkan agar
Penurunan suhu tubuh 2 5 tanda dan gejala awal mengetahui tanda
dalam rentang normal hipertermi dan gejala
Keterangan :
N: hipertermi
1. Gangguan ekstrim
-gunakan termoregulasi -untuk
2. Berat
untuk mengecek suhu mengetahui
3. Sedang
E: rentang suhu
4. Ringan
-instruksikan kepada -agar keluarga
5. Tidak ada gangguan
keluarga untuk melaporkan
mengenali dan kepada perawat
melaporkan tanda dan jika ada
gejala hepertermi perubahan
C: -agar dokter
-laporkan kepada dokter memberikan obat
jika hidrasi adekuat oral untuk
tidak dapat menurunkan
dipertahankan panas pada pasien
2 07 NOV Nyeri akut Setelah dilakukan askep 1x24 jam pasien O: -agar mengetahui
2018 / diharapkan menunjukan memperlihatkan -melakukan pengkajian lokasi nyeri
08:30 pengendalian nyeri dengan indikator : kompresif meliputi berada
Indikator awal tujuan lokasi nyeri (pqrst) -agar keluarga tau
Mengenali awitan 2 5 N: penyebab dari
nyeri -libatkan keluarga nyeri anaknya
Menggunakan 2 5
dalam modalitas -agar yang pasien
tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri yg 2 5 peredaan nyeri jika alami tidak
dapat dikendali perlu semakin
Keterangan : -kendalikan faktor meningkat karna
1. Gangguan ekstrim lingkungan yang dapat faktor lingkungan
2. Berat mempengaruhi respon -agar keluarga tau
3. Sedang pasien terhadap kapan dan dimana
4. Ringan ketidaknyamanan (suhu penyebab nyeri
5. Tidak ada gangguan ruangan dan dari pasien
pencahayaan) -agar dokter dapat
Menunjukan tingkat nyeri -melakukan CT-scen menindaklanjuti
Indikator awal tujuan E: tindakan untuk
Ekspresi nyeri pada 2 5
-Beritahukan informasi menghilangkan
wajah
Gelisah ketegangan 2 5 tentang nyeri, penyebab rasa nyeri pada

otot nyeri, berapa lama akan pasien.


Durasi episod nyeri 2 5 berlangsung kepada
Keterangan : keluarga pasien
1. Gangguan ekstrim C:
2. Berat -laporkan kepada dokter
3. Sedang jika tindakan tidak
4. Ringan teratasi
5. Tidak ada gangguan

14. IMPLEMENTASI

NO TGL/JAM DX.KEP IMPLEMENTASI TTD


1 07 NOV Hipertermi -mengkaji tanda dan gejala awal hipertermi
2018 / -memantau dan laporkan tanda dan gejala awal hipertermi
09:00 -menggunakan termoregulasi untuk mengecek suhu
-menginstruksikan kepada keluarga untuk mengenali dan melaporkan
tanda dan gejala hepertermi
-melaporkan kepada dokter jika hidrasi adekuat tidak dapat
dipertahankan
2 07 NOV Nyeri akut -melakukan pengkajian kompresif meliputi lokasi nyeri
2018 / -melibatkan keluarga dalam modalitas peredaan nyeri jika perlu
10:00 -mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (suhu ruangan dan pencahayaan)
-memberitahukan informasi tentang nyeri, penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangsung kepada keluarga pasien
-melakukan CT-scen
-melaporkan kepada dokter jika tindakan tidak teratasi

15. EVALUASI

NO TGL/JAM DX.KEP KETERANGAN


1 07 NOV Hipertensi S:
2018 / -pasien mengatakan masih pusing dan sakit kepala
15:00 -pasien mengatakan sudah tidak gelisah
DO:
-suhu tubuh pasien dalam rentan normal (37,0)
-kulit pasien terasa hangat

indikator awal tujuan


Penurunan suhu tubuh 2 4
dalam rentang normal
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
-pantau dan laporkan jika suhu pasien meningkat kembali
-gunakan termometer untuk mengukur suhu
2 07 NOV Nyeri akut S:
2018 / -pasien mengatakan masih nyeri dibagian lutut
15:30 DO:
-pasien tampak mengeluh nyeri pada bagian lutut
-pasien tampak gelisah
-pasien tampak bersikap protektif (waspada, posisi menghindari nyeri)
P: mengolah daging babi tanpa alat pelindung
Q: seperti ditusuk
R: lutut
S: skala 3
T: hilang timbul
Memperlihatkan pengendalian nyeri
indikator awal tujuan
Mengenali awitan 2 3
nyeri
Menggunakan 2 3
tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri yg 2 3
dapat dikendali

Menunjukan tingkat nyeri


indikator awal tujuan
Ekspresi nyeri pada 2 3
wajah
Gelisah ketegangan 2 3
otot
Durasi episod nyeri 2 3
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
-kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (suhu ruangan dan pencahayaan).

Anda mungkin juga menyukai