Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

1.2

Latar Belakang
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita
meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli,
epilepsi, retardasi mental.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO
menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun,
lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu,
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang bayi
di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala
penyakit) kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah
salah satu penyebab meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit
menular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 2030 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam.
Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma ketika
dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering
terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi
antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita
kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau
keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan
semakin parah setelah beberapa bulan.

Rumusan Masalah
1. Apakah definisi meningitis ?
2. Apakah etiologi meningitis ?
3. Bagaimanakah patofisiologi meningitis ?
4. Apa sajakah klasifikasi meningitis ?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis meningitis pada anak ?
6. Apa sajakah komplikasi meningitis ?
7. Bagaimanakah pathway meningitis ?
8. Apa sajakah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui penyakit meningitis ?
9. Bagaimanakah penatalaksanaan penyakit meningitis pada anak ?
10. Bagaimanakah pencegahan penyakit meningitis pada anak ?

1.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tujuan Penulisan
Dapat memahami definisi meningitis.
Dapat memahami etiologi meningitis.
Dapat memahami patofisiologi meningitis.
Dapat memahami klasifikasi meningitis.
Dapat memahami man manifestasi klinis meningitis pada anak.
Dapat memahami komplikasi meningitis.
Dapat memahami pathway meningitis.

8. Dapat memahami pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui penyakit meningitis.


9. Dapat memahami penatalaksanaan penyakit meningitis pada anak.
10. Dapat memahami pencegahan penyakit meningitis pada anak.

1.4

Manfaat Penulisan
A. Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan studi Makalah Meningitis pada Anak ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dalam peningkatan kualitas asuhan keperawatan serta perkembangan ilmu praktek
keperawatan.
B. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK )
Diharapkan dengan adanya laporan studi kasus Meningitis pada Anak ini, diharapkan
dapat turut serta dalam meningkatkan perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan serta
manajemen asuhan keperawatan dalam kasus ini.
C. Bagi Institusi Layanan Pendidikan
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan materi tentang kasus
Meningitis pada Anak. Penguasaan proses keperawatan, perkembangan penyakit serta
manajemen dalam tatalaksana kasus ini sangat menjadi pertimbangan kemampuan
pencapaian kompetensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piamater
dan ruang subarachnoid maupun arachnoid, dan termasuk cairan serebrospinal (CCS)
(Hickey, 1997).
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau
selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti
virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam
cairan otak (Black & Hawk, 2005).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. (Suriadi, dkk. Asuhan
Keperawatan pada Anak, ed.2, 2006).
Meningitis adalah infeksi ruang subaraknoid dan leptomeningen yang disebabkan
oleh berbagai organisme pathogen.(Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 ).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla
spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan
virus merupakan penyebab utama dari meningitis (Brnner & Suddarth, 1984).

2.2
a.

b.

c.
d.
e.
f.

2.3

Etiologi
Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum
diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :
Haemophillus influenza
Nesseria meningitides (meningococcal)
Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
Streptococcus, grup A
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Klebsiella
Proteus
Pseudomonas aeruginosa
Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri.
Virus biasanya bereplikasi sendiri di tempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem
nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar ke sistem saraf pusat melalui sistem
vaskuler. Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Faktor prediposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari wanita.
Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobuin, anak yang
mendapat obat imunosupresi.
Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan.
Patofisiologi
Meningitis terjadi akibat masuknya bakteri ke ruang subaraknoid, baik melalui
penyebaran secara hematogen, perluasan langsung dari fokus yang berdekatan, atau sebagai
akibat kerusakan sawar anatomik normal secara konginetal, traumatik, atau pembedahan.
Bahan-bahan toksik bakteri akan menimbulkan reaksi radang berupa kemerahan berlebih
(hiperemi) dari pembuluh darah selaput otak disertai infiltrasi sel-sel radang dan
pembentukan eksudat. Perubahan ini terutama terjadi pada infeksi bakteri streptococcus
pneumoniae dan H. Influenzae dapat terjadi pembengkakan jaringan otak, hidrosefalus dan
infark dari jaringan otak.
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat
menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan TIK. Efek
patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen. Edem dan eksudasi yang
kesemuanya menyebabkan peningkatan intrakranial. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2,
2005)

2.4

Klasifikasi
Jenis meningitis ada 3 yaitu :
1.
Meningitis bacterial /purulenta /septik
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen,
dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan subarahnoid.
Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi dengan angka kematian
sekitar 25 % (Ignatavicius & Wrokman, 2006).
Meningitis bacterial adalah suatu peradangan pada selaput otak, ditandai dengan
peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya
bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal. (Arif Mansjoer.Kapita
Selekta.2000:437).
Meningitis purulenta adalah radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi berupa
pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan nonvirus. (Ngastiyah: 2005)
Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat
akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering disebut juga sebagai
meningitis purulen atau meningitis septik.

Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah; Streptococcus


pneuemonia (pneumococcus), Neisseria meningitides, Haemophilus influenza,
(meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium tuberculosis.(Ginsberg, 2008).
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), bakteri ini penyebab tersering
meningitis akut, dan paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak.
Neisseria meningitides (meningococcus) bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak
setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran
nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah. Haemophilus
influenza, Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat
menyebabkan meningitis. Jenis bakteri ini sebagai penyebab terjadinya infeksi pernafasan
bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaksin) telah
membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri
jenis ini.Staphylococcus aureus, Mycobakterium tuberculosis jenis hominis.
Prognosis pada meningitis bakteri : Prognosis buruk pada usia yang lebih muda,
infeksi berat yang disertai DIC. Mortalitas bergantung pada virulensi kuman penyebab, daya
tahan tubuh pasien, cepat atau lambatnya mendapat pengobatan yang tepat dan pada cara
pengobatan dan perawatan yang diberikan. Perawatan, akan dibicarakan bersama sama
dengan meningitis tuberkolosa.
2.

Meningitis virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat lanjutan
dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles, mumps, herpes simplek, dan
herpes zoster. (Wilkinson, 1999).
Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat yang akut
dengan gejala rangsang meningeal,pleiositosis dalam likuor serebrospinalis dengan
deferensiasi terutama limfosit,perjalanan penyakit tidak lama dan selflimited tanpa
komplikasi.(Ngastiyah:2005)
Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA
(ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus RNA adalah
enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus (influenza, parotitis,
morbili). Sedangkan contoh virus DNA antara lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS)
(PERDOSSI, 2005)
Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti semula
(penyembuhan secara komplit) (Ignatavicius & Wrokman,2006).
Pada kasus infeksi virus akut, gambaran klinik seperti meningitis akut, meningoensepalitis akut atau ensepalitis akut.
Prognosis pada meningitis virus : Penyakit ini self limited dan penyembuhan
sempurna dijumpai setelah 3-4 hari pada kasus ringan dan setelah 7-14 hari pada keadaan
yang berat.

3.

Meningitis jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik
yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit.
Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa
meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista).
8

Angka kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30% -40% dan insidensinya
meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan penurunan daya tahan tubuh
(Martz, 1990 dalam Depkes RI, 1998).
Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur, disebabkan oleh
infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada pasien acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). (Ignatavicius & Wrokman, 2006; Wilkinson, 1999).
2.5

Manifestasi Klinis
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Namun
pada anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain mungkin
tidak ditemui. Perubahan tingkat kesadaran lazim terjadi dan ditemukan pada hingga 90%
pasien. (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 )
Pada bukunya, Wong menjabarkan manifestasi dari meningitis berdasarkan golongan usia
sebagai berikut:
Anak dan Remaja
a. Awitan biasanya tiba-tiba
b. Demam
c. Mengigil
d. Sakit kepala
e. Muntah
f. Perubahan pada sensorium
g. Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal )
h. Peka rangsang
i. Agitasi
j. Dapat terjadi: Fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, mengantuk,
stupor, koma.
k. Kekakuan nukal, dapat berlanjut menjadi opistotonus
l. Tanda Kernig dan Brudzinski positif
m. Hiperaktif tetapi respons refleks bervariasi
n. Tanda dan gejala bersifat khas untuk setiap organisme:
- Ruam ptekial atau purpurik (infeksi meningokokal), terutama bila
berhubungan dengan status seperti syok.
- Keterlibatan sendi (infeksi meningokokal dan H. influenzae)
- Drain telinga kronis (meningitis pneumokokal)

Bayi dan Anak Kecil


Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak antara usia 3 bulan hingga 2 tahun :
a. Muntah
b. Peka rangsangan yang nyata
c. Sering kejang (seringkali disertai dengan menangis nada tinggi)
d. Fontanel menonjol
e. Kaku kuduk dapat terjadi dapat juga tidak
f. Tanda Brudzinski dan Kernig bersifat tidak membantu dalam diagnosa
g. Sulit untuk dimunculkan dan dievaluasi dalam kelompok usia
h. Empihema subdural (infeksi Haemophilus influenza)

Neonatus
Tanda-tanda Spesifik :
a. Secara khusus sulit untuk didiagnosa
b. Manifestasi tidak jelas dan tidak spesifik
c. Baik pada saat lahir tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam
beberapa hari
d. Menolak untuk makan
e. Kemampuan menghisap buruk
f. Muntah atau diare
g. Tonus buruk
h. Kurang gerakan
i. Menangis buruk
j. Fontanel penuh, tegang, dan menonjol dapat terlihat pada akhir perjalanan penyakit
k. Leher biasanya lemas
Tanda-Tanda Nonspesifik yang Mungkin Terjadi pada Neonatus :
a. Hipotermia atau demam (tergantung pada maturitas bayi)
b. Ikterik
c. Peka rangsang
d. Mengantuk
e. Kejang
f. Ketidakteraturan pernapasan atau apnea
g. Sianosis
h. Penurunan berat badan
(Donna L. Wong. Pedoman Keperawatan Pediatrik,ed.4,2003 )

2.6

Komplikasi
1.
Hidrosefalus obstruktif
2.
Meningococcal septicemia (mengingocemia)
3.
Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
4.
SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.
Efusi subdural
6.
Kejang
7.
Edema dan herniasi serebral
8.
Cerebral palsy
9.
Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

2.7

Pathway

2.8

Pemeriksaan
1.
Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a)
Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis
bakteri.
b)
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya dengan prosedur khusus.
2.
Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3.
LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi

bakteri )
Elektrolit darah : Abnormal .
ESR/LED : meningkat pada meningitis
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8.
MRI/ scan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9.
Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
5.
6.
7.

2.9

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
1. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
2. Steroid untuk mengatasi inflamasi
3. Antipiretik untuk mengatasi demam
4. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
5. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
6. Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
7. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering atau
ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat badan anak atau
tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena anak yang menderita meningitis sering datang dengan
penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui
proses evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang
menurun.
8. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal diberikan
diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah kejang dapat diatasi maka
diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50
mg sedangkan yang lebih 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya
diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2
hari. Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5
mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian diazepam selain untuk menurunkan
kejang juga diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman
peningkatan suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
9. Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara, cahaya
dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat membangkitkan kejang pada anak
karena peningkatan rangsangan depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
10. Pembebasan jalan nafas dengan menghisap lendir melalui suction dan memposisikan
anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan pembebasan jalan nafas dipadu
dengan pemberian oksigen untuk mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain
itu mungkin juga terjadi depresi pusat pernafasan karena peningkatan tekanan intrakranial
sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran
pernafasan. Pemberian oksigen pada anak dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang
masuk bisa tinggi melalui masker oksigen.
11. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik yang
sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis
pemberian secara intrevena dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi

dalam 4 dosis pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari
pembelian cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.
Penatalaksanaan di Rumah:
1. Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas dan tidak
terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport penyediaan oksigen
lingkungan yang cukup karena anak yang menderita demam terjadi peningkatan metabolisme
aerobik yang praktis membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang
cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi dengan
baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan panas anak ke
lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar
dari lingkungan.
2. Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala miring
hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan nafas sehingga
mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
3. Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam. Kompres ini
berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi. Perpindahan panas anak supaya
dapat lebih efektif dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh
anak mudah berpindah ke lingkungan.
4. Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk patokan
umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60 120 mg, 1-5 tahun 120150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.
5. Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata kebutuhan 3040 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti cairan yang hilang karena
peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang
sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat dapat
membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan.
2.10

Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor
presdisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat
menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas
(antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau jenis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi
sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius. (Riyadi
Sujono.2010).
Vaksin konjugat pneumokokus.
Vaksin tersebut dianjurkan untuk diberikan kepada bayi dan anak yang berusia 2
bulan hingga 9 tahun. Pemberian vaksin paling baik dilakukan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6
bulan, 12 bulan dan 15 bulan. Vaksin konjugat pneumokokus juga hanya menimbulkan efek
samping yang ringan seperti kulit kemerahan, sedikit bengkak dan nyeri pada daerah sekitar
suntikan. Gejala umum setelah pemberian vaksin seperti demam, mengantuk, rewel, nafsu
makan berkurang, jarang ditemukan pada bayi.
Beberapa upaya preventif pada anak yang dapat dilakukan di antaranya adalah
sebagai berikut :
a. Melaksanakan imunisasi tepat waktu.

b. Pada usia bayi 0-1 tahun usahakan membatasi diri untuk keluar rumah atau jalan-jalan
ketempat-tempat ramai seperti mall, pasar, dan rumah sakit.
c. Menjauhkan anak dari orang yang sakit.
d. Usahakan anak tetap berada pada lingkungan dengan temperatur yang nyaman.

BAB III
PEMBAHASAN
Kasus Meningitis pada Anak
Sumber : dailymail.co.uk dimuat dalam kompas.com
Penulis : Natalia Ririh, Jumat, 24 Agustus 2012 pukul 11:46 WIB
Diakses pada Hari Sabtu, 30 November 2013 pukul 17.20 WIB
Dalam Empat Jam, Anak Sehat Diserang Meningitis
KOMPAS.com Pada pukul 07.30 malam, di Bulan Januari, Michelle Scoffings mendapati
putri kecilnya, Erica (3) tidur dalam keadaan suhu badannya normal dan tampak baik baik
saja. Sebelumnya, Erica mengeluh badannya tidak enak. Tepat sebelum tengah malam, Erica
bangun dan meminta minum. Saat itu, Michelle melihat sekujur tubuh anaknya penuh bercak
berwarna ungu dan suhu tubuhnya tinggi.
Michelle dan suaminya segera mengambil kaca bening lalu menempelkannya di kulit Erica.
Cara ini adalah salah satu tes untuk mengetahui penyakit meningitis pada anak. Di bawah
kaca bening yang ditekan, ruam di kulit putrinya tidak memudar.
Tak mau menunggu lama, pasangan asal Chesterfield, Inggris ini membawa Erica ke rumah
sakit. Dokter mendiagnosis putri mereka terinfeksi
bakteri Meningokokus dan Septikemia, suatu bentuk keracunan darah. Dokter
mengatakan anak ini hanya punya waktu sekitar tiga jam bertahan hidup.
Saat itu tidak menelepon dan menunggu ambulans adalah hal yang terbaik. Anda harus cepat
pergi ke rumah sakit, karena terlambat 10 menit saja, hasilnya akan berbeda, cerita Michelle.
Kedua kaki Erica menghitam, ia pun ditempatkan di ruang ICU dengan seluruh badan
diperban. Malam itu, Erica dipindahkan ke Rumah Sakit Chesterfield Royal ke bagian
perawatan intensif khusus anak anak. Akibat septikemia, kaki Erica menghitam sampai
tulangnya terlihat.
Semuanya terjadi begitu cepat, saat seperti itu kita tidak punya waktu untuk berpikir lama.
17
Saya sangat takut karena tak ada yang bisa saya lakukan. Setiap kali seseorang
menyentuhnya, Erica pun menjerit, ujarnya.
Erica menjerit sepanjang waktu. Saya syok saat dokter bedah mengatakan kedua kaki Erica
kemungkinan diamputasi, imbuhnya.
Putrinya ini kemudian dipindahkan juga ke unit spesialis luka bakar. Tubuh Erica seperti
terkena luka bakar dan ia menjalani cangkok kulit. Gadis mungil ini tidak jadi diamputasi,
sebuah terapi mendorong jaringan sehingga menutupi tulang.
Erica dirawat selama dua minggu di rumah sakit dan sejak saat itu telah kembali selama tiga
kali untuk operasi cangkok kulit. Namun, tak kurang dari delapan bulan setelah serangan
Meningitis, Erica akan kembali berjalan bulan depan meskipun masih menggunakan
penyangga.
Melihat kenyataan Meningitis menyerang anak anak secara mendadak, Michelle
membukukan pengalamannya tentang penyakit Erica dalam sebuah buku harian. Dia

berharap lewat buku hariannya ini, publik lebih sadar dan peduli tentang bagaimana cepatnya
penyakit meningitis menyerang anak anak di atas dua tahun.

Penyelesaian :
1. Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas dan tidak
terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport penyediaan oksigen
lingkungan yang cukup karena anak yang menderita demam terjadi peningkatan metabolisme
aerobik yang praktis membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang
cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi dengan
baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan panas anak ke
lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar
dari lingkungan.
2. Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala miring
hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan nafas sehingga
mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
3. Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam. Kompres ini
berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi. Perpindahan panas anak supaya
dapat lebih efektif dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh
anak mudah berpindah ke lingkungan.
4. Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk patokan
umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60 120 mg, 1-5 tahun 120150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.
5. Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata kebutuhan 3040 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti cairan yang hilang karena
peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang
sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat dapat
membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan.
Penanganan / Perawatan pada saat anak kejang :
1.

Baringkan anak pada tempat yang rata, kepala di miringkan dan pasangkan gagang
sendok yang dibungkus kain atau sapu tangan bersih dalam mulutnya. Dengan tujuan
untuk mencegah lidah tergigit.

2.

Buka baju anak, longarkan pakaian yang mengganggu pernapasan.

3.

Singkirkan benda-benda di sekitar anak.

4.

Jangan memberi minuman atau makanan apapun pada anak saat kejang.

5.

Bila badan panas berikan kompres hangat.

6.

Bila dengan tindakan ini kejang belum berhenti atau kondisinya semakin parah,
segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater).
Etiologi : Bakteri, virus, faktor prediposisi, faktor maternal, faktor imunologi, anak dengan
kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan.
Klasifikasi Meningitis : Meningitis bacterial /purulenta /septik, Meningitis virus, Meningitis
jamur
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Namun pada
anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain mungkin tidak
ditemui.
Komplikasi : Hidrosefalus obstruktif, Meningococcal septicemia (mengingocemia),
Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral), SIADH
( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone ), Efusi subdural, Kejang, Edema dan
herniasi serebral, Cerebral palsy, Gangguan mental, Gangguan belajar, Attention deficit
disorder
Melihat kenyataan Meningitis menyerang anak anak secara mendadak, penulis berharap
pembaca lebih sadar dan hati-hati serta peduli tentang bagaimana cepatnya penyakit
meningitis menyerang anak anak di atas dua tahun.
4.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis
dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.
2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis
dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
Link Sumber : http://diaryforberti.blogspot.com/2014/12/makalah-meningitis-padaanak.html#ixzz3bxikFUCV

Anda mungkin juga menyukai