Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS INDIVIDU

Nama : Zakiah Nailul Amani


NPM : 1306378016
LahanPraktik :Lt. 8 Gedung A, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
PraktikMingguke :3
Topik LP :Hipertermia

I. Latar Belakang
1.Definisi Kasus

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas suhu normal seseorang (Miller,
2012). Peningkatan tersebut berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh dalam
menghilangkan panas atau menurunkan produksi panas (Potter, Perry, Stockert, & Hall,
2013). Adapun suhu tubuh diatas 39.4˚C dapat diindikasikan hipertermia yang dapat
disebabkan oleh pajanan lingkungan atau latihan yang berat (Tabloski, 2014). Hipertermia
padalansiakerap dihubungkan dengan proses penuaan. Penuaan berhubungan dengan
kecepatan metabolik yang rendah serta gangguan termoregulasi (Tabloski, 2014). Hal
tersebut menyebabkan penurunan kemampuan lansia untuk beradaptasi secara fisiologis
terhadap suhu lingkungan khususnya lingkungan panas yang dapat berisiko terhadap
hipertermia (Miller, 2012). Menurut Tabloski (2014), penurunan kemampuan toleransi
terhadap panas meliputi penurunan respon berkeringat pada lingkungan yang kering dan
panas serta penurunan respon haus sehingga tidak dapat mencapai hidrasi yang adekuat.

2. Etiologi

Gangguanpadapengaturansuhutubuhdapatmenyebabkanterjadinya proses hipertermia.


Menurut Miller (2012), pengaturansuhutubuhsebagairesponadaptifterhadapsuhulingkungan
dapat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal yang mempengaruhi
pengaturan suhu ialah kecepatan metabolik; proses patologis; aktivitas otot;
alirandarahperifer; jumlah lemak subkutan; fungsisarafpadakulit; asupancairan, nutrisi, dan
medikasi; serta suhu darah yang mengalir melalui hipotalamus. Adapun pengaruh eksternal
meliputi suhu lingkungan, tingkat kelembapan, aliran udara, serta jenis dan jumlah pakaian
yang digunakan. Proses patologis yang dimaksud ialah kehadiran masalah medis yang
meliputi kecelakaan cerebrovascular, gangguan termoregulasi sentral, dan demensia
(Tabloski, 2014). Sedangkan, penggunaan medikasi seperti narkotika dan benzodiazepines;
diuretic dan antikolinergik; sertaneuroleptic dapat berhubungan proses termoregulasi
sehingga menyebabkan hipertermia (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).

3. Patofisiologi

Demam menurut Sherwood (2016) memiliki mekanisme yang diawali dengan adanya
zat pathogen asing yang masuk kedalam tubuh dan menyebabkan terjadinya inflamasi /
infeksi kemudian sebagai respon imunitas tubuh, makrofag akan memakan benda asing yang
masuk tersebut. Saat makrofag aktif memakan, makrofag juga mensekresikan sitokin yakni
pirogen endogen. Pirogen endogen ini kemudian memicu kenaikan prostaglandin di
hipotalamus yang menyebabkan set point suhu di hipotalamus berubah menjadi lebih tinggi
dari suhu normal. Perubahan ini memicu inisiasi respon dingin, karena suhu sebelum demam
dianggap lebih rendah dengan set point suhu yang baru. Selanjutnya hipotalamus akan
mengirim sinyal ke efektor untuk meningkatkan produksi panas serta mengurangi pelepasan
panas dengan cara vasokontriksi dan menggigil, kemudian suhu tubuh akan meningkat dan
terjadilah demam.

.
4. Pemeriksaan fisik

4.1 Pengkajian suhu dasar


Pengkajian suhu tubuh pada lansia memperlihatkan fluktuasi 1-2˚F setiap harinya.
Normalnya, lansia memiliki suhu tubuh yang lebih rendah dan penurunan respon demam
terhadap infeksi (Miller, 2012). Oleh karena itu, perawat penting mengetahui suhu tubuh
yang biasa terjadi pada lansia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengukur suhu tubuh
saat lansia dalam keadaan sehat di waktu yang berbeda dalam sehari selama beberapa
hari. Hasilnya kemudian didokumentasikan dalam bentuk grafik.
4.2 Identifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan perubahan termoregulasi
Lansia berumur lebih dari 75 tahun memiliki risiko terhadap masalah termoregulasi.
Perawat penting dalam mengidentifikasi faktor risiko meliputi medikasi, gangguan
fisiologis, dan faktor lingkungan yang mempengaruhi pengaturan suhu tubuh lansia serta
mempertimbangkan faktor pendukung lainnya terhadap hipertermia.
4.3 Pengkajian terhadap hipertermia
Perawat perlu memantau gejala panas yang berhubungan dengan penyakit dari sakit
kepala ringan hingga gangguan respirasi dan kardiovaskular yang mengancam kehidupan.
Pada tahap awal, lansia akan merasa lemah, letargi, sakit kepala, mual, dan penurunan
nafsu makan (Miller, 2012). Kulit akan menjadi hangat dan kering dan tidak disertai
keringat.
4.4 Pengkajian respon demam lansia terhadap penyakit
Respon demam yang kerap terlambat pada lansia terhadap penyakit perlu diwasapadai
oleh perawat. Perawat perlu mengkaji setiap perubahan suhu dari suhu yang biasanya
terjadi pada lansia. Indikator terjadinya peningkatan suhu pada lansia ditandai dengan
peningkatan 2˚F diatas suhu dasar (Miller, 2012). Hal tersebut memerlukan pengkajian
lebih lanjut dalam menemukan penyebab terjadinya peningkatan suhu pada lansia.

5. Pemeriksaan penunjang

Isolasi terhadap pyrogen seringkali dilakukan oleh beberapa tenaga kesehatan untuk
mengkaji penyebab dari peningkatan suhu tubuh. Hal tersebut dilakukan melalui kultur
spesimen untuk pemeriksaan laboratorium. Beberapa spesimen yang diuji diantaranya ialah
urin, darah, sputum, dan bagian luka (Tabloski, 2014).
6. PenatalaksanaanMedis-Non Medisterbaru

Penatalaksaan Medis Penatalaksanaan Non-Medis


Menurut Tabloski (2014): Menurut Miller (2012)terapi non-farmakologi
- Antipiretik, berfungsi untuk atau non-medis seringkali digunakan dalam
menurunkan panas meningkatkan kehilangan panas dengan
- Anti-inflamasi non-steroid evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi.
(acetaminophen, salicylates, - Tepid sponge bath
indomethacin, ketorolac), - mandi dengan larutan alkohol-air
berfungsi menurunkan panas - meletakan ice pack pada axilla dan
dengan cara meningkatkan pangkal paha
kehilangan panas - mendinginkan dengan kipas angin
- Kortikosteroid, berfungsi Namun, hal tersebut perlu diawasi
menurunkan produksi panas terhadap terjadinya menggigil karena
dengan cara menghalangi sistem dapat membuang energi. Salah satu
imun dan tanda infeksi pencegahan terhadap menggigil ialah
- Antibiotik, berfungsi dengan membungkus ekstremitas pasien
menghancurkan pyrogen bakteri serta pemberian medikasi seperti
dan menghilangkan stimulus meperidine dan butorphanol untuk
tubuh untuk meningkatkan suhu mengurangi gejala menggigil.

II. Rencana Keperawatan

1. Diagnosakeperawatan yang mungkin muncul (NANDA 2015-2017)

Hipertermia

2. Intervensi keperawatan (secara umum berdasarkan NIC)

NOC NIC
Termoregulasi (0800) Fever Treatment (3740)
Keseimbangan produksi panas, perolehan -Monitoring suhu sesering mungkin
panas, dan kehilangan panas -Monitoring IWL
1. Melaporkan suhu yang nyaman -Monitor warna dan suhu tubuh
2. Penurunan suhu kulit -Monitor tekanan darah, nadi dan frekuensi
3. Dehidrasi menurun nafas
-Monitor penurunan tingkat kesadaran
-Berikan anti-piretik
-Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam
-Lakukan Water Tepid Sponge
-Kompres pasien ada lipatan tubuh (leher,
aksila, paha)

Fluid Management (4120)


-Timbang popok jika diperlukan
-Catat intake dan output cairan klien
-Monitor status hidrasi kliem
-Monitor vital sign klien
-Motivasi untuk melakukan peningkatan
intake oral
- Kolaborasi pemberian cairan intravena

Environmental Management (6480)


-Tingkatkan sirkulasi udara

Rujukan:

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. (2013). Nursing intervention classification
(NIC) (5th ed.). United Kingdom: Elsevier Inc
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice (6th ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.
Moorhead, S., Johson, M., Maas, M. L., et al. (2013). Nursing outcomes classification (NOC)
(5th ed.). United Kingdom: Elsevier Inc
Nanda International. (2014). Nursing diagnoses: definition & classification 2015-2017.
United Kingdom: Blackwell Publishing.
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice (6th ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., & Hall, A.M. (2013). Fundamental of nursing.
(8thed.). St. Louis: Elsevier Mosby.
Sherwood, L. (2016). Human Physiology from Cell to System (9th ed.). USA: Cengage.
Tabloski, P. A. (2014). Gerontological nursing (3rd ed.). New Jersey: Pearson Education.

Anda mungkin juga menyukai