KASUS INDIVIDU
I. Latar Belakang
1.Definisi Kasus
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas suhu normal seseorang (Miller,
2012). Peningkatan tersebut berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh dalam
menghilangkan panas atau menurunkan produksi panas (Potter, Perry, Stockert, & Hall,
2013). Adapun suhu tubuh diatas 39.4˚C dapat diindikasikan hipertermia yang dapat
disebabkan oleh pajanan lingkungan atau latihan yang berat (Tabloski, 2014). Hipertermia
padalansiakerap dihubungkan dengan proses penuaan. Penuaan berhubungan dengan
kecepatan metabolik yang rendah serta gangguan termoregulasi (Tabloski, 2014). Hal
tersebut menyebabkan penurunan kemampuan lansia untuk beradaptasi secara fisiologis
terhadap suhu lingkungan khususnya lingkungan panas yang dapat berisiko terhadap
hipertermia (Miller, 2012). Menurut Tabloski (2014), penurunan kemampuan toleransi
terhadap panas meliputi penurunan respon berkeringat pada lingkungan yang kering dan
panas serta penurunan respon haus sehingga tidak dapat mencapai hidrasi yang adekuat.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Demam menurut Sherwood (2016) memiliki mekanisme yang diawali dengan adanya
zat pathogen asing yang masuk kedalam tubuh dan menyebabkan terjadinya inflamasi /
infeksi kemudian sebagai respon imunitas tubuh, makrofag akan memakan benda asing yang
masuk tersebut. Saat makrofag aktif memakan, makrofag juga mensekresikan sitokin yakni
pirogen endogen. Pirogen endogen ini kemudian memicu kenaikan prostaglandin di
hipotalamus yang menyebabkan set point suhu di hipotalamus berubah menjadi lebih tinggi
dari suhu normal. Perubahan ini memicu inisiasi respon dingin, karena suhu sebelum demam
dianggap lebih rendah dengan set point suhu yang baru. Selanjutnya hipotalamus akan
mengirim sinyal ke efektor untuk meningkatkan produksi panas serta mengurangi pelepasan
panas dengan cara vasokontriksi dan menggigil, kemudian suhu tubuh akan meningkat dan
terjadilah demam.
.
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan penunjang
Isolasi terhadap pyrogen seringkali dilakukan oleh beberapa tenaga kesehatan untuk
mengkaji penyebab dari peningkatan suhu tubuh. Hal tersebut dilakukan melalui kultur
spesimen untuk pemeriksaan laboratorium. Beberapa spesimen yang diuji diantaranya ialah
urin, darah, sputum, dan bagian luka (Tabloski, 2014).
6. PenatalaksanaanMedis-Non Medisterbaru
Hipertermia
NOC NIC
Termoregulasi (0800) Fever Treatment (3740)
Keseimbangan produksi panas, perolehan -Monitoring suhu sesering mungkin
panas, dan kehilangan panas -Monitoring IWL
1. Melaporkan suhu yang nyaman -Monitor warna dan suhu tubuh
2. Penurunan suhu kulit -Monitor tekanan darah, nadi dan frekuensi
3. Dehidrasi menurun nafas
-Monitor penurunan tingkat kesadaran
-Berikan anti-piretik
-Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam
-Lakukan Water Tepid Sponge
-Kompres pasien ada lipatan tubuh (leher,
aksila, paha)
Rujukan:
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. (2013). Nursing intervention classification
(NIC) (5th ed.). United Kingdom: Elsevier Inc
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice (6th ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.
Moorhead, S., Johson, M., Maas, M. L., et al. (2013). Nursing outcomes classification (NOC)
(5th ed.). United Kingdom: Elsevier Inc
Nanda International. (2014). Nursing diagnoses: definition & classification 2015-2017.
United Kingdom: Blackwell Publishing.
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice (6th ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., & Hall, A.M. (2013). Fundamental of nursing.
(8thed.). St. Louis: Elsevier Mosby.
Sherwood, L. (2016). Human Physiology from Cell to System (9th ed.). USA: Cengage.
Tabloski, P. A. (2014). Gerontological nursing (3rd ed.). New Jersey: Pearson Education.