Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIK

A. Definisi

Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena

terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja

(Muttaqin, 2008).Sedangkan menurut Smuster (2009). Stroke adalah kehilangan fungsi otak

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak, biasanya merupakan kulminasi

penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. Stroke merupakan sindrom klinis akibat

gangguan pembuluh darah otak, timbul mendadak dan biasanya mengenai penderita usia 45-

80 tahun, umumnya laki-laki sedikit lebih sering terkena daripada perempuan (Rasyrid,

2008). Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah

sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain:

hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat

melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.Kesadaran pasien

umumnya menurun (Artiani, 2009). 8 Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya

iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru

bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Muttaqin, 2008).

B. Etiologi

Stroke non-hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari tiga mekanisme patogenik yaitu

trombosis serebri atau emboli serebri dan hipoperfusion sistemik (Sabiston, 1994; Nurarif,

2013).
1. Trombosis serebri merupakan proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan. Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis atau
cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering timbul
selama tidur dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa
timbul progresif dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari.
2. Emboli serebri merupakan tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Emboli

serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya oleh trombus

atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal, seperti bifurkasio arteri karotis atau

jantung. Emboli dari bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau

ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi

ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-

tanda disertai nyeri kepala berdenyut

3. Hipoperfusion sistemik adalah berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung.
4. Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah

C. Patofisiologi

Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai
sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron
yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagai neuron berbeda-beda. Pada
orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (1200-1400 gram) dari berat tubuh total,
tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial.
Dalam jumlah normal darah yang mengalir ke otak sebanyak 50-60 ml per 100 gram jaringan
otak per menit. Jumlah darah yang diperlukan untuk seluruh otak  adalah 700-840 ml/menit,
dari jumlah darah itu disalurkan melalui arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis
(dekstra dan sinistra), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai
sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah
ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior, selanjutnya
sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior
membentuk suatu sirkulus Willisi (Sinaga, 2008; Mardjono, 2010).
Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk sirkulus willisi serta cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke
jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu
di ingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang
diperdarahi oleh arteri tersebut dikarenakan masih  terdapat sirkulasi kolateral yang memadai
ke daerah tersebut. Proses patologik yang sering mendasari dari berbagi proses yang terjadi di
dalam pembuluh darah yang memperdarahai otak diantaranya berupa (Price, 2005):
1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan
thrombosis.
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau
hiperviskositas darah.
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
pembuluh ekstrakranium.
Dari gangguan pasokan darah yang ada di otak tersebut dapat menjadikan terjadinya
kelainian-kelainan neurologi tergantung bagian otak mana yang tidak mendapat suplai
darah, yang diantaranya dapat terjadi kelainan di system motorik, sensorik, fungsi luhur,
yang lebih jelasnya tergantung saraf bagian mana yang terkena.

D. Manifestasi Klinik
Gejala stroke non-hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan
peredaran darah terjadi, kesadaran biasanya tidak mengalami penurunan, menurut penelitian
Rusdi Lamsudi pada tahun 1989-1991 stroke non hemoragik tidak terdapat hubungan dengan
terjadinya penurunan kesadaran, kesadaran seseorang dapat di nilai dengan menggunakan
skala koma Glasgow yaitu (Mansjoer, 2000; Sinaga, 2008):
Penilaian skor GCS :
a. Koma (skor < 8)
b. Stupor (skor 8 -10)
c. Somnolent (skor 11-12)
d. Apatis ( skor 12-13)
e. Compes mentis (GCS = 14-15)
Gejala yang sering di temukan pada penderita umumnya dikelompokkan atas 4 macam:
1. Dystensia ( gangguan mobilitas fungsi motorik ) berupa :
a. Kelumpuhan
b. Paralisis
c. Paresis
2. Dinestiesia ( gangguan fungsi sensorik ) berupa
a. Hipoarasthesia dan arasthesia
b. Gangguan penciman, penglihatan dan gangguan rasa pada lidah
3. Dyspasia ( gangguan berbicara )
4. Dymentia ( gangguan mental )dengan manifestasi
a. Gangguan neorologis
b. Gangguan psikologis
c. Keadaan kebingunan
d. Reaksi depresif
E. Komplikasi
Beberapa komplikasi stroke yang bisa terjadi adalah:
1. Deep vein thrombosis
Penderita stroke yang tidak bisa bergerak dalam waktu lama berisiko mengalami
penggumpalan darah di tungkai atau deep vein thrombosis. Pada beberapa kasus,
gumpalan darah bisa menuju ke paru-paru dan mengancam jiwa penderitanya.
2. Hidrosefalus
Sebagian penderita stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus. Kondisi ini
terjadi akibat penumpukan cairan di dalam rongga otak. Untuk menanganinya, dokter
akan memasang selang khusus ke dalam otak untuk membuang cairan yang
menumpuk.
3. Pneumonia aspirasi
Pneumonia aspirasi disebabkan oleh kerusakan saraf pada otot-otot yang
berfungsi untuk menelan. Akibatnya makanan dan minuman yang dikonsumsi
berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan.
4. Kelumpuhan atau cacat permanen
Stroke menyebabkan otot lemas atau bahkan tidak mampu digerakkan. Kondisi
ini bisa menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga meningkatkan risiko terjatuh
atau mengalami cedera.
5. Kesulitan menelan dan berbicara
Kesulitan menelan dan berbicara bisa terjadi karena stroke memengaruhi kontrol
otot-otot di mulut dan tenggorokan. Akibatnya, penderita stroke umumnya kesulitan
untuk makan atau berbicara dengan jelas.
6. Depresi
Orang yang pernah mengalami stroke umumnya kesulitan mengendalikan
emosinya. Hal ini membuat mereka cenderung mengalami depresi.
7. Nyeri pada anggota tubuh yang terkena stroke
Anggota tubuh yang terkena stroke bisa terasa nyeri atau bahkan mati rasa.
Sebagai contoh, mati rasa yang terjadi di lengan kiri dapat membuat penderitanya
mengalami sensasi kesemutan di bagian tersebut.
8. Perubahan perilaku
Stroke menyebabkan penderitanya mengalami perubahan perilaku, seperti
menarik diri dari kehidupan sosial. Seseorang yang pernah mengalami stroke juga
mungkin memerlukan bantuan dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari, misalnya
untuk berganti pakaian.
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah sebagai

berikut :

1. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik

seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber

perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.

2. Lumbal pungsi: Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran

lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada

intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil

pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan

perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu

hari-hari pertama.

3. CT scan.: Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi

henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti.
Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di

ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.

4. MRI: MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk

menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan

biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

5. USG Doppler: Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem

karotis).

6. EEG: Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

Pemeriksaan Laboratorium:

1. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang

masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal

(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

2. Pemeriksaan darah rutin.

3. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah

dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun

kembali.

4. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

G. Penatalaksanaan
1. Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
2. Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
3. Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
4. Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
5. EKG dan pemantauan jantung.
6. Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK ).
7. Rehabilitasi neurologik.
Pathway

Stroke non hemoragi

Trombus/emboli
Diserebral

Suplai darah ke jaringan Resiko ketidakefektifan


Serebral tidak adekuat perfusi jarigan

Tekanan intra Defisit neurologi


Krainal/hernialis serebral
Hemister kanan hemister kiri
Penurunan kesadaraan
hemiparese/plegi kiri Hemiparase/plegi kanan
Penekanan saluran
Pernapasan

Defisit perawatan Hambatan


Pola napas diri mobilitas fisik
tidak efektif

Kerusakan
Area gocca integritas kulit

Kerusakan
Kerusakan fungsi integritas kulit

N VII dan XII

Kerusakan
komunikasi verbal

Resiko trauma Resiko jatuh


resiko aspirasi

Anda mungkin juga menyukai