Anda di halaman 1dari 9

STROKE

1.1 Konsep Medis


1.1.1 Pengertian
Menurut WHO dalam Muttaqin, (2008) stroke adalah adanya tanda-tanda
klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik
merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid. Disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif,  namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran klien umumnya menurun.
Gangguan  peredaran darah diotak atau dikenal dengan CVA ( Cerebro
Vaskular Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik)
atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan
daerah yang terganggu (Harsono,1996).

1.1.2 Etiologi
Menurut Smeltzer (2002), penyebab stroke hemoragik dapat disebabkan oleh
tekanan darah tinggi yang menekan dinding arteri sampai pecah.
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menyebabkan oedema dan
kongesti disekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur karena terjadi penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebral. Beberapa dibawah ini
yang dapat menimbulkan thrombosis :
a. Atherosklerosis. Keadaan mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia. Darah bertambah kental, peningakatan
viskositas / hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli berlangsung cepat dan
gejala timbul kurang dari 10 – 30 detik. Beberapa dibawah ini yang dapat
menimbulkan emboli :
a. Katup – katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
b. Myokard infark
c. Fibrilasi
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri meyebabkan terjadinya gumpalan-
gumpalan pada endocardium.
3. Haemoraghi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarahnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena hipertensi akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah kedalam parenki otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga  otak akan membengkak,
jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, dan oedema.
4. Hypoksia umum
5. Hypoksia setempat

1.1.3 Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-
arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem
vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak
terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan
tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark di daerah
otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang
memadai di daerah tersebut. Dapat juga karena keadaan penyakit pada pembuluh
darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding
pembuluh darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status
aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat
bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam jaringan otak
(Price, 2006)
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat)
pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering
sebagai faktor penyebab infark pad-a otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah
mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Muttaqin, 2008).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yang tersumbat . menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur (Muttaqin,
2008).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai; karena
perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial
dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat
foramen magnum (Muttaqin, 2008).
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus, dan pons (Muttaqin, 2008).
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral:
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6
menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung (Muttaqin,
2008).
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak
akan mengakihatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan perfusi
otak serta gangguan drainase otak. Elernen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi (Muttaqin, 2008).

1.1.4 Manifestasi Klinik


Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
a. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
b. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
c. Kesulitan menelan.
d. Kesulitan menulis atau membaca.
e. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
f. Kehilangan koordinasi.
g. Kehilangan keseimbangan.
h. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
i. Mual atau muntah.
j. Kejang.
k. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,
baal atau kesemutan.
l. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

1.1.5 Komplikasi
Menurut Smeltzer (2002), komplikasi utama pada hemoragik subarakhnoid
yang disebabkan oleh stroke, kelainan bentuk pembuluh darah atau aneurisme adalah:
 Vasospasme
 Hidrosephalus
 Disritmia
 Perdarahan ulang
 Peningkatan tekanan intrakranial

1.1.6 Prognosis
Prognosis stroke dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan defisit
neurologis yang dihasilkan. usia pasien, penyebab stroke, gangguan medis yang
terjadi bersamaan juga mempengaruhi prognosis. Secara keseluruhan, kurang dari
80% pasien dengan stroke bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan
tingkat kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. pasien yang selamat dari
periode akut, sekitar satu setengah samapai dua pertiga kembali fungsi independen,
sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional. Di Indonesia,
diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan
sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau
berat. Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia, sisanya menderita
kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari
serangan stroke dan kecacatan (Yayasan Stroke Indonesia, 2011).
1.1.7. Pemeriksaan diagnostik

a. CT Scan Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya


infark.
b. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
c. Pungsi Lumbal
 Menunjukan adanya tekanan normal.
 Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan.
d. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.

e. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.

f. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal


(Doengoes,2000).

1.1.8. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil

4. Bed rest

5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia

6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi

8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari


penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik

9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK

10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT

11. Penatalaksanaan spesifik berupa:

a. Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan,


obat hemoragik.
b. Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan
pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.

Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) penatalaksanaan stroke dapat dibagi


menjadi dua, yaitu :

a. Phase Akut :
1. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan
sirkulasi.
2. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop. Pemberian ini
diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / emobolik.
3. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
4. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik.
5. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang
b.    Post phase akut
1. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
2. Program fisiotherapi
3. Penanganan masalah psikososial

1.2. Konsep Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa (ras kulit hitam), tanggal
dan jam MRS, nomor register, dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain. bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan adanya penurunan
atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam
intracranial. Keluhan perubahan juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive, dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Kemungkinan adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya,
diabetes mellitus, penyakit jangtung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
6. Riwayat penyakit keluarga
7. Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, penyakit jantung,
cacat pada bentuk pembuluh darah (factor genetic paling berpengaruh), gaya
hidup dan pola makan keluarga (biasanya sulit diubah), diabetes mellitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
8. Pengkajian Primer
a. Airway
Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala
hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat benda asing maupun
sebagai akibat strokenya sendiri.
b. Breathing
Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi akibat gangguan di
pusat napas (akibat stroke) atau oleh karena komplikasi infeksi di saluran
napas.
c. Circulation
Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular),  yaitu fungsi jantung
dan pembuluh darah. Seringkali terdapat gangguan irama, adanya
trombus, atau gangguan tekanan darah yang harus ditangani secara cepat.
Gangguan jantung seringkali merupakan penyebab stroke, akan tetapi
juga bisa merupakan komplikasi dari stroke tersebut.
9. Pemeriksaan fisik (Brunner dan Suddarth, 2002):
a. Keadaan umum:  mengelami penurunan kesadaran, Suara bicara : kadang
mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa
bicara/afasia: tanda-tanda vital: TD meningkat, nadi bervariasi.
b. Pemeriksaan integument:
 Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
 Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.
 Rambut: umumnya tidak ada kelainan.
c. Pemeriksaan leher dan kepala:
 Kepala: bentuk normocephalik
 Wajah: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi.
 Leher: kaku kuduk jarang terjadi.
d. Pemeriksaan dada: Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas
terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan
tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen: Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed
rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus: Kadang terdapat incontinensia
atau retensio urine.
g. Pemeriksaan ekstremitas: Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu
sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi:
 Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus
cranialis VII dan XII central.
 Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/
kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
 Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi.
 Pemeriksaan refleks: Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang
lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis
akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut NANDA, (2011)
dalam Tarwoto, Dkk, (2007) adalah :
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d gangguan aliran darah arteri dan vena.
2. Hambatan mobilitas fisik b/d neuromuskuler, kelemahan, parestesia paralisis
3. Hambatan komunikasi verbal b/d gangguan sirkulasi, gangguan neuromuskuler,
kelemahan umum, kerusakan pada area wernick, kerusakan pada area broca
4. Pola napas tidak efektif b/d disfungsi neuromuskuler.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
mencerna nutrisi

1.2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Perfusi jaringan serebral - Status sirkulasi Manajemen sensasi perifer
tidak efektif b/d - Perfusi jaringan serebral 1. Monitor TTV
gangguan aliran darah Setelah dilakukan asuhan 2. Monitor AGD, ukuran pupil,
arteri dan vena. keperawatan selama 3x24 jam ketajaman, kesimetrisan dan reaksi
ketidakefektifan perfusi jaringan
cerebral teratasi dengan kriteria
3. Monitor level kebingungan dan
hasil: orientasi
a. Tekanan systole dan 4. Monitor tonus otot pergerakan
diastole dalam rentang yang 5. Monitor tekanan intrkranial dan
diharapkan respon nerologis
b. Tidak ada 6. Catat perubahan pasien dalam
ortostatikhipertensi merespon stimulus
c. Komunikasi jelas 7. Monitor status cairan
d. Menunjukkan konsentrasi
dan orientasi
8. Pertahankan parameter hemodinamik
e. Pupil seimbang dan reaktif 9. Tinggikan kepala 0-45o tergantung
pada konsisi pasien dan order medis
10. Kolaborasi pemberian oksigen, obat
antikoagulasi, obat antifibrolitik,
antihipertensi, vasodilatasi perifer,
pelunak feses sesuai indikasi.
2. Hambatan mobilitas - Mobility Level Terapi aktivitas
fisik b/d gangguan - Self care : ADLs 1. Monitoring vital sign
neuromuskuler, Setelah dilakukan tindakan 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
kelemahan, parestesia keperawatan selama 4x24 jam tentang rencana ambulasi sesuai
paralisis hambatan mobilitas fisik teratasi dengan kebutuhan
dengan kriteria hasil: 3. Bantu klien untuk menggunakan
a. Klien meningkat dalam tongkat saat berjalan dan cegah
aktivitas fisik terhadap cedera
b. Mengerti tujuan dari 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
peningkatan mobilitas lain tentang teknik ambulasi
c. Memverbalisasikan 5. Kaji kemampuan pasien dalam
perasaan dalam mobilisasi
meningkatkan kekuatan dan 6. Dampingi dan Bantu pasien saat
kemampuan berpindah mobilisasi dan bantu penuhi
d. Memperagakan kebutuhan ADLs.
penggunaan alat Bantu 7. Ajarkan pasien bagaimana merubah
untuk mobilisasi (walker) posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
3. Hambatan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Communication Enhancement Speech
verbal b/d gangguan keperawatan selama proses derisit:
sirkulasi, gangguan keperawatan 4 x 24 jam diharapkan 1. Minta bantuan keluarga yang
neuromuskuler, komunikasi berangsur membaik, mengerti tentang pembicaraan
kelemahan umum, kriteria hasil : pasien.
kerusakan pada area a. Mampu menerima dan 2. Gunakan kata-kata yang sederhana
wernick, kerusakan pada menyampaikan pesan dengan dan kalimat pendek.
area broca metode alternatif tulisan, 3. Berdiri disamping pasien ketika
isyarat bicara.
b. Mendemonstrasikan 4. Gunakan gerakan isyarat.
peningkatan kemampuan 5. Berbicara lebih keras di akhir
untuk berkomunikasi secara kalimat.
bertahap 6. Ajarkan pasien dan motivasi untuk
belajar berbicara
c. Mendemonstrasikan
peningkatan kemampuan
untuk memahami isi
komunikasiverbal dan
nonverbal
d. Tidak terjadi frustasi yang
berhubungan dengan
kerusakan komunikasi
4. Pola napas tidak efektif - Respiratory status : Ventilation Manajemen jalan nafas
b/d disfungsi - Respiratory status: Airway 1. Posisikan pasien untuk
neuromuskuler. patency memaksimalkan ventilasi
Setelah melakukan tindakan 2. Identifikasi pasien perlunya
keperawatan selama 3x24 jam pola pemasangan alat jalan nafas buatan
nafas tidak efektif teratasi dengan 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
kriteria hasil : 4. Keluarkan sekret dengan batuk atau
a. Mendemonstrasikan batuk suction
efektif dan suara nafas yang 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya
bersih, tidak ada sianosis dan suara tambahan
dyspneu (mampu mengeluarkan 6. Berikan bronkodilator bila perlu
sputum, mampu bernafas 7. Berikan pelembab udara Kassa
dengan mudah, tidak ada pursed basah NaCl Lembab
lips) 8. Atur intake untuk cairan
b. Menunjukkan jalan nafas yang mengoptimalkan keseimbangan.
paten (klien tidak merasa 9. Monitor respirasi dan status O2
tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
c. Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan)
5. Ketidakseimbangan Status nutrisi: Adekuat Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan Aktivitas
kebutuhan tubuh b/d keperawatan 3x 24jam, 1. menanyakan pasien memiliki alergi
ketidakmampuan ketidakseimbangan nutrisi kurang makanan
mencerna nutrisi. dari kebutuhan tubuh pada pasien 2. dorong asupan kalori yang tepat
dapat teratasi dengan kriteria hasil : 3. dorong peningkatan asupan protein,
a. Nutrisi terpenuhi zat besi dan vitamin, yang sesuai
b. Cairan terpenuhi 4. Monitor adanya penurunan BB dan
c. Hematocrit normal gula darah
d. Hidrasi kulit normal 5. Monitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht
6. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
7. Monitor intake nuntrisi Monitor mual
dan muntah
8. Anjurkan banyak minum.
9. Kolaborasi dalam pemberian cairan

Anda mungkin juga menyukai