Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK PADA LANSIA

OLEH

JOVI
PO.62.20.1.17.222

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAN SUMBER DAYA MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2020
I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi pada

lensa, denaturasi protein lensa atau dapat juga oleh kedua-duanya disebabkan

berbagai keadaan.

Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut yang

normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat juga timbul

pada saat kelahiran (Katarak Congenital). Katarak merupakan kekeruhan yang

terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan atau gangguan

penglihatan.

B. Klasifikasi

Berdasarkan garis besar, katarak dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Katarak perkembangan dan degenerative.

2. Katarak trauma , katarak yang terjadi akibat adanya trauma pada lensa

mata.

3. Katarak komplikasi adalah katarak yang disebabkan oleh penyakit tertentu

seperti penyakit DM.

Berdasarkan usia, katarak dibagi menjadi :

1. Katarak kongenital , katarak yang ditemukan semenjak bayi baru lahir.

2. Katarak Juvenil, katarak yang terjadi setelah usia 1 tahun - 30 tahun.

3. Katarak Presenil, katarak yang terjadi pada usia 30-40 tahun.

4. Katarak Senilis, katarak terjadi pada usia 40 tahun ke atas dan memiliki

tahapan sebagai berikut :


i. Katarak Insipien : stadium awal dari katarak senilis kekeruhan

lensa mata masih sangat minimal , dan tidak terlihat tenpa

menggunakan alat periksa.

ii. Katarak Immatur :sudah terdapat keruhan , namun masih ada

bagian lensa yang jernih.

iii. Katarak Matur : pada stadium ini terus berlangsung dan bertambah

menutupi lensa

iv. Katarak Hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah

merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan

pada struktur mata yang lainnya.

C. Etiologi

Katarak bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

1. Faktor Usia dan proses penuaan

2. Congiental atau keturunan

3. Faktor lingkungan seperti bahan kimia (terpapar radiasi )

4. Faktor traumatic atau cedera mata

5. Faktor penyakit lain seperti penyakit DM

6. Faktor penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang seperti

kortikosteroid dan penurun kolestrol

D. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah strukur posterior iris yang jernih, transparan.

Berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.


Perubahan fisik dan kimia pada lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,

perubahan dalam serabut halus multiple (Zonula) yang memanjang dari badan

silier ke sekitaran daerah luar lensa mata.

Perubahan kimia dalam protein lensa meyebabkan koagulasi, sehingga

mengkabutkan pandangan mata dengan menghambat jalan masuknya cahaya ke

retina, proses ini mematahkan serabut lensa yang tegagng dan menggangu tranmisi

sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peranan dalam

melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun sesuai dengan

bertambahnya usia seseorang.

Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau

komplikasi, tetapi paling sering diakibatkan oleh proses penuaan. Faktor yang

paling sering berperan dalam terjadinya katarak adalah sinar UV, obat-obatan,

alkohol, merokok, serta kekurangan asupan vitamin dan antioksidan yang kurang

dalam jangka panjang.


E. Pathway

Usia lanjut dan proses Traumatik atau cedera Penyakit metabolik


penuaan pada mata (misalnya DM)
Kongenital.

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat


kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple


(zunula) yg memanjang dari badan silier kesekitar daerah
lensa)

Hilangnya tranparansi lensa


Kurang terpapar
terhadap informasi
Resiko Cedera
tentang prosedur
Perubahan kimia dlm protein lensa
tindakan pembedahan

Gangguan koagulasi CEMAS


penerimaan
sensori/status
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai influks
air kedalam lensa
Menurunnya
ketajaman Tidak mengenal
Usia meningkat Kurang
penglihatan sumber informasi pengetahuan
Penurunan enzim menurun

Gangguan persepsi
sensori-perseptual Degenerasi pada lensa
Resiko Cedera
penglihatan
KATARAK

Mata ditutup beberapa hari dan


menggunakan kacamata
mengaburkan pandangan

prosedur invasif
Post op pengangkatan katarak

Resiko tinggi terhadap


Nyeri infeksi

F. Manifestasi Klinis

1. Klien melaporkan mengalami penurunan ketajaman penglihata dan silau,

serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan ketajaman

penglihatan.

2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat pada malam

hari.
3. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak

akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,

cahaya akan dipendarkan dan bukan ditransmisikan dengan tajam menjadi

bayangan terfokus pada retina. Hasilnya pandangan menjadi kabur dan

redup.

4. Pupil normalnya hitam akan tampak menajdi abu-abu atau putih.

Penglihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan-akan

bertambah putih.

5. Penglihatan tidak jelas, seperti ada kabut menghalangi objek penglihatan.

G. Komplikasi

1. Glaucoma

2. Uveitis

3. Kerusakan endotel kornea

4. Sumbatan pupil

5. Edema macula sistosoid

6. Endoftalmitis

7. Fistula luka operasi

8. Pelepasan koroid

9. Bleeding

H. Pemeriksaan penunjang

1. Snellen Chart test

2. Lapang Pandang

3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)

4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup

glukoma

5. Oftalmoskopi

6. Darah lengkap , LED : menunjukan anemi sistemik / infeksi

7. Tes tolerasi glukosa : control DM


8. Keratometri

9. Pemeriksaan lampu slit

10. USG Mata persiapan pembedahan katarak

I. Penatalaksanaan

1. Ekstraksi katarak ekstravaskular

2. Ekstarksi katarak intravaskular

3. Pengunaan kacamata Apikal

4. Pemakaian lensa kontak

5. Implan Lensa Intraokuler

6. Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang banyak

mengandung vitamin C, B2, Vit. A dan E, serta hindari terkena pancaran

sinar UV secara berlebihan


II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian katarak panda lansia meliputi

1. Data Klien

2. Keluhan

3. Riwayat penyakit (sekarang dan dahulu)

4. Pola aktivitas

5. Pemeriksaan Fisik

B. Analisa data

Analisa data Masalah Keperawatan


DS:
Klien mengatakan mengalami gangguan
penglihatan, seperti melihat kabut
DO: Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d
-Pada mata tampak terlihat seperti lender putih gangguang penglihatan akibat kekeruhan pada
menempel menutipi pupil lensa mata
-klien tampak kesusahan saat meraba sesuatu
dan susah saat disuruh membaca

DS :
Klien mengatakan takut dan khawatir kalau
harus dioperasi untuk membuang katarak.
DO : Ansietas b.d penatalaksanaan / tindakan
-Pasien tampak gelisah dan tegang pembedahan
-TD 150/100 mmHg
-Suara bergetar saat menyampaikan keluhan

DS :
Klien terus menanyakan masalah yang
dihadapinya
DO :
Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar
-Mengatakan penyakitnya diakibatkan karena
informasi mengenai katarak
melanggar adat didesanya
-Klien tidak dapat menjawab cara-cara
mencegah katarak

DS :
Klien mengatakan nyeri disekitar mata
DO :
-Klien tampak meringis
Nyeri akut b.d tindakan pembedahan
-TD 140/100 mmHg
-Skala nyeri 4 dari 10
-Klien tampak berusaha menahan nyeri

DS :
Klien mengatakan penglihatan berkurang,
seperti melihat kabut/ asap saat melihat sesuatu
DO : Resiko Cedera b.d berkurangnya fungsi
-Klien tampak susah saat berjalan, dengan penglihatan.
meraba-raba
-Objek yang diambil salah saat diberikan
instruksi
C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguang penglihatan akibat

kekeruhan pada lensa mata

2. Ansietas b.d penatalaksanaan / tindakan pembedahan

3. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai katarak

4. Nyeri akut b.d tindakan pembedahan

5. Resiko Cedera b.d berkurangnya fungsi penglihatan.

D. Skoring Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguang penglihatan akibat

kekeruhan pada lensa mata

N
Kriteria Bobot Penghitungan
O
Sifat Masalah:
-Ancaman Kesehatan (2) 2x 1
1. 1 =0,6
-Tidak/kurang sehat (3) 3
-Krisis yang dapat diketahui (1)
Kemungkinan masalah untuk
dirubah : 1x 2
2. -Dengan mudah (2) 2 =1
2
-Hanya sebagian (1)
-Tidak dapat (0)
Potensial masalah untuk dicegah
-Tinggi (3) 2x 1
3. 1 =0.6
-Cukup (2) 3
-Rendah (1)
Menonjolnya masalah :
-Masalah berat (2) 1x 1
4 1 =0,5
-Masalah tetap (1) 2
-Masalah tidak dirasakan (0)
Skor Total 2,7

2. Ansietas b.d penatalaksanaan / tindakan pembedahan

N
Kriteria Bobot Penghitungan
O
Sifat Masalah:
-Ancaman Kesehatan (2) 1x 1
1. 1 =0,3
-Tidak/kurang sehat (3) 3
-Krisis yang dapat diketahui (1)
Kemungkinan masalah untuk
dirubah : 1x 2
2. -Dengan mudah (2) 2 =1
2
-Hanya sebagian (1)
-Tidak dapat (0)
Potensial masalah untuk dicegah
-Tinggi (3) 3x 1
3. 1 =1
-Cukup (2) 3
-Rendah (1)
Menonjolnya masalah :
-Masalah berat (2) 0 x1
4 1 =0
-Masalah tetap (1) 2
-Masalah tidak dirasakan (0)
Skor Total 2,3
3. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai katarak

N
Kriteria Bobot Penghitungan
O
Sifat Masalah:
-Ancaman Kesehatan (2) 1x 1
1. 1 =0,3
-Tidak/kurang sehat (3) 3
-Krisis yang dapat diketahui (1)
Kemungkinan masalah untuk
dirubah : 2x 2
2. -Dengan mudah (2) 2 =0,5
2
-Hanya sebagian (1)
-Tidak dapat (0)
Potensial masalah untuk dicegah
-Tinggi (3) 3x 1
3. 1 =1
-Cukup (2) 3
-Rendah (1)
Menonjolnya masalah :
-Masalah berat (2) 0 x1
4 1 =0
-Masalah tetap (1) 2
-Masalah tidak dirasakan (0)
Skor Total 1,8

4. Nyeri akut b.d tindakan pembedahan

N
Kriteria Bobot Penghitungan
O
Sifat Masalah:
-Ancaman Kesehatan (2) 2x 1
1. 1 =0,6
-Tidak/kurang sehat (3) 3
-Krisis yang dapat diketahui (1)
Kemungkinan masalah untuk
dirubah : 1x 2
2. -Dengan mudah (2) 2 =1
2
-Hanya sebagian (1)
-Tidak dapat (0)
Potensial masalah untuk dicegah
-Tinggi (3) 1x 1
3. 1 =0,3
-Cukup (2) 3
-Rendah (1)
Menonjolnya masalah :
-Masalah berat (2) 1x 1
4 1 =0,5
-Masalah tetap (1) 2
-Masalah tidak dirasakan (0)
Skor Total 2,4

5. Resiko Cedera b.d berkurangnya fungsi penglihatan.

N
Kriteria Bobot Penghitungan
O
1. Sifat Masalah: 1 1x 1
=0,3
-Ancaman Kesehatan (2) 3
-Tidak/kurang sehat (3)
-Krisis yang dapat diketahui (1)
Kemungkinan masalah untuk
dirubah : 2x 2
2. -Dengan mudah (2) 2 =0,5
2
-Hanya sebagian (1)
-Tidak dapat (0)
Potensial masalah untuk dicegah
-Tinggi (3) 3x 1
3. 1 =1
-Cukup (2) 3
-Rendah (1)
Menonjolnya masalah :
-Masalah berat (2) 0 x1
4 1 =0
-Masalah tetap (1) 2
-Masalah tidak dirasakan (0)
Skor Total 1,8

E. Prioritas Masalah

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguang penglihatan akibat

kekeruhan pada lensa mata

2. Nyeri akut b.d tindakan pembedahan

3. Ansietas b.d penatalaksanaan / tindakan pembedahan

4. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai katarak

5. Resiko Cedera b.d berkurangnya fungsi penglihatan.

F. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil


No Tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan (Evaluasi)
1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan -Verbalisasi melihat -Anjurkan teknik perawatan
sensori penglihatan tindakan keperawatan dengan baik diri yang mudah.
b.d gangguang 1 x 24 Jam diharpakan -konsentrasi baik -Anjurkan melaksanakan
penglihatan akibat gangguan persepsi -berjalan baik tanpa aktivitas ditempat yang
kekeruhan pada sensori penglihatan meraba-raba terang
lensa mata dapat teratasi -tidak ada perilaku -Anjurkan klien untuk tidak
halusinasi melakukan pekerjaan tang
berbahaya seperti menuruni
tangga
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan -Tidak ada keluhan nyeri -identifikasi respon nyeri
tindakan tindakan keperawatan klien nonverbal
pembedahan 1x4 jam diharapkan -klien tampak tenang -berikan teknik relaksasi
nyeri akan berkurang -nadi 80-100x/m nafas dalam
sampai dengan hilang - TD 100-120 sistol -fasilitasi klien istirahat dan
80-100 diastol tidur.
-jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
3. Ansietas b.d Setelah dilakukan -Klien tampak tenang -Identifikasi kemampuan
penatalaksanaan / tindakan keperawatan -ketegangan otot klien mengambil keputusan
tindakan 2x30 menit berkurang -Ciptakan suasana terapeutik
pembedahan diharapkan kecemasan -Frekuensi nafas 18- untuk menumbuhkan
akan berkurang 24x/m kepercayaan
sampai dengan hilang -tidak ada keluhan -beritahukan dampak dari
pusing medikasi dan alternatife
- Frekuensi nadi 80- pengobatan lainnya.
100x/m -latih teknik relaksasi
4. Defisit Setelah dilakukan -Mampu menjelaskan -Indetifikasi kesiapan klien
Pengetahuan b.d tindakan keperawatan pengetahuan tentang menerina informasi
kurang terpapar 2x15 menit katarak kesehatan
informasi diharapakan -Klien mampu -sediakan materi tentang dan
mengenai katarak pengetahuan menggambarkan pendidikan kesehatan
bertambah dengan pengalaman tentang -Jadwalkan pendidikan
kriteria hasil katarak kesehatan sesuai kesepakatan
-dapat mengambil -berikan kesempatan klien
keputusan untuk untuk bertanya
medikasi
5. Resiko Cedera b.d Setelah dilakukan -ketegangan otot -Hilangkan bahaya
berkurangnya tindakan keperawatan berkurang keselamatan yang berpotensi
fungsi penglihatan. 1x24 jam cedera tidak -keseimbangan klien terjadi
terjadi dengan kriteria baik -Modifikasi lingkungan
hasil. -frekuensi nadi 80- untuk meminimalkan bahaya
100x/m dan resiko
-frekuensi nafas18- -Sediakan alat bantu
24x/m pengamanan seperti
-klien tidak mengalami peganggan pada dinding
jatuh -anjurkan klien
menggunakan alat bantu
tongkat

Palangka Raya, April 2020

Jovi
DAFTAR PUSTAKA

Mutiarasari, D., & Handayani, F. (2011). Katarak Juvenil. Inspirasi, 1(14).

NISWATIN, C. (2018). Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Masalah Keperawatan


Resiko Cedera Pada Lansia Yang Mengalami Katarak (Doctoral dissertation, Universitas
Airlangga).

SAFITRI, V. A. (2018). Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori: Penglihatan


Padapasien Katarak (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Sidarta Ilyas (2001). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta :PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai