Anda di halaman 1dari 44

ASKEP KLIEN GANGGUAN

KORNEA

Abror Shodiq
Anatomi Mata
KERATOKONUS
 Penyakit degeneratif yg menyebabkan penipisan dan protrusi
(menjulangnya) kornea ke depan yg menyebabkan kornea
berbentuk kerucut.

 Etiologi : belum pasti, dimungkinkan kecenderungan herediter dan


b.d sindrom down, dermatitis atopik dan retinitis pigmentosa.

 Gejalanya : penipisan kornea dan penonjolan bagian tengah kornea


ke depan disertai ruptur membran descemet dan pembentukan
jaringan parut yang superfisial di apeks kornea, pandangan kabur
b.d astigmatisme tidak stabil yg progresif akibat perubahan bentuk
kornea.

 Perubahan bentuk ini dibuktikan dengan distrorsi refleks kornea.


 Penonjolan kornea dapat menekan palpebra inferior jika melihat
kebawah. Awitan gejala : pada umur belasan dan progresi ± 30 an.
 Stlh beberapa tahun dapat timbul perforasi jika kornea sangat tipis.
DISTROFI
 Ditandai oleh deposisi substansi abnormal yg
menyebabkan perubahan pada struktur kornea.
 Distrofi kornea yg non inflamasi terjadi bilateral.
 Perjalanan progresif, lambat dan mulai pada umur
20-30 tahun. Ada yg timbul herediter, setelah
peradangan, idiopatik. Distrofi diklasifikasikan
menjadi epitelial, stomal atau endotelial, bergantung
pada lokasi anatomik deposit abnormal.
 Derajat penurunan visual bergantung pada jumlah
dan lokasi kegelapan stroma dan adanya bula. Infeksi
bersifat sekunder sampai dapat menimbulkan ulkus
kornea.
KERATITIS

 Keratitis adalah
inflamasi kornea akibat
infeksi atau iritasi.
 Ada 2 macam :
 Keratitis Pemajanan
 Keratitis Akantamuba
KERATITIS
Keratitis Pemajanan Keratitis akantamuba
 Infeksi akibat penutupan  Inflamasi akibat amuba yang

kornea oleh kelopak mata hidup di air, tanah dan udara.


atas yang tidak adekuat. Organisme ini dapat ditemukan
pada air suling yang
 Terjadi lebih sering pada klien terkontaminasi.
yang tidak dapat menutup  Bentuk keratitis ini meningkat
kelopak mata setelah stroke pada klien yang menyiapkan
atau selama koma, deformitas sendiri larutan salin dari air suling
palpebra karena trauma dan dan tablet garam untuk
paralisis nervus. membersihkan , desinfeksi dan
 Daerah-daerah kecil yang
menyimpan lensa kontak.
 Bisa terjadi pada bukan pemakai
agak cekung akan tampak lensa kontak setelah terpapar
pada permukaan kornea dan air/tanah tercemar. Gejala
disebut erosi epitelium awalnya rasa sakit, kemerahan
pungtata. Pengobatannya dan foto fobia. Pandanagn
bergantung pada penyebab. menjadi kabur jika bagian tengah
kornea terkena.
ULKUS KORNEA
 Adanya robekan pada epitel kornea yang utuh dapat
memberikan pintu masuk untuk bakteri, virus, jamur.
Integritas epitel kornea dapat dirusak oleh inflamasi,
kekeringan kornea dan cidera kimia/mekanis. Ulkus
dapat mengenai epitel, stroma atau endotel. Jika lesi
mencapai stroma ke dalam, proses penyembuhan
menjadi lambat dan menyebabkan terbentuknya jaringan
parut. Gejalanya, epifora, fotofobia, iritasi okuler.
 Pencegahannya dengan menggunakan kacamata, batasi
kortikosteroid, dan menutup kornea pada klien dengan
resiko.
ULKUS KORNEA
INTERVENSI BEDAH
 Terapi jaringan parut yang parah adalah
keratoplasty (transpalntasi kornea) yaitu
pengangkatan jaringan kornea klien dan
menggantinya dengan jaringan kornea dari
donor.
ASUHAN KEPERAWATAN
 Data demografi :  Riwayat Trauma
 Umur  Riwayat penglihatan.
 Jenis kelmain Pembedahan, kacamata,
lingkungan klien.
 Masalah kesehatan yang
meliputi
 Riwayat penyakit kornea.
Herpes simpleks yang sering
 Lokasi
kambuh?
 Kualitas
 Kuantitas
 Kondisi medis
 Waktu  Riwayat medikasi
 Setting  Pemeriksaan Fisik
 Faktor yang memperparah dan  Psikososial
mengurangi
 Manifestasi yang berhubungan.
Dx. Keperawatan
 Perubahan sensori/persepsi (visual) yg b.d berkurangnya kejernihan kornea
 Potensial cedera b.d penurunan lapang pandang (kesulitan dalam proses
informasi sensori dan dalam melihat lingkungan berbahaya).
 Nyeri b.d iritasi ujung saraf kornea
 Ansietas b.d potensial terganggunya pandangan dan kemungkinan
kegagalan untuk mendapatkan pandangan bermakna.
 Berduka adaptif b.d kehilangan pandangan aktual/potensial
 Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan kornea.
 Ketidak efektifan coping individu b.d kesulitan temporer/permanan dalam
mempertahankan peran keluarga dan komunitas.
 Isolasi sosial b.d ketakutan terjadi cedera, kengganan meninggalkan
lingkungan keluarga atau ketakutan terhadap keadaan yang memalukan.
 Defisit pengetahuan b.d benturan pengaruh penurunan pandangan
terhadap gaya hidup
 Gangguan pola tidur b.d ketidakmapuan untuk beristirahat akibat kebutuhan
penggunaan obat mata yg sering
 Defisit perawtan diri b.d penurunan pandangan.
ASKEP UVEA (UVEITIS)
Santi Damayanti
UVEITIS
 Istilah umum untuk penyakit inflamasi
pada traktus uveal.
 Diklasifikasikan menjadi uveitis
anterior dan uveitis posterior

UVEITIS ANTERIOR

 Meliputi : iritis, iridosiklitis, sikitis


 Penyebab : tidak diketahui, dpt
b.d alergen, jamur, bakteri, virus
/bahan kimia, trauma bedah
/kecelakaan.
 Gejala : nyeri periorbital,
lakrimasi, pandangan kabur &
fotofobia.
 Tanda : pupil kecil, ireguler,
nonreaktif thdp cahaya
disebabkan perlekatan iris &
lensa selama proses inflamasi. IRITIS
UVEITIS POSTERIOR
 Meliputi : retinitis, korioretinitis.
 Penyebab : infeksi seperti TBC, sifilis, toksoplasmosis
 Timbulnya gejala lambat, tersembunyi & lebih berbahaya.
 Gejala : penurunan pandangan akibat eksudasi cairan kaya
protein, fibrin dan sel-sel ke dalam rongga vitreus. Lokasi
dan luasnya gangguan visual bergantung pada ukuran dan
lokasi peradangan.
 Tanda : pupil kecil, ireguler, nonrekatif akibat perlekatan iris
pada lensa. Kekeruhan pada viterus yg terdiri atas fibrin dan
sel-sel radang terlihat sebagai titik2 hitam dengan latar
belakang merah pada fundus. Lesi korioretina tampak
sebagai area keabu-abuan pada permukaan retina.
ASKEP
 PENGAKAJIAN
 Mata merah, pupil menjadi kecil, terdapat eksudat
inflamasi.
 Jika inflamsi cukup berat akan nampak nanah di bilik
mata depan (hipopion) atau darah (hifema).
 Akibat eksudat inflamasi, pandangan klien menjadi
kabur juga adanya nyeri mata dan fotofobia.
Dx.Keperawatan
1. Perubahan sensori perseptual (visual) b.d
peradangan otot-otot akomodasi, kerusakan
media refrakta.
2. Takut/ansietas b.d berkuranya penglihatan
3. Nyeri b.d kontraksi iris yang meradang dan
edema iris. Gangguan istirahat/tidur b.d jadwal
medikasi yang sering.
ASKEP KLIEN
DENGAN KATARAK
Anatomi Mata

KATARAK
 Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yg mengubah
gambaran yg diproyeksikan pada retina.
 Merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap.
 Derajad disabilitas yg ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi
dan densitas keburaman.
 Intervensi diindikasikan jika visus menurun sampai batas klien tidak
dapat menerima perubahan dan merugikan atau mempengaruhi gaya
hidup klien.
 Katarak biasanya mempengaruhi kedua mata tetapi masing2
berkembang secara independen. Perkecualian katarak traumatik
biasanya unilateral kongenital biasanya stasioner.
 Tindakan operasi mengembalikan pandangan pada ± 95% klien. Tanpa
pembedahan katarak yang terjadi dapat menyebabkan kehilangan
pandangan komplet. Katarak terbagi menjadi 2 jenis menurut
perkembangan (katarak kongenital) dan menurut proses degeneratif
(katarak primer dan katarak komplikata).
 Orang katarak
seperti melihat
dari balik air terjun
KATARAK KONGENITAL
 Kekeruhan pd lensa yg timbul pada saat pembentukan
lensa.
 Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini
sering ditemukan pada bayi yg dilahirkan oleh ibu yang
menderita rubella ,DM, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme,
galaktosemia.
 Ada pula yg menyertai kalainan bawaan pada mata itu
sendiri seperti mikroftalmus, anirisia, keratokonus, ektopia
lentis, megalokornea.
 Kekeruhan dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialodea yg
persisten, katarak polaris anterior, posterior, katarak aksialis,
katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis dan katarak
kongenital membranosa.
KATARAK PRIMER
 Katarak primer, menurut STADIUM INSIPIEN
umur ada 3 golongan  Jenis katarak paling
yaitu : dini
 Katarak juvenelis  Visus belum terganggu,
 Katarak presenilis
dengan koreksi masih
 Katarak senilis bisa
 Katarak primer dibagi 4  Kekeruhan terutama
stadium : terdapat pada bagian
 Stadium insipien perifer berupa bercak-
 Stadium imatur bercak seperti jari-jari
 Stadium matur roda.
 Stadium hipermatur
Gb. Katarak senilis
Katarak Imatur
 Kekeruhan belum mengenai seluruh
lapisan lensa, terutama terdapat
dibagian posterior dan bagian
belakang nukleus lensa.
 Saat ini mungkin terjadi hidrasi
korteks yang menyebabkan lensa
menjadi cembung sehingga indeks
refraksi berubah dan mata menjadi
miopia.
 Keadaan ini sering disebut
intumesensi. Cembungnya lensa
akan mendorong iris ke depan,
menyebabkan sudut bilik mata depan
menjadi sempit dan menimbulkan
komplikasi glakukoma.
Stadium Matur
 Pada stadium ini terjadi
pengeluaran air
sehingga lensa akan
berukuran normal
kembali. Saat ini lensa
keruh seluruhnya
sehingga semua sinar
yang masuk pupil
dipantulkan kembali.
 Dipupil tampak lensa
seperti mutiara.
Katarak Hipermatur
 Korteks lensa yg seperti bubur
telah mencair sehingga nukleus
lensa turun karena daya beratnya.
Melalui, nukleus terbayang sebagai
setengah lingkaran dibagian bawah
dengan warna berbeda dari
atasnya yaitu kecoklatan. Saat ini
juga terjadi kerusakan kapsul lensa
yang menjadi lebih permeabel
sehingga isi korteks dapat keluar
dan lensa menjadi kempis yang
dibawahnya terdapat nukleus
lensa. Keadaan ini disebut katarak
morgagni.
 Terdapat tanda penyulit :
 Kornea keruh
 Pupil lebar
KATARAK KOMPLIKATA
 Terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari
penyakit lain. Penyebab katarak jenis ini adalah :
 Gangguan okuler : karena retinitis pigmentosa, glaukoma,
ablasio retina yg sudah lama, uveitis, miopia maligna.
 Gangguan sistemik : DM, hipoparatiroid, sindrom Down,
dermatitis atopik
 Trauma : sinar x, radioaktif terpajan matahari, toksik
kimia.
 Merokok meningkatkan resiko berkembangnya
katarak, demikian pula dengan peminum berat.
Kadang2 katarak terjadi lagi setelah operasi jika
kapsul lensa ditinggalkan utuh selama operasi
katarak.
Penderita Katarak sering merasa
silau siang hari terik atau malam
hari bila terkena cahaya lampu
dan nyaman pada kondisi remang-
remang misalnya sore hari
Tetap mengeluh kabur
walau sudah berulang kali
ganti kaca mata
Penurunan Ketajaman Penglihatan
Sehat Katarak
Bagaimana Mengobati
Katarak?

 Non Operatif (bila pasien menolak operatif)


1. Tetes mata (mis. Katarlen)
2. Tablet yang terbukti mengurangi risiko
diperlukannya operasi katarak

 Operatif
 Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler
 Fakoemulsifikasi
ASKEP
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
 Mengeluh penurunan pandangan
 Umur
bertahap
 Riwayat trauma  Pandangan kabur, berkabut,
 Riwayat pekerjaan atau pandangan ganda
 Riawayat penyakit  Melaporkan melihat glare/halo
disekitar sinar lampu saat
 Riwayat penggunaan obat- berkendaraan di malam hari.
obatan  Warna menjadi kabur atau
kecoklatan
 Inspeksi dengan penlight
menunjukkan pupil putih susu
dan pada katarak lanjut terdapat
area putih keabu-abuan
dibelakang pupil.
Dx KEPERAWATAN
 Perubahan sensori perseptual (visual) b.d kekeruhan pada lensa
 Takut b.d kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan, atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan
 Resiko cedera b.d komplikasi pasca operasi seperti perdarahan, dan peningkatan TIO.
 Resiko cedera b.d penurunan visus, umur atau berada pada lingkungan yang tidak dikenal
 Isolasi sosial b.d penurunan tajam penglihatan, takut cedera, penurunan kemampuan mengendalikan komunitas atau
takut malu
 Defisit perawatan diri b.d kelemahan visual, ketidakmampuan akibat pasca operasi.
 Defisit pengetahuan b.d terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi informasi yg sudah didapat sebelumnya.
 Hambatan manajemen pemeliharaan rumah b.d umur, terbatasnya pandangan, atau pembatasan aktivitas akibat
pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai