Anda di halaman 1dari 8

[Case Report]

SEORANG LAKI-LAKI 23 TAHUN DENGAN


KERATITIS: LAPORAN KASUS

A 23-Year-Old Man with Keratitis: Case Report

Poetrie Wulandari Ruswandi1, Ida Nugrahani2


1
Departemen Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Departemen Ilmu Penyakit Mata, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar
Korespondensi: Poetrie Wulandari Ruswandi. Alamat email: poetriewulandari@gmail.com
ABSTRAK
Keratitis ialah peradangan pada kornea. Gejala patognomik dari keratitis ialah
terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan
diagnosis dan pengobatan keratitis. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya keratitis, salah
satunya dari usia dan pekerjaan. Keratitis dapat menyerang semua usia tetapi lebih sering pada
dewasa. Pada kasus ini, pasien laki-laki 23 tahun, dengan keluhan utama rasa mengganjal di mata
kiri disertai dengan mata berair, silau, ngeres seperti berpasir saat berkedip, dan penglihatan kabur.
Keluhan dirasa sudah 5 hari sebelum datang ke poli mata RSUD Karanganyar. Pemeriksaan status
lokalis pada mata tampak infilrat di korena pada mata kiri. Dari anamnesis dan pemeriksaan mata
didapatkan diagnosis keratitis. Terapi pada pasien ini diberikan antibiotik C. Floxa tetes mata,
pengganti air mata. C. Lyteers tetes mata, dan obat oral NSAID dengan natrium diklofenak.
Keratitis yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen
hingga kebutaan.
Kata Kunci: Keratitis, Inflamasi, Infiltrat
ABSTRACT
Keratitis is inflammation of the cornea. The pathognomic symptom of keratitis is the
presence of an infiltrate in the cornea. The infiltrate can be present throughout the corneal layer,
and establishes the diagnosis and treatment of keratitis. Many factors influence the occurrence of
keratitis, one of which is age and occupation. Keratitis can affect all ages but is more common in
adults. In this case, the patient was a 23-year-old male, with the chief complaint of a lump in the
left eye accompanied by watery eyes, glare, gritty like grit when blinking, and blurred vision. The
complaint was felt 5 days before coming to the eye clinic at Karanganyar Hospital. Examination
of the local status of the eye showed an infiltrate in the cornea in the left eye. From the history
and eye examination, the diagnosis of keratitis was obtained. Therapy in this patient was given
antibiotic C. Floxa eye drops, tear replacement C. Lyteers eye drops, and oral NSAID with
sodium diclofenac. Keratitis that is not treated properly can cause permanent visual impairment
to blindness.
Keywords: Keratitis, Inflammation, Infiltrate

PENDAHULUAN media refraksi. Kornea terdiri dari

Kornea merupakan suatu beberapa lapisan, yaitu epitel, lapisan

struktur transparan dari mata yang Bowman, stroma, membran descemet,

memiliki peran utama dalam proses dan endotel. Inflamasi pada masing-

79
ISSN: 2721-2882
masing lapisan kornea yang berbeda bowman dengan infiltrat berbentuk

menghasilkan gejala yang berbeda. bercak-bercak halus. Keratitis pungtata

Inflamasi pada lapisan epitel akan disebabkan oleh hal-hal yang tidak

menghasilkan gejala defek yang terlihat spesifik dan dapat terjadi pada

pada pemeriksaan fluorescein, moluskum kontangiosum, akne rosasea,

sedangkan inflamasi pada lapisan herpes zoster, herpes simpleks,

stroma akan menghasilkan infiltrat blefaritis, keratitis neuroparalitik,

(Kanski and Bowling, 2016). infeksi virus, dry eye, trauma radiasi,

Keratitis adalah suatu lagoftalmus dan keracunan obat.

peradangan kornea yang disebabkan Keratitis pungtata sangat sering

oleh bakteri, virus, dan jamur. Keratitis ditemukan mengingat etiologi dari

dapat diklasifikasikan berdasarkan lapis penyakit ini berasal dari berbagai faktor

kornea yang terkena seperti keratitis eksogen seperti benda asing pada

superficial dan profunda, atau bagian dalam palpebra, lensa kontak,

berdasarkan penyebabnya, yaitu asap dan lain-lain (Ilyas and Yulianti,

keratitis karena berkurangnya sekresi 2015). Keratitis pungtata memberikan

air mata, keratitis karena keracunan gambaran seperti infilrat halus pada

obat, keratitis reaksi alergi, infeksi, permukaan kornea. Penyakit ini pun

reaksi kekebalan, reaksi terhadap dapat berupa gejala sekunder dari

konjungtivitis menahun. Keratitis akan keratitis jenis lain dan dapat disebabkan

memberikan gejala mata merah, rasa oleh faktor endogen yaitu Thygeson

silau dan merasa kelilipan. disease (Priyadarshini et al., 2021).

Keratitis pungtata merupakan Di Negara-negara dengan iklim

keratitis yang terkumpul di daerah tropis, angka kejadian keratitis

80
ISSN: 2721-2882
menunjukkan perbedaan geografis pada berusia 23 tahun datang ke poliklinik

setiap insidennya. Sehingga cakupan mata RSUD Karanganyar pada

keratitis sangat bervariasi sesuai tanggal 21 April 2022 dengan

dengan lokasi geografis yang keluhan rasa mengganjal di mata

dipengamhi oleh iklim lokal dan faktor sejak 5 hari yang lalu. Keluhan

resiko pekerjaan. dirasakan pada mata kiri, disertai

Angka kejadian keratitis sangat dengan mata berair, silau, ngeres

bervariasi antara Negara-negara barat seperti berpasir saat berkedip, dan

dan Negara-negara berkembang. penglihatan kabur. Pasien

Negara-negara industri yang lebih mengatakan sudah menggunakan obat

sedikit jumlahnya memiliki angka tetes mata Cendo Xitrol namun belum

pengguna lensa kontak yang tidak ada perbaikan. Riwayat mata merah

banyak, karenanya hanya terjadi dan perih diakui, riwayat penggunaan

beberapa insiden infeksi yang kacamata karena miopi diakui.

berhubungan dengan lensa kontak. Pada pemeriksaan status

Pada tahun 2016 telah dilaporkan oftalmologi menunjukkan VOD 6/6

bahwa lebih dari 41 juta pengguna dengan kacamata sendiri dan VOS

lensa kontak di Amerika Serikat yang 6/15 dengan kacamata sendiri lalu

melaporkan polaperilaku penggunaan dengan pinhole menjadi 6/6. Pada

lensa kontak yang menempatkan pemeriksaan segmen anterior okuli

mereka pada risiko mengalami infeksi sinistra didapatkan palpebra superior

mata (Ibrahim et al., 2018). et inferior tenang. Konjungtiva

LAPORAN KASUS palpebra superior dan inferior tenang.

Seorang laki-laki, Tn. W, Konjungtiva bulbi tenang. Kornea

81
ISSN: 2721-2882
didapatkan infiltrate (+) punctata. Floxa sebanyak 1 tetes per 2 jam pada

Kamera okuli anterior atau COA mata kiri, C. Lyteers sebanyak 1 tetes

didapatkan jernih dan dalam. Iris per 2 jam pada mata kiri, dan obat oral

didapatkan warna cokelat tua. Pupil berupa natrium diklofenak tablet 50 mg

bulat, letak di tengah dengan diameter diminum sebanyak 1 tablet pada pagi

3 mm, reflek cahaya +/+. Lensa hari dan malam hari 2 jam setelah

jernih. Palpasi tekanan intraocular makan. Pasien dianjurkan kontrol

normal. Pemeriksaan segmen anterior kembali pada satu minggu setelah

okuli dextra dalam batas normal. kunjungan pertama ke poliklinik.

Prognosis pada pasien ini adalah ad

vitam bonam, ad visam bonam, ad

fungsionam bonam, ad cosmeticam

bonam.

PEMBAHASAN

Pada pasien ini ditegakan


Gambar 1. Foto penampakan oculi
sinistra pasien Tn. W diagnosis sebagai keratitis berdasarkan

anamnesis di dapatkan keluhan utama


Berdasarkan anamnesis dan
rasa mengganjal di mata disertai mata
pemeriksaan fisik, diagnosis kerja
berair, silau, ngeres seperti bepasir saat
pasien adalah OS keratitis, dan ODS
berkedip, dan penglihatan kabur. Pada
miopi. Selanjutnya, pasien diberikan
pemeriksaan fisik okuli sinistra di
terapi medikamentosa. Untuk
dapatkan infilrat pada kornea, okuli
mengurangi gejala simptomatis pada
dekstra dalam batas normal.
pasien diberikan tetes mata yaitu C.
Pada anamnesis pasien, bisa

82
ISSN: 2721-2882
didapatkan beberapa gejala klinis pada Yulianti, 2015).

pasien yang terkait dengan perjalanan Pada keratitis pungtata superficial

penyakit keratitis pungtata superficial. didapatkan lesi kornea berupa lesi

Pasien dapat timbul trias keluhan epithelia multiple sebanyak 1-50 lesi

keratitis yaitu gejala mata merah, rasa (rata-rata sekitar 20 lesi didapatkan). lesi

silau (otofobia), dan merasa kelilipan epithelia yang didapatkan pada keratitis

(blefarospasme). Keluhan lain yang pungtata superficial berupa kumpulan

disertai seperti rasa nyeri, pengeluaran bintik-bintik kelabu yang berbentuk oval

air mata berlebihan, penurunan visus, atau bulat dan cenderung berakumulasi di

sensasi benda asing, rasa panas, dan daerah pupil. Opasitas pada kornea

iritasi okuler. Oleh karena kornea tersebut tidak tampak apabila di inspeksi

memiliki banyak serat-serat saraf, secara langsung, tetapi dapat dilihat

kebanyakan lesi kornea baik superficial dengan slit lamp ataupun loup setelah

ataupun profunda, dapat menyebabkan diberi flouresent (Ilyas and Yulianti,

nyeri dan fotofobia. Nyeri pada keratitis 2015).

diperparah dengan pergerakan dari Flouresein adalah pewarna

palpebra (umumnya palpebra superior) khusus yang dipakai untuk memulas

terhadap kornea dan biasanya menetap kornea dan menonjolkan setiap

hingga terjadi penyembuhan karena ketidakteraturan pada permukaan

kornea bersifat sebagai jendela mata dan epitelnya. Fluoresein topikal merupakan

merefraksikan cahaya, lesi kornea larutan pewarna water-soluble yang non-

seringkali mengakibatkan penglihatan toksik dan tersedia dalam berbagai

menjadi kabur, terutama ketika lesinya bentuk, contohnya disertai dengan obat

berada di bagian sentral (Ilyas and anestetik (benoxinate or propracaine)

83
ISSN: 2721-2882
atau dengan antiseptik (povidone iodine). tidak memperberat destruksi kornea,

secarik kertas steril dengan fluoresein mempercepat penyembuhan defek epitel,

dibasahi dengan saline steril atau mengatasi komplikasi, serta memperbaiki

anestetik lokal dan ditempelkan pada ketajaman penglihatan. Pengobatan yang

permukaan dalam palpebra inferior untuk diberikan pada kasus ini adalah C. Floxa

memindahkan pewarna kekuningan itu ED yang mengandung antibiotik

ke dalam lapis air mata. ofloxacin golongan kuinolon yang

Pemeriksaan flouresein ini digunakan untuk mengobati infeksi

merupakan pemeriksaan yang dibutuhkan bakteri pada mata seperti mata merah

dalam mengevaluasi kelainan di kornea. akibat peradangan, mata terasa berpasir

Larutan flouresein diteteskan pada mata dan mungkin mengeluarkan lebih banyak

dan mata diperiksa dengan menggunakan air dari biasanya. Antibiotik dari

slit lamp ataupun dengan iluminasi golongan ini umumnya mampu

terang dan melihat menggunakan loup. mengatasi sebagian besar bakteri gram

Hal tersebut dapat memberikan positif dan bakteri gram-negatif

gambaran defek epithelial. Pola distribusi anaerobik, oleh karena ini antibiotik ini

flouresein yang spesifik dapat sebagai menjadi drug of choice untuk keratitis

informasi yang berguna dalam bakterial. Pasien juga diberikan obat

menegakkan kemungkinan etiologi dan minum natrium diklofenak tab yang

keratitis pungtata superfisial (Pflugfelder merupakan golongan obat anti-inflamasi

et alS, 2004) non-steroid (NSAID) untuk meredakan

Tujuan penatalaksanaan keratitis nyeri. C. Lyteers ED mengandung

adalah mengeradikasi penyebab keratitis, sodium chloride dan potassium chloride

menekan reaksi peradangan sehingga yang digunakan untuk melumasi serta

84
ISSN: 2721-2882
menyejukkan pada mata kering akibat mata karena timbul hubungan langsung

kekurangan sekresi air mata atau iritasi dengan dunia luar sehingga kuman lebih

karena kondisi lingkungan, penggunaan mudah masuk dan menyebabkan

contact lens dan terdapat lendir berlebih endoftalmitis atau panoftalmitis. Iris

pada mata. dapat menonjol keluar melalui perforasi

Keratitis yang tidak ditangani dan terjadi prolaps iris. TIO juga akan

dengan baik dapat menyebabkan menurun.

komplikasi seperti peradangan kornea KESIMPULAN

kronis, timbulnya jaringan sikatrik, Kasus ini menggambarkan

infeksi virus kronis atau berulang pada kondisi pasien keratitis. Keratitis adalah

kornea, ulkus kornea, penurunan tajam radang pada kornea atau infiltrasi sel

penglihatan yang bersifat sementara atau radang pada kornea yang akan

bahkan bisa permanen, dan berakhir pada mengakibatkan kornea menjadi keruh

kebutaan (Yanoff and Jay, 2019) sehingga tajam penglihatan menurun.

Bila peradangan hanya Prognosis visual keratitis bergantung

dipermukaan saja dengan pengobatan pada beberapa faktor, seperti jenis

yang baik dapat sembuh tanpa jaringan keratitis yang dialami, virulensi

parut. Bila peradangan dalam organisme etiologi, tingkat keparahan

penyembuhan berakhir dengan penyakit, serta penanganan yang efektif.

pembentukan sikatrik yang dapat berupa Keratitis yang tidak ditangani dengan

nebula, makula, leukoma, leukoma baik dapat menyebabkan gangguan

adherens dan stafiloma kornea. Bila penglihatan permanen hingga kebutaan.

ulkus lebih dalam dapat terjadi perforasi. DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, N. K. et al. (2018) ‘Prevalence,


Adanya perforasi dapat membahayakan
Habits and Outcomes of Using

85
ISSN: 2721-2882
Contact Lenses among Medical
Students.’, Pakistan Journal of
Medical Sciences, 34(6), pp. 1429–
34.

Ilyas, S. and Yulianti, S. R. (2015) Ilmu


Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta:
Badan Penerbit FK UI.

Kanski, J. J. and Bowling, B. (2016) Clinical


Opthalmology. Edisi 9. London:
Butterworth Heinemann Elservier.

Pflugfelder, S. C., Beuerman, R. W. and


Stern, M. E. (2004) Dry Eye and
Ocular Surface Disorders. New
York, USA: Marcel Dekker, Inc.

Priyadarshini, S. R., Roy, A. and Das, S.


(2021) ‘Thygeson’s Superficial
Punctate Keratopathy: A Review and
Case Series.’, Indian Journal of
Ophthalmology, 69(4), pp. 806–811.
doi:
https://doi.org/10.4103/ijo.IJO_1624
_20.

Yanoff, M. and Jay, D. (2019)


‘Opthalmology’, in Opthamology.
Edisi 5. Elsevier.

86
ISSN: 2721-2882

Anda mungkin juga menyukai