Anda di halaman 1dari 20

KERATOKONJUNGTIVITIS

Oleh: Azhar Arrosyid


Preceptor: dr. M. Faisal L. Sp. M

LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
: Ny. Willy Wilastri
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur
: 42 tahun
Alamat
: Sambek 5/5 Wonosobo
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Menikah
No. RM
: 458207
Tgl Kunjungan RS : 27 Oktober 2014

Anamnesis
Keluhan Utama
Mata kanan terasa nyeri.
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Wonosobo
dengan keluhan mata kanan nyeri setelah kelilipan tiga hari
yang lalu. Keluhan dirasa terus-menerus. Pasien juga
mengeluh adanya pandangan kabur, mata terasamengganjal,
mata merah, silau jika terkena sinar/cahaya, nerocos, dan
kotoran mata berlebih. Pasien juga mengeluh nyeri kepala
sebelah kanan, nyeri terasa nyut-nyutan dan hilang timbul tak
tentu waktu. Pasien mengaku sudah meminum obat yang
dibeli di warung namun keluhan belum berkurang. Mata kiri
pasien terasa normal.

Cont
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
pasien. Penyakit dan gangguan penglihatan
sebelumnya disangkal pasien. Riwayat alergi (+)
jika terkena debu, riwayat asma disangkal. Selain
itu, pasien menyangkal mempunyai penyakit
kronik dan sistemik sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan
serupa dan riwayat alergi.

Cont
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan Umum : Baik
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan

OD

OS

Inspeksi

Berair (+), sekret

Berair (-), sekret kental

kental (+), kotoran

(-), kotoran mata (-)

Visus jauh

mata (+)
3/60

5/8

Refraksi

Koreksi

Visus dekat

Proyeksi sinar

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Persepsi warna

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan
Sekitar Mata

Supercilia dan cilia

OD

OS

Simetris, distribusi

Simetris, distribusi

merata

merata

Normal

Normal

Edema (+)

Edema (-)

Normal

Normal

Palpebra

Gerakan

Margo

superior

dan

inferior
Gerakan Bola Mata
Konjungtiva

Palpebra superior

Cobblestone (-)

Cobblestone (-)

Palpebra inferior

Cobblestone (-)

Cobblestone (-)

Bulbi

Hiperemis (+)

Hiperemis (-)

Hiperemis (+)
Sklera

Warna

Putih

Putih

Cont
Kornea

Kejernihan

Keruh

Jernih

Sikatrik

Tidak ada

Tidak ada

COA

Jernih

Jernih

Pupil

Bulat, d : 3 mm, RC (+)

Bulat, d : 3 mm, RC (+)

Normal

Normal

Jernih

Jernih

Normal

Normal

Kornea tampak keruh

Normal

Iris
Lensa
Tekanan Bola Mata (digital)
Slit lamp

Tampak sekret warna putih kecil

Diagnosis Banding
Keratokonjungtivitis
Uveitis akut
Glaucoma akut
Diagnosis Kerja
Keratokonjungtivitis Oculi dextra

Penatalaksanaan
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Asam Mefenamat tab 3 x 500 mg
Vit A 6000 IU tab 2 x 1 tab
C. Giflox ed 6dd gtt II
C. Lyteers ed 6dd gtt II
C. Gentamycin zalp I dd OD
Prognosis
Dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Keratokonjungtivitis adalah peradangan dari
kornea dan konjungtiva. Ketika hanya kornea
yang meradang, hal ini disebut keratitis. Ketika
hanya konjungtiva yang meradang, ini disebut
konjungtivitis.

Anatomi dan Fisiologi


Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang merupakan selaput bening mata
yang tembus cahaya dan menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari
5 lapisan. lapisan tersebut antara lain lapisan epitel (yang bersambung
dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran
Descement dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea disebut
limbus kornea. Kornea juga merupakan lensa cembung dengan kekuatan
refraksi sebesar + 43 dioptri.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran
bowman melepaskan selubung schwannya. Bulbus krause untuk sensasi
dingin ditemukan diantaranya. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di
daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Sumber nutrisi kornea adalah
pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquos dan air mata. Kornea
superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.
Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya yang seragam,
avaskularitas dan deturgensinya.

Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan
tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan
dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga
bagian:
1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior
dari palpebra).
2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan
anterior bola mata).
3. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk
hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata)

Etiologi
Konjungtivitis dapat diakibatkan oleh virus, bakteri, fungal,
parasit, toksik, chlamydia, kimia dan agen alergik. Konjungtivitis
viral lebih sering terjadi daripada konjungtivitis bakterial.
Insidensi konjungtivitis meningkat pada awal musim semi.
Etiologi konjungtivitis dapat diketahui berdasarkan klinis pasien.
Pada tingkat seluler terdapat infiltrat seluler dan eksudat pada
konjungtiva. Etiologi keratitis superfisial antara lain adalah infeksi
(bakteri, viral, dan fungal), degeneratif (dry eye, defek neurotropik
atau berhubungan dengan penyakit sistemik), toksik dan alergi.
Morfologi dan distribusi lesi pada kornea dapat membantu
mengetahui penyebab keratitis. Ada beberapa penyebab potensial
keratokonjungtivitis yaitu kekeringan, infeksi virus, manifestasi
dari atopi atau allergen maupun trauma mekanik.

Gejala
Glaukoma akut Uveitis akut
subyektif dan
obyektif
PenurunanVisus
+++
+/++

Diagnosis

Nyeri

Keratitis

K Bakteri

K. virus

K. alergi

+++

++/+++

++

++

Fotofobia

+++

+++

Halo

++

Eksudat

-/++

+++

++

Gatal

++

Demam

-/++

Injeksi siliar

++

+++

Injeksi
konjungtiva
Kekeruhan
kornea
Kelainan pupil

++

++

++

+++

++

+++

+/++

-/+

Midriasis
nonrekatif
Dangkal

Miosis iregular

Normal/
miosis
N

Tinggi

Rendah

++/+++

++

Kedalaman
COA
Tekanan
intraokular
Sekret
Kelenjar
preaurikular

Penatalaksanaan
Masing-masing jenis konjungtiva memberikan gejala klinis yang berbeda.
Penatalaksanaan keratokonjungtivitis tergantung pada berat ringannya gejala
klinik.
Pada kasus ringan sampai sedang, cukup diberikan obat tetes mata tergantung
jenis penyebabnya seperti pada KKV dapat diberikan anti histamin topikal dan
dapat ditambahkan vasokontriktor, kemudian dilanjutkan dengan stabilasator
sel mast. Pada kasus yang berat dapat dikombinasi dalam pengobatannya
ataupun dilakukan pembedahan.
Pada konjungtivitis virus yang merupakan self limiting disease penanganan
yang diberikan bersifat simtomatik serta dapat pula diberikan antibiotic tetes
mata (chloramfenikol) untuk mencegah infeksi bakteri sekunder. Steroid tetes
mata dapat diberikan jika terdapat lesi epithelial kornea, namun pemberian
steroid hanya berdasarkan pengawasan dokter spesialis mata karena bahaya
efek sampingnya cukup besar bila digunakan berkepanjangan, antara lain
infeksi fungal sekunder, katarak maupun glaucoma.

Penanganan primer keratokonjungtivitis epidemika ialah dengan kompres


dingin dan menggunakan tetes mata astrigen. Agen antivirus tidak efektif.
Antibiotic topical bermanfaat untuk mencegah infeksi sekunder. Steroid
topical 3 kali sehari akan menghambat terjadinya infiltrate kornea subepitel
atau jika terdapat kekeruhan pada kornea yang mengakibatkan penurunan
visus yang berat, namun pemakaian berkepanjangan akan mengakibatkan
sakit mata yang berkelanjutan. Pemakaian steroid harus di tapering off
setelah pemakaian lebih dari 1 minggu.
Penanganan konjungtivitis bakteri ialah dengan antibiotika topical tetes
mata (misalnya kloramfenikol) yang harus diberikan setiap 2 jam dalam 24
jam pertama untuk mempercepat proses penyembuhan, kemudian
dikurangi menjadi setiap empat jam pada hari berikutnya. Penggunaan
salep mata pada malam hari akan mengurangi kekakuan pada kelopak mata
di pagi hari. Antibiotik lainnya yang dapat dipilih untuk gram negative ialah
tobramisin, gentamisin dan polimiksin; sedangkan untuk gram positif
icefazolin, vancomysin dan basitrasin.
Penanganan infeksi jamur ialah dengan natamisin 5 % setiap 1-2 jam saat
bangun, atau dapat pula diberikan pilihan antijamur lainnya yaitu
mikonazol, amfoterisin, nistatin dan lain-lain.

Prognosis
Prognosis pada kasus keratokonjungtivitis
tergantung pada berat ringannya gejala klinis
yang dirasakan pasien, namun umumnya baik
terutama pada kasus yang tidak terjadi parut
atau vaskularisasi pada kornea.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN


Beradasarkan hasil anamnesa diperoleh kombinasi gejala dan tanda pada
penyakit konjungtivitis dan keratitis sehingga pasien ini didiagnosis dengan
keratokonjungtivitis. Gejala dan tanda konjungtivitis pada pasien ini antara
lain mata merah, terasa seperti ada yang mengganjal serta adanya
sekret/kotoran mata. Selain itu bukti keterlibatan kornea ialah adanya
keluhan penglihatan yang menjadi kabur dan rasa nyeri yang dirasakan
seperti ada benda asing.
Pada literatur disebutkan bahwa pemeriksaan penunjang untuk kelainan
mata luar dengan pemeriksaan biomikroskop (slitlamp) dengan atau tanpa
pewarnaan fluoresein juga dapat dilakukan. Pemeriksaan dengan mata
telanjang tidak akan memperlihatkan kekeruhan kornea, namun
penggunaan slitlamp akan tampak adanya kekeruhan pada kornea baik
berupa gambaran infiltrat seperti titik putih kecil atau becabang, bentuk
dan lokasi lainnya. Pada pasien ini ditemukan adanya gambaran infiltrat
dan sekret.

Meskipun melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat diperkirakan


etiologi keratokonjungtivitis, pemeriksaan penunjang lain seperti
hapusan dari konjungtiva maupun kornea juga dapat dilakukan guna
penegakan diagnosis. Dengan melakukan apusan serta pewarnaan
untuk menemukan beberapa gambaran berupa sel-sel yang khas
ditemukan pada masing-masing kasus keratokonjungtivitis.
Penatalaksanaan keratokonjungtivitis disesuaikan dengan etiologinya.
Pada kasus ini diberikan medikamentosa meliputi Ciprofloxacin tab 2 x
500 mg, Asam Mefenamat tab 3 x 500 mg, Vit A 6000 IU tab 2 x 1 tab,
C. Giflox ed 6dd gtt II, C. Lyteers ed 6dd gtt II, C. Gentamycin zalp I dd
OD. Pada kasus ini diagnosis mengarah ke keratokonjungtivitis bakteri
sehingga diberikan antibiotik oral dan topikal. Analgetik asam
mefenamat yang merupakan golongan NSAID dapat diberikan untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.

Edukasi yang diberikan ialah menggunakan pelindung


mata seperti kacamata untuk menghindari mata dari
pajanan luar. Jangan mengusap atau menggaruk mata
karena dapat memperburuk kondisi peradangan pada
mata. Membudayakan cuci tangan dan perbaikan higiene
agar mencegah infeksi ulang maupun sekunder serta
mencegah penularan. Selain itu melakukan pengobatan
sesuai yang dianjurkan dan kembali kontrol 1 minggu
kemudian untuk memantau kemajuan maupun respon
penyakit terhadap terapi yang diberikan serta
mengontrol efek samping obat yang mungkin timbul.

Anda mungkin juga menyukai