Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KASUS

OS ULKUS KORNEA CUM HIPOPION


OD NEVUS

Disusun oleh:
Annisa Aprianti
1710221045

Pembimbing:
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M.
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M.
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. H
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 25 tahun
• Pekerjaan : Karyawan PLN
• Alamat : Secang, Magelang
• Tanggal pemeriksaan : 31 Mei 2018

Keluhan utama : pasien mengeluh mata kiri merah


Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke poli mata RST dr Soedjono dengan
keluhan mata kiri merah sejak 6 hari yang lalu. keluhan
tersebut disertai dengan nyeri,gatal dan mata kiri berair.
Keluhan dirasakan pasien setelah pasien bekerja
mengerjakan proyek listrik di lapangan saat erupsi
gunung merapi mengenai Magelang, kemudian pasien
mengucek mata kiri dan membilasnya menggunakan air
bersih untuk mengurangi rasa nyeri dan gatal, namun
keluhan tidak berkurang dan mata pasien merah, silau
dan lama kelamaan kabur.
• Kemudian timbul putih-putih dimata pasien dan
mata pasien mulai semakin kabur dan semakin
merah. Pasien juga merasakan mata kirinya
nyeri disertai rasa mengganjal, dan berair.
Pasien belum berobat ke dokter, namun pasien
hanya ke puskesmas untuk meminta rujukan ke
dokter spesialis mata di RST Dr. Soedjono.
Sebelumnya pasien sudah membeli obat tetes
mata di apotek yaitu insto namun keluhan tidak
membaik.
• Keluhan yang sama pada mata kanan disangkal. Pasien
mengatakan bahwa di mata kanannya terdapat tahi lalat
sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan tersebut tidak
menimbulkan gejala seperti penglihatan buram, gatal,
mata merah dan timbul rambut. Pasien tidak mengetahui
awal mula timbulnya tahi lalat pada mata kanannya serta
perkembangan pertumbuhan tahi lalat tersebut.
• Riwayat keluhan sebelumnya :disangkal

• Riwayat menggunakan kacamata : Tidak menggunakan kacamata

• Riwayat operasi mata :disangkal

• Riwayat Hipertensi :disangkal

• Riwayat DM :disangkal
Riwayat penyakit Keluarga
• Riwayat Hipertensi :disangkal

• Riwayat DM :disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
• Pasien adalah seorang karyawan PLN dan
untuk biaya pengobatan pasien
menggunakan biaya mandiri, kesan
ekonomi cukup
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respiratory rate : 22 kali/menit
Suhu : Tidak dilakukan
B. STATUS OFTALMIKUS

Skema Ilustrasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan mikrobiologi kultur bakteri serta hasil uji sensitivitas mikroorganisme
penyebab. Namun, pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
DIAGNOSIS BANDING
• OS Ulkus Kornea Cum Hipopion
Dipertahankan karena pada pasien didapatkan adanya keluhan mata nyeri hebat,
mata semakin merah, dan pandangan kabur. Pada pasien juga ditemukan adanya
riwayat kemasukan benda asing saat bekerja di lapangan. Dan pada pemeriksaan
didapatkan adanya infiltrat, mix injection dan ulkus pada kornea. Selain itu pada
pasien juga terdapat hipopion pada bagian inferior kornea. Hipopion adalah
peradangan pada COA atau pus yang terdapat pada bilik mata depan yang terlihat
seperti lapisan putih mengendap di bagian bawah bilik mata depan karena adanya
gravitasi.
• OS Sikatrik Kornea
Disingkirkan karena pada diagnosis banding ini seharusnya pasien merasakan tidak
adanya nyeri dan merupakan fase penyembuhan dari keratitis ataupun ulkus kornea
,sedangkan pada pasien ini didapatkan adanya nyeri dan masih terdapat adanya
tanda tanda peradangan pada kornea .
• OS Keratitis
Disingkirkan karena pada keratitis biasa didapatkan adanya keluhan mata
merah (injeksi siliar), silau, dan pandangan kabur, sedangkan pada pasien
didapatkan adanya mata merah keseluruhan pada kornea.
• OS Konjungtivitis
Disingkirkan karena pada konjungtivitis biasa ditemukan adanya eksudat,
gatal, demam, injeksi konjungtiva dan sekret yang keluar sedangkan pada
pasien ini didapatkan adanya mix injection, nyeri, penglihatan
buram/penurunan visus, dan adanya infiltrat yang berwarna abu-abu dan
tidak berbatas tegas.
• OD Nevus
Dipertahankan karena terdapat pigmentasi berukuran ±1 mm. Nevus
berasal dari melanosit yang memproduksi pigmen. Pada pasien ini tidak
terdapat tanda keganasan pada nevus seperti : pertumbuhan rambut,
pembuluh darah, kripta, dan ukuran melebar.
DIAGNOSIS KERJA
• OS ulkus kornea cum hipopion
• OD Nevus
PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa :
• Oral : Ciprofloksasin 2 x 250 mg
• Topikal : Gentamycin zalf 1x1 occuli sinistra
Levofloxacin 5mg eye drop 3 tetes per hari
• Parenteral :-
• Operatif :-
• Non Medikamentosa :
Membalut mata dengan kassa steril
KOMPLIKASI
OS Ulkus kornea Cum Hipopion
• Uveitis
• Sikatrik kornea (nebula,makula,leukoma,leukoma adherens)
• Perforasi ulkus kornea
• Endoftalmitis
• Panoftalmi
• Ptisis bulbi
• Prolaps iris
• Glaukoma sekunder sudut tertutup
• Stafiloma kornea
• Katarak
PROGNOSIS
Prognosis OD OS

Quo ad visam Ad Bonam Dubia ad malam

Quo ad sanam Ad Bonam Dubia ad bonam

Quo ad functionam Ad Bonam Ad Bonam

Quo ad kosmetikan Ad Bonam Ad malam

Quo ad vitam Ad Bonam Ad Bonam


Rujukan

Tidak dilakukan rujukan


EDUKASI
OS Ulkus Kornea Cum Hipopion
• Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya menyebabkan mata menjadi kabur
dan harus secepatnya diobati sebelum menjadi lebih parah
• Menjelaskan kepada pasien luka pada mata nanti meninggalkan bekas berupa
bercak putih yang tidak hilang pada mata
• Menjaga hygine dan sanitasi mata
• Dianjurkan untuk menutup mata kirinya dengan kassa steril untuk mencegah infeksi
pada mata
• Menjelaskan kepada pasien jika dengan pengobatan tidak sembuh, bekas luka
mengganggu penglihatan dan mengancam terjadinya komplikasi parah, maka dapat
dilakukan tindakan operatif
OD Nevus
• Menjelaskan kepada pasien bahwa apabila terjadi pertumbuhan rambut pada tahi
lalat, pembuluh darah, pertambahan ukuran segera kontrol ke dokter spesialis mata.
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI KORNEA

• Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan
kecil.
• Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut
sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi,
dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior
ULKUS KORNEA
• Definisi
Ulkus kornea adalah diskontinuitas atau hilangnya sebagian
permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai
dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai
stroma. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri, berair, fotofobia,
blefarospasme, dan biasanya disertai riwayat trauma pada mata.
ETIOLOGI
• Infeksi
• Non infeksi
• Sistem imun (Reaksi Hipersensitivitas)
ETIOLOGI
1. Infeksi

a. Infeksi Bakteri: P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella


merupakan penyebab paling sering.Penyebab ulkus kornea 38,85% disebabkan oleh
bakteri.
b. Infeksi Jamur: disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium dan
spesies mikosis fungoides. Penyebab ulkus kornea 40,65% disebabkan oleh jamur.
c. Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat
diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
d. Acanthamoeba
Infeksi kornea oleh Acantha-moeba sering terjadi pada pengguna lensa kontak lunak.
Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air
yang tercemar.
2. Noninfeksi
a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH;
b. Radiasi atau suhu;
c. Sindrom Sjorgen;
d. Defisiensi vitamin A;
e. Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topikal, immunosupresif);
f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma;
g. Pajanan
h. Neurotropik.

3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas).


PATOFISIOLOGI
• Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang dilalui cahaya dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan
kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di
retina. Oleh karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat
menimbulkan gangguan penglihatan.
• Kornea bersifat avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses infiltrasi dan
vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera
bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh
darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Selanjutnya terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak
jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel
dan timbullah ulkus kornea.
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea,
yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
– Ulkus kornea bakterialis
– Ulkus kornea fungi
– Ulkus kornea virus
– Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
– Ulkus marginal
– Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
KLASIFIKASI
1. Ulkus kornea sentral.

A. Ulkus kornea bakterialis


a. Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan
tepi ulkus yang menggaung.

b. Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai infiltrat
berbatas tegas tepat dibawah defek epitel
c. Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea yang dapat menyebar ke
samping dan ke dalam kornea. Gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-
abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang
bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion
yang banyak. Secara histopatologi, khas pada ulkus ini ditemukan sel neutrofil
yang dominan
d. Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan
terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambar-an
karakteristik yang disebut ulkus serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang
penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyeba-ran ulkus sangat cepat dan
sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak
kuman.
e. Ulkus Neisseria gonorrhoeae
Ulkus kornea yang terjadi karena Neisseria gonorrhoeae dan merupakan salah
satu dari penyakit menular seksual. Gonore bisa menyebabkan perforasi
kornea dan kerusakan yang sangat berarti pada struktur mata yang lebih
dalam.
• B. Ulkus kornea fungi
– Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang
agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular, feathery edge dan terlihat
penyebaran seperti bulu di bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat
asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitar-nya.
Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik dan dapat
terjadi neovasku-larisasi akibat rangsangan radang.
C. Ulkus kornea virus
a. Ulkus kornea Herpes Zoster
• Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu timbul 1-3 hari sebelum
timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra,
konjung-tiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan
stroma. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor.
b. Ulkus kornea Herpes Simplex
• Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya
suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau
bintang infiltrasi. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulseratif, jelas diwarnai dengan
fluoresein.
D. Ulkus kornea Acanthamoeba
• Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan
fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat
perineural.
2. Ulkus kornea perifer
• a. Ulkus marginal
Merupakan peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau segiempat,
dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus.
• b. Ulkus mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan
progresif ke arah sentral tanpa adanya kecenderungan untuk perforasi ditandai tepi tukak
bergaung dengan bagian sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama.
TANDA DAN GEJALA
• Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:
1. Gejala subjektif
a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva;
b. Sekret mukopurulen;
c. Merasa ada benda asing di mata;
d. Pandangan kabur;
e. Mata berair;
f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus;
g. Silau
h. Nyeri
2. Gejala objektif
a. Injeksi silier;
b. Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrat;
c. Hipopion.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
• Anamnesis
• pemeriksaan fisik
• pemeriksaan oftalmologis dengan menggunakan lampu celah
• pemeriksaan laboratorium.
• Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat
diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya
riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat
infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya
ditanyakan pula riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti
kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri
fungi, virus terutama keratitis herpes simplek.
• Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan gejala berupa adanya
injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan
kornea disertai adanya jaringan nekrotik. Pada kasus berat dapat
terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga
dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti ketajaman penglihatan,
pemeriksaan slit-lamp, respon reflek pupil, pewarnaan kornea
dengan zat fluoresensi, dan scrapping untuk analisa atau kultur
(pulasan gram, giemsa atau KOH).
• Karena gambaran klinis tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis etiologik
secara spesifik, diperlukan pemeriksaan mikrobiologik, sebelum diberikan
pengobatan empirik dengan antibiotika
PENATALAKSANAAN
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.
1. Penatalaksanaan non medikamentosa:
a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskan-nya;
b. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang;
c.Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih;
d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat memperpanjang proses
penyem-buhan luka

2. Penatalaksanaan medikamentosa:
Penatalaksanaan ulkus kornea harus dilakukan dengan pemberian terapi yang tepat dan
cepat sesuai dengan kultur serta hasil uji sensitivitas mikroorganisme penyebab. Adapun
obat-obatan antimikrobial yang dapat diberikan berupa:
A. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas diberikan dapat berupa salep, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata
karena dapat memperlambat penyembuhan dan dapat menimbulkan erosi
kornea kembali. Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide 10-30%, Basitrasin
500 unit, Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3
mg, Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin 3
mg, Polimisin B 10.000 unit.
B. Anti jamur
Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang
tersedia. Berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi:
a. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, Thiomerosal, Natamicin, Imidazol;
b. Ragi (yeast): Amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin 0,1% tetes mata
c. Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.

C. Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas untuk infeksi sekunder, analgetik
bila terdapat indikasi serta antiviral topika berupa salep asiklovir 3% tiap 4 jam.
D. Anti acanthamoeba
Dapat diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep klorheksidin
glukonat 0,02%.

Obat-obatan lainnya yang dapat diberikan yaitu:


a. Sulfas atropin sebagai salep atau larutan. Kebanyakan dipakai sulfas atropin karena
bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropin:
1. Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
2. Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
3. Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil
3. Penatalaksanaan bedah:

a. Flap Konjungtiva
Indikasinya adalah situasi dimana terapi medis atau bedah mungkin gagal, kerusakan
epitel berulang dan stroma ulserasi. Dalam situasi tertentu, flap konjungtiva adalah
pengobatan yang efektif dan definitif untuk penyakit permukaan mata persisten.
Tujuan dari flap konjungtiva adalah mengembalikan integritas permukaan kornea yang
terganggu dan memberikan metabolisme serta dukungan mekanik untuk penyembuhan
kornea. Flap konjungtiva bertindak sebagai patch biologis, memberikan pasokan nutrisi
dan imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya.
b. Keratoplasti

Merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti:
• 1. Dengan pengobatan tidak sembuh;
• 2. Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan;
• 3. Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi
KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:


1. Kebutaan parsial atau komplit karena endoftalmitis;
2. Prolaps iris;
3. Sikatrik kornea;
4. Katarak;
5. Glaukoma sekunder.
NEVUS
Definisi
• Sel nevus berpigmen adalah pigmentasi tahi lalat yang umum terjadi
pada kebanyakan orang. Nevus berasal dari melanosit yang
memproduksi pigmen. Permukaan dari nevus bisa halus ataupun
berbenjol-benjol tergantung pada jumlah keratin yang
dikandungnya.
• Bisa terdapat beberapa rambut dengan ukuran panjang yang
bervariasi. Warna nevus mulai dari sewarna kulit hingga coklat dan
hitam tergantung pada jumlah dan lokasi dari melanin dan pigmen di
dalam tumor. Nevus dengan warna yang lebih gelap memiliki
pigmen yang lebih dekat ke permukaan.
Tanda Keganasan Nevus
• Ukuran melebar
• Tumbuh rambut
• Pembuluh darah
Klasifikasi
1) Junctional nevus
Junctional nevus biasanya datar dan berbatas tegas dengan warna
cokelat seragam. Dinamakan junctional nevus karena sel-sel nevus ini
terletak pada perbatasan antara epidermis dan dermis. Memiliki potensi
rendah berubah menjadi keganasan.
2) Intradermal nevus
Intradermal nevus umumnya meninggi di atas kulit dan merupakan
jenis nevus paling umum. Biasanya berwarna cokelat hingga hitam.
Nevus intradermal sering terdapat pada pinggir kelopak mata dan bulu
mata pada kelopak mata yang ditumbuhi nevus tersebut dapat tumbuh
normal di atas nevus. Bisa tumbuh pada alis mata dan bulu-bulu alis
mata juga dapat tumbuh baik pada nevus. Sebagian besar ahli
berpendapat bahwa nevus ini tidak memiliki potensi keganasan.
3) Compound nevus
Compound nevus adalah nevus yang berasal dari gabungan komponen
jaringan pembatas antara epidermis dan dermis dengan komponen jaringan
dermis kulit. Nevus ini memiliki potensi keganasan yang rendah.

4) Nevus biru
Nevus biru biasanya datar tetapi dapat pula berupa nodul yang berbatas tegas.
Nevus ini dapat berwarna biru, abu-abu, hingga hitam. Warna biru hitam
dikarenakan letaknya yang jauh lebih dalam dari kulit yang di atasnya.
5) Congenital oculodermal melanocytosis (nevus of ota)
Jenis dari nevus biru dari kulit di sekitar bola mata yang berhubungan
konjungtiva dan uvea. Nevus ini biasa mengenai ras kulit hitam dan oriental,
jarang mengenai ras Kaukasia. Berpotensi menjadi ganas jika mengenai ras
Kaukasia.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai