Anda di halaman 1dari 29

KERATITIS

DEFINISI

• Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh. Akibat terjadinya kekeruhan pada media kornea ini,
maka tajam penglihatan akan menurun.
ETIOLOGI

1) Virus.
2) Bakteri.
3) Jamur.
4) Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari.
5) Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
6) Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya pembentukan air mata.
7) Adanya benda asing di mata.
8) Reaksi terhadap obat seperti neomisin, tobramisin, polusi, atau partikel udara seperti debu, serbuk sari (Wijaya,
2012).
FAKTOR RESIKO
•Menurut Green, Apel and Stapleton (2008), faktor resiko terjadinya kreatitis antara
lain :
1) Penggunaan lensa kontak
2) Riwayat tindakan bedah pada mata
3) Penyakit mata superfisial seperti konjungtivitis
4) Paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
• Secara normal kornea yang avaskuler tidak mempunyai pembuluh limfe.
Bila terjadi vaskularisasi terjadi juga pertumbuhan pembuluh limfe
dilapisi sel. Sehingga kornea yang seharusnya avaskuler menjadi

PATOFISIOLOGI
tervaskularisasi dan menyebabkan kornea tidak jernih serta menggangu
dalam pembiasan cahaya.
• Pada keratitis herpetika yang kronik dan disertai dengan neo-vaskularisasi
akan timbul limfosit yang sensitif terhadap jaringan kornea.
M EN U RU T BI SW EL L ( 2 0 1 0 ) , K ERAT I TI S
D A PAT D I K L A S I F I K A S I K A N B ER D A S A R K A N
BE BER A PA H A L .

• Keratitis Pungtata
Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran seperti
infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea.
• Etiologi
Keratitis Pungtata ini disebabkan oleh hal yang tidak
spesifik dan dapat terjadi pada Moluskum kontangiosum,
Akne rosasea, Herpes simpleks, Herpes zoster, Blefaritis
neuroparalitik, infeksi virus, vaksinisia, trakoma, trauma
radiasi, dry eye, keratitis lagoftalmos, keracunan obat
seperti neomisin, tobramisin dan bahaya pengawet lainnya
Gejala klinis dapat
berupa rasa sakit, silau, Pemeriksaan
Gejala mata merah, dan merasa laboratorium
kelilipan.

Untuk virus dapat diberikan


Penyakit ini ditandai kekerutan
idoxuridin, trifluridin atau asiklovir.
epitel yang meninggi berbentuk
Untuk bakteri gram positif pilihan
lonjong dan jelas yang
menampakkan bintik-bintik pada Penatalaksanaan pertama adalah cafazolin, penisilin
G atau vancomisin dan bakteri gram
pemulasan dengan fluoresein,
negatif dapat diberikan tobramisin,
terutama di daerah pupil.
gentamisin atau polimixin B.
• Keratitis Marginal
Keratitis marginal kataral
biasanya terdapat pada pasien
usia petengahan, dengan
disertai adanya
blefarokonjungtivitis.
• Etiologi
Strepcoccus pneumonie, Hemophilus aegepty, Moraxella lacunata dan Esrichia.
• Gejala klinis
Penderita akan mengeluhkan sakit, seperti kelilipan, lakrimasi, disertai fotofobia
berat.
• Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan Gram maupun
Giemsa dapat mengidentifikasi organisme, khususnya bakteri (Biswell, 2010).
• Penata laksanaan
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika yang sesuai dengan penyebab
infeksi lokalnya dan steroid dosis ringan. Pada pasien dapat diberikan vitamin B
dan C dosis tinggi (Ilyas, 2004).
• Keratitis Interstitial
kondisi serius dimana masuknya pembuluh darah ke
dalam kornea dan dapat menyebabkan hilangnya
transparansi kornea. Keratitis interstitial dapat berlanjut
menjadi kebutaan.
• Etiologi
Keratitis Interstisial dapat terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket ke
dalam stroma kornea dan akibat tuberkulosis (Ilyas, 2004).
• Gejala klinis
Biasanya akan memberikan gejala fotofobia, lakrimasi, dan menurunnya
visus.
• Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan gram
maupun Giemsa dapat mengidentifikasi organisme, khususnya bakteri
(Biswell, 2010).
• Penatalaksanaan
dapat diberikan kortikosteroid tetes mata jangka lama secara intensif
setiap jam dikombinasi dengan tetes mata atropin dua kali sehari dan
salep mata pada malam hari (Hollwich, 1993).
• Keratitis bakteri
Di sebabkan oleh Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae and other
Streptococcus spp.
• Gejala klinis
biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata yang terinfeksi, penglihatan silau, adanya sekret dan
penglihatan menjadi kabur (Kanski, 2005).
• Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan kultur bakteri dilakukan dengan menggores ulkus kornea dan bagian tepinya dengan menggunakan
spatula steril kemudian ditanam di media cokelat (untuk Neisseria, Haemophillus dan Moraxella sp), agar darah
(untuk kebanyakan jamur, dan bakteri kecuali Neisseria) dan agar Sabouraud (untuk jamur, media ini diinkubasi
pada suhu kamar). Kemudian dilakukan pewarnaan Gram (Biswell, 2010).
• Penatalaksanaan
Diberikan antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur bakteri.
• Tn. K berusia 60 th sudah menikah Tn.K dibawa ke RS karena
merasakan sakit pada matanya. Tn.K juga merasakan gatal dan terasa
kelilipan sehingga sering mengucek matanya. Tn.K juga merasakan tidak
enak badan dan badannya panas. Beliau tidak pernah memeriksakan
matanya karena dianggap hanya sakit mata biasa,tetapi saat ini beliau
dibawa ke RS oleh anaknya karena beliau sering merasakan silau dan
terlihat ada putih-putih di matanya. sakit mata dirasakan setelah Tn.K

CONTOH KASUS
pulang kerja, dengan skala nyeri 8 disertai mata merah dan berair di
daerah matanya sakit mata dirasakan sangat mengganggu aktivitas
pekerjaan Tn.K, sampai-sampai beliau terus memejamkan matanya karena
sakit dan silau jika terkena cahaya sakit mata dirasakan beliau setelah
pulang ngojek di malam hari, dan paginya di bawa ke RS oleh
anaknyaTn. K tinggal di Desa Kerek-Tuban, pendidikan terakhir Tn. K
hanya lulusan SD, dan dia berprofesi sebagai tukang ojek. Dokter
mendiagnosa Tn. K mengalami Keratitis.
1) Identitas :
• Nama : Tn.K
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 60 tahun
• Status perkawinan : Sudah Menikah
• Pendidikan : SD
PENGKAJIAN • Suku/Bangsa : Indonesia
• Alamat : Ds Kerek - Tuban
• Diagnosa Medis : Keratitis
• Pekerjaan : Tukang Ojek
• Sumber informasi : Pasien dan anaknya
2) Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama : Sakit mata
• Riwayat penyakit sekarang : merasakan gatal dan terasa kelilipan
sehingga sering mengucek matanya. Tn.K juga merasakan tidak enak
badan dan badannya panas. sakit mata dirasakan setelah Tn.K pulang
kerja, dengan skala nyeri 8 disertai mata merah dan berair dan silau serta
terlihat binti-bintik putih
• Riwayat penyakit dahulu : Tn.K pernah mengalami mata merah, sudah
diberi obat tetes mata dan sudah sembuh. Tapi sekarang timbul mata
merah lagi.
• Riwayat penyakit keluarga : Menurut keterangan klien tidak ada
keluarga yang mmiliki penyakit mata. Tetapi istrinya menderita batuk-
batuk yang tidak sembuh-sembuh dan telah meninggal.
PEMENUHAN KBUTUHAN
DASAR MANUSIA
(1) Nutrisi

Sebelum masuk RS : Pola makan klien 3 x /hari Jenis makanan : nasi, ikan, sayur, dan kadang-kadang buah,
nafsu makan baik
Saat pengkajian : Klien sudah makan pagi dan siang, jenis makanan bubur, ikan, sayur, klien
mengatakan nafsu makan berkurang, klien hanya makan 5-6 sendok.
(2) Cairan

Sebelum masuk RS : klien minum 4-5 gelas/hari, jenis air putih, kadang-kadang pagi hari minum kopi satu gelas,
menurut keluarga klien hanya minum sedikit.
Saat saat pengkajian : klien sudah minum ± 350 cc
(3) Eliminasi
• Sebelum masuk RS : Normal
•Saat Pengkajian : Normal

(4) Aktifitas
• Sebelum masuk RS : Klien dapat memenuhi aktivitas sahari-hari secara Mandiri.
•Saat pengkajian : Klien terbaring ditempat tidur, aktivitas klien dibantu sepenuhnya oleh perawat dan
keluarga.

(5) Personal hygiene


• Sebelum masuk RS : Klien mandi 2 hari sekali, menyikat gigi dilakukan bersama-sama saat mandi, mencuci
rambut seminggu 2 kali
•Saat pengkajian : Sejak berada diruangan klien belum mandi

(6) Istirahat dan tidur

• Sebelum masuk RS : Klien tidur malam 7-8 jam/hari


•Saat pengkajian : klien mengatakan sering bangun malam karena nyeri pada mata

LANJUTAN
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

Kesadaan Umum : Mata Tn.K terlihat merah, berair dan bengkak Tn.K tampak lelah, Tn.K tampak meringis kesakitan dengan
selalu memegangi matanya yg sakit.
TTV :

S : 39 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)

N : 80 x/menit ( 70 – 75 x/menit)

TD : 140/90mmHg (140/90 mmHg)

RR : 18 x/menit (15 – 20 x/menit)


(2) BODY SYSTEM

a. B1 (Breathing) b. B2 (Blood)

 Tn.K tampak lelah  Didapatkan tekanan darah yang normal

 Bentuk dada normal (120/80 mmHg)

 Tidak menggunakan otot bantu pernapasan  Nadi normal (Nadi 80 x/mnt)

 PCH (-)  Tidak ada sianosis


•CRT normal (< 3 detik)
 Suara napas tambahan (-)
•Pola napas teratur dengan RR 18 x/mnt
c. B3 (Brain) d. B4 (Bladder)
 Terlihat cemas  Pola BAK teratur dan tdk ada kesulitan BAK
 Kesadaran compos mentis dengan GCS 456 e. B5 (Bowel)
 Didapatkan S 39 celcius
 Nafsu makan biasa dg porsi 1 piring habis
 Pada kelopak mata terlihat ada vesikel dan
 Pola makan 3 x sehari
infiltrat
f. B6 (Bone)
 Terdapat filament pada kornea
 Mampu menggerakkan sendi dengan bebas
 Adanya sensibilitas kornea yang hipestesia

 Terdapat blefarospasme  Kekuatan otot 100 % dengan skala 5

 Visus menurun 2/6


 Uji fluoresein :
Untuk mengetahui adanya kerusakan pada epitel kornea akibat erosi,
keratitis epitelial, bila terjadi defek epitel kornea akan terlihat warna hijau
pada defek tersebut.
 Uji sensibilitas kornea :
Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea yang berkaitan dengan
penyakit mata akibat kelainan saraf trigeminus oleh herpes zooster ataupun
PEMERIKSAAN akibat gangguan ujung saraf sensibel kornea oleh infeksi herpes simpleks

PENUNJANG  Uji fistel :


Untuk melihat kebocoran kornea atau fistel akibat adanya perforasi kornea
 Uji biakan (kultur) dan sensitivitas :
Mengidentifikasi patogen penyebab
 Uji plasido :
Untuk mengetahui kelainan pada permukaan kornea.
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Sdki D.0077 hal : 172 Sdki D.0074 hal : 166

Ds : Keratitis Gangguan rasa nyaman (nyeri)


P : matanya sakit  
Q : mata seperti kelilipan System endotel terganggu
R : sakit di bagian mata  
S : skala nyeri 8 Dekompensasi endotel
T : 24 jam sakit di bagian matanya  
Do: Edema kornea
• Keadaan umum & pemfis :  
• Mata Tn.K terlihat merah Dilatasi pembuluh darah di limbus
dan bengkak hiperemi konjungtiva  
• Tn.K tampak meringis kesakitan dengan selalu mata kemerahan & nyeri
memegangi matanya  
• Mata Tn.K terlihat berair Gangguan rasa nyaman (nyeri)
• Terlihat adanya trikiasis
• Terdapat blefarospasme
• Skala nyeri 8 (berat)
• Uji fluoresin didapatkan adanya erosi kornea
• Uji biakan (kultur) didpatkan adanya agen bakteri
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Sdki D.0077 hal : 172 Sdki D.0074 hal : 166
Ds : Keratitis Gangguan persepsi sensori (penglihatan)
P : Silau terhadap cahaya  
Q : Merah dan berair System endotel terganggu
R : terjadi di area mata  
S:8 Dekompensasi endotel
T : 24 jam px merasa sakit di bagian matanya  
Do : Edema kornea
keadaan umum & pemfis:  
• Mata Tn.K terlihat merah dan bengkak hiperemi Sinar tdk mampu dibiaskan
konjungtiva  
• Pada kelopak mata terlihat ada vesikel dan infiltrat Silau
• Terdapat filament pada kornea  
• Adanya sensibilitas kornea yang hipestesia Gangguan persepsi sensori (penglihatan)
• Terdapat blefarospasme  
• Visus menurun 2/6
• Uji fluoresin didapatkan adanya erosi kornea.
 
DIAGNOSA

Gangguan rasa
Gangguan persepsi
nyaman (nyeri )
sensori (penglihatan)
berhubungan dengan
berhubungan dengan
edema kornea akibat
fotofobia (silau)
peradangan kornea
Sdki D.0074 hal :
Sdki D.0077 hal :
166
172
INTERVENSI
Diagnosa Kepera
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Watan Rasional
   
 
Sdki D.0077 hal : 172 SLKI L.08063 hal : 58 Managemen Nyeri SIKI I.08238 hal : 201 1. tingkatan nyeri dapat
memberikan gambaran untuk
Gangguan rasa nyaman (nyeri Tujuan : Observasi intervensi selanjutnya sesuai
) berhubungan dengan edema Setelah dilakukan tindakan -identivikasi lokasi. Karakteristik, durasi, kebutuhan.
kornea akibat peradangan keperawatan nyeri berkurang frekuensi,kualitas, intensitas nyeri 2. Mengurangi nyeri, mempercepat
kornea atau terkontrol. penyembuhan, dan
- identifiksi skala nyeri membersihkan mata.
KH : 3. cahaya yang kuat meyebabkan
- Nyeri berkurang, pasien - identifikasi respon nyeri non verbal rasa tak nyaman
merasa nyaman.
- identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri

- monitor kebersihasilan terapi

Terapeutik
- berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (terapi musik, pijat, kompres
hangat/dingin.

- kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

Edukasi
- jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

- jelaskan strategi meredakan nyeri

- anjurkan monitor nyeri secara mandiri


Diagnosa Kepera
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Watan Rasional
   
 
Sdki D.0074 hal : 166 SLKI L.06048 hal : 28 SIKI I.06203 hal : 331 1. kebutuhan individu dan pilihan
intervensi bervariasi sebab
Gangguan persepsi sensori Tujuan : Observasi kehilangan penglihatan terjadi
(penglihatan) berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Monitor adanya kemerahan, eksudat atau lambat dan progresif.
dengan fotofobia (silau) keperawatan iritasi 2.
1x24 jam diharapkan ketajaman 3. memberikan kenyamanan pasien
pengelihatan meningkat - Monitor reflek kornea saat membutuhkan bantuan

KH : Terapeutik
- Meningkatkan ketajaman penglihatan - tutupi mata untuk mencegah diplopia

- teteskan obat tetes mata jika perlu

- oleskan salep mata jika perlu

- Plester kelopak mata agar tertututp jika perlu

Edukasi
- Anjurkan tidak menyentuh mata
IMPLEMENTASI
DX Implemetasi Respon hasil

1 1. Mengkaji nyeri pasien P : gatal dan terasa kelilipan sehingga sering mengucek
2. Menganjurkan pada pasien untuk mengompres matanya dan silau jika terkena cahaya.
mata menggunakan air hangat. Q : Nyeri sehingga tampak merah dan berair
3. Menganjurkan pasien untuk menggunakan kaca R : Mata
mata pelindung S:8
  T : sakit mata dirasakan beliau setelah pulang ngojek di
malam hari, dan paginya di bawa ke RS olh anaknya

2 1. Menjelaskan pada klien bahwa tajam 1. Klien memahami penjelasan dari perawat
penglihatan dapat diukur dengan visus / 2. Pasien mulai mengenal lingkungan, staf dan orang lain
refraksi. di areanya atau di sekitarnya.
2. Meorientasikan pasien terhadap lin gkungan,
staf, orang lain di areanya,
 
EVALUASI
NO Catatan Perkembangan Paraf

1 P : mata sakit, silau terhadap cahaya


Q : nampak meringis kesakitan
R : Area mata
S : Skala nyeri 8
T : Nyeri timbul 3-4 menit sekali

2 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang


O : Pasien sudah tampak nyaman dan tenang
A : Masalah nyeri pada pasien dapat teratasi
P : Intervensi dihentikan, kontrol 2 minggu
lagi
THANK YOU !

Anda mungkin juga menyukai