IDENTITAS PASIEN Nama pasien : Tn. M.z Umur : 58 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Petani Alamat : Progowati mungkid Tanggal pemeriksaan : 19 Juni 2013
Keluhan Utama: Mata kanan dan kiri timbul selaput seperti daging dan terasa mengganjal
Riwayat terpapar sinar matahari terus menerus, angin dan debu diakui. Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit mata disangkal Riwayat memakai kacamata baca diakui Riwayat trauma pada mata disangkal. Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal. Riwayat penyakit hipertensi disangkal.
Pasien mengaku belum pernah berobat sebelumnya. Apabila mata dirasa tidak enak, pasien membasuh mukanya dengan sabun. Oleh karena belum terdapat perubahan maka pasien datang ke poli mata RST Magelang.
Riwayat Sosial Ekonomi Pasien bekerja sebagai petani. Kesan ekonomi kurang.
Pemeriksaan fisik
STATUS GENERALIS Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg Nadi : 80 kali/menit Pernapasan : 20 kali/menit Suhu : 36,5C Status gizi : Baik
Status Oftalmologi
Gambar : OS OD
Pterygium
OD
OS
PEMERIKSAAN
6/12 nc
Tidak edema ,
Konjungtiva
hiperemis,tidak ditemukan
sekret, tidak ada injeksi konjungtiva, tidak ada injeksi siliar, terdapat
bangunan patologis
selaput berbentuk segitiga dari arah nasal dengan apeks melewati limbus dan belum mencapai pupil Kejernihan, tidak ada edema, tidak ada infiltrat, tidak ada sikatrik, Terdapat jaringan fibrovaskuler < 2 mm dari limbus
Kejernihan, tidak ada edema, tidak ada infiltrat, tidak ada sikatrik, Terdapat jaringan fibrovaskuler > 2 mm dari limbus
Kornea
Jernih, Kedalaman cukup, tidak ada hipopion, tidak ada hifema Kripta normal, warna coklat, tidak ada edema, tidak ada sinekia Bentuk bulat, terdapat jaringan fibrovaskuler
Jernih, Kedalaman cukup, tidak ada hipopion, tidak ada hifema Kripta normal, warna
Iris
Pupil
Fundus reflek
+ cemerlang
Papil nervus opticus : merah muda, batas tegas Funduskopi Vasa : AVR 2:3 Makula lutea : cemerlang Retina : dalam batas normal
Normal
TIO
Normal
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pterygium adalah topografi kornea untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa astigmtisme ireguler yang disebabkan oleh pterygium
Diagnosis Banding I
ODS: OD pterigium simpleks grade IV: dipertahankan karena dari anamnesa terdapat selaput yang terasa mengganjal pada bagian mata.Dan pada pemeriksaan status opthalmologi terdapat jaringan fibrovaskular yang berbentuk segitiga di daerah nasal ke arah kornea >2 mm dari limbus dan menutupi pupil. OS Pterigium simpleks grade II: dipertahankan karena dari anamnesa terdapat selaput yang terasa mengganjal pada bagian mata, riwayat terpapar angin dan debu secara terus - menerus. Dan pada pemeriksaan status opthalmologi terdapat jaringan fibrovaskular yang berbentuk segitiga di daerah nasal dengan puncak pada kornea < 2mm dari limbus.
ODS Pseudopterigium: disingkirkan karena tidak didapatkan adanya riwayat trauma pada kornea dan tidak ada perlekatan antara konjungtiva dan kornea akibat ulkus di kornea yang menahun. ODS Pinguekula: disingkirkan karena kelainan pada mata pasien terutama berbentuk segitiga dari konjungtiva ke kornea
Diagnosis banding II
OS Hipermetropi: dipertahankan karena pasien mengeluh apabila melihat dekat dalam waktu yang lama penglihatannya buram, mata cepat lelah, dan sakit kepala. Pada pemeriksaan visus pada mata mata kiri didapatkan visus 6/30 dikoreksi dengan lensa sferis positif 1,25 pada mata kiri. ODS Presbiopi: dipertahankan, karena dari anamnesa didapatkan pasien menggunakan kacamata baca sejak 8 tahun yang lalu sejak pasien kesulitan membaca dekat. Dari pemeriksaan visus juga dikoreksi dengan lensa sfreris positif 2,75 J6, pada mata kanan dan kiri.
Diagnosis Kerja
Terapi
Terapi medikamentosa Topical : Inmatrol S 3 dd gtt I ODS Oral : Parenteral : -
Edukasi
Pasien sebaiknya menggunakan topi dan kacamata apabila sedang bertani untuk mengurangi paparan terhadap sinar matahari, debu, dan angin yang merupakan salah satu factor resiko pterygium. Menyarankan pasien untuk minum obat teratur dan meneteskan obat tetes sesuai anjuran yang diberikan dokter Pasien disarankan untuk kembali lagi berobat apabila masih terasa gejala-gejala perih Memotivasi pasien untuk dilakukan ekstirpasi pterygium, terutama pada mata yang kanan. Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang dialami salah satunya disebabkan oleh melemahnya otot mata karena usia tua Memberitahu kepada pasien untuk menggunakan kacamata untuk mengurangi pandangannya yang kabur.
Prognosis
OD OS
Komplikasi
Komplikasi dari pterigium meliputi sebagai berikut Gangguan penglihatan (astigmatisme) Mata kemerahan Iritasi Gangguan pergerakan bola mata. Timbul jaringan parut kronis dari konjungtiva dan kornea Dry Eye sindrom. Komplikasi post-operatif bisa sebagai berikut: Infeksi Ulkus kornea Graft konjungtiva yang terbuka Diplopia Adanya jaringan parut di kornea.
Rujukan
Dalam kasus ini tidak dilakukan Rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran Lainnya, karena dari pemeriksaan klinis tidak ditemukan kelainan yang berkaitan dengan Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian, yaitu: Konjungtiva palpebra
Melekat erat pada tarsus, cukup tebal, permukaan licin Fungsinya supaya bola mata dapat bergerak dengan bebas Makin ke belakang perlekatan makin tak erat, diisi dengan jaringan ikat longgar. Sangat tipis dan transparan, sehingga vasa-vasa pada episklera nampak dari luar Episklera adalah jaringan pengikat longgar antara konjungtiva bulbi dan capsula tenoni Konjungtiva bulbi mereka erat pada kornea dan merupakan salah satu fiksasi dari kornea
Konjungtiva bulbi
Konjungtiva forniks
Batas antara konjungtiva palpeba dan konjungtiva bulbi. Diisi oleh jaringan ikat longgar dan lemak. Forniks superior terdapat muara kecil-kecil dari saluran glandula lakrimalis Retrotarsal terdapat kelenjar asinotubuler yang menghasilkan sekret mukus Kelenjar-kelenjar tersebut adalah :
Sekretnya seperti air mata dan disebut glandula lakrimalis asesoria. Ia menmbah sekret dari glandula lakrimalis. Gunanya sekres mukus ini :
Enzym lysozim yang bersifat bakterisida yang menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri baik saprofit maupun yang patogen Menyapu bersih semua kotoran dari bola mata Sebagai pelicin/lubrikasi
Vaskularisasi berasal dari cabang a. Oftalmika. Arcus palpebra superior mempercabangkan : A. Konjungtiva posterior A. Siliaris anterior, berjalan ke depan bersama insertio m.rectus lateralis, masuk bola mata di limbus kornea, membentuk kapiler yang beranastomose dengan a. Kongjungtivalis poterior A. Siliaris posterior longus yang memberi vaskularisasi ke korpus siliar. Sedangkan innervasi konjungtiva oleh serabutserabut sensibel yang berasal dari n. trigeminus.
Definisi
Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra. Pterygium tumbuh berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Asal kata pterygium adalah dari bahasa Yunani, yaitu pteron yang artinya sayap.
Etiologi
Pterygium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi. Pterygium diduga merupakan fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet, pengeringan dan lingkungan dengan angin banyak. Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan pterygium antara lain uap kimia, asap, debu dan bendabenda lain yang terbang masuk ke dalam mata. Beberapa studi menunjukkan adanya predisposisi genetik untuk kondisi ini.
Faktor resiko
1. 2.
3.
4. 5.
6.
7.
Usia (dewasa > anak-anak) Pekerjaan (sering terpapar sinar UV) Tempat tinggal (daerah khatulistiwa) Jenis kelamin Herediter (autosomal dominan) Infeksi (Human Papiloma Virus (HPV)) Faktor resiko lainnya (kelembaban yang rendah, mikrotrauma (asap rokok, pasir))
Klasifikasi
Berdasarkan stadium pterygium dibagi ke dalam 4 stadium yaitu: Stadium I : jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea Stadium II : jika pterygium sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil, tidak lebih dari 2 mm melewati kornea. Stadium III : jika pterygium sudah melebihi stadium II tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm). Stadium IV : jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan.
Gejala Klinik
Gejala klinis pterigium pada tahap awal biasanya ringan bahkan sering tanpa keluhan sama sekali (asimptomatik). Bila masih baru, banyak mengandung pembuluh darah, warnanya menjadi merah, kemudian menjadi membran yang tipis berwarna putih dan stasioner. Bagian sentral melekat pada kornea dapat tumbuh memasuki kornea dan menggantikan epitel, juga membran Bowman, dengan jaringan elastis dan hialin. Pertumbuhan ini mendekati pupil. Biasanya didapat pada orang-orang yang banyak berhubungan dengan angin dan debu, terutama pelaut dan petani Beberapa keluhan yang sering dialami pasien antara lain: mata sering berair dan tampak merah merasa seperti ada benda asing timbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh pertumbuhan pterigium tersebut, biasanya astigmatisme with the rule ataupun astigmatisme irreguler sehingga mengganggu penglihatan pada pterigium yang lanjut (derajat 3 dan 4) dapat menutupi pupil dan
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada pterygium adalah topografi kornea untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa astigmtisme ireguler yang disebabkan oleh pterygium
Diagnosis banding
Pinguekula Penebalan terbatas pada konjungtiva bulbi, berbentuk nodul yang berwarna kekuningan.
Pterigium umumnya didiagnosis banding dengan pseudopterigium yang merupakan suatu reaksi dari konjungtiva oleh karena ulkus kornea. Pada pengecekan dengan sonde, sonde dapat masuk di antara konjungtiva dan kornea. Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat akibat ulkus. Sering terjadi saat proses penyembuhan dari ulkus kornea, dimana konjungtiva tertarik dan menutupi kornea. Pada pseudopterigium melalui anamnesa selalu didapatkan riwayat adanya kelainan kornea sebelumnya, seperti ulkus kornea.
Penatalaksanaan
Konservatif Pada pterigium yang ringan tidak perlu di obati. Untuk pterigium derajat 1-2 yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali sehari selama 5-7 hari. Diperhatikan juga bahwa penggunaan kortikosteroid tidak dibenarkan pada penderita dengan tekanan intraokular tinggi atau mengalami kelainan pada kornea. Operatif Pada pterigium derajat 3-4 dilakukan tindakan bedah berupa avulsi pterigium. Sedapat mungkin setelah avulsi pterigium maka bagian konjungtiva bekas pterigium tersebut ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang diambil
Indikasi Operasi Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm dari limbus Pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair dan silau karena astigmatismus Kosmetik, terutama untuk penderita wanita Teknik pembedahan Teknik bare sclera Teknik autograft konjungtiva Cangkok membran amnion
Terapi tambahan : Untuk mencegah terjadi kekambuhan setelah operasi, dikombinasikan dengan pemberian: Mitomycin C 0,02% tetes mata (sitostatika) 2x1 tetes/hari selama 5 hari, bersamaan dengan pemberian dexamethasone 0,1% : 4x1 tetes/hari kemudian tappering off sampai 6 minggu. Mitomycin C 0,04% (0,4 mg/ml) : 4x1 tetes/hari selama 14 hari, diberikan bersamaan dengan salep mata dexamethasone. Sinar Beta Topikal Thiotepa (triethylene thiophosphasmide) tetes mata : 1 tetes/ 3 jam selama 6 minggu, diberikan bersamaan dengan salep antibiotik Chloramphenicol, dan steroid selama 1 minggu.
Komplikasi
Komplikasi pterygium meliputi sebagai berikut:6,12 Pra-operatif:
Astigmat Salah satu komplikasi yang disebabkan oleh pterygium adalah astigmat karena pterygium dapat menyebabkan perubahan bentuk kornea akibat adanya mekanisme penarikan oleh pterygium serta terdapat pendataran daripada meridian horizontal pada kornea yang berhubungan dengan adanya astigmat. Mekanisme pendataran itu sendiri belum jelas. Hal ini diduga akibat tear meniscus antara puncak kornea dan peninggian pterygium. Astigmat yang ditimbulkan oleh pterygium adalah astigmat with the rule dan iireguler astigmat. Kemerahan Iritasi Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea Keterlibatan yang luas otot ekstraokular dapat membatasi penglihatan dan menyebabkan diplopia.
Intra-operatif: Nyeri, iritasi, kemerahan, graft oedema, corneoscleral dellen (thinning), dan perdarahan subkonjungtival dapat terjadi akibat tindakan eksisi dengan conjunctival autografting, namun komplikasi ini secara umum bersifat sementara dan tidak mengancam penglihatan. 12 Pasca-operatif: Komplikasi pasca eksisi adalah sebagai berikut: Infeksi, reaksi bahan jahitan, diplopia, jaringan parut, parut kornea, graft konjungtiva longgar, perforasi mata, perdarahan vitreus dan ablasi retina. Penggunaan mitomycin C post operasi dapat menyebabkan ektasia atau nekrosis sklera dan kornea
PENCEGAHAN
Memperkecil terpaparnya radiasi UV, angin, debu untuk mengurangi risiko berkembangnya Pterygium pada individu yang mempunyai resiko tinggi Jadi sebaiknya untuk para pekerja lapangan dianjurkan untuk menggunakan kacamata dan topi pelindung
PROGNOSIS
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Kebanyakan pasien dapat beraktivitas lagi setelah 48 jam post operasi. Pasien dengan pterygium rekuren dapat dilakukan eksisi ulang dan graft dengan konjungtiva autograft atau transplantasi membran amnion.
HIPERMETROPIA
Definisi
Hipermetropia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi difokuskan dibelakang retina.
Etiologi
Hipermetrop aksial Hipermetrop disebabkan sumbu mata akibat bola mata terlalu pendek atau (jarak kornea-retina) terlalu pendek. Hipermetrop Refraktif Terdapat indeks bias yang kurang pada sistem mata Hipermetrop Kurvatur Kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan dibelakang retina
Klasifikasi
Hipermetropi manifes Ditentukan dengan lensa sferis positif terbesar yang menghasilkan visus sebaik-baiknya. Pemeriksaan dilakukan tanpa siklopegi. Dibedakan menjadi hipetmetropi manifest absolut dan fakultatif, dimana hipetmetropi manifest absolut merupakan hipetropi yang tak dapat diatasi dengan akomodasi, sedangkan hipermetropi manifest fakultatif masih dapat diatasi dengan akomodasi Hipetmetropi total Merupakan seluruh derajat hipermetropi yang didapatkan setelah akomodasi dilenyapkan misalnya setelah pemberian siklopegi
Hipermetropi fakultatif Kelainan hipermetropi dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif Hipermetropia absolut Kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kaca mata positif untuk melihat Hipermetropi laten Merupakan selisih antara hipetropi total dan manifes, menunjukkan kekuatan tonus dari mm.siliaris
Gejala
Gejala pada hipermetropi dapat dibedakan menjadi berdasarkan gejala subjektif dan gejala objektif : Gejala subjektif terdiri dari : Penglihatan dekat kabur, kecuali pada hipermetrop tinggi atau pada usia tua, penglihatan jauh juga terganggu Asthenophia akomodatif dengan gejala sakit sekitar mata, sakit kepala, konjungtiva merah, lakrimasi, fotofobi ringan, mata terasa panas dan berat, mengantuk. Gejala biasanya timbul setelah melakukan pekerjaan dekat seperti menulis, membaca, dan sebagainya
Gejala objektif terdiri dari : Bilik mata depan dangkal karena akomodasi terus menerus sehingga menimbulkan hipertrofi otot siliaris yang disertai terdorongnya iris ke depan Pupil miosis karena berakomodasi. Pseudopapilitis (pseudoneuritis) karena hiperemis papil N.II akibat akomodasi terus menerus sehingga seolah-olah meradang
Penatalaksanaan
Terapi dilakukan dengan koreksi menggunakan lensa spheris positif terbesar yang memberikan visus terbaik dan dapat melihat dekat tanpa kelelahan. Secara umum tidak diperlukan lensa spheris positif pada hipermetropi ringan, tidak ada astenopia akomodatif, dan tidak ada strabismus.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditemukan antara lain: Glaukoma sudut tertutup karena sudut bilik mata depan dangkal Strabismus konvergen (esotrofia) akibat akomodasi terus menerus karena akomodasi disertai dengan konvergens
PRESBIOPI
Definisi
Presbiopi merupakan kondisi mata dimana lensa kristalin kehilangan fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda yang dekat. Presbiopi adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur. Presbiopi merupakan bagian alami dari penuaan mata. Presbiopi ini bukan merupakan penyakit dan tidak dapat dicegah.
Etiologi
Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut Kelemahan otot-otot akomodasi Lensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elastisitasnya akibat kekakuan (sklerosis) lensa
Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karenaadanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis)dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung. Dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.
Klasifikasi
Presbiopi Insipien tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca Presbiopi Fungsional Amplitud akomodasi yang semakin menurun dan akan didapatkan kelainan ketika diperiksa Presbiopi Absolut Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali Presbiopi Prematur Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan Presbiopi Nokturnal Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap disebabkan oleh peningkatan
Gejala
Kesulitan membaca tulisan dengan cetakan huruf yang halus / kecil Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih. Bisa juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca atau menegakkan punggungnya karena tulisan tampak kabur pada jarak baca yang biasa (titik dekat mata makin menjauh) Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca Terganggu secara emosional dan fisik Sulit membedakan warna
Diagnosis
1.
2.
Penatalaksanaan
Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, LASIK, LASEK, dan keratektomi fotorefraktif
TERIMA KASIH