Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan Case Report Session (CRS) yang berjudul “Veruka
Vulgaris.” CRS ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
Universitas Andalas.
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yang telah
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Veruka adalah proliferasi jinak pada kulit dan mukosa bagian epidermis yang
disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu. Human Papilloma Virus
adalah virus DNA yang tergolong dalam famili Papovaviridae, kelompok Papova, dan
subgrup Papilloma. Virus ini menginfeksi epitel yang defek, bereplikasi di lapisan
lebih dari 100 tipe,setiap tipenya menggambarkan klinis veruka yang berbeda.
Berdasarkan predileksi dan histopatologi, veruka dibagi menjadi tipe kutaneus (veruka
Veruka vulgaris (kutil, common wart) adalah veruka tipe kutaneus yang
ditemukan pada hampir semua golongan usia, namun sering pada anak, dan
kebanyakan disebabkan oleh HPV tipe 2 dan 41. Usia puncak terjadinya veruka kutaneus
(25%) adalah remaja dan dewasa muda. Ras kulit putih berisiko dua kali lebih besar
terkena veruka kutaneus dibandingkan ras lain. Di Australia, angka kejadian veruka
kutaneus nongenital pada anak usia sekolah mencapai 22% (16% veruka vulgaris, 6%
veruka plantar, dan 2% veruka plana). Di United Kingdom, prevalensi veruka kutaneus
namun hasil penelitian Tampi, et.al (2016) mengenai profil veruka vulgaris di
Poliklinik Dermatovenereologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandaou Manado,menjelaskan
bahwa dari 4099 kasus baru terdapat 43 kasus veruka vulgaris (1,05%), terbanyak ialah
sering terjadi trauma seperti tangan, jari, lutut, dan dapat menyebar ke bagian tubuh
lain termasuk mukosa mulut dan hidung. Gambaran klinis veruka vulgaris adalah papul
shape (kubah) maupun filiformis (mempunyai tangkai), berbatas tegas, dan jika digores
penyakit ini. Tujuan pengobatan adalah dekstruksi fisik sel epidermis yang terinfeksi.
Veruka vulgaris bersifat residif walaupun pengobatan yang diberikan telah adekuat4,5.
memiliki tingkat kemampuan 4A, artinya lulusan dokter harus mampu membuat
diagnosis klinik, dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan
Vulgaris.
1.3 Tujuan Penulisan
Case report ini ditulis berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Veruka vulgaris adalah proliferasi jinak epidermis kulit dan mukosa yang
1, 2, 4, 27, 57, dan 63, namun tersering tipe 2 dan 4. Penularan dapat langsung dari
kulit ke kulit atau tidak langsung melalui benda-benda yang dipakai seperti handuk,
sprei, dan lain-lain, sehingga sering terjadi autoinokulasi (penularan dari satu bagian
ke bagian tubuh lain pada orang yang sama). Virus masuk melalui epitel yang
berlebihan1,7.
2.2 Epidemiologi
sebanyak 1%, dan Indonesia belum jelas di ketahui. Dari segi usia, veruka tipe kutaneus
terjadi pada hampir semua golongan, namun sering pada anak. Berdasarkan penelitian
Williams, et.al (1993) dan Kyriakis, et.al (2007) mengenai epidemiologi veruka pada
anak sekolah di British, angka kejadian veruka vulgaris pada anak sekolah mencapai
3-20%.2Angka kejadian veruka vulgaris pada anak sampai dewasa muda adalah 10%
(terutama pada usia 5-20 tahun) dan hanya 15% pada usia di atas 35 tahun7,8.
retrospektif tahun 1982 menunjukkan bahwa dari 35 pasien veruka vulgaris, pasien
berada dalam usia antara 18-32 tahun (61% diantaranya adalah laki-laki)4,7.
Angka kejadian veruka vulgaris meningkat selama usia sekolah dan mencapai
puncaknya pada masa remaja dan dewasa awal.8,13 Dari 1000 anak di bawah 16 tahun
dengan kutil dirujuk ke klinik rumah sakit di Cambridge, Inggris,pada 1950 tahun, 70%
memiliki common wart, 24% plantar wart 3,5% plane wart, 2,0% filiform wart dan
dengan jelas7.
Di negara dengan layanan medis yang sangat maju, tingkat rujukan kutil ke
klinik dermatologi meningkat dalam 50 tahun terakhir. Namun, untuk common wart,
belum ada data yang cukup untuk menilai apakahini mencerminkan peningkatan nyata
2.3 Etiologi
Virus penyebabnya tergolong dalam virus papiloma (grup papova), virus DNA,
dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear.4 Ada 120 jenis tipe papilomavirus
double stranded virus DNA yang menyebabkan warts.4 Perbedaan tipe-tipe tersebut
meskipun semua dari tipe tersebut tidak umum. HPV ini terjadi di berbagai permukaan
kulit yang dilapisi epitel. Semua genom HPV tersusun dari 8000 pasang basa
nukleotida yang ditampilkan sebagai suatu sekuens linier tetapi sebenarnya merupakan
lingkaran tertutup dari DNA untai ganda. Kotak-kotak tersebut menggambarkan gen-
gen virus, masing-masingnya mengkode suatu protein. Regio regulasinya ialah segmen
DNA yang tidak mengkode protein, tetapi berpartisipasi dalam meregulasi ekspresi gen
2.4 Patofisiologi
Infeksi HPV terjadi melalui inokulasi virus pada epidermis yang mudah
kutil plantar pada perenang yang sering menggunakan kolam renang umum. Meskipun
reseptor seluler untuk HPV belum diidentifikasi, sel heparan sulfat (yang dikode oleh
proteoglikan dan berikatan dengan partikel HPV dengan afinitas tinggi) dibutuhkan
sebagai jalan masuknya. Untuk mendapat infeksi yang persisten, mungkin penting
untuk memasuki sel basal epidermis baik sel induk maupunsel yang diubah oleh virus
menjadi sel yang mirip sel induk. Dipercayai bahwa single copy atau paling tidak
beberapa copy dari genom virus dipertahankan sebagai suatu plasmid ekstra kromosom
dalam sel basal epitel yang terinfeksi. Ketika sel-sel ini membelah, genom virus juga
bereplikasi dan berpartisi pada tiap sel progeni, kemudian ditransportasikan ke dalam
sel yang bereplikasi saat mereka bermigrasi ke atas untuk membentuk lapisan yang
subklinis relatif panjang dan dapat merupakan sumber yang tidak terlihat dari virus
infeksius. Permukaan yang kasar dari kutil dapat merusak kulit yang berdekatan dan
dapat berlangsung dalam periode minggu hingga bulan. Lesi baru dapat dihasilkan baik
dari paparan insial maupun penyebaran dari kutil di sekitarnya. Tidak ada bukti yang
meyakinkan untuk diseminasi melalui darah. Autoinokulasi virus pada kulit yang
berlawanan sering kali terlihat pada jari-jari yang berdekatan dan di regio anogenital.1
Ekspresi virus RNA (transkripsi) sangat rendah sampai pada lapisan Malpigi
bagian atas, tepat sebelum lapisan granulosum, dimana sintesis DNA virus biasanya
menghasilkan ratusan kopi genom virus tiap sel. Protein kapsid virus disintesis menjadi
virion di sel nukleus. DNA virus yang baru disintesis ini dikemas menjadi virion dalam
nukleus dari sel-sel Malpigi yang berdifferensiasi ini. Protein virus yang dikenal
dengan E1- E4 (produk RNA yang terbelah dari gen-gen E1 dan E4) dapat
menginduksi terjadinya kolaps dari jaring-jaring filamen keratin sitoplasma. Hal ini
memfasilitasi pelepasan virion dari ikatan silang sitoskeleton sel keratinosit sehingga
lain seperti virus herpes simpleks atau human immnodeficiency virus (HIV). Oleh
karena itu, mereka tidak memiliki selubung lipoprotein yang menyebabkan kerentanan
terhadap inaktivasi yang cepat oleh kondisi lingkungan seperti pembekuan, pemanasan,
atau dehidrasi dengan alkohol. Berbeda dengan hal itu, virion HPV resisten terhadap
yang kuat seperti sodium dodesil sulfat, atau temperatur tinggi yang berkepanjangan
ketika disimpan di gliserol dalam temperatur ruangan. Bentuk L1 (late region 1) dan
L2 (late region 2) membentuk kapsid protein yang sangat stabil dan terbungkus rapat.1
Gambar 1. Siklus hidup high-risk HPV pada epitel serviks. Pada epitel berlapis, seperti ektoserviks,
infeksi virus diduga memerlukan kehadiran dari microwound yang memungkinkan virion masuk ke
lamina basalis. Selyang terinfeksi ini membelah dan menghasilkan sel anak yang didorong keluar
menuju permukaan epitel. Berbagai aktivitas dalam siklus hidup virus dipicu pada berbagai tahap selama
migrasi ini.PAE: Posisi situs polyadenylation awal; PAL: Posisi situs polyadenylation terlambat; PE:
Promotor awal, juga disebut sebagai p97; PL: Promotor akhir, juga disebut sebagai p670.11
untuk memungkinkan enzim-enzim dan kofaktor yang penting untuk replikasi DNA
virus karena replikasi virus terjadi pada tingkatan yang lebih tinggi dari epitel dan
terdiri dari keratinosit yang tidak bereplikasi.HPV memiliki kebutuhan yang tinggi
akan sel epidermis manusia pada tingkat diferensiasi tertentu. Hal ini menyebabkan
virus ini dari eliminasi oleh sistem imun. Lesi ini bisa sporadik, rekuren, atau
persisten.1
2.5 Klasifikasi
Penyakit veruka mempunyai beberapa bentuk klinis yaitu:4
1. Veruka vulgaris
3. Veruka plantaris
4. Veruka akuminatum
Verukavulgaris sering dijumpai pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa
walaupun demikian penyebarannya dapat ke bagian lain tubuh termasuk mukosa mulut
dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau jika
kulit(Gambar 2) atau kehitaman (pigmented wart). Dapat tunggal atau banyak tersebar,
dapat juga berkelompok. Bentuk lain berupa nodul berbentuk dome-shape pada
4) biasanya berlokasi di wajah dan daerah berambut atau dapat berupa cutaneous horn.
Lokasi veruka vulgaris paling sering di bagian dorsal tangan dan subungual. Veruka
yang ditemukan pada telapak kaki disebut dengan veruka plantaris (Gambar 5).
Apabila veruka pada telapak tangan atau telapak kaki bergabung menjadi plak yang
besar, maka dikenal sebagai mosaic wart (Gambar 6).Lesi di oral berbentuk papul
kecil atau plak, berwarna merah muda atau putih, lunak. Lokasi dapat pada mukosa
Veruka periungual atau subungual biasanya disekitar dan dibawah nailbed jari
oleh bakteri, nyeri, dan biasanya resisten terhadap terapi. Sering timbul lesi satelit
terutama pada yang mengalami iritasi, dimanipulasi, atau diterapi dengan tidak
sempurna. Jika diagnosis meragukan, gores lesi dengan skalpel sehingga tampak
gambaran khas punctate black dots yang menunjukkan suatu trombosis kapiler.5
Riwayat perjalanan penyakit dan gejala klinis, seperti papul yang perlahan
2.7.1 Anamnesis
Dilihat dari identifikasi pasien, veruka vulgaris sering menyerang anak usia
menimbulkan gejala klinis, terdapat periode infeksi subklinik yang panjang. Benjolan
biasa muncul 2-9 bulan setelah inokulasi. Biasanya pasien mengeluhkan terdapat
benjolan kecil yang padat di daerah tangan dan kaki, terutama pada jari dan telapak.
Infeksi yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini terbatas pada epitel
dan tidak menyebabkan gangguan sistemik sehingga tidak disertai dengan gejala-gejala
prodromal. Gambaran klinis, riwayat penyakit, papul yang membesar secara perlahan
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan veruka
Veruka vulgaris dapat timbul di berbagai bagian tubuh terutama di kaki dan tangan.
Apabila dilakukan goresan, akan timbul inokulasi di sepanjang goresan atau disebut
Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak kutil
dalam jumlah banyak. Ada pendapat yang menggolongkan sebagai penyakit yang dapat
sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang terdapat di daerah muka
dan kulit kepala berbentuk seperti penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit,
dan permukaannya verukosa, disebut juga sebagai verukosa filiformis (Gambar 7).4
Menurut sifat progresinya, lesi pada verika vulgaris adalah papula kecil seukuran
kepala jarum, warna kulit seperti biasa, jernih, kemudian tumbuh menonjol, permukaan
Gambar 8. Common wart pada punggung tangan (didapatkan dari Rumah Sakit Addenbrooke,
Cambridge, UK)7
tidak jelas pada pasien veruka vulgaris. Gambaran histopatologis dapat membedakan
memanjang seringkali tertuju langsung pada pusat veruka. Pada dermis, pembuluh
yang terinfeksi HPV mungkin memiliki granul-granul eosinofilik kecil dan kelompok
dariprotein HPV (E1-E4) dan tidak menunjukkan banyaknya partikel virus. Veruka
yang datar kurang memiliki akantosis, hiperkeratosis dan tidak memiliki parakeratosis
lesi virus.1,7
Gambar 9. Gambaran histopatologi verruca vulgaris.Proses ini adalah salah satu contoh hyperplasia
yang ekstensif, dan sel hiperplastik mengandung intranuklear dan intracytoplasmic inclusion body.1
Lesi yang umum seperti keratosis seboroik, nevus, hiperplasi kelenjar sebasea,
klavus, granuloma piogenik, atau SCC, dapat menyerupai gambaran klinis veruka.
Diagnosis banding berbeda-beda bergantung pada tipe lesi dan lokasi yang terkena.
Pada veruka vulgaris, yang dapat dijadikan diagnosis banding adalah molluscum
Moluskum Kontagiosum
Pada molluskum kontagiosum, lesi solid dan tersebar, berupa papul berdiameter
1-2mm,seperti mutiara, bagian tengah terdapat daerah umbilikasi disebut dele berisi
Gambar 10. (A) Moluskum Kontagiosum pada badan. (B) Moluskum Kontagiosum
padapenis.2
Keratosis Seboroik
Lesi berukuran kecil hingga membentuk papul hingga plak dengan permukaan
kasar (Gambar 11). Predileksi adalah di dada dan punggung, leher, pundak, wajah dan
Keratosis Aktinik
Lesi merupakan lesi tunggal atau berkelompok, terpisah, kering, kasar, dan
biasanya pada orang dewasa terjadi karena pajaran sinar matahari (Gambar 12). Lokasi
lesi biasanya terletak pada wajah, telinga, bagian punggung tangan, dan telapak tangan.
Pasien biasanya datang dengan keluhan rasa tidak nyaman jika lesi disentuh.2,13
2.9 Penatalaksanaan
dilakukan pengobatan nonbedah (topikal dan sistemik) dan bedah. Pengobatan topikal
adalah asam salisilat, glutaraldehida, formalin, imiquimod (aldara), 5-fluorourasil, dan
Tindakan bedah antara lain bleomycin (blenoxane), bedah beku nitrogen cair
eksisi.1,11,14
Sebuah persiapan yang mengandung 12-26% asam salisilat dengan tambahan asam
laktat, dalam collodion adalah pilihan pertama untuk veruka vulgaris dan veruka
plantaris. Dalam studi banding penggunaan harian selama 3 bulan mencapai angka
kesembuhan dari 67% untuk kutil tangan, 84% untuk kutil plantar sederhana dan 45%
Glutaraldehida
Sediaan mengandung glutaraldehid 10% dalam etanol berair atau formulasi gel. Fakta
bahwa glutaraldehida mongering di kulit tanpa mungkin terhapus sangat berguna untuk
pengobatan kutil pada kaki. Sebuah sediaan Glutaraldehida 20% dalam larutan air
menghasilkan 72% angka kesembuhan untuk berbagai kutil kulit yang berbeda dalam
25 individu. Dermatitis kontak alergi untuk glutaraldehida yang terjadi sesekali dan
Membasahi atau kompres lesi dengan 2-3% formalin dalam air(formalin sekitar
37% formaldehid dalam air) efektif untuk kutil plantar, tetapi memakan waktu dansulit
untuk membatasi kulit yang terkena. Daerah yang terkena harus direndam dalam
larutan untuk selama 15-20 menit per hari, dengan menggunakan softparafin sebagai
penghalang untuk melindungikulit. Formalin ini virucidal tetapi juga mengering dan
Imiquimod (Aldara)
Imiquimod sebagai krim 5%. Beberapa penelitian menghasilkan hasil yang berbeda.
Topikal 5-fluorourasil
danasam salisilat 10%, 50% membersihkan kutil tangan pada pekerja unggas,
5-FU efektif untuk verruca plana, meskipun nilainya dibatasi oleh tinggi kejadian
intralesi.7
telah memberikan hasil yang bertentangan. Dalam sebuah studi terbuka18 pasien yang
diobati dengan 30-40 mg/kg setiap hari selama 3 bulan,dua pertiga menunjukkan
terkontrol dari 54 pasien, tidak ada manfaat signifikan yang diamati. Simetidin juga
telah digunakan pada anak dengan dosis kecil untuk mengobati common wartsetelah
Retinoid
proses pengurangan keratin dan akselerasi klirens kutil dengan menginduksi dermatitis
iritan. Penelitian kecil membuktikan efisiensi nya pada kutil yang ekstensif pada anak.
Dosis etretinate 1 mg/kgBB/hari selama kurang dari 3 bulan pada 20 anak dalam
Retinoid dapat digunakan sebagai pengobatan lini kedua untuk flat wart.2,7,11
Antiviral
sehingga dapat merusak sel. Cidofovir dapat digunakan secara sistemik dengan infusi
(5 mg/kg/satu kali dalam seminggu) atau secara topikal dengan 1% gel atau krim atau
injeksi intralesi (2.5 mg/ml). Veruka plantaris, anogenital, oral, dan laryngeal wart
Merupakan agen kemoterapi yang menginhibisi sintesis DNA dalam sel dan
virus. Bleomycin dapat digunakan sebagai terapi alternatif pada kutil yang tidak
berespon terhadap terapi lain atau sulit untuk dilakukan pembedahan. Terdapat 15 unit
vial Bleomicyn; diencerkan dalam 30ml NS dan 0.3ml (0.15 unit) diinjeksikan ke
dalam kutil tersebut. Injeksi dapat dilakukan setiap 3-4 minggu sampai bersih dari
veruka. Efek samping yang didapat berupa bekas luka (scar), perubahan pigmentasi
Krioterapi
Krioterapi dengan nitrogen cair digunakan pada kutil yang tidak berhasil
diobati dengan obat olesan. Bisa menggunakan peralatan sederhana berupa cutton bud,
alat ini dimasukkan ke dalam nitrogen cair dan kemudian ditutulkan pada kutil sampai
kutil dan kulit sekitar yang mengelilinginya membeku. Cara lain adalah dengan
minggu memberikan angka kesembuhan 30-70% untuk kutil tangan setelah 3 bulan.
Kerugian utama dari pembekuan adalah nyeri. Hal initak terduga dan mengejutkan
variabel antara pasien,tetapi dalam beberapa kasus, terutama dengan waktu pembekuan
lebih lama, itubisa berat dan menetap selama beberapa jam atau bahkan beberapahari.2
Kauter/Bedah listrik
Kauter digunakan untuk kutil dengan ukuran relative besar dan kutil yang
kutil tersebut dihentikan dan dasar dari kutil tersebut dibakar dengan diatermi atau
kauter. Luka akibat tindakan ini dapat sembuh dalam 2 minggu, dan meskipun
demikian sebanyak 20% untuk angka rekurensinya. Efek samping tindakan ini tidak
ada selain menimbulkan rasa nyeri saat tindakan dan membawa risiko jaringan
parut.7,15
Laser
berbeda dari kutil, baik kulit danmukosa. Hal ini dapat efektif dalam memberantas
beberapa kutil sulit, seperti kutil periungual dan subungual,yang telah tidak responsif
terapi laser dapat menyebabkan rasa sakit pasca-operasi yang signifikan, jaringan parut
Koagulator inframerah
Bedah Eksisi
Metode dengan eksisi ini dilakukan dengan menggunakan scalpel (pisau bedah)
dan dibawah anesthesia lokal. Kemudian luka bekas eksisi ditutup dengan jahitan dan
biasanya jaringan parut tidak dapat dihindarkan dan kekambuhan pada kutil dibekas
2.10 Komplikasi
Pada veruka vulgaris, tidak terdapat literatur atau penelitian yang menunjukan
komplikasi berarti. Tetapi hal ini tidak senada dengan veruka genitalis. Risiko
tinggi.1Masalah yang timbul pada veruka vulgaris adalah masalah kosmetik, baik
sebelum maupun setelah dilakukan terapi, dimana risiko jaringan parut paska bedah
tinggi.7
2.11 Prognosis
Kisaran 23% terjadi regresi spontan dalam waktu 2 bulan, 30% dalam waktu 3
bulan dan 65% -78% dalam 2 tahun. Pasien yang sebelumnya telah terinfeksi memiliki
risiko lebih tinggi untuk pengembangan veruka baru daripada mereka tidak pernah
terinfeksi. Tingkat kesembuhan dipengaruhi oleh faktor jenis virus dan status
banyak studi yang menunjukkan DNA HPV terdapat pada keratosis aktinik, karsinoma
sel basal dan psoriasis dalam kadar rendah. Tetapi etiologi dan patogenesis dari lesi
mendeteksi DNA HPV pada kulit normal dan pada folikel rambut normal.1,2,7,15
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. D.E.P
MR : 01023564
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Islam
Suku : Minang
ANAMNESIS
kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 3 Agustus 2018, dengan:
Keluhan Utama
Kutil yang bertambah besar di bawah sudut kanan mata kanan sejak 6 bulan
- Kutil pertama kali muncul ± 5 tahun yang lalu dibawah sudut kanan mata kanan,
awalnya seperti tahi lalat dan tidak menonjol, lama kelamaan bertambah besar
- Gatal ada dirasakan hilang timbul, dan gatal dirasakan meningkat dalam 1 bulan
ini.
- Pasien memakai handuk bersama ada dengan orang tua dan saudara pasien.
- Wajah pasien rutin terpapar debu saat berkendara dengan sepeda motor ke
tempat kuliah.
- Riwayat trauma atau luka lecet di bawah sudut kanan mata kanan tidak ada.
Riwayat Keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Berat badan : 56 kg
IMT : 23,3
Distribusi : Terlokalisir
Bentuk : Bulat
Susunan : Soliter
Batas : Tegas
Ukuran : Lentikular
DIAGNOSIS KERJA
Veruka vulgaris
DIAGNOSIS BANDING
Hb : 13,7 g/dl
Hematokrit : 43%
RESUME
- Kutil yang bertambah besar di bawah sudut kanan mata kanan sejak 6 bulan
yang lalu.
- Kutil pertama kali muncul ± 5 tahun yang lalu dibawah sudut kanan mata kanan,
awalnya seperti tahi lalat dan tidak menonjol, lama kelamaan bertambah besar
- Gatal ada dirasakan hilang timbul, dan gatal dirasakan meningkat dalam 1 bulan
ini.
- Riwayat pemakaian handuk bersama ada dengan orang tua dan saudara pasien.
- Distribusi : Terlokalisir
- Bentuk : Bulat
- Susunan : Soliter
- Batas : Tegas
- Ukuran : Lentikular
DIAGNOSIS
Veruka Vulgaris
PENATANALAKSAAN
UMUM
- Edukasi kepada pasien untuk mengurangi kontak dengan kutil tidak menyebar
ke daerah kulit yang sehat, kalau hendak berkontak, cacilah tangan terlebih
dahulu.
- Pisahkan alat-alat yang digunakan khusus untuk daerah kutil, sehingga kutil
- Jagalah tangan tetap kering, karena kutil lebih sulit dikendalikan pada
KHUSUS
Kloramfenikol 1% 2x sehari
poliklinik kulit dan kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 3 Agustus 2018
Infeksi HPV pada pasien bersifat klinis dan menyebabkan kelainan kulit berupa
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dari anamnesis diketahui bahwa muncul kutil sejak
± 5 tahun yang lalu dibawah sudut kanan mata kanan, awalnya seperti tahi lalat dan
tidak menonjol, lama kelamaan bertambah besar dan menonjol teruma dirasakan sejak
6 bulan terakhir. Gatal ada dirasakan hilang timbul, dan gatal dirasakan meningkat
dalam 1 bulan ini. Riwayat berkontak dengan penderita kutil disangkal. Pasien
mengaku kadang mencuci muka dan mandi kadang sekali sehari, memakai handuk
bersama ada dengan orang tua dan saudara pasien. Pasien juga mengaku wajah pasien
rutin terpapar debu saat berkendara dengan sepeda motor ke tempat kuliah. Pola makan
pasien kurang teratur, suka mengkonsumsi makanan berminyak dan berlemak serta
kurang mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan. Riwayat trauma atau luka lecet
kanan, terlokalisir, bulat, soliter, dengan batas tegas, ukuran lentikuler dengan
ini berupa Edukasi kepada pasien untuk mengurangi kontak dengan kutil agar kutil
tidak menyebar ke daerah kulit yang sehat, jangan menyikat, menjepit, mencukur,
Prognosis pada pasien ini adalah Quo ad vitam bonam, Quo ad sanationam
1. Androphy EJ, Lowy DR. Warts. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Viral Disease: Papovarirus Group.
3. Tampi PGI, Mawu FO, Niode NJ. Profil Veruka Vulgaris di Poliklinik Kulit
4. Handoko RP.Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam.
33.41-33.51.
10. Doorbar J, Quint W, Lawrence B, Bravo IG, Stoler M, Broker TR, Stanley MA.
Elsevier; 2012.
11. Harvey GS. Topical Treatments for Cutaneous Warts (Review). Dermatology;
2009. p.1-3.
12. Prince N. Infeksi Saluran Genital. In: Price SA, Wilson LM,
13. Kirnbauer R, Lenz P, Okun M. Human Papilloma Virus. In: Bolognia J, Jorizzo
14. Habif TP. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4