Anda di halaman 1dari 159

LAPORAN JAGA RESIDEN MATA

Sabtu, 2 November 2019 pukul 07.00 WIB s/d


pukul 19.00 WIB

Konsulen Jaga : dr. H. Alie Solahuddin, Sp.M (K)

Residen Jaga:
Jaga II : dr. Ria Mutiara
Jaga Ib : dr. Rika Anggraini
Jaga Ia : dr. Ratri Prasetya
Jaga Magang : dr. Putri Dwi Kartini
dr. M. Dani Hamid Arma
1
Data dasar Permasalahan Assesment Planning
An. L/Pr/24thn/Luar kota Segment Anterior - Ruptur Margo • KIE
Palpebra
• Informed consent
Palpebra Sinistra: Superior
KU: Keluar darah dari Superior: Fullthickness OS • Pro Repair Ruptur
kelopak mata kiri atas setelah Edema (+), tampak ruptur - Ruptur palpebra Margo Palpebra
terbentur pintu sejak ± 3 jam margo palpebra superior partial Superior OS
sebelum datang ke RS fullthickness 10 mm dari thickness OS • Repair Ruptur
canthus medial
memanjang ke arah Palpebra Superior
RPP: Sejak ± 3 jam sebelum superomedial, uk 3x3mm, ICD X: OS
datang ke RS, keluar darah tepi rata, luka bersih. • S05.32 Ocular • Asam mefenamat
dari kelopak mata kiri atas laceration 3 x 500 mg PO
setelah terbentur pintu. without prolapse
Tampak ruptur palpebra • Ciprofloxacin 2 x
Kelopak mata kiri sulit dibuka or loss of
superior, partial thickness 500 mg PO
(+), Nyeri (+), mata merah (-), intraocular
dari margo inferior tissue, left eye • Cloramphenicol
mata berair (-), keluar darah memanjang ke arah EO 1ue/8jam OS
dari dalam bola mata (-), lateral, uk 10x1mm, luka
keluar cairan seperti putih bersih, dasar otot, tepi
telur dari dalam bola mata (-). rata.

Riwayat kaca mata (-)


Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat kencing manis (-)

2
STATUS GENERALIS

Kesadaran : Compos mentis


Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : Afebris

3
Status Oftalmologis
VOD : 6/6 VOS : 6/6
TIOD : 15,6 mmHg TIOS : P=N+0

KBM Ortoforia

GBM

Rima Orbita Krepitasi (-) Krepitasi (-)

4
OD OS

Palpebra Tenang Edema (+), tampak ruptur margo palpebra


superior fullthickness 10 mm dari canthus medial memanjang
ke arah superomedial, uk 3x3mm, tepi rata, luka
bersih.

Tampak ruptur palpebra superior, partial thickness


dari margo inferior memanjang ke arah lateral, uk
10x1mm, luka bersih, dasar otot, tepi rata
Konjungtiva Tenang Hiperemis
Kornea Jernih Jernih, FT (-)

BMD Sedang Sedang

Iris Gambaran Baik Gambaran Baik

Pupil Bulat, sentral, RC (+), ø 3 Bulat, sentral, RC (+), ø 3 mm, RAPD (-)
mm, RAPD (-)

Lensa Jernih Jernih

5
Segmen Posterior
Segmen Posterior : RFODS (+)
FODS:
Papil : Bulat, batas tegas, warna merah normal, c/d 0,3, a/v :2/3
Makula : RF (+) N
Retina : Kontur Pembuluh Darah baik

6
Foto Pasien

7
Hasil Laboratorium
•Bleeding Time: 2 menit
•Hb : 12,2 g/dl
•Cloting Time : 9 menit
•Eritrosit : 4.57 106/mm3
•Ureum : 12 mg/dL
•Leukosit : 8.000/mm3
•Creatinine: 0.70 mg/dL
•Ht: 36 %
•BSS : 101 mg/dL
•Trombosit : 334 103/μl
•Natrium: 143
•Diff count: 0/0/1/90/5/4
•Kalium : 3.4
•HBSAg: non reactive

8
Foto Intra Operatif
Foto Intra Operatif
Follow Up Hari 1
(3 November 2019)
OD OS

VISUS 6/6 6/6


TIO 15,6 mmHg P=N+0
KBM Orthophoria
GBM
OD OS
Palpebra Tenang Edema (+), tampak 3 jahitan margo 6mm
superior dari kantus medial,tampak 6 jahitan ke arah
Follow Up superomedial, jahitan baik, terpasang
jahitan anchor, darah (-), pus (-).

Palpebra Tampak 5 jahitan jarak 10 mm dari margo


inferior palpebra ke arah inferolateral, jahitan baik,
darah (-), pus (-)
Konjungtiva Tenang Hiperemis
Kornea Jernih Jernih

BMD Sedang Sedang


Iris Gambaran Baik Gambaran baik
Pupil Bulat, sentral, RC (+), ø Bulat, sentral, RC (+), ø 3 mm, RAPD (-)
3 mm, RAPD (-)
Lensa Jernih Jernih
Segmen Posterior
Segmen Posterior : RFODS (+)
FODS:
Papil : Bulat, batas tegas, warna merah normal, c/d 0,3, a/v :2/3
Makula : RF (+)N
Retina : Kontur Pembuluh Darah baik

13
Assessment:
Post Ekstraksi Korpus Alienum Kayu Palpebra Superior OS +
Repair Ruptur Palpebra Superior Fullthickness dengan
keterlibatan margo OS + Repair Ruptur Palpebra Inferior Partial
Thickness OS Hari ke-1

Planning:
- Cefixime syrup 1 1/2cth/12 jam PO
- Paracetamol syrup 1 1/2cth/8jam PO
- Levofloxacin ED 1 tts/4jam OS
- Kloramfenikol EO 1 ue/8 jam OS

14
Follow Up Hari-2
(4 Oktober 2019)
OD OS

VISUS 6/9 6/9


TIO P=N+0 P=N+0
KBM Orthophoria
GBM
OD OS
Palpebra Tenang Edema (+), tampak 3 jahitan margo 6mm
superior
Follow Up dari kantus medial,tampak 6 jahitan ke arah
superomedial, jahitan baik, terpasang
anchor, darah (-), pus (-).

Palpebra Tampak 5 jahitan jarak 10 mm dari margo


inferior palpebra ke arah inferolateral, jahitan baik,
darah (-), pus (-)
Konjungtiva Tenang Hiperemis (+) berkurang
Kornea Jernih Jernih

BMD Sedang Sedang


Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, sentral, RC (+), ø Bulat, sentral, RC (+), ø 3 mm, RAPD (-)
3 mm, RAPD (-)
Lensa Jernih Jernih
Segmen Posterior
Segmen Posterior : RFODS (+)
FODS:
Papil : Bulat, batas tegas, warna merah normal, c/d 0,3, a/v :2/3
Makula : RF (+)N
Retina : Kontur Pembuluh Darah baik

17
Assessment:
Post Ekstraksi Korpus Alienum Kayu Palpebra Superior OS +
Repair Ruptur Palpebra Superior Fullthickness dengan
keterlibatan margo OS + Repair Ruptur Palpebra Inferior Partial
Thickness OS Hari ke-2

Planning:
- Cefixime syrup 1 1/2cth/12 jam PO
- Parasetamol syrup 1 1/2cth/8jam PO
- Levofloxacin ED 1 tts/4jam OS
- Kloramfenikol EO 1 ue/8 jam OS

18
19
26
27
28
29
Post operative
•After repair of penetrating anterior segment trauma
– preventing infection,
– suppressing inflammation,
– controlling IOP,
– relieving pain.
•Intravenous antibiotics (eg, a cephalosporin and an
aminoglycoside) for 48 hours, followed by an oral antibiotic
such as moxifloxacin ( 400 mg PO daily) for 3-5 days, should
be considered.
•Topical antibiotics are generally instilled 4 times a day for 7
days or until epithelial closure of the ocular surface is
complete.
•Topical corticosteroids and cycloplegics are slowly tapered,
depending on the degree of inflammation. A fibrinous
response in the anterior chamber may respond well to a
short course of systemic prednisone.
Follow up
•Corneal sutures that do not loosen spontaneously are
generally left in place for at least 3 months and then
removed incrementally over the next few months.
•Fibrosis and vascularization are indicators that enough
healing has occurred to render suture removal safe.
•Follow up:
– Applying fluorescein at each postoperative visit is mandatory
to ensure that suture erosion through the epithelium has not
occurred, as these eroded sutures can induce infection.
– Traumatized eyes are also at increased risk of retinal
detachment, so frequent examination of the posterior
segment is mandatory.
– If media opacity precludes an adequate fundus examination,
evaluation for an afferent pupillary defect and B-scan
ultrasonography are helpful in monitoring retinal status.
Tujuan repair laserasi
korneo sklera

Mengembalikan
Utama integritas bola
mata

Perbaikan
Kedua visus
Komplikasi laserasi
korneosklera

Iris prolaps
Hifema
Katarak traumatika
Glaukoma sekunder
Endoftalmitis
Astigmatisme
Sikatrik pada kornea
Characteristics of an Ideal
Eye Trauma Terminology
System
In an ideal eye trauma terminology system, the following
criteria must be satisfied:
• The tissue of reference must always be obvious.
• Each term must have a unique definition.
• No term can be applied for more than a single injury type.
• No injury may be described by different terms.
• All injury types must be included.
Table 1.1.1 A selection of confusing eye injury terms in the literature and
their recommended substitutes
ANTI TETANUS SERUM
Suntikan tetanus ada 2 macam, yaitu :
Anti Tetanus Serum (ATS) & vaksin tetanus toxoid
ATS 1500 IU merupakan serum yang dapat langsung mencegah
timbulnya tetanus
Vaksin tetanus toxoid 0,5 ml tidak untuk mencegah tetanus saat itu,
namun untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap tetanus, sehingga
mencegah terjadinya tetanus di kemudian hari bila ternyata luka
tersebut masih mengandung kuman, juga mencegah tetanus pada
kejadian lain dalam jangka waktu kira-kira 6 bulan bila tanpa booster
INDIKASI SUNTIKAN
ANTI TETANUS SERUM
Luka cukup besar atau dalam (lebih dari 1 cm)
Luka berbentuk bintang
Luka berasal dari benda yang kotor & berkarat
Luka gigitan hewan dan manusia
Luka tembak dan luka bakar
INDIKASI SUNTIKAN
ANTI TETANUS SERUM
Luka terkontaminasi, yaitu :
- luka yang lebih dari 6 jam tidak ditangani
- Atau, luka kurang dari 6 jam namun terpapar banyak
kontaminasi
- Atau, luka kurang dari 6 jam namun timbul karena
kekuatan yang cukup besar (misalnya luka tembak
atau terjepit mesin)
Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus
yang jelas atau tidak mendapat booster selama 5 tahun
atau lebih
Indikasi suntikan ATS (Anti Tetanus Serum)
Luka cukup besar (dalam lebih dari 1 cm)
Luka berbentuk bintang
Luka berasal dari benda yang kotor dan berkarat
Luka gigitan hewan dan manusia
Luka tembak dan luka bakar
Luka terkontaminasi, yaitu: luka yang lebih dari 6 jam tidak ditangani, atau
luka kurang dari 6 jam namun terpapar banyak kontaminasi, atau luka kurang
dari 6 jam namun timbul karena kekuatan yang cukup besar (misalnya luka
tembak atau terjepit mesin)
Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus yang jelas atau tidak
mendapat booster selama 5tahun atau lebih

DEWASA 1500 IU IM
ANAK- ANAK 750 IU IM
Tetagam
Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), trauma mata dibagi
menjadi:5
Tertutup
Kontusio: tidak ada luka pada bola mata
Laserasi lamellar: hanya mengenai setengah dari ketebalan dinding bola mata.
Terbuka
Laserasi: mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang disebabkan benda tajam
Penetrasi: satu agen menyebabkan satu luka masuk
Benda asing dalam mata: sama dengan penetrasi tetapi dikelompokan sendiri karena memerlukan penanganan
berbeda.
Perforasi: terdapat luka masuk dan luka keluar
Ruptur: mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang disebabkan benda tumpul
Nama Obat sediaan Waktu max Waktu max Lama kerja Lama kerja
u/ midriasis u/ midriasis sikloplegik
sikloplegik
Atropin 0,5%, 1% 30-40 mnt 1 hari 7-10 hari 2 minggu
ED,1% EO,
1%
midriatik
injeksi
Siklopentolat 0,5%, 1% 15-30 mnt 15-30 mnt 24 jam 24 jam
ED

Tropikamid 0,5%,1% 15-30 mnt 25 mnt 4-6 jam 6 jam


(mydriatil) ED

Homatropine 1%,2% ED 30-60 mnt 30-60 mnt 1-2 hari 1-2 hari
Topographical Measurements to be
Remembered
Location of the ora – 7.5 to 8 mm from limbus.
Equator – 13.7 mm from the limbus
I mm less nasally
1 mm more temporally
The ASA physical status classification system is a system for assessing the fitness of patients
before surgery. In 1963 the American Society of Anesthesiologists (ASA) adopted the five-
category physical status classification system; a sixth category was later added. These are:
1. A normal healthy patient.
2. A patient with mild systemic disease.
3. A patient with severe systemic disease.
4. A patient with severe systemic disease that is a constant threat to life.
5. A moribund patient who is not expected to survive without the operation.
6. A declared brain-dead patient whose organs are being removed for donor purposes.
tanda-tanda bola mata tembus seperti :
- Tajam penglihatan yang menurun
- Tekanan bola mata yang rendah
- Bilik mata dangkal
- Bentuk dan letak pupil yang berubah
- Terlihat adanya ruptur pada kornea atau
sklera
- Terdapat jaringan yang prolaps, seperti
cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina
- Konjungtivis kemotis
Tanda ruptur sklera

1. Tajam penglihatan menurun


2. Sekali persepsi cahaya /tidak ada persepsi cahaya
3. Kemosis
4. Perdarahan subkonjungtiva 360◦
5. Hifema
6. TIO<10 mmHg
7. Pupil lonjong
8. Perubahan letak lensa dan diafragma iris

58
Tata laksana pre – operasi
Bila tindakan operasi diperlukan, ideal untuk dilakukan sesegera mungkin
sebelum 36 jam, untuk mencegah prolap jaringan intraokular, mengurangi rasa
sakit, kontaminasi mikroba pada luka, migrasi epitel kedalam luka, inflamasi
intraokular dan kekeruhan lensa.

Tindakan pertama yang dilakukan :


◦ Berikan pelindung mata
◦ Hindari terapi topikal
◦ Berikan penenang
◦ Berikan analgetik
◦ Berikan anti emesis
◦ Kultur
◦ Antibiotik intravena ( tobramisin, clindamycin atau vancomycin )
Anestesi.
Anastesi umum dipergunakan untuk repair bola mata, sebab anestesi
retrobulbar atau peribulbar akan meningkatkan tekanan bola mata. Diberikan
muscle relaxant yang cukup untuk menghindari prolapnya isi bola mata.
Repair sekunder
Pengangkatan benda asing intraokular, repair iris, ekstraksi katarak, vitrektomi,
insersi lensa intraokular dan krioterapi pada robekan retina merupakan
indikasi setelah repair primer laserasi korneo sklera. Keputusan perlu
diambil untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan setelah operasi
primer tergantung fasilitas yang ada, instrument, terlihat atau tidak struktur
segmen anterior dan pembuatan informed consent.
Bila kekeruhan lensa bertambah, inflamasi intraokular akan bertambah parah,
kesempatan untuk meletakkan lensa intraokular akan hilang. Penderita akan
merasa sakit
Bila benda asing terlihat disegmen anterior, sebaiknya diangkat melalui lubang
luka atau insisi limbal.
Perbaikan ruptur iris tidak hanya memberbaiki fungsi iris dan perbaikan visus,
tetapi juga mengembalikan iris pada permukaan yang baik untuk
menghindarkan sinekia. Bila terjadi iridodialisis, akan menyebabkan diplopia
dan eksentrik pupil, sehingga perlu dikembangkan keposisi semula.
63
Orbicularis oculi muscle anatomy. (A) Frontalis, (B)
corrugator superciliaris, (C) procerus, (D) orbital
orbicularis, (E) preseptal orbicularis, (F) pretarsal
orbicularis.

64
65
66
67
68
69
70
71
BEDAH REKONSTRUKSI PALPEBRA adalah bedah plastik
palpebra yang tujuannya untuk meningkatkan fungsi dan
penampilan mata.

Pada dasarnya, Bedah rekontruksi palpebra dilakukan


untuk dua hal : Pertama yaitu memperbaiki kelainan-
kelainan yang ada pada palpebra, tulang-tulang rongga mata
dan sistem saluran air mata. Kedua, untuk kosmetik yaitu
memperbaiki bentuk palpebra.

72
Laserasi yang tidak melibatkan tepi kelopak mata
Laserasi kelopak mata superfisial hanya melibatkan kulit dan m. Orbikularis
okuli, biasanya hanya membutuhkan jahitan kulit. Untuk menghindari jaringan
parut, prinsip umum dari rekontruksi kelopak mata harus dilakukan. Termasuk
debridement dari luka, penggunaan jahitan small-caliber, eversi tepi luka dan
pengangkatan jahitan secara dini.

Laserasi kelopak mata yang dalam ditandai dengan terdapatnya lemak


orbita pada luka berarti septum orbita terluka. Sebelum dilakukan repair
diperlukan evaluasi m. Levator dan pencarian kemungkinan adanya benda asing
baik di superfisial ataupun didalam. Irigasi yang banyak dapat membersihkan
materi yang terkontaminasi pada luka. Prolaps dari lemak orbita pada luka
kelopak mata atas, indikasi untuk dilakukan eksplorasi m. Levator. Laserasi m.
Levator harus di repair dengan hati-hati untuk menghindari ptosis post operatif.
Lagoftalmus kelopak mata atas dan tahanan pada rima orbita superior sering
timbul jika septum orbita tidak termasuk dalam repair laseras

73
Laserasi yang melibatkan tepi kelopak mata
Laserasi tepi kelopak mata membutuhkan jahitan pengganti yang baik dan
tegangan jahitan yang ”critis” untuk menghindari terjadinya takik pada tepi
kelopak mata dapat diminimalkan. Prinsip penting dalam melakukan repair ini
adalah perkiraan tarsus harus dibuat secara langsung dan hati-hati. Penutupan
tepi kelopak mata dapat dilakukan dengan 2 atau 3 jahitan kesejajaran melalui
lash line, daerah glandula meibom dan gray line. Tujuan penjahitan adalah
anatomi tepi kelopak mata yang baik.

74
75
76
77
Beberapa metode dapat dilakukan untuk rekonstruksi
defek kelopak mata. Pilihan prosedur tergantung dari
usia penderita, karakter kelopak mata, ukuran dan
posisi defek, pengalaman dan pilihan pembedah.
Prioritas dan rekontruksi pada kelopak mata
adalah:6,8,14,15
Perkembangan tepi kelopak mata yang stabil
Menentukan ukuran vertikal kelopak mata yang
adekuat
Penutupan kelopak mata yang adekuat
Permukaan epitel internal
78
Prinsip rekontruksi palpebra

Lakukan rekonstruksi pada lamel anterior atau posterior kelopak


mata dengan graft, tetapi jangan keduanya menggunakan graft.
Salah satu lapisan harus dapat menyediakan suplai darah
(Pedicle Flap). Graft yang diletakkan diatas graft memiliki resiko
tinggi kegagalan.
Pilihlah tehnik yang paling sederhana
Jangan membuat defek yang tidak dapat ditutup
Maksimalkan tegangan horizontal dan minimalkan tegangan
vertikal.
Pertahankan fiksasi kantus secara anatomis dan baik
Cocokkan jaringan yang saling menyerupai
Perkecil defek sekecil mungkin sebelum dilakukan graft.
Minta bantuan dari yang lebih berpengalaman jika dibutuhkan

79
Benang rekontruksi palpebra
Absorbable: 6-0 plain gut/ chromic gut.
Nonabsorbabale: 6.0 Polypropylene (Prolene)
Anastesi;lokal infiltrasi : efek hanya sampai 30 menit

80
TEKNIK PENJAHITAN

1. Jahitan Interrupted
Jahitan Interrupted dapat digunakan untuk menutup insisi
kelopak mata atas dan bawah, meluas ke daerah temporal bagian
lateral dari rima orbita.
Keuntungan teknik ini memberikan drainase yang baik
setelah penutupan luka. Jahitan masuk dan jahitan keluar
mempunyai jarak yang sama dengan tepi luka (1-2mm) sehingga
didapatkan perkiraan yang tepat dari tepi luka. Jahitan harus
diikat cukup ketat untuk aposisi tepi luka.

2. Jahitan Running Locking


Teknik jahitan ini mirip dengan jahitan jelujur tetapi
dilakukan pengikatan melalui gulungan sebelumnya dan
masuk kembali kekulit.
Jahitan ini hanya dapat dilakukan pada daerah dengan
vaskularisasi yang baik.
Keuntungan jahitan ini, jahitannya tidak terputus dan
dapat mengontrol perdarahan.
kerugiannya menyisip ikatan jahitan lebih banyak, jaringan
dapat terjepit jika jahitan tidak disisipkan dengan hati-hati
dan merusak mikrosirkulasi.

81
3. Jahitan Subcuticuler
Teknik ini lebih disukai karena jahitan mudah untuk
dilepas dan tidak meninggalkan bekas. Nylon
Monofilament material yang paling baik untuk teknik ini
karena mudah masuk melalui jaringan. Jahitan dimulai
dari temporal beberapa milimeter dari tepi luka dan
keluar pada lateral sudut luka. 10, 19-21

4. Jahitan Mattress vertical


Jahitan Mattress vertical menutup luka pada
dua lapisan tanpa meninggalkan material jahitan.
Jahitan di lakukan melalui flap inferior dan superior
kulit fullthickness 3 – 4mm dari tepi luka. Kemudian
jahitan masuk dari belakang melalui 1 mm dari tepi
luka sehingga menutup dermis superfisial. Jahitan
diikat pada inferior atau superior luka. 10, 19-21

82
Le Fort

83
84
85
86
87
88
Kopf - Regiones capitis :
1. Regio frontalis
2. R. parietalis
3. R. occipitalis
4. R. temporalis

Kopf - Regiones faciales:


5. Regio orbitalis
7. R. nasalis
8. R. oralis
- R. auricularis

Hals - Regio colli anterior


Hals - Regio colli latlateralis

89
REPAIR OF THE EYELID
INJURIES
te
Manage
ment
Open Technique
Closed Technique
Horner Muscle : plays a
role in the drainage of
tears
Near the common
Riolan Muscle canaliculus, the deep
Near the eyelid margin, heads of the pretarsal
a specialized bundle of orbicularis fuse to form a
prominent bundle of fibers
striated muscle, the known as the Horner
muscle of Riolan, lies muscle, which runs just
more posterior than the behind the posterior arm
main port ion of the of the canthal tendon. The
orbicularis and creates Horner muscle continues
the gray line posteriorly to the posterior
lacrimal crest, just behind
The muscle of Riolan the posterior ann of the
may play a role in medial canthal tendon.
meibomian glandular The upper and lower
discharge, blinking, and eyelid segments of the
pretarsal orbicularis fuse
the position of the in
eyelashes
the lateral canthal area to
become the lateral canthal
tendon.
EVALUATION OF TEAR
DRAINAGE

• Anel test
•Jones I test
•Jones II test
•Fluorescein test
•Dacryosystogra
phy
•Scintigraphy

106
ANEL TEST

107
ANEL TEST

No obstruction

108
ANEL TEST

Stenosis
of the
canalicul
us

Stenosis
within the
lacrimal sac

109
PRIMARY JONES TEST

110
SECONDARY JONES TEST

111
DACRYOCYSTOGRAPHY

An anatomical investigation. This is indicated


when there is block in the lacrimal system as
indicated by syringing test. It helps in
creating an internal image of the entire
lacrimal system.

112
DACRYOCYSTOGRAPHY

Dacryocystography images
the lower lacrimal system
& can demonstrates a
possible stenosis (arrow)
without superimposed
bony structures

113
SCINTIGRAPHY
• a form of diagnostic
test used in nuclear
medicine,

• To determine the rate


of flow of fluid through
the tear ducts and
identify any blockages in
the tear ducts.
114
Silicone Tube Stent
117
118
Involvement of the
lacrimal system in
NOE fractures
Lid Margin Repair
There are a number of different techniques available for repairing lid
margins, but the principles are the same. It is important to accurately
align the three surfaces of the lid (skin, gray line, and conjunctiva) for an
adequate time for healing to occur.
If a tarsal plate suture is used then additional skin sutures can be
removed early (1 week), but if gray line and skin sutures are used
without a cardinal tarsal suture, then they must be left in for 2 to 3
weeks to allow proper healing, especially if the wound is under tension
such as when a proportion of the lid length has been removed in tumor
removal or entropion repair. A cardinal tarsal suture should be placed
horizontally parallel to the lid margin about 1 mm from its surface and
should be within the lid substance entirely. In other words, the suture
should not protrude through either skin at the front of the lid or
conjunctiva at the
back. A well-placed tarsal suture will provide the necessary strength and
tension for the lid margin to heal with no notching, and will allow early
removal of supplementary skin and lid margin sutures.
Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk
pemakaian oral.
Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding
sel bakteri. Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic,
Staphylococcus aureus (termasuk penghasil enzim penisilinase),
Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella
sp, Moraxella catarrhalis
 Like most adrenocortical steroids,
methylprednisolone is typically used for its anti-
inflammatory effects. However, glucocorticoids
have a wide range of effects, including changes
to metabolism and immune responses. The list of
medical conditions for which methylprednisolone
is prescribed is rather long, and is similar to other
corticosteroids such as prednisolone. Common
uses include arthritis therapy and short-term
treatment of bronchial inflammation or acute
bronchitis due to various respiratory diseases. It
is used both in the treatment of acute periods
and long-term management of autoimmune
diseases, most notably Systemic lupus
erythematosus.
Levofloxacin is a later-generation antibacterial
agent of the fluoroquinolone class that exhibits a
broad spectrum of in vitro activity. It has been
demonstrated to be effective in the treatment of a
wide range of community- and hospital-associated
infections.
The main indications for treatment are bacterial
blepharitis and conjunctivitis, bacterial keratitis –
especially when associated with contact lenses –
and endophthalmitis, where it is provided as an
additional therapeutic agent
Lacerations not involving the eyelid margin
Superficial eyelid lacerations involving just the skin and orbicularis
muscle usually require only skin sutures.
These include conservative debridement of the wound, use of small –
caliber sutures, eversion of the wound edges, and earl y suture
removal.
The presence of orbital fat in the wound means that the orbital septum
has been violated.
Superficial or deep foreign bodies should be searched for meticulously
before these deeper eyelid lacerations are repaired. Copious irrigat ion
washes away contaminated material in the wound.
Orbital fat prolapse in an upper eyelid wound is an indication for levator
exploration. A lacerated levator muscle or aponeurosis must be carefully
repaired to enable the levator to function as normally as possible. Upper
eyelid lagophthalmos and tethering to the superior orbital rim are
common if the o rb ital septum is inadvertently incorporated into the
laceration repair. Orbita l septum lacerations should not be sutured.
Meticulous closure of overlying eyelid skin and orbicula ris muscle is
adequate in all cases and avoids possible vertical shortening of the
sutured orbital septum.
Diagnosis
1. Develop a brief historical profile of pre-injury vision,
current subjective visual status, current eye disease,
and previous intraocular surgery.
2. Obtain an objective baseline visual acuity, examine
the pupils and afferent papillary defect (APD), eyelids,
anterior segment, posterior segment, and ocular
motility.
3. Evaluate the above findings to determine if
ophthalmic consultation is needed.

Dari buku Atlas of Lacrimal Surgery


Management
1. Early one-stage repair
2. Exposure of all fracture fragments
3. Precise anatomic rigid fixation
4. Immediate bone grafting, if needed
5. Definitive soft tissue management
Diagnosis dan management
Pemeriksaan fisik harus dimulai dengan
pemeriksaan keadaan umum, apakah ada
tanda2 patensi pada airway, gangguan
neurologis dan trauma lain pada thorak dan
abdomen.
Pemeriksaan pada daerah orbita dimulai dari
jaringan soft tissue, diperiksa adanya oedem,
ekimosis, dan laserasi.
Laserasi pada kantus medial menentukan ada
tidaknya ruptur kanalikuli.
Sentuhan halus pada kornea atau konjungtiva mengakibatkan kelopak mata
berkedip. Inpuls aferen dari kornea atau konjungtiva berjalan melalui divisi
ophthalmica nervus trigeminus ke nucleus sensorius nervi trigemini. Neuron
internuncial menghubungkannya dengan nukleus motorik nervus facialis kedua
sisi melalui fasciculus longitudinalis medialis. Nervus facialis dan cabang
cabangnya mempersarafi musculus orbicularis oculi yang menimbulkan gerakan
menutup mata
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata.
Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.
Figure 4.Drainage of tear film
ANTI TETANUS SERUM
Suntikan tetanus ada 2 macam, yaitu :
Anti Tetanus Serum (ATS) & vaksin tetanus toxoid
ATS 1500 IU merupakan serum yang dapat langsung
mencegah timbulnya tetanus
Vaksin tetanus toxoid 0,5 ml tidak untuk mencegah tetanus
saat itu, namun untuk membentuk kekebalan tubuh
terhadap tetanus, sehingga mencegah terjadinya tetanus di
kemudian hari bila ternyata luka tersebut masih
mengandung kuman, juga mencegah tetanus pada kejadian
lain dalam jangka waktu kira-kira 6 bulan bila tanpa booster
INDIKASI SUNTIKAN
ANTI TETANUS SERUM
Luka cukup besar atau dalam (lebih dari 1 cm)
Luka berbentuk bintang
Luka berasal dari benda yang kotor & berkarat
Luka gigitan hewan dan manusia
Luka tembak dan luka bakar
INDIKASI SUNTIKAN
ANTI TETANUS SERUM
Luka terkontaminasi, yaitu :
- luka yang lebih dari 6 jam tidak ditangani
- Atau, luka kurang dari 6 jam namun terpapar banyak
kontaminasi
- Atau, luka kurang dari 6 jam namun timbul karena
kekuatan yang cukup besar (misalnya luka tembak
atau terjepit mesin)
Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus
yang jelas atau tidak mendapat booster selama 5 tahun
atau lebih
Tetagam
Pompa Lakrimal
Air mata dipompa setiap kali mata berkedip. Air mata ini dikeluarkan untuk melindungi
mata dan membersihkannya dari kotoran yang mungkin menempel. Mekanisme pompa
ini adalah sebagai berikut : (1) pada mula kedipan, saluran drainase lakrimal telah
mengandung cairan air mata yang telah memasukinya selama kedipan terdahulu: (2)
ketika kelopak mata atas turun, papillae yang mengandung bukaan puncta terangkat dari
batas kelopak medial; (3) sisa dari penutupan kelopak bekerja untuk memeras kanalikuli
dan sakus melalui kerja orbicularis oculi, memaksa cairan yang terkandung keluar melalui
duktus nasolakrimal; (4) saat kelopak tertutup sempurna, sistem ini dikompresi dan
sebagian besar kosong dari cairan; (5) pada awal fase pembukaan mata, puncta masih
tertutup, dan kerja katup pada akhir bagian dalam kanalikuli (mungkin dalam duktus
nasolakrimal) bekerja untuk mencegah kembalinya cairan atau udara, daya kompresif
berakhir dan dinding elastis saluran ini berupaya kembali ke bentuk normalnya, daya
elastis ini menyebabkan vakum parsial terbentuk dalam kanalikuli dan sakus; (6) tenaga
hisapan yang menahan bagian puncta batas kelopak mata dilepaskan ketika kelopak telah
cukup terbuka, yaitu sekitar dua pertiga terbuka, papillae puncta secara tiba-tiba terbuka
pada titik ini, membuka kanalikuli untuk masukan cairan, yang terjadi selama beberapa
detik pertama setelah kedipan.2
Pain, redness, and swelling over the lacrimal sac are the hallmarks of acute
dacryocystitis, which may cause tearing with or without mucopurulent discharge
from the eye. The swelling associated with acute dacryocystitis generally is
located inferior to the medial canthal tendon. Acute dacryocystitis is treated with
oral and topical antibiotics as well as warm compresses. Rarely, there is a need
for incision and drainage. Once the acute infection has resolved, an external
dacryocystorhinostomy may be performed. Chronic dacryocystitis often leads to
scarring of the nasolacrimal sac.
3. General Anesthesia
→ A procedure to eliminate of pain in all
part of body within unconsciousness.
→Mechanism are making of
unconsciousness and relaxation of all
muscle.
→ in uncooperative-patient, children and
prolonged complexs facial surgery.
4. PEMERIKSAAN SISTEM LAKRIMAL

a. Tes Jones I

Digunakan untuk mengetahui fungsi sistem drainase nasolakrimal ke rongga hidung. Teknik pemeriksaannya
adalah:

Pasien duduk bersandar sehingga pemeriksa dapat melihat dasar hidung pasien.

Pada konjungtiva pasien diteteskan 1-2 tetes fluoresein.

Lalu dimasukkan kapas aplikator yang telah ditetes pantokain ke dalam meatus inferior hidung dan ditunggu selama 2-3
menit.

Kemudian kapas dikeluarkan dari rongga hidung.

Bila kapas berwarna hijau maka tes ini positif, yang artinya tidak ada penyumbatan pada duktus nasolakrimal. 5

b. Tes Jones II

Tes ini untuk mengetahui kelainan fungsi ekskresi sistem lakrimal dan digunakan bila hasil tes Jones I
negatif. Teknik pemeriksaannya adalah:

Semprit 2 ml diisi dengan larutan garam fisiologik dan dipasang kanula lakrimal.

Kanula dimasukkan ke kanalikulus inferior melalui pungtum dan disuntikkan larutan garam tersebut.

Pasien bersandar ke depan dan rongga hidungnya diamati.

Jika pasien merasa ada larutan garam dalam tenggorokannya atau jika cairan fluoresein keluar dari rongga hidungnya
maka hasil tes positif.8

Jika hasil tes Jones I negatif dan tes Jones II positif berarti terdapat sumbatan parsial pada sistem ekskresi
lakrimal. Jika kedua tes hasilnya negatif berarti terdapat penyumbatan total pada sistem nasolakrimal. 5
Uji Anel

Caranya pasien duduk atau tidur, maka diberi tetes anestetik dan
ditunggu sampai rasa pedas hilang lalu pungtum lakrimal diperlebar
dengan dilatators. Jarum Anel dimasukkan horizontal melalui kanalikuli
sampai masuk sakus lakrimal kemudian dimasukkan garam fisiologik ke
dalam sakus. Pasien ditanya apakah terasa ada sesuatu pada
tenggorokan dan apakah terlihat adanya reaksi menelan setelah
semprotan garam fisiologik. Bila terlihat adanya reaksi menelan berarti
garam fisiologik masuk tenggorokan, ini menunjukkan fungsi ekskresi
normal. Sebaliknya, bila tidak ada refleks menelan dan garam fisiologik
keluar melalui pungtum lakrimal berarti ada sumbatan pada sistem
ekskresi lakrimal atau duktus nasolakrimal tertutup
Uji Fluoresein
Pemeriksaan ini sederhana dan hanya dapat
dilakukan untuk satu sistem ekskresi lakrimal pada satu kali
pemeriksaan. Caranya dengan meneteskan satu tetes
fluoresein pada satu mata. pasien diminta berkedip
beberapa kali. Pada akhir menit ke-6, pasien diminta bersin
dan menyekanya dengan tisu atau pasien diminta meludah.
Jika sistem ekskresi lakrimal baik maka akan terlihat
adanya zat warna yang menempel pada kertas tisu baik
dari hidung maupun dari mulut.

Dakriosistografi
Tes ini dilakukan untuk melihat struktur sistem
ekskresi lakrimal dengan menggunakan bahan kontras
yang dimasukkan ke dalam sakus lakrimalis.8
158
1st Cinoxacin · Flumequine§ · Nalidixic acid · Oxolinic acid · Pipemidic acid ·
generation Piromidic acid · Rosoxacin
2nd Ciprofloxacin · Enoxacin · Fleroxacin‡ · Lomefloxacin · Nadifloxacin ·
generation Ofloxacin · Norfloxacin · Pefloxacin · Rufloxacin

3rd Balofloxacin · Grepafloxacin‡ · Levofloxacin · Pazufloxacin ·


generation Sparfloxacin · Temafloxacin‡ · Tosufloxacin

4th
Fluoroquin Clinafloxacin† · Garenoxacin · Gemifloxacin · Moxifloxacin · Gatifloxacin ·
generation
olones Sitafloxacin · Trovafloxacin‡/Alatrofloxacin‡ · Prulifloxacin

Danofloxacin§ · Difloxacin§ · Enrofloxacin§ · Ibafloxacin§ ·


Veterinary
Marbofloxacin§ · Orbifloxacin§ · Pradofloxacin§ · Sarafloxacin

159

Anda mungkin juga menyukai