Anda di halaman 1dari 55

CASE PRESENTATION

KASUS TUBERCULOSIS PARU PADA NY.S DI WILAYAH PUSKESMAS


NGALIYAN SEMARANG DENGAN PENDEKATAN SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk


Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

..

Disusun oleh:

Fikri Hanif Ghifari


30101407190

JUDU
KEPANITERAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS NGALIYAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

KASUS TUBERCULOSIS PARU PADA NY.S DI WILAYAH PUSKESMAS


NGALIYAN SEMARANG DENGAN PENDEKATAN SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Fikri Hanif Ghifari


30101407190

Telah diterima dan disetujui di depan tim penilai


UPTD Puskesmas Ngaliyan

Kepala Puskesmas Ngaliyan Pembimbing Puskesmas Ngaliyan


Semarang
Semarang

dr. Indah Widiastuti


dr. Azmi Syahril F.
Kepala Bagian IKM
Pembimbing IKM FK UNISSULA
FK UNISSULA Semarang
Semarang

DR. Siti Thomas Z., S.KM, M.Kes.


DR. Siti Thomas Z., S.KM, M.Kes.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan KASUS TUBERCULOSIS PARU PADA NY.S DI WILAYAH
PUSKESMAS NGALIYAN SEMARANG DENGAN PENDEKATAN
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka


menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Indah Widiasuti, selaku Kepala Puskesmas Ngaliyan Semarang.
2. dr. Azmi Syahril F., selaku Pembimbing Koass IKM Puskesmas Ngaliyan
Semarang.
3. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Ngaliyan atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh


dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami
sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus tuberculosis paru
pada Ny. S di Wilayah Puskesmas Ngaliyan Semarang dengan pendekatan segitiga
epidemiologi dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 24 September 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN 7
1.1. Latar Belakang 7
1.2. Rumusan Masalah 8
1.3. Tujuan 8
1.3.1. Tujuan Umum 8
1.3.2. Tujuan khusus 8
1.4. Manfaat 9
1.4.1. Manfaat bagi Mahasiswa 9
1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Definisi Tuberculosis Paru 11
2.2. Penyebab Tuberculosis 11
2.3. Patofisiologi12
2.4. Cara Penularan Tuberculosis 13
2.5. Manifestasi Klinis 15
2.6. Segitiga Epidemiologi 17
BAB III ANALISIS SITUASI21
BAB IV PEMBAHASAN39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 49
5.1. Kesimpulan 49
5.2. Saran. 49
DAFTAR PUSTAKA63

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Genogram..........................................................................................29

Gambar 3.1 Analisis Trias Epidemiologi...............................................................45

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Foto Kegiatan....................................................................................51

Lampiran 2.Petunjuk 6 Langkah Cuci Tangan dan etika batuk...........................54

Lampiran 3.Materi Edukasi..................................................................................54

Lampiran 4. Kuisioner pengetahuan TB..............................................................56

Lampiran 5. Kuisioner pengetahuan PMO……………………………………...60

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit tertua yang

diketahui mengenai manusia, disebabkan oleh bakteri yang dikenal sebagai

Mycobacterium Tuberculosis. Hampir seluruh bagian tubuh manusia dapat

diserang oleh bakteri ini namun organ yang sering diserang adalah paru-paru.

Beberapa faktor yang terkait erat dengan penyakit TB meliputi usia, nutrisi,

imunitas, kebiasaan hidup, kebersihan lingkungan dll, beberapa keadaan

penyakit yang memudahkan infeksi TB seperti Diabetes Melitus,

Campak, serta factor genetic (Sejati, 2015).

Jumlah kasus baru TB mencapai 8,8 juta per tahun di seluruh dunia.

Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi TB dengan 75% ada di kalangan usia

produktif. Tahun 2013 angka insidensi TB sebesar 183 per 100.000 penduduk

dengan angka kematian TB sebesar 25 per 100.000 penduduk dan pada tahun

2014 angka insidensi meningkat menjadi 399 per 100.000 penduduk dengan

angka kematian yang juga meningkat menjadi 41 per 100.000 penduduk

(WHO, 2015). Indonesia berada urutan ke-5 di dunia untuk jumlah kasus TB

(WHO, 2010). Penemuan TBC BTA positif di Kota Semarang dari tahun 2014

hingga 2018 mengalami peningkatan. Tahun 2014 penemuan kasus BTA positif

sebanyak 1.175 kasus dan pada tahun 2015 ditemukan 1.222 kasus dan pada

tahun 2016 ditemukan 1235 kasus (Dinkes Kota Semarang, 2016). Pada tahun

2017 kasus Tuberkulosis dengan semua tipe BTA 3.882 kasus (Dinkes kota

Semarang 2017). Pada Tahun 2018 dari bulan januari sampai desember 2018 di

7
Puskesmas Ngaliyan 2018 ditemukan pasien TB dengan BTA (+) sebanyak 35

kasus, pasien TB dengan BTA (-) radiologi (+) TB sebanyak 23 kasus. Pada

tahun 2019 dari bulan januari-juli 2019 di Puskesmas Ngaliyan ditemukan

pasien TB dengan BTA (+) sebanyak 12 kasus, pasien TB dengan BTA (-)

radiologi (+) TB sebanyak 0 orang.


Pengetahuan, sikap dan tindakan penderita merupakan upaya

pencegahan penularan TB yang berkaitan dengan faktor lingkungan.

Lingkungan sangat berkaitan erat dengan penyebaran Mycobacterium

tuberculosis. Penelitian Wenas (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara tindakan dalam menjaga kebersihan lingkungan penderita terhadap

pencegahan penularan TB. Perilaku menjemur kasur menunjukkan hasil yang

signifikan untuk menurunkan penularan penyakit TB (Sukoco, 2011).

Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud memperoleh informasi

mengenai diagnosis holistik dan terapi komprehensif serta faktor-faktor yang

berpengaruh pada kejadian penyakit tuberkulosis paru di wilayah binaan

Puskesmas Bangetayu berdasarkan pendekatan segitiga epidemiologi.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian tuberculosis

paru Ny.S di Puskesmas Ngaliyan Semarang berdasarkan pendekatan segitiga

epidemiologi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis paru pada Ny. S

berdasarkan pendekatan segitiga Epidemiologi di wilayah binaan

Puskesmas Ngaliyan Semarang.


1.3.2 Tujuan khusus

8
1.3.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor host yang

mempengaruhi terjadinya kejadian tuberculosis paru pada Ny.S.

1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor agent yang

mempengaruhi terjadinya kejadian tuberculosis paru pada Ny.S.

1.3.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor environment

yang mempengaruhi terjadinya kejadian tuberculosis paru pada

Ny.S.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1.4.1.1 Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang

ada di lapangan.
1.4.1.2 Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai

penemuan masalah sampai pembuatan plan of action.


1.4.1.3 Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang

ilmu kesehatan masyarakat.


1.4.1.4 Sebagai bahan untuk melakukan penelitian bidang ilmu

kesehatan masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat

1.4.2.1 Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat untuk

memperhatikan perilaku dan lingkungan tempat tinggalnya.

1.4.2.2 Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai

Tuberculosis sehingga dapat mengaplikasikan dalam proses

penyembuhan ataupun pencegahannya

9
1.4.2.3 Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan untuk lebih

memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif

dan preventif kaitannya dengan penyakit TB.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tuberculosis Paru

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular granulomatosa kronik

yang telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan paling sering

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar

kuman TBC menyerang paru, 85% dari seluruh kasus TBC adalah TBC

paru, sisanya (15%) menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang,

organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya (Icksan dan

Luhur, 2008). Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum, TBC dibagi dalam:

TBC paru BTA positif: sekurangnya 2 dari 3 spesimen sputum BTA

positif, TBC paru BTA negatif: dari 3 spesimen BTA negatif, foto toraks

positif (Rani, 2006). Infeksi pada paru-paru dan kadang-kadang pada

struktur-struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis (Saputra, 2010).

Tuberkulosis termasuk juga dalam golongan penyakit zoonosis

karena selain dapat menimbulkan penyakit pada manusia, basil

Mycobacterium juga dapat menimbulkan penyakit pada berbagai macam

hewan misalnya sapi, anjing, babi, unggas, biri-biri dan hewan primata,

bahkan juga ikan (Soedarto, 2007).

2.2 Penyebab Tuberculosis

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium

tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan

termasuk dalam ordo Actinomycetales. Mycobacterium tuberculosis

11
meliputi M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii (Zulkoni,

2010). Mycobacterium tuberculosis merupakan sejenis kuman berbentuk

batang dengan ukuran panjang 1-4/μm dan tebal 0,3-0,6/μm (Sudoyo,

2007). Mycobacterium tuberculosis adalah suatu basil Gram-positif

tahan-asam dengan pertumbuhan sangat lamban (Tjay dan Rahardja,

2007).

2.3 Patofisiologi

Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran

pernafasan, infeksi tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui

instalasi dropet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang

berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai

permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang

cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan

tidak menyebabkan penyakit Setelah berada dalam ruangan alveolus

biasanya di bagian lobus atau paru-paru atau bagian atas lobus bawah

basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan, leukosit

polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit namun tidak

membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit

diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami

konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut Makrofag yang

mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu

sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit,

nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif

padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di

12
sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon

berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan

parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh

darah. Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai

aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat

menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal

sebagai penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri,

penyebaran ini terjadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah

sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar

ke organ-organ tubuh (Price & Wilson, 2010)

2.4 Cara Penularan Tuberculosis

Penyakit TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama

melalui inhalasi. Penularan penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui

inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya dari pasien TB

dengan batuk berdarah/ berdahak yang mengandung basil tahan asam

(BTA). Untuk membatasi penyebaran perlu sekali discreen semua

anggota keluarga dekat yang erat hubungannya dengan penderita (Tjay

dan Rahardja, 2007).

Penularan terjadi melalui inhalasi partikel menular di udara

yang bertebaran sebagai aerosol. Lama kontak antara sumber dan calon

kasus baru meningkatkan resiko penularan karena semakin lama periode

pemajanan, semakin besar resiko inhalasi. Mikobakteri memiliki dinding

berminyak yang kuat. Dapat terjadi infeksi tuberkulosis (primer) dengan

13
atau tanpa manifestasi penuh penyakit (infeksi pascaprimer atau

sekunder) (Gould dan Brooker, 2003).

Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman

ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat terinfeksi

kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama

kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman

TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui

sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau

penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan

dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan

dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

menular (Zulkoni, 2010). Lingkungan hidup yang sangat padat dan

pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah

mempermudah prosespenularan dan berperan sekali atas peningkatan

jumlah kasus TBC (Sudoyo, 2007).

2.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit

Dalam (2006) dapat bermacam-macam antara lain :

1. Demam

Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-41 0 C, keadaan ini

sanga dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya

infeksi kuman tuberculosis yang masuk.

2. Batuk

14
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan

untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk

kering (non produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi

produktif (menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut

berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah

yang cepat. Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding

bronkus.

3. Sesak nafas

Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak

nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut

dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

4. Nyeri dada

Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai

pada pleura sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini

akan jarang ditemukan.

5. Malaise

Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala

malaise sering ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun,

sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin

lama semakin berat dan hilang timbul secara tidak teratur.

15
2.6 Segitiga Epidemiologi

Segitiga epidemiologi ini sangat umum digunakan

oleh para ahli dalam menjelasakan konsep berbagai permasalahan

kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya penyakit. Hal ini

sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Terjadinya

suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke

tiganya.
a. Agent
yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang

dikarenakan oleh mikro organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa,

metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi

standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karena

bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon monoksid,

obat-obatan, arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh

panas, benturan, dll, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan

heriditer atau keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup

(rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti

kehamilan, persalinan, dll.


b. Host
Host atau pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga

menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di

16
sebabkan oleh faktor intrinsik. Factor pejamu yang biasanya menjkadi

factor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut


1. Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang untuk terkena penyakit

karsinoma, jantung dan lain-lain daripada yang usia muda.


2. Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis,

diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang

hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi

pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi,

jantung, dll.
3. Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam

yang beda kerentangannay terhadapa suatu penyakit.


4. Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti

hemofilia, buta warna, sickle cell anemia, dll.


5. Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll
6. Bentuk anatomis tubuh
7. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
8. Keadaan imunitas dan respons imunitas
9. Kemampuan interaksi antara host dengan agent
10. Penyakit yang diderita sebelumnya
11. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri

c. Environment

Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang

terjadinya penyakit, hali ini Karena faktor ini datangnya dari luar atau

bisa disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dapat

dibagi menjadi:

1. Lingkungan Biologis (flora & fauna)

17
Mikro organisme penyebab penyakit Reservoar, penyakit

infeksi (binatang, tumbuhan). Vektor pembawa penyakit tumbuhan &

binatang sebagai sumber bahan makanan, obat dan lainnya

2. Lingkungan Fisik

Yang dimaksud dengan lingkunganfisik adalah yang berwujud

geografik dan musiman. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari

udara, keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai

sumber penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll.

3. Lingkungan Sosial Ekonomi

Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah

sistem ekonomi yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang

dan berdampak pada penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi

kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang cukup besar

adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan

kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan

setempat, kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat

yang kesemuanya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan

terutama munculnya bebagai penyakit.

18
BAB III
ANALISIS SITUASI
Pengambilan kasus TB pada pasien dilakukan berdasarkan data pasien

di puskesmas Ngaliyan. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien saat

observasi langsung (home visite), dan catatan medik selama pasien berobat.

Anamnesa dan pemeriksaan holistik saat kunjungan rumah disertai dengan

pengamatan kondisi lingkungan, perilaku pasien dan keluarga pasien pada

tanggal 16 September 2019, serta intervensi dilakukan di Jalan Kedungpane

RT 05 RW 11, Ngaliyan, Semarang pada tanggal 18 September 2019.

Identitas Pasien

 Nama : Ny. S
 Tanggal Lahir : 18 Mei 1980
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 49 tahun
 Agama : Islam
 Status Perkawinan: Kawin
 Pendidikan terakhir: SD
 Pekerjaan : Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga)
 Alamat : Jalan Kedungpane RT 05 RW 11, Ngaliyan

Semarang

19
Anamnesis holistic

ASPEK 1 : PERSONAL

Keluhan Utama : Batuk dan tidak enak badan

Harapan : Keluhan berkurang atau menghilang

Kekhawatiran : Keluhan semakin bertambah parah

ASPEK 2 : ANAMNESIS MEDIS UMUM

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang Perempuan bernama Ny. S berusia 49 tahun datang ke Puskesmas Ngaliyan

untuk berobat mengenai penyakitnya. Beliau datang dengan keluhan batuk sudah

kurang lebih 3 bulan. Batuk memberat terutama pada malam hari disertai dengan

tidak enak badan dan juga dahak berwana kuning kehijauan. Keluhan ini dirasakan

secara tiba-tiba. Pasien sudah berobat ke dokter klinik namun tidak ada perbaikan.

Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan dari sebelumnya dan sering

merasa lelah. Keluhan mual dan muntah disangkal, BAB dan BAK normal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat Hipertensi, pasien mengatakan tidak

memiliki riwayat DM, pasien juga mengatakan tidak menderita HIV, dan pasien

sekarang sudah tidak merokok

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang menderita TB

Riwayat Sosial Ekonomi

20
Pasien sebagai Ibu rumah tangga. Pasien tinggal dengan suami dan kedua anak di

rumah. Pasien sering berkumpul dengan tetangga untuk mengisi waktu luang. Pasien

tidak mengetahui tetangga pasien yang menderita batuk lama.

ASPEK 3 FAKTOR RESIKO INTERNAL

1. Data Individu :
Pasien berusia 49 tahun. Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Berat badan

pasien 43 kg, dan tinggi badan 148 cm dengan BMI = 19,6 (Normal)
2. Data Perilaku
 Pasien tidak pernah mendapat edukasi mengenai etika batuk dan cuci tangan

sebelum terkena penyakit.


 Pasien terkadang tidak menggunakan masker saat di rumah maupun saat keluar

rumah setelah sakit


 Saat di rumah, pasien membuang dahak di kamar mandi dan segera disiram
 Pasien tidak memiliki alat makan sendiri. Setelah makan, piring sendok dan

gelas langsung dicuci tanpa direndam terlebih dahulu dengan air panas dan

dijadikan satu di rak piring keluarga.


 Pasien teratur minum obat dengan terdapat seorang PMO di rumah yaitu

suami pasien. Namun PMO jarang untuk melakukan tugasnya sebagai

PMO.

Tabel 2.1. Checklist Survei PHBS


No. Indikator perilaku Ya Tidak
1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan V
2 Asi Ekslusif V
3 Penimbangan balita V
4 Gizi keluarga/ sarapan V
5 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali V
Kelompok Kesehatan Lingkungan

21
6 Air bersih V
7 Anggota rumah tangga menggunakan jamban V
8 Anggota rumah tangga membuang sampah pada tempatnya V
9 Lantai rumah kedap air V
Kelompok Gaya Hidup
10 Aktivitas fisik/olahraga V
11 Anggota keluarga yang tidak merokok V
12 Mencuci tangan V
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari V
14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan Miras/Narkoba V
Kelompok UKM
15 Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK/Dana Sehat V
16 Anggota rumah tangga melakukan PSN seminggu sekali V

ASPEK 4
FAKTOR RESIKO EKSTERNAL
1. Data Kondisi Rumah
 Pasien tinggal di rumah sendiri di Jalan Kedungpane RT 05 RW 11,

Ngaliyan Semarang. Kondisi rumah berada di lingkungan padat

penduduk dengan luas tanah 6x12 m2 yang keseluruhannya dibangun

rumah.
 Pencahayaan dan ventilasi di rumah kurang hanya terdapat jendela dengan

ventilasi pada satu kamar dan ruang tamu. Jendela yang ada pada rumah tidak

pernah dibuka. Ruangan lain tidak terdapat jendela dan ventilasi sehingga

keadaan rumah pasien menjadi lembab.


 Dinding rumah terdiri dari tembok bata. Lantai rumah berupa keramik ubin dan

plester. Di dalam rumah terdapat 2 kamar, 1 dapur, 1 ruang tamu, dan 2 kamar

mandi.

NO KOMPONEN KRITERIA NILAI HASIL


RUMAH PENILAIAN (KK)
YANG 1 2 3 4 5
DINILAI
I KOMPONEN 31 6
RUMAH (bobot)
1. Langit-langit a. Tidak ada 0 √

22
b. Ada, kotor sulit di bersihkan dan 1
rawan kecelakaaan
c. Ada, bersih dan tidak rawan 2
kecelakaan
2. Dinding a. Bukan tembok(terbuat dari anyaman 1
bamboo/ilalang)
b. Semi permanen/setengah 2 √
tembok/pasangan bata atau batu yang
tidak di plester/papan yang tidak
kedap air
c. Permanen (tembok/pasangan bata atau 3
batu yang di plester/papan kedap air)
3. Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bamboo dekat dengan 1
tanah/plester yang retak/berdebu
c. Diplester /ubun/keramik/papan(rumah 2 √
panggung)
4. Jendela kamara. Tidak ada 0 √
tidur b. ada 1
5. Jendela ruanga. tidak ada 0 √
keluarga b. ada 1
6 Ventilasi a. tidak ada 0
b. ada, luas ventilasi permanent < 10% 1 √
dari luas lantai
c. ada, luas ventilasi permanent > 10% 2
dari luas lantai
7. Lubang asap
a. tidak ada 0 √
dapur b. ada, luas ventilasi permanent < 10% 1
dari luas dapur
c. ada, luas ventilasi permanent > 10% 2
dari luas dapur (asap keluar dengan
sempurna) atau ada exhauster fan ada
peralatan lain yang sejenis
8. Pencahayaan a. tidak terang, tidak dapat digunakan 0
untuk membaca
b. kurang terang, sehingga kurang jelas 1 √
untuk membaca normal
c. terang, tidak silau, dapat digunakan 2
untuk membaca dengan normal

II SARANA 25 13
SANITASI (bobot)
1. Sarana Aira. tidak ada 0
Bersih b. ada, bukan milik sendiri dan tidak 1
(SGL/SPT/PP/ memenuhi syarat kesehatan
KU/PAH) a. ada, milik sendiri dan tidak memenuhi 2
syarat

23
b. ada, bukan milik sendiri dan 3
memenuhi syarat
c. ada, milik sendiri dan memenuhi 4 √
syarat
2 Jamban(sarana a. Tidak ada 0
pembuangan b. Ada, bukan leher angsa, tidak tutup, 1
kotoran) disalurkan ke sungai/kolam
c. Ada, bukan leher angsa dan ditutup 2
(leher angsa), disalurkan ke
sungai/kolam
d. Ada, bukan leher angsa ada tutup, 3
septictank
e. Ada, leher angsa, septictank 4 √
3 Sarana a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak 0
Pembuangan teratur di halaman rumah
Air Limbah
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari 1
(SPAL) sumber air (jarak dengan sumber air
<10m)
c. Ada, disalurkan ke selokan terbuka 2
d. Ada, dialirkan ke selokan tertutup 3 √
(selokan kota) untuk diolah lebih
lanjut
4 Sarana a. Tidak ada 0
Pembuangan b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak 1
Sampah (tempat tertutup
sampah) c. Ada, kedap air dan tidak tertutup 2 √
d. Ada, kedap air dan tertutup 3
III PERILAKU 44 4
PENGHUNI (bobot)
1 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0 √
Jendela Kamar b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2
2 Membersihkana. Tidak pernah 0
rumah dan
b. Kadang-kadang 1 √
halaman c. Setiap hari 2
3 Membuang tinjaa. Dibuang ke sungai/kebun/kolam 0
bayi dan balita sembarangan
ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 √
4 Membuang a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam 0
sampah pada sembarangan
tempat sampahb. Kadang-kadang dibuang ke tempat 1 √
sampah
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah 2

Hasil penelitian : Nilai x bobot = 186 + 325 +176 = 687 (rumah tidak sehat)

24
Kriteria : ~ Rumah sehat : 1068 -1200

~ Rumah tidak sehat : <1068

2. Data Lingkungan
 Ekonomi
Pasien tidak bekerja dan biaya pengobatan TB di puskesmas Ngaliyan

dengan BPJS.
 Sosial Masyarakat
Pasien sering berkumpul dengan tetangga pasien dan sering mengikuti

kegiatan di ligkungan tempat tinggalnya. Rata-rata lingkungan pasien

masyarakat menengah ke bawah.


3. Program pada Pelayanan Kesehatan
Menurut pasien, ia baru mendapatkan edukasi mengenai TB (penyebab,

gejala, faktor risiko, cara penularan, pencegahan, nutrisi yang baik bagi pasien

TB, pengobatan) saat periksa ke Puskesmas Ngaliyan dan di DOTS.

ASPEK 5 : DERAJAT FUNGSIONAL

Skala 1 : tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri.

Genogram

Perempuan / Laki laki hidup

25
Perempuan / Laki laki Penderita

Tinggal satu rumah

Bentuk dan Struktur Keluarga

Bentuk keluarga : Keluarga inti (nuclear family)

Struktur keluarga

 Komunikasi : Terbuka, jika ada masalah didiskusikan dan dicari

penyelesaiannya
 Struktur peran :
- Pasien sebagai kepala keluarga.
 Nilai/norma/budaya keluarga :

Apabila sakit, keluarga pasien memeriksakan diri ke Puskesmas.

PEMERIKSAAN FISIK PASIEN

Kesadaran dan Keadaan Umum

Kesadaran composmentis dan keadaan umum baik. Berat badan 43 kg dengan tinggi

badan 148 cm.

Tanda Vital

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg


b. Nadi
- Frekuensi : 80x/menit
- Irama : Reguler
- Isi & Tegangan : Cukup
- Ekualitas : Ekual
c. Laju Pernapasan : 24 x/menit
d. Suhu : 36,8 oC (per aksilla)
e. Antropometri
- Berat Badan : 43 kg
- Tinggi Badan : 148 cm

BMI : 19,6 (Normal)

26
Status Present

a. Kepala : Mesocephale
b. Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
c. Kulit : Tidak sianosis, Ikterus (-), Petechie (-),
d. Mata : Oedema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-),

sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/3mm) bulat-di

tengah, mata cekung (-/-)


e. Hidung : Epistaksis (-/-)
f. Telinga : Aurikula dalam batas normal, discharge (-/-)
g. Mulut : Gusi berdarah (-), bibir kering (-), bibir sianosis

(-), lidah kotor (-), tremor (-), lesi (-).


h. Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
i. Tenggorok : Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil

T1-T1 tenang.
j. Thorak : Bentuk normochest, retraksi (-),nyeri tekan (-),

gerakan simetris kanan-kiri.


k. Pulmo :
- Inspeksi Statis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra
- Inspeksi Dinamis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra
- Palpasi : Sterm fremitus dextra = sinistra, tidak ada nyeri

tekan per ICS


- Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi : SD Vesikuler, ST wheezing (-), ronkhi (+)

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan TCM (6/08/19)

- Hasil : MTB Detected high

Diagnostik Holistik

A. Aspek 1 : Personal
Keluhan Utama : Batuk dan tidak enak badan
Harapan : Keluhan berkurang atau menghilang
Kekhawatiran : Keluhan semakin bertambah parah
B. Aspek 2 : Diagnosis Medis Umum
Diagnosis Klinis : TB paru
C. Aspek 3 : Faktor Risiko Internal
 Daya imunitas pasien menurun karena pasien berusia 49 tahun

27
 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB (cara penularan,

pencegahan, terapi).
 Pasien tidak melakukan desinfeksi dan pemisahan tempat alat makan

yang telah digunakan.


 Pasien belum mengerti etika batuk dan cuci tangan yang benar
D. Aspek 4 : Faktor Risiko Eksternal
 Keadaan rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat.
 Pasien tidak pernah membuka jendela rumah
 Pencahayaan dan ventilasi rumah kurang
E. Aspek 5 : Derajat Fungsional
Skala 1 : tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri.
Usulan Penatalaksanaan Komprehensif
A. Identifikasi Masalah

Seorang Perempuan bernama Ny. S berusia 49 tahun datang ke

Puskesmas Ngaliyan untuk berobat mengenai penyakitnya. Beliau datang dengan

keluhan batuk sudah kurang lebih 3 bulan. Batuk memberat terutama pada malam

hari disertai dengan tidak enak badan dan juga dahak berwana kuning kehijauan.

Keluhan ini dirasakan secara tiba-tiba. Pasien sudah berobat ke dokter klinik namun

tidak ada perbaikan. Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan dari

sebelumnya dan sering merasa lelah. Keluhan mual dan muntah disangkal, BAB dan

BAK normal. Pada saat dilakukan pemeriksaan dipuskesma ditemukan BTA +.

B. Intervensi
1. Promotif
a. Patient centered

Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai

Tuberculosis (penyebab, penularan, tanda-tanda, pencegahan,

pengobatan).

Edukasi yang terfokus pada pencegahan penularan TB, seperti :

- Etika batuk dan cuci tangan


- Penggunaan masker
- Tempat buang dahak/ ludah
b. Family oriented

28
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai penyebab

Tuberculosis paru, cara penularan, cara pencegahan dan pengobatan,

pentingnya tugas PMO. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai

perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan, dan rumah sehat

c. Community oriented

Memberikan edukasi ke masyarakat mengenai penyebab

Tuberculosis paru, cara penularan, cara pencegahan dan pengobatan, serta

perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Preventif
• Patient centered
- Pemberian masker
- Etika batuk buang dahak yang benar
• Family oriented
- Pemberian masker
- Etika batuk yang benar
- Skrining tuberculosis pada keluarga
- Memperbaiki pencahayaan dan ventilasi pada rumah pasien
- Memperbaiki gizi yang baik pada keluarga
• Community oriented
- Gerakan buka jendela pagi hari
- Skrining TB di lingkungan terdekat dengan pasien
- Mengadakan olahraga rutin di lingkungan pasien
- Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengikuti kegiatan

POSBINDU.
3. Kuratif
a. Patient Centered
• Tahap Awal
Tablet KDT (R/H/)(150/150) sebanyak 3 tablet yang diminum

semingu 3x selama 4 bulan.


b. Family Focused

Keluarga diharapkan dapat mengingatkan dan mengawasi pasien

untuk meminum obat tersebut serta meningkatkan motivasi untuk

kesembuhan pasien.

4. Rehabilitatif
a. Patient Centered

29
 Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan

menjelaskan mengenai pasien pentingnya minum obat secara

teratur.
 Memotivasi pasien agar selalu berperilaku hidup bersih dan

sehat.
 Memperhatikan asupan gizi harian pasien dan mempertahanan

gizi pasien agar tetap baik.


b. Family Focused
 Memotivasi keluarga pasien untuk secara rutin mengantar

pasien ke puskesmas untuk berobat dan agar pasien minum

obat secara teratur hingga pasien dinyatakan sembuh oleh

dokter.
 Memberikan edukasi mengenai pentingnya dukungan keluarga

dalam mengoptimalkan kesembuhan pasien.


2.1. Pemantauan/ follow up

Pemantauan dilakukan sebanyak 1 kali pada 16 Agustus 2019, didapatkan

peningkatan pengetahuan dan perilaku pencegahan TB yang dilihat dari hasil

kuisioner yang meningkat menjadi pengetahuan baik. Kesadaran mengenai

tugas PMO juga meningkat hal ini ditandai dengan nilai kuisioner PMO

meningkat dan PMO meningatkan pasien untuk minum obat setiap hari.

Pasien juga merencanakan untuk menambah ventilasi permanen dan

mengganti beberapa genting rumah.

30
BAB IV

PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien Ny. S, usia 49 tahun, berat badan 43 kg,

tinggi badan 148 cm. Untuk menentukan diagnosis dan penyebab penyakit pada

pasien tersebut digunakan anamnesis holistic yang meliputi 5 aspek yaitu Aspek 1

(personal), Aspek 2 (anamnesis medis umum), Aspek 3 (factor internal), Aspek 4

(faktor eksternal), Aspek 5 (derjat fungsional). Didapatkan bahwa Ny.S mengalami

batuk sekitar 3 bulan dan disertai penurunan berat badan. Gejala ini menunjukan

adanya penyakit tuberculosis. Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi menular

yang menyerang jaringan parenkim paru akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Pemeriksaan BTA dan gambaran x-foto rontgen dan pemeriksaan BTA positif

merupakan salah satu kriteria diagnostic TB paru (Kemenkes RI, 2014). Maka setelah

dilakukan pemeriksaan dan ditemukan dari hasil laboratorium dapat dikatakan bahwa

Ny. S menderita Tuberculosis paru kategori satu.

Untuk mencari factor-faktor yang menyebabkan kejadian Tuberculosis pada

pasien digunakan pendekatan Segitiga Epidemiologi untuk mengetahui penyebab

masalah kesehatan. Pada pendekatan Segitiga Epidemiologi faktor penyebab masalah

kesehatan dapat dilihat berdasarkan faktor host, lingkungan dan agent penyakit.

1. Host
a. Pengetahuan tentang TB Kurang
Berdasarkan anamnesa pengetahuan pasien tentang TB sangat

minim. Pasien hanya mengenal bahwa batuk merupakan suatu penyakit

yang akan sembuh sendiri. Hal ini dibuktikan dengan hasil kuisioner

mengenai pengetahuan terhadap penyakit tuberkulosis didapatkan hasil

31
yang kurang. Pasien juga tidak mengetahui tentang cara penularan dan

pengobatan TB secara jelas.


Tingkat pengetahuan seseorang akan TB akan mengurangi resiko

terjangkit ataupun penularan TB. Tingkat pengetahuan dapat

mempengaruhi gaya hidup seseorang. Dimana pengetahuan yang kurang

akan mengakibatkan seseorang dapat dengan mudah terkena penyakit.

(Rasmin, 2008).
b. Perilaku tentang pencegahan TB
Berdasarkan dari hasil anamnesa perilaku pencegahan dari

penularan TB pasien kurang. Pasien menceritakan bahwa saat berbicara

dengan orang yang mungkin pernah / sedang menderita TB pasien tidak

melakukan proteksi seperti menutup hidung.


Perilaku pencegahan penularan TB akan menurunkan resiko

penularan tuberculosis. Perilaku pencegahan yang baik akan mencegah

pasien terkena tuberculosis. Penggunaan masker akan menurunkan resiko

penularan TB yang signifikan. (Shidi, 2010)

c. Peran PMO yang kurang


Peran PMO yang kurang ditandai dengan pengetahuan PMO yang

kurang. Pengetahuan akan PMO akan menurunkan resiko meningkatnya

pengobatan TB menjadi pengobatan kategori 2 akibat putus obat.


Peran PMO dalam metode DOTS sangat menentukan peran pasien

dalam keteraturan minum obat. Jika pengawasan keteraturan dilaksanakan

dengan baik, maka angka kesembuhan dari pasien akan meningkat. (Rasmin,

2008).
2. Agent
Agent adalah faktor esensial yang harus ada agar penyakit dapat terjadi.

Agent dapat berupa benda hidup, tidak hidup, energi, sesuatu yang abstrak,

32
suasana sosial, yang dalam jumlah yang berlebih atau kurang merupakan

penyebab utama/esensial dalam terjadinya penyakit (Soemirat, 2010).


Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis.

Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antar alain: M.tuberculosis,

M.africanum, M.bovis, M.leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan

Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis

yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT

(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu

penegakan diagnosis dan pengobatan TB. Untuk itu pemeriksaan bakteriologis

yang mampu melakukan identifikasi terhadap Mycobacterium tuberculosis

menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB.

Secara umum sifat kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) antara

lain adalah berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-

0,6 mikron, bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl

Neelsen, memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowen stein

Jensen, kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan

dibawah mikroskop, tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan

hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C,

kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet,

paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan mati

dalam waktu beberapa menit, dalam dahak pada suhu antara 30-37°C

akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu, kuman dapat bersifat

dormant ("tidur"/ tidak berkembang) (Atmosukarto dan Soewasti, 2000).

3. Environment

33
a. Tempat tinggal pasien yang padat penduduk
Tempat tinggal pasien yang padat penduduk membuat pasien mudah

tertular. Hal ini meningkatkan resiko terkena TB.


Di daerah perkotaan (urban) yang lebih padat penduduknya

dibandingkan di pedesaan (rural), peluang terjadinya kontak dengan

penderita TB lebih besar. Hal ini disebabkan oleh orang akan mudah terkena

apabila banyak orang dan berdekatan. (Karyadi E. dalam Sidhi D.P, 2010).
b. Ventilasi rumah pasien yang tidak memenuhi syarat
Pasien memiliki 2 jendela serta ventilasi permanen <10% luas

bangunan serta jendela rumah pasien tidak pernah di buka. Dengan

kurangnya ventilasi permanen kurang <10%, bakteri yang ada didalam

ruangan tidak dapat keluar.


Ruangan dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat bisa

menyebabkan kuman dalam konsentrasi tinggi sehingga akan memperbesar

resiko penularan kepada orang lain. Ventilasi juga berfungsi sebagai penjaga

agar udara di ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban (humidity)

yang optimum. Kelembaban yang optimal (sehat) adalah sekitar 40 ± 70%.

Kelembaban yang lebih dari 70% akan berpengaruh terhadap kesehatan

penghuni rumah karena kondisi ini menjadi media yang baik bagi

perkembangan kuman, termasuk M. Tuberculosis (Bawole, et al., 2013).


c. Cahaya Matahari Tidak Masuk ke dalam rumah

Dengan tidak adanya sinar matahari yang masuk akibat jendela

rumah selalu ditutup korden, hal ini menyebabkan bakteri tidak dapat mati.

Rumah pasien dengan jendela yang selalu ditutupi oleh korden

mengakibatkan cahaya matahari tidak masuk kedalam rumah. Kurangnya

paparan sinar matahari menyebabkan kemungkinan Mycobacterium

tuberculosis hidup lebih lama di udara dan meningkatkan resiko penularan.

(DepKes RI, 2002).

34
35
Environment

Rumah tidak memenuhi kriteria rumah sehat

Pencahayaan dan ventilasi rumah dan kamar tidur kurang.

Lingkungan padat penduduk.

Teman ada yang pernah pengobatan batuk lama

Host Agent

Penurunan imunitas INFEKSI Bakteri :


TUBERCULOSIS Mycobacterium
Hygine personal kurang Tuberculosis

Perilaku pencegahan TB
kurang

Kurangnya pengetahuan pasien


mengenai penyakit TBC

36
Plan of Action

No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Biaya Pelaksana Indikator Keberhasilan
1 Pengetahuan Edukasi pasien Meningkatka Keluarga Diskusi Rumah 16 Rp. Dokter Keluarga dan pasien
TB kurang dan keluarga n dan pasien dan pasien Agustus 5000 Muda FK mengetahui dengan jelas
tentang penyakit pengetahuan Pemberia 2019 Unissula mengenai penyakit TBC
TBC serta cara keluarga n leaflet dan cara pencegahannya
pencegahannya pasien dan penularannya ditandai
dan mengenai dengan nilai kuisioner
penularannya penyakit yang meningkat serta
TBC melakukan screening TB.
Edukasi Meningkatka
Pasien dan Diskusi Rumah 16 Dokter Keluarga mengetahui
mengenai PHBS n kesadaran
Keluarga dan Pasien Agustus Muda FK dengan jelas mengenai
pengetahuan
pasien Pemberia 2019 Unissula PHBS dan melakukan cara
keluarga n Leaflet cuci tangan dan batuk
pasien untuk mengenai dengan benar yang
hidup bersih cara cuci ditunjukkan langsung di
dan sehat tangan depan dokter muda
dan
pasien
dapat
melakuka
n etika
batuk
dengan
benar
Edukasi Meningkatka Anak Diskusi Rumah 16 Rp. Dokter Anak pasien mengetahui
mengenai n angka pasien dan pasien Agustus 3000 muda FK pentingnya PMO dan
pentingnya kepatuhan pemberian 2019 UNISSUL mengingatkan pasien
PMO minum obat leaflet A minum obat setiap hari.
2 Perilaku Pencegahan Menurunkan Pasien dan  Eduka Rumah 16 Rp. Dokter Keluarga dan pasien
pencegahan penularan TBC angka Keluarga si cara pasien Agustus 30000 Muda FK mengetahui dan dapat
TB kurang disekitar penularan pasien mengg 2019 Unissula mempraktikan cara
No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Biaya Pelaksana Indikator Keberhasilan
lingkungan TBC unakan penggunaan masker dan
pasien disekitar masker etika batuk yang baik dan
lingkungan yang benar dan ditunjukkan di
pasien benar depan dokter muda
 Eduka
si
tentan
g etika
batuk
 Pembe
rian
masker
3 Ventilasi Edukasi Meningkatka Keluarga Diskusi Rumah 16 - Dokter Keluarga mengetahui
yang tidak mengenai rumah n pasien pasien Agustus muda FK dengan jelas mengenai
memenuhi sehat pengetahuan 2019 UNISSUL rumah sehat dan
syarat dan dan kemauan A meningkatkan ventilasi
pencahayaan merenovasi berupa penambahan
yang tidak rumah ventilasi serta
masuk rumah menjadi pencahayaan rumah
rumah sehat dengan pengantian
(pencahayaa beberapa genteng kaca.
n dan
ventilasi)
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa Trias Epidemiologi didapatkan gambaran faktor

yang berpengaruh pada studi kasus TB paru Ny. S dengan diagnosis

Tuberculosis paru dengan kategori I di Puskesmas Ngaliyan Semarang adalah

sebagai berikut :
- Host :
o Imunitas menurun
o Pengetahuan tentang TB kurang berdasarkan kuisioner yang

ditanyakan kepada pasien


o Perilaku tentang pencegahan TB kurang.
o Peran PMO yang kurang
o Hygiene personal kurang
- Agent : Mycobacterium tuberculosa
- Environment :
o Rumah tidak memenuhi kriteria rumah sehat
o Tempat tinggal padat penduduk
o Terdapat teman pasien yang pernah pengobatan batuk lama
o Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat
o Cahaya Matahari Tidak Masuk ke rumah

4.2. Saran
a) Untuk Puskesmas
- Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang TBC.
- Menjalin kerjasama dengan sektor lain, contohnya dengan tokoh

masyarakat setempat. Puskesmas dapat melakukan diskusi dengan tokoh

masyarakat setempat, diharapkan tokoh masyarakat dapat

menyampaikan dan mencontohkan perilaku yang dapat meningkatkan

kesehatan di masyarakat.
b) Untuk Pasien
- Memotivasi pasien dan keluarga agar berperilaku hidup bersih dan sehat
- Memotivasi pasien dan keluarga agar melakukan pengobatan rutin TBC

4 bulan fase lanjutan yang mengandung rifampisin dan isoniazid

sebanyak 3 tablet yang diminum seminggu 3 kali.


- Meningkatkan PHBS untuk menurunkan angka penularan dan

memberatnya penyakit.
- Jika didapatkan kasus seperti ini lagi segera memeriksakan ke pelayanan

kesehatan terdekat.

LAMPIRAN 1 : Foto Kegiatan


Lampiran 1. Poster Tentang TB
Lampiran 2. Poster Cara Mencuci Tangan
Lampiran 3. Poster Momen Mencuci Tangan
Lampiran 4. Poster Etika Batuk dan Bersin
Lampiran 2.Petunjuk 6 Langkah Cuci Tangan dan Etika batuk

Lampiran 3.Materi Edukasi


Lampiran 4. Kuisioner pengetahuan TB
Sebelum dilakukan edukasi

Jawaban
No Pertanyaan Tahu Tidak
1 Menurut Anda apa itu penyakit TB Paru V
- Penyakit yang disebabkan kuman atau bakteri
2 Apa Anda tahu penyebab penyakit TB Paru? V
- Bakteri M. Tuberculosis
3 Apa Anda tahu tanda tanda orang terkena penyakit TB paru? V
- Batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih, bercampur darah,
berkerngat pada malam hari tanpa kegiatan fisik
4 Apa Anda tahu bagaimana cara penularan penyakit TB paru? V
- Penularan dapat terjadi mealui batuk, bersin yang
mengandung kuman TB yang terhirup orang lain
5 Apa anda tahu kebiasaan yang memperburuk kesehatan penderita V
TB paru?
- Merokok, lingkungan dan kurang gizi
6 Apa Anda tahu bila tidak menelan obat sekali saja maka V
pengobatan akan gagal?
7 Apa Anda tahu pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk V
menyatakan bahwa seseorang menderita TB paru?
- Pemeriksaan dahak, rontgen dan laboratorium
8 Apa Anda tahu berapa lama penderita TB harus meminum obat? V
- Minum obat selama 6 bulan dengan tahap awal 2 bulan
diminum setiap hari dan dilanjutkan minum obat 3x
seminggu selama 4 bulan
9 Apa Anda tahu kemungkinan efek samping yang ditimbulkan V
OAT?
- Warna kemerahan pada air seni, mual, sakit perut, nyeri
sendi/kesemutan
Kriteria:

0-3 : Pengetahuan kurang

4-6 : Pengetahuan Sedang

7-9 : Pengetahuan Baik

Setelah dilakukan edukasi

Jawaban
No Pertanyaan Tahu Tidak
1 Menurut Anda apa itu penyakit TB Paru V
- Penyakit yang disebabkan kuman atau bakteri
2 Apa Anda tahu penyebab penyakit TB Paru? V
- Bakteri M. Tuberculosis
3 Apa Anda tahu tanda tanda orang terkena penyakit TB paru? V
- Batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih, bercampur darah,
berkerngat pada malam hari tanpa kegiatan fisik
4 Apa Anda tahu bagaimana cara penularan penyakit TB paru? V
- Penularan dapat terjadi mealui batuk, bersin yang
mengandung kuman TB yang terhirup orang lain
5 Apa anda tahu kebiasaan yang memperburuk kesehatan penderita V
TB paru?
- Merokok, lingkungan dan kurang gizi
6 Apa Anda tahu bila tidak menelan obat sekali saja maka V
pengobatan akan gagal?
7 Apa Anda tahu pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk V
menyatakan bahwa seseorang menderita TB paru?
- Pemeriksaan dahak, rontgen dan laboratorium
8 Apa Anda tahu berapa lama penderita TB harus meminum obat? V
- Minum obat selama 6 bulan dengan tahap awal 2 bulan
diminum setiap hari dan dilanjutkan minum obat 3x
seminggu selama 4 bulan
9 Apa Anda tahu kemungkinan efek samping yang ditimbulkan V
OAT?
- Warna kemerahan pada air seni, mual, sakit perut, nyeri
sendi/kesemutan
Kriteria

0-3 : Pengetahuan kurang

4-6 : Pengetahuan Sedang

7-9 : Pengetahuan Baik


Lampiran 5. Kuisioner pengetahuan PMO

Sebelum edukasi

1. Apakah anda mengetahui tugas PMO?


A. Ya
B. Tidak
2. Bila jawaban no. 1 ya, apakah tugas PMO menurut anda?
A. Mengawasi/ mengingatan penderita TBC untuk minum obat
B. Mengawasi adanay efek samping obat
C. Megingatkan penderita TBC untuk control bila obat habis
D. Menjual obat TBC
3. Menurut anda berapa lama pengobatan TBC itu?
A. < 6 bulan
B. 6 bulan
C. 7-12 bulan
D. > 12 bulan
4. Sampai kapan seorang penderita TBC dinyatakan sembuh?
A. Gejala penyakit hilang
B. Berat badan naik
C. Nafsu makan naik
D. Sampai dinyatakan sembuh oleh dokter
5. Apakah yang anda berikan sebagai PMO pada penderita TBC yang dalam tahap
awal?
A. 1 papan obat (blister) diminum sekaligus 3 kali seminggu
B. 1 papan obat (blister) diminum sekaligus 2 kali seminggu
C. 1 papan obat (blister) diminum sekaligus 1 kali seminggu
D. 1 papan obat (blister) diminum sekaligus setiap hari
6. Apakah penderita yang anda awasi minum obat secara teratur?
A. Ya
B. Tidak
7. Apakah anda mengawasi penderita TBC tersebut saat meminum obat?
A. Ya
B. Tidak
8. Bila jawaban no. 7 TIDAK, apa alasan anda?
A. Jarak rumah anda dengan penderita TBC jatuh
B. Seringkali lupa
C. Malas karena penderita sulit diberitahu
D. Sibuk
E. Lain-lain
9. Kapan saja anda mengingatkan penderita TBC untuk minum obat?
A. Setiap hari
B. Seminggu sekali
C. Sebulan sekali
D. Tidak teratur
10. Apakah anda sebagai petugas PMO mendengarkan juga keluhan-keluhan
penderita serta memberi dukungan kepada penderita selain mengawasi minum obat?
A. Ya
B. Tidak
Setelah edukasi
1. Apakah anda mengetahui tugas PMO?
A. Ya
B. Tidak
2. Bila jawaban no. 1 ya, apakah tugas PMO menurut anda?
A. Mengawasi/ mengingatan penderita TBC untuk minum obat
B. Mengawasi adanay efek samping obat
C. Megingatkan penderita TBC untuk control bila obat habis
D. Menjual obat TBC
3. Menurut anda berapa lama pengobatan TBC itu?
A. < 6 bulan
B. 6 bulan
C. 7-12 bulan
D. > 12 bulan
4. Sampai kapan seorang penderita TBC dinyatakan sembuh?
A. Gejala penyakit hilang
B. Berat badan naik
C. Nafsu makan naik
D. Sampai dinyatakan sembuh oleh dokter
5. Apakah yang anda berikan sebagai PMO pada penderita TBC yang dalam tahap
awal?
A. 1 papan obat (blister) diminum sekaligus 3 kali seminggu
B. 1 papan obat (blister) diminum sekaligus 2 kali seminggu
C. 1 papan obat (blister) diminum sekaligus 1 kali seminggu
D. 1 papan obat (blister) diminum sekaligus setiap hari
6. Apakah penderita yang anda awasi minum obat secara teratur?
A. Ya
B. Tidak
7. Apakah anda mengawasi penderita TBC tersebut saat meminum obat?
A. Ya
B. Tidak
8. Bila jawaban no. 7 TIDAK, apa alasan anda?
A. Jarak rumah anda dengan penderita TBC jatuh
B. Seringkali lupa
C. Malas karena penderita sulit diberitahu
D. Sibuk
E. Lain-lain
9. Kapan saja anda mengingatkan penderita TBC untuk minum obat?
A. Setiap hari
B. Seminggu sekali
C. Sebulan sekali
D. Tidak teratur
10. Apakah anda sebagai petugas PMO mendengarkan juga keluhan-keluhan
penderita serta memberi dukungan kepada penderita selain mengawasi minum obat?
A. Ya
B. Tidak
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasmin, M., et al, 2008. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru RS
Persahabatan Januari – Juli 2008. Department of Pulmonology and Respiratory
Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia, Persahabatan Hospital,
Jakarta, Indonesia

2. IDI., 2014, Pedoam Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer, IDI, Jakarta.

3. Wijaya, I. (2015) ‘Tuberkulosis Paru pada Penderita Diabetes Melitus’, 42(6), pp.
412–417.

4. Depkes, RI., 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Depkes,


Jakarta.

5. Sidhi, D.P., 2010, Riwayat Kontak Tuberkulosis Sebagai Faktor Resiko Hasil Uji
Tuberkulin Positif. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

6. Atmosukarto & Soewasti (2000) Pengaruh lingkungan pemukiman dalam


penyebaran

7. Slamet, Soemirat Juli., 1994, ”Kesehatan Lingkungan” Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.

8. Bawole, Sindy T.T., Rattu, AJ. M., Pasangi, J., 2013, Faktor Resiko Lingkungan
Fisik Rumah Terhadap Kejadian TB Paru Di Kecamatan Likupang Barat
Kabupaten Minahasa Utara, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

Anda mungkin juga menyukai