Anda di halaman 1dari 4

REFLEKSI KASUS

FAILURE TO THRIVE (FTT)


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik
Bagian Kesehatan Ilmu Anak
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:
Ario Achwanu Shafa
20090310162

Diajukan Kepada:
dr. Handayani, M.Sc., Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD SETJONEGORO WONOSOBO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
1

DaftarIsi

REFLEKSI KASUS..................................................................................................i
DaftarIsi...................................................................................................................ii
Failure to Thrive.......................................................................................................1
A.

Definisi......................................................................................................1

B.

Kemungkinan penyebab............................................................................1

C.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan..................................................2

Daftar Pustaka..........................................................................................................3

Failure to Thrive
A. Definisi
Failure to thrive (FTT) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan
berat badan (BB) yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth)
atau bahkan turun dibandingkan pengukuran sebelumnya (diketahui dari grafik
pertumbuhan). Istilah yang lebih tepat adalah fail to gain weight, tidak tepat jika
diterjemahkan sebagai gagal tumbuh, karena dalam hal ini yang dinilai hanyalah
berat badan terhadapt umur pada minimal 2 periode pengukuran, sedankan tinggi
badan dan lingkar kepala yang juga merupakan parameter pertumbuhan mungkin
masih normal. Definisi yang tepat adalah perpindahan posisi berat badan terhadap
umur yang melewati lebih dari 2 presentil utama atau 2 standar deviasi ke bawah
jika diplot pada grafik BB menurut umur. FTT juga belum tentu gizi kurang atau
gizi buruk. FTT bukanlah suatu diagnosis melainkan gejala yang harus dicari
penyebabnya. 1

B. Kemungkinan penyebab
Penyebab paling umum adalah tidak memadainya asupan makanan .
Penyebab lain adalah lemahnya atau tidak terkoordinasinya dalam penghisapan;

evaluasi untuk penyakit jantung bawaan, masalah pernapasan (misalnya,


laryngomalacia), dan masalah fisik lainnya yang dapat mengganggu makan
normal. Tidak tepatnya rumus pencampuran atau kebiasaan makan dalam keluarga
yang dapat menyebabkan asupan makanan rendah kalori atau gizi yang tidak
seimbang. Diet dibatasi karena diduga alergi makanan atau intoleransi dapat
mengakibatkan kurangnya asupan kalori , protein , atau zat gizi mikro tertentu .
Besi dan seng adalah zat gizi mikro yang marjinal di banyak bayi tua dan anakanak dengan gizi rendah. Kekurangan terjadi pada bayi yang mendapat diet rendah
daging dan pada balita yang tidak mendapat formula yang diperkaya juga tidak
mengkonsumsi sumber diet yang baik. Kasus malnutrisi berat dan kwarshiorkor
terjadi pada bayi yang orang tuanya bermaksud baik dengan memberikan makanan
pengganti seperti susu beras atau susu kedelai yang tidak diperkaya untuk susu
formula bayi. 3

C. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan


Pemeriksaan labiratorium hanya bermanfaat bila terdapat temuan signifikan
pada anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pemeriksaan laboratorium meliputi darah
perifer lengkap, laju endap darah, urinalisis (pH, osmolalitas, elemen seluler,
glukosa, dan keton), kultur urin, tinja untuk melihat parasit dan malabsorpsi,
ureum dan kreatinin serum, analisis gas darah, elektrolit termasuk kalsium dan
fosfor, tes fungsi hati termasuk protein total dan albumin. Pemeriksaan lain
misalnya skrining celiac dilakukan bila ada indikasi sesuai dengan hasil temuan
pada anamnesis dan pemeriksaan fisis. 1
Bila

dicurigai

kelainan

jantung,

dapat

dilakukan

pemeriksaan

ekokardiografi. Bila dicurigai kelainan paru, dapat dilakukan pemeriksaan foto


Rontgen dan uji Mantoux. Bila dicurigai kelainan endokrin atau tulang, dapat
dilakukan pemeriksaan usia tulang dan bone survey. Bila dicurigai kelainan
neurologis, dapat dilakukan pemerisaan computed tomography (CT) scan kepala.

Daftar Pustaka
1.

Richard

E.,

Md.

Nelson

Textbook

of

Pediatrics.

Edisi

ke-20.

Philadelphia:Saunders. 2010.
2. Pudjiaji, Antonius H., 2010, Pedoman Pelayanan Medis. IDAI jilid 2. Jakarta,
250, 23.
3. Hay., WW Jr. dkk. Current Diagnosis & Treatment Pediatrics. Edisi 20. 2010.

Anda mungkin juga menyukai