Anda di halaman 1dari 155

BUKU PANDUAN

SKILLS LAB
TA : 2022/2023

SEMESTER IV
ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK
DAN
PROSEDUR KLINIS

2023, MEDICAL EDUCATION UNIT


LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Darussalam–Banda Aceh 23111
Telepon / Fax: (0651) 7551843
Home Page : www.fk.unsyiah.ac.id
Email : unitmeufkunsyiah@yahoo.com

i
BUKU PANDUAN SKILLS LAB SEMESTER IV
ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK DAN PROSEDUR KLINIS

Copyright @2023 oleh Medical Education Unit


Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Cetakan Pertama : ….

Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala


Semua Hak Cipta terpelihara

Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin
oleh penerbit sebelum memperbanyak, disimpan,
atau disebarluaskan dalam bentuk elektronik, fotocopy
dan rekaman atau bentuk lainnya.

ii
EDITOR

Dr.dr. Hasanuddin, SpOG (K)


Bagian Ilmu Kebidanan dan GinekologiFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

dr. Cut Meurah Yeni, SpOG (K)


Bagian Ilmu Kebianan dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

dr. Cut Rika Maharani, Sp.OG


Bagian/KSMIlmu Kebianan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

Dr.dr.Dora Darussalam, Sp.A (K)


Bagian Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

dr. Isra Firmansyah, Sp.A


Bagian Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

dr. TM Thaib, M.Kes.,SpA(K)


Bagian Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

dr. Subhan Rio Pamungkas, Sp.KJ


Bagian Ilmu Kedokteran JiwaFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

Dr.dr. Iskandar Zakaria, SpRad (K)


Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

dr. Teuku Muhammad Yus, Sp.Rad


Bagian/KSM RadiologiFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

Prof. Dr. dr. Dessy Rakhmawati Emril, Sp.S (K)


Bagian Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

Dr. dr. Imran, Sp.S., M. Kes


Bagian Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

iii
PENANGGUNG JAWAB MATA KULIAH

dr. Teuku Muhammad Yus, Sp.Rad


Bagian/KSM Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

PENANGGUNG JAWAB SKILL

Dr. dr. Cut Meurah Yeni, SpOG (K)


Bagian/KSMIlmu Kebianan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

Dr.dr. Bakhtiar, SpA, M. Kes


Bagian/KSM Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

Dr. dr. Nora Sovira, M. Ked (Ped), Sp.A


Bagian/KSM Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

dr. Zulfa Zahra, Sp.KJ


Bagian Ilmu Kedokteran JiwaFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ BPK-RSJ Banda Aceh

Dr.dr. Iskandar Zakaria, SpRad (K)


Bagian/KSMRadiologiFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

Dr. dr. Nova Dian Lestari, Sp.S


Bagian/KSM Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

Dr. dr. Nasyarudin Herry Taufik, Sp.RM


Bagian/KSMKedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik
Fakultas KedokteranUniversitas Syiah Kuala/RSUDZA

dr. Cut Rika Maharani, Sp.OG


Bagian/KSMIlmu Kebianan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

iv
KATA PENGANTAR

Buku panduan Skills Lab Semester IV ini merupakan revisi dan adaptasi
dari buku panduan sebelumnya, sebagai implementasi revisi kurikulum TA
2020/2021.
Buku panduan ini berisikan materi keterampilan yang akan dilatihkan pada
Laboratorium Keterampilan Medik. Materi keterampilannya terdiri dari ANC,
Pelvimetri Klinis, Leopold’s Maneuvers, Persalianan Normal, Pemeriksaan
Neonatus, Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak, Antropometri, Pembacaan Foto
Polos Abdomen, Anamnesis dan pemeriksaan Status Mental, Pemeriksaan
Meningeal sign dan lowback pain, Pemeriksaan Fisik gangguan koordinasi gerak
dan gerakan invalunter
Dengan menguasai keterampilan di atas, diharapkan dapat menjadi
pondasi dasar mahasiswa dalam memahami dan menguasai keterampilan medik
lanjutan.
Kami berharap buku ini akan bermanfaat bagi mahasiswa dan juga
instruktur yang terlibat dalam latihan keterampilan medik ini.

Banda Aceh, Januari 2023

Editor

v
DAFTAR ISI

EDITOR............................................................................................ iii

PENANGGUNG JAWAB SKILLS ......................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

DAFTAR ISI ......................................................................................... vi

I. ANC & Pelvimetri Klinis, Leopold’s Maneuvers............................. 1

II. Persalinan Normal............................................................................. 16

III. Pemeriksaan Neonatus ..................................................................... 27

IV. Pemeriksaan Tumbuh Kembang & Antropometri............................ 44

V. Pembacaan Foto Polos Abdomen...................................... .............. 119

VI. Anamnesis, Pemeriksaan Psikiatri & Pengisian Status Psikiatri....... 124

VII. Pemeriksaan Meningeal Sign dan Lowback Pain............................. 132

VIII.Pemeriksaan Fisik Gangguan Koordinasi Gerak dan Gerakan

Invalunter...................................... ........................................ 140

vi
1. PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANC),
PELVIMETRI KLINIS, DAN LEOPOLD MANUVRE

Dr. dr. Hasanuddin, Sp.O.G, SubSp, Onk


dr. Cut Rika Maharani, Sp.O.G
Bagian/KSMIlmu Kebidanan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

BENANG MERAH KLINIS

Ny. C, 24 tahun, G1P0A0, hamil 40 minggu, datang ke poli Obstetri dengan


keluhan keluar lendir bercampur darah sejak 2 jam yang lalu. Saat ini ia juga
merasakan mulas-mulas, dan sejak pagi harinya juga keluar cairan merembes dari
jalan lahirnya.
 Apa yang terjadi pada Ny. C?
 Apa yang harus anda lakukan terhadap Ny. C?

10 jam kemudian ternyata Ny. Sulis berhasil melahirkan bayinya melalui


persalinan normal
 Pemeriksaan apa yang dapat anda lakukan terhadap bayi Ny. C?

1 hari post partum, Ny. Sulis mengeluh


 Pemeriksaan fisik apakah yang dapat anda lakukan terhadap Ny. C agar
diagnosis dapat anda tegakkan?

1
A. PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANC)

Tujuan belajar :
Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan kehamilan secara sistematis dan
benar.

Seperti pada pemeriksaan media pada umumnya, pemeriksaan obstetrik terdiri


atas :
1. Anamnesis
2. Inspeksi
3. Palpasi
4. Auskultasi
5. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan tambahan : laboratorium, USG, fetal monitoring dengan
kardiotokografi (CTG).

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
 Anatomi dan Fisiologi kehamilan
 Patofisiologi kehamilan

A. ANAMNESIS
คือจำนวนการตั้งครรภ์ ซึ่งรวมถึงฟันกราม การตั้งครรภ์

1. GPA ( Gravida, Para, Abortus) นอกมดลูก การแท้ง

Gravida : adalah jumlah kehamilan, termasuk mola, kehamilan ektopik,


abortus.
Para : jumlah anak yang dilahirkan dengan berat lebih dari 500 gram
Abortus : pengeluaran hasil konsepsi yang kurang dari500 gram.

Jadi pada saat melakukan anamnesis, kepada pasien perlu ditanyakan berapa
kali hamil, pernah melahirkan janin aterm atau belum, dan berapa kali abortus.
Dari sini kita akan melihat riwayat obstetriknya, baik atau tidak. Penderita
yang pernah melahirkan janin cukup bulan, spontan dan anak hidup setidak-
tidaknya mencerminkan bahwa panggulnya baik. Dalam hal ini dikatakan bahwa
ibu tersebut mempunyai riwayat obstetri yang baik.
Penderita dengan riwayat forseps, apalagi janin yang lahir terus mati, kita
harus berhati-hati. Mungkin ada sesuatu tentang panggulnya. Apabila dengan
anamnesis diketahui bahwa ibu pernah mengalami operasi karena jalan lahir yang
sempit, maka dalam hal ini tindakannya sudah jelas yaitu re-seksio sesaria atas
indikasi panggul yang sempit atau CPD.
Penderita dengan riwayat abortus yang berulang, juga harus ditangani secara
sangat hati-hati (tidak berarti yang tidak demikian dokter boleh seenaknya),
karena yang dikandungnya adalah anak yang sangat berharga.

2. Umur Kehamilan

2
Kapan berhenti haid. Dalam obstetri, umur kehamilan ditentukan berdasarkan
HPHT (hari pertama haid terakhir), sedang pada embriologi umur janin
dihitung berdasarkan umur konsepsi. Dengan diketahui HPHT, maka selain
umur kehamilan dapat ditentukan pula HPL (hari perkiraan lahir) atau TTP
(taksiran tanggal persalinan).
Rumus Naegel, adalah :
HPL = hari +7, bulan –3 dan tahun +1

Berdasarkan umur kehamilan, maka dikenal:


 Abortus : keluarnya hasil konsepsi dengan umur 0-20 minggu
 Partus imaturus : partus yang terjadi pada 21-27 minggu
 Partus prematurus : partus yang terjadi pada 28-37 minggu
 Partus maturus : partus yang terjadi pada 38-42 minggu
 Partus postmaturus : partus yang terjadi pada lebih dari 42 minggu

Hamil aterm menunjukkan umur kehamilan 38-42 minggu, sedang kurang dari
38 minggu dapat disebut persalinan preterm, dan lebih dari 42 minggu sebagai
posterm.
Bila umur kehamilan tidak diketahui, maka jenis persalinan ditentukan
berdasarkan berat badan.
abortus Kurang dari : 500 gram
partus immaturus :500-999 gram
partus prematurus:1000-2499 gram
partus maturus: 2500 gram lebih

konsep ini juga tidak lagi tepat, karena janin dengan BB < 2500 gram belum tentu
prematur, tetapi hanya BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).

3. Umur Ibu
Kurun reproduksi sehat adalah antara umur 20-35 tahun. Ini berarti bahwa
umur ibu diluar batas tersebut merupakan kehamilan dengan resiko tinggi
(KRT).
Kurang dari 20 tahun : panggul belum sempurna
Labih dari 35 tahun : ada kecenderungan mengalami perdarahan post
partum.

4. Paritas
Paritas yang ideal adalah 2-3, dengan jarak persalinan 3-4 tahun. Bila hamil
lebih dari 5 dan umur ibu lebih dari 35 tahun, ini disebut ”grande multipara”,
yang memerlukan perhatian khusus.

5. Riwayat persalinan yang dulu


Bertujuan untuk mengetahui :
 Apakah panggul ibu pernah dilewati janin ukuran normal atau belum
 Apakah anak yang dilahirkan dalam keadaan baik atau tidak
 Pada seorang primigravida, perlu ditanyakan berapa tahun kawin, ini
menentukan apakah fertilitasnya baik atau tidak.

3
 Pada presentasi bokong, perlu ditanyakan apakah persalinan yang
sebelumnya juga presentasi bokong.
 Dan lain-lain

6. Penyakit-penyakit yang pernah dialami


 Diabetes Mellitus, penyakit jantung, asma, penyakit ginjal, dll
 Apakah pernah operasi alat kandungan, dll.

7. Kehamilan sekarang
Bertujuan untuk mengetahui :
 Bagaimana antenatal care (ANC) nya, teratur atau tidak, pada siapa bidan
atau SpOG.
 Obat-obat yang dikonsumsi
 Apakah pernah mengalami kaki bengkak, apakah pernah menderita
tekanan darah tinggi, kejang-kejang, dll.
 Apakah pernah mengeluarkan darah pada saat hamil 7/8 bulan
 Apakah ada saudara kembar, dan lain-lain.

8. Tanda-tanda persalinan
 Sejak kapan mulai terasa kontraksi, teratur atau belum, sejak jam berapa
 Apakah sudah keluar lendir darah, atau malah darah
 Apakah sudah mengeluarkan air ketuban, bila sudah sejak kapan
 Apakah sebelum datang sudah mendapat pertolongan, misalnya apakah
sudah disuruh mengejan oleh dukun.

B. INSPEKSI
Yang dicari adalah tanda-tanda persalinan, keadaan umum ibu dan keadaan
janin.
 Keadaan umum ibu : baik, tampak menderita, tampak kesakitan, tampak
gelisah,dsb.
 Kesadaran : baik, koma, dll
 Anemis atau tidak
 Apakah muka dan ekstremitas tampak edema.
 Perut : membuncit, memanjang atau melintang, berapa besar ?
 Konfigurasi uterus : apakah terlihat gambaran cincin Bandl
 Vulva : tenang, tampak lendir darah, darah, air ketuban, edema atau telah
tampak bagian janin yang menumbung.

C. AUSKULTASI
Auskultasi denyut jantung janin (DJJ) dikerjakan setiap 15 menit pada kala I
dan tiap 3-5 menit pada kala II. Ada beberapa alat yang dapat digunakan, yaitu :
stetoskop biaural, stetoskop monoral (Laennec), fetal heart detector (Doppler) atau
dengan mencatat terus-menerus dengan CTG.
Dengan mendengarkan DJJ ada 2 hal penting yang didapat, yaitu :
1. Keadaan umum janin dalam kandungan
2. Presentasi dan posisi

4
D. PEMERIKSAAN DALAM (PD)
Dalam obstetri dikenal 2 pendekatan, yaitu PD lewat rektum dan PD lewat
vagina. PD lewat vagina lebih mudah karena kurang memberikan rasa sakit, dan
lebih akurat, sehingga dewasa ini orang lebih menyukai PD vaginal. Dalam
praktek lebih dikenal dengan toucher vaginal (baca:tusje).

Pada prinsipnya ada 4 hal yang harus dinilai, yaitu :


1. Keadaan serviks
2. Keadaan janin
3. Keadaan pelvis
4. Hubungan feto pelvis.

1. Serviks
Apakah mencucu, mendatar, tebal, tipis, kaku, lunak, tertutup atau terbuka, bila
terbuka berapa cm pembukaannya, adakah jaringan parut, bagaimana selaput
ketuban (tebal, tipis, apakah sudah pecah). Pembukaan 10 cm adalah pembukaan
lengkap.

2. Keadaan janin
 Apa presentasinya : kepala, bokong, atau bahu, jika presentasi kepala
ditentukan dimana ubun-ubun kecil, sutura sagitalis, ubun-ubun besar,
berapa jauh kepala sudah turun, jika kepala masih diatas panggul perkirakan
apakah kepala bisa lewat.
 Ada kaput suksedaneum atau tidak
 Berapa jauh turunnya bagian terendah
 Letak sutura sagitalis : anteroposterior, oblik atau transverse
 Ada sinklitisme atau tidak
 Kepala fleksi atau defleksi
 Bila kepala ekstensi, tentukan presentasinya apakah puncak kepala, dahi
atau muka.
 Apakah ada presentasi majemuk
 Apakah ada prolaps tali pusat, dll.

3. Keadaan pelvis
 Apakah promontorium teraba? Bila ya, berapa konjugata diagonalis
 Berapa bagian linea terminalis dapat teraba, simetris atau tidak
 Spina ischiadika menonjol atau tidak
 Incisura ischiadika : dalam/landai
 Sakrum : panjang dan datar, atau pendek dan konkaf, bagaimana
inklinasinya
 Apakah ada tonjolan tulang yang mencuat kedalam rongga panggul
 Simphisis pubis : berapa derajat arkusnya, permukaan dalam rata atau tidak
 Os koksigis mobile atau tidak
 Distansia intertuberosum berapa cm
 Bagaimana dengan jaringan lunak perineum : relaks-elastis atau keras-kaku.

5
4. Hubungan (keseimbangan) janin-panggul
 Kepala engaged atau belum
 Bila belum apakah kepala dapat masuk bila didorong dari fundus dan
suprapubik
 Apakah bagian terendah menonjol diatas simphisis
 Dan lain-lain

Pemeriksaan yang lain adalah laboratorium darah dan urin rutin sebagai skrining.
Pemeriksaan yang lebih canggih memerlukan indikasi tertentu, dan sudah diluar
jangkauan partus normal.

a. LEOPOLDS MANEUVERS

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu melakukan teknik palpasi bimanual “leopolds maneuvers”
pada wanita hamil secara sistematis dan benar.

Seperti pada pemeriksaan media pada media pada umumnya, pemeriksaan


obstetric terdiri atas:
1. Palpasi

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai:
 Anatomi dan fisiologi kehamilan
 Patofisiologi kehamilan

1. PALPASI
Sebelum melakukan palpasi, ada 10 pertanyaan yang harus sudah
terfikirkan, yaitu :
1. Berapa tinggi fundus uteri.
2. Bagaimana letak janin : memanjang, melintang atau oblik.
3. Bagaimana presentasinya.
4. Dimana bagian punggung dan dimana bagian kecilnya.
5. Apa yang ada di fundus.
6. Dimana tonjolan kepala.
7. Apakah engagement sudah terjadi.
8. Berapa taksiran berat janin (TBJ), apakah janin satu atau ganda.
9. Bagaimana kualitas his.
10. Apakah ada tanda-tanda patologis.

Wanita hamil yang akan diperiksa disuruh berbaring telentang dengan


bahu dan kepala sedikit lebih tinggi (memakai bantal), dan pemeriksa berada
disebelah kanan pasien (atau disebelah kiri untuk pemeriksa yang kidal).
Setelah pasien yang akan diperiksa berbaring telentang, diperhatikan
apakah uterus berkontraksi atau tidak. Jika berkontraksi harus ditunggu terlebih
dahulu. Dinding perut juga harus lemas, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan
dengan teliti. Untuk itu, tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu
tangan pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan suhu tubuh pasien, dengan

6
maksud supaya dinding perut pasien tidak tiba-tiba menjadi kontraksi. Maka,
sebelum melakukan palpasi, kedua telapak tangan dapat digosokkan terlebih
dahulu baru kemudian pemeriksaan dilakukan.
Palpasi dilakukan secara sistematik berdasarkan perasat Leopold. Perasat
Leopold merupakan teknik palpasi bimanual yang dibagi dalam 4 tahapan teknik
pemeriksaan, yaitu :

Leopold I
 Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
 Dengan menggunakan kedua tangan, menentukan tinggi fundus uteri (jarak
fundus ke prosessus xiphoideus atau pengukuran dengan centimeter jarak dari
pinggir atas simphisis ke fundus uteri
 Melakukan palpasi secara gentle dengan menggunakan jari-jari kedua tangan
untuk menentukan bagian mana dari janin yang terletak pada fundus.

Note : bokong akan terasa sebagai bagian yang besar dan lunak, sedangkan kepala
akan teraba sebagai bagian yang keras, bulat dan lebih mudah untuk digerakkan.

Leopold II
 Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
 Dengan menggunakan kedua tangan, telapak tangan diletakkan pada sisi kiri-
kanan abdomen dengan memberikan sedikit penekanan.
 Menentukan letak bagian besar (punggung) dan bagian-bagian kecil janin
 Pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala janin.

Note : pada satu sisi akan teraba bagian yang agak keras dan besar yang
merupakan punggung janin, dan disisi lain akan teraba beberapa bagian kecil yang
lebih mobile yang merupakan ekstremitas dari janin.

Wanita hamil dengan dinding abdomen yang tipis bahkan bagian-bagian janin
tersebut dapat diidentifikasi.

7
Leopold III
 Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
 Dengan menggunakan ibu jari tangan kanan dan jari-jari tangan lainnya untuk
menentukan bagian terbawah janin dengan cara meraba didaerah abdomen
bagian bawah / tepat diatas simphisis pubis, sedangkan tangan kiri melakukan
fiksasi pada bagian fundus uteri.

Leopold IV
 Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
 Dengan menggunakan 3 jari dari kedua tangan maka selain dapat ditentukan
bagian terbawah janin juga untuk menentukan seberapa jauh bagian tersebut
telah memasuki pintu atas panggul.

8
Bila kepala dalam sikap fleksi, maka tonjolan kepala adalah dahi yang
berada di pihak bagian-bagian kecil, sedang dalam sikap defleksi maka tonjolan
kepala adalah oksiput yang berada dipihak punggung. Dengan menggunakan
ujung ketiga jari kedua tangan, pemeriksa melakukan tekanan yang dalam searah
dengan aksis punggung. Tangan yang tertahan menunjukkan adanya tonjolan
kepala, sedangkan tangan yang lain akan dengan mudah masuk lebih jauh ke
dalam panggul.
Bila kepala belum masuk ke dalam panggul, kepala denganmudah dapat
digerakkan kekanan dan kekiri dan teraba ballotement. Kedua jari tangan dapat
berada di antara kepala dan simphisis. Bila hanya sebagian kecil kepala dapat
teraba dan kepala fixed, maka ia sudah engaged.

b. PELVIMETRI KLINIS

Tujuan belajar : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pelvimetri klinis


secara sistematis dan benar

Prior knowledge :
sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
a. Anatomi dan fisiologi kehamilan
b. Patofisiologi kehamilan

Introduksi
Keadaan panggul merupakan salah satu faktor penting dalam kelangsungan
persalinan. Pengetahuan tentang ukuran dan bentuk panggul akan sangat
membantu dalam penilaian jalannya persalinan.

Anatomi panggul
Tulang panggul terdiri dari os koksae (os ilium, os iskium dan os pubis), os
sacrum dan os koksigis. Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang
disebut pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang
terletak di atas linea terminalis, disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak di
bawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Bentuk pelvis
minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke
depan (sumbu carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang
menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera
pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II,III dan IV.
Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum untuk
selanjutnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas
panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang
seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah
panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic
cavity). Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu atas
panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah, untuk kemudian menjadi luas
lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina
iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul.

9
a. Pintu Atas Panggul (pelvic inlet)
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium korpus vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis),
dan pinggir atas simfisis. Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium ±11-12 cm disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis
melintang pada pintu atas panggul ± 12,5 – 13 cm, disebut diameter
transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan
antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea
innominata, ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang ±
13 cm. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium dikenal
sebagai konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata
vera sama dengan konjugata diagonalis dipotong dengan 1,5 cm. Selain kedua
konjugata ini dikenal juga konjugata obstetric, yaitu jarak dari bagian dalam
tengah simfisis ke promontorium. Konjugata obstetric ini sebenarnya paling
penting namun perbadaannya dengan konjugata vera sedikit sekali.

b. Pintu Bawah Panggul (pelvic outlet)


Pintu bawah panggul tersusun atas 2 bidang datar berbentuk segi tiga, yaitu
bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan
ujung os sakrum dan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis
berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus pubis). Dalam
keadaan normal besarnya sudut ini ± 90 ̊ atau lebih sedikit.

c. Ruang Panggul (pelvic cavity)


Ruang panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran yang paling
luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan setinggi kedua spina iskiadika.
Ketika melakukan penilaian ruang panggul hendaknya memperhatikan bentuk
os sacrum dan bentuk ruang panggul seluruhnya, karena rongga ini merupakan
saluran yang tidak sama luasnya di antara tiap-tiap bidang.
Memperkirakan kapasitas midpelvik secara klinis (periksa dalam) dengan
cara pengukuran langsung adalah tidak mungkin. Bila spina ischiadica
begitu menonjol, dinding pelvis terasa cembung dan sacrum terasa datar (
tidak cekung), maka kesempitan panggul tengah bisa dicurigai

A B

Gambar 1. (A) Sumbu carus dan bidang hodge, (B) Pintu atas panggul dengan
konjugata vera, diameter transversa dan oblikua

10
Pelvimetri Klinis

Pelvimetri klinis merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk mendapat


keterangan lebih banyak mengenai keadaan panggul. Cara pelaksaan pelvimetri
klinis terbagi dua yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaaan dalam.
a. Pemeriksaan luar
Pelvimetri luar tidak banyak artinya kecuali untuk pengukuran pintu bawah
panggul dan pada beberapa keadaan klinis seperti panggul miring.
Pemeriksaan ini dapat menentukan secara garis besar jenis, bentuki, dan
ikuran-ukuran panggul apabila dikombinasikan dengan pemeriksaaan dalam.
Alat-alat yang dipakai antara lain jangkar panggul Martin, Oscancer, Collin,
Boudeloque dan sebagainya.

Yang dinilai dari pemeriksaan luar adalah :


1. Distansia spinorum : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior
sinistra dan dekstra (± 24-26 cm)
2. Distansia kristarum : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang
simetris pada Krista iliaka sinistra dan dekstra ( ±28-30 cm)
3. Distansia oblikua eksterna : jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan
spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka posterior dekstra
ke spina iliaka anterios superior sinistra. Kedua ukuran ini akan
bersilangan. Pada panggul miring kedua ukuran tersebut akan berbeda
sekali.
4. Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor
5. Konjugata eksterna : jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus
lumbal 5 (Boudeloque, ± 18 cm)
6. Distansia tuberum : jarak antara tuber iskii dekstra dan sinistra.
Mengukurnya menggunakan Oscander. Angka yang ditunjuk oleh jangkar
harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara tulang dan
ujung jangkar. (±10,5 cm)

b. Pemeriksaan dalam

Pada pemeriksaan dalam ini yang diukur secara langsung adalah konjugata
diagonalis. Cara mengukur konjugata diagonalis adalah jari tengah dan
telunjuk tangan kanan dimasukkan ke dalam vagina untuk meraba
promontorium. Jari telunjuk tangan kiri menandai sejauh mana masuk tangan
kanan dan kemudian diukur dengan penggaris saat tangan dikeluarkan.
Ukuran konjugata vera didapatkan dari konjugata diagonalis dikurangi 1,5 cm.
sedangkan ukuran konjugata obstetric tidak jauh berbeda dari konjugata vera.

11
Gambar 2. Pelvimetri klinis dengan pemeriksaan dalam

Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran


yang normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang tengah
panggul, pintu bawah panggul atau kombinasi dari ketiganya.

Untuk Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet):


Konjugata diagonal (KD) ± 13.5 cm. Konjugata vera (KV) ± 12.0 cm.
Dikatakan sempit bila KV kurang dari 10 cm atau konjugata diagonalis kurang
dari dari 11,5 cm.

Pembagian tingkatan panggul sempit:


Tingkat I : KV = 9-10 cm = borderline
Tingkat II : KV = 8-9 cm = relatif
Tingkat III : KV = 6-8 cm = ekstrim
Tingkat IV : KV = 6 cm = mutlak

12
CHECKLIST: PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANC, LEOPOLD
MANUVRE, DAN PELVIMETRI)
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
I. Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari
rasa takut dan stress sebelum melakukan pemeriksaan
1. Memberikan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap
dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan kepada
pasien atau keluarga
2. Memberikan penjelasan pada pasien tentang
kemungkinan adanya rsa sakit atau tidak nyaman
yang timbul selama pemeriksaan dilakukan
II Anamnesis kehamilan
3. Data umum pasien
4. GPA (Gravida, Para, Abortus)
5, Usia kehamilan
6. Paritas
7. Riwayat persalinan terdahulu
8. Penyakit – penyakit yang pernah dialami
9. Kehamilan sekarang
10. Tanda-tanda persalinan
III Inspeksi
11. Meminta pasien untuk mengosongkan kandung
kemih
12. Pasien diposisikan terlentang, baju diangkat ke arah
dada saat penilaian perut
13. Melakukan penilaian : keadaan umum ibu.
Kesadaran, anemis, edema wajah dan tungkai, perut,
konfigurasi uterus, vulva
ปากช่องคลอด

IV Leopolds maneuvers dan Pemeriksaan DJJ


Pasien dalam posisi berbaring terlentang dengan
kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dan kedua tungkai
ditekuk pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien.
Leopold I
14. Pemeriksa berdiri menghadap ke arah wajah pasien
15. Melakukan palpasi bimanual untuk menentukan
tinggi fundus uteri
16. Menilai bagian yang terletak pada fundus uteri
17. Melaporkan hasil
Leopold II dan Pemeriksaan DJJ
18. Pemeriksa berdiri menghadap ke arah wajah pasien
19. Menentukan letak punggung janin
20. Melakukan auskultasi DJJ dengan menggunakan alat
(stetoskop biaural, stetoskop monoral, Fetal heart
detector/Doppler) pada area punggung janin

13
21. DJJ dihitung selama satu menit penuh
22. Melaporkan hasil
Leopold III
23. Pemeriksa berdiri menghadap ke arah wajah pasien
24. Melakukan palpasi bimanual untuk menentukan
bagian terbawah janin.
25. Melaporkan hasil
Leopold IV
26. Pemeriksa berdiri menghadap ke arah kaki pasien
27. Melakukan palpasi bimanual untuk menentukan
berapa jauh bagian tersebut sudah memasuki PAP
28. Melaporkan hasil
V Pemeriksaan bimanual
29. Pasien diminta melepaskan pakaian bagian bawah
dengan kedua kaki ditekuk dan ditutupi oleh kain
penutup.
30. Dokter berdiri di antara kedua tungkai pasien,
lubrikasi jeli dan memberitahukan bahwa
pemeriksaan segera dimulai
31. Labia dibuka lebar menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari tangan kiri, jari telunjuk dan tengah tangan
kanan dimasukkan secara vertikal ke dalam vagina.
Kemudian dilakukan penekanan ke bawah ke arah
perineum. Jari keempat dan kelima kanan difleksikan
ke dalam telapak tangan. Ibu jari kanan
diekstensikan.
32. Tangan kiri diletakkan di atas abdomen kira-kira
sepertiga jarak simfisis pubis dengan dengan
umbilicus dan pergelangan tangan tidak boleh
difleksikan atau disupinasikan
33. Tangan kanan di (di dalam vagina) mengangkat
organ-organ pelvis kea rah atas dan menstabilkannya
34. Melakukan palpasi serviks : bentuk, tebal/tipis,
konsistensi, terbuka/tertutup, bila terbuka berapa cm
pembukaannya, adakah jaringan parut, selaput
ketuban, prolaps tali pusat)
35. Melakukan penilaian keadaan janin : presentasi,
berapa jauh turunnya bagian terendah, letak sutura
sagitalis, sinklitisme, kepala fleksi/defleksi
VI Pemeriksaan Pelvimetri Klinis
36. Hitung jarak dari tulang kemaluan (simfisis pubis)
hingga ke promontorium untuk mendapatkan
konjugata diagonal
37. Melakukan penilaian terhadap :
38. a. linea terminalis
39. b. spina ischiadika
40. c. sacrum

14
41. d. simfisis pubis
42. e. os koksigis
43. f. distansia intertuberosum
44. g. jaringan lunak perineum
VII Memberitahuan pasien bahwa pemeriksaan dalam sudah
selesai dan tangan pemeriksa akan segera dikeluarkan
VIII Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan dn
follow up lebih lanjut

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../92 x 100% = %

Banda Aceh, …………..2023

Observer

15
2. PERSALINAN NORMAL ( NORMAL DELIVERY )
dr. Cut Meurah Yeni, Sp.OG(K)
Bagian Ilmu Kebianan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

Tujuan Belajar :
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pertolongan proses persalinan
normal secara sistematis dan benar.

Ada 3 faktor yang menentukan prognosis persalinan, yaitu :


1. Jalan lahir (passage)
2. Janin (passenger)
3. Kekuatan (power)

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
 Anatomi dan Fisiologi Persalinan
 Patofisiologi Persalinan

DIAGNOSIS
Diagnosis persalinan meliputi hal-hal sebagai berikut :
 Diagnosis dan konfirmasi saat persalinan
 Diagnosis tahap dan fase dalam persalinan
 Penilaian masuk dan turunnya kepala di rongga panggul
 Identifikasi presentasi dan posisi janin

Diagnosis dan Konfirmasi Saat Persalinan


Curigai atau antisipasi adanya persalinan jika wanita tersebut menunjukkan
tanda atau gejala sebagai berikut :
 nyeri abdomen yang bersifat intermitten setelah kehamilan 22 minggu
 nyeri disertai lendir darah
 adanya pengeluaran air dari vagina atau keluarnya air secara tiba-tiba

Pastikan keadaan inpartu jika :


 serviks terasa melunak – adanya pemendekan dan pendataran seviks secara
progresif selama persalinan.
 dilatasi serviks – peningkatan diameter pembukaan serviks yang diukur dalam
sentimeter (cm).

16
Diagnosis Kala dan Fase Persalinan
Gejala dan Tanda Kala Fase
Serviks belum berdilatasi Persalinan palsu/
belum in partu
Serviks berdilatasi kurang dari 4 cm I Laten
Serviks berdilatasi 4-9 cm I Aktif
 kecepatan pembukaan 1 cm atau
lebih per jam
 penurunan kepala dimulai
Serviks membuka lengkap (10 cm) II Awal
 penurunan kepala berlanjut (nonekspulsif)
 belum ada keinginan untuk meneran
Serviks membuka lengkap (10 cm) II Akhir
 bagian terbawah telah mencapai (ekspulsif)
dasar panggul
 ibu meneran

Kala III persalinan dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran
plasenta.

KALA I
Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm
dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.

Penanganan
Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan :
 berilah dukungan dan yakinkan dirinya
 berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
 dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap perasaannya

17
Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan :
 lakukan perubahan posisi
 posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin ditempat tidur
sebaiknya dianjurkan tidur miring kekir
 sarankan ia untuk berjalan
 ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau
menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi
 ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya
 ajarkan kepadanya teknik bernapas : ibu diminta untuk menarik napas panjang,
menahan napasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara
keluar sewaktu terasa kontraksi.
 Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/KgBB (tetapi jangan melebihi 100 mg)
IM atau IV secara perlahan atau morfin 0,1 mg/KgBB IM, atau tramadol 50
mg per oral atau 100 mg suppositoria atau metamizol 500 mg per oral.
 Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seizin pasien / ibu.
 Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
 Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah
buang air kecil / besar
 Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :
 gunakan kipas angin atau AC didalam kamar
 menggunakan kipas biasa
 menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
 Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup
minum
 Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

KALA II
I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia -> tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan
kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set

18
3. Pakai celemek plastik
spontan
4. Keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam yabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik)

III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% -> langkah 9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terballik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 -160x/ menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan


Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi
dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
dan dokumentasikan semua temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran:
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

19
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran da perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang untuk waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberikan dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit
(2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong di antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokokng, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di

20
antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya)

VII. Penanganan Bayi Baru Lahir


25. Lakukan penilaian (selintas):
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
 Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan
langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru
lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
 Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas
perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit pertama setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 20 unit
IM (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)

21
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
 Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi

VIII. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga


34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan pada kain di atas perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kembali
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi pada putting susu

Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 menit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

22
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus


39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telpak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik masase

IX. Menilai Perdarahan


40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

X. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan


42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 1-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B
di paha kanan anterolateral.
 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu

XI. Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri
47. Anjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kelainan darah

23
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk teman yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi berbafas dengan baik (40-60
kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0 C )

XII. Kebersihan dan Keamanan


51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan ibu untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan kklorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

XIII. Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV

24
CHECKLIST : PERSALINAN NORMAL

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1. Mengenal adanya tanda persalinan kala II
2. Menyiapkan peralatan untuk menolong persalinan
3. Menyiapkan diri untuk memberikan pertolongan
persalinan
4. Memastikan pembukaan sudah lengkap dan ketuban sudah
pecah
5. Memastikan Denyut Jantung Janin dalam batas normal
6. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan meneran
7. Melakukan pimpinan meneran dengan memperhatikan
keadaan ibu dan janin
8. Melakukan persiapan pertolongan kelahiran janin saat
kepala janin tampak di vulva dengan diameter ± 5-6 cm
MENOLONG KELAHIRAN JANIN
9. Mengupayakan agar perineum tidak robek saat kepala
janin lahir
10 Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada
leher janin
11 Menunggu kepala selesai melakukan putaran paksi luar
12 Menolong melahirkan bahu janin
13 Menolong kelahiran badan dan tungkai janin
MELAKUKAN PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
14 Memastikan bayi dapat bernafas spontan
15 Mengeringkan tubuh bayi
16 Cek fundus ibu dan beritahu ibu
17 Suntikan oksitosin 10 IU IM

25
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
18. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
19. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
20. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
21. Mengeluarkan plasenta
22. Melakukan massase uterus dan memastikan bahwa
uterus telah berkontraksi dengan baik
MEMERIKSA KEMUNGKINAN ADANYA
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
23. Memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap
24. Memastikan tidak adanya robekan jalan lahir yang
menimbulkan perdarahan aktif
PASCA TINDAKAN
25. Melakukan evaluasi kontraksi uterus
26. Mengajarkan ibu / keluarga untuk memeriksa kontraksi
uterus dan memastikan bahwa uterus telah berkontraksi
dengan baik
27. Menilai jumlah perdarahan yang terjadi
28. Memeriksa tekanan darah dan nadi ibu
29. Membersihkan ibu
30. Memastikan ibu merasa nyaman
31. Membuang bahan-bahan bekas pakai yang
terkontaminasi dan melakukan dekontaminasi alat serta
sarung tangan
32. Mencuci tangan
33. Melengkapi rekam medik

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../66 x 100% = %

Banda Aceh,……….2023

Observer

26
III. PEMERIKSAAN NEONATUS
Dr.dr. Dora Darussalam, Sp.A (K)
dr. Isra Firmansyah, Sp.A
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

Tujuan belajar : Mahasiswa mampu melakukan teknik pemeriksaan fisik pada


neonatus secara sistematis dan benar.

Prior Knowledge
Sebelum mempelajari keterampilan ini, mahasiswa harus menguasai :
 Anatomi Neonatus
 Fisiologi Neonatus
 Patofisiologi Neonatus

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus harus dilakukan anamnesis


yang cermat untuk mengetahui hal-hal berikut:
 Riwayat terdapatnya penyakit keturunan
 Riwayat kehamilan–kehamilan sebelumnya
 Riwayat kehamilan sekarang
 Riwayat persalinan sekarang

Informasi ini akan sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan
telanjang di bawah lampu yang terang, yang juga berfungsi sebagai pemanas
untuk mencegah kehilangan panas. Tangan serta alat yang diperlukan untuk
pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat.
Pemeriksaan fisik pada neonatus dilakukan paling kurang 3 kali, yaitu :
1. Pada saat lahir
2. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam
3. Pemeriksaan pada waktu pulang

I. PEMERIKSAAN PADA SAAT LAHIR


Tujuan pemeriksaan pada saat lahir adalah :
1. Untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine
2. untuk mencari kelainan kongenital terutama yang memerlukan penanganan
segera

Penilaian adaptasi neonatus.


Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan dengan cara menghitung nilai
Apgar (Apgar Score). Cara ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia.
Kriteria yang dinilai adalah:
1. Laju jantung.
2. Usaha bernafas.
3. Tonus otot.
4. Refleks terhadap rangsangan.

27
5. Warna Kulit.
Setiap kriteria diberi nilai 0,1 atau 2 sehingga neonatus dapat memperoleh
nilai 0 sampai 10. Cara-cara penilaian Apgar dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Nilai Apgar,


Tanda 0 1 2
Laju Jantung Tidak Ada <100 >100
Usaha Bernafas Tidak Ada Lambat Menangis kuat
Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
fleksi sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Warna Kulit Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh
biru/pucat kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru

Nilai ini disebut nilai Apgar, sesuai dengan nama orang yang untuk pertama
kali memperkenalkan system penilaian ini yakni Dr.Virginia Apgar. Penilaian ini
dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang memberikan petunjuk adaptasi
neonatal. Neonatus yang beradaptasi dengan baik mempunyai nilai Apgar antara
7 sampai 10. NIlai 4 sampai 6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan sampai
sedang, sedangkan nilai 0-3 menunjukkan derajat asfiksia yang berat.
Nilai Apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostic oleh karena berhubungan
dengan morbiditas neonatal, nilai Apgar tidak menentukan untuk resusitasi.

Cairan amnion
Volume cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila volumenya lebih
dari 2000 ml disebut polihidramnion atau hidramnion saja, apabila kurang dari
500 ml disebut sebagai oligohidramnion. Polihidramnion biasa terdapat pada bayi
dengan obstruksi pada traktus intestinal bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu
diabetes atau eklampsia. Oligohidramnion berhubungan dengan agenesis renal
bilateral atau sindrom Potter. Pada oligohidramnion perhatikan juga ekstremitas
bawah akan kemungkinan adanya pes equinovarus atau valgus kongenital.

Plasenta
Plasenta harus ditimbang, dan perhatikanlah adanya perkapuran, nekrosis,
dsb. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat 1 atau 2 korion (untuk
menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya
anastomosis vaskuler antara kedua amnion, bila ada perlu dipikirkan
kemungkinan terjadi transfusi feto-fetal.

Tali pusat
Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat.
Pada potongan tali usat diperhatikan apakah ada 1 vena dan 2 arteri. Kurang lebih
1 % dari neonatus hanya mempunyai 1 arteri umbilikalis dan 15% daripadanya
mempunyai 1 atau lebih kelainan kongenital terutama pada sistem pencernaan,
urogenital, respiratorik, atau kardiovaskular.

28
II. PEMERIKSAAN LANJUTAN

1. Pemeriksaan Umum
a. Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan
 Frekuensi denyut jantung / frekuensi denyut nadi dengan nilai normalnya
yaitu : 100-160 x/menit (dalam keadaan istirahat) dan 120-160x/menit
(dalam keadaan aktif)
 Frekuensi napas neonatus, dengan nilai normalnya yaitu : 40-60x/menit
 Suhu tubuh, yang diukur melalui aksiler. Suhu neonatus normal adalah
36,5-37,5 0C

b. Keaktifan
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan
lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam
keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan lengannya aktif dan simetris. Bila ada
asimetri pikirkan terdaptnya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonatus
diam saja, mungkin terdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat obat, akan
tetapi masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.

c. Tangisan Bayi
Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi, misalnya tangisan
yang melengking menunjukkan bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan
tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesukaran
pernafasan.

2. Pemeriksaan secara rinci


a. Kulit
Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang terlihat
sianosis pada ujung-ujung jari pada hari pertama. Bila terdapat sianosis pada
seluruh tubuh pikirkan kemungkinan kelainan jantung bawaan sianotik atau
methemoglobinemia. Warna kulit yang pucat erdapat pada anemia berat atau
asfiksia palida. Pletora tampak pada polisitemia.
Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam
serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar bilirubin indirek
memberi warna kuning-jingga sedang penumpukan bilirubin direk memberikan
warna kuning kehijauan. Pada neonatus yang berkulit gelap, ikterus sebaiknya
diperiksa pada mukosa. Pada orang kulit berwarna, dalam keadaan normal dapat
terlihat warna kebiruan pada punggung dan bokong yang disebut Mongolian spots.
Kulit neonatus cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang bersifat seperti
lemak yang disebut verniks kaseosa, yang berfungsi sebagai pelumas serta sebagai
isolasi panas. Lanugo, yaitu rambut halus yang terdapat pada punggung bayi,
lebih banyakterdapat pada bayi kurang bulan dan makin berkurang sampai hilang
pada bayi cukup bulan. Perhatikan terdapatnya petekie, atau ekimosis yang
disebabkan oleh trauma lahir atau oleh sepsis, penyakit perdarahan atau
trombositopenia.

29
b. Wajah
Seringkali wajah neonatus tampak asimetris oleh karena posisi janin
intrauterine. Kelainan wajah yang khas terdapat pada beberapa sindrom seperti
sindrom Down atau Sindrom Pierre-Robin, yang mudah dikenal. Perhatikan
kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresis N.fasialis atau patah
tulang zigomatikus.

Sindroma DownSindromaPierre Robin

c. Kepala
Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang
tindih karena molding. Keadaan ini akan normal setelah beberapa hari sehingga
ubun-ubun besar dan kecil mudah dirfaba. Pada pemeriksaan ubun-ubun perlu
diperhatikan ukuran dan ketegangannya. Perhatikan terdapatnya kelainan yang
disebabkan trauma lahir, seperti kaput suksedaneum, hematoma sefal, perdarahan
subaponeurotik atau fraktur tulang tengkorak.
 Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala, lunak tidak
berfluktuasi, batasnya tidak tegas dan menyeberangi sutura, dan akan hilang
dalam beberapa hari.
 Sefal hematom tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh kaput
suksedaneum. Konsistensi sefal hematoma ini lunak, berfluktuasi, berbatas
tegas pada tepi tulang tengkorak, jadi tidak menyeberangi sutura. Bila sefal
hematom menyeberangi sutura berarti terdapat fraktur tulang tengkorak. Sefal
hematom akan mengalami kalsifikasi setelah beberapa hari, dan akan
menghilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
 Perdarahan subaponeurotik terjadi oleh karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus dalam tengkorak.
Perdarahan ini dapat terjadi pada tiap persalinan yagn diakhiri dengan alat.
Biasanya batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala dapat tampak asimetris.
Pada perabaan sering ditemukan fluktuasi dan juga terdapat edema. Bila
berat, kelainan ini dapat mengakibatkan renjatan/kejang, anemia atau
hiperbilirubinemia.

Perhatikan pula terdapatnya kelainan congenital seperti anensefali, mikrosefali,


kraniotabes dan sebagainya. Untuk memastikan apakah terdapat perdarahan
intracranial atau hidrosefalus diperlukan pemeriksaan USG (atau transiluminasi
bila USG tidak ada, tetapi ini hanya dapat melihat adanya hidransefalus).

30
Gambar : A. Kaput suksedaneum B. Hematoma Sefal
C. Perdarahan subaponeurotik.
d. Leher
 Inspeksi leher neonatus apakah tampak pendek, kelainan pada tulang leher,
tumor, trauma lehar, web neck (yang dijumpai pada beberapa kelainan
kongenital).

e. Mata
Teknik :
 Secara inspeksi dan palpasi
 Nilai adanya mikroftalmia kongenital, kekeruhan kornea, katarak
kongenital, sekret, ataupun trauma pada mata.

f. Mulut
 Secara inspeksi perhatikan simetris atau tidaknya
 Apakah terdapat kelainan jkongenital seperti : labio-gnato-palatoskisis,
apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya
atresia esofagus

g. Telinga
 Lakukan inspeksi letak daun telinga dan liang telinga
 Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital, seperti daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) yang dapat dijumpai pada neonatus dengan
sindrom tertentu antara lain sindrom Pierre-Robin.

h. Hidung
 Inspeksi pernapasan, apakah melalui hidung atau tidak.
 Bila neonatus bernapas melalui mulut, pikirkan kemungkinan obstruksi
jalan napas oleh karena atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung
atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
 Perhatikan apakah terdapat pernapasan cuping hidung.

i. Dada
1. Inspeksi
 Inspeksi bentuk dada, bentuk dada neonatus adalah seperti tong, apakah
terdapat pektus ekskavatum, atau karinatum.
 Perhatikan laju napas, laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60
kali per menit

31
 Gerakan dinding dada, harus simetris bila tidak harus dipikirkan
kemungkinan adanya pneumothoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika.
 Tipe pernapasan
 Kelenjar payudara neonatus,dapat ditemukan kelainan putig susu
berlebih (supernumary nipples).

2. Palpasi
Dengan palpasi kita dapat menemukan fraktur klavikula serta meraba iktus
kordis untuk menentukan posisi jantung (adanya dekstrokardia atau
dekstroposisi).

3. Perkusi
Pada pemeriksaan neonatus jarang dilakukan perkusi dada.

4. Auskultasi
 Menghitung laju jantung selama 1 menit penuh dengan menggunakan
stetoskop.
 Laju jantung normal adalah 120-160 kali per menit dan dipengaruhi oleh
aktivitas bayi
 Mendengar bunyi napas neonatus yaitu vesikuler
 Terdengarnya bising usus di daerah dada menunjukkan adanya hernia
diafragmatika.

j. Abdomen
1. Inspeksi
 Perhatikan dinding abdomen, pada neonatus dinding abdomen lebih
datar darpada dada.
 Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital seperti : omfalokel,
gastroskisis dll.

Gastroskisis

32
Omfalokel

2. Palpasi
 Meraba hepar dan limpa
 Hepar biasanya teraba 2 sampai 3 cm dibawah arkus aorta kanan, limpa
juga sering teraba 1 cm dibawah arkus aorta kiri.
 Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila posisi bayi
telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam
keadaan relaksasi.

k. Genitalia eksterna
Inspeksi
 Perhatikan organ genetalia baik pada bayi laki-laki maupun perempuan
 Pada bayi laki-laki perhatikan ukuran penis, skrotum, testis, apakah
terdapat hipospadia, epispadia, fimosis, hidrokel ataupun kriptorkismus.
 Pada bayi perempuan perhatikan labia mayor, labia minor, lubang uretra
dan vagina.

L. Tulang belakang dan ekstremitas


 Neonatus diletakkan dalam posisi tengkurap
 Tangan pemeriksa meraba meraba sepanjang tulang untuk mencari
terdapatnya scoliosis, meningokel, spina bifida, sinus pilonidalis atau
kelainan kongenital lainnya.
 Perhatikan pergerakan ekstremitas, apakah simetris atau tidak dan apakah
terdapat paralisis atau tidak.
 Perhatikan tonus ekstremitas, apakah terdapat hipotonia umum.

m. Anus
 Menilai apakah terdapat atresia ani dan posisi anus
 Perhatikan adanya anus imperforate dengan memasukkan thermometer ke
dalam anus. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.

n. Ukuran antropometrik
 Melakukan pemeriksaan berat badan lahir, panjang badan lahir dan lingkar
kepala.
 Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai
ukuran badan sebagai berikut:
 Berat badan lahir antara 2500 sampai 4000 gram
 Panjang badan lahir 45 sampai 54 cm
 Lingkaran kepala 33 sampai 37 cm

33
o. Pemeriksaan usia kehamilan / Penilaian usia gestasi
Usia gestasi dapat dinilai dengan beberapa cara, termasuk dengan
menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, atau dengan
cara ultrasonografi. Yang sering dipakai sekarang adalah pemeriksaan menurut
New Ballard Score for Gestational Age Assessment yaitu dengan hanya menilai 6
kriteria klinis dan 6 kriteria neurologis.
Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi neonatus sangat penting untuk
dapat mengkategorikan neonatus apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lebih
besar untuk usia kehamilannya.

NEW BALLARD SCORE

34
III. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS NEONATUS

Pemeriksaan neurologis pada neonatus seharusnya dilakukan pada semua bayi,


baik yang sehat maupun yang sakit. Pada bayi sehat dilakukan pemeriksaan
neurologis untuk meyakinkan orang tua, bahwa bayinya benar-benar tidak
menderita kelainan neurologis. Pada bayi sakit pemeriksaan neurologis untuk
menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis.

Inspeksi
Perhatikan terdapatnya malformasi, trauma fisis dan kejang. Pada bayi dengan
riwayat kejang, harus diperhatikan dengan lebih teliti dan lama. Pada keadaan
normal, bayi cukup bulan lebih sering tidur, rata-rata pada hari pertama tidur
selama 17 jam. Pada waktu istirahat pada neonatus normal dengan masa
kehamilan 32-40 minggu terlihat abduksi pada paha, dan fleksi pada sendi
anggota gerak (siku, panggul dan kaki), simetris kanan dan kiri. Pada neonatus
dengan masa kehamilan 25-30 minggu lengan dalam keadaan fleksi, dan tungkai
dalam keadaan fleksi atau ekstensi.
Pada neonatus dengan masa kehamilan 25 minggu atau lebih, apabila dalam
keadaan istirahat semua anggota geraknya berada dalam posisi ekstensi berarti
tidak normal.
Pada penilaian kesadaran, pasien dapat dibangunkan dengan memegang
dadanya dengan ibu jari dan telunjuk sambil digoyang-goyang secara lembut.
Pasien yang sadar akan bangun membuka mata, mengerenyutkan muka, menangis
dan menggerakkan anggota geraknya. Bila bayi tidak dapat dibangunkan, dan
tidak ada kerutan muka dan gerakan ekstremitas berarti abnormal yakni kesadaran
menurun. Tingkat kesadaran terdiri atas sadar, apatik/letargi, somnolen, sopor dan
koma.

Pemeriksaan saraf otak


Pemeriksaan saraf otak pada neonatus berbeda dengan pemeriksaan pada anak
 Pada waktu pasien bangun, mengerenyutkan muka dan menangis, perhatikan
mata dan sudut mulutnya untuk memeriksa saraf otak VII (saraf fasialis). Pada
paresis saraf fasialis akan terlihat mulut mencong ke sisi sehat, mata tidak
dapat menutup dan lipatan nasolabialis hilang pada sisi yang paresis.
 Pada waktu menangis dan membuka mulut perhatikan lidah dan langit-langit
untuk memeriksa saraf XII dan IX. Pada lidsah perhatikan ukurannya dan
gerakan simetris atau asimetris, apakah ada fasikulasi (saraf XII). Pada langit-
langit perhatikan gerakan arkus faring dan uvula. Pada paresi saraf IX akan
terlihat arkus sisi paresis tertinggal.
 Refleks rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di sudut mulut
pasien, maka pasien akan berpaling kearah rangsangan dan berusaha
memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya, kalau ujung jari dimasukkan
kedalam mulutnya 3 cm akah diisap dan disebut sucking reflex (refleks
menghisap). Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kelainan saraf V,
VII, XII.
 Pemeriksaan refleks menelan dilakukan untuk memeriksa saraf IX dan X.

35
 Pada waktu mengisap mata pasien biasanya terbuka secara spontan, saat inilah
kesempatan untuk memeriksa pergerakan bola mata untuk menilai saraf III,
IV dan VI.
 Doll’s eye maneuver dilakukan dengan memutar kepala pasien ke kiri dan
kanan untuk menilai gerakan bola mata ke lateral. Pada waktu kepala diputar
ke satu sisi, maka akan terjadi deviasi mata ke kontralateral. Manuver ini
digunakan untuk memeriksa saraf VIII bagian vestibular.
 Refleks pupil sebenarnya sudah ada pada neonatus, tetapi sukar dinilai, karena
kalau ada cahaya neonatus segera akan menutup mata dan sukar dibuka
kembali. Pada waktu mata terbuka segera perhatikan apakah pupilnya isokor
atau anisokor.

Pemeriksaan refleks neonatal primer

1. Moro reflex
Teknik :
 Bayi dalam posisi telentang, kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat
beberapa cm dengan hati-hati ke tangan pemeriksa.
 Reaksi : bayi akan kaget, lengan direntangkan dalam posisi abduksi
ekstensi, tangan terbuka dan disusul dengan gerakan lengan adduksi dan
fleksi.
 Nilai abnormal : apabila tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali
ataupun apabila rentangan lengan asimetri.

2. Tonic neck reflex


Teknik :
 Bayi dalam posisi telentang, kepala di garis tengah dan anggota gerak
dalam posisi fleksi
 Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, maka akan terjadi ekstensi pada
anggota gerak sebelah kanan dan fleksi pada anggota gerak sebelah kiri.
 Yang selalu terjadi adalah ekstensi lengan, sedangkan tungkai tidak selalu
ekstensi, dan fleksi anggota gerak kontralateral juga tidak selalu terjadi.
 Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri.
 Tonus ekstensor meninggi pada anggota gerak arah muka berpaling.
 Tonus fleksor meninggi pada anggota gerak kontralateral.

36
3. Palmar grasp reflex ( refleks menggenggam )
Teknik :
 Meletakkan telunjuk pemeriksa di telapak tangan pasien
 Nilai : telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan adanya refleks
memegang (grasp reflex)
 Agar pegangan lebih kuat pegangannya tangan pemeriksa juga memegang
tangan pasien, kemudian ditarik perlahan-lahan kearah duduk.
 Pada bayi normal, kepala segera mengikuti dan hanya tertinggal sedikit.

Babinsi reflex
Teknik :
 Dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang
sedikit runcing.
 Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dengan
menyebarnya jari-jari kaki yang lain.
 Refleks ini normal pada bayi sampai umur 18 bulan, bila masih terdapat
pada umur 2 sampai 2,5 tahun mungkinterdapat lesi piramidal.

37
5. Stepping reflex ( refleks melangkah )
Teknik :
 Bila BBL ( bayi baru lahir ) dipegang pd bagian bawah lengannya dlm
posisi tegak dan kakinya menyentuh permukaan datar, maka secara
otomatis bayi akan meluruskan tungkainya seolah hendak berdiri
 Bila posisi bayi dimiringkan kedepan, bayi akan meletakkan satu kakinya di
depan kaki yang lain
 Refleks ini akan menghilang, dan akan muncul setelah bayi sudah siap
untuk berjalan

IV. PEMERIKSAAN PADA WAKTU MEMULANGKAN

Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk meyakinkan


bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewatkan.

Perlu diperhatikan :
 SSP : aktivitas bayi,
ketegangan ubun-ubun
 Kulit : adanya ikterus,
pioderma
 Jantung : adanya bising yang
timbul kemudian
 Abdomen : adanya tumor yang
tidak terdeteksi sebelumnya
 Tali pusat : adanya infeksi.

Disamping itu perlu diperhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu
sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.

Penting untuk diperhatikan :


 Pemeriksaan pada neonatus harus didahului dengan anamnesis yang lengkap
tentang riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat kehamilan sekarang, dan
riwayat kelahiran bayi.
 Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir tediri dari pemeriksaan cepat segera
setelah lahir, pemeriksaan lanjutan yang dilakukan 24 jam pasca lahir, dan
pemeriksaan saat bayi akan dibawa pulang.
 Sebelum dan setelah memeriksa neonatus tangan pemeriksa harus dicuci
dengan sabun atau larutan antiseptik.

38
 Semua hasil pemeriksaan harus dikomunikasikan dengan orang tua bayi,
demikian pula rencana pemeriksaan selanjutnya.

39
CHECKLIST: PEMERIKSAAN NEONATUS

No Nilai
Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Mempersiapkan bayi yang akan diperiksa yaitu
dalam keadaan telanjang dibawah lampu yang
terang yang dapat berfungsi sebagai penghangat
2 Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan
tangan serta alat yang bersih dan hangat
3 Pemeriksaan pada saat lahir
a. Menilai Apgar score yaitu :
- laju jantung
- usaha bernafas
- tonus otot
- refleks
- warna kulit
Melakukan pemeriksaan ukuran antropometrik
(berat badan, panjan badan, lingkar kepala)
4 Pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan secara
sistematis).
 Keadaan umum. Pemeriksaan tanda vital
( denyut jantung/denyut nadi, frekuensi napas, suhu
tubuh, tekanan darah)
b. Pemeriksaan secara rinci
 Kulit (warna kulit, kelainan-kelainan yang
ditemukan, seperti petekie ekimosis, dll)
 Wajah ( simetris atau tidak, apakah terdapat
kelainan yang khas seperti sindrom Down, sindrom
Pierre-Robin, ataupun tanda-tanda trauma )
 Kepala, apakah terdapat : molding, kaput
suksedaneum, hematoma sefal, perdarahan
subaponeurotik atau fraktur tulang tengkorak, serta
kelainan kongenital seperti anensefali, mikrosefali,
kraniotabes, dsb.
 Leher, apakah tampak pendek, kelainan pada tulang
leher, tumor, trauma leher, dan webbed neck (yang
terdapat pada beberapa kelainan kongenital).
 Mata, perhatikan apakah terdapat mikroftalmia
kongenital, katarak kongenital, trauma pada mata,
sekret pada mata, dll
 Mulut, perhatikan simetris atau tidak, apakah
terdapat kelainan kongenital seperti labiognato-
palatoskisis, dll.
 Hidung, perhatikan pernapasan, apakah terdapat
atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau

40
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring,
pernafasan cuping hidung, serta adanya sekret pada
lubang hidung.
 Telinga, perhatikan letak daun telinga dan liang
telinga, serta kelainan kongenital.
 Dada
1. Inspeksi : bentuk dada (pektus ekskavatum atau
karinatum), gerakan dinding dada, laju nafas,
tipe pernafasan dan kelenjar payudara neonatus.
2. Palpasi : fraktur klavikula dan meraba iktus
kordis
 Abdomen
1. Inspeksi : bentuk dinding perut, kelainan
kongenital, tali pusat (kesegaran, adakah simpul,
arteri dan vena umbilikalis)
2. Palpasi : Hepar, limpa dan ginjal
 Genitalia eksterna
1. Perempuan : labia minor dan mayor, lubang
uretra dan vagina yang terpisah.
2. Bayi laki-laki : ukuran penis, hipospadia,
epispadia, fimosis, skrotum, hidrokel, testis,
kriptorkismus serta trauma pada alat kelamin.
 Tulang belakang dan ekstremitas (pasien
dibaringkan dalam posisi tengkurap)
1. Tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapatnya skoliosis,
meningokel, spina bifida, spina bifida okulta,
atau sinus pilonidalis.
2. Memperhatikan pergerakan ekstremitas apakah
terdapat asimetris (patah tulang,
osteogenesis imperfekta), kelumpuhan pada
tangan atau paralisis pada kedua tungkai.
3. Memperhatikan tonus ekstremitas apakah
terdapat hipotonia
 Anus, menilai apakah terdapat atresia ani, posisi
anus dan anus imperforata
5 Pemeriksaan usia kehamilan / Penilaian usia gestasi
(Ballard Score)
 Maturitas fisik: lanugo, permukaan plantar,
payudara, mata/ telinga, genitalia (laki-laki/
perempuan)
 Maturitas neuromuskular: postur, square
window( lengan), elastisitas lengan, sudut popliteal,
tanda scarf, tumit ke telinga
6 Pemeriksaan Neurologis Neonatus
 Keaktifan: menangis, diam, memperlihatkan posisi

41
dan gerakan tungkai dan lengan (pada neonatus
cukup bulan dan sehat posisi tungkai fleksi dengan
gerakan yang aktif dan simetris)
 Tingkat kesadaran: apatik/ letargi, somnolen,
sopor, dan koma
 Tonus: normal, hipertoni, dan hipotoni
A Pemeriksaan reflex neonatal primitive (neonatal
primer)
Rooting reflex
 Menyentuhkan ujung jari di sudut mulut pasien
 Pasien akan menengok ke arah rangsangan dan
berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke dalam
mulutnya.
3 Sucking reflex (melihat kelainan N V, VII, XII )
 Jika ujung jari dimasukkan ke dalam mulut bayi dan
diisap, maka disebut Sucking Refleks.
Moro reflex
 Bayi dalam posisi telentang kepalanya dibiarkan
jatuh dengan cepat beberapa cm dengan hati-hati ke
tangan pemeriksa.
 Nilai reaksi yang timbul : bayi akan kaget, lengan
lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi,
tangan terbuka dan disusul dengan gerakan lengan
adduksi dan fleksi.
Tonic neck reflex
 Bayi dalam posisi telentang, kepala di garis tengah
dan anggota gerak dalam posisi fleksi
 Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, nilai reaksi
yang timbul (akan terjadi ekstensi pada anggota
gerak sebelah kanan dan fleksi pada anggota gerak
sebelah kiri)
 Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri
Palmar grasp reflex
 Meletakkan telunjuk pemeriksa di telapak tangan
pasien
 Nilai : telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan
adanya refleks memegang (grasp reflex)
Refleks Babinski
 Menggores permukaan plantar kaki dengan alat
yang sedikit runcing
 Menilai hasil (bila positif reaksinya berupa ekstensi
ibu jari kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari
kaki yang lain)
Stepping reflex
 Memegang bayi pd bagian bawah lengannya dlm

42
posisi tegak dan kakinya menyentuh permukaan
datar
 Nilai reaksinya : normalnya secara otomatis bayi
akan meluruskan tungkainya seolah hendak berdiri
 Posisi bayi dimiringkan kedepan, reaksinya bayi
akan meletakkan satu kakinya di depan kaki yang
lain
7 Pemeriksaan pada waktu memulangkan
 SSP: aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun
 Kulit: adanya ikterus, pioderma
 Jantung: adanya bising yang timbul kemudian
 Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi
sebelumnya
 Tali pusat : adanya infeksi.
8 Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan
follow up lebih lanjut.

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan :
Skor total ...../ 126 x 100% = %

Banda Aceh, ………2023

Observer

43
IV. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG ANAK
(DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST/DDST

Dr. TM Thaib, M.Kes, Sp.A(K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUD Zainoel Abidin

Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu,


dan merupakan indikator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena
itu perkembangan anak harus dipantau secara berkala. Bayi atau anak dengan
risiko tinggi terjadinya penyimpangan perkembangan, perlu mendapat prioritas,
antara lain bayi prematur, berat lahir rendah, riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia,
infeksi intrapartum, ibu diabetes melitus, gemelli, dll.
Denver II merupakan salah satu alat skrining perkembangan, membantu tenaga
kesehatan/dokter untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan perkembangan
yang terjadi pada anak sejak lahir sampai berumur 6 tahun

Tujuan Belajar :
Mampu melakukan skrining perkembangan anak usia 0-6 tahun dengan cara
Denver II secara mandiri
Tujuan pemeriksaan DDST :
1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya
2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat
3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala
4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan
5. Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan

Hal yang perlu diketahui terkait DDST


1. DDST bukan merupakan tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan adaptif
atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan datang
2. DDST tidak digunakan unttuk menetapkan diagnosis seperti kesukaran belajar,
gangguan bahasa, gangguan emosional dan sebagainya

44
3. DDST diarahkan untuk membandingkan kemampuan perkembangan anak
dengan anak lain yang seusia, bukan sebagai pengganti evaluasi diagnostik
atau pemeriksaan fisik

Aspek Perkembangan yang dinilai :


Terdapat 125 gugus tugas yangdisusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk
menjaring fungsi berikut :
 Personal social (perilaku social), terdiri dari 25 gugus tugas
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya
 Fine motor adaptive (gerakan motorik halus), terdiri dari 29 gugus tugas
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memelukan koordinasi yang cermat.
 Language(bahasa), terdiri dari 39 gugus tugas
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan
 Gross motor (gerakan mororik kasar), terdiri dari 32 gugus tugas
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

Formulir DDST (Denver II)


 Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam
bulan dan tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun.
 Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24
bulan. Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.
 Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas
kemampuan perkembangan yaitu 25%; 50% dan 90% dari populasi anak lulus
pada tugas perkembangan tersebut.

45
 25% populasi anak sudah dapat berjalan dengan baik pada usia 11 bulan lebih,
 50% pada usia 12 1/3 bulan.
 Pada ujung sebelah kiri dari daerah hitam menunjukkanbahwa 75% populasi
sudah dapat berjalan dengan baik padausia 13 ½ bulan
 Pada ujung kanan dari daerah hitam menunjukkan 90% populasi anak sudah
dapat berjalan dengan baik pada usia 15 bulan kurang.

46
Formulir DDST (Denver II)

47
48
 Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak
sebelah kiri:
 R (Report)=(L:laporan): tugas perkembangan tersebut dapat lulus
berdasarkan laporan dari orang tua/pengasuh. Akan tetapi apabila
memungkinkan maka penilai dapat memperhatikan apa yang bias
dilakukan oleh anak.
 Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai
dengan nomor yang ada pada formulir.

Langkah pelaksanaan
 Sapa orang tua/ pengasuh dan anak dengan ramah
 Jelaskan tujuan dilakukan tes perkembangan, jelaskan bahwa tes ini bukan
untuk mengetahui IQ anak.
 Buat komunikasi yang baik dengan anak.
 Hitung umur anak dan buat garis umur
 Instruksi umum: catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal
pemeriksaan pada formulir.
 Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal
lahir.
(1 thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu = 7 hari)
 Bila anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas Untuk anak yang lahir
lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2
tahun, maka harus dilakukan koreksi. (1 thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1
minggu = 7 hari)
 Tarik garis umur dari garis atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan
pada ujung atas garis umur.
 Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai dari
sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang

49
terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis
umur
a. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling
dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembangan yang
ditembus garis umur
b. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu ujicoba pada langkah a
(“gagal”; “menolak”; “tidak ada kesempatan”), lakukan ujicoba tambahan
ke sebelah kiri garis umur pada sektor yang sama sampai anakdapat
“lulus” 3 tugas perkembangan.
c. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan pada langkah
a, lakukan tugas perkembangan tambahan ke sebelah kanan garis umur
pada sektor yang sama sampai anak ”gagal” pada 3 tugas perkembangan.
 Beri skor penilaian
Skor dari tiap ujicoba ditulis pada kotak segi empat.
 P: Pass/ lulus. Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/
pengasuh anak memberi laporan anak dapat melakukannya.
 F: Fail/ gagal. Anak tidak dapat melakukan ujicoba dengan baik atau
ibu/pengasuh anak memberi laporan anak tidak dapat melakukannya
dengan baik
 No: No opportunity/ tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini
hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R
 R: Refusal/ menolak. Anak menolak untuk melakukan ujicoba
Interprestasi Penilaian Individual
1. Lebih (advanced)

Bilamana lewat pada ujicoba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan
perkembangan anak lebih pada ujicoba tsb.

50
2. Normal

Bila gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan garis
umur, dikatagorikan sebagai normal.

Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada
tugasperkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75,maka
dikatagorikan sebagai normal.

3. Caution/ peringatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan, dimana garis
umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.

4. Delayed/keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan ujicoba yang terletak
lengkap disebelah kiri garis umur.

5. No Opportunity/ tidak ada kesempatan.

Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa
anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tsb. Hasil
ini tidak dimasukkan dalam mengambilkesimpulan.

51
Selama tes perkembangan, amati perilaku anak. Apakah adaperilaku yang khas,
bandingkan dengan anak lainnya. Bila ada perilaku yang khas tanyakan kepada
orang tua/pengasuh, apakah perilaku tsb merupakan perilaku sehari-hari yang
dimiliki anak tsb. Bila tes perkembangan dilakukan sewaktu anak sakit, merasa
lapar.dll dapat memberikan perilaku yang menghambat tes perkembangan
TEST PERILAKU
 Khusus
 Patuh
 Tertarik sekeliling
 Ketakutan
 Lama perhatian
Langkah Persiapan
1. Tempat

• Tempat tenang/tidak berisik dan bersih

• Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras

2. Perlengkapan test
• Gulungan benang wool berwarna merah, diameter 10 cm)

• Kismis

• Kerincingan dengan gagang kecil

• 10 buah kubus berwarna dgn ukuran 2,5 x 2, 5 cm

• Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm

• Bel kecil

• Bola tenis

• Pinsil merah

• Boneka kecil dengan botol susu

• Cangkir plastik dengan gagang/pegangan

52
• Kertas kosong

Penilaian 4 perkembangan
1. Sektor personal Sosial,jumlah gugus tugas : 25

Nomor Urut 1
Item Menatap muka
Tanda L Harus dites langsung
Tanda angka Tidak ada (tidak perlu halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pegangi atau tidurkan anak pada posisi
terlentang, sehingga wajah anda
Anak menatap wajah anda
berhadapan langsung dengan wajah
anak dalam jarak 25-30 cm

Nomor Urut 2
Item Membalas senyum
Tanda L Harus dites langsung
Tanda angka 1 (perlu petunjuk nomor1 halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Posisikan anak telentang, lalu
tersenyum dan bicaralah pada anak.
Anak merespons dengan tersenyum (Tujuan
Jangan menggelitik atau menyentuh
respons sosial bukan fisik)
wajah anak

Nomor Urut 3
Item Tersenyum spontan
Tanda L Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Selama tes, amati apakah anak Anak melihat anda/orang tua dan tersenyum
tersenyum pada anda/orang tua tanpa secara spontan selama tes atau dilaporkan
diawali stimulasi sentuhan atau suara terjadi dirumah

Jika tidak teramati, tanyakan pada


orang tua apakah anak pernah (Tujuan : anak terlebih dulu memulai interaksi
tersenyum lebih dulu kepada seseorang dengan lingkungan sekitarnya)
sebelum disenyumi atau disentuh

53
Nomor Urut 4
Item Mengamati tangannya
Tanda L Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka 2 (perlu petunjuk nomor 1 halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, amati apakah anak
menatap salah satu tangannya selama
sedikitnya beberapa detik, bukan
hanya melihat sekilas pada tangannya Anak melihat anak menatap tangannya
beberapa detik selama tes atau dilaporkan
terjadi di rumah
(Jika tidak teramati, tanyakan pada
orang tua apakah anak pernah
melakukannya)

Nomor Urut 5
Item Berusaha menjangkau mainan
Tanda L Harus dites langsung
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Anak berusaha mendapatkan mainan dengan


Letakkan mainan yang menarik di atas
menjulurkkan/merentangkan lengan atau
meja dalam jarak yang mudah di
tubuhnya ke arah mainan (Anak tidak harus
jangkau anak
mengambil mainannya)

Nomor Urut 6
Item Makan sendiri
Tanda L Ada (dapat berupa laporan orang tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pengasuh melaporkan anak dapat melakukan
Tanyakan kepada pengasuh, apakah hal tersebut
anak benar-benar dapat memakan kue
atau makanan kecil lainnya sendiri (Tak ada kesempatan [Tak], jika anak belum
pernah diberikan jenis makanan itu

54
Nomor Urut 7
Item Tepuk tangan
Tanda L Ada Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanpa menyentuh tangan/ lengan anak
tunjukkan permainan tepuk tangan
dengan kedua tangan anda dan ajak
anak untuk bermain bersama anda. Bila
anak anda tidak melakukan ini, minta
Anak dapat menepuk-nepuk tangannya saat
orang tua untuk mencobanya
tes atau dilaporkan terjadi di rumah
(Jika anak masih tak mau melakukan-
nya, tanyakan kepada orang tua apakah
anak mau melakukannya di rumah)

Nomor Urut 8
Item Menyatakan keinginan
Tanda L Ada Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, amati apakah anak
memberitahu anda/orang tua, apabila ia Anak melakukan sesuatu (bukan menangis)
menginginkan sesuatu tanpa perlu untuk memberitahukan keinginan khususnya,
menangis atau di laporkan terjadi di rumah, misalnya
(Jika tidak teramati, tanyakan kepada menunjuk, menarik dan membuat berbagai
orang tua bagaimana anak memberitahu macam suara, mengangkat lengan dan
seseorang apa yang ia inginkan mengucapkan kata

Nomor Urut 9
Item Daa - daag dengan tangan
Tanda L Ada Laporan orang tua/pengasuh
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

55
Bila memungkinkan, gunakan cara
terbaik, yaitu anda/orang tua
meninggalkan ruangan, lihat wajah
anak, dan ucapkan da....da sambil Anak merespons dengan mengangkat lengan
melambaikan tangan padanya. atau melambaikan tangan atau jarinya, atau
Jangan biarkan orang tua menyentuh dilaporkan anak dapat melakukan hal
tangan/lengan anak (Jika tak ada tersebut.
respons, tanyakan kepada orang tua
apakan anak bisa melakukannya di
rumah)

Nomor Urut 10
Item Bermain bola dengan pemeriksa
Tanda L Tidak ada (harus di tes langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Gelindingkan bola ke arah anak.
Usahakan agar ia menggelindingkan
Anak dapat menggelindingkan bola atau
kembali bola kearah anda. Lakukan
dilaporkan anak dapat melakukan hal tersebut
beberapa kali

Nomor Urut 11
Item Menirukan kegiatan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah anak
dapat meniru kegiatan rumah, seperti
mengelap debu, menggosok, menyapu, Orang tua melaporkan bahwa anak dapat
memvakum atau berbicara di telepon meniru beberapa jenis kegiatan yang
dilakukan oleh orang dewasa

Nomor Urut 12
Item Minum dengan cangkir
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

56
Tanyakan kepada orang tua apakah anak
dapat memegang cangkir/gelas dan
minum sendiri tanpa bantuan dan cairan
Orang tua melaporkan anak dapat minum
tidak sampai tumpah lebih dari separuh
dengan cangkir
cangkir. (Cangkir/gelas tak boleh
bertutup, bercucuk atau dilengkapi
semprotan)

Nomor Urut 13
Item Membantu di rumah
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah anak
membantu mengerjakan tugas-tugas Orang tua melaporkan anak dapat membantu,
rumah yang sederhana, misalnya bukan meniru (Tujuan : menentukan apakah
merapikan mainan, membuang sampah anak memahami dan melaksanakan
atau mengambil sesuatu jika diminta permintaan bantuan)
oleh orang tua

Nomor Urut 14
Item Menggunakan sendok/garpu
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah anak Orang tua melaporkan bahwa anak
menggunakan sendok atau garpu untuk menggunakan sendok/garpu dan menyendok
makan. Jika ya, berapa banyak makanan banyak makanan ke dalam mulut, hanya
yang tumpah sedikit yang tumpah (Tujuan :
menentukan apakah anak dapat melakukan
kegiatan makan sendiri)

Nomor Urut 15
Item Melepas pakaian
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah anak Anak dapat membuka pakaiannya, seperti

57
dapat melepaskan pakaiannya sendiri, sepatu, disertai usaha membuka dan
Jika ya, jenis pakaian apa? mengembalikan kembali jaket, celana atau
kaus. Jangan beri skor jika topi, kaus kaki,
popok, sandal/sepatu terlepas dengan mudah
(Tujuan : melihat apakah anak melepas
pakaiannya sesuai dengan usahanya sendiri)

Nomor Urut 16
Item Memberi minum boneka
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak meletakkan botol ke mulut boneka atau
Letakkan boneka dan botol miunuman
dengan jelas mencoba meletakkanya ke
mainan di atas meja didepan anak.
mulut. Bila anak menirukan memberikan ASI,
Katakan kepada anak : " Beri adik bayi
dorong ia untuk menggunakan botol.
minum!" atau " Beri adik bayi botol
Kegiatan memberikan ASI seperti ibu ke bayi
susu!"
diberi skor gagal

Nomor Urut 17
Item Memakai pakaian
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat memakai dan melepaskan
Tanyakan kepada orang tua apakah anak beberapa jenis pakaian, seperti celana dalam,
dapat memakai pakaiannya sendiri. Jika kaus kaki, jaket, dll. Sepatu tidak harus di
ya, jenis pakaian apa saja yang dapat talikan/disimpulkan atau dipasang pada kaki
anak pakai yang benar. Topi yang diletakkan
sembarangan di kepala tidak diberi skor lulus

Nomor Urut 18
Item Menggosok gigi dengan bantuan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka 3 (perlu petunjuk nomor 3 halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah anak Orang tua melaporkan bahwa anak dapat
dapat menggosok gigi dengan bantuan. memegang dan menggerakkan sikat gigi di
Jika ya minta orang tua menjelaskan antara gigi. Orang tua boleh memberikan

58
bagaimana kegiatan itu dilakukan anak sedikit bantuan untuk mengarah-kan sikat,
tetapi anak harusn menyikat lebih banyak.
Orang tua boleh mengawasi anak dan
membantu mengoleskan pasta gigi pada sikat
(Tak ada kesempatan/Tak, jika orang tua tidak
membolehkan anak mencobanya)

Nomor Urut 19
Item Mencuci dan mengeringkan tangan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah anak
dapat mencuci dan mengeringkan Orang tua melaporkan anak dapat menyabuni,
tangannya sendiri tanpa bantuan, kecuali membilas dan mengeringkan tangannya
letak keran jauh dari jangkauan anak.

Nomor Urut 20
Item Menyebut nama teman
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menyebutkan nama panggilan salah satu
Minta anak menyebutkan nama teman temannya. Nama sepupu/saudara dapat
bermainnya (tidak tinggal bersama anak diterima jika mereka tidak tinggal bersama.
tersebut) Nama binatang atau teman imaginasi tidak
diterima

Nomor Urut 21
Item Memakai T-shirt
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Tanyakan kepada orang tua apakah anak Anak dapat melepaskan T-shirt dari kepala
dapat memakai/melepaskan T-shirt dan memasukkan lengan ke lengan baju. Baju
tanpa bantuan dapat dari belakang atau dari luar

59
Nomor Urut 22
Item Berpakaian tanpa bantuan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka 4 (perlu petunjuk nomor 4 halaman belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berpakaian sendiri dengan baik
dan lengkap tanpa bantuan. Dia harus terbiasa
mengambil pakaian sendiri (untuk bermain),
Tanyakan kepada orang tua apakah anak dan dibantu hanya ketika menalikan sepatu
dapat berpakaian tanpa banyak bantuan dan mengaitkan kancing baju di belakang.
(Jika lulus "berpakaian tanpa bantuan",
anak juga lulus pada "memakai pakaian"
dan memakai T-shirt)

Nomor Urut 23
Item Bermain ular tangga atau kartu
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah anak
dapat bermain kartu atau permainan
papan yang sederhana, seperti ular Orang tua melaporkan anak dapat memahami
tangga, monopoli, cangkul. Khususnya, dan memainkan kartu atau permainan papan
anak harus benar-benar dapat dengan orang lain, duduk dan menanti giliran.
memainkan dan memahami permainan
tersebut

Nomor Urut 24
Item Menggosok gigi tanpa bantuan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah anak Orang tua melaporkan anak dapat menggosok
dapat menggosok giginya sendiri tanpa gigi tanpa bantuan atau pengawasan
bantuan atau pengawasan beberapa kali, sedikitnya beberapa kali. Orang tua sebaiknya

60
termasuk mengoleskan pasta gigi ke dianjurkan untuk menyikat gigi anak beberapa
sikat gigi dan menggosok gigi dengan kali agar benar-benar bersih
gerakan maju dan mundur (Jika lulus "menggosok gigi tanpa
bantuan", anak juga lulus pada "menggosok
gigi dengan bantuan)

Nomor Urut 25
Item Mengambil makanan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua apakah anak
dapat menyiapkan dan mengambil
makanan tanpa bantuan (lebih baik
memberikan makanan jika sulit diraih),
termasuk menggunakan mangkuk dan Orang tua melaporkan bahwa anak dapat
sendok, menuangkan makanan dan susu melakukannya, termasuk menuangkan susu
ke mangkuk tanpa banyak tumpah. Bila dari beberapa jenis kotak/wadah makanan
kotak sangat besar, tanya apakah anak
dapat menuangnya dari kotak yang agak
kosong, tempat susu kecil atau dari
gelas

2.Sektor Motorik halus – adaptif, jumlah gugus tugas : 29

Nomor Urut 1
Item Mengikuti ke garis tengah
Tanda L Tidak ada (harus di tes langsung
5 (perlu petunjuk nomor 5 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tidurkananak telentang. Pegang benang
Anak dapat mengikuti benang ke titik
merah di atas wajah anak sejauh ia dapat
tengah garis setengah lingkaran dengan
menfokuskannya (kira-kira 15 cm).
kedua matanya atau dengan kepala dan
Goyang-goyangkan benang untuk menarik
matanya
perhatian anak dan gerakkan dengan lambat

61
dalam pola setengah lingkaran dari satu sisi
tubuh anak ke sisi tubuh yang lain beberapa
kali. Gerakan benang dapat dihentikan
untuk menarik kembali perhatian anak dan
kemudian dilanjutkan kembali

Nomor Urut 2
Item Mengikuti melewati garis tengah
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
5 (perlu petunjuk nomor 5 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat mengikuti benang melewati
garis tengah setengah lingkaran dengan
mata atau dengan kepala dan mata. Jika
Merujuk pada item motorik halus nomor 1
lulus "mengikuti melewati garis
tengah", juga lulus mengikuti ke garis
tengah)

Nomor Urut 3
Item Memegang icik-icik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
6 (perlu petunjuk nomor 6 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Ketika anak telentang atau dipegangi oleh


Anak memegang icik-icik dalam beberapa
orang tuanya, sentuhkan bagian belakang
detrik
atau ujung jari tangan anak dengan icik-icik

Nomor Urut 4
Item Tangan bersentuhan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

62
Tidurkan anak telentang (tidak di gendong
di lengan ibu). Perhatikan apakah kedua
tangannya diangkat bersama-sama ke garis Anak mengangkat kedua tangannya
tengah tubuhnya, melewati dagu dan mulut bersama-sama menuju garis tengah tubuh

Nomor Urut 5
Item Mengikuti 180 derajat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
5 (perlu petunjuk nomor 5 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat mengikuti benang dengan
kepala dan matanya dengan menyusuri
seluruh pola setengah leingkaran dari satu
sisi tubuh ke sisi tubuh lain Jika lulus
Merujuk pada item motorik halus nomor 1
"mengikuti 180 derajat", anak juga
lulus "mengikuti melewati garis
tengah" dan "mengikuti ke garis
tengah")

Nomor Urut 6
Item Mengamati manik-manik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan dipangkuan orang tua,
lalu jatuhkan manik-manik dihadapan anak.
Sebaiknya manik-manik diletakkan pada
Anak melihat jelas ke arah manik-manik
tempat yang berwarna kontras. Seperti
tersebut
selembar kertas putih. Anda dapat
menunjuk atau menyentuh manik-manik
untuk menarik perhatian anak.

Nomor Urut 7
Item Meraih
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

63
Anak duduk di pangkuan orang tua,
sehingga sikunya sejajar dengan meja dan Anak mengulurkan tangan ke arah objek
kedua tangannya diletakkan diatas meja. atau paling tidak menggerakkan tangan
Letakkan mainan (icik-icik atau benang atau lengannya untuk mencapai objek
merah) yang mudah dijangkau dan dorong tersebut
anak untuk mengambil mainan tersebut

Nomor Urut 8
Item Mencari benang
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
7 (perlu petunjuk nomor 7 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan di pangkuan orang tua,
lalu tarik perhatiannya pada benang merah
yang anda pegang. Saat anak melihat kearah
benang, jatuhkan benang sehingga seolah- Anak tampak jelas mencari benang ke
olah menghilang. Jangan gerakkan tangan arah bawah atau ke lantai
atau lengan anda kecuali untuk melepaskan
benang merah. Ulangi jika respons anak
tidak jelas

Nomor Urut 9
Item Menggaruk manik-manik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan di pangkuan orang tua,
sehingga sikunya sejajar dengan meja dan
kedua tangan berada di atas meja. Jatuhkan
Anak mengambil manik-manik dengan
satu manik-manik di depan anak dalam
menggunakan gerakan seluruh tangan.
jarak yang mudah dijangkau anak. Anda
Pastikan manik-manik tidak melekat di
dapat menunjuk/menyentuh manik-manik
tangan anak, tetapi jelas diambilnya
untuk menarik perhatian anak.
Makanan/benda yang berbentuk lingkaran/
O juga dapat digunakan dalam tes ini

Nomor Urut 10
Item Memindahkan kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)

64
8 (perlu petunjuk nomor 8 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak memindahkan sebuah kubus dari satu
tangan ke tangan yang lain. Berikan anak
Anak memindahkan sebuah kubus dari
sebuah kubus, lalu berikan satu lagi pada
tangan satu ke tangan yang lain, tanpa
tangan yang sama. Anak akan
menggunakan anggota tubuhnya, mulut
memindahkan kubus pertama ke tangan
atau meja
yang lain sehingga ia adapat mengambil
kubus yang ke dua

Nomor Urut 11
Item Mengambil 2 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Letakkan 2 kubus di atas meja dan di depan Anak mengambil 2 kubus dan di pegang
anak. Dorong anak untuk mengambil kubus, di setiap tangan masing-masing 1 kubus
tetapi jangan berikan kubus ke anak secara bersamaan

Nomor Urut 12
Memegang dengan ibu jari dan jari
Item telunjuk
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
9 (perlu petunjuk nomor 9 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item motorik halus nomor 9.
Anak didudukkan di pangkuan orang tua
Anak mengambil manik-manik dengan
sehingga sikunya sejajar dengan meja dan
jari telunjuk dan ibu jari bersama-sama
ke dua tangan berada diatas meja. Jatuhkan
atau dengan beberapa jari (Jika
manik-manik di depan anak. Anda dapat
lulus"memegang dengan ibu jari dan
menunjuk/menyentuh manik-manik untuk
jari telunjuk", anak juga
menarik perhatian anak. Makanan/benda
lulus"menggaruk manik-manik")
yang berbentuk lingkaran/O juga dapat
dipakai dalam tes ini

Nomor Urut 13
Item Membenturkan 2 kubus
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)

65
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan sebuah kubus di masing-masing
tangan anak dan dorong ia untuk
Anak memegang 1 kubus di masing-
membenturkan kedua kubus bersama-sama.
masing tangan dan membenturkan kubus
Anda dapat memberikan contoh dengan
tersebut bersama-sama atau jika orang tua
kedua tangan anda. Jangan biarkan orang
melaporkan bahwa anak memukulkan
tua menyentuhkan kedua tangan/lengan
benda yang lebih kecil bersama-sama
anak. Bila anak tidak membenturkan kedua
(Membenturkan benda yang lebih besar
kubus bersama-sama, tanyakan kepada
seperti teko, wajan atau tutup panci tidak
orang tua apakah anak dapat membenturkan
diberi skor lulus))
benda yang lebih kecil bersama-sama dalam
satu waktu

Nomor Urut 14
Item Menaruh kubus dicangkir
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan 3 kubus dan sebuah cangkir di
atas meja dan di hadapan anak. Dorong
Anak memasukkan kubus ke dalam
anak untuk memasukkan kubus ke dalam
cangkir sedikitnya 1 kubus dan
cangkir dengan memberikan contoh dan
membiarkan yang lain
aba-aba. Pemberian contoh perlu diulangi
beberapa kali

Nomor Urut 15
Item Mencoret-coret
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan kertas dan pinsil di atas meja
dihadapan anak. Anda boleh meletakkan
pinsil ditangan anak dan mendorongnya Anak membuat coretan yang bertujuan di
untuk mencoret-coret, tetapi jangan kertas. Berikan skor gagal jika anak
memberikan contoh bagaimana mencoret. membuat coretan pinsil secara tidak
Perhatikan anak dengan seksama demi sengaja
keamanan mata dan mulut anak pada saat
menggunakan pinsil

66
Nomor Urut 16
Mengeluarkan manik-manik dengan
Item contoh
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengeluarkan/membuang manik-
manik dari botol atau
Contohkan pada anak 2- 3 kali untuk
mengambil/menggaruk botol yang
mengeluarkan manik-manik dari botol.
tertutup untuk membukanya, lalu
Kemudian minta anak untuk mengulanginya
mengeluarkan manik-manik tersebut
(Jangan menggunakan kata-kata buang atau
Jangan beri skor lulus jika anak
tumpahkan)
memindahkan manik-manik dengan jari-
jarinya

Nomor Urut 17
Item Menara dari 2 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak didudukkan di dekat meja dengan
posisi lengan sejajar meja dan ke dua tangan
berada diatas meja. Dorong anak untuk
Anak meletakkan 1 kubus di atas kubus
menumpuk kubus satu demi satu dengan
lainnya sehingga tidak jatuh saat anak
contoh dan aba-aba yang diberikan. Akan
memindahkan tangannya
sangat berguna jika kubus diberikan ke
tangan anak pada waktu bersamaan. Dapat
dilakukan 3 kali

Nomor Urut 18
Item Menara dari 4 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak meletakkan 1 kubus di atas kubus
Merujuk pada item motorik halus nomor 17 lainnya, sehingga tersusun sampai 4 kubus
dan tidak jatuh saat anak memindahkan

67
tangannya. (Jika lulus "menara dari 4
kubus", anak juga lulus "menara dari 2
kubus"

Nomor Urut 19
Item Menara dari 6 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak meletakkan 1 kubus di atas kubus
lainnya, sehingga tersusun sampai 6 kubus
dan tidak jatuh saat anak memindahkan
Merujuk pada item motorik halus nomor 17
tangannya. (Jika lulus "menara dari 6
kubus", anak juga lulus "menara dari 4
kubus" dan "menara dari 2 kubus")

Nomor Urut 20
Item Meniru garis vertikal
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
10 (perlu petunjuk nomor 10 halaman
Tanda angka belakang
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak sebaiknya duduk di kursi yang
neyaman untuk menulis. Letakkan sebuah
pensil dan selembar kertas di depan anak,
Anak membuat 1 garis vertikal atau lebih
kemudian katakan kepada anak untuk
di atas kertas, minimal sepanjang 2,5 cm
menggambar garis yang telah anda buat.
dengan sudut kemiringan tidak lebih dari
Dilembar kertas tersebut, tunjukkan
30 derajat. Garis tidak harus sempurna,
bagaimana menggambar garis vertikal pada
lurus dan tajam
anak. Jangan memegang/membimbing
tangan anak. Percobaan dapat dilakukan 3
kali

Nomor Urut 21
Item Menara dari 8 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak meletakkan 1 kubus di atas kubus
Merujuk pada item motorik halus nomor 17 lainnya, sehingga tersusun sampai 6 kubus
dan tidak jatuh saat anak memindahkan

68
tangannya. (Jika lulus "menara dari 8
kubus", anak juga lulus "menara dari 6
kubus", "menara dari 4 kubus" dan
"menara 2 kubus")

Nomor Urut 22
Item Menggoyangkan ibu jari
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
11 (perlu petunjuk nomor 11 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Contohkan pada anak dengan menggunakan
1 atau 2 tangan untuk membuat genggaman,
dengan posisi ibu jari mengarah ketas.
Ayun-ayunkan ibu jari anda (hanya ibu
Anak menggerakkan genggaman baik
jari). Katakan kepada anak untuk
dengan 1 tangan maupun 2 tangan tanpa
mengayunkan atau menggerakkan ibu jari
membuat gerakan pada jari-jari selain ibu
ke kanan dan ke kiri dengan cara yang
jari
sama. Jangan membantu anak dengan
meletakkan posisi tangan anak. Anda dapat
mengatakan kepada anak untuk membuat
seperti genggaman

Nomor Urut 23
Item Mencontoh O (lingkaran)
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
12 (perlu petunjuk nomor 12 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berikan kepada anak sebuah pensil dan
selembar kertas. Tunjukkan kepada anak
gambar lingkaran dibelakang lembar tes
Denver II. Tanpa menyebutkan bentuk
Anak menggambar beberapa bentuk yang
gambar dan menggerakkanm jari telunjuk
mendekati atau sangat mendekati
atau pensil untuk menunjukkan bagaimana
lingkatan tertutup. (Gagal jika garis
cara membuat lingkaran, katakan kepada
berkelanjutan sehingga membentuk spiral)
anak : "Buat satu gambar yang sama seperti
gambar ini!" (Bisa menggunakan gambar
anda sendiri atau gambar dibelakang lembar
tes). Tes dapat dilakukan 3 kali

69
Nomor Urut 24
Item Menggambar orang : 3 bagian
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
16 (perlu petunjuk nomor 16 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menggambar 3 atau lebih bagian
tubuh. Bagian yang sepasang dinilai
sebagai 1 bagian (misal, telinga, mata,
tangan, dll) Untuk memberi nilai, ke dua
Berikan kepada anak sebuah pensil dan
bagian yang sepasang harus digambar,
selembar kertas. Katakan kepada anak untuk
kecuali gambarnya dalam bentuk
menggambar seseorang (laki-laki,
permukaan (dalam kasus hanya ada 1
perempuan, ayah, ibu, dll). Pastikan anak
mata atau 1 telinga, maka mendapat nilai.
telah menyelesaikannya sebelum gambar
Buat catatan sesuai dengan penagamatan
dinilai
tentang hal-hal yang tidak biasa dalam
menggambar, walau anak telah
mengidentifikasi bagian yang dapat
diterima

Nomor Urut 25
Item Mencontoh + (tanda plus)
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
14 (perlu petunjuk nomor 14 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Berikan kepada anak pensil dan kertas.
Tunjukkan pada anak gambar tanda +
dibelakang lembar tes. Tanpa menyebutkan Anak memggambar 2 garis yang saling
bentuk gambar atau menggerakkan jari atau berpotongan, setidaknya mendekati titik
pensil untuk menujukkan cara membuatnya, tengah. Garis tidak perlu benar-benar
katakan kepada anak : " Buat satu buah lurus, yang penting berpotongan
gambar yang sama seperti gambar ini". Tes
dapat dilakukan 3 kali

Nomor Urut 26
Item Memilih garis yang lebih panjang
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
13 (perlu petunjuk nomor 13 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pastikan bagian belakang lembar tes Anak memilih garis yang lebih panjang 3

70
ditampilkan secara vertikal. Tunjukkan dari 3 kali tes atau 5 dari 6 tes
kepada anak 2 garis, putar lembar kertas ke
samping paralel dan katakan : "Garis mana
yang lebih panjang?" (jangan katakan yang
lebih besar). Setelah anak menunjuk sebuah
garis, putar lembar kertas ke samping (90
derajat) dan tanyakan kembali. Putar lagi
lembar tes ke bawah (180 derajat) dan
ulangi pertanyaan. Bila anak tidak
menjawab benar sebanyak 3 kali, ulangi
pertanyaan lebih dari 3 kali setelah lembar
tes di putar

Nomor Urut 27
Item Mencontoh  (persegi) dengan petunjuk
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
15 (perlu petunjuk nomor 15 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Laksanakan item 29 (mencontoh )


Anak menggambar bujur sangkar dengan
sebelum melaksanakan item ini. Bila anak
garis yang lurus sehingga membentuk 4
tidak dapat mencontoh , tunjukkan kepada
sudut. Sudut dapat dibentuk dari garis
anak cara menggambar 2 garis paralel yang
yang berpotongan tetapi sudut harus
berlawanan antara sudut yang satu dengan
sesuai dengan sudut yang benar (tidak
sudut lainnya. (Lebih baik menggambar
melingkar atau tajam). Panjang sebaiknya
bujur sangkar dengan gerakan yang
tidak melebihi 2 kali lebar
berkelanjutan). Tes dapat dilakukan 3 kali.

Nomor Urut 28
Item Menggambar orang : 6 bagian
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
16 (perlu petunjuk nomor 16 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Anak menggambar 6 bagian tubuh atau


Merujuk pada item motorik halus nomor 24 lebih dengan ketentuan sama dengan item
motorik halus nomor 24

71
Nomor Urut 29
Item Mencontoh  (persegi)
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
15 (perlu petunjuk nomor 15 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Berikan kepada anak pensil dan kertas.


Tunjukkan kepadanya gambar bujur sangkar
di belakang lembar tes. Tanpa menyebutkan
bentuk gambar atau menggerakkan telunjuk Merujuk pada syarat lulus item motorik
atau pensil untuk menunjukkan cara halus nomor 27
mebuatnya, katakan kepada anak :"Buat
satu buah gambar seperti ini". Tes dapat
dilakukan 3 kali

3. Sektor Bahasa, jumlah gugus tugas : 39

Nomor Urut 1
Item Bereaksi terhadap bel
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Pegang bel sehingga anak tidak dapat


Anak merespons bunyi bel dengan
melihatnya (disamping dekat telinga bagian
beberapa cara, seperti gerakan mata,
belakang). Bunyikan bel dengan lembut,
perubahan raut wajah, perubahan nafas
Bila anak tidak merespons, coba lagi dalam
atau beberapa perubahan dalam kegiatan
sesi tes berikutnya

Nomor Urut 2
Item Bersuara
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes dengarkan suara-suara lain yang Anda mendengar anak membuat banyak
dikeluarkan anak selain tangisan, seperti suara atau orang tua melaporkan bahwa
suara kerongkongan yang kecil atau suara anak melakukan hal tersebut
vokal yang pendek (""Uh", "Eh"). Bila tak (Item ini juga lulus jika anak lulus pada
terdengar, tanyakan kepada orang tua item mengucapkan suara-suara vokal

72
apakah anak pernah mengeluarkan suara atau item Oooh/Aaah
seperti itu

Nomor Urut 3
Item Oooh/Aaah
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tidak ada (tidak perlu petunjuk halaman
Tanda angka
belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak membuat suara-
suara vokal seperti "Ooo"Aaah". Bila suara Anda mendengar anak mengeluarkan
tersebut tidakn terdengar, tanyakan kepada suara-suara vokal atau orang tua
orang tua apakah anak sudah bisa membuat melaporkan anak dapat melakukan hal
suara-suara tersebut tersebut

Nomor Urut 4
Item Tertawa
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengar apakah anak tertawa dengan keras.
Bila tidak terdengar, tanyakan kepada orang Anda mendengar anak tertawa keras atau
tua apakah anak pernah melakukan hal orang tua melaporkan anak dapat
tersebut melakukan hal tersebut

Nomor Urut 5
Item Berteriak
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak mengeluarkan
suara yang keras atau teriakan yang Anda mendengar anak berteriak atau
mnenyenangkan. Bila tidak terdengar, orang tua melaporkan anak dapat
tanyakan kepada orang tua apakah anak melakukan hal tersebut
dapat melakukannya

73
Nomor Urut 6
Item Menoleh ke icik-icik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
17 (perlu petunjuk nomor 17 di halaman
Tanda angka
belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Berdiri dibelakang anak pada saat anak


dipangku menghadap orang tuanya atau
didudukkan diatas meja. Bila perlu minta
orang tua untuk menarik perhatian anak
dengan benang merah. Letakkan 1 kubus di
dalam cangkir dan pegang cangkir dengan
Anak merespons dengan menoleh ke arah
tangan anda untuk menutupinya. Dengan
datangnya suara dari kedua sisi
hati-hati, geser cangkir tanpa berbunyi ke
posisi kira-kira 20 cm dari telinga anak,
tetapi diluar atau jauh dari sudut
pandangannya. Goyangkan cangkir
perlahan, buat suara lembut dan rendah.
Ulangi lagi untuk telinga lain

Nomor Urut 7
Item Menoleh ke arah datangnya suara
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dipangku menghadap orang tuanya
atau duduk di meja atau digendong oleh
orang tuanya. Dekati anak dari belakang
kira-kira 20 cm dari telinga. Letakkan
Anak menoleh ke arah datangnya suara
tangan anda diantara mulut anda dan anak,
dari kedua sisi
sehingga anak tidak merespons sembusan
nafas anda. Berbisiklah sambil menyebut
nama anak beberapa kali. Ulangi lagi fdari
bagian telinga yang lain

74
Nomor Urut 8
Item Satu silabel
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak menghasilkan 1
suku kata yang terdiri atas konsonan dan Anda mendengar anak menghasilkan satu
vokal seperti "Ba", "Da", "Ga", atau suku kata yang terdiri atas konsonan dasn
"Ma". Bila tidak terdengar, tanyakan vokal atau orang tua melaporkan anak
kepada orang tua apakah anak dapat melakukan hal tersebut
melakukan hal tersebut

Nomor Urut 9
Item Meniru bunyi kata-kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Buat suara seperti batuk, memainkan lidah
atau mencium dan lihat apakah anak
meniru. Jika tidak, tanyakan kepada orang Anak menirukan suara anda atau orang
tua apakah anak dapat meniru suara. tua melaporkan anak melakukan hal
Tekankan bahwa suara harus dimulai dari tersebut
orang lain, bukan anak

Nomor Urut 10
Item Papa/Mama (tidak spesifik)
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Dengarkan apakah anak mengucapkan


"Papa", "Mama" selama tes. Jika tidak Anak mengatakan "Papa", "Mama"
tanyakan kepada orang tua apakah anak atau melaoprkan anak melakukan hal
dapat menyebutkan kata-kata tersebut. tersebut
Kata-kata tidak harus merujuk ke orang tua

75
Nomor Urut 11
Item Kombinasi silabel
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak mengulang-ulang 3
suku kata yang sama lebih dari 3 kali, Anak dapat mengulangi 3 suku kata atau
seperti "Dadada", "Gagaga". Jika tidak orang tua melaporkan anak melakukan hal
terdengar, tanyakan kepada orang tua, tersebut
apakah anak dapat melakukan hal tersebut

Nomor Urut 12
Item Mengoceh
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Selama tes dengarkan apakah anak


membuat "percakapan" yang tidak masuk
akal kepada dirinya sendiri, menggunakan
pembenggkokan atau jeda. (Ini disebut
Anak mengoceh atau orang tua
mengoceh, yang menggunakan pola suara
melaporkan anak melakukan hal tersebut
sedikit bervariasi/tidak sesuai kenyataan
atau sulit dibedakan). Jika tidak terdengar,
tanyakan kepada orang tua, apakah anak
dapat melakukan hal tersebut

Nomor Urut 13
Item Papa/Mama (spesifik)
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak mengucapkan Anak mengatakan "Mama" atau "Papa"
"Mama" ke arah mamanya, "Papa" ke yang penuh makna atau orang tua
arah Papanya selama tes, jika tidak melaporkan anak melakukan hal tersebut.

76
terdengar, tanyakan kepada orang tua, Anak juga lulus jika kata yang digunakan
apakah anak dapat melakukan hal tersebut sama maknanya dengan "Mama" atau
"Papa" dalam berbagai budaya. (Jika
lulus item ini, anak juga lulus item
"Papa/Mama tidak spesifik")

Nomor Urut 14
Item Mengucapkan 1 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Orang tua melaporkan anak dapat
Tanyakan kepada orang tua berapa banyak
mengucapkan 1 kata. Kata yang diterima
kata yang dapat diucapkan oleh anak dan
adalah kata selain : Papa, Mama, nama
kata-kata apa saja
binatang dan nama anggota keluarga

Nomor Urut 15
Item Mengucapkan 2 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Orang tua melaporkan anak dapat
Tanyakan kepada orang tua berapa banyak mengucapkan 2 kata. Kata yang diterima
kata yang dapat diucapkan oleh anak dan adalah kata selain :Papa, Mama, nama
kata-kata apa saja binatang dan nama anggota keluarga.
(Jika lulus 2 kata, anak juga lulus 1 kata)

Nomor Urut 16
Item Mengucapkan 3 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tanyakan kepada orang tua berapa banyak Orang tua melaporkan anak dapat
kata yang dapat diucapkan oleh anak dan mengucapkan 3 kata. Kata yang diterima
kata-kata apa saja adalah kata selain :Papa, Mama, nama

77
binatang dan nama anggota keluarga.
(Jika lulus 3 kata, anak juga lulus 1 kata
dan 2 kata)

Nomor Urut 17
Item Mengucapkan 6 kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Orang tua melaporkan anak dapat
mengucapkan 6 kata. Kata yang diterima
Tanyakan kepada orang tua berapa banyak
adalah kata selain :Papa, Mama, nama
kata yang dapat diucapkan oleh anak dan
binatang dan nama anggota keluarga.
kata-kata apa saja
(Jika lulus 6 kata, anak juga lulus 1 kata,
2 kata dan 3 kata)

Nomor Urut 18
Item Menunjuk 2 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18 halaman
Tanda angka
belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pastikan sebelumnya anak telah
melaksanakan item "Menyebut nama
gambar". Bila anak menyebutkan kurang
dari 4 gambar dengan benar, laksanakan
item ini.
Tunjukkan kepada anak gambar dibelakang
lembar tes, lalu katakan kepada anak :
Anak menunjuk dengan benar 2 atau 3
"Tunjukkan mana burung"
gambar
"Tunjukkan mana manusia"
"Tunjukkan mana anjing"
"Tunjukkan mana kucing"
"Tunjukkan mana kuda"
Sebutkan 1 nama hanya dalam 1 waktu dan
tunggu sampai anak menunjuk sebelum
menyebut nama gambar lain

78
Nomor Urut 19
Item Kombinasi kata
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dengarkan apakah anak sudah membuat
Anda mendenger anak mengucapkan
kombinasi sedikitnya 2 kata yang bermakna
kombinasi 2 kata bermakna atau orang tua
untuk menunjukkan suatu tindakan. Bila
melaporkan anak telah melakukan hal
tidak terdengar, tanyakan kepada orang tua
tersebut
apakah anak pernah melakukan hal tersebut.

Nomor Urut 20
Item Menyebut 1 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menyebut 1 nama gambar dengan
Tunjukkan kepada anak gambar dibelakang benar. Lulus jika anak menggunakan
lembar tes. Tunjukkan kucing, burung, mnama-nama binatang. Untuk jawaban
manusia, anjing, kuda pada satu waktu dan gambar manusia dapat diterima jika anak
tanyakan :"Apakah ini ?" menyebut : "Ayah", "Mas/anak laki-
laki"

Nomor Urut 21
Item Bagian tubuh : 6
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
19 (perlu petunjuk nomor 19 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menunjuk dengan benar sedikitnya
Tunjukkan boneka kepada anak katakan 6 nagian. Bila orang tua terbiasa
kepada anak :Tunjukkan hidung, mata, menyebut perut dengan istilah bahasa
telinga, mulut, tangan, kaki, perut dan daerah, anak tetap lulus jika
rambut !"Sebutkan satu persatu mengidentifikasi-nya dengan benar.
Jawaban : "puser/udel" tidak lulus"

Nomor Urut 22

79
Item Menunjukkan 4 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Anak menunjuk dengan benar 4 atau 5


Merujuk pada 1 item bahasa Nomor 18
gambar.

Nomor Urut 23
Item Pembicaraan sebagian dimengerti
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Selama tes, perhatikan kemampuan
berbicara anak yang bermakna (lafal, Anda memahami paling tidak sebahian
ucapan, kata-kata yang berbeda dengan dari pembicaraan anak
ocehan, dll)

Nomor Urut 24
Item Menyebut 4 gambar
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
18 (perlu petunjuk nomor 18 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menyebut 4 nama gambar dengan
benar. Lulus jika anak menggunakan
nama-nama binatang. Untuk gambar
Merujuk pada item bahasa Nomor 20 manusia, jawaban dapat diterima jika anak
menyebut "Ayah", "Mas". (Jika lulus
"Menyebut 4 gambar", anak juga lulus
"Menyebut 1 gambar")

Nomor Urut 25
Item Mengetahui 2 kegiatan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
20 (perlu petunjuk nomor 20 halaman
Tanda angka belakang)

80
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tunjukkan kepada anak gambar di belakang
lembar tes. Berikan petunjuk kepada anak
untuk untuk menunjuk gambar yang benar
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan,
yaitu : Anak dapat menujuk 2 atau 3 gambar
"Mana yang dapat terbang" dengan benar
"Mana yang mengeong"
"Mana yang dapat berbicara"
"Mana yang bisa menggonggong"
"Mana yang dapat meringkik"

Nomor Urut 26
Item Mengerti 2 kata sifat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
21 (perlu petunjuk nomor 21 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menjawab dengan benar 2
pertanyaan, contoh jawaban yang benar
Tanyakan kepada anak pertanyaan berikut
adalah sebagai berikut :
satu persatu.
KedinginanLulus jika jawaban : pakai
"Apa yang kamu lakukan saat kamu
jaket, masuk ke dalam, pakain selimut
kedinginan"
Tidak lulus jika jawaban berkaitan dengan
"Apa yang kamu lakukan saat kamu
badan yang dingin, seperti batuk, minum
kecapaian"
obat Kecapaian Lulus jika
"Apa yang kamu lakukan saat kamu
jawaban : ketempat tidur, berbaring, tidur
lapar?"
Lapar Lulus jika jawaban : makan, harus
makan, minta sesuatu untuk dimakan

Nomor Urut 27
Item Menyebut 1 warna
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Letakkan kubus yang berwarna merah, biru,


kuning dan hijau diatas meja di depan anak.
Tunjukkan 1 kubus dan tanyakan kepada
Anak dapat menyebut dengan benar 1, 2
anak : "Ini warnanya apa?" Setelah anak
atau 3 warna
menjawab, pindahkan kubus dan minta anak
menyebutkan warna kubus-kubus yang lain.
Ulangi untuk 4 warna seluruhnya

81
Nomor Urut 28
Item Kegunaan 2 benda
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
22 (perlu petunjuk nomor 22 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menjawab dengan benar 2
pertanyaan. Kata-kata yang berhubungan
dengan tindakan seperti : "minum",
Tanyakan kepada anak satu persatu
"duduk" dan "menulis" harus ada di dalam
pertanyaan berikut.
jawaban. Jawaban yang tidak biasa
"Apa gunanya cangkir".
digunakan seperti "menuangkan" untuk
" Apa gunanya kursi"
cangkir, "memanjat untuk kursi dapat
"Apa gunannya pensil"
diterima. Jawaban seperti "susu" untuk
cangkir, "meja" untuk kursi tidak dapat
diterima.

Nomor Urut 29
Item Menghitung 1 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
23 (perlu petunjuk nomor 23 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Letakkan 8 kubus diatas meja di depan


anak. Letakkan selembar kertas disamping
kubus, lalu katakan :"Letakkan 1 kubus di Anak meletakkan 1 kubus dan
atas kertas!" Bila anak telah selesai, mengatakan ada 1 kubus di atas kertas
tannyakan :"Berapa jumlah kubus di atas
kertas?"

Nomor Urut 30
Item Kegunaan 3 benda
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
22 (perlu petunjuk nomor 22 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Anak menjawab dengan benar 3


Merujuk pada item bahasa Nomor 28 pertanyaan Contoh jawaban benar
merujuk pada item bahasa Nomor 28

82
Nomor Urut 31
Item Mengetahui 4 kegiatan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
20 (perlu petunjuk nomor 20 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menunjuk 4 atau 5 gambar
dengan benar (Jika lulus "Mengetahui 4
Merujuk pada item bahasa Nomor 25
kegiatan", anak juga lulus "Mengetahui
2 kegiatan")

Nomor Urut 32
Item Pembicaraan seluruhnya dimengerti
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anda memahami semua pembicaraan
anak. (Jika lulus "Pembicaraan
Merujuk pada item bahasa Nomor 23
seluruhnya dimengerti", anak juga lulus
"Pembicaraan sebagian dimengerti")

Nomor Urut 33
Item Pembicaraan seluruhnya dimengerti
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
24 (perlu petunjuk nomor 24 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Saat anda dan anak berdiri, berikan kepada


anak 1 kubus. Berikan peribtah kepada anak
satu persatu sebagai berikut
"Letakkan kubus di atas meja"
"Letakkan kubus di bawah meja" Anak dapat menjalankan 4 tugas dengan
"Letakkan kubus di depan saya" benar
"Letakkan kubus di samping saya"
"Letakkan kubus di belakang saya"
Perintahkan agar anak mengambil kubus di
antara perintah yang diberikan

83
Nomor Urut 34
Item Menyebut 4 warna
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menyebutkan 4 warna dengan
benar. (Jika lulus "Menyebut 4
Merujuk pada item bahasa Nomor 27
warna", anak juga lulus "Menyebut 1
warna")

Nomor Urut 35
Item Pembicaraan seluruhnya dimengerti
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
25 (perlu petunjuk nomor 25 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Anak dapat mengartikan 5 atau 6 kata


Pastikan anak mendengarkan anda,
dengan benar, sesuai dengan istilah yang
kemudian katakan :"Saya akan
berhubungan dengan : 1) kegunaan; 2)
menyebutkan 1 kata dan saya ingin kamu
bentuk; 3) terbuat dari apa; 4) kategori
mengatakan benda apa itu!" Tanyakan
umum Contoh
setiap kata dalam satu waktu
jawaban yang benar adalah sebagai
"Apakah bola itu?"
berikut : Bola : memantul, lingkaran,
"Apakah danau itu?"
mainan, main dengan bola
"Apakah meja itu?"
Danau : air, ada ikan di dalamnya
"Apakah rumah itu?"
Meja : untuk menulis, letakkan kertas,
"Apakah pisang itu"
kayu Rumah : untuk tinggal, dari
"Apakah gorden itu?"
kayu, batu bata Pisang : buah,
"Apakah pagar itu?"
untuk makan Gorden
Jika perlu setiap kata dapat ditanyakan 3
: untuk menutupi jendela, agar orang tidak
kali. Anda dapat mengatakan : "Beritahu
melihat ke dalam
saya tentang benda tersebut!", tetapi jangan
Pagar : agar anjing tetap di dalam,
tanya apa kegunaannya
memanjat, mengitari halaman

Nomor Urut 36
Item Mengerti 3 kata sifat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka 21 (perlu petunjuk nomor 21 halaman

84
belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menjawab dengan benar 3
pertanyaan. Contoh jawaban benar
Merujuk pada item bahasa Nomor 26 merujuk pada item bahasa nomor 26
(Jika lulkus "Mengerti 3 kata sifat",
anak juga lulus "Mengerti 2 kata sifat")

Nomor Urut 37
Item Menghitung 5 kubus
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
23 (perlu petunjuk nomor 23 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak meletakkan 5 kubus dan
Merujuk pada item bahasa Nomor 29. mengatakan ada 5 kubus di atas kertas.
Letakkan 8 kubus di atas meja di depan Anak tidak harus menghitung satu demi
anak. Letakkan selembar kertas di damping satu jumlah kubus dengan kertas, jika
kubus, lalu katakan kepada anak hanya menghitung 1, 2, 3, 4, 5 anak tidak
:"Letakkan 5 kubus diatas kertas". Bila lulus. Anak harus tetap mengatakan
anak telah selesai, tanyakan :"Berapa "lima" (Jika lulus "Menghitung 5
jumlah kubus di atas kertas?" kubus", anak juga lulus "Menghitung 1
kubus")

Nomor Urut 38
Item Berlawanan : 2
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
26 (perlu petunjuk nomor 26 halaman
Tanda angka
belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Ucapkan kalimat dengan lambat dan
berjarak, satu demi satu, tunggu sampai ada Anak dapat menyelesaikan 2 kalimat
jeda. Kalimat dapat diulang 3 kali bila dengan benar. Contoh jawaban yang
perlu. benar : Besar, kecil,
"Jika kuda besar, tikus ........?" sangat kecil Panas,
"Jika api panas, es.........?" dingin (basah, cair atau air bukan
"Jika matahari bersinar siang hari, jawaban yang benar
bulan...?"

Nomor Urut 39
Item Mengartikan 7 kata

85
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
25 (perlu petunjuk nomor 25 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat mengartikan 7 kata dengan
benar, sesuai dengan istilah yang
berhubungan dengan : 1) kegunaan; 2)
Merujuk pada item bahasa Nomor 35 bentuk; 3) terbuat dari apa; 4) kategori
umum.
(Jika lulus "Mengartikan 7 kata", anak
juga lulus "Mengartikan 5 kata")

86
4. Sektor Motorik kasar : jumlah pemeriksaan 32

Nomor Urut 1
Item Gerakan seimbang
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak menggerakkan lengan dan
tungkainya dengan seimbang
Tidurkan anak telentang, lalu amati aktivitas
(Gagal jika kedua lengan atau tungkai
lengan dan tungkai anak
tidak bergerak dalam frekuensi yang
sama)

Nomor Urut 2
Item Mengangkat kepala
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan perut anak agar bersentuhan Anak mengangkat kepalanya minimal
dengan permukaan yang rata (tengkurap), sesaat, sehingga dagu berjauhan dengan
jika tidak memungkinkan, tenyakan kepada permukaan tanpa menengok ke kanan atau
orang tua apakah anak dapat melakukan hal ke kiri, atau jika orang tua melaporkan
tersebut. anak dapat melakukan hal tersebut

Nomor Urut 3
Item Kepala terangkat 45 derajat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengangkat kepalanya sedikitnya
selama beberapa detik, sehingga wajah
membuat sudut 45 derajat dengan
Letakkan perut anak agar bersentuhan
permukaan.
dengan permukaan yang rata (tengkurap)
(Jika lulus "Kepala terangkat 45
derajat", anak juga lulus "Mengangkat
kepala")

87
Nomor Urut 4
Item Kepala terangkat 90 derajat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengangkat kepalanya sedikitnya
selama beberapa detik, sehingga wajah
membuat sudut 90 derajat dengan
permukaan. Anak akan melihat lurus ke
Letakkan perut anak agar bersentuhan atas dan biasanya akan bertumpu pada ke
dengan permukaan yang rata (tengkurap) dua lengan
(Jika lulus "Kepala terangkat 90
derajat", anak juga lulus "Kepala
terangkat 45 derajat" dan
"Mengangkat kepala")

Nomor Urut 5
Item Duduk dengan kepala tegak
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Anak dapat mempertahankan kepalanya


Pegang anak dalam posisi duduk tegak tanpa ada gerakan turun naik,
sedikitnya selama beberapa detik

Nomor Urut 6
Item Menumpu beban pada kaki
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Pegang anak dalam posisi berdiri agar ke
dua kakiknya menapak di atas meja. Anak dapat menumpukkan beban pada
Oerlahan lepaskan pegangan tangan anda kakinya beberapa detik, atau menguatkan
dari badannya tetapi dekatkan ke kaki dan kaki dan pahanya ke meja
paha anak

88
Nomor Urut 7
Dada terangkat dan menumpu pada
Item lengan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak mengangkat kepala dan dadanya
Letakkan perut anak agar bersentuhan menggunakan tenaga dari kedua lengan
dengan permukaan yang rata (tengkurap) yang diluruskan agar terlihat anak
mengangkat kepalanya lurus

Nomor Urut 8
Item Membalik badan
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Selama tes, perhatikan apakah anak


membalikkan badannya dari posisi
Anda melihat anak membalikkan
tengkurap ke telentang. Jika tidak terlihat,
badannya dengan sempurna atau orang tua
tanyakan kepada orang tua apakah anak
melaporkan anak telah melakukan hal
pernah membalikkan badannya dengan baik
tersebut sedikitnya 2 kali
dari posisi telentang ke tengkurap atau
sebaliknya sedikitnya 2 kali

Nomor Urut 9
Item Bangkit dengan kepala tegak
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan anak pada posisi telentang.
Pegang tangan dan pergelangan tangan Untuk sesaat, kepala anak tidak terkulai
anak, lalu dengan mantap dan lambat tarik ketika tubuhnya diangkat. Anak juga akan
anak ke posisi duduk. Jika tiba-tiba kepala tertarik ke atas dan menggunakan otot-
anak terkulai, jangan lanjutkan mengangkat otot bahu dan lehernya
anak dengan cara apapun ke posisi duduk

89
Nomor Urut 10
Item Duduk tanpa pegangan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dusuk sendiri selama 5 detik atau
Pegang anak dalam posisi duduk di atas
lebih. Anak dapat meletakkan tangan di
meja. Pastikan anak tidak jatuh, lalu dengan
atas paha atau di atas meja untuk
perlahan lepaskan tangan anda
menyangga tubuhnya

Nomor Urut 11
Item Berdiri dengan berpegangan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Letakkan anak dalam posisi berdiri dengan


berpegangan pada benda yang keras, seperti Anak berdiri selama 5 detik
kursi (bukan orang)

Nomor Urut 12
Item Bangkit untuk berdiri
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Dudukkan anak di lantai di samping kursi
atau meja yang rendah. Dorong anak untuk Anak menarik badannya sendiri ke posisi
berdiri dan meletakkan mainannya di atas berdiri
kursi atau meja

Nomor Urut 13
Item Bangkit lalu duduk
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Saat anak berbaring atau tengkurap atau Anda melihat anak berubah ke posisi

90
berdiri sambil dipegangi, dorong anak ke duduk atau orang tua melaporkan anak
posisi duduk, Jika anak tidak melakukan- melakukan hal tersebut
nya, tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat berubah ke posisi duduk dengan
usahanya sendiri

Nomor Urut 14
Item Berdiri 2 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Bantu anak berdiri di lantai. Setelah anak


Anak berdiri tanpa ditopang selama 2
terlihat mampu menyeimbangkan tubuhnya,
detik atau lebih
coba untuk menopangnya dari jarak dekat

Nomor Urut 15
Item Berdiri sendiri
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak berdiri tanpa ditopang selama 10
detik atau lebih.
Merujuk pada item motorik kasar nomor 11
(Jika lulus "Berdiri sendiri". Anak juga
lulus "Berdiri dengan berpegangan")

Nomor Urut 16
Item Membungkuk kemudian berdiri
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Saat anak berdiri di lantai tanpa
Anak membungkuk untuk mengambil
sanggahan/pegangan, letakkan mainan atau
benda lalu berdiri tanpa berpegangan atau
bola di lantai dan dorong anak untuk
duduk
mengambilnya

Nomor Urut 17

91
Item Berjalan dengan baik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat menyeimbangkan tubuh
Amati apakah anak sudah berjalan dengan baik, jarang terjatuh dan tidak
miring

Nomor Urut 18
Item Berjalan mundur
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Minta anak berjalan mundur dengan cara di
contohkan atau perhatikan apakah anak
melakukan hal ini selama tes. Jika tidak Anak mundur beberapa langkah tanpa
tanyakan kepada orang tua apakah anak duduk atau orang tua melasporkan anak
dapat berjalan mundur. Dalam tes ini, kita dapat melakukan hal tersebut
boleh menggunakan mainan atau dengan
cara membuka pintu

Nomor Urut 19
Item Lari
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Dorong anak berlari, dengan melemparkan Anak dapat berlari dengan baik (bukan
bola kepadanya dengan sengaja jalan cepat), tanpa terjatuh atau tergelincir

Nomor Urut 20
Item Berjalan menaiki tangga
Ada (dapat berupa laporan orang
Tanda L tua/pengasuh)
27 (perlu petunjuk nomor 27 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

92
Anak dapat menaiki tangga. Boleh
Tanyakan kepada orang tua apakah anak menggunakan pegangan di sepanjang
dapat menaiki tangga tangga atau dinding, tetapi tidak boleh
berpegangan pada seseorang

Nomor Urut 21
Item Menendang bola ke depan
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Letakkan bola sekitar 15 cm di depan anak. Anak menendang bola ke depan tanpa
Katakan agar anak menendangnya. Anda berpegangan (Tidak lulus jika bola
dapat melihat bagaimana anak digelindingkan atau didorong dengan
melakukannya kaki, dipukul atau disentuh)

Nomor Urut 22
Item Melompat
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak melompat atau mengangkat ke dua
kaki pada waktu yang bersamaan. Anak
Minta anak melompat dan lihat bagaimana
tidak harus menjejakkan kaki ditempat
ia melakukannya
yang sama. Anak tidak boleh berlari
sebelum melompat atau berpegangan

Nomor Urut 23
Item Melempar bola tangan ke atas
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
28 (perlu petunjuk nomor 28 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak melempar bola dengan lengannya
Beri anak bola dan berdiri 3 kaki (kira-kira ke arah anda, antara lutut dan kepala.
1 m) darinya. Suruh anak melempar bola ke Lemparan mengarah ke atas (tidak ke
arah anda dengan arah lemparan ke atas. samping atau ke bawah). Bola boleh
Lihatlah bagaimana ia melempar. Lakukan memantul sebelum ditangkap bila
tes 3 kali diarahkan antara lutut dan kepala sebelum
terlempar ke bawah (Tidak lulus jika

93
melempar bola langsung ke bawah atau
menjauhi anda)

Nomor Urut 24
Item Lompat jauh
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
29 (perlu petunjuk nomor 29 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Letakkan selembar kertas (folio) di lantai
dan berikan contoh kepada anak bagaimana Anak melompati kertas dengan ke dua
melompat melewati lembaran kertas. kaki bersama-sama tanpa menyentuh
Perintahkan anak untuk melakukan hal kertas
tersebut

Nomor Urut 25
Item Berdiri 1 kaki : 1 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Tunjukkan kepada anak bagaimana
menyeimbangkan diri untuk berdiri dengan
1 kaki tanpa berpegangan. Perintahkan anak
untuk melakukan hal tersebut selama ia
mampu. Lakukan tes 3 kali, kecuali ia dapat
Anak dapat berdiri selama 1 detik
menyeimbang-kan diri selama 6 detik atau
lebih. Catat waktu terlama dari 3 percobaan.
Kemudian perintahkan anak untuk
menyeimbangkan kaki lainnya dengan cara
yang sama

Nomor Urut 26
Item Berdiri 1 kaki : 2 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Merujuk pada item motorik kasar Nomor Anak dapat berdiri selama 2 detik. (Jika
25 lulus "Berdiri 1 kaki : 2 detik", anak

94
juga lulus "Berdiri 1 kaki : 1 detik")

Nomor Urut 27
Item Melompat dengan 1 kaki
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Anak berdiri tanpa berpegangan, lalu Anak melompat dengan 1 kaki sebanyak 2
perintahkan anak untuk melompat dengan 1 kali atau lebih dalam garis, boleh di
kaki. Anda dapat menunjukkan bagaimana tempat atau agak jauh dari lokasi yang
cara melakukannya. pertama, tanpa memegang sesuatu

Nomor Urut 28
Item Berdiri 1 kaki : 3 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 3 detik. (Jika
Merujuk pada item motorik kasar Nomor lulus "Berdiri 1 kaki : 3 detik", anak
25 juga lulus "Berdiri 1 kaki : 2 detik" dan
"Berdiri 1 kaki: 1 detik")

Nomor Urut 29
Item Berdiri 1 kaki : 4 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 4 detik. (Jika
lulus "Berdiri 1 kaki : 4 detik", anak
Merujuk pada item motorik kasar Nomor
juga lulus "Berdiri 1 kaki : 3 detik",
25
"Berdiri 1 kaki: 2 detik" dan "Berdiri 1
kaki : 1 detik)

95
Nomor Urut 30
Item Berdiri 1 kaki : 5 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 5 detik. (Jika
lulus "Berdiri 1 kaki : 5 detik", anak
juga lulus "Berdiri" 1 kaki 4
Merujuk pada item motorik kasarNomor 25
detik","Berdiri 1 kaki : 3 detik",
"Berdiri 1 kaki: 2 detik" dan "Berdiri 1
kaki : 1 detik")

Nomor Urut 31
Berjalan dengan merapatkan tumit ke jari
Item kaki
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
30 (perlu petunjuk nomor 30 halaman
Tanda angka belakang)
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS

Tunjukkan kepada anak cara berjalan di


garis yang lurus dengan menempelkan tumit
salah satu kaki di depan jari-jari kaki yang
Anak berjalan 4 langkah atau lebih pada
lain. Berjalanlah 8 langkah, lalu perintahkan
garis lurus dengan meletakkan tumit
anak untuk melakukan-nya. Anda dapat
tidask lebih dari 2,5 cm di depan jari kaki
membandingkan tes ini dengan berjalan
lainnya tanpa berpegangan
diatas tali yang tegang dan lurus, bila perlu
berikan contoh beberapa kali dan lakukan
tes ini sebanyak 3 kali

Nomor Urut 32
Item Berdiri 1 kaki : 6 detik
Tanda L Tidak ada (harus dites langsung)
Tanda angka Tidak ada
CARA PEMERIKSAAN SYARAT LULUS
Anak dapat berdiri selama 6 detik. (Jika
Merujuk pada item motorik kasar Nomor
lulus "Berdiri 1 kaki : 6 detik", anak
25
juga lulus "Berdiri 1 kaki : 5 detik",

96
"Berdiri" 1 kaki 4 detik", "Berdiri 1
kaki : 3 detik", "Berdiri 1 kaki: 2
detik" dan "Berdiri 1 kaki : 1 detik")

Klasifikasi hasil test DDST

1. Normal
 Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
 Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya
2. Suspek
 Bila didapatkan ≥ 2 caution dan/atau ≥ 1 keterlambatan
 Lakukan uji ulang 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat
seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan
3. Tidak dapat diuji
 Bila ada skor menolak pada uji ≥ 1 uji coba terletak disebelah kiri
garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis
usia pada umur daerah 75 – 90%
 Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu

97
การพัฒนาโดย DENVER-II
เอ็น

TES SKRINING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER-II


NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Tempat yang tenang/tidak bising, dan bersih
2 Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras
3 Siapkan Perlengkapan Test
4 Siapkan formulir DDST
5 Sapa orang tua/ pengasuh dan anak dengan ramah
Jelaskan tujuan dilakukan tes perkembangan, jelaskan bahwa
6 tes ini bukan untuk mengetahui IQ anak dan anak tidak diharapkan untuk
lulus semua pemberian item
7 Buat komunikasi yang baik dengan anak
8 Hitung usia anak dan menggambar garis usia
8.1 Catat nama anak, tanggal lahir, tanggal pemeriksaan
8.2 Menyesuaikan prematur
8.3 Menarik garis usia
9 Urutan Pengujian

9.1 Mulai dari sektor personal sosial, sektor motorik halus-adaptif, sektor
bahasa dan sektor motorik kasar
9.2 Tugas yang mudah harus lebih didahulukan,setiap upaya anak harus dipuji
9.3 Pemeriksaan yang menggunakan bahan yang sama dapat dilakukan secara
berurutan
9.4 Hanya bahan yang digunakan untuk pemeriksaan ditempatkan di atas meja
9.5 Test harus dimulai dengan item yang terletak disebelah kiri dari garis usia
anak, dilanjutkan ke item sebelah kanan garis usia
10 Jumlah item yang diuji
Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling
10.1 dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembangan yang
ditembus garis umur

Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu ujicoba pada langkah
10.1 (“gagal”; “menolak”; “tidak ada kesempatan”), lakukan ujicoba
10.2 tambahan ke sebelah kiri garis umur pada sektor yang sama sampai
anakdapat “lulus” 3 tugas perkembangan.

10.3 Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan pada langkah
10.1, lakukan tugas perkembangan tambahan ke sebelah kanan garis

98
umurpada sektor yang sama sampai anak ”gagal” pada 3 tugas
perkembangan.

11 Beri skor penilaian :P: Pass/ lulus, F: Fail/ gagal, No: No opportunity/
tidak ada kesempatan, R: Refusal/ menolak.

Interprestasi Penilaian Individual : Lebih (advanced), Normal, Caution/


12 peringatan, Delayed/keterlambatan, No Opportunity/ tidak ada
kesempatan.
13 Selama tes perkembangan, amati perilaku anak
14 Hasil akhir tes DDST : Normal, Suspek, Tidak dapat diuji

Keterangan :

0 = tidak melakukan

1 = dilakukan tetapi kurang sempurna

2 = dilakukan dengan sempurna

Cakupan Penguasaan Ketrampilan : Skor total ...../48 x 100% = %

Banda Aceh,……………..……………2023

Observer,

99
Kepustakaan
 Ikatan Dokter Anak Indonesia. Skrining Perkembangan Denver dalam
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, hal : 291-293

 Unit Kelompok Kerja (UKK) Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial, Ikatan Dokter


Anak Indonesia (IDAI). Buka Pelatihan Denver II, 2012

100
การเจริญเติบโตของเด็ก
การตรวจสอบ

2. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN ANAK

Dr. TM Thaib, M.Kes, Sp.A(K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUD Zainoel Abidin
อ้างอิง
Pemantauan pertumbuhan memerlukan alat, teknik, standar/referensi,
การตีความ
interpretasi dan waktu yang tepat. Tujuan pemantauan pertumbuhan adalah
แต่แรก เฝ้าสังเกต
ตรวจจับ
mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan, memantau status gizi dan
ผลกระทบ การแทรกแซง
meningkatkan gizi anak, menilai dampak kegiatan intervensi medis dan nutrisi,
serta deteksi dini penyakit yang mendasari gangguan pertumbuhan. Pertumbuhan
แนวโน้ม

seorang anak hanya dapat dinilai dengan melihat “trend”/ arah hasil ukuran
มานุษยวิทยา เส้นโค้ง
antropometri dalam kurve pertumbuhan.
Untuk memantau tumbuh kembang seorang anak diperlukan pengukuran
อนุกรม
antropometri yang dilakukan secara serial, sehingga bila terjadi pertumbuhan yang
เพียงพอ

tidak adekuat (menyimpang dari kurva pertumbuhannya) bisa dilakukan intervensi


ภาวะทุพโภชนาการ
dini untuk mencegah terjadinya malnutrisi.
Standar Antropometri Anak di Indonesia mengacu pada WHO Child
Growth Standardsuntuk anak usia 0-5 tahun dan WHO Reference 2007 untuk
anak 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Standar tersebut
memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat dicapai apabila memenuhi
วิจัย
syarat-syarat tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari negara
การเลี้ยงดู

manapun akan tumbuh sama bila gizi, kesehatan dan pola asuh yang benar
terpenuhi
Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan
status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan
hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar
Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks
การจำแนกประเภทของการประเมิน
ภาวะโภชนาการตามดัชนีสัดส่วน Antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth
ร่างกายสอดคล้องกับหมวดหมู่ของ
ภาวะโภชนาการในมาตรฐานการเจริญ
เติบโตของเด็กขององค์การอนามัยโลก
สำหรับเด็กอายุ 0-5 ปี และ WHO
Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan WHO Reference 2007 untuk anak 5-18
Reference 2007 สำหรับเด็กอายุ
5-18 ปี
tahun.
Umur yang digunakan pada standar ini merupakan umur yang dihitung
dalam bulan penuh, sebagai contoh bila umur anak 2 bulan 29 hari maka
dihitung sebagai umur 2 bulan. Indeks Panjang Badan (PB) digunakan pada anak

101
umur 0-24 bulan yang diukur dengan posisi terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan
diukur dengan posisi berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan
menambahkan 0,7 cm. Sementara untuk indeks Tinggi Badan (TB) digunakan
pada anak umur di atas 24 bulan yang diukur dengan posisi berdiri. Bila anak
umur di atas 24 bulan diukur dengan posisi terlentang, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.

Indeks Standar Antropometri Anak


Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan
panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:
1. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan
umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan
kurang (underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk.
Penting diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan
mengalami masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks
BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi.
2. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur
(PB/U atau TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi
badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak
yang pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted), yang disebabkan
oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit.
Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga dapat diidentifikasi.
Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal (tinggi sekali) biasanya
disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini jarang terjadi di Indonesia.
3. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau
BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak sesuai
terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan
untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted)

102
serta anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight).
Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan
gizi yang baru saja terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).
4. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang,
gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik
BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks
IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak
dengan ambang batas IMT/U > +1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu
ditangani lebihdengan
Interpretasi lanjut untuk mencegahindeks
menggunakan terjadinya
IMT/Ugiziuntuk
lebihidentifikasi
dan obesitas.
masalah gizi
lebih, kategori berisiko gizi lebih (possible risk of overweight) digunakan dalam
penilaian tingkat individu. Kategori tersebut tidak termasuk dalam klasifikasi
untuk hasil survei dan cakupan program.
Alat-alat
 Perlengkapan pengukuran dasar seperti timbangan yang sudah ditera,
papan pengukur panjang /tinggi badan, pita pengukur lingkar kepala

 Grafik standar pertumbuhan anak WHO Child Growth Standards(umur 0-


5 tahun)dan Kurva Referens Pertumbuhan WHO(umur 5-19 tahun)

Berat badan Panjang/TB Berat badan terhadap IMT Lingkar kepala


No.
terhadap umur terhadap umur Panjang/TB terhadap umur Terhadap umur
1 0 – 6 bulan 0 – 6 bulan 0 – 2 tahun 0 – 2 tahun 0 – 13 minggu
2 0 – 2 tahun 0 – 2 tahun 2 - 5 tahun 2 - 5 tahun 0 – 2 tahun
3 6 bulan - 2 tahun 6 bulan -2 tahun 0 - 5 tahun 0 – 5 tahun
4 2 - 5 tahun 2 - 5 tahun 5 - 19 tahun
5 0 – 5 tahun 0 – 5 tahun
6 5 – 10 tahun 5 - 19 tahun

Sumber : http://www.who.int/childgrowth/standards/en/danhttp://www.who.int/growthref/en/

 Untuk pengukuran lingkar kepala, kurva lingkar kepala Nellhaus masih


dianjurkan mengingat cakupan usia yang lebih luas namun kurva WHO
juga dapat digunakan untuk menilai lingkar kepala anak usia 0-5 tahun.

103
 Grafik BMI, dapat dipakai untuk menilai BMI anak terhadap umur,
dengan mencari panjang/tinggi anak (dalam meter) terhadap berat (dalam
kg), kemudian lakukan plotting berdasarkan umur dan jenis kelamin

Langkah-langkah penilaian pertumbuhan

Penilaian pertumbuhan meliputi beberapa langkah :


1. Penghitungan umur, secara akurat, termasuk koreksi untuk prematur sampai
usia 2 tahun

2. Pengukuran, berat badan (BB), panjang badan/tinggi badan (PB/TB) dan


lingkar kepala (LK) secara benar
3. Ploting, secara tepat hasil pengukuran pada kurve pertumbuhan yang sesuai
(laki/ perempuan, Usia: 0-6 bulan, 6-2 tahun, 2-5 tahun)
4. Interpretasi hasil secara benar: penting pengukuran secara serial
5. Konseling hasil penilaian pertumbuhan
1. Penentuan umur
 Penentuan umur yang tepat diperlukan untuk menentukan indikator
pertumbuhan yang pasti.

 Jika anak berumur lebih dari satu tahun, dinyatakan dalam bulan dan tahun.

104
 Pada anak yang lahir kurang bulan/prematur, umur dihitung berdasarkan
usia koreksi. Setelah mencapai umur 2 tahun, tidak diperlukan koreksi lagi.

 Prinsip perhitungan umur

 Penentuan umur didapat dengan cara mengurangi tanggal pemeriksaan


dengan tanggal lahir

 Untuk anak lahir prematur harus menggunakan Usia Koreksi, dengan


syarat : Lama prematuritas > 2 minggu (dihitung dari usia gestasi 40
minggu)

Usia (koreksi) = Usia (kronologis) – Lamanya prematur


 Dengan syarat : 1 tahun=12 bulan; 1 bulan= 30 hari; 1 bulan= 4
minggu; 1 minggu: 7 hari

 Pembulatan usia

o Sampai umur 3 bulan


gunakan minggu yang telah lewat, misalnya 12 minggu 4 hari di
plot di usia 12 minggu

o Setelah 3 bulan gunakan


bulan yang telah lewat; misalnya 5 bulan 3 minggu, diplot di usia
5 bulan

 Contoh koreksi perhitungan umur

o Bayi A, lahir dengan masa gestasi 32 minggu, datang keklinik pada


umur 5 bulan.

o Umur koreksi= umur kronologis–prematuritas

o Umur koreksi= 5 bulan–(40 –32 mgg) = 5 bulan–8 minggu = 3 bulan

 Untuk anak yang lahir prematur dan berumur kurang dari 2 tahun, maka
harus dilakukan koreksi. (1 thn = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu =
7 hari)

105
o Bayi B, tanggal Lahir : 4 Februari 2009, masa gestasi 34 minggu
(prematur 6 minggu), tanggal pemeriksaan : 11 Maret 2010, berapa
umur anak setelah dikoreksi ?

Tgl pemeriksaan 2010 03 11


Tgl lahir 2009 02 04 -
Umur Anak 1 01 07
Prematur 6 minggu 01 14 -
Umur setelah koreksi 11 bulan 23 hari

2.1. Pengukuran berat badan


 Menggunakan Timbangan Bayi
 Timbangan bayi digunakan menimbang anak sampai umur 2 tahun atau
selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
 Letakkan timbangan pada meja /permukaan yang datar, keras dan tidak
goyang.
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti
 Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan dengan berdiri pada posisi tegak lurus dengan jarum.
 Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
(catat pada status bahwa penimbangan dilakukan dalam keadaan bayi
bergerak terus/rewel).

106
 Mengunakan Timbangan Injak
 Letakan timbangan dilantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.
 Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
 Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, tidak memegang atau
mengantongi sesuatu.
 Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti
 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan
 Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

2.2. Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) :


Cara Mengukur Dengan Posisi Berbaring
 Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
 Bayi dibaringkan telentang dengan pada alas yang datar
 Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
 Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)
 Petugas 2 : tangan kiri memegang lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki

107
 Petugas 2 membaca angka di tepi,di luar pengukur.

 Cara Mengukur Dengan Posisi Berdiri :


 Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
 Berdiri tegak menghadap kedepan, tumit menempel pada
dinding/pengukur.
 Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
 Baca angka pada batas tersebut

2.3.Pengukuran lingkar kepala


Pengukuran lingkar kepala dilakukan pada semua bayi dan anak secara rutin untuk
mengetahui adanya mikrosefali, makrosefali, atau normal sesuai dengan umur dan
jenis kelamin. Alat yang dipakai adalah pita pengukur fleksibel, terbuat dari bahan
yang tidak elastik (pita plastik atau metal yang fleksibel). Sebaiknya ada yang

108
membantu memegang kepala bayi/anak selama pemeriksaan agar posisi kepala
anak tetap. Cara mengukur:
 Pita pengukur ditempatkan melingkar di kepala pasien melalui bagian
yang paling menonjol (protuberantia occipitalis) dan dahi (glabella),
pita pengukur harus kencang mengikat kepala.

 Membaca angka pertemuan dengan angka 0

 Mencatat hasil pengukuran pada grafik lingkar kepala menurut umur


dan jenis kelamin anak

 Mengintrepetasikan hasil pengukuran lingkar kepala (Kurva


Nellhaus/WHO) anak/ bayi

Interpretasi
Pemeriksaan lingkar kepala secara serial dapat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan otak: normal, terlalu cepat (keluar dari jalur pertumbuhan normal)
seperti pada hidrosefalus , terlambat atau tidak tumbuh yang dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit. Jika lingkar kepala lebih besar dari 2 SD di atas angka
rata-rata untuk umur dan jenis kelamin/ras (> + 2 SD) disebut makrosefali. Bila
lingkar kepala lebih kecil dari 2 SD di bawah angka rata-rata untuk umur dan jenis
kelamin/ras (< - 2 SD) disebut mikrosefali.

3. Plotting dengan menggunakan grafik pertumbuhan WHO

 Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak


di atas 2 tahun), berat badan.

109
 Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva.
Garis horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
umur dan panjang / tinggi badan.

 Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis
vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat
badan, umur, dan IMT.

 Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal
hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan
gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan

110
111
112
4. Interpretasi Kurva Pertumbuhan WHO
 Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau
rata-rata

 Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO
garis ini diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu
yang berada jauh dari garis median menggambarkan masalah
pertumbuhan.

 Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan < -2 SD
 Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan >+ 2 SD

 Interpretasi Indikator-indikator pertumbuhan

5. Konseling hasil penilaian pertumbuhan

113
114
Keterangan:
1
Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan, perlu
dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U
2
Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah kecuali
kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan.
3
Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi kurang, kriteria diagnosis gizi
buruk dan gizi kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk menggunakan Indeks Berat
Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB).

115
CEK LIST PERTUMBUHAN ANAK DENGAN ANTROPOMETRI
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Mempersiapkan pasien (bayi/anak) yang akan diperiksa
2 Memberikan penjelasan kepada orangtua pasien tentang tujuan pemeriksaan
3 Menanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung mundur umur bayi/anak
PENGUKURAN BERAT BADAN (BB)
4 Menggunakan timbangan bayi
a. Meletakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergerak
b. Melihat posisi jarum atau angka pada posisi angka nol
c. Membuka pakaian bayi, topi, kaus kaki, sarung tangan
d. Membaringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan
e. Melihat jarum timbangan hingga berhenti dengan posisi tegak lurus jarum jam
f. Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah
g. antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
h. Lakukan interpretasi (kurva WHO) dan intervensi hasil pengukuran
5 Menggunakan timbangan injak
a. Meletakkan timbangan dilantai datar dan keras, sehingga tidak mudah bergerak
b. Melihat posisi jarum atau angka pada posisi angka nol
Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi,
c. jam tangan, kalung dan tidak memegang atau mengntongi sesuatu
d. Mempersilahkan anak berdiri diatas timbangan tanpa dipegang
e. Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
f. Melihat jarum timbangan hingga berhenti dengan posisi tegak lurus jarum jam
Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah
g. antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
h. Lakukan interpretasi (kurva WHO) dan intervensi hasil pengukuran
PENGUKURAN PANJANG BADAN ATAU TINGGI BADAN
6 Cara mengukur dengan posisi berbaring (sebaiknya dilakukan oleh 2 orang)
a. Membaringkan bayi secara terlentang pada alas yang datar
b. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
Petugas 1 : memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka 0 (pembatas
c. angka 0)
Petugas 2 : menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak
d. kaki
e. Membaca angka di tepi luar pengukur
f. Lakukan interpretasi (kurva WHO) dan intervensi hasil pengukuran
7 PENGUKURAN LINGKAR KEPALA ANAK (LKA)
Melingkarkan alat pengukur pada kepala anak/bayi melewati dahi, menutup alis mata,
a. diatas ke dua telinga, dan bagian kepala yang menonjol, kemudian menarik agak kencang
b. Membaca angka pertemuan dengan angka 0
Mencatat hasil pengukuran pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin
c.
anak
Mengintrepetasikan hasil pengukuran lingkar kepala (Kurva Nellhaus atau WHO) anak/
d. bayi

116
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
3 = dilakukan dengan sempurna
% cakupan penguasaan keterampilan : Skor Total/8 x 100 % =

Banda Aceh,2023
Nama Observer

(_____________________)

117
Kepustakaan
 Hendarto A, Damayanti, RS. Antropometri Anak dan Remaja. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan
Penyakit Metabolik. Damayanti RS, Endang DL, Maria M, Nasar SS (penyunting). Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2011

 Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pemantauan Pertumbuhan dalam Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia, hal : 205-220

 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 2 tahun


2020 tentang Standard Antropometri Anak
 Pemantauan Tumbuh Kembang Anak. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia No.:
002/Rek/PP IDAI/I/2014
 Pemantauan ukuran lingkar kepala dan ubun-ubun besar. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia No.: 003/Rek/PP IDAI/I/2014
 World Health Organization. WHO Child Growth Standards: Length/Height-for-Age, Weight-
for-Age, Weight-for-Length, Weight-for-Height and Body Mass Index-for-Age: Methods and
Development. Geneva: World Health Organization; 2006 diunduh dari :
http://www.nacer.udea.edu.co/pdf/curvas/dwhochildgrowthstandards.pdf. tanggal 18 Mei 2016

 World Health Organization. Training Course on Child Growth Assessment. Version 1 –


November 2006. Geneva: WHO; 2006

118
V. PEMBACAAN FOTO POLOS ABDOMEN
Dr.dr. Iskandar Zakaria, SpRad (K)
dr. Teuku Muhammad Yus, SpRad
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA

BENANG MERAH KLINIS

Tn. M, 58 Tahun, beperawakan kurus, datang ke IGD RSUDZA tengah malam


dengan keluhan nyeri perut hebat sejak 3 jam sebelum masuk ke RS. Pasien
mengaku tidak ada diare, tidak ada gangguan BAK, tidak ada demam. Dokter
IGD melakukan pemeriksaan fisik dan mencurigasi ileus obstruktif. Kemudian
Dokter tersebut meminta pemeriksaan Foto x-ray Abdomen.Setelah dilakukan foto,
Dokter Radiologi mengeluarkan ekspertise dengan kesimpulan ileus obstruktif
tanpa tanda-tanda pneumoperitoneum. Dokter IGD segera mengkonsulkan pasien
tersebut ke Dokter Bedah.
1. Apa kira-kira gambaran foto abdomen pasien tersebut?
2. Apa kira-kira rencana tindakan pengobatan Pasien tersebut?

Tujuan Belajar
Mahasiswa mampu menganalisa hasil foto plain foto BNO dengan baik dan benar.

Pendahuluan
Radiologi yang khusus mempelajari traktus urinarius dengan berbagai teknik
การถ่ายภาพ
imaging baik menggunakan sinar x, frekuensi radio dalam medan magnet,
radioisotop, gelombang suara maupun gelombang elektromagnetik lainnya dalam
แสดงภาพ
usaha menampilkan citra atau image dari tractus urinarius tersebut.
Masing-masing teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam
pencitraan atau pembangkitan image (gambar) dari saluran kemih.
Modalitas radiologi untuk traktus urinarius antara lain adalah :

1. Foto Polos Abdomen


2. Intravenus Pyelography (IVP) 1. รูปถ่ายหน้าท้องธรรมดา
2. การตรวจด้วยวิธีทางหลอดเลือดดำ (IVP)
3. Antegrade Pyelography (APG)
3. Antegrade Pyelography (APG) 4. ถอยหลังเข้าคลอง Pyelography (RPG)
5. การตรวจปัสสาวะ
4. Retrogade Pyelography (RPG) 6. การตรวจทางพยาธิวิทยา
7. การสำรวจถ้ำ

5. Urethography 8. การตรวจอัลตราซาวนด์ (USG)


9. การสแกนเอกซ์เรย์คอมพิวเตอร์ (CT Scan)

6. Cystography 10.การถ่ายภาพด้วยคลื่นสนามแม่เหล็ก (MRI)


11. เวชศาสตร์นิวเคลียร์ (เรโนแกรม)
12. หลอดเลือด
7. Caversonography
8. Ultrasonography (USG)
9. Computed Tomography Scanning (CT Scan)
10. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
11. Kedokteran Nuklir (Renogram)
12. Angiography.

119
1. FOTO POLOS ABDOMEN
Foto abdomen yang dibuat tanpa pemberian bahan kontras. Nama lain dari foto
ini adalah : ภาพถ่ายหน้าท้องที่ถ่ายโดยไม่ใช้วัสดุคอนทราสต์ ชื่ออื่นสำหรับภาพนี้คือ:

1. BNO (Buik Nier Overzicht)


2. BOF ( Buik Overzicht Film)
3. KUB ( Kidney Ureter Bladder)
4. Foto Iktisar Rongga Perut
5. Plain Photo Abdomen.
Foto akan memberikan hasil yang optimal apabila penderita dipersiapkan
terlebih dahulu supaya foto bersih, bebas dari fecal material dan udara yang
banyak didalam usus yang akan menggangu interpretasi hasil. Pada keadaan
tertentu, foto dibuat tanpa persiapan dari penderita dengan konskwensi beberapa
kelainan mungkin tidak terlihat pada film.

Persiapan Penderita
 Prinsipnya adalah usus harus bersih, bebas dari fecal mass dan udara yang
banyak.
 Dua hari sebelum pemeriksaan, penderita makan bubur kecap.
 Satu malam sebelum foto, diberikan Laxatian (obat pencahar) seperti: garam
inggris atau magnesium Sulphat (MgSo4) 25-30 gram; tablet Dulcolax 2-4
tablet atau dapat pula Castor olie 30cc. ให้ Laxatian (ยาระบาย) เช่น: เกลืออังกฤษหรือแมกนีเซียม sulphat (MgSO4) 25-30 กรัม;
Dulcolax 2-4 เม็ดหรือสามารถ Castor Olie 30cc

 Setelah minum Laxan (kurang lebih pada jam 21.00), maka penderita sudah
tidak boleh makan apa-apa lagi dan hanya boleh minum sedikit saja sampai
selesai pemeriksaan besok pagi.
 Pagi hari sebelum dilakukan pemeriksaan, dapat pula dilakukan
Clysma/lavement jika masih ada keraguaan terhadap kebersihan usus
 Cegah aerophagi dengan cara penderita diminta tidak banyak bicara/ketawa
dan tidak boleh merokok.
 Kemudian dibuat foto polos abdomen, proyeksi AP, hasilnya diinterpretasi.

Gambar 1. Proses pembuatan foto polos abdomen

120
Evaluasi Foto Polos Abdomen
- Identitas penderita: nama, umur, jenis kelamin dan tanggal pemeriksaan harus
ada.
- Data teknis : marker R atau L harus ada, seluruh lapangan abdomen tampak
pada film (batas bawah film: harus tampak petrmukaan atas simphisis pubis,
batas atas film: harus tampak permukaan atas ginjal,batas lateral film:
bayangan abdomen tidak terpotong).
- Tidak ada rotasi: Columna vertebralis harus ditengah film dengan pressus
spinosus ditengah vertebra, Pelvis dan iliac wing kanan/kiri tampak simetris.
- Evaluasi bagian-bagian foto:
- Gambaran udara usus
a. Jumlahnya: tidak meningkat. Pada abdomen yang normal, maka bayangan
udara hanya terlihat pada fudus ventriculi (gaster), bulbus duodeni dan colon.
Pada usus halus tidak boleh ada bayangan udara, kecuali pada anak-anak
(sebab selalu menelan udara), orang tua lanjut usia (>60 tahun), tetapi juga
tidak boleh berlebihan. Bila telihat banyak bayangan udara didalam colon
atau usus halus, tetapi belum tampak gambaran air fluid level (tanda-tanda
ileus), hanya berupa suatu distended abdomen, maka keadaan ini disebut
meteorismus atau sub-ileus.
b. Distribusinya: sesuai dengan topografi/letak bagian bagian usus/kolon.
Bayangan udara kolon tampak seperti bingkai foto (Frame like appearance)
segi empat sesuai letak anatomi colon, sedangkan bayangan udara usus halus
terdistribusi di bagian tengah abdomen.
- Hepar dan Lien
Membesar atau tidak
- Garis Psoas ( psoas line atau psoas shadow).
Harus jelas dan simetris, mulai dari setinggi V T. 12 dan berakhir pada
crista iliaca, jika bayangan psoas menghilang, petanda ada suatu proses
pada abdomen.
- Ginjal
a. Countournya : rata
b. Ukurannya : kurang lebih 3-3 ½ vetebra, kanan
relatif lebih kecil dari kiri
c. Letaknya : kanan lebih rendah dari kiri
d. Aksisnya : sejajar dengan psoas shadow
- Daerah vesica urinaria/ simphisis.
Bayangan urine didalam vesica urinaria tampak lebih radio-opak dan jika
urine sangat penuh akan memberikan gambaran ground glass appearance
(seperti kaca tembus pandang tapi tidak jelas).
- Bayangan kalsifikasi atau batu
Jika ada bayangan kalsifikasi/batu, sebutkan jumlahnya, bentuknya,
ukurannya dan lokasinya.
Ada 3 tempat yang sering tersangkut batu ureter:
a. UPJ (uretero-pelvic junction)
b. Persilangan ureter dengan vasa iliaca
c. UVJ (uretero-vesical junction)
- Pre- peritoneal fat line

121
Harus terlihat, berupa gasis radioluscent pada dinding abdomen lateral
kanan dan kiri yang makin kebawah makin menebal.
- Vertebrae.
a. Corpus vetebra : bentuknya, ada tidak osteofite, ostelitic atau
osteoblastic proses.
b. Pedicle : harus tampak, bila menghilang: tanda metastasis
tumor ganas ketulang belakang.
c. Diskus intervertebralis: harus sama jaraknya.
- Diafragma (jika terlihat)
Diafragma kanan letaknya lebih tinggi dari diafragma kiri.

Gambar 2. Foto Polos Abdomen

Bahan Bacaan/ Video


1. Clarke, C. and Dux, A., 2015. Abdominal X-rays for Medical Students. John
Wiley & Sons.
2. Ristaniah D. Soetikno. Radiologi Emergensi/ Ristaniah D. Soetikno. Jawa barat;:
refika aditama;, 2011
3. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. FK UI, 2005.
4. Herring William. 2020. Learning Radiology : Recognizing the Basics (version
4th edition). 4th ed. Philadephia PA: Elsevier.
5. https://www.youtube.com/watch?v=XyDczLKbT8w

122
CHECKLIST : PEMBACAAN FOTO POLOS ABDOMEN

Skor
Aspek yang Dinilai
No 0 1 2
1. Persiapan penderita
2. Evaluasi teknis
a. Data teknis : Identitas pasien, marker R atau L harus
ada, seluruh lapangan abdomen tampak pada filem
(batas bawah filem: harus tampak permukaan atas
symphysis pubis, batas atas filem: harus tampak
permukaan atas ginjal, batas lateral filem: bayangan
abdomen tidak terpotong)
b. Tidak ada rotasi : Columna vertebralis harus ditengah
filem dengan processus spinosus di tengah vertebra,
pelvis dan iliac wing kanan/kiri tampat simetris
3. Evaluasi bagian-bagian foto:
a. Gambaran udara usus : jumlah, distribusi, fecal
material, tidak ada udara diluar kontur usus
b. Hepar dan Lien : membesar atau tidak
c. Garis Psoas (psoas line atau psoas shadow) : harus
jelas dan simetris, mulai dari setinggi V T.12 dan
berakhir pada os ilium, jika bayangan psoas
menghilang, pertanda ada suatu proses abnormal
d. Ginjal kanan kiri : kontur, ukuran, letak, aksis
e. Daerah vesica urinaria/symphysis
f. Bayangan kalsifikasi atau batu, jika ada: jumlah,
bentuk, ukuran, lokasi (terutama di traktus urinarius)
g. Pre-peritoneal fat line : terlihat garis radioluscent
dinding abdomen lateral kiri-kanan, makin ke bawah
makin tebal
h. Vertebrae : corpus vertebra, pedicle, discus
intervertebralis
i. Diafragma (jika terlihat) : bentuk, letak
4. Menyimpulkan hasil pembacaan foto

Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan: Skor total ......../28 x 100% = %

Banda Aceh,……….2023
Observer

123
VI. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN
STATUS MENTAL
dr. Subhan Rio Pamungkas, SpKJ
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUDZA

Tujuan belajar:
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan status mental secara
sistematis dan benar.

Prior Knowledge:
Sebelum mempelajari keterampilan ini mahasiswa harus menguasai :
- Ketrampilan komunikasi interpersonal

Pendahuluan
Pemeriksaan psikiatri yang lengkap memiliki kekhususan yaitu lebih diarahkan
pada manifestasi fungsi mental, emosional dan perilaku. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menyusun laporan tentang keadaan psikologis dan psikopatologis
pasien.

Pemeriksaan psikiatri yang lengkap meliputi :


- Pemeriksaan tidak langsung (indirect examination)
 Auto anamnesis, yaitu keluhan tentang gangguan sekarang dan
laporan pasien mengenai perkembangan keluhannya serta riwayat
kehidupan pasien
 Allo anamnesis, keterangan mengenai pasien yang diperoleh dari
pihak keluarga atau orang-orang lain yang mengenalnya.
- Pemeriksaan langsung (direct examination)
 Pemeriksaan fisik, terutama status internus dan neurogi
 Pemeriksaan status mental
- Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan yang dilakukan apabila ada alasan khusus, seperti uji psikologik,
elektro ensefalografik, foto rontgen, CT Scan, pemeriksaan zat kimia tubuh
dan lain-lain.

I. Anamnesis
Pemeriksa memulai anamnesis dengan perkenalan singkat lalu dilanjutkan dengan
keluhan utama, hal mengenai penyakit saat ini, riwayat lampau dan riwayat
keluarga. Garis besar riwayat psikiatri yang perlu didapat :
- Data Pribadi
Perlu dikumpulkan data demografi pasien berupa nama, alamat, umur, jenis
kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, bahasa, suku bangsa,
agama dan data lain yang berhubungan dengan kehidupan pasien saat ini.

- Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa alasan utama pasien datang berobat dapat digunakan
pertanyaan pembuka, contoh : bagaimana saya bisa menolong bapak/ibu?,
gangguan kesehatan apa yang ibu alami?. Umumnya pertanyaan seperti ini

124
akan membuat pasien berbicara bebas yang lebih bermakna dibandingkan
apabila diberikan prosedur tanya jawab formal. Ada pula pasien yang tidak
dapat menyampaikan keluhannya namun keluhan bisa datang juga dari pihak
keluarga, kerabat, sahabat atau kerabat lainnya yang khawatir tentang perilaku
pasien. Bila pasien tidak berbicara, perlu dideskripsikan keadaaan yang
dijumpai saat wawancara pasien.

- Riwayat Gangguan Sekarang


Perlu ditanyakan keterangan mengenai sifat dan situasi pada awal timbulnya
penyakit. Keterangan perihal penyakit sekarang hendaknya dapat memberikan
gambaran tentang awal dan perkembangan penyakit, riwayat keluhannya
sekarang secara kronologis dan menyeluruh, awitan dan faktor presipitasi.
Perlu juga ditanyakan tentang dampaknya terhadap hubungan pribadi dan
kemampuan untuk berkerja. Setelah menanyakan keluhan sekarang perlu
ditanyakan pertanyaan lanjutan tentang gejala lain untuk membantu
menegakan diagnosis.

- Riwayat Penyakit Sebelumnya


Perlu diketahui tanggal penyakit, diagnosis, penanganan dan perawatan di
rumah sakit, meliputi :
 Psikiatri
 Medis
 Penggunaan zat

- Riwayat Hidup
 Prenatal dan perinatal
 Masa kanak awal (sampai 3 tahun)
 Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
 Masa remaja
 Masa dewasa
o Riwayat pekerjaan
o Riwayat perkawinan/ berpasangan
o Riwayat pendidikan
o Riwayat militer (kalau ada)
o Riwayat agama/ kehidupan agama
o Aktivitas sosial dan situasi kehidupan sekarang
o Riwayat pelanggaran hokum
o Riwayat psikoseksual
o Riwayat keluarga
o Impian, fantasi dan nilai-nilai

II. Pemeriksaan Status Mental


Pemeriksaan status mental merupakan observasi dan laporan dari kondisi kognitif,
emosional dan perilaku pasien saat ini. Status mental pasien dapat berubah dari
hari kehari bahkan dari jam ke jam. Secara garis besar gambaran status mental
adalah :

125
- Penampilan
Merupakan gambaran tampilan dan kesan keseluruhan terhadap pasien yang
direfleksikan dari postur, sikap, cara berpakaian dan berdandan. Juga perlu
dicatat bila ada tato, tindikan, bekas tusukan atau sayatan (khususnya pada
bagian lengan bawah) yang tidak biasa. Terminologi yang sering digunakan
untuk menggambarkan penampilan pasien seperti tampak sehat, tampak
tenang, tampak lebih tua, tidak rapi, kekanak-kanakan atau bizarre.

- Perilaku dan aktivitas psikomotor


Pengamatan ditunjukan terhadap aspek kualitas dan kuantitas aktivitas
psikomotor, seperti adanya mannerism, tics, gerak-gerik, kejang, perilaku
stereotipik, hiperaktivitas, agitasi, rigiditas, cara berjalan dan kegelisahan.
Perlu diperhatikan juga perlambatan pskomotor dan perlambatan pergerakan
tubuh secara umum atau aktivitas tanpa tujuan.

- Sikap terhadap pemeriksa


Sikap terhadap pemeriksa dapat digambarkan berupa kooperatif, bersahabat,
pernuh perhatian, merayu, defensive, merendahkan, bingung, berbelit-belit,
hostil, bercanda atau berhati-hati.

- Mood
Mood adalah perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang
mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Pemeriksa dapat menilai
suasana perasaan pasien dari pernyataan yang disampaikan pasien atau bila
perlu dapat pemeriksa yang menanyakan kepada pasien tentang suasana
perasaannya. Mood dapat digambarkan dengan mood depresi, iritabel, cemas,
marah, ekspansif, euphoria, kosong, ketakutan, labil dan lainnya.

- Afek
Afek adalah respon emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi
wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuh pasien (bahasa tubuh).
Penilaian afek dapat berupa afek normal, terbatas, tumpul atau mendatar.

- Keserasian afek
Pemeriksa mempertimbangkan keserasian respons pasien terhadap topik yang
sedang didiskusikan dalam wawancara.

- Pembicaraan
Deskripsi yang disampaikan dapat seperti berbicara spontan atau tidak,
kecepatan bicara, adanya hendaya bicara, volume bicara (keras, biasanya atau
kecil/ berbisik-bisik) dan seterusnya. Hal ini dilaporkan berdasarkan hasil
observasi selama wawancara dengan pasien.

- Persepsi
Gangguan persepsi antara lain seperti halusinasi, ilusi, derealisasi dan
depersonalisasi. Halusinasi adalah kesalahan persepsi tanpa stimulus eksternal
yang dipercayai benar dan berasal dari luar, sedang ilusi kesalahan persepsi
terhadap stimulus eksternal. Halusinasi dapat terjadi pada seluruh indra,

126
meskipun halusinasi auditorik dan visual lebih sering terjadi. Dapat juga
dijumpai halusinasi yang tidak bermakna yaitu halusinasi hipnagogik
(halusinasi yang muncul pada saat mulai tidur) dan halusinasi hipnopompik
(halusinasi yang muncul pada saat bangun tidur).

- Pikiran
Pikiran dapat dibagi menjadi proses dan isi pikir. Proses pikir merupakan cara
seseorang menyatukan semua ide-ide dan asosiasi-asosiasi yang membentuk
pikiran. Proses pikir yang digambarkan dapat berupa koheren, tidak logik/
komprehensif, flight of idea, blocking, neologisme dan lainnya. Gangguan isi
pikir yang utama yaitu waham/ delusi (keyakinan yang salah dan menetap dan
tidak terkait latar belakang budaya).

- Sensorium dan kognisi


 Kesadaran
 Orientasi dan daya ingat
 Konsentrasi dan perhatian
 Kemampuan membaca dan menulis
 Kemampuan visuospasial
 Pikiran abstrak
 Intelegensi dan kemampuan informasi
 Bakat kreatif
 Kemampuan menolong diri sendiri

- Pengendalian impuls
Dinilai kemampuan pasien untuk mengontrol impuls seksual, agresif dan
impls lainnya. Pengendalian impuls dilakukan pula untuk menilai apakah
pasien berpotensi membahayakan diri dan orang lain.

- Daya nilai
Pada wawancara psikiatri berlangsung perlu diperhatikan kemampuan daya
nilai sosial pasien. Apakah pasien memahami akibat dari perbuatan yang
dilakukannya dan apakah pemahamannya ini mempengaruhi dirinya.

- Tilikan
Menilai pemahaman pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Derajat tilikan
terdiri atas :
1. Penyangkalan penuh terhadap penyakit
2. Mempunyai sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga
sekaligus menyangkalnya pada waktu yang bersamaan.
3. Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar atau
faktor organik.
4. Pemahaman bahwa dirinya sakit, tetapi tidak mengetahui
penyebabnya.
5. Tilikan intelektual : mengakui bahwa dirinya sakit dan tahu bahwa
penyebabnya adalah perasaan irasional atau gangguan-gangguan yang
dialaminya, tetapi tidak memakai pengetahuan tersebut untuk
pengalaman di masa datang.

127
6. Tilikan emosional : pemahaman emosional terhadap motif dan
perasaan-perasaan pada diri pasien dan orang-orang penting dalam
kehidupan pasien, yang dapat membawa perubahan mendasar pada
perilaku pasien.

- Taraf dapat dipercaya


Pemeriksaan psikiatri juga memperhatikan kesan pemeriksa terhadap
kemampuan pasien untuk dapat dipercaya dan bagaimana ia menyampaikan
peristiwa dan situasi yang terjadi secara akurat. Pemeriksa dapat menilai
kejujuran dan keadaan yang sebenarnya dari yang dikatakan pasien.

128
REFERENSI

1. Redayani P, Mangindaan L. Wawancara dan Pemeriksaan Psikiatrik. dalam


Elvira SD, Hadisukanto G. Editor. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2010. hal:45-59.
2. Katona C, Cooper C, Robertson M. At a Glance Psikiatri. Noviyanti C,
Hartiansyah V. Alih bahasa. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2008. hal:8-11.
3. Onate J, Xiong GL, McCarron R. The Primary Care Psychiatric Interview. In
McCarron R, Xiong GL, Bourgeois JA. Editors. Lippincott’s Primary Care
Psychiatry. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2009. hal:1-16.

129
CHECKLIST :ANAMNESIS DAN PEMERIKSAANSTATUS MENTAL

Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
I Membina Hubungan Baik
1. Menyapa dan mengucapkan salam
2. Berdiri dan memperkenalkan diri
3. Mengklarifikasi tujuan pasien datang berobat
(langsung pada pasien atau keluarga)
4. Duduk berhadapan dengan pasien, perhatikan
keamanan, kemungkinan adanya ancaman tindak
kekerasan
II Anamnesis Psikiatri
1. Data umum pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat keluarga
6. Riwayat pribadi
a. Prenatal dan perinatal
b. Awal masa kanak-kanak
c. Masa kanak-kanak pertengahan
d. Terlambat masa kanak-kanak
e. Dewasa (riwayat pekerjaan, perkawinan
dan riwayat hubungan, riwayat militer,
riwayat sekolah, agama, aktifitas sosial,
situasi tempat tinggal, riwayat legal)
f. Riwayat sexual
g. Mimpi dan Fantasi
h. Nilai-nilai
III Pemeriksaan Internus
IV 1. Status present
2. Status Internus
V Status Psikiatri Khusus
1. Penampakan Umum
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
3. Sikap terhadap pemeriksa
4. Mood
5. Afek
6. Keserasian afek
7. Persepsi
8. Proses Fikir
9. Isi Pikir
10. Ingatan
11. Orientasi
12. Intelektual

130
13. Daya Tilikan ( Insight )
14. Pendapat ( Judgment )
15. Pikiran abstrak
16. Ide kreatif

VI Resume disesuaikan dengan kriteria diagnostik


yang ada dalam PPDGJ
VII Dilakukan Differensial Diagnosis kemudian baru
tegakkan diagnosis
VIII Penatalaksanaan
1. Terapi biologis
2. Terapi psikologis
3. Terapi social
IX Prognosis

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tetapi kurang sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
3
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total/82x100% =… %

Banda Aceh, ……2023

Instruktur

131
VII. PEMERIKSAAN MENINGEAL SIGN DAN LOWBACK
PAIN

Dr.dr. Dessy R Emril, Sp.S (K)


Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUDZA

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu melakukan Meningeal Sign
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan Meningeal Sign
3. Mahasiswa mampu melakukan dan menginterpretasikan pemeriksaan tes
motorik dan pemeriksaan neurologis pada kasus low back pain

PEMRIKSAAN MENINGEAL SIGN ฐานราก สัญญาณเยื่อหุ้มสมองเกิดขึ้น

Meningeal signs muncul karena tertariknya radiks radiks saraf tepi yang เนื่องจากการดึงดูดของรากประสาท
ส่วนปลายที่ไวต่อการกระตุ้น

menjadi hipersensitif karena perangsangan infeksi (meningitis), zat kimia (bahan เนื่องจากการติดเชื้อ (เยื่อหุ้มสมอง
อักเสบ) สารเคมี (วัสดุที่มีความคม
ชัด) เลือด (การตกเลือดใน
kontras), darah (perdarahan subarakhnoid), ataupun invasi neoplasma.Meskipun subarachnoid) หรือการบุกรุก
ของเนื้องอก

meningeal signs spesifik untuk meningitis , meningeal signs memiliki sensitifitas แม้ว่าสัญญาณของเยื่อหุ้ม
สมองจะมีลักษณะเฉพาะ
rendah, hanya 30% pasien meningitis yang menunjukkan kaku kuduk dan hanya สำหรับเยื่อหุ้มสมองอักเสบ
แต่สัญญาณของเยื่อหุ้ม

5% yang menunjukkan Kernig sign dan Brudzinski sign. Adanya meningeal signs สมองมีความไวต่ำ โดยมี
เพียง 30% ของผู้ป่วยเยื่อ

การปรากฏตัวของสัญญาณเยื่อหุ้มสมองโดย
tanpa disertai proses patologis pada meninges disebut meningismus, keadaan ini หุ้มสมองอักเสบที่แสดง
อาการคอเคล็ด และมีเพียง
5% ที่แสดงสัญญาณของ
ไม่มีกระบวนการทางพยาธิวิทยาในเยื่อหุ้ม
สมองเรียกว่า meningismus ภาวะนี้สามารถ dapat ditemukan pada migren, tension headache, proses radang di dekat meninges Kernig และสัญญาณของ
Brudzinski
พบได้ในไมเกรน ปวดศีรษะตึงเครียด
กระบวนการอักเสบใกล้เยื่อหุ้มสมอง (เช่น
โรคเต้านมอักเสบ) หรือนอกกะโหลกศีรษะ
(misalnya mastoiditis) atau di luar tengkorak (sepsis).
(ภาวะติดเชื้อ)

A. Kaku Kuduk
ก่อนทำการงอคอ ให้งอด้านข้าง
ก่อน อาการนี้บ่งบอกถึงอาการ Sebelum dilakukan fleksi leher, maka terlebih dahulu dilakukan fleksi lateral.
คอเคล็ดเนื่องจากกระบวนการ
เฉพาะที่ในคอ เช่น คอหัก การ Hal ini menunjukkan kekakuan leher akibat proses lokal di leher, seperti
ติดเชื้อไขสันหลังอักเสบ และข้อ
อักเสบเฉียบพลันที่คอ fraktur leher, infeksi paraspinal, dan arthritis akut pada leher. Pada proses
lokal biasanya fleksi lateral akan tertahan karena nyeri yang timbul, ในกระบวนการท้องถิ่นมักจะมีการงอ
ด้านข้างจะถูกเก็บไว้เนื่องจากความ
เจ็บปวดที่เกิดขึ้นในทางตรงกันข้ามใน
sebaliknya pada meningitis fleksi lateral masih mudah dilakukan, tetapi fleksi เยื่อหุ้มสมองอักเสบด้านข้างยังคงง่าย
ต่อการทำ แต่การงอของคอมีความ

leher mengalami tahanan karena nyeri yang timbul. ต้านทานเนื่องจากความเจ็บปวดที่เกิด


ขึ้น

Gambar 6.1. Pemeriksaan kaku kuduk

B. Tanda Brudzinski I (tanda leher menurut Brudzinski/ Brudzinski’s neck sign).


Bila pada waktu fleksi leher diikuti fleksi involunter pada kedua lutut

132
Gambar 6.2 Pemeriksaan Brudzinksi I

C. Tanda Kernig
Pada pemeriksaan ini, pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya
pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 0. Setelah itu, tungkai หลังจากนั้นแขนขาที่ต่ำกว่าจะ
ขยายไปถึงข้อต่อหัวเข่า

bawah diekstensikan pada persendian lutut.Orang normal dapat melakukan


ekstensi ini sampai sudut 1350 antara tungkai bawah dan tungkai di atasnya.
Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka
dikatakan tanda Kernig positif. Pada meningitis biasanya Kernig sign
ditemukan pada kedua tungkai, sedangkan pada HNP lumbal Kernig sign
unilateral.

Gambar 6.3 Pemeriksaan tanda Kernig

D. Tanda Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)


Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai difleksikan pada persendian
panggul, sedang tungkai yang lain berada dalam keadaan ekstensi (lurus).
Bila tungkai yang ekstensi ikut pula terfleksi, maka disebut tanda Brudzinski
II positif.

Selain meningeal signs diatas, Lasegue sign juga dapat menunjukkan adanya
meningitis. Biasanya Lasegue digunakan pada pemeriksaan Hernia Nucleosus
Pulposus (HNP). Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dengan kondisi berbaring
dengan kedua kaki ekstensi. Kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan
(fleksi) pada sendi panggulnya.Tungkai yang satu lagiharus selalu berada dalam
keadaan lurus. Pada keadaan normal,tungkai dapat mencapai sudut 70 0, sebelum
timbul rasa sakit atau tahanan. Lasegue sign jika terdapat tahanan/nyeri sebelum
mencapai sudut 700, biasanya pada kondisi HNP, meningitis, iskhialgia.

Gambar 6.4. Pemeriksaan Tanda Lasegue


Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan

133
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Saluran nafas
merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini
disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-
sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke
dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga
menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.

Tanda-tanda perangsangan selaput otak:


1. Kaku kuduk
Pastikan bahwa penderita tidak ada cedera servikal kemudian letakkan tangan
kiri dibawah kepala pasien. Menggoyangkan kepala pasien ke kanan dan ke
kiri. Memfleksikan maksimal kepala ke anterior, sampai dagu menyentuh dada.
Hasil positif apabila dagu tidak dapat menyentuh dada.
2. Brudzinski’s sign
a. Neck sign
Memfleksikan kepala secara pasif hingga dagu menyentuh sternum. Hasil
positif bila gerakan fleksi pasif tersebut disusul dengan gerakan fleksi
reflektoris di sendi lutut dan panggul kedua tungkai.
b. Leg sign
Penderita terlentang dan dilakukan fleksi pasif pada salah satu panggul .
Hasil positif jika tungkai kontralateral timbul fleksi reflektoris di sendi lutut
dan sendi panggul
c. Cheek sign
Penekanan pada pipi kedua sisi tepat dibawah os zigomatikum akan disusul
gerakan fleksi reflektoris keatas sejenak dari kedua lengan
d. Symphisis sign
Penekanan pada simfisis pubis akan disusul dengan timbulnya gerakan fleksi
reflektoris pada kedua tungkai di sendi lutut dan panggul. Syarat dilakukan
tes ini adalah kandung kemih kosong dan tidak ada fraktur pada os.coxae
3. Kernig’ sign
Penderita terlentang, pemeriksa menekuk tungkai atas penderita sehingga paha
penderita tegak lurus terhadap tubuh kemudian tungkai bawah penderita
diluruskan di sendi lutut. Gerakan ini akan mendapat tahanan dan sekaligus
membangkitkan nyeri pada otot biseps femoris. Hasil positif apabila ekstensi
lutut tidak mencapai 135° oleh karena nyeri dan spasme otot paha sedangkan
tungkai sisi kontralateral fleksi di lutut dan panggul secara reflektoris.

PEMERIKSAAN LOW BACK PAIN

Low back pain (LBP) / nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang cukup
sering muncul di pelayanan kesehatan. Low back pain disebabkan oleh berbagai
บอบช้ำ
hal. Sebab terbanyak kasus low back pain meliputi trauma muskuloskeletal,
โรคความเสื่อม, กระดูกสันหลังตีบ.
penyakit degeneratif, hernia nukleus pulposus (HNP), dan stenosis spinalis.
ความร้ายกาจ
Penyebab lain yang dapat mengakibatkan low back pain yaitu keganasan, infeksi
กระดูกสันหลังอักเสบ
tulang belakang, spondilitis dan nyeri alih dari organ-organ viseral. Penegakan
diagnosis pada kasus LBP memerlukan pemeriksaan yang sistematis. Anamnesis

134
dan pemeriksaan fisik merupakan langkah awal yang sangat menentukan ketepatan
penegakan diagnosis pada pasien LBP.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan fisik untuk menegakkan
diagnosis LBP antara lain :
1. Inspeksi tulang belakang : mengamati ada/tidaknya ketidaknormalan
kurvatura vertebrae. ความโค้งของกระดูกสันหลัง

2. Observasi cara berjalan pasien : diamati pada saat berjalan


3. Observasi posisi duduk pasien
4. Palpasi / perkusi vertebra
5. Range of motion ช่วงของการเคลื่อนไหว

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan fisik diatas, dapat dilakukan beberapa tes
yang dapat membantu mengarahkan diagnosis nyeri punggung bawah:
1. Tes Patrick
Penderita posisi terlentang, tumit atau maleolus externus tungkai yang sakit
diletakkan diatas lutut tungkai yang lain ( fleksi, abduki, eksorotasi) kemudian
dilakukan penekanan pada lutut yang difleksikan tersebut. Hasil positif apabila
nyeri pada sendi panggul yang terkena penyakit

Gambar 6.5. Tes Patrick

2. Tes Kontra Patrick


Penderita terlentang, tungkai yang sakit dilipat, endorotasi dan adduksi
kemudian dilakukan penekanan pada lutut tungkai tersebut sejenak. Hasil
positif apabila nyeri pada sendi sacroiliaka.

135
Gambar 6.6 Tes Kontra Patrick

3. Tes Laseque
Angkat tungkai pasien dalam keadaan lurus. Untuk menjamin lurusnya tungkai
maka tangan si pemeriksa yang satu mengangkat tungkai dengan memegang
pada tumit pasien, sedangkan tangan lain pemeriksa memegang serta menekan
pada lutut pasien. Fleksi pasif tungkai dalam keadaan lurus di sendi panggul
menimbulkan peregangan nervus ischiadikus. Apabila salah satu radiks yang
menyusun nervus ischiadikus mengalami penekanan, pembentangan dan
sebagainya karena HNP atau tumor kanalis vertebralis maka tes laseque
membangkitkan nyeri yang berpangkal pada radiks yang terkena dan menjalar
sepanjang perjalanan perifer ischiadikus.

Gambar 6.7 Tes Laseque

136
REFERENSI

1. Bahan Kuliah Sistem Neuropsikiatry, Fakultas Kedokteran Universitas


Hasanuddin, Makassar, 2004.
2. Harsono, Kapita Selekta Neurologi, Penerbit Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, 2007.
3. Lumbantobing S, Neurologi Klinik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2007.
4. Mahar Marjono, Neurologi Klinis Dasar, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta,
2008.
5. Borenstein, D.G., S.W. Wiesel, and S.D. Boden., 1995, Low Back Pain:
Medical Diagnosis and Comprehensive Management, W.B. Saunders Co.,
Philadelphia.
6. Fairbank, J.C., J. Couper, J.B. Davies, and J.P. O’Brien., 1980, The
Owestry Low Back Pain Disability Questionnaire. Physiotherapy Journal
66:271 – 273.
7. Hall, H., 1992, A Simple approach to Back Pain Management, Patient
Care 15:77–91.
8. Magge, D.J., 2000, Orthopedic Physical Assessment, Edisi 4, W.B.
Saunders Co., Philadelphia.

137
CHECKLIST:PEMERIKSAAN MENINGEAL SIGNS DAN
LOW BACK PAIN

Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
I. Persiapan :
a. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada
pasien/keluarga
b. Memberi penjelasan dengan benar, jelas dan
lengkap tentang prosedur dan tujuan pemeriksaan
c. Meminta izin kepada pasien/keluarganya dan
mencuci tangan
II PEMERIKSAAN MENINGEAL SIGN
a. Kaku kuduk dan Brudzinksi I
- Memposisikan pasien dalam keadaan
berbaring terlentang
- Menempatkan tangan kanan pemeriksa di
dada pasien untuk mencegah terangkatnya
badan
- Kepala pasien difleksikan sampai dagu
mencapai dada, dengan menggunakan tangan
kiri
- Kaku kuduk jika ada tahanan pada leher saat
fleksi
- Brudzinski I jika timbul fleksi involunter pada
kedua tungkai
b. Kernig Sign
- Memposisikan pasien dalam keadaan
berbaring terlentang
- Memposisikan tungkai bawah pasien dalam
keadaan fleksi pada sendi panggul dan lutut
- Mengekstensikan tungkai bawah kanan pada
persendian lutut sampai kira-kira
sudut1350sambil menanyakan ada tidaknya
nyeri pada pasien
-
Kernig sign jika adanya nyeri dan tahanan
saat ekstensi sebelum mencapai sudut 1350
c. Brudzinski II
- Memposisikan pasien dalam keadaan
berbaring terlentang
- Memposisikan tungkai bawah pasien dalam
keadaan fleksi pada sendi panggul dan lutut
- Brudzinski II jika ada fleksi pada sendi lutut
kontralateral
Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan
follow up lebih lanjut

III PEMERIKSAAN LOW BACK PAIN


a. Inspeksi tulang belakang: mengamati

138
ada/tidaknya ketidaknormalan kurvatura vertebre
b. Observasi cara berjalan pasien : diamati pada saat
berjalan
c. Observasi posisi duduk pasien
d. Palpasi / perkusi vertebra
e. Pemeriksaan range of motion, tanyakan keluhan:
 Saat fleksi/membungkuk ke depan

 Ekstensi tubuh ke belakang

 Rotasi pinggang ke kiri dan ke kanan


f. Meminta penderita berbaring
g. MelakukanTes Laseque
- Angkat tungkai pasien dalam keadaan lurus.
- Tangan si pemeriksa yang satu mengangkat
tungkai dengan memegang pada tumit pasien,
sedangkan tangan yang lain memegang serta
menekan pada lutut pasien
- Tes laseque membangkitkan nyeri yang
berpangkal pada radiks yang terkena dan
menjalar sepanjang perjalanan perifer
ischiadikus
h. Melakukan Tes Patrick
- Penderita posisi terlentang, tumit atau
maleolus externus tungkai yang sakit
diletakkan diatas lutut tungkai yang lain
(fleksi, abduksi, eksorotasi) kemudian
dilakukan penekanan pada lutut yang
difleksikan tersebut.
- Hasil positif apabila nyeri pada sendi
panggul yang terkena penyakit
i. MelakukanTes Kontrapatrick
- Penderita terlentang, tungkai yang sakit
dilipat, endorotasi dan adduksi kemudian
dilakukan penekanan pada lutut tungkai
tersebut sejenak
- Hasil positif apabila nyeri pada sendi
sacroiliaka.
Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan
follow up lebih lanjut

Keterangan :
0 : Tidak melakukan
1 : Dilakukan tapi kurang sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total/68x100%=… %

Banda Aceh……..2023

Instruktur

139
VIII. PEMERIKSAAN FISIK GANGGUAN KOORDINASI GERAK
DAN GERAKAN INVOLUNTER
Dr. dr. Imran, SpS
dr. Elsa Susanti,SpS
Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA Banda Aceh

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti skill lab ini mahasiswa diharapkan terampil dalam melakukan
pemeriksaan fisik gangguan koordinasi gerak dan gerakan involunter secara
sistematis dan benar

Serebellum dan Sistem Koordinasi Gerak


Otak kecil atau cerebellum merupakan bagian dari sistem saraf pusat
yang terletak diatas batang otak yang memiliki fungsi utama sebagai mengontrol
gerak dan dan kesetimbangan dan membantu belajar dan mengingat kemampuan
motorik.Otak kecil menerima informasi sensorik mengenai posisi sendi dan
peregangan otot, jugainput dari auditorik dan sistem visual. Otak kecil juga
memonitor perintah motorik yang dihasilkan dari otak besar. Otak kecil
mengintegrasi informasi ini dan diproses sebagai koordinasi dan pemindaian
kesalahan selama pelaksaan fungsi motorik dan perseptual.Jika otak kecil rusak,
maka mata akan mengikuti gerak benda tetapi tidak akan berhenti tepat dimana
benda itu berhenti.

Gambar 1. Jalur Saraf Pengaturan Koordinasi Gerak

140
Gambar 2. Fungsi Sebellum dalam Pengaturan Gerakan

Gangguan Koordinasi dan keseimbangan.

Ataksia adalah gerakan yang tidak terkoordinasi,tidak teratur, dan kurang


harmonis (disinergis). Gejala ini timbul bila terdapat kelainan di sebellum.
Penampilan pasien tampak khas seperti duduk sambil bergoyang (trunkal ataksia)
atau berdirisambil bergoyang (postural ataksia), gerakan melampaui target/sasaran
(dismetria = hipometriaatau hipermetria), dan saat berjalan cepat tampak langkah
tidak teratur dan bergoyang mirip seperti orang mabuk alkohol. Tes menunjuk
digunakan untuk mendeteksi dismetria, inkoordinasi, dan tremor yang memberat
saat tangan mendekati target/sasarn (intention tremor); tes jari-hidung, tes jari-
jari,dan tes tumit-lutut yang dilakukandengan mata terbuka dan tertutup.
Pasiendengan ataksia ringan sulit atau tidak bisa berjalan lurus (tes berjalan tumit-
lutut, tandem gait). Pasien mungkintidak dapat melakukan gerakan-gerakan bolak
balik tangannya dengan cepat(disdiadokokinesia). Tulisan tangan bisa besar-besar
(makrografia), kasar, dan gemetar, dan tidak mampu membuat gambar garis
paralel atau spiral.

141
Gambar 3. Kelainan Serebellum dan Gangguan Koordinasi

Pemeriksaan Koordinasi Gerak dan Gerakan Involunter


A. Koordinasi Gerak
Sistem koordinasi diperiksa pada pasien-pasien yang tidak mengalami
kelemahan pada keempat ekstremitas. Banyak test yang dapat dilakukan untuk
menilai sistem koordinasi pasien, antara lain :
1. Cara berjalan (gait)
Pemeriksaan cara berjalan sebaiknya dilakukan tanpa alas kaki dan
ruangan cukup luas untuk mengamati pasien.Pasien diminta berjalan + 10 m.
Dilakukan pengamatan cara berjalannnya. Cara berjalan pasien seringkali
memberikan petunjuk yang penting mengenai proses kelainan yang terjadi. Hal
yang terpenting pada pemeriksaan ini adalah apakah pasien dapat berjalan dengan
kecepatan normal atau tidak. Pemeriksa harus mengamati panjang langkah pasien,
cara kaki pasien menyentuh lantai serta ayunan lengan pasien. Ada tidak kelainan
pada cara berjalan. Beberapa kelainan cara berjalan dapat dijumpai pada penderita
stroke, penyakit myelum maupun penyakit muskular.

Gambar 4. Cara Berjalan (Gait)

142
2. Shallow knee bend.
Pasien diminta berdiri di belakang kursi, kedua tangan memegang bagian
atas sandaran kursi, kedua kaki menapak di lantai dengan jarak selebar
bahu.Perlahan-lahan kedua lutut ditekukseperti mau duduk di kursi. Badan
direndahkan kira-kira+15 cm. Tumit harus tetap di lantai. Kemudian badan
dinaikkan kembali lagi ke posisi berdiri. Perhatikan gerakan involunter atau
gangguan koordinasi gerak yang mungkin timbul.

Gambar 5. Cara melakukan pemeriksaan shallow knee bend

3. Tes Romberg
Tes Romberg merupakan test lanjutan untuk menilai keseimbangan. Test
ini dilakukan dengan meminta pasien untuk berdiri dengan kedua kaki rapat dan
mata tertutup dan lengan menjuntai disamping badan selama lebih kurang dua
puluh detik. Normalnya hal ini dapat dilakukan dengan mudah tanpa adanya
perubahan pada posisi kaki dan lengan.

Gambar 6. Cara Melakukan Tes Rhomberg

143
4. Tes Romberg yang dipertajam
Tes ini disebut juga dengan Romberg Tandem, dilakukan dengan cara
meminta pasien untuk meletakkan salah satu tumit kaki di depan kaki yang lain
dengan mata tertutup, kemudian diamati ada tidak perubahan posisi badan pasien,
seperti ilustrasi gambar dibawah.

Gambar 7. Cara Melakukan Tes Romberg yang dipertajam

5. Tes telunjuk hidung


Tes telunjuk hidung dilakukan dengan cara menyuruh pasien menyentuh
hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya kemudian dilanjutkan dengan
menyentuh ujung jari telunjuk pemeriksa dengan jari telunjuknya tersebut
kemudian kembali menyentuh hidungnya. Gangguan serebelum akan
menyebabkan timbulnya tremor perpendikular ke arah target gerakan yang
akan bertambah jelas saat jari mendekati target.

144
Gambar 8. Cara Melakukan Test Telunjuk Hidung

6. Tes Tumit Lutut


Tes ini dilakukan dengan cara meminta pasien yang sedang berbaring
telentang untuk meletakkan salah satu tumitnya diatas lutut tungkai yang lain
dengan kaki dorsofleksi, kemudian kaki tersebut diluncurkan ke bawah sampai
menyentuh ibu jari kaki yang lain. Tes ini juga akan mengalami gangguan jika ada
kelainan di serebelum.

Gambar 9. Cara Melakukan Tes Tumit Lutut

7. Tes disdiadokokinesis
Diadokokinesis adalah kemampuan melakukan gerakan berlawanan
bergantian dengan cepat seperti pronasi dan supinasi lengan.Test disdiadokinesis
dapat dilakukan dengan cara meminta pasien melakukan gerakan bolak-balik
dengan cepat seperti menggerakkan satu tangan bolak-balik diatas paha, test ini
dilakukan pada kedua tangan bergantian. Gerakan tersebut dapat melambat
(bradikinesia) atau tidak beraturan (disdiadokokinesia) jika ada kelemahan,
kelainan ekstra piramidal atau gangguan serebelum.

145
Gambar 10.Cara Melakukan Tes Disdadokokinesis

B. Gerakan Involunter

Tremor adalah gerakan involunter yang terjadi secara berulang-ulang dan


berirama berhubungan dengan aktivitas motorik, yaitu, pada saat istirahat, selama
pemeliharaan postur tertentu, atau saat melalukan gerakan.Chorea adalah
gerakan involunter yang cepat,menyentak, dan berulang-ulang yang dimulai satu
bagian tubuh dan bergerak dengan tiba-tiba, tak terduga, dan seringkali secara
terus-menerus menghasilkan berbagai pola gerakan. Gerakan involunter dimulai
dari bagian distal ekstremitas yang terlibat dan iikuti oleh bagian
proksimal. Gerakan involunter juga bisa timbul di wajah sehingga wajah
menyeringai. Gerakan chorea sering terjadi bersamaan dengan athetosis, yang
menambahkan memutar atau gerakan menggeliat, sulit berjalan dan menunjukkan
postur dan gerakan kaki yang aneh.Chorea Huntington, adalah suatu penyakit
degeneratif dominan dan herediter yang timbul pada usia pertengahan. Terjadi
karena atrofi atau kehilangan neuron-neuron kecil di korpus striatum. Neuron
kortikal juga dapat berdegenerasi dan penyakit dapat berakhir dengan demensia.
Gerakan chorea dengan perkembangan lambat yang sama mungkin merupakan
keadaan yang simptomatik, yaitu sekunder terhadap penyakit otak lainnya seperti
ensefalitis, keracunan karbon monoksida, atau penyakit vaskuler.Athetosis adalah
gerakan involunter yang terjadi secara lambat, mengalir, menggeliat seperti tarian,
di luar kesadaran. Gangguan kinetik ini biasanya disebabkan oleh kerusakan
perinatal dari korpus striatum dimana terjadi kerusakan sel-sel neuron dan
pembentukan jaringan parut. Gerakan involunter menjadi lambat dengan
kecendrungan ekstensi berlebihan dari ekstremitas bagian distal. Kadang-kadang
terjadi peningkatan spasmodik otot agonis dan antagonis secara irreguler,
sehingga gerakan dan sikap tubuh menjadi aneh. Hemibalismus adalah gerakan
involunter yang jarang dijumpai, berupa gerakan memukul-mukul tidak
diinginkan dari anggota badan. Disebabkan oleh penurunan aktivitas dari inti
subthalamikus dari ganglia basalis. Kadang-kadang juga bisa timbul akibat
kelainan metabolik tertentu. Hemibalismus sangat jarang dijumpai, 500 kali lebih
jarang dari penyakit Parkinson. Hemibalismus dapat menyebabkan kecacatan
yang menetap. Gejala dapat menurun saat tidur.

Pemeriksaan Gerakan Involunter secara inspeksi:


1. Tremor : merupakan serentetan gerakan involunter seperti getaran yang
ritmis, berulang-ulang, yang timbul karena berkontraksinya otot-otot yang
berlawanan secara bergantian.

146
2. Khorea : gerakan involunter yang otot berlangsung cepat, sekonyong-
konyong, aritmik dan kasar yang dapat melibatkan satu ekstremitas,
separuh badan atau seluruh badan. Khas terlihat pada anggota gerak atas
(lengan dan tangan) terutama bagian distal.
3. Atetosis :gerakan involunter yangditandai oleh gerakan yang lamban,
seperti gerak ular, dan melibatkan otot bagian distal, cenderung menyebar
ke proksimal.
4. Distonia :gerakan involunter yang dimulai dengan gerak otot berbentuk
atetose pada lengan atau anggota gerak lain, kemudian gerakan otot bentuk
atetose ini menjadi kompleks, yaitu menunjukkan torsi yang keras dan
berbelit.
5. Balismus :gerakan involunter yang otot yang datang sekonyong-konyong,
kasar dan cepat, dan terutama mengenai otot-otot skelet yang letaknya
proksimal.
6. Spasme :gerakan involunter yangterjadi karena kontraksi otot-otot yang
lama yang biasanya disarafi oleh satu saraf sehingga otot tampak kram.
7. Tik (Tic) :gerakan involunter yang berulang-ulang, aritmis, dan
melibatkan sekelompok kecil otot dalam hubungan yang sinergistik.
8. Fasikulasi :gerakan involunter berupa gerakan halus, cepat, dan berkedut
dari satu berkas (fasikulus) otot atau satu unit motorik otot.
9. Miokloni :gerakan involunter yangtimbul karena kontraksi otot secara
cepat (tersentak-sentak), sekonyong-konuong, sebentar, aritmik, asinergik
dan tidak terkendali.

147
Referensi

1. Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. Thieme Stuttgart. New York.2004.


2. Wilkinson L, Lennox G. Essential Neurology. Blackwell publishing Ltd.
Massachusetts. 2005
3. Simon RP, Greenberg DA.Aminoff MJ. Clinical Neurology. 7th Ed. A
lange Medical Book. New York. 2009
4. Ropper AH, Samuels MA. Adams & Victor’s Principles of Neurology, 9th
Ed. McGraw-Hill’s. 2009
5. Biller J, Gruener G, Braziz P. DeMyer’s The Neurologic Examination, a
programmed text. 6th ed. 2005.
6. Lumbantobing, SM. NeurologiKlinikPemeriksaanfisikdan mental. FKUI.
2001

148
Checklist: Pemeriksaan Fisik Gangguan Koordinasi Gerak dan Gerakan
Involunter

Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2 3
Memberikan salam pembuka dan
I
memperkenalkan diri
Memepersiapkan perasaan pasien untuk
II menghindari rasa takut atau tidak nyaman
sebelum melakukan pemeriksaan fisik
1. Memberi penjelasan dengan benar, jelas,
lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan
pemeriksaan
2. Memberitahukan kemungkianan adanya
rasa sakit atau tidak nyaman yang timbul
selama pemeriksaan dilakukan
III Pemeriksaan adanya gerakan involunter
1. Mengamati adanya gerakan involunter
(Tremor, Chorea, Athetosis dan Hemibalismus,
dll)
2. Melaporkan adanya gerakan involunter
IV Melakukan pemeriksaan koordinasi gerak
1. Cara berjalan (gait)
2. Shallow knee bend
3. Test Rhomberg
4. Test Rhomberg dipertajam
5. Test Telunjuk Hidung
6. Test Tumit Lutut
7. Test Disdiadokhokinesis
V Melaporkan hasil pemeriksaan

Keterangan Skor:
1. = tidak dilakukan sama sekali
2. = dilakukan dengan banyak perbaikan
3. = dilakukan dengan sedikit perbaikan
4. = dilakukan dengan sempurna

Cakupan penguasaan keterampilan: Skor Total /36 x 100% = …………… %

Banda Aceh,....................2023

Observer

149

Anda mungkin juga menyukai