Anda di halaman 1dari 156

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

KETERAMPILAN MEDIK

SEMESTER IV

LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PENANGGUNG JAWAB:
dr. Indra Janis, M.K.T
dr. Dewi Pangestuti, M.Biomed
dr. Siska Anggreni Lubis, Sp.KK., M.Pd.Ked., FINSDV
dr. Alamsyah Lukito, M.Kes

EDITOR :
dr. Sisca Devy, M.Biomed., AIFO-K
dr. Saadatur Rizqillah Pasaribu, M.Biomed
dr. Wan Muhammad Ismail, M.Biomed
dr. Indri Mahrani, M.Ked(PA), Sp.PA
dr. Surya Akbar, MMedEd
dr. Tezar Samekto Darungan, MMedEd

PENYUSUN
dr. H. Aswin Soefi Lubis, M.Kes., PA
dr. Erwin Hakim Lubis, M.Kes, PA
dr. Ira Cinta Lestari, M.Sc
dr. Sisca Devy, M.Biomed
dr. Jensen Lautan, M.Kes
dr. Indri Mahrani, M.Ked(PA)., Sp.PA
dr. Suryani Eka Mustika, Sp.PA
dr. Anna Yusria, M.Sc
drg. Kesuma Wardhani, M.Biomed, AIFO-K
dr. Dewi Yanti Handayani, M.Ked(ClinPath)., Sp.PK
dr. Nur Afni Heryanti Octavia, M.Biomed

i
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR DEKAN

Assalamu’alaikum .wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua. Saya ucapkan selamat kepada tim penyusun yang berkat kerja keras dengan
petunjuk dan ridha-Nya telah berhasil menyelesaikan Penuntun Praktikum Semester IV
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
Standard Pendidikan Profesi Dokter menuntut dunia pendidikan kedokteran
menghasilkan lulusan dokter dengan Standard Kompetensi Dokter sesuai SK-Mendiknas
No.045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi yang berbasis Kompetensi, sehingga
diharapkan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara akan menghasilkan
lulusan dokter muslim yang berakhlakul karimah dan dokter yang berkompeten.
Konsil Kedokteran Indonesia dengan keputusan No. 21A/KKI/KEP/IX/2006 dan
revisi SKDI no 11 tahun 2012 telah mensahkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012,
sesuai amanah Undang – Undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
Berdasarkan hal tersebut, berpedoman pada Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara yang disesuaikan dengan visi dan misi
Universitas Islam Sumatera Utara maka tersusunlah Penuntun Praktikum Semester IV ini
dengan segala ketidaksempurnaannya sehingga tetap terbuka untuk perbaikan di masa depan.
Insya Allah, kita dapat melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi di Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan Dirjen
Dikti RI dengan harapan berjalan sebagaimana mestinya.
Semoga Penuntun Praktikum Semester II ini bermanfaat buat kita semua sehingga
tercapai tujuan visi dan misi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara di masa
depan. Amin.
Medan, Februari 2022
Dekan

dr.Indra Janis, M.K.T

ii
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai, Tidak diizinkan


mengikuti kegiatan bila terlambat lebih dari 15 menit
2. Mahasiswa harus mempersiapkan diri mengenai kegiatan yang akan dilakukan
3. Bagi mahasiswa yang tidak mempersiapkan diri tidak akan diperbolehkan
mengikuti kegiatan
4. Mahasiswa diberikan quiz atau pertanyaan sebelum kegiatan praktikum dimulai
5. Mahasiswa harus memakai baju lab (putih lengan panjang dengan Lambang
UISU) dan papan nama mulai dari awal kegiatan sampai selesai
6. Mahasiswa tidak dibenarkan memakai sandal, kaos oblong dan celana jeans
(dianggap tidak hadir pada perpratikuman itu), kuku tangan tidak boleh panjang
7. Tidak mengaktifkan HP
8. Kehadiran mahasiswa mengikuti kegiatan praktikum minimal 75% (maksimal 4x
absen dalam satu semester).
9. Setiap mahasiswa harus membawa perlengkapan/ bahan yang sudah diumumkan
sebelum kegiatan
10. Setiap mahasiswa harus membawa kain lap dan kain planel di setiap kegiatan
11. Mahasiswa harus menjaga ketertiban selama kegiatan
12. Peralatan yang rusak / hilang harus dilaporkan dan diganti oleh mahasiswa per
kelompok
13. Mahasiswa tidak diperkenankan makan, minum atau merokok selama praktikum
14. Tidak dibenarkan keluar dari ruangan kegiatan tanpa seizin Instruktur

iii
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PENILAIAN PRAKTIKUM

LULUS (L)
1. Telah mengikuti keseluruhan jadwal kegiatan praktikum
2. Lulus praktikum
Tunda
1. Bila tidak mengikuti seluruh jadwal kegiatan praktikum
2. Mengikuti seluruh jadwal kegiatan praktikum tetapi tidak mengikuti Ujian Tengah
Semester (UTS)/ Ujian Akhir Semester (UAS)
3. Tidak wajib mengulang proses kegiatan praktikum tetapi hanya mengikuti Ujian
Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) sesuai KRS yang diambil
PERSYARATAN UJIAN SEMESTER
1. Kehadiran mahasiswa mengikuti kegiatan praktikum minimal 75% (maksimal 4x
absen dalam satu semester).
2. Apabila mahasiswa tersebut memiliki absen lebih dari 4x absen, maka mahasiswa
tersebut dinyatakan gagal praktikum dan harus mengikuti seluruh proses kegiatan
praktikum kembali.
3. Menyelesaikan pembayaran cicilan kuliah.

NILAI KELULUSAN PRAKTIKUM DAN UJIAN KESEMPATAN KEDUA

1. Nilai kelulusan minimal B


2. Ujian kesempatan kedua diizinkan apabila mahasiswa telah mengikuti ujian pertama
dan mendaftarkan diri ke Prodi S.Ked FK UISU

iv
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... ii


Tata Tertib Praktikum ................................................................................................ iii
Penilaian Praktikum ................................................................................................... iv
Daftar Isi ................................................................................................................... v
Praktikum I. Anatomi Sistem Urinaria ...................................................................... 1
Praktikum II. Anatomi Organ Genitalia Pria ............................................................. 8
Praktikum III. Histologi Saluran Kemih dan Genitalia Pria ...................................... 14
Praktikum IV. Fisiologi Berkemih ............................................................................. 34
Praktikum V. Pemeriksaan Protein Urin .................................................................... 43
Praktikum VI. Anatomi Organ Genitalia Perempuan ................................................ 48
Praktikum VII. Histologi Sistem Reproduksi Wanita................................................ 70
Praktikum VIII. Histopatologi Sistem Reproduksi .................................................... 82
Praktikum IX. Histopatologi Saluran Kemih ............................................................. 91
Praktikum X. Parasitologi Sistem Reproduksi........................................................... 97
Praktikum XI. Test Kebugaran (Kapasitas Aerobik) ................................................. 107
Praktikum XII. Analisa Sperma ................................................................................. 113
Praktikum XIII. Histopatologi Payudara ................................................................... 127
Praktikum XIV. Sitologi Papsmear............................................................................ ..132
Praktikum XV. Kontrasepsi Hormonal dan Hormonal .............................................. ..141

v
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE I
ANATOMI SISTEM URANIA
dr. H. Erwin Hakim, M. Kes, PA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi anatomi sistem urinaria dan
mengaplikasikan anatomi sistem urinaria pada gangguan sistem yang terkait (SKDI).

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Praktikum anatomi sistem urinaria ini dilakukan sebagai bagian dari modul saluran
kemih dan genitalia pria, Diharapkan setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa
mampu :
1. Mengetahui fungsi dan peran sistem urinaria.
2. Mengetahui, menjelaskan dan mengidentifikasi organ-organ yang berperan
dalam sistem urinaria.
3. Mengetahui, menjelaskan dan mengidentifikasi struktur, letak serta hubungan
masing-masing organ sistem urinaria.
4. Mengetahui, menjelaskan vascularisasi sistem urinaria.

C. PENDAHULUAN
Sistem urinaria disebut juga dengan sistem saluran kemih, yang terdiri dari dua buah
ginjal, dua ureter dan satu satu kandung kemih dan uretra. Setelah menyaring darah,
ginjal mengembalikan sebagian besar air dan zat terlarut dalam darah. Air dan zat
terlarut yang tersisa membentuk urine, yang mengalir melalui ureter dan disimpan
dalam kandung kemih sampai diekskresikan dari tubuh melalui uretra.

D. MATERI PRAKTIKUM
GINJAL (REN)
Merupakan organ kemerahan berbentuk kacang mede yang terletak tepat diatas
pinggang antara peritoneum dan dinding posterior abdomen. Karena posisinya
posterior dari peritoneum rongga abdomen, sehingga disebut sebgai organ
retroperitoneum. Ginjal terletak antara Vertebra Thoracalis XII dan Vertebra
Lumbalis III, dimana organ ini terlindung sebagian oleh pasangan iga XI-XII. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri.

1
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Pembungkus dari luar kedalam terdiri atas :


• Capsula Fibrosa → letaknya paling luar
• Capsula adiposa jaringan lemak → Fungsi menahan ginjal pada tempatnya
• Fascia renalis → Yang langsung membungkus ginjal (perinephric fascia).
Fascia renalis ada 2 lapis :
- anterior disebut prerenal fascia
- Posterior retrorenal fascia

HILUS RENALIS
Adalah suatu celah yang keluar masuk dari pinggir medial ginjal.
Organ-organ tersebut antara lain :
• Vena Renalis
• Arteri
• Ductus ureter

Struktur ginjal
• Kapsul ginjal
• Korteks ginjal – daerah luar
• Medula ginjal – daerah dalam
• Pelvis ginjal – saluran pengumpul

2
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Pembuluh Arteri dan Vena


Arteri renalis kanan lebih panjang dari arteri renalis kiri, sebab menyilang vena cava inferior.
Vena renalis lebih panjang dari vena renalis kanan, karena menyilang aorta abdominalis.
(perhatikan gambar)

3
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

URETER
• Saluran antara ginjal dengan kandung kemih
• Jumlah sepasang
• Fungsi: membawa urin dari ginjal ke kandung kemih.
• Mengalirkan urine ke Vesica urinaria
• Panjangnya 25 cm, mempunyai 3 penyempitan yaitu :
- Pada pelvic Ureter Junction
- Pada waktu ureter menyilang A.Iliaca Communis
- Pada waktu masuk Vesica urinaria

KANDUNG KENCING = VESICA URINARIA


• Terletak di belakang os pubis.
• Visica Urinaria yang kosong berbentuk limas yang mempunyai puncak (apex),
permukaan dorsal (sebagai dasar), dinding superior dan dua dinding lateroinferior.
• Jika Vesica Urinaria terisi penuh, permukaan atasnya akan menonjol ke rongga perut,
dan berbentuk ovoid (seperti telur), membran mukosa tidak lagi berbentuk lipatan-
lipatan.
• Pada sudut superior terdapat ureter, pada sudut inferior terdapat orificium urethra
internum.
4
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

• Pada wanita dibanding pria berbentuk seperti corong yang membentuk seperti
kantongan.
• Otot-otot serabutnya mengandung otot polos disebut. decrussor urine diperdarahi oleh
A. Vesiculo superior dan inferior dipersarafi oleh serabut saraf plexus vesicalis-
rostatico.
Bagian-bagiannya:
• Apex vesica urinaria terletak di belakang pinggir atas symphysis pubis
• Basis, atau permukaan posterior, vesica urinaria berbentuk segitiga sudut
superolateral
• Merupakan muara ureter, dan sudut inferior membentuk uretra.

URETHRA
• Pria:panjangnya ±20 cm, terbentang dari collum vesica urinaria sampai orificium
urethra externum pada glans penis.
Terbagi atas :
- Urethra pars Prostatica
- Urethra pars Membranacea
- Urethra pars Penis
• Wanita: panjangnya ±3,8 cm, terbentang dari collum vesica urinaria sampai
vestibulum, ±2,5 cmdi bawah clitoris.

5
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

urethra wanita

E. ALAT DAN BAHAN


1. Proyektor
2. Laptop
3. Manikin sistem urinaria
4. Atlas anatomi

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1. Penyampaian materi oleh instruktur
2. Belajar mandiri mahasiswa mengidentifikasi masing-masing sistem urinaria
3. Menggambarkan beberapa organ urinaria
4. Dilakukan quiz pada mahasiswa

G. HASIL PRAKTIKUM
Gambarkan organ-organ pada sistem urinaria

6
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. KESIMPULAN PRAKTIKUM
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

REFERENSI
Marieb Elaine N, Wilhelm Patricia Brady, Mallat John, 2012, Human Anatomy, 6th
Ed., Pearson Education Inc, San Francisco.
Martini Frederic H., Timmons Michael J., Tallitsch Robert B., 2012, Human
Anatomy, 7th Ed., Pearson Education, Inc., United States of America.
Moore Keith L, Agur Anne M.R, Dalley Arthur F., 2006, Clinically oriented anatomy,
5th ed, Lippincott Williams and Wilkins
Netter Frank H., 2006. Atlas of Human Anatomy, 4th.ed, Elsevier lnc, Philadelphia
Paulsen F, J. Waschke, 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Alih bahasa: Brahm U,
dkk, ed.23, EGC, Jakarta.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.,
John Wiley & Sons Inc, USA
Tortora, G.J., Nielsen Mark T., 2012. Principles of Human Anatomy. 12th Ed.,
Nielsen and Biological Sciences Textbooks, Inc., USA

7
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE II
ANATOMI ORGAN GENITALIA PRIA
dr. H. Erwin Hakim, M. Kes, PA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi anatomi sistem genitalia pria
dan mengaplikasikan anatomi sistem genitalia pria pada gangguan sistem yang terkait
(SKDI).

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Praktikum anatomi sistem urinaria ini dilakukan sebagai bagian dari modul saluran
kemih dan genitalia pria, Diharapkan setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa
mampu :
1. Mengetahui fungsi dan peran sistem genitalia pria.
2. Mengetahui, menjelaskan dan mengidentifikasi organ-organ genitalia pria.
3. Mengetahui, menjelaskan dan mengidentifikasi struktur, letak serta hubungan
masing-masing organ genitalia pria.
4. Mengetahui, menjelaskan vasculari sistem genitalia pria.

C. PENDAHULUAN
Organ genitalia pria merupakan organ pada sistem reproduksi pria. Organ pada sistem
ini mencakup testis, sistem ductus (termasuk epididymis, ductus deferens, ductus
ejaculatorius, dan uretra), kelenjar seks aksesorius (vesikula seminalis, prostat, dan
kelenjar bulbouretra) dan beberapa struktur penunjang termasuk scrotum dan penis.
Testis menghasilkan sperma dan menyekresi hormon. Sistem ductus mengankut dan
menyimpan sperma, membantu pematangannya, dan menyalurkannya ke eksterior.
Semen (air mani) mengandung sperma plus berbagai sekresi yang dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar seks aksesorius. Sturktur penunjang memiliki beragam fungsi. Penis
menyalurkan sperma ke saluran reproduksi wanita dan scrotum menunjang testis.

D. MATERI PRAKTIKUM
TESTIS
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum).
Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah
kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat
jaringan ikat dan otot polos.Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk
memproduksi sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.

8
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

SALURAN PENGELUARAN
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas
deferens, saluran ejakulasi dan uretra.

EPIDIDIMIS
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari
testis.Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri.Epididimis berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan
bergerak menuju vas deferens.

VAS DEFERENS
Vas deferens merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan
kelanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung
salurannya terdapat didalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran
tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani
(vesicula seminalis).

SALURAN EJAKULASI
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen
dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke
dalam uretra.

URETHRA
Urethra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis.Urethra
berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk
membuang urin dari kantung kemih.

KELENJAR AKSESSORIUS
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah
kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris.Getah-getah ini berfungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma.Kelenjar asesoris
merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan
kelenjar Cowper.
9
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

VESIKULA SEMINALIS
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-
lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis
menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.

KELENJAR PROSTAT
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung
kemih.Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan
fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.

KELENJAR COWPER
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya
langsung menuju uretra.Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali
(basa).

PENIS
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons.Dua rongga yang terletak di
bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa.Satu rongga lagi berada di bagian
bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus
uretra.Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya
banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu
rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi
tegang dan mengembang (ereksi).

SCROTUM
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum
berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan
dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot
dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut
dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari
penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak
sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan

10
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat


lebih rendah daripada suhu tubuh.

Ampula Duktus
deferentis

Duktus deferentis

Corpus vesiculae
seminalis Ductus ejaculatorius
Isthmus prostatae
urethra

Lobus Dexter Lobus Sinister

prostate

11
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

E. ALAT DAN BAHAN


1. Proyektor
2. Laptop
3. Manikin sistem genitalia pria
4. Atlas anatomi
F. CARA KERJA PRAKTIKUM
1. Penyampaian materi oleh instruktur
2. Belajar mandiri mahasiswa mengidentifikasi masing-masing sistem genitalia
pria
3. Menggambarkan beberapa organ genitalia pria
4. Dilakukan quiz pada mahasiswa

G. HASIL PRAKTIKUM
Gambarkan organ-organ pada sistem urinaria

H. KESIMPULAN PRAKTIKUM
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

REFERENSI
Marieb Elaine N, Wilhelm Patricia Brady, Mallat John, 2012, Human Anatomy, 6th
Ed., Pearson Education Inc, San Francisco.
Martini Frederic H., Timmons Michael J., Tallitsch Robert B., 2012, Human
Anatomy, 7th Ed., Pearson Education, Inc., United States of America.
Moore Keith L, Agur Anne M.R, Dalley Arthur F., 2006, Clinically oriented anatomy,
5th ed, Lippincott Williams and Wilkins
Netter Frank H., 2006. Atlas of Human Anatomy, 4th.ed, Elsevier lnc, Philadelphia
Paulsen F, J. Waschke, 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Alih bahasa: Brahm U,
dkk, ed.23, EGC, Jakarta.
12
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.,
John Wiley & Sons Inc, USA
Tortora, G.J., Nielsen Mark T., 2012. Principles of Human Anatomy. 12th Ed.,
Nielsen and Biological Sciences Textbooks, Inc., USA

13
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE III
HISTOLOGI SALURAN KEMIH DAN GENITALIA PRIA
dr. Ira Cinta Lestari, M.Sc

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi organ-organ pada sistem saluran
kemih dan genitalia pria serta fungsinya sesuai dengan analitik mikroskopik.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Praktikum histologi saluran kemihini dilakukan sebagai bagian dari modul saluran
kemih. Diharapkan setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu mengidentifikasi
dan menjelaskan struktur histologi organ-organ berikut:
1. Saluran kemih meliputi ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra.
2. Alat genitalia pria meliputi testis, epididimis, ductus deferens dan penis.
3. Kelenjar aksesoris pada genitalia pria meliputi vesikula seminalis dan prostat.

C. PENDAHULUAN
Sistem saluran kemih terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, satu kandung kemih dan
uretra. Sistem ini berperan memelihara homeostasis melalui proses rumit yang meliputi
filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif dan sekresi. Hasilnya adalah terbentuknya urin, yang
mengeluarkan berbagai produk limbah metabolik. Urin yang diproduksi di ginjal
mengalir melalui ureter ke kandung kemih, tempat urin ditampung untuk sementara
waktu, dan kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Pada praktikum ini juga akan dibahas struktur histologi alat-alat genitalia pria
meliputi testis, epididimis, ductus deferens, kelenjar aksesorius (vesikula seminalis dan
prostat) serta penis.

D. MATERI PRAKTIKUM
GINJAL
Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat permenit, dari jumlah ini, 124 ml
diabsorpsi kembali oleh organ dan hanya 1 ml yang dieruskan ke dalam ureter sebagai
urin. Lebih kurang 1500 ml urin dibentuk 24 jam.
Ginjal dapat dibagi menjadi korteks di luar dan medula di dalam. Pada manusia,
medula ginjal terdiri atas 10-18 struktur berbentuk kerucut atau piramid, yaitu piramid

14
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

medula. Dari dasar setiap piramid medula, terjulur berkas-berkas tubulus yang paralel,
yaitu berkas medula, yang menyusup ke dalam korteks.
Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian yang
melebar, yakni: korpuskel renalis, tubulus kontortus proksimal, segmen tipis dan tebal,
ansa henle, tubulus kontortus distal, tubulus, dan duktus koligentes.

Gambar 1. Anatomi Ginjal

Gambar 2. Struktur Nefron Pada Ginjal


15
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Korteks Ginjal (Cortex Renis)


Bagian ini diliputi oleh kapsula fibrosa, kemudian teliti bagian-bagiannya sebagai
berikut:
• Penonjolan Ferreini (medullary rays), merupakan bagian dari medulla yang
menembus korteks yang tersusun atas nefron dan ductus koligen (tubulus kolektif).
• Badan Malpighi (corpus malpighii) yang disusun oleh glomerulus dan kapsula
Bowmani. Dengan objektif 45x dapat diteliti : kutub vaskular (polus vascularis) dan
kutub tubular (polus tubularis/urinalis).
• Tubulus proksimal (proximal convoluted-tubul) yang disusun oleh 3-4 sel.
• Segmen tebal (thick segment/ascending limbs)
• Tubulus distal (distal convoluted tubule) yang disusun oleh 5-8 sel.
• Tubulus kolektif (collecting tubule)
• Segmen tipis (thin segment / descending limbs)

Gambar 3. Struktur Histologi Korteks Ginjal

16
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 4. Korteks Ginjal. Tampak Proximal Convoluted Tubule (P) Dilapisi


Simple Cuboidal Epithelium, Memiliki Brush Border Dengan Mikrovili Yang
Panjang, Terdapat Agregat Protein Plasma. Distal Convoluted Tubules (D)
Tampak Kosong, Tidak Memiliki Brush Border dan Protein. Tampak Pula
Glomerulus (G), Tubular Pole (TP), dan Urinary Space (U).

Medula Ginjal (Medula Renis)


Yang disusun oleh sejumlah piramid ginjal dengan bagian-bagiannya sebagai berikut :
• Segmen tebal (thick segment / descending limbs)
• Segmen tipis (thin segment)
• Tubulus kolektif (collecting tubule)
• Saluran papilaris (palillary duct)
• Epitel transisional yang melapisi papila ginjal (papila renalis)
• Pada kedua bagian tersebut perhatikan pula vascularisasi, arteri interlobularis dan
arteri arcuata (arciformis)

17
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 5. Medula Ginjal, Tampak Nephron Loops' Thin Descending Limbs


(T), Nephron Loops' Thick Ascending Limbs (A), Collecting Ducts (CD), Parallel
Vasa Recta Capillaries (C), Interstitium (I).

URETER
• Panjangnya 25-30 cm.
• Terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum dan berakhir
menembus kandung kemih secara diagonal.
• Secara makroskopis terlihat bahwa selaput lendir ini berwarna kebiru-biruan dan
mempunyai lipatan-lipatan.
• Dinding ureter terdiri dari 3 (tiga) lapisan yaitu:
1. Tunika Mukosa :
▪ Epitel transisional (peralihan), mulainya tipis hanya terdiri dari 2-3 lapis sel
pada kaliks minor dan terus bertambah tebal sehingga pada ureter sudah
mencapai 5 lapis sel dan akan menjadi 7-8 lapis sel pada kandung kemih.
Bagian basal epitel ini terdiri dari sel kolumnair atau kubis, pada bagian
tengah sel-selnya berbentuk polihedral dan pada lapisan superfisial terdiri dari
sel bulat besar dengan permukaan cembung ke lumen dengan inti bulat oval
yang dikenal sebagai “sel payung”. Sebagian besar sel superfisial ini berinti

18
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

dua atau lebih. Jika organ ini teregang maka sel ini menjadi gepeng terutama
sel paling luar. Epitel transisional ini tidak permiabel jadi urine disini tidak
berubah komposisinya.
▪ Lamina propria : terdiri dari jaringan ikat jarang yang mengandung serat-serat
kolagen.
2. Tunika Muskularis : Pada dua pertiga bagian atas tunika muskularis ureter terdiri
dari dua lapis otot polos, yaitu bagian dalam berjalan longitudinal dan bagian luar
berjalan sirkuler, pada sepertiga bagian bawah lapisan otot menjadi 3 lapis yaitu
dalam longitudinal, tengah sirkuler dan luar longitudinal ke semua lapisan ini
tidak jelas batasnya.
3. Tunika Adventisia : Lapisan paling luar dari ureter ini terdiri dari jaringan
fibroelastis, dijumpai pembuluh darah, pembuluh limfe dan serat saraf.

Gambar 6. Struktur Histologi Ureter

KANDUNG KEMIH (VESICA URINARIA)


Vesika Urinaria merupakan tempat penampungan dari urine yang dihasilkan ginjal,
kapasitasnya sekitar 500 ml, dalam keadaan kosong bentuknya seperti piramid dengan
apeks pada bagian basal. Vesika urinaria menerima urin dari kedua ureter dan
menyimpannya hingga terdapat stimulasi neural yang menyebabkan kontraksi vesika
urinaria dan mengeluarkan urin.

19
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Dinding kandung kemih terdiri dari 3 lapisan:


1. Tunika mukosa: dilapisi epitel transisional, terdiri dari 7-8 lapis sel, bila kosong
tampak mukosa ini berlipat-lipat dan bila penuh lipatanya akan menghilang sehingga
sifatnya ini seperti akordion. Pada mukosa ini tidak terjadi proses absobsi oleh karena
adanya "krusta" yang menyebabkan mukosa tidak permiabel, sifat lain epitel disini
sama seperti epitel transisional ureter seperti adanya sel payung dll. Pada basis
kandung kemih terlihat bentuk segitiga dimana disini tidak terdapat lipatan mukosa,
lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat jarang yang mengikuti sifat akordion
epitel.
2. Tunika muskularis: terdiri atas 3 (tiga) lapisan otot polos yaitu bagian luar berjalan
longitudinal, bagian tengah berjalan sirkuler dan bagian dalam berjalan longitudinal.
Ketiga lapisan otot ini tidak mempunyai batas jelas dan terlihat seolah-olah mereka
bersatu, pada dasar trigonum lapisan otot polos ini akan membentuk "sfinter vesika"
terutama dari otot longitudinal bagian dalam, sedangkan otot sirkuler ditengan akan
berakhir disini dan otot longitudinal bagian luar akan melanjutkan diri ke otot urethra
sampai ke ujung prostat pada pria sedang pada wanita sampai ke meatus urethrae
eksternum.
3. Tunika adventisia: jaringan ikat jarang yang dilapisi oleh peritoneum di sebelah
luarnya.

Gambar 7. Struktur Histologi Vesika Urinaria

20
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 8. Vesika Urinaria.


Tampak Lapisan Dinding Vesika Urinaria (a) Dengan Mukosa Yang Dilapisi Epitel
Transisional (b) dan (c).

URETHRA
Urethra merupakan saluran fibromuskular berbentuk tabung yang membawa urine
darikandung kemih keluar tubuh melalui orifisium uretral eksterna. Ukuran, struktur dan
fungsi urethra wanita berbeda dengan pria.
Urethra Wanita
Epitel mukosa urethra wanita bervariasi, epitel berlapis gepeng pada bagian distal
dekatpulpa, bagian tengah epitel bertingkat dan bagian atas dekat kandung kemih epitel
transisional, lumennya berbentuk bulan sabit dan pada potongan melintang mukosa
terlihat adanya lipatan longitudinal, sering ditemui kelenjar intraepitelial yang bersifat
mukous dan kadang-kadang membentuk kantong dalam lamina propria, kelenjar ini
adalah “kelenjar Littre”
Urethra Pria
Urethra pria ini lebih panjang dari urethra wanita dan secara anatomis dibagi atas :
1. Urethra Pars Prostatika, bagian urethra dekat dengan kandung kemih dan berjalan
melalui kelenjar prostat disini ia menerima saluran prostat, mukosa urethra pars
prostatius ini dibatasi oleh epitel transisional, lamina propria terdiri dari jaringan ikat

21
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

jarang dengan banyak kapiler darah, lapisan muskularisnya dibentuk oleh otot polos
yang merupakan lanjutan dari lapisan longitudinal luar otot polos kandung kemih.
2. Urethra Pars Membranasea, bagian urethra yang terbentang dari prostat sampai
bulbus penis dan saluran ini menembus membran perinealis, panjang urethra pars
membranasea ini sekitar 1cm, mukosanya dilapisi oleh sel kolumnair atau epitel
bertingkat, lapisan ototnya dibentuk oleh otot skelet dan pada daerah membran
perinealis otot skelet ini akan membentuk sfingterurethra eksternum yang dibawah
kesadaran, sedangkan sfingter urethra internum terbentu koleh lapisan sirkuleer otot
polos pada urethra pars prostatika yang tidak dibawah kemauan.
3. Urethra Pars Spongiosa, terbagi dua yaitu urethra pars bulbaris dan urethra
parspendulosa, Kedua bagian urethra ini berjalan sepanjang korpus spongiosa penis.
Mukosaurethra pars spongiosa ini dilapisi oleh epitel bertingkat atau kolumnair
sampai fossaavikularis dan pada fossa ini mukosa dilapisi oleh epitel berlapis gepeng
yang akan berhubungan langsung dengan jaringan epitel dipermukaan luar, sepanjang
urethra parsspongiosa ini terdapat kelenjar Littre yang merupakan kelenjar
intraepitelial yang bersifat mukous, kelenjar ini paling banyak terdapat pada pars
pendulosa urethra.

Gambar 9. Struktur Histologi Urethra. Epitel Urethra Bervariasi Mulai Dari


Stratified Columnar dan Pseudostratified Columnar. Pada Bagian Distal
Uretra Dilapisi Epitel Stratified Squamous

22
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

HISTOLOGI ALAT GENITALIA PRIA


TESTIS
Testis dibungkus oleh tunika vaginalis pars parietalis dan tunika vaginalispars
visceralis yang dipisahkan oleh celah berisi cairan serosa jaringan pengikat inidilapisi
mesotel sedangkan tunika albuginea memiliki jaringan pengikat padat fibrosa. Tunika
albuginea ini adalah lapisan yang langsung menempel pada parenkim testis dan menebal
membentuk septum yang memisahkan lobulus testis.
Di sepanjang septulum terdapat tunika vaskulosa yang berasal dari jaringan pengikat
longgar yang berbentuk anayaman dari pembuluh–pembuluh darah yang nantinya akan
berlanjut sebagai jaringan interstitial. Interstitial testis ini berisi makrofag, fibroblas,
mastosit dan sel mesenkim. Terdapat juga sel leydig yaitu sel endokrin pada testis yang
berfungsi sebagai produksi hormon kelamin laki-laki atau biasa disebut sebagai hormon
testosteron.
Di bagian tengah testis terdapat mediastinum yaitu tempat penebalan sebagai tempat
berakhirnya septum testis atau bisa disebut juga daerah penebalan diujung testis.
Mediastinum ini diisi oleh tubulus rektus dan rete testis. Tubulus rektus adalah bagian
akhir dari tubulus seminiferus dan memiliki epitel kuboid selapis. Sedangkan rete testis
adalah lanjutan dari tubulus rektus, sebuah ruangan yang memiliki dinding tidak rata dan
memiliki epitel skuamus simpleks. Rete testis ini nantinya akan berlanjut sebagai duktus
efferent.

Gambar 10. Struktur Histologi Testis


23
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Tubulus seminiferus memiliki bentuk seperti pipa berkelok–kelok memiliki diameter


150-250 µm dan berfungsi sebagai pars sekretori dari kelenjar sitogenik. Dinding tubulus
seminiferus memiliki epitel yang berlapis yaitu 4 sampai 8 lapis. Terdapat sel
spermatogenik yaitu spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder,
spermatid, spermatozoa, terdapat juga sel penyokong yaitu sel sertoli yang berfungsi
menyokong pemberian nutrisi untuk proses permatogenesis dan terdapat membrana
basalis. Lamina propianya terdapat sel–sel mesenkhim dari jaringan interstitial dan sel
myoid yang terdiri dari epiteloid dan jaringan kontraktil.

Gambar 11. Testis. Connective Tissue (CT), Interstitial Cells (IC)


Mensekresiandrogens, Myoid Cells (M), Fibroblasts (F), Sertoli Cells (SC),
Spermatogonia (SG), Spermatocytes (PS), Seminiferous Tubules (ST).

EPIDIDIMIS
Epididmis sering disebut anak buah pelir, letaknya sangat berdekatan dengan testis.
Secara anatomis terdiri atas caput, korpus dan kauda epididimis. Epididimis terdiri atas
jaringan ikat mirip tunika albuginea sebagai stroma dengan mengandung otot polos (jelas
pada kuda) didalamnya terdapat saluran yang merupakan parenkhim, yakni duktulis
efferentes dan duktus epididimis.
24
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Epididimis berfungsi menyimpan sementara spermatozoa, khususnya didaerah kauda


epididimis dan diduga disini terjadi proses pendewasaan. Gerakan spermatozoa mulai
tampak, tapi dalam tubuli seminiferi jelas belum ada gerakan. Spermatozoa yang telah
melalui epididimis memiliki potensi untuk membuahi ovum. Spermatozoa yang tidak
melewatinya daya pembuahannya sangat kecil.
Duktuli efferentes dalam epididimis secara perlahan memiliki epithel silindris banyak
lapis bersilia (stereocilia), lumen semakin besar dan dinding semakin tebal dengan
bertambahnya lapisan otot polos. Dalam epididimis saluran tersebut selanjutnya disebut :
Duktus epididimis. Sel basal dari epithel banyak lapis mengandung butiran lemak (babi
dan ruminansia), sedangkan sel atas silindris tinggi dengan stereosilia. Semakin menuju
kauda epididimis, ukuran epithel semakin rendah, lumen semakin berkelok-kelok dan
otot polos semakin tebal.

Gambar 12. Struktur Histologi Epididmis

DUCTUUS DEFERENS
Berupa saluran tunggal yang keluar dari kauda epididimis, membentuk Funikulus
spermatikus (Spermatic cord) di daerah leher skrotum, selanjutnya masuk rongga perut
menuju uretra dalam rongga pelvis.

25
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Duktus deferens dilapisi oleh selapis atau dua lapis epitel kolumnar. Lamina
proprianya terdiri dari jaringan ikat dengan banyak sel dan serabut elastis. Bagian ini
langsung bersatu dengan sub-mukosa dan keduanya disebut propria mukosa. Tunika
muskularisnya cukup tebal, dengan susunan otot polos yang memanjang, melintang dan
miring. Tunika adventitia atau serosa terdapat pada lapisan terluar memiliki pembuluh
darah, saraf, jaringan limfoid dan otot polos.

Gambar 13. Struktur Histologi Ductus Deferens

VESIKULA SEMINALIS
Vesikula seminalis adalah pasangan kelenjar yang terletak di bagian belakang-bawah
cesika urinaria pria. Kelenjar ini dapat menyekresikan cairan untuk membentuk air mani.
Sekitar 70% dari cairan mani manusia berasal dari vesikula seminalis. Panjang vesikula
sekitar 5 cm.Sekret vesikula seminalis mengandung protein, enzim, fruktosa, fosforilklon
dan prostaglandin.Saluran vesikula seminalis bermuara ke kelenjar prostat dan vas
deferens. Ketiga bersatu membentuk saluran ejakulasi.
Vesikula seminalis terdiri dari saluran yang sangat berkelok-kelok dengan panjang 15
cm. Lapisan mukosa dibatasi oleh epitel berlapis semu silindris. Lapisan epitelnya
membentuk kripta-kripta yang saling beranastomose. Epitel terdiri dari sel-sel basal dan
lapisan sel kubus atau silindris pendek, yang kaya dengan granula sekret. Lamina
proprianya kaya dengan serabut elastin dan dikelilingi oleh lapisan otot polos yang tipis.
26
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Pada lapisan ototnya terdapat serabut-serabut saraf dan ganglia simpatis. Sekresi yang
tertimbun dalam kelenjar dikeluarkan waktu ejakulasi oleh kontraksi otot polos.

Gambar 14. Kelenjar Aksesorius Pada Genitalia Pria Terdiri Atas Sepasang
Vesikula Seminalis (A) dan Prostat (B).

Gambar 15. Struktur Histologi Vesikula Seminalis.

PROSTAT
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari vesica urinaria, di
depan rektum dan membungkus uretra posterior. Prostat terdiri dari kelenjar yang dilapisi
dua lapis sel, bagian basal adalah epitel kuboid yang ditutupi oleh lapisan sel
sekretorikolumnar. Pada beberapa daerah dipisahkan oleh stroma fibromuskular. Hormon

27
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

androgen testis berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel-sel
prostat.
Prostat merupakan suatu kumpulan 30−50 kelenjar tubuloalveolar yang bercabang.
Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika, yang menembus prostat. Kelenjar
prostat terbagi dalam beberapa zona, antaralain: zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra. Zona perifer adalah zona
yang paling besar, yang terdiri dari 70% jaringan kelenjar sedangkan zona sentral terdiri
dari 25% jaringan kelenjar dan zona transisional hanya terdiri dari 5% jaringan kelenjar.
Sebagian besar kejadian Benign Prostat Hiperplasia (BPH) terdapat pada
zonatransisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zonaperifer.
Kelenjar tubuloalveolar prostat dibentuk oleh epitel bertingkat silindris atau kuboid.
Stroma fibromuskular mengelilingi kelenjar-kelenjar. Prostat dikelilingi suatu simpai
fibroelastis dengan otot polos. Septa dari simpai ini menembus kelenjar dan membaginya
dalam lobus-lobus yangtidak berbatas tegas pada orang dewasa. Seperti halnya
vesikulaseminalis, struktur dan fungsi prostat bergantung pada kadar testosteron.
Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung kalsium,
ion sitrat, ion fosfat, enzim pembekuan, dan profibrinolisin. Cairan prostat yang sedikit
basa dapat menetralkan sifat asam cairan seminalis lainnya selama ejakulasi, dan juga
meningkatkan motilitas dan fertilitas sperma.

Gambar 16. Struktur Histologi Prostat.

28
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PENIS DAN URETRA (PENIS ET URETHRA)


Secara makroskopis terlihat bagian-bagian berupa jaringan erektil yang saling
berdampingan berbentuk spongi dengan ruangan vascular yang irregular. Secara
mIkroskopis dapat diteliti bagian-bagiannya sebagai berikut:
• Korpora Kavernosa penis, bagian ini terdiri atas dua buah yang saling berdampingan
dan diliputi oleh tunika albuginea.
• Korpus Karvenosum uretra, (corpus spongiosum), merupakan jaringan erektil yang
mengelilingi uretra dan juga diliputi oleh tunika albuginea.
• Tunika albuginea merupakan membran jaringan penyambung keras dan kuat dan
resisten yang dibangun oleh serabut kolagen yang berjalan longitudinal disebelah luar
dan serabut-serabut elastik disebelah dalam yang berjalan sirkuler.
• Trabekula korporum kavernosorum yang merupakan lembaran-lembaran kecil di
dalam korpus karvenosum yang dibangun oleh jarigan fibrus padat, bundelan kolagen
yang tebal, fibrolas, jalinan elastik, serabut otot polos, dan permukaannya dilapisi
oleh endotelium.
• Kaverna korporum karvenosorum yang merupakan ruangan ruangan (lakuna darah)
di dalam korpus karvenosorum dan dapat berisikan darah.
• Septum penis (septum pectiniforme) merupakan bagian dari tunika albuginea yang
berjalan diantara korpora kavernosa penis.
• Urethra.
• Arteri profunda penis, adalah pembuluh darah yang berjalan di dalam korpora
kavernosorum penis dekat septum penis.
• Aa/v/nn, dorsalis penis, sekelompok pembuluh darah dan saraf yang berjalan di
dorsum penis.
• Fasia penis, adalah jaringan elastik areolar yang melapisi penis beserta pembuluh-
pembuluhnya.
• V. dorsalis penis kutanea, yang berjalan pada tunika albuginea korporum
kavernosorum uretra, merupakan pembuluh darah yang lebih tipis dan panjang
mengandung serabut otot polos (sirkuler) dan banyak serabut elastik.

29
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 17. Struktur Histologi Penis

Gambar 18. Penil Urethra (a) dan Jaringan Erektil Penis (b). Tampak Corpus
Spongiosum (CS) dan Penile Urethra (PU), Urethral Glands (UG), Corpora
Cavernosa (CC), Helicine Arteries (HA) dan Tunica Albuginea (TA).

30
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

E. ALAT DAN BAHAN


1) Mikroskop.
2) Sedian preparat histologi :
a. Ginjal
b. Ureter
c. Vesika urinaria
d. Testis
e. Epididimis
f. Ductus deferens
g. Vesikula seminalis
h. Prostat
i. Penis
j. Sedian preparat histologi :
3) Atlas Histologi.
4) Kain lap (untuk membersihkan mikroskop).

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1) Pre Test diberikan oleh instruktur praktikum.
2) Persiapkan mikroskop.
3) Ambil sedian preparat.
4) Masukkan preparat dan lihat dengan mikroskop mulai dari perbesaran lemah
kemudian kuat (40x, 100x, 400x)
5) Perhatikan struktur histologi organ yang terdapat pada preparat, bandingkan dengan
gambar di Atlas Histologi
6) Setelah selesai mengamati, bersihkan mikroskop menggunakan kain lap halus dan
bersih dengan hati-hati!
7) Post test diberikan oleh instruktur praktikum.

G. HASIL PRAKTIKUM
Gambarkan preparat histologi yang Anda amati di bawah mikroskop disertai judul
dan keterangan gambar yang lengkap pada Buku Gambar Hasil Praktikum Histologi
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Buku gambar ukuran A4.
b. Disampul rapi dengan warna yang disepakati oleh 1 angkatan.
31
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

c. Tuliskan identitas Nama dan NIM pada sampul depan buku gambar.
d. Tugas dikumpulkan di laboratorium histologi 2 hari setelah praktikum dilaksanakan.
Berikut adalah daftar organ yang wajib digambarkan pada buku gambar hasil
praktikum histologi saluran kemih dan genitalia pria:
No. Organ Perbesaran
1. Ginjal (tampak bagian korteks dan medulla) 400x
2. Ureter 100x
3. Vesika urinaria 100x
4. Testis 100x
5. Epididimis 100x
6. Ductus deferens 100x
7. Vesikula seminalis 100x
8. Prostat 100x
9. Penis 100x

H. KESIMPULAN PRAKTIKUM
..........................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
32
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
Alberts B, Bray D, Lewis J, Raff M, Roberts K, Watson J.D, 1994, Molecular Biology
of The Cell, 3rd Ed., Garland Publishing Inc, New York.
Fiore,M.S.H.di, 1996, Atlas Histologi Manusia, alih bahasa:Martoprawiro,dkk, ed.6,
EGC, Jakarta
Gartner, L.P., Hiatt,J.L., 2006, Color Atlas of Histology, 4th.ed, Lippincott Williams
and Wilkins
Junqueira, L.C., Carneiro, J., 2003. Basic Histology Text and Atlas, 10th.ed,
McGraw-Hill Companies
Lodish, H., Baltimore,D., Berk, A., Zipurshy, SL., Matsudaira, P., Darnell, J., 1995,
Molecular Cell Biology, 3rd Ed., Scientific American Books, New York
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira. Edisi 12. EGC. Jakarta.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.,
John Wiley & Sons Inc, USA

33
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE IV
FISIOLOGI BERKEMIH
dr. Sisca Devy, M.Biomed

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu melakukan pengukuran volume urine, berat jenis urine dan kadar chlorida dalam
urine dalam berbagai keadaan.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Mampu menentukan volume urine dengan mempergunakan alat gelas ukur.
2. Mampu menentukan berat jenis urine dengan mempergunakan urinometer.
3. Mampu menetukan kadar chlorida dalam urine dengan titrasi biuret.
4. Mampu mengaplikasikan hasil yang diperoleh dengan klinis.

C. PENDAHULUAN
Ginjal memproduksi urine yang mengandung zat sisa metabolic dan pengatur komposisi
cairan tubuh melalui 3 proses utama: filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi
tubulus.
A. Filtrasi Glomerular
1. Definisi
Filtrasi glomerular adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler
glomerular, dalam gradien tekanan tertentu kedalam kapsul bowman. Filtrasi ini
dibantu oleh faktor berikut :
a. Membran kapiler glomerular lebih permeable dibandingkan kapiler lain dalam
tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan sangat cepat.
b. Tekanan darah dalam kapiler glomerular lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan darah dalam kapiler lain karena diameter arteriol eferen lebih kecil
dibandingkan diameter arteriol aferen.
2. Mekanisme Filtrasi Glomerular
a. Tekanan Hidrostatik (darah) glomerular mendorong cairan dan zat terlarut
keluar dari darah dan masuk keruangan kapsul bowman.
b. Dua tekanan yang berlawanan dengan tekanan hidrostatik glomerular,
Tekanan Hidrostatik dihasilkan oleh cairan dalam kapsul boeman. Tekanan
ini cenderung untuk mengarahkan cairan keluar dari kapsul menuju
34
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

glomerulus, tekanan osmotic koloid dalam glomerulus yang dihasilkan oleh


protein plasma adalah tekanan yang menarik cairan dari kapsuul bowman
untuk memasuki glomerulus.
c. Tekanan filtrasi efektif (effective filtration force (EFP)) adalah tekanan
dorong netto. Tekanan ini adalah selisih antara tekanan yang cenderung
mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsul bowman dan tekanan
cenderung mengarahkan cairan kedalam glomerulus dan kapsul bowman.
EFP = (tekanan hidrostatik glomerular) - (tekanan kapsular) + (tekanan
osmotic koloid glomerular).
3. Laju filtarsi Glomerular (Glomerular Filtration Rate (GFR) adalah jumlah filtrasi
yang terbentuk per menit pada semua nefron dari kedua ginjal. Pada laki-laki, laju
filtrasi ini sekitar 125 ml/menit atau 180 L dalam 24 jam : paad perempuan,
sekitar 110 ml/menit.
4. Faktor Yang Mempengaruhi GFR
a. Tekanan Filtrasi Efektif. GFR berbanding lurus dengan EFP dan perubahan
tekanan yang akan terjadi akan mempengaruhi GFR. Derajat kontruksi
arteriol eferen dan aferen menentukan aliran darah ginjal, dan juga tekanan
hidrostatik glomerular.
1. Kontriksi arteriol eferen menurunkan aliran darah dan mengurangi laju
filtrasi glomerular.
2. Kontriksi arteriol eferen menyebabkan terjadinya tekanan darah dan
tambahan dalam glomerulus dan meningkatkan GFR.
b. Autroregulasi Ginjal. Mekanisme autoregulasi intristik ginjal mencegah
perubahan aliran darah ginjal dan GFR akibat variasi visiologis rerata
tekanan darah arteri. Autoregulasi seperti ini berlangsung pada rentang
tekanan darah yang lebar (Antara 80 mmHg dan 180 mmHg).
1. Jika rerata tekanan darah arteri (normalnya 100 mmHg) meningkat,
arterior aferen berkontriksi untuk menurunkan aliran darah ginjal dan
mengurangi GFR. Jika rerata tekanan darah arteri menurun terjadi
Vasodilatasi Arterior Aferen untuk meningkatkan GFR. Dengan
demikian, perubahan-perubahan mayor GFR dapat dicegah.
2. Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik dari reseptor-reseptor
pelegang dalam dinding arteriol dan dari apparatus jukstaglomerular.
35
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

3. Di samping mekanisme autoregulasi ini, peningkatan tekanan arteri


dapat sedikit menigkatkan GFR. Karena begitu banyak filtrate
glomerulat yang dihasilkan sehari, perubahan yang terkecilpun dapat
meningkatkan haluaran urine.
c. Stimulasi Simpatis, suatu peningkatan implus simpatis, seperti yang terjadi
saat stress, akan menyebabkan kontriksi arteriol eferen menurunkan aliran
darah kedalam glomerulus dan menyebabkan penurunan GFR.
d. Obstruksi aliran urinaria, oleh batu ginjal atau batu dalam ureter akan
meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapsul bowman dan menurunkan
GFR.
e. Kelaparan, diet sangat rendah protein atau penyakit hati akan menurunkan
tekanan osmotic koloid darah sehingga meningkatkan GFR.
f. Berbagai penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas kapilar
glomerular dan meningkatkan GFR.
g. Komposisi Filtrate Glomerulat
a. Filtrate dalam kapsul bowman identik dengan fitrat plasma dalam hal air
dan zat terlarut dengan berat molekul rendah, seperti glukosa, klorida
natrium, kalium, fosfat, urea, asam urat, dan kreatinin.
b. Sejumlah kecil albumen plasma dapat difiltrasi tetapi sebagian besar
diabsorbsi kembali dan secara normal tidak tampak pada urine.
c. Sel darah merah dan protein tidak difiltasi penampakannya dalam urine
menandakan suatu abnormalitas. Penampakan sel darah putih biasannya
menandakan adanya infeksi bakteri pada traktus urinaria bagian bawah.
B. Reabsorpsi Tubulus. Sebagian besar filtrat (99%) secara selektif direasorpsi dalam
tubulus ginjal melalu difusisi pasif gradient kimia atau listrik, transpor aktif terhadap
gradien tersebut , atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85% natriun klorida dan air srta
semua glukosa dan asam amino pada fitrat glomerulus diabsorpsi dalam tubulus
kontortus proksimal, walaupun reabsorpsi berlangsung pada semua bagian nefron.

36
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

1. Reabsorpsi Ion Natrium


a. Ion-ion natrrium ditranspor secara pasif melalui difusi terfasilitasi (dengan
carrier) dari lumen tubulus kontortus proksimal ke dalam sel-sel epitel
tubulus yang konsentrasi ion natriumnya lebih rendah.
b. Ion-ion natrium yang ditranspor secara aktif dengan popma natrium-kalium ,
akan keluar dari sel-sel epitel untuk masuk ke cairan intersitisialdidekat
kapilar peritubular.
2. Reabsorbsi Glukosa, Fruktosa dan Asam Amino
a. Carier glukosa dan asam amino sama dengan carier ion natrium digerakkan
melalui kontrapsor.
b. Maksimum Transport. Carier pada membrane sel tubulus memiliki kapasitas
reabsorbsi maksimum untuk glukosa, berbagai jenis asam amino, dan
beberapa zat terabsorbsi lainnya.
c. Maksimum Transport (TM) untuk glukosa adalah jumlah maksimum yang
dapat ditranspor (reabsorbsi) per menit, yaitu sekitar 200 mg glukosa/100 ml
plasma. Jika kadar glukosa darah melebihi nilai TMnya berarti melewati
ambang plasma ginjal sehingga glukosa muncul di urine (glikosuria).
3. Reabsorbsi air. Air bersama ion natrium melalui osmosis. Ion natrium berpindah
dari urea berkonsntrasi air tinggi dalam lumen tubulus kontortus proksimal ke
area konsentrasi air rendah dalam cairan interstisial dan kapiler peritubular.
4. Reabsorbsi urea. Seluruh urea yang terbentuk setiap hari difiltrasi oleh
glomerulus. Sekitar 50 % urea secara pasif direabsorbsi. Dengan demikian, 50 %
urea yang difiltrasi akan dieksresikan dalam urine.
Jumlah ini dinyatakan dalam maksimum transport (transport maximum (TM).
5. Reabsorbsi ion anorganik lain, seperti kalsium fosfat, dan sulfat, serta sejumlah
ion organic adalah melalui transport aktif.
C. Mekanisme Sekresi Tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar dari
darah dalam kapilar peritubular nmelewati sel-sel tubular menuju cairan tubular untuk
dikeluarkan dalam urine.
1. Zat-zat seperti ion hydrogen, kalium, dan ammonium, produk akhir metabolic
kreatinin, dan asam hipurat serta obat-obatan tertentu penisilin secara aktif
disekresi ke dalam tubulus.

37
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2. Ion hydrogen dan ammonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus kontortus
distal dan tubulus pengumpul. Sekresi tubular yang selektif terhadap ion hydrogen
dan ammonium membantu dalam pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam
basa cairan tubuh.
3. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk mengeluarkan
zat-zat kimia asing atau tidak diinginkan.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Biuret
2. Beaker Glass
3. Gelas Ukur
4. Urinometer
5. Pinset
6. Tabung Erlenmeyer
7. Urine Dalam Berbagai Keadaan
8. Buffer Asetat
9. Diphenilcarbazon Dalam Alohol
10. Hg(NO3) 2%

Waktu : 100 Menit Persiapan :


Empat orang praktikan bekerja bersamaan sekaligus. Mereka diberi nomor sebagai
praktikan 1, 2, 3 dan 4. Persiapan praktikum harus dilakukan 24 jam sebelum percobaan
dilaksanakan. Cara melakukan persiapan percobaan dapat dilihat pada daftar di bawah
ini. Meskipun peraturan-peraturan ini dilaksanakan, sifat perorangan akan
mempengaruhi hasilnya, sehingga sulit mengadakan perbandingan dari hasil percobaan
beberapa orang saja. Oleh sebab itu kumpulkan hasil-hasil percobaan dari semua
praktikan supaya kesimpulan dapat diambil secara seksama.

E. CARA KERJA
Urine dikumpulkan dalam beaker glass ukuran 1 liter dan berikan tanda jam berapa urine
tersebut diambil. Berat jenis urine ditentukan dengan urinometer, koreksi suhu harus
dilakukan, yaitu: 0,001dan harus ditambah setiap kenaikan 5-6⁰ C suhu kamar di atas
20⁰C. Titrasi didasarkan atas konstanta ionisasi HgCl2 yang rendah. Oleh sebab itu bila
Hg²+ditambahkan dalam larutan yang mengandung Cl maka ionnya akan bergabung
38
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

hampir semuanya dengan ion Cl hingga lebih banyak equivalent Hg yang ditambah
daripada equivalen Cl yang telah ada dalam larutan itu. Hg²+akan tetap sangat rendah
konsentrasinya dalam campuran itu, namun bila ditambahHg²+maka konsentrasiHg²+yang
bebas akan bertambah dengan cepat. Oleh karena diphenil carbazone membentuk warna
biru yang nyata dengan Hg²+maka zat ini dipergunakan sebagai indikator untuk
menyatakan equivalen yang dicapai.

Prosedur:
Masukkan ke dalam tabung Erlenmeyer ukuran 50 ml:
- 1 ml 0,4 n buffer asetat, pH 4,3
- 2 ml urine (1ml untuk yang pekat, 4 ml untuk yang encer)
- 5 tetes larutan diphenilcarbazon dalam alkohol
Ukurlah titer larutan ini dengan 0,1 n Hg(N03)2 dari burette sebanyak 5 ml
hingga campuran itu menunjukkan warna biru violet yang tetap. Cobalah lebih
dahulu dengan 0,1 n NaCl.
Perhitungan 1 ml Hg(N03)2yang ditambahkan menunjukkan adanya 0,1 milli
equivalen Cl di dalam urine tersebut.

39
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

DAFTAR CARA MELAKSANAKAN PERCOBAAN


Waktu No. 1 No. 2 No. 3 No.4
Tidak minum, Makan dan minum
Sehari sebelum makanan yang seperti biasa hingga jam
Makan dan
latihan hingga dimakan harus 1700 WIB. Antara jam
Minum seperti
jam 2100 WIB biasa mengandung sedikit 1700 WIB - 2100 WIB
air minum 2 liter air.
2100 WIB Urine yang diperoleh sampai jam 21.00 WIB semuanya dibuang.
2100 - 0500 WIB Sesudah jam 2100 WIB praktikan tidak boleh makan dan minum hingga
jam 0500 WIB, setelah jam 0500 WIB waktu sarapan pagi no.3
makan makanan kering, no. 1 dan no. 2 makan dan minum seperti
biasa, no. 4
makan seperti biasa tetapi harus minum ½ - 1 liter air. Urine ditampung
dari jam 2100 - 0500 WIB dan dikumpulkan menjadi satu, volumenya
diukur serta dibawa ke laboratorium.
0500– 1100 WIB Sarapan seperti di atas, juga waktu makan siang (no. 3 terus makan
makanan kering, no. 4 terus minum air 1 liter, no. 1 dan no. 2 seperti
biasa), semua urine ditampung.
1100 – 1150 Tiba di laboratorium jam 1100 WIB. Perhatikan cara melaksanakan
WIB percobaan ini, dan kerjakan pada urine yang ditampung pada waktu
malam hari tadi. Pada jam 1150 WIB urine ditampung dan ditentukan
volume, berat jenis dan kadar Clˉ nya.
1150 – 1200 Minum Minum 1200 ml Minum Minum 600 ml air
NaCl 0,9 %
WIB 1200 ml 1200 ml air
air
1200 – 1530 Urine dikumpul pada jam 1230, 1300, 1330, 1400, Urine ditampung
WIB 1430, 1500,1530. Volume, berat jenis dan seperti ketiga
praktikan yang lain.
konsentrasi ditentukan pada setiap urine yang
Setiap penampungan
ditampung. urine harus minum
200 ml air, kecuali
jam 1530 WIB. Pada
jam 1330 injeksi
vasopressin.

40
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Lampiran:
1. Praktikum jam 0730 WIB
- Urine jam 2100 – 0500 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah.
- Urine jam 0500 – 0700 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah.
- Jam 0720 – 0730 WIB minum sesuai dengan jumlah dan jenis minuman orang
percobaan yang ditentukan.
- Mulai jam 0730 WIB, urine ditampung setiap 30 menit yaitu jam 0800, 0830, dan 0900
(setiap urine yang dikumpulkan diukur volume, berat jenis dan kadar Clˉ nya).

2. Praktikum jam 0730 WIB


- Urine jam 2100 – 0500 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah.
- Urine jam 0500 – 0700 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah.
- Urine jam 2100 – 0500 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah
- Jam 0920 – 0930 WIB minum sesuai dengan jumlah dan jenis minuman orang
percobaan yang ditentukan
- Mulai jam 0930 WIB, urine ditampung setiap 30 menit yaitu jam 1000, 1030, dan 1100
(setiap urine yang dikumpulkan diukur volume, berat jenis dankadar Clˉ nya).

3. Praktikum jam 1130 WIB


- Urine jam 2100 – 0500 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah.
- Urine jam 0500 – 1100 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah.
- Jam 1120 – 1130 WIB minum sesuai dengan jumlah dan jenis minuman orang
percobaan yang ditentukan
- Mulai jam 1130 WIB, urine ditampung setiap 30 menit yaitu jam 1200, 1230, dan 1300
(setiap urine yang dikumpulkan diukur volume, berat jenis dan kadar Clˉ nya).

4. Praktikum jam 1330 WIB


- Urine jam 2100 – 0500 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah.
- Urine jam 0500 – 1100 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah.
- Jam 1320 – 1330 WIB minum sesuai dengan jumlah dan jenis minuman orang
percobaan yang ditentukan.
- Mulai jam 1330 WIB, urine ditampung setiap 30 menit yaitu jam 1400, 1430, dan 1500
(setiap urine yang dikumpulkan diukur volume, berat jenis dankadar Clˉ nya).

41
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

5. Praktikum jam 1530 WIB


- Urine jam 2100 – 0500 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah.
- Urine jam 0500 – 1100 WIB dikumpulkan dalam 1 wadah.
- Jam 1520 – 1530 WIB minum sesuai dengan jumlah dan jenis minuman orang
percobaan yang ditentukan.
- Mulai jam 1530 WIB, urine ditampung setiap 30 menit yaitu jam 1600, 1630, dan 1700
(setiap urine yang dikumpulkan diukur volume, berat jenis dankadar Clˉ nya).

F. HASIL PRAKTIKUM
Tuliskan hasil dari masing-masing percobaan

G. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM


Jelaskan makna dari masing-masing percobaan.

42
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE V
PEMERIKSAAN PROTEIN URIN
dr. Jensen Lautan, M.Kes

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami zat-zat yang termasuk patologik dalam urin.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu melakukan deteksi protein patologik dengan cara kualitatif/semi
kuantitatif dalam urin.

C. PENDAHULUAN
Ginjal merupakan organ yang berfungsi mengeluarkan sisa-sisa metablolisme dan
fungsi homeostatik.
Pengaturan susunan cairan tubuh oleh ginjal melalui 4 proses yaitu:
1. Filtrasi plasma oleh glomeruli.
2. Reabsorbsi selektif zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
3. Sekresi zat-zat yang terdapat di dalam darah kedalam lumen tubuli.
4. Pertukaran ion H dan pembentukan ammonia.
Urin yang terbentuk sebagai hasil ke 4 proses tersebut diatas mengandung :
1. Air dan Garam.
2. Asam dan Basa.
3. Sisa - sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
4. Zat - zat hasil detoxikasi.
5. Zat lain yang terdapat di dalam darah, dalam jumlah yang berlebihan, misalnya
glukosa.

Unit anatomi ginjal yang menjalankan fungsi-fungsi tersebut disebut nephron yang
jumlahnya lebih kurang 1 juta dalam satu ginjal. Urin yang terbentuk terkumpul di
tubulicolligentes, dibawa ke pelvis renalis dan dari sini ke vesicaurinaria melalui
ureter.

Susunan Urin
Urin normal mempunyai susunan yang sangat berbeda-beda dipengaruhi oleh
makanan dan faktor-faktor lain. Urin normal mengandung sejumlah zat, yaitu :
43
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

- Urea - Amonia
- Asam Urat - Klorida
- Kreatinin - Fosfat
- Belerang - Vitamin
- Indikan - Hormon
- Kreatin - Enzim

Zat-Zat Patologik Dalam Urin


Banyak diantara zat yang disebut patologi kini terdapat pula di dalam urin normal
dalam jumlah yang sangat kecil dan tidak dapat ditemukan dengan pemeriksaan kwalitatit
yang biasa dilakukan. Zat-zat tersebut adalah:
- Glukosa - Lemak
- Protein - Asam Amino
- Zat-zat Keton - Pigmen Empedu
- Nanah - Batu Urin
- Darah

Jika senyawa-senyawa tersebut didapati dalam jumlah yang abnormal, maka diduga
ada kelainan renal atau non-renal.

Pemeriksaan Protein Dalam Urin


Yang dimaksud dengan proteinuria adalah terdapatnya protein dalam jumlah yang
abnormal dalam urin.
Dalam keadaan normal 30-300 mg protein dieksresi dalam 24 jam, ini terdiri dari:
- Albumin
- Globulin Serum
- Nukleoprotein
- Musindarisel - Sel Epitel Saluran Kemih
Urin normal tidak memberikan hasil positif dengan test yang biasa dilakukan
(kwalitatit).

44
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Proteinuria ada 2 macam:


1. Fungsional (Fisiologik)
- Tidak berhubungan dengan penyakit organ.
- Jumlah yang diekskresi biasanya kecil < 0,5% dan bersifat sementara.
- Dapat timbul setelah bekerja berat, makan banyak protein (Alimentary Proteinuria),
pada kehamilan
2. Organik (Patologik)
❖ Dijumpai pada penyakit jantung, hati, tumor abdomen, glomerulonefritis,
nefrosklerosis.
❖ Jumlah yang diekskresi biasanya besar >0,5% dan bersifat tetap untuk
pemeriksaan ini urin harus jernih betul dan kalau perlu disaring, yang baik adalah
urin yang disentrifugal.

D. MATERI PRAKTIKUM
I. Percobaan pemanasan.
II. Heller’s Ring Test.

E. ALAT DAN BAHAN


I. Percobaan Pemanasan
Alat : a. Rak dan 3 Tabung Reaksi.
b. 2 Pipet Karet.
c. Lampu Bunsen.
d. Penjepit Tabung Reaksi.
Bahan : a. Asam Cuka 6%.
b. Asam Cuka 30%.
c. Kertas Lakmus.
d. Penjepit Tabung Reaksi.

II. Heller’s Ring Test


Alat : - Sebuah Tabung Reaksi
- Alat Sentrifug
Bahan : - Larutan HNO3 Pekat.

45
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

F. CARA KERJA
I. Percobaan Pemanasan
Pada percobaan ini urin harus jernih dan bersifat asam (diperiksa dengan lakmus).
Bila urin bersifat alkalis, Bila (sering dijumpai dalam urin yang sudah lama disimpan)
ditambahkan beberapa tetesasan cuka encer (6%) sampai reaksinya sedikit asam.
Cara Kerja
- Ambil 3 tabung reaksi dan isi masing-masing dengan 5 ml urin.
- Tabung I : Dipanasi sebentar, lalu ditambahkan beberapa tetesan cuka encer 6%
dan kemudian dipanaskan kembali.
- Tabung II : Ditambahkan beberapa tetes asamc uka 30% (jangan dipanaskan).
- Tabung III : Sebagai Pengontrol.
Keterangan:
- Cairan dalam tabung I dapat menjadi keruh karena terjadinya koagulasi protein atau
endapan phosphat. Endapan phospat ini akan larut kembali pada penambahan asam cuka
6% sedangkan protein tetap.
- Bila dalam tabung II dijumpai endapan, seringkali merupakan acetopresipitable protein.
Acetopresipitable protein adalah suatu persenyawaan dari albumin dengan
khondroitinsulfat yang dibebaskan dari persenyawaan Na oleh asam cuka.
Acetopresipitable protein mengendap pada milleu dingin.

II. Heller’s Ring Test


Masukkan beberapa ml (3-5 ml) HNO3 pekat kedalam sebuah tabung reaksi.
Lalu tuang secara perlahan urin yang sudah disentrifug melalui dinding tabung yang
sudah berisi HNO3 (p) tadi.

G. HASIL/INTERPRETASI
I. Percobaan Pemanasan
Bila dalam tabung II juga terdapat endapan, maka tabung II harus dipanaskan sebentar.
Kemudian membandingkan kekeruhan yang terjadi pada tabung I dan tabung II ini.
Hasil yang anda temui dalam praktikum ini:
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………....

46
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

II. Heller’s Ring Test


Terbentuknya lapisan presipitat putih diantara kedua lapisan cairan menunjukkan
reaksi positif.
Hasil yang anda jumpai pada praktikum ini:
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………..

H. KESIMPULAN
I. Percobaan Pemanasan
1. Bila hanya ada endapan pada tabung I sesudah pemanasan kedua, berarti terdapat
protein dalam urin.
2. Tabung I dan II sama keruhnya. Maka hanya ada acetopresipitable protein/musin/urat
dan tidak mengandung arti klinis yang amat penting.
3. Tabung I lebih keruh dari tabung II, maka ini berarti di dalam urin tersebut terdapat
protein yang mempunyai nilai penting dalam klinik.
II. Heller’s Ring Test
Dalam urin yang diperiksa terdapat protein.

Catatan : Adanya asam urat atau urea dengan kadar tinggi dalam urin dapat
menyebabkan terjadinya hasil false positive.

Kesimpulan dari percobaan pada praktikum ini:


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………..

REFERENSI
1. Graff SL.A Handbook of Routine Urinalysis. Lippincott Williams &Wilkins,1983,32-33.

47
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE VI – (1)
ANATOMI ORGAN GENITALIA PEREMPUAN
dr. H. Aswin Soefi Lubis, M.Si, P.A

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu mengaplikasikan struktur anatomi pelvis atau panggul sebagai area
reproduksi wanita serta organ-organ yang berada dipelvis dan hubungan dengan organ
sekitarnya.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Mampu mengetahui anatomi skeleton penyusun pelvis beserta bagian-bagiannya dan
dinding pembentuk pelvis.
2. Mampu mengetahui perbedaan Pelvis mayor dan minor.
3. Mampu mengetahui perbedaan Pintu Atas Panggul (PAP) dan Pintu Bawah Panggul
(PBP).
4. Mampu mengetahui organ-organ yang berada dirongga pelvis serta bentuk-bentuk
pelvis.
5. Mampu mengetahui ukuran dalam dan luar pelvis.
6. Mampu mengetahui perbedaan pelvis wanita dan pria.

C. PENDAHULUAN
Pelvis (Tulang Panggul) merupakan tulang berbentuk iregular dan berukuran besar
yang berhubungan dengan tulang yang sama pada sisi yang berlawanan berada diantarara
abdomen dan extremitas inferior. Pelvis berfungsi dalam transmisi gaya berat badan pada
waktu berdiri, duduk dan berpindah tempat. Pada wanita pelvis mempunyai fungsi
tambahan, yaitu merupakan jalan lahir bagi bayi pada waktu partus. Sehingga perlu
pemahaman anatomi panggul dalam proses persalinan normal atau melalui pervaginam.
Setiap wanita mempunyai anatomi panggul yang unik dan berbeda satu sama
lain. Panggul terdiri atas bagian keras panggul (dibentuk oleh tulang) dan
bagian lunak panggul (dibentuk otot, jaringan dan ligamen).

48
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

D. MATERI PRAKTIKUM
I. SKLETON PELVIS
PELVIS adalah: Bagian batang tubuh yang terletak di bawah abdomen tanpa batas
yang jelas.

ANATOMI PERMUKAAN
Anterior:
1. Crista Iliaca
2. Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS)
3. Spina Iliaca Posterior Superior (SIPS)
4. Tuberculum Pubicum
5. Symphysis Pubis
6. Crista Pubica

Posterior:
1. Processus Spinosus Sacrum/Crista Sacralis Media
2. Hiatus Sacralis
3. Os Coccygeus

BEBERAPA BENTUK DAN UKURAN DI DALAM PELVIS


a. Gynaecoid (Ginekoid) = Ukuran transversa sedikit lebih panjang atau sama dengan
anterior posterior , ditemui pada sekitar 43 % wanita -wanita yang berpelvis
gynaecoid tidak mengalami kesulitan dalam melahirkan.
49
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

b. Android = Ditemukan pada kebanyakan pria, pada wanita 32 % , Diameter transversa


lebih besar dan diameter antero posterior , Apertura pelvis superor memiliki diameter
transversa yang lebar, bagian posterior apertura cukup sempit , Apertura pelvis
berbentuk jantung.
c. Anthropoid (Antropoid) = Convergen , Lebih banyak dijumpai pada pria wanita 23%,
Diameter antero posterior apertura pelvis superior lebih besar dan diameter transversa.
Segment anterior bentuk sempit dan runcing.
d. Platypelloid (Platipeloid) = Diameter transversal lebih panjang dan antero posterior ,
Jarang pada pria, ditemui pada 2% wanita.

ANATOMI DISCRIPTIVA
1. Pelvis Mayor / False Pelvis / Pelvis Spuria / Panggul Besar. Bagian ini adalah kaudal
rongga Abdomen yang dibatasi :
Bagian belakang : Vertebra lumbalis
Bagian lateral : Fossa iliaca dan M.iliacus.
Bagian depan : Bagian bawah dinding anterior Abdomen
2. Pelvis Minor / True Pelvis / Pelvis Vera / Panggul Kecil Bagian ini adalah suatu
struktur seperti mangkok yang sebelah atas dibatasi oleh : Pintu Atas Panggul (PAP)
dan di sebelah bawah oleh: Pintu Bawah Panggul (PBP).
a. Pintu Atas Panggul (PAP) (Aditus Pelvis / Pelvic Inlet / Pelvic Brim / Apertura
Pelvis Superior). Pintu Atas Panggul adalah suatu bidang imaginer yang dibentuk
oleh Pasterior : Promontorium Lateral : Linea Arcuata / Linea Iliopectinea
Anterior: Pecten osis pubis dan symphysis pubis.
b. Pintu Bawah Panggul (PBP) (Exitus Pelvis / Pelvic outlet / Apertura Pelvis
Inferior). Pintu Bawah Panggul dibentuk oleh dua bidang segi tiga imaginer yang
alasnya bersekutu yaitu garis yang menghubungkan kedua Tuber Ischiadicum kiri
dan kanan. Kaki segitiga ventralis dibentuk oleh Ramus inferior ossis pubis dan
50
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Ramus inferior ossis ischii dengan puncak pinggir bawah symphysis pubis. Kaki
segitiga dorsalis adalah ligamentum sacrotuberalis dengan puncaknya ujung
bawah coccygis. Rongga Pelvis Diantara Pintu Atas Panggul dan Pintu Bawah
Panggul terdapat suatu rongga disebut Rongga Pelvis.
Rongga ini merupakan suatu saluran yang melengkung dengan dinding anterior
yang dangkal dan dinding posterior yang lebih dalam. Di dalam rongga ini akan
kita jumpai bagian bawah saluran pencernaan, saluran kemih dan organ interna
alat reproduksi.

51
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

II. DINDING PELVIS


Dinding pelvis terdiri atas tiga lapisan, yakni lapisan eksternal, intermedia dan
internal. Lapisan externa dibentuk oleh otot-otot dan fascia yang berada di sebelah
superficialis dari lapisan intermedia, termasuk m.gluteus maximus. Lapisan
intermedia terdiri dari os sacrum, os coccygeus dan os coxae, serta membrana
obturatoria, ligamentum sacrotubersum dan ligamentum sacrospinosum.. Lapisan
interna dibentuk oleh otot-otot dan fascia yang melekat pada lapisan interrmedia;
selain itu dibentuk pula oleh peritoneum, pembuluh darah dan serabutserabut saraf.
Dinding pelvis dibagi menjadi dua buah dinding lateral, sebuah dinding
posterior dan sebuah dinding dasar (= lantai). Dinding lateral dibentuk oleh bagian
dari os coxae yang berada di sebelah caudal dari linea terminalis, ditutupi oleh
m.obturator internus dan fascia obturatoria. Dinding posterior berbentuk melengkung;
bagian cranialnya menghadap ke arah caudo-ventral. Dibentuk oleh os sacrum dan os

52
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

coccygeus. Pada bagian lateral terdapat m.piriformis dan m.coccygeus. Dinding dasar
(lantai) dibentuk oleh peritoneum, diaphragma pelvis, diaphragma urogenitale dan
perineum.
Diaphragma pelvis dibentuk oleh m.levator ani dan m.coccygeus serta fascia
pelvis lamina parietalis, yang membungkus kedua otot tersebut. M.levator ani
merupakan otot yang kuat dan tebal, terletak hampir horizontal. Di rectum pada pria
dan wanita. Ketiga organ tersebut tadi mendapat dukungan dari serabut-serabut
m.levator ani. M.levator ani dibagi menjadi tiga bagian, yakni m.pubococcygeus,
m.puborectalis dan m.ileococcygeus.
Diaphragma pelvis berfungsi membantu fiksasi viscera pelvis dan menahan
tekanan intra abdominal yang semakin meningkat. Bersama-sama dengan kontraksi
otot-otot dinding ventral abdomen meningkatkan tekanan intra abdominal, misalnya
pada defecasi. M.levator prostetae dan m.apubovaginalis berperan dalam mengontrol
proses miksi (otot-otot ini terletak di caudalis vesica urinaria). Pada waktu defecasi
m.puborectalis mengalami relaksasi sehingga anorectal junction menjadi kendor.
Diaphragma urogenitale dibentuk oleh m.transversus perinei profundus dan
m.sphincter urethrae. Di dalam diaphragma urogenitale terdapat glandula
bulbourethralis. Diaphragma urogenitale terdapat di dalam spatium perinei
profundum. Letaknya hampir horizontal pada posisi orang berdiri tegak. Dilalui oleh
urethra kira-kira 2,5 cm di sebelah dorsalis symphysis osseum pubis. Fascia yang
menutupi diaphragma urogenitale merupakan lanjutan dari pars anterior fascia
diaphragmatis pelvis inferior.

53
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

III.VASCULARISASI DAN INNERVASI


VASCULARISASI A.ILIACA INTERNA
Arteria iliaca interna memberi percabangan parietal dan visceral. Cabang parietal
adalah sebagai berikut : 1. a.sacralis lateralis 2. a.obturatoria 3. a.glutea superior 4.
a.glutea inferior 5. a.pudenda interna 6. a.pudenda interna 7. a.iliolumbalis
percabangan visceral adalah sebagai berikut : 1. a.lumbalis 2. a.vesicalis superior 3.
a.ductus deferens 4. a.vesicalis inferior 5. a.uterina 6. a.vaginalis 7. a.rectalis media.

VENA ILIACA INTERNA


Vena iliaca interna (= vena hypogastrica) bergabung dengan vena iliaca externa
membentuk vena iliaca communis. Terletak di sebelah dorsal arteria iliaca interna,
disilangi di sebelah lateral oleh nervus obturatorius. Menerima aliran darah venous
yang dibawa oleh vena-vena yang mengikuti percabangan a.iliaca interna, kecuali
a.umbilicalis dan a.iliolumbalis. vena-vena yang dimaksud adalah : 1. vena glutea

54
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

superior 2. vena glutea inferior 3. vena pudenda interna 4. vena dorsalis penis
(clitoridis) juga menerima aliran darah venous dari plexus venosus, yakni : 1. plexus
venosus rectalis 2. plexus venosus vesicalis 3. plexus venosus prostaticus 4. plexus
venosus uterinus 5. plexus venosus vaginalis Plexus sacralis tidak menerima aliran
darah venosus dari viscera, tetapi mempunyai hubungan dengan vena azygos dan
sisterna vena vertebralis.

INNERVASI
Terutama berasal dari nervus spinalis segmental sacralis dan coccygeus, serta dari
pars pelvis systema autonomica. Plexus sacralis dibentuk oleh ramus ventralis
n.sacralis 1 – 4 dan truncus lumbosacralis. Terletak di sbelah ventral m.piriformis,
dipisahkan dari vena iliaca interna dan ureter oleh fascia pelvis parietalis.

E. ALAT DAN BAHAN


1. Os coxae : Os ilium, os ischium, os pelvis
2. Os sacrum
3. Manequen pelvis serta organ dalam pelvis
4. Handscone dan Masker

55
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

5. Computer dan Projecktor


6. Atlas Anatomi dan E-Book Anatomi

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1. Perhatikan bagian-bagian detail anatomi daro os coxae dan sacrum.
2. Bedakan pelvis wanita dan pria.
3. Bedakan os coxae sebelah kiri dan kanan.
4. Perhatikan otot-otot dan ligament yang membentuk dinding pelvis.
5. Perhatikan pembuluh darah arteri, vena dan syaraf yang berada didalam panggul.

G. HASIL PRAKTIKUM

56
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. KESIMPULAN
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

I. DAFTAR PUSTAKA
1. 1.. Moore, Keith L . 2002. Anatomi Klinis dasar, Jakarta, Hipokrates
2. Snell, Richard S. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem, Jakarta, EGC
3. Wibowo, Daniel S dan Paryana,Widjaya. 2009 Anatomi tubuh manusia, Yogyakarta,
Graha Ilmu
4. Frank H. Netter atlas of human anatomy

57
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE VI – (2)
ANATOMI ORGAN GENITALIA PEREMPUAN
dr. H. Aswin Soefi Lubis, M.Si, P.A

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu mengaplikasikan struktur anatomi organ genitalia interna dan eksterna
reprodukai wanita dan hubungan dengan organ lain sekitarnya.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Mampu mengetahui organ genetalia dalam (Interna) wanita.
2. Mampu mengetahui organ genitalia luar (Eksterna) wanita.
3. Vascularisasi dan innervasi genitalia wanita.

C. PENDAHULUAN
Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ genitalia
interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk sanggama, sedangkan organ
genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi
blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin. Pemahanan pengetahuan anatomi
diperlukan dalam pemeriksaan fisik untuk menentukan kelainan genitalia wanita.

D. MATERI PRAKTIKUM
Alat reproduksi wanita terdiri atas:
1. Genitalia Externa
- Mons Pubis
- Labium Majus Pudendi
- Labium Minus Pudendi
- Clitoris, Vestibulum Vagina
- Glandula Vestibularis Major (Glandula Bartholini) dan Minor
2. Genitalia Interna
- Tuba Uterina
- Uterus
- Vagina
- Ovarium

58
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Genitalia Externa
- Mons Pubis
- Labium Majus Pudendi
- Labium Minus Pudendi
- Clitoris, Vestibulum Vagina
- Glandula Vestibularis Major (Glandula Bartholini) dan Minor

Vulva (Pudendum)
❖ Alat kelamin luar.
❖ Struktur vulva terletak diatas os.pubis dan meluas ke kaudal dibawah arkus pubis.
❖ Area berbentuk lonjong.
❖ Batas anterior oleh clitoris, kanan dan kiri oleh kedua labia minora dan di posterior
oleh perineum.
❖ Vulva terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, vestibulum vagina
bulbus vestibularis, gland. Vestibularis major dan gland. Vestibularis minores

Mons Veneris
• Merupakan bagian yang menonjol diatas simfisis tdd penonjolan lemak.
• Terletak disebelah ventral symfisis pubica dan daerah suprapubica.
• Bantalan pada saat berhubungan badan.
• Ditumbuhi bulu kemaluan (Pubes).

Labium Majus Pudendi


❖ Berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi kulit dan rambut.
❖ Lipatan kulit menonjol yang terbentang dari mons pubis ke bawah dan ke belakang,
kedua labia mayora bertemu dan membentuk commisura posterior
❖ Secara embriologis, labia mayora homolog dengan skrotum pada pria.

Labium Minus Pudendi


• Adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar tidak berambut.
• Kedua labium minus bertemu di bagian anterior, membentuk preputium clitoridis dan
dibawah clitoris membentuk frenulum clitoridis.
• Ke bagian posterior kedua labium minus juga bersatu dan membentuk fossa
navikulare.
59
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Memiliki warna merah muda yang khas dan banyak badan akhir saraf sensoris.

Clitoris
❖ Terdiri Radix Clitoris; 1 bulbus vestibuli dan 2 crus clitoridis, corpus clitoridis,
gland clitoris.
❖ Bulbus Vestibuli: krn adanya vagina terbagi menjadi dua belahan melekat pada
diafragma urogenitalia dan diliputi oleh musculus bulbospingosus.
❖ Crura clitoridis dianterior menjadi corpora cavernosa clitoridis. Masing masing
terpisah diliputi oleh musculus ischiocavernosus.
❖ Corpus Clitoridis: 2 corpora cavernosa. Corpus spongiosum diwakili sedikit jaringan
erektil yang terletak dari bulbus vestibuli ke glans clitoridis
❖ Glans Clitoridis; jar erektil yang terletak yang menutupi corpus clitoridis. Banyak
serabut sensorik. Sebagian ditutupi preputium penis.
❖ Fiksasi oleh lig. Suspesorium Clitoris.
❖ Homolog dengan penis.

Vestibulum Vaginae
• Ruang antara kedua labium minus pudendi.
• Pada puncak tdpt clitoris dan pada basisnya tdpt muara uretra, vagina dan ductus
glandula vestibularis major.

60
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

• Pada dewasa terdapat 6 buah lubang : ostium urethra externum, ostium vagina, 2
ductus gland. Bartholini dan terdapat 2 ductus dari gland. paraurethral yang disebut
juga ductus scene.

Glandula Vestibularis Major (Bartolini)


• Homolog dengan glandula bulbouretralis pria (cowper).
• Sepasang kelenjar bulat oval kecil 0,5 cm dan ductus pjg 2,5 cm yang letaknya
tertutup oleh bagian posterior bulbus vestibuli terletak didasar labium minora.
• Masing2 glandula mengalirkan sekretnya kedalam vestibulum melalui saluran kecil
yang bermuara pada alur diantara hymen dan bagian posterior labium minus.
• Menghasilkan cairan pelumas selama hubungan seksual dan kelembaban.
• Klinis: Bartolitis dan kista bartoli dan abses bartolin.

Bulbus Vestibuli
• Terbelah oleh vagina.
• 2 Jaringan erektil yg memanjang sekitar 3 cm terletak disisi ostium vaginae.
• Berada disebelah dalam m. bulbospongiosus.
• Vascularisasi: a. pudenda int dan ext.

Uretra
• Panjang 3,8 cm.
• Uretra terbentang dari collum vesica urinaria sampai meatus uretra externus.
• Ditempat uretra bermuara ke dalam vestibulum kurang lebih dari 2,5 cm dibawah
clitoris.

Glandula Vestibularis Minor (parauretralis) = gland. skene


• Homolog dengan prostat pada pria.
• Terletak didinding depan vagina.
• Bermuara kedalam vestibulum melalui ductus-ductus kecil pada kedua sisi orificium
uretra.
• Gland skene menghasilkan seksresi untuk lubrikasi, sbg anti mikroba utk sistem
urinaria.
Introitus Vaginae
❖ Disebut juga ostium vagina/orificium vaginae

61
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

❖ Mempunyai lipatan mucosa tipis disebut hymen yang berlubang ditengahnya.


❖ Mempunyai bentuk dan ukuran yg berbeda-beda.
❖ Perdarahan ke hymen masuk pada posisi pukul 4 dan 8 (robek berhubungan seksual).

Hymen
❖ Adalah lipatan membran yang menutupi bagian luar vagina.
❖ Bentuk paling umum adalah bulan sabit.
❖ Hymen yang tersisa setelah seseorang melahirkan disebut carunculae hymenalis.
❖ Selaput dara tidak memiliki fungsi anatomi yang diketahui.
❖ Pada usia pubertas, selaput dara menjadi elastis.

Perineum
❖ Terletak antara vulva dan anus.
❖ Sering dilakukan episiotomi untuk memperbesar jalan lahir pada persalinan.
❖ Jaringan yang terutama menopang perineum adalah diafragma pelvis.
❖ Diafragma pelvis terdiri dari M. levator ani dan M. coccygeus di bagian posterior
serta selubung fascia dari otot-otot ini.

Vascularisasi Perineum
❖ Perineum memperoleh darah dari Arteri pudenda interna yang merupakan cabang
terminal terkecil truncus anterior Arteri iliaca interna.
❖ Arteri ini bersama venanya dan N. pudendus (Nn. sacrales 2-4) meninggalkan
panggul antara M. piriformis dan M. coccygeus.

Genitalia Interna
- Tuba Uterina
- Uterus
- Vagina
- Ovarium

❖ Vaginae
➢ Merupakan penghubung antara introitus dan uterus.
➢ Arahnya sejajar dengan arah dari pinggir atas symphysis ke promontorium
(penting utk pemeriksaan ginekologi).
➢ Panjang lebih kurang 8 cm dan mempunyai dinding anterior dan posterior.
62
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

➢ Sebagai saluran kelamin wanita untuk kopulasi.


➢ Saluran eksresi menstruasi dan jalan lahir.
➢ Di vagina tidak ada kelenjar yg bersekresi.
➢ Mengandung banyak pembuluh darah → pada kehamilan terdapat
hipervascularisasi sehingga dinding vagina terlihat kebiru-biruan (livide).
➢ Daerah lumen vagina yang mengelilingi cervix dibagi dalam 4 bagian fornix : pars
anterior fornicis vaginae, posterior, lateral kanan, dan lateral kiri.

➢ Tiga otot menyempitkan vagina dan berlaku sebagai spincter :


1. M. Pubovaginalis.
2. Diafragma urogenital (m. spinter uretra dan m. transversus perinei
profundus.
3. M. Bulbospingosus.

Vascularisasi Perineum
• Arteri vaginalis cabang dari iliaca interna dan ramus vaginalis art uterine.
• Vena: vena vaginalis membentuk plexus venosus disekeliling vagina dan bermuara ke
vena iliaca interna.
• Innervasi: berasal dari plexus hypogastric.

Uterus
• Organ berongga dan musculer (otot polos) berbentuk uterus menyerupai buah pir
yang pipih.
63
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

• Nulipara :panjang 8 cm, lebar 5 cm tebal 2,5 cm.


• Letak uterus adalah anteversi (sumbu pnjng uterus melengkung kedepan thdp sumbu
vagina) anteflexi (sumbu pnjang corpus uteri melengkung kedepan setinggi ostium
utreri internum pada sumbu panjang cervix uteri).
• Ditempat uretra bermuara ke dalam vestibulum kurang lebih dari 2,5 cm dibawah
clitoris.

Uterus terdiri atas:


• Fundus
• Corpus
• Cervix

Stuktur uterus mempunyai 3 lapisan:


1. Mucosa/ Endometrium
2. Tunika Muscularis /Myometrium
3. T. Serosa/Perimetrium
• Fgs: Menerima, mempertahankan, nutrisi ovum yg tlh dibuahi.

Topografi Uterus
• Peritoneum menutupi uetrus disebelah ventral dan cranial kecuali portio vaginalis
cervicis.
• Kearah ventral peritoneum beralih v. urinaria dan arah dorsal melewati dorsal
posterior fornicic vagina ke rectum.

64
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

• Kearah ventral corpus uteri terpisah dari v urinaria oleh excavatio vesicouterina
kearah dorsal corpus uteri dan pars supra vaginalis cervisis terpisah dari colon
sigmoideum dan dari rectum oleh excavatio recto uterina.
• Disebelah lateral arteri uterina menyilang ureter disebelah cranial didekat corpus
uteri.

Fundus Uteri
➢ Bagian proximal uterus, pada fundus kedua tuba fallopi masuk ke uterus.
➢ Dalam klinis penting untuk mengetahui sampai setinggi mana fundus uteri berada
untuk interpretasi usia kehamilan.

Corpus Uteri
➢ Bagian uterus terbesar.
➢ Rongga yang terdapat di corpus uteri disebut cavum uteri (rongga rahim).
➢ Dinding corpus uteri terdiri dari endometrium dan miometrium.
➢ Merupakan tempat janin untuk berkembang.

Isthmus
➢ Bagian uterus antara cervix dan corpus uteri.
➢ Diliputi oleh peritoneum viscerale yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau
digerakkan di daerah plica vesico-uterina.
➢ Di tempat inilah dinding uterus dibuka pada sectio cesarea transperitonealis profunda.
65
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

➢ Dinding belakang uterus seluruhnya diliputi oleh peritoneum viscerale.


➢ Bagian bawah terdapat suatu rongga yang disebut cavum Douglasi. Dalam klinik,
rongga ini menonjol jika ada cairan (darah atau asites) atau ada tumor di daerah
tersebut.

Cervix Uteri
➢ Terdiri atas :
o Pars Vaginalis Cervicis Uteri (Portio).
o Pars Supravaginalis Cervicis Uteri.
➢ Saluran pada cervix disebut canalis cervicalis berupa saluran lonjong sepanjang 2,5
cm.
➢ Terdapat 2 pintu, yg menghubungkan corpus uteri dengan cervix (ostium uteri
internum) dan yg menghubungkan cervix dengan vagina (ostium uteri externum).

Vascularisasi dan Innervasi


• Arteri uterina cabang dari a iliaca interna dan art ovarica.
• Vena uterina bermuara kevena iliaca interna.
• Saraf simpatik dan parasimpatik berasal dari plexus hypogastricus inf.

Ligamentum menyokong uterus dan cervix uteri dlm posisi benar


1. Lig. Transversum Cevicis (Cardinale): fascia pelvis berjalan menuju servix dan
ujung atas vagina dari dinding lateral pelvis.
2. Lig Pubocervicale (Pubovesicale): jar ikat menuju ke cervix dari fasies posterior
pubis: penyokong v.urinaria.
3. Lig Sacroservicalis (Uterosacrale): fascia pelvis yang berjalan menuju servix dan
ujung atas vagina dari ujung bawah sacrum.

Tuba Fallofi
• Tuba uterina berfungsi menghubungkan ovarium dan uterus.
• Fertilisasi terjadi pada tuba uterina.
• Tuba berukuran 7-14 cm.

➢ Tuba fallopii terdiri atas :


o Pars interstitialis, bagian yang menembus dinding uterus.
66
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

o Pars isthmica, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.


o Pars ampullaris, bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi
terjadi.
o Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai
fimbria.
Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur untuk kemudian
menyalurkannya ke dalam tuba.

Vascularisasi dan Innervasi Tuba Fallofi


• Arteri uterina berasal dari a. iliaca interna dan art ovarica yg berasal dari aorta
abdominalis.
• Vena Uterina dan Vena ovarica.
• Innervasi: syaraf simpatik dan parasimpatik dari plexus hypogastricus inferior.

Ovarium
➢ Masing2 ovarium berbentuk oval berukuran 4x 2 cm dan bagian belakang
ligamentum latum oleh mesovarium.
➢ Bagian lig latum yang terletak diantara perlekatan mesovarium dan dinding lateral
pelvis disebut ligamentum suspensorium ovarii.

Vascularisasi dan Innervasi Ovarium


• A. ovarica berasal dari aorta abdominal.
• Vena dextra bermuara kevena cava inf sedangkan vena ovarica sinistra bermuara vena
renalis sinistra.
• Innervasi berasal dari plexus aorticus dan mengikuti perjalanan art. Ovarica.

67
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

E. ALAT DAN BAHAN


1. Manequen genitalia interna dan eksterna wanita.
2. Handscone dan masker.
3. Computer dan projektor.
4. Atlas anatomi dan E-Book anatomi.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1. Perhatikan bagian-bagian anatomi detail genitalia interna dan eksterna.
2. Perhatikan penyokong uterus.
3. Perhatikan pembuluh darah arteri, vena dan syaraf genitalia interna dan eksterna.

G. HASIL PRAKTIKUM

68
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. KESIMPULAN
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

I. DAFTAR PUSTAKA
1. 1.. Moore, Keith L . 2002. Anatomi Klinis dasar, Jakarta, Hipokrates
2. Snell, Richard S. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem, Jakarta, EGC
3. Wibowo, Daniel S dan Paryana,Widjaya. 2009 Anatomi tubuh manusia, Yogyakarta,
Graha Ilmu
4. Frank H. Netter atlas of human anatomy

69
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE VII
HISTOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA
dr. Ira Cinta Lestari, M.Sc

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi organ-organ pada sistem
reproduksi wanita serta fungsinya sesuai dengan analitik mikroskopik.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Praktikum histologi sistem reproduksi wanita ini dilakukan sebagai bagian dari modul
reproduksi. Diharapkan setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu
mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histology organ-organ berikut:
1. Uterus.
2. Ovarium.
3. Tuba Uterine.
4. Vagina.
5. Plasenta.
6. Payudara.

C. PENDAHULUAN
Sistem reproduksi wanita terdiri atas sepasang ovarium dan oviduct, uterus, vagina
dan genitalia eksterna dan sepasang kelenjar payudara. Sistem reproduksi wanita
mengalami perubahan yang nyata pada saat pubertas, yang diawali menarche. Sistem
reproduksi wanita setiap bulan memperlihatkan siklus mens. Siklus ini dimulai dari
pubertas sampai berakhir pada menupause.
Perubahan struktur dan aktivitas setiap organ terutama ovarium dan uterus
dikendalikan oleh hormonhipofisis FSH (Folikel Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) yang berfungsi:
• Mempengaruhi ovarium dan mengatur pertumbuhan dan perkembangan folikel.
• Mengatur produksi hormon estrogen dan progesteron yang mengendalikan siklus
haid.
• Mempengaruhi produksi gonadotrophin (hormonhipofisis yang memicu pertumbuhan
dan kegiatan gonad, yaitu FSH dan LH) melalui mekanisme umpan balik negatif.

70
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 1. Sistem Reproduksi Wanita

D. MATERI PRAKTIKUM
UTERUS
• Dinding uterus relatif tebal,dan terdiri atas 3 lapisan,yaitu :
1. Lapisan mukosa (dalam) yang di sebut endometrium.
2. Lapisan Muskular (tengah) yang di sebut miometrium.
3. Lapisan serosa (luar) yang di sebut perimetrium.
• Endomentrium : terdiri atas epitel endomentrium yangmelekat pada membran basalis
dan sel stroma jaringan ikat, pembuluh darah, dan limfa.
• Kebanyakan sel epitelen domentrium adalah sel sekretoris torak tinggi, sedikit
bersilia.
• Fase-Fase Uterus:
o Fase Proliferasi
71
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

o Fase Sekresi
o Fase Menstruasi

Gambar 2. Uterus dan Tuba Uterina

Gambar 3. Struktur Histologi Uterus


72
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 4. Perubahan Struktur Histologi Uterus Pada Masing-Masing Siklus


Uterus

OVARIUM
• Merupakan bangunan berbentuk oval atau berbentuk buah pir.
• Ukuran 3x 1,5x 1 cm.
• Organ ini terbungkus dalam kantung peritoneum yang di bentuk oleh lapisan
posterior ligamentum latum dan tergantung di mesovarium.
• Permukaannya di lapisi epitel selapis gepeng atau selapis kuboid,yaitu epitel
germinativum, dibawahnya terdapat tunika albugenia.
• Daerah korteks (korteksovarii) : terdapat di bawah tunoka albugenia, daerah korteks
ini terutama ditempati folikel ovarium dan oosit, folikel ini tertanam pada jaringan
ikat (stroma). Lapisan korteks orang dewasa berisi :
o Folikel ovarium yang sesuai dengan fase perkembangan (folikel primer,
folikel sekunder, folikel tertier/ folikel graaf). Terdiri atas oosit dan suatu
lapisan sel epitel folikel yang ketebalannya bervariasi.
o Folikel atresia (folikel yang mengalami degenerasi)
o Korpus luteum

73
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

o Korpus albicans
• Daerah medulla (medulla ovarii) : merupakan bagian dalam dari ovarium, terletak di
tengah ovarium, mengandung anyaman vascular yang lebih besar dan jaringan ikat
longgar sampai masuk ke bagian korteks. Medulla juga mengandung rete ovarii yang
homolog dengan rete testis pada pria.

TUBA UTERINA/ OVIDUCT/ TUBA FALOPII


• Terdiri dari 4 bagian :
1. Intramural, yang terdapat dalam dinding uterus.
2. Ismus, 1/3 bagian medial yang dekat ke dinding uterus.
3. Ampula, yang meliputi lebih dari setengah panjangnya.
4. Infundibulum, bagian tuba uterine palingdistal dan segmen yang melebar
berbentuk corong dengan juluran seperti jari–jari yang di sebut fimbria.
• Dinding tuba uterina terdiri atas :
1. Tunika mukosa: lumen tuba uterine di batasi oleh epitel selapis silindris bersilia
dan sel-sels ekretoris. Epitel mukosa ini melekat pada membrane basalis yang
berkembang baik. Lamina propia mengandung jaringan ikat dengan pembuluh
darah, pembuluh limfa dan saraf.
2. Tunika muskularis : sebelah luar tunika mukosa, tubauterina mempunyai tunika
muskularis dari otot polos yang ketebalannya bervariasi. Paling tebal pada bagian
ismus dan berangsur menipis kearah fimbria. Terdiri atas otot polos dengan
susunan lapisan dalam sirkular dan lapisan luar longitudinal.
3. Tunika adventisia : lapisan luar tuba uterine terdiri atas lapis tipis jaringan ikat
yang di bungkus oleh lapis serosa darimesotel.
• Terdapat 3 jenis sel pada tuba uterina, ketiga jenis sel ini mengalami perubahan
selama siklus haid yaitu :
1. Sel silindris bersilia.
2. Sel sekretoris (silindris tidak bersilia).
3. Sel interkalaris (Peg Cells).

74
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 5. Struktur Histologi Tuba Uterina

VAGINA
Vagina terdiri dari 3 lapisan,yaitu :
1. Lapisan mukosa,di susun oleh epitel berlapis pipih yang mengandung banyak
glikogen yang di keluarkan dalam lumbu vagina sewaktu sek berdeskuamasi dan
sebagai sumber makanan bagi spermatozoa.
2. Lapisan muskularis, terdiri dari 2 lapisan yaitu:
o Dalam, di susun oleh otot polos yang berjalan melingkari vagina .
o Luar, di susun oleh otot polos yang berjalan longitudinal yang merupakan
lanjutan otot dari serviks dan uterus.
3. Lapisan adventisia, disusun oleh jaringan ikat longgar, serabut-serabut elastin
yang tebal dan banyak pleksus venosus dan serabut saraf.

75
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 6. Uterine Servix. Endocervical Canal (EC) Dilapisi Simple Columnar


Epithelium (SC) Kemudian Mengalami Peralihan Menjadi
Stratified Squamous Epithelium (SS) Pada Vagina (V)

Gambar 7. Struktur Histologi Vagina

PLASENTA
Plasenta merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua komponen yaitu selaput ekstra
embrionik dan selaput lender rahim yang berinteregasi menjadi satu kesatuan untuk
keperluan pertukaran timbale balik faal antara induk dan fetus serta dapat menghasilkan
hormon.

76
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Komponen Plasenta
• Komponen dari Fetus
1. Endotel pembuluh darah korion/korioalantois.
2. Jaringan ikat di korion.
3. Epitel dari korion (derivat trophoblast).
• Komponen dari Maternal:
o Epitel Endometrium
o Jaringan Ikat Endometrium
o Endotel Pembuluh Darah Endometrium

Gambar 8. Struktur Histologi Plasenta

PAYUDARA
Struktur histology kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis kelamin, usia dan
status fisiologis. Setiap kelenjar payudara terdiri dari 15-25 lobus yang tersusun radier di
sekitar puting, yang berfungsi menyekresi air susu bagineonatus. Setiap lobus dipisahkan
oleh jaringan ikat dan jaringan lemak yang merupakan kelenjar ductus ekskretorius
lactiferus. Ductus ini bermuara ke papilla mammae. Jaringan ikat akan memadat
membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak. Pita ini mengikat
lapisan dalam dari fascia subkutan payudara pada kulit. Pita tersebut disebut dengan
ligamenttum cooper atau ligamentum suspensorium payudara. Setiap lobus berbeda-beda,
sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya.
Sebelum pubertas, kelenjar payudara terdiri atas sinus laktiferus dan beberapa cabang
sinus ini, yaitu duktus laktiferus. Struktur khas kelenjar dan lobus pada wanita dewasa
berkembang pada ujung duktus terkecil. Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang
77
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

bermuara ke dalam satu duktus terminal dan terdapat dalam jaringan ikat longgar. Duktus
laktiferus menjadi lebar dan membentuk sinus laktiferus di dekat papilla mammae. Sinus
laktiferus dilapisi epitel berlapis gepeng pada muara luarnya yang kemudian berubah
menjadi epitel berlapis silindris atau berlapis kuboid. Lapisan duktus laktiferus dan
duktus terminal merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus sel mioepitel yang
berhimpitan.

Gambar 9. Kelenjar Payudara Pada Dewasa, Kehamilan dan Menyusui

Gambar 10. Alveoli Pada payudara Pada Masa Aktif (a) dan Menyusui (b).
Tampak Glandular Alveoli (A), Mioepitel (M), Lymphocyte (L), Venule (V),
Plasma Cells (P) Yang Mensekresi IgA (Immunoglobulin A) dan Lipid droplet
(LD)

E. ALAT DAN BAHAN


1) Mikroskop
a. Sedian preparat histologi :
b. Uterus
c. Ovarium
d. Tuba uterina
e. Vagina
f. Plasenta
g. Payudara

78
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2) Atlas Histologi
3) Kain lap (untuk membersihkan mikroskop)

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1) Pre Test diberikan oleh instruktur praktikum.
2) Persiapkan mikroskop.
3) Ambil sedian preparat.
4) Masukkan preparat dan lihat dengan mikroskop mulai dari perbesaran lemah
kemudian kuat (40x, 100x, 400x).
5) Perhatikan struktur histologi organ yang terdapat pada preparat, bandingkan dengan
gambar di Atlas Histologi
6) Setelah selesai mengamati, bersihkan mikroskop menggunakan kain lap halus dan
bersih dengan hati-hati!
7) Post test diberikan oleh instruktur praktikum.

G. HASIL PRAKTIKUM
Gambarkan preparat histologi yang Anda amati di bawah mikroskop disertai judul
dan keterangan gambar yang lengkap pada Buku Gambar Hasil Praktikum Histologi
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Buku gambar ukuran A4.
b. Disampul rapi dengan warna yang disepakati oleh 1 angkatan.
c. Tuliskan identitas Nama dan NIM pada sampul depan buku gambar.
d. Tugas dikumpulkan di laboratorium histologi 2 hari setelah praktikum dilaksanakan.

Berikut adalah daftar organ yang wajib digambarkan pada buku gambar hasil
praktikum histologi sistem reproduksi wanita:
No. Organ Perbesaran
1. Uterus 100x
2. Ovarium 100x
3. Tuba uterina 100x
4. Vagina 100x
5. Plasenta 100x
6. Payudara 100x

79
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. KESIMPULAN PRAKTIKUM
…......................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......…......................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

REFERENSI
Alberts B, Bray D, Lewis J, Raff M, Roberts K, Watson J.D, 1994, Molecular Biology
of The Cell, 3rd Ed., Garland Publishing Inc, New York.
Fiore,M.S.H.di, 1996, Atlas Histologi Manusia, alih bahasa:Martoprawiro,dkk, ed.6,
EGC, Jakarta
Gartner, L.P., Hiatt,J.L., 2006, Color Atlas of Histology, 4th.ed, Lippincott Williams
and Wilkins
Junqueira, L.C., Carneiro, J., 2003. Basic Histology Text and Atlas, 10th.ed,
McGraw-Hill Companies
Lodish, H., Baltimore,D., Berk, A., Zipurshy, SL., Matsudaira, P., Darnell, J., 1995,
Molecular Cell Biology, 3rd Ed., Scientific American Books, New York
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira. Edisi 12. EGC. Jakarta.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.,
John Wiley & Sons Inc, USA
80
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE VIII
HISTOPATOLOGI SISTEM REPRODUKSI
dr. Indri Mahrani, M.Ked (PA), Sp.PA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami histopatologi sistem reproduksi.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah melakukan praktikum histopatologi sistem reproduksi diharapkan
dapat:
1. Menjelaskan mengenai sistem reproduksi.
2. Menjelaskan mengenai penyakit pada sistem reproduksi.

C. PENDAHULUAN
Ovarium merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang berlokasi pada
pelvis yang menyokong uterus menutupi dinding lateral pelvis, di belakang ligamen dan
bagian anterior dari rektum. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga
pelvis. Selama masa reproduksi ovarium mempunyai ukuran 4 x 2,5 x 1,5 cm. 1

Gambar 1. Anatomi Ovarium

81
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 2. Alat Reproduksi Wanita

Ovarium dilapisi oleh satu lapisan yang merupakan modifikasi macam-macam


mesotelium yang dikenal sebagai epitel permukaan dan germinal. Stroma ovarium dibagi
dalam region kortikal dan medulari, tapi batas keduanya tidak jelas. Stroma terdiri dari
sel-sel spindel menyerupai fibroblas, biasanya tersusun berupa whorls atau storiform
pattern. Sel-sel terdiri atas cytoplasmic lipid dan dikelilingi oleh suatu serat retikulin.
Beberapa sel menyerupai gambaran seperti miofibroblastik dan immunoreaktif dengan
smooth muscle actin (SMA) dan desmin. Bagian korteks dilapisi suatu lapisan biasanya
ditutupi oleh jaringan ikat kolagen yang aseluler. Folikel mempunyai tingkatan maturasi
yang bervariasi di luar korteks. Setiap siklus menstruasi, satu folikel akan berkembang
menjadi suatu folikel grafian, yang mana akan berubah menjadi korpus luteum selama
ovulasi. Medula ovarium disusun oleh jaringan mesenkim yang longgar dan terdiri dari
kedua duktus (rete ovarii) dan small clusters yang bulat, sel epitel yang mengelilingi
pembuluh darah dan pembuluh saraf. Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu : (1).
Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, (2). Memproduksi hormon
estrogen dan progesteron. Pembuluh darah limfe ovarium mengalir ke saluran yang lebih
besar membentuk pleksus pada hilus, dimana akan mengalir melewati mesovarium ke
nodus paraaorta, aliran lain ke iliaka interna, iliaka eksterna, interaorta, iliaka pada
umumnya dan nodus inguinal. 2,3

D. MATERI PRAKTIKUM
Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium sekitar 4%
dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian
82
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 ditemukan 25.400 kasus baru dan
menyebabkan kematian sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah
sejak 50 tahun yang lalu. Tingginya angka kematian oleh karena tumor ganas epitel
ovarium disebabkan oleh karena tidak timbulnya gejala pada stadium awal sehingga
seringkali terdeteksi setelah stadium lanjut. Tumor ganas epitel ovarium sering mengenai
wanita usia di atas 40 tahun, rata-rata terdiagnosa pada usia 58 tahun. Angka
kelangsungan hidup 5 tahun sekitar 40% dan tergantung pada stadium. 2,3
Penyebab dari tumor epitel ovarium saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan tumor epitel ovarium antara lain: (1).
Usia : biasanya mengenai wanita usia di atas 40 tahun, (2). Nullipara, (3). Hubungan
kekeluargaan, (4). Kontrasepsi oral, (5). Mutasi gen : memegang peranan penting dalam
perkembangan tumor, (6). Makanan, (7). Faktor lingkungan : radiasi, asbestosis, infeksi
virus. 2,3,4,5,6,7
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan
vagina melalui ostium uteri eksternum. Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker
serviks adalah 454.000 kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan
populasi, registrasi data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980
sampai 2010. Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus
pada tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan 46.000
diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang.1,2,3,4,5
Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub
tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker
serviks antara lain: aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan
multipartner, merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil
KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular seksual, dan gangguan
imunitas.2,3,4,5

83
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambaran Makroskoskopik dan histopatologi sistem reproduksi


1. Myoma Uteri (Jinak)

Gambar 3. Makroskopis Myoma Uteri

Gambar 4. Mikroskopis Mymo uteri, HE, 100x.

Gambar 4. Mikroskopis Mymo Uteri, HE, 100x.

Gambar 5. Mikroskopis Myoma Uteri, HE, 200x.


84
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2. Chronic Cervicitis (Jinak)

Gambar 6. Sitologi Hronic Cervicitis.HE, 200x


3. Endocervical Polyp (Jinak)

Gambar 7. Makroskopis Endocervical Polyp.

Gambar 8. Mikroskopis Endocervical Cervix. HE,100x.

85
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

4. Poorly Differentiated Endometroid Adenocarcinoma. (Ganas)

Gambar 9. Makroskopik Tumor Ovarium Kanan, Berat 70 gram, Ukuran : 7,5x3,5


cm

Gambar 10. Wanita, 78 tahun, Poorly Differentiated Endometroid Adenocarcinoma.


HE, 100x.

Gambar 11. Wanita, 78 tahun, Poorly Differentiated Endometroid Adenocarcinoma.


HE, 200x.

86
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 12. Wanita, 78 tahun, Poorly Differentiated Endometroid Adenocarcinoma.


HE, 200x.
5. Squamous Cell Carcinoma of Cervix. (Ganas)

Gambar 13. Makroskopik Squamous Cell Carcinoma of Cervix.

87
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 14. Squamous Cell Carcinoma of Cervix, HE, 100x.

Gambar 15. Squamous Cell Carcinoma of Cervix, HE, 200x.

Gambar 16. Squamous Cell Carcinoma of Cervix, HE, 400x.


88
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

E. ALAT DAN BAHAN


- Mikroskop.
- Slide histopatologi sistem reproduksi.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


Melihat sediaan slide histopatologi sistem reproduksi melalui mikroskop dan
menggambarkannya.

G. HASIL PRAKTIKUM
Gambar mikroskopik dari slide histopatologi reproduksi.

H. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM


Gambar mikroskopik dari histopatologi sistem reproduksi dengan pembesaran 10x
dan 40x.

REFERENSI
1. Heffner, Linda J dan Schust, Danny J. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua.
Jakarta; Erlangga. 2010. Hal 94-5.
2. Anatomi dan fisiologi uterus. Available from
http://repository.unimus.ac.id/1346/3/BAB%20II.pdf.
3. Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita. Available from
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18507/Bab%20II.pdf?sequen
ce=6&isAllowed=y
4. Ferlay J, Shin HR, Bray F, Forman D, Mathers C, Parkin DM. GLOBOCAN 2008
v1.2, Cancer incidence and mortality worldwide: IARC CancerBase No. 10
[Internet] Lyon (France): International Agency for Research on Cancer; 2010. [cited
2011 Aug 15]. Available from: http://globocan.iarc.fr/ [Google Scholar]
5. Merritt MA, Cramer DW. Molecular pathogenesis of endometrial and ovarian
cancer. Cancer Biomark. 2010;9:287–305. [PMC free article] [PubMed] [Google
Scholar]
6. Parkin DM, Whelan SL, Ferlay J, Teppo L, Thomas DB. Cancer incidence in five
continents, Vol. VIII. IARC Scientific Publication No. 155. Lyon (France):
International Agency for Research on Cancer; 2002. p. 781. [Google Scholar]
7. Parkin DM, Bray F. Chapter 2: The burden of HPV-related
cancers. Vaccine. 2006;24(Suppl 3):S3, 11–25. [PubMed] [Google Scholar]

89
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE IX
HISTOPATOLOGI SALURAN KEMIH
dr. Suryani Eka Mustika, Sp. PA

A. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep patologi kelainan saluran
kemih dan alat kelamin pria

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. memahami dan menjelaskan bentuk kelainan yang tampak pada sediaan makroskopis
maupun mikroskopis dari organ maupun jaringan yang mengalami kelainan pada
organ saluran kemih dan alat kelamin pria.
2. memahami dan menjelaskan mekanisme perubahan struktur organ atau jaringan dan
mengidentifikasi kelainan kelainan pada suran kemih dan alat kelamin pria.
3. Memahami dan menjelaskan patogenesa berbagai kelainan saluran kemih dan alat
kelamin pria.

C. PENDAHULUAN
Praktikum ini dilakukan untuk memperkuat, memperkaya dan melengkapi penguasaan
mahasiswa terhadap materi saluran kemih yang telah didapatkan pada kegiatan
perkuliahan, skill lab maupun di tutorial.
Untuk mempermudah pemahaman pada saat praktikum, mahasiswa diharapkan sudah
membaca sebelumnya topik mengenai patologi umum, anatomi, histologi dan fisiologi
pencernaan serta penguasaan materi ini akan menjadi prasyarat yang menentukan
keiikutsertaan mahasiswa dalam praktikum. Topik praktikum lebih menekankan pada
aspek kelainan histopatologi dan patogenesa kelainan saluran kemih

90
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

D. MATERI PRAKTIKUM

Gambar 1. Kasus BPH dengan proliferasi kelenjar dan pada lumen dijumpai
korpora amilase.

Gambar 2. Makroskopis urothelial karsinoma kandung kemih.

91
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 3. Granulomatous orchitis.

Gambar 4. Seminoma pada testis, tampak kelompokkan sel-sel dengan inti


membesar, sedikit monoton dan hiperkromatin yang berada pada sarang sarang
jaringan ikat fibrous dengan infiltrasi limfosit.

E. ALAT DAN BAHAN

Dalam pelaksanaan praktikum ini, mahasiswa nantinya akan diberikan beberapa sediaan
makroskopis dan mikroskopis (sediaan histopatologis dan sitologi) yang akan dilihat di
bawah mikroskop cahaya.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1. Mahasiswa akan diuji tmgkat penguasaan materi yang akan dipraktikumkan dengan
mengikuti responsi oleh instruktur praktikum. Jika instruktur praktikum merasa
praktikan tidak layak mengikuti praktikum, maka yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum dan WAJIB mengikuti praktikum susulan ATAU
92
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

boleh saja mengikuti praktikum namun tidak tercatat sebagai peserta hadir dan
WAJIB KEMBALI mengikuti praktikum susulan
2. Instruktur praktikum akan menjelaskan konsep-konsep materi praktikum
3. Mahasiswa akan dibagi perkelompok dan akan diberikan sediaan
mikroskopis/makroskopis. Tiap-tiap mahasiswa dalam kelompok akan mengamati
dengan seksama sediaan mikroskopis/makroskopis tersebut. Proses ini dapat dibantu
oleh instruktur praktikum
4. Tiap-tiap mahasiswa akan melaporkan bentuk pengamatan mereka dalam bentuk
gambar. Gambar yang dibuat wajib diberi keterangan. Gambar dibuat di dalam tempat
khusus yang ada di bagian berikutnya dan sub bab ini (sub-bab G) dan dibuat dengan
menggunakan pensil wama merah biru. Gambar dan keterangan gambar mi akan
dinilai.
5. Instruktur praktikum akan kembali meresponsi atau kuis untuk menilai tingkat
penguasaan materi dan praktikum yang baru saja dijalani Hasil responsi atau kuis
beserta dengan nilai gambar dan keterangan akan menentukan keiikutsertaan
mahasiswa dalam ujian praktikum. Mahasiswa yang tidak lulus responsi atau kuis
tidak dapat mengikuti ujian praktikum dan WAJIB mengikuti praktikum susulan.

93
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. HASIL PRAKTIKUM

94
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. LAPORAN KERJA /KESIMPULAN PRAKTIKUM

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………….

Referensi:
-

95
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE X
PARASITOLOGI SISTEM REPRODUKSI
dr. Anna Yusria, M.Sc

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengetahui dan menjelaskan parasit sistem reproduksi.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah melakukan praktikum ini diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi morfologi dan ciri khas dari parasit penyebab infeksi sistem
reproduksi pria dan wanita.
2. Menjelaskan perubahan bentuk atau stadium dari masing - masing spesies dikaitkan
dengan siklus hidup dari parasit tersebut.

C. PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting untuk dijaga baik bagi pria
maupun wanita. Selain infeksi karena bakteri, jamur dan virus, infeksi akibat parasit pada
sistem reproduksi dapat menimbulkan gangguan pada individu tersebut. Gejala akibat
infeksi parasit tersebut bervariasi mulai asimptomatis, gejala ringan, berat hingga
menimbulkan komplikasi dan gangguan pada organ terkait termasuk organ reproduksi.
Oleh karena itu, perlu diketahui jenis parasit apa sajakah yang sering menimbulkan
gangguan pada sistem reproduksi manusia.

D. MATERI PRAKTIKUM
Parasit yang sering menimbulkan masalah kesehatan manusia pada sistem reproduksi
adalah protozoa dari :
1. Golongan Flagellata yaitu spesies Trichomonas Vaginali.
2. Golongan Sporozoa yaitu spesies Toxoplasma Gondii.
Untuk mengetahui adanya parasit pada saluran urogenitalia dapat dilakukan :
1. Pemeriksaan sedimen urin secara mikroskopis.
2. Pemeriksaan duh-tubuh uretra.
3. Pemeriksaan sekret prostat.
4. Pemeriksaan sekret vagina.

96
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Trichomonas Vaginalis
Trichomoniasis merupakan salah satu penyakit STD (Sexually Transmitted Disease)
yang disebabkan oleh parasit Trichomonas Vaginalis. Infeksi ini dapat dijumpai baik pada
wanita maupun pria, namun secara epidemiologi klinis lebih sering dijumpai pada wanita.
Pada kaum pria identifikasi parasit dapat dilakukan dari pemeriksaan sedimen urin
atau duh tubuh uretra maupun sekret prostat. Identifikasi Trichomonas Vaginalis yang
hidup mudah dilakukan karena dalam sedimen urin segar terlihat bergerak sedangkan
Trichomonas Vaginalis yang tidak bergerak mungkin akan sedikit mengalami kesulitan
dan sedikit ditemukan dalam sedimen urin.
Bentuk khas dari Trichomonas Vaginalis berupa seperti buah pir (pear-
shaped/pyriformis), inti satu pada anterior, memiliki axostyle yang menjuntai dari bagian
anterior ke posterior menyerupai ekor (tail) serta memiliki 4 flagella dan membrana
undulating untuk mendukung pergerakan atau mobilitas dari parasit. Trichomonas
Vaginalis yang hidup, bergerak dalam sedimen urin, kadang tampak seperti berputar-
putar. Dalam keadaan hidup sulit atau lemah menyerap zat warna Sternheimer malbin’s,
sedangkan dalam keadaan mati berwarna ungu kemerahan.
Untuk kaum wanita dilakukan pemeriksaan dengan mengambil bahan sekret vagina.
Selain di vagina, Trichomonas Vaginalis juga dapat dijumpai pada cervix, glandula
Bartholini, kandung kemih dan uretra. Pada pemeriksaan sediaan basah dapat ditemukan
protozoa dengan ukuran 10-30µm x 5-10µm yang bergerak. Pada wanita metode ini
mempunyai sensitifitas 50-70%. Cara lain menggunakan pewarnaan Gram, Giemsa,
Papanicolaou, Periodic acid schiff, Acridine orange, Fluorescein, Neutral red dan
Imunoperoxidase. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, pemeriksaan
biakan (kultur), ELISA dan PCR dapat dipertimbangkan mengingat memiliki tingkat
sensitivitas dan spesifitas yang tinggi (95 – 98%).

Gambar 1. Morfologi Trichomonas Vaginalis


97
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Trichomonas Vaginalis hanya memiliki stadium trofozoit, tidak memiliki stadium


kista. Pada siklus hidupnya, trofozoit akan berkembang biak dengan cara membelah diri
secara binary fission dan menetap di organ-organ urogenital. Tanpa stadium kista
sekalipun, parasit ini mampu bertahan hidup hingga 24 jam lamanya pada urin, cairan
semen dan air.

Gambar 2. Siklus Hidup Trichomonas Vaginalis

Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi Trichomonas Vaginalis bervariasi, dari
yang bersifat asimptomatis, gejala ringan berupa keputihan yang banyak disertai rasa
gatal hingga vaginitis berat pada wanita. Pada infeksi yang berat, sekret vagina berubah
warna kuning-kehijauan, berbusa dan berbau tajam. Ditemukan juga gambaran
strawberry cervix berupa lesi bintik-bintik kemerahan pada mulut rahim yang mengalami
inflamasi. Selain itu gejala seperti nyeri ketika berhubungan kelamin atau ketika buang
air kecil juga dapat ditemukan. Pada pria, gejala trichomoniasis biasanya bersifat
asimptomatis. Kadang-kadang gejala bisa berupa nyeri ketika BAK dan ejakulasi, keluar
sekret keputihan dari penis, urethritis hingga prostatitis. Trichomoniasis pada wanita
hamil harus diwaspadai karena dapat menyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran
prematur, BBLR dan keguguran.
98
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Toxoplasma Gondii
Toxoplasmosis adalah infeksi parasit yang diakibatkan oleh Toxoplasma Gondii.
Parasit ini merupakan obligat intraseluler dan ditemukan oleh Charles Nicolle dan Louis
Manceaux pertama kali pada hewan Ctenodactylus gundii di tahun 1908.

Gambar 3. Siklus Hidup Toxoplasma Gondii

Hospes definitif yang menjadi sumber penularan dari Toxoplasma Gondii adalah
hewan dari famili Felidae (kucing). Pada tubuh kucing terjadi 2 fase: fase asexual dan
sexual. Kucing dapat terinfeksi parasit ini apabila memakan makanan yang
terkontaminasi dengan ookista, atau hewan lainnya yang mengandung takizoit dan kista
bradizoit. Setelah ookista tertelan, sporozoit akan menginvasi sel epitel usus, memasuki
siklus skizogoni dan gametogony. Kemudian ookista yang baru dihasilkan akan keluar
bersama feses kucing tersebut. Pada fase ini ookista yang keluar belum mengalami proses
sporulasi. Di lingkungan yang menguntungkan, ookista unsporulated ini akan berubah
menjadi ookista sporulated.
Hewan berdarah panas khususnya mamalia seperti sapi, burung termasuk juga
manusia merupakan hospes intermediate. Mamalia dapat terinfeksi Toxoplasma Gondii
karena mengkonsumsi makanan, air atau tumbuh-tumbuhan yang terkontaminasi oleh
99
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

ookista. Di dalam hospes intermediate ookista berubah bentuk menjadi takizoit. Takizoit
ini akan berproliferasi dengan sangat cepat dan dapat mencapai ke organ-organ lainnya
melalui pembuluh darah dan limfe. Pada organ-organ seperti otak, mata dan otot, takizoit
berkembang menjadi kista jaringan bradizoit. Selain makanan, transfusi darah atau
menerima transplantasi organ dari penderita toxoplasmosis juga beresiko untuk terinfeksi.

Ookista Unsporulated Ookista Sporulated

Takizoit Bradizoit (Kista Jaringan)


Gambar 4. Perubahan Morfologi Toxoplasma Gondii

Individu dengan sistem imunitas yang baik, jarang sekali menampakkan gejala.
Beberapa orang mungkin mengalami gejala seperti flu ringan, demam, lemah lesu, namun
pada individu dengan imunitas lemah (pasien HIV/AIDS, kanker, wanita hamil) baik
karena infeksi primer ataupun reaktivasi kista bradizoit, toxoplasmosis berakibat fatal.
Komplikasi antara lain dapat menyebabkan ensefalitis, gangguan syaraf, jantung, hati,
telingabagian dalam dan mata. Pada ibu hamil yang terinfeksi, parasit ini dapat ditularkan
secara transplasental. Akibatnya dapat menyebabkan gangguan kehamilan seperti
keguguran, KJDK, atau toksoplasmosis kongenital yang menimbulkan kerusakan otak,
kehilangan pendengaran, dan gangguan penglihatan pada bayi.

100
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Meskipun teori tentang mekanisme infeksi toxoplasmosis pada organ reproduksi


manusia masih menjadi perdebatan para ahli, penelitian dari berbagai belahan dunia
sudah banyak melaporkan adanya keterkaitan infeksi toxoplasmosis dengan kejadian
infertilitas. Pada penderita toxoplasmosis, takizoit diduga mampu menginvasi jaringan
endometrium dan menyebabkan peradangan (endometritis uterus) yang menghalangi
terbentuknya plasenta sehingga tidak terjadi kehamilan. Infeksi parasit ini juga
kemungkinan dapat mempengaruhi motilitas dan kuantitas sperma. Selain itu, Zhou
(2002) menemukan kadar antibodi antisperma lebih tinggi pada pasangan infertil yang
terinfeksi dibandingkan pasangan yang fertil.
Pemeriksaan yang lazim dilakukan untuk mendeteksi infeksi toxoplasmosis adalah
pemeriksaan Ig G dan Ig M anti Toxo. Pada ibu hamil, wanita yang sedang merencanakan
pernikahan maupun kehamilan, pendonor darah, pendonor organ biasanya dianjurkan
untuk melakukan skrining terlebih dulu sebagai antisipasi pencegahan resiko. Tidak
hanya wanita, tes ini juga dapat dilakukan pada kaum pria yang dicurigai terinfeksi
toxoplasmosis dan pasangan usia subur yang sulit mendapat keturunan. Metode lainnya
yang lebih akurat dapat melalui pemeriksaan PCR.

E. ALAT DAN BAHAN


1. Atlas Parasitologi Kedokteran.
2. Set preparat Trichomonas Vaginalis.
3. Set preparat Toxoplasma Gondii.
4. Mikroskop.
5. Minyak Emersi.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1. Sebelum praktikum dilaksanakan, mahasiswa akan diuji tingkat penguasaan materi
yang akan dipraktikumkan oleh instruktur. Pengujian dapat berupa responsi maupun
dalam bentuk pre test.
2. Instruktur akan menjelaskan konsep dari materi yang akan dipraktikumkan.
3. Mahasiswa diminta mengamati setiap sediaan yang terdapat pada mikroskop.
4. Perhatikan morfologi dan ciri khas dari setiap spesies yang diamati.
5. Gambar dan tuliskan hasil pengamatan pada lembar hasil praktikum. Beri keterangan.

101
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

6. Sebelum sesi praktikum berakhir, instruktur akan melaksanakan responsi atau post
test terhadap mahasiswa untuk menilai tingkat pemahaman materi praktikum yang
baru saja dijalani.

102
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. HASIL PRAKTIKUM
A. a) Sebutkan stadium aktif dari parasit Trichomonas Vaginalis

………………………………

b) Gambarkan morfologi dari Trichomonas vaginalis. Beri keterangan pada gambar


dan sebutkan ciri khas dari parasit tersebut.

Bentuk : ……………………
Ukuran : Panjang ……………………
Lebar ……………………....
Inti : Jumlah ………………. , Letak …………………
Alat Gerak : Flagella ………………….
Membrana Undulan …………………………
Fungsi Axostyle : ……………………………………………….

B. a) Sebutkan stadium dari Toxoplasma Gondii


1. …………………. ………………………
………………………
2. ………………….
3. ………………….
b) Stadium aktif dari Toxoplasma Gondii adalah ……………………
c) Bentuk dormant dari Toxoplasma Gondii : …………………….....

103
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

d) Gambarkan morfologi dari masing-masing stadium Toxoplasma Gondii. Beri


keterangan pada gambar dan sebutkan ciri khas dari parasit tersebut.
Morfologi Ookista Unsporulated

Morfologi Ookista Sporulated

104
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Morfologi Takizoit

Morfologi Bradizoit

105
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM


…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

REFERENSI
1. Pusarawati S, Ideham B, Kusmartisnawati, Tantular IS, Basuki S. (2013) Atlas
Parasitologi Kedokteran, Ed by Santoso SHB, Dachlan YP, Yotopranoto S, Cetakan
2015, Jakarta: EGC.
2. Zhou YH, et. al,. (2002). Survey on infection of Toxoplasma gondiiin infertile
couples inSuzhou Countryside.National J Androl8:350-352
3. Akarsu, GA. Elhan, HA. Akarsu C. (2011). Evaluasi retrospektif seropositivity
Toxoplasma gondii pada wanita subur dan infertil. Mikrobiyul Bull. Vol. 46, no 1
4. Dalimi, A., Abdoli, A. (2013). Toxoplasma gondii and Male Reproduction
Impairment: A New Aspect of Toxoplasmosis Research. Jundishapur Journal of
Microbiology 6(8):e7184
5. Yolanda, S.(2019). Hubungan Infeksi Virus Herpes Simplex Dan Toxoplasma Gondii
Dengan Kejadian Infertilitas Pada Wanita Pasangan Usia Subur (Pus).Masters
thesis, Universitas Andalas.
6. Wahyuni, S. (2015). Parasit Pada Organ Urogenitalia Dan Parasit Yang Mengganggu
Kehamilan. Universitas Hasanuddin
7. WHO. http://www.cdc.gov/dpdx/trichomonas/
8. WHO. http://www.cdc.gov/dpdx/toxoplasmosis/

106
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE XI
TES KEBUGARAN (KAPASITAS AEROBIK)
drg. Kesuma Warhani, M.Biomed

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu mengetahui kapasitas kemampuan fisik.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Konsumsi O2 maksimal (VO2max)
2. Target Heart Rate (THR)

C. METODE PEMBELAJARAN
Bruce Protocol Treadmill Test.

D. PENDAHULUAN
VO2max adalah predikator terbaik untuk mengetahui kapasitas kerja seseorang. VO2max
diukur dengan meminta yang bersangkutan melakukan olahraga (treadmill atau
ergometer sepeda). Beban kerja secara bertahap ditingkatkan hingga yang bersangkutan
kelelahan. Konsumsi O2 maksimal atau VO2max bergantung pada tiga sistem; pertukaran
O2 dan CO2 pada sistem pernafasan, penyaluran O2 pada otot yang aktif oleh sistem
sirkulasi, enzim oksidatif pada otot untuk mempergunakan O2 yang tersedia. Latihan
olahraga aerobic teratur dapat mebuat sistem sirkulasi dan pernafasan menjadi lebih
efisien dan otot-otot juga lebih siap menerima O2 yang disalurkan, jumlah kapiler
fungsional meningkat, jumlah dan ukuran mitokondria yang mengandung enzim-enzim
oksidatif juga meningkat. Satuan yang dipakai dalam mengukur VO2max adalah milliliter
perkilogram berat tubuh per menit (ml/kg/mnt). Rata-rata pemain sepak bola pria
memiliki VO2max antara 45-65 ml/kg/mnt. Pria muda dengan aktivitas fisik minimal rata-
rata memiliki VO2max antara 25-45 ml/kg/mnt. Nilai untuk wanita adalah 20% - 25% lebih
rendah daripada pria.Kategori VO2max dinilai dengan skala rendah, cukup, rata-rata, baik,
sangat baik.(1)
Bruce Protocol Treadmill Test adalah metode tes kebugaran yang sering digunakan
dalam mengevaluasi kebugaran kardio respiratori dan memperkirakan dugaan penyakit
jantung (sensasi angina, ST-depresi, kapasitasaerobik, dst). dr. Robert Arthur Bruce lahir
di Somerville, Massachusetts, 20 November 1916. Pada tahun 1963 dr. Bruce

107
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

mengidentifikasi keadaan angina yang mendasari coronary artery disease (CAD) yang
sebelumnya dengan myocardial infarction (MI). dr. Bruce berkontribusi terhadap evolusi
exercise treadmill test (ETT) menjadi Bruce Protocol yang melibatkan peningkatan
kecepatan(km/h) dan peningkatan gradient (%) setiap tiga menit. Kemudian berapa
lama (menit) kemampuan seseorang melakukan treadmill test merupakan nilai
untuk memperkirakan VO2max. Tes tersebut dapat memperkirakan kapasitas aerobic
seseorang melalui konsumsi oksigen maksimal (VO2max).(2)(4)
Stress test dengan menggunakan Bruce protocol dilakukan sampai yang bersangkutan
kelelahan. Sebagai tindakan menghindari keadaan henti jantung pada saat tes, maka tes
akan dihentikan sampai mencapai Target Heart Rate (THR).THR menggunakan metode
Karvonen.(1)(3)

E. ALAT DAN BAHAN


- Treadmill
- Stopwatch
- EKG 12 lead
- Pulse Oxymeter
- Tensi meter
- Stetoskop

F. CARA KERJA
1. Peserta memakai pakaian olahraga (baju, celana training, sepatu sport).
2. Peserta mengisi data dilembar HASIL (point G).
3. Sebelumnya peserta harus melakukan peregangan otot-otot selama 3-5 menit.
4. Peserta terakhir makan 3 jam sebelum tes.
5. Persiapan alat-alat seperti treadmill dan alat-alat pemantau waktu (menit), tekanan
darah dan denyut nadi (tensi meter, stetoskop, EKG atau pulse oxymeter).
6. Penentuan Target Heart Rate dengan menggunakan rumus 1 (terlampir) atau tabel 1
yang telah tersedia (terlampir).
7. Treadmill di set sesuai metode Bruce protocol diawali dengan kecepatan 2,7 km/h dan
gradient 10 %.

108
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Setiap tiga menit terjadi peningkatan kecepatan dan gradien sesuai tabel 3 (terlampir)
dan pemantauan tekanan darah dan denyut nadi (bisa menggunakan alat yang tersedia
atau dengan perabaan arteri).
8. Tes dihentikan sampai peserta kelelahan atau target heart rate tercapai.
9. Lihat berapa lama (menit) peserta dapat melakukan tes dengan menggunakan
stopwatch.
10. Analisa VO2max berdasarkan rumus 2 (terlampir).
11. Kategori VO2max dikasifikasikan berdasarkan rendah, cukup, rata-rata, baik, sangat
baik (tabel 2).
G. HASIL
NAMA
UMUR
JENIS KELAMIN
RIWAYAT
PENYAKIT
JANTUNG
THR
2,7 4,0 5,5 6,8 8,0 8,9 9,7
10% 12% 14 % 16% 18% 20% 22%
(3') (3') (3') (3') (3') (3') (3')

TD
HR

VO2max (ml/kg/mnt)

Kesimpulan (Tabel 2) :

109
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. LAMPIRAN
Rumus 1. Target Heart Rate

THR = [(HRmax- HRrest) x Intensity %] + HRrest

HRmax = 220 - usia

HRrest = Periksa dalam keadaan istirahat

Intensity = 50 - 85 %

Tabel 1. Target Heart Rate


TARGET HEART RATE
Usia Target HR Zone 50% - 85% HR Max 100%
(Tahun) (x/mnt) (x/mnt)
20 100 - 170 200
30 95 - 162 190
35 93 - 157 185
40 90 - 153 180
45 88 - 149 175
50 85 - 145 170
55 83 - 140 165
60 80 - 136 60
65 78 - 132 155

Rumus 2. VO2max

VO2max pria = 14,8 - (1,379 x T) + (0,451 x T2) - (0,012 x T3)


VO2max wanita = 4,38 x T - 3,9
T = Total waktu selama treadmill (contoh : kemampuan 9 menit 30
detik,artinya T = 9,5)

110
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Tabel 2. VO2max
VO2maxPria (ml/kg/mnt)
Umur Jelek Rendah Rata-rata Baik Sangat Baik Superior
13 - 19 < 35,0 35,0 - 38,3 38,4 - 45,1 45,2 - 50,9 51,0 - 55,9 > 55,9
20 -29 < 33,0 33,0 - 36,4 36,5 - 42,4 42,5 - 46,4 46,5 - 53,4 > 52,4
30 - 39 < 31,5 31,5 - 35,4 35,5 - 40,9 41,0 - 44,9 45,0 - 49,4 > 49,4
40 - 49 < 30,2 30,2 - 33,5 33,6 - 38,9 39,0 - 43,7 43,8 - 48,0 > 48,0
50 - 59 < 26,1 26,1 - 30,9 31,0 - 35,7 35,8 - 40,9 41,0 - 45,3 > 45,3
60 + < 20,5 20,5 - 26,0 26,1 - 32,2 32,3 - 36,4 36,5 - 44,2 > 44,2

VO2maxWanita (ml/kg/mnt)
Umur Jelek Rendah Rata-rata Baik Sangat Baik Superior
13 - 19 < 25,0 25,0 - 30,9 31,0 - 34,9 35,0 - 38,9 39,0 - 41,9 > 41,9
20 - 29 < 23,0 23,6 - 28,9 29,0 - 32,9 33,0 - 36,9 37,0 - 41,0 > 41,0
30 - 39 < 22,8 22,8 - 26,9 27,0 - 31,4 31,5 - 35,6 35,7 - 40,0 > 40,0
40 - 49 <21,0 21,0 - 24,4 24,5 - 28,9 29,0 - 32,8 32,9 - 36,9 > 36,9
50 - 59 <20,2 20,2 - 22,7 22,8 - 26,9 27,0 - 31,4 31,5 - 35,7 > 35,7
60 + < 17,5 17,5 - 20,1 20,2 - 24,4 24,5 - 30,2 30,3 - 31,4 >31,4

Tabel 3. Bruce Protocol


STAGE MENIT GRADIEN (%) Km/Jam
1 3 10 2,7
2 3 12 4,0
3 3 14 5,5
4 3 16 6,8
5 3 18 8,0
6 3 20 8,9
7 3 22 9,7

111
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
Khurana E., OOmmen R., "Determination of Cardiovascular Fitness in Young Healthy
Medicall Students", IAIM, 2016; 3 (10): 74-78
Luong M.W., Ignaszewski M., Taylor C.M., "Stress Testing: "A Contribution Dr. Robert
A. Bruce, Father of Exercise Physiology", Britich Columbia Medical Journal,
2016; 58 (2): 70- 76
Robert A. Bruce et al, "Normal Respiratory and Circulatory Pathways of Adaptation in
Exercise", J. Clin. Invest. 28 (6 pt 2): 1423-1430
Sherwood L.,"Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 8", Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2014: 530

112
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE XII
ANALISA SPERMA
dr. Dewi Yanti Handayani, M.Ked (ClinPath), Sp.PK

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melakukan pemeriksaan laboratorium analisa sperma sesuai dengan prosedur tetap.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah melakukan praktikum Analisa Sperma diharapkan dapat:
1. Menjelaskan cara memperoleh sampel untuk analisa sperma.
2. Menjelaskan/melakukan pemeriksaan analisa sperma secara makroskopis.
3. Menjelaskan/melakukan pemeriksaan analisa sperma secara mikroskopis.
4. Menjelaskan interpretasi hasil pada analisa sperma.

C. PENDAHULUAN
Testis normal berada di dalam skrotum. Bentuknya oval, ukuran 5 x 2 x 3 cm, dengan
berat 12 gram dan terdiri dari ratusan lobulus yang dipisahkan oleh dinding jaringan ikat
fibrous. Setiap tubulus mempunyai diameter 0,2 mm dan panjang 75 cm. Tubulus
mengandung jaringan germinal yang menghasilkan sel sperma dan disokong oleh jaringan
ikat longgar. Jaringan ikat ini juga mengandung sel leydig yang mensekresi androgen.
Hormon androgen pada pria adalah testosteron.
Spermatozoa dihasilkan oleh testis akibat pengaruh testoteron, dan menjadi matur di
dalam epididimis. Sekitar 60% cairan semen dihasilkan oleh vesika seminalis, dan sekitar
20% dihasilkan oleh prostat. Sisanya sekitar 10 – 15% dihasilkan oleh epididimis, vas
deferens, glandula bulbouretral dan glandula uretralis. Selama ejakulasi, produk ini akan
bercampur menjadi suatu spesimen yang kental atau ejakulat.
Pada saat ini dianggap bahwa abnormalitas pada pria adalah penyebab utama
terjadinya infertilitas dari 20% pasangan infertil dan merupakan faktor penting pada 20 –
40% pasangan dengan gangguan reproduksi.
Tujuan tes analisa semen adalah untuk mendapatkan informasi objektif mengenai
kualitas dan kuantitas semen yang merupakan bagian terpenting dalam mendiagnosis
infertilitas pada pria.
Analisis semen juga diperlukan untuk kepentingan forensik yakni dengan mendeteksi
antigen semen polimorfik dengan antibodi monoklonal atau dengan sidik DNA dan DNA-
113
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

typing, untuk evaluasi efektivitas vasektomi dan untuk penentuan keserasian sperma
dalam prosedur inseminasi buatan. Pengulangan analisis semen diperlukan untuk
mengetahui karakteristik spermatogenesis rata-rata.

D. MATERI PRAKTIKUM

Gambar 1. Struktur Spermatozoa

A) Analisa Semen meliputi :


1. Tes Makroskopi : Volume, warna, bau, pH, viskositas/konsistensi, likuifaksi.
2. Tes Mikroskopi : Jumlah sperma, motilitas, morfologi, aglutinasi, hitung lekosit
3. Tes Kimia : Tes fruktose, hitung sperma imatur.
4. Tes Khusus : Antibodi anti sperma, tes fungsi sperma, tes penetrasi sperma,
tes biokimia, evaluasi endokrin.

B) Persiapan Sampel :
1. Abstinensia seksualis : 2-7 hari.
2. Sediaan yg diambil di rumah harus diantar ke laboratorium dalam waktu 1 jam.
3. Lindungi sampel dari suhu ekstrim (20 °C - 37 °C).
4. Cara pengeluaran semen : masturbasi.
5. Tempat penampung semen: pot steril / bersih terbuat dari kaca atau plastik non
toksik, bermulut lebar sudah diberi label sesuai identitas pasien.
6. Semen harus tertampung secara lengkap.
7. Bila tidak lengkap sebaiknya diulang lain waktu.
8. Cocokkan kembali identitas pasien saat menerima sampel.
9. Label identitas : nama, tanggal lahir, tanggal dan waktu saat pengambilan sampel.

114
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

C) Pengolahan Sampel :
- Teknisi laboratorium harus menyadari → semen mungkin mengandung kuman
berbahaya.
- Harus bekerja secara hati-hati.
- Pakailah selalu jas laboratorium, masker dan sarung tangan.

D) Variabel Ejakulat dan Sperma


- Ejakulat : likuefaksi, viskositas, volume, pH, lekosit/sel lain.
- Sperma : konsentrasi, motilitas, morfologi, aglutinasi.

E) Istilah-Istilah :
- Normozospermia : Normal Ejakulat
- Oligozospermia : Jumlah sperma kurang
- Astenozospermia : Jumlah sperma dengan motilitas yang baik berkurang
- Teratozospermia : Jumlah sperma dengan morfologi normal berkurang
- Azospermia : Tidak ada sperma dalam ejakulat
- Aspermia : Tidak ada ejakulat
- Nekrozospermia : Tidak ada sperma hidup pada cairan ejakulasi

E. ALAT DAN BAHAN


ALAT:
1. Wadah/pot dengan penutup
2. Kertas Label
3. Kertas Ph
4. Gelas ukur 5 atau 10 ml atau spuit
5. Mikroskop binokuler
6. Kamar Hitung Improved Neubauer
7. Pipet Leukosit
8. Minyak Imersi
9. Objective dan Cover Glass
10. Gelas Bejana
11. Handscoon (sarung tangan)
12. Masker

115
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REAGENSIA:
1. Eosin 1 %
2. SDF (Sperm Diluting Fluid)
3. Giemsa
4. Metil alkohol/ methanol

BAHAN PEMERIKSAAN
- Cairan Sperma segar

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


- Catat jam dikeluarkan sperma dan waktu pengerjaan.
- Catat Abstinensia.

MAKROSKOPIS
1. Volume :
- Volume semen minimal : 1,5 ml.
- < 1,5 ml → hipospermia.
- > 5 ml → hipersepermia/polispermia.
Cara Kerja :
- Tuangkan seluruh semen dari wadah ke dalam gelas ukur .
- Catat volumenya.

2. pH : Nilai pH normal semen: 7,2 – 7,8


Cara Kerja :
- Dengan pipet tetes teteskan 1 tetes sperma pada kertas lakmus/ indikator pH.
- Perhatikan perubahan warna kertas lakmus/ indikator pH.
- Cocokkan dengan standar pH.

3. Warna :
- Semen normal berwarna putih kelabu atau putih mutiara.
- Lebih jernih → sedikit / tidak ada sperma.
- Merah atau kecoklatan → sel darah merah.
- Putih keruh / kekuningan → infeksi berat.

116
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Cara Kerja :
Melihat semen secara langsung dengan kertas latar belakang putih di tempat terang.
4. Kekentalan = Viskositas :
- Semen normal (likuefaksi), akan menetes kecil-kecil dan pelan.
- Bila terbentuk sulur > 2 cm / tidak mau putus → hiperviskositas.
- Bila tampak seperti air dan bening → hipoviskositas.
Cara Kerja :
- Ambil sampel sperma dengan pipet dan kemudian biarkan menetes.
- Ukur panjang benang tetesan tersebut (cm).
- Nilai normal : < 2cm.
5. Bau :
- Semen normal khas berbau langu atau seperti bau bunga flamboyan.
- Menyengat atau busuk → kemungkinan infeksi
Cara Kerja :
- Mencium bau semen.
6. Pencairan = Likuefaksi
Pada suhu kamar, semen normal :
- Mencair dalam waktu 60 menit.
- Tampak homogen, tidak ada gumpalan mucin.
Cara Kerja :
- Catat jam pengeluran sperma.
- Amati waktu sperma mengalami likuefaksi lengkap catat waktunya.
- Nilai normal : sampai dengan 60 menit (suhu ruang).
MIKROSKOPIS
1. HITUNG MOTILITAS (PERGERAKAN)
Cara Kerja :
- Lakukan homogenisasi semen secara manual.
- Teteskan 1 sperma pada kaja obyek.
- Tutup dengan kaca penutup.
- Biarkan 1 menit agar stabil.
- Periksa sediaan dengan mikroskop pembesaran 40x.
- Amati seluruh bidang segi empat kava penutup, terarah kiri → kanan, atas →
bawah.
117
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

- Bila sebaran sperma tidak rata buat sediaan baru.


- Hitung aktivitas spermatozoa dalam 100 spermatozoa.
- Kategori motilitas yang dinilai adalah:
a. % gerak sperma maju ke depan (rapid progressive/PR)
b. % gerak sperma berputar/ditempat (non progressive/NP)
c. % sperma diam / tidak bergerak (non motil)
Nilai Normal :
- Batas minimal Total motilitas (PR + NP) : ≥ 40%
- Batas minimal Progressive (PR) : ≥ 32 %

Gambar 2. Motilitas Sperma

2. AGLUTINASI
Cara Kerja :
- Dilakukan saat menilai gerakan sperma.
- Amati 10 lapangan pandang secara acak.
- Penilaian aglutinasi → sperma yang bergerak.
✓ Kepala-kepala, kepala-leher, kepala-ekor, ekor-ekor atau campuran.
✓ Ada berapa kelompok/lapangan, terdiri berapa sperma/kelompok.

Gambar 3. Aglutinasi Kepala-Kepala


118
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 4. Aglutinasi Ekor-Ekor

Gambar 5. Aglutinasi Campuran

3. VIABILITAS SPERMA = SPERMA HIDUP


- Untuk mengetahui jumlah sperma yang sebenarnya hidup pada waktu dikeluarkan.
- Segera diperiksa setelah likuefaksi untuk mencegah efek penghancuran akibat
dehidrasi dan perubahan suhu.
Cara Kerja :
- Dengan teknik pewarnaan eosin.
- 1 tetes sperma + 1 tetes eosin → tutup deckglass
- Lihat dibawah mikroskop pembesaran 40x.

- 

Gambar 6. Sperma Yang Berwarna Pink → Membran Sperma Rusak → Sperma


Yang Mati Saat Diejakulasikan


119
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA


Gambar 7.
Sperma Yang Ekornya Berubah Bentuk → Membran Sperma Rusak → Sperma
Yang Mati Saat Diejakulasikan

4. HITUNG KONSENTRASI SPERMA


- Sperma terlebih dahulu diencerkan dengan SDF supaya sperma tidak bergerak dan
lebih mudah dihitung.
- Cara perhitungan sama dengan cara menghitung lekosit dalam kamar hitung.
Cara Kerja :
1. Isap spesimen ke dalampipet lekosit sampai tanda 0,5 dan SDF sampai tanda 11.
Kocok bolak balik dengan menggunakan tangan. Pengenceran ini adalah 1 : 20.
2. Isi ke dalam kamar hitung Improved Neubauer.
3. Biarkan selama 2 menit.
4. Hitung sperma pada empat kotak sudut 4 mm (1234) yg dilingkar dengan
pembesaran 40x
5. Waktu menghitung, pastikan spermatozoa yang dihitung adalah spermatozoa yang
lengkap yakni yang mempunyai ekor dan kepala.
𝐧
6. Perhitungan:
𝐕𝐨𝐥 𝐊𝐇

Konsentrasi sperma /ml = x Pengenceran


𝟐𝟎𝟎 𝐧 𝐱 𝟐𝟎
𝟒 𝟒 𝐱 𝟎, 𝟏
= =nx = n x 50

= 50 n/mm3 → = i l dikonversi ke ml sperma


= 50 n x 1000 = n x 50.000
Jumlah Sperma Total = jumlah konsentrasi sperma x volume sperma
120
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 8. Kamar Hitung Improved Neubauer

5. HITUNG LEKOSIT
Dilakukan bersamaan dengan perhitungan jumlah sperma.

6. MORFOLOGI SPERMA
- Fiksasi dan pewarnaan cairan semen memudahkan untuk melihat morfologi
normal dan abnormal sperma.
- Morfologi sperma dievaluasi dengan cara membandingkan jumlah spermatozoa
yang morfologinya normal dan yang abnormal (ukuran dan bentuk)
- Sperma yang abnormal adalah yang tidak lengkap atau yang mempunyai struktur
abnormal.
- Karakteristik morfologi sperma yang normal, meliputi regio kepala (oval), reguler,
panjang: 4 - 5,5 im, lebar 2,5 – 3,5 im dan rasio panjang dan lebar 1,5 1,75, leher
(bagian tengah) dan bagian ekor (3 – 5 im).
- Ada 2 metode pewarnaan yang dipakai, yakni: Giemsa dan Wright.
Cara Kerja :
- Pewarnaan Giemsa:
Teteskan 1 tetes sperma di atas kaca objek, dibuat sediaan apus, biarkan
mengering kemudian lakukan fiksasi dengan metanol selama 5 menit. Selanjutnya
diwarnai dengan zat warna giemsa. Periksalah sediaan dengan mikroskop objektif
(pembesaran 100 x). Dilihat pada 100 spermatozoa, dan tentukan morfologi
normal dan abnormal dalam %.

121
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA



Gambar 9. Bentuk Sperma Abnormal


Gambar 10. Morfologi Sperma Normal


122
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA



Gambar 11. Morfologi Sperma Abnormal

123
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. HASIL PRAKTIKUM
ANALISA SPERMA
PARAMETER HASIL NILAI NORMAL UNIT
Jam pengumpulan :
Jam pemeriksaan :

MAKROSKOPIS:
Volume 1.5 (1.4 -1.7) ml
pH 7.2 – 7.8
Warna Putih kelabu / putih mutiara
Konsistensi (Viskositas) 2 cm
Bau Khas (bau bunga flamboyan)
Pencairan (likuefaksi) 60 menit

MIKROSKOPIS
PERGERAKAN
Progressive motility (PR) ≥ 32 %
Non Progressive (NP)
Immotile
Total motility (PR + NP) ≥ 40 %

Jumlah Sperma/ml ≥ 15 106 /ml


Jumlah Total Sperma ≥ 39 106 /ejakulasi
Jumlah Lekosit <1.0 106 /ml

Viabilitas (sperma hidup) ≥ 58 %

MORFOLOGI
Normal >4 %

Aglutinasi negatif


124
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM


ANALISA SPERMA:
- KESIMPULAN

………………………………………………………………………………………

- INTERPRETASI

………………………………………………………………………………………

125
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
Achmad ZF, 2018. Standard Report Of Sperm Analysis Based On WHO Guidelines.
Dalam: Banundari, R., (ed). 2018. Proceeding Continuing Professional
Development On Clinical Pathology And Laboratory Medicine (CPD – CPLM)
Joglosemar X. PDS PatKlin Cabang Jogyakarta, Solo, Semarang: 34 – 40

Irda H, Sulina W, 2007. Tes dan Interpretasi Semen. Dalam: H. Hardjono, (ed). 2007.
Substansi dan Cairan Tubuh. Universitas Hasanuddin Makasar: 175 -192

R. Gandasubrata, 2007. Analisa Semen. Dalam: R. Gandasubrata. 2007. Penuntun


Laboratorium Klinik. Dian Rakyat: 171 -175

The 5th edition of the WHO Laboratory Manual for the Examination and Preparation of
Human Semen (2010)

126
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE XIII
HISTOPATOLOGI PAYUDARA
dr. Suryani Eka Mustika, Sp. PA
A.SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep patologi kelainan payudara

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat:
- memahami dan menjelaskan bentuk kelainan yang tampak pada sediaan makroskopis
maupun mikroskopis dari organ maupun jaringan yang mengalami kelainan pada
organ payudara .
- memahami dan menjelaskan mekanisme perubahan struktur organ atau jaringan dan
mengidentifikasi kelainan kelainan pada payudara
- Memahami dan menjelaskan patogenesa berbagai kelainan payudara .

C. PENDAHULUAN
Praktikum ini dilakukan untuk memperkuat, memperkaya dan melengkapi penguasaan
mahasiswa terhadap materi kelainan payudara yang telah didapatkan pada kegiatan
perkuliahan, skill lab maupun di tutorial.
Untuk mempermudah pemahaman pada saat praktikum, mahasiswa diharapkan sudah
membaca sebelumnya topik mengenai patologi umum, anatomi, histologi dan fisiologi
payudara serta penguasaan materi ini akan menjadi prasyarat yang menentukan
keiikutsertaan mahasiswa dalam praktikum. Topik praktikum lebih menekankan pada
aspek kelainan histopatologi dan patogenesa kelainan payudara.

127
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

D. MATERI PRAKTIKUM
1. Fibroadenoma mamae

Gambar 1. Tampak proliferasi kelenjar dengan sel dan inti yang masih baik disertai
proliferasi jaringan ikat fibrous dan kolagen yang mendesak sehingga celah
kelenjar makin sempit.

2. Karsinoma payudara

Gambar 2. Makroskopis kanker payudara

128
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 3. Sitologi Biopsi Aspirasi jarum halus (bajah) kanker


Payudara

3. Mastitis Kronik dan Abcess payudara

E. ALAT DAN BAHAN

Dalam pelaksanaan praktikum ini, mahasiswa nantinya akan diberikan beberapa sediaan
makroskopis dan mikroskopis (sediaan histopatologis dan sitologi) yang akan dilihat di
bawah mikroskop cahaya.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


- Mahasiswa akan diuji tmgkat penguasaan materi yang akan dipraktikumkan dengan
mengikuti responsi oleh instruktur praktikum. Jika instruktur praktikum merasa
praktikan tidak layak mengikuti praktikum, maka yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum dan WAJIB mengikuti praktikum susulan ATAU
boleh saja mengikuti praktikum namun tidak tercatat sebagai peserta hadir dan
WAJIB KEMBALI mengikuti praktikum susulan
- Instruktur praktikum akan menjelaskan konsep-konsep materi praktikum
- Mahasiswa akan dibagi perkelompok dan akan diberikan sediaan
mikroskopis/makroskopis. Tiap-tiap mahasiswa dalam kelompok akan mengamati

129
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

dengan seksama sediaan mikroskopis/makroskopis tersebut. Proses ini dapat dibantu


oleh instruktur praktikum
- Tiap-tiap mahasiswa akan melaporkan bentuk pengamatan mereka dalam bentuk
gambar. Gambar yang dibuat wajib diberi keterangan. Gambar dibuat di dalam tempat
khusus yang ada di bagian berikutnya dan sub bab ini (sub-bab G) dan dibuat dengan
menggunakan pensil wama merah biru. Gambar dan keterangan gambar mi akan
dinilai.
- Instruktur praktikum akan kembali meresponsi atau kuis untuk menilai tingkat
penguasaan materi dan praktikum yang baru saja dijalani Hasil responsi atau kuis
beserta dengan nilai gambar dan keterangan akan menentukan keiikutsertaan
mahasiswa dalam ujian praktikum. Mahasiswa yang tidak lulus responsi atau kuis
tidak dapat mengikuti ujian praktikum dan WAJIB mengikuti praktikum susulan.
G. HASIL PRAKTIKUM

130
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. LAPORAN KERJA /KESIMPULAN PRAKTIKUM

REFERENSI

1. Rosai Juan M.D, Ackerman Surgical Pathologi, 12th edition, Mosby; New York;
2016
2. Kumar V, Contran RS, Robbins ,Robbins Basic Pathology. Eight ed.
Philladephia. WB Saunders Company.New Delhi;2017.
3. Underwood.J.C.E. Sistem in : Patologi Umum dan Sistemik. Ed 2.Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta ; 2015.

131
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE XIV
SITOLOGI PAPSMEAR
dr. Indri Mahrani, M.Ked (PA), Sp.PA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami interpretasi sitologi papsmear.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah melakukan praktikum sitology papsmear diharapkan dapat:
1. Menjelaskan mengenai interpretasi sitologi papsmear.
2. Menjelaskan mengenai kelainan pada sitologi papsmear.

C. PENDAHULUAN
Kanker serviks merupakan kanker terbanyak keempat pada wanita di seluruh dunia
dan pada tahun 2012 terdapat 527.624 kasus baru. Kematian akibat kanker serviks adalah
7,5% dari semua kematian akibat kanker pada wanita dan hampir 50% dari kasus baru
kanker serviks yang mengalami kematian yaitu 265.653 pada tahun 2012. Hampir
sembilan dari sepuluh (87%) kematian akibat kanker serviks terjadi di daerah tertinggal.
Indonesia memiliki populasi 89.070.000 wanita berusia sama dengan dan lebih dari 15
tahun yang berisiko terkena kanker serviks. Kanker serviks di Indonesia menempati
urutan kedua setelah kanker payu- dara. Kejadian kanker serviks di Indonesia (update
terakhir 14 Jul 2014) yaitu 20.928 kasus baru di- diagnosis setiap tahun dan paling sering
terjadi pada wanita berusia 15-44 tahun. Kematian akibat kanker serviks di Indonesia
yaitu 9.498 yang terjadi pada tahun 2012. Kanker serviks termasuk penyakit yang dapat
dicegah karena mempunyai fase prakanker yang cukup panjang. Kejadian kanker serviks
membutuhkan proses dari 3 sampai 20 tahun yang dimulai dari infeksi HPV sampai
menjadi kanker. Kanker serviks merupakan penyakit yang diam pada tahap prakanker dan
kanker awal tidak menimbulkan gejala atau keluhan. Oleh karena itu, skrining rutin
diperlukan untuk mendeteksi secara dini kanker serviks. Program skrining sitologi serviks
atau yang lebih popular dikenal dengan sebutan Papa- nicolaou (pap) smear sangat
membantu menurun-kan insiden kanker serviks. Pemeriksaan Pap smear tidak hanya
berguna untuk deteksi kanker serviks pada stadium rendah, tetapi juga efektif untuk
mendeteksi lesi prakanker sehingga dapat menurunkan mortalitas akibat kanker dan
meningkatkan angka ketahanan hidup. Pada lesi prakanker tersebut masih dapat diberikan
132
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

terapi yang mudah dan cukup efektif untuk mencegah perkembangan kearah keganasan
serviks. 1,2,3,4

D. MATERI PRAKTIKUM
Pemeriksaan Pap smear merupakan porsedur klinik untuk memeriksa sel yang berasal
dari serviks. Tujuan utama dari pemeriksaan ini untuk menilai adanya perubahan sel yang
abnormal yang mungkin berasal dari kanker serviks atau sebelum berkembang menjadi
kanker (lesi prakanker). Untuk pemeriksaan ini diperlukan ketrampilan khusus dari bahan
pemeriksaan yang diambil dari endoserviks dan ektoserviks.

Jadwal Pap Smear


Dokter umumnya merekomendasikan pengulangan tes Pap smear setiap 3 tahun untuk
wanita usia 21-65 tahun. Seberapa sering pemeriksaan Pap smear akan ditentukan oleh
berbagai faktor, termasuk usia dan risiko. Perhatikan tabel di bawah ini.
Usia Frekuensi Pap smear
<21 tahun, tidak aktif secara
seksual, tidak ada faktor risiko Tidak perlu
yang diketahui
<21 tahun, aktif secara seksual 3 tahun sekali
21-29 tahun 3 tahun sekali
3-5 tahun sekali, jika hasil tes
30-65 tahun
Pap Smear sebelumnya negatif
Tidak perlu, jika hasil tes Pap
65 tahun ke atas
Smear sebelumnya negatif

HPV adalah virus yang menyebabkan kutil. Penyebab utama kanker serviks adalah
HPV tipe 16 dan 18. Jika dijumpai adanya HPV, maka risiko untuk mengembangkan
kanker serviks akan meningkat.
Bagi wanita yang sebelumnya berisiko, masih harus menjalani pemeriksaan Pap
smear rutin bahkan jika saat ini hanya memiliki satu pasangan. Itu karena virus HPV
dapat tertidur selama bertahun-tahun, dan kemudian tiba-tiba menjadi aktif.
Waktu terbaik untuk melakukan Pap Smear adalah ketika tidak sedang menstruasi.
Selama dua hari sebelum tes, hindari yang berikut karena dapat mengganggu interpretasi
hasil pemeriksaan:
• Berhubungan.
• Obat-obatan vagina (kecuali seperti yang diarahkan oleh dokter).
• Alat kontrasepsi vagina.

133
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Hasil Pap Smear


Klasifikasi hasil pemeriksaan Pap Smear:
Negative for SIL
• Normal findings
• Non-specific reactive changes
• Inflammatory changes: Yeasts
• Bacteria
• Thrychomonas Vaginalis
• Actinomyces
• Herpes Virus

Squamous Cell Abnormalities


• Atypical squamous cells of undetermined significance (ASCUS)
• Atypical squamous cells – cannot exclude HSIL (ASCH)
• Atypical Glandular Cells not otherwise specified (AGUS)
• Low-grade squamous intraepithelial lesion (L-SIL)
• High-grade squamous intraepithelial lesion (H-SIL)

Malignant Cells
• Squamous cell carcinoma
• Adenocarcinoma (if possible specify endocervical or endometrial origin).

Hasil pemeriksaan Pap Smear akan seperti ini:


• Negatif atau normal berarti bahwa leher rahim terlihat sehat. Semua sel memiliki
ukuran dan bentuk yang normal.

Normal.superficial intermediate & immature squamous cells.


• Positif atau abnormal berarti bahwa ditemukan kelainan pada sampel. Tes
menemukan sel dengan ukuran dan bentuk yang berbeda dari normal.

134
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Hasil Pap smear yang tidak normal tidak selalu mengindikasikan kanker. Sel kadang-
kadang tampak abnormal tetapi tidak bersifat kanker. Namun demikian, pasien harus
tetap kembali ke dokter untuk perawatan lanjutan.
• Infeksi serviks dapat menyebabkan hasil tes yang tidak normal. Infeksi jamur,
trichomonas, chlamydia, atau gonore dapat menyebabkan sel-sel serviks tampak
radang. Setelah infeksi diobati, hasil Pap smear biasanya kembali normal.

Cannonball in papsmear, neutrophil cells


• Jika hasil Pap smear positif karena infeksi, penyebab yang mendasari harus diobati.
Tes harus diulang dalam 2-3 bulan, karena kanker serviks dapat disembunyikan oleh
infeksi.

Sampel yang menunjukkan hasil abnormal, akan masuk ke dalam kategori berikut ini:
• ASC (Atypical Squamous Cells): Sel skuamosa adalah sel tipis dan datar yang
membentuk permukaan serviks. Sistem Bethesda membagi kategori ini ke dalam dua
kelompok berikut:
o ASC-US (Atypical Squamous Cells of Undetermined Significance): Sel-sel
skuamosa tidak tampak normal, tetapi dokter tidak yakin apa arti perubahan sel
tersebut. Terkadang perubahan terkait dengan infeksi HPV. ACSUS dianggap
sebagai kelainan ringan.

135
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

A: ASC-US: eosinophilic squamous cell with enlarged and hyperchromatic


nucleus. B: ASC-US: eosinophilic squamous cell with an enlarged nucleus but
with pale chromatin. (A and B: obj. 20x)

o ASC-H (Atypical Squamous Cells Cannot Exclude A High-Grade Squamous


Intraepithelial Lesion): Sel-sel tidak tampak normal, tetapi dokter tidak yakin apa
arti perubahan tersebut. ASC-H dapat berisiko lebih tinggi menjadi prakanker.

Mucus With Numerous Naked Nuclei In Groups From Reserve Cell Hyperplasia
(RCH), With Nuclear Size Variations: ASC-H. (obj. 20x)

• AGC (Atypical Glandular Cells): Sel-sel glandular adalah sel-sel penghasil sekret
yang ditemukan di kanal endoserviks (pembukaan di pusat serviks) atau di dinding
rahim. Pada hasil ini, sel glandular tidak tampak normal.

136
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Smear From The Transformation Zone and Endocervix: Sheets of Atypical Glandular
Cells With Enlarged Nuclei With Similar Chromatin Pattern In All Cells. AGC. (A
and B: obj. 20x)

• AIS (Endocervical Adenocarcinoma In Situ): Sel-sel prakanker ditemukan di


jaringan endoserviks.

Endocervical Adenocarcinoma In Situ (AIS): Groups of Atypical Columnar Cells With


Rosette-Like Arrangement. No Typical Feathering. (obj. 10x)
• LSIL (Low-Grade Squamous Intraepithelial Lesion): 'Low-grade' berarti ada
perubahan awal dalam ukuran dan bentuk sel. Kata 'lesi' mengacu pada area jaringan
abnormal. Intraepithelial mengacu pada lapisan sel yang membentuk permukaan
serviks. LSIL dianggap sebagai kelainan ringan yang disebabkan oleh infeksi HPV.

137
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Single, Clusters or Sheets of Cells of Increased Sized and Abundant Mature, Well
Defined Cytoplasm.
• HSIL (High-Grade Squamous Intraepithelial Lesion): 'High-grade' berarti ada
perubahan yang lebih nyata dalam ukuran dan bentuk sel-sel abnormal (prakanker),
yang berarti sel-sel terlihat sangat berbeda dari sel normal. HSIL adalah kelainan yang
lebih berat dan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker
invasif.

HSIL With Features Suspicious of Invasion: Cluster of Basal Cells With Ill-Defined
Cellular Limits, Enlarged Nuclei, Irregular Chromatin and A Thickened Nuclear
Membrane. Inflammatory and Bloody Background. (obj. 20x)

Tergantung hasil tes, dokter dapat merekomendasikan peningkatan frekuensi Pap


Smear, atau melihat lebih dekat pada jaringan serviks dengan prosedur yang disebut

138
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

kolposkopi. Selama pemeriksaan kolposkopi, dokter akan menggunakan cahaya dan


pembesaran untuk melihat jaringan vagina dan leher rahim lebih jelas. Dalam beberapa
kasus, dokter mungkin juga mengambil sampel jaringan serviks melalui prosedur yang
disebut biopsi.
Hasil tes Pap Smear sangat akurat, dan apabila rutin dilakukan dapat menurunkan
kejadian kanker serviks dan mortalitas hingga 80 persen. Memang terkadang terasa tak
nyaman, namun ketidaknyamanan yang hanya singkat itu dapat membantu melindungi
kesehatan Anda sepanjang waktu. 4,5,6,7,8

E. ALAT DAN BAHAN


- Mikroskop
- Slide sitology papsmear.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


Melihat sediaan slide sitologi papsmear melalui mikroskop dan menggambarkannya.

G. HASIL PRAKTIKUM
Gambar mikroskopik dari Slide sitologi papsmear.

H. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM


Gambar mikroskopik dari sitologi papsmear dengan pembesaran 10x dan 40x.

139
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
1. GLOBOCAN, Estimated Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide In
2012 International Agency For Research On Cancer.
http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_ cancer.aspx. 2012. Diakses tgl 07 April
2015.
2. Bruni L, Barrionuevo-Rosas L, Albero G, Aldea M, Serrano B, Valencia S, Brotons
M, Mena M, Cosano R, Muñoz J, Bosch FX, de Sanjosé S, Castellsagué X. ICO
Information Centre on HPV and Cancer (HPV Information Centre), Human
Papillomavirus And Related Diseases Report INDONESIA Version posted on
www.hpvcentre. net in March 20th, 2015, Summary Report 2015- 03-20.
http://www.hpvcentre.net/statistics/reports/IDN.pdf . 2014. Accesed 07 April 2015.
3. Ellenson LH, Pirog EC. The Female Genital Tract Chapter 22. In Robbins and Cotran
Pathologic Basis of Disease. 8th Eds. Editor Kumar Abbas Fausto Aster. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2010. p. 1017-24.
4. Berek JS, editors. Berek & Novak’s Ginecology. 14th Eds. New York: Lippincot
Williams and Wilkins; 2007. p. 1404-50.
5. Tavassoli FA and Devilee P, edistors. Pathology & Genetics of Tumors of The Breast
and Female Genital Organ. Lyon: IARC Press; 2003. p.259-71.
6. Montag A, Kumar V. The Female Genital System and Breast Chapter 19 in Robbin
Basic Pathology. 8th Eds. Editor Kumar Abbas Fausto Mitchel. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2010. p. 716-20.
7. IARC & WHO. IARC Handbooks of Cancer Prevention Vol 10 Cervix Cancer
Screening Chapter 2 Screening Test international Agency for Research on Cancer
World Health Organization, IARC Press, Lyon, pp 59-116 http://www.iarc.fr/
en/publications/pdfs-online/prev/handbook10/ HANDBOOK10.pdf. 2005. Accessed
10 April 2015.
8. Gupta K, Malik NP, Sharma VK, Verma N and Guota A. Prevalence of cervical
dysplasia in western Uttar Pradesh. J Cytol. 2013;30(4):257-62.

140
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM KE XV
KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL
dr. Nur Afni Heryanti Octavia, M.Biomed

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa memahami jenis-jenis kontrasepsi.
2. Mahasiswa memahami cara pemakaian, kandungan dan dosis pil Kb.
3. Mahasiswa membuat resep pil Kb.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah melakukan praktikum kontrasepsi hormonal dan non hormonal
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan berbagai jenis kontrasepsi hormonal dan non hormonal.
2. Menjelaskan cara pemakaian, kandungan dan dosis pil Kb.
3. Mahasiswa membuat resep pil Kb.

C. PENDAHULUAN
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk :
(1) mengindari kelahiran yang tidak diinginkan,
(2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
(3) mengatur interval diantara kelahiran,
(4) mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri,
(5) menetukan jumlah anak dalam keluarga.
Untuk tercapainya program Keluarga Berencana (KB), ada berbagai cara usaha yang
salah satunya adalah dengan kontrasepsi. Kontrasepsi adalah suatu alat, obat atau cara
yang digunakan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pertemuan antara sel telur dan
sperma di dalam kandungan/rahim yang bersifat sementara dan bersifat permanen. Tujuan
tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda/mencegah kehamilan,
menjarangkan kehamilan, serta menghentikan/mengakhiri kehamilan atau kesuburan.
Secara umum, cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu :
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
b. Melumpuhkan sperma.
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

141
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Di buku penuntun ini akan diulas tentang jenis-jenis kontrasepsi hormonal dan non
hormonal.

D. MATERI PRAKTIKUM
Macam Kontrasepsi
1. Kontrasepsi Sementara
2. Kontrasepsi Permanen

Gambar 1. Jenis Kontrasepsi

142
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 2. Jenis Kontrasepsi Permanen dan Sementara

Jenis Kontrasepsi Hormonal


1. Oral : a. preparat kombinasi
b. preparat progestin saja
2. Suntikan : a. cyclofem : per 1bulan
b. DMPA : per 3bulan
3. Implant subkutan : a.implanon : 3thn
b.norplant : 5thn

Tipe preparat yang digunakan pada kontrasepsi hormonal:


1. Gabungan estrogen dan progestin.
2. Progestin terus menerus tanpa pemberian estrogen.
Estradiol: estrogen alami yang paling poten yang disekresikan ovum – tidak bisa per
oral-diinaktivasi .

✓ Estrogen pada pil kontrasepsi


• Etinil estradiol (penambahan gugus etinil pada posisi17 estradiol aktif per oral).
• Mestranol.
• Keduanya berbeda dari estradiol alami.

143
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

✓ Komponen progestin pada COC


• Dinamai19-nortestosteron menunjukkan karbon19 yang hilang.
• Namun sifat androgenik tidak seluruhnya hilang.
• Potensi anabolik dan androgenik tetap ada dalam jumlah kecil pada struktur tersebut.

✓ Progestin 19 nortestosteron pada kontrasepsi


1. Noretindron.
2. Noretinodrel.
3. Noretindronasetat.
4. Etinodialdiasetat.
5. Norgestrel.
6. Progestin baru (Desogestrel, Gestoden, Norgestimat).

Adapun efek samping yang bisa terjadi pada beberapa pasien yakni: perdarahan
tengah siklus amenore, menurunkan toleransi glukosa, meningkatkan resistensi insulin.
Gabungan antara estogen dan progestin dinamakan kontrasepsi oral kombinasi
(contraception oral combination atau COC), yang cara pakainya adalah:
1. Sangat efektif bila diminum setiap hari.
2. Diminum pada hari pertama haid.
3. Harus diminum pada jam yang sama setiap harinya.
4. Pada bulan-bulan pertama muncul efek samping mual & perdarahan yang tidak
berbahaya yang akan segera hilang.
5. Efek samping serius sangat jarang terjadi.
6. Dapat dipakai oleh semua usia reproduksi.
7. Minum saat tidak sedang haid.
8. Tidak dianjurkan bagi ibu yang menyusui.
9. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

Contraception oral combination (COC), dibagi atas 3 jenis berdasarkan cara kerjanya
yakni:
1. Monofasic.
2. Bifasic.
3. Trifasic.

144
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

❖ Contraception Oral Combination (COC) Jenis Monofasic:


Berisi 21 tab dgn hormon aktif estrogen & progestin dalam 1 dosis yang sama dan 7
tab tanpa hormon aktif.

Gambar 3. COC Jenis Monofasic

❖ Contraception Oral Combination (COC) Jenis Bifasic


Berisi 21 tab dgn hormon aktif estrogen & progestin dalam 2 dosis berbeda dan 7 tab
tanpa hormon aktif.

Gambar 4. COC Jenis Bifasic

❖ Contraception Oral Combination (COC) Jenis Trifasic


Berisi 21 tab dgn hormon aktif estrogen & progestin dalam 3 dosis berbeda dan 7 tab
tanpa hormon aktif.

Gambar 5. COC Trifasic


145
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

❖ Berdasarkan dosisnya Contraception Oral Combination dibedakan:


1. HIGH DOSE : - estrogen 50-150 mcg
- progestin 1-10 mg co : pil KB KimiaFarma, pil KB Ovastat
2. LOW DOSE : - estrogen 30-50mcg
- progestin < 1mg contoh : microgynon30, marvelon dll.

❖ Yang tidak boleh (kontraindikasi) menggunakan pil kombinasi:


1. Hamil atau dicurigai hamil.
2. Menyusui eksklusif.
3. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
4. Penyakit hati akut.
5. Perokok dengan usia di atas 35 tahun.
6. Riwayat penyakit jantung, stroke, hipertensi.
7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah.
8. DM.
9. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.
10. Migrain.

❖ Tablet-tablet yang terlupa diminum


• Tablet harus diminum pada waktu yang sama setiap hari.
• Minum tablet yang terlupa secepatnya setelah teringat.
• Bila 2 tab berturut-turut terlupakan, keduanya harus diminum setelah teringat, tablet
berikutnya diminum tetap pada waktu yang sama.
• Bila 3 tab berturut-turut lupa diminum (kecuali tab tanpa hormon aktif), pengobatan
harus dihentikan, sisa obat harus dibuang tablet-tablet yang terlupa diminum.
• Siklus baru dimulai pada hari ke 8 setelah tab terakhir diminum.
• Disertai kontrasepsi tambahan non steroidal (kondom) sampai telah minum 14 tab
berturut-turut.

146
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Kontrasepsi Yang Kandungannya Hanya Progestin

Minipil
• Hanya berisi derivat progestin,
Dosisnya kecil
• Terdiri 21-22 pil
• Untuk penggunaan satu siklus,
diminum pada hari pertama haid
selama 21hari.
• Setelah pil terakhir diminum, akan
timbul perdarahan haid, oleh karena
putus obat
Gambar 6. Kontrasepsi Hanya Progestin
• Siklus selanjutnya sama seperti siklus
pertama, Efektifitas 98,5%, Jangan
sampai lupa

✓ Kontrasepsi Darurat
Kontrasepsi darurat adalah adalah kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah
kehamilan digunakan setelah hubungan seksual. Disebut juga: kontrasepsi
pascasenggama, morning after pills. Untuk kehamilan yang tidak dikehendaki,
contoh: korban perkosaan. Namun bukan sebagai pil penggugur kandungan.Dalam
jangka waktu kurang dari 72 jam, kondar hormonal efektif menghalangi kehamilan,
sedangkan insersi AKDR sebaiknya dilakukan bila hubungan kelamin tanpa proteksi
berlangsung lebih dari 72 jam (3 hari), tetapi kurang dari 7 hari.
a. Metode Hormonal

Indikasi Kontrasepsi Darurat


1. Kondom bocor atau terlepas
2. Kegagalan senggama terputus
3. Salah hitung masa subur
4. IUD ekspulsi
5. Lupa minum pil KB 2 hari berturut-
turut
6. Terlambat > 1 minggu suntik 1
Gambar 7. Pil Kontrasepsi Darurat bulanan
7. Terlambat > 2 minggu suntik KB 3
1. Pil KB Kombinasi : microgynon bulanan
2. Pil Progestin : Postinor2 8. Korban perkosaan kurang dari 72
jam
3. Pil estrogen : Premarin 9. Tidak menggunakan kontrasepsi
4. Mifepriston : RU-486
5. Danazol : Danocrine

147
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

b. Metode Insersi AKDR


Insersi AKDR dalam waktu 72 jam-7 hari banyak manfaatnya sebgai kontrasepsi
darurat.Perlu diperhatikan pemakaiannya pada wanita muda yang belum
mempunyai anak, yang bisa komplikasi mengalami infeksi yang dapat
menimbulkan infertilitas.

Kontrasepsi Injeksi (Suntikan)


1. Per Satu Bulan

Gambar 8. Kontrasepsi Suntikan 1 Bulan

2. Per Tiga Bulan


• Injeksi dengan interval 90 hari
• Metode ini akan menghambat ovulasi
dan desidualisasi endometrium
sehingga mengurangi perdarahan
uterus.
• Akseptor baru pada awalnya akan
mengalami perdarahan banyak dan
memanjang (≥ 10 hari).
• Setelah itu terjadi amenore.
Gambar 9. Kontrasepsi Suntikan 3 Bulan • Penggunaan jangka panjang
mengurangi frekuensi menstruasi.

Kontrasepsi Implan (Susuk)

Gambar 10. Kontrasepsi Implan

148
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD


IUD merupakan alat kontrasepsi yang memiliki berbentuk seperti huruf T yang
dimasukkan ke dalam rahim dan menyisakan sedikit benang di vagina untuk menandakan
posisi IUD. Ada 2 macam alat kontrasepsi IUD yaitu IUD berisi tembaga dan
hormon. IUD tembaga bisa digunakan sampai 10 tahun, sedangkan IUD hormon hanya
sampai lima tahun.

Gambar 11. Kontrasepsi AKDR


Alat Kontrasepsi Dengan Metode Penghalang Fisik
✓ Kondom
✓ Spermisida
✓ Diafragma

Metode Kontrasepsi Permanen


Kontrasepsi permanen atau sterilisasi merupakan pilihan bagi pasangan yang tidak
ingin memiliki anak lagi. Pada wanita, teknik yang dapat dilakukan adalah tubektomi,
ligasi tuba, implan tuba, dan elektrokoagulasi tuba. Sementara itu, pada pria dapat
dilakukan vasektomi.

Gambar 12. Tubektomi Gambar 13. Vasektomi


149
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

E. ALAT DAN BAHAN


1. Tablet Cyclo-Progynova.
2. Tablet Postinor.
3. Injeksi Cyclofem.
4. Injeksi Depo Progestin.
5. Pil Kb Andalan.
6. Nova T380.
7. Tablet Primolut.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


Mahasiswa mengamati berbagi tablet/pil, AKDR, tablet kontrasepsi darurat,
memahami indikasi, pemilihan jenis kontrasepsi, kelebihan dan kekurangan tiap jenis
kontrasepsi.

G. HASIL PRAKTIKUM
Mahasiswa meresepkan 2 resep yang berisi 2 jenis kontrasepsi yang berbeda.
Mahasiswa menuliskan dalam jurnal praktikum indikasi, kontraindikasi, dan pemilihan
yang tepat untuk jenis kontrasepsi.

H. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM


Laporan dalam bentuk buku jurnal yang menjelaskan dan menuliskan tugas yang
diberikan sesuai penuntun, berupa narasi dan resep.

REFERENSI
1. Buku Panduan Praktis, Obstetri Williams, Edisi 21
2. Buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
3. Buku Panduan Praktis Pelayanan KB (BKKBN)
4. Buku Kontrasepsi Hormonal, Erlia Narulita dan Jekti Prihatin, UPT Penerbitan
Universitas Jember

150

Anda mungkin juga menyukai