Anda di halaman 1dari 59

MODUL

PROFESIONALISME DOKTER

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
EDITOR

Mayang Indah Lestari, dr., SpAn (K)


Eka Febri Z., dr., M.Kes
Eka Handayani, dr., Sp.OG

1
KONTRIBUTOR

Mayang Indah Lestari, dr., SpAn (K)


Eka Febri Z., dr., M.Kes
Eka Handayani, dr., Sp.OG
Prof. Dr. dr. Irfannudin, Sp.KO., M.Pd.Ked
dr. Diyaz Syauki Ikhsan, Sp.KJ
dr. Andi Miarta, Sp.An., KIC
Dr. dr. Yuli Kurniawati, Sp.KK. (K.), FINSDV, FAADV
dr. Rismarini, Sp.A (K.)
dr. Harun Hudari, Sp.PD-KPTI
dr. Rini Nindela, Sp.N., M.Kes
dr. Rouly Pola Pasaribu, Sp.PD, K-P
dr. Edy Noveri, Sp.A. (K.)
dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An
dr. Hadrians Kesuma Putra, SpOG (K)-Urogin
dr. Muhammad Reagan, Sp.PD, M.Kes
dr. Ramadhan Ananditia Putra, Sp.OT., M.KK., AIFO-K
dr. Andika Okparasta, Sp.S (K.)
dr. Shalita Dastamuar, Sp.B., Sp.BA
dr. Budi Santoso, M.Kes
dr. Junaidi, Sp.S (K)
Drs. Sadakata Sinulingga, M.Kes

2
KATA SAMBUTAN DEKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Saya yakin Buku Panduan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan menjalani tahap
profesi untuk mendapatkan gelar dokter. Staf pengajar yang akan menjadi narasumber, pembimbing,
fasilitator, tutor, instruktur dan penguji juga dapat menjadikan buku ini sebagai dasar pijakan dalam
mempersiapkan dan melaksanakan proses pendidikan
Dengan Buku Panduan ini juga saya berharap semua mahasiswa kedokteran menyelesaikan
pendidikannya dengan efektif, efisien, dan tepat waktu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dekan Fakultas Kedokteran


Universitas Sriwijaya

Syarif Husin, dr., MS

3
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas dibuatnya Modul tahun 2021 ini. Modul ini
merupakan referensi bagi mahasiswa tahap profesi Fakultas Kedokteran Unsri yang mungkin akan
terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan kurikulum pendidikan. Dalam modul ini
dimuat latar belakang, tujuan, dasar, karakteristik mahasiswa, sasaran pembelajaran, lingkup
bahasan, daftar rujukan, metode pembelajaran, sumber daya, matriks kegiatan, sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, serta evaluasi sehingga proses pendidikan yang akan dijalani
berlangsung lancar, memberi manfaat pagi mahasiswa, sekaligus menjamin keselamatan pasien.
Buku ini tentunya tidak luput dari kesalahan sehingga Kami mengharapkan kritik dan juga
saran untuk penyempurnaan. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat dalam proses pendidikan
profesi Fakultas Kedokteran Unsri.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penulis

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3


DAFTAR ISI ........................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 6
KARAKTERISTIK MAHASISWA ....................................................................................... 7
SASARAN PEMBELAJARAN ............................................................................................ 8
LINGKUP BAHASAN ...................................................................................................... 9
METODE PENGAJARAN ............................................................................................. .... 10
SUMBER DAYA ............................................................................................................. 13
MATRIKS KEGIATAN ...................................................................................................... 13
SUMBER DAYA MANUSIA ............................................................................................. 15
SARANA DAN PRASARANA ........................................................................................... 15
EVALUASI ..................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 19
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 20

5
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (FK Unsri) terdiri dari dua
Program Studi yaitu Program Studi Pendidikan Dokter yang merupakan tahap akademik, dan Program
Studi Profesi Dokter yang merupakan tahap profesi. Program Studi Pendidikan Dokter diakhiri dengan
gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked), dan Program Studi Profesi Dokter diakhiri dengan gelar Dokter (dr).
Kepaniteraan klinik merupakan serangkaian proses dalam suatu kurikulum pendidikan yang harus
dijalani oleh mahasiswa kedokteran. Dalam tahap ini, mahasiswa diharapkan mempunyai
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku dalam bidang keprofesiannya sebagai seorang dokter.
Prodi Profesi Dokter FK Unsri memiliki visi menjadi Program Studi Kedokteran terkemuka di
Asia Tenggara yang berbasis pendidikan, penelitian dan pelayanan di bidang ilmu kedokteran pada
tahun 2027. Misi Prodi Kedokteran FK Unsri yaitu menyelenggarakan dan mengembangkan
pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan kesehatan sesuai dengan standar internasional berbasis
kearifan lokal, menyelenggarakan penelitian di bidang kedokteran yang dapat dipublikasikan di tingkat
nasional dan internasional serta dapat diaplikasikan dalam pengembangan ilmu dan kesehatan
masyarakat, menyelenggarakan pengabdian dan pelayanan kedokteran berbasis akademik yang
berstandar internasional sebagai pusat rujukan di tingkat regional dan nasional, serta melaksanakan
sistem manajemen dan tatakelola yang efektif, efisien dan berkualitas.
Tujuan dari pendidikan profesi di FK Unsri yaitu menghasilkan lulusan yang mampu
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan klinik dan sesuai dengan etika profesi dalam
memecahkan masalah kesehatan pasien, mampu mengelola kesehatan masyarakat melalui
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif,
yang senantiasa meningkatkan pengetahuan untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi kedokteran, dan peningkatan kesehatan
individu dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran pada tahap profesi
menerapkan kurikulum yang mengacu pada tujuan yang dirumuskan dalam Standar Nasional
Pendidikan Profesi Dokter Indonesia (SNP PDI) dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI),
serta mengacu pada World Federation Medical Education (WFME). Melalui pendidikan profesi dokter
yang paripurna diharapkan dokter yang dihasilkan memiliki sikap dan dapat mengembangkan
kepribadian yang diperlukan untuk menjalankan profesinya seperti integritas, rasa tanggung jawab,
dapat dipercaya sesuai dengan etika profesinya yang universal.
Dalam upaya untuk mencapai visi, misi dan tujuan tersebut, tahap pendidikan profesi memiliki
tujuan khusus yaitu memberikan pengalaman kemandirian kepada dokter muda untuk dapat
mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah kesehatan pasien secara menyeluruh dan
berdasarkan prinsip kedokteran berbasis bukti; melakukan prosedur pemeriksaan atau tindakan
secara mandiri atau bimbingan supervisor untuk meningkatkan keterampilan klinik sesuai standar
kompetensi dokter; mengembangkan perilaku yang sesuai dengan etika profesi dan moral yang
berlaku secara umum maupun khusus yang berlaku di masyarakat.

6
TUJUAN
Tujuan Umum
1. Berperilaku sesuai dengan nilai kemanusiaan, agama, moral dan etika dalam memberikan
pelayanan kesehatan;
2. Menunjukkan komitmen untuk bersikap dan berupaya maksimal dalam praktik
kedokteran;
3. Mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada praktik kedokteran;
4. Berkontribusi dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat;
5. Mampu bekerja sama intra- dan interprofesional dalam tim pelayanan kesehatan demi
keselamatan pasien;
6. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat dan efektif untuk
memperoleh informasi, menafsirkan hasil dan menilai mutu suatu informasi untuk
pelayanan kesehatan;
7. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan berkolaborasi
dengan pasien dan keluarga, masyarakat umum, sejawat dan profesi kesehatan lain dalam
sistem pelayanan kesehatan;
8. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menghasilkan materi dan
mendiseminasikan secara efektif untuk pengembangan profesi dan keilmuan;
9. Mencari, mengambil, membuka dan membaca informasi rekam medis yang disajikan
secara digital menggunakan teknologi komunikasi dan memanfaatkannya untuk
pengambilan keputusan klinis;
10. Menerapkan perilaku bersih dan sehat untuk diri dan lingkungannya;
11. Menerima, merespons positif dan menindaklanjuti umpan balik dari pihak lain untuk
pengembangan diri, profesionalisme dan pelayanan kesehatan;
12. Melakukan refleksi diri, mawas diri dan evaluasi diri untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan diri, dan identifikasi kebutuhan belajar secara terus-menerus dikaitkan dengan
praktik kedokteran;
13. Mengatasi tantangan dan tekanan pekerjaan dalam pelayanan kesehatan dan
menunjukkan ketangguhan dalam mengatasi tantangan dan tekanan;
14. Mengenali, mengatasi dan mengelola masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan
budaya, pengetahuan dan keterampilan diri sendiri dalam mengembangkan
profesionalisme dan pelayanan kedokteran;
15. Menerapkan praktik kolaboratif sesuai dengan prinsip, nilai dan etika yang berlaku, serta
peran dan tanggung jawab profesi;
16. Menerapkan kepemimpinan dalam praktik kolaboratif pelayanan kesehatan;
17. Menerapkan komunikasi efektif dengan sejawat dokter, profesi kesehatan lain dan profesi
lain dalam pengelolaan masalah kesehatan;
18. Menerapkan praktik kolaboratif dalam pelayanan kesehatan individu, keluarga,
komunitas dan masyarakat;
19. Menerapkan prinsip keselamatan pasien dalam pengelolaan masalah kesehatan;

7
20. Berkontribusi dalam pengembangan budaya mutu dan keselamatan pasien pada
pelayanan kesehatan;
21. Menerapkan komunikasi efektif dan kerja sama tim dalam praktik kedokteran yang
mengedepankan keselamatan pasien;
22. Mengelola berbagai faktor risiko yang mempengaruhi keselamatan pasien;
23. Mengoptimalkan faktor lingkungan dan manusia untuk meningkatkan keselamatan pasien
dalam pelayanan kesehatan;
24. Mengidentifikasi, memberikan respons dan melaporkan kejadian yang tidak diharapkan
dalam pelayanan kesehatan;
25. Berkomunikasi dengan jelas, efektif, dan sensitif serta menunjukkan empati terhadap
reaksi saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya, sejawat dokter atau profesi
kesehatan lainnya;
26. Berkomunikasi efektif serta menunjukkan empati pada kondisi pasien dengan masalah
mental atau keterbatasan fisik;
27. Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed
consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar pada pasien
dan keluarganya serta masyarakat umum;
28. Berkomunikasi dengan menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan
spiritual pada pasien dan keluarga;
29. Menerapkan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pada masalah kesehatan
individu, keluarga, komunitas dan masyarakat;
30. Merencanakan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku, serta modifikasi gaya hidup
untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, agama, masyarakat, jenis
kelamin, etnis, dan budaya;
31. Menerapkan pengelolaan masalah kesehatan individu, keluarga, komunitas dan
masyarakat secara holistik, komprehensif, bersinambung dan kolaboratif;
32. Mengelola keterlibatan pasien, keluarga, komunitas dan masyarakat secara berkelanjutan
dalam menyelesaikan masalah kesehatan;
33. Menginterpretasi data klinis dan data kesehatan individu, keluarga, komunitas dan
masyarakat, untuk perumusan diagnosis atau masalah kesehatan pada pasien;
34. Memilih dan mengusulkan strategi penatalaksanaan yang paling tepat berdasarkan
prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti;
35. Mengusulkan tatalaksana farmakologis, gizi, aktivitas fisik dan perubahan perilaku yang
rasional pada pasien;
36. Mengkonsultasikan dan/atau merujuk serta menerima rujukan balik sesuai dengan
standar pelayanan medis;
37. Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor perkembangan
penatalaksanaan, memperbaiki, dan mengubah terapi dengan tepat;
38. Menerapkan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain;

8
39. Melakukan tindakan medis untuk masalah kesehatan/ kecederaan yang berhubungan
dengan hukum.

Tujuan Khusus
1. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan
Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk
mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif di tingkat individu,
keluarga, komunitas dan masyarakat;
2. Menggunakan data klinik dan pemeriksaan penunjang yang rasional untuk menegakkan
diagnosis;
3. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu ilmu Kedokteran Klinik;
4. Menegakkan diagnosis dan diagnosis banding masalah kesehatan berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, interpretasi hasil, serta
memperkirakan prognosis penyakit pada pasien;
5. Menulis dan mengkaji rekam medis untuk penegakan diagnosis dan evaluasi tata laksana
penyakit yang baik dan benar;
6. Merencanakan, melakukan dan mengevaluasi prosedur klinis sesuai masalah, kebutuhan
pasien dan kewenangannya pada pasien.

DASAR
Dasar pembuatan buku panduan ini ialah sebagai berikut:
1. UU No. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan dokter
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1069/Menkes/XI/2008 tentang Pedoma
Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
4. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) Tahun 2012
5. Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia (SNP PDI) Tahun 2019
6. Peraturan Rektor Universitas Siriwijaya Nomor 8 Tahun 2020 tentang Kurikulum Program Studi
Universitas Sriwijaya
7. Keputusan Rektor Universitas Sriwijaya No. 0009.a/UN9/SK.LP3MP.BD/2020 tentang Panduan
Kurikulum Universitas Sriwijaya
8. Keputusan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Nomor 0411/UN9.FK/TU.SK/2021
tentang Pedoman Etika Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

9
KARAKTERISTIK MAHASISWA

Setelah tahap akademik (33 blok, selama 7 semester), mahasiswa S-1 akan menjalani tahap
yudisium menjadi Sarjana Kedokteran. Setelah itu, mahasiswa akan menjalani tahap profesi (15 bagian
selama 4 semester). Tahapan di Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif berlangsung selama 5 pekan
(5 SKS).

Tahap Akademik

Yudisium S.Ked Tahap Profesi

Pengumuman

Kelulusan

UKMPPD Pelantikan Wisuda


Yudisium

Gambar 1 Alur Pendidikan Program Studi Profesi Dokter FK Unsri

Tabel 1 Struktur Kurikulum Prodi Profesi Dokter FK Unsri

No. Kode Nama Mata Kuliah Bobot Mata Kuliah (sks) Lama
studi
Total Tatap Praktiku Praktik Simulasi (mgg)
Muka m Lapanga
n

1 BPK5001 Profesionalisme Dokter 1 0,5 0,5 - - 2

2 BPK5002 Ilmu Penyakit Dalam 7 1 - 6 - 12

10
No. Kode Nama Mata Kuliah Bobot Mata Kuliah (sks) Lama
studi
Total Tatap Praktiku Praktik Simulasi (mgg)
Muka m Lapanga
n

3 BPK5003 Ilmu Kesehatan Anak 7 1 - 6 - 12

4 BPK5004 Neurologi 3 1 - 2 - 4

5 BPK5005 Dermatologi dan 3 1 - 2 - 4


Venerologi

6 BPK5006 Ilmu Kesehatan Mata 3 1 - 2 - 4

7 BPK5007 Ilmu Telinga, Hidung dan 3 1 - 2 - 4


Tenggorokan

8 BPK5008 Radiologi 2 1 - 1 - 4

9 BPK5009 Ilmu Kedokteran Forensik 2 1 - 1 - 4


dan Medikolegal

10 BPK6001 Ilmu Bedah 5 1 - 4 - 8

11 BPK6002 Obstetri dan Ginekologi 5 1 - 4 - 8

12 BPK6003 Ilmu Kesehatan 4 1 - 3 - 8


Masyarakat/ Ilmu
Kedokteran Komunitas

13 BPK6004 Anestesiologi dan Terapi 3 1 - 2 - 4


Intensif

14 BPK6005 Ilmu Kedokteran Jiwa 3 1 - 2 - 4

15 BPK6006 Ilmu Kedokteran Fisik 1 - - 1 - 2


dan Rehabilitasi

11
No. Kode Nama Mata Kuliah Bobot Mata Kuliah (sks) Lama
studi
Total Tatap Praktiku Praktik Simulasi (mgg)
Muka m Lapanga
n

16 BPK6007 Elektif 1 - 1 - - 2

17 BPK6008 Kedokteran Olahraga 2 1 - 1 - 2

18 BPK6009 Tugas Akhir 1 - 1 - - 2

19 BPK6010 Komprehensif 2 - 2 - - 4

58 sks 14,5 sks 4 sks 39 sks 0,5 sks 94


minggu

12
SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN TERMINAL


Setelah menjalani modul ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan komunikasi efektif, etika
profesi, dan kerja sama intra- dan interprofesi. Mahasiswa juga diharapkan memiliki pengetahuan dan
keterampilan umum sebagai bekal menjalani rotasi klinis di rumah sakit Pendidikan.

SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG


1. Menulis rekam medis;
2. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Dewasa;
3. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Anak;
4. Pengukuran Tanda Vital;
5. Pungsi Vena, Pemasangan Infus, dan Bantuan Hidup Dasar;
6. Pemeriksaaan Obstetri Ginekologi;
7. Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) dan Kateter Urine;
8. Peresepan Obat;
9. Pemeriksaan Neurologis;
10. Asepsis/ Antisepsis dan Hecting.

13
LINGKUP BAHASAN

Selama menjalani modul ini, mahasiswa diharapkan dapat mempelajari dan terampil dalam
melakukan tindakan umum sebagai bekal menjalani rotasi di rumah sakit Pendidikan.

No. Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Sub Poko Bahasan


1 Etika Profesi Etika Profesi Dokter 1. Etika Profesi
2. Pilihan dalam Profesi Dokter
2 Sikap Sikap Profesi Dokter 1. Introducing Medical Humanities
2. Adab dalam BelaJar
3. Komunikasi Efektif
3 Pengetahuan Pengetahuan Umum Profesi Dokter 1. Universal Precaution
4 Keterampilan Umum Keterampilan Umum Profesi Dokter 1. Menulis rekam medis;
2. Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik Dewasa;
3. Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik Anak;
4. Pengukuran Tanda Vital
5 Keterampilan Umum Keterampilan Umum Profesi Dokter 1. Pungsi Vena, Pemasangan
Infus, dan Bantuan Hidup
Dasar;
2. Pemeriksaaan Obstetri
Ginekologi;
3. Pemasangan Nasogastric Tube
(NGT) dan Kateter Urine;
4. Peresepan Obat;
5. Pemeriksaan Neurologis;
6. Asepsis/ Antisepsis dan Hecting

14
METODE PENGAJARAN

Metode pengajaran yang digunakan selama menjalani modul ini meliputi:

1. Pendahuluan
Pendahuluan ini meliputi Pengenalan Program Pendidikan Profesi Dokter.

2. Kuliah

No. Mata kuliah Durasi (menit)


1 Pilihan dalam Profesi Dokter 50
2 Introducing Medical Humanities 50
3 Adab dalam Belaiar 50
4 Komunikasi Efektif 50
5 Etika Profesi 50
6 Universal Precaution 50
7 Entrepreneurship 50
8 Harapan pengguna lulusan 50

3. Praktikum/ Simulasi

No. Mata Praktikum/ Simulasi Durasi (menit)


1 Menulis Rekam Medis 50
2 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Dewasa 50
3 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Anak 50
4 Pungsi Vena, Pemasangan Infus, dan Bantuan Hidup Dasar 50
5 Pemeriksaaan Obstetri Ginekologi 50
6 Pengukuran Tanda Vital 50
7 Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) dan Kateter Urine 50
8 Peresepan Obat 50
9 Pemeriksaan Neurologis 50
10 Asepsis/ Antisepsis dan Hecting 50

4. Umpan balik
Tahap ini bertujuan untuk evaluasi hasil pembelajaran.

15
SUMBER DAYA

MATRIX PERKULIAHAN

No. Minggu ke- Topik Dosen


1 1 Pengenalan Program dr. Mayang Indah Lestari, Sp.An. (K.) /
Pendidikan Profesi Dokter dr. Eka Handayani Oktharina, Sp.OG
2 1 Pilihan dalam Profesi Dokter Prof. Dr. dr. Irfannudin, Sp.KO.,
M.Pd.Ked
3 1 Introducing Medical Humanities dr. Diyaz Syauki Ikhsan, Sp.KJ
4 1 Adab dalam Belaiar dr. Andi Miarta, Sp.An., KIC
5 1 Komunikasi Efektif Dr. dr. Yuli Kurniawati, Sp.KK. (K.),
FINSDV, FAADV
6 1 Etika Profesi dr. Rismarini, Sp.A (K.)
7 1 Universal Precaution dr. Harun Hudari, Sp.PD-KPTI
8 1 Menulis Rekam Medis dr. Mayang Indah Lestari, Sp.An. (K.)
9 1 Entrepreneurship dr. Budi Santoso, M.Kes
10 1 Harapan Pengguna Lulusan dr. Djunaidi, Sp.S (K)
11 2 Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik Dewasa dr. Rouly Pola Pasaribu, Sp.PD, K-P
12 2 Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik Anak dr. Edy Noveri, Sp.A. (K.)
13 2 Pungsi Vena, Pemasangan Infus,
dan Bantuan Hidup Dasar dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An
14 2 Pemeriksaaan Obstetri dr. Hadrians Kesuma Putra, SpOG (K)-
Ginekologi Urogin
15 2 Pengukuran Tanda Vital dr. Muhammad Reagan, Sp.PD, M.Kes
16 2 Pemasangan Nasogastric Tube dr. Ramadhan Ananditia Putra, Sp.OT.,
(NGT) dan Kateter Urine M.KK., AIFO-K
17 2 Peresepan Obat Drs. Sadakata Sinulingga, M.Kes
18 2 Pemeriksaan Neurologis dr. Andika Okparasta, Sp.S (K.)
19 2 Asepsis/ Antisepsis dan Hecting dr. Shalita Dastamuar, Sp.B., Sp.BA

16
SARANA DAN PRASARANA
1. SARANA
Buku pedoman pengajaran
1. Buku Pedoman Akademik
2. Buku Pedoman Etika Akademik
3. Buku Kurikulum
4. Buku Modul

Buku rujukan untuk pembelajaran mahasiswa


1. Latief A., Tumbelaka Ar., Matondang CS., Chair I., Bisanto J., Abdoerrachman MH., dkk. Diagnosis
Fisik pada Anak. Matondang CS., Wahidiyat I, Sastroasmoro S, Penyunting. Edisi ke-2. 2003.
Jakarta: Sagung Seto.
2. Bickley LS. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. 2012. Jakarta: EGC.

2. PRASARANA
1. Ruang Kuliah
2. Ruang Skill lab

SUMBER DAYA MANUSIA


1. PENYUSUN MODUL
Jabatan Nama Bagian FK Unsri
Ketua dr. Mayang Indah Lestari,Sp.An.(K.) Anestesiologi dan Terapi Intensif
Penasehat Drs. Sadakata Sinulingga, M.Kes Biokimia
Sekretaris dr. Eka Handayani,Sp.OG Obstetri dan Ginekologi
Anggota Prof. Dr. dr. Irfannudin, Sp.KO., M.Pd.Ked Fisiologi
dr. Diyaz Syauki Ikhsan, Sp.KJ Ilmu Kedokteran Jiwa
dr. Andi Miarta, Sp.An., KIC Anestesiologi dan Terapi Intensif
Dr. dr. Yuli Kurniawati, Sp.KK. (K.), FINSDV, FAADV Dermatologi dan Verologi
dr. Rismarini, Sp.A (K.) Ilmu Kesehatan Anak
dr. Harun Hudari, Sp.PD-KPTI Ilmu Penyakit Dalam
dr. Rini Nindela, Sp.N., M.Kes Neurologi
dr. Rouly Pola Pasaribu, Sp.PD, K-P Ilmu Penyakit Dalam
dr. Edy Noveri, Sp.A. (K.) Ilmu Kesehatan Anak
dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An Anestesiologi dan Terapi Intensif
dr. Hadrians Kesuma Putra, SpOG (K)-Urogin Obstetri dan Ginekologi
dr. Muhammad Reagan, Sp.PD, M.Kes Ilmu Penyakit Dalam
dr. Ramadhan Ananditia Putra, Sp.OT., M.KK., AIFO-K Ilmu Bedah
dr. Andika Okparasta, Sp.S (K.) Neurologi
dr. Shalita Dastamuar, Sp.B., Sp.BA Ilmu Bedah
dr. Budi Santoso, M.Kes Fisiologi
dr. Junaidi, Sp.S (K) Neurologi

2. PENGELOLA MODUL
Koordinator program studi profesi dokter dan tim:
a. Mengkoordinasi kegiatan pendidikan
b. Satu orang staf pengajar membantu mengelola kegiatan modul dengan tugas sebagai
berikut:
1. Menyusun staf pengajar yang bertugas sesuai dengan kompetensinya
2. Mengawasi kelancaran jalannya kegiatan pembelajaran
3. Mengumpulkan soal ujian dan membuat naskah ujian tulis
4. Mengoreksi dan memberi nilai ujian tulis
5. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan ujian pasien

17
6. Mengawasi dan mengusahakan tersedianya sarana pembelajaran
c. Satu orang tenaga administrasi, satu orang tenaga operator ruang skill lab dan dua orang
tenaga pendukung modul untuk membantu pelaksanaan modul agar berjalan lancar dan baik
dengan tugas antara lain:
1. Mempersiapkan absensi mahasiswa dan pengajar
2. Mempersiapkan surat menyurat, mengumpulkan dan menyimpan dokumen pendidikan
3. Mengingatkan dan menghubungi staf pengajar yang bertugas
4. Meminjamkan buku-buku rujukan, fotokopi, topik-topik tugas baca yang tersedia
5. Memfasilitasi alat-alat pendukung praktikum mahasiswa

Jabatan Nama
Ketua Modul Mayang Indah Lestari, dr., SpAn. (K)
Sekretaris Modul Eka Handayani, dr., Sp.OG
Tenaga Administrasi Giri
Pendukung Modul Maimunah
Erni

3. PELAKSANA MODUL
Staf Pengajar yang terlibat
No. Nama staf pengajar Status No. Telp.
1 dr. Mayang Indah Lestari,Sp.An.(K.) Kemdikbudristek 081367360111
2 Drs. Sadakata Sinulingga, M.Kes Kemdikbudristek 08127827901
3 dr. Eka Handayani,Sp.OG Kemdikbudristek 082120989803
4 Dr. dr. Irfannudin, Sp.KO., M.Pd.Ked Kemdikbudristek 081367673749
5 dr. Diyaz Syauki Ikhsan, Sp.KJ Kemdikbudristek 0819685695
6 dr. Andi Miarta, Sp.An., KIC Kemdikbudristek 081262332700
7 Dr. dr. Yuli Kurniawati, Sp.KK. (K.), FINSDV, FAADV Kemenkes 08127150511
8 dr. Rismarini, Sp.A (K.) Kemenkes 08127840339
9 dr. Harun Hudari, Sp.PD-KPTI Kemenkes 081271621966
10 dr. Rini Nindela, Sp.N., M.Kes Kemdikbudristek 081273122212
11 dr. Rouly Pola Pasaribu, Sp.PD, K-P Kemdikbudristek 085383989357
12 dr. Hasri Salwan, Sp.A. (K.) Kemenkes 082176230336
13 dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An Kemdikbudristek 081367161041
14 dr. Hadrians Kesuma Putra, SpOG (K)-Urogin Kemdikbudristek 08117851285
15 dr. Muhammad Reagan, Sp.PD, M.Kes Kemdikbudristek 081320232232
16 dr. Ramadhan Ananditia Putra, Sp.OT., M.KK., AIFO-K Kemdikbudristek 08194851831
17 dr. Andika Okparasta, Sp.S (K.) Kemenkes 081271196332
18 dr. Shalita Dastamuar, Sp.B., Sp.BA Kemenkes 08127100377
19 dr. Budi Santoso, M.Kes Kemdikbudristek 082178000760
20 dr. Junaidi, Sp.S (K) Kemenkes 0811792872

18
EVALUASI

EVALUASI HASIL PENDIDIKAN PERORANGAN


1. Pra-syarat mengikuti ujian:
• Kehadiran memenuhi persyaratan 90% kehadiran. Ketidakhadiran harus disertai surat izin
tertulis serta keterangan yang diperlukan yang disampaikan sebelum izin diberikan
atau selambat-lambatnya 1 hari setelah izin.
• Telah melaksanakan semua tugas dan kewajiban selama program pendidikan berlangsung.
• Telah menyelesaikan kewajiban administrasi.
• Tidak terdapat masalah perilaku (attitude) dan professional behaviour selama masa
kepaniteraan. Jika terdapat masalah akan ditentukan melalui rapat Bagian dan dilaporkan
kepada pimpinan fakultas.

Keberhasilan mahasiswa:
Nilai Akhir Huruf Mutu Angka Mutu
86-100 A 4
83,00-85,99 3,8
80,00-82,99 3,6
77,00-79,99 B 3,4
74,00-76,99 3,2
71,00-73,99 3,0
56-70 C 2
41-55 D 1
<41 E <1
Nilai batas lulus > 71

Remedial
• Mahasiswa yang mendapat nilai di bawah nilai batas lulus (≥ 71) maka mengikuti remedial.

2. Instrumen evaluasi hasil pendidikan (EHP)


• Ujian OSCE
• Ujian tulis MCQ

3. Pembobotan
No Komponen evaluasi Presentasi
1 Proses pembelajaran 40%
CPOF 40%
2 Ujian sumatif 60%
A OSCE (Objective Structured Clinical Examination) 30%
B MCQ (Multiple Choice Question)/CBT 30%
Total 100%

19
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN
1. Evaluasi program
• Sebanyak 80%, mahasiswa lulus dengan nilai B- atau lebih tinggi
• Hasil survey kepuasan mahasiswa
2. Evaluasi proses program
• Semua kegiatan berlangsung sesuai waktu dan rencana. Apabila terjadi perubahan jadwal,
waktu dan kegiatan tidak lebih dari 10%.
• Setiap kegiatan dihadiri minimal 90%, mahasiswa dan staf pengajar.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Pedoman Akademik


2. Buku Pedoman Etika Akademik
3. Buku Kurikulum
4. Buku Modul
5. Video Pembelajaran

21
LAMPIRAN 1

TINGKAT KEMAMPUAN MENURUT STANDAR KOMPETENSI DOKTER


KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA (SKD-KKI) TAHUN 2006

1. Tingkat kemampuan daftar penyakit


1.1 Tingkat kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran klinik sesuai penyakit ini ketika membaca
literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu bagaimana
mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasi-kan overview level. Bila
menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga penyakitnya, dokter segera
merujuk.
1.2 Tingkat kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau x-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan
dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.
1.3 Tingkat kemampuan 3
A. Tingkat kemampuan 3A
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau x-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan,
serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
B. Tingkat kemampuan 3B
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau x-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan,
serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
1.4 Tingkat kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau x-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani permasalahan
secara mandiri hingga tuntas.

2. Tingkat kemampuan keterampilan klinis


2.1 Tingkat kemampuan 1: mengetahui dan menjelaskan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini sehingga dapat
menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun kliententang konsep, teori, prinsip
maupun indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul dan sebagainya.
2.2 Tingkat kemampuan 2: pernah melihat atau pernah didemonstrasikan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu, selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini.
2.3 Tingkat kemampuan 3: pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi.
2.4 Tingkat kemampuan 4: mampu melakukan secara mandiri

22
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi serta memiliki pengalaman untuk
menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik dokter secara mandiri.

23
LAMPIRAN 2

TATA TERTIB MAHASISWA SELAMA MENGIKUTI


MODUL PROFESIONALISME DOKTER

1. Kegiatan:
a) Membaca buku panduan di e-learning.
b) Mengisi absensi di e-learning.
c) Mengikuti semua kegiatan secara proaktif.
d) Presentasi kehadiran sebanyak 90%. Ketidakhadiran harus disertai surat izin tertulis serta
keterangan yang diperlukan yang disampaikan sebelum izin diberikan atau selambat-
lambatnya 1 hari setelah izin.
e) Melaksanakan semua tugas dan kewajiban selama program pendidikan berlangsung.
f) Menyelesaikan kewajiban administrasi.
g) Tidak terdapat masalah perilaku (attitude) dan professional behaviour selama masa
kepaniteraan. Jika terdapat masalah akan ditentukan melalui rapat evaluasi dan dilaporkan
kepada pimpinan fakultas.
2. Pakaian luar ialah pakaian dokter muda sesuai yang telah ditetapkan.

24
LAMPIRAN 3
URAIAN TUGAS STAF PENGAJAR DALAM
MODUL PROFESIONALISME DOKTER

1. Pemberi kuliah
a. Mempersiapkan bahan kuliah dan menyampaikannya kepada penanggung jawab modul
b. Menyampaikan kuliah sesuai jadwal
c. Membuat soal ujian beserta kunci jawaban dan menyerahkan pada pengelola modul
2. Tutor supervisi praktikum
a. Membimbing kegiatan keterampilan klinik
b. Memberi umpan bail dan penilaian
3. Penilai (evaluator)
a. Memberi nilai dan umpan balik
b. Mengisi lembar evaluasi yang tersedia dan menyerahkannya kepada penanggung jawab
modul langsung setelah ujian selesai

25
LAMPIRAN

DAFTAR TILIK PROSEDUR

1. MENULIS REKAM MEDIS

No. Aktivitas Dilakukan (√)


Persiapan:
1 Mempersiapkan rekam medis yang akan diisi
Prosedur:
2 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
3 Melakukan pemeriksaan penunjang
4 Membuat diagnosis kerja sementara dan diagnosis banding
5 Menulis rekam medis
Pascaprosedur
6 Memeriksa kembali kelengkapan isi rekam medis

26
2. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK DEWASA

No. Aktivitas Dilakukan (√)


Persiapan
1 Mempersiapkan alat yang diperlukan
2 Melakukan identifikasi pasien, pastikan rekam medis pasien benar
3 Menyapa pasien, menciptakan suasana yang baik untuk mengurangi rasa takut (pada
pasien sadar)
4 Memperkenalkan diri pada pasien (pada pasien sadar)
Prosedur
5 Melakukan anamnesis
a. Identifikasi
- Nama
- Jenis Kelamin
- Tanggal Lahir/ Umur
- Alamat
- Pekerjaan
b. Keluhan utama
c. Riwayat perjalanan penyakit
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
e. Riwayat keluarga
f. Riwayat penyakit dalam keluarga
g. Riwayat hidup
6 Pemeriksaan Fisi
a. Keadaan Umum:
- Keadaan sakit (tidak tampak sakit/ sakit ringan/ sedang/ berat)
- Kesadaran
- Anemia
- Sianosis
- Edema umum
- BB
- TB
- Status Gizi
b. Pemeriksaan Organ:
- Kepala: Bentuk, Ekspresi, Simetri muka, Rambut, Deformasi, Perdarahan
temporal, Nyeri Tekan, Bising
- Mata: Eksophtalmus, Enoftalmus, Kelompak, Konjungtiva, Sklera, Kornea,
Pupil, Visus, Gerakan, Lapangan Pandang
- Telinga: Lubang, Selaput, Pendengaran, Tophi, Nyeri tekan, Promastoideus
- Hidung: Bagian Luar, Septum, Selaput Lendir, Ingus, Penyumbatan,
Perdarahan
- Mulut: Bibir, Gigi geligi, Gusi, Lidah, Selaput Lendir, Faring, Tonsil, Bau
Pernafasan
- Leher: KGB, Kelenjar Gondok, Trakea, Tekanan Vena, Kaku kuduk, Tumor
- Dada: bentuk, pembuluh darah, buah dada, nyeri tekan, nyeri ketok,
krepitasi
- Paru-paru: Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Aulkultasi
- Jantung: Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Aulkultasi
- Pembuluh darah
- Perut: Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Aulkultasi, Refleks
- Ekstremitas: Lengan, Tangan, Tungkai dan Kaki, Refleks
- Genitalia Eksterna
Pasca prosedur
1 Melakukan evaluasi pemeriksaan yang telah dilakukan
2 Merapikan alat dan bahan

27
3 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan meminta umpan balik
4 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

28
3. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK

No. Aktivitas Dilakukan (√)


Persiapan
1 Mempersiapkan alat yang diperlukan
2 Melakukan identifikasi pasien, pastikan rekam medis pasien benar
3 Menyapa pasien, menciptakan suasana yang baik untuk mengurangi rasa takut (pada
pasien sadar)
4 Memperkenalkan diri pada pasien (pada pasien sadar)
Prosedur
1 Anamnesis diberikan oleh:
2 Melakukan identifikasi:
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. Tanggal Lahir/ Umur
d. Nama ayah
e. Nama ibu
f. Pekerjaan
3 Riwayat Penyakit Sekarang:
a. Keluhan utama
b. Keluhan tambahan
Riwayat perjalanan penyakit
4 Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
a. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
b. Riwayat Makanan
c. Riwayat Imunisasi
d. Riwayat Keluarga
e. Riwayat Perkembangan
f. Riwayat Perkembangan Mental
g. Riwayat penyakit yang pernah diderita
5 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum:
- Keadaan sakit (tidak tampak sakit/ sakit ringan/ sedang/ berat)
- Kesadaran
- BB
- PB atau TB
- Status Gizi: BB/U, TB/U, BB/TB
- Lingkar kepala
- Edema
- Sianosis
- Dispneu
- Anemia
- Ikterus
- Dismorfik
- Kulit
- Tanda vital: Tekanan darah, Nadi, Respirasi, Suhu
b. Pemeriksaan Khusus:
- Kepala
- Mata
- Telinga
- Hidung
- Mulut
- Leher
- Dada

29
- Paru-paru
- Jantung
- Perut
- Ekstremitas
- Genitalia Eksterna
- Status pubertas
- Status neurologis: Fungsi Motorik, Fungsi Sensorik, Gejala Rangsang
Meningeal, Nervi Kraniales, Refleks Primitif
Pasca prosedur
1 Melakukan evaluasi pemeriksaan yang telah dilakukan
2 Merapikan alat dan bahan
3 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan meminta umpan balik
4 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

30
4. PEMASANGAN INFUS

No. Aktivitas Dilakukan Dilakukan


Tidak
tidak dengan
dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
Sikap
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas pasien
4 Menjelaskan tujuan pemeriksaan/ prosedur dan
memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
5 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan/ prosedur
Persiapan
1 Mempersiapkan alat yang diperlukan
2 Melakukan identifikasi pasien, pastikan rekam medis pasien
benar
3 Menyapa pasien, menciptakan suasana yang baik untuk
mengurangi rasa takut (pada pasien sadar)
4 Memperkenalkan diri pada pasien (pada pasien sadar)
5 Mempersiapkan operator (cuci tangan dan menggunakan
APD)
6 Menyiapkan set infus (memstikan tidak ada udara)
Prosedur
1 Menempatkan diri di posisi yang benar
2 Memilih pembuluh darah yang akan dipasang kateter
intravena
3 Memasang tourniquet proksimal dari daerah yang akan
ditusuk. Apabila pasien sadar, minta pasien untuk
mengepalkan tangannya sehingga pembuluh darah jelas
terlihat.
4 Melakukan tindakan aseptik antiseptik permukaan kulit yang
akan ditusuk
5 Menusukkan kateter intravena dengan posisi lubang jarum
(bevel) menghadap ke atas. Bila berhasil darah akan mengalir
dan terlihat jelas pada indikator.
6 Menarik mandrain kateter ke belakang sambil mendorong
kanula masuk ke dalam vena sampai seluruh berada di
bawah kulit
7 Melepaskan tourniquet
8 Menghubungkan kateter intravena dengan set infus yang
sudah disiapkan
9 Membuka kunci (roller) selang infus dan memastikan tetesan
lancar
10 Melakukan fiksasi dengan plester
Pasca prosedur
1 Melakukan evaluasi pemeriksaan/ tindakan yang telah
dilakukan (tidak bengkak, perdarahan, dll)
2 Merapikan alat dan bahan
3 Menjelaskan hasil pemeriksaan/ tindakan kepada pasien dan
meminta umpan balik
4 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

31
5. BANTUAN HIDUP DASAR

No. Aktivitas Menyebutkan Melakukan


(√) dengan
benar (√)
1 Memastikan keamanan diri (menggunakan alat pelindung diri), korban dan
lingkungan
2 Memastikan korban tidak sadar (touch and talk):
• Merangsang dengan suara/verbal: memanggil korban
• Merangsang dengan taktil: menepuk bahu
• Merangsang dengan stimulasi nyeri: mencubit anak telinga, menekan
bagian atas tulang sternum
Mengaktifkan emergency response (meminta pertolongan)
3 Memperbaiki posisi korban, terlentangkan korban pada alas yang rata dan keras
4 Atur posisi penolong: penolong berada di samping pasien dan sejajar bahu korban
5 Nilai arteri karotis korban (tidak lebih dari 10 detik): di samping trakea ke arah
lateral, diraba dengan menggunakan dua jari
6 • Bila denyut nadi tidak ada maka dianggap henti jantung dan lakukan
kompresi 30 x, di pertengahan bawah sternum, sebanyak 100 x/menit
(hampir 2x/detik), dan sedalam 2 inchi (5 cm)
• Bila denyut arteri teraba: lakukan pemeriksaan patensi dan pembebasan
jalan napas
7 Buka jalan napas korban dengan teknik
a) Head tilt: satu tangan di dahi pasien, kepala ditarik ke belakang/ekstensi
b) Chin lift: jari telunjuk dan tengah di bawah dagu diangkat ke atas. Atau
dengan memasukkan ibu jari ke dalam mulut dan telunjuk di dagu, jepit
dagu dan angkat ke atas
c) Jaw thrust
d) Alat bantu jalan napas
8 Bila tidak ada napas atau bernapas tidak normal (gasping), beri pernapasan
buatan dua kali
a) Jepit hidung dengan jari atau tutup hidung korban dengan pipi penolong
b) Mulut penolong melingkari mulut korban
c) Tiupkan udara ke dalam mulut korban
d) Ventilasi diberikan selama 1 detik dan tidak berlebihan
9 Lakukan sebanyak 5 siklus (2 menit) (1 siklus = 30 kompresi : 2ventilasi)
10 Jika denyut nadi teraba, namun pasien tidak bernapas atau bernapas tidak normal
(gasping) maka berikan bantuan napas sebanyak 10-12 x/menit (1 napas tiap 5-6
detik) dan dievaluasi tiap 2 menit

32
6. PEMERIKSAAAN OBSTETRI GINEKOLOGI

a. MODUL KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN ANC

LANGKAH 1 2 3 4
NILAI
I. MENYAMBUT IBU
1. Menyambu ibu dan seseorang yang menemani ibu
2. Memperkenalkan diri kepada ibu
3. Menanyakan nama dan usia ibu
II. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
4. Keluhan umum
5. HPHTdan apakah normal
6. Gerakan janin
7. Tanda-anda bahaya dan peyulit
8. Obat yag dikonsumsi (termasuk jamu)
9. Kekhawatiran-kekhawatira khusus
III. RIWAYAT KEHAMILAN YANG LALU
10. Jumlah kehamilan
11. Jumlah anak yang lahir hidup
12. Jumlah kelahiran premature
13. Jumlah Keguguran
14. Persalinan dengan tindakan (operasi sesar, forsep, vakum)
15. Riwayat perdarahan pada persalian atau pasca persalinan
16. Kehamilan dengan tekanan darah tinggi
17. Berat bayi < 2,5 kg atau > 4 kg
18. Masalah janin
IV. RIWAYAT KESEHATAN/PENYAKIT YG DIDERITA SEKARANG & DULU
19. Masalah kariovaskuler
20. Hipertensi
21. Diabetes
22. Malaria
23. Penyakit/kelamin HIV/Aids
24. Imuisasi toxoid tetanus (TT)
25. Lainnya
V. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
26. Status perkawinan
27. Respons ibu dan keluarga
28. Riwayat KB
29. Dukungan keluarga
30. Pengambil keputusan dalam keluarga
31. Gizi yag dikonsumsi dan kebisaan makan, vitamin A
32. Kebiasaan hidup sehat, merokok, minum minuman keras,
mengkonsumsi obat terlarang
33. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
34. Tempat dan Petugas Kesehatan yang diinginkan untuk
membantu persalinan
VI. PEMERIKSAAN FISIK

33
1. Meminta pasien untuk mengosongkn kandung kemih dan
menampungnya di bengkok (urine mead stream)
2. Mencuci tangan
3. Menjelaskan seluruh prosedur sambil melakukan pemeriksaan
4. Mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk klarifikasi sambil
melakukan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhn dan
kelayakan
A. TANDA-TANDA VITAL
5. Mengukur tinggi dan berat badan
6. Mengukur teknan darah, nadi dan suhu
7. Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dan meawarkan
kain linen untuk menutup tubuhnya (atau meminta pasien
untuk melonggarkan pakaiannya dan menggunakannya
sebagai penutup tubuh
8. Membantu pasien berbaring di meja/tikar tempat tidur
pemeriksaan yang bersih
B.KEPALA DAN LEHER
9. Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah
10. Memeriksa apakah mata :
a. Pucat pada kelopak bagian bawah
b. Berwarna kuning
11. Memeriksa apakah rahang pucat dan memeriksa gigi
12. Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui :
• Pembesaran kelenjar tiroid
• Pembesaran pembuluh limpe
C. DADA
PARU-PARU
13. Inspeksi : kesimerisan bentuk dan gerak perafasan, warna kulit
dada, retraksi, jaringan perut
14. Palpasi : Gerakan dinding dada, tactil vremitus secara
sistematis
15. Perkusi : Batas-batas paru secara sistematis
16. Auskultasi : bagian anterior
JANTUNG
17. Nilai bunyi jantung
PAYUDARA
18. Dengan posisi klien disamping, memeriksa payudara :
• Bentuk, ukuran da simetris atau tidak
• Putting payudara menonjol atau masuk ke dalam
• Adanya kolostrum atau cairan lain
19. Pada saat klien megangkat tangan ke atas kepala, memeriksa
payudara untuk mengetahui adanya retraksi atau dimplig
20. Klien berbaring degan tangan kiri di atas, lakukan palpasi
secara sistematis pada payudara sebelah kiri (sesudah itu
sebelah kanan juga) dari arah payudara, axila dan notest,
kalau-klau erdapat :
• Massa
• Pembesaran pembuluh limfe
D. ABOMEN
21. Memeriksa apakah terdapat bekas luka operasi
22. Mengukur tiggi fundus uteri dengan meggunakan tangan
(kalau > 12 minggu) atau pita ukuran (kalau > 22 minggu)

34
23. Melakukan palpasi pada abdomen untuk mengetahui leak,
presentasi, posisi dan penurunan kepala janin
24. Menghitung denyut jantung janin (dengan fetoskop kalau 18
minggu)
E. PANGGUL: GENIALIA LUAR
25. Membantu klien mengambil posisi untuk pemeriksaan panggul
dan menutup tubuh untuk menjaga privasi
26. Melepaskan perhiasan di jari dan di lengan
27. Mencuci tangan dengan sabun dan air, serta mengeringkannya
engan menggunakan kain yang bersih (atau di udara
terbuka/kering)
28. Memakai sarung tangan baru atau yang biasa dipakai lagi yang
sudah didesinfeksi tanpa terkontaminasi
29. Menjelaskan tindkan yang dilakukan sambil terus melakukan
pemeriksaan
30. Memisahkan labia mayora dan memeriksa labia minora,
kemudian klitoris, lubang uretra dan introitus vagina untuk
melihat adanya :
a. Tukak atau luka
b. Varices
c. Cairan (warna, kosistensi, jumlah dan bau)
31. Mengurut uretra dan pembuluh skene untuk mengeluarkan
cairan nanah dan darah
32. Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini untuk mengetahui
adanya :
a. Pembengkakan
b. Massa atau kista
c. Cairan
33. Sambil melakukan pemeriksaan selalu mengamati wajah ibu
untuk mengetahui apakah ibu merasakan sakit atau nyeri
karena prosedur ini
F. PANGGUL : PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN SPEKULUM
34. Memperlihatkan speculum kepada ibu sambil menjelaskan
bahwa benda tersebut akan dimasukkan ke dalam vagina ibu
dan bagaimana hal ini akan terasa oleh ibu
35. Menjelaskan pada ibu bagaimana caranya agar rileks selama
dilakukan pemeriksaan (misalnya : bernafas melalui mulut
atau dada atau lemaskan badan sambil kedua kaki tetap
diregangkan)
36. Meminta ib untuk mengataka jika apa yang dilakukan
menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
37. Basahi speculum dengan air (yang hangat jika memungkinkan)
atatu lumuri dengan jeli (jika idak ada spesime yang diambil)
38. Memegang speculum dengan miring, memisahkan bagian
labia dengan tangan yang lain dan masukkan speculum dengan
hati-hati, hindari menyentuh uretra dan clitoris
39. Memutar speculum dan membuka (blade)nya untuk melihat
serviks
40. Memeriksa serviks untuk melihat adanya :
a. Cairan atau darah
b. Adanya luka
c. Apakah serviks sudah membuka atau belum
41. Memeriksa dinding vagina utuk melihat adanya :
a. Cairan atau darah
b. Luka

35
42. Menutup mengeluarkan speculum secara hati-hati dengan
posisi miring
43. Meletakkan speculum yang sudah digunakan dalamseuah
tempat unuk didekontaminasi
G. PANGGUL : PEMERIKSAAN BIMANUAL
44. Menjelaskan kepada ibu bahwa pemeriksaan dilakukan
berkesinambungan dan apa yang akan dirasakan ibu
45. Meminta ibu untuk mengatakan kalau ibu merasa tidak nyman
karena pemeriksaan yang dilakkan
46. Memasukkan dua jari ke dalam vagina, merenggangkan ke dua
jari tersebu dan menekan ke bawah
47. Mencari letak serviks dn merasakan untuk mengetahui :
a. Pembukaan (dilatasi)
b. Rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan/nyeri goyang)
48. Menggunakan 2 tangan (satu tangan di atas abdomen, 2 jari di
dalam vagina) untuk palpasi uterus (hanya pada trimester
saja):
a. Ukuran, bentuk dan posisi
b. Mobilisasi
c. Rasa nyeri (amati wajah ibu)
d. Massa
49. Melepaskan tangan pelan-pelan, melepaskan sarung tagan
dan meuaskannya ke dalam laruan dekontaminasi
50. Membantu ibu unuk bangun dari meja/tempat tidur/tikar
pemeriksaan
51. Mengucapkan terima kasih atas kerjasama ibu dan meminta
ibu untuk mengenakan pakaiannya
52. Mencuci tangan dengan sabun dan air serta mengeringkan di
udara terbuka atau melapnya dengan kain bersih
H. TANGAN DAN KAKI
53. Memeriksa apakah tangan dan kaki : Edema dan pucat pada
kuku jari
54. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
55. Mengukur lingkar lengan atas
56. Memeriksa refleks patella untuk melihat apakah terjadi
gerakan hypo atau hyper
I. PUNGGUNG
57. Inspeksi kesimetrisan bentuk dan gerak, warna kulit, luka
58. Perkusi bagian punggung secara sistematis
VII. PEMBELAJARAN/PENDIDIKAN KESEHATAN
59. Memberitahukan kepada ibu hasil temuan dalam pemeriksaan
60. Memberithukan usia kehamilan
61. Megajari ibu megenai ketidaknyamanan yag mungkin akan
dialami ibu
62. Sesuai dengan usia kehamilan :
a. Nutrisi
b. Olah raga ringan
c. Istirahat
d. Kebersihan
e. Pemberian ASI
f. KB pasca salin
g. Tanda-tanda bahaya
h. Aktivitas seksual
i. Kegiatan sehari-hari dan pekerjan

36
j. Obat-obatan dan merokok
k. Body mekanik
l. Pakaian dan sepatu

b. MODUL KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN PALPASI MENURUT LEOPOLD

Tidak Dilakuk Dilakuk


dilakuk an an
an (√) tidak dengan
NO LANGKAH / TUGAS
sempur sempur
na (√) na
(√)
1. Menyiapkan alat-alat di dekat klien
Memberitahu klien mengenai prosedur pemeriksaan
2. Mencuci tangan dan mengeringkannya
Pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
3. Mengatur posisi ibu hamil senyaman mungkin
Perhatikan dengan baik privacy ibu, tutupi bagian ekstremitas dan perut ibu dengan
selimut
4. Melakukan pemeriksaan Leopold I :
Menentukan bagian janin yang terdapat di bagian fundus serta mengukur tinggi
fundus
a. Anjurkan ibu agar berbaring dengan santai, kedua kaki ibu ditekuk, selimut di
kebawahkan sampai kira-kira berada di atas symphisis. Pemeriksaan menghadap ke
arah muka ibu, uterus diketengahkan terlenih dahulu, lalu raba bagian tubuh janin
yang berada di daerah fundus uteri
b. Masih dalam posisi yang sama, ambillah pita pengukur lalu raba daerah symphisis
letakkan pita pengukur pada pinggir atas symphisis kemudian bentangkan mengikuti
pembesaran perut ibu ke arah fundus uteri.
Pita pengukur hendaknya dipasang terbalik (angka dalam cm menghadap ke perut
ibu) dan membaca angka pada pita pengukur. Dengan tujuan agar hasil
pemeriksaan lebih akurat
5. Melakukan pemeriksaan Leopold II
Menentukan batas samping kanan dan kiri terhadap uterus ibu
Kedua tangan pemeriksa bergeser ke batas samping kanan dan kiri ibu, lalu rabalah
bagian janin yang terdapat pada sebelah kanan ibu, apakah terdapat tahanan yang
lurus, keras, panjang serta mendatar seperti papan (punggung janin) ataukah teraba
tonjolan-tonjolan kecil (ekstremitas janin)
6. Melakukan pemeriksaan Leopold III
Menentukan bagian terendah janin, serta apakah bagian terendah itu sudah
memasuki pintu atas panggul atau belum.
Tangan pemeriksa meraba bagian terendah janin yang terdapat di daerah pinggir
symphisis, lalu goyangkan sedikit, jika masih dapat digoyangkan maka bagian
terendah janin belum masuk pintu atas panggul. Jika tidak dapat digoyangkan maka
bagian terendah janin sudah memasuki pintu atas panggul.
7. Mencuci tangan dan mengeringkannya
8. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
9. Mencatat hasil pemeriksaan kepada ibu

37
38
7. PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)

Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
Persiapan
1 Mempersiapkan alat yang diperlukan
2 Melakukan identifikasi pasien, pastikan rekam medis pasien
benar
3 Menyapa pasien, menciptakan suasana yang baik untuk
mengurangi rasa takut (pada pasien sadar)
4 Memperkenalkan diri pada pasien (pada pasien sadar)
Prosedur
1 Mencuci tangan
2 Memasang sarung tangan
3 Memposisikan diri di samping kanan pasien
4 Membersihkan lubang hidung
5 Meletakkan bengkok ke dekat pasien
6 Mengukur sonde lambung dari hidung ke telinga lalu ke
processus xiphoideus lai tandai (diplester)
7 Mengoleskan jeli pada ujung sonde
8 Menjepit ujung sonde dengan klem
9 Memasukkan sonde melalui hidung perlahan sampai pasien
disuruh menelan (kalau sadar)
10 Mengecek apakah sonde telah masuk lambung dengan cara
memasukkan udara menggunakan spuit 10 cc ke dalam
lambung dan diauskultasi dengan stetoskop atau dengan
mengisap cairan lambung dengan spuit dan mengukur
keasaman lambung dengan pH strip
11 Fiksasi sonde dengan plester
Pasca prosedur
1 Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
2 Membersihkan daerah NGT
3 Melakukan cuci tangan
4 Merapikan alat dan bahan
5 Menjelaskan hasil tindakan kepada pasien dan meminta
umpan balik
6 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

39
8. PEMASANGAN KATETER URINE

Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
Persiapan
1 Menyapa pasien, menciptakan suasana yang baik untuk
mengurangi rasa takut
2 Memperkenalkan diri
3 Memberikan informasi umum mengenai pemasangan kateter
urine tentang:
• Jenis kateter yang akan dipasang;
• Dimana kateter akan dipasang;
• Bagaimana cara memasang kateter;
• Menjelaskan kemungkinan risiko pemasangan kateter
(berikan jaminan bahwa kemungkinannya sangat kecil)
4 Meminta kesedian pasien atau keluarganya untuk
pemasangan kateter
5 Mempersiapkan alat yang diperlukan
Prosedur
1 Mencuci tangan
2 Memasang sarung tangan steril
3 Memposisikan diri di samping kanan pasien
4 Meminta pasien berbaring terlentang dengan kedua tungkai
lurus dan terpisah satu sama lain
5 Lakukan tindakan asepsis antisepsis daerah genitalia eksterna
secara melingkar dari dalam ke luar mulai dari muara OUE
6 Menutup daerah genitalia eksternal dengan doek steril
7 Mengoleskan gel pada kateter, menyemprotkan gel ke dalam
uretra dan menunggu beberapa saat
8 Memegang penis dengan tangan kiri
9 Membuka OUE dengan ibu jari dan jari telunjuk dan menarik
penis lurus ke atas agar urethra menjadi tegang
10 Menjepit ujung kateter dengan klem atau pinset
11 Mendorong kateter perlahan-lahan ke dalam urethra sampai
urine keluar
12 Menghubungkan kateter dengan penampung urine (urine
bag)
13 Mendorong kateter masuk sampai percabangan kateter
14 Mengisi balon kateter dengan air steril sebanyak 5-20 cc
(tergantung kapasitas balon)
15 Menarik kateter keluar sampai tertahan pada balonnya
16 Membuka doek steril
Pasca prosedur
1 Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
2 Membersihkan daerah dilakukan asepsis antisepsis
3 Melakukan cuci tangan
4 Merapikan alat dan bahan
5 Menjelaskan hasil tindakan kepada pasien dan meminta
umpan balik
6 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

40
9. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

a. PEMERIKSAAN GLASGOW COMA SCALE/GCS


Tujuan pembelajaran: peserta didik diharapkan mampu melakukan pemeriksaan GCS dan
menginterpretasikan serta menyimpulkan hasilnya.

Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
Sikap
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas pasien
4 Menjelaskan tujuan pemeriksaan/prosedur dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk bertanya
5 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan/ prosedur
Persiapan
6 Mempersiapkan alat/bahan yang dibutuhkan
7 Menyiapkan pasien
8 Persiapan pemeriksa (cuci tangan, menggunakan APD)
Prosedur
9 Observasi kondisi pasien dan lingkungannya yang bisa
mengganggu penilaian kesadaran, misalnya terpasang
trakeostomi, pipa endotrakeal, memakai alat bantu dengar,
pelumpuh otot, lingkungan yang membahayakan, dan suara
bising.
10 Pasien diberi rangsangan suara dengan cara memanggil,
menanyakan namanya, lokasi dan waktu saat pemeriksaan.
pasien juga diminta berjabat tangan. bila terdapat
kelumpuhan ekstremitas, maka pasien bisa diminta
membuka mulut, menjulurkan lidah, atau mengedipkan
mata.
11 Perhatikan dan berikan nilai respons terbaik untuk
komponen buka mata (E), motorik (M), dan verbal (V) setelah
pasien diberi rangsangan suara.
12 Bila pasien masih belum membuka mata setelah diberi
rangsangan suara (E), berikan rangsangan nyeri pada kuku
jari tangan pasien menggunakan pulpen atau penlight.
intensitas nyeri naik bertahap secara progresif hingga
maksimal 10 detik atau telah mencapai respons terbaik.
13 Bila pasien tidak dapat mengikuti perintah pemeriksa (M),
maka rangsangan nyeri diberikan dengan cara mencubit otot
trapezius. Intensitas rangsangan naik bertahap secara
progresif hingga maksimal 10 detik atau telah mencapai
respons terbaik.
14 Bila pasien belum menunjukkan respons terbaik, tekan takik
supraorbita dengan ibu jari. lntensitas rangsangan naik
bertahap secara progresif hingga maksimal 10 detik atau
telah mencapai respons terbaik.
15 Bila pasien belum juga menunjukkan respons terbaik maka
pemeriksa memberikan rangsangan nyeri di sternum.
16 Perhatikan dan berikan nilai respons terbaik untuk
komponen buka mata (E), motorik (M), dan verbal (V) setelah
pasien diberi rangsangan nyeri

41
17 Pemeriksa mendokumentasikan hasil pemeriksaan GCS yang
terdiri dari nilai respons terbaik untuk komponen buka mata
(E), motorik (M), dan verbal (V)
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
18 Merapikan alat dan bahan
19 Menjelaskan hasil pemeriksaan/tindakan kepada pasien dan
meminta umpan balik dari pasien
20 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

b. PEMERIKSAAN GEJALA RANGSANG MENINGEAL


Tujuan pembelajaran: peserta didik diharapkan mampu melakukan pemeriksaan gejala
rangsang meningeal/GRM dan menginterpretasikan serta menyimpulkan hasilnya.

Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
Sikap
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas pasien
4 Menjelaskan tujuan pemeriksaan/prosedur dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk bertanya
5 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan/ prosedur
Persiapan
6 Mempersiapkan alat/bahan yang dibutuhkan
7 Menyiapkan pasien
8 Persiapan pemeriksa (cuci tangan, menggunakan APD)
Prosedur
Kaku Kuduk
9 Pasien diminta berbaring terlentang tanpa bantal
10 Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada bagian belakang
kepala pasien
11 Tangan kanan pemeriksa menahan dada pasie
12 Leher pasien kemudian difieksikan ke arah dada
13 Pemeriksa merasakan ada atau tidaknya tahanan
Brudzinski Neck Sign
14 Pasien berbaring terlentang tanpa bantal
15 Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada bagian belakang
kepala pasien
16 Tangan kanan pemeriksa menahan dada pasien
17 Leher pasien kemudian difieksikan ke arah dada
18 Pemeriksa memperhatlkan adanya fleksi pada sendi panggul
dan lutut kedua tungkai
19 Hasil pemeriksaan positif bila didapatkan fleksi pada sendl
panggul dan lutut
Brudzinski Contralateral Reflex Sign
20 Pasien diminta berbaring terlentang
21 Pemeriksa memfleksikan sendl panggul dan lutut salah satu
tungkai pasien
22 Pemeriksa memperhatikan fleksi dari sendi panggul dan lutut
tungkai kontralateral (positif)
Kernig

42
23 Pasien diminta berbaring terlentang
24 Pemeriksa melakukan fleksi pada salah satu sendi panggul
pasien hingga posisi paha menjadi vertikal, kemudian secara
perlahan sendi lutut diekstensikan
25 Tanda ini dikatakan positif bila lutut pasien tidak dapat
diekstensikan dengan sudut >135° pada sendi panggul yang
sudah fieksi
26 Lakukan pemeriksaan ini pada sisi kontralateral
Lasegue
27 Pasien diminta berbaring terlentang
28 Pemeriksa mengangkat salah satu tungkai paslen dengan
sendi lutut ekstensi hingga mencapai sudtut 70°
29 Hasil pemeriksaan positif apabila timbul nyeri radikular pada
saat tungkai diekstensikan dan tidak dapat mencapai sudut
70°
30 Lakukan pemeriksaan ini pada sisi kontralateral
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
31 Merapikan alat dan bahan
32 Menjelaskan hasil pemeriksaan/tindakan kepada pasien dan
meminta umpan balik dari pasien
33 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

c. PEMERIKSAAN NERVI KRANIALES


Tujuan pembelajaran: peserta didik diharapkan mampu melakukan pemeriksaan nervi
kraniales dan menginterpretasikan serta menyimpulkan hasilnya.

Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
Sikap
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas pasien
4 Menjelaskan tujuan pemeriksaan/prosedur dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk bertanya
5 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan/ prosedur
Persiapan
6 Mempersiapkan alat/bahan yang dibutuhkan
7 Menyiapkan pasien
8 Persiapan pemeriksa (cuci tangan, menggunakan APD)
Prosedur
Nervus Olfaktorius (N.I)
9 Pemeriksa memastikan tidak terdapat sumbatan atau
kelainan pada lubang hidung pasien.
10 Pasien diminta untuk memejamkan matanya
11 Pasien diminta untuk menutup salah satu lubang hidung
dengan jari tangan. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan
terlebih dahulu pada lubang hidung yang dicurigai terdapat
kelainan.
12 Pasien diminta untuk mencium bau-bauan tertentu melalui
lubang hidung yang terbuka dan menyebutkan jenis bau yang
terdeteksi
13 Pasien diminta untuk menyebutkan jenis bau yang terdeteksi

43
14 Pemeriksaan yang sama dilakukan pada lubang hidung
lainnya
Nervus Optikus (N. II) Ketajaman Penglihatan (Visus)
15 Pemeriksa melakukan pengamatan atau inspeksi untuk
mendeteksi adanya kelainan pada mata bagian luar seperti
kekeruhan pada lensa, jaringan parut atau kekeruhan pada
kornea, serta adanya peradangan pada mata.
16 Pasien diminta menutup salah satu mata dengan tangan atau
dengan penutup mata.
17 Pemeriksaan dapat dilakukan dengan atau tanpa kacamata
atau lensa kontak
18 Pasien diminta untuk membaca dan menyebutkan huruf-
huruf pada papan Snellen yang berjarak 6m, secara
berurutan dari baris paling atas ke bawah hingga akhirnya
tidak dapat menyebutkan dengan benar atau tidak terlihat
lagi.
19 Apabila pasien tidak dapat menyebutkan huruf paling atas
pada papan Snellen, pemeriksaan dilanjutkan dengan
menghitung jari pemeriksa.
20 Pemeriksa berdiri pada jarak 1, 2, 3, 4, dan 5m dari pasien.
21 Pasien diminta untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa
yang diperlihatkan kepadanya pada setiap meter jarak
tersebut.
22 Jika pasien tidak dapat menyebutkan jumlah jari pemeriksa
pada jarak 1m, pemeriksaan dilanjutkan dengan melihat
lambaian tangan pemeriksa.
23 Adapun pasien yang tidak dapat melihat lambaian tangan
pemeriksa, pemeriksaan visus dilakukan dengan meminta
pasien mehhat ada tidaknya cahaya.yang berasal dari
penlight pemeriksa.
24 Pemeriksaan visus juga dapat dilakukan dengan kartu baca
Jaeger atau kartu skrining penglihatan Rosenbaurn dengan
meminta pasien menutup salah satu mata lalu membaca
kartu tersebut pada jarak baca (30cm).
25 Semua pemeriksaan visus di atas dilakukan lagi dengan
menggunakan pinhole yang diletakkan di depan mata pasien.
26 Pemeriksaan yang sama dilakukan pada mata lainnya.
Nervus Optikus (N. II) Pemeriksaan Konfrontasi
27 Pasien diminta duduk pada jarak 50cm dari pemeriksa
dengan ketinggian mata yang sama dengan pemeriksa
28 Pasien climinta menutup salah satu mata dengan tangannya
Pemeriksa juga menutup matanya yang berhadapan dengan
mata pasien (jika pasien menutup mata kanan maka
pemeriksa menutup mata kiri)
29 Pasien diminta melihat ke arah mata pemeriksa
30 Pemeriksa meletakkan jari telunjuknya sejauh mungkin dari
lapang pandangnya pada empat arah mata angin, yaitu timur
laut (45°), barat laut (13S°), barat daya (225°), dan tenggara
(315°). Jarak pandang antara pemeriksa ke jarinya harus
sama dengan jarak pandang antara pasien ke jari pemeriksa.
31 Pemeriksa kemudian menggerakkan jari telunjuknya atau
tangannya ke arah medial secara perlahan-lahan sambil
menanyakan apakah pasien bisa melihat gerakan jari telunjuk
atau gerakan tangan tersebut. Jika pasien sudah bisa
melihatjari atau gerakan tangan pemeriksa, pemeriksa

44
menghentikan gerakan ke medial dan mengubah posisi
gerakan tangannya.
32 Pemeriksaan yang sama dilakukan pada mata lainnya.

Nervus Optikus (N. II) Pemeriksaan Buta Warna


33 Pasien diminta menyebutkan warna objek di sekitarnya,
misalnya warna baju pemeriksa (jika kartu Ishihara tidak
tersedia)
34 Pasien diminta untuk menyebutkan angka yang terlihat pada
kartu
35 Pemeriksaan dilakukan pada tiap mata secara bergantian
Nervus Optikus (N. II) Pemeriksaan Fundus Mata
36 Ruangan pemeriksaan diredupkan atau digelapkan
37 Pemeriksaan dapat dilakukan pada keadaan pasien duduk
atau berbaring
38 Pasien diminta untuk melepaskan kacamatanya (bila ada)
39 Pada keadaan tertentu dapat digunakan midriatikum
(perhatikan kontraindikasi pemakaian midriatikum dan efek
samping yang dapat ditimbulkannya)
40 Pemeriksa mendekatkan salah satu matanya ke oftalmoskop.
Mata kanan pemeriksa untuk memeriksa mata kanan pasien,
mata kiri pemeriksa untuk memerilcsa mata kiri pasien.
41 Pada jarak sekitar 30cm dari mata pasien, pemeriksa dapat
memulai mengevaluasi fundus mata dengan mengarahkan
oftalmoskop ke pupil pasien dan melihat adanya red reflex.
42 Pemeriksa mendekatkan oftalmoskop ke mata pasien,
sehingga wajah pemeriksa berada dekat dengan wajah
pasien.
43 Pasien diminta untuk bernapas seperti biasa dan boleh
mengedipkan matanya, tetapi dianjurkan untuk tidak melirik.
44 Pemeriksa dapat mengatur kekuatan (dioptri) lensa
oftalmoskop untuk mendapatkan gambaran fundus mata
yang lebih jelas dan terfokus.
45 Pemeriksa mengidentifikasi pembuluh darah retina,
kemudian menelusurinya ke arah nasal hingga menemukan
diskus optikus (papil).
46 Pemeriksa mengevaluasi keadaan fundus mata di seluruh sisi
sejauh mungkin dan menilai pembuluh darah retina, makula,
dan gambaran retina lainnya.
47 Pemeriksaan yang sama dilakukan pada mata lainnya.
Nervus Okular (N. III, IV, dan VI) Pemeriksaan Pupil
48 Pemeriksa melakukan inspeksi terhadap bentuk, posisi,
kesimetrisan, dan ukuran pupil pasien.
49 Pemeriksaan refleks cahaya langsung. Pasien diminta melihat
jauh ke depan. Pemeriksa menyorotkan cahaya ke arah pupil
dan mengamati perubahan diameter pupil yang terjadi.
50 Pemeriksaan refleks cahaya tidak langsung. Pemeriksa
mengamati perubahan diameter pupil pada mata yang tidak
disorot cahaya ketika mata lainnya masih mendapat sorotan
cahaya langsung.
51 Pemeriksaan refleks akomodasi. Pemeriksa menggerakkan
jari telunjuknya dari jarak yang agak jauh dari wajah pasien
mendekat ke arah wajah pasien. Pasien diminta mengikuti
gerakan jari pemeriksa tersebut. Perhatikan perubahan
ukuran pupil yang terjadi (respons normal pupil akan miosis)

45
Nervus Okular (N. III, IV, dan VI) Pemeriksaan Gerakan Bola Mata
52 Pemeriksa melakukan inspeksi posisi bola mata (perhatikan
apakah kedudukan bola mata simetris)
53 Pasien diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa yang
digerakkan mengikuti bentuk huruf H serta ke arah atas dan
bawah.
54 Pemeriksa mengamati ada tidaknya hambatan gerakan bola
mata selama pasien mengikuti gerakan jari pemeriksa.
55 Pemeriksaan konvergensi. Pemeriksa menggerakkan jari
telunjuknya dari jarak yang agak jauh dari wajah pasien
mendekat ke arah wajah pasien.
56 Pasien diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa tersebut.
Perhatikan gerakan konvergensi kedua mata pasien
(pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
akomodasi)
Nervus Okular (N. III, IV, dan VI) Pemeriksaan Kelopak Mata
57 Pemeriksa mengukur lebar celah mata (fisura palpebralis)
kanan dan kiri
58 Pasien diminta untuk melakukan gerakan menutup dan
membuka mata tanpa disertai tahanan dan pemeriksa
mengamati ada tidaknya ptosis selama pemeriksaan.
Nervus Trigeminus (N. V) Sensorik
59 Pasien dijelaskan terlebih dahulu prosedur yang akan
dikerjakan
60 Mintalah pasien untuk menutup mata
61 Berikan rangsangan raba atau nyeri pada setiap distribusi
sensorik cabang N.V oftalmikus (dahi), maksilaris (rahang
atas, sudut nasolabialis), dan mandibularis (area dagu di
bawah biblr) stsi kanan dan kiri wajah. Untuk sensasi raba
dapat menggunakan kapas dan sensasi nyeri menggunakan
tusuk gigi
62 Tanyakan kepada pasien "Apakah sensasl pada kedua sisi
wajah sama?"
Nervus Trigeminus (N. V) Motorik
63 Pemeriksa meraba otot maseter dan pterigoid bilateral
64 Pasien diminta untuk menggigit atau mengunyah
65 Rasakan kontralcsi otot tersebut dan bandingkan kiri dan
kanan
66 Pasien diminta untuk membuka mulut, amati ada tidaknya
deviasi rahang.
67 Mintalah pasien menggerakkan rahang bawah ke arah depan
dan belakang (maju mundur) dan pemeriksa mengamati
kesimetrisan rahang
68 Pasien diminta menggigit spatula lidah dengan gigi
gerahatnnya dengan sekuat mungkin kemudian pemeriksa
mencoba menarik spatula lidah tersebut.
69 Bandingkan kekuatan kiri dan kanan. Bandingkan juga bekas
gigitan pada spatula lidah antara geraham kanan dan kiri
Nervus Trigeminus (N. V) Refleks Kornea
70 Pemeriksa berdiri di samping atau belakang pasien
71 Sentuhlah kornea mata pasien dengan kapas dari arah
lateral. Respon nortnal berupa kedipan pada kcdua mata.
Nervus Fasialis (N.VII) Motorik
72 Pasien diminta untuk duduk/ berbaring dengan rileks

46
73 Pemeriksa mengamati otot-otot wajah pasien pada keadaan
istirahat dan saat berbicara. Pada saat inspeksi perlu
diperhatikan kesimetrisan wajah, tonus otot,trofi otot
maupun gerakan involunter. Diperhatikan juga kerutan dahi
pada saat istirahat.
74 Pasien diminta mengerutkan dahinya. Amati kerutan dahi
yang terlihat
75 Mintalah pasien untuk memejamkan mata sekuat mungkin.
76 Perhatikan apakah kedua mata dapat tertutup rapat
77 Berikan tahanan pada m. Orbikularis okuli dengan
mendorong area alis ke arah atas dengan jari telunjuk
78 Perhatikan kekuatan otot dan bandingkan kiri dan kanan
79 Mintalah pasien untuk tersenyum lebar, perhatikan
kesimetrisan sudut bibir pasien dan sulkus nasolabialis.
80 Pasien diminta menggembungkan kedua pipinya
81 Pemeriksa menekan kedua pipi pasien dengan jari telunjuk
secara bersamaan hingga udara keluar dari mulut pasien
82 Perhatikan apakah terdapat kebocoran udara pada salah satu
sisi/ sudut mulut
83 Pasien diminta mengatupkan rahang atas dan bawah dan
menarik sudut bibirnya untuk memunculkan m. platysma.
Nervus Fasialis (N.VII) Sensorik
84 Pasien dijelaskan terleblh dahulu prosedur yang akan
dikerjakan
85 Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya
86 Tahan lidah dengan jari telunjuk dan ibu jari (agar lidah tidak
ditarik kembali ke dalam rongga mulut)
87 Pemeriksa meneteskan substansi rasa (manis, asam, pahit,
asin) pada perbatasan antara sepertiga anterior, dan tengah
lidah menggunakan stik aplikator.
88 Pasien diminta mengangkat tangannya (tidak perlu
berbicara) ketika merasakan sesuatu rasa tertentu.
89 Pengujian dilakukan dalam kurun waktu 5-10 detik.
Nervus Fasialis (N.VII) Refleks Nasopalbebral atau Refieks
Glabellar
90 Pemeriksa berdiri di belakang pasien
91 Pemeriksa mengetuk tepi luar daerah supraorbital, glabella,
daerah sekitar orbita, atau dahi (hingga batas garis rambut)
dengan jari telunjuknya
92 Saat mengetuk posisi tangan pemeriksa berada di atas area
mata pasien
93 Perhatikan respons yang muncul (kedipan mata)
Nervus Fasialis (N.VII) Tanda Chovstek
94 Pasien diminta untuk membuka mulutnya namun tidak
terlalu lebar
95 Pemeriksa mengetukkan dengan ujung jari atau palu refleks
pada percabangan nervus fasialis di depan telinga.
96 Perhatikan respons yang munctd. Respons positif berupa
gerakan pada bibir
Nervus Koklearis (N.VIII) Tes Rinne
97 Pemeriksa menggetarkan garpu tala 256 Hz atau 512 Hz
kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus pasien
(konduksi tulang)

47
98 Pasien diminta mendengarkan suara garpu tala dan setelah
suara menghilang, pasien diminta untuk mengangkat
tangannya.
99 Pindahkan garpu tala ke depan telinga pasien (konduksi
udara).
100 Tanyakan apakah pasien masih mendengar suara garpu tala
Nervus Koklearis (N.VIII) Tes Webber
101 Pemeriksa menggetarkan garpu tala 256 Hz atau 512 Hz
kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus pasien
(konduksi tulang)
102 Pasien diminta mendengarkan suara garpu tala dan setelah
suara menghilang, pasien diminta untuk mengangkat
tangannya.
Nervus GIosofaringetxs dan Nervtts Vagus (N. IX dan X) Motorik
103 Pasien diminta untuk membuka mulut
104 Lakukan inspeksi pada area palatum dan faring. Perhatikan
apakah terdapat deviasi garis tengah palatum maupun
uvula
105 Mintalah pasien untuk mengucapkan "aaaaaaaaah"
106 Perhatikan lengkung palatum dan posisi uvula. Lidah pasien
dapat ditekan dengan spatula lidah untuk visualisasi yang
lebih baik
Nervus GIosofaringetxs dan Nervtts Vagus (N. IX dan X)
Refleks Muntah
107 Pasien diminta untuk membuka mulut
108 Pemeriksa memperhatikan lengkung langit-langit dan posisi
uvula. Lidah pasien dapat di tekan dengan spatula lidah
untuk visualisasi yang lebih baik
109 Sentuhlah bagian lateral orofaring, uvula, dasar lidah, dinding
faring posterior atau palatum mole dengan spatula lidah, stik
aplikator, atau alat lain yang serupa
110 Perhatikan respons refleks muntah yang timbul
111 Pemeriksaan dilakukan pada dua sisi
Nervus Aksesorius (N. XI) Otot Sternokleidomastoideus
112 Pasien diminta untuk menolehkan kepalanya ke satu sisi
hingga maksimal
113 Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan memberikan
tahanan pada dagu pasien
114 Selanjutnya pasien diminta untuk menoleh kembali ke arah
depan sambil melawan tahanan yang diberikan oleh
pemeriksa.
115 Tangan pemeriksa lainnya melakukan palpasi pada otot
sternoldeidomastoideus
116 Lakukan pemeriksaan pada kedua arah dan bandingkan
kekuatan otot pasien
Nervus Aksesorius (N. XI) Otot Trapezius
117 Pemeriksa berdiri di belakang pasien
118 Amatilah leher, punggung dan bahu pasien. Diamati
kesimetrisan, ukuran dan bentuk otot-ototnya.
119 Berikan tahanan dengan menekan kedua bahu pasien ke
bawah dan mintalah pasien untuk mengangkat kedua
bahunya ke atas dengan sekuat mungkin.
120 Bandingkan kekuatan bahu kiri dan kanan
Nervus Hipoglosus (N.XII)

48
121 Pasien diminta untuk membuka mulut
122 Pemeriksa mengamati trofi, gerakan dan posisl lidah pasien
123 Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya lurus ke dcpan.
124 Perhatikan apakah lidah terdeviasi ke salah satu sisi,
perhatikan juga apakah terdapat atrofi papil, fasikulasi
ataupun tremor.
125 Pasien diminta untuk menggerakkan lidah ke kiri, kanan,
atas, dan ke bawah baik secara perlahan maupun secara
cepat.
126 Pasien diminta menekan dinding dalam pipi dengan
menggunakan ujung lidah, lalu melawan tekanan yang
diberikan pemeriksa dari sisi luar pipi dengan jari atau
spatula lidah
127 Bandingkan kekuatan motorik lidah sisi kanan dan sisi kiri.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
128 Merapikan alat dan bahan
129 Menjelaskan hasil pemeriksaan/tindakan kepada pasien dan
meminta umpan balik dari pasien
130 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

d. PEMERIKSAAN MOTORIK
Tujuan pembelajaran: peserta didik diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fungsi
motoric dan menginterpretasikan serta menyimpulkan hasilnya.

Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
Sikap
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas pasien
4 Menjelaskan tujuan pemeriksaan/prosedur dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk bertanya
5 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan/ prosedur
Persiapan
6 Mempersiapkan alat/bahan yang dibutuhkan
7 Menyiapkan pasien
8 Persiapan pemeriksa (cuci tangan, menggunakan APD)
Prosedur
Pemeriksaan Trofi Otot
9 Pemeriksa melakukan inspeksi pada otot-otot pasien (wajah,
bahu, ekstremitas)
10 Pasien diminta menjulurkan kedua lengannya dalam posisi
supinasi dan merapatkan kedua lengannya
11 Perhatikan otot-otot kedua lengan tersebut dari tangan
hingga ke bahu. Perhatikan pula otot tenar, hipotenar clan
interoseus pada bagian palmar
12 Jika diperlukan pemeriksa dapat melakukan pengukuran dan
membandingkannya dengan otot kontralateral
13 Pemeriksaan juga dilakukan pada otot tungkai
Pemeriksaan Tonus Umum Ekstremitas Atas
14 Pemeriksa menggerakkan pergelangan tangan pasien secara
pasif dengan gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi

49
15 Gerakan dilakukan perlahan dan lama kelamaan meniadi
cepat
16 Gerakan juga dilakukan pada sendi siku dan bahu
17 Rasakan ada tidaknya tahanan maupun rigiditas
18 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
Pemeriksaan Tonus Umum Ekstremitas Bawah
19 Pemeriksa menggerakkan pergelangan kaki pasien secara
pasif dengan gerakan fielcsi, ekstensl dan rotasi
20 Gerakan dilakukan perlahan dan lama kelamaan menjadi
cepat
21 Gerakan juga dilakukan pada sendi lutut dan panggul
22 Rasakan ada tidaknya tahanan maupun rigiditas
23 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
Pemeriksaan Kekuatan Otot Sendi Bahu
24 Pasien diminta melakukan gerakan abduksi lengan atas atas
hingga sejajar bahu
25 Pemeriksa memberikan tahanan dengan mendorong lengan
pasien ke arah bawah dan pasien diminta menahan sekuat
mungkin
26 Nilailah kekuatan otot pasien
27 Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya (aduksi
lengan atas)
28 Lakukan temeriksaan ada kedua sisi
Pemeriksaan Kekuatan Otot Sendi Siku
29 Pasien diminta memtleksikan sendi sikunya dan melakukan
gerakan aduksi.
30 Pemeriksa memberikan tahanan dengan menarik
pergelangan tangan pasien dan mintalah pasien untuk
menahan sekuat mungkin
31 Nilailah kekuatan otot pasien
32 Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya (ekstensi
siku)
33 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
Pemeriksaan Kekuatan Otot Sendi Pergelangan Tangan
34 Pasien diminta mengepalkan dan mengekstensikan kepalan
tangannya
35 Pemeriksa memberikan tahanaan pada kepalan tangan
pasien dengan mendorongnya ke arah yang berlawanan.
Mintalah pasien untuk menahan sekuat mungkin
35 Nilailah kekuatan otot pasien
36 Pemeriksaan juga dilakukan untuk arah gerakan sebaliknya
(fleksi pergelangan tangan)
37 Pemeriksaan dilakukan pada kedua sisi
Pemeriksaan Kekuatan Otot Sendi Jari Tangan
38 Pasien diminta mengepalkan dan mengekstensikan kepalan
tangannya
39 Pemeriksa memberikan tahanaan pada kepalan tangan
pasien dengan mendorongnya ke arah yang berlawanan.
Mintalah pasien untuk menahan sekuat mungkin
40 Nilailah kekuatan otot pasien
41 Pemeriksaan juga dilakukan untuk arah gerakan sebaliknya
(fleksi pergelangan tangan)
42 Pemeriksaan dilakukan pada kedua sisi

50
43 Pasien diminta mengepalkan dan mengekstensikan kepalan
tangannya
Pemeriksaan Kekuatan Otot Sendi Panggul
44 Pasien diminta untuk memfleksikan tungkainya pada sendi
panggul
45 Pemeriksa memberikan tahanan dari arah yang berlawanan
(mendorong ke bawah) dan pasien menahan sekuat mungkin
46 Nilallah kekuatan otot pasien
47 Pemeriksaan juga dilakukan dengan gerakan sebaliknya
(ekstensi tungkai)
48 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
Pemeriksaan Kekuatan Otot Sendi Lutut
49 Pasien diminta memfleksikan lututnya
50 Pemeriksa berusaha mengekstensikannya dengan menarik
pergelangan kaki pasien dan pasien diminta menahan sekuat
mungkin
51 Nilailah kekuatan otot pasien
52 Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya (pasien
diminta mengekstensikan lututnya)
53 Pemeriksaan dilakukan pada kedua sisi
Pemeriksaan Kekuatan Otot Sendi Pergelangan Kaki
54 Pasien diminta untuk melakukan gerakan plantarfleksi
55 Pemeriksa memberikan tahanan dengan mendorong telapak
kaki pasien ke arah kanan.
56 Nilailah kekuatan otot tersebut
57 Pemeriksaan juga dilakukan untuk gerakan dorsofleksi dan
ada kedua sisi
Pemeriksaan Refleks Bisep
58 Lengan bawah pasien diposisikan semifleksi dan sedikit
pronasi.
59 Pemeriksa meletakkan ibu jari atau jari telunjuknya di atas
tendon biseps yang akan diperiksa. Tekan dengan lembut,
ketuk dengan palu refleks dan amati respons yang timbul
60 Periksalah perluasan zona refleks dan tentukan derajat
refleks
61 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
Pemeriksaan Refleks Trisep
62 Lengan pasien diposisikan semifleksi dengan lengan bawah
diletakkan pada paha pasien atau disangga oleh pemeriksa
atau tangan pasien memegang siku kontralateral
63 Ketuk palu refleks pada tendon trisep yang insersinya
terletak sedikit di atas olekranon. Amatilah respons yang
timbul
64 Periksalah perluasan zona refleks dan tentukan derajat
refleks
65 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
Pemeriksaan Refleks Brakioradialis
66 Lengan pasien diposisikan semifleksi dan semipronasi
67 Pemeriksa meletakkan ibu jari atau jari telunjuknya pada
prosesus stiloideus pasien dan mengetuknya dengan palu
refleks

51
68 Amati respons refleks berupa fleksi siku dan sedikit supinasi
telapak tangan
69 Periksalah perluasan zona refleks dan tentukan derajat
refleks
70 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
Pemeriksaan Refleks Dinding Perut Profunda
71 Pasien dalam posisi berbaring terlentang
72 Pemeriksa sedikit menekan otot dinding perut pasien dengan
jarinya
73 Ketukkan palu refleks pada dinding perut pasien dengan
beralaskan jari pemeriksa
74 Lakukan pemeriksaan pada beberapa area perut pasien
75 Rasakan respons yang timbul pada dinding perut Respons
positif bila timbul kontraksi otot dinding perut dan deviasi
umbilikus ke arah ketukan.
Pemeriksaan Refleks Patella
76 Pasien diminta berbaring terlentang
77 Pemeriksa menyangga sendi lutut pasien dengan lengan
jarinya agar lutut pasien sedikit fleksi dan rileks
78 Ketukkan palu reflelcs pada tendon patela pasien dan amati
respons yang timbul
79 Periksalah perluasan zona refleks dan tentukan derajat
refleks
80 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
Pemeriksaan Refleks Achilles
81 Pasien diminta berbaring terlentang
82 Posisikan tungkai pasien abduksi, rotasi eksternal dan lutut
fleksi
83 Tangan kiri pemeriksa memegang plantar pedis pasien
sambal sedildt menekannya ke atas
84 Tangan kanan pemeriksa mengetukkan palu refleks pada
tendon Akiles (di atas insersinya pada kalkaneus)
85 Amati respons refleks berupa gerakan plantar fleksi
86 Periksa ada tidaknya perluasan zona refleks dan tentukan
derajat refleks
87 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi
Refleks Patologis Tanda Babinski
88 Pasien dalam posisi berbaring terlentang
89 Pemeriksa menggoreskan ujung palu retleks pada kulit
telapak kaki pasien mulai dari tumit, menyusuri sisi lateral
dan metatarsal plantar pedis hingga berakhir di area bawah
ibu jari.
90 Respons positif berupa dorsiflelcsi ibu jari dan abduksi jari-
jari lainnya
Refleks Patologis Tanda Chaddock
91 Pasien dalam posisi berbaring terlentang
92 Pemeriksa menggoreskan ujung palu retleks pada area di
bawah maleolus lateral, menyusuri sisi lateral punggung kaki
hingga berakhir di jari kelingking
93 Respons positif berupa dorsifleksi ibu jari dan abduksi jari-jari
lainnya
Refleks Patologis Tanda Oppenheim
94 Pasien dalam posisi berbaring terlentang

52
95 Pemeriksa menekan mulai dari area infrapatela menyusuri
anteromedial tibia hingga ke pergelangan kaki pasien dengan
buku jari telunjuk dan jari tengah
96 Respons positif berupa dorsifleksi ibu jari dan abduksi jari-jari
lainnya
Refleks Patologis Tanda Schaffer
97 Pasien dalam posisi berbaring terlentang
98 Berikan tekanan yang cukup kuat pada tendon Achilles
pasien
99 Respons positif berupa dorsifleksi ibu jari dan abduksi jari-jari
lainnya.

Refleks Patologis Tanda Gordon


100 Pasien dalam posisi berbaring terlentang
101 Pemeriksa meremas otot gastroknemius pasien
102 Respons positif berupa dorsifleksi ibu jari dan abduksi jari-jari
lainnya
Refleks Patologis Tanda Rossolimo
103 Pasien dalam posisi berbaring terlentang
104 Pemeriksa mengetukkan palu refleks pada basis plantar pedis
pasien
105 Respons positif berupa plantarfleksi jari-jari kaki
Refleks Patologis Tanda Mendel-Bekhtrew
106 Pasien dalam posisi berbaring terlentang
107 Pemeriksa mengetukkan palu refleks pada dorsum pedis
pasien
108 Respons positif berupa plantarfleksi jari-jari kaki
Refleks Patologis Tanda Hoffman
109 Pemeriksa memegang tangan pasien dalam posisi pronasi.
110 Pemeriksa memfiksasi jari tengah pasien di antara jari
telunjuk dan jari tengah atau ibu jari dan jari telunjuknya
111 Dengan ibu jarinya, pemeriksa menjentikkan kuku jari tengah
pasien dengan cepat
112 Respons positif berupa fleksi jari-jari tangan dan aduksi ibu
jari
Refleks Patologis Tanda Tromner
113 Pemeriksa memegang jari tengah pasien schingga tangan
pasien menggantung
114 Dengan tangan yang lainnya, pemeriksa mengetuk jari
tengah tangan pasien dengan jarinya.
115 Respons positif berupa fleksi jari-jari tangan dan aduksi ibu
jari
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
116 Merapikan alat dan bahan
117 Menjelaskan hasil pemeriksaan/tindakan kepada pasien dan
meminta umpan balik dari pasien
118 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

e. PEMERIKSAAN SENSORIK
Tujuan pembelajaran: peserta didik diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fungsi
sensorik dan menginterpretasikan serta menyimpulkan hasilnya.

53
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
Sikap
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas pasien
4 Menjelaskan tujuan pemeriksaan/prosedur dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk bertanya
5 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan/ prosedur
Persiapan
6 Mempersiapkan alat/bahan yang dibutuhkan
7 Menyiapkan pasien
8 Persiapan pemeriksa (cuci tangan, menggunakan APD)
Prosedur
Raba Halus
9 Jelaskan kepada pasien prosedur yang akan dikerjakan
10 Pasien diminta memejamkan matanya
11 Usapkan kapas/bulu/tisu atau ujung jari pemeriksa pada area
kulit pasien. Lakukan pada beberapa area kulit sesuai tujuan
pemeriksaan
12 Tanyakan pada paslen apakah stimulus yang diberikan pada
beberapa area tersebut dirasakan sama
Rasa Nyeri
13 Jelaskan kepada pasien prosedur yang akan dikerjakan
14 Pasien diminta memejamkan matanya
15 Tusukkan ujung tusuk gigi atau spatula lidah kayu yang
dipatahkan pada area kulit pasien. Lakukan pada beberapa
area kulit sesuai tujuan pemeriksaan
16 Tanyakan pada pasien apakah stimulus yang diberikan pada
beherapa area tersebut dirasakan sama
17 Buanglah alat periksa setelah selesai melakukan
pemeriksaan. Jangan menggunakan alat periksa yang sama
untuk beberapa pasien
Rasa Suhu
18 Jelaskan kepada pasien prosedur yang akan dikerjakan
19 Pasien diminta memejamkan matanya
20 Pemeriksa menyentuhkan stimulus dingln dan stimulus
hangat secara bergantian dengan jeda ± 2 detik pada
beberapa area kulit pasien
21 Tanyakan pada pasien apakah stimulus yang diberikan pada
beberapa area tersebut dirasakan sama
22 Untuk stimulus dingin dapat digunakan tabung reaksi berisi
air dingin (±5-10°C) atau gaganggarpu tala. Sedangkan untuk
stimulus panas dapat digunakan tabung rekasi yang berisi air
hanp,at (±40-45°C) atau jari pemeriksa
Rasa Vibrasi
23 Jelaskan kepada pasien prosedur yang akan dtkerjakan
24 Pasien diminta memejamkan matanya
25 Getarkan garpu tala (128 atau 256Hz) dan letakkan pada area
tonjolan tulang/ sendi pasien
26 Pasien diminta merasakan getaran garpu tala (bukan
merasakan sentuhan garpu tala) dan bila sudah tidak terasa
lagi pasien diminta mengatakan "ya"

54
27 Pemeriksa merasakan getaran garpu tala yang dipegangnya,
apabila pemeriksa masih merasakan getaran garpu tala lebih
dari 10 detik maka rasa vibrasi pasien dianggap tidak normal
28 Apabila pasien tidak merasakan getaran garpu tala,
pindahkan garpu tala ke sendi yang lebih proksimal atau
sendi homolog kontralateral. Minta pasien membandingkan
keduanya
29 Pemeriksaan dapat dilakukan pada beberapa tempat
tonjolan tulang, yaitu sendi interfalangeal proksimal ibu jari
kaki, sendi metatarsofalangeal, maleolus medial, tuberositas
tibia, spina iliaka anterior superior, ujung jari tangan, sendi
interfalangeal, sendi metakarpofalangeal pergelangan
tangan,siku,dan bahu.
Rasa Posisi
30 Jelaskan kepada pasien prosedur yang akan dikerjakan
31 Pasien diminta memejamkan matanya
32 Pemeriksa memegang ujung jari tangan/ kaki pasien pada sisi
lateralnya.
33 Jari tangan/kaki yang akan diperiksa tidak boleh bersentuhan
dengan jart-jari di sebelahnya
34 Pemeriksa menggerakkan jari tangan/kaki pasien ke arah
atas dan bawah secara berulang-ulang
35 Pasien diminta menyebutkan arah jari-jarinya pada setiap
gerakan
36 Lakukan hal serupa pada keempat ekstremitas
Diskriminasi Dua Titik
37 Jelaskan kepada pasien prosedur yang akan dikerjakan
38 Pasien diminta memejamkan matanya
39 Pemeriksa menyentuhkan kedua ujung kaliper atau klip
kertas (yang dibentuk huruf V) pada area kulit tertentu
40 Kemudian stimulus diganti dengan hanya menyentuhkan
salah satu ujung kaliper atau klip kertas
41 Pasien diminta merasakan apakah dapat membedakan 2 titik
atau 1 titik
42 Langkah tersebut diulang pada beberapa area
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
43 Merapikan alat dan bahan
44 Menjelaskan hasil pemeriksaan/tindakan kepada pasien dan
meminta umpan balik dari pasien
45 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

f. PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI


Tujuan pembelajaran: peserta didik diharapkan mampu melakukan pemeriksaan
keseimbangan dan koordinasi lalu menginterpretasikan serta menyimpulkan hasilnya.

Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
Sikap
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas pasien

55
4 Menjelaskan tujuan pemeriksaan/prosedur dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk bertanya
5 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan/ prosedur
Persiapan
6 Mempersiapkan alat/bahan yang dibutuhkan
7 Menyiapkan pasien
8 Persiapan pemeriksa (cuci tangan, menggunakan APD)
Prosedur
Romberg
9 Pasien diminta berdiri pada alas yang datar dengan kedua
kaki rapat dan kedua lengan berada di sisi tubuh atau
menyilang di dada. Mata tetap terbuka.
10 Pasien sebaiknya tidak memakai alas kaki selama
pemeriksaan
11 Pemeriksa berdiri di dekat pasien dengan kedua lengan
terjulur ke depan agar dapat segera menangkap jika pasien
terjatuh.
12 Observasi selama 20 detik. Perhatikan apakah pasien
bergoyang atau Jatuh.
13 Pasien diminta memejamkan kedua matanya dengan posisi
tubuh seperti pada poin 4.
14 Observasi selama 30 detik. Perhatikan kemampuan pasien
untuk mempertahankan posisinya agar tetap gerak
Romberg Dipertajam
15 Pasien diminta berdiri pada alas yang datar dengan kedua
kaki berada pada 1 garis dengan ibu jari kaki berada di
belakang tumit kaki lainnya. Kedua lengan menyilang di dada
dan mata tetap terbuka
16 Pasien sebaiknya tidak memakai alas kaki selama
pemeriksaan.
17 Pemeriksa berdiri di dekat pasien dengan kedua lengan
terjulur ke depan agar pemeriksa dapat segera menangkap
jika pasien terjatuh.
18 Observasi selama 20 detik. Perhatikan apakah pasien
bergoyang atau jatuh ke salah satu sisi.
19 Pasien diminta memejamkan kedua matanya dengan posisi
tubuh seperti pada poin 4.
20 Observasi selama 30 detik. Perhatikan apakah pasien
bergoyang atau jatuh ke salah satu sisi.
Fukuda Steppitig Test (FST)
21 Pasien diminta berdiri dan kedua lengan ekstensi serta
terjulur ke depan.
22 Pasien sebaiknya tidak memakai alas kaki selama
pemeriksaan.
23 Pemeriksa berdiri di dekat pasien dengan kedua lengan
terjulur ke depan agar pemeriksa dapat segera menangkap
jika paslen terjatuh.
24 Pasien diminta berjalan di tempat dengan mata terbuka
sebanyak 50 langkah dengan mata tertutup sambil berhitung
dengan suara keras
25 Perhatikan apakah pasien jatuh atau posisi berdiri mengalami
deviasi >45° dari posisi awal
Post Pointing Test (PPT)
26 Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pasien pada posisi
duduk maupun berdiri

56
27 Pasien diminta mengekstensikan lengannya ke atas dengan
jari telunjuk ekstensi
28 Pemeriksa meletakkan jari telunjuknya di depan paslen
29 Kemudian pasien diminta mengarahkan Jari telunjuknya ke
jari telunjuk pemeriksa dengan posisi lengan tetap lurus
30 Pasien diminta melakukan gerakan tersebut beberapa kali
dengan mata terbuka
31 Gerakan diulang kembali beberapa kali dengan mata tertutup
32 Perhatikan apakah terdapat deviasi jari pasien dari target
(jari pemeriksa) dan konsistensi arah deviasi pada beberapa
kali pengulangan
33 Teknik yang sama dilakukan pada lengan lainnya.
34 Selama pemeriksaan Jari pemeriksa tidak berpindah-pindah
Pemeriksaan Nistagmus
35 Pemeriksa meletakkan satu jari di depan mata pasien
36 Pasien diminta melirik mengikuti gerakan jari pemeriksa
dengan deviasi gerakan bola mata maksimal 30°
37 Perhatilcan apakah terdapat nfstagmus.
38 Teknik yang sama dilakukan pada arah kiri horizontal dan
atas-bawah vertikal
Tes Telunjuk Hidung
39 Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pasien pada posisi
duduk, berbaring, ataupun berdiri.
40 Pemeriksa meletakkan jari telunjuk di depan pasien.
41 Pasien diminta mengekstensikan lengannya ke atas dengan
jari telunjuk ekstensi.
42 Kemudian mintalah pasien menyentuhkan jari telunjuknya ke
jari telunjuk pemeriksa, lalu menyentuhkan ujung jari
telunjuknya ke ujung hidungnya
43 Pasien diminta melakukan gerakan tersebut beherapa kali
dengan mata terbuka
44 Pemeriksa dapat mengubah letak jari telunjuknya pada
berbagai kuadran, berbagai jarak (dekat/jauh), dan berbagai
kecepatan (perlahan lalu cepat).
45 Perhatikan kehalusan, akurasi, kecepatan gerakan, dan
tremor yang terlihat
46 Teknik yang sama dilakukan pada lengan tangan.
Tes Tumit Lutut
47 Pasien diminta berbarIng terlentang
48 Mintalah pasien mengangkat tungkainya dan meletakkan
tumit kakinya pada lutut kontralateral
49 Kemudian mintalah pasien menggerakkan tumitnya
menyusuri tuberositas tibia menuju ke ibu jari kaki
50 Pasien diminta melakukan gerakan tersebut beberapa kali
51 Perhatikan kehalusan, akurasi gerakan, dan tremor yang
terlihat.
52 Teknik yang sama dilakukan pada tungkai lainnya.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
53 Merapikan alat dan bahan
54 Menjelaskan hasil pemeriksaan/tindakan kepada pasien dan
meminta umpan balik dari pasien
55 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

57
10. ASEPSIS/ ANTISEPSIS DAN HECTING

Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
Sikap
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas pasien
4 Menjelaskan tujuan pemeriksaan/ prosedur dan
memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
5 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan/ prosedur
Persiapan
1 Mempersiapkan alat yang diperlukan
2 Melakukan identifikasi pasien, pastikan rekam medis pasien
benar
3 Menyapa pasien, menciptakan suasana yang baik untuk
mengurangi rasa takut (pada pasien sadar)
4 Memperkenalkan diri pada pasien (pada pasien sadar)
5 Mempersiapkan operator (cuci tangan dan menggunakan
APD)
Prosedur
1 Menempatkan diri di posisi yang benar
2 Melakukan tindakan aseptik dan antiseptic
3 Membatasi daerah tindakan dengan duk steril
4 Memegang forceps/ pinset (Teknik pencil grip)
5 Memegang needle holder (phalank distal ibu jari dan
phalank distal jari manis)
6 Melakukan penjahitan (Teknik simple suture dengan simpul
reef dan Teknik matras vertikal dengan simpul reef)
7 Memasang kassa penutup
Pasca prosedur
1 Melakukan evaluasi pemeriksaan/ tindakan yang telah
dilakukan (tidak bengkak, perdarahan, dll)
2 Merapikan alat dan bahan
3 Menjelaskan hasil pemeriksaan/ tindakan kepada pasien
dan meminta umpan balik
4 Memberikan edukasi tambahan yang diperlukan

58

Anda mungkin juga menyukai