Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan Pengasih, sumber segala ilmu dan pengetahuan
atas berkatNya Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dapat terus menerbitkan buku-
buku Materi Pengetahuan, Ketrampilan Klinik dan Penuntun Praktikum yang khusus untuk diper-
gunakan bagi mahasiswa/i FK UK Maranatha.
Buku-buku tersebut ditulis dan disusun oleh para Staf Pendidikan FK UKM, untuk itu kami
Pimpinan sangat menghargai dan mengucapkan banyak terima kasih kepada semua kontributor
dan editor.
Semoga buku-buku ajar ini dapat dimanfaatkan dalam menunjang, meningkatkan pengetahuan
bagi para mahasiswa/i peserta didik dalam menuju terciptanya dokter yang profesional dan kom-
peten (Five Star Doctor).
Namun tentunya tidaklah cukup jika hanya mengandalkan buku-buku ajar ini saja, untuk itu para
peserta didik harus tetap melengkapi dari sumber lain dan mengikuti pengetahuan kedokteran yang
terus berkembangan dengan pesat.
Akhir kata, Pimpinan dan seluruh Pendidik Fakultas Kedokteran mengucapkan Selamat Belajar.
Tuhan memberkati.
ii
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya buku penunjang pembelajaran di
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang merujuk kepada Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI). Dalam penerapan KKNI, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning(PBL).
Melalui sistem pembelajaran PBL mahasiswa dituntut aktif, mandiri dan belajar sepanjang hayat.
Metode-metode pembelajaran diarahkan untuk memancing keingintahuan, memotivasi mahasiswa
untuk belajar secara mandiri, melatih untuk berpikir kritis yang berguna baik pada saat berkuliah
maupun ketika mahasiswa sudah terjun di masyarakat sebagai dokter. Pembelajaran ini akan ber-
hasil apabila mahasiswa aktif dalam mencari materi pengetahuan dari berbagai sumber yang dapat
dipercaya dan dengan demikian melalui pembelajaran mandiri mahasiswa akan lebih mengingat
apa yang telah mereka pelajari dan menguasai keahlian untuk belajar.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha menerbitkan panduan belajar berupa buku
dengan maksud menjembatani tujuan pembelajaran dengan materi dunia kedokteran yang san-
gat banyak, dinamis, dan kompleks. Tidak ada buku yang dapat menjelaskan kompleksitas dan
pengembangannya hanya seorang pembelajar yang dapat menjawab tantangan ini di masa depan.
Isi buku ini hanya mencakup panduan umum dari materi yang harus dipelajari oleh mahasiswa
secara individual. Mahasiswa wajib mencari sumber pustaka lain untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan mereka. Melalui buku ini diharapkan mahasiswa dapat lebih terarah dan termotivasi
untuk mempelajari lebih dalam lagi berbagai topik baik materi pengetahuan, praktikum, dan ket-
rampilan klinik.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini.
iii
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat kasih dan bimbinganNya
maka Buku ini dapat disusun dan diterbitkan. Buku ini diterbitkan sebagai salah satu pegangan bagi
peserta didik dalam menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,
dengan materi yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi sebagai dokter layanan primer.
Semoga buku ini bermanfaat bagi para mahasiswa/i Fakultas Kedokteran dalam mempersiapkan
diri untuk melayani pasien nyata di klinik kelak.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam
penyusunan buku ini, sehingga kami mengharapkan masukan-masukan dari para pembaca guna
perbaikan di kemudian hari.
Editor
iv
DAFTAR KONTRIBUTOR
v
DAFTAR ISI
vi
SELF DIRECTED AND TEAM WORK LEARNING
Wenny Waty
Dunia pendidikan kedokteran merupakan dunia dengan interaksi antara dokter, pasien dan ma-
hasiswa. Pendidikan kedokteran mengalami banyak tantangan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Tantangan ini berasal dari pasien, masyarakat, dokter dan mahasiswa kedokteran. Tantangan ini
menyebabkan terjadinya perubahan dalam harapan pasien, pelayanan kesehatan, pengetahuan ilmu
kedokteran, dokter dan mahasiswa.
Pasien membutuhkan pendekatan yang bersifat patient-centered. Masyarakat menginginkan
efisiensi dari pengobatan. Pelayanan kesehatan melalui praktek bersama menggantikan praktek
individual. Ilmu kedokteran juga berkembang dari basic sciences menjadi clinical sciences dengan
integrasi. Ketersediaan dokter dan beban kerja dokter menjadi masalah. Selain itu juga terdapat
latar belakang mahasiswa kedokteran yang beraneka ragam.
Learner-centered atau student-centered dikenal luas di dunia pendidikan kedokteran. Hal ini
muncul karena ilmu kedokteran yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Setiap informasi
dapat berubah dengan cepat. Masalah dalam kedokteran juga bertambah kompleks. Karena itu
diperlukan kemampuan analisis dan problem solving selama perjalanan kehidupan profesional seo-
rangdokter.
Self directed learning merupakan istilah yang menekankan bahwa mahasiswa mempunyai
control terhadap pembelajarannya sendiri disertai tanggung jawab untuk mengetahui kebutuhan
belajar mereka dan dapat mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat mempengaruhi pembela-
jarannya. Independent learning menekankan bahwa mahasiswa belajar sendiri untuk memenuhi
kebutuhan belajar mereka.
Terdapat 6 prinsip independent learning:
• Mahasiswa belajar sendiri
• Mahasiswa mengontrol pembelajarannya sendiri: dimana, apa, bagaimana, kapan; sehing
ga dapat menentukan konteks pembelajarannya, mengetahui kebutuhan belajarnya, meng
etahui sumber pendukung pembelajaran, menentukan waktu dan irama belajar
• Mahasiswa dirangsang untuk membentuk rencana belajar sendiri
• Mahasiswa mengenali kebutuhan belajar yang berbeda sehingga dapat menyesuaikan se
suai dengan kebutuhannya
• Pembelajaran mahasiswa didukung sumber pembelajaran
• Peran dosen berubah dari lecturer ratau pembawa informasi menjadi manager proses
pembelajaran
1
SELF DIRECTED AND TEAM WORK LEARNING
Team work learning dipakai dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan setiap individu merupa-
kan mahluk sosial. Metode ini juga dipakai dalam pembelajaran di fakultas kedokteran. Metode
yang sering dipakai adalah small group sessions.
Kelompok kecil merupakan kumpulan dari beberapa mahasiswa yang berinteraksi dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan belajar bersama. Terdapat beberapa norma dan aturan dalam kelom-
pok yang didapat secara spontan atau melalui konsensus. Metode ini dipakai untuk merangsang
cara belajar yang lebih aktif dan kolaboratif. Kelompok yang memiliki tujuan belajar bersama
akan dapat memberikan hasil yang baik, dimana akan terdapat tanggung jawab bersama dalam
kelompok.
Jumlah anggota dalam kelompok dapat bervariasi, dengan jumlah minimal tiga sampai empat
orang. Biasanya jumlah yang dipakai adalah lima sampai sepuluh mahasiswa dalam satu kelom-
pok. Metode ini banyak dipakai dalam kegiatan problem-based learning. Terdapat beberapa jenis
kelompok kecil, yaitu kelompok tutorial, diskusi kelompok, seminar, workshop, sesi ketrampilan
klinik, sesi ketrampilan komunikasi, sesi clinical teaching (ambulatory care/outpatient–based,
community based).
Hal yang harus diperhatikan dalam team work learning:
• Partisipasi dari seluruh anggota kelompok
• Kemampuan berpikir kritis
• Kemampuan memaparkan pemikiran atau pandangan
• Interaksi seluruh anggota kelompok (hal ini akan meningkatkan pemahaman,
mutual respect dan kerjasama tim)
• Review tujuan dan evaluasi pencapaian
• Keterampilan manajemen waktu
2
”CLINICAL REASONING” DALAM KONTEKS BERPIKIR
KRITIS DAN ”REASONING” SECARA UMUM
Dedeh Supantini
PENDAHULUAN
Salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh seorang dokter dalam menjalankan profesinya
adalah kemampuan berpikir logis dan kritis untuk melakukan suatu penalaran untuk menegakkan
diagnosis dan melakukan penatalaksanaan pasien. Keterampilan berpikir seperti ini disebut
sebagai Penalaran Klinik atau ”Clinical Reasoning”. Hal ini telah disadari oleh para pendidik di
dunia kedokteran sejak dulu. Contoh yang jelas misalnya, seorang mahasiswa tingkat kepaniteraan
setelah mengikuti kepaniteraan di departemen tertentu biasanya akan mendapat sebuah kasus.
Mahasiswa tersebut kemudian diuji secara lisan oleh satu atau dua orang penguji. Sering dikatakan
bahwa yang diujikan pada ujian lisan tersebut adalah ”jalan pikiran”nya atau ”logika”nya :
bagaimana ia menjelaskan fenomena gambaran klinik dari kasus yang dihadapi, menegakkan
diagnosis, merencanakan penatalaksanaan selanjutnya, dan menjelaskan dasar dari argumennya.
Tetapi, mungkin tidak banyak diantara kita yang dapat menjelaskan secara rinci apa yang kita
maksud dengan ”logika”, kemampuan memecahkan masalah atau ”problem solving” atau
”Clinical Reasoning”. Apakah ”Clinical Reasoning” ini merupakan suatu keterampilan umum,
atau merupakan konsekuensi dari luasnya pengetahuan dalam bidang tertentu ? Sejauh mana
”Clinical Reasoning” ini menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan logis ? Bagaimana kriteria
objektifnya kemampuan ”berpikir logis” dan ”Clinical Reasoning” tadi? Apakah dapat diajarkan?
Beberapa pertanyaan tadi telah menjadi topik penelitian selama 3 (tiga) dekade, dan menghasilkan
beberapa ”trend” dalam metodologi dan teori. Hasil penelitian tersebut sangat membantu kita untuk
memahami hal-hal yang berhubungan dengan ”clinical reasoning” dan bagaimana mengajarkan
”Clinical Reasoning” kepada mahasiswa kedokteran.
Makalah ini akan membahas pengertian ”Clinical Reasoning”, penerapan ”Clinical Reasoning”
dalam praktik kedokteran, beberapa pandangan mengenai ”Clinical Reasoning” serta ”Clinical
Reasoning” dalam konteks berpikir kritis.
Seorang dokter haruslah membuat keputusan terhadap suatu kasus berdasarkan apa yang
merupakan masalah, apa diagnosanya, dan bagaimana tindak lanjutnya. Bagaimana prosesnya
seorang dokter mengambil keputusan merupakan merupakan proses penalaran yang sering disebut
“Clinical Reasoning”. Sebenarnya, bagaimana cara seorang dokter mengambil keputusan ? Fakta
apa saja yang menjadi bahan pertimbangan seorang dokter dan bagaimana prosesnya sehingga ia
sampai mengambil suatu keputusan tertentu ?
Sebelum membahas mengenai ”Clinical Reasoning” tersebut, kita akan membahas
lebih dulu apa yang disebut sebagai “Reasoning” atau penalaran. “Reasoning” didefinisikan
sebagai “cara berpikir menuju suatu kesimpulan”, sedangkan “good reasoning” adalah penalaran
berdasarkan premis-premis yang telah disepakati, informasi yang lengkap dan tidak adanya
pandangan kontradikif. 1
”Clinical Reasoning” sendiri dapat dianggap sebagai sinonim dari “problem solving“, “decision
making“ ataupun “judgment“ (dalam konteks permasalahan klinik).2 Dalam Bahasa Indonesia
sering disebut juga sebagai “penalaran klinis”. “Clinical reasoning” atau “penalaran klinis” adalah
suatu proses di mana seseorang (dokter) memfokuskan pikirannya untuk menegakkan diagnosis
dengan berdasarkan informasi yang dimiliki.3 Bagaimana proses “clinical reasoning” ini terbentuk
3
”CLINICAL REASONING” DALAM KONTEKS BERPIKIR KRITIS
DAN ”REASONING” SECARA UMUM
4
”CLINICAL REASONING” DALAM KONTEKS BERPIKIR KRITIS
DAN ”REASONING” SECARA UMUM
beberapa penyakit, yaitu diagnosis kerja dan diagnosis banding).Proses menegakkan diagnosis
seperti ini merupakan bagian dari proses penalaran klinik.
Cara berpikir induktif hanya terbatas pada berbagai penyakit yang sudah diketahui sebelumnya
oleh dokter, terbatas pada penyakit yang sering ditemukan, sehingga berpangkal pada epidemiologi
serta pengalaman dokter. Cara berpikir induktif lebih popuer pada dokter umum dan dokter
keluarga.3
Pola deduktif hipotetik: berpangkal pada pertanyaan: “Apa yang salah pada pasien ini?”
Hipotesis awal yang umum adalah bahwa ada sesuatu penyakit pada pasien tersebut. Persoalannya
adalah apa penyakitnya. Perbedaan dengan cara induktif adalah pada interpretasi data klinik, pada
cara deduktif setiap data yang masuk sudah dilakukan persangkaan atau hipotesis. Hipotesis awal
biasanya banyak dan masih bersifat umum berupa masalah atau kelainan organ dan sistem atau
berbagai kemungkinan penyakit. Dengan masuknya data baru, hipotesis menjadi semakin sempit
sampai data klinik habis, yang akhirnya sampai pada diagnosis kerja dan diagnosis banding atau
diagnostik pasti. Jadi hipotesis dapat berubah setiap ada data baru, oleh karena itu hipotesis dibuat
berulang-ulang.
Apabila dianalisis secara dalam, sebenarnya ada dua spektrum hipotesis, yaitu: hipotesis yang
paling mungkin dan hipotesis yang paling tidak mungkin. Namun hipotesis yang paling tidak
mungkin hanya dipikiran saja dan secara otomatis disingkirkan. Proses berpikir pola deduktif
hipotetik berpangkal pada urutan dalil pokok yang tidak terbantahkan.
Pola berpikir deduktif hipotetik integratif : memiliki dasar yang sama dengan pola deduktif
hipotetik, perbedaannya terletak pada arah berpikir dan bentuk hipotesisnya. Pada pola deduktif
hipotetik, hipotesis sudah mengarah ke satu atau beberapa kemungkinan penyakit. Sedangkan pola
berpikir deduktif hipotetik integratif, pikiran tidak ditujukan kearah penyakit, tetapi dikembangkan
ke dua arah, yaitu kearah anatomi dan kearah etiologi yang kemudian diintegrasikan.
Pola berpikir deduktif hipotetik integratif sangat cocok untuk pembelajaran berdasarkan
masalah (problem based learning). Yang diperlukan adalah pemahaman yang seksama tentang
timbulnya gejala, patofisiologi dan patogenesis. Selain itu, diperlukan penguasaan sistematik ilmu
kedokteran secara mendalam sampai tingkat jaringan, sel, bahkan biomolekuler.
Setelah proses berpikir berlangsung, akhirnya seorang dokter mengambil keputusan tentang
diagnosis. Keputusan akhir yang paling kuat adalah bila sudah didapatkan data yang pathognomik.
Bila data patognomik tidak didapatkan, ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam menentukan
diagnosis kerja dan diagnosis banding. Berbagai faktor tersebut adalah: 3
1. Probabilitas epidemiologik
2. Pertimbangan prognosis
3. Ada kemungkinan bahaya bila terlambat diobati
4. Penyakit apa yang prognosisnya lebih baik
5. Pengalaman yang mengangetkan
5
”CLINICAL REASONING” DALAM KONTEKS BERPIKIR KRITIS
DAN ”REASONING” SECARA UMUM
Setelah menegakan suatu diagnosis, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana terapi,
estimasi prognosis, dan menyusun teori khusus. Proses berpikir dari pengumpulan data klinik
sampai perumusan masalah dan diagnosis inilah yang disebut proses “clinical reasoning”. Proses
selanjutnya lebih banyak menimbang mana yang lebih tepat atau lebih baik disebut pertimbangan
klinik (clinical judgment). 3
Setelah membahas mengenai apa sebenarnya “clinical reasoning” dan beberapa pandangan
mengenai penerapannya, timbul pertanyaan : Apakah “clinical reasoning” dilakukan dalam konteks
berpikir kritis (critical thinking)? Apakah ia merupakan bagian dari keterampilan “reasoning”
secara umum, sehingga merupakan suatu keterampilan umum (generic skills), atau merupakan
suatu keterampilan khusus?
Untuk menjawab hal ini, kita harus kembali mengingat mengenai apa yang disebut berpikir
kritis.
Berpikir kritis merupakan topik yang penting dan sangat vital dalam dunia pendidikan modern.
Cara berpikir kritis diyakini sebagai suatu ”alat” kognisi yang mendorong proses pengembangan
diri dalam pengetahuan (knowledge) dan ”professional judgment” dalam berbagai bidang. Banyak
pakar dan institusi berusaha mendefinisikan hal ini. Di antaranya adalah suatu konsensus definisi
berpikir kritis yang dihasilkan oleh ”Delphi research project” dari ”American Philosophical
Association” (APA) pada tahun 1990, yang menyatakan :
”We understand critical thinking to be purposeful, self-regulatory judgment which results in
interpretation, analysis, evaluation, and inference, as well as the explanation of the evidential,
conceptual, methodological, criteriological, or contextual considerations upon which that
judgment was based”.6
Tujuan berpikir kritis adalah untuk ”mendapatkan pemahaman, mengevaluasi sudut pandang
orang lain / diri sendiri, dan memecahkan permasalahan.”
Sedangkan ciri-ciri seorang ”pemikir yang kritis” menurut Facione (1990):
------ mempunyai informasi yang lengkap, berpikiran terbuka, berjiwa besar,
fleksibel, dapat mengevaluasi dengan cara yang netral, jujur dalam menghadapi
”bias personal”, mengambil kesimpulan secara bijaksana, mau mempertimbangkan
kembali pendapatnya, mengenali suatu ”issue” dengan jelas, sistematis, pandai
mencari informasi yang relevan, dapat memilih kriteria dengan dasar yang dapat
dipertanggungjawabkan, fokus dalam usahanya, dan berusaha tanpa henti mencari
hasil akhir dari suatu subjek pembahasan. -------- 7
Beberapa konsil institusi pendidikan (di Inggris, New Zealand, Australia, Amerika Selatan,
dll) menganggap ”Berpikir Kritis” sebagai salah satu dari keterampilan umum (generic skills,
generic abilities atau generic competencies), dengan mana seorang mahasiswa dapat ”belajar cara
belajar” (learning to learn). Keterampilan ini bukan saja dapat diaplikasikan dalam konteks proses
pembelajaran, tetapi juga dalam berbagai situasi kerja. Hal ini meliputi antara lain keterampilan
6
”CLINICAL REASONING” DALAM KONTEKS BERPIKIR KRITIS
DAN ”REASONING” SECARA UMUM
berargumen (Kuhn,1991). Selain itu juga keterampilan mengidentifikasi masalah dan asumsi yang
berhubungan dengan masalah itu, menjelaskan dan fokus pada masalah; menganalisis, memahami
dan menggunakan kesimpulan, logika induktif – deduktif, menilai validitas dan reliabilitas dari
asumsi serta sumber informasi.9
Jadi, dapat kita lihat di sini bahwa berpikir kritis menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan
(skills) maupun perilaku.
Dalam hal ”Evidence-Based Medicine (EBM) berpikir kritis diartikan sebagai kemampuan untuk
mengintegrasikan dan secara kritis mengevaluasi bukti, atau kemampuan untuk ”mendapatkan,
mengevaluasi, menerapkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru”. Sedangkan mengajar
mahasiswa kedokteran untuk berpikir kritis berarti mengajarkan EBM dan mengajarkan proses
menyelesaikan masalah dengan menggunakan keterampilan menalar (reasoning skills). 4,10
Jadi, berpikir kritis dalam praktik di klinik merupakan suatu proses intelektual dengan
menerapkan proses penalaran, atau dengan kata lain: merupakan proses berpikir dalam usaha
untuk memecahkan masalah, atau dengan kata lain pula \: merupakan proses berpikir dalam rangka
”penalaran klinis” atau ”clinical reasoning”.
Telah dibahas bahwa penalaran klinis (clinical reasoning) adalah suatu proses dimana seorang
dokter memfokuskan pikiran ke arah diagnosa berdasarkan penalaran deduktif hipotetik dan
“pengenalan pola” atau “pattern recognition”. Proses penalaran tergantung kepada pengetahuan
medis dan mekanisme patofisiologi 3,5, bahkan juga aspek-aspek biostatistika, epidemiologi, EBM,
filosofi dan berpikir kritis.1
Mengingat “clinical reasoning” tergantung juga kepada pengetahuan medis, maka timbul
pertanyaan: bagaimana peran pengetahuan dalam “clinical reasoning” ini. Dikatakan bahwa
pengembangan pengetahuan dan pengalaman klinis adalah proses yang saling melengkapi.
Hampir semua pengalaman diinterpretasikan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, demikian
pula sebaliknya, pengalaman juga dapat merevisi pengetahuan yang telah dimiliki.
Dari pengalaman klinis, secara induktif akan muncul penalaran klinis, namun hal ini belum
cukup untuk membuat pertimbangan klinis. Proses berpikir kritis yang berlandaskan pada
pengetahuan yang dimiliki harus berjalan seiring dengan pengalaman klinis dalam membuat
pertimbangan klinis.
Beberapa karakteristik berpikir kritis dalam praktik kinik antara lain: action-oriented, pro-
active dengan berinisiatif dan mengantisipasi, menggunakan keahlian berdasarkan pengalaman
dan pengetahuan yang dimiliki, memadukan antara logika dengan intuisi, mencari jawaban yang
terbaik, dapat bekerja secara kolaboratif.
Memang terdapat beberapa pendapat maupun penelitian yang menyatakan bahwa
kebanyakan klinisi ”expert” (dengan pengetahuan luas dan banyak pengalaman) mengambil
keputusan dengan ”pattern recognition”. Dikatakan pula bahwa akurasi diagnosis tampaknya
berhubungan dengan isi pengetahuan dan bukan dengan kemampuan “problem solving” itu sendiri.
7
”CLINICAL REASONING” DALAM KONTEKS BERPIKIR KRITIS
DAN ”REASONING” SECARA UMUM
Tetapi ini diduga sebagai hasil dari kurikulum konvensional yang menitikberatkan isi kurikulum
dengan ”memory recall”. Dengan perubahan kurikulum secara terintegrasi antara ilmu kedokteran
dasar dan klinis, dan memasukkan pendidikan berpikir kritis ke dalam kurikulum, ternyata para
mahasiswa sebagai ”klinisi pemula” dapat meningkatkan keterampilan ”clinical reasoning” mereka,
dan menggunakan pengetahuannya secara kritis untuk menyelesaikan problem yang dihadapi.2,10
KESIMPULAN
Salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh seorang dokter dalam menjalankan profesinya
adalah kemampuan berpikir logis dan kritis untuk melakukan suatu ”Clinical Reasoning”, di mana
kita memfokuskan pikiran untuk menegakkan diagnosis berdasarkan informasi yang dimiliki.
“Reasoning” yang kita lakukan dalam menghadapi kasus biasanya terdiri dari 3 tipe, yaitu
probabilistik, kausal, di mana kita menerapkan pemahaman mengenai anatomi dan fisiologi dan
”pengenalan pola” atau ”pattern recognition” dalam menerapkan suatu algoritme. Sedangkan
proses penentuan diagnosis dapat dilakukan dengan pola induktif, pola deduktif hipotetik atau
pola deduktif hipotetik integratif.
“Clinical reasoning” tergantung kepada pengetahuan medis dan mekanisme patofisiologi,
selain juga aspek-aspek biostatistika, epidemiologi, EBM, filosofi dan keterampilan berpikir kritis.
Berpikir kritis di sini berarti melakukan penalaran dengan kemampuan untuk mengintegrasikan
serta menerapkan informasi atau pengetahuan baru dan mengevaluasi bukti.
Klinisi ”expert” (dengan pengetahuan luas dan banyak pengalaman) mengambil keputusan
dengan predominasi ”pattern recognition”. Jadi akurasi diagnosis berhubungan dengan isi
pengetahuan dan bukan dengan kemampuan “problem solving” itu sendiri.
-0-
8
HISTORY OF MEDICINE
Heddy Herdiman
Apa ilmu pengobatan itu? Dan apakah kesehatan itu? Pada berbagai budaya dan waktu kita
dapat mendapatkan berbagai jawaban untuk pertanyaan tersebut. Kecenderungan pengobatan
modern barat adalah dalam hal menyingkrkan penyakit, dan oleh karena itu seseorang akan kembali
sehat. Pada era yang lebih awal, kedokteran barat tergantung pada berbagai doa atau jampi-jampi,
pengobatan tradisional dari berbagai budaya, dan teori-teori yang kembali ke peradaban Arab dan
lebih jauh lagi berkiblat ke peradaban Yunani kuno. Perkembangan pada perawatan kedokteran
tidak terjadi sampai dengan tahun 1800-an, dan tidak sampai tahun 1900-an kedokteran mampu
menurunkan angka kematian yang tinggi yang disebabkan oleh karena infeksi.Pengobatan timur
mengambil jalur yang berbeda, dimana bahwa keseluruhan tubuh harus diperbaiki agar tetap sehat
dan untuk mencegah penyakit datang ke tubuh manusia.Sampai saat ini tahun 2000-an, kedokteran
barat telah mulai menerima pemikiran mengenai menjaga kesehatan tubuh.
Pada penelitian arkeologi, ternyata orang-orang pada zaman dahulu telah melakukan praktek
pendekatan perawatan medis.Bukti yang menunjukkan hal ini didapatkan tengkorak-tengkorak
dengan lubang yang dibor atau dipotong secara rapi. Proses untuk membuat lubang ini disebut
trepanasi. Lubang ini dibuat dengan anggapan untuk mengeluarkan penyakit dari dalam tubuh.
Tengkorak yang ditrepanasi telah ditemukan di Eropa dan Amerika Selatan, dan luar biasanya
beberapa dari itu menunjukkan tanda-tanda bahwa pinggiran potongan dari lubang tersebut
mengalami penyembuhan yang artinya orang yang telah dilakukan trepanasi tersebut bertahan hidup
beberapa tahun setelah dilakukan trepanasi, dan beberapa
tengkorak menunjukkan beberapa lubang trepanasi.
Pada tahun 3000BC orang-orang mulai untuk hidup
di kota-kota besar, seperti Babylonia. Penyakit-penyakit
wabah mulai muncul. Pada tahun 1700BC dokter-dokter
Babylonia harus mengikuti sejumlah hukum.Hukum ini
dituliskan dalam Code of Hammurabi.
9
HISTORY OF MEDICINE
PENGOBATAN AYURVEDA
10
HISTORY OF MEDICINE
yang baik. Esensi ini akan berinteraksi untuk memproduksi daging, lemak, sumsum, darah, tulang,
chylus, dan semen. Ayurvedic medicine meliputi pemulihan keseimbangan dari ketiga elemen ini,
dengan kombinasi doa, pengobatan herbal, diet, dan kadang pembedahan.
Dokter India sangat terlatih dalam membuat diagnosis. Banyak pengobatan herbal dipersiapkan,
dan juga obat-obatan yang berasal dari bagian tubuh hewan. Obat-obatan yang digunakan di
antaranya urin gajah, dan telur merak dan buaya. Hygiene juga dianggap penting oleh ahli Bedah
Ayurveda. Dokter-dokter menekankan kepentingan mencuci tubuh dan membersihkan gigi secara
teratur.
Ahli bedah Hindu sangat terlatih, mereka melakukan operasi pengangkatan tumor dan katarak,
operasi fraktur tulang, menjahit luka, dan melakukan operasi Caesar dan amputasi. Mereka pun
mampu mengangkat batu saluran kemih. Karena hygiene yang baik, ahli bedah India pada tahun
800BC memiliki angka kehidupan pasien yang lebih tinggi bahkan bila dibandingkan dengan
kondisi di Eropa sampai pada tahun 1800-an.
PENGOBATAN CINA
11
HISTORY OF MEDICINE
HIPPOCRATES
12
HISTORY OF MEDICINE
PENGOBATAN ROMA
13
HISTORY OF MEDICINE
DUNIA ARAB
14
HISTORY OF MEDICINE
WARISAN GALEN
15
HISTORY OF MEDICINE
Renaissance merupakan masa sejarah Eropa dari tahun 1400-1600an. Sebelumnya, kedokteran
Eropa hanya berdasarkan teori saja, bukan berdasarkan prakteknya. Para peneliti dan dokter
Renaissance mulai mempertanyakan tulisan-tulisan kuno Yunani mengenai ilmu kedokteran.
Beberapa individu berani menantang pengajaran gereja mengenai efek jiwa terhadap tubuh.
Hal ini dipimpin oleh orang-orang yang menolak tradisi dan berharap untuk menemukan dan
menyelidiki lebih jauh. Pada peneliti mulai melakukan diseksi tubuh manusia. Para anatomis
pertama mengalami kebingungan bahwa yang dia temukan tidak sesuai dengan deskripsi Galen.
Pengetahuan baru ini memimpin mereka untuk memajukan ilmu bedah.
Revolusi terbesar dalam pemahaman anatomi dan fisiologi muncul dari hasil kerja dokter
Flemish Andreas Vesalius. Pada tahun 1543 dia mengeluarkan gambar detail dari hasil diseksi
tubuh manusia. Vesalius adalah seorang profesor anatomi di University of Padua, Italia. Satu dari
penerusnya, Hieronymus Fabricius, mempelajari fungsi katup pada vena dan memiliki hipotesis
bahwa katup tersebut mencegah agar aliran vena kembali berbalik menjauhi jantung. Dia mencoba
untuk menyatukan temuannya dengan temuan Galen, dan dari sana disimpulkan bahwa Galen tidak
berpikir bahwa darah mengalir melalui sistem sirkulasi tubuh. Salah satu dari muridnya, seorang
Inggris William Harvey, berkontribusi dalam mendemonstrasikan sirkulasi darah. Namun, bahkan
Harvey pun tidak dapat menemukan hubungan akhir karena dia tidak menyadari bagaimana darah
dapat berjalan dari arteri ke vena.
Dokter dan ahli biologi dari Italia Marcello Malpighi adalah seorang yang pada akhirnya
mampu menyelesaikan bagian cerita dari sirkulasi darah yang sebelumnya telah digagas oleh
William Harvey. Dia menemukan bahwa pembuluh kapiler adalah yang menghubungkan antara
arteri dengan vena, yang sebelumnya Harvey tidak temukan.
Seiring orang-orang menyadari banyak manuskrip dan deskripsi kuno tidak akurat, mereka
mengumpulkan banyak deskripsi mengenai tanaman obat dalam buku herbal.Hal ini memimpin
ke dalam suatu penemuan banyak tanaman dan obat-obatan yang sebelumnya tidak diketahui di
16
HISTORY OF MEDICINE
Eropa Barat.Herbal ini di antaranya dalah akar kelembak, yang digunakan untuk membersihkan
saluran cerna.
Paracelsus adalah seorang dokter dari Swiss. Dia percaya akan ilmu alkimia, yang pada saat itu
sangat tidak populer, namun mengarahkan dia untuk menemukan berbagai jenis obat baru. Oleh
karena itu Paracelsus adalah seorang pelopor pengobatan penyakit dengan menggunakan bahan
kimia.
17
HISTORY OF MEDICINE
menceritakan tentang banyak rangka dan histeria yang disebabkan karena wabah sampar. Lukisan
ini menggambarkan wabah sampar sebagai kemenangan dari kekuatan jahat.
Dokter sampar ditawarkan untuk mengobati dan mencegah penyakit sampar. Untuk menjaga diri
mereka sendiri terhadap infeksi mereka menggunakan kostum yang aneh. Mereka mengenaakan
penutup kepala dengan herbal yang berbau manis dan membawa jimat serta pomander. Pintu-pintu
rumah dimana korban sampar tinggal dicat dengan tanda silang merah. Beberapa rumah disegel,
sekalipun jika masih ada yang masih sehat tinggal di dalam rumah tersebut.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
18
HISTORY OF MEDICINE
bahwa setiap observasi dapat berarti.Pada dokter Yunani menggunakan alat indera dalam membuat
diagnosis. Sentuhan, pengecapan, penglihatan, pendengaran, dan penciuman dapat memberikan
petunjuk yang berharga.
Pada masa Galen, memeriksa denyut nadi
merupakan bagian dari penegakkan diagnosis. Galen
memberikan instruksi bagaimana cara memeriksa
nadi, dan temuan ini dapat digambarkan sebagai
‘cepat’ (tachycardia) atau ‘normal’.
Di dunia Arab, diagnosis meliputi pemeriksaan
yang teliti termasuk melakukan pemeriksaan nadi dan
memeriksa urin.
Di Eropa penegakkan diagnosis lebih seringkali
sembarangan, karena penyakit dipandang sebagai
hukuman dari Tuhan. Hal ini menyatakan bahwa
penyebab penyakit tidak perlu dipertanyakan dan
penyakit tidak dapat diobati kecuali dengan doa
Tidak sampai tahun 1700an terdapat kemajuan-kemajuan nyata dalam membantu seni
penegakkan diagnosis.Pada tahun 1761, seorang dokter dari Wina yakni Leopold Auenbrugger
menemukan bahwa melakukan ketukan pada dinding dada pasien akan menghasilkan suara yang
dapat mengindikasikan suatu penyakit paru. Teknik ini masih dipakai hingga saat ini yang disebut
teknik perkusi, dan tidak hanya di dada namun juga pada perut. Namun, kebanyakan dokter tidak
melakukan pemeriksaan fisik, dan masih menegakkan diagnosis hanya dengan wawancara pasien.
Auskultasi berkembang seiring dengan ditemukannya stetoskop pada tahun 1816. Hal ini juga
mempermudah dokter untuk mendengarkan denyut jantung dengan baik.
Pemeriksaan urin merupakan metode yang populer dalam hal penegakkan diagnosis.Warna,
bau, dan bahkan rasanya dianggap dapat memberikan informasi kondisi pasien.
19
HISTORY OF MEDICINE
20
HISTORY OF MEDICINE
Pembedahan pada tahun 1600an merupakan bisnis yang sangat berbahaya. Pada saat itu tidak
ada konsep mengenai higienitas. Ahli bedah bekerja dengan baju yang mereka biasa pakai sehari-
hari, yang dapat terkena cipratan darah. Mereka menggunakan peralatan operasi secara terus
menerus tanpa memikirkan harus membersihkannya terlebih dahulu.
Dokter Hungaria, Ignaz Semmelweiss
menyadari bahwa pasien banyak yang
mengalami infeksi setelah dilakukan
pemeriksaan oleh para mahasiswa kedokteran
yang telah melakukann tindakan diseksi.
Dia melihat bahwa ketika mahasiswa tidak
mengunjungi ruang diseksi maka infeksi
pun tidak terjadi. Semmelweiss menekankan
standar tinggi mengenai higienitas di rumah
sakitnya, dan hal ini memotong angka
kematian secara dramatis.Dia banyak
ditentang oleh rekan-rekan sejawatnya, dan
bahkan harus meninggalkan tempat prakteknya di Wina.
Sampai saat itu tidak satu pun menyadari bahwa mikroba yang
menyebabkan dan penyakit. Tidak sampai tahun 1860an Loius Pasteur
menemukan infeksi bakteri.Ahli bedah Inggris Joseph Lister menyadari
bahwa banyak orang meninggal karena fraktur tulang yang berat.
Lister melakukan observasi bahwa jika tulang mengalami fraktur tanpa
menembus kulit (fraktur tertutup), maka infeksi jarang sekali terjadi.
Namun jika fragmen tulang menembus kulit, dan terpapar dengan
udara, biasanya akan terjadi infeksi, dan hal ini akan berakibat akan
dilakukan amputasi bahkan kematian.
Ketika Lister menemukan hasil karya Pasteur, dia menyadari bahwa bukanlah udara yang
menjadi masalah penyakit, namun bakteri yang mengkontaminasi luka. Lister telah mendengar
21
HISTORY OF MEDICINE
KESEHATAN MASYARAKAT
22
HISTORY OF MEDICINE
orang seorang pelayan masyarakat yang bernama John Chadwick akan membawa perubahan di
dalam kesehatan masyarakat. Dia menulis buku dan diterbitkan pada tahun 1842 yang menceritakan
bahwa terdapat beberapa kemungkinan penyebab penyakit yang terjadi di daerah kumuh London,
dan menyarankan pengaturan suplai air ke rumah-rumah dengan air yang bersih dan pembuatan
saluran khusus limbah.
Tidak lama setelah muncul bukti-bukti dari risiko air yang
terkontaminasi, John Snow, seorang dokter dari London menyadari bahwa
banyak kasus cholera terlokalisir di daerah kecil di dekat Broad Street.
Investigasi menunjukkan bahwa mereka semua mengambil air dari pompa
umum. Snow menyingkirkan pegangan pompa tersebut, dan hanya dalam
beberapa hari kasus wabah cholera mulai mengjilang. Namun demikian
butuh waktu bertahun-tahun untuk profesi medis untuk menerima bahwa
cholera bukanlah disebarkan oleh karena bau busuk, namun karena
meminum air yang terkontaminasi oleh bakteri Vibrio cholerae pada
limbah yang kotor.
PEMBURU MIKROBA
23
HISTORY OF MEDICINE
IMUNISASI
24
HISTORY OF MEDICINE
PEMBUNUH KUMAN
25
HISTORY OF MEDICINE
26
HISTORY OF MEDICINE
27
HISTORY OF MEDICINE
Penyakit paru dapat diterapi dengan menggunakan obat-obatan serbuk atau spray yang dihisap
langsung. Obat-obat injeksi digunakan agar dapat memiliki efek yang lebih cepat atau pada kasus-
kasus dengan penyakit saluran cerna, selain itu juga dapat diberikan melalui absorbs kulit misalnya
dengan menggunakan plester.
PENCITRAAN BADAN
28
HISTORY OF MEDICINE
(computerized axial tomography) dengan pasien yang ditempatkan pada mesin yang besar.
MRI (magnetic resonance imaging) merupakan inovasi yang lebih baru.Teknik ini lebih aman
dibandingkan dengan teknik pencitraan lainnya, karena teknik ini menggunakan energy magnetik,
dan bukan merupakan suatu radiasi. Alat ini bahkan dapat menunjukkan perubahan kimia tubuh
seperti bagian otak yang sedang aktif saat pasien diminta untuk melakukan sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
29
HISTORY OF MEDICINE
30
INTRODUCTION OF STUDY SKILLS
Wenny Waty
Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat, termasuk dalam dunia kedokteran. Seorang ma-
hasiswa kedokteran perlu membentuk kebiasaan belajarnya sendiri, sehingga dapat melalui proses
belajar untuk menjadi seorang dokter. Proses belajar merupakan suatu continuum, dengan materi
yang baru akan berlandaskan pada materi yang sudah lebih dulu dipelajari. Proses ini akan ber-
langsungseumur hidup bahkan setelah menjadi dokter.
Terdapat beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa kedokteran:
• Keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi dari sumber yang semakin
banyak
• Keterampilan mengintegrasikan bahan pembelajaran yang baru dengan pengeta-
huan yang sudah ada, dengan menemukan hubungannya
• Keterampilan untuk mengevaluasi sehingga dapat mengingat dan mengap-
likasikannya bila dihadapkan pada situasi tertentu
Learning (pembelajaran) merupakan perubahan pengetahuan, pengertian, keterampilan dan
sikap melalui pengalaman dan refleksi dari pengalaman tersebut. Pembelajaran keterampilan ter-
gantung pada pemberian umpan balik. Kesiapan untuk belajar tergantung pada motivasi intrinsik.
Mahasiswa harus mempunyai rencana belajar, serta kemampuan untuk mengetahui fokus pembe-
lajarannya, kedalaman dan hubungan antar topik yang dipelajari. Pembelajaran akan terjadi den-
gan baik bila materi yang baru dipelajari dapat dihubungkan dengan materi yang sudah dipelajari
lebih dulu. Pengulangan juga diperlukan, baik untuk segi kognitif dan juga psikomotor.
Lifelong learning merupakan proses pembelajaran yang kontinu, suportif, stimulating, empow-
ering, serta menggabungkan aspek pengetahuan, nilai, keterampilan dan pengertian. Hal ini terjadi
sepanjang rentang kehidupan, dapat diaplikasikan, bersifat inklusif untuk semua aspek kehidupan
serta menggabungkan kepercayaan diri, kreativitas, serta kesenangan.Bagi seorang dokter, lifelong
learning diperlukan untuk dapat menghadapi tantangan yang berasal dari masyarakat seiring den-
gan perkembangan zaman.
31
PENGANTAR HISTOLOGI
Imelda
DEFINISI HISTOLOGI
Histologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu histo- = jaringan dan -logos = ilmu pengetahuan/
science. Jadi, histologi merupakan ilmu yang mempelajari struktur mikroskopis sel, jaringan dan
organ berserta sistem organ tubuh. Histologi dapat menjadi penuntun, berupa atlas tentang struktur
sel dan jaringan yang diobservasi melalui pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya.
Histologi juga mencakup informasi seluler sampai ke tingkat molekuler yang dapat diamati dengan
mikroskop elektron. Histologi sangat vital karena mencakup biologi dasar sel, jaringan dan organ
secara struktural dan fungsional (histofisiologi) dan dasar pemahaman penyakit (histopatologi),
sehingga dengan pemahaman histologi, diharapkan dapat membantu dalam pemahamanfungsi
normal tubuh sampai ke tingkat organisasi sel (histodinamik).
SEJARAH HISTOLOGI
Pada tahun 1659, dokter dan biologistberkebangsaan Itali bernama Marcello Malpighi mencip-
takan salah satu mikroskop pertama untuk mempelajari keberadaan struktur mikrobiologis. Tahun
1661, Malpighi menganalisis struktur organ parudan menemukan membran alveoli serta bangunan
menyerupai helaian rambut penghubung arteri dan vena, yang selanjutnya dikenal sebagai kapiler.
Penemuan ini menjelaskan mekanisme hubungan oksigen yang dihirup masuk ke pembuluh darah
dan bagaimana peranannya dalam memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Malpighi mengidentifikasi
taste bud, mendeskripsikan struktur kecil otak, saraf optikus, lipid dan eritrosit, sistem glandular
hepar, limpa, ginjal (glomerulus, tubulus), tulang dan dermal papillae.
Pada tahun 1801, anatomist dari Perancis, Bichat memperkenalkan konsep jaringan. Dari 21
jaringan manusia, dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori. Pada tahun 1819 K. Meyer mem-
perkenalkan istilah histologi sebagai disiplin ilmu tersendiri. Perkembangan histologi semakin
signifikan dengan pengembangan sejumlah teknik pembuatan preparat jaringan, seperti teknik fik-
sasi dengan formaldehid (Alexander Butlerov), penemuan mikrotom (Purkyne), teknik mounting
dikembangkan menggunakan gom arab (Rudolph Heidenhain) dan balsam Kanada (Edwin Klebs)
dan teknik pewarnaan Hematoxylin (Koelliker) dan Eosin (Vysockij). Masih banyak perkemban-
gan pemrosesan pembuatan spesimen jaringan. Namun, pemeriksaan yang paling umum dipakai
adalah teknik fiksasi-embedding-sectioning-staining dengan pewarnaan HE yang paling sering di-
pakai.
MIKROSKOP
Mikroskop merupakan bagian tak terpisahkan dalam mempelajari histologi. Histologi dapat
kita pelajari dengan bantuan penuntun atlas dan textbook histologi, namun naluri dan keterampilan
menggunakan mikroskop memiliki peranan tersendiri dalam menemukan sel tertentu berdasarkan
ciri histologis yang dimiliki oleh masing-masing sel. Mekanisme mikroskop adalah perbesaran
spesimen jaringan ke tingkat dimana visualisasi dengan akurasi dan presisi yang tinggi didapat.
Secara umum, mikroskop bisa dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
32
PENGANTAR HISTOLOGI
Mikroskop elektron memiliki daya resolusi jauh lebih tinggi (0,05-2,5nm) dibandingkan mikroskop
cahaya (0,2µm). Sebagai perbandingan, mata manusia hanya dapat membedakan dua titik objek di
jarak 0,2mm. Daya resolusi adalah kemampuan sistem optik/lensa mikroskop dalam menghasilkan
gambar terpisah dari dua objek yang berdekatan dalam spesimen jaringan.
Mikroskop merupakan alat yang cukup kompleks dengan detil bagian yang fungisnya berbe-
da-beda, sebagai berikut:
33
PENGANTAR HISTOLOGI
34
PENGANTAR HISTOLOGI
35
PENGANTAR HISTOLOGI
Proses pewarnaan bertujuan untuk membedakan berbagai struktur dari sel/ jaringan. Awalnya
kandungan parafin dihilangkan, lalu jaringan direhidrasi dan diwarnai. Setelah pewarnaan, prepa-
rat dikeringkan lagi sampai coverglass menempel permanen dengan menggunakan media perekat-
an yang sesuai. Coverglass bertujuan untuk melindungi preparat jaringan dari kerusakan dan risiko
rusak pada saat pengamatan dengan mikroskop.
Pewarnaan sel/jaringan dibuat berdasarkan pengikatan afinitas zat warna terhadao jaringan. Pe-
warnaan yang paling sering digunakan dalam Histologi adalah pewarnaan Hematoxylin and Eosin
(HE).
Hematoxylin adalah zat basa yang mewarnai komponen sel yang bersifat asam dengan warna
kebiruan. Karena komponen sel paling asam adalah deoxyribonucleic acid(DNA) dan ribonucleic
acid (RNA), sehingga inti (nucleus) dan sitoplasma yang kaya akan ribosom akan terwarna biru
keunguan dan komponen tersebut dinyatakan bersifat basofilik. Eosin adalah zat asam yang me-
warnai komponen sel yang bersifat basa dengan warna kemerahan. Banyak bagian sitoplasma yang
memiliki pH basa, sehingga sitoplasma terwarna merah muda, dan dinyatakan bersifat asidofilik.
Seluruh prosedur pembuatan preparat di atas, dari proses fiksasi sampai pengamatan jaringan
di bawah mikroskop memerlukan waktu berkisar dari 12 jam sampai 2 ½ hari, tergantung pada
ukuran jaringan, bahan fiksasi (fixative agent) dan media tanam (embedding medium).
36
PENGANTAR HISTOLOGI
INGAT Prinsip:
1. Preparat yang diamati merupakanGAMBARAN 2 DIMENSI.
2. Organ tubuh merupakan BANGUNAN 3 DIMENSI
3. Jadi, SELALU BIASAKAN MEREKONSTRUKSIKANPOTONGAN PREPA-
RAT (karena preparat potongan transversal/horizontal/melintang memberikan
gambaran mikroskopis yang SANGAT BERBEDAdengan preparat potongan lon-
gitudinal/vertikal/memanjang).
HISTOLOGI DASAR
Tubuh terdiri dari berbagai sistem organ tubuhbila dirunut dari atas ke bawah: sistem kardiova-
skular, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem urinarius, sistem reproduksi, sistem panca
indera (oftalmologi, otorhinolaringologi, lingua dan integumen). Terdapat pula sistem lainnya yang
menjalankan fungsi secara menyeluruh, seperti sistem muskuloskeletal, sistem limfoid, sistem en-
dokrin dan sistem saraf. Masing-masing sistem tersebut menjalankan fungsinya masing-masing
yang berbeda dan saling melengkapi.Secara hierarkinya, tubuh disusun oleh sistem organ, dimana
sistem organ terdiri dari sejumlah organ. Organ ini tersusun dari sejumlah jaringan. Terdapat empat
(4) tipe jaringan dasar, yaitu:
1. Jaringan epitel – kelenjar
2. Jaringan ikat / jaringan penyokong, meliputi
a. Kartilago dan tulang
b. Darah dan hematopoesis
3. Jaringan Otot
4. Jaringan Saraf
Sel merupakan struktur dasar dan unit fungsional dari tubuh manusia. Sel merupakan ‘operator’
segala aktivitas tubuh dalam kelangsungan hidupnya. Di dalam setiap sel, terdapat sejumlah kom-
ponen struktural spesifik yang masing-masing memiliki fungsi yang spesifik.
JENIS SEL
Sel dapat dibedakan menjadi eukariotik & prokariotik. Struktur prokariotik lebih sederhana
dibandingkan dengan sel eukariotik
37
PENGANTAR HISTOLOGI
38
PENGANTAR HISTOLOGI
Sel dapat dibagi dua bagian utama, yaitu sitoplasma dan nukleus. Sitoplasma merupakan bagian
sel yang berada di luar nukleus. Sitoplasma mengandung sejumlah organel, sitoskeleton dan inklu-
si yang tersuspensi dalam matriks sitoplasmik. Matriks mengandung cairan yang bervariasi, ion
inorganik (Na, K,Ca) dan molekul organik (metabolit intermediet, karbohidrat, lipid, protein dan
RNA). Sel mengatur konsentrasi cairan dalam matriks, yang mempengaruhi kecepatan aktivitas
metabolik dalam sitoplasma. Nukleus merupakan organel terbesar dalam sel dan mengandung gen-
om dan enzim yang berperan dalam replikasi DNA dan transkripsi DNA (sentral dogma). Sitoplas-
ma dan nukleus bekerja ibarat di dalam pertunjukan konser, dalam mempertahankan viabilitas sel.
Organel dapat berupa struktur bermembranmaupun struktur tak bermembran. dan kompartemen yang
dibatasi membran untuk menjalankan fungsi metabolik, sintesis, dan fungsi sel untuk menghasilkan atau
menggunakan energi. Setiap sel memiliki komposisi organel intrasel yang sama, yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu organel membranosa (mempunyai membran plasma yang memisahkan masing-masing
organel intrasel dari sitoplasma) dan organel non-membranosa (tanpa membran plasma).
Pada organel non-membranosa, protein membentuk polimer yang merupakan unsur pembentuk
sitoskeleton. Struktur lain yang tidak bermembran plasma adalah inklusi, yang mengandung se-
jumlah zat, seperti kristal, granul pigmen, lipid, glikogen dan produk sisa metabolisme.
PENGATURAN SEL
Viabilitas dan aktivitas sel bergantung kepada fungsi dasar organelnya. Fungsi normal sel di-
mungkinkan karena pada umumnya masing-masing organel bermembran, sehingga potensi jejas
enzim degradasi/metabolit reaktif dapat teralokasi dengan konsentrasi tinggi pada organel spesifik
tanpa risiko merusak struktur di sekitar intrasel lainnya. Selain itu lingkungan intrasel dimana pH
rendah dengan kalsium tinggi mengoptimalkan jalur metabolk/enzim tertentu.
Protein membran plasma disintesis di RE kasar dan dirakit di aparatus Golgi. Protein di sitosol
disintesis ribosom bebas. RE halus banyak pada sel gonad dan hepar, merupakan tempat pemben-
tukan hormon steroid dan lipoprotein serta modifikasi sifat hidrofobik obat yang bersifat ‘water
soluble’.
Sel mengkatabolisme molekul hasil endositosis, protein dan organel secara siklik. Tiga area
degradasi dengan fungsi masing-masing yang berbeda adalah sebagai berikut:
1. Proteasom
Mendegradasi protein sitosol menjadi peptida (MHC kelas I) untuk memicu respon
imun adaptif. Berfungsi menghancurkan regulatory protein/faktor transkripsi/cel-
lular signaling pathway.
2. Lisosom
Organel intrasel mengandung enzim yang mencerna makromolekul, meliputi pro-
tein, polisakarida, lipid dan asam nukleat. Tempat degradasi dan eliminasi mikroba
asing dan sel yang rusak.
39
PENGANTAR HISTOLOGI
3. Peroksisom
Organel spesifik mengandung katalase, peroksidase dan enzim oksidatif, penting
untuk pemecahan rantai asam lemak dan menghasilkan hidrogen peroksida.
Vesikel endosomal menjadi perantara materi terfagositosis menuju target organel yang sesuai.
Pergerakan organel dan protein intrasel diatur oleh sitoskeleton. Protein struktural mengatur ben-
tuk sel dan mempertahankan polaritas sel (epitel, karena sisi apikal berbeda dengan sisi basolateral
sel).
Sebagian besar Adenosine Tri Phosphate (ATP) menyediakan energi sel melalui proses fos-
forilasi oksidatif di mitokondria. Mitokondria juga merupakan sumber metabolik perantara pada
proses anabolisme. Empat sintesis makromolekul (heme) dan memilah sel yang rusak dan mengi-
nisiasi proses apoptosis.
Pertumbuhan dan homeostasis sel membutuhkan energi dan kerangka dasar untuk sintesis mak-
romolekul. Pada sel yang bertumbuh dan membelah, semua organel harus bereplikasi (organel bio-
genesis) dan terbentuknya sel anak yang proporsional. Dikarenakan setiap makromolekul dan or-
ganel memiliki rentang waktu hidup tertentu (contoh: mitokondria 10 hari), diperlukan mekanisme
pengenalan dan pemecahan komponen sel yang sudah tidak optimal. Katabolisme akhir terjadi di
lisosom.
Membran Plasma tersusun dari phospholipid bilayer dengan protein integral dan protein perifer
serta kolesterol dan glicoplipid yang tertanam di lapisan ini.
Fungsi Membran Plasma adalah sebagai berikut:
1. Sebagai media perantara/peralihan antara sitoplasma intrasel dengan ekstrasel
2. Mempertahankan integritas struktur sel
3. Pengatur pergerakan keluar masuk zat (selektif permeabel)
4. Pengaturan interaksi antar sel
5. Pengenalan melalui reseptor, antigen, benda asing dan sel yang termodifikasi
6. Penyaluran sinyal baik secara fisika maupun kimia dari ekstrasel ke intrasel
40
PENGANTAR HISTOLOGI
MITOKONDRIA
Hampir seluruh sel, kecuali sel eritrosit dan sel di lapisan terluar kulit, mengandung mitokon-
dria. Mitokondria terdiri dari 2 membran, yaitu outer membrandan inner membran, dengan ruan-
gan diantarany (intermembran space). Lipatan inner membranmembentuk krista, yang membatasi
matrix space.
ATP terbentuk karena mitokondria memfasilitasi mekanisme chemiosmotic coupling, yang me-
merlukan runutan spesifik enzim kompleks dan sistem translokator proton (rantai transpor elektron
dan proses sintesis ATP yang mengandung partikel dasar) yang terdapat di dalam krista. Mitokon-
dria juga memfasilitasi proses sintesis beberapa lemak dan protein.
RIBOSOM
Ribosom merupakan partikel kecil, berukuran 12-25 nm, terdiri dari unit besar dan unit kecil.
Kedua unit baru bergabung saatproses sintesis protein di intranukleus. Setelah proses sintesis
berakhir, kedua unit kembali terpisah dan menuju sitosol. Ribosom bebas di sitoplasma/menempel
pada RE kasar. Bangunan ini terdiri dari protein dan r-RNA, berfungsi sebagai workbench, ‘meja
kerja’ interaktif sebelum sintesis protein serta ‘katalisator’saat sintesis protein.
41
PENGANTAR HISTOLOGI
RE tersusun dari tubulus, saccus dan membran lamina yang membatasi ruangan intraseluler.
Retikulum Endoplasma terdiri dari RE kasar dan RE halus.
Permukaan sitoplasma RE Kasar memiliki molekul reseptor untuk ribosom dan signal recognition
particle (ribophorin/docking protein), yang berlanjut dengan membran nuklear luar. RE kasar berperan
dalam‘packing’ pada proses sintesis dan modifikasi protein serta dalam proses sintesis membran
protein dan lemak.
RE Halus berperan dalam proses sintesis kolesterol dan lemak serta detoksifikasi beberapa
obat dan racun. Pada sel otot skelet, RE secara khusus berperan memisahkan dan melepaskan ion
kalsium sehingga membantu proses kontraksi relaksasi otot.
Kompleks aparatus Golgi tersusun dari kumpulan vesikel, tubulus dan cisternae bermembran
gepeng dengan urutan sebagai berikut:
1. ERGIC (Endoplasmic, Reticulum Golgi Intermediate Compartment)
2. Cis-Golgi network
3. Cis-face
4. Medial face
5. Trans-face
6. Trans-Golgi network (TGN)
Kompleks Golgi berperan dalam ‘packing’ dan modifikasi makromolekul yang disintesis di
RE Kasar. Protein baru tersebut menuju ERGIC (via COP II-coated transfer vesicle) lalu ke cis-
Golgi network (via COP I-coated vesicle). Protein terus berjalan menuju cis-, medial- dan trans-
aparatus Golgi (via non-clathrin coated vesicle/”cisternal maturation”). Oligosakarida lisosomal
difosforilasi di ERGIC dan atau cis-face, sementara mannose dibuangi dan residu gula lainnya
ditambahkan dimedial-face, sementara penambahan galaktosa dan asam sialik besertasulfation
residu terjadi di trans-face.
Proses “sorting” dan “final packaging” makromolekul di Trans Golgi Network. Pada umumnya,
perpindahan zat melalui kompleks Golgi bersifatanterograde, seperti yang dijelaskan. Namun,
pergerakannya juga dapat secara retrograde, bila protein yang bocordari RE Kasar/Golgi face
tertentu yang harus kembali ke tempat asalnya.
ENDOSOM
Endosom merupakan ruangan peralihan intra sel, memfasilitasi penghancuran materi yang
di-endositosis, di-fagositosis/autofagositosis. Endosom berperan dalam pembentukan lisosom.
Membran endosom memiliki proton pump, menarik H+ intra-endosom sehingga pH asam. Proses
ini peralihan menuju pembentukan lisosom. Early endosome berada di dekat permukaan sel, berisi
kompleks reseptor-ligand (pH 6) dan berperan memisahkan reseptor dari ligand. Reseptor dibawa
42
PENGANTAR HISTOLOGI
LISOSOM
Pembentukannya difasilitasi Late Endosome. Enzim hidrolase dan membran lisosom dikemas
di dalam Trans Golgi Network (via clathrin coated vesicle) menuju Late Endosome, membentuk
endolisosom, yang akan menjadi lisosom. Clathrin coated vesicle bermembran dan mempunyai
proton pump yang mengatur sangat asamnyaintravesikel (pH 5) dan mengandung enzim hidrolitik
untuk proses digesti intraseluler. Degradasi meliputi makromolekul danpartikel ter-fagositosis
(phagolysosome) dan materi yang diotofagositosis (autophagolysosome). Sisa hasil degradasi
lisosom yang tidak terdigesti akan tetap intra sel, dalam vesikel dan disebut residual bodies.
PEROKSISOM
Peroksisom bermembran dan menghasilkan enzim oksidatif (urate oxidase, D-amino acid oxidase dan katalase).
Peroksisom berperan menetralkan radikal bebas (superoxide) dan hidrogen peroksida yang bersifat destruktif ke
jaringan. Fungsi proteksi sel fengan mendegradasi hidrogen peroksida dengan katalase. Fungsi detoksifikasi toksin
dan proses elongasi asam lemak selama proses sintesis lemak. Protein calon inklusi masuk peroksisom disintesis di
sitosol daripada di RE Kasar. Pembentukannya secara pembelahan (fission) dari peroksisomsebelumnya.
PROTEASOM
Proteasome merupakan organel kecil, barrel shaped, berperan dalam proses degradasi protein
sitosolik. Proteolisis sitosolik ini ditandai molekul ubiquitin sebelum dihancurkan proteasom.
SITOSKELETON
Terdiri dari protein filamen, sebagai “kerangka struktur sel”. Fungsi transpor materi intrasel
dan memfasilitasi pergerakan dan pembelahan sel. Komponen sitoskeleton meliputi mikrotubulus
(alfa dan beta tubulin, dalam 13 protofilamen), filamen tipis aktin (mikrofilamen) dan filamen
intermediate. Microtubule Associated Proteins (MAPs), memungkinkan organel, vesikel dan
komponen sitoskeleton lainnya berikatan dengan mikrotubulus. Dua MAPs terpenting; kinesin dan
dynein, merupakan motor protein memfasilitasi pergerakan organel dan vesikel anterograde dan
retrograde intrasel. Aksonem cilia dan flagel serta kerangka sentriol dibentuk oleh mikrotubulus.
Mikrotubulus berasal dari Microtubule Organizing Centre (MTOC) sel, terletak di sekitar
aparatus Golgi. MTOC ini merupakan jalur translokasi organel dan vesikel intrasel dan selama
pembelahan sel, memindahkan kromosom ke tempat seharusnya.
43
PENGANTAR HISTOLOGI
Inklusi tidak bermembran, seperti lipid, glikogen, granul sekretorik dan pigmen, merupakan
unsur sitoplasma yang menetap. Inklusi umumnya bersifat sementara (transitory), terkecuali be-
berapa pigmen, seperti lipofusin.
Nukleus dibungkus nuclear envelope, terdiri dari inner dan outer nuclear membrane dengan
perinuclear cistern diantaranya. Outer nuclear membrane dipenuhi ribosom sampai RE Kasar.
Fusi inner dan outer nuclear membrane membentuk gambaran sirkuler, nuclear pore, yang memu-
ngkinkan komunikasi nucleoplasm dengan sitoplasma. Nuclear pore dilindungi protein, memben-
tuk nuclear pore complex, sebagai jalur transpor materi ekstra dan intranukleus. Nukleus tempat
kromosom dan lokasi transkripsi/sintesis RNA (mRNA dan tRNA), sementara transkripsi rRNA
di dalam nukleolus. Nukelolus merupakan lokasi perakitan protein ribosomal dan rRNA ribosom,
unit kecil dan besar. Unit ribosom ini akan keluar ke sitosol secara individual.
Daftar Pustaka:
Gartner L.P. Hiatt J.L. 2001. Colour Texbook of Histology, 2nd ed. Saunders. Philadephia
Junqueira L.C, Carneiro J. 2003. Basic Histology Text & Atlas. 10th ed. McGraw-Hill Co, Inc. USA
Telser A.G. Young J.K. Baldwin K. M. 2014. Elsevier’s Integrated Histology. 1st ed. Mosby Inc.
Gartner L.P. Hiatt J.L. 2006. Color Atlas of Histology. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins
Young B. Heath J.W. 2002. Wheather’s Functional Histology, a Text & Colour Atlas. 4th ed.
Churchill Livingstone
Lowe J.S. Anderson P.G. 2015. Steven’s & Lowe’s Human Histology. 4th ed. Elsevier Mosby
Kierszenbaum A. L.. 2007. Histology and Cell Biology: An introduction to Pathology. 2nd ed.
Elsevier Mosby
44
FILOSOFI PENDIDIKAN KEDOKTERAN
(PHYLOSOPHY OF MEDICAL EDUCATION)
Susy Tjahjani
Seperti kita ketahui perkembangan ilmu sangatlah pesat termasuk dalam ilmu kedokteran. Ini
karena riset terus dilakukan sehingga selalu ada hal-hal baru sehingga melahirkan teori-teori baru.
Sebagai contoh: suatu yang dikatakan merupakan obat terbaik dalam mengatasi penyakit tertentu
pada waktu beberapa waktu silam, mungkin saja sekarang sudah tidak merupakan yang terbaik
lagi karena dari hasil riset ditemukan bahwa obat tersebut dapat mengganggu sistem tubuh yang
lainnya sehingga dipakai obat baru. Dalam keadaan demikian, tentunya kalau seorang dokter tidak
dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, dia akan memberikan pengobatan yang kurang
bertanggung jawab karena sudah ketinggalan jaman.
Bagaimana cara menjadi seorang dokter yang baik dan bertanggung jawab? Salah satunya
adalah dengan terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran dengan mempelajari
setiap hal yang baru. Hal ini berarti seorang dokter harus membaca dan belajar teus menerussepan-
jang hayat (lifelong learning) yang mana kebiasaan ini harus dimulai sedini mungkin, sejak mulai
menginjakkan kakinya di bangku perkuliahan.
Belajar terus menerus itu memerlukan suatu tekad yang kuat (motivasi yang kuat) bahwa me-
mang menjadi dokter itu adalah suatu minat yang sebenarnya dari mahasiswa tersebut dan bukan
merupakan keinginan siapa pun yang menyebabkan mahasiswa tersebut masuk kuliah di fakultas
kedokteran dalam keadaan terpaksa sehingga di suatu saat dia menemui kendala dalam proses
belajarnya, akan menyebabkan keadaan stress fisik mau pun psikik yang kuat dan mengganggu
kesehatan kalau diteruskan atau bahkan akan menyebabkan mahasiswa tersebut menyerah dan
akhirnya gagal menjadi dokter.
Di lain pihak, apakah hanya dengan modal tekad dan minat yang kuat akan menjamin seseorang
akan bisa belajar terus menerus sepanjang hayat dan menjadi dokter yang bertanggung jawab?
Tentunya hal ini tidak cukup.Untuk membuat mahasiswa bisa terus belajar sepanjang hayat se-
lain minat dan tekad yang kuat tersebut, diperlukan suatu kemandirian dalam belajar yang dapat
dilakukan dengan penuh kegembiraan dan tidak bergantung kepada orang lain, misalnya dosen.
Untuk bisa mandiri dalam belajar, tentunya cara belajar dan system pembelajaran yang baik sangat
diperlukan (di fakultaskedokterankhususnya) dan paradigma proses pembelajaran harus berubah.
Pembelajaran secara konvensional menganut teacher centered learning system. System pem-
belajaran konvensional ini harus berubah menjadi student centered learning system yang berbasis
kompetensi (competence based). Terdapat perbedaan kedalaman capaian pembelajaran di antara
kedua system pembelajaran tersebut. Capaian pada system yang baru lebih dalamya itu suatu kom-
petensi tertentu yang melibatkan selain aspek kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotor
yang keduanya ini disebut dengan hard skill, juga melibatkan aspek kemampuan afektif yg disebut
dengan soft skilldengan lebih mendalam. Perlu diketahui bahwa dunia kerja tidak hanya mem-
butuhkan kemampuan hard skill saja akan tetapi juga membutuhkan kemampuan soft skill yang
mumpuni juga sehingga menghasilkan seseorang dengan performanceyang betul-betul kompeten.
Apa lagi untuk menjadi seorang dokter yang baik dan bertanggung jawab tentunya selain diperlu-
kan kemampuan hard skill juga diperlukan kemampuan soft skill ini karena dokter akan sering ber-
hadapan dengan pasien yang nota bene adalah seorang yang butuh pertolongan sepenuh hati yang
telah menaruh kepercayaan penuh mengenai pemasalahan kesehatannya kepada dokter tersebut.
45
FILOSOFI PENDIDIKAN KEDOKTERAN
Jadi suatu kompetensi yang wajib dicapai oleh seorang mahasiswa dalam pembelajarannya
adalah merupakan sesuatu yang mutlak dan bukan relatif karena dibandingkan dengan orang lain
sehingga seyogyanya pada student centered learning system ini seharusnya tidak ada persaingan
dalam memperoleh nilai, malah dalam diskusi kasus masing-masing peserta ajar wajib berparti-
sipasi dalam kelompoknya karena makin aktif mahasiswa berpartisipasi dalam diskusi tersebut,
makin kuat pula melekatnya pengetahuan yang diperoleh dan yang terpenting setiap peserta ajar
berhasil mencapai suatu kompetensi tertentu secara kolistik yang melibatkan berbagai aspek. Pros-
es pembelajaran baru ini merupakan suatu proses yang menarik yang melibatkan semuapeserta ajar
denganaktifdanakanmemotivasipeserta ajar untuksenantiasabelajar (lifelong learning).
Menurut Miller (1990): level kompetensi dapat dilihat pada diagram berikut ini yang dibagi
menjadi 4, dari urutan terendah sampai urutan teratas yaitu: knows, knows how, shows how, dan
does.
Miller (1990)
Pada student centered learning system ini level yang wajib dicapai adalah DOES. Untuk men-
capai level kompetensi maksimal ini, capaian pembelajaran dalam aspek hard skill (kemampuan
kognitif dan kemampuan psikomotor) maupun capaian pembelajaran dalam aspek soft skill (ke-
mampuan afektif) harus pula maksimal.
Ada beberapa level capaian pembelajaran ranah kognitif. Bloom & Krathwohl (1956), mengkla-
sisifikasikan ranah ini berturut-turut dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi sebagai
berikut: knowledge comprehension application analysis synthesis evaluation, se-
dangkan Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasikannya berturut-turut dari yang paling
rendah sampai yang paling tinggi menjadi: remembering understanding applying analyz-
ing evaluating creating.
46
FILOSOFI PENDIDIKAN KEDOKTERAN
Level capaian pembelajaran ranah psikomotorik berdasarkan urutan dari yang paling rendah
sampai ke yang paling tinggi adalah sebagai berikut: imitation (meniru dengan contoh) ma-
nipulation (meniru tanpa contoh) precision (melakukan tindakan dengan tepat dan lancar)
articulation (melakukan tindakan dengan cepat dan akurat) naturalization (melakukan tindakan
dengan spontan dan otomatis) (Dave’s, 1975)
Dalam aspek soft skill, capaian pembelajaran ranah afektif ini juga dibagi menjadi beberapa
level yang dimulai dari level terendah sampai yang tertinggi yaitu: receiving (menerima) re-
sponding (menanggapi) valuing (menghargai) organization (mengatur diri) dan internal-
izing values (menjadikan pola hidup) (Krathwohl et al, 1973).
Jadi dalam student centered learning system ditargetkan untuk mencapai level maksimal dari
setiap capaian pembelajaran (kognitif, psikomotor, dan afektif) sehingga diperoleh tahap kompe-
tensi yang maksimal. Perlu dicatat juga bahwa capaian dalam aspek afektif itu tidak didapatkan
secara proporsional dalam system pembelajaran lama yang teacher centered karena peserta ajar
dalam system lama ini bersifat pasif (hanya menerima apa yang diberikan oleh pengajar) sedang-
kan aspek afektif ini tidak bisa diajarkan akan tetapi bisa dipelajari secara aktif, oleh karena itu
system pembelajaran lama selayaknya berubah menjadi student centered learning system sehingga
dapat dicapai level kompetensi DOES.
Tingkat kedalaman dari ketiga capaian pembelajaran di atasakan mempengaruhi seberapa da-
lam peserta ajar telah belajar dan seberapa dalam level kompetensi yang telah dicapai oleh peserta
ajar tersebut.
Tingkat kedalaman capaian pembelajaran menurut Magnesen (1983) bergantung kepada cara
kita belajar seperti tampak dalam tabel di bawah ini: paling rendah adalah kalau hanya membaca
saja sedangkan yang paling tinggi adalah kalau sudah bisa menceriterakan kembali dan melaku-
kannya. Hal ini juga menunjukkan bahwa makin banyak mahasiswa membantu temannya dalam
belajar dan menerangkanapa yang dia sudah pelajari, makin besar tingkat kedalaman capaian pem-
belajarannya dan level kompetensinya.
WE LEARN
What we read 10 %
What we hear 20 %
What we see 30 %
What we see and hear 50 %
What we say 70 %
What we say and do 90 %
Magnesen VA (1983)
Terdapat beberapa perbedaan prinsipiil antara sistem pembelajaran lama (teachercentered learning
system) dengan sistem pembelajaran yang baru (studentcentered learning system) ditinjau dari
aspek: 1) pengetahuan, 2) belajar, 3) mengajar, 4) cakupan.
47
FILOSOFI PENDIDIKAN KEDOKTERAN
Aspek Pengetahuan: pada system pembelajaran lama (teachercentered learning system) peng-
etahuan itu sudah jadi dan tinggal ditransfer oleh dosen kepada mahasiswa, sedangkan pada system
pembelajaran baru (studentcentered learning system) pengetahuan itu adalah hasil konstruksi pe-
serta ajar. Jadi pada system pembelajaran lama bisa terjadi bahwa pengetahuan yang diajarkan oleh
dosen kepada mahasiswa secara estafet akan makin berkurang yang hal ini seyogianya tidak terjadi
dalam system pembelajaran baru karena mahasiswa ikut aktif dalam mengkreasi pengetahuan.
Pengertian Belajar:pada system pembelajaran lama (teacher-centered learning system) be-
lajar adalah menerima pengetahuan yang diberikan oleh dosen yang memberi kuliah, sedangkan
pada sistem pembelajaran baru (student-centered learning system) belajar adalah mengkonstruksi
pengetahuan secara aktif.
Pengertian Mengajar: pada pembelajaran lama (teacher-centered learning system) mengajar
adalah mentransfer pengetahuan, sedangkan pada pembelajaran baru (student-centered learning
system) mengajar adalah berpartisipasi dengan mahasiswa dalam mengkonstruksi pengetahuan
atau menjalankan berbagai strategi membantu mahasiswa belajar (membelajarkan mahasiswa).
Perbedaan dalam cakupan pembelajaran adalah: pada sistem pembelajaran lama (teach-
er-centered learning system) kurang mencakup aspek afektif dibandingkan sistem pembelajaran
baru (student-centered learning system). Student confidence pada sistem pembelajaran baru ini
juga lebih baik.
Fokus pada teacher-centered learning system adalah bagaimana dosen mengajar dengan baik
sedangkan pada student-centered learning system adalah bagaimana mahasiswa bisa belajar den-
gan baik dan berkelanjutan. Metode inilah yang sangat sesuai untuk seorang calon dokter yang
merangsang mahasiswa untuk terus belajar dengan baik dalam mengembangkan pengetahuan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri model pembelajaran baru ini: 1) proses pembelajaran ber-
langsung dengan aktifitas yang interaktif dan partisipasi aktif dari setiap mahasiswa dalam kelom-
pok, 2)pembelajaran melibatkan pengembangan knowledge (pengetahuan), skills (keterampilan
psikomotor), attitude, dan kompetensi, 3) makin besar partisipasi mahasiswa dalam proses pem-
belajaran ini, makin besar pula pengertian dan memori, 4) bersifat kritis terhadap ilmu-ilmu baru
dan tidak menerima begitu saja ilmu-ilmu tersebut sebagai dogma yang kaku, 5) peserta ajar selalu
berpikir baik secara induktif mau pun secara deduktif, 6) activity oriented, 7) problem solving
(problem based learning), 8) terintegrasi, 9) mahasiswa sendiri yang bertanggung jawab terhadap
proses pembelajarannya, 10) dosen berfungsi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran ini
(bukan sebagai pemberi kuliah), 11) asesmen bersifat criterion reference: yang dinilai adalah suatu
kompetensi yang mutlak yang harus dikuasai dan kelulusan bukan berdasarkan nilai rata-rata ma-
hasiswa. Tentunya penilaian ini sudah selayaknya dilakukan karena seorang dokter yang dinilai
adalah bagaimana kompetensinya dalam berbagai aspek.
48
FILOSOFI PENDIDIKAN KEDOKTERAN
DaftarPustaka:
Anderson, L. W., &Krathwohl, D. R. (Eds.). (2001). A taxonomy for learning, teaching and as-
sessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of educational objectives: Complete edition, New York :
Longman.
Bloom, Benjamin S. & David R. Krathwohl. (1956). Taxonomy of educational objectives: The
classification of educational goals, by a committee of college and university examiners. Handbook
1: Cognitive domain. New York , Longmans.
Dave, R. H. (1975). Developing and Writing Behavioral Objectives. (R. J. Armstrong, ed.). Tuc-
son, Arizona: Educational Innovators Press.
Endrotomo. Presentasi Training of Trainer CBC di Kopertis IV. 1-Mei-2012
Krathwohl, D. R., Bloom, B. S., &Masia, B. B. (1973). Taxonomy of Educational Objectives, the
Classification of Educational Goals. Handbook II: Affective Domain. New York: David McKay
Co., Inc.
Kuhn TS. 1996. The Structure of scientific revolutions. 3rd Edition. The University of Chicago
Press.
Magnesen VA (1983). A Review of Findings from Learning and Memory Retention Studies. Inno-
vation Abstracts. 5(25). https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED234878.pdf
Miller GE. 1990. Academic Medicine; 65(9): 563-567
49
MENGENAL “LEARNING HOW TO LEARN”
Rimonta F Gunanegara
Pengantar
Learning how to Learn berfokus pada proses refleksi-mendorong tutor untuk membantu anda
menjadi peserta belajar yang reflektif dengan mengembangkan proses umpan balik dan dialog
dengan para tutor. Learning how to Learn merupakan salah satu keterampilan penting yang harus
dimiliki semua mahasiswa.
Jika anda memikirkan dan memahami bagaimana cara anda belajar dan melakukan perencanaanya,
anda tidak hanya dapat mulai mengidentifikasi pendekatan atau strategi pembelajaran yang paling
sesuai untuk anda, tetapi juga dapat mulai memilih strategi dari daftar pendekatan yang paling
sesuai untuk anda sendiri dan topik yang akan anda pelajari.
Hal ini melibatkan kesadaran terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi pengalaman belajar
di masa lalu anda. Ada penekanan pada proses refleksi diri, karena pengalaman belajar masa
lalu dapat membantu kita mempersiapkan diri untuk tugas belajar di masa depan. Jika seorang
mahasiswa dapat membawa kesadaran akan pembelajaran mereka dari satu pengalaman belajar
ke pengalaman berikutnya, mereka dapat secara sadar memantau prosesnya, menyesuaikan
pendekatan pembelajaran mereka sendiri dan mengubah strategi yang diperlukan. Akhirnya, ketika
tugas pembelajaran selesai, mereka akan meluangkan waktu untuk melihat kembali pengalaman
tersebut sehingga mereka lebih siap untuk belajar lebih efektif di lain waktu. Ini lagi-lagi melibatkan
refleksi diri - oleh karena itu istilah yang sering digunakan adalah ‘reflective learner’.
Learning how to Learn mendorong anda untuk membedakan antara keterampilan belajar, gaya
belajar dan strategi belajar.
Keterampilan belajar adalah alat dasar dalam pembelajaran, seperti membaca dengan tujuan
untuk memahami, ekstraksi informasi dari diagram atau teks, membuat catatan atau rekaman
informasi untuk di gunakan lagi masa depan, menuliskannya untuk di presentasikan pada rekan-
rekan yang lain. Gaya belajar mencerminkan cara yang kita sukai untuk mempelajari konsep
dan gagasan baru, melalui tindakan atau refleksi, melalui pengalaman atau teori, dan menangkap
keseluruhan gambar atau membangun blok informasi tersendiri. Strategi pembelajaran adalah
pendekatan belajar yang berbeda yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan tertentu. Setiap
tugas pembelajaran mungkin membutuhkan strategi pembelajaran yang berbeda-beda. Anda tidak
bisa menggunakan strtaegi pembelajaran yang sama untuk menguasai semua tugas yang anda
hadapi.
50
MENGENAL “LEARNING HOW TO LEARN”
Preparing
Reviewing Exploring
Implementing
Tidak perlu bergerak searah jarum jam, gerakan bisa dibuat searah jarum jam atau kebalikan
arah jarum jam, atau vertikal atau horizontal. Mempersiapkan (Preparing) bagian studi dan penu-
gasan yang menyertainya adalah bagian penting dari proses. Eksplorasi (Exploring) adalah tahap
ketika belajar dilakukan baik sebagai bagian dari pekerjaan melalui modul pembelajaran itu sendiri
serta pemahaman, penggalian atau latihan tentang apa yang dibutuhkan untuk tugas itu. Aplikasi
(Implementing) mencakup pelaksanaan tugas yang sebenarnya. Evaluasi (Reviewing) atau menin-
jau ulang adalah proses di mana mahasiswa mempertimbangkan saran umpan balik tentang apa
yang harus dilakukan setelah tugas diserahkan.
Masing-masing dari empat fase utama dapat terbagi menjadi serangkaian komponen
Kegiatan atau tindakan (Gambar 3). Tentu saja, tidak semua komponen akan selalu dibutuhkan,
mungkin ada komponen yang tidak digunakan sama sekali.
51
MENGENAL “LEARNING HOW TO LEARN”
Mempersiapkan
Komponen fase ini adalah menganalisis tugas, meninjau pembelajaran sebelumnya, membuatren-
cana, mengidentifikasi gaya belajar dan strategi.
Menganalisis tugas
Ini melibatkan anda dalam menganalisis tugas belajar (misalnya bekerja melalui teks, bacaan,
perhitungan, eksperimen dll). Kebanyakan mahasiswa merasa terbantu untuk melihat hasil atau
tujuan yang akan di capai.
Meninjau kembali pembelajaran sebelumnya
Di sini anda akan didorong untuk mengingat kembali dan merenungkan bagian-bagian sebelum-
nya dari materi atau materi lain yang telah anda pelajari. Dalam melakukan ini, anda harus dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan anda sebagai pelajar.
Membuat suatu rencana
Anda akan didorong untuk membuat rencana untuk mempelajari materi dan melakukan penilaian.
Rencana dapat bersifat umum atau sespesifik sesuai yang diperlukan.
Identifikasi gaya belajar dan strategi
Kegiatan ini seperti perencanaan jangka panjang, tidak perlu diulang untuk setiap tugas. Tujuannya
adalah untuk membantu anda mulai memahami gaya belajar dan strategi pembelajaran apa yang
paling baik untuk anda.
Mengadakan penyelidikan
Inilah fase belajar dan mengembangkan keterampilan. Tindakan komponennya adalah mempela-
jari materi, mengidentifikasi dan mengakses sumber bantuan, meningkatkan keterampilan yang
dibutuhkan dan memonitor kemajuan.
Mempelajar imateri
Ini adalah periode ketika anda mengerjakan materi dan gagasan dalam persiapan untuk tugas.
Mengakses sumber bantuan
Mengetahui kapan bantuan dibutuhkan dan kemana harus pergi untuk itu penting untuk semua
mahasiswa.
Meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan
Dalam mempelajari dan mempersiapkan tugas, anda dapat menemukan keterampilan atau keter-
ampilan teknik di mana anda merasa kurang percaya diri, mungkin keadaan-keadaan yang diiden-
tifikasi selama tahap persiapan.
Pantaukemajuan
Ini mungkin adalah komponen yang paling sulit dan paling penting. Anda perlu melakukan upaya
sadar untuk memantau kemajuan pembelajaran. Ini adalah saat dimana rencana fleksibel yang
dirancang dalam tahap persiapan dapat direvisi. Penekanan pemantauan untuk anda seharusnya
tidak hanya menjadi ‘Apa yang saya pelajari?’ tapi juga ‘Bagaimana saya bisa mempelajarinya?’
Penerapan
Tahap dimana mahasiswa telah menyelesaikan persiapan dan eksplorasi dan menyelesaikan tugas.
Pada beberapa kasus, eksplorasi dan penerapan dapat menjadi proses yang sama.
Mengkaji kinerja
Ketika anda mengerjakan tugas, coba kaji kinerja anda. Pengkajian ini dengan cara memperhatikan
cara anda mengerjakan tugas, bukan hanya menunggu hasil tugas anda.
Kembali melihat pedoman atau kriteria
52
MENGENAL “LEARNING HOW TO LEARN”
Pedoman dan masukan pada catatan seringkali diabaikan oleh para mahasiswa Pada beberapa ka-
sus, para mahasiswa seringkali melenceng dari pertanyaan utama dan melupakan masukan yang
telah dibaca. Sekalipun pedoman telah diberikan kepada para mahasiswa, mereka tidak selalu
mengerti fungsi pedoman tersebut untuk meningkatkan kinerja mereka.
Buat penilaian terhadap diri sendiri
Anda akan di minta untuk menilai diri anda sendiri sebagai bagian tugas anda. Anda akan mengisi
lembar penilaian diri sendiri dan dikumpulkan dengan tugas anda.
Pengulangan
Tahap ini dapat dilakukan setelah tugas selesai dikerjakan. Tahap ini akan lebih efektif jika ter-
dapat umpan balik untuk para mahasiswa.
Mengembalikanpedoman
Tugas yang diberikan dengan pedoman yang jelasakan membuat proses belajar lebih efektif, na-
mun beberapa tutor mencoba untuk menjelaskan criteria mereka masing-masing.
Mengambil tindakan terhadap umpanbalik
Ini mungkin merupakan hal yang berat untuk mahasiswa lakukan. Anda harus mengerti bahwa
umpan balik dan masukan daripara tutor dapat membantu anda untuk berkembang.
Mengulang proses keseluruhan
Anda akan dihimbau untuk berhenti sejenak dan mengulangapa yang telah anda kerjakan dan
bagaimana anda menyelesaikannya. Anda di anjurkan untuk melakukan ini sebelum anda berlanjut
ke tema berikutnya. Bahas apa saja hal baik yang telah anda kerjakan dan apa yang dapat anda
perbaiki.
Ringkasan
Proses belajar dapat diterapkan sebagai empat model bertahap. Prosesnya bisa diperkenalkan ke-
pada mahasiswa melalui studi tentang apa yang dipelajari dan penyelesaian tugas. Empat fase
tersebut meliputi persiapan, eksplorasi, penerapan danpeninjauan.
Cara Belajar Efektif dan Efisien
Persiapan belajar
53
MENGENAL “LEARNING HOW TO LEARN”
Gunakan SQ3R
• Mulailah dengan Survey (Survey), yang berarti menelusur melalui bab untuk mencari ta-
bel, gambar, judul, dan kata-kata yang tebal.
• Kemudian Pertanyaan (Question) dengan membuat masing-masing menjadi sebuah per-
tanyaan.
• Bacalah (Read) bab sambil mencoba menjawab pertanyaan yang telah anda buat dari judul
bagian bab.
• Ucapkan (Recite) jawaban atas pertanyaan secara lisan dan informasi penting yang anda
ingat dari suatu bab.
• Tinjaulah kembali (Review) bab untuk memastikan bahwa anda memasukkan semua ga-
gasan utama. Lalu pikirkan mengapa ini penting.
• Gunakan strategi THIEVES
• Mulailah dengan judul (Title). Apa yang ingin diceritakan dalam sebuah judul tentang
pemilihan / artikel / chapter? Apa yang andaketahui tentang topik itu? Apa yang harus
kamu pikirkan saat membaca? Ini akan membantu membingkai pembacaan Anda.
• Pindah ke pendahuluan (Introduction). apa saja yang ingin disampaikan tentang bacaan
tersebut pada pendahuluan
• Pindai judul dan subjudul (Heading dan Subheading). judul dan subjudul akan memberitahu
anda tentang apa yang akan anda baca! Ubah setiap judul dan subjudul menjadi bentuk
pertanyaan untuk membantu dalam membimbing bacaan anda
• Baca kalimat pertama setiap paragraf. Ini umumnya adalah kalimat topik dan membantu
Anda memikirkan tentang isi dari paragrafnya.
• Lihatlah visual dan kosa kata. Ini termasuk tabel, grafik, dan chart. Lebih penting lagi,
lihatlah kata-kata yang di cetak tebal, miring dan digaris bawahi, kata atau paragraf dengan
warna, dan daftar numerik.
• Baca akhir pertanyaan bab. Konsep apa yang harus Anda ketahui pada saat Anda selesai
membaca bab ini? Ingatlah pertanyaan-pertanyaan ini saat Anda membaca.
• Lihatlah ringkasan bab ini untuk mendapatkan ide bagus tentang bab ini sebelum
melanjutkan membaca bab ini secara keseluruhan.
• Sorot detil penting
• Ringkaskan materi
54
MENGENAL “LEARNING HOW TO LEARN”
• Buatlembarbelajar.
SumberdanKutipan
55
ANATOMIA GENERALIS
Anindita Adhika
Anatomi adalah struktur (setting) dimana fungsi (events) dari hidup terjadi. Tiga pendekatan
utama dalam mempelajari anatomi –regional, sistemik dan klinis (atau terapan)– merefleksikan
pengorganisasian tubuh, prioritas dan tujuan mempelajarinya.
Anatomi Regional
Anatomi regional (anatomi topografis) mengorganisasikan tubuh manusia menjadi beberapa
bagian: tubuh utama–terdiri dari caput, collum (cervix) dan truncus (dibagi lagi menjadi thorax,
abdomen, dorsum dan pelvis/perineum)–serta membrum superius dan membrum inferius yang
berpasangan. Semua bagian utama dapat dibagi lebih lanjut menjadi area dan regio. Anatomi re-
gional adalah metode mempelajari struktur tubuh dengan memusatkan perhatian pada bagian ter-
tentu (misal caput), area (facies) atau regio (regio orbitalis); mempelajari susunan dan hubungan
dari berbagai struktur sistemik (musculi, nervi, arteriae, dsb.) di dalamnya; dan berlanjut mem-
pelajari regio yang berdekatan dengan urutan yang teratur. Ketika mempelajari anatomi dengan
pendekatan ini, penting untuk meletakkan anatomi regional dalam konteks regio yang berdekatan,
bagian dan tubuh sebagai keseluruhan.
Anatomi regional juga mengenalkan pengorganisasian tubuh dalam lapisan: cutis, tela subcu-
tanea dan fascia profunda yang menutupi struktur yang lebih profundus: musculi, skeleton dan
cavitas yang berisi viscera. Banyak dari struktur yang lebih profundus tersebut berada di sebelah
dalam dari penutup luar tubuh serta dapat dipelajari dan diperiksa pada individu hidup via anatomi
permukaan (surface anatomy).
Anatomi permukaan adalah bagian penting dalam mempelajari anatomi regional, pengetahuan
tentang apa yang terletak di bawah cutis dan struktur apa yang dapat dipalpasi pada tubuh hidup
dalam keadaan istirahat dan ketika beraksi. Kita dapat belajar lebih banyak dengan mengamati
bentuk externus dan permukaan tubuh serta dengan mengamati dan merasakan aspek superficialis
struktur di bawah permukaan. Tujuan metode ini adalah mengvisualisasikan struktur yang menun-
jukkan kontur ke permukaan atau dapat dipalpasi di bawahnya, pada praktik klinis, untuk membe-
dakan temuan yang tidak biasa atau abnormal. Singkatnya, anatomi permukaan memerlukan pen-
gertian menyeluruh anatomi struktur di bawah permukaan. Pada orang dengan luka tusuk, sebagai
contoh, dokter harus dapat mengvisualisasikan struktur profundus yang mungkin mengalami in-
juri. Pengetahuan anatomi permukaan dapat mengurangi keharusan mengingat fakta karena tubuh
selalu tersedia untuk diobservasi dan dipalpasi.
Pemeriksaan fisik adalah aplikasi klinis anatomi permukaan. Palpasi adalah teknik klinis yang
digunakan bersama observasi dan mendengarkan untuk memeriksa tubuh. Palpasi denyut nadi,
sebagai contoh, merupakan bagian pemeriksaan fisik.
Studi regional tentang struktur profundus dan abnormalitas pada orang hidup dapat dilak-
sanakan dengan menggunakan pemindaian radiografik dan potongan serta endoskopi. Pemindaian
radiografik dan potongan (anatomi radiografik) memberikan informasi yang berguna mengenai
56
ANATOMIA GENERALIS
struktur normal pada orang hidup, menunjukkan efek dari tonus otot, cairan tubuh dan tekanan,
dan gravitasi yang tidak dapat ditunjukkan oleh kadaver. Radiologi diagnostik mengungkapkan
efek trauma, patologi dan penuaan terhadap struktur normal. Teknik endoskopik juga menunjuk-
kan living anatomy. Pembelajaran secara rinci dan menyeluruh anatomi tiga dimensi dari struktur
profundus dan hubungannya paling baik dimulai dengan diseksi. Pada praktik klinis, anatomi per-
mukaan, pemindaian radiografik dan potongan, endoskopi dan pengalaman mempelajari anatomi
akan bergabung melengkapi dokter dengan pengetahuan anatomi pasien.
Anatomi Sistemik
Anatomi sistemik mempelajari sistem organ tubuh yang bekerja sama menghasilkan fungsi
yang kompleks.
• Systema integumentum (dermatology) terdiri dari cutis (L. integumentum) dan
appendages-nya–contoh, pili, unguis dan glandula sudorifera–dan tela subcutanea di
bawahnya. Cutis, organ sensoris yang luas, membentuk luar tubuh, penutup protektif
dan kontainer.
• Systema skeletale (osteology) terdiri dari ossa dan cartilago; memberikan bentuk
dasar dan menyangga tubuh dan terhadap mana systema musculare beraksi untuk
menghasilkan gerakan. Juga melindungi organ vital seperti cor, pulmones dan organ
pelvis.
• Systema articulare (arthrology) terdiri dari juncturae dan ligamenta terkait,
menghubungkan bagian tulang dari systema skeletale dan merupakan tempat di mana
gerakan terjadi.
• Systema musculare (myology) terdiri dari otot skeletal yang berkontraksi untuk
menggerakkan atau menempatkan bagian tubuh (tulang yang bersendian di junctura),
atau otot polos dan otot jantung yang mendorong, mengeluarkan atau mengontrol
aliran cairan dan substansi yang dikandungnya.
• Systema nervosum (neurology) terdiri dari systema nervosum centrale (encephalon
dan medulla spinalis) dan systema nervosum periphericum (nervi dan ganglia, beserta
motor and sensory endings). Systema nervosum mengontrol dan mengoordinasikan
fungsi sistem organ, memampukan tubuh berespon terhadap dan beraktivitas dalam
lingkungannya. Organa sensuum, termasuk organum olfactorium, oculus atau sistem
penglihatan (ophthalmology), auris (pendengaran dan keseimbangan–otology), dan
organum gustatorium (pengecapan), sering dianggap systema nervosum dalam anatomi
sistemik.
• Systema circulare (angiology) terdiri dari systema cardiovasculare dan systema
lymphoideum, yang berfungsi paralel menghantarkan cairan tubuh.
- Systema cardiovasculare (cardiology) terdiri dari cor dan vasa sanguinea yang
57
ANATOMIA GENERALIS
58
ANATOMIA GENERALIS
Anatomi Klinis
Anatomi klinis (anatomi terapan) menekankan aspek struktur dan fungsi tubuh yang penting
pada praktik kedokteran, kedokteran gigi dan ilmu kesehatan lainnya. Anatomi klinis mengga-
bungkan pendekatan regional dan sistemik untuk mempelajari anatomi dan menekankan aplikasi
klinis.
Anatomi klinis sering melibatkan proses berpikir inverting atau reversing yang tipikal mengi-
kuti ketika mempelajari anatomi regional atau sistemik. Sebagai contoh, alih-alih berpikir, “Aksi
otot ini adalah ……,” anatomi klinis bertanya, “Bagaimana ketiadaan aktivitas otot ini bermanifes-
tasi?” Alih-alih, ”Nervus ….. mempersarafi area kulit ini,” anatomi klinis bertanya,” Hypesthesia
di daerah ini menunjukkan lesi nervus apa?”
Terminologi Anatomikomedikal
Terminologia anatomica menghadirkan dan menyusun sebagian besar istilah medis. Termino-
logia anatomica menghadirkan istilah dalam Latin dan yang setara dengan istilah dalam Bahasa
Inggris (contoh, musculus deltoideus dalam Latin dan deltoid dalam Bahasa Inggris). Sayangnya,
istilah yang umum digunakan di klinis berbeda dari terminologi resmi. Eponim, istilah yang meng-
gunakan nama orang, tidak digunakan dalam terminologi baru karena tidak memberikan petunjuk
tentang tipe atau lokasi struktur.
Struktur Istilah. Anatomi adalah ilmu deskriptif dan memerlukan nama untuk banyak struk-
tur dan processus dalam tubuh. Karena kebanyakan istilah berasal dari Latin dan Yunani, bahasa
medik mungkin sulit pertamanya; tapi jika belajar asal dari istilah, kata-katanya masuk akal juga.
Sebagai contoh, istilah gaster adalah Latin untuk lambung atau belly. Konsekuensinya, esophago-
gastric junction adalah sisi di mana oesophagus berhubungan dengan lambung, gastric acid adalah
cairan digestif yang disekresikan oleh lambung, dan musculus digastricus adalah otot yang terbagi
menjadi dua bellies.
Banyak istilah menunjukkan bentuk, ukuran, lokasi, atau fungsi atau tentang kemiripan struktur
dengan struktur lain. Sebagai contoh, beberapa otot mempunyai nama deskriptif untuk menun-
jukkan karakteristik utamanya. Musculus deltoideus, yang menutupi area bahu, adalah triangular,
seperti simbol untuk delta, huruf keempat alfabet Yunani. Akhiran -oid berarti “seperti”; dengan
demikian, deltoid berarti seperti delta. Biceps berarti dua-kepala dan triceps berarti tiga-kepala.
Beberapa otot dinamai menurut bentuknya–musculus piriformis, sebagai contoh, berbentuk pear
(L. pirum, pear + L. forma, bentuk). Otot lain dinamakan menurut lokasinya. Musculus temporalis
ada di regio temporalis (tempora). Pada beberapa kasus, aksi digunakan untuk mendeskripsikan–
sebagai contoh, levator scapulae meng-elevatio-kan scapula. Terminologia anatomica menerapkan
alasan logis untuk nama otot dan bagian lain tubuh, jika belajar artinya dan berpikir tentangnya
ketika membaca dan melakukan diseksi, akan lebih mudah mengingat namanya.
59
ANATOMIA GENERALIS
Posisi Anatomis
Semua deskripsi anatomis dinyatakan dalam hubungan dengan satu posisi yang konsisten, me-
mastikan bahwa deskripsi tersebut tidak ambigu. Seseorang harus mengvisualisasikan posisi ini
di pikiran ketika menggambarkan pasien (atau kadaver), baik ketika berbaring lateralis, supinatio
atau pun pronatio. Posisi anatomis merujuk posisi tubuh ketika berdiri tegak dengan:
• kepala, pandangan (mata) dan jari kaki menghadap ke anterior,
• lengan merapat ke sisi dengan telapak menghadap anterior, dan
• membrum inferius berdekatan dengan kedua kaki paralel.
Posisi ini diadopsi untuk deskripsi anatomikomedikal. Dengan menggunakan posisi anatomis
dan terminologi yang sesuai, suatu bagian tubuh dapat dihubungkan secara tepat dengan bagian
lainnya. Harus diingat, bahwa gravitasi menyebabkan pergeseran ke bawah dari viscera ketika po-
sisi tegak. Karena posisi pemeriksaan yang umum adalah supinatio, sering kali diperlukan untuk
mendeskripsikan posisi organ yang terpengaruh posisi supinatio, dengan membuat catatan khusus
sebagai pengecualian terhadap posisi anatomis.
Plana Anatomis
Deskripsi anatomis didasarkan pada 4 plana imaginer (medianum, sagittale, frontale dan trans-
versale) yang memotong tubuh pada posisi anatomis:
• Planum medianum (planum sagittale medianum), bidang verticalis yang berjalan
longitudinalis melalui tubuh, membagi tubuh menjadi separuh kanan dan separuh kiri.
Planum ini mendefinisikan linea mediana caput, collum dan truncus di mana planum ini
memotong permukaan tubuh. Linea mediana sering disalahgunakan sebagai sinonim
planum medianum.
• Plana sagittalia adalah bidang verticalis yang berjalan melalui tubuh paralel terhadap
planum medianum. Istilah parasagittalis sering digunakan tapi tidak perlu karena setiap
bidang paralel terhadap dan di kedua sisi planum medianum adalah sagittalis menurut
definisi. Meskipun demikian, bidang paralel dan dekat terhadap planum medianum
dapat disebutkan sebagai plana paramediana.
• Plana frontalia (coronalia) adalah bidang verticalis yang berjalan melalui tubuh,
tegak lurus terhadap planum medianum, membagi tubuh menjadi bagian anterior dan
bagian posterior.
• Plana transversalia adalah bidang horizontalis yang berjalan melalui tubuh, tegak
lurus terhadap planum medianum dan plana frontalia, membagi tubuh menjadi
bagian superior dan bagian inferior. Radiologis menyebut plana transversalia sebagai
transaxialis, yang sering disingkat menjadi plana axialia.
Karena jumlah plana sagittalia, plana frontalia, dan plana transversalia tidak terbatas, titik ref-
60
ANATOMIA GENERALIS
erensi (biasanya marka yang dapat dilihat atau dipalpasi atau level vertebra) diperlukan untuk
mengidentifikasikan lokasi atau level planum, seperti “planum transversum melalui umbilicus”.
Potongan caput, collum, dan truncus pada planum frontale dan planum transversum yang simetris,
melintas melalui struktur yang berpasangan kanan dan kiri, memungkinkan pembandingan.
Penggunaan utama bidang anatomis adalah untuk menggambarkan potongan (sections):
• Potongan longitudinalis berjalan memanjang atau paralel terhadap sumbu panjang
tubuh atau suatu bagiannya. Walaupun planum medianum, plana sagittalia dan plana
frontalia adalah potongan longitudinalis standar (paling sering digunakan), rentang
potongan longitudinalis yang mungkin adalah 180°.
• Potongan transversus, atau potongan melintang, adalah potongan tubuh atau
bagiannya yang memotong tegak lurus terhadap sumbu longitudinalis tubuh atau
bagiannya. Karena sumbu panjang pes berjalan horizontalis, potongan transversus pes
terletak pada planum frontale.
• Potongan obliqua adalah potongan tubuh atau bagiannya yang tidak memotong bidang
anatomis yang telah disebutkan sebelumnya. Pada praktiknya, banyak gambar radiografik dan potongan
anatomis tidak terletak tepat di plana sagittalia, plana frontalia atau plana transversalia; sering sedikit
obliqua.
Ahli anatomi membuat potongan tubuh dan bagiannya, serta klinisi menciptakan teknologi pemindaian
planar, seperti computerized tomography (CT), untuk mendeskripsikan dan menunjukkan struktur internus.
61
ANATOMIA GENERALIS
Dorsum biasanya menunjukkan aspek superior dari bagian manapun yang berprotrusio
ke anterior dari tubuh, seperti dorsum linguae, dorsum nasi, dorsum penis, atau dorsum pedis.
Dorsum juga digunakan untuk mendeskripsikan permukaan posterior manus, berlawanan dengan
palma. Karena istilah dorsum dapat menunjukkan permukaan superior dan permukaan posterior
pada manusia, istilah ini lebih mudah dimengerti dengan membayangkan binatang plantigrade
berkaki empat yang berjalan pada palma dan planta-nya. Planta adalah aspek inferior atau dasar
kaki yang kontak dengan tanah. Permukaan manus, pes dan digiti yang bersesuaian dengan dorsum
adalah facies dorsalis, permukaan manus dan digiti yang bersesuaian dengan palma adalah facies
palmaris, permukaan pes dan digiti yang bersesuaian dengan planta disebut facies plantaris.
Istilah kombinasi mendeskripsikan pengaturan posisi intermedius: inferomedialis berarti
mendekati pes dan planum medianum–sebagai contoh, bagian anterior costae berjalan inferomedi-
alis; superolateralis berarti mendekati caput dan menjauhi planum medianum.
Beberapa istilah hubungan dan perbandingan tidak bergantung pada posisi anatomis atau bidang
anatomis, tapi berhubungan dengan permukaan tubuh atau inti sentralnya.
Superficialis, intermedius dan profundus mendeskripsikan posisi struktur relatif terhadap
permukaan tubuh atau hubungan satu struktur terhadap struktur lain di bawah atau di atasnya.
Externus berarti di luar atau menjauhi pusat organ atau cavitas, sedangkan internus berarti di
dalam atau dekat dari pusat, tidak bergantung pada arah.
Proximalis dan distalis digunakan untuk membedakan posisi lebih dekat atau lebih jauh dari
perlekatan membrum atau aspek centralis struktur linear.
Istilah Lateralitas
Struktur berpasangan yang mempunyai anggota kanan dan kiri (contoh: ren) adalah bilateral,
sedangkan yang hanya satu sisi (contoh, splen) adalah unilateral. Sesuatu yang terjadi pada sisi
tubuh yang sama dengan struktur yang lain adalah ipsilateral; contoh: pollex kanan dan hallux
kanan adalah ipsilateral. Kontralateral berarti berada pada sisi tubuh yang berlawanan relatif
terhadap struktur lain; manus kanan kontralateral terhadap manus kiri.
Istilah Gerakan
Berbagai istilah mendeskripsikan gerakan membri dan bagian lain tubuh. Kebanyakan gerakan
didefinisikan dalam hubungan terhadap posisi anatomis, dengan gerakan yang terjadi dalam, dan
sekeliling sumbu yang lurus dengan, bidang anatomis tertentu. Sementara kebanyakan gerakan
terjadi di sendi di mana dua atau lebih tulang atau cartilago bersendian satu dengan lain, beberapa
struktur nonskeletal memperlihatkan gerakan (contoh, lingua, labia oris, palpebrae). Istilah gera-
kan dapat disandingkan sebagai pasangan gerakan yang berlawanan.
Gerakan flexio dan extensio terjadi pada plana sagittalia sekeliling sumbu transversus.
Flexio menunjukkan menekuk atau mengurangi sudut di antara tulang atau bagian tubuh. Untuk
kebanyakan sendi (contoh, cubitus), flexio melibatkan gerakan dengan arah anterior. Extensio
menunjukkan meluruskan atau meningkatkan sudut di antara tulang atau bagian tubuh. Extensio
62
ANATOMIA GENERALIS
biasanya terjadi pada arah posterior. Articulatio genus, yang berotasi 180° terhadap sendi lain,
adalah pengecualian, flexio genu merupakan gerakan ke posterior dan extensio merupakan
gerakan ke anterior. Dorsiflexio menggambarkan flexio articulatio talocruralis, seperti yang terjadi
ketika berjalan mendaki atau mengangkat bagian depan pes dan digiti dari tanah. Plantarflexio
menekuk pes dan digiti ke tanah, seperti ketika berdiri pada digiti. Extensio melebihi batas normal,
hyperextensio (overextension), dapat menyebabkan injuri, seperti ”whiplash” (hyperextensio
collum).
Abductio dan adductio umumnya terjadi di planum frontale sekeliling sumbu anteroposterior.
Kecuali untuk digiti, abductio berarti bergerak menjauhi planum medianum dan adductio berarti
bergerak mendekati planum medianum. Abductio digiti berarti menyebarkan–menggerakkan digiti
manus menjauhi digitus medius atau menggerakkan digiti pedis menjauhi digitus secundus. Flexio
lateralis kanan dan kiri (menekuk lateralis) adalah bentuk khusus abductio hanya untuk collum dan
truncus. Facies dan truncus atas mengarah ke anterior ketika caput dan/atau bahu bergerak ke sisi
kanan atau kiri, menyebabkan linea mediana menjadi tertekuk satu sisi.
Pada posisi anatomis, permukaan kuku pollex menghadap ke lateralis, pollux berotasi 90° ter-
hadap jari lain. Dengan demikian, flexio dan extensio pollex terjadi pada planum frontale dan
abductio–adductio pada planum sagittale.
Circumductio adalah gerakan sirkular yang melibatkan flexio, abductio, extensio dan adductio
sedemikian sehingga ujung distalis bergerak melingkar. Circumductio dapat terjadi pada sendi
manapun di mana gerakan tersebut di atas mungkin.
Rotatio memutarkan bagian tubuh sekeliling sumbu longitudinalis, seperti memutarkan kepa-
la menghadap ke satu sisi. Rotatio medialis (interna) membawa permukaan anterior membrum
mendekati planum medianum, sedangkan rotatio lateralis (externa) membawa permukaan anterior
membrum menjauhi planum medianum.
Pronatio dan supinatio adalah gerakan rotasi antebrachium dan manus yang mengayunkan
ujung distalis radius ke medialis dan ke lateralis mengelilingi dan menyilang aspek anterior ulna
sementara ujung proximalis radius berotasi di tempat. Pronatio merotasi radius ke medialis
sehingga palma menghadap posterior dan dorsum manus menghadap anterior. Ketika articulatio
cubiti di-flexio-kan, pronatio menggerakkan manus sehingga palma menghadap ke inferior.
Supinatio adalah gerakan rotasi berlawanan (terhadap pronatio), me-rotatio radius ke lateralis dan
tidak menyilangkannya terhadap ulna, mengembalikan antebrachium yang ter-pronatio ke posisi
anatomis. Ketika articulatio cubiti di-flexio-kan, supinatio menggerakkan manus sehingga palma
menghadap ke superior.
Eversio menggerakkan planta menjauhi planum medianum, memutar planta ke lateralis. Ketika
pes eversio penuh, pes juga dorsiflexio. Inversio menggerakkan planta menuju planum medianum,
memutar planta ke lateralis (menghadapkan planta ke medialis). Ketika pes inversio penuh, pes
juga plantarflexio. Pronatio pes merujuk kombinasi eversio dan abductio yang menurunkan margo
63
ANATOMIA GENERALIS
medialis pedis; supinatio kaki yang menaikkan margo medialis pedis, merupakan kombinasi in-
versio dan adductio.
Oppositio adalah gerakan di mana pad dari pollex dibawa ke pad digiti lain. Repositio meng-
gambarkan gerakan digitus primus dari posisi oppositio kembali ke posisi anatomis.
Protrusio adalah gerakan ke anterior. Retrusio adalah gerakan ke posterior. Istilah serupa,
protractio dan retractio digunakan untuk gerakan anterolateralis dan posteromedialis scapula
terhadap dinding thorax, menyebabkan bahu bergerak ke anterior dan ke posterior.
Elevatio mengangkat atau menggerakkan suatu bagian ke superior, seperti mengangkat bahu,
palpebra superior ketika membuka mata, atau mendorong lidah ke palatum. Depressio menurunk-
an atau menggerakkan suatu bagian ke inferior, seperti menurunkan bahu, palpebra superior ketika
menutup mata, atau menarik lidah menjauhi palatum.
Variasi Anatomis
Buku anatomi mendeskripsikan struktur tubuh seperti yang biasanya teramati pada banyak
orang–pola yang paling umum. Kadang suatu organ utama menunjukkan sangat banyak variasi
dalam rentang normal sehingga pola paling umum yang ditemukan kurang dari separuh. Pada saat
diseksi atau mengamati spesimen proseksi, harus diingat adanya variasi anatomis.
Penampilan fisik orang berbeda satu dan lain. Variasi tulang bukan hanya pada bentuk dasar tapi
juga pada detail struktur permukaan. Variasi yang luas dijumpai pada ukuran, bentuk dan bentuk
perlekatan otot. Variasi juga dijumpai pada pola percabangan venae, arteriae dan nervi. Variasi
venae paling banyak, nervi paling sedikit. Variasi individual harus dipertimbangkan pada pemerik-
saan fisik, diagnosis dan perawatan.
Frekuensi variasi sering berbeda antar kelompok manusia, dan variasi dalam satu populasi
mungkin tidak dapat diterapkan terhadap populasi lain. Beberapa variasi, seperti pangkal dan per-
jalanan arteria cystica ke vesica biliaris, penting secara klinis.
Terlepas dari perbedaan rasial dan seksual, manusia menunjukkan variasi genetik, seperti poli-
daktili. Sekitar 3% neonatus memperlihatkan satu atau lebih defek lahir. Defek lain (contoh, atre-
sia) tidak terdeteksi hingga gejala muncul.
SYSTEMA INTEGUMENTUM
Cutis adalah struktur yang terlihat dan merupakan salah satu indikator terbaik untuk kesehatan
umum, sehingga observasi yang cermat pada pemeriksaan fisik sangat penting. Cutis (L. integ-
umentum, penutup), organ tubuh terbesar, terdiri dari epidermis yang merupakan lapisan selular
superficialis dan dermis yang merupakan textus connectivus (jaringan ikat) profundus.
Epidermis adalah epithelium cornificatum, mempunyai lapisan superficialis yang bertanduk
dan kuat, yang menjadi permukaan lebih luar yang protektif yang menutupi lapisan basalis atau
64
ANATOMIA GENERALIS
profundus yang berpigmen dan regeneratif. Epidermis tidak mempunyai pembuluh darah atau
pembuluh limf. Epidermis yang avaskular mendapatkan nutrisinya dari dermis yang vaskular den-
gan arteriae yang membentuk plexus cutaneus. Kulit mempunyai terminatio neuralis (akhiran
saraf) aferen yang sensitif terhadap raba, nyeri, dan suhu. Kebanyakan terminationes neurales ada
di dermis, tapi beberapa menembus ke dalam epidermis.
Dermis merupakan lapisan padat serabut kolagen dan elastik yang saling menjalin. Serabut
tersebut memberikan tonus kulit dan bertanggung jawab atas kekuatan dan ketahanan kulit. Walau-
pun berkas serabut kolagen dalam dermis berjalan dalam segala arah untuk menghasilkan jaringan
tough felt-like, pada beberapa lokasi tertentu kebanyakan serabut berjalan dengan arah yang sama.
Pola predominan serabut kolagen menentukan lineae distractiones dan garis kerutan (wrinkle lines) kulit.
Lineae distractiones (tension lines, disebut juga cleavage lines atau garis Langer) cenderung
spiral longitudinalis di membri dan transversalis di collum dan truncus. Lineae distractiones di
cubitus, genu, tarsus dan carpus paralel terhadap kerutan transversus yang muncul ketika membri
di-flexio-kan. Serabut elastik mengalami kemunduran dengan penuaan dan tidak digantikan, seh-
ingga pada orang tua, kulit menjadi keriput dan berkantung karena kehilangan elastisitasnya.
Cutis juga mengandung banyak struktur khusus. Lapisan profundus dermis mengandung fol-
liculus pili, musculus arrector pili, glandula sebacea, dan glandula sudorifera. Kontraksi muscu-
lus arrector pili menegakkan rambut, sehingga menekan glandula sebacea dan membantunya
menyekresikan produk berminyak ke permukaan kulit. Evaporasi keringat dari glandula sudorif-
era merupakan mekanisme termoregulasi untuk kehilangan panas. Struktur yang juga terlibat da-
lam kehilangan atau retensi panas tubuh adalah arteriola dalam dermis. Arteriola berdilatasi untuk
mengisi superficial capillary beds untuk meradiasikan panas (kulit tampak merah) atau berkon-
striksi untuk meminimalkan kehilangan panas permukaan (kulit, khususnya bibir dan ujung jari,
tampak biru). Derivat atau struktur cutis lainnya meliputi unguis, glandula mammaria dan enam-
elum dari dentes.
Tela subcutanea (fascia superficialis) berlokasi di bawah dermis dan di atas fascia profunda,
disusun oleh textus connectivus laxus (jaringan ikat longgar) dan lemak, mengandung glandula
sudorifera, vas sanguineum (pembuluh darah) superficialis, vas lymphaticum (pembuluh limf) dan
nervus cutaneus (saraf kulit). Struktur neurovaskular berjalan dalam lapisan ini, dan mendistribu-
sikan hanya cabang terminalisnya ke kulit.
Tela subcutanea merupakan tempat penyimpanan hampir seluruh lemak tubuh; ketebalannya
sangat bervariasi, bergantung pada status nutrisi seseorang dan daerah yang berbeda pada individu
yang sama, juga berbeda antar jenis kelamin. Pada perempuan dewasa, lemak berakumulasi pada
mamma dan regio femoris, sedangkan pada laki-laki, lemak tela subcutanea berakumulasi pada
dinding abdomen bawah. Tela subcutanea berpartisipasi dalam termoregulasi, sebagai insulator.
Tela subcutanea juga berperan sebagai bantalan yang melindungi kulit dari kompresi oleh tonjolan
tulang, seperti pada nates.
65
ANATOMIA GENERALIS
Retinacula cutis (skin ligaments), pita fibrosa yang kecil dan banyak, berekstensi melalui tela
subcutanea dan melekatkan lapisan profundus dermis ke fascia profunda di bawahnya. Panjang
dan kepadatan retinacula cutis menentukan mobilitas kulit terhadap struktur di bawahnya. Apabila
panjang dan jarang, kulit lebih mobil, seperti pada dorsum manus; jika pendek dan padat, kulit
melekat erat pada fascia profunda di bawahnya, seperti pada palma dan planta. Retinacula cutis
panjang tapi berkembang baik pada mamma, yang mana membentuk ligamentum suspensorium
untuk menyangga berat.
Fasciae merupakan materi yang menyelubungi, membungkus dan menginsulasikan struk-
tur-struktur bagian dalam tubuh. Di bawah tela subcutanea (superficial fascia) didapatkan fascia
profunda yang merupakan lapisan jaringan ikat padat bebas lemak yang meliputi sebagian besar
tubuh dan terletak paralel profundus terhadap cutis dan tela subcutanea. Perluasan dari permukaan
dalam fascia profunda akan membungkus struktur yang lebih dalam, seperti otot dan berkas neu-
rovaskular, sebagai fascia investiens.
Pada membri, kelompok otot dengan fungsi dan suplai saraf yang sama terletak dalam compar-
timenta fascial, dipisahkan oleh lapisan tebal fascia profunda yang disebut septum intermuscula-
re, yang berjalan dari permukaan dalam fascia profunda untuk melekat pada tulang. Compartimen-
ta dapat mengalami atau mengarahlkan penyebaran infeksi atau tumor.
Pada beberapa tempat, fascia profunda memberikan perlekatan kepada otot di bawahnya; tapi
pada banyak tempat, musculi bebas berkontraksi dan bergeser profundus terhadapnya. Fascia pro-
funda tidak pernah melintas bebas di atas tulang; di tempat di mana berkontak dengan tulang,
fascia bercampur dengan periosteum. Fascia profunda membungkus musculi, dan terutama yang
mengelilingi compartimentum fascial pada membri, membatasi ekspansi keluar venter otot skele-
tal yang sedang berkontraksi. Darah didorong keluar ketika venae dari musculi dan compartimenta
dikompresi. Valvae dalam venae memungkinkan darah mengalir hanya dalam satu arah (menuju
cor), mencegah aliran balik yang dapat terjadi ketika musculi ber-relaxio. Dengan demikian, fascia
profunda, otot yang berkontraksi, dan valvae venosa bekerja sama sebagai pompa muskulovenosa
untuk mengembalikan darah ke cor, terutama pada membrum inferius di mana darah harus menga-
lir melawan tarikan gravitasi.
Di dekat sendi tertentu (contoh, pergelangan tangan dan kaki) fascia profunda menebal, mem-
bentuk retinaculum untuk menahan tendo-tendo pada tempatnya selama flexio dan extensio.
Fascia subserosa dengan jumlah jaringan lemak yang bervariasi, terletak di antara permukaan
dalam dinding muskuloskeletal dan membrana serosa yang membatasi rongga tubuh; struktur yang
termasuk fascia subserosa adalah fascia endothoracica, fascia endoabdominalis, dan fascia endo-
pelvina; dua yang terakhir disebut juga fascia extraperitonealis.
Bursae adalah kantung tertutup dari membrana serosa (membrana textus connectivus halus
yang mampu menyekresikan cairan untuk melubrikasi permukaan internus). Normal, bursa kolaps.
Tidak seperti ruang tiga dimensi yang nyata, ruang potensial tersebut tidak mempunyai ketebalan;
66
ANATOMIA GENERALIS
dindingnya dipisahkan oleh cairan lubrikasi setipis film yang disekresikan oleh membrana. Apabi-
la dinding rusak atau cairan yang diproduksi berlebihan, ruang potensial menjadi nyata.
Biasa berlokasi pada tempat dengan friksi, bursa memungkinkan suatu struktur bergerak lebih
bebas terhadap yang lain. Bursa subcutanea, terletak di tela subcutanea, di antara kulit dan tonjolan
tulang, seperti pada siku atau lutut. Bursa subfascialis, terletak di bawah fascia profunda. Bursa
subtendinea memudahkan gerakan tendo terhadap tulang. Vagina tendinis (synovial tendo sheaths)
merupakan jenis khusus bursa yang memanjang yang membungkus tendo, biasanya menyelubungi
tendo ketika melewati saluran osseofibrosa untuk menahan tendo pada tempatnya.
Kadang bursa berhubungan dengan rongga sinovial sendi. Kantung bursa yang kolaps juga
melapisi berbagai organ penting seperti jantung, paru-paru, viscera abdomen, dan struktur lainnya.
Organ dilapisi oleh dua lapisan, yaitu lamina visceralis dan lamina parietalis. Dua lapisan mem-
brana ini memungkinkan organ yang berada dalam ruang terbatas bergerak bebas, seperti jantung
dalam kantung pericardium atau tendo flexor dalam saluran fibrosa.
SYSTEMA SKELETALE
67
ANATOMIA GENERALIS
• Suplai kontinu sel-sel darah baru (diproduksi oleh medulla dalam cavitas medullaris).
Jaringan ikat yang melapisi permukaan luar tulang, kecuali tempat di mana terdapat cartilago
articularis, disebut periosteum; sedangkan yang melapisi cartilago disebut perichondrium. Peri-
osteum dan perichondrium memberikan nutrien bagi bagian luar jaringan skeletal. Jaringan ini
sangat berperan pada penyembuhan tulang atau cartilago tatkala mengalami trauma dan merupa-
kan tempat perlekatan tendo dan ligamentum.
Dua jenis bagian tulang adalah substantia compacta (compact bone) dan substantia spon-
giosa (substantia trabecularis; spongy or trabecular bone). Semua tulang mempunyai lapisan tipis
luar substantia compacta yang mengelilingi massa sentral substantia spongiosa, kecuali bila sub-
stantia spongiosa digantikan oleh cavitas medullaris. Di dalam cavitas medullaris tulang dewasa,
dan di antara trabeculae dari substantia spongiosa ditemukan medulla ossium flava atau medulla
ossium rubra atau kombinasi keduanya.
Arsitektur dan proporsi substantia compacta dan substantia spongiosa bervariasi bergantung
pada fungsi. Substantia compacta menyediakan kekuatan untuk menyangga berat. Pada os longum
yang didesain untuk rigiditas serta perlekatan otot dan ligamentum, jumlah substantia compacta
paling besar di dekat bagian tengah corpus. Sebagai tambahan, os longum mempunyai elevasi
(contoh, crista, tuberculum) yang berperan sebagai penyokong di tempat perlekatan otot besar.
Tulang hidup mempunyai sedikit elastisitas (fleksibilitas) dan rigiditas yang besar.
KLASIFIKASI TULANG
Bone Markings
Bone markings merupakan tempat di mana tendo, ligamenta, dan fasciae melekat atau di mana
arteriae berjalan di dekat atau memasuki tulang. Bentukan lain terjadi dalam hubungan dengan lin-
tasan tendo atau untuk mengontrol jenis gerakan yang terjadi pada sendi. Bone markings tersebut
68
ANATOMIA GENERALIS
adalah:
• Caput : ujung artikular yang bulat dan besar (contoh, caput humeri)
• Capitulum : kepala artikular yang kecil dan bulat (contoh, capitulum humeri)
• Condylus : area artikular yang membulat, knuckle-like (contoh, condylus lateralis
femoris)
• Crista : elevasi tulang yang tajam dan memanjang (contoh, crista iliaca)
• Epicondylus : tonjolan yang terletak di superior condylus (contoh, epicondylus
medialis humeri)
• Facet : area datar halus, biasanya ditutupi cartilago, di mana tulang
bersendian dengan tulang lain
• Malleolus : tonjolan membulat (contoh, malleolus medialis)
• Protuberantia : tonjolan tulang (contoh, protuberantia occipitalis externa)
• Spina : tonjolan yang tajam (contoh, spina ischiadica)
• Processus : tonjolan (contoh, processus transversus)
• Trochanter : elevasi tumpul yang besar (contoh, trochanter major)
• Tuberculum : elevasi yang kecil (contoh, tuberculum majus)
• Tuber : elevasi membulat yang besar (contoh, tuber ischiadicum)
• Facies : permukaan tulang (contoh, facies dorsalis ossis sacri)
• Fossa : area yang terdepresi atau berongga (contoh, fossa infraspinata)
• Incisura : indentasi pada tepi tulang (contoh, incisura ischiadica major)
• Sulcus : depresi memanjang dangkal (contoh, sulcus nervi radialis)
• Linea : elevasi linear (contoh, linea musculi solei)
• Foramen : lintasan melalui tulang (contoh, foramen nutricium)
• Fissura : celah (contoh, fissura orbitalis superior)
• Apertura : lubang yang dibatasi oleh beberapa tulang (contoh: apertura
piriformis)
• Meatus : liang (contoh, meatus acusticus externus)
• Canalis : saluran berupa lorong (contoh, canalis nutricius)
• Cavitas : rongga (contoh, cavitas nasi)
69
ANATOMIA GENERALIS
PERKEMBANGAN TULANG
Kebanyakan tulang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh dan matur. Humerus
memulai osifikasi pada akhir periode embrionik sampai usia 20 tahun. Semua tulang diturunkan
dari mesenkim (jaringan ikat embrionik) melalui dua proses yang berbeda:
• Ossificatio membranacea, model mesenkimal dari tulang dibentuk pada periode embrionik,
dan osifikasi langsung dari mesenkim dimulai pada periode fetal.
• Ossificatio endochondralis, model cartilago dari tulang dibentuk dari mesenkim pada periode
fetal, kemudian tulang menggantikan hampir seluruh cartilago.
Mesenkim berkondensasi dan berdiferensiasi menjadi chondroblastus, membentuk model
tulang cartilaginosa. Pada daerah pertengahan model, cartilago berkalsifikasi, dan kapiler perios-
teal tumbuh ke dalam cartilago yang berkalsifikasi dari model tulang. Kapiler tersebut memulai
centrum ossificationis primarium, dinamakan demikian karena jaringan tulang menggantikan
hampir seluruh cartilago dalam batang utama model tulang. Batang tulang yang mengalami osifi-
kasi dari centrum ossificationis primarium adalah diaphysis.
Kebanyakan centrum ossificationis secundarium tampak pada bagian lain dari tulang yang
berkembang setelah lahir, yang disebut epiphysis. Chondrocytus di tengah epiphysis mengala-
mi hipertrofi, dan matriks (substansi ekstraselular) tulang di antara chondrocytus berkalsifikasi.
Arteriae epiphysiales tumbuh ke dalam cavitas yang sedang berkembang dengan sel osteogenik.
Bagian aktif dari diaphysis yang paling dekat dengan epiphysis disebut metaphysis. Agar per-
tumbuhan berlangsung, tulang yang terbentuk dari centrum ossificationis primarium di diaph-
ysis tidak berfusi dengan yang terbentuk dari centrum ossificationis secundarium di epiphysis
hingga tulang mencapai ukuran dewasa. Dengan demikian, selama pertumbuhan tulang panjang,
lamina epiphysialis cartilaginosa didapatkan di antara diaphysis dan epiphysis. Apabila diaphysis
telah berfusi dengan epiphysis, lamina tampak pada radiograf sebagai linea epiphysialis. Osifikasi
tulang pendek serupa dengan centrum ossificationis primarium pada tulang panjang; hanya satu
tulang pendek, yaitu calcaneus yang mengembangkan centrum ossificationis secundarium.
Tulang disuplai oleh banyak pembuluh darah. Arteria nutricia dipercabangkan oleh arteriae
yang berdekatan di luar periosteum dan berjalan miring menembus substantia compacta melalui
foramen nutricium. Arteri nutricia bercabang dalam cavitas medullaris menjadi cabang longitu-
dinalis yang menyuplai medulla ossium, substantia spongiosa, dan bagian yang lebih dalam dari
substantia compacta. Banyak cabang kecil dari arteriae periosteal bertanggung jawab atas nutrisi
kebanyakan substantia compacta. Akibatnya, tulang yang dilepaskan periosteumnya mati.
Darah mencapai osteocytus dalam substantia compacta melalui haversian systems atau osteon
70
ANATOMIA GENERALIS
yang mewadahi pembuluh darah kecil. Ujung tulang disuplai oleh arteriae metaphysiales dan arte-
riae epiphysiales yang berasal terutama dari arteriae yang menyuplai sendi.
Venae menemani arteriae melalui foramen nutricium. Banyak venae besar keluar melalui fo-
ramina dekat ujung artikular tulang. Tulang yang mengandung medulla ossium rubra mempunyai
banyak vena besar. Vas lymphaticum didapatkan banyak dalam periosteum.
Periosteum disuplai banyak saraf sensoris yang membawa serabut nyeri. Periosteum sensitif
terhadap robekan atau tekanan yang menjelaskan nyeri akut pada fraktur tulang. Tulang sendiri
relatif miskin dengan terminatio neuralis sensoris. Di dalam tulang, saraf vasomotor menyebab-
kan konstriksi atau dilatasi pembuluh darah, mengatur aliran darah melalui medulla ossium.
JUNCTURAE
Sendi (junctura) merupakan penyatuan atau pertemuan antara dua atau lebih tulang atau ba-
gian rigid dari skeleton. Sendi menunjukkan berbagai bentuk dan fungsi; suatu sendi dapat tidak
bergerak atau melakukan gerakan yang terbatas, sedangkan sendi yang lain dapat melakukan ger-
akan yang lebih bebas.
KLASIFIKASI JUNCTURAE
Tiga jenis juncturae didasarkan pada perilaku atau jenis materi yang menghubungkan tulang
yang bersendian:
1. Junctura synovialis (articulatio; diarthrosis), tulang-tulang yang bersendian dihubungkan
oleh capsula articularis yang menutupi cavitas articularis. Capsula articularis terdiri dari
membrana fibrosa (stratum fibrosum) di sebelah luar dan membrana synovialis (stratum
synoviale) di sebelah dalam. Cavitas articularis merupakan rongga potensial yang men-
gandung sedikit synovia yang disekresikan oleh membrana synovialis. Facies articularis di-
lapisi cartilago articularis; permukaan dalam lainnya ditutupi membrana synovialis. Bentuk
sendi yang paling umum ini biasanya dilengkapi oleh ligamenta (ekstrinsik dan intrinsik),
dapat juga mempunyai meniscus (fibrocartilaginous articular disc) bila facies articularis ti-
dak kongruen. Periosteum yang membungkus bagian tulang di luar sendi bercampur dengan
membrana fibrosa.
71
ANATOMIA GENERALIS
Tabel 1. Pembagian Junctura Synovialis Berdasarkan Bentuk Permukaan Sendi dan/atau Jenis Gerakan
2. Junctura fibrosa, tulang-tulang yang bersendian dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Jumlah
gerakan yang terjadi pada junctura fibrosa bergantung pada panjang serabut yang menyatukan
tulang yang bersendian. Sutura cranii adalah contoh junctura fibrosa. Syndesmosis adalah jenis
junctura fibrosa yang menyatukan tulang dengan lembaran jaringan fibrosa, ligamentum atau
membrana fibrosa. Sebagai akibatnya, jenis junctura itu dapat bergerak sebagian. Membrana
interossea antebrachii adalah lembaran jaringan fibrosa yang menghubungkan radius dan ulna
dalam syndesmosis radioulnaris. Syndesmosis dentoalveolaris (gomphosis) adalah junctura fi-
brosa antara radix dentis dan processus alveolaris dari rahang. Mobilitas sendi ini (gigi long-
gar) menunjukkan status patologis yang mempengaruhi jaringan penyokong gigi. Pergerakan
mikroskopis menginformasikan (melalui sensasi propriosepsi) tentang kerasnya menggigit atau
mengatupkan gigi atau adanya partikel yang terjepit antar gigi.
3. Junctura cartilaginea, struktur-struktur yang bersendian disatukan oleh cartilago hyalina atau
cartilago fibrosa. Pada junctura cartilaginea primaria atau synchondrosis, tulang dihubung-
kan oleh cartilago hyalina, yang memungkinkan menekuk ringan pada awal kehidupan. Junc-
tura cartilaginea primaria biasanya merupakan sendi sementara, seperti pada perkembangan os
longum, di mana epiphysis dan corpus dihubungkan oleh lamina epiphysialis. Junctura cartilag-
inea primaria memungkinkan pertumbuhan panjang tulang. Ketika pertumbuhan penuh sudah
dicapai, lamina epiphysialis berubah menjadi tulang dan epiphysis berfusi dengan diaphysis.
Junctura cartilaginea secundaria atau symphysis adalah sendi yang kuat dan dapat bergerak
72
ANATOMIA GENERALIS
sedikit yang disatukan oleh cartilago fibrosa. Discus intervertebralis (cartilago fibrosa) antar
vertebrae terdiri dari jaringan ikat yang mengikat vertebrae bersama. Secara kumulatif, sendi
tersebut memberikan kekuatan dan shock absorption juga fleksibilitas columna vertebralis.
Junctura synovialis, jenis sendi yang paling umum, memberikan pergerakan bebas antara tulang,
merupakan sendi locomotion dan sendi tipikal hampir seluruh juncturae membri. Junctura syno-
vialis biasanya diperkuat ligamenta accessoria yang terpisah (ekstrinsik) atau penebalan capsula
articularis (intrinsik). Beberapa junctura synovialis mempunyai fitur lain, seperti discus articularis
(cartilago fibrosa) atau meniscus, yang dijumpai pada permukaan sendi yang tidak kongruen.
Sendi menerima darah dari ramus articularis yang berasal dari arteriae di sekeliling sendi. Arte-
riae articularis beranastomosis untuk memastikan suplai darah pada berbagai posisi. Venae articu-
laris merupakan venae comitantes, dan seperti arteriae, berlokasi di capsula articularis, kebanya-
kan di membrana synovialis.
Sendi kaya akan suplai nervus, nervus berakhir di capsula articularis. Kebanyakan nervus ar-
ticularis merupakan cabang dari nervus yang menyuplai otot-otot yang melintas sendi (mengger-
akkan sendi). Hilton’s law menyatakan bahwa nervus yang menyuplai suatu sendi juga menyuplai
otot-otot yang menggerakkan sendi dan kulit yang menutupi perlekatan distalnya.
Saraf-saraf sendi meneruskan sensasi proprioseptif yang memberikan kesadaran gerakan dan
posisi dari bagian tubuh. Membrana synovialis relatif tidak sensitif. Serabut nyeri banyak di mem-
brana fibrosa dan ligamenta. Terminatio neuralis sensoris bertanggung jawab atas twisting dan
regangan.
Jenis Otot
Sel otot, kerap disebut serabut otot karena ukurannya yang panjang dan tipis ketika berelaksa-
si, merupakan sel kontraktil khusus. Sel otot terorganisasi menjadi jaringan yang menggerakkan
bagian tubuh atau mengubah sementara bentuk viscera. Jaringan ikat yang berhubungan dengan
otot tersebut akan menghantarkan serabut saraf dan kapiler kepada sel otot, sekaligus mengikatnya
menjadi fasciculus muscularis. Tiga jenis otot dideskripsikan berdasarkan karakteristik berbeda
yang berhubungan dengan:
• Volunter atau involunter
73
ANATOMIA GENERALIS
74
ANATOMIA GENERALIS
Kontraksi Otot
Otot skeletal berfungsi dengan berkontraksi; otot skeletal menarik dan tidak pernah mendorong.
Ketika sebuah otot berkontraksi dan memendek, punctum fixum akan tetap diam dan punctum
mobile akan menarik, menghasilkan gerakan. Perlekatan otot dideskripsikan sebagai origo dan
insertio. Origo biasanya merupakan ujung proximalis otot yang tidak bergerak, sedangkan insertio
merupakan bagian distalis yang bergerak; karena tidak selalu demikian, maka digunakan istilah
perlekatan proximalis dan perlekatan distalis atau perlekatan medialis dan perlekatan lateralis.
Kontraksi Refleksif. Walaupun otot skeletal dianggap sebagai otot volunter, aspek-aspek ter-
tentu dari aktivitasnya bersifat otomatik (refleksif). Contohnya adalah gerakan diaphragma yang
dikontrol terutama oleh refleks yang distimulasi oleh level oksigen dan karbon dioksida dalam
darah.
Kontraksi Tonik. Meskipun dalam keadaan “relaksasi”, otot dari individu yang sadar hampir
selalu dalam keadaan sedikit kontraksi. Kontraksi ringan ini disebut tonus otot, yang tidak men-
ghasilkan gerakan atau tahanan aktif, namun memberikan kekuatan tertentu, membantu stabilitas
sendi dan memelihara postur, sambil menjaga otot siap berespon. Tonus otot biasanya absen bila
tidak sadar (ketika tidur atau di bawah anestesi umum) atau setelah lesi nervus yang mengakiba-
tkan paralisis.
Kontraksi Fasik. Ada dua tipe kontraksi fasik (aktif): (1) kontraksi isotonik yang mana otot
mengalami perubahan panjang dalam hubungannya dengan menghasilkan gerakan, dan (2) kon-
traksi isometrik yang mana panjang otot tetap sama dan tidak terjadi pergerakan, namun kekuatan
otot meningkat di atas level tonik untuk menahan gravitasi atau tenaga antagonistik.
Ada 2 jenis kontraksi isotonik. Jenis yang paling umum adalah kontraksi konsentrik yang
mana pergerakan terjadi sebagai hasil pemendekan otot. Jenis yang lain adalah kontraksi ek-
sentrik yang mana otot yang berkontraksi memanjang, otot mengalami relaksasi yang terkontrol
dan bertahap seraya mengurangi kekuatannya secara kontinu. Sering kali, ketika otot utama dari
suatu gerakan (prime mover) mengalami kontraksi konsentrik, antagonisnya mengalami kontraksi
eksentrik yang terkoordinasi.
Satu unit struktural otot adalah sebuah serabut otot skeletal; sedangkan unit fungsional dari
sebuah otot adalah satu unit motor yang terdiri dari sebuah neuron motorik dan serabut-serabut
otot yang dikontrolnya. Jumlah serabut dalam satu unit motor bervariasi menurut ukuran dan fun-
75
ANATOMIA GENERALIS
gsi otot. Unit motor yang besar didapatkan pada otot batang tubuh dan paha. Pada otot tangan dan
mata, di mana diperlukan gerakan yang presisi, unit motor hanya meliputi beberapa serabut otot.
Fungsi Otot
Otot berfungsi spesifik dalam pergerakan dan memosisikan tubuh.
• Penggerak utama (prime mover; agonist) adalah otot utama yang bertanggung jawab dalam
menghasilkan gerakan spesifik. Penggerak utama berkontraksi konsentrik, mengerjakan ham-
pir seluruh kerja yang diperlukan. Pada kebanyakan gerakan, penggerak utama adalah tunggal,
tapi kadang dua.
• Fiksator mengfiksasi bagian proximalis membri melalui kontraksi isometrik, sementara gera-
kan terjadi pada bagian distalis.
• Synergist melengkapi aksi penggerak utama secara langsung atau tidak langsung.
• Antagonist adalah otot yang mengoposisi aksi otot lain.
Otot yang sama dapat beraksi sebagai prime mover, fiksator, synergist atau antagonist pada
kondisi yang berbeda.
Otot jantung (textus muscularis striatus cardiacus) membentuk dinding otot jantung (myocar-
dium). Otot jantung juga ditemukan pada dinding aorta, vena pulmonalis, dan vena cava superior.
Denyut jantung diatur secara intrinsik oleh pacemaker, suatu sistem hantaran impuls yang dis-
usun oleh serabut otot jantung khusus yang dipengaruhi sistem saraf otonom. Serabut otot jantung
berkontraksi spontan (tanpa stimulus ekstrinsik) dan ritmis, bercabang (bifurcate), mempunyai
discus intercalaris. Suplai darah bagi otot jantung dua kali lipat otot skeletal untuk menyokong
aktivitasnya yang tinggi dan kontinu.
76
ANATOMIA GENERALIS
Otot polos (textus muscularis levis; textus muscularis nonstriatus) dinamakan demikian kare-
na tampak tidak berlurik di bawah mikroskop, membentuk bagian besar dari tunica media pada
dinding pembuluh darah, juga menyusun bagian muskular dinding saluran cerna dan ductus. Otot
polos ditemukan di kulit, membentuk musculus arrector pili dan dalam bulbus oculi untuk men-
gontrol ketebalan lensa dan ukuran pupil.
Seperti otot jantung, otot polos pun bersifat involunter, dan dipersarafi secara langsung oleh sis-
tem saraf otonom. Kontraksi otot polos juga dapat diinisiasi oleh stimulus hormonal dan stimulus
lokal, seperti regangan.
Otot polos berespon lebih lambat daripada otot lurik, dapat mengalami kontraksi parsial untuk
periode lama dan mempunyai kemampuan lebih untuk memanjang tanpa injuri paralisis.
SYSTEMA CARDIOVASCULARE
Systema circulare menghantarkan cairan ke seluruh tubuh; terdiri dari systema cardiovasculare
dan systema lymphoideum.
Sirkuit Vaskular
Cor (jantung) disusun oleh dua pompa muskular yang membagi sirkulasi menjadi dua kompo-
nen: sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik. Ventriculus dexter memompa darah miskin oksigen
dari sirkulasi sistemik ke dalam pulmones melalui arteriae pulmonales. Karbon dioksida ditukar
dengan oksigen di dalam kapiler pulmo, selanjutnya darah kaya oksigen dikembalikan melalui
venae pulmonales ke dalam atrium sinistrum. Sirkuit dari ventriculus dexter melalui pulmones
ke atrium sinistrum adalah sirkulasi pulmonal. Ventriculus sinister memompa darah kaya oksigen
melalui arteriae sistemik (aorta dan cabang-cabangnya). Darah miskin oksigen kembali ke atrium
dextrum melalui venae sistemik (tributari vena cava superior dan vena cava inferior). Sirkuit dari
ventriculus sinister ke atrium dextrum adalah sirkulasi sitemik.
Vasa Sanguinea
Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteria, vena dan vas capillare. Darah di bawah tekanan
tinggi akan meninggalkan jantung dan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sistem arteria ber-
dinding tebal yang bercabang-cabang. Pembuluh mendistribusikan yang terakhir, yakni arteriola
mengirimkan darah teroksigenasi ke vas capillare. Vas capillare membentuk capillary bed, di
mana terjadi pertukaran oksigen, nutrisi, dan produk buangan, juga substansi lainnya. Darah dari
capillary beds memasuki venula yang berdinding tipis yang menyerupai kapiler lebar. Venula akan
mengalirkan darah ke vena kecil yang bermuara ke vena yang lebih besar.
Kebanyakan vasa systema circulare mempunyai 3 tunica:
77
ANATOMIA GENERALIS
• Tunica intima: melapisi permukaan dalam, terdiri dari lapisan tunggal sel epitel gepeng, endo-
thelium yang disangga oleh jaringan ikat halus. Vas capillare disusun hanya oleh tunica intima
dan membrana basalis.
• Tunica media: lapisan tengah yang disusun terutama oleh otot polos.
• Tunica adventitia: lapisan jaringan ikat luar.
Tunica media merupakan lapisan yang paling bervariasi. Arteriae, venae, dan vasa lymphatici di-
bedakan oleh ketebalan relatif tunica ini terhadap ukuran lumen, organisasinya; dan pada arteriae,
variasi jumlah serabut elastik.
ARTERIAE
Arteriae adalah pembuluh darah yang membawa darah di bawah tekanan yang relatif tinggi dari
cor dan mendistribusikannya ke tubuh. Darah mengalir melalui arteriae yang kalibernya menurun.
Ada tiga jenis arteria:
• Arteriae elastik besar (conducting arteries) mempunyai banyak lapisan elastik pada dinding-
nya. Elastisitas memungkinkannya berekspansi ketika jantung berkontraksi (ketika menerima
curah jantung), meminimalkan perubahan tekanan, dan kembali ke ukuran normal pada waktu
di antara kontraksi jantung, mendorong darah ke dalam arteria sedang. Hal ini memelihara
tekanan darah dalam sistem arteria antar kontraksi jantung (pada waktu ketika tekanan ventrikel
turun hingga nol). Contoh, aorta, truncus brachiocephalicus, arteria subclavia, arteria carotis,
truncus pulmonalis dan arteria pulmonalis.
• Arteriae muskular sedang (distributing arteries) mempunyai dinding yang terdiri dari teruta-
ma serabut otot polos yang tersusun sirkular. Vasokonstriksi meregulasi aliran darah ke bagian
tubuh yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing (aktivitas, termoregulasi). Con-
toh, arteria brachialis, arteria femoralis.
• Arteriae kecil dan arteriolae mempunyai lumen yang relatif sempit dan dinding otot yang
tebal. Derajat pengisian capillary beds dan level tekanan arteriae dalam systema vasculare dire-
gulasi terutama oleh derajat tonus otot polos dinding arteriola. Jika tonus di atas normal, terjadi
hipertensi. Arteriae kecil biasanya tidak dinamai dan arteriolae dapat diamati hanya dengan
pembesaran.
Anastomosis antar cabang arteria menyediakan jalur potensial tatkala jalur yang biasa dilalui
mengalami obstruksi akibat kompresi, posisi sendi, patologi, atau ligasi bedah. Jika saluran utama
mengalami oklusi, maka saluran alternatif yang lebih kecil akan berdilatasi dalam periode waktu
tertentu, menyediakan sirkulasi kolateral untuk memastikan suplai bagi struktur yang terletak
di sebelah distalis blokade. Jalur kolateral memerlukan waktu untuk membuka adekuat, biasanya
tidak mampu mengompensasi oklusi atau ligasi mendadak.
78
ANATOMIA GENERALIS
Pada area tertentu, sirkulasi kolateral tidak ada atau tidak adekuat untuk menggantikan saluran
utama. Arteriae yang tidak beranastomosis dengan arteriae yang berdekatan disebut anatomical
terminal arteries atau true terminal arteries atau end arteries. Sebagai contoh, true terminal arte-
ries menyuplai retina, oklusi akan mengakibatkan kebutaan. Selain itu, didapatkan juga functional
terminal arteries (arteriae dengan anastomosis yang tidak efektif) menyuplai bagian otak, hati,
ginjal, limpa, dan usus; dapat juga ditemukan di jantung.
VENAE
Vena secara umum mengembalikan darah yang miskin oksigen dari capillary beds ke jantung,
yang mana memberikan tampilan biru gelap. Vena pulmonalis adalah atipikal karena membawa
darah kaya oksigen dari paru-paru ke jantung. Tekanan vena lebih rendah, sehingga dinding vena
(terutama tunica media) lebih tipis dibandingkan arteria yang menemaninya. Pada keadaan nor-
mal, vena tidak berdenyut dan bila terpotong darah keluar tidak memancar. Ada tiga ukuran vena:
• Venulae adalah vena terkecil; mengalirkan darah dari capillary beds dan bergabung dengan
pembuluh serupa membentuk vena kecil. Pembesaran diperlukan untuk mengamati venula.
Vena kecil adalah tributari vena yang lebih besar yang bergabung membentuk plexus venosus.
Vena kecil tidak dinamai.
• Venae sedang mendrainase plexus venosus dan menemani arteria sedang. Di membri dan be-
berapa lokasi lain di mana aliran darah berlawanan tarikan gravitasi, vena sedang mempunyai
valvula yang memungkinkan darah mengalir menuju jantung. Contoh, vena superficialis (vena
cephalica, vena basilica, vena saphena magna, dan vena saphena parva) dan vena comitans
yang dinamai sama dengan arterianya.
• Vena besar dicirikan oleh berkas lebar dari otot polos longitudinalis dan tunica adventitia yang
berkembang baik. Contoh, vena cava superior.
Venae lebih banyak daripada arteriae; walaupun dindingnya lebih tipis, diameternya biasanya
lebih besar daripada arteria yang bersesuaian. Dinding yang tipis menjadikan vena memiliki kapa-
sitas ekspansi yang besar, seperti yang terjadi pada Valsalva maneuver. Dua puluh persen darah
berada dalam arteriae, sementara 80% berada dalam venae.
Venae comitantes (2–3 venae yang berjalan bersama arteria senama) mengitari arteria dalam
anyaman percabangan yang iregular; susunan yang demikian berperan sebagai countercurrent heat
exchanger, darah arterial yang hangat menghangatkan darah vena yang lebih dingin yang mengalir
dari membri menuju jantung. Arteria dan vena comitans dilapisi fascial vascular sheath; sehingga
venae meregang dan mendatar ketika arteria berekspansi selama kontraksi jantung, yang mana
membantu mendorong darah vena menuju jantung (pompa arteriovenosa).
Penonjolan keluar venter otot skeletal membri yang berkontraksi dibatasi oleh fascia profunda,
79
ANATOMIA GENERALIS
mengompresi vena, mendorong darah ke superior menuju jantung (pompa muskulovenosa). Pen-
gembalian darah vena ke jantung juga dibantu oleh valvae venosa dan posisi tungkai yang lebih
tinggi dari truncus.
VAS CAPILLARE
Oksigen dan nutrien meninggalkan kapiler memasuki ruang ekstravaskular. Kapiler merup-
akan tabung endotel sederhana yang menghubungkan arteria dan vena yang memungkinkan pertu-
karan material dengan cairan interstitial atau ekstraselular. Kapiler tersusun sebagai capillary beds.
Tekanan hidrostatik dalam arteriola mendorong darah memasuki dan melalui capillary bed, juga
mendorong cairan yang mengandung oksigen, nutrien, dan materi selular lain memasuki ruang
ekstraselular. Dinding kapiler relatif tidak permeabel (antara lain terhadap protein plasma). Produk
sisa dan karbon dioksida direabsorpsi ke dalam darah akibat tekanan osmotik dari konsentrasi pro-
tein yang lebih tinggi dalam kapiler (Starling hypothesis).
Pada beberapa tempat, seperti jari, terdapat hubungan langsung antara arteriolae kecil dan
venulae di sebelah proximalis capillary beds. Hubungan yang disebut anastomosis arteriolo-
venularis atau anastomosis arteriovenosa ini berperan penting dalam melestarikan panas badan.
Pada beberapa keadaan, darah melalui dua capillary beds sebelum kembali ke jantung; sistem vena
yang menghubungkan dua capillary beds disebut sistem vena porta. Pada manusia ditemukan dua
sistem porta:
• Sistem porta hepatis: sistem vena melalui mana darah dalam capillary beds saluran cerna men-
galir ke dalam capillary beds atau vas sinusoideum hepar.
• Sistem porta hypophysis mengalirkan dari basis hypothalamus menuju adenohypophysis.
SYSTEMA LYMPHOIDEUM
Systema lymphoideum mereabsorpsi cairan interstitial, protein, dan debris selular yang tidak
dapat direabsorpsi oleh kapiler darah. Komponen penting systema lymphoideum adalah:
• Plexus lymphaticus, anyaman vas lymphocapillare yang terbentuk dalam ruang interselular.
Plexus lymphaticus dibentuk oleh endotel tanpa lamina propria, cairan jaringan, protein plas-
ma, bakteri, debris selular, bahkan sel utuh (khususnya limfosit) dapat memasukinya.
• Vas lymphaticum, jejaring pembuluh berdinding tipis di hampir seluruh tubuh dengan banyak
valvula lymphatica. Vas lymphocapillare dan vas lymphaticum didapatkan hampir di setiap
tempat di mana ditemukan kapiler darah, kecuali antara lain di dentes, ossa, medulla ossium,
dan seluruh systema nervosum centrale.
80
ANATOMIA GENERALIS
• Lympha, cairan jaringan yang memasuki vas lymphocapillare dan dialirkan oleh vas lympha-
ticum. Biasanya jernih, encer seperti air, dan sedikit kekuningan, komposisinya menyerupai
plasma darah.
• Nodus lymphoideum (nodus lymphaticus; lymphonodus), massa kecil jaringan limfatik di se-
panjang vas lymphaticum melalui mana lympha disaring dalam perjalanannya menuju sistem
vena.
• Lymphocytus, sel sistem imun yang bersirkulasi yang bereaksi terhadap materi asing.
• Organa lymphoidea, bagian tubuh yang menghasilkan lymphocytus, seperti thymus, medulla
ossium, splen, tonsilla, dan noduli lymphoidei solitarii dan noduli lymphoidei aggregati dalam
dinding saluran cerna dan appendix.
Vas lymphaticum superficiale lebih banyak daripada vena dalam tela subcutanea dan beranas-
tomosis dengan bebas, bergabung dan mengikuti drainase vena. Pembuluh ini akhirnya mengalir
ke dalam vas lymphaticum profundum yang menerima drainase dari organ dalam dan berjalan
bersama arteria. Vas lymphaticum besar bergabung membentuk ductus lymphaticus dexter atau
ductus thoracicus:
• Ductus lymphaticus dexter mengalirkan lympha dari kuadran kanan atas tubuh (sisi kanan
kepala, leher, dan thorax serta membrum superius kanan) dan bermuara pada pertemuan vena
jugularis interna dextra dengan vena subclavia dextra.
• Ductus thoracicus mengalirkan lympha dari bagian tubuh lainnya, berasal dari cisterna chyli,
bermuara pada pertemuan vena jugularis interna sinistra dengan vena subclavia sinistra.
SYSTEMA NERVOSUM
Systema nervosum memampukan tubuh bereaksi terhadap perubahan kontinu dalam lingkun-
gan internus dan eksternus. Systema nervosum juga mengontrol dan mengintegrasikan berbagai
aktivitas tubuh, seperti sirkulasi dan respirasi. Sistem saraf dibagi:
• Secara struktural menjadi systema nervosum centrale (sistem saraf pusat) dan systema ner-
vosum periphericum (sistem saraf tepi).
• Secara fungsional menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.
Jaringan saraf terdiri dari 2 jenis sel utama: neuron (sel saraf) dan neuroglia (sel glial) yang
menyokong neuron.
• Neuron adalah unit struktural dan fungsional sistem saraf, khusus untuk komunikasi cepat.
Neuron disusun oleh perikaryon (badan sel saraf) dan processus yaitu dendritum dan axon yang
membawa impuls ke dan menjauh dari perikaryon. Myelin, lapisan lipid dan substansi protein
membentuk stratum myelini (myelin sheath) mengelilingi beberapa axon, meningkatkan kece-
patan konduksi impuls. Dua jenis neuron ditemukan sebagai mayoritas neuron yang menyusun
81
ANATOMIA GENERALIS
sistem saraf:
1. Neuron motorium multipolare mempunyai 2 atau lebih dendritum dan 1 axon yang dapat
mempunyai 1 atau lebih cabang kolateral. Jenis ini paling umum ditemukan dalam sistem
saraf. Semua neuron motorium yang mengontrol otot skeletal dan yang menyusun sistem
saraf otonom adalah neuron motorium multipolare.
2. Neuron sensorium pseudounipolare, tampaknya seperti mempunyai satu (tapi sebenarnya
dua) processus. Processus ini terpisah menjadi processus peripheralis yang menghantarkan
impuls dari organ reseptor menuju perikaryon, dan processus centralis yang meneruskan
dari perikaryon menuju SNC. Perikaryon dari neuron sensorium pseudounipolare terletak di
luar SNC, yakni di ganglion sensorium.
Neuron berkomunikasi satu dengan yang lain di synapsis. Komunikasi terjadi dengan peran-
taraan neurotransmittens, yaitu agen kimiawi yang dilepaskan atau disekresikan oleh satu
neuron dan dapat mengeksitasi atau menginhibisi neuron lain, meneruskan atau mengakhiri
hantaran impuls atau respon terhadap neuron.
• Neuroglia, jumlahnya hampir 5 kali jumlah neuron, merupakan komponen utama jaringan sa-
raf; menyokong, menginsulasikan, dan menyediakan nutrien bagi neuron. Pada SNC, neuroglia
meliputi oligodendroglia, astrocytus, ependymocytus dan microglia. Pada SNP, neuroglia me-
liputi gliocytus ganglionicus (satellite cell) di sekeliling neuron dalam ganglion sensorium dan
ganglion autonomicum serta Schwannocytus (neurolemmocytus; schwannocytus; neurolemma
cell).
82
ANATOMIA GENERALIS
dura mater spinalis terpisah dari columna vertebralis oleh spatium epidurale yang berisi lemak.
JENIS NERVUS
Systema nervosum periphericum secara anatomik dan operasional berlanjut dengan SNC. Neu-
rofibra afferens (sensoria) menghantarkan impuls saraf ke SNC dari organ sensorik (contoh, mata)
dan dari reseptor sensorik di berbagai bagian tubuh (contoh, kulit). Neurofibra efferens (motoria)
83
ANATOMIA GENERALIS
mengantarkan impuls saraf dari SNC ke organ efektor (otot dan kelenjar). Nervi adalah nervi
craniales atau nervi spinales, atau derivatnya:
• Nervi craniales keluar dari cavitas cranii melalui foramina pada cranium dan dinamai berdas-
arkan deskripsi (contoh, nervus trochlearis) atau numerik Romawi (contoh, N.IV). Hanya 11
dari 12 pasang nervi craniales yang berasal dari otak, N.XI berasal dari bagian superior medulla
spinalis.
• Nervi spinales keluar dari columna vertebralis melalui foramina intervertebralia; terdapat 31
pasang bilateral yang berasal dari segmentum yang spesifik dari medulla spinalis. Tigapuluh
satu segmenta dan 31 pasang nervi spinales diidentifikasi dengan huruf dan nomor (contoh,
T4), disesuaikan dengan regio medulla spinalis (C, cervicalis; T, thoracica; L, lumbalis; S, sa-
cralis; Co, coccygeus).
Nervus spinalis muncul dari medulla spinalis sebagai fila radicularia, yang akan bergabung
membentuk dua radix:
• Radix anterior (radix motoria) terdiri dari neurofibra efferens (motoria) yang berjalan dari
perikaryon di cornu anterius substantia grisea medulla spinalis menuju organ efektor di perifer.
• Radix posterior (radix sensoria) terdiri dari neurofibra afferens (sensoria) dari perikaryon di
ganglion sensorium nervi spinalis menuju cornu posterius substantia grisea medulla spinalis.
Radix anterior dan radix posterior bergabung di dalam atau proximalis segera terhadap foramen
intervertebrale, membentuk nervus spinalis (campuran motorik dan sensorik) yang segera terbagi
menjadi ramus anterior (ramus ventralis) dan ramus posterior (ramus dorsalis). Ramus anterior dan
ramus posterior membawa serabut motorik dan serabut sensorik, juga cabang-cabang selanjutnya.
Nervi yang menyuplai otot truncus atau membri juga mengandung 40% serabut sensorik yang
menghantarkan informasi nyeri dan proprioseptif. Sebaliknya, nervi cutanei mengandung serabut
motorik yang menyuplai glandula sudorifera dan otot polos pembuluh darah dan folikel rambut.
Area unilateral dari kulit yang dipersarafi oleh neurofibra sensoria dari sebuah nervus spinalis
tunggal disebut dermatoma. Massa otot unilateral yang menerima persarafan dari neurofibra yang
terdapat dalam sebuah nervus spinalis tunggal disebut myotoma. Neurofibrae yang dibawa oleh
nervi spinales yang berdekatan saling tumpang tindih hampir komplit. Paling sedikit dua nervi
spinales (atau radix posterior) yang berdekatan harus diinterupsi untuk menghasilkan area mati
rasa.
Nervi spinales terbagi menjadi:
1. Ramus posterior (dari nervus spinalis) menyuplai neurofibrae untuk junctura synovialis
columna vertebralis, musculi dorsi profundi, dan kulit di luarnya dengan pola segmental. Rami
posteriores tetap terpisah satu dengan lain, tidak bergabung untuk membentuk plexus nervosus.
2. Ramus anterior (dari nervus spinalis) menyuplai neurofibrae untuk sisa area yang lebih besar,
yakni truncus area anterior dan lateralis serta membrum superius dan membrum inferius. Rami
anteriores yang didistribusikan ke truncus, umumnya tetap terpisah satu dengan lain, juga
84
ANATOMIA GENERALIS
mempersarafi otot dan kulit dalam pola segmental. Pada membri, mayoritas ramus anterior
bergabung dengan satu atau lebih ramus anterior yang berdekatan membentuk plexus nervosus
yang selanjutnya menurunkan nervi peripherici multisegmental.
Walaupun nervi spinales bercabang yang kemudian bergabung membentuk plexus, serabut
yang berasal dari segmentum tertentu medulla spinalis didistribusikan terutama ke satu dermatom
segmental, walaupun serabut tersebut mencapainya melalui nervus periphericus multisegmental
yang berasal dari plexus nervosus. Dengan demikian, penting membedakan distribusi antara
serabut yang dibawa oleh nervi
spinales (persarafan segmental, contoh: dermatom dan myotom yang dilabeli dengan huruf
dan angka, seperti T4) dan serabut yang dibawa oleh cabang suatu plexus (persarafan nervus
periphericus yang dilabeli dengan nama nervus periphericus, seperti nervus medianus).
Nervus Cranialis. Beberapa nervi craniales hanya membawa serabut sensorik, beberapa hanya
serabut motorik, dan beberapa membawa keduanya. Komunikasi didapatkan antar nervus cranialis
serta antara nervi craniales dengan nervi spinales cervicales yang atas; sebuah nervus yang awalnya
membawa hanya serabut motorik dapat menerima serabut sensorik di distalis, dan sebaliknya. Kecuali
N.I dan N.II, nervi craniales yang membawa serabut sensorik ke dalam encephalon memiliki ganglion
sensorium (ganglion sensorium nervi cranialis), di mana perikaryon dari serabut pseudounipolare
berlokasi. Walaupun, definisi dermatom hanya ditujukan untuk nervi spinales, area serupa yang
disuplai oleh nervus cranialis tunggal dapat diidentifikasi dan dipetakan. Tidak seperti dermatom,
hanya sedikit tumpang tindih dalam persarafan zona kulit yang disuplai oleh nervi craniales.
Jenis serabut yang dibawa oleh nervi craniales maupun nervi spinales terdiri dari:
• Serabut somatik
- Serabut sensorik umum (serabut aferen somatik umum) menghantarkan sensasi dari tubuh
ke SNC; dapat berupa sensasi eksteroseptif dari kulit (nyeri, suhu, raba, dan tekanan) atau
nyeri dan sensasi proprioseptif dari otot, tendo, dan sendi. Sensasi proprioseptif biasanya di
bawah sadar, memberikan informasi berkenaan dengan posisi sendi serta ketegangan tendo
dan otot. Informasi ini dikombinasikan dengan asupan dari apparatus vestibularis di auris
interna, menghasilkan kesadaran orientasi tubuh dan membri dalam ruang, yang tidak ber-
gantung pada asupan visual.
- Serabut motorik somatik (serabut eferen somatik umum) mentransmisikan impuls ke otot
skeletal.
• Serabut visceral
- Serabut sensorik visceral (serabut aferen visceral umum) mentransmisikan nyeri atau sen-
85
ANATOMIA GENERALIS
sasi refleks visceral yang tidak disadari (informasi tentang distensi, gas darah, dan tekanan
darah) dari organ berongga dan pembuluh darah menuju SNC.
- Serabut motorik visceral (serabut eferen visceral umum) yang mentransmisikan impuls
ke otot polos dan jaringan kelenjar. Dua jenis serabut: neurofibra preganglionica (presinap-
tik) dan neurofibra postganglionica (postsinaptik), bekerja sama menghantarkan impuls dari
SNC ke otot polos atau kelenjar.
Kedua jenis serabut sensorik (sensorik visceral dan sensorik umum) adalah processus dari
neuron pseudopolare dengan perikaryon terletak di luar SNC, yakni di ganglion sensorium nervi
spinalis dan ganglion sensorium nervi cranialis. Serabut motorik dari nervi adalah axon dari neu-
ron multipolare. Perikaryon dari neuron motorik somatik dan neuron motorik visceral presinaptik
terletak dalam substantia grisea medulla spinalis. Perikaryon dari neuron motorik postsinaptik
terletak dalam ganglion autonomicum.
86
ANATOMIA GENERALIS
Perikaryon neuron preganglionicum pars sympathica hanya ditemukan di satu lokasi, yakni di
columna intermedia atau nucleus intermediolateralis dari medulla spinalis. Columna intermedia
merupakan bagian dari substantia grisea pars thoracica (T1−T12) dan pars lumbalis bagian atas
(L1–L2 atau L3).
Perikaryon neuron postganglionicum pars sympathica terletak di dua lokasi: ganglia paraverte-
bralia dan ganglia prevertebralia:
• Ganglia paravertebralia membentuk truncus sympathicus dextra dan sinistra pada kedua sisi
columna vertebralis.
• Ganglia prevertebralia berada dalam plexus yang mengelilingi pangkal cabang-cabang utama
aorta abdominalis, contoh: ganglia coeliaca.
Karena merupakan serabut motorik, axon dari neuron preganglionicum meninggalkan medulla
spinalis melalui radix anterior dan memasuki rami anteriores dari nervi spinales T1−L2 atau L3.
Hampir segera setelahnya, semua serabut simpatik preganglionik meninggalkan rami anteriores
dan melintas truncus sympathicus melalui rami communicantes albus. Dalam truncus sympathi-
cus, serabut presinaptik mengikuti satu dari 4 jalur yang mungkin:
1. Naik dalam truncus sympathicus untuk bersinaps dengan neuron postsinaptik dari ganglion
paravertebrale yang lebih tinggi.
2. Turun dalam truncus sympathicus untuk bersinaps dengan neuron postsinaptik dari ganglion
paravertebrale yang lebih rendah.
3. Masuk dan segera bersinaps dengan neuron postsinaptik dari ganglion paravertebrale pada le-
vel yang sama.
4. Melintas truncus sympathicus tanpa bersinaps, melanjutkan melalui nervus splanchnicus abdo-
minopelvicus untuk mencapai ganglia prevertebralia.
Serabut simpatik presinaptik kepala, leher, dinding tubuh, membri, dan cavitas thoracis
mengikuti salah satu dari tiga lintasan pertama, bersinaps dalam ganglia paravertebralia. Serabut
simpatik presinaptik yang mempersarafi viscera dalam cavitas abdominis et pelvis mengikuti lin-
tasan keempat.
Setiap serabut simpatik postsinaptik bersinaps dengan 30 atau lebih serabut postsinaptik.
Serabut simpatik postsinaptik berdistribusi dalam leher, dinding tubuh, dan membri, berjalan dari
ganglia paravertebralia dari truncus sympathicus melalui rami communicantes griseus. Dengan
87
ANATOMIA GENERALIS
cara ini, serabut postsinaptik memasuki semua cabang dari ketigapuluh satu pasang nervi spinales,
termasuk rami posteriores.
Nervi splanchnici membawa serabut eferen visceral dan serabut aferen visceral menuju dan
dari viscera dalam rongga badan. Serabut simpatik postsinaptik untuk viscera cavitas thoracis
berjalan melalui nervi splanchnici cardiopulmonaris. Serabut simpatik presinaptik yang terlibat
dalam persarafan viscera dalam cavitas abdominis et pelvis berjalan menuju ganglia prevertebralia
melalui nervi splanchnici abdominopelvici (nervus splanchnicus major, nervus splanchnicus minor,
dan nervus splanchnicus lumbalis). Semua serabut simpatik presinaptik dari nervi splanchnici
abdominopelvici, kecuali yang terlibat dalam persarafan glandula suprarenalis, bersinaps dalam
ganglia prevertebralia. Serabut postsinaptik dari dari ganglia prevertebralia membentuk plexus
periarterialis.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, serabut simpatik postsinaptik merupakan komponen dari
seluruh cabang semua nervi spinales; mempersarafi seluruh pembuluh darah tubuh (fungsi utama
sistem simpatik), glandula sudorifera, musculus arrector pili, dan struktur visceral. Karena kedua
ganglia sympathica terletak di tengah tubuh dan relatif dekat dengan medulla spinalis, serabut sim-
patik presinaptik relatif pendek, sementara serabut simpatik postsinaptik relatif panjang.
Perikaryon neuron preganglionicum pars parasympathica terletak di dua tempat pada SNC, dan
serabutnya keluar dalam dua jalur.
• Pada substantia grisea truncus encephali, serabut keluar dari SNC melalui nervi craniales III,
VII, IX dan X; serabut tersebut menyusun cranial parasympathetic outflow.
• Pada substantia grisea pars sacralis medulla spinalis (S2–S4), serabutnya keluar dari SNC mel-
alui radices anteriores nervi spinales S2–S4 dan nervi splanchnici pelvici; serabut tersebut me-
nyusun sacral parasympathetic outflow.
Persarafan parasimpatik viscera thorax dan abdomen berasal dari nervus vagus (N.X), sacral
outflow untuk saluran cerna menyuplai hanya colon descendens, colon sigmoideum, dan rectum.
Sistem parasimpatik berdistribusi hanya mencapai kepala, viscera dalam rongga badan, jaringan
erektil genitalia externa, tidak mencapai dinding tubuh dan membri.
Empat pasang ganglia parasympathica ada di kepala. Di tempat lain serabut pa-
rasimpatik presinaptik bersinaps dengan perikaryon postsinaptik satu demi satu da-
lam atau pada dinding organ target (ganglia intrinsik atau enterik). Sebagai akibat-
nya, serabut presinaptik panjang, dari SNC ke organ efektor; sedangkan serabut
postsinaptik sangat pendek, dari ganglion yang berada di dekat atau di dalam organ efektor.
88
ANATOMIA GENERALIS
Walaupun pars sympathica dan pars parasympathica mempersarafi struktur involunter, kedua-
nya mempunyai efek yang berbeda, biasanya berlawanan, juga terkoordinasi. Secara umum, pars
sympathica adalah sistem katabolik yang memampukan tubuh menghadapi stres, mempersiapkan
tubuh untuk respon fight-or-flight. Pars parasympathica adalah sistem homeostatik atau anabolik,
mempromosikan proses tubuh yang tenang dan teratur.
Fungsi utama pars sympathica adalah meregulasi pembuluh darah. Kenaikan sinyal simpatik
meningkatkan vasokonstriksi; penurunan kecepatan sinyal simpatik mengakibatkan vasodilatasi.
Pada daerah tubuh tertentu, sinyal simpatik adalah vasodilator. Pada pembuluh koroner, pembuluh
otot skeletal dan genitalia externa, stimulasi simpatik mengakibatkan vasodilatasi.
SENSASI VISCERAL
Serabut aferen visceral mempunyai hubungan penting dengan sistem saraf otonom; asupan
sensorik dari serabut ini memberikan informasi tentang kondisi lingkungan internal tubuh. Infor-
masi ini diintegrasikan dalam SNC, sering memicu refleks visceral atau somatik atau keduanya.
Refleks visceral meregulasi tekanan darah dan kimia darah dengan mengubah frekuensi jantung
dan respirasi serta resistensi vaskular.
Sensasi visceral yeng mencapai level sadar secara umum dirasakan sebagai nyeri yang sulit di-
lokalisir atau dirasakan sebagai kramp atau perasaan lapar, kenyang, atau mual. Stimulasi adekuat
yang dapat menimbulkan nyeri:
• Distensi mendadak.
• Spasme atau kontraksi kuat.
• Iritasi kimiawi.
• Stimulasi mekanik, terutama ketika organ aktif.
• Kondisi patologis (terutama iskemia) yang menurunkan ambang normal stimulasi.
Aktivitas normal biasanya tidak menghasilkan sensasi, kecuali jika suplai darah tidak adekuat
(iskemia). Kebanyakan sensasi refleks visceral (tidak disadari) dan sebagian kecil sensasi nyeri
berjalan dalam serabut aferen visceral bersama serabut parasimpatik. Kebanyakan impuls nyeri
visceral (dari jantung dan kebanyakan organ cavitas peritonealis) berjalan dalam serabut aferen
visceral bersama serabut simpatik.
89
ANATOMIA GENERALIS
Daftar Pustaka
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically Oriented Anatomy. 8th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins. 2017.
FCAT. Terminologia Anatomica International Anatomical Terminology. Stuttgart: Thieme. 1998
90
PENGANTAR FARMAKOLOGI
H. R Muchtan Sujatno
PENDAHULUAN
Ilmu farmakologi sampai saat ini berkembang sangat pesat. Dulu dikenal ilmu
farmakologi yang mencakup farmakologi eksperimental, kemudian berkembang menjadi
farmakologi klinik, etno farmakologi, farmakologi sosial, dan farmakologi ekonomi.
Pada saat ini yang sangat berkembang adalah farmakologi obat tradisional, hal ini sangat
berkaitan dengan antropologi kesehatan. Dalam hal obat tradisional, yang menarik adalah
pengujian klinik, yang dipersyaratkan adalah uji toksikologi (keamanan) dan efektivitas
atau uji farmakodinamik, dan sekarang banyak sekali dilakukan.
Dengan perkembangan iptekdok, perkembangan ilmu farmakologi juga sangat pesat
yaitu dengan ditemukan teori reseptor dan rekayasa genetika yang menggunakan teknik
atau obat yang bekerja terhadap DNA atau RNA, dan sebagainya.
Sejarah
Orang-orang zaman prasejarah pasti mengenal manfaat ataupun efek toksik yang berasal
dari berbagai macam bahan yang berasal dari tanaman dan hewan. Catatan tertulis di Cina
dan Mesir menyebutkan berbagai jenis obat, beberapa masih dikenal saat ini sebagai obat
bermanfaat. Kira-kira 2500 sebelum era modern ada upaya sporadis untuk mengenalkan
metode rasional dalam ilmu kedokteran, tapi tak satu pun yang berhasil. Sejalan dengan
perkembangan ilmu fisika menjelang akhir abad 17, penyusunan teori dalam pengobatan
mulai diganti dengan hasil observasi dan eksperimental. Ketika nilai metode dalam kajian
penyakit semakin jelas, di Eropa mulai diterapkan metode terhadap efek obat tradisional
yang digunakan dalam praktek. Pada akhir abad 18 dan awal 19, Claude Bernard dan
Francois Magendie mulai mengembangkan metode fisiologi dan farmakologi hewan.
Ekstensi besar-besaran upaya riset dimulai 50 tahun yang lalu, dengan dikemukakan
konsep dan teknik baru, maka terjadi akumulasi tentang kerja obat dan substrat biologi
yaitu reseptor. Perluasan prinsip ilmiah ke dalam dunia terapeutik terus berlangsung.
Secara garis besar, dalam farmakologi perlu diperhatikan:
a. sifat dasar obat, seperti sifat fisik, ukuran obat, reaktivitas obat dan ikatan obat-
reseptor, bentuk obat, rancangan obat rasional, dan nomenklatur reseptor
b. interaksi obat-tubuh
c. prinsip farmakodinamika seperti jenis interaksi obat-reseptor, obat-obat agonis
91
PENGANTAR FARMAKOLOGI
Definisi
Farmakologi, berasal dari kata farmakon = obat dan logos = ilmu, berarti farmakologi
adalah pengetahuan mengenai sejarah, sumber-sumber, sifat-sifat fisik dan kimia, meracik
obat, efek fisiologi, efek biokimia dan biologi, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi,
biotransformasi, dan ekskresi, penggunaan terapi, dan penggunaan lain-lain dari obat.
Dalam arti luas, obat adalah suatu zat kimia yang mempengaruhi proses-proses hidup,
karena itu farmakologi merupakan ilmu yang luas cakupannya. Untuk dokter, ilmu ini
dibatasi dengan maksud untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit.
Terminologi
Farmakokinetik (FK), adalah ilmu yang membicarakan mengenai absorpsi, distribusi,
biotransformasi, dan eksresi obat-obat. Ini mencakup nasib obat di tubuh manusia.
Farmakodinamik (FD), adalah ilmu yang mempelajari atau membicarakan efek kerja
obat secara biokimia dan fisiologik, sebagai contoh luminal, atropin, dan lain-lain.
Farmakologi klinik, ialah cabang farmakologi yang mempelajari dan mengutamakan
efek obat pada manusia. Tujuannya adalah untuk mendapatkan dasar ilmiah dalam
penggunaan obat. Untuk mempelajari pengaruh obat pada manusia, obat dicobakan dulu
pada hewan coba dan dipelajari efeknya dalam farmakologi eksperimental.
Farmakoterapi, adalah cabang farmakologi yang mempelajari penggunaan obat dalam
pencegahan dan pengobatan penyakit. Contoh: fungsi biokimia dan fisiologik obat-obat
stimulan atau depresan.
Kemoterapi, pengobatan yang mempunyai efek kecil pada manusia, yang dapat
menghancurkan parasit/kanker. Contoh: obat cacing, sulfa, dan antibiotik.
Farmakognosi, adalah cabang farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan
bahan lain yang merupakan sumber obat. Ilmu ini tak dipelajari di kedokteran tapi di
Farmasi dan merupakan ilmu yang mempelajari bentuk makroskopik berbagai tumbuhan
dan organisme lain yang dapat digunakan dalam pengobatan.
Farmasi, adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan, menyimpan,
dan menyediakan obat. Dalam batas tertentu pengetahuan ini diberikan kepada mahasiswa
kedokteran, karena ada kalanya seorang dokter perlu memberikan racikan.
Toksikologi, adalah ilmu yang mempelajari keracunan oleh berbagai zat kimia, termasuk
obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, industri maupun lingkungan hidup,
misalnya pestisida dan zat pengawet atau bahan lain yang berasal dari hewan, tumbuhan,
92
PENGANTAR FARMAKOLOGI
Hubungan rumus kimia dan kerja obat atau dikenal dengan S.A.R (Structure-Activity
and Relationship)
- Obat dalam farmakologi dibagi menjadi golongan-golongan.
- Masing-masing golongan mempunyai basis struktur kimia tertentu.
- Dengan variasi struktur, orang dapat meninggikan atau merendahkan potensi obat.
- Isomer optikal sering mempunyai kerja berlainan, contoh, l-efinefrin lebih besar
potensinya daripada d-isomernya.
- Obat-obat yang mirip struktur kimianya akan menyebabkan competitive inhibition,
misalnya PABA dan Sulfa.
93
PENGANTAR FARMAKOLOGI
Farmakokinetik
Absorpsi obat sangat dipengaruhi oleh cara pemberian, kelarutan/solubility, sifat fisik,
konsentrasi, permukaan tempat absorpsi, dan sirkulasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja obat:
1. dosis
2. toleransi
2. idiosinkrasi
3. pengaruh keadaan sakit terhadap obat-obatan.
Dosis
- Dosis toksis, adalah dosis yang menyebabkan gejala-gejala keracunan
- Dosis fatal, adalah dosis yang menyebakan kematian
- Dosis letal, adalah dosis yang menyebabkan kematian pada sejumlah hewan coba yang
dinyatakan dalam persentasi.
- LD50, adalah dosis yang membunuh 50% dari hewan coba, pada suatu percobaan
secara teliti
- Dosis minimal, adalah dosis yang terkecil yang masih mempunyai efek terapeutis.
- Dosis maksimal, adalah dosis terbesar yang mempunyai efek terapeutis tanpa adanya
efek toksis.
- Dosis optimal, terletak antara dosis minimum dan maksimum, disebut dosis terapi.
- Rasioterapi, adalah LD50/dosis terapi. Hubungan dosis dan efeknya berupa kurva
sigmoid.
Kombinasi obat
Maksud kombinasi obat agar toksisitas lebih kecil daripada dosis dan efeknya lebih
besar.
94
PENGANTAR FARMAKOLOGI
Istilah-istilah
• Sumasi, bila dua obat diberikan sekaligus, efeknya adalah jumlah aljabar dari masing-
masing efek.
• Sinergisme adalah kombinasi dari dua obat yang mendatangkan efek lebih besar dari
jumlah aljabar dari masing-masing efek.
• Antagonis adalah kerja berlawanan dari dua obat pada sistem fisiologik yang sama,
contohnya adalah kofein & khloralhidrat.
• Antagonis kimia, bila terjadi reaksi kimia antara dua obat.
• Kompetitif antagonis, masing-masing obat mempunyai afinitas terhadap reseptor yang
sama, misalnya PABA dan sulfonamid.
• Antidot, obat yang melawan racun, misalnya pemberian NaHCO3 kepada penderita
keracunan jengkol.
• Potensiasi, kombinasi dua obat yang mendatangkan efek lebih besar daripada jumlah
efek masing-masing obat bila digunakan sendiri.
Toleransi (Tolerance)
Keadaan luar biasa yang mana didapati resistensi terhadap dosis yang biasanya
mendatangkan efek, artinya, dengan dosis yang sama efeknya akan berkurang, contoh
morfin.
Macam-macam toleransi
• Individual tolerance, toleransi sudah didapat biarpun belum pernah menggunakan obat
tersebut.
• Toleransi spesies, kelinci toleran terhadap belladona, karena dalam belladona terdapat
atropin yang dapat dihancurkan dengan cepat oleh tubuh kelinci.
• Toleransi silang, antara alkohol dan eter.
• Psudotolerance, absorpsi obat dengan lambat sekali atau dikeluarkan oleh tubuh
dengan cepat.
• True tolerance, penghancuran atau detoks obat-obat yang cepat sekali oleh tubuh.
• Toleransi akut atau takifilaksis, misalnya efedrin terhadap tekanan darah.
• Habituasi, kebiasaan makan obat = psikodependent.
• Adiksi atau ketagihan, biasanya mendatangkan Gejala Putus Obat (GPO).
Idiosinkrasi
Efek yang abnormal dari obat, contoh morfin dapat mendatangkan ketenangan terhadap
seseorang, tapi pada individu lain merupakan stimulant (excitement).
Hipersensitif, reaksi alergik dari obat. Obat merupakan hapten, contoh alergi penisilin.
Gejala-gejala dari yang paling ringan sampai berat, dapat berupa dermatitis, urtikaria,
95
PENGANTAR FARMAKOLOGI
angioneurotik, edema, anemia aplastik, drug fever, rhinitis, asma dan lain-lain, yang paling
berat adalah Steven Johnson Syndrome.
Daftar Pustaka
Benet LZ, and Sheiner LB. 1985. General Principles. Introduction. Dalam: The
Pharmacological Basis of Therapeutics (Goodman and Gilman, Eds). Seven Edition.
McMillan Publishing Company: 1-2.
Zulnida. SB, Setiawati A, dan Suyatna FD. 1995. Pengantar Farmakologi. Dalam:
Farmakologi dan Terapi (Sulistia G.Ganiswara, Eds). Edisi 4. Bagian Farmakologi
Universitas Indonesia: 1, 2, 21.
Katzung BG. 2001. Pendahuluan. Dalam: Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah &
Editor: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Penerbit Salemba
Medik: 3-15.
96
BIOENERGETIKA, OKSIDASI BIOLOGIS, RANTAI
RESPIRATORIK DAN FOSFORILASI OKSIDATIF
Fen Tih
BIOENERGETIKA
Bionergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu tentang perubahan energi yang
menyertai reaksi biokimia. Sistem biologis pada dasarnya bersifat isotermik dan menggunakan
energi kimia untuk menjalankan proses-proses kehidupan. Sistem biologis tetap mengikuti hukum
dasar termodinamika, yaitu:
1. Energi total suatu sistem, termasuk sekitarnya, tetap konstan
Energi tidak hilang atau bertambah dalam suatu sistem, tetapi dapat dipindahkan
dari satu bagian sistem ke bagian lain atau diubah menjadi bentuk energi lain.
Energi kimia dapat diubah menjadi energi panas, listrik, radiasi, atau mekanis.
2. Entropi total suatu sistem pasti meningkat jika suatu proses terjadi secara spontan.
Entropi adalah tingkat ketidakteraturan sistem yang menjadi maksimal sewaktu
mendekati keseimbangan.
Dalam suhu dan tekanan yang konstan, hubungan energi bebas (DG) suatu sistem yang bereaksi
dan perubahan entropi (DS) dinyatakan sebagai : DG = DH - TDS, dengan DH adalah perubahan
entalpi (panas) dan T adalah suhu mutlak. Dalam reaksi biokimia, DH kira-kira sama dengan DE
yaitu perubahan total dalam energi internal reaksi, maka hubungan di atas dinyatakan sebagai : DG
= DE - TDS. Jika DG negatif berarti reaksi berlangsung spontan dan eksergonik, DG positif berarti
reaksi bersifat endergonik, DG nol berarti sistem berada dalam keseimbangan.
Reaksi eksergonik disebut katabolisme (penguraian atau oksidasi molekul bahan bakar),
sementara reaksi sintesis yang membentuk zat disebut anabolisme. Kombinasi proses katabolik
dan anabolik menghasilkan metabolisme. Proses endergonik harus menjadi komponen dari sistem
gabungan eksergonik-endergonik yang perubahan netto keseluruhannya bersifat eksergonik.
Mekanisme penggabungan yang dapat terjadi adalah melalui pembentukan:
- Zat antara (I) obligatorik yang ikut serta dalam reaksi : A + C I B + D
- Senyawa dengan potensial energi tinggi dalam reaksi eksergonik yang dimasukkan
dalam reaksi endergonik, yaitu adenosin trifosfat (ATP). Mekanisme ini lebih
unggul karena senyawa berpotensi energi tinggi ini tidak perlu berikatan sehingga
dapat berfungsi sebagai pemindah energi dari reaksi eksergonik ke reaksi endergonik
seperti biosintesis, kontraksi otot, eksitasi saraf, dan transport aktif.
ATP adalah suatu nukleotida trifosfat yang mengandung adenin, ribosa, dan 3 gugus fosfat.
Dalam reaksinya di dalam sel, ATP berfungsi sebagai kompleks Mg2+. ATP dapat berfungsi sebagai
donor fosfat untuk membentuk senyawa-senyawa berenergi, yaitu:
- Fosfat berenergi rendah : ester fosfat (zat-zat antara glikolisis)
- Fosfat berenergi tinggi : anhidrida (1-fosfat pada 1,3 bisfosfogliserat), enolfosfat
(fosfoenolpiruvat), fosfoguanidin (kreatin fosfat, arginin fosfat)
ATP yang menjadi donor fosfat akan menjadi ADP (adenosin difosfat), yang dengan enzim
yang sesuai dapat menerima fosfat berenergi tinggi untuk kembali membentuk ATP. Pada akhirnya
terjadi siklus ATP/ADP yang menghubungkan proses-proses yang menghasilkan energi dengan
proses-proses yang menggunakan energi, yang secara terus menerus menggunakan dan membentuk
kembali ATP. Hal ini terjadi dengan kecepatan yang sangat tinggi karena kompartemen ATP/ADP
total sangat kecil dan hanya cukup untuk mempertahankan suatu jaringan aktif selama beberapa
97
BIOENERGETIKA, OKSIDASI BIOLOGIS, RANTAI RESPIRATORIK
DAN FOSFORILASI OKSIDATIF
detik. Simpanan fosfat berenergi tinggi adalah dalam bentuk fosfagen yaitu kreatin fosfat yang
terdapat di otot rangka, jantung, spermatozoa, dan otak.
Terdapat 3 sumber utama fosfat berenergi tinggi yaitu:
1. Fosforilasi oksidatif : sumber terbanyak dalam organisme aerob. Energi bebas
berasal dari oksidasi rantai pernapasan yang menggunakan O2 dalam mitokondria.
2. Glikolisis : dari reaksi yang dikatalisis oleh fosfogliserat kinase dan piruvat kinase.
3. Siklus asam sitrat : dari reaksi yang dikatalisis oleh suksinil tiokinase.
OKSIDASI BIOLOGIS
Oksidasi adalah pengeluaran elektron dan reduksi adalah penambahan elektron, karena itu
oksidasi selalu disertai reduksi akseptor elektron. Enzim yang berperan dalam oksidasi dan reduksi
disebut oksidoreduktase dan diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
- Oksidase
- Dehidrogenase
- Hidroksiperoksidase
- Oksigenase
Oksidase
Enzim oksidase mengatalisis pengeluaran hidrogen dari suatu substrat yang menggunakan
oksigen sebagai akseptor hidrogen sehingga menghasilkan air atau hidrogen peroksida. Yang
termasuk golongan enzim ini adalah:
1. Sitokrom oksidase
• Suatu hemoprotein yang terdapat di banyak jaringan
• Memiliki gugus prostetik heme yang biasa terdapat pada mioglobin, hemoglobin, dan
sitokrom lain
• Merupakan komponen terminal pada rantai respiratorik mitokondria: memindahkan
elektron yang terbentuk dari oksidasi molekul substrat oleh dehidrogenase ke akseptor
akhir, yaitu oksigen
2. Flavoprotein
• Mengandung flavin mononukleotida (FMN) atau flavin adenin dinukleotida (FAD)
sebagai gugus prostetik, yang berikatan secara erat dengan protein apoenzim masing-
masing.
• Contoh: asam L-amino oksidase, xantin oksidase, aldehida dehidrogenase
Dehidrogenase
Terdapat sejumlah besar enzim dalam kelas ini. Enzim ini melaksanakan 2 fungsi utama, yaitu:
1. Memindahkan hidrogen dari 1 substrat ke substrat lain dalam reaksi gabungan oksidasi-
reduksi. Enzim ini spesifik untuk substratnya, sering menggunakan koenzim atau pembawa
98
BIOENERGETIKA, OKSIDASI BIOLOGIS, RANTAI RESPIRATORIK
DAN FOSFORILASI OKSIDATIF
hidrogen yang umum, misalnya NAD+. Reaksi ini bersifat reversibel sehingga ekuivalen
pereduksi dapat dipindahkan secara bebas di dalam sel. Reaksi ini juga memungkinkan
oksidasi 1 substrat dengan mengorbankan substrat lain saat tidak terdapat oksigen,
contohnya selama fase anaerob glikolisis.
2. Memindahkan elektron pada transpor elektron rantai respiratorik dari substrat ke oksigen.
Hidroperoksidase
Hidroksiperoksidase melindungi tubuh terhadap berbagai peroksida yang dapat menyebabkan
terbentuknya radikal bebas yang mengganggu membran sel. Enzim yang termasuk golongan ini
adalah:
1. Peroksidase
Enzim ini mengatalisis reduksi hidrogen peroksida dengan mengorbankan
beberapa bahan sebagai akseptor elektron, misalnya askorbat, kuinon, sitokrom
c. Contohnya glutation peroksidase (mengandung selenium) di eritrosit dan
jaringan. Enzim ini mengatalisis destruksi H2O2 dan hidroperoksida lipid melalui
konversi glutation tereduksi menjadi bentuk teroksidasi sehingga lipid membran
dan hemoglobin terlindung dari oksidasi oleh peroksida.
99
BIOENERGETIKA, OKSIDASI BIOLOGIS, RANTAI RESPIRATORIK
DAN FOSFORILASI OKSIDATIF
2. Katalase
Katalase adalah suatu hemoprotein yang mengandung 4 gugus heme. Enzim ini
memiliki aktivitas peroksidase dan juga mampu menggunakan 1 molekul H2O2
sebagai donor elektron substrat dan molekul H2O2 lainnya sebagai oksidan atau akseptor
elektron. Katalase ditemukan dalam darah, sumsum tulang, membran mukosa, ginjal,
dan hati. Fungsinya menghancurkan hidrogen peroksida yang terbentuk oleh kerja oksidase.
Oksigenase
Enzim ini berhubungan dengan sintesis atau penguraian berbagai jenis metabolit dengan
mengatalisis penggabungan oksigen ke dalam suatu molekul substrat dalam 2 tahap, yaitu:
1. Oksigen berikatan dengan enzim di bagian aktifnya.
2. Oksigen yang terikat direduksi atau dipindahkan ke substrat.
100
BIOENERGETIKA, OKSIDASI BIOLOGIS, RANTAI RESPIRATORIK
DAN FOSFORILASI OKSIDATIF
kinase. Setengah dari matriks mitokondria adalah protein, mencakup enzim yang berperan untuk
oksidasi piruvat, asam amino, asam lemak (melalui oksidasi beta), dan siklus asam trikarboksilat.
Matriks juga mengandung NAD+ dan FAD (bentuk teroksidasi 2 koenzim yang dibutuhkan sebagai
akseptor hidrogen) dan ADP dan Pi yang digunakan untuk membentuk ATP.
Sebagian besar energi yang dibebaskan selama oksidasi karbohidrat, asam lemak, dan asam
amino terdapat di mitokondria sebagai ekuivalen pereduksi (-H atau elektron). Enzim-enzim siklus
asam sitrat dan oksidasi-b terdapat dalam mitokondria bersamaan dengan rantai respiratorik untuk
mengumpulkan, mengangkut ekuivalen pereduksi, dan mengarahkan enzim-enzim menuju reaksi
akhir dengan oksigen untuk menghasilkan air dan komponen fosforilasi oksidatif, yaitu proses
yang menangkap energi bebas berupa fosfat berenergi tinggi.
Komponen rantai respiratorik terkandung dalam 4 kompleks protein besar pada membran dalam
mitokondria. Setiap kompleks menerima atau menyumbang elektron ke pembawa elektron yang
bergerak, seperti koenzim Q dan sitokrom c. Rantai respiratorik ini merupakan pengguna terbesar
oksigen di dalam tubuh. Elektron mengalir melalui rantai respiratorik ini dari NAD+/NADH ke
O2/2H2O dengan melewati 3 kompleks protein besar, yaitu:
1. NADH-Q oksidoreduktase (Kompleks I) Elektron dipindahkan dari NADH ke FMN,
kemudian ke Fe-S, dan akhirnya ke koenzim Q (Q)/ubikuinon. Proses ini bersamaan
dengan pemindahan 4 H+ melewati membran. Koenzim Q disebut ubikuinon karena
sistem biologisnya terdapat di mana-mana. Koenzim Q dapat menerima atom hidrogen
dari FMNH2 yang dihasilkan oleh NADH dehidrogenase dan dari FADH2 yang dihasilkan
oleh suksinat dehidrogenase dan asil KoA dehidrogenase.
2. Q-sitokrom c oksidoreduktase (Kompleks III)
Elektron diteruskan ke sitokrom c. Proses ini melibatkan sitokrom c dan b serta
Fe-S, yang disebut sebagai siklus Q. Satu siklus membebaskan 4 H+ ke dalam
ruang antarmembran.
3. Sitokrom c oksidase (Kompleks IV)
Menuntaskan rantai ini dengan memindahkan elektron awalnya dari Cu keO2
sehingga tereduksi menjadi H2O. Delapan H+ dikeluarkan dari matriks, 4 untuk
membentuk molekul air dan 4 dipompa ke dalam ruang antarmembran. Untuk
tiap pasangan elektron yang melintasi rantai respiratorik dari NADH atau FADH2,
2H+ dipompa melewati membran oleh Kompleks IV. O2 tetap terikat pada
Kompleks IV sampai terduksi sempurna.
4. Suksinat Q reduktase (Kompleks II)
Beberapa substrat dengan potensi redoks lebih positif daripada NAD+/NADH
(misalnya : suksinat) menyalurkan elektron ke Q melalui kompleks II ini, bukan
komplek I. Elektron dipindahkan dari FADH2, kemudian ke Fe-S, dan akhirnya ke Q.
Keempat kompleks ini terbenam di membran dalam mitokondria, tetapi Q dan sitokrom c
bersifat mobil. Q cepat berdifusi di dalam membran, sedangkan sitokrom c merupakan protein
terlarut. Aliran elektron melalui Kompleks I, III, dan IV menyebabkan proton terpompa dari
matriks melewati membran dalam mitokondria menuju ruang antarmembran sehingga terjadi
101
BIOENERGETIKA, OKSIDASI BIOLOGIS, RANTAI RESPIRATORIK
DAN FOSFORILASI OKSIDATIF
Referensi:
1. Botham KM, Mayes PA. Bioenergetika: Peran ATP. Dalam: Murray KR, Bender DA,
Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. Biokimia Harper. Edisi 29. Jakarta:
EGC; 2012. Halaman 123-129.
2. Botham KM, Mayes PA. Oksidasi Biologis. Dalam: Murray KR, Bender DA, Botham
KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. Biokimia Harper. Edisi 29. Jakarta: EGC; 2012.
Halaman 130-136.
3. Botham KM, Mayes PA. Rantai Respiratorik dan Fosforilasi Oksidatif. Dalam: Murray
KR, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. Biokimia Harper.
Edisi 29. Jakarta: EGC; 2012. Halaman 137-148.
4. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar, Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta: EGC;1996. Bab 18, Bioenergetik Sel; halaman 270-284.
5. Stillway LW. Bioenergetics and Oxidative Metabolism. In: Baynes JW, Dominiczak MH.
Medical Biochemistry. 2nd edition. Philadelphia: Elsevier; 2005. p 93-111.
102
103