Anda di halaman 1dari 58

PROTEKSI RADIASI TERHADAP

PAPARAN KERJA
Oleh :
Prof. Dr. Syamsir Dewang, M.Eng.Sc
A. Kompetensi Dasar
• Menjelaskan Prinsip prinsip Dasar Pengendalian
paparan Kerja
B. Indikator Kompetensi Keaahlian (IKK)
a. Menguraikan Prinsip Proteksi radasi, meliputi Justifikasi,
Limitas, dan Optimasi.
b. Menjelaskan filosofi tujuan Keselamatan Radiasi
c. Menjelaskan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dan
untuk masyarakat umum.
d. Menghitung atau mengkaji, dan mengusulkan nilai pembatas
dosis (Dose Constrain) untuk pekerja radiasi di lingkungan
kerja Masyarakat.
1. Pengantar
• Dalam pemanfaatan sumber radiasi, kita perlu
memperhatikan dua aspek, yaitu: manfaat dan risiko yang
ingin dicapai.
• Untuk memperoleh manfaat yang semaksimal mungkin dan
menekan risiko seminimal mungkin, serta dalam rangka
melindungi pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan
hidup, maka pemanfaatan tenaga nuklir hendaknya
dilaksanakan dengan menerapkan persyaratan
keselamatan.
• Paparan dalam kegiatan radiologi diagnostik dan
intervensional dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
a. Paparan medik,
b. Paparan kerja dan
c. Paparan yang diterima oleh masyarakat umum.
• Paparan kerja adalah paparan yang diterima
oleh Pekerja Radiasi,
• sedangkan paparan medik adalah paparan
yang diterima oleh pasien sebagai bagian dari
diagnosis atau pengobatan medik, dan orang
lain sebagai sukarelawan yang membantu
pasien.
2. KESELAMATAN RADIASI
Tujuan Keselamatan Radiasi
• Keselamatan radiasi pengion yang selanjutnya
disebut keselamatan radiasi adalah tindakan yang
dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota
masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya
radiasi.
• Efek negatif dari radiasi pengion dikenal sebagai
efek somatik apabila diderita oleh orang yang
terkena radiasi, dan disebut efek genetik apabila
dialami oleh keturunannya.
• Berdasarkan Publikasi ICRP Nomor 26, efek
stokastik adalah efek radiasi di mana peluang
terjadinya efek tersebut merupakan fungsi dosis
radiasi yang diterima oleh seseorang tanpa suatu
nilai ambang.
• Sedang efek non stokastik (deterministik) adalah
efek radiasi yang mempunyai tingkat keparahan
bergantung pada dosis radiasi yang diterima
dengan suatu nilai ambang.
• Keselamatan radiasi bidang radiologi diagnostik
dan intervensional diatur dalam Peraturan Kepala
Bapeten Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat
Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.
• Dengan demikian, maka tujuan
keselamatanradiasi adalah:
a. Membatasi peluang terjadinya efek stokastik
atau risiko akibat pemakaian radiasi yang
dapat diterima oleh seseorang atau
masyarakat, dan
b. Mencegah terjadinya efek deterministik dari
radiasi yang membahayakan seseorang.
• Persyaratan keselamatan radiasi meliputi:
a. persyaratan manajemen;
b. persyaratan proteksi radiasi;
c. persyaratan teknik; dan
d. verifikasi keselamatan.
• Persyaratan manajemen dibahas pada materi
Sistem manajemen dan Organisasi Proteksi
Radiasi.
• Dalam materi ini akan dibahas masalah
persyaratan proteksi radiasi, persyaratan teknik,
dan verifikasi keselamatan dalam rangka
pengendalian paparan kerja dan paparan medik.
B. Persyaratan Proteksi Radiasi
• Proteksi radiasi adalah tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi
yang merusak akibat paparan radiasi.
• Persyaratan proteksi radiasi meliputi:
a. Justifikasi penggunaan pesawat sinar-X,
b. Limitasi dosis, dan
c. Penerapan optimisasi proteksi dan
keselamatan radiasi.
1. Justifikasi Penggunaan pesawat sinar-X
• Justifikasi penggunaan pesawat sinar-X
berdasarkan pada pertimbangan bahwa manfaat
yang diperoleh jauh lebih besar daripada risiko
bahaya radiasi yang ditimbulkan dan
memperhitungkan keuntungan serta risiko teknik
lain tanpa radiasi.
• Justifikasi pemberian paparan radiasi kepada
pasien untuk keperluan radiologi diagnostik atau
Intervensional harus diberikan oleh dokter atau
dokter gigi dalam bentuk surat rujukan atau
konsultasi.
• Setiap pemeriksaan radiologi untuk keperluan
pekerjaan, legal, atau asuransi kesehatan
tanpa indikasi klinis tidak diperbolehkan,
kecuali diperlukan untuk:
• memberi informasi penting mengenai
kesehatan seseorang yang diperiksa; atau
• proses pembuktian atas terjadinya suatu
pelanggaran hukum.
• Pemeriksaan massal secara selektif terhadap
kelompok populasi dengan menggunakan
pesawat sinar-X hanya diperbolehkan apabila
manfaat yang diperoleh orang perseorangan
yang diperiksa atau bagi populasi secara
keseluruhan, lebih besar dari risiko yang
ditentukan oleh Dokter Spesialis Radiologi
atau Dokter yangberkompeten.
2. Limitasi dosis
• Limitasi dosis wajib diberlakukan untuk
paparan kerja dan paparan masyarakat
melalui penerapan nilai batas dosis (NBD)
yang ditetapkan oleh Bapeten dan tidak boleh
dilampaui, kecuali dalam kondisi khusus.
• Limitasi dosis tidak berlaku untuk paparan
medik (pasien dan pendamping pasien) dan
paparan yang berasal dari alam.
• NBD pekerja radiasi untuk penyinaran seluruh
tubuh ditetapkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Dosis efektif rata-rata sebesar 20 mSv
(duapuluh milisievert) pertahun dalam
periode 5 (lima) tahun, sehingga dosis yang
terakumulasi dalam 5 (lima) tahun tidak boleh
melebihi 100 mSv (seratus milisievert)
b. Dosis efektif sebesar 50 mSv (limapuluh
milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu.
• NBD pekerja radiasi untuk penyinaran
terhadap organ atau jaringan tubuh tertentu
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150
mSv (seratus lima puluh milisievert) pertahun
b. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv
(limaratus milisievert) pertahun
c. Dosis ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar
500 mSv (limaratus milisievert) pertahun.
• NBD bagi magang untuk pelatihan kerja,
pelajar, atau mahasiswa yang berumur 16
(enambelas) tahun sampai dengan 18
(delapanbelas) tahun untuk penyinaran
seluruh tubuh ditetapkan dengan ketentuan
dosis efektif sebesar 6 mSv (enam milisievert)
pertahun,
• sedang untuk penyinaran terhadap organ atau
jaringan tubuh tertentu ditetapkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 50
mSv (limapuluh milisievert) pertahun
b. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 150 mSv
(seratus lima puluh milisievert) pertahun
c. Dosis ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar
150 mSv (seratus limapuluh milisievert)
pertahun.
• Dalam hal magang untuk pelatihan kerja,
pelajar, atau mahasiswa yang berumur di atas
18 (delapanbelas) tahun, diberlakukan Nilai
Batas Dosis sama dengan Nilai Batas Dosis
yang ditetapkan untuk Pekerja Radiasi.
• NBD masyarakat untuk penyinaran seluruh tubuh
ditetapkan dengan ketentuan dosis efektif
sebesar 1 mSv (satu milisievert) pertahun, sedang
untuk penyinaran terhadap organ atau jaringan
tubuh tertentu ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv
(limabelas milisievert) pertahun;
• b. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv
(limapuluh milisievert) pertahun.
• Untuk memastikan NBD bagi pekerja dan
masyarakat tidak terlampaui, Pemegang Izin
wajib melakukan:
a. Pembagian daerah kerja;
b. Menyelenggarakan pemantauan paparan
radiasi dengan surveimeter;
c. Melakukan pemantauan dosis yang diterima
personil dengan film badge atau TLD badge,
dan dosimeter perorangan pembacaan
langsung yang sudah dikalibrasi; dan
d. Menyediakan perlengkapan proteksi radiasi
Pembagian daerah kerja
• Pembagian daerah kerja harus berdasarkan tingkat
radiasi dan/atau kontaminasi radioaktif dan harus
dicantumkan secara jelas di dalam Program Proteksi
Radiasi yang berlaku di fasilitas atau instalasi Pemegang
Izin. Pembagian daerah kerja terdiri atas :
a. Daerah pengendalian, yang ditetapkan berdasarkan
kriteria potensi penerimaan paparan radiasi melebihi
3/10 (tigapersepuluh) NBD Pekerja Radiasi dan/atau
adanya potensi kontaminasi
b. Daerah supervisi, yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan kriteria potensi penerimaan
paparan radiasi individu lebih dari NBD anggota
masyarakat dan kurang dari 3/10 (tigapersepuluh) NBD
Pekerja Radiasi, dan bebas kontaminasi.
• Dalam menetapkan daerah pengendalian
harus mempertimbangkan besarnya paparan
normal serta probabilitas dan besarnya
paparan potensial, sehingga dapat
menentukan tindakan proteksi dan
keselamatan khusus yang diperlukan untuk
bekerja di daerah pengendalian.
• Sedangkan dalam menetapkan daerah
supervisi harus mempertimbangkan sifat dan
besarnya bahaya radiasi.
• Tindakan proteksi dan keselamatan khusus di
daerah pengendalian meliputi:
a. Menandai dan membatasi daerah pengendalian
yang ditetapkan dengan tanda fisik yang jelas
atau tanda lain yang sesuai dengan kondisi
Daerah Pengendalian yang ditetapkan;
b. Memasang atau menempatkan tanda peringatan
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia atau
standar internasional dan petunjuk pada titik
akses dan lokasi lain yang dianggap perlu di
dalam daerah pengendalian;
c. Membatasi akses ke daerah pengendalian:
1. hanya untuk pekerja radiasi; dan
2. dengan cara mendampingi pengunjung yang
masuk ke daerah pengendalian oleh Petugas
Proteksi Radiasi;
d. Menyediakan peralatan pemantauan, peralatan
protektif radiasi, dan tempat penyimpanan
pakaian di pintu masuk daerah pengendalian;
e. Menyediakan sarana pada pintu keluar daerah
pengendalian, yang meliputi:
a. peralatan pemantauan kontaminasi kulit dan
pakaian;
b. peralatan pemantau kontaminasi terhadap
benda atau zat yang dipindahkan dari Daerah
Pengendalian;
c. fasilitas mencuci dan mandi untuk
dekontaminasi; dan/ atau
d. tempat penyimpanan untuk peralatan dan
peralatan protektif radiasi yang terkontaminasi;
dan/ atau
f. Melakukan kaji ulang radiologik secara berkala sesuai
dengan pemanfaatan tenaga nuklir apabila ada indikasi
perlunya perubahan terhadap:
1. tindakan proteksi dan keselamatan khusus; atau
2. batas Daerah Pengendalian.
Daerah supervisi dilakukan dengan:
a. Menandai dan membatasi daerah supervisi yang ditetapkan
dengan tanda yang jelas;
b. Memasang tanda di titik akses masuk daerah supervisi; dan
c. Melakukan kaji ulang radiologik secara berkala sesuai
dengan pemanfaatan tenaga nuklir apabila ada indikasi
perlunya perubahan terhadap:
1. tindakan proteksi dan keselamatan; atau
2. batas daerah supervisi.
• Dalam pelaksanaan Limitasi Dosis, Pemegang
Izin harus menyediakan perlengkapan proteksi
radiasi yang meliputi peralatan pemantau
dosis perorangan dan peralatan protektif
radiasi. Peralatan protektif radiasi yang
dipersyaratkan meliputi:
• Apron , Pelindung gonad , Pelindung tiroid ,
Sarung tangan , Kacamata , Tabir .
3. Optimisasi Proteksi dan
Keselamatan Radiasi
• Penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan
radiasi harus diupayakan agar :
• Pekerja radiasi dan masyarakat di sekitar instalasi
radiologi menerima paparan radiasi serendah
mungkin yang dapat dicapai dikenal dengan
istilah ALARA (As Low As Reasonably Achievable)
• Pasien menerima dosis radiasi serendah mungkin
sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan diagnostik.
• Penerapan optimisasi dilaksanakan melalui
prinsip optimisasi proteksi dan keselamatan
radiasi yang meliputi pembatas dosis untuk
pekerja radiasi dan anggota masyarakat serta
tingkat panduan paparan medik untuk pasien.
a. Pembatas Dosis
• Pembatas dosis untuk pekerja radiasi dan
anggota masyarakat dilakukan agar pekerja
radiasi di instalasi radiologi dan anggota
masyarakat di sekitar instalasi radiologi menerima
paparan radiasi serendah mungkin yang dapat
dicapai.
• Pembatas dosis ditentukan oleh pemegang izin
pada tahap desain bangunan fasilitas, dan
nilainya ditetapkan:
1). 1/2 dari Nilai Batas Dosis per tahun untuk
pekerja radiasi, yaitu sebesar 10 mSv per tahun
atau 0,2 mSv per minggu; dan
2). 1/2 dari Nilai Batas Dosis per tahun untuk
anggota masyarakat yaitu sebesar 0,5 mSv per
tahun atau 0,01 mSv per minggu.
• Pembatas Dosis harus ditetapkan oleh Pemegang
Izin untuk pendamping pasien sehingga dosis
yang diterima diupayakan tidak melebihi 2 mSv
(dua milisievert) selama masa pemeriksaan
pasien.
• Oleh karena itu, Pemegang Izin harus
menerapkan optimisasi tindakan proteksi untuk
pendamping pasien selama pemeriksaan
radiologi.
b. Tingkat Panduan untuk Paparan Medik

• Tingkat panduan untuk paparan medik harus


ditetapkan dan digunakan pada radiodiagnostik dalam
proses optimisasi.
• Tindakan korektif ditempuh jika dosis pasien secara
konsisten berada dibawah tingkat panduan, dengan
mempertimbangkan informasi diagnostik yang diminta
dan keuntungan medis yang diperoleh pasien.
• Jika dosis melampaui tingkat panduan, kajian ulang
(review) harus dipertimbangkan sebagai masukan
untuk memastikan perlindungan yang optimal bagi
pasien.
• Proses untuk mendapat tingkat panduan
dapat dimulai dengan memperkirakan dosis
tertentu yang diterima oleh pasien yang
secara eksklusif berdasarkan parameter teknis
yang digunakan, misalnya kVp, mAs, dan FFD.
• Beberapa batasan mengenai dosis acuan adalah
sebagai berikut:
a. Dosis acuan tidak dapat dipakai sebagai batas dosis
b. Dosis acuan tidak dapat diterapkan terhadap individu,
pembandingan nilai dosis acuan harus dilakukan
berdasarkan sampling dan rerata banyak individu
c. Dosis acuan harus digunakan secara paralel terhadap
kualitas citra sehingga tetap memberikan informasi
yang dibutuhkan
d. Dosis acuan bersifat fleksibel dan tidak dapat
digunakan sebagai indikator bagus atau buruknya
pelayanan medik.
e. Dosis acuan dapat digunakan untuk mengevaluasi dan
mengkoreksi jika diperoleh temuan dosis yang
melampaui atau terlalu rendah dari nilai dosis acuan
3. PROGRAM JAMINAN MUTU
• Rumah sakit yang dilengkapi dengan instalasi
radiodiagnostik harus membuat program jaminan
mutu.
• Tujuan pokok program jaminan mutu radiologi adalah:
Akurasi dan ketepatan waktu diagnosis pasien adalah.
• Program jaminan kualitas mempunyai tiga tujuan
sekunder, yaitu:
a. mengurangi penyinaran radiasi;
b. meningkatkan pencitraan diagnostik; dan
c. mengurangi biaya.
• Program Jaminan Mutu meliputi:
a. pengkajian kualitas gambar;
b. analisis penolakan film;
c. evaluasi dosis pasien;
d. pengukuran parameter fisis pembangkit radiasi, yaitu
kVp, mAs, dan peralatan pencitraan yaitu pemroses
film, pada saat komisioning, dan secara berkala setelah
itu;
e. verifikasi faktor fisis dan klinis yang tepat digunakan
pada diagnostik pasien;
f. catatan tertulis prosedur yang berkaitan dan hasilnya;
g. verifikasi kalibrasi yang tepat dan kondisi operasi
peralatan dosimetri dan pemantauan; dan
h. prosedur-prosedur tindakan pemulihan (remedial),
tindak lanjut, dan evaluasi hasil.
1. Persyaratan Teknik
a. Pesawat sinar-X
• Harus memenuhi ketentuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur.
• Paling kurang terdiri atas komponen utama :
tabung; pembangkit tegangan tinggi; panel
kontrol; dan atau perangkat lunak
• Untuk pemeriksaan umum secara rutin (selain
pesawat sinar-X untuk Radiologi Kedokteran Gigi,
Mamografi, Fluoroskopi dan Pengukur Densitas
Tulang), pesawat sinar-X harus mempunyai
spesifikasi :
• Daya generator paling rendah 5 kW ;
• Kuat arus tabung paling rendah 50 mA; dan
• Tegangan tabung dapat dioperasikan hingga
100 kV
• Pesawat sinar-X Kedokteran Gigi Intraoral
harus dilengkapi dengan konus.
• Pesawat sinar-X Fluoroskopi harus dilengkapi
dengan sistem pencitraan (closed circuit
television (CCTV) atau charge coupled device
(CCD)) serta tabir penguat citra (image
intensifier) dan Mass Chest Survey (MCS)
• Pesawat sinar-X mobile hanya boleh
digunakan untuk pemeriksaan rutin di:
1. instalasi gawat darurat ;
2. instalasi perawatan intensif;
3. ruang radiologi apabila pesawat sinar-X
terpasang tetap mengalami kerusakan
4. mobile station;
5. klinik;
6. Puskesmas; atau
7. praktek dokter
• Pesawat sinar-X portabel dan pesawat sinar-X
Kedokteran Gigi portabel tidak boleh
digunakan untuk pemeriksaan rutin
• Pesawat sinar-X harus dioperasikan oleh
radiografer, kecuali pesawat sinar-X
Fluoroskopi.
• Pesawat sinar-X Fluoroskopi harus
dioperasikan oleh Dokter Spesialis Radiologi
atau Dokter yang berkompeten.
b. Peralatan Penunjang Pesawat Sinar-X
• Peralatan penunjang pesawat sinar-X harus
memenuhi ketentuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau standar lain yang
tertelusur
• Peralatan penunjang pesawat sinar-X paling
kurang terdiri atas:
a. Komponen tiang penyangga tabung,
b. Kolimator, dan
c. Instrumentasi tegangan.
c. Bangunan Fasilitas
• Disain bangunan harus memenuhi persyaratan
pembatas dosis untuk :
• Pekerja radiasi (10 mSv per tahun atau 0,2 mSv
per minggu) untuk perisai pada dinding ruangan
dan/ atau pintu yang berbatasan langsung
dengan ruang pekerja radiasi dan
• Pembatas dosis untuk masyarakat (0,5 mSv per
tahun atau 0,01 mSv per minggu) untuk perisai
pada dinding ruangan dan/atau pintu yang
berbatas an langsung dengan akses anggota
masyarakat.
• Setiap perencanaan fasilitas pesawat sinar-X
harus memperhitungkan beban kerja maksimum,
faktor guna penahan radiasi, dan faktor
penempatan daerah sekitar fasilitas.
• Fasilitas pesawat sinar-X paling kurang harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Ukuran ruangan pesawat sinar-X dan mobile
station harus sesuai dengan spesifikasi teknik
pesawat sinar-X dari pabrik atau rekomendasi
standar internasional atau memiliki ukuran
sebagaimana yang tercantum pada Tabel 5.
b. Jika ruangan memiliki jendela, maka jendela
ruangan paling kurang terletak pada ketinggian 2
m dari lantai.
c. Dinding ruangan untuk semua jenis pesawat
sinar-X terbuat dari bata merah ketebalan 25 cm
atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm3
dengan ketebalan 20 cm atau setara dengan 2
mm timah hitam (Pb), dan pintu ruangan pesawat
sinar-X harus dilapisi dengan timah hitam dengan
ketebalan tertentu.
d. Kamar gelap atau alat pengolahan film.
e. Ruang tunggu pasien.
f. Ruang ganti pakaian.
g. Tanda radiasi, poster peringatan bahaya radiasi,
dan lampu merah.
Tabel 5. Ukuran Ruangan Pesawat Sinar-X
2. Verifikasi Keselamatan
• Verifikasi keselamatan dilakukan melalui:
a. Pemantauan paparan radiasi,
b. Uji kesesuaian pesawat sinar-X, dan
c. Identifikasi terjadinya paparan potensial.
• Verifikasi keselamatan harus dicatat di dalam
logbook.
• Pemantauan paparan radiasi dilakukan oleh
pemegang izin terhadap fasilitas yang baru
dimiliki sebelum digunakan dan fasilitas yang
mengalami perubahan.
• Pelaksanaan pemantauan paparan radiasi
dilakukan oleh petugas proteksi radiasi pada:
a. Ruang kendali pesawat sinar-X,
b. Ruang di sekitar pesawat sinar-X, dan
c. Personil yang sedang melaksanakan prosedur
fluoroskopi.
• Uji kesesuaian pesawat sinar-X wajib dilakukan
oleh pemegang izin.
• Sedangkan identifikasi terjadinya paparan
potensial dilakukan dengan mempertimbangkan
kemungkinan kecelakaan sumber atau suatu
kejadian atau rangkaian kejadian yang mungkin
terjadi akibat kegagalan peralatan atau kesalahan
operasional.
• Uji Kesesuaian (compliance test) pesawat
sinar-X adalah uji untuk memastikan pesawat
sinar-X dalam kondisi andal, baik untuk
kegiatan radiologi diagnostik maupun
intervensional dan memenuhi peraturan
perundang-undangan.
• Tujuan dari Uji Kesesuaian adalah untuk
mewujudkan pengoperasian pesawat sinar-X
yang andal dan aman bagi pasien, pekerja dan
masyarakat.
• Setiap orang atau badan yang mengajukan
permohonan izin baru, perpanjangan izin dan/
atau memiliki izin penggunaan pesawat sinar-X
wajib melaksanakan Uji Kesesuaian.
• Uji Kesesuaian harus dilakukan terhadap pesawat
sinar-X yang:
• Belum memiliki sertifikat Uji Kesesuaian
• Masa berlaku sertifikat Uji Kesesuaiannya telah
berakhir.
• telah memiliki yang sertifikat Uji Kesesuaian
tetapi telah mengalami perubahan spesifikasi
teknis yang dikarenakan perbaikan dan/ atau
penggantian komponen signifikan.
• Uji Kesesuaian harus dilakukan terhadap
fungsi kinerja dari komponen signifikan
pesawat sinar-X yang mempengaruhi
penerimaan dosis radiasi pasien dan kualitas
citra yang dihasilkan yang meliputi:
a. generator;
b. panel kendali;
c. tabung insersi;
d. wadah tabung (housing); dan
e. komponen terkait sistem pencitraan.
• Parameter uji secara langsung mempengaruhi dosis
radiasi pasien dan menentukan kelayakan operasi
pesawat sinar-X terhadap pasien meliputi:
a. Kolimasi berkas sinar-X;
b. Kualitas berkas sinar-X;
c. Reproduksibilitas penyinaran;
d. Indikator peringatan penyinaran, termasuk timer
fluoroskopik;
e. Sistem interlock untuk menghentikan penyinaran
secara otomatis bila batas prakondisi keselamatan
terlampaui;
f. Kebocoran wadah tabung Pesawat Sinar-X;
g. Laju dosis radiasi maksimum pada penyinaran
fluoroskopik; dan informasi dosis atau laju dosis radiasi
yang diterima pasien.
• Parameter teknik penting yang berhubungan dengan
radiasi dalam pengambilan citra adalah akurasi
tegangan kerja, waktu, dan kualitas berkas radiasi.
• Kualitas berkas radiasi akan menunjukkan kemampuan
radiasi menembus objek, besaran kualitas radiasi sinar-
X dinyatakan dalam HVL.
• Semakin besar HVL daya tembus sinar-X semakin besar,
dan dosis yang dihasilkan lebih rendah karena radiasi
yang memiliki energi rendah lebih sedikit.
• Pada fasilitas radiologi diagnostik dan intervensional,
potensi kecelakaan dapat disebabkan oleh kesalahan
prosedur pengoperasian alat, kerusakan atau kegagalan
dari pesawat sinar-X, ataupun karena faktor manusia
yang menyebabkan penerimaan dosis berlebih.
• Paparan Potensial tersebut dapat menjadi paparan
darurat.
• Jika terjadi paparan darurat, Pemegang Izin wajib
melakukan intervensi melalui tindakan protektif
dan remedial berdasarkan rencana
penanggulangan keadaan darurat, yang meliputi:
a. Identifikasi terhadap penyebab terjadinya
paparan darurat
b. Personil yang melaksanakan intervensi
c. Sistem koordinasi antar penyelenggara
keselamatan radiasi dalam melaksanakan
intervensi.
d. Penanggulangan paparan darurat, dan
e. Pelaporan.
• Penanggulangan paparan darurat meliputi:
a. Tindakan protektif untuk mencegah
terulangnya paparan darurat, yaitu melalui uji
kesesuaian dan perbaikan pesawat sinar-X
dan/atau perbaikan perangkat lunak.
b. Penanganan dan pemulihan pasien atau
pekerja yang mendapat paparan radiasi
berlebih.
• Rencana penanggulangan keadaan darurat harus
disusun dalam Program Proteksi dan Keselamatan
Radiasi.
• Pemegang Izin harus melaksanakan pencarian fakta
segera setelah terjadinya paparan darurat, yang
meliputi:
a. analisis penyebab kejadian
b. perhitungan atau kajian dosis yang diterima, dan
b. tindakan korektif yang diperlukan untuk mencegah
terulangnya kejadian serupa.
• Hasil pencarian fakta tersebut harus dicatat di dalam
logbook.
• Pemegang Izin wajib membuat laporan tertulis
mengenai pelaksanaan intervensi terhadap
paparan darurat yang minimal berisi tentang
hasil pelaksanaan rencana penanggulangan
keadaan darurat dan menyampaikan laporan
tersebut kepada Kepala BAPETEN paling lama
3 (tiga) hari kerja terhitung sejak pelaksanaan
intervensi terhadap paparan darurat selesai di
lakukan.

Anda mungkin juga menyukai