Terakreditasi LIPI
No. 507/Akred/P2MI-LIPI/10/2012
DISPARITAS
YUDISIAL
J
urnal Yudisial merupakan majalah ilmiah yang memuat hasil kajian/riset atas putusan-putusan
pengadilan oleh jejaring peneliti dan pihak-pihak lain yang berkompeten. Jurnal Yudisial terbit
berkala empat bulanan di bulan April, Agustus, dan Desember.
Mitra Bestari: 1. Dr. Shidarta, S.H., M.Hum. (Filsafat Hukum dan Penalaran Hukum)
2. Dr. Anthon F. Susanto, S.H., M.Hum. (Metodologi Hukum dan Etika)
3. Dr. Yeni Widowaty, S.H., M.Hum. (Hukum Pidana dan Viktimologi)
4. Dr. Niken Savitri, S.H., M.CL. (Hukum Pidana, HAM dan Gender)
5. Dr. An An Chandrawulan, S.H., LL.M. (Hukum Perdata)
6. Mohamad Nasir, S.H., M.H. (Hukum Lingkungan dan Sumber Daya
Alam)
7. Dr. Widodo Dwi Putro, S.H., M.H. (Filsafat Hukum dan Sosiologi
Hukum)
III
Desain Grafis
dan Fotografer: 1. Dinal Fedrian, S.IP.
2. Widya Eka Putra, A.Md.
Alamat:
Sekretariat Jurnal Yudisial
Komisi Yudisial Republik Indonesia
Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat,Telp. 021-3905876, Fax. 021-3906189
E-mail: jurnal@komisiyudisial.go.id
Website: www.komisiyudisial.go.id
IV
PENGANTAR
T
ermadisparitas secara popular muncul pada abad ke-16, yang awalnya
berakar pada kata Latin paritas atau parity. Istilah ini mengandung
makna ekuivalen, sehingga antoniminya, yakni disparitas, berarti perbedaan,
kesenjangan, atau inkonsistensi.
Analisis aneka putusan yang diangkat dalam edisi Jurnal Yudisial kali ini menyajikan
dimensi disparitas yang sangat menarik. Para penulis menawarkan problematika
disparitas tadi di dalam arena hukum pembuktian (misalnya perbedaan penafsiran Pasal
2 dan 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; perbedaan penafsiran
kekuatan alat bukti testimonium de auditu), lalu juga hukum-hukum sektoral mencakup
hukum pertanahan, hukum ketenagakerjaan, dan hukum konstitusi.
Sebagai sebuah karya yudisial yang memiliki kekuatan kebenaran melalui asas res
judicata pro veritatehabetur, putusan-putusan yang diklaim memiliki derajat disparitas
tersebut tidak serta merta harus dilabel negatif. Disparitas dapat menjadi pertanda
munculnya pergulatan pemikiran di antara komunitas para hakim. Masyarakat pembaca
putusan terbuka untuk menilai mana di antara argumentasi para hakim ini yang layak
diamini atau membuka peluang lahirnya argumentasi berikutnya.
Jurnal Yudisial memberi ruang bagi para penulis yang menjadi pembaca kritis putusan-
putusan hakim untuk berkontemplasi dan menuangkan hasil renungan mereka ke dalam
tulisan-tulisan mereka. Tidak tertutup kemungkinan, bagi para pembaca tulisan-tulisan
mereka akan menghadirkan pandangan berbeda lagi, yang boleh saja ditulis kembali
sebagai respons atas karya-karya tulis dalam jurnal ini. Bila itu terjadi, artinya misi
Jurnal Yudisial telah beringsut maju.
Terima kasih
Tertanda
Pemimpin Redaksi Jurnal Yudisial
VII
Penemuan hukum oleh hakim dalam putusan Prahassacitta V (Fakultas Humaniora Jurusan
pengadilan sangatlah penting. Namun apabila Business Law, Universitas Bina Nusantara, Jakarta)
penemuan tersebut didasarkan pada penafsiran Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai
hukum yang keliru, maka langkah tersebut Status Hukum Tenaga Kerja Asing
tidaklah dapat dikatakan sebagai penemuan hukum
Kajian Putusan Mahkamah Agung Nomor 595K/
dan justru akan berimplikasi pada munculnya
PDT.SUS/2010 dan Nomor 29PK/PDT.SUS/2010
kekecewaan masyarakat. Hasil analisis terhadap
13 putusan pengadilan menunjukkan adanya Jurnal Yudisial 2014 7(2), 117-135
disparitas penafsiran hukum baik secara horizontal Penggunaan tenaga kerja asing di pasar kerja
maupun vertikal atas Pasal 2 dan 3 Undang- Indonesia hanyalah untuk jabatan dan waktu
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. tertentu. Hal tersebut diatur secara jelas dalam
Di antara penafsiran hukum yang paling menonjol Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
yang digunakan hakim adalah penafsiran restriktif, Ketenagakerjaan dan peraturan pelaksanaannya.
sehingga unsur setiap orang dalam Pasal 2 Dalam praktiknya perjanjian kerja waktu tertentu
ditafsirkan sebagai orang yang bukan pegawai negeri antara pengusaha dengan tenaga kerja asing sering
atau pejabat negara, sedangkan unsur setiap orang dibuat dengan tidak memenuhi ketentuan yang
dalam Pasal 3 ditafsirkan sebagai pegawai negeri berlaku. Perjanjian kerja tersebut sering dibuat tidak
atau pejabat negara. Penafsiran tersebut tidaklah tertulis dan tidak dalam bahasa Indonesia. Selain itu
masuk akal karena berakibat pegawai negeri atau jangka waktu perjanjian kerja waktu tertentu tersebut
pejabat negara tidak dapat dijerat dengan Pasal yang melebihi jangka waktu yang telah ditentukan
2 (perbuatan melawan hukum) dan hanya dapat dalam undang-undang. Hal ini menimbulkan
dijerat dengan Pasal 3 (penyalahgunaan wewenang). permasalahan hukum ketika terjadi perselisihan
Ancaman hukuman minimal Pasal 3 jauh lebih hubungan industrial terkait pemutusan hubungan
ringan daripada ancaman hukuman minimal Pasal 2, kerja terkait dengan status hubungan kerja dan
sehingga putusan yang didasarkan pada penafsiran kompensasi PHK. Memang peraturan perundang-
restriktif tersebut berimplikasi pada ketidakadilan undangan tidak mengatur secara khusus mengenai
dan ketidakpastian hukum. Di samping itu secara perjanjian kerja waktu tertentu bagi tenaga kerja
penafsiran sistematis hal demikian bertentangan asing sehingga pelanggaran atas perjanjian kerja
IX
XI
XII
Melani (Fakultas Hukum, Universitas Pasundan, Keywords: law making method (rechtsvinding),
Bandung) corruption, abuse of authority.
XIII
XIV
XV
XVI
Melani
Fakultas Hukum Universitas Pasundan
Jl. Lengkong Besar No. 68 Kota Bandung
E-mail: melglitter@yahoo.co.id
Naskah diterima: 3 Februari 2014; revisi: 6 Agustus 2014; disetujui: 8 Agustus 2014
Disparitas Putusan Terkait Penafsiran Pasal 2 dan 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Melani) | 103
4 AS 36/Pid.Sus/TPK/2011/PN.Bdg 41/TIPIKOR/2011/PT.Bdg
2637 K/PID/SUS/2011
Disparitas Putusan Terkait Penafsiran Pasal 2 dan 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Melani) | 105
Sifat melawan hukum materil dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999,
yurisprudensi di Indonesia terdapat dalam menyatakan: Setiap orang yang secara melawan
Putusan Mahkamah Agung No. 42/K/Kr/1965, hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
dalam perkara Machroes Effendi yang didakwa sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
melakukan tindak pidana melanggar Pasal 372 yang dapat merugikan keuangan negara atau
jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP dan oleh Pengadilan perekonomian negara, dipidana dengan pidana
Negeri Singkawang dalam Putusan Perkara No. penjara seumur hidup atau pidana penjara
6/1964/Tolakan, tanggal 24 September 1964, paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama
dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
melanggar Pasal 372 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling
serta dihukum 1 tahun 6 bulan, kemudian dalam banyak Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
tingkat banding Pengadilan Tinggi Jakarta dalam
Wiyono (2006: 26) menyatakan: ketentuan
Putusan Perkara No. 146/1964 PT Pidana, tanggal
tindak pidana korupsi yang terdapat dalam
27 Januari 1965, dinyatakan melepaskan terdakwa
ketentuan Pasal 2 ayat (1) memang merupakan
dari segala tuntutan hukum, dan Mahkamah Agung
delik formil, juga ditegaskan dalam penjelasan
menyetujui pertimbangan Pengadilan Tinggi
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999. Dengan
Jakarta. Dalam pertimbangannya pengadilan tinggi
dirumuskannya tindak pidana korupsi seperti
berpendapat, bahwa pengeluaran-pengeluaran
yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) sebagai delik
DO gula insentif padi yang dilakukan terdakwa
formil, maka adanya kerugian keuangan negara
sesungguhnya merupakan tindakan-tindakan
atau kerugian perekonomian negara tidak harus
terdakwa yang menyimpang dari tujuan yang
sudah terjadi.
ditentukan, akan tetapi faktor kepentingan umum
dilayani, serta faktor tidak adanya keuntungan Pada tanggal 25 Juli 2006 Putusan Mahkamah
yang masuk ke dalam saku terdakwa dan faktor Konstitusi No. 003/PUU-IV/2006 menyatakan
tidak dideritanya kerugian oleh negara, merupakan pengertian Perbuatan Melawan Hukum dalam arti
faktor-faktor yang memiliki nilai lebih dari cukup materil tidak memiliki kekuatan hukum mengikat,
Disparitas Putusan Terkait Penafsiran Pasal 2 dan 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Melani) | 107
G. Dakwaan Subsidairitas
E. Ajaran Deelneming (Penyertaan)
Van Bemmelen dalam Andi Hamzah (1996:
Menurut Hooge Raad untuk dapat 190) menyatakan: Dalam dakwaan subsidair
mengatakan bahwa bentuk turut serta adalah turut pembuat dakwaan bermaksud agar hakim
melakukan, harus ada dua unsur, yaitu: memeriksa terlebih dahulu dakwaan primair dan
jika ini tidak terbukti, barulah diperiksa dakwaan
a. Antara para peserta ada kerjasama yang
subsidair.
diinsafi (buweste samenwerking);
Terdakwa didakwa jaksa penuntut umum
b. Para peserta bersama telah melaksanakan
melakukan tindak pidana korupsi dengan bentuk
(gezamenlijke uitvoering).
dakwaan secara bersusun lapis (subsidairitas)
Menurut Lamintang (1984: 588) yaitu dalam dakwaan primair melanggar Pasal 2
menjelaskan bentuk medeplegen sebagai berikut: ayat (1) sub b jo. Pasal 18 ayat (1) huruf a, b ayat
dalam bentuk deelneming itu terdapat seorang (2), (3) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
pelaku dan seorang atau lebih pelaku yang turut Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64
melakukan tindak pidana yang dilakukan oleh ayat (1) KUHP, kemudian subsidair melanggar
pelakunya, maka bentuk deelneming ini juga Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
Disparitas Putusan Terkait Penafsiran Pasal 2 dan 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Melani) | 109
Menurut P.A.F Lamintang dan Theo Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU No. 31
Lamintang (2012: 11), pada dasarnya terdapat Tahun 1999 jo. sebagaimana telah diubah
dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun
tiga pokok pemikiran tentang tujuan yang ingin 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
dicapai dengan suatu pemidanaan, yaitu: Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Disparitas Putusan Terkait Penafsiran Pasal 2 dan 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Melani) | 111
Disparitas Putusan Terkait Penafsiran Pasal 2 dan 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Melani) | 113
Disparitas Putusan Terkait Penafsiran Pasal 2 dan 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Melani) | 115
Vidya Prahassacitta
Fakultas Humaniora Jurusan Business Law Universitas Bina Nusantara
Kampus Kijang Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45 Palmerah Jakarta 11480
E-mail: vidya.prahassacitta@binus.ac.id/prahassacitta@gmail.com
Naskah diterima: 10 April 2014; revisi: 7 Agustus 2014; disetujui: 8 Agustus 2014
Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai Status Hukum (Vidya Prahassacitta) | 117
Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai Status Hukum (Vidya Prahassacitta) | 119
Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai Status Hukum (Vidya Prahassacitta) | 121
Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai Status Hukum (Vidya Prahassacitta) | 123
Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai Status Hukum (Vidya Prahassacitta) | 125
Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai Status Hukum (Vidya Prahassacitta) | 127
Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai Status Hukum (Vidya Prahassacitta) | 129
Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai Status Hukum (Vidya Prahassacitta) | 131
Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai Status Hukum (Vidya Prahassacitta) | 133
Dualisme Pandangan Mahkamah Agung Mengenai Status Hukum (Vidya Prahassacitta) | 135
Naskah diterima: 24 Maret 2014; revisi: 6 Agustus 2014; disetujui: 8 Agustus 2014
Kekuatan Pembuktian Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian (Ramdani Wahyu Sururie) | 137
Kekuatan Pembuktian Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian (Ramdani Wahyu Sururie) | 139
Saksi mempunyai peranan penting dalam Banyak penulis yang menggambarkan bahwa
memberikan masukan kepada majelis hakim keterangan saksi sebagai alat bukti cenderung
untuk mendukung dan menguatkan dalil-dalil tidak dapat dipercaya, dengan argumentasi
dari pihak yang berperkara dari adanya peristiwa bahwa saksi cenderung berbohong baik sengaja
perselisihan dan pertengkaran. Perselisihan dan atau tidak, saksi mendramatisir, menambah
pertengkaran dalam rumah tangga yang terjadi atau mengurangi dari kejadian yang sebenarnya
pada suami istri sifatnya berbeda sekali dengan dan ingatan manusia atas suatu peristiwa tidak
perselisihan dan pertengkaran yang terjadi dengan selamanya akurat sering dipengaruhi oleh emosi
hukum pidana. Perselisihan dan pertengkaran (Harahap, 2010: 625).
dalam rumah tangga, orang lain sangat sedikit atau
Terdapat beberapa persyaratan yang harus
bisa-bisa tidak sama sekali mengetahui kejadian,
dipenuhi terhadap alat bukti saksi meliputi
bentuk kejadian, dan permasalahan apa yang
persyaratan formil dan materil yang bersifat
terjadi. Orang lain yang mengetahui adanya tidak
kumulatif dan bukan alternatif. Artinya bila
kumpul atau pisah tempat tinggal antara suami
suatu kesaksian tidak memenuhi seluruh syarat
istri, hanya sebatas mengetahui tidak kumpulnya,
yang dimaksud maka kesaksian itu tidak dapat
tetapi kepastian mengapa sampai tidak kumpul
dipergunakan sebagai alat bukti. Adapun syarat
dalam rumah tangga dan kepastian sekian lamanya
formil itu adalah:
tidak kumpul, belum tentu tahu. Ada suami istri
yang pura-pura harmonis ketika bertemu orang 1. Saksi adalah orang yang tidak dilarang oleh
lain, akan tetapi sebenarnya sebaliknya. Dengan undang-undang untuk menjadi saksi (Pasal
mengatakan, yang penting permasalahan rumah 145 HIR, Pasal 172 R.Bg dan Pasal 1909
tangga hanya yang tahu kita (suami istri) sendiri. KUH Perdata).
Untuk membuktikan kondisi tersebut, diperlukan
2. Saksi memberikan keterangan di
kehadiran saksi (Hasim, 2013: 3).
persidangan (Pasal 144 HIR, Pasal 171
Saksi sebagai alat bukti dalam hukum R.Bg dan Pasal 1905 KUH Perdata).
perdata mempunyai jangkauan yang sangat luas
3. Saksi mengucapkan sumpah sebelum
sekali hampir meliputi segala bidang dan segala
memberikan keterangan (Pasal 147 HIR,
macam sengketa perdata, hanya dalam hal yang
Pasal 175 R.Bg dan Pasal 1911 KUH
sangat terbatas sekali keterangan saksi tidak
Perdata).
diperbolehkan, seperti melarang pembuktian saksi
terhadap isi suatu akta otentik, rasio pelarangan 4. Ada penegasan dari saksi bahwa ia
adalah karena pada umumnya keterangan saksi menggunakan haknya sebagai saksi, jika
cenderung kurang dapat dipercaya, sering
Kekuatan Pembuktian Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian (Ramdani Wahyu Sururie) | 141
Kekuatan Pembuktian Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian (Ramdani Wahyu Sururie) | 143
Kekuatan Pembuktian Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian (Ramdani Wahyu Sururie) | 145
Kekuatan Pembuktian Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian (Ramdani Wahyu Sururie) | 147
Kekuatan Pembuktian Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian (Ramdani Wahyu Sururie) | 149
Kekuatan Pembuktian Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian (Ramdani Wahyu Sururie) | 151
Kekuatan Pembuktian Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian (Ramdani Wahyu Sururie) | 153
Kekuatan Pembuktian Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian (Ramdani Wahyu Sururie) | 155
Bambang Pratama
Ketua Umum Asosiasi Dosen Entrepreneurship Indonesia (ADEI)
Puri Botanical Residence Blok H9/9 Jl. Joglo Raya, Joglo, Kembangan, Jakarta Barat
E-mail: bptama@gmail.com
Naskah diterima: 21 Juni 2014; revisi: 6 Agustus 2014; disetujui: 8 Agustus 2014
Kepailitan dalam Putusan Hakim Ditinjau dari Perspektif Hukum Formil dan Materil (Bambang Pratama) | 157
Kepailitan dalam Putusan Hakim Ditinjau dari Perspektif Hukum Formil dan Materil (Bambang Pratama) | 159
Kepailitan dalam Putusan Hakim Ditinjau dari Perspektif Hukum Formil dan Materil (Bambang Pratama) | 161
Kepailitan dalam Putusan Hakim Ditinjau dari Perspektif Hukum Formil dan Materil (Bambang Pratama) | 163
Kepailitan dalam Putusan Hakim Ditinjau dari Perspektif Hukum Formil dan Materil (Bambang Pratama) | 165
Kepailitan dalam Putusan Hakim Ditinjau dari Perspektif Hukum Formil dan Materil (Bambang Pratama) | 167
Temuan terakhir dalam aspek hukum Dalam aspek hukum materil ada tiga hal
acara adalah pernyataan kuasa hukum debitor yang dapat disimpulkan, pertama; Pengadilan
yang menyatakan bahwa putusan Pengadilan Niaga Semarang tidak mempertimbangkan
Niaga Semarang melebihi batas waktu yang perjanjian hak tanggungan dan fidusia tetapi
ditentukan dalam Pasal 8 ayat (5) UU-KPKPU hanya menekankan pada ketentuan normatif.
yang mengatur bahwa; putusan pengadilan Padahal kedua perjanjian utang tersebut sudah
atas permohonan pernyataan pailit harus memiliki lex specialist yang di dalamnya
diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari terdapat ketentuan yang mengatur jika debitor
setelah tanggal permohonan pernyataan pailit cedera janji maka kreditor dapat menjual objek
didaftarkan. Jika melihat tanggal yang tertera di hak tanggungan yang dipegangnya tanpa harus
dalam amar putusan Pengadilan Niaga Semarang memohonkan pailit. Kedua; keberadaan surat
tertulis bahwa permohonan pailit didaftarkan keterangan yang menyatakan bahwa Bank UOB
pada tanggal 19 Maret 2012 dan pada bagian sebagai kreditor lainnya selain Bank BII yang
akhir putusan, yaitu amar putusan tertulis tanggal diajukan di Pengadilan Niaga Semarang, bahkan
11 Juni 2012. Jika kedua tanggal tersebut di atas tidak dijelaskan secara rinci berapa nilai utangnya.
diperiksa secara seksama maka rentang waktu
Kepailitan dalam Putusan Hakim Ditinjau dari Perspektif Hukum Formil dan Materil (Bambang Pratama) | 169
Anisah, Siti. 2009. Studi Komparasi terhadap Bruckner, Matthew. 2013. The Virtue in
Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Bankruptcy. Layola University Chicago
Altman, Edward. I. 1968. Financial Ratios, Wood, QC & R. Philip. 2013. The Bankruptcy
Discriminant Analysis and Prediction of Ladder of Priorities and The Inequalities
Corporate Bankruptcy. The Journal of of Life. Hofstra Law Review, Vol. 40:93.
Finance, Vol. 23, No. 4. New York.
Garner, A. Bryan. 2009. Blacks Law Dictionary Quinn, Michael. 2003. Introduction to Insolvency:
9th Edition. New York: Thomson West. Overview and Recent Developments.
Dalam Anne-Marie Mooney Cotter. Ed.
Jackson, Thomas H. 1986. The Logic and Limits
Insolvency Law. London: Cavendish
of Bankruptcy Law. Cambridge: Harvard
Publishing.
University Press.
Rahardjo, Satjipto. 2006. Ilmu Hukum. Cetakan
Hoff, Jerry & Gregory J. Churcil. 2000. Indonesian
Keenam. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Bankruptcy Law. Jakarta: Tata Nusa.
Rahman, A. Aisyah, et.al. 2009. Lending
Komalasari, Dewi Yetty. 2011. Disertasi Doktor
Structure and Bank Insolvency Risk: A
Pemikiran Baru tentang Commanditaire
Comparative Study Between Islamic and
Vennootschap (CV) (Studi Perbandingan
Conventional Banks. Journal of Business
KUHD dan WvK Serta Putusan Pengadilan
& Policy Research, Vol.4 No. 2.
Indonesia dan Belanda). Jakarta: Badan
Penerbit FHUI. Razak, Adilah Abd. 2009. Understanding Legal
Research, Integration and Dissemination.
Krugman, Paul. 1979. A Model of Balance-of-
Selangor: Universiti Putra Malaysia.
Payments Crises. Journal of Money, Credit,
and Banking. Ohio State University. Heynes, Richard M. 2006. Bankruptcy and
State Collection: The Case of The Missing
Levratto, Nadine. 2013. From Failure to
Garnishments. Cornell Law Review, Vol.
Corporate Bankruptcy: a Review. Journal
91.
of Innovation and Entrepreneurship. a
Springer Open Journal. Roe, J. Mark & Frederick Tung. 2013. Breaking
Bankruptcy Priority: How Rent-Seeking
Lovells, Hogan. 2011. Russian Law Aspects of
Upends The Creditors Bargain. Virginia
Insolvency. New York: MOSLIBO.
Law Review, Vol. 99.
Martin, A., et.al. 2014. An Analysis on
Schwartz, Alan. 2005. A Normative Theory of
Qualitative Bankruptcy Prediction Rules
Business Bankruptcy. Faculty Scholarship
Using Ant-Miner. I.J. Intelligent System
Series. Paper 303. Yale Law School.
Kepailitan dalam Putusan Hakim Ditinjau dari Perspektif Hukum Formil dan Materil (Bambang Pratama) | 171
Naskah diterima: 24 Maret 2014; revisi: 6 Agustus 2014; disetujui: 8 Agustus 2014
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 173
Selain itu, karakteristik sengketa tanah Aspek ini menjadi penting untuk dikaji
bersifat multi-isu dan ruang lingkupnya sangat mengingat dalam memeriksa dan mengadili
luas karena dasar timbulnya sengketa tanah tuntutan penggugat, terdapat beberapa aturan dan
dapat berasal dari berbagai hubungan hukum/ asas-asas yang harus diperhatikan oleh hakim,
peristiwa hukum, misalnya: karena persoalan atas misalnya, gugatan dwangsom atau uang paksa
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 175
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 177
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 179
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 181
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 183
Mencantumkan dasar hukum dan ketentuan Terkait unsur dimuatnya pokok perkara,
normatif dari peraturan perundang-undangan dalam perkara gugatan, pokok perkara tersimpul
maupun sumber hukum tidak tertulis adalah dalam amar atau diktum putusan yang merupakan
suatu prinsip yang harus diterapkan oleh hakim, pernyataan yang berkenaan dengan status dan
mengingat alasan-alasan berikut: hubungan hukum para pihak dengan objek
sengketa (Harahap, 2006: 811). Dengan kata lain,
1. Dasar hukum adalah hal yang sangat
amar putusan merupakan jawaban atas sengketa
fundamental yang harus menjadi sumber
yang diajukan di persidangan. Berdasarkan teori
bagi hakim dalam memutus perkaranya
dan praktiknya, ada beberapa ketentuan formil
sebagaimana Pasal 2 ayat (2) UU No.
yang harus diperhatikan dalam menyusun amar
48 Tahun 2009 yang menegaskan bahwa
putusan, yaitu:
peradilan dilakukan berdasarkan hukum
dan keadilan. 1. Amar ditempatkan setelah bagian
pertimbangan fakta dan hukumnya.
2. Putusan pengadilan (yurisprudensi) adalah
sumber hukum. Putusan pengadilan 2. Amar disusun dengan bertitik tolak dari
menjadi rujukan/pedoman untuk mencari terbukti atau tidaknya gugatan.
dan menggali ketentuan hukum objektif
3. Memperhatikan sifat amar putusan, yaitu
dan subjektif. Putusan pengadilan adalah
hanya amar yang bersifat condemnatoir
rujukan karena sifatnya yang persuasive
(menghukum) yang bisa dieksekusi.
precedent (memberi keyakinan) (Mulyadi,
2010) bahkan dalam perkembangannya di 4. Amar putusan harus jelas (tidak kabur/
negara Belanda dan negara eropa kontinental umum).
lainnya, putusan pengadilan mulai memiliki
Mengingat asas kebebasan/kemerdekaan
kekuatan authoritative precedent (sumber
kehakiman (judicial independence), hakim
hukum yang utama) (FGD, Fernhout, 2012),
berwenang untuk mengabulkan maupun menolak
yaitu:
gugatan. Hakim wajib mengabulkan gugatan jika
a. Adanya asas ius curia novit (hakim terpenuhi beberapa kriteria berikut: alat bukti yang
tahu hukumnya). diajukan berhasil membuktikan dalil gugatan;
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 185
Fakta ini menunjukkan bahwa telah terjadi Putusan hakim dapat dikualifikasikan
pelanggaran Pasal 178 ayat (2) HIR/189 ayat (2) sebagai onvoldoende gemotiveerd atau putusan
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 187
Kewajiban hakim untuk mengadili Dalam proses perdata, para pihaklah yang
dan memutus seluruh bagian tuntutan sesuai mengemukakan peristiwanya sehingga fakta-
dengan asas judicare secundum allegata et fakta yang diungkapkan di persidangan harus
2. Menyatakan alat bukti yang sah menurut Dari sepuluh putusan pengadilan yang
hukum (bewijs). menjadi objek kajian, hanya satu putusan
pengadilan yang mencerminkan persoalan dalam
3. Menilai kekuatan pembuktian dari alat
penerapan hukum pembuktian oleh hakim. Hal
bukti yang diajukan (bewijskracht).
ini terlihat dari kajian peneliti terhadap putusan
Membuktikan berarti berkaitan dengan No. 54/Pdt.G/2004/PN.Slm. Dalam putusan ini,
penyajian atau pengajuan fakta-fakta/fakta peneliti menilai bahwa majelis hakim membuat
hukum dengan alat-alat bukti yang sah menurut bukti persangkaan yang tidak sah karena ditarik
ketentuan hukum yang berlaku, baik dari dari fakta-fakta yang tidak jelas dan bertentangan
penggugat maupun dari tergugat. Penggugat meskipun fakta tersebut berasal dari alat bukti
harus dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya saksi dan alat bukti tertulis yang diajukan di
kecuali jika tergugat sudah mengakui kebenaran persidangan.
dalil penggugat (Halim, 2005: 85). Dalam tahap
Fakta yang bertentangan tersebut adalah
tanya jawab, pada prinsipnya penggugat harus
di satu sisi hakim menyatakan bahwa para pihak
membuktikan kebenaran dalil gugatannya jika:
tidak bisa menunjukkan putusan desa yang
1. Tergugat tidak mengakui/menyangkal dalil- menerangkan adanya proses jual beli, di sisi
dalil yang diajukan oleh penggugat, dan/atau; lain ada kuitansi pembayaran serta keterangan-
keterangan saksi yang membenarkan adanya jual
2. Tergugat mengajukan dalil-dalil baru yang beli namun oleh hakim dianggap tidak cukup
isinya juga menentang atau menyangkal sebagai alat bukti karena tidak memenuhi syarat
kebenaran dalil-dalil yang diajukan oleh terang dan tunai.
penggugat (Halim, 2005: 85).
Selain itu terdapat pertimbangan hakim
Beban pembuktian umum menurut hukum (quo vide halaman 61 alinea 4 Putusan) yang
acara perdata merujuk pada ketentuan Pasal mencantumkan kalimat ... setidak-tidaknya
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 189
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 191
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 193
Makarao, Moh. Taufik. 2004. Pokok-Pokok Prinst, Darwan. 2002. Strategi Menyusun dan
Hukum Acara Perdata. Cetakan Pertama. Menangani Gugatan Perdata. Cetakan
Jakarta: Rineka Cipta. Ketiga Revisi. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Mertokusumo, Sudikno. 2006. Hukum Acara
Perdata Indonesia. Edisi Ketujuh Cetakan Sanusi, Ahmad. 2002. Pengantar Ilmu Hukum dan
Pertama. Yogyakarta: Liberty. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Cetakan
Kedua Edisi Keempat. Bandung: Tarsito.
___________________. 2009. Penemuan Hukum
Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Liberty. Soeroso, R. 1996. Praktik Hukum Acara Perdata
(Tata Cara dan Proses Persidangan).
Mulyadi, Lilik. 2009. Kompilasi Hukum Perdata
Cetakan Kedua. Jakarta: Sinar Grafika.
Perspektif Teoritis dan Praktik Peradilan
(Hukum Acara Perdata, Hukum Perdata Van Apeldoorn, L.J. 2005. Pengantar Ilmu Hukum.
Materil, Pengadilan Hubungan Industrial, Jakarta: Pradnya Paramita.
Pengadilan Perkara Perdata Niaga).
Wijayanta, Tata & Firmansyah, Herry. 2011.
Edisi Pertama Cetakan ke-1. Bandung: PT.
Perbedaan Pendapat dalam Putusan
Alumni.
Pengadilan. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
________________. 2009. Putusan Hakim Pustaka Yustisia.
dalam Hukum Acara Perdata Indonesia
Wijayanta, Tata, et.al. 2010. Penerapan Prinsip
(Teori,Praktik, Teknik Membuat dan
Hakim Pasif dan Aktif Serta Relevansinya
Permasalahannya). Cetakan ke-1. Bandung:
Terhadap Konsep Kebenaran Formal.
PT.Cipta Aditya Bakti.
Mimbar Hukum, Vol. 22 No. 3.
________________. 2010. Eksistensi
__________________. 2013. Kajian
Yurisprudensi Dikaji Dari Perspektif
Komprehensif terhadap Putusan-Putusan
Teoritis dan Praktik Peradilan. Akses 11
Pengadilan di Wilayah Provinsi Daerah
April 2013. http://pn-kepanjen.go.id/index.
Istimewa Yogyakarta Terkait Perkara
php?option=com_content&view=article&i
Sengketa Tanah yang Mengandung Gugatan
d=104:eksistensi yurisprudensi-dikaji-dari-
Monetary Remedy dan/atau Equitable
perspektif-teoretis-dan-praktik peradilan&c
Remedy. Laporan Hasil Penelitian yang
atid=23:artikel&Itemid=36.
disusun dalam rangka program Penelitian
Neils, Andrew. 2012. Fundamental Principles Putusan Hakim Tahun 2013 yang diadakan
of Civil Procedure: Order Out of Chaos. oleh Komisi Yudisial Republik Indonesia.
di dalam Kramer, X.E., van Rhee, C.H.
Civil Litigation in a Globalising World. The
Hague: Asser Press.
Disparitas Putusan Perkara Sengketa Tanah (Tata Wijayanta & Sandra Dini Febri Aristya) | 195
Naskah diterima: 1 Juli 2014; revisi: 5 Agustus 2014; disetujui: 8 Agustus 2014
Reduksi Fungsi Anggaran DPR dalam Kerangka Checks and Balances (Yutirsa Yunus & Reza Faraby) | 197
Reduksi Fungsi Anggaran DPR dalam Kerangka Checks and Balances (Yutirsa Yunus & Reza Faraby) | 199
Reduksi Fungsi Anggaran DPR dalam Kerangka Checks and Balances (Yutirsa Yunus & Reza Faraby) | 201
hingga rapat kerja komisi dengan K/L, yang dapat pemeriksaan seksama, persetujuan, maupun
menghasilkan berbagai revisi anggaran sebelum pengawasan oleh lembaga legislatif. Dengan
mencapai keputusan penolakan atau penetapan demikian, proses perencanaan dan penganggaran
menjadi undang-undang (Bappenas, 2010: 108). dalam hal ini merupakan implementasi konsep
negara hukum demokratis yang bertumpu pada
Skema di atas menggambarkan kompleksitas
checks and balances.
proses perencanaan dan penganggaran yang paling
banyak melibatkan pihak pemerintah. Besarnya
IV. ANALISIS
peran pemerintah dalam proses ini merupakan
A. Putusan Nomor 35/PUU-XI/2013: Fungsi
domain fungsi, kewenangan, maupun diskresi
Anggaran dan Checks and Balances
lembaga eksekutif dalam merencanakan program/
kegiatan yang dapat dijalankan secara operasional Ketentuan mengenai penyusunan APBN
untuk kepentingan masyarakat umum. Namun, yang melibatkan dua lembaga tinggi negara yakni
untuk mencegah terjadinya pemerintahan yang pemerintah dan DPR dianggap telah bertentangan
otoriter, maka pelaksanaan fungsi, kewenangan, dengan prinsip-prinsip negara hukum maupun
maupun diskresi pemerintah membutuhkan sistem pemerintahan presidensial. Hal ini terbukti
Reduksi Fungsi Anggaran DPR dalam Kerangka Checks and Balances (Yutirsa Yunus & Reza Faraby) | 203
Reduksi Fungsi Anggaran DPR dalam Kerangka Checks and Balances (Yutirsa Yunus & Reza Faraby) | 205
Reduksi Fungsi Anggaran DPR dalam Kerangka Checks and Balances (Yutirsa Yunus & Reza Faraby) | 207
11. Pengajuan, pembahasan, dan penetapan Pemerintah dan DPR Sewaktu-waktu pada
RUU APBN Perubahan tahun berjalan
Sebagai sebuah lembaga politik, DPR sifat fungsi anggaran DPR seharusnya dimaknai
seharusnya tidak terlalu detail merinci kegiatan sebagai sifat yang makro-strategis, bukan mikro-
dan jenis belanja pemerintah yang bersifat mikro- teknis.
teknis. Melainkan DPR seharusnya berfokus
Hal ini pada dasarnya tersirat secara
pada politik anggaran negara yang bersifat
implisit dalam ketentuan Pasal 157 ayat (1) UU
makro-strategis. Hal ini pula yang dinyatakan
MD3, yang dapat ditafsirkan bahwa pembahasan
oleh saksi ahli Ahmad Erani Yustika bahwa,
APBN akan mengarah ke arah pembahasan
keterlibatan DPR dalam perumusan anggaran
kerangka ekonomi makro dan pokok kebijakan
merupakan wujud turut serta dalam menentukan
fiskal sebagaimana ditentukan bahwa:
politik anggaran yang kini sudah hilang pada saat
berbicara mengenai fungsi perumusan anggaran Pembicaraan pendahuluan dalam rangka
DPR di dalam pembahasan APBN. Sehingga, penyusunan rancangan APBN dilakukan
Reduksi Fungsi Anggaran DPR dalam Kerangka Checks and Balances (Yutirsa Yunus & Reza Faraby) | 209
Reduksi Fungsi Anggaran DPR dalam Kerangka Checks and Balances (Yutirsa Yunus & Reza Faraby) | 211
S
egenap pengelola Jurnal Yudisial menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya atas
sumbangsih Mitra Bestari yang telah melakukan review terhadap naskah Jurnal Yudisial
Vol. 7 No. 2 Agustus 2014. Semoga bantuan mereka mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Melani, lahir di Bandung, 24 Mei 1957, adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan (Unpas)
Bandung. Selain itu juga advokat yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman
RI pada tanggal 20 Mei 1985. Menyelesaikan S1 dan S2 di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
(UNPAD) Bandung. Pengalaman berorganisasi, sebagai aktivis LBH Bandung (1981-1997), Direktur
LBH Bandung (1991-1997), Anggota Persatuan Advokat Indonesia (PERADIN) Bandung (1985).
Pengurus Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Bandung (1985-2002), Anggota Dewan Kehormatan
IKADIN Bandung, (2003-2005), Ketua Dewan Penasihat IKADIN Bandung (2006-2007). Wakil
Ketua DPD Kongres Advokat Indonesia (KAI) Jawa Barat (2008-2013). Anggota Dewan Kehormatan
KAI Jabar (2013-2018). Aktivitas lain di antaranya, Working Group Restorative Justice kerjasama
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jabar-UNICEF (2003-2004), Working Group dalam Program
Uji Coba Model Restorative Justice di Kota Bandung, Kerjasama LPA Jabar-UNICEF, (2005-
2007), Pengajar Pendidikan Praktisi & Konsultasi Hukum Angkatan ke-1 dan ke-3 LPM UNPAD
(2001/2003), Pengajar Pendidikan Khusus Profesi Advokat Kerjasama FH-UNPAD dengan DPC
IKADIN Bandung (2005), Pengajar Pendidikan Khusus Profesi Advokat KAI Jabar (2009-2010),
(2011-2012), dan menulis di jurnal hukum, majalah, serta surat kabar baik nasional maupun daerah
Vidya Prahassacitta, lahir di Denpasar (1985), memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas
Indonesia tahun 2007 dan merupakan lulusan terbaik program Magister Hukum dari Fakultas Hukum
Universitas Indonesia 2010 dengan konsentrasi Hukum Pidana dan Sistem Peradilan Pidana. Saat ini
merupakan dosen tetap pada Fakultas Humaniora Jurusan Business Law Universitas Bina Nusantara
Jakarta dan merupakan pengasuh beberapa mata kuliah antara lain hukum pidana, praktek pengadilan
niaga dan pengadilan hubungan industrial. Sebelumnya pemegang Kartu Advokat dari Peradi ini
merupakan asisten untuk mata kuliah hukum perburuhan pada Universitas Tarumanegara Jakarta dan
merupakan advokat yang telah magang dan bekerja pada beberapa firma hukum terkemuka di Jakarta
seperti Prof. Oemar Seno Adji & Rekan, Amir Syamsuddin & Partners, SRS dan NSMP Law Office
yang berafiliasi dengan firma hukum Wong Alliance LLP di Singapura, RRC dan Timor Leste serta
Jipyong & Jisung di Korea Selatan. Kontak 08161462458 dan 08119770576.
Ramdani Wahyu S, dilahirkan di Banjar, 30 Oktober 1972. Pendidikan S1 di IAIN Sunan Gunung
Djati Bandung (1991-1996) jurusan Peradilan Agama, Program Pascasarjana (S2) IAIN SGD Bandung
prodi Hukum Islam dan Pranata Sosial (1998-2000), Program Pascasarjana (S2) Unpad Bidang kajian
Sosiologi-Antropologi (2000-2004) dan UIN SGD Bandung Program Pascasarjana (S3) prodi Hukum
Islam (2011). Sejak tahun 1997 sebagai dosen luar biasa di IAIN SGD Bandung. Tahun 2000 diangkat
sebagai dosen tetap (PNS) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN SGD Bandung. Selain itu, menjadi
dosen luar biasa di STAI Siliwangi Bandung tahun 1999-2004, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unpad
tahun 2000 s.d. sekarang. Tahun 2003-2007 menjadi Sekpri Rektor UIN SGD, 2008-2012 sebagai
Bambang Pratama, menyelesaikan studi strata satu di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya tahun
2002 dengan bidang studi Hukum Perdata. Strata dua diselesaikan di Universitas Muhammadiyah
Jakarta tahun 2006 dengan bidang studi hukum bisnis. Saat ini sedang menyelesaikan pendidikan
Program Doktor Ilmu Hukum di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Riset hukum yang diminati
adalah Hukum Bisnis, Hak Kekayaan Intelektual dan Cyber Law. Penelitian yang pernah dilakukan
antara lain: Economic Sustainable Development (2008); Konfigurasi Pendidikan Entrepreneurship
Pada Pendidikan di Indonesia Sesuai dengan Kebutuhan Industri dalam Menciptakan Lulusan Berdaya
Saing Global (2011); Perlindungan Hukum Digital Property di Indonesia (2012); Kepemilikan Hak
Kekayaan Intelektual Bagi Pengguna Jejaring Sosial (2013); Merekonstruksi Bangunan Hukum Siber
di Indonesia (2014). Tulisan yang pernah dipublikasikan antara lain: Open Source Sebagai Salah Satu
Bentuk HKI (2010); Prevention of Hijacking and Dissemination of Intellectual Property Right (2010);
Intellectual Property Right in Cyber Space (2011); Implementation of Corporate Zakah Calculation
at Amil Zakah Institution in Indonesia (2011); Badan Hukum dan Kelembagaan Perguruan Tinggi
dalam Kerangka Hukum Pendidikan Indonesia (2012); ICT Law Framework in Indonesia Toward
ASEAN Economy Community (2013); A Quest for University Governance: an Institutional Approach
within Legal Framework (2014). Penulis dapat dihubungi melalui e-mail: bptama@gmail.com
Tata Wijayanta, menyelesaikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM), Program
S2 di Program Pascasarjana FH UGM Yogyakarta dan Program Doktor Falsafah di Fakulti Undang-
Undang Universiti Kebangsaan Malaysia. Menjadi dosen di FH UGM sejak tahun 1990 hingga
sekarang. Beberapa karya ilmiah yang telah dipublikasikan, di antaranya (1) Perbedaan Pendapat
Dalam Putusan Perkara di Pengadilan Negeri (Buku, 2011); (2) Penyelesaian Kes Kebankrapan
di Mahkamah Tinggi Malaysia dan Pengadilan Niaga di Indonesia (Buku, 2013); (3) Penerapan
Prinsip Hakim Pasif dan Aktif Dalam Hukum Acara Perdata (jurnal, UGM, 2012); (4) Pelaksanaan
Pasal 302 ayat (3) UU RI Nomor 37 Tahun 2004 berkaitan dengan pelantikan hakim ad hoc dalam
perkara kepailitan (Jurnal UMM Malang, 2004); dan sejumlah karya ilmiah lainnya, seperti jurnal
yang diterbitkan oleh Fakultas Hukum Universitas Sultan Agung, Universitas Pasundan, Universitas
Sandra Dini Febri Aristya, memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada pada tahun 2004, dan gelar Master on European and Internasional Regulation (Major:
Droit et Pratique de la Solidarit Internasionale) pada tahun 2008 dari Institut du Droit de la
Paix et du Developpement (IDPD), Universit de Nice-Sophia Antipolis. Penulis menekuni ilmu
Hukum Acara, dengan kekhususan Hukum Acara Perdata dan keminatan bidang hukum kedokteran.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan misalnya Pembuktian Perdata Dalam Kasus Malpraktik
di Yogyakarta (2009) dan Penerapan Keterangan Ahli (Expert) Dalam Perkara Malpraktik Medis
(Perdata) Ditinjau Dari Prinsip Audi et Alteram Partem (2011). Beberapa tulisan yang didiseminasikan
di seminar internasional dan nasional adalah Enhancing the Security and Justice by Revitalizing
the Mechanism of Judicial Assistance and Service of Documents Within Various Law fields Under
ASEAN Framework (2nc CILS Conference, 21st -22nd November 2011) and Integrating Small
Claim Court within Indonesian Civil Litigation: Comparative Perspectives in Civil Law and Common
Law Countries (Conference on the Draft of Civil Procedural Law, 28th June, 2012). Penulis dapat
dihubungi di alamat e-mail: sandra_aristya@yahoo.fr
Yutirsa Yunus, lahir di Ujung Pandang, 29 Desember 1989. Saat ini bekerja sebagai Tenaga
Pendukung Substansi Perencanaan pada Direktorat Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas. Penulis memiliki tugas pokok dalam menyusun
kajian pendahuluan (background study) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2015-2019 bidang hukum. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin dengan predikat cum laude dan penghargaan sebagai Wisudawan Terbaik Universitas.
Memiliki minat yang sangat besar dalam kegiatan kajian dan penelitian di bidang hukum. Berbagai
hasil kajiannya dimuat di jurnal ilmiah dan meraih penghargaan di tingkat nasional. Penulis dapat
dihubungi via yutirsa.yunus@support.bappenas.go.id atau yutirsa@ymail.com.
Reza Faraby, lahir di Depok, 26 Februari 1986. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 pada Fakultas
Hukum Universitas Indonesia pada tahun 2008, dengan mengambil Program Kekhususan Hukum
Tata Negara. Penulis pernah bekerja sebagai staf Bagian Hukum dan Penanganan Pelanggaran pada
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia. Selanjutnya, penulis kini bekerja sebagai
Staf Perencana pada Direktorat Hukum dan HAM, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN) / Bappenas. Saat ini penulis tengah menempuh studi Master Hukum di University of Exeters
School of Law melalui Beasiswa SPIRIT (Scholarship Program for Strengthening the Reforming
Institutions). Penulis dapat dihubungi melalui rezafaraby@bappenas.go.id.
Jurnal Yudisial adalah jurnal ilmiah berkala empat bulanan yang diterbitkan Komisi Yudisial
pada bulan April, Agustus, dan Desember. Naskah yang diterima merupakan hasil penelitian putusan
pengadilan (court decision) atas suatu kasus konkret yang memiliki aktualitas dan kompleksitas
permasalahan hukum, baik dari pengadilan di Indonesia maupun luar negeri. Penerbitan jurnal ini
bertujuan mendukung eksistensi peradilan yang akuntabel, jujur, dan adil. Isi tulisan dalam jurnal
sepenuhnya merupakan perspektif penulis dan tidak merepresentasikan pendapat Komisi Yudisial.
FORMAT NASKAH
1. Naskah diketik dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris baku. Apabila ada kutipan langsung
yang dipandang perlu untuk tetap ditulis dalam bahasa lain di luar bahasa Indonesia atau Inggris,
maka kutipan tersebut dapat tetap dipertahankan dalam bahasa aslinya dengan dilengkapi
terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris
2. Naskah diketik di atas kertas ukuran A-4 sepanjang 20 s.d. 25 halaman (sekitar 6.000 kata),
dengan jarak antar-spasi 1,5. Ketikan menggunakan huruf (font) Times New Roman berukuran
12 poin.
3. Semua halaman naskah diberi nomor urut pada margin kanan bawah.
SISTEMATIKA NASKAH
Judul Naskah
Judul ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Judul utama ditulis
di awal naskah dengan menggunakan huruf Times New Roman 14 poin, diketik dengan huruf kapital
seluruhnya, ditebalkan (bold), diletakkan di tengah margin (center text), dan maksimal 12 kata (anak
judul tidak dihitung). Tiap huruf awal anak judul ditulis dengan huruf kapital, ditebalkan, dengan
menggunakan huruf Times New Roman 12 poin. Contoh:
Mohammad Tarigan
Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara
Jl. S. Parman No. 1 Jakarta 11440,
E-mail mohtarigan@yahoo.co.id.
Abstrak
Abstrak ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan jumlah kata
masing-masing antara 150 s.d. 200 dalam satu paragraf dengan jarak satu spasi. Abstrak dilengkapi
dengan kata kunci (keywords) sebanyak 3 s.d. 5 terma (legal terms).
I. PENDAHULUAN
Subbab ini berisi latar belakang dari rumusan masalah dan ringkasan jalannya peristiwa hukum
(posisi kasus) yang menjadi inti permasalahan dalam putusan tersebut. Pertimbangan majelis terkait
permasalahan yang akan disorot wajib dijadikan bagian dari latar belakang. Namanama para pihak
dan majelis hakim yang dikutip dari putusan, ditulis dengan inisial. Pendahuluan harus memberi
pengantar yang cukup bagi masalah yang akan dirumuskan.
Subbab ini memuat formulasi permasalahan yang menjadi fokus utama yang akan dijawab nanti
melalui analisis. Rumusan masalah sebaiknya diformulasikan dalam bentuk pertanyaan (maksimal
tiga pertanyaan).
Subbab ini memuat tinjauan data/informasi yang diperoleh melalui bahan-bahan hukum seperti
perundang-undangan dan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, juga hasil-hasil penelitian, buku,
dan artikel yang relevan dan mutakhir. Paparan dalam studi pustaka tersebut harus menjadi kerangka
analisis terhadap rumusan masalah yang ingin dijawab.
IV. ANALISIS
Subbab ini memuat analisis yang harus dikemas secara runtut, logis, dan terfokus, yang di
dalamnya terkandung pandangan orisinal dari penulisnya. Bagian analisis ini harus menyita porsi
terbesar dari keseluruhan substansi naskah.
V. SIMPULAN
Subbab terakhir ini memuat jawaban secara lengkap dan singkat atas semua rumusan masalah.
Daftar pustaka harus terdiri dari referensi yang digunakan sebagai acuan naskah, tidak termasuk
peraturan perundang-undangan, peraturan kebijakan, dan/atau putusan pengadilan berjumlah minimal
15 referensi. Untuk kemutakhiran, pengacuan pustaka 80% harus dari terbitan lima tahun terakhir
dan 80% harus berasal dari sumber acuan primer (bukan mengutip dari sumber kedua). Pengacuan
pustaka harus dari situs ilmiah yang kredibel dan bukan berasal dari blog pribadi.
Sumber kutipan ditulis dengan menggunakan sistem catatan perut (body note atau side note)
dengan urutan nama penulis/lembaga, tahun terbit, dan halaman yang dikutip. Tata cara pengutipannya
adalah sebagai berikut:
1. Satu penulis: (Grassian, 2009: 45); Menurut Grassian (2009: 45), ...
2. Dua penulis: (Abelson & Friquegnon, 2010: 50-52);
3. Lebih dari dua penulis: (Hotstede et.al., 1990: 23);
4. Terbitan lembaga tertentu: (Cornell University Library, 2009: 10).
Kutipan tersebut harus ditunjukkan dalam daftar pustaka (bibliografi) pada akhir naskah. Tata
cara penulisan daftar pustaka dilakukan secara alfabetis, dengan contoh sebagai berikut:
Abelson, Raziel & Marie-Louise Friquegnon. Eds. 2010. Ethics for Modern Life. New York:
St. Martins Press.
Abdi, Mualimin. 2012. Kewajiban Verifikasi Parpol Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 52/PUU-X/2012. Jurnal Legislasi Indonesia. Vol. 9 No. 4. Hlm. 535-546.
Pengacuan pustaka 80% harus dari terbitan lima tahun terakhir dan 80% harus berasal dari
sumber acuan primer. Pengacuan pustaka tidak boleh berasal dari blog pribadi, harus dari situs ilmiah
yang kredibel.
PENILAIAN
Semua naskah yang masuk akan dinilai dari segi format penulisannya oleh tim penyunting.
Naskah yang memenuhi format selanjutnya diserahkan kepada mitra bestari untuk diberikan catatan
terkait kualitas substansinya. Setiap penulis yang naskahnya diterbitkan dalam Jurnal Yudisial berhak
mendapat honorarium dan beberapa eksemplar bukti cetak edisi jurnal tersebut.
Alamat redaksi:
Pusat Analisis dan Layanan Informasi, Gd. Komisi Yudisial Lt. 3, Jl. Kramat Raya No. 57
Jakarta Pusat 10450, Fax. (021) 3906189.