20 Votes
1. A. PENDAHULUAN
A.1. SUBYEK HUKUM
Dalam hukum perkataan orang berarti pembawa hak dan kewajiban
atau subyek dalam hukum. Di samping orang dalam arti manusia
(natuurlijk-persoon) dalam hukum ada juga badan atau perkumpulan yang
memiliki hak dan dapat melakukan perbuatan hukum seperti manusia.
Badan dan perkumpulan tersebut mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta
dalam lalu lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat digugat
dan juga dapat menggugat di muka hakim. Atau dengan perkataan lain,
diperlakukan sepenuhnya sebagai orang. Badan atau perkumpulan
sedemikian, dinamakan badan hukum (rechts-persoon).
Tiap orang menurut hukum (baik natuurlijk persoon maupun rechts-
persoon), harus mempunyai tempat tinggal (domisili). Tempat tinggal
(domisili) tersebut penting untuk menetapkan beberapa hal, seperti:
dimana seseorang harus melangsungkan perkawinan, dimana seseorang
dapat dipanggil di muka hakim, pengadilan mana yang berkuasa terhadap
seseorang dan lain sebagainya.
Biasanya domisili adalah di tempat kediaman pokok, tetapi bagi orang
yang tidak mempunyai tempat kediaman tertentu, domisili dianggap di
tempat dimana ia sungguh-sungguh secara fisik berada. Ada juga domisili
yang berhubungan dengan urusan, misalnya 2 (dua) pihak dalam suatu
kontrak memilih suatu domisili tertentu.
b. Akta Pendirian tersebut telah diajukan kepada dan untuk disahkan oleh
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
(Menkeh);
1. PT memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian disahkan
oleh Menkeh;
2. Direksi wajib mendaftarkan Akta Pendirian berikut pengesahannya
dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan Undang-undang No.3 tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan;
3. Direksi wajib mengumumkan pendirian, pengesahan serta pendaftaran
Akta Pendirian dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
STATUS BADAN HUKUM PT BERDASARKAN PENDIRIAANNYA
PT YANG PT YANG
SUDAH
PT YANG BELUM
DISAHKAN SUDAH
TETAPI BELUM
DISAHKAN
DIDAFTARKAN DISAHKA
DAN
DIUMUMKAN N
Badan Hukum
(status badan
Bukan Badan hukum diperoleh
setelah Akta Badan Hukum
STATUS Hukum
Pendirian disahkan
oleh Menkeh )
(Pasal 7 ayat 6
UUPT)
akan mengikat PT
apabila kemudian
ada pernyataan PT
untuk menerima,
mengambil alih atau Selama
mengukuhkan pendaftaran dan Sebagai badan hukum
perbuatan hukum pengumuman PT melalui Direksi
tsb. tersebut belum dapat melakukan
dilakukan oleh perbuatan hukum yang
TANGG Direksi, maka sesuai dengan isi
UNG Selama perbuatan Direksi secara anggaran dasar dan
JAWAB hukum tsb tidak tanggung renteng ketentuan
dikukuhkan maka bertanggungjawab undang-undang yang
Pendiri yang atas segala berlaku, perbuatan
melakukan perbuatan perbuatan hukum mana merupakan
hukum tsb yang dilakukan PT tanggung jawab PT.
bertanggungjawab (Pasal 23 UUPT)
secara pribadi atas
segala akibat yang
timbul.
(ii) tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau
Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu PT dinyatakan
pailit; atau orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 tahun sebelum
pengangkatan (Pasal 96 UUPT).
1. Wewenang dan kewajiban Komisaris ditetapkan dalam anggaran dasar
PT (Pasal 94 ayat 1 UUPT).
2. PT yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, PT yang
menerbitkan surat pengakuan utang atau perseroan terbuka wajib
mempunyai paling sedikit 2 Komisaris (Pasal 94 ayat 2 UUPT).
3. Dalam hal terdapat lebih dari 1 orang Komisaris, mereka merupakan
sebuah majelis, dengan konsekuensi bahwa sebagai majelis, Komisaris
tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili PT (Pasal 94 ayat
jo. Penjelasan Pasal 94 ayat 33 UUPT).
4. Komisaris diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu tertentu dengan
kemungkinan diangkat kembali (Pasal 95 ayat 1 dan ayat 3 UUPT).
5. Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada
Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu (Pasal 100 ayat 1 UUPT).
6. Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, Komisaris dapat
melakukan tindakan pengurusan PT dalam keadaan tertentu untuk
jangka waktu tertentu (Pasal 100 ayat 2 UUPT).
7. Bagi Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu
tertentu melakukan tindakan pengurusan tsb di atas, maka berlaku
semua ketentuan mengenai hak, wewenang dan kewajiban Direksi
terhadap PT dan pihak ketiga (Pasal 100 ayat 3 UUPT).
DIREKSI
1. Direksi adalah organ PT yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan
PT untuk kepentingan dan tujuan PT serta mewakili PT baik di dalam
maupun di luar pengadilan (Pasal 1 butir 4 UUPT).
2. PT yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan
surat pengakuan utang atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling
sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi (Pasal 79 ayat 2).
3. Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah :
(i) orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum;
dan
(ii) tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau
Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan
dinyatakan pailit; atau orang yang pernah dihukum karena melakukan
tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 tahun
sebelum pengangkatan (Pasal 79 ayat 3 UUPT).
1. Kewenangan Bertindak
Kewenangan Direksi biasanya tercantum dalam pasal 10, 11 atau 12
anggaran dasar PT. Ketentuan anggaran dasar PT seringkali berbeda
dalam merumuskan kewenangan bertindak Direksi, namun pada
umumnya menyebutkan sebagai berikut :
Direksi mewakili perseroan di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala
hal dan dalam segala kejadian dan karenanya berhak untuk
menandatangani atas nama perseroan, menjalankan segala hak dan
kekuasaan balk bersifat pengurusan maupun yang bersifat pemilikan.
membeli, atau dengan cara lain memperoleh barang yang tidak bergerak
kepunyaan PT;
menjual atau dengan cara lain melepaskan barang tidak bergerak
kepunyaan PT;
mengagunkan atau dengan cara apapun menjaminkan barang tidak
kepunyaan PT.
Dalam hal demikian, apabila untuk tindakan tersebut di atas harus
mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu atau dokumen yang
berkenaan dengan itu turut ditandatangani oleh :
Setiap anggota Direksi secara pribadi wajib dengan itikad baik dan penuh
tanggungjawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha PT,
sehingga dengan demikian setiap anggota Direksi bertanggung jawab
penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya (Pasal 85 ayat 1 & 2 UUPT).
TINDAKAN PT BERHUBUNGAN DENGAN BANK
PT Sebagai Nasabah
1. Kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar PT, maka umumnya
tindakan PT untuk membuka rekening pada Bank (e.g.: Giro, Deposito
dan/atau Tabungan) cukup diwakili oleh angota Direksi yang berwenang
mewakili Direksi, tanpa perlu mendapat persetujuan Dewan Komisaris /
RUPS, karena tindakan tersebut termasuk tindakan kepengurusan PT
sehari-hari.
2. Konsekuensinya adalah bahwa anggota Direksi yang berwenang
mewakili Direksi PT tersebut berhak pula menentukan karyawan PT
atau kuasanya sebagai Authorized Signer atas rekening pada Bank yang
bersangkutan.
3. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam pemberian kuasa tersebut
adalah agar kuasa yang diberikan bersifat khusus (tidak bersifat umum),
hal demikian mengingat sesuai dengan ketentuan Pasal 1796 KUH
Perdata ditentukan bahwa pemberian kuasa yang dirumuskan dalam
kata-kata umum hanya meliputi perbuatan pengurusan,sementara
tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan rekening PT pada
Bank pada umumnya termasuk juga tindakan yang meliputi perbuatan
kepemilikan.Pemberian kuasa tersebut harus sesuai dengan ketentuan
yang tertera dalam anggaran dasar perseroan.
PT Sebagai Peminjam
1. Dalam hal PT bertindak sebagai peminjam, maka pada umumnya
anggaran dasar PT mewajibkan anggota Direksi yang bersangkutan
untuk memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Dewan
Komisaris/RUPS.
2. Perlu menjadi perhatian adalah bahwa apabila anggaran dasar PT
mensyaratkan demikian, maka persetujuan tertulis tersebut agar
diperoleh terlebih dahulu sebelum dilaksanakannya perbuatan tersebut,
hal demikian untuk mencegah timbulnya gugatan di kemudian hari dari
pihak yang seharusnya memberikan persetujuan Dewan
Komisaris/RUPS) yang mengakibatkan perbuatan tersebut dapat
dimintakan pembatalannya di muka hakim.
PT Sebagai Penjamin atau Pemberi Jaminan
1. Dalam hal PT bertindak sebagai Penjamin atau Pemberi Jaminan, maka
pada umumnya anggaran dasar PT yang bersangkutan mewajibkan
anggota Direksi yang bersangkutan memperoleh persetujuan secara
tertulis terlebih dahulu dari Dewan Komisaris/RUPS.
2. Perbedaan akibat hukum bagi PT sebagai Pemberi Jaminan dan PT
sebagai penjamin(corporate guarantee) adalah sebagai berikut :
(i) PT sebagai pemberi jaminan yaitu dimana PT menyerahkan suatu
asset tertentu milik PT sebagai jaminan untuk jaminan atas pelunasan
hutang pada Bank, berarti pemberian jaminan hanya terbatas pada harta
kekayaan PT yang dijaminkan ;
(ii) permohonan satu orang pemegang saham atau lebih yang mewakili
paling sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
yang sah.
Usaha/Hak Pengelolaan.
c. Persetujuan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pekerlaan Umum Dati
II / Satuan Kerja Tehnis atas nama Bupati/Walikotamadya/Kepala Dinas
Pengawasan Pembangunan Kota (Jakarta a/n Gubernur DKI- Jaya):
a. UU PMDN.
(v) Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT), untuk keperluan impor yang
dilakukan sendiri;
(vii) Izin Usaha Tetap (IUT), Izin Usaha Perluasan dan perbaruan IUT.
Selain izin-izin yang disebut dalam butir a dan b di atas, izin yang berlaku
untuk PT pada umumnya, seperti tertera dalam butir Perizinan Yang
Diperlukan di muka, berlaku pula untuk PT PMDN.
a. 100% yang ditanam/dimiliki oleh warga negara atau badan hukum asing,
atau
Indonesia.
DASAR HUKUM
(i) Langsung: seluruh modalnya (100%) dimiliki oleh warga negara asing
(WNA) dan/atau badan hukum asing (BHA), dengan ketentuan sebagai
berikut:
Dalam jangka waktu maksimum 15 tahun sejak produksi komersial
PMA);
Setelah berproduksi komersial PMA tersebut dapat mendirikan
(i) Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing
(sesuai dengan Negative List);
e. Dalam segala hal kepemilikan saham pihak Indonesia tidak boleh lebih
kecil dari modal yang disetor/ditempatkan semula.
Pengendalian adalah:
1. Bank mempunyai hak suara yang lebih dari 50% berdasarkan suatu
perjanjian dengan investor lainnya;
2. Bank mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan
finansial dan operasional perusahan berdasarkan angaran dasar atau
perjanjian;
3. Bank memiliki kewenangan untuk menunjuk atau memberhentikan
mayoritas pengurus perusahaan;
4. Bank mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus;
5. Bank memiliki atau mengendalikan sekurang-kurangnya 10% saham
dan merupakan pemegang saham terbesar dibandingkan dengan
kepemilikan pihak lain dalam perusahaan;
6. Bank dan pihak terkait dengan Bank memiliki jumlah saham lebih dari
50% dari modal perusahaan;
7. Aktivitas utama perusahaan tempat penyertaan adalah untuk
memberikan manfaat bagi Bank; dan atau
8. Bank memiliki saham dan merupakan kreditur terbesar dari perusahaan
tempat penyertaan.
Perusahaan Induk adalah badan hukum yang dibentuk untuk
1. RUPS
2. Direksi
3. Komisaris
Menteri Keuangan adalah menteri yang mewakili Pemerintah selaku
pemegang saham Negara pada Persero dan dapat memberikan kuasa
kepada pihak lain untuk mewakilinya dalam RUPS.
STATUS HUKUM
Perum didirikan dengan peraturan pemerintah. Karenanya Perum
memperoleh status badan hukum setelah peraturan pemerintah pendirian
Perum berlaku. Sesuai dengan Undang-undang No.19/Prp/1960 tertanggal
30 April 1960 Perusahaan Negara adalah badan hukum.
ORGAN PERUM
Organ Perum terdiri dari:
1. Direksi
2. Dewan Pengawas
DIREKSI
Kewenangan Bertindak
Direksi bertanggung jawab atas kepengurusan Perum untuk kepentingan
dan tujuan Perum serta mewakili Perum baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Keuangan berdasarkan usul dari Menteri yang lingkup dan kewenangannya
meliputi bidang usaha Perum. Jumlah anggota Direksi paling banyak 5
orang dan diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat diangkat
kembali.
DEWAN PENGAWAS
Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan dan memberikan
nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan kepengurusan Perum.
Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Keuangan berdasarkan usul dari Menteri yang lingkup dan kewenangannya
meliputi bidang usaha Perum. Jumlah anggota Dewan Pengawas paling
sedikit 2 orang dan diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat
diangkat kembali. Pengangkatan Dewan Pengawas tidak bersamaan
waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi.
TINDAKAN PERUM BERHUBUNGAN DENGAN BANK
Perum Sebagai Nasabah
Dalam hal Perum sebagai pemegang rekening (Nasabah Giro) maka
tindakan tersebut diwakili oleh anggota Direksi sesuai Anggaran Dasar.
STATUS HUKUM
Perjan didirikan dengan peraturan pemerintah. Karenanya Perjan
memperoleh status badan hukum setelah peraturan pemerintah pendirian
Perjan berlaku. Usulan pendirian Perjan diajukan oleh Menteri yang
lingkup tugas dan kewenangannya meliputi bidang usaha Perjan
(Menteri) setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan dan Menteri
yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara.
Peraturan Pemerintah untuk mendirikan Perjan sekurang-kurangnya
memuat:
1. penetapan pendirian Perjan;
2. penetapan besarnya kekayaan Negara yang ada dalam Perjan;
3. anggaran dasar Perjan;
4. penunjukan Menteri yang bertanggung jawab dalam pembinaan teknis
Perjan.
ORGAN PERJAN :
Organ Perjan terdiri dari:
1. Direksi
2. Dewan Pengawas
DIREKSI
Kewenangan Bertindak
Direksi bertanggung jawab atas kepengurusan Perjan untuk kepentingan
dan tujuan Perjan serta mewakili Perjan baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
dengan persetujuan Menteri Keuangan. Jumlah anggota Direksi paling
banyak 5 orang dan paling sedikit 3 orang serta diangkat untuk masa
jabatan 5 tahun dan dapat diangkat kembali.
1. Direktur Utama atau Direktur pada Badan Usaha Milik Negara lainnya
atau perusahaan swasta atau jabatan lainnya yang berhubungan dengan
pengurusan perusahaan;
2. Jabatan struktural dan fungsional dalam instansi/lembaga Pemerintah
Pusat dan Daerah;
3. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar Perjan
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya Anggaran dasar Perjan sekurang-kurangnya memuat:
DEWAN PENGAWAS
Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pengurusan
Perjan yang dilakukan Direksi mengenai pelaksanaan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan, Rencana Jangka Panjang, ketentuan-ketentuan
dalam Peraturan Pendirian Perjan, ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Anggota Dewan Pengawas diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri atas persetujuan Menteri Keuangan. Jumlah
anggota Dewan Pengawas disesuaikan dengan kebutuhan dan paling
banyak 5 orang dan diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat
diangkat kembali. Pengangkatan Dewan Pengawas tidak bersamaan
waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi.
B.4. KOPERASI
DASAR HUKUM
Undang-undang No.25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 tentang
Perkoperasian (UU Koperasi).
Dengan berlakunya UU Koperasi, maka Undang-undang No.12 Tahun 1967
tentang Pokok-pokok Perkoperasian (UU No.12/1967) dinyatakan tidak
berlaku, namun peraturan pelaksanaan dari UU No.12/1967 dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti
berdasarkan UU Koperasi (Pasal 66 UU Koperasi).
PENGERTIAN
Menurut Pasal 1 UU Koperasi istilah-istilah di bawah ini mempunyai arti
sebagai berikut:
PERANGKAT ORGANISASI
Perangkat organisasi koperasi (Pasal 21 UU Koperasi) terdiri dari :
1. Rapat Anggota;
2. Pengurus;
3. Pengawas.
RAPAT ANGGOTA
1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
Koperasi (Pasal 22 ayat 1 UU Koperasi).
2. Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam
anggaran dasar(Pasal 22 ayat 2 UU Koperasi).
3. Rapat Anggota menetapkan :
(i) anggaran dasar;
Menurut Pasal 1 ayat 1 UU Dapen, Dana Pensiun adalah badan hukum yang
mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat persiun.
STATUS BADAN HUKUM
Dana Pensiun memiliki status sebagai badan hukum dengan syarat dan tata
cara yang diatur dalam UU Dapen (Pasal 3 UU Dapen).
JENIS DANA PENSIUN
Dana Pensiun terdiri dari 2 jenis:
1. Pengurus dan
2. Dewan Pengawas.
PENGURUS
1. Pengurus dalam Dana Pensiun memegang peranan yang sangat sentral,
yaitu bahwa pengurus bertanggungjawab atas pelaksanaan peraturan
Dana Pensiun, pengelolaan Dana Pensiun, melakukan tindakan hukum
untuk dan atas nama Dana Pensiun serta mewakili Dana Pensiun di
dalam dan di luar Pengadilan (Pasal 3 ayat 3 UU Dapen).
2. Untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan dalam Dana Pensiun, pengelolaan Dana Pensiun, pengelolaan
investasi dan menjamin keamanan kekayaan Dana Pensiun, pengurus
dapat mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga (Pasal 11 UU
Dapen).
3. Secara lebih detil, kewajiban pengurus Dana Pensiun diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Pemerintah No.76 tahun 1992 tentang DPPK (PP
No.76/1992).
4. Pengurus, masing-masing atau bersama-sama, bertanggungjawab secara
pribadi atas segala kerugian yang timbul pada kekayaan Dana Pensiun
akibat tindakan pengurus yang melanggar atau melalaikan tugas
dan/atau kewajibannya sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Dana
Pensiun dan peraturan perundang-undangan tentang Dana Pensiun,
serta wajib mengembalikan kepada Dana Pensiun segala kenikmatan
yang diperoleh atas atau dari kekayaan Dana Pensiun secara melawan
hukum (Pasal 21 PP No.76/1992).
DEWAN PENGAWAS
1. Keanggotaan Dewan Pengawas terdiri dari wakil pemberi kerja dan
peserta dengan jumlah yang sama (Pasal 12 ayat 1 UU Dapen)
2. Anggota Dewan Pengawas diangkat oleh pendiri (Pasal 12 ayat 2 UU
Dapen)
3. Tugas dan wewenang Dewan Pengawas:
(i) melakukan pengawasan atas pengelolaan Dana Pensiun oleh
pengurus;
(Pasal 12 UU Dapen)
1. Secara lebih detil, kewajiban Dewan Pengawas Dana Pensiun diatur
lebih lanjut dalam PP No.76/1992.
DPLK
DPLK adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh Bank atau perusahaan
asuransi jiwa untuk menyelenggarakan Program Iuran Pasti bagi
perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari
Dana Pensiun Pemberi Kerja baik bank atau perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan (Pasal 1 ayat 4 UU Dapen).
PEMBENTUKAN DAN TATA CARA PENGESAHAN
1. DPLK hanya dapat menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat
Pasti (Pasal 40 UU Dapen).
2. Bank dan perusahaan asuransi jiwa dapat bertindak sebagai pendiri
Dana Pensiun Lembaga Keuangan dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (Pasal 40 ayat 2 UU Dapen).
3. Untuk dapat mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan, bank atau
perusahaan asuransi jiwa dimaksud wajib mengajukan permohonan
pengesahan kepada Menteri Keuangan dengan melampirkan peraturan
Dana Pensiun (Pasal 40 ayat 3 UU Dapen).
4. Ketentuan mengenai hal-hal yang diwajib dimuat dalam peraturan Dana
Pensiun diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 41 ayat
1 UU Dapen).
5. Setiap pengesahan atas peraturan Dana Pensiun wajib mendapatkan
pengesahan dari Menteri Keuangan (Pasal 41 ayat 2 UU Dapen).
STUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi DPLK terdiri dari:
1. Pengurus dan
2. Dewan Pengawas.
PENGURUS
1. Menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah No.77 tahun 1992 tentang DPLK
(PP No.77/1992), Pendiri Dana Pensiun bertindak sebagai pengurus
Dana Pensiun dan bertanggungjawab atas pengelolaan dan investasi
Dana Pensiun
2. Secara lebih detil, kewajiban pengurus Dana Pensiun diatur lebih lanjut
dalam PP No.77/1992.
3. Pengurus bertanggungjawab atas segala kerugian yang timbul pada
kekayaan Dana Pensiun akibat tindakan pengurus yang melanggar atau
melalaikan tugas dan/atau kewajibannya sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Dana Pensiun dan peraturan perundang-undangan tentang
Dana Pensiun, serta wajib mengembalikan kepada Dana Pensiun segala
kenikmatan yang diperoleh atas atau dari kekayaan Dana Pensiun
secara melawan hukum (Pasal 14 PP No.77/1992).
DEWAN PENGAWAS
1. Dewan Pengawas atau yang setara dengan itu dari Pendiri Dana Pensiun
bertindak sebagai Dewan Pengawas dan bertanggungjawab mengawasi
pengelolaan dan investasi Dana Pensiun (Pasal 15 PP No.77/1992).
2. Secara lebih detil, tugas dan wewenang Dewan Pengawas Dana Pensiun
diatur lebih lanjut dalam PP No.77/1992.
KEWENANGAN BERTINDAK
Baik dalam DPPK maupun DPLK, pengurus bertanggungjawab atas
pelaksanaan peraturan Dana Pensiun, pengelolaan Dana Pensiun,
melakukan tindakan hukum untuk dan atas nama Dana Pensiun serta
mewakili Dana Pensiun di dalam dan di luar Pengadilan serta berwenang
untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan dalam Dana Pensiun, pengelolaan Dana Pensiun, pengelolaan
investasi dan menjamin keamanan kekayaan Dana Pensiun, pengurus
dapat mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga (Pasal 11 UU Dapen).
TINDAKAN DANA PENSIUN BERHUBUNGAN DENGAN BANK
Dana Pensiun Sebagai Nasabah
Tidak ada suatu ketentuan dalam UU Dapen yang melarang Dana Pensiun
untuk menjadi nasabah (penyimpan) dari Bank, namun demikian ada
beberapa ketentuan yang penting untuk menjadi perhatian dalam
menerima Dana Pensiun sebagai nasabah, yaitu sebagai berikut :
pengelolaan kekayaan Dana Pensiun harus dilakukan oleh pengurus
sesuai dengan:
(a) arahan investasi yang yang digariskan pendiri; dan
tetap diakui sebagai badan hukum dengan ketentuan dalam waktu paling
lambat 5 tahun sejak tanggal 6 Agustus 2002 wajib menyesuaikan
Anggaran Dasarnya dengan ketentuan UU Yayasan.
1. Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam butir D di atas dapat dibubarkan
berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaaan atau
pihak yang berkepentingan.
PENDIRIAN YAYASAN
1. Yayasan dapat didirikan oleh satu orang/badan hukum atau lebih
dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai
kekayaan awal (Pasal 9 ayat 1 UU Yayasan).
2. Pendirian tersebut dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam
bahasa Indonesia(Pasal 9 ayat 2 UU Yayasan).
3. Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat wasiat (Pasal 9 ayat 3 UU
Yayasan).
4. Dalam hal Yayasan didirikan oleh orang asing atau bersama-sama orang
asing, mengenai syarat dan tata cara pendirian Yayasan tersebut diatur
dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 9 ayat 5 UU Yayasan).
ORGAN YAYASAN
Organ Yayasan terdiri dari :
1. Pembina
2. Pengurus dan
3. Pengawas
PEMBINA
Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak
diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undang-undang Yayasan
atau Anggaran Dasar(Pasal 28 ayat 1 UU Yayasan).
1. Yang dapat diangkat menjadi anggota Pembina adalah orang
perseorangan sebagai pendiri Yayasan dan/atau mereka yang
berdasarkan keputusan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai
dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan (Pasal
28 ayat 3 UU Yayasan).
2. Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus
dan/atau anggota Pengawas (Pasal 29 UU Yayasan).
PENGURUS
1. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan
Yayasan (Pasal 31 ayat 1 UU Yayasan)
2. Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah orang perseorangan yang
mampu melakukan perbuatan hukum.(Pasal 31 ayat 2 UU Yayasan)
3. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau
Pengawas. (Pasal 31 ayat 3 UU Yayasan)
4. Pengurus diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan rapat Pembina
untuk jangka waktu selama 5 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
kali masa jabatan (Pasal 32 ayat 1 UU Yayasan)
5. Susunan Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas:
(i) seorang ketua;
(iv) Wakil Dosen bukan Guru Besar yang dipilih melalui pemilihan;
Dalam hal PTN sebagai Peminjam maka persetujuan dari organ PTN
lainnya tetap diperlukan selama anggaran dasar mengaturnya.
Lampiran BAB I
Negative List
Negative List ini dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan regulasi
Pemerintah di bidang Penanaman Modal.
1. 1. Bidang usaha yang tertutup mutlak untuk Penanaman Modal :
a. Sektor Pertanian
Budidaya dan pengolahan ganja dan sejenisnya;
d. Sektor perhubungan
Pemanduan Lalu Lintas Udara (ATS Provider) serta klasifikasi dan survey
statutorial kapal;
b. Sektor Perhubungan
(i) angkutan taksi/bis;
d. Sektor Penerangan
(i) Jasa penyiaran radio dan televisi, jasa siaran radio dan televisi
berlangganan dan media cetak;
(ii) Usaha perfilman (usaha pembuatan film, usaha jasa teknik film, usaha
ekspor film, usaha impor film, usaha pengedaran film dan usaha
pertunjukan dan/atau penayangan film).
pembudidayaan ikan di air tawar: terbuka untuk jenis labi-labi, nila gift,
sidat, kodok lembu, udang galah, bandeng dan thillapya sp; bekerja
sama dengan perikanan rakyat.
penangkapan ikan demersal (kakap, kerapu dan jenis lainnya):terbuka
selain di wilayah ZEEI Selat Malaka dan ZEEI Laut Arafura.
b. Sektor industri
Industri bubur kertas (pulp) dari kayu: bahan baku berasal dari chip
impor atau jaminan bahan baku dari Hutan Tanaman Industri;
Industri bubur kertas (pulp) dari serat selulosa lainnya atau bahan baku
(Papua)
Industri kayu gergajian: hanya untuk propinsi Irian Jaya (Papua);
diluar Propinsi Irian Jaya (Papua) hanya menggunakan bahan baku kayu
bulat non hutan alam.
Jasa pengeboran minyak dan gas bumi. Terbuka untuk PMA dengan
ketentuan: hanya untuk pengeboran lepas pantai; khusus untuk lokasi di
luar Kawasan Timur Indonesia harus bekerjasama dengan peserta
nasional yang bergerak di bidang usaha yang sejenis.
Usaha pembangkitan tenaga listrik: terbuka untuk lokasi di luar P. Jawa,
Bali dan Madura.
c. Sektor Perdagangan
Restoran: terbuka untuk PMA dengan ketentuan khusus di
daerah/kawasan wisata dan/atau terpadu (integrated) dengan hotel;
Jasa ketangkasan: terbuka untuk PMA dengan ketentuan khusus di
daerah/kawasan wisata dan/atau terpadu (integrated) dengan hotel;
DAFTAR PUSTAKA
Buku
1. Purwosutjipto, H.M.N., S.H., 1999, Pengertian Pokok Hukum
Dagang Indonesia II: Bentuk-bentuk Perusahaan, Cetakan ke-9,
Djambatan, Jakarta.
2. Rai Widjaya, I.G., S.H., M.A., 2000, Hukum Perusahaan dan Undang
Undang dan Peraturan Pelaksanaan Undang Undang di Bidang
Usaha, Cetakan ke-I, Kesaint Blanc, Jakarta.
3. Subekti, R, Prof, S.H. dan Tjitrosudibio, R, 2001, Kitab Undang Undang
Hukum Perdata, Cetakan ke-31, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
4. Subekti, R, Prof, S.H. dan Tjitrosudibio, R, ke-19, Kitab Undang
Undang Hukum Dagang dan Undang Undang Kepailitan, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
Peraturan
1. Undang-undang No.19/Prp/1960 tertanggal 30 April 1960
tentang Perusahaan Negara.
2. Undang-undang No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing,
sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-undang No.11 tahun 1970
tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang No.1 tahun 1967.
3. Undang-undang No.6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negerisebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang No.12
tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang No.6
tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.
4. Undang-undang No.9 tahun 1969 tertanggal 1 Agustus 1969
tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara.
5. Undang-undang No.25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992
tentang Perkoperasian.
6. Undang-undang No.11 tahun 1992 tertanggal 20 April 1992
tentang Dana Pensiun.
7. Undang-undang No.1 tahun 1995 tertanggal 1 Maret 1995
tentang Perseroan Terbatas.
8. Undang-undang No.8 tahun 1995 tertanggal 10 November 1995
tentang Pasar Modal.
1. Undang-Undang No. 16 tahun 2001 tertanggal 6 Agustus 2001
tentang Yayasan.
2. Peraturan Pemerintah No.76 tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi
Kerja.
3. Peraturan Pemerintah No.77 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
Lembaga Keuangan.
4. Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1994 tertanggal 19 Mei 1994
tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam
Rangka Penanaman Modal Asingsebagaimana diubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham
Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal
Asing.
5. Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998 tanggal 17 Januari 1998
tentang Perusahaan Perseroan.
6. Peraturan Pemerintah No.61 tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan
Tinggi sebagai BHMN.
7. Peraturan Pemerintah No.64 tahun 2001 tertanggal 13 September 2001
tentangPengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri
Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan
Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara.
8. Keppres No.96 tahun 2000 tanggal 20 Juli 2000 tentang Bidang Usaha
Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan
Tertentu Bagi Penanaman Modal jo. Keppres No.118 Tahun 2000
tanggal 16 Agustus 2000 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden
No.96 tahun 2000 tentang Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang
Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman
Modal.
9. Keputusan Presiden No.97 tahun 1993 tanggal 23 Oktober 1993
tentang Tatacara Penanaman Modal sebagaimana terakhir diubah
dengan Keputusan Presiden No.117 tahun 1999 tanggal 30 September
1999.
10.Surat Keputusan Meninves/Kepala BKPM No.5/SK/1994 tanggal 29
Juli 1994 tentangKetentuan Pelaksanaan Pemilikan Saham Dalam
Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing.
11. Keputusan Meninves/Kepala BKPM No.38/SK/1999 tertanggal 6
Oktober 1999 tentang Pedoman dan Tatacara Permohonan
Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal
Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing.
12. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tertanggal 31 Desember 1998
No.31/177/KEP/DIR tentang BMPK sebagaimana diubah dengan
Peraturan Bank Indonesia No. 2/16/PBI/2000 tanggal 12 Juni 2000.
13. Peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember
2001 tentangTransparansi Kondisi Keuangan Bank.
Rate This
numpang tanya bgma aspek hukum pembukaan rekening giro atas
mengatasnamakan bendahara pengeluaran skpd (dinas) oleh pihak lain
(skpd lain) yg diluar sepengetahuan bendahra yg bersangkutan dengan
menggunakan no NPWP yg diatasnamakan?
Balas
2. abels berkata:
6 April 2013 pada 1:23 am
Rate This
saya mau coba jawab, kalau misal pembukaan rekening giro oleh orang lain
seharusnya tidak bisa karena peruntukkan pembukaan giro harus melalui
sebuah cek lapangan dan verifikasi karena menyangkut reputasi pemilik
rekening gironya. , jadi apabila terjadi sesuatu makayang akan terkena
dampaknya ialah yang diatasnamakan giro tersebut
terimakasih