Anda di halaman 1dari 139

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


Terakreditasi Berdasarkan Kep. BAN-PT No. 022/BAN-PT/Ak-XV/S.1/VII/2012 Tanggal 27
Juli 2012

DIKTAT
HUKUM PERBANKAN DAN SURAT
BERHARGA

Kode Mata Kuliah: FH 22457

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Sawitri Yuli Hartati, SH. MH.

JAKARTA

DAFTAR ISI

Halama

1
n
BAB I SISTEM KEUANGAN, SISTEM PERBANKAN, DAN 1
HUKUM PERBANKAN DI INDONESIA

BAB II SUMBER DANA PERBANKAN 23

BAB III KREDIT DAN JAMINAN BANK 31

BAB IV JASA-JASA PERBANKAN 37

BAB V RAHASIA BANK 46

BAB VI PERLINDUNGAN NASABAH PENYIMPAN DANA 51

BAB VII PRAKTIK PENCUCIAN UANG DALAM PERBANKAN 57

BAB TINDAK PIDANA PERBANKAN 68


VIII
BAB IX PENGATURAN DAN PENGAWASAN OLEH BANK 72
INDONESIA

BAB X OTORITAS JASA KEUANGAN 76

BAB XI ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA 85

BAB XII SURAT BERHARGA, SURAT SANGGUP, PROMES DAN 90


WESEL

BAB SERTIFIKAT DEPOSITO, SERTIFIKAT BANK 118


XIII INDONESIA, SURAT BERHARGA KOMERSIL, KARTU
KREDIT, ATM, DAN L/C

BAB SURAT BERHARGA KOMERSIL, KARTU KREDIT, 124


XIV ATM, DAN L/C

BAB I
SISTEM KEUANGAN, SISTEM PERBANKAN,
DAN HUKUM PERBANKAN DI INDONESIA

A Sistem Keuangan
Sistem adalah seperangkat unsur yang secara terstruktur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas. Keuangan adalah seluk beluk uang atau urusan
uang atau pengetahan teori dan praktek mengenai keuangan yang mencakup uang,
kredit, perbankan, sekuritas, investasi, valuta asing, penjamin emisi, kepialangan,

2
trust, dsb. Jadi sistem keuangan adalah suatu sitem yang di bentuk oleh lembaga-
lembaga yang mempunyai kompetensi yang berkaitan dengan seluk beluk dibidang
keuangan.
Sistem keuangan menurut Dr. Insukindro, MA. Adalah suatu kesatuan sistem
yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan kegiatan utamanya
dibidang keuangan yakni menarik dana dari dan mengeluarkannya kepada
masyarakat. Sistem Keuangan diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu sistem
moneter dan Lembaga Keuangan. Pada Sistem Moneter terbagi dalam otoritas
moneter dan sistem Bank Umum atau sistem perbankan. Jadi otoritas moneter dan
sistem perbankan merupakan bagian dari sistem moneter di Indonesia dan sistem
moneter berhubungan erat dengan Bank Sentral dan Lembaga Keuangan Bank yang
juga berhubungan dengan Lembaga Keuangan Non Bank.
Sistem Otoritas, Dasar Hukum Otoritas Moneter, Undang-Undang Nomor 23
tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 3 tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU RI
Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahwa Bank Indonesia adalah
Penanggung Jawab Otoritas Kebijakan Moneter yang lazim disebut Moneter yang
berwenang menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dalam rangka mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dasar Hukum Sistem Perbankan/Sistem Bank
Umum. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 tahun
1998 tentang Perbankan.
Peranan Sistem Keuangan, sebagai lembaga intermediary yang berfungsi
untuk menyalurkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak-
pihak yang membutuhkan dana, juga diharapkan bahwa sistem keuangan bekerja
dengan baik dan efisien guna tercapainya pertumbuhan ekonomi. Untuk memacu
terwujudnya suatu sistem keuangan yang sehat dan stabil maka sistem keuangan
berperan utuk memberikan kebijakan moneter yang dititik beratkan pada upaya
mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah diantaranya adalah; 1). Kebijakan
moneter dengan prinsip kehati-hatian, 2). Sistem pembayaran yang cepat, tepat dan
aman, 3). Sistem perbankan dan keuangan yang sehat dan efisien.
Prof. Dr. Anwar Nasution berpendapat bahwa untuk menciptakan kondisi
sektor keuangan yang sehat dan stabil, adalah;
1. Lembaga Keuangan yang sehat, yakni yang mampu memenuhi kewajibannya tanpa
dukungan atau bantuan pihak luar. Berbagai alasan bank belum menciptakan sistem
keuangan yang sehat dan stabil, antara lain karena;

3
a. Keunikan karakteristik (mudahnya terkena Issue rush sehingga merugikan
deposan dan kreditor);
b. Penyebaran kerugian diantar bank-bank sangat cepat;
c. Proses penyelesaian bank-bank bermasalah membutuhkan dana tidak sedikit;
d. Hilangnya kepercayaan sehingga terjadi tekanan dalam sektor keuangan;
e. Ketidak stabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi makro ekonomi,
khususnya dikaitkan dengan tidak efektifnya transmisinya kebijakan moneter.
2. Pasar Keuangan yang stabil
Kondisi pasar keuangan yang baik senantiasa lahir dari Sistem Keuangan yang
sehat, transparan dan dikelola dengan baik. Sehingga membangun keyakinan para
pelaku pasar untuk bertransaksi secara aktif dan mendorong tingkat terbentuknya
tingkat harga pasar yang wajar.
3. Lembaga Pengaturan dan Pengawasan yang kompeten
Lembaga-lembaga penyangga yang berwenang melakukan fungsi pengaturan dan
pengawasan sektor keuangan, moneter fiskal mampu memformulasikan, dan
menerapkan kebijakan yang;
a. Konsisten, Integrated, forward looking dan cost effective.
b. Dapat mempertahankan tingkat kompetisi yang sehat.

c. Dapat mendukung inovasi pasar uang.


Suatu sistem keuangan mencakup sistem moneter (otoritas moneter dan
lembaga keuangan bank) dan lembaga keuangan bukan bank, mengenai bidang yang
digeluti oleh lembaga keuangan bukan bank adalah sektor yang berhubungan dengan
pembiayaan pembangunan berupa pemberian kredit jangka menengah atau jangka
panjang juga dapat berupa penyertaan modal dan usaha yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang-bidang tertentu, sehingga jelas bahwa
lembaga keuangan bukan bank mempunyai peran tertentu dalam menciptakan suatu
kondisi sektor keuangan yang sehat dan stabil, bahkan lembaga ini dapat juga
merusak tatanan sektor keuangan suatu negara yang pada akhirnya menjadi beban dari
perekonomian dari negara tersebut.
Lembaga Keuangan adalah sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana
(surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of fund), sehingga
peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya adalah sebagai perantara keuangan
masyarakat. Lembaga Keuangan terdiri dari 2 jenis yakni lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan bukan bank, dan kedua jenis lembaga ini mempunyai perbedaan
fungsi dan kelembagaan serta derivasi-derivasi menurut fungsi dan tujuannya.

4
Lembaga Keuangan Bank adalah Badan usaha yang melakukan kegiatan
dibidang keuangan dengan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman
(UU No.7 tahun 1992 jo UU No.10 tahun 1998tenagbPkrsUNo.23hu19jtn04ageBkdIsi).mLbuKNonalhBygmekitdbnuascrlkgmhipendatu jlgrksbehdanmuy ltrgbiaenvshpu-.(trydailnbke/s)
Lembaga keuangan bank dan non bank (asuransi, Lembaga Pembiayaan,
Pegadaian dan Dana Pensiun) secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut;
a. Bank
bank berasal dari bahasa italia yakni banca yang berarti bence yaitu
suatu bangku tempat duduk, sebab pada zaman pertengahan pihak banker italy
yang memberikan pinjaman-pinjaman dilakukan dengan cara duduk dibangku-
bangku halaman pasar. Pada perkembangan istilah bank adalah sebagai pranata
financial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam,
seperti; pinjaman, memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan
pengawasan mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-
benda berharga, dan membiayai usaha-usaha perusahaan.
Menurut Noah Wbster, dalam suatu kamus kata bank diartikan sebagai;
1. Menerima deposito uang, custody, menerbitkan uang, untuk memberikan
pinjaman dan diskonto, memudahkan penukaran uang tertentu dengan cek,
notes, dan lain-lain serta bank memperoleh keuntungan dengan meminjamkan
uangnya dan memungut bunga.
2. Perusahaan yang melaksanakan bisnis bank tersebut.

3. Gedung atau kantor tempat dilakukannya transaksi bank atau tempat


beroprasina perusahaan perbankan.
Dalam Blacks Law Dictonary, bank dirumuskan sebagai;
An intitution, usually, whose business to receive money and deposit,
cash, checks, or drafts, discount commercial paper, make loans, and issue
promissorry notes payable to bearer known as bank notes.
Diartikan sebagai suatu institusi yang berperan sangat besar dalam
dunia komersil, dan mempunyai wewenang untuk menerima deposito,
memberikan pinjaman, menerbitkan promissory notes yang sering disebut
dengan bank bills atau bank notes. Namun fungsi bank yang orisinil adalah
hanya menerima deposito berupa uang, logam, plate, emas, dan barang
berharga lainnya.

5
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah usaha dibidang
keuangan yang mencari dan mengeluarkan uang dimasyarakat terutama
memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Menurut Fockeman Andreae dalam kamus istilah hukum, bank adalah suatu
lembaga atas orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima
dan memberikan uang dari dan kepada pihak ke tiga.
Prof. G.M. Verryn Stuart, berpendapat bahwa bank adalah suatu badan
yang bertujuan umtuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat
pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain,
maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
Perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk simpanan dan bentuk kredit juga bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bankgsebilhtum rpdayksnbetighlumaknyepitjghudamklnrbepitjas-kugnly.mPberdiaonlstuged-yprciakh tmungejldark-pybungil.Dmrakecshtfungya,dekmibrfs;1g).Pna(oeydl,ituhwpmgnakyerdstcfin,2m).Lgbeaylkrtsdipnmaug.
b. Asuransi
hPeruansAitU dlmgbukane yirsdgankemyt,ruspdoikaneghtrusbdlmnipaykegu,srbmdnilathkegurs yndijal.
UsahPneruipmlgtk ,asjwndhureigkpastdhuilnr,pgeas nkuir,holtdsage.
nAsudiralhpejtkbgmanihpeutdrkgn,ameiupstkbrngadeustki,rnahlgeuydpk,tnbjawhmeigyukndrta,imblspewyngkuat rdishpnyoeagtuk.
MengaisurtlhdmbKU-HknDag()d No.2thu19eUasPrniygblkfdpt1uFea92.
c. Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan diatur dalam Keputusan Presiden No.61 Tahun 1988.
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan usaha
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Menurut
ketentuan Pasal 1 Ayat (2) Keputusan Presiden Tersebut, lembaga pembiayaan
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung
dari masyarakat. Adapun bidang usaha lembaga pembiayaan antara lain;
1 Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) yaitu badan usaha yang
melakuan usaha pembaiyaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik
secara finance lease, maupun operating lease, untuk digunakan oleh Penyewa
Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala.

6
2 Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company), yaitu badan usaha
yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam
suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee company)
untuk jangka waktu tertentu.
3 Perusahaan Jasa anjak Piutang (Factoring Company) adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan dan bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
4 Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consummers Finance Company) adalah
badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan
konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala.
5 Perusahaan Kartu Kredit (Credit Card Company) adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan
menggunakan kartu kredit.
6 Perusahaan Perdagangan Surat Berharga (Securities Company) adalah badan
usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk perdagangan surat
berharga.
d. Pegadaian
dPegainulhtsmbk yeriandptmskulbgeyradit.Kspukonmaredits.K lgbnhaymkeripjutgwndyabekisr3(m)p6ultdjahkniyregvc.
dProuseanpytgmh i;clejanyrkbgmdsituloanykepsrtginamdejupgkrit,slahndouje ktsirahgy,mpnjuldeairks.
MenurtPamhi()No.109gndeabwlmpirtukPedahoKnMgNBU.
e. Dana Pensiun
nDapesiudlhbkmygonjapreikmftsubgany.Bdherctimukplansdwgyeijrtkmuabnlsgpewitrudhakbjn(s)
nMuetUrdag-No.1h92DPsinbwykeaumlpt;rIij,nesahvdPglrpiun.

B. Sistem Perbankan
Perbankan dalam bahasa Inggris disebut banking dalam Blacks Law Dictionary
dirumuskan bahwa banking adalah the business of banking, as defined by law and
customs, const in the issue of notes payable on demand intended to circulate as money,
when the banks are banks issue, in receiving deposits payableon demand, in discounting
commercial paper, making loans of money on collateral security, buying and selling bills
of exchange, negotiaitng loans, and dealing in negotiable securities issued by the
goverment, state and national, and municipal and other corpoaration

7
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya, dapat dikatakan bahwa Sistemnprbkadulh yg ,embnakithusrcdpolgnaeysukrh.
Sistem hukum perbankan di Indonesia meliputi; asas, fungsi dan tujuan perbankan,
jenis-jenis dan usaha bank, perizinan syarat dan prosedur pendirian bank.

Azaz, Fungsi dan Tujuan Perbankan


Pada Pasal 2 Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, dinyatakan
bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian, dan menurut penjelasan resminya yang
dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun ciri-ciri demokrasi ekonomi; 1).
Dalam sistem ekonomi Pancasila koperasi adalah soko guru perekonomian; 2).
Perekonomian Pancasila digerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi sosial, dan
yang paling penting ialah moral; 3). Perkonomian Pancasila ada hubungannya dengan
Tuhan yang maha Esa, sehingga dalam Pancasila terdapat solidaritas sosial; 4).
Perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia, yang berarti nasionalisme
menjiwai tiap kebijakan ekonomi, sedangkan sistem perekonomian kapitalis pada
dasarnya kosmopolitanisme, sehingga dengan mengejar keuntungan tidak mengenal batas-
batas Negara.
Sistem perekonomian Pancasila tegas dan jelas adanya keseimbangan antara
perencanaan sentral (nasional) dengan tekanan pada desentralisasi di dakam pelaksanaan
kegiatan ekonomi.
Fungsi perbankan berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Perbankan menyatakan
bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dan
masyarakat.Tercermin bahwa fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan
dana (lacks of funds)
Pada Pasal 4 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa Perbankan Indonesia
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak.

Jenis-Jenis dan Usaha Bank

8
1 Jenis-Jenis Bank
Pada Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Perbankan terdapat 2 jenis bank yakni: Bank
Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional
dan atau prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Selain itu dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu maksudnya adalah melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang,
mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha ekonomi lemah/pengusaha kecil,
pengembangan ekspor non migas dan pengembangan bangunan perumahan.
Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatannya secara
konvensional dan atau prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
2 Usaha-usaha Bank
Pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, bahwa
kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum adalah:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
b. Memberikan kredit
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang
d. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan
atas perintah nasabahnya;
1) Surat-surat wesel termasuk yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya.
tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
2) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak
lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
3) Kertas Perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah.
4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
5) Obligasi
6) Surat dagangan berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun
7) Instrument surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu)
tahun
e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah.

9
f. menempatkan dana, meminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain,
baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel
unjuk, cek atau sarana lainnya.
g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan atau antar pihak ketiga.
h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak.
j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
k. Di hapus
l. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat.
m. menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip
syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
n. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
Selain itu menurut Pasal 7, bank umum dapat pula melakukan;
a. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
dapat ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang
keuangan.
c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
Namun kegiatan usaha yang dilarang dilakukan Bank Umum, menurut Pasal 10
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu;
a. melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
b dan huruf c.
b. melakukan usaha perasuransian.
c. melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagimana dimaksud dalam Pasal 6
dan Pasal 7.

10
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat, adalah;
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertipikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
Selain itu kegiatan usaha yang dilarang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat
berdasarkan Pasal 14, UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan yaitu;
a. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
c. Melakukan penyertaan modal.
d. Melakukan usaha perasuransian.
e. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 13.

Perizinan, Bentuk Hukum Bank dan Kepemilikan


Perizinan untuk menjalankan kegiatan usaha bank, telah diatur dalam Pasal 16 ayat
(1),(2) dan (3) Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan,yakni;
"Setiap pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau
Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan undang-undang tersendiri".
(Pasal 16 ayat 1)
Pada Pasal 16 ayat 2 mengemukakan bahwa "untuk memperoleh izin usaha Bank
Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib
dipenuhi persyaratan organisasi dan kepengurusan; susunan organisasi dan kepengurusan,
permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan rencana kerja.
"Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2)
ditetapkan oleh Bank Indonesia". (Pasal 16 ayat 3) Sedangkan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia mengenai perizinan untuk menjalankan kegiatan usaha bank, adalah:
a. persyaratan untuk menjadi pengurus bank antara lain menyangkut keahlian di bidang
perbankan dan konduite yang baik.

11
b. Larangan adanya hubungan keluarga diantara pengurus bank.
c. Modal disetor minimum untuk pendirian Bank Umum dan BPR.
d. Batas maksimum kepemilikan dan kepengurusan.
e. Kelayakan rencana kerja.
f. Batas waktu pemberian izin pendirian Bank.

Bentuk-Bentuk Hukum Bank


Bentuk Hukum Bank dikenal dengan tiga bentuk hukum sebagaimana ditentukan
oleh Pasal 21 ayat(1) Undang-Undang Perbankan, yakni;
Perseroan terbatas, koperasi, dan perusahaan daerah, sedangkan bentuk hukum
untuk Bank Perkreditan Rakyat yang diatur dalam Pasal 21 ayat (2) adalah perusahaan
daerah, koperasi dan perseroan terbatas, dan bentuk lain yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah. Dan bentuk hukum dari kantor perwakilan dan kantor cabang yang
berkedudukan di luar negeri adalah mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya
sebagaimana ditentukan oleh Pasal 21 ayat (3).
Jadi berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa bentuk hukum untuk Bank
Perkreditan Rakyat lebih banyak daripada bentuk hukum untuk Bank Umum Perbedaan
yang substansial adalah adanya peluang untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat
dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (2).
Pada penjelasan Pasal 21 ayat (2) huruf d dikatakan bahwa ketentuan ini
dimaksudkan untuk memberikan wadah bagi penyelenggaraan lembaga perbankan yang
lebih kecil dari BPR, seperti bank desa, lumbung desa, badan kredit desa, dan lembaga-
lembaga lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, dengan berstatus sebagi Bank
Perkreditan Rakyat berdasarkan undang-undang dengan memenuhi persyaratan atau cara
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Kepemilikan Bank
Berdasarkan Pasal 22 ayat (1), bahwa Bank Umum hanya dapat didirikan oleh
warga Negara Indonesia, badan hukum Indonesia, warganegara Indonesia, dan atau
badan hukum Indonesia dengan warga Negara asing dan atau badan hukum asing secara
kemitraan (joint ventre), dan Pasal 22 ayat (2) menentukan bahwa ketentuan mengenai
persyaratan pendirian yang wajib dipenuhi pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) ditetapkan oleh Bank Indonesia.

12
Adanya perbedaan yang berlaku antara Bank Umun dengan Bank Perkreditan
Rakyat dalam hal pendiriannya, seperti untuk BPR berlaku pada Pasal 23 UU Perbankan,
bahwa BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga Negara Indonesia, pemerintah
daerah, atau dapat memiliki bersama ketiganya. Jadi jelas dalam hal BPR dimiliki oleh
Badan Hukum Indonesia, maksudnya seluruh pemiliknya adalah warga Negara
Indonesia, Jadi hanya warga Negara Indonesia dan badan hukum Indonesia yang sama
sekali tidak mengandung unsur asing (foreign element).
Mengenai kepemilikan bank dibedakan berdasarkan bentuk hukum dari bank,
untuk bank umum dan bank perkreditan rakyat yang berbentuk hukum koperasi,
kepemilikannya diatur dalam undang-undang koperasi sebagaimana terdapat pada Pasal
24, dan pada Pasal 25 menentukan bahwa, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
yang berbentuk PT. sahamnya hanya dapat mengetahui perubahan kepemilikan saham
dari bank tersebut.
Pasal 26 ayat (1), (2), dan (3), menentukan pula hal-hal yang berkaitan dengan
kepemilikan bank; Pasal 26 ayat (1); bahwa Bank umum dapat melakukan emisi saham
melalui bursa efek, maksudnya adalah untuk memperkuat struktur permodalan,
penyebaran, kepemilikan, dan meningkatkan kinerja bank tersebut.
Pasal 26 ayat (2) menyatakan bahwa; Warga negara Indonesia, warga negara
asing,badan hukum Indonesia, dan atau badan hukum asing dapat membeli saham Bank
Umum, secara langsung, dan atau melalui bursa efek, maksudnya adalah untuk membuka
kesempatan yang lebih luas kepada berbagai pihak, baik Indonesia maupun asing untuk
turut serta memiliki Bank Umum.
Pasal 26 ayat (3) menyatakan bahwa; Pelaksanaan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Maksudnya
adalah bahwa pokok-pokok ketentuan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah memuat, antara lain; 1). persyaratan kepemilikan saham termasuk kondisi
keuangan calon pemilik bank. 2). persyaratan dokumen yang harus dipenuhi.
Dalam hal terjadinya perubahan kepemilikan bank, ada 2 (dua) kewajiban yang
wajib dipenuhi sebagaimana ditentukan oleh Pasal 27 UU Perbankan, yaitu; memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 16 ayat (3), Pasal 22, Pasal 23, Pasal
24, Pasal 25, dan Pasal 26. dilaporkan kepada Bank Indonesia.

Persyaratan dan Prosedur Pendirian Bank


a. Pendirian Bank Umum

13
Untuk mendirikan bank umum selain harus memenuhi persyaratan
sebagaimana di tetapkan oleh pasal 16 ayat (2) Undang undang perbankan juga
perlu memperhatikan dan memenuhi ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara
perizinan bank yang di ataur dalam surat keputusan direksi bank dan tata cara
perizinan bank yang diatur dalam surat keputusan direksi bank indonesia nomor
32/35/KEP/DIR Tentang bank umum.
Pada Pasal 5 keputusan direksi Bank Indonesia tersebut bahwa pemberian izin
usaha untuk mendirikan bank umum harus melalui dua tahap yaitu:
1. tahap persetujuan prinsip,yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian
bank yang bersangkutan.
2. tahapan pemberian izin usaha,yaitu yang diberikan untuk melakukan usaha
persiapan selesai dilakukan.
Selanjut nya pada pasal 6 ayat (1) surat keputusan direksi bank indonesia nomor
32/35/KEP/DIR Tentang bank umum, permohonan untuk mendapatkan persetujuan
prinsip diajukan sekurang-kurangnya oleh salah seorang calon pemilik, dengan
melampirkan;
1. rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan anggaran dasar yang
sekurang-kurangnya memuat nama dan tempat kedudukan, kegiatan usaha sebagai
bank, permodalan, kepemilikan, wewenang, tanggung jawab, dan masa jabatan
dewan komisaris serta direksi.
2. data kepemilikan berupa daftar calon pemegang saham berikut rincian besarnya,
masingmasing kepemilikan saham bagi bank yang berbentuk hukum perseroan
terbatas/perusahaan daerah,dan daftar calon anggota berikut rincian jumlah
simpanan pokok dan simpanan wajib, serta daftar iba bagi bank yang berbentuk
hukum koprasi.
3. daftar calon anggota dewan komisaris dan anggota direksi, disertai kelengkapan
tanda pengenal, riwayat hidup, surat pernyataan pribadi tidak pernah melakukan
tindakan tercela di bidang perbankan, keuangan dan usaha lainnya dan atau pernah
tidak dihukum karna terbukti tidak melakukannnya tindak pidana kejahatan surat
keterangan atau bukti tertulis dari bank tempat bekerja sebelumnya mengenai
pengalaman.
4. oprasional di bidang perbankan berbicara direksi yang telah berpengalaman, dan
surat keterangan dari lembaga pendidikan mengenai pendidikan perbankan yang

14
pernah diikuti atau bukti tertulis dari bank tempat bekerja sebelumnya mengenai
pengalaman dibidang perbankan bagi calon anggota dewan komisaris.
5. rencana dan susunan organisasi
6. rencana kerja untuk tahun pertama yang sekurang-kurangnya memuat hasil
penelahaan mengenai peluang besar dan potensi ekonomi rencana kegiatan usaha
yang mencakup penghimpun dan penyalur dana serta langkah-langkah kegiatan
yang akan dilakukan dalam mewujudkan rencana tersebut, rencana kebutuhan
pegawai dan proyeksi arus khas bulanan selama 12 bulan yang di mulai sejak bank
melakukan kegiatan operasionalnya serta proyeksi neraca dan perhitungan laba
rugi.
7. bukti setoran modal sekurang-kurangnya sebesar 30% dari modal di setor,
maksudnya telah ada modal 1 triliyun rupiah, dalam bentuk fotokopi bilyet
deposito pada bank di indonesia dan atas nama direksi bank indonesia c.q salah
seorang caln pemilik. surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank yang
berbentuk hukum perseroan terbatas atau/perusahaan daerah atau dari calon aggota
bagi bank yang berbentuk hukum koperasi, bahwa pelunasan modal tersebut tidak
berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun atau pihak
lain di indonesia, juga tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money
Laundering)
Persyaratan dalam rangka permohonan untuk memperoleh izin prinsip
tersebut dan bank indonesia berkewajiban untuk menangani permohonan tersebut
apabila kelengkapan persyaratan dari pemohon telah dipenuhi dalam jangka waktu
60 hari. (enam puluh hari) sejak dokumen permohonan di terima secara lengkap
bank indonesia di tuntut harus memberikan pernyataan atas permohonan
persetujuan prinsip tersebut baik di setujui atau di tolak.
Sebelum hal itu terjadi maka bank indonesia terlebih dahulu akan
melakukan penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen: Analisis yang
mencakup tingkat persaingan sehat antar bank, tingkat kejenuhan jumlah bank, dan
pemerataan pembangunan ekonomi nasional, serta wawancara dengan calon
pemilik, dewan komisaris,dewan direksi. Jangka waktu berlakunya izin prinsip
adalah 360 hari terhitung sejak tanggal di keluarkannya persetujuan di maksud.
Namun penerima izin prinsip tetap tidak di perbolehkan untuk melakukan kegiatan
usahanya, sebelum mendapatkan izin usaha.

15
Setelah memperoleh izin prinsip dari bank indonesia,maka pihak penerima
sesegera mungkin mempersiapakan dan mengurus permohonan izin usaha.
Berdasarkan Pasal 9 surat keputusan direksi bank indonesia, nomor
32/35/KEP/DIR Tentang bank umumm, bahwa permohonan untuk memperoleh
usaha wajib memenuhi persyaratan tertentu, serta melampirkan hal-hal sebagai
berikut:
1. akta pendirian badan hukum, termasuk anggaran dasar badan hukum yang
disahkan oleh instansii yang berwenang.
2. data kepemilikan berupa: daftar calon pemegang saham berikut rincian besarnya
masing-masing kepemilikan saham bagi bank yang berbentuk hukum perseroan
terbatas/perusahaan daerah, daftar calon anggota berikut rincian jumlah
simpanan pokok dan simpanan wajib,serta daftar hibah bagi bank yang
berbentuk hukum koperasi.
3. daftar susunan dewan komisaris dan direksi.
4. susunan organisasi serta sistem dan prosedur kerja termasuk susunan personalia.
5. bukti pelunasan modal disetor dalam bentuk foto copy bilyet deposito.
6. bukti kesiapan operasional antara lain berupa daftar aktiva tetap dan
inventaris :bukti penguasaan gedung berupa bukti kepemilikan atau perjanjian
sewa menyewa gedung kantor :foto gedung dan tata letak ruangan :contoh
formulir/wakat yang akan digunakan untuk operasional bank,nomor pokok
wajib pajak dan tanda daftar perusahaan.
7. surat pernyataan dari pemegang saham bagi bank yang berbentuk
PT/perusahaan daerah atau dari calon anggota bagi bank yang berbentuk hukum
koperasi,bahwa pelunasan modal tersebut tidak berasal dari pinjman atau
fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari dan atau pihak lain di
indonesia,juga tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang.
8. surat pernyataan tidak merangkap jabatan dari anggota dewan komisaris sebagai
anggota dewan komisaris pada lebih dari 1(Satu) bank lain atau sebagai anggota
dewan komisaris direksi atau pejabat eksekutif lainnya pada perusahaan lain
lebih dari 2(Dua)perusahaan.
9. surat pernytaaan tidak merangkap jabatan dari anggota direksi sebagai anggoat
komisaris,direksi,atau pejabat eksekutif lainnya pada lembaga
perbankan,perusahaan atau lembaga lain.

16
10. surat pernyataan dari anggota dewan komisaris dan anggoata direksi bahwa
yang bersangkutan tidak mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kedua
termasuk suami istri,menantu dan ipar dengan anggota direksi,dan anggota
dewan komisaris lainnya.
11. surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama tidak memiliki saham melebihi 25% dari
modal disetor pada perusahaan lain.
Berkaitan dengan permohonan izin usaha tersebut, maka Bank Indonesia
selambat-lambatnya 60 hari setelah dokumen permohonan diterimanya secara lengkap
dituntut memberikan persyaratan disetujui atau ditolak. namun untuk kondisi tersebut
Bank Indonesia akan melakukan penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen
serta wawancara dengan pemilik anggota dewan komisaris dan direksi dalam hal
terdapat penggantian atas calon yang diajukan, namun bila tidak ada penggantiaan,
maka tidak diperlukan wawancara lagi.
Selanjutnya setelah dikeluarkannya izin usaha maka bank yang bersangkutan
wajib melakukan kegiatan usahanya selambat-lambatnya 60 hari terhitung sejak
tanggal dikeluarkan izin usaha tersebut, apa bila jangka wkatu tersebut lewat dan bank
belum melakukan kegiatan usahanya, maka direksi bank Indonesia akan membatalkan
izin yang telah dikeluarkan.
b. Pendirian Bank Perkreditan Rakyat
permohonan izin prinsip untuk BPR Wajib memenuhi persyaratan tertentu
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 syarat keputusan direksi Bank Indonesia
nomor 32/35/KEP/DIR Tentang bank perkreditan rakyat, serta melampirkan ;
1. rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk anggaran dasar badan hukum
yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang.
2. data kepemilikan berupa; daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing-
masing kepemilikan saham bagi bank yang berbentuk hukum perseroan
terbatas/perusahaan daerah, dan daftar calon anggota berikut rincian jumlah
simpanan pokok dan simpanan wajib, serta daftar hibah bagi bank yang berbentuk
hukum koperasi.
3. daftar susunan dewan komisaris dan direksi.
4. rencana dan susunan organisasi.
5. rencana kerja untuk tahun pertama, yang memuat hasil penelahan mengenai
peluang pasar, dan potensi ekonomi rencana kegiatan usaha yang mencakup

17
penghimpunan dan penyalur dana serta langkah langkah kegiatan yang akan
dilakukan dalam mewujudkan rencana tersebut, rencana kebutuhan pegawai, dan
proyeksi arus kas bulanan tersebut, rencana kebutuhan pegawai dan proyeksi arus
kas bulanan selama 12 dua belas bulan serta proyeksi neraca dan perhitungan laba
rugi.
6. bukti pelunasan modal sekurang-kurangnya sebesar 30% dalam bentuk fotokopi
bilyet deposito pada bank umum di Indonesia dan atas nama direksi Bank
Indonesia c.q salah seorang calon pemilik BPR Yang bersangkutan.
7. surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank yang berbentuk hukum
perseroan terbatas/perusahaan daerah atau dari calon anggota bagi bank yang
berbentuk hukum koperasi, bahwa pelunasan modal disetor tidak berasal dari
pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari pinjaman atau
fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan atau pihak lain
diindonesia atau tidak berasal dari hasil kegiatan yang melanggar hukum.
Persyaratan dalam rangka permohonan untuk memproleh izin prinsip di atas
Bank Indonesia berkewajiban untuk menangani permohonan tersebut apa bila
kelengkapan persyaratan dari pemohon telah di penuhi, dalam jangka waktu 60 hari
sejak dokumen permohonan diterima secara lengkap Bank Indonesia dituntut harus
memberikan pernyataan atas permohonan persetujuan prinsip tersebut baik disetujui
maupun ditolak.
Sebelum hal itu terjadi maka Bank Indonesia terlebih dahulu akan melakukan
penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen, analisis yang mencakup tingkat
persaingan yang sehat antar bank, tingkat kejenuhan jumlah bank, dan pemerataan
pembangunan ekonomi nasional, serta wawancara dengan calon pemilik dewan
komisaris, dewan direksi jangka waktu berlakunya izin prinsip adalah 360 hari
terhitung sejak tanggal dikeluarkannya persetujuan dimaksud namun penerimaaan izin
prinsip tetap tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usahanya, sebelum
mendapatkan izin usaha.
Setelah memperoleh izin prinsip dari Bank Indonesia, maka pihak penerima
sesegera mungkin mempersiapkan dan mengurus permohonan izin usaha.
Berdasarkan Pasal 9 surat keputusan direksi Bank Indonesia, maka pihak penerima
sesegera mungkin mempersiapkan dan mengurus permohonan izin usaha.
Berdasarkan Pasal 9 surat keputusan direksi Bank Indonesia, nomor 32/35/KEP/DIR

18
Tentang Bank Perkreditan Rakyat, bahwa permohonan untuk memproleh izin usaha
wajib memenuhi persyaratan tertentu, serta melampirkan hal-hal sebagai berikut:
1. akta pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar badan hukum yang sah oleh
instansi yang berwenang.
2. data kepemilikan berupa: daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing-
masing kepemilikan saham bagi bank ynag berbentuk hukum perseroan
terbatas/perusahaan daerah, dan daftar calon anggota berikut rincian jumlah
simpanan pokok dan simpanan wajib serta daftar hibah bagi bank yang berbentuk
hukum koperasi.
3. daftar susunan dewan komisaris dan direksi.
4. susunan organisasi serta sistem dan produser kerja termasuk susunan deposito.
5. bukti pelunasan modal disetor dalam bentuk fotocopy bilyet deposito.
6. bukti kesiapan oprasional antara lain berupa: daftar aktifa tetap dan invetaris:
7. bukti penguasaan gedung berupa bukti kepemilikan atau perjanjian sewa menyewa
gedung kantor, foto gedung kantor dan tata letak ruangan; contoh formulir/warkat
yang akan digunakan unrtuk oprasional bank; nomor pokok wajib pajak dan tanda
daftar perusahaan.
8. surat pernyataan dari pemegang saham bagi bank yang berbentuk hukum
perusahaan terbatas/perusahaan daerah atau dari calon anggota bagi bank yang
berbentuk hukum perusahaan terbatas atau perusahaan daerah atau dari calon
anggota bagi bank yang berbentuk hukum koperasi, bahwa pelunasan modal
tersebut tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk
apapun dari bank dan atau dari pihak lain di Indonesia juga tidak berasal dari dan
untuk tujuan pencucian uang.
9. surat pernyataan tidak merangkap jabatan dari anggota dewan komisaris sebagai
anggota dewan komisari dari pada lebih tiga bank lain atau sebagai anggota direksi
pada bank umum.
10. surat pernyataan tidak merangkap jabatan dari anggota direksi sebagai anggota
komisaris, direksi atau pejabat eksekutif lainnya pada lembaga perbankan,
perusahaan atau lembaga lain.
11. surat pernyataan dari anggota dewan komisaris dan anggota dan direksi bahwa
yang bersangkutan tidak bersedia menjadi direksi selama sekurang kurangnya 3
tahun sejak BPR Beroperasi dan tidak akan mengundurkan diri, kecuali mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.

19
12. surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai
hubungan keluarga dengan anggota direksi lainnya dalam hubungan sebagai orang
tua termasuk mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar dan
suami istri juga dengan dewan komisaris dalam hubungan sebagi orang tua, anak
dan suami istri.
Berkaitan dengan permohonan izin usaha tersebut, maka Bank Indonesia selambat-
lambatnya 60 hari setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap dituntut
memberikan pernyataan disetujui atau ditolak, namun untuk kondisi tersebut Bank
Indonesia akan melakukan penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen serta
wawancara dengan pemilik; anggota dewan komisaris dan direksi dalam hal terdapat
penggantian atas calon yang diajukan, namun bila tidak ada penggantian, maka tidak
akan diperlukan wawancara lagi.
Selanjutnya setelah dikeluarkan izin usaha maka bank yang bersangkutan wajib
melakukan kegiatan usahanya selambat-lambatnya 60 hari terhitung sejak tanggal
dikeluarkannya izin usaha tersebut, apabila jangka waktu tersebut lewat dan bank
belum melakukan kegiatan usahanya, maka direksi Bank Indonesia akan membatalkan
izin yang telah dikeluarkannya.

C. Hukum Perbankan
Hukum Perbankan (banking Law) atau hukum yang mengatur masalah perbankan
yakni merupakan seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-
undangan, yurisprudensi, doktrin, dan sumber hukum lainnya yang mengatur masalah-
masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatan sehari-hari, rambu-rambu yang
harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak dan kewajiban, tugas
dan tangung jawab [ara [ihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, dan yang
berkenaan dengan dunia perbankan.
Ruang Lingkup Hukum Perbankan; Asas-asas perbankan, seperti; norma efisien,
keefektifan, kesehatan bank, profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan
lembaga perbankan, hubungan hak dan kewajiban bank. Para pelaku bidang perbankan,
seperti; dewan komisaris, direksi dan karyawan, maupun pihak yang terafiliasi. Sedangkan
badan hukum pengelola dapat berbentuk PT. Persero, prusahaan daerah, koperasi atau
perseroan terbatas dan mengenai pemilikan; milik pemerintah, swasta, patungan dengan
asing atau bank asing.

20
Kaidah-kaidah perbankan yang khusus diperuntukan untuk mengatur perlindungan
kepentingan umum dari tindakan perbankan, seperti; pencegahan persaingan yang tidak
sehat antitrust, perlindungan nasabah, Lembaga Penjamin Simpanan. Struktur organisasi
yang berhubungan dengan bidang perbankan, seperti; Eksistensi Dewan Moneter, Bank
Indonesia, Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Pengamanan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai oleh bisnis bank tersebut seperti; pengadilan, saksi, Arbitrase, dan
Pengawasan prudencial Banking.
Sumber Hukum perbankan Indonesia meliputi sumber hukum dalam arti formal dan
dalam arti materil (yang menentukan isi hukum itu sendiri). Sumber hukum formal pada
hukum perbankan Indonesia tidak hanya terbatas pada sumber hukum tertulis,
dimungkinkan adanya sumber hukum yang tidak tertulis. Adapun sumber hukum formal
mengenai bidang perbankan;
1 Undang-Undang Dasar 1945-Amandemen I-IV tentang Perekonomian
2 Tap MPR
3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7
tahun 1992 tentang Perbankan.
4 Undang-Undang No. 23 tahun 1999 jo. Undang-undang No. 3 tahun 2004 tentang Bnak
Indonesia.
5 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
6 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
7 Peraturan Pemerintah tentang Perbankan.
8 Surat Keputusan Presiden.
9 Instruksi Presiden
10 Keputusan Menteri Keuangan.
11 SK dan Surat Edaran dari Bank Indonesia.
12 Peraturan lainnya yang berhubungan erat dengan kegiatan perbankan.
13 Selain sumber hukum formal terdapat faktor-faktor lain yang membantu pembentukan
hukum perbankan Indonesia, yakni; perjanjian, yurisprudensi dan doktrin.
Pelaksanaan pembangunan nasional yang berkaitan dengan hukum perbankan
sudah tertuang dalam Pasal 4 UU Perbankan ditentukan bahwa perbankan Indonesia
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan
kesejahteraan rakyat. Dari ketentuan ini jelas bahwa lembaga perbankan mempunyai
peranan penting dan strategis tidak saja dalam menggerakkan roda perekonomian nasional,

21
tetapi juga diarahkan agar mampu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Ini
berarti bahwa lembaga perbankan haruslah mampu berperan sebagai agent of development
dalam upaya mencapai tujuan nasional, dan tidak menjadi beban dan hambatan dalam
pelaksanaan pembangunan nasional tadi.
BAB II

SUMBER DANA PERBANKAN

Pada hakikatnya lembaga keuangan adalah semua badan yang mempunyai kegiatan-
kegiatannya dibidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.
Sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai usaha pokok berupa menghimpun dana dari
masyarakat untuk kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan
dana dalam bentuk kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Fungsinya untuk
mencari dan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan memegang peranan
penting terhadap pertumbuhan suatu bank, sebab volume dana yang berhasil dihimpuun atau
disimpan tentunya akan menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank
tersebut dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan, misalnya dalam bentuk
pemberian kredit, pembelian efek-efek, atau surat-surat berharga di pasar uang.

Dalam rangka mobilisasai dan menghimpun dana dari masyarakat tersebut sudah tentu bank
harus sedemikian rupa mengenal sumber-sumber dana yang terdapat di dalam berbagai
lapisan masyarakat dengan bentuk yang berbeda pula. Pada prinsipnya dana dari suatu bank
itu terdiri dari :

a. Dana Yang Bersumber Dari Bank Sendiri


Dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah dana berbentuk modal setor yang
berasala dari para pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan bank yang
belum dibagikan kepada pemegang saham. Dana ini adalah dana murni dimiliki oleh bank
yang telah ada sejak bank tersebut memulai kegiatan usahanya, bahkan sejak bank tersebut
memperoleh izin usaha dari Bank Indonesia. Modal setor yang berasal dari pemegang
saham dapat dikatakan bersifat tetap, dalam arti selamannya akan tetap mengendap dalam
bank dan tidak akan mudah ditarik begitu saja oleh penyetoran. Dalam ketentuan Pasal 37

22
ayat 1 jo. Pasal 35 Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan terbatas
ditentukan bahwa untuk pengurangan modal setor suatu perseroan terbatas haruslah
melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang
Saham tersebut harus memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Dana Yang Bersumber Dari Masyarakat Luas


Sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa dana bank yang berasal dari masyarakat
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kegiatan perbankan. Dana yang berasal dari
masyarakat luas adalah dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat dalam bentuk
simpanan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti giro, deposito, dan tabungan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam dunia perbankan dana yang berasal dari
masyarakat luas ini terdiri dari:

1) Simpanan Giro (Demand Deposit)


Secara umum giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lain atau dengan
pemindah bukuan. Pada Pasal 1 butir 5 UU Perbankan menyebutkan bahwa giro adalah
simpanan yang penarikkannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan memindahbukuan.

Kegunaan bagi sipeminjam dalam bentuk giro adalah; Dapat membayar transaksi jual-
beli dengan mempergunakan cek, bilyet giro, atau sarana perintah pembayaran lainnya,
dapat mengirim transfer (kiriman uang atau delegasi kredit dengan jaminan rekening
giro), keamanan dan rahasia terjamin, tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar,
dapat diambil sewaktu-waktu.

2) Deposito (Time Deposit)


Simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dalam
jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang
bersangkutan. Pada Pasal 1 butir 7 ditentukan bahwa deposito adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian
nasabah penyimpan dengan baik. Mengenai jangka waktu deposito terdapat beberapa
alternatif yang dapat dipilh oleh nasabah penyimpan, yaitu:1 (satu) bulan, 3 (tiga)
bulan, 6 (enam) bulan, 12 (dua belas) bulan, 24 (dua puluh empat) bulan. Cara

23
penarikan si penyimpan dapat menarik depaosito tersebut atau memperpanjang dengan
waktu yang diinginkannya sesuai batas waktu yang tertuang dalam perjanjian deposito
tersebut.

3) Sertifikat Deposito
Pasal 1 Butir 8 UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengemukakan bahwa
sertifikat depsito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti
penyimpanannya dapat dipindah tangankan. Sedangkan dengan kata lain simpanan
berjangka atas pembawa atau atas tunjuk, yang dengan izin bank Indonesia dikeluarkan
oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat diperjual belikan atau dipindah tangankan
kepada pihak lain.

Sertifikat deposito merupakan hasil pengembangan dari deposito berjangka. Sertifikat


deposito adalah deposito berjangka yang buku simpanannya dapat diperjualbelikan,
Agar simpanan ini dapat diperjualbelikan dengan mudah maka penarikan pada saat
jatuh tempo dapat dilakukan atas unjuk, sehingga siapapun yang memegang bukti
simpanan tersebut dapat menguangkannya pada saat jatuh tempo. Hal lain yang
mcnjadi ciri dari sertifikat deposito adalah dalam hal pembayaran bunganya. Apabila
deposito berjangka bunga dibayarkan setelah dana mengendap, maka bunga sertifikat
deposito ini dibayarkan di muka yaitu pada saat nasabah menempatkan dananya dalam
bentuk deposito.

Contoh: Sertifikat Deposito dengan nilai nominal Rp.1 juta; bunga 24% "per tahun;
jangka waktu 12 bulan; Bunga yang akan dibayarkan di muka adalah sebesar (tanpa
memperhitungkan pajak) 24% X Rp. l juta = Rp.240.000,-. Mengingat penempatan
dana sebesar Rp.l juta oleh nasabah dan pembayaran bunga sebesar Rp.240.000,-
kepada nasabah dilakukan secara bersamaan, maka mekanisme penempatan dananya
adalah: Nasabah menempatkan dana sebesar Rp. l juta dengan diskonto sebesar
Rp.240.000,-, sehingga uang yang dibayarkan nasabah adalah sebesar Rp.l juta -
Rp.240.000,- = Rp.760.000,-. Pada saat jatuh tempo nantinya, pemegang sertifikat
deposito tersebut dapat mencairkan dana sejumlah Rp.l juta. Apabila sebelum jatuh
tempo sertifkat deposito itu akan dijual kepada orang lain maka harga yang harus
dibayar oleh pembeli adalah berdasarkan nilai bunga dari sisa jangka waktu dari
deposito. Setelah berlangsung selama 3 bulan, apabila deposito itu akan dijual, maka
dasar perhitungan harga jual deposito tersebut adalah: Rp.l juta ((l2-3)/12) X 24% X

24
Rp.l juta) = Rp.820.000,-.

4) Tabungan
Pasal 1 butir 9 UU No. 10 tahun 1998 bahwa tabungan adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syariat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.

c. Dana Yang Bersumber Dari Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral


Dana ini dikucurkan oleh Bank Indonesia melalui fasilitas kredit kepada Bnak-bank yang
mengalami kesulitasn pendanan jangka pendek dan dijamin dengan agunanyang
berkualitastinggi dan mudah dicairkan. Pemberian fasilitas kredit ini merupakan
implementsi dari fungsi bank Indonesia sebagaithe lender of the last resort (LoLB), yang
memungkinkan Bank Indonesia memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang
pendanaannyamenjadi beban pemerintah, dalam hal suatu bank mengalami kesulitan
keuangan yang berdampak sistemis dan berpotensi mengakibatkan krisis yang
membahayakan sistem keuangan, mekanisme ini merupakan bagian dari konsep jaringan
pengaman sektor keuangan (Indonesia Financial safety Net)
Adapaun dana yang bersumber dari bank Indonesia yang dikucurkan kepada bank-bank
yang mengalami kesulitasn pendanaan adalah sebagai berikut;

1) Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)


Sesuai dengan namanya, Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) adalah kredit yang
diberikan oleb Bank Indonesia terutama kepada bank yang sedang mengalami
kesulitan likuiditas. Masalah kesulitan likuiditas ini bisa terjadi karena salah kliring
atau adanya rush penarikan dana oleh nasabah-nasabah suatu bank. Untuk
kepentingan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan
secara umum, maka BI akan berusaha memberikan bantuan likuiditas kepada bank
tersebut sepanjang masih memungkinkan untuk ditolong. Pada masa sebelum
deregulasi perbankan, dana ini banyak digunakan Bl untuk membiayai proyek atau
program pemerintah tertentu dan bukan untuk mengatasi kesulitan likuiditas suatu
bank. Setelah adanya deregulasi, penggunaan dana KLBI untuk keperluan
nonkesulitan likuiditas secara bertahap mulai dikurangi.

2) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)

25
Fasilitas yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada perbankan, untuk menjaga
kestabilan sistem pembayaran dan setor perbankan, agar tidak terganggu oleh adanya
ketidakseimbangan likuiditas, antara penerimaan dana pada bank-bank. Secara garis
besar fasilitas likuiditas Bank Indonesia kepada perbankan dapat dikelompokkan
menjadi 5 (lima macam). Yaitu:

a) Fasilitas dalam rangka mempertahankan kestabilan sistem pembayaran nasional


terhadap gangguan dari timbulnya kesengajaan (mismatch) antara penerimaan dan
penarikan dana perbankan. Fasilitas diskonto (Fadis I) yang berjangka pendek dan
fadis II yang berjangka panjang.
b) Fasilitas dalam rangka operasi pasar terbuka sesuai dengan program moneter, yakni
dalam bentuk pembelian Bank Indonesia atas suarat Berharga Pasar Uang (SPBU),
atau surat utang dari bank-bank.
c) Fasilitas dalam rangka penyehatan perbankan (rescue) dalam bentuk Kredit
Likuiditas Darurat (LKD) dan kredit subordinasi (SOL)
d) Fasilitas untuk menjaga kestabilan sistem perbankan dan pembayaran guna
menanggulangi dampak penarikan dana bank secara besar-besaran dimana fungsi
bank Indonesia sebagai lender of last resort. Fasilitas ini berupa pemberian izin
penarikan dana giro cadangan wajib atau giro wajib minimum, saldo negatif, atau
saldo debet, atau men-draft rekening bank di Bank Indonesia.
e) Fasilitas untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat kepada perbankan dalam
bentuk dana talangan untuk membayar kembali dana nasabah yang banknya
dicabut izin usahanya atau Bank Dalam Likuiditas (BDL), untuk melaksanakan
sistem penjaminan menyeluruh (blanked guaranteed) dan pembayaran kewajiban
luar negeri bank nasional.
3) Kredit atau Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah jangka Pendek dari Bank
Indonesia.
Ini adalah kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan kepada
bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek dari bank yang
bersangkutan, dan ini hanya diberikan oleh Bank Indonesia kepada bank yang
mengalami kesulitan. Hal ini sesuai dengan Pasal 11 Ayat (1) UU Nomor 3 tahun
2004 tentang Bank Indonesia, dikemukakan bahwa Bank Indonesia dapat memberikan
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu paling lama
90 (sembilan puluh) hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka

26
pendek bank yang bersangkutan.
Pasal 11 ayat (2) mengemukakan bahwa pelaksanaan pemberian kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dijamin oleh bank penerima dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah
dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang
diterimanya.
Pasal 11 ayat (3) bahwa pelaksanaan ketentuan sebagaimana pada Ayat (1) dan ayat(2)
ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia. Menurut penjelasan pasal tersebut
pokok-pokok pengaturannya adalah sebagai berikut; a). persyaratan dan tata cara
pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, termasuk didalamnya
persyaratan bank penerima, dalam rangka meneliti pemenuhan kesehatan bank-bank
tersebut, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan bank calon penerima kredit atau
pembiayaan. b). jangka waktu, tingkat suku bunga atau nisbah bagi hasil dan biaya
lainnya. c). jenis agunan berupa surat berharga dan/atau tagihan yang mempunyai
peringkat tinggi. d). tata cara pengikatan agunan.

d. Dana Yang bersumber Dari Lembaga Keuangan Bank Dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank.
1) Pinjaman Antar Bank
Kerjasama dengan pihak lain adalah suatu kelaziman didunia perbankan, dan
kerjasama tersebut biasanya diwujudkan dalam berbagai bentuk antara lain pemberian
bantuan dalam bantuan tenaga ahli ataupun dalam bentuk modal kerja. Bantuan modal
kerja biasanyra diberikan sebagai jaminan tentunya dalam jangka pendek maupun
jangka menegah, untuk jangka waktu minimal 7 hari disebut call money, sedangkan
yang tanpa batas waktu tetapi setiap saat dapat diambil dengan pemberitahuan dahulu
disebut dengan deposit on call, peminjaman ini terjadi dari bank yang kuat kepada
bank yang relatif lemah, misalnya peminjaman bank pemerntah kepada bank swasta
nasional atau bank asing kepada bank swasta nasional.

2) Call Money
Call money merupakan sumber dana yang dapat diperoleh bank berupa
pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money market. Sumber
dana ini sering digunakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak
dalam jangka pendek, seperti bila terjadi salah kliring atau adanya rush. Dana dari
Call money ini berjangka waktu relatif pendek, yaitu satu hari atau overnight sampai

27
dengan 180 hari, dan tingkat bunganya berfluktuasi serta sangat dipengaruhi oleh
permintaan dan ketersediaan dana di pasar pada suatu saat. Apabila Iikuiditas
perbankan secara umum di suatu area sedang sulit maka tingkat bunga call money
bisa menjadi sangat tinggi, jauh lebih tinggi daripada tingkat bunga pinjaman umum.
Call money dapat juga dimanfaatkan oleh bank yang sedang mengalami kelebihan
likuiiditas untuk menyalurkan dananya dalam jangka pendek, sehingga kelebihan
likuiditas tersebut menjadi dana yang produktif menghasilkan penerimaan bagi bank.

3) Setoran Jaminan
Setoran jaminan atau sering disingkat menjadi Storjam merupakan sejumlah
dana yang wajib diserahkan oleb nasabah yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank.
Nasabah tersebut perlu menyerahkan storjam karena jasa-jasa yang diberikan oleh
bank mengandung risiko finansial tertentu yang ditanggung oleb pihak bank. Dengan
adanya storjam, nasabab diharapkan mempunyai komitmen untuk berperilaku positif
sehingga di kemudian hari bank tidak harus mengalami kerugian karena menanggung
risiko yang timbul. Storjam ini juga dibutuhkan sebagai dana unruk menutup sebagian
kerugian bank yang mungkin timbul akibat terjadinya risiko. Jasa-jasa bank yang
biasanya memerlukan storjam antara lain adalah Letter of Credit (LC) dan Bank
Garansi (BG). Penjelasan lebih lengkap mengenai LC dan BG dapat dibaca pada
bagian mengenai Penggunaan Dana-Dana storjam yang tersimpan di bank tidak
menimbulkan kewajiban bagi bank untuk memberikan imbal jasa berupa bunga,
sebingga dana ini merupakan dana murah yang dapat digunakan bank untuk kegiatan
usahanya. Perlu diingat bahwa dana storjam ini biasanya hanya akan mengendap di
bank untuk jangka pendek dan menengah sesuai jangka waktu jasa yang diberikan
oleh bank. Dengan demikian, penggunaan dana storjam ini tentu saja juga harus
disesuaikan dengan jangka waktu storjam itu sendiri.

4) Dana Transfer
Salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana. Pemindahan
dana bisa berupa pemindahbukuan antara rekening, dari uang tunai ke suatu rekening,
atau dari suatu rekening untuk kemudian ditarik tunai. Sebelum dana transfer ini
ditarik oleb sipenerima transfer atau selama masih mengendap di bank, dana ini dapat
digunakan oleh bank untuk mendanai kegiatan usahanya. Namun sumber dana ini
digolongkan sebagai sumber dana yang tidak berbahaya. Dana transfer yang
tersimpan di bank tidak memmbulkan kewajiban bagi bank untuk memberikan imbal

28
jasa berupa bunga, sehingga dana ini merupakan dana murah bagi bank. Mengingat
dana transfer biasanya hanya mengendap dalam waktu singkat, maka dana ini
termasuk dana jangka pendek.

5) Surat Berharga Pasar Uang


Salah satu akibat adanya serangkaian paket deregulasi perbankan sejak tahun 1980 an
adalah diperkenalkannya Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) scbagai salah satu
instrumen yang digunakan pihak bank untuk menghimpun dana. SBPU merupakan
surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan dengan cara
didiskonto oleh Bank Indonesia. Pada saat suatu bank mempunyai kelebihan
likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SBPU, dan menjualnya
kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas.

6) Diskonto Bank Indonesia.


Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh Bl dengan cara
pembelian promes yang diterbitkan olch bank-bank atas dasar diskonto. Fasilitas
diskonto ini merupakan upaya terakhir bank dan merupakan bantuan Bank Sentral
sebagai lender of last resort. Fasilitas diskonto ini dapat dibagi dua yairu Fasilitas
diskonto I dan Fasilitas Diskonto II. Fasilitas Diskonto I disediakan dalam rangka
memperlancar pengaturan dana bank sehari-hari. Sedanqkan Fasilitas Diskonto II
diberikan untuk memudahkan bank dalam menanggulangi kesulitan pendanaan karena
rencana pengerahan dana tidak sesuai dengan penarikan kredit jangka menengah atau
panjang oleh nasabah (mismatch).

7) Pinjaman Dana dari Luar Negeri


Pinjaman dana luar negeri adalah keseluruhan dana yang diperoleh dari pinjaman luar
negeri baik yang berasalal adari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan
bukan bank yang menimbulkan kewjiban bagi bank penerima pinjaman untuk
mengembilkan dana pinjaman tersebut kepada pihak pemberi pinjaman dalam jangka
waktu tertentu.

BAB III
KREDIT DAN JAMINAN BANK

1. Pengertian Kredit

29
Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin, credere, yang berarti kepercayaan.
Pasal 1 butir 11 UU No 10 tahun 1998 dirumuskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

2. Unsur-Unsur Kredit
Unsur unsur kredit terdiri atas; a. Kepercayaan , b. Tenggang waktu, c. Degree of risk, d.
Prestasi atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang tetapi juga dapat
berbentuk barang atau jasa. Bank sebagai kreditor berkewajiban untuk memberikan kredit
sesuai dengan jumlah yang disetujui, dan atas prestasinya tersebut bank berhak untuk
memperoleh pelunasan kredit dan bunga dari debitor sebagai kontraprestasinya.

3. Jenis-Jenis Kredit
Bahwa berdasarkan jangka waktu dan penggunaannya kredit dapa digolongkan menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu; Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja dan Kredit Kosumsi.

4. Ketentuan Dan Persyaratan Umum Kredit


1 Mempunyai feasiblity study, penyusunannya melibatkan konsultan yang terkait.
2 Mempunyai dokumen administrasi dan izin-izin usaha, misalnya akta perusahaan, NPWP,
SIUP dll.
3 Maksimum jangka waktu kredit adalah 15 tahun dan masa tenggang waktu 4 tahun.
4 Agunan utama dalah usaha yang dibiayai.
5 Maksimum pembiayaan bank adalah 65%.
6 Penarikan atau pencairan kredit biasanya didasarkan atas dasar prestasi proyek.
7 Rencana angsuran ditetapkan atas dasar cash flow yang disusun berdasarkan analisis dalam
feasibility study.
8 Pelunasan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

5. Dasar-Dasar Pemberian Kredit Bank


Pada penjelasan Pasal 8 ayat (2) dikemukakan bahwa pedoman perkreditan dan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang wajib dimiliki dan
diterapkan oleh bank dalam pemberian kredit dan pembiayaan adalah;

30
a. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibuat dalam bentuk
perjanjian tertulis
b. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitor yang
antara lain diperoleh dari penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal
anggunan, dan proyek usaha dari nasabah debitor.
c. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
d. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan
kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah.
e. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
dengan persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitor dan/atau pihak-pihak terafiliasi
f. Penyelesaian sengketa.
Ketentuan Pasal 8 ayat 1 dan 2 merupakan dasar atau landasan bagi bank dalam menyalurkan
kreditnya kepada nasabah debitur. lebih dari itu, karena pemberian kredit merupakan salah
satu fungsi utama dari bank, maka dalam ketentuan tersebut juga mengandung dan
menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 2 UU No 10
tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang no 7 tahun 1992 tentang perbankan.
Untuk mencegah terjadi kredit bermasalah di kemudian hari, penilaian suatu bank
untuk memberikan persetujan terhadap suatu permohonan kredit dilakukan dengan
berpedoman kepada formula 4P dan formula 5C, Formula 4P dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Personality, b. purpose, c. Prospect, d. Payment. Mengenai Formula 5C dapat diuraikan
sebagai berikut: a.Character, b.Capacity, c.Capital, d.Collateral, e.Condition of Economy.

6. Penggolongan Kredit Bank


Penggolongan kualitas kredit menurut surat keputusan direksi bank indonesia No
30/267/KEP/DIB teersebut adalah sebagai berikut:
1. Kredit lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria.
2. Kredit dalam perhatian khusus, yaitu apabila memenuhi kriteria.
3. Kredit kurang lancar.
4. Kkredit yang diragukan.
5. Kredit macet.

7. Proses pemberian kredit bank

31
Untuk memperoleh kredit bank seorang debitur harus melalui beberapa tahapan ,yaitu dari
tahap pengajuan aplikasi kredit sampai dengan penerimaan kredit.Tahapan-tahapan tersebut
merupakan suatu proses baku yang berlaku bagi setiap debitur yang membutuhkan kredit
bank.

Pengajuan Permohonan /Aplikasi Kredit


Bahwa untuk memperoleh kredit dari bank, tahap pertama yang dilakukan adalah
mengajukan permohonan/aplikasi kredit kepada bank yang bersangkutan, dan melampirkan
dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.

Penelitian Berkas Kredit


Setelah permohonan/aplikasi kredit tersebut diterima oleh bank, maka bank akan melakukan
penelitian secara mendalam dan mendetail terhadap berkas aplikasi kredit yang diajukan.

Penilaian Kelayakan Kredit (Studi Kelayakan Kredit)


Dalam tahap penilaian kelayakan kredit ini, banyak aspek yang akan dinilai, yaitu : a. Aspek
Hukum, b. Aspek Pasar dan Pemasaran, c. Aspek Keuangan, d. Aspek Teknis /Oprasional, e.
Aspek Manajemen, f. Aspek Sosial Ekonomi, g. Aspek AMDAL.

8. Perjanjian Kredit Bank


Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk
melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih,masing-
masing bersepakat akan mentaati apa yan tersebut dalam persetujuan itu.
Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan pada umum nya mempergunakan bentuk
perjanjian baku (standard contract). Berkaitan dengan itu, memang dalam prakteknya bentuk
perjanjiannya telah disediakan oleh bank sebagai kreditor sedangkan debitur hanya
mempelajari dan memahaminya dengan baik.
Menurut Ch.Gatot Wardoyo perjanjian kredit mempunyai fungsi fungsi sebagai berikut:
a. Perjanjian Kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok
b. Perjanjian Kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan
kewajiban diantara kreditor dan debitor
c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitor kredit .

9. Masalah Jaminan

32
Jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam arti keyakinan
atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi kewajibannya sesuai
dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank,
untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan
penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari
nasabah debitor.

Pengertian Jaminan dan Agunan


Menurut ketentuan Pasal 2 ayat 1 surat keputusan direksi Bank Indonesia
No.23/G9/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang jaminan pemberian kredit, bahwa
yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk
melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Agunan adalah jaminan tambahan yang
diserahkan nasabah debitor kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Fungsi utama dari jaminan adalah untuk
menyakinkan bank atau kreditor bahwa debitor mempunyai kemampuan untuk melunasi
kredit yang diberikan kepaanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah di sepakati
bersama.

Macam-macam Jaminan
1. Jaminan Perorangan (Personal Guaranty)
Jaminan perorangan atau jaminan Pribadi adalah jaminan pribadi adalah jaminan seoraang
pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin di penuhinya kewajiban-kewajiban dari
debitur.
2. Jaminan Kebendaan
Jaminan kebendaan merupakan suatu tindakan berupa suatu penjamin yang dilakukan oleh
kreditor terhadap debitur nya, atau antara kreditor dengan seorang pihak ketiga guna
menjamin dipenuhinya kewajiban dari debitur.

10. Penyelamat dan Penyelesaiann Kredit Bermasalah


Menurut surat edaran bank indonesia No 26/4/BPPP Tanggal 29 Mei 1993, terdapat beberapa
kebijakan dalam rangka penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah,yaitu:
a. Melalui rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu suatu upaya hukum untuk melakukan
perubahan beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenan dengan jadwal pembayaran

33
kembali/jangka waktu kredit termasuktenggang (Grace period) ,Termasuk perubahan
jumlah angsuran.
b. Melalui reconditioning (persyaratan kembali),Yaitu melakukan perubahan atas sebagian
atau seluruh persyaratan perjanjian, yang terbatas hanya kepada perubahan jadwal
angsuran dan atau jangka waktu kredit saja.
c. Restructuring (penataan kembali) yaitu, upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat
perjanjian kredit berupa pemberian tambahann kredit, atau melakukan konversi atas
seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan,yang dilakukan dengan atau tanpa
rescheduling dan atau reconditioning.
Berkaitan dengan upaya penyelamatan dan penyelesaian kredit macet tersebut dalam
ketentuan pasal 17 butir c Undang-Undang No.10 tahun 1998 dikemukakan bahwa:
selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, Bank Umum dapat
pula:.....melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengetahui akibat kegagalan
kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah, Dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang di tetapkan oleh Bank Indonesia.
Berdasarkan penjelasan Pasal 7 butir c, UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan bahwa jika
terjadi kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh debitor,
maka kegagalan kredit atau pembiayaan itu oleh bank dapat dikonversi menjadi penyertaan
modal sementara oleh bank yang bersangkutan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
tahun atau perusahaan (debitor) tersebut telah memperoleh laba.

BAB IV
JASA-JASA PERBANKAN

Jasa-jasa perbankan dalam rangka lalu lintas pembayaran dan peredaran uang antara lain
mencakup; pengiriman uang, inkaso, kliring, bank garanso, kotal pengaman simapanan, kartu
kredit, debit card atau ATM, Kustodian, dan Letter of Credit (L/C) dalam transaksi
perdagangan internasional dan dalam negeri (SKBDN atau L/C dalam negeri).

Pengiriman Uang (Transfer)


Pengertian uang (transfer) adalah salah satu pelayanan bank kepada masyarakat dengan
bersedia melaksanakan amanat nasabah untuk mengirimkan sejumlah uang baik dalam rupiah
maupun dalam valuta asing yang ditujukan kepada pihak lain (perusahaan, lembaga, atau
perorangan) di tempat lain baik di dalam maupun di luar.

34
Pengertian uang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh bank untuk mengirim sejumlah
uang yang ditunjukan pada pihak tertentu dan ditempat yang tertentu, dilaksanakan atas
permintaan nasabah atau untuk keperluan dari bank yang bersangkutan.
Menurut Muhamad Djumhana, dalam bukunya Hukum Perbankan di Indonesia, cara transfer
tersebut dapat dilakukan dengan surat bukti transfer melalui :
a. Surat atau pos (mail transfer/MT)
b. Teleks/telegram (telegram transfer/TT) atau kawat
c. Cara memberikan wesel tunjuk di antara sesame kantornya, tetapi dapat pula dengan
penarikan atas saldo kredit yang ada pada bank koresponden secara telegram, wesel
tunjuk, atau dengan cek.
d. Melalui sarana elektronik lainnya (electronic fund transfer system) seperti melalui ATM.
Penggunaannya saat ini telah banyak dilakukan tetapi terbatas oleh merek yang
mempunyai akses dalam penggunaan ATM, seperti nasabah yang mempunyai rekening
tabungan pada bank tertentu.

Inkaso
Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh perusahaan atau perorangan untuk
menagihkan, atau memintakan persetujuan pembayaran (akseptasi) atau menyerahkan begitu
saja kepada pihak yang bersangkutan (tertarik) di tempat lain (dalam atau luar negeri) atas
surat-surat berharga, dalam rupaiah atau valuta asing seprti wesel, cek, kuitansi, surat aksep
(promissory notes), dan lain-lain. Inkaso dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
a. Inkaso berdokumen, yaitu apabila surat-surat berharga yang diinkasokan itu disertai
(dilampiri) dengan dokumen-dokumen lain yang mewakili barang dagangan, seperti
konosemen (bill of lading), faktur, polis asuransi, dan lain-lain.
b. Inkaso tak berdokumen, yaitu apabila surat-surat berharga yang diinkaso itu tidak disertai
dokumen-dokumen yang mewakili barang.
Manfaat inkaso bagi nasabah adalah sebagai berikut :
a. Nasabah pengirim tidak perlu menagih sendiri atau mendatangi sendiri pihak yang
ditagih, yang berada di tempat lain, cukup dengan menyerahkan surat tagihan tersebut
kepada bank.
b. Nasabah dapat menghemat tenaga dan biaya serta keamanan terjamin.
Objek inkaso adalah, wesel, cek, surat undian, money order, kupon dan dividen, surat aksep,
kuitansi dan nota-nota tagihan lainnya.

35
Kliring
Kliring diartikan sebagai sarana perhitungan warkat antar bank yang dilaksanakan oleh bank
Indonesia guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Dengan
demikian maka tujuan pokok dari diadakannya kliring adalah untuk memperlancar lalu lintas
pembayaran giral dan merupakan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi nasabah bank.
Ketentuan-ketentuan khusus bagi bank penyelenggaraan kliring adalah :
a. Berkewajiban untuk melaksanakan penyelenggaraan kliring sesuai degan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Menyampaikan laporan-laporan tentang data-data kliring setiap mingguan kepada Bank
Indonesia yang membawahi wilayah kliring yang bersangkutan.
c. Untuk mempermudah bank penyelenggara kliring dalam penyediaan uang kartal, maka
ditentukan bahwa hasil kliring hari itu dapat diperhitungkan pada rekening bank pada
bank Indonesia.
Persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia bagi suatu bank untuk dapat ikut serta
dalam kliring adalah sebagai berikut :
a. Bank-bank yang telah mendapat izin dari menteri keuangan dan mendapat persetujuan
dari Bank Indonesia terlebih dahulu.
b. Bank tersebut telah menjalankan usahanya minimal 3 (tiga) bulan atas izin menteri
keuangan.
c. Bank tersebut telah memenuhi penilaian sebagai bank yang sehat baik ditinjau dari
administrasi, pimpinan maupun keuangan.
d. Simpanan masyarakat dalam bentuk giro dan kelonggaran tarik kredit yang diberikan
oleh kantor tersebut telah mencapai sekurang-kurangnya 20% dari syarat modal disetor
minimum bagi pendirian bank baru diwilayahnya.
e. Bank peserta kliring wajib membuka rekening Koran di Bank Indonesia
f. Bank yang tidak tercatat sebgai peserta dapat ikut serta secara tidak langsung melalui
pengikut sertaanya dengan bank lain (peserta). Penyetaraan secara tidak langsung
tersebut bisa terjadi karena bank kemungkinan menghadapi masalah keuangan, jarak
antara bank yang bersangkutan dengan penyelenggara kliring dan lain-lain.
g. Menyetor jaminan kliring sebesar 50% hari terakhir dikurangi 40% rata-rata tagihan 20
hari terakhir. Kewajiban tersebut hanya berlaku bagi kantor yang baru menjadi peserta
kliring atau yang baru direhabilitasi. Kewajiban menyetor jaminan kliring ini tidak
berlaku bagi peserta tidak langsung atau peserta yang pindah wilayah kliring.

36
h. Bank peserta menentukan anggotanya sebagai wakil tetap pada lembaga kliring dan
memberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia.

Bank Garansi
Bank garansi adalah jaminan yang diberikan oleh bank, dalam arti bank menyatakan suatu
pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikatkan diri kepada penerima jaminan dalam
jangka waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu apabila dikemudian hari ternyata si terjamin
tidak memenuhi kewajibannya kepada si penerima jaminan. Bank garansi diberikan oleh
bank kepada nasabah untuk tujuan membantu nasabah yang akan melakukan suatu transaksi
tertentu yang tidak dibutuhkan kredit dari bank.
Dalam pemberian bank garansi ada 3 (tiga) pihak yang terkait yaitu :
a. Penjamin yaitu bank sebagai pihak yang memberikan jaminan.
b. Terjamin yaitu pihak yang diberikan jaminan oleh bank.
c. Penerima jaminan yaitu pihak yang menerima jaminan dari bank.
Bank garansi yang diberikan oleh pihak bank berbentuk :
a. Garansi dalam bentuk warkat yang dikeluarkan oleh bank yang mengakibatkan
kewajiban membayar terhadao yang menerima garansi apabila pihak yang dijamin cidera
janji atau wanprestasi.
b. Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat berharga seperti
aval dan endosemen dengan hak regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar
bagi bank apabila yang dijamin cidera janji (wanprestasi).
c. Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat menimbulkan
kewajiban financial bagi bank.

Kotak Pengaman Simpanan (Safe Deposit Box)


Kotak pengamanan simpanan atau safe deposit box adalah suatu sistem pelayanan bank
kepada masyarakat dalam bentuk jasa penyewaan box dengan ukuran tertentu untuk
menyimpan barang-barang berharga dengan jangka waktu tertentu dan nasabah menyimpan
sendiri kunci box pengaman tersebut untuk sewaktu-waktu digunakan, dan satu kunci
cadangan disimpan oleh bank, penyewa diwajibkan membayar uang sewa kotak pengaman
simpanan dan uang jaminan anak kunci.
Barang-barang berharga diizinkan untuk disimpan didalam kotak pengamanan adalah terbatas
pada jenis barang-barang berikut :
a. Mata uang, barang-barang berharga, logam mulia.

37
b. Kertas-kertas berharga, sertifikat, atau dokumen-dokumen penting lainnya.
c. Barang-barang lain yang disetujui oleh bank secara tertulis.

Kartu Kredit
Kartu Kredit (credit card) adalah alat pembayaran pengganti uang tunai atau cek, yang
sewaktu-waktu dapat digunakan konsumen untuk ditukarkan dengan produk barang dan jasa
yang diinginkan pada tempat-tempat yang menerima kartu kredit (merchant) atau bisa
digunakan konsumen untuk menggunakan kepada bank penerbitan atau jaringannya (cash
advance).

Debit Card atau Kartu ATM


Debit card atau kartu ATM adalah jenis kartu plastik yang dapat digunakan untuk menarik
uang tunai, baik melalui teller di bank ataupun melalui ATM, atau tempat lain yang
ditentukan.
Prinsip kerja debit card ini adalah pada saat kita memiliki sejumlah uang dibank kita dapat
meminta kartu ATM atau kartu debit (sesuai dengan fasilitas yang diberikan bank). Setiap
saat kita bisa mengambil uang tunai di ATM atau menggunakan sebagai sarana pembayaran
dengan jumlah maksimal sesuai dengan uang yang kita miliki di bank.
Sehingga kartu ini bukanlah merupakan alat pembayaran, tetapi hanya untuk memberikan
kemudahan pada nasabah bank dalam melakukan pembayaran tanpa harus membawa uang
tunai.

Kustodian
Kustodian adalah salah satu lembaga penunjang dalam kegiatan dibidang pasar modal,
menurut Pasal 1 butir 8 UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Kustodian adalah pihak
yang memberikan penitipan efek atau harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain,
termasuk menerima dividen, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabah.
Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 43 ayat (1) UUPM bahwa yang dapat
menyelenggarakan kegaitan usaha sebagai Kustodian adalah lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian, Perusahaan efek, atau Bank Umum yang telah mendapat persetujuan Bapepam.

Perdagangan Valuta Asing (Valas)

38
Pada dasarnya perdagangan valuta asing disebabkan oleh adanya permintaan dan penawaran.
Permintaan dan penawaran tersebut terjadi sebagai akibat adanya transaksi bisnis
internasional. Kegiatan ekspor impor yang dilakukan oleh para pihak ang mempunyai
kewarganegaraan berbeda sehingga menimbulkan jual beli valuta asing.
Transaksi perdagangan valuta sing terdiri dari :
1. Transaksi tunai (spot)
2. Transaksi tunggal (forward)
3. Transaksi barter (swap)

Letter Of Credit Dalam Transaksi Perdagangan Dalam Negeri Dan Luar Negeri
Istilah Letter of Credit (L/C), adalah tergantung dari kebiasaan Negara dan bank yang
menerbitkan, ada yang mengatakan Documentary Credit (Kredit berdokumen), Comercial
Letter Of Credit, atau bahkan hanya disebut Credit saja, selanjutnya dalam tulisan ini akan
disebut Letter Of Credit atau disingkat L/C. An introduction to international Banking Service,
mendefinisikan Letter Of Credit sebagai : sebuah instrument yang dikeluarkan oleh sebuah
bank atas nama salah satu nasabahnya, yang menguasakan seseorang atau sebuah perusahaan
penerima instrument tersebut menarik wesel atas bank bersangkutan atau atas salah satu bank
korespondennya bagi kepentingannya, berdasarkan kondisi-kondisi/persyaratan-persyaratan
yang tercantum pada instrument tersebut.

Secara singkat L/C dapat diartikan sebagai suatu kontrak, dengan suatu bank (issuing bank)
bertindak atas permintaan dan perintah dari seorang nasabah (Pemohon L/C) yang biasanya
berkedudukan sebagai importer untuk melakukan (Pemohon L/C) yang biasanya
berkedudukan sebagai importer untuk melakukan pembayaran kepada pihak pengekspor
(exporter) atau pihak ketiga (beneficiary) atau membayar atau mengaksep wesel-wesel yang
ditarik oleh pihak ketiga, atau memberi kuasa pada pihak lain untuk melakukan pembayaran,
atau untuk mengaksep atau mengambil alih wesel-wesel tersebut, atas dasar penyerahan
dokumen tertentu yang sebelumnya telah ditentukan, asalkan sesuai dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan.

Para Pihak dalam Letter of Credit (L/C)


Ada 4 pihak yang terkait dalam Letter Of Credit (L/C), yakni :

39
1. Pihak pembeil, adalah pihak importer atau importer accountee atau principal, yang
membeli barang dan membuka L/C.
2. Pihak penjual, adalah pihak eksportir atau penjual barang atau beneficiary atau vender,
terhadapnya L/C dibuka.
3. Bank Pembuka Letter of Credit (L/C), dalah bank yang membuka L/C setelah adanya
permohonan pembuka L/C oleh pihak pembeli, bank pembuka L/C disebut sebagai
issuing bank atau opening bank.
4. Bank Penerus Letter of Credit (L/C) adalah bank yang dimintakan oleh bank pembuka
L/C untuk meneruskan L/C dan membayarkan kepada pihak penjual, bank penerus L/C
ini bisa merupakan kantor cabang bank pembuka L/C atau salah satu bank koresponden
diluar negeri dimana penjual atau eksportir berdomisili. Bank Penerus L/C ini disebut
juga dengan Advising Bank, Correspondent Bank, Confirming Bank, Paying Bank, atau
Negotiating Bank.

Isi Pokok Letter of Credit


a. Nomor dan Tanggal.
b. Jenis dan sifat Letter Of Credit yang dibuka.
c. Nama dan alamat eksportir yang biasa disebut beneficiary.
d. Jumlah dana yang tersedia.
e. Uraian mengenai barang dan jumlahnya.
f. Perincian dokumen pengapalan yang dipersyaratkan.
g. Batas waktu pengapalan terakhi.r
h. Batas waktu berlakunya letter of credit.
i. Syarat pengapalan.
j. Ketentuan negosiasi dokumen pengalaman.

Syarat-Syarat Letter Of Credit


a. Menyebutkan nama dan alamat penerima dan pemohon dengan jelas;
b. Menyebutkan masa berlakunya leeter of credit;
c. Mencantumkan nama bank penerus yang dituju;
d. Mencantumkan dengan tegas jenis letter of credit;
e. Uraian tentang barang harus jelas dan tegas;
f. Ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat dalam letter of credit harus jelas tidak berbelit-
belit dan tidak mensyaratkan hal-hal yang tidak mungkin dipenuhi oleh penerima; dan

40
g. Menyatakan bahwa letter of credit tunduk pada Uniform Costums and Practice for
documentary credit dengan mencantumkan klausul yang berbunyi..this subject to
uniform costums and practice for documentary credit 1993 revision, ICC Publicaton
500.

Proses Pembukaan Letter Of Credit


Prosedur penerbitan atau pembukaan Letter of credit oleh para pihak adalah;
a. Penyusunan kontrak antara importir dan eksportir yang antara lain tentang kesepakatan
pernyataan jual beli.
b. Importir meminta pihak bank untuk membukakan letter of credit atas nama eksportir
berdasarkan persyaratan dan kondisi tertentu yang tercantum dalam letter of credit
c. Issue banking mengirimkan letter of credit ke advising bank yang tercantum dalam letter
of credit
d. Advising bank menginformasikan letter of credit tersebut kepada eksportir

Jenis-jenis L/C
a. Irrevocable L/C dan Revocable L/C yaitu L/C yang pada prinsipnya tidak dapat
dibatalkan, kecuali atas persetujuan kedua belah pihak dan yang dapat dibatalkan oleh
salah satu pihak tanpa membutuhkan persetujuan pihak lain.
b. Sight L/C dan Usance L/C adalah L/C yang dibayar oleh advising bank pada saat wesel-
wesel dan dokumen-dokumen lain diajukan oleh eksportir, selanjutnya yang menjadi
tanggung gugat adalah pihak atas nama siapa wesel diterbitkan, yaitu advising bank,
opening bank atau pihak pembeli dan yang baru dapat dibayarkan pada saat jatuh tempo
wesel, bukan pada saat dokumen diserahkan.
c. Open L/C atau Clean L/C adalah L/C yang dibayarkan tanpa perlu menunjukkan
dokumen tertentu, biasanya digunakan untuk pembayaran rutin yang jumlahnya tidak
besar.
d. Restrical atau Stright L/C dan General L/C yang memuat klausula yang menyebutkan
bahwa L.C hanya adapat dinegosiasi oleh bank tertentu saja. Dan yang sudah diteruskan
oleh advising bank, kemudian bank-bank lain dapat menegosiasikannya.
e. Transferable L/C adalah L/C yang memuat klausula khusus yang menyatakan bahwa L/C
daoat dialihkan kepada pihak lain. Transferable L/C disebut juga sebagai Assignable L/C
atau Divisible L/C. apabila tidak terdapat klausula khusus tersebut tadi maka disebut
sebgai non-transferable L/C.

41
f. Aflopend L/C dan Revolving L/C adalah L/C yang tidak digunakan dalam batas waktu
tertentu akan tidak dapat digunakan untuk menarik beberapa wesel untuk beberapa
transaksi, dan yang berjangka waktu cukup lama yang dapat digunakan untuk menarik
beberapa wesel untuk beberapa transaksi.
g. Red Clause L/C disebut juga sebgai Anticipatory L/C yang berisikan satu klausula yang
dituliskan dengan tinta merah yang menyatakan bajwa sebagian uang dalam L/C tersebut
bisa dibayar meskipun dokumen belum diberikan. Pembayaran ini sering dimaksudkan
sebagai advance Payment atau pembayaran dimuka dari jual beli yang bersangkutan.
h. Transit L/C adalah L/C yang proses penerbitannya dilakukan dengan tahapan berikut ;
Issuing bank dinegara X membuka L/C atas permintaan applicant dinegara Y melalui
banknya di Negera Y untuk dibayar kepada beneficiary di Negara Z. pembayaran ini
sering dimaksudkan sebagai advance Payment atau pembayaran dimuka dari jual beli
yang bersangkutan.
i. Traveler L/C adalah L/C sebagai pengganti uang tunai untuk yang bepergian. Bank
dinegara asal dimintakan untuk menerbitkan L/C sedangkan advising bank adalah bank-
bank dinegara-negara tujuan perjalanan. Nomor paspor dan contoh tanda tangan dari
pemilik L/C merupakan syarat pembukaan transit L/C.
j. Stand by L/C yang digunakan untuk menjamin jika ada wanprestasi atas suatu kontrak,
L/C ini berfungsi sama dengan garansi, maka L/C seperti ini tidak akan dibayar atau
stand by sampai terjadi suatu tindakan tertentu, misalnya ada wanprestasi atas kontrak.

Letter Of Credit Dalam Negeri (L/C DN) dan Letter of Credit Luar Negeri (L/C LN)
Hubungan jualbeli antara eksportir dan importir untuk kelancaran kegiatan tesebut perlu
kerjasama yang baik dan saling menguntungkan dengan tetap mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Letter Of Credit atau L/C dalam negeri maupun Letter of Credit Luar Negeri yang merupakan
salah satu bentuk jasa bank yang bertujuan untuk memperlancar transaksi perdagangan atau
jual beli barang dari satu tempat ketempat lainnya, baik yang bersifat lokal maupun
internasional.

BAB V
RAHASIA BANK

Teori rahasia bank terdiri dari 2 (dua) teori yakni:

42
1. Teori rahasia bank yang bersifat mutlak (absolutely theory)
Teori ini sangat menonjolkan kepentingan individu, sehingga kepentingan Negara dan
masyarakat sering terabaikan; karena menurut teori ini bank mempunyai kewajiban untuk
menyimpan rahasia atau keterangan-ketengan mengenai nasabahnya yang diketahui bank
karena kegiatan usahanya dalam keadaan apapun juga, dalam keadaan biasa atau dalam
keadaan luar biasa.
2. Teori rahasia bank bersifat relatif
Pada teori ini bank diperbolehkan membuka rahasia atau memberi keterangan mengenai
nasabahnya, apabila unit kepentingan mendesak, misalnya untuk kepentingan Negara atau
kepentingan hukum. Teori ini banyak dianut oleh bank-bank dibanyak negara di dunia,
termasuk Indonesia.

Rahasia bank Pengertian dan Ruang Lingkup Rahasia Bank menurut UU No. 7 tahun
1992 jo. UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan.
Pada Pasal 16 UU No. 7 tahun 1992 menyatakan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal dari nasabah bank yang menurut kelaziman
dunia perbankan wajib dirahasiakan.
Selanjutnya pada Pasal 40 ayat (1) menentukan bahwa bank dilarang memberikan keterangan
yang dicatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal dari nasabahnya,yang wajib
dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal yang
dimaksud dalam pasal 41, pasal 42, pasal 43, dan pasal 44.
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa makna yang terkandung dalam
pengertian rahasia bank adalah larangan-larangan bagi perbankan untuk memberi keterangan
atau informasi kepada siapapun juga mengenai keadaan keuangan dan hal-hal yang patut
dirahasiakan dari nasabahnya untuk kepentingan dari bank itu sendiri.
Kemudian Pasal 1 angka 16 tersebut diubah menjadi Pasal 1 angka 28 UU No. 10 Tahun
1998, bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan-
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, sedangkan pasal 40 ayat (1),
diatas diubah menjadi pasal 40 ayat (1) UU No. 10 tahun 1998, bahwa bank wajib
merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal
sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, pasal 41A, pasal 42, pasal 43, pasal 44 dan pasal
44A.
Jadi terdapat perbedaan mengenai ruang lingkup rahasia bank berdasarkan UU No. 7 Tahun
1992 dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, karena dalam UU No. 7 Tahun 1992

43
rahasia bank lebih luas karena berlaku bagi setiap nasabah dengan tidak membedakan antara
nasabah penyimpan dan nasabah peminjam, sedangkan pada UU No. 10 Tahun 1998
mengenai rahasia bank lebih sempit karena, hanya berlaku bagi nasabah penyimpan dan
simpanannya saja.

Pengecualian Ketentuan Rahasia Bank Menurut UU No. 7 tahun 1992 jo UU No. 10


tahun 1998 Tentang Perbankan.
Berdasarkan ketentuan pasal 40 ayat (1), dapat diuraikan secara sistematis terhadap ketentuan
rahasia bank sebagai berikut:
a. Untuk Kepentingan Perpajakan.
Diatur pada pasal 41 ayat (1), yang menentukan bahwa untuk kepentingan perpajakan,
pimpinan bank indonesia atas permintaan menteri keuangan berwenang mengeluarkan
perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperhatikan bukti-bukti
tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada
pejabat bank.
b. Untuk Kepentingan Penyelesaian Piutang Bank yang telah diserahkan kepada BUPLN
(Badan Urusan Piutang Dan Lelang Negara)/ PUPN (Panitia Urusan Piutang Negara).
Pasal 41 A ayat (1) menentukan bahwa: untuk menyelesaikan piutang bank telah
diserahkan kepada BUPLN/PUPN, pimpinan bank indonesia memberikan izin kepada
pejabatBadan Urusan Piutang Dan Lelang Negara dan Panitia Urusan Piutang Negara
untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur.
c. Untuk Kepentingan Pengadilan Dalam Perkara Pidana.
Pasal 42 ayat (1) UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, menentukan bahwa untuk
kepentingan peradilan dalam perkara pidana, pimpinan bank indonesia dapat memberikan
izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai
simpanan tersangka atau terdakwa pada bank.
d. Dalam Perkara Perdata Antara Bank Dengan Nasabah.
Pada pasal 43 UU No. 10 Tahun 1998 menentukan bahwa, dalam perkara perdata antara
bank dengan nasabahnya, direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan
kepada pengadilan tentang keadaan keuntungan nasabah yang bersangkutan dan
memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut.
e. Dalam hal tukar menukar informasi antar bank.

44
Menurut pasal 44 ayat (1) UU No. 10 tahun 1998, bahwa dalam rangka tukar menukar
informasi antar bank juga merupakan alasan untuk pemubukaan atau penerobosan
ketentuan rahasia bank.
Pasal 44 ayat (1) menentukan bahwa:
- Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara
tertulis, bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan
pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah pemimpin
tersebut.
Selanjutnya pada pasal 44 A ayat (2) diatur bahwa:
- Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari
penyimpan yang telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari penyimpan yang
bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan
tersebut.

Pengecualian Terhadap Ketentuan Rahasia Bank diluar Uu No. 7 Tahun 1992 Jo UU


No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Berdasarakan surat Mahkamah Agung No. KMA/694/R.45/XII/2004 perihal pertimbangan
hukum atas pelaksanaan kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tertanggal 2
Desember 2004. Surat Keputusan Mahkamah Agung RItersebut diterbitkan sebagai jawaban
atas Surat Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/2/GBI/DHk/Rahasia, tanggal 8 Agustus 2004
yang meminta pertimbangan hukum dari Mahkamah Agung untuk menjawab persoalan
kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam membuka rahasia bank. Maka Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) juga diberikan kewenangan dalam membuka rahasia bank.
Surat keputusan memuat penegasan hukum, bahwa ketentuan pasal 12 UU No. 30 tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan ketentuan khusus (lex specialis)
yang memberikan kewenangan kepada komisi Pemberantasan Korupsi dalam melaksanakan
tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Dengan berdasarkan ketentuan tersebut,
maka prosedur izin membuka rahasia bank sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat (2) dan
ayat (3) UU No. 20 tahun 2001 jo. Pasal 42 Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun1998, tidak berlaku bagi
Komisi Pemberantasan Korupsi.
Pemberian kewenanngan untuk menerobos rahasia bank kepada Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) adalah suatu terobosan hukum yang tepat dalam upaya mencegah dan
menindak tindak pidana dibidang perbankan.

45
Sanksi atas Pelanggaran Ketentuan Rahasia Bank.
Pelanggaran terhadap ketentuan rahasia bank telah diatur sedemikian rupa dalam UU No. 10
tahun 1998 yang berupa ancaman pidana dan denda akumulatif.
Pasal 47 ayat (1) menyatakan bahwa:
- Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari pimpinan Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, pasal 41A, dan pasal 42, dengan sengaja
memaksa bank atau pihak, terafiliasi untuk memberikan keterangan sebagaimana
dimmaksud dalam pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun dan paling lama 4 (empat) tahun serta denda sekurang kurangnya Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah), dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,- (dua
ratus milyar rupiah).
Pasal 47 ayat (2) menentukan bahwa:
- Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank, atau pihak terafiliasi lainnya yang
dengan sengaja memberikan keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 40, diancam
dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat)
tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) dan
paling banyak Rp. 200.000.000.000,- (dua ratus milyar rupiah).
Berdasarkan ketentuan pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) tersebut menunjukan bahwa sanksi
pidana yang berupa pidana penjara dan denda dikenakan kepada siapa saja yang memaksa
bank atau pihak terafiliasi untuk memberikan keterangan sebagaimana dimaksud pada pasal
40. Sanksi tersebut dikenakan juga kepada anggota dewan, komisaris, direksi, pegawai bank,
atau pihak terafiliasi yang sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut
pasal 40.
Selanjutnya Pasal 47 A menentukan bahwa Anggota Dewan Komisaris, Direksi, Pegawai
Bank, atau pihak Terafiliasi lainnya dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib
dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 A dan Pasal 44 A, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000,- (empat milyar rupiah), dan paling banyak Rp.
15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah).
Jadi Pasal 47A mengatur mengenai sanksi yang dikenakan kepada Dewan komisaris, Direksi,
Pegawai Bank, dan pihak terafiliasi yang telah mengabaikan kewajibannya untuk
memberikan keterangan sebagaimana ditentukan oleh Pasal 42 A dan Pasal 44 A.

46
BAB VI
PERLINDUNGAN NASABAH PENYIMPAN DANA

Lembaga perbankan adalah suatu lembaga yang sangat tergantung kepada


kepercayaan dari masyarakat, oleh karena itu, tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat,
tentu suatu bank tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya dengan baik. Sehingga
dunia perbankan harus menjaga kepercayaan dari masyarakat dengan memberikan
perlindungan hukum terhadap kepentingan masyarakat terutama kepentingan nasabah dari
bank yang bersangkutan.
Hubungan hukum antara nasabah penyimpan dana bank didasarkan atas suatu
perjanjian untuk itu tentu adalah sesuatu yang wajar apabila kepentingan dari nasabah yang
bersangkutan memperoleh perlindungan hukum, sebagaimana perlindungan yang diberikan
oleh hukum kepada bank. Wujud dari political will pemerintah untuk melindungi kepentingan
nasabah maka dikeluarkan UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, selain
yang diatur dalam UU No. 7 Tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Seperti diketahui bahwa perlindungan hukum terhadap nasabah dalam sistem
perbankan Indonesia, mengenai perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat
dilakukan melalui 2 (dua) cara, yakni:
a Perlindungan secara implisit,
Yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif yang
dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini yang diperoleh
melalui; (1) peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, (2) perlindungan yang
dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif yang dilakukan oleh Bank
Indonesia, (3) upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga pada
khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya, (4) memelihara
tingkat kesehatan bank, (5) melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian, (6) cara
pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah, dan (7)
menyediakan informasi risiko pada nasabah.
b Perlindungan secara eksplisit,
Yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan
masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan
mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Perlindungan
ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat,

47
sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 1998 tentang Jaminan
Terhadap Kewajiban Bank Umum.
Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana, terbagi
menjadi 2 macam, yaitu perlindungan hukum secara tidak langsung dan perlindungan hukum
secara langsung.
1 Perlindungan tidak langsung
Perlindungan secara tidak langsung oleh dunia perbankan terhadap kepentingan nasabah
penyimpan dana adalah suatu perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah
penyimpan dana terhadap segala resiko kerugian yang timbul dari suatu kebijaksanaan
atau timbul dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Hal ini adalah suatu upaya
dan tindakan pencegahan yang bersifat internal oleh bank yang bersangkutan dengan
melalui hal-hal yang dikemukakan berikut:
a Prinsip kehati-hatian (Prudential Principle)
Pada Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 dikemukakan bahwa perbankan Indonesia
dalam melakukan usahanya berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian. Dari ketentuan ini, menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian
adalah salah satu asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank
dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu berhati-hati
dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu konsisten dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan berdasarkan
profesionalisme dan itikad baik.
Selain itu, dalam Pasal 29 ayat (2) mengemukakan bahwa bank wajib memelihara
tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset,
kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.
Berdasarkan Pasal 29 ayat (2) di atas, maka tidak ada alasan apa pun juga bagi pihak
bank untuk tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan
usahanya dan wajib menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Selanjutnya dalam
ketentuan Pasal 29 ayat (3) terkandung arti perlunya diterapkan prinsip kehati-hatian
dalam rangka penyaluran kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada
nasabah debitur.

48
Ketentuan Pasal 29 ayat (2) dan (3) berhubungan erat dengan ayat (4), karena
bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya.
b Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
Mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK/Legal Lending Limit), telah
diatur dalam Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4), (4A), dan (5).
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Sehingga untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya, bahkan
diwajibkan menyebar risiko dengan mengatur penyaluran kredit atau pemberian
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan maupun fasilitas lain
sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada nasabah debitur atau kelompok
nasabah debitur tertentu.
Ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit di atas mempunyai kaitan
erat dengan upaya melindungi kepentingan nasabah penyimpan sebagaimana diatur
dalam Pasal 29 ayat (3) UU No. 10 Tahun 1998.
c Kewajiban Mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi.
Hal ini diatur dalam Pasal 35 UU No. 10 Tahun 1998, yang menentukan bahwa
bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan
bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pasal 35 berkaitan erat dengan Pasal
34 ayat (1), (2), dan (3).
d Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank.
Ketentuan ini diatur dalam Pasal 5 PP No. 28 Tahun 1999 tentang Merger,
Konsolidasi, dan Akuisisi, bahwa dalam pelaksanaan merger, konsolidasi, dan
akuisisi harus memperhatikan kepentingan dari semua pihak, yaitu kepentingan
bank, kepentingan kreditor, kepentingan pemegang saham minoritas dan karyawan
bank, juga kepentingan rakyat banyak, dan persaingan yang sehat dalam melakukan
usaha bank.
2 Perlindungan langsung
Perlindungan secara langsung dapat dikemukakan dalam 2 (dua) hal, yakni:
a Hak Preferen Nasabah Penyimpan Dana.
Hak preferen adalah suatu hak yang diberikan kepada seorang kreditor untuk
didahulukan dari kreditur-kreditur yang lain. Hal ini telah diatur pada Pasal 29 ayat
(3) dan ayat (4).

49
Namun jika bank yang menyimpan dana masyarakat mengalami kegagalan atau
sulit, maka berdasarkan Keppres No. 26 Tahun 1998 bahwa dana masyarakat yang
disimpan di bank tersebut dijamin oleh pemerintah melalui lembaga penjamin
simpanan yang dikenal sebagai Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah sebagai
salah satu unit di KepKeu RI.
b Lembaga Asuransi Deposito.
Berkaitan dengan jaminan terhadap dana masyarakat yang ada pada bank, dalam
ketentuan Pasal 37B ayat (1) dan ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan.

BAB VII
PRAKTIK PENCUCIAN UANG DALAM PERBANKAN

A Sejarah dan Perkembangan Praktik Pencucian Uang


Problematik pencucian uang yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan money
laundering sekarang mulai dibahas dalam buku-buku teks, apakah itu buku teks hukum
pidana atau kriminologi. Ternyata problematik uang haram ini sudah merninta perhatian
dunia internasional karena dimensi dan implikasinya yang melanggar batas-batas negara.
Sebagai suatu fenomena kejahatan yang menyangkut terutama dunia kejahatan yang
dinamakan organized crime, ternyata ada pihak-pihak tertentu yang ikut menikrnati
keuntungan dari lalu lintas pencucian uang tanpa menyadari akan dampak kerugian yang
ditimbulkan. Erat bertalian dengan hal terakhir ini adalah dunia perbankan yang pada
satu sisi beroperasi atas dasar kepercayaan para konsumen, namun pada sisi lain, apakah
akan membiarkan kejahatan pencucian uang ini terus merajalela.
Al Capone, penjahat terbesar di Amerika masa lalu, mencuci uang hitam dari usaha kej
ahatannya dengan memakai si genius Meyer Lansky, orang Polandia. Lansky, seorang
akuntan, mencuci uang kejahatan Al Capone melalui usaha binatu (Laundry).
1
Demikianlah asal muasal muncul nama Money Laundering.
Istilah pencucian uang atau money laundering telah dikenal sejak tahun I 930 di Amerika
Serikat, yaitu ketika Maa membeli perusahaan yang sah dan rcsmi sebagai salah satu
strateginya. Investasi terbesar adalah perusahaan pencucian pakaian atau disebut
Laundromat yang ketika itu terkenal di Amerika Serikat. Usaha pencucian pakaian ini

1 J.E. Sahetapy, "Business Uang lluram", www.khn.go.id.

50
berkembang maju, dan berbagai perolehan uang hasil kejahatan seperti dari cabang usaha
lainnya ditanamkan ke perusahaan pencucian pakaian ini, seperti uang hasil minuman
keras ilegal, hasil perjudian dun hasil usaha pelacuran.
Pada tahun 1980-an uang hasil kejahatan semakin berkembang, dengan berkembangnya
bisnis haram seperti perdagangan narkotik dan obat bius yang
mencapai miliaran rupiah sehingga kemudian muncul istilah narco dollar, yang berasal
dari uang haram hasil perdagangan narkotika? Sejalan dengan perkembangan teknologi
dan globalisasi di sektor perbankan dewasa ini, banyak bank telah menjadi sasaran utama
untuk kegiatan pencucian uang mengingat sektor inilah yang banyak menawarkan jasa
instrumen dalam lalu lintas keuangan yang dapat digunakan untuk
menyembunyikan/menyamarkan asal usul suatu dana.
Dengan adanya globalisasi perbankan, dana hasil kejahatan mengalir atau bergerak
melampaui batas yurisdiksi negara dengan memanfaatkan faktor rahasia bank yang
umumnya dijunjung tinggi oleh perbankan. Melalui mekanisme ini, dana hasil kejahatan
bergerak dari suatu negara ke negara lain yang belum mempunyai sistem hukum yang
cukup kuat untuk menanggulangi kegiatan pencucian uang atau bahkan bergerak ke
negara yang menerapkan ketentuan rahasia bank secara sangat ketat.

B Pengertian Pencucian Uang


Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang atauharta kekayaan yang diperoleh
dari hasil tindak pidana yang kemudian diubah menj adi harta kekayaan yang seolah-olah
berasal dari kegiatan yang sah. Sesuai dengan Pasal 2 Undang- Undang Nomor 1 5
Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (sebagai- mana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003), tindak pidana yang menj adi pemicu terj adinya
pencucian uang meliputi korupsi, penyuapan, penyelundupan barang/tenaga
keija/imigran, perbankan, narkotika, psikotropika, perdagangan
budak/wanita/anak/senjata gelap, penculikan, terorisme, pencurian, penggelapan, dan
penipuan. Kegiatan pencucian uang mempunyai dampak yang serius terhadap stabilitas
sistem keuangan maupun perekonomian secara keselunihan. Tindak pidana pencucian
uang merupakan tindak pidana multidimensi dan bersifat transnasional yang sering kali
melibatkan jumlah uang yang cukup besar. Istilah pencucian uang berasal dari bahasa
Inggris, yakni money laundering. Apa yang dimaksud dengan money laundering,
memang tidak ada denisi yang universal, karena baik negara-negara maju dan negara-

51
negara dunia ketiga masing-masing mempunyai denisi sendiri-sendiri berdasarkan
prioritas dan perspektif yang berbeda. Namun para ahli hukum di Indonesia telah sepakat
mengartikan money laundering dengan pencucian uang. Pengertian pencucian uang
(money laundering) telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Menurut Welling,
money laundering adalah "The process by which one conceals the existence, illegal
source, or illegal application of income, and then disguises that income to make it
appear legitimate. "
Pamela H. Bucy dalam bukunya yang berjudul White Collar Crime: Cases and Materials
memberikan denisi money laundering sebagai berikut. "Money laundering is the
concealment of the existence, nature of illegal source of illicit funds in such a manner
that the funds will appear legitimate if discovered. "2
Kemudian Chaikin juga memberikan denisi money laundering sebagai berikut. 3 The
process by which one conceals or disguises that true nature, source, disposition,
movement or ownership of money for whatever reason.
Demikian juga dengan Department of Justice Kanada mengemukakan bahwa: Money
laundering is the conversion of transfer of property, knowing that such property is
derived om criminal activity, for the purpose of concealing the illicit nature and origin
of the property from government authorities.
Dalam Statement on Prevention of Criminal Use of The Banking System for The Purpose
of Money Laundering yang dikeluarkan pada bulan Desember 1988, Balse Committee
tidak memberikan denisi mengenai apa yang dimaksud dengan money laundering,
tetapi menjelaskaii mengenai apa yang dimaksud dengan money laundering itu dengan
memberikan beberapa contoh kegiatan yang tergolong kegiatan-kegiatan yang dimaksud
money laundering. Dalam Statementnya disebutkan bahwa "Criminals and their
associates use the financial system to make pay- ment and transfer of funds from one
account to another; to hide the sources of benecial ownnership of money," and to
provide storage for bank-notes through a safe deposit facility. These activities are

2 Pamela H. Bucy. White Collar Crime: Cases and Materials, (St. Paul Minn: West
Publishing Co. 1992), hlm. 128. ll Robert C. Effros (Ed). Current Legal Issues
Affecting Central Banks. Vol. 2 Washington: International Monetary Fund, hlm.
327. I2 Henry Campbell Black. Blacks Law Dictionary. Sixth Edition. (St. Paul
Minn: West Publishing Co., l99l), hlm. 6ll.

3 Op. cit., David Fraser, hlm. 258.

52
commonly referred to as money laundering. 4 Demikian juga dengan apa yang
dikemukakan di dalam Blacks Law Dictionary,5 money laundering diartikan sebagai
berikut. "Term used to describe investment or other transfer of money owing from
racekteering, drug transactions, and either illegal sources into legitimate channels so
that its original source cannot be traced. "
Dari beberapa defmisi pencucian uang, dapat disimpulkan bahwa pencucian uang adalah
kegiatan-kegiatan (berupa proses) yang dilakukan oleh seorang atau organisasi kejahatan
terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak kejahatan, dengan maksud
menyembunyikan asal-usul uang tersebut dari peinerintah atau otoritas yang berwenang
melakukan penindakan terhadap tindak kejahatan dengan cara terutama memasukkan
uang tersebut ke dalam sistern keuangan (nancial system) sehingga apabila uang
tersebut kemudian dikeluarkan dari sistem keuangan itu maka keuangan itu telah berubah
menj adi uang yang sah.
Pengertian pencucian uang juga termuat dalam The United Nations Convention Against
Illicit Traic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances of 1988 (konvensi PBB)
yang disahkan pada tanggal 19 Desember 1988 di Vienna, yang kemudian diratikasi di
Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 pada tanggal 31 Desember
1997. Secara lengkap pengertian money laundering tersebut adalah: "The conversion or
transfer of property, knowing that such property is derived from any serious (indictable)
oence or oences, or from act ofparticipation in such offence of offences, for the
purpose of concealing or disguising the illicit of the property or of assisting any person
who is involved in the commission of such an oence of oences to evade the legal
consequences of his action; or the concealment or disguise of the true nature, source,
location, disposition, movement, rights with respect to or ownership of property, knowing
that such property is derived from a serious (indictable) offence or offences or from an
act of participation in such an offence or oences.
Secara umum pencucian uang merupakan metode untuk menyembunyikan,
mernindahkan, dan menggunakan hasil dari suatu tindak pidana, kegiatan organi- sasi
kejahatan, kejahatan ekonomi, korupsi, perdagangan narkotika, dan kegiatan- kegiatan

4 Robert C. Effros (Ed). Current Legal Issues Affecting Central Banks. Vol. 2
Washington: International Monetary Fund, hlm. 327.

5 Henry Campbell Black. Blacks Law Dictionary. Sixth Edition. (St. Paul Minn: West
Publishing Co., l99l), hlm. 611.

53
lainnya yang merupakan aktivitas kejahatan. Money laundering atau pencucian uang
pada intinya melibatkan aset (pendapatan/kekayaan) yang disa- markan sehingga dapat
dipergunakan tanpa terdeteksi bahwa aset tersebut berasal dari kegiatan yang ilegal.
Melalui money laundering pendapatan atau kekayaan yang berasal dari kegiatan yang
melawan hukum diubah menjadi aset keuangan yang seolah-olah berasal dari sumber
yang sah/legal.

C Objek Pencucian Uang


Menurut Sarah N. Welling6, money laundering dimulai dengan adanya "uang haram
atau uang kotor (dirty money). Uang dapat menjadi kotor dengan dua cara, pertama,
melalui pengelakan pajak (tax evasion). Yang dimaksud dengan pengelakan pajak ialah
memperoleh uang secara legal, tetapi jumlah yang dilaporkan kepada pemerintah untuk
keperluan penghitungan pajak lebih sedikit daripada yang sebenarnya diperoleh. Kedua,
memperoleh uang melalui cara-cara yang melanggar hukum. Teknik-teknik yang biasa
dilakukan untuk hal itu, antara lain penjualan obat-obatan terlarang atau perdagangan
narkoba secara gelap (drug sales atau drug trafficking), penjualan gelap (illegal
gambling), penyuapan (bribery), terorisme (terrorism), pelacuran (prostitution),
perdagangan senjata (arms trafcking), penyelundupan minuman keras, tembakau dan
pornogra (smuggling of contraband alcohol, tobacco, pornography), penyelundupan
imigran gelap (illegal immigration rackets atau people smuggling), dan kejahatan kerah
putih (white collar crime).7 Praktik-praktik money laundering memang mula-mula
dilakukan hanya terhadap uang yang diperoleh dari lalu lintas perdagangan narkotik dan
obat-obatan sejenis itu (narkoba atau drug) atau yang dikenal sebagai illegal drug
trafficking. Namun kemudian, money laundering dilakukan pula terhadap uang-uang
yang diperoleh dari sumber-sumber kejahatan lain seperti yang dikemukakan di atas.
Sebenamya, sumber pengurnpulan uang haram secara internasional yang berasal dari
drug traicking bukanlah yang utama. Porsi utama dari uang haram itu berasal dari tax
evasion, ight capital, dan irregular or hidden economies yang dibedakan dari the overly
criminal economies. Flight capital termasuk ight capital atas uang yang disediakan oleh

6 Op. cit ., Suruh N. Welling, hlm. 2001.

7 Vincenzo Ruggiero, Organized and Corporate Crime in Europe, Aldershot: Dartmouth.


hlm. 146: Department of Justice Canada. Solicitor General Canada, hlm. 4. I5 //J/I/.,
Vinccnzo Ruggiero, hlm. 146.

54
negara maju (developed countries) bagi negara berkembang (developing countries)
dalam bentuk bantuan keuangan (nancial aid), yang tidak dibelanjakan atau
diinvestasikan di negara yang bersangkutan, tetapi kemudian kembali kepada negara-
negara berkembang tersebut sebagai illegal exported capital. Uang inilah yang sering
ditempatkan di bank luar negeri yang justru telah memberikan kredit tersebut.

D Tujuan Pencucian Uang


Mengapa uang yang berasal dari organisasi kejahatan yang melakukan kegiatan usahanya
dalam perdagangan narkotik perlu dicuci, Kongres Amerika Serikat pada waktu
membicarakan mengenai Undang-Undang Money Laundering mengemukakan sebagai
berikut.
"In typical drug organization, the proceeds generated by the drug traffickers are
almost entirely in the form of cash. The typical _ denomination of currency in street
circulation is a twenty dollar bill. " "As the prots for street sales move up the ladder
of the trafficking organization from the street seller to the wholesaler to the importer
these twenty dollars bills, so crumpled and covered with dirt and drug residue
that they will often jam the counting machines, are bundled together and collected in
warehouse. Regularly, the volume becomes so large that it is diicult to count it.
Handling this volume of oath is often a more serious logistical problem for the
traicker than the handling of the drugs themselves (one hundred billion dollars in
twenty dollar bills weigh about 26 million pounds)8
Untuk mengetahui mengapa penjahat atau organisasi kejahatan perlu melakukan
pencucian uang, maka John C. Keeney, Deputy Assistant Attorney General, Criminal
Division, United States Department of Justice mengemukakan sebagai berikut.
"If the money can be gotten into a bank or other nancial institution, it can be wired
to any place in the world in a matter of seconds, converted to any other currency,
and used to pay expenses and recapitalize the corrupt bussines. The problem for the
drug traicken aims merchant or tax evader then, is how to get his money into a form
in which it can be moved and used most eiciently without creating a paper trail
that will lead law enforcement authorities to the illegal bussines. The process of

8 Op.cit., Pamela H. Bucy, hlm. 128.

55
doing that is what we call money laundering. There are many ways in which it is
done. 9
Pencucian uang hanya diperlukan dalam hal uang yang tersangkut jumlahnya besar, oleh
karena bila jumlahnya kecil, uang itu dapat diserap ke dalam peredaran secara tidak
kentara. Uang itu harus dikonversi menjadi uang sah sebelum uang itu dapat
diinvestasikan atau dibelanjakan, yaitu dengan cara yang disebut "pencucian
(laundering).

E Tahap-Tahap dan Proses Pencucian Uang


Sccara umum terdapat beberapa tahap dalam melakukan usaha pencucian mung, yaitu
sebagai berikut.10
1 Placement
Tahap ini merupakan tahap pertama, yaitu pemilik uang tersebut mendepositokan
uang haram tersebut ke dalam sistem keuangan (nancial system).
Karena uang itu sudah masuk ke dalam sistem keuangan perbankan, maka berarti
uang itu telah juga masuk ke dalam sistem keuangan negara yang ber- sangkutan.
Oleh karena uang yang telah ditempatkan di suatu bank itu selanjutnya dapat lagi
dipindahkan ke bank lain, baik di negara tersebut maupun di negara lain, maka uang
tersebut bukan saja telah masuk ke dalam sistern keuangan negara yang
bersangkutan, tetapi juga telah masuk ke dalam sistern keuangan global atau
intemasional.
Jadi, Placement adalah upaya menernpatkan dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan
tindak pidana ke dalam sistem keuangan. Bentuk kegiatanini antara lain sebagai
berikut.
a Menempatkan dana pada bank. Kadang-kadang kegiatan ini diikuti dengan
pengaj uan kredit/pembiayaan.
b Menyetorkan uang pada bank atau perusahaan jasa keuangan lain sebagai
pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trail.
c Menyelundupkan uang tunai dari suatu negara ke negara lain.

9 Ibid,

10 Munir Fuady. Hukum Perbankan di Indonesia. Seri Buku Ketiiga. (Bandung:


Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 80.

56
d Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait dengan usaha yang sah
berupa kredit/pembiayaan sehingga mengubah kas menj adi kredit/ pembiayaan.
e Membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi untuk keperluan pribadi,
membelikan hadiah yang nilainya mahal sebagai penghargaan/hadiah kepada
pihak lain yang pembayarannya dilakukan melalui bank atau perusahaan jasa
keuangan lain.
2 Layering
Layering adalah memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya yaitu tindak
pidananya melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul dana. Dalam kegiatan ini terdapat proses pgemindahan dana
dari beberapa rekening atau lokasi tefcentu sebagai hasil placement ke tempat lain
melalui serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untuk menyamarkan dan
menghilangkan jejak sumber dana tersebut. Bentuk kegiatan ini antara lain:
a Transfer dana dari satu bank ke bank lain dan/atau antarwilayah/negara.
b Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung transaksi yang
sah.
c Memindahkan uang tunai lintas batas negara melalui jaringan kegiatan usaha
yang sah maupun shell company.
Jadi dalam layering, pekerjaan dari pihak pencuci uang (launderer) belum berakhir
dengan ditempatkannya uang tersebut ke dalam sistem keuangan dengan melakukan
placement sepeni diterangkan di atas. Jumlah uang haram yang sangat besar, yang
ditempatkan di suatu bank, tetapi tidak dapat dij elaskan asal-usulnya itu, akan sangat
menarik perhatian otoritas moneter negara yang bersangkutan, yang pada gilirannya
akan menarik perhatian para penegak hukum. Oleh karena itu, setelah dilakukan
placement, uang tersebut perlu dipindahkan lagi dan' suatu bank ke bank yang lain,
dan dari negara yang satu ke negara yang lain sampai beberapa kali, yang sexing kali
pelaksanaannya dilakukan dengan cara memecah-mecah jumlahnya sehingga dengan
pemecahan dan pemindahan beberapa kali itu, asal usul uang tersebut tidak mungkin
lagi dapat dilacak oleh otoritas rnoneter atau oleh para penegak hukum.
Sering kali, nasabah penyimpan dana yang tercatat di bank justru bukan pemilik yang
sesunggulmya dari uang tersebut. Nasabah penyimpan dana itu mungkin sudah
merupakan lapis yang kesekian apabila diurut dari sejak pangkalnya, yaitu pemilik
yang sesunggulmya dari uang yang ditempatkan itu. Dari urutan mereka yang dilalui
oleh pemilik yang sesungguhnya dari uang itu sampai kepada lapis yang terakhir

57
yaitu nasabah penyimpan dana yang secara resmi tercatat di bank tersebut, maka
pemakaian lapisan-lapisan yang demikian itu dapat pula disebut layering.
3 Integration
Integration adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik
untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk kckayaan
material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan hisnis yang sah,
ataupun untuk membiayai kcmbali kegiatan tindak pidana. Dalam melakukan
pencucian uang, pelaku tidak terlalu mempertimbangkan hasil yang akan diperoleh
dan besamya biaya yang harus dikeluarkan, karena tujuan utamanya adalah untuk
menyamarkan atau menghilangkan asal-usul uang sehingga hasil akhimya dapat
dinikmati atau digunakan secara aman. Ketiga kegiatan di atas dapat terjadi secara
terpisah atau simultan, namun umumnya dilakukan secara tumpang-tindih. Modus
operandi pencucian uang dari waktu ke waktu semakin kompleks dengan
menggunakan teknologi dan rekayasa keuangan yang cukup rumit. Hal itu terjadi
baik pada tahap placement, layering, maupun integration, sehingga penanganannya
pun menjadi semakin sulit dan membutuhkan peningkatan kemampuan (capacity
building) secara sistematis dan berkesinambungan. Pemilihan modus operandi
pencucian uang tergantung dari kebu- tuhan pelaku tindak pidana. Jadi dalam
integration, begitu uang tersebut telah berhasil diupayakan proses pencuciannya
mclalui cara layering, maka tahap selanjutnya adalah menggunakan uang yang telah
menjadi uang halal (clean money) untuk kegiatan bisnis atau kegiatan operasi
kejahatan dari penj ahat atau organisasi kej ahatan yang mengendalikan uang
tersebut.

F Beberapa Modus Operandi Pencucian Uang


Dengan memperhatikan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat dikatakan
bahwa modus operandi kej ahatan pencucian uang umumnya dilakukan melalui cara-
cara11 antara lain:
1 Melalui keija sama modal
Uang hasil kejahatan secara tunai dibawa ke luar negeri. Uang tersebut masuk
kembali dalam bentuk kexja sama modal (joint venture project). Keuntungan

11 A.S. Mamoedin, Analisis Kejahatan Perbankan. Cetakan Pertama. (Jakarta:


Rafesia, 1997), hlm. 295-297.

58
investasi tersebut diinvestasikan lagi dalam berbagai usaha lain. Keuntungan usaha
lain ini dinikmati sebagai uang yang sudah bersih, karena tampaknya diolah secara
legal, bahkan sudah dikenakan pajak.
2 Melalui agunan kredit
Uang tunai diselundupkan ke luar negeri, lalu disirnpan di bank negara tertentu yang
prosedur perbankannya termasuk lunak. Dari bank tersebut ditransfer ke bank Swiss
dalam bentuk deposito. Kemudian dilakukan peminjaman ke suatu bank di Eropa
dengan jaminan deposito tersebut. Uang hasil kredit ditanamkan kembali ke negara
asal uangiharam tadi.
3 Melalui perjalanan luar negeri
Uang tunai ditransfer ke luar negeri melalui bank asing yang ada di negara- nya. Lalu
uang tersebut dicairkan kembali dan dibawa kembali ke negara asalnya oleh orang
tertentu, seolah-olah uang tersebut berasal dari luar negeri.
4 Melalui penyamaran usaha dalam negeri
Dengan uang tersebut didirikanlah perusahaan samaran, tidak diperma- salahkan
apakah uang tersebut berhasil atau tidak, namun kesannya usaha tersebut telah
menghasilkan uang bersih.
5 Melalui penyamaran perjudian
Dengan uang tersebut didirikanlah usaha perjudian. Tidak menjadi masalah apakah
menang atau kalah, namun akan dibuat kesan menang, sehingga ada alasan asal
usul uang tersebut. Seandainya di Indonesia masih ada SDSB, Nalo atau Lotre, dan
lain-lain yang sejenisnya, kepada pemilik uang haram- dapat ditawarkan nomor yang
menang dengan harga yang lebih mahal sehingga uang tersebut memberikan kesan
kepada yang bersangkutan sebagai hasil kemenangan kegiatan perjudian tersebut
(lotre, SDSB, Nalo, dan sejenisnya).
6 Melalui penyamaran dokumen
Uang tersebut secara sik tidak ke mana-mana, namun keberadaarmya didukung oleh
berbagai dokumen palsu atau dokumen yang diada-adakan, seperti membuat double
invoice dalam jual beli dan ekspor impor, agar terkesan uang itu sebagai hasil
kegiatan luar negeri.
7 Melalui pinjaman luar negeri
Uang tunai dibawa ke luar negeri dengan berbagai cara, lalu uang tersebut "
dimasukkan kembali sebagai pinjaman luar negeri. Hal ini seakan-akan memberikan
kesan bahwa pelaku memperoleh bantuan kredit dari luar negeri.

59
8 Melalui rekayasa pinjaman luar negeri
Uang secara sik tidak ke mana-mana, namun kemudian dibuat suatu dokumen
seakan-akan ada bantuan atau pinjaman luar negeri. Jadi, pada kasus ini sama sekali
tidak ada pihak pemberi pinjaman. Yang ada hanya dokumen pinj aman, yang
kemungkinan besar adalah dokumen palsu.
BAB VIII
TINDAK PIDANA PERBANKAN

Pengertian
Hukum Pidana adalah hukum publik, menurut Prof. Moeljatno, SH., hukum pidana
adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan
dasar-dasar aturan untuk:
1 Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,
dengan disertai ancaman, atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa
melanggar larangan tersebut,
2 Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana telah diancam,
dan
3 Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila
orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana
disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan
tersebut. Jadi suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai suatu tindak pidana apabila perbuatan
yang dilakukan mengandung unsur melawan hukum, dalam arti melanggar larangan yang
oleh aturan hukum perbuatan itu dialrang, dan atas pelanggaran itu dikenakan sanksi. Tindak
pidana di bidang ekonomi adalah suatu tindak pidana yang mempunyai motif ekonomi dan
lazimnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan intelektual dan
mempunyai posisi penting di dalam masyarakat atau pekerjaannya.
Conklin merumuskan dan mengidentifikasi unsur-unsur tindak pidana di bidang ekonomi
sebagai berikut:
a Suatu perbuatan melawan hukum yang diancam dengan sanksi pidana,
b Yang dilakukan oleh seorang atau korporasi di dalam pekerjaannya yang sah atau di
dalam pencarian/usahanya di bidang industri atau perdagangan,

60
c Untuk tujuan memperoleh uang atau kekayaan, menghindari pembayaran uang atau
menghindari kehilangan/kerugian kekayaan, memperoleh keuntungan bisnis atau
keuntungan pribadi.
Adapun mengenai bentuk dari pelanggaran ekonomi antara lain:
a Pelanggaran penghindaran pajak,
b Penipuan atau kecurangan di bidang perkreditan (credit fraud),
c Penggelapan dana-dana masyrakat dan penyelewangan dana-dana masyarakat,
d Pelanggaran tehradap peraturan-peraturan keuangan,
e Spekulasi dan penipuan dalam transaksi tanah, penyelundupan,
f Delik-delik lingkungan,
g Menaikkan harga serta melebihi harga faktur, juga mengekspor dan mengimpor barang-
barang di bawah standar, dan bahkan hasil-hasil produksi yang membahayakan,
h Eksploitasi tenaga kerja,
i Penipuan konsumen.
Prof. B. Mardjono Reksodipuro, SH., MA. berpendapat bahwa kejahatan ekonomi adalah
setiap perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan dalam bidang perekonomian
dan bidang keuangan, serta mempunyai sanksi pidana. Sedangkan Edwin H. Sutherland
mengemukakan bahwa kejahatan ekonomi merupakan white collar crime, yaitu suatu
kejahatan yang dilakukan oleh orang yang dihormati dan mempunyai status sosial yang tinggi
dalam pekerjaannya. White collar crime yang dirumuskan oleh Kepolisian Republik
Indonesia, yaitu kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang dari kalangan sosial ekonomi
tingkat atas, dalam hubungannya dengan kegiatan sosial ekonomi tingkat atas, dalam
hubungannya dengan kegiatan pekerjaan atau jabatannya dan orang-orang tersebut memiliki
tingkat intelektual tinggi serta jabatan, baik di pemerintahan maupun swasta.

Tindak Pidana di bidang Perbankan Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998
Tindak pidana perbankan merupakan salah satu bentuk dari tindak pidana di bidang ekonomi
dan dilakukan dengan menggunakan bank sebagai sarana dan sasarannya. Secara umum
bentuk tindak pidana dibagi 2 (dua) jenis, yakni kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan adalah
sebagian dari perbuatan-perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, barang siapa
melakukannya. Pada dasarnya perbuatan kejahatan diatur dalam Buku II KUH Pidana, namun
ada pula kejahatan yang diatur di luar KUH Pidana, yakni bahwa kejahatan adalah perbuatan

61
yang dilarang dan diancam dengan pidana yang termuat dalam Buku Kedua KUH Pidana dan
undang-undang lain yang dengan tegas menyebutkan suatu perbuatan sebagai kejahatan.
Pelanggaran pada pokoknya diatur dalam Buku III KUH Pidana dan undang-undang lain
diluar KUHP yang menyebutkan secara tegas suatu perbuatan sebagai pelanggaran. Menurut
UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, tindak pidana kejahatan
di bidang perbankan adalah sebagaimana yang ditentukan dalam ketentuan Pasal 51 ayat (1)
bahwa tindak pidana sebagiamana dimaksud dalam Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48 ayat (1),
Pasal 49, Pasal 50, dan Pasal 50A adalah kejahatan.

Tindak Pidana Pelanggaran di bidang Perbankan


Pada Pasal 51 ayat (2) ditegaskan bahwa tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
48 ayat (2) adalah pelanggaran. Selengkapnya lihat Pasal 48 ayat (2) pada UU No. 10 Tahun
1998 tentang Perbankan.

Tindak Pidana di bidang Perbankan di luar UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No. 10 Tahun
1998 tentang Perbankan
Pada dasarnya tindak pidana di bidang perbankan diatur dalam Buku II KUHP tentang
Kejahatan dan Buku III KUHP tentang Pelanggaran, yaitu dalam bab dan pasal yang terkait
dengan tindak pidana yang dilakukan. Selain itu, undang-undang yang terkait dengan
perbankan antara lain:
1 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi; dan
2 UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,
3 UU No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang.
Salah satu yang berhubungan dengan dunia perbankan adalah tindak pidana pencucian uang
yaitu salah satu bentuk tindak pidana pencucian uang adalah salah satu tindak pidana yang
menggunakan jasa perbankan berhubungan dengan hasil kejahatan yang dilakukannya.
Seperti tercantum dalam Pasal 1 UU No. 25 Tahun 2003 bahwa pencucian uang adalah
perbuatan menempatkan, mentrasfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,
menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya
atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana
dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan
sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.

62
Penanganan Penyimpangan di Bidang Perbankan
Untuk meperlancar dan mempercepat proses penanganan dalam penyimpangan di
bidang perbankan, khususnya yang mengandung unsur pidana, Bank Indonesia telah menjalin
kerjasama dengan instansi terkait lainnya, yaitu Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan
Kepolisian Republik Indonesia yang tertuang dalam Surat Keputusan Bersama antara Jaksa
Agung, Kapolri, dan Gubernur Bank Indonesia No. KEP.126/JA/11/1997, KEP/10/XI/1997,
30/KE/GBI, tanggal 6 November 1997 tentang Kerja Sama Penanganan Kasus Tindak Pidana
di Bidang Perbankan, yang selanjutnya telah direvisi pada tanggal 20 Desember 2004.
Dengan revisi tersebut maka seluruh penyimpangan di bidang perbankan yang mengandung
unsur pidana dan memenuhi syarat, telah diinvestigasi oleh Unit Khusus Investigasi
Perbankan (UKIP) akan diserahkan kepada kepolisian dan kejaksaan untuk ditindaklanjuti,
dan untuk membantu penyidik mengungkapkan tindak pidana di bidang perbankan tersebut,
apabila diperlukan Bank Indonesi c.q. pengawas atau pemeriksa bank dapat diminta
memberikan keterangan sebagai saksi atau saksi ahli. UKIP ini diharapkan dapat
menimbulkan announcement effect terhadap dunia perbankan.

BAB IX
PENGATURAN DAN PENGAWASAN OLEH BANK INDONESIA

Pada hakekatnya pengaturan dan pengawasan bank dimaksudkan untuk meningkatkan


keyakinan setiap orang yang berkepentingan dengan bank, bahwa bank-bank dari segi
finansial tergolong sehat, bahwa bank dikelola dengan baik dan profesional, serta didalam
bank tidak terkandung segi-segi yang merupakan ancaman terhadap kepentingan masyarakat
yang menyimpan dananya di bank.
Tujuan umum dari pengaturan dan pengawasan bank adalah menciptakan sistem
perbankan yang sehat, yang memenuhi tiga aspek yaitu perbankan yang dapat memelihara
kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar, dalam arti disatu pihak
memperhatikan faktor risiko seperti kemampuan, baik dari sistem, finansial maupun sumber
daya manusia.
Terwujudnya suatu sistem perbankan yang sehat perlu selalu dilakukan secara
berkesinambungan, dan lembaga yang bertanggung jawab dalam mewujudkan sistem

63
perbankan yang sehat adalah Bank Sentral. Menurut UU No. 23 tahun 1999 Bab II Pasal 4
menyebutkan Bank Indonesia adalah Bank sentral Republik Indonesia. Pengertian Bank
Sentral merupakan lembaga Negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat
pembayaran yang sah di suatu Negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter,
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan,
serta menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort.
Pada dasarnya, bank sentral tidak dapat diartikan seperti bank umum, karena bank
umum cenderung untuk berusaha menginvestasikan asetnya dengan tujuan memaksimalkan
profit. Sedangkan, bank sentral sebagai bank milik pemerintah, adalah lembaga keuangan
yang tidak bertujuan untuk memaksimalkan profit melainkan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Adapun tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah serta melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan
harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.
Bank yang berfungsi dan menjalankan kewenangan sebagai bank sentral di Indonesia
yaitu Bank Indonesia. Kedudukan dan fungsi Bank Indonesia dicantumkan dalam penjelasan
Pasal 23 UUD 1945. Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa di Indonesia hanya ada satu Bank
sentral yang disebut Bank Indonesia.
Berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan bank pada dasarnya hal-hal yang dapat
dilakukan oleh otoritas pengawasan meliputi 4 kewenangan, yaitu kewenangan memberikan
izin (power to licensi), kewenangan untuk mengatur (power to regulate), kewenangan untuk
mengendalikan atau mengawasi (power of control) dan kewenangan untuk mengenakan
sanksi (power to impose sanction).
Berkaitan dengan tugas mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia sebagai bank sentral
berwenang;
a Menetapkan peraturan perbankan termasuk ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat
prinsip kehati-hatian
b Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank,
termasuk memberikan dan mencabut izin usaha bank, memberikan izin pembukaan,
penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan
kepengurusan bank, memberikan izin kepada bank untuk menjalankan usaha tertentu.
c Melaksanakan pengawasan bank secara langsung dan tidak langsung melalui penyampaian
laporan, keterangan oleh bank serta hasil pemeriksaan terhadap bank, secara berkala
ataupun setiap waktu jika diperlukan.

64
d Menugaskan kepada pihak lain untuk dan atas nama bank Indonesia dalam melaksanakan
pemeriksaan. Pihak lain yang melaksanakan pemeriksaaan wajib merahasiakan keterangan
dan data yang diperoleh.
e Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau selruh kegiatan transaksi
tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia terhadap suatu transaksi patut diduga
merupakan tindakan pidana di bidang perbankan.
f Melakukan tindakan tertentu sebagai akibat dari penilaian Bank Indonesia terhadap suatu
bank atas kegiatan yang dapat membahayakan usaha bank tersebut dan/atau sistem
perbankan secara keseluruhan.
g Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang
independent, dan dibentuk oelh undang-undang.
h Mengatur dan mengembangkan sistem informasi antar bank. Sistem informasi dapat
dilakukan sendiri oleh Bank Indoneisa dan/atau oleh pihak lain dengan persetujuan Bank
Indonesia
i Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Guna menciptakan perbankan yang efisien, maka Bank Indonesia perlu mendorong
terciptanya sarana yang dapat menunjang kelancaran dalam memberikan jasa perbankan
kepada masyarakat. Sarana tersebut berupa sarana penunjang kegiatan operasional bank,
yaitu;
1 Lembaga kliring, yang memungkinkan bank melayani transaksi pembayaran nasabahnya
dengan mudah, cepat, dan aman.
2 Pasar uang antarbank dan pengembangan surat-surat berharga pasr uang, yang
memungkinkan bank memperoleh pinjaman jangka pendek secara mudah, efisien, dan
aman dalam rangka pengelolaan likuiditas yang lebih baik.
3 Fasilitas diskonto window, yang memungkinkan bank mendapatkan dana sementara untuk
keperluan likuiditasnya dalam keadaan, dimana bank tersebut sudah tidak mampu
memperolehnya dari pasar.
4 Sistem informasi kredit, yang memungkinkan bank memperoleh dan saling menukar
informasi tentang keadaan debiturnya.
Mengenai pembinaan dan pengawasan bank ditentukan dalam Pasal 29 UU Nomor 10 tahun
1998 pada Pasal 29 ayat (1), (2), (3), (4), (5), pada ayat (1) upaya-upaya yang dilakukan
dengan cara menetapkan peraturan yang menyangkut aspek kelembagaan, kepemilikan,
kepengurusan, kegiatan usaha, pelaporan, serta aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan
operasional bank. Pengawasan dalam ayat (1) meliputi pengawasan dini melalui penelitian,

65
analisis, dan evaluasi laporan bank, dan pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan
yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan. Sedangkan dalam bagian penjelasan dari
ketentuan Pasal 29 ayat (5), dikemukakan bahwa pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia memuat antara lain;
a Ruang lingkup pembinaan dan pengawasan
b Kriteria penilaian tingkat kesehatan
c Prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan
d Pedoman pemberian informasi kepada nasabah
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan bank tersebut Pasal 30 UU Nomor 10 tahun 1998
tentang Perbankan mengemukakan bahwa kewajiban penyampaian keterangan dan penjelasan
yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu bank kepada Bank Indonesia diperlukan
mengingat keterangan tersebut dibutuhkan untuk memantau keadaaan atau bank. Pemantauan
keadaan bank perlu dilakukan dalam rangka melindungi dana masyarakat dan menjaga
keberadaan lembaga perbankan.
Pengaturan Bank berdasarkan prinsip kehati-hatian disesuaikan pada standar yang berlaku
secara internsionaal. Pokok-pokok berbagai ketentuan yang akan ditetapkan dalam Peraturan
Bank Indonesia, antara lain memuat;
a Perizinan.
b Kelembagaan bank, termasuk kepengurusan dan kepemilikan.
c Kegiatan usaha bank pada umumnya.
d Kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah.
e Merger, konsolidasi dan akuisisi bank.
f Sistem informasi antar bank.
g Tata cara pengawasan bank.
h Sistem pelaporan bank kepada Bank Indonesia.
i Penyehatan bank.
j Pencabutan izin usaha, likuidasi dan pembubaran bentuk hukum bank.
k Lembaga-lembaga pendukung sistem perbankan.
BAB X
OTORITAS JASA KEUANGAN

Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan


Berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI), pemerintah

66
diamanatkan membentuk lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen,
selambat-lambatnya tahun 2010 dengan nama Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lembaga ini
bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun, pasar modal, modal ventura,
dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan
dana masyarakat.
Menurut penjelasan Pasal 34 UU No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, OJK
bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar
pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Alasan pembentukan OJK antara lain adalah
makin kompleks dan bervariasinya produk jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi
perusahaan jasa keuangan, dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu, salah satu
alasan rencana pembentukan OJK adalah karena pemerintah beranggapan BI, sebagai Bank
Sentral telah gagal dalam mengawasi sektor perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada
saat krisis ekonomi melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997, sejumlah bank yang
ada pada saat itu dilikuidasi.
Sehingga tugas, fungsi, dan wewenang pembinaan dan pengawasan atas sektor jasa
keuangan beralih ke institusi baru yang disebut OJK. Artinya OJK akan mengambil alih
sebagian tugas dan wewenang BI, Pasar Modal, Ditjen Lembaga Keuangan, Badan
Pengawasan Pasar Modal, dan institusi pemerintah lain yang mengawasi lembaga
pengelolaan dana masyarakat. Tugas tetap yang dipegang oleh BI adalah pengaturan kegiatan
bank yang terkait dengan kewenangan otoritas moneter.
Berdasarkan UU OJK, secara normatif tujuan pendirian OJK antara lain: pertama,
meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik di bidang jasa keuangan, kedua,
menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Ketiga, meningkatkan
pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan. Keempat, melindungi kepentingan
konsumen jasa keuangan. Selain itu tujuan pembentukan OJK ini agar BI fokus kepada
pengelolaan moneter dan tidak perlu mengurusi pengawasan bank, karena bank itu
merupakan sektor dalam perekonomian.
Untuk mencapai tujuan itu, OJK mempunyai kewenangan yang luas, yaitu membuat
peraturan di bidang jasa keuangan; memberi dan mencabut izin persetujuan dan lain-lain;
memperoleh laporan periodik dan informasi industri jasa keuangan; mengenakan sanksi
administratif; melakukan pemeriksaan; melakukan penyidikan atas pelanggaran UU;
memberikan arahan atau perintah tertulis; menunjuk pengelolaan statuta; mewajibkan

67
pengalihan usaha demi menjaga kepentingan nasabah; mencegah kejahatan di bidang
keuangan; dan mengatur pengendalian lembaga keuangan.
Pembentukan OJK dengan memperhatikan beberapa macam aspek, diantaranya
adalah:
1 Aspek Pembagian Tugas
Terdapat kaitan erat antara OJK dengan BI sebagai otoritas moneter sekaligus bank
sentral, yakni dengan memperhatikan pasal demi pasal di dalam UU BI. Tujuannya untuk
memastikan terdapatnya pembagian bidang tugas secara jelas dan rinci sehingga dapat
lebih koordinatif dan komunikatif dalam eksekusinya, khususnya dalam arus informasi.
Maksud dari pembagian tugas ini agar akuntabilitas dan responsibilitas kedua lembaga
yang membawahi sistem keuangan dan moneter di Indonesia dapat diukur.
2 Aspek Koordinasi dan Sinkronisasi
Efektivitas pelaksanaan fungsi BI sebagai otoritas moneter memerlukan dukungan sistem
keuangan yang kokoh dan stabil. Sebaliknya efektivitas pelaksanaan fungsi OJK sebagai
otoritas keuangan yang sehat dan stabil juga membutuhkan dukungan sistem pembayaran
yang aman dan efisien. Kebijakan yang mengatur sistem keuangan berdampak pada
pelaksanaan kebijakan moneter. Demikian sebaliknya. Oleh karena tugas dan wewenang
OJK dan BI saling terkait, maka koordinasi dan komunikasi yang sinergis di antara
keduanya mutlak diperlukan.
3 Aspek Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban OJK harus dipikirkan aturannya secara eksplisit dengan
mekanismenya. Hal ini agar OJK tidak menyalahkan independensinya sebagaimana yang
pernah terjadi oleh BI dan sebagai lembaga super regulator.
4 Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
Sesuai bidang tugasnya, OJK memerlukan sejumlah besar SDM dengan kompetensi di
bidang pengaturan dan pengawasan keuangan. Mengingat banyaknya bank umum, bank
syariah, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), lembaga asuransi, lembaga pembiayaan, modal
ventura, anjak piutang, dana pensiun, dan asuransi yang secara keseluruhan mencapai
ratusan, bahkan mungkin ribuan, dengan puluhan ribu kantor layanan.
Selain kompetensi, maka integritas yang tinggi juga merupakan syarat yang harus
dipenuhi. Karena bidang tugas yang digeluti rawan dan sensitif, sehingga membutuhkan
integritas SDM yang tinggi.
5 Aspek Teknologi Informasi (TI)

68
OJK dengan bidang tugas yang lebih luas, perlu didukung oleh kesiapan TI yang lebih
baik agar dapat bekerja dengan baik. Untuk itu sistem pengawasan keuangan
membutuhkan dukungan perangkat atau infrastruktur TI yang tepat guna untuk
memudahkan pengiriman data dan laporan secara elektronik dari lembaga keuangan
kepada otoritas keuangan.
6 Aspek Anggaran/Keuangan
Dalam menjalankan fungsi dan peranannya, OJK memerlukan sumber dana yang salah
satu peruntukkannya bagi pembayaran imbalan pengelola dan tenaga kerjanya.
7 Aspek Yuridis
Pembentukan OJK mengakibatkan perubahan yang berkaitan dengan tugas dan
wewenang pengawasan yang sebelumnya diemban oleh institusi terkait seperti BI untuk
sektor perbankan dan Bapepam-LK untuk sektor jasa keuangan lainnya di luar sektor
perbankan. Dengan demikian secara otomatis diperlukan perubahan undang-undang
terkait dengan sektor jasa keuangan lama seperti undang-undang mengenai perbankan,
pasar modal, usaha perasuransian, dana pensiun. Independensi OJK harus disebutkan
secara tegas dan jelas dalam UU yang membentuknya sehingga akan menjadi lembaga
independen, yang bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya.
Cakupan obyek pengawasan OJK pun harus tegas dan jelas disebutkan dalam undang-
undang yang membentuknya untuk menjamin kepastian hukum.
Dengan memperhatikan aspek-aspek itulah pembentukan OJK dalam upaya
menyehatkan sektor keuangan nasional dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga keuangan.
Kedudukan OJK Dalam Sistem Keuangan Indonesia
OJK adalah lembaga yang menyelenggarakan fungsi pemerintah dalam rangka
mengatur dan mengawasi kegiatan sektor jasa keuangan, untuk itu setiap pihak dilarang
campur tangan dalam pelaksanaan tugas dan wewenang OJK. Hal ini dimaksudkan agar
menjamin terselenggaranya pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan yang optimal,
maka OJK harus dapat bekerja secara independen dalam membuat dan menerapkan tugas dan
wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang jasa
keuangan.
Keberadaan OJK juga akan membantu Kementerian Keuangan dalam memfokuskan
tugasnya pada fungsi fiskal, yaitu mengurus masalah penerimaan dan pengeluaran negara
serta mengelola kekayaan negara dan piutang negara. Kedudukan OJK dapat dilihat dalam
penjelasan Pasal 34 UU No. 3 Tahun 2004, yaitu OJK bersifat independen dalam

69
menjalankan tugasnya dan kedudukan OJK berada di luar pemerintah dan berkewajiban
menyampaikan laporan kepada BPK dan DPR, namun dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya itu, OJK bertanggung jawab kepada Presiden.
Tugas dan wewenangnya, OJK harus melakukan koordinasi dengan beberapa lembaga
seperti BI, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta Menteri Keuangan bahkan Presiden
agar nanti kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan OJK dapat efektif dan efisien dalam
memecahkan permasalah di sektor keuangan.
a Koordinasi dengan BI
OJK bekerjasama dan membantu BI dalam rangka pelaksanaan tugasnya di bidang
moneter dan sistem pembayaran. Koordinasi tugas dan wewenang yang tepat antara BI
dan OJK, guna menjamin kepastian hukum bagi sektor jasa keuangan khususnya bank dan
menghindari duplikasi kegiatan pengaturan dan pengawasan di bidang perbankan, dengan
kegiatan pengaturan dan pengawasan di bidang moneter dan sistem pembayaran.
Prinsip kehati-hatian merupakan hal yang pokok dalam memelihara stabilitas dan
kesehatan perbankan. Sebagai upaya menjaga prinsip tersebut, OJK senantiasa harus
memperhatikan implikasi pelaksanaan wewenangnya di bidang perbankan terhadap
kegiatan moneter dan sistem pembayaran. Hal-hal yang perlu dikonsultasikan adalah
pembuatan kebijakan di bidang perbankan antara lain: a). Sistem dan kegiatan devisa yang
berkaitan dengan sistem pembayaran, dan b). Kebijakan yang signifikan di bidang
kesehatan bank yang berkaitan dengan intermediasi bank dalam rangka kegiatan moneter
dan likuiditas individual bank berkaitan fungsi BI sebagai lender of the last resort.
OJK dan BI wajib saling memberikan informasi dalam rangka kelancaran pelaksanaan
tugas dan wewenang masing-masing. Informasi yang disediakan BI kepada OJK adalah
informasi kegiatan moneter dan sistem pembayaran.
b Koordinasi dengan LPS
OJK bekerja sama dengan LPS untuk mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang
masing-masing serta untuk mendukung stabilitas sistem keuangan di bidang perbankan.
OJK wajib memberikan informasi berkala kepada LPS, sebagai berikut: a). Laporan
keuangan bank yang telah diaudit; b). Hasil pemeriksaan bank, dan c). Kondisi kesehatan
keuangan bank.
c Koordinasi dengan Menteri Keuangan
Secara berkala OJK menyampaikan laporan secara tertulis kepada Menteri Keuangan
mengenai hal-hal berikatan dengan efisiensi, keamanan dan stabilitas sistem keuangan,
dan kewajaran di bidang jasa keuangan, atau kejahatan keuangan.

70
OJK segera menyampaikan pemberitahuan kepada Menteri Keuangan mengenai
indikasi terjadinya kesulitan keuangan pada bank yang berpotensi menimbulkan resiko
meluas terhadap perekonomian nasional dan menyertakan penjelasan mengenai dampak
keseriusan risiko yang dimiliki bank terhadap perekonomian nasional apabila ditutup atau
dibubarkan, sekaligus meminta Menteri Keuangan untuk segera mengadakan dan
memimpin rapat koordinasi dengan BI, OJK, dan LPS.
Suatu bank dikatakan memiliki risiko meluas (systemic risk) apabila bank tersebut
mengalami kegagalan, efek domino yang sinifikan dapat terjadi terhadap Lembaga Jasa
Keuangan lainnya atau sektor lain yang dapat membahayakan perekonomian nasional.
Rapat koordinasi yang telah disebutkan sebelumnya merupakan mekanisme
pengambilan keputusan oleh Menteri Keuangan, BI, OJK, dan LPS dalam rangka
mendukung stabilitas sistem keuangan melalui program jaring pengaman keuangan, dan
diselenggarakan untuk:
1 Membahas skala risiko yang timbul apabila keputusan OJK diterapkan;
2 Menetapkan alternatif penanggulangan risiko berdasarkan pertimbangan biaya paling
wajar bagi perekonomian nasional;
3 Membahas peran Menteri Keuangan, BI, OJK, dan LPS sesuai dengan tugas dan
wewenangnnya apabila alternatif penanggulangan risiko diterapkan;
4 Membahas hal-hal lain yang diperlukan, antara lain upaya-upaya hukum, masalah
ketenagakerjaan, dan keamanan.
d Koordinasi dengan Presiden
Untuk kepentingan nasional, Presiden dapat memberikan arahan kepada OJK mengenai
kebijakan yang sedang atau direncanakan untuk dilaksanakan, atau prioritas yang sedang
atau direncanakan untuk dilaksanakan oleh OJK dalam rangka pelaksanaan tugas dan
wewenangnya.
Presiden memberikan arahan kepada OJK apabila terjadi suatu keadaan luar biasa
dimana kepentingan nasional harus diutamakan. Pemberian arahan tertulis tersebut
dilakukan secara terbuka dan transparan. Arahan Presiden yang berkaitan dengan
kepentingan nasional, stabilitas sistem keuangan dan atau berhubungan dengan kebijakan
yang bersifat luas tidak dimaksudkan untuk tujuan memberikan arahan kepada OJK
sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya terhadap pihak tertentu,
Lembaga Jasa Keuangan dan/atau kegiatannya secara individual.vAgar arahan Presiden
memiliki pijakan atau dasar yang kuat, Presiden perlu berkonsultasi dengan DPR,
selanjutnya Presiden melakukan penempatan arahan tertulis dalam Berita Negara Republik

71
Indonesia selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah penyampaian arahan tertulis
kepada OJK.

Kewenangan Dan Fungsi OJK Didalam Sistem Keuangan Indonesia


Berdasarkan ketentuan Pasal 34 UU BI beserta penjelasannya dapat disimpulkan bahwa OJK
akan bertugas mengawasi bank, lembaga-lembaga usaha perasuransian, lembaga-lembaga
usaha pasar modal, dana pensiun, lembaga-lembaga usaha pembiayaan, modal ventura, dan
lembaga-lembaga lain yang mengelola dana masyarakat.
Pada penjelasan Pasal 4 UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai tujuan dibentuknya
OJK agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
a Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
b Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
c Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Pada Penjelasan Bab I Umum UU OJK, dikatakan bahwa dalam melaksanakan tugas
dan wewenang OJK memiliki berlandaskan asas-asas sebagai berikut:
1 asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan
fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
2 asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan
Otoritas Jasa Keuangan;
3 asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum;
4 asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
5 asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas
dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
6 asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap
tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan;
dan

72
7 asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
Asas-asas ini sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola dan asas-asas di atas, Otoritas
Jasa Keuangan harus memiliki struktur dengan prinsip checks and balances. Hal ini
diwujudkan dengan melakukan pemisahan yang jelas antara fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan. Fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan serta pengawasan
dilakukan oleh Dewan Komisioner melalui pembagian tugas yang jelas demi pencapaian
tujuan Otoritas Jasa Keuangan. Tugas anggota Dewan Komisioner meliputi bidang tugas
terkait kode etik, pengawasan internal melalui mekanisme dewan audit, edukasi dan
perlindungan konsumen, serta fungsi, tugas, dan wewenang pengawasan untuk sektor
Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga
Jasa Keuangan Lainnya. Adapun OJK mempunyai tugas sebagai berikut:
a Mengatur dan mengawasi pengelolaan dan kegiatan sektor jasa keuangan yang
diselenggarakan Lembaga Jasa Keuangan, yang termasuk mengatur dan mengawasi
pengelolaan dan kegiaan sektor jasa keuangan yang diselenggarakan Lembaga Jasa
Keuangan adalah:
b Menegakkan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Jasa Keuangan;
c Melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan pemahaman dan memelihara
kepercayaan publik terhadap sektor jasa keuangan;
d Melakukan langkah-langkah untuk memberikan perlindungan yang wajar terhadap
konsumen dari sektor jasa keuangan;
e Mengurangi tingkat kejahatan keuangan;
Dalam melaksanakan tugasnya, OJK berwenang untuk:
a Membuat dan menetapkan peraturan sebagai pelaksanaan Peraturan Perundang-
undangan di Bidang Jasa Keuangan;
b Memberi dan mencabut ijin untuk melakukan kegiatan di bidang jasa keuangan;
c Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan kegiatan sektor jasa keuangan;
d Melakukan tindakan tertentu untuk mengurangi pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di Bidang Jasa Keuangan dan tingkat kejahatan keuangan.
Berdasarkan penjelasan Pasal 52 ayat (2) UU OJK disebutkan bahwa wewenang OJK
di bidang perbankan adalah wewenang pembuatan dan penetapan ketentuan yang bersifat
micro prudential antara lain mencakup:

73
1 Untuk bidang kelembagaan bank, antara lain mengenai perizinan untuk pendirian,
pembukuan kantor, kepemilikan, dan kepengurusan, merger, konsolidasi dan akuisisi
bank, pencabutan ijin usaha, pembubaran, dan likuidasi bank, termasuk pengaturan
kelembagaan terhadap money changer,
2 Untuk bidang kegaitan usaha bank, antara lain mengenai sumber dana, penyediaan dana,
dan aktivitas bidang jasa,
3 Untuk pengelolaan bank, antara lain mengenai likuiditas, rentabilitas, solvabilitas,
laporan-laporan, permodalan bank dan kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio), dan
penunjukan bank untuk melakukan kegiatan tertentu,
4 Untuk pembinaan dan pengawasan bank, antara lain mengenai penilaian tingkat
kesehatan bank dan tindak lanjut pembinaan dan pengawasan bank, dan
5 Ketentuan micro prudential lainnya, seperti pemeringkatan bank umum, pengaturan
kualitas aset, cadangan piutang, penetapan batas maksimum pemberian kredit, sistem
informasi debitur, restrukturisasi hutang, kerahasiaan bank, penetapan pemenuhan
persyaratan kelayakan dan kepatutan, dan lain-lain.
Sesuai dengan Pasal 38 ayat (6) UU OJK bertanggung jawab kepada Presiden. Untuk
itu, OJK akan menyampaikan laporan secara periodik kepada Presiden, yang mencakup
laporan kegiatan dan laporan keuangan. Presiden dapat meminta pihak independen untuk
memeriksa OJK. Untuk memberi kesempatan kepada masyarakat, khususnya yang
diwajibkan membayar biaya register dan iuran-iuran, mengawasi penggunaan dana oleh OJK,
lembaga ini harus mengumumkan laporan keuangannya kepada masyarakat. Pengumuman
tersebut dilakukan dengan menempatkan bagian-bagian tertentu dari laporan keuangan OJK
pada koran-koran yang memiliki daya jangkau edaran luas. Untuk mendapatkan tanggapan
dari industri jasa keuangan yang diawasinya, OJK menyelenggarakan pertemuan tahunan
dengan para pelaku industri jasa keuangan tersebut.

BAB XI

ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA

Arsitektur Perbankan Indonesia adalah sebuah istilah baru diperbankan nasional, tetapi
sebelum itu telah dikenal bebrapa istilah lain yang mempunyai arti dan tujuan relatif sma,
yaitu blueprint perbankan, landscape perbankan, stratifikasi perbankan, atau pemetaan

74
perbankan nasional.Dengan tujuan untuk memperkuat fundamental industri perbankan di
Indonesia, Bank Indonesia mulai tahun 2004 berusaha menerapkan Arsitektur Perbankan
Indonesia (API).

Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar pengembangan sistem


perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh untuk rentang waktu lima sampai sepuluh
tahun kedepan. Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai
suatu kerangka menyeluruh arah kebiajkan pengembangan Industri Perbankan Indonesia ke
depan. API dapat berfungsi sebagai alat untuk melakukan perubahan-perubahan dalam
industri perbankan ke depan (as a tool of banking engeneering) yang berarti arsitektur
perbankan akan menjadi benchmark flatform, maupun sasaran yang hendak dituju oleh
perbankan nasional. Dengan demikian tujuan utama API adalah menciptakan industri
perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijakan pengembangan industri
perbankan di masa depan, seperti yang diungkapkan dalam API, dilandasi oleh visi :

menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien


menciptakan kestabilan sistem keuangan
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional

Enam Pilar API

Visi Arsitektur Perbankan Indonesia adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat,
dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan nasional dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk merealisasikan pencapaian visi API tersebut makan
ditetapkan 6 pilar API. keenam pilar API tersebut adalah sebagai berikut :

1 menciptakan struktur domestik yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan;
2 menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada
standar internasional;
3 menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta
memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko;
4 menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal
perbankan nasional;
5 mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan

75
yang sehat; dan
6 mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.

Tantangan Ke Depan

1 Pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah.


2 Struktur perbankan yang belum optimal.
3 Pemenuhan kebutuhan layanan perbankan yang masih kurang.
4 Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan.
5 Kapabilitas perbankan yang maih rendah.
6 Profitabilitas dan efisiensi bank yang tidak mampu bertahan.
7 Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan.
8 Perkembangan teknologi informasi.

Program Kegiatan API

Pelaksanaan keenam pilar API dijabarkan lebih rinci oleh BI dalam program kegiatan pada
rentang waktu sepuluh tahun (dari tahun 2004-2013). Program-program tersebut adalah :

1. Program penguatan struktur perbankan nasional

Penguatan permodalan bank umum (konvesional dan syariah) dijalankan dalam rangka
meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola resiko, mengembangkan teknologi
informasi, maupun meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas
pertumbuhan kredit perbankan. Upaya yang dapat dilakukan yaitu :

1 Penambahan modal baru baik dari pemegang saham lama maupun investor baru
2 Merger untuk mencapai persyaratan modal minimum baru
3 Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal
4 Penerbitan pinjaman subordinasi (subordinated loam)
apabila program ini dapat berjalan dengan baik, dalam waktu sepuluh sampai lima belas
tahun kedepan, program penigkatan permodalan tersebut diharapkan akan mengarah pada
terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal, yaitu terdapatnya :

2-3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan kapasitas dan kemampuan
untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal diatas Rp 50 triliun.

76
3-5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara
nasional serta memiliki modal antara Rp 10 triliun sampai dengan Rp 50 triliun.
30-50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan
kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. bank-bank tersebut memiliki modal
antara Rp 100 miliar sampai dengan Rp 10 triliun.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang
memiliki modal dibawah Rp 100 miliar.

2. Progam peningkatan kualitas pengaturan perbankan

Peningkatan efektivitas pengaturan serta pemenuhan standar pengaturan yang mengacu


pada international best practices adalah hal yang sangat penting. Hal tersebut dapat
dicapai dengan penyempurnaan proses penyusunan kebijakan perbankan serta penerapan
25 Based Core Principles for Effective Banking Supervision secara bertahap dan
menyeluruh. Dalam jangka waktu lima tahun ke depan diharapkan Bank Indonesia telah
sejajar dengan negara-negara lain dalam penerapan international best practices termasuk
25 Based Core Principles for Effective Banking Supervision. Dari sisi proses penyususnan
kebijakan perbankan diharapkan dalam waktu dua tahun kedepan Bank Indonesia telah
memiliki sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif dengan melibatkan pihak
terkait dalam proses penyusunannya. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2006, BI telah
memiliki sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif.

3. Program peningkatan fungsi pengawasan

Peningkatan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan dicapai dengan


peningkatan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antar lembaga
pengawas, pengembangan pengawasan berbasis risiko, peningkatan efektivitas penegakan
hukum, dan konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia. Dalam jangka
waktu dua tahun kedean diharapkan fungsi pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank
Indonesia akan lebih efektif dan sejajar dengan pengawasan yang dilakukan oleh otoritas
pengawas di negara lain yang telah lebih dahulu menerapkan 25 based core principles.

4. Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan

77
Peningkatan good corporate governance (GCG), kualitas manajemen resiko, dan
kemapuan operasional manajemen perlu didukung dengan penetapan standar yang sesuai
untuk meningkatkan kinerja operasional perbankan. Dalam waktu dua sampai lima tahun
ke depan diharapkan kondisi internal perbankan nasional enjadi semakin kuat dengan
kemampuan menghadapi risiko yang semakin baik.

5. Program Pengembangan infrastruktur perbankan

Pengembangan sarana pendukung operasional perbankan yang efektif seperti biro kredit,
lembaga pemeringkatan kredit domestik, dan pengembangan skema penjaminan kredit
merupakan program penting dalam pengembangan infrastruktur perbankan.
Pengembangan biro kredit akan membantu perbankan dalam meningkatkan kualitas
keputusan kreditnya. Penggunaan lembaga pemeringkat kredit dalam utang yang
diperdagangkan di bursa efek yang dimiliki bank akan meningkatkan transparansi dan
efektivitas manajemen keuangan perbankan. Sedangkan pengembangan skim penjaminan
kredit akan meningkatkan akses kredit bagi masyarakat. Dalam waktu tiga tahun kedepan
diharapkan telah tersedia infrastruktur pendukung perbankan yang mencukupi bagi
terwujudnya perbankan yang sehat dan kuat.

6. Program peningkatan perlindungan nasabah

Pemberdayaan nasabah dilakukan melalui penetapan standar penyusunan mekanisme


pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan transparansi
informasi dan pendidikan mengenai produk perbankan bagi nasabah. Dalam waktu dua
sampai lima tahun ke depan diharapkan program-program tersebut dapat meningkatkan
kepercayaan nasabah pada sistem perbankan, karena landasan dari beroperasinya lembaga
keuangan adalah kepercayaan.

Tahap-Tahap Implementasi API

1 Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional.


2 Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan.
3 Program Peningkatan Fungsi Pengawasan.

78
4 Program Peningkatan Kualitas Manajamen dan Operasional Perbankan.
5 Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan.
6 Program Peningkatan Perlindungan Nasabah.
BAB XII
SURAT BERHARGA, SURAT SANGGUP, PROMES DAN WESEL

A SURAT BERHARGA
1 Sejarah Lahirnya Surat Berharga
Perkembangan Berbagai Sistem pembayaran:
a Barter
Sistem barter harus dilakukan dengan cara: tidak cukup dengan menemukan orang
dengan barang yang memiliki barang, namun juga orang yang memiliki barang
tersebut dan menginginkan barang kita untuk bertukar. Terkadang harus dilakukan
dengan bertukar dengan orang lain dahulu, sebelum bertukar dengan barang yang
sesungguhnya diinginkan. Hal tersebut yang menjadikan barter menjadi sitem
pembayaran yang tidak efisien.
b Tunai
Kemudian, oleh karena mekanisme barter mengalami berbagai kesulitan,
diperlukanlah alat tukar yang lebih baik maka dipergunakanlah uang. Pada abad
yang lampau, uang yang dipergunakan memiliki nilai intrinsik yang sama dengan
nilai nominalnya atau yang disebut dengan uang bernilai penuh (full-bodied
commodity money) yang seringkali terbuat dari logam berharga seperti emas atau
perak dengan standar tertentu. Uang jenis ini kemudian mengalami kesulitan
dalam hal portabilitas. Misalnya untuk membeli suatu barang yang mahal, orang
harus membawa berkantung-kantung emas. Untuk itulah kemudian muncul uang
yang tidak bernilai penuh (representative commodity money) atau uang bertanda
(token money) yang seringkali berbentuk kertas atau logam yang beratnya lebih
ringan, yaitu uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil daripada nilai nominalnya.
Uang ini sendiri tidak mempunyai nilai yang berarti sebagai suatu barang
(nonmoneter), tetapi uang ini dalam peredaran mewakili sejumlah logam
tertentu dengan nilai barangnya sama dengan nilai nominal uangnya,
c Bentuk Tertulis
Dalam lalu lintas perniagaan atau perusahaan, kecuali uang kertas, orang masih
mengenal surat-surat atau akta-akta lain yang bernilai. Surat-surat semacam ini

79
disebut surat perniagaan (handelspapieren), yang terdiri dari surat berharga
(waardepapieren) dan surat yang berharga (papieren van waarde).

2 Pengertian Surat Berharga


Dalam teori dan praktik maupun perundang-undangan, ada berbagai istilah kata Surat
Berharga yang sering digunakan terutama dalam literature Hukum Bisnis/Dagang,
seperti Commercial Paper / CP, Negotiable Instrument, Waarde van Papieren. Selain
itu istilah surat berharga sendiri, dalam Mata kuliah Hukum Surat Berharga di fakultas
Hukum, ada yang menggunakan Istilah surat berharga, kertas berharga, dan surat
perniagaan. Pada awalnya Istilah atau nama mata kuliah ini digunakan nama Hukum
Surat Berharga, kemudian sejak lima tahun lalu (kurikulum 1995) Istilah yang
digunakan adalah Hukum Kertas Berharga. Istilah kertas berharga terjemahan dari
bahasa belanda waarde van papieren, waarde berarti nilai dalam kitab undang-undang
Hukum Dagang (KUHD), waarde diartikan "berharga", papier berarti kertas, yang
berarti 'kertas berharga menurut penulis Istilah yang lebih tepat adalah Surat
Berharga, karena pada dasarnya surat berharga adalah surat tanda bukti pembayaran
utang yang dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan selembar surat yang berisi
keterangan berupa perintah atau janji si penerbit kepada siapa saja yang berhak
terhadap surat tersebut, oleh karena itu, untuk selanjutnya dalam buku ini Istilah yang
digunakan adalah Surat Berharga. Kalau kita cermati Istilah-istilah yang digunakan.
Baik surat berharga, kertas berharga, dan surat perniagaan tersebut memiliki makna
yang sama.
Dalam praktik, kita juga mengenai Istilah "Surat Mempunyai Harga atau Surat yang
Berharga", secara yuridis Istilah surat berharga dan surat yang berharga sangat
berbeda fungsi dan penggunaannya. Surat berharga diterbitkan untuk alat bayar,
sedangkan surat yang mempunyai harga (surat yang berharga) diterbitkan hanya
sebagai alat bukti bagi orang yang namanya tertera dalam surat tersebut atau sebagai
alat bukti diri bagi si pemegang atau orang yang menguasai surat yang mempunyai
harga tersebut, misalnya surat Ijazah, hanya orang yang namanya tersebut dalam
ijazah tersebut mempunyai hak untuk menggunakannya, demikian juga surat-surat
yang mempunyai harga lainnya seperti : Kartu Tanda Penduduk atau KTP, Sertifikat,
Piagam, tiket, surat deposito berjangka, tabanas, tiket, dan lain sebagainya. Perbedaan
pokok lainnya antara surat berharga dengan surat mempunyai harga adalah terletak
pada sifat mudah atau sukar diperjualbelikan, surat berharga bersifat mudah

80
diperjualbelikan, sedangkan surat yang mempunyai harga bersifat sukar
diperjualbelikan. Seperti halnya Surat Berharga surat yang mempunyai harga terdiri
beberapa jenis, yaitu:
a Surat Rekta.
Surat rekta (rekta papieren) adalah suatu hak yang menurut undang-undang dapat
diberi bentuk sebagai surat berharga, tetapi karena para pihak menghendaki agar
akta itu sukar untuk diperjualbelikan, maka akta itu diberikan bentuk tertentu
sehingga menjadi yang berharga atau yang mempunyai harga, misalnya wesel,
menurut undang-undang dapat diberi bentuk sebagai surat berharga, tetapi bila
surat wesel itu diberi bentuk "tidak kepada pengganti", maka surat wesel itu
menjadi surat yang mempunyai harga. Hal ini diatur dalam pasal 110 ayat 2
KUHD, demikian juga halnya surat cek yang berklausula tidak kepada pengganti
(pasal 191 ayat 2 KUHD), Carter partai dengan klausul atas nama (pasal 457 ayat
2 KUHD). Konosemen dengan klausula atas nama (pasal 506 ayat 2), saham atas
nama (pasal 40 ayat 1 jo. Pasal 40 KUHD) dan lain-lain.
b Surat Bukti Diri (LEGITIMATIE PAPER)
Adalah surat tuntutan utang biasanya nama pemiliknya tidak disebutkan dalam
akta, yang menimbulkan anggapan bahwa pemegangnya adalah yang berhak.
Surat bukti diri itu diterbitkan tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi
untuk sekedar mempermudah debitur dalam mengenai krediturnya, surat jenis ini
mungkin ditandatangani, mungkin tidak.
c Surat Pengakuan / Perintah Hutang Atas Nama
Ada surat pengakuan utang atas nama yang diterbitkan dan ditandatangani oleh
debitur dan diserahkan kepada kreditur dengan maksud untuk tidak
diperjualbelikan. Jika surat pengakuan utang atas nama ini mau dialihkan kepada
orang lain, maka penyerahannya harus dengan sesi, yang agak sulit dan selalu
dapat diawasi oleh debitur, sebab surat itu harus ditandatangani oleh debitur.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau KUHD, tidak diberikan
pengertian atau definisi tentang Surat Berharga, demikian juga Undang-Undang
Perbankan No. 10 tahun 1998, hanya saja dalam pasal 1 angka 10 Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1998, definisi surat berharga berbeda dengan lazimnya
pengertian yang disampaikan berbagai pakar hukum surat berharga. Menurut
ketentuan tersebut, "Surat berharga" adalah surat pengakuan hutang, wesel,
saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan dari

81
penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar
uang.
Dalam lalu lintas perdagangan surat berharga dapat dipeijualbelikan, karena surat
tersebut merupakan penjelmaan dari suatu hak untuk mendapatkan suatu kekayaan
berupa uang atau barang. Pada umumnya definisi yang lazim disampaikan oleh
berbagai pakar hukum surat berharga lebih menunjukkan pada fungsi surat berharga,
seperti:
a HMN. Purwosutjipto berpendapat, surat berharga adalah surat bukti tuntutan
utang, pembawa hak dan mudah dijual belikan. Abdul kadir Muhammad, surat
berharga adalah suatu surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai
pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa pembayaran sejumlah uang.
CST. Kansil, menggunakan Istilah surat berharga dengan surat perniagaan,
menurut beliau surat perniagaan adalah surat-surat berharga yang dapat
diperdagangkan dalam dunia perniagaan, guna untuk memudahkan pemakaian
uang yang akan diterima dari pihak ketiga dan untuk mempermudah penagihan
piutang dari pihak ketiga.
b H. Boerhanoeddin Soetan Batoeah, surat berharga adalah suatu alat bukti dari
suatu tagihan atas orang yang menandatangani surat itu, tagihan mana
dipindahtangankan dengan penyerahan surat itu dan akan dilunasi sesudah surat
itu ditunjukkan.
c Dalam kamus Istilah Ekonomi dan Pasar Modal, Negotiable Instrument adalah
permintaan atau janji tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang yang mudah
ditransfer dari satu orang kepada orang lain, misalnya cek, Promisorry note, draft.
(KH. Munansa, 1995 : 259).
d Dalam kamus Istilah Hukum Fockema Andreae, Belanda-Indonesia, Waardepapier
adalah suatu tanda bukti yang pembayarannya utangnya sudah dapat dilakukan
hanya dengan cara memperlihatkan surat, pemegangnya sudah dianggap sebagai
penagih utang berhak. (1977:673).
e Menurut Prof. Dr. R. Wirjono Prodjodikoro, SH. Beliau mengatakan bahawa
istilah surat berharga itu terpakai untu surat-surat yang bersifat seperti uang tunai,
jadi yang dapat dipakai untuk alat pmbayaran. Ini artinya pula bahwa surat

82
berharga dapat diperdagangkan dan dapat diuangkan sewaktu-waktu dengan uang
tunai12.
f Prof. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, SH. Dalam buku Hukum Dagang surat-
surat berharga menyebutkan bahwa surat-surat disebut surat berharga apabila
dalam surat tersebut tercantum nilai yang sama dengan nilai periatan dasarnya.
Tujuan dari surat berharga adalah untuk dapat diperdagangkan atau dialihan13.
g Rasjim Wiraatmadja, SH. Mendefinisikan surat berharga adalah surat yang
bersifat dan mempunyai nilai seperti uang tunai dan dapat dipertukarkan dengan
uang tunai14.
h Dr. Heru Soepraptomo, SH, SE. Juga memberikan definisi tentang surat berharga
yaitu suatu surat dapat digolongkan sebagai surat berharga apabila surat itu
merupakan alat untuk diperdagangkan dan merupakan alat bukti terhadap hutang
yang telah ada15.
Dari beberapa definisi yang dijelaskan diatas, pada dasarnya memiliki kesamaan
makna, bahwa surat berharga tersebut adalah alat bayar atau instrument pembayaran,
dalam berbagai transaksi perdagangan sebagai pengganti uang pemegang surat
berharga orang yang berhak atau dianggap berhak melakukan penagihan. (Joni
Emirzon, 2002 : 14-17)
Salah satu klausula dalam suatu transaksi dagang tidak lepas dari masalah
pembayaran. Pembayaran dalam hukum perdata merupan salah satu unsur yang
menyebaban suatu perikatan itu berlahir. Secara umum pembayaran dalam suatu
perikatan perdata adalah penyerahan prestasi, atau yang lebih sempit adalah
penyerahan suatu sejumlah uang sebagai kewajiban pembeli sesuai dengan harga
barang yang telah disepakati16.

12 Ibid, h. 249

13 Ibid, h. 249

14 Ibid, h.249

15 Ibid

16 Djoko Imbawani Atmadjaja. Hukum Dagang Indonesia (Sejarah, Pengertian,


DanPrinsip-Prinsip Hukum Dagang), (Malang: Setara Press, 2012), h. 247

83
3 Fungi Surat Berharga
Seperti halnya fungsi uang sebagai alat bayar, surat berharga juga berfungsi sebagai
alat bayar yang kedudukannya menggantikan uang. Oleh karena itu, fungsi pokok
surat berharga tersebut adalah alat bayar, selain surat berharga berfungsi sebagai alat
bayar, berdasarkan beberapa pengertian atau defminisi yang disampaikan para ahli
dan kamus hukum, secara ringkas dapat disimpulkan surat berharga mempunyai
beberapa fungsi yaitu:
a Sebagai surat bukti hak tagih (surat legitimasi), artinya pemegang (holder) surat
berharga berhak atas jumlah uang tertentu yang tercantum dalam surat berharga
itu. Pemegang Surat Berharga dapat ditafsirkan dua acam yaitu pertama,
pemegang yang secara formil, bahwa dia yang dianggap menguasai surat
berharga tersebut, walaupun bukan nama yang memegang surat berharga
tersebut, biasanya hal ini terjadi bila pemegang surat berharga tersebut
mendapatnya dari pemegang pertama melalui peralihan yang sah, kedua,
pemegang adalah orang tersebut namanya didalam surat berharga tersebut, secara
material pemegang surat berharga ini adalah orang yang sesungguhnya pemilik
dan berhak terhadap surat berharga tersebut, misalnya dapat kita baca dalam surat
berharga berbunyi:
"Bayarlah surat cek ini kepada Tuan Amir/pengganti sejumlah"

Surat berharga yang berbentuk demikian terbuka kemungkinan dimiliki oleh


pihak lain (pemegang berikutnya) apabila pemegang oleh orang (pemegang
kedua) yang namanya bukan tersebut dalam surat berharga itu, maka ada cara
peralihan telah ditentukan, bahwa dia mendapat surat berharga tersebut secara
sah, misalnya peralihannya berdasarkan endosemen dari pemegang pertama,
pemegang ini yang dikenal dengan legitimasi formil.

b Alat memindahkan hak tagih, artinya pemegang dapat mengalihkan surat


berharga kepada orang lain, baik dengan alasan jual beli maupun alasan lain yang
sah menurut hukum peralihan surat berharga.
c Alat pembayaran, artinya untuk kemudahan alat pembayaran, aman, praktis,
lancar, dan mudah dalam lalu lintas bisnis. Dalam praktek hal ini terbukti, bahwa
sangat membantu masyarakat, khususnya masyarakat pengusaha, mereka tidak
perlu membawa uang tunai, cukup dengan lembaran surat berharga saja, seperti
Surat Cek, Wesel, Surat Sanggup.

84
d Pembawa Hak, artinya siapa saja pembawa surat berharga itu adalah berhak
untuk menguangkan, tanpa dibuktikan lebih dahulu keabsahan perikatan dasar,
maupun tanpa bukti itikad baik pemegangnya artinya hak atas surat berharga itu,
kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, dengan kata lain sepanjang pemegang surat
berharga dapat membuktikan bahwa dia pemegang yang sah, maka dia secara
hukum orang yang berhak terhadap surat tersebut.
e Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih (diperjualkan dengan mudah atau
sederhana), artinya bahwa siapa yang memiliki surat berharga tersebut dapat
dengan mudah memindahkan hak tagih kepada pihak lain, hal ini tergantung
dengan bentuk klausula yang terdapat pada surat berharga tersebut. Apabila surat
berharga tersebut berklausula atas tunjuk, maka dapat dengan mudah
memindahkan kepada pihak lain, cukup dari tangan ke tangan saja, seperti
memindahkan uang tunai, sedangkan surat berharga atas pengganti peralihannya
melalui endosemen.
Dalam perkembangan terakhir ini fungsi surat berharga tidak saja kelima fungsi
di atas, namun telah berkembang ada beberapa surat berharga berfungsi sebagai
objek perjanjian jual beli, misalnya Surat Berharga Komersial (Commercial
Paper/CP), diterbitkan oleh penerbit untuk dipeijualbelikan di Pasar Uang dan
Pasar Modal. Dengan demikian eksistensi surat berharga tersebut telah menjadi
komoditi perdagangan yang cukup menguntungkan. Hal ini terbukti makin
meningkatnya penggunaan surat berharga komersial dalam kegiatan bisnis di
Indonesia.

4 Pengaturan Surat Berharga


Sebelum kita sampai pada pengaturan mengenai surat berharga, ada baiknya kita
terlebih dahulu mengetahui pengertian dari surat berharga, mengenai pengertian atau
definisi surat berharga sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-
undangan lainnya, namun kita dapat mengetahui pengertian surat berharga
berdasarkan pendapat para pakar hukum. Dalam buku Hukum Dagang tentang Surat-
Surat Berharga, surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan
sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah
uang. Pembayaran surat berharga ini tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang
melainkan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu suatu surat yang didalamnya

85
mengandung perintah kepada pihak ketiga atau pernyataan sanggup, untuk membayar
sejumlah uang kepada pemegang surat tersebut (Abdulkadir Muhammad, 2003:5).
Surat berharga terpakai untuk surat-surat yang bersifat seperti uang tunai, jadi yang
dapat dipakai untuk melakukan pembayaran. Ini berarti pula bahwa surat-surat itu
dapat diperdagangkan, agar sewaktu-waktu dapat ditukarkan dengan uang tunai
(Wirjono Projodikoro, 1992:34).
Suatu surat dapat dikatakan surat berharga adalah dengan cara mengidentifikasi
terhadap suatu surat dengan melihat pada fungsi yang dimiliki surat berharga. surat
berharga itu memiliki fungsi sebagai alat bayar, sebagai alat bukti hak tagih bagi
pemegangnya (surat legitimasi) dan dapat diperjualbelikan dengan mudah dan
sederhana (Kingkin Wahyuningdiah, 2007:4). Surat berharga adalah surat bukti
tuntutan hutang, pembawa hak dan mudah diperjualbelikan (Purwosutjipto, 1990:5).
Berdasarkan definisi di atas, maka surat berharga mengandung beberapa unsur.
a Surat bukti tuntutan hutang ialah perikatan yang harus ditunaikan oleh
penandatangan akta, sebaliknya penerima akta itu mempunyai hak untuk menuntut
kepada orang yang menandatangani akta tersebut.
b Pembawa hak ialah pemegang hak untuk menuntut sesuatu kepada debitur yang
berarti bahwa hak tersebut melekat pada akta surat berharga, seolah-olah menjadi
satu atau senyawa.
c Mudah diperjualbelikan yakni agar surat berharga itu mudah dijualbelikan, maka
harus diberi bentuk kepada pengganti atau bentuk kepada pembawa
(Purwosutjipto, 1990:5). Berdasarkan pendapat para pakar hukum di atas dapat
diketahui yang dimaksud dengan surat berharga adalah surat yang sengaja
diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi, yang bersifat
seperti uang tunai dan memiliki fungsi sebagai alat bayar, sebagai alat bukti hak
tagih bagi pemegangnya (surat legitimasi) dan dapat diperjualbelikan dengan
mudah dan sederhana.
Dalam hal pengaturannya, surat berharga terbagi menjadi 2, yaitu surat berharga yang
diatur di dalam KUHD dan surat berharga yang diatur di luar KUHD.
a Surat Berharga di Dalam KUHD
Surat berharga yang diatur di dalam KUHD yaitu cek, wesel, surat sanggup,
promese atas tunjuk dan kuitansi atas tunjuk.
Berikut macam-macam surat berharga beserta pengaturannya dalam KUHD.

86
1 Wesel adalah surat yang memuat kata wesel, yang diterbitkan pada tanggal dan
tempat tertentu, dengan mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada
tersangkut untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau
penggantinya, pada tanggal dan tempat tertentu (Abdulkadir Muhammad,
2003:4). Wesel diatur dalam Buku I Titel ke enam bagian pertama sampai
dengan bagian kedua belas KUHD;
2 Surat sanggup adalah surat tanda sanggup atau setuju membayar kepada
pemegang atau penggantinya pada hari bayar. Surat sanggup diatur dalam
Buku I Titel ke enam bagian tiga belas KUHD;
3 Cek adalah surat yang memuat kata cek, diterbitkan pada tanggal dan tempat
tertentu, dengan mana penerbit memerintahkan tanpa syarat pada bankir untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau pembawa ditempat
tertentu. Cek diatur dalam Buku I Titel ke tujuh dalam bagian ke sepuluh
KUHD;
4 Kuitansi-kuitansi atas tunjuk adalah surat yang diterbitkan oleh penanda
tangan pada tanggal dan tempat tertentu kepada pemegang pada saat
diperlihatkan, perintah mana ditujukan kepada orang yang ditunjuk
didalamnya (Abdulkadir Muhammad, 2003:244). Kuitansikuitansi atas tunjuk
diatur dalam Buku I Titel ke tujuh dalam bagian ke sebelah KUHD. Jadi,
pengaturan surat berharga itu semua terdapat di dalam Buku I Titel 6 dan 7
KUHD.
b Surat Berharga di Luar KUHD
Dalam memenuhi kebutuhan praktek sesuai dengan perkembangan zaman,
sehingga diperlukan ketentuan-ketentuan mengenai surat berharga yang belum di
atur dalam KUHD, namun tidak berarti bahwa ketentuan dalam pasal-pasal
mengenai surat berharga dalam KUHD tidak dapat diberlakukan. Surat berharga
yang timbul di luar KUHD tersebut tetap tunduk kepada ketentuanketentuan
umum dalam KUHD yang berlaku bagi surat-surat berharga, sepanjang tidak
diatur tersendiri sesuai dengan fungsi dan tujuan penerbitan surat berharga itu.
Berdasarkan asas Lex Spesialis Derogat Legi Generali, yaitu ketentuan khusus
dimenangkan dari ketentuan umum, maka mengenai surat berharga di luar KUHD
berlaku ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan umum dalam KUHD dan KUH Perdata, dan sebaliknya apabila
suatu hal tidak diatur secara khusus, maka berlaku ketentuan umum. Dengan

87
demikian, ketentuan-ketentuan surat berharga dalam KUHD dan ketentuan umum
mengenai syarat syahnya perjanjian dalam KUH Perdata tetap dapat diberlakukan
sepanjang tidak diatur secara khusus dalam ketentuan surat berharga di luar
KUHD.
Di luar KUHD pengaturan Surat Berharga tertuang dalam sejumlah ketentuan
sebagaimana di bawah ini.
a Bilyet Giro: diatur dalam dalam Surat Keputusan direksi Bank Indonesia
No.28/32/Kep/Dir tahun 1995 tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro, mulai
berlaku 1 November 1995; menggantikan Surat Edaran Direksi Bank
Indonesia No. 4/670/UPPB/PbB tanggal 1 Januari 1972 tentang Bilyet Giro.
b Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri: diatur dalam Surat keputusan Direksi
Bank Indonesia No.29/150/Kep/Dir/1996, tanggal 31 Desember 1996 tentang
Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri, berlaku tanggal 31 Desember 1996.
c Surat Berharga Komersial (Commercial Paper), diatur dalam:
1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.28/52/Kep/Dir, tanggal 11
Agustus 1995, berlaku 2 Februari 1996 tentang Surat Berharga Komersial
(Commercial Paper) melalui Bank Umum Indonesia.
2 Surat Edaran Direksi Bank Indonesia No. 28/49/UPG, tanggal 11 Agustus
1995.

5 Syarat-syarat Surat Berharga


a Syarat Materiil
Menurut Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S.H., Dan jumlah uang
yang diwujudkan di dalam wesel itu dan yang diperintahkan untuk dibayar oleh
tersangkut itu, haruslah sama dengan jumlah uang yang yang menjadi isi
perikatan antara pembeli dan penjual di dalam perjajian jual beli, yang menjadi
dasar, dari penerbitan wesel tersebut. . Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
dipahami bahwa syarat materiil dari suatu surat berharga adalah:
i Terbit berdasarkan perikatan dasar ( underlying transaction), dan
ii Jumlahnya sama dan tidak berubah (assignibility)
Tujuan Persyaratan Formal
Orang memandang hak menagih yang terkandung dalam akta surat berharga itu
berdiri sendiri, terpisah dari induknya yakni peristiwa dasar (hubungan dasar),
yang sebagai akibatnya menimbulkan hak menagih pada pemegang atau

88
krediturnya. Karena hak menagih pada surat itu bersatu dengan aktanya, maka
bentuk akta dari surat berharga itu perlu ditetapkan agar orang lebih yakin lagi
tentang bersatunya hak menagih dengan akta tersebut
b Syarat Formal
i tertulis
ii janji bayar/perintah bayar tak bersyarat
iii sejumlah uang tertentu
iv tanggal pembayaran
v tanda tangan penerbit
vi mudah dialihkan
vii tanpa jaminan

B SURAT SANGGUP
1 Pengertian
Surat sanggup berasal dari bahasa Belanda Ordebriefje, bahasa Perancis Billet order,
dan bahasa Inggris Promissory note. Dan dalam UU dikenal dengan istilah Promesse
dan Order. Surat sanggup juga disebut sebagai Surat Aksep. Kata Aksep berasal dari
bahasa Perancis Accept yang berarti setuju.
Menurut pasal 177 ayat (1) KUHD kedudukan orang yang menandatangani surat aksep
adalah sama seperti kedudukan akseptan pada surat wesel, artinya suatu perjanjian
sanggup atau setuju membayar.
Surat sanggup digunakan sebagai bukti pinjam uang dan dapat digunakan sebagai alat
bayar.
Berdasarkan hasil Konferensi Jeneva 1930 tentang Penyeragaman Pengaturan Surat
Wesel dan Surat Sanggup, terdapat 2 cara pengaturan surat sanggup yang boleh diikuti
dan dipakai oleh negara-negara peserta.
Sebagaimana dengan surat wesel, Undang-Undang juga mengharuskan adanya berapa
syarat yang harus terdapat dalam surat sanggub supaya dapat disebutkan surat seperti
yang diatur dalam pasal 174 KUH Dagang yaitu :
Di Indonesia ketentuan mengenai promes atau surat sanggup bayar ini diatur dalam
pasal 174 177 KUHD, dimana menurut KUHD promes adalah merupakan
penyanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal jatuh
tempo dan pada tempat pembyaran yang ditentukan dengan mencantumkan nama orang

89
yang kepadanya pembayaran itu harus dilakukan atau yang kepada tertunjuk
pembayaran harus dilakukan dengan ditandatangani oleh orang yang mengeluarkan
promes. Apabila pada promes atau surat sanggup tersebut tidak tercantum tanggal jatuh
tempo pembayaran, maka dianggap harus dibayar atas tunjuk. Promes atas unjuk adalah
suatu promes yang tidak mencantumkan tanggal jatuh tempo pembayaran, dimana
pembayaran harus dilakukan setiap saat apabila diminta oleh pemberi pinjaman.
Biasanya si pemberi pinjaman akan mengirimkan pemberitahuan dengan tenggang
waktu beberapa hari sebelum tanggal pembayaran yang diingginkan. Dalam hal pinjam
meminjam uang antar perorangan, penandatanganan promes ini adalah merupakan
suatu cara terbaik guna kepentingan perpajakan dan pembuktian. Promes berbeda
dengan dari surat pengakuan hutang, biasanya pada surat pengakuan hutang hanya
merupakan bukti atas hutang seseorang tetapi dalam promes tertera adanya suatu
persetujuan untuk melakukan pembayaran atas jumlah yang tercantum pada promes
tersebut. Kegunaan lain dari promes yaitu untuk pembiayaan atas kebutuhan dana suatu
perusahaan yaitu melalui penerbitan ataupun pengalihan surat berharga.
Agar surat sanggup dapat dikatakan sebagai surat sanggup maka harus berisikan hal-hal
sebagai berikut :
1 Penyebutan surat sanggup dimuat dalam teksnya sendiri.
2 Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3 Penetapan hari bayarnya.
4 Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
5 Nama orang yang kepadanya pembayaran harus dilakukan.
6 Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatanganinya.
7 Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu.
Surat sanggup dapat diterbitkan oleh subjek hukum baik yang merupakan subjek
hukum perorangan maupun badan hukum. Khusus surat sanggup yang diterbitkan oleh
badan hukum merupakan Perusahaan Pembiayaan (financial institution) yang diatur
dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 606/KMK/1995, tanggal 19 Desember
1995, yang pada intinya perusahaan pembiayaan dalam menerbitkan surat sanggup
berlaku beberapa ketentuan yaitu :
Perusahaan pembiayaan dilarang menerbitkan surat sanggup kecuali sebagai jaminan
atas hutang kepada bank yang menjadi kreditur.
Perusahaan pembiayaan dilarang memberikan jaminan dalam segala bentuk kepada
pihak lain.

90
Surat sanggup yang diterbitkan sesuai dengan yang dimaksud pada huruf a di atas tidak
dapat dialihkan dan dikuasakan kepada pihak manapun juga (non negotiable) oleh
sebab itu perushaan pembiayaan tidak diperbolehkan menjadi penjamin hutang pihak
lain termasuk dalam bentuk corporate quarantee.

2 Syarat formal
Mengenai syarat-syarat formil surat sanggup diatur dalam pasal 174 KUHD.Menurut
ketentuan pasal tersebut,setiap surat sanggup harus memuat syarat-syarat berikut ini :
a Baik klausula order,penyebutan surat sanggup,atau promes atas pengganti,harus
dimuat dalam teksnya sendiri dan diistilahkan dalam bahasa surat itu ditulis.
b Kesanggupan tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
c Penetapan hari bayarnya.
d Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
e Nama orang kepada siapa atau penggantinya pembayaran harus dilakukan.
f Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatangani.
g Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup.
Syarat-syarat formil tersebut diatas ini mutlak harus dipenuhi oleh sepucuk surat
sanggup.Hal ini ditentukan dalam pasal 175,yang menyatakan bahwa apabila salah
satu dari syarat-syarat tersebut tidak ada,surat itu tidak berlaku sebagai surat sanggup.
[6]
Berikut ini akan dijelaskan satu persatu syarat syarat formil tersebut :
a Klausula order,surat sanggup,promersse aan order
Ketiga macam klausula ini tidak perlu harus dimuat semuanya dalam surat
sanggup.Syarat formil ini mengandung suatu alternatif,artinya boleh memuat salah
satu dari tiga macam klausula itu.Apabila klausula order telah dimuat,maka kedua
klausula lainnya tidak lagi bersifat keharusan.Sebab dalam klausula order itu
sudah tersimpul klausula surat sanggup yang disebut orderbriefje (preasumptief
orderpapier).
Sebaliknya pula jika klausula order tidak dimuat,tetapi ada penyebutan klausula
surat sanggup (orderbriefje) atau promesse aan order,maka surat itu tetap disebut
surat sanggup.Sebab surat sanggup itu selalu bersifat atas pengganti.Cara
memperalihkannya harus dengan endosemen.Klausula ini ditulis dalam dalam teks
dan dalam bahasa surat itu dipakai.[7]

91
b Kesanggupan membayar sejumlah uang tanpa syarat
Kesanggupan membayar merupakan suatu janji penanda tangan surat sanggup
yang harus dipenuhinya.Dengan demikian penanda tangan tidak wajib
regres,melainkan berkewajiban membayar.Janji membayar ini membedakan surat
sanggup terhadap surat wesel.Dalam surat wesel penanda tangan disebut
penerbit.Penerbit memerintahkan kepada pihak lain untuk membayar,bukan janji
untuk membayar.Karena penerbit termasuk debitur yang berwajib regres.
Kesanggupan membayar itu harus berupa sejumlah uang tertentu,yang harus
dilakukan tanpa syarat.Misalnya diberi syarat kesanggupan membayar sebagian
dulu,sebagian lagi dibayar lain kali.Atau diberi syarat kesanggupan membayar
jika pemegang surat sanggup bersedia pula membayar hutangnya kepada penanda
tangan.Syarat-syarat demikian tidak diperbolehkan,atau dianggap tidak ada.Sebab
syarat-syarat seperti itu akan menghambat atau tidak memperlancar lalu lintas
surat berharga,hal mana tidak dikehendaki oleh hukum surat-surat berharga.[8]
c Penetapan hari bayar
Dalam surat sanggup penetapan hari bayar perlu dicantumkan.Tetapi jika tidak
dicantumkan,tidak mengakibatkan surat sanggup itu tidak bisa dibayar.Dalam
pasal 175 ayat 2 KUHD ditentukan,jika dalam surat sanggup itu tidak ditetapkan
hari bayarnya,ia dianggpa harus dibayar pada hari diperlihatkan (op zicht).
Karena ketentuan hari bayar menunjuk kepada ketentuan surat wesel,maka pada
surat sanggup juga dikenal empat macam penentuan hari bayar yaitu pada waktu
diperlihatkan.Pada waktu tertentu sesudah diperlihatkan,pada waktu tertentu
sesudah tanggal penerbitan,dan pada waktu yang ditentukan.Mengenai surat
sanggup yang dikeluarkan dan dibayar pada waktu tertentu sesudah
diperlihatkan,terdapat pengaturan yang menyimpang dari ketentuan surat
wesel.Penyimpangan tersebut disebabkan karena perbedaan sifat antara surat
sanggup dan surat wesel.Hal ini diatur dalam pasal 177 ayat 2 KUHD.
Menurut ketentuan pasal 177 ayat 2 KUHD : Surat sanggup yang harus dibayar
pada waktu tertentu sesudah diperlihatkan,harus diperlihatkan kepada penanda
tangan,dalam tenggang waktu satu tahun (pasal 122 KUHD) setelah
penandatanganan,untuk dibubuhi catatan dilihat (gezien,seen) dan diberi
tanggal.Tenggang waktu yang disebutkan dalam surat sanggup itu dihitung sejak
tanggal membubuhi catatan dilihat itu.Membubuhi catatan melihat itu disebut
engan istilah visum.

92
Apabila penanda tangan menolak untuk membubuhkan catatan dilihat pada surat
sanggup itu,pemegang surat sanggup harus membuat protes menurut ketentuan
pasal 124 KUHD.Proses ini disebut proses non visa.Tenggang waktu yang
disebutkan dalam surat sanggup itu dihitung sejak tanggal protes itu dibuat.
Supaya lebih jelas perhatikan contoh kasus berikut ini.Surat sanggup
ditandatangani tanggal 2 Agustus 1978.Dibayar 20 hari sesudah
diperhatikan.Tenggang waktu memperhatikan untuk dibubuhi catatan dilihat ialah
satu tahun setelah tanggal 2 Agustus 1978.Dengan demikian tenggang waktu
tersebut berjalan mulai tanggal 3 Agustus 1978 sampai dengan tanggal 3 Agustus
1979.Apabila diperlihatkan untuk diberi catatan dilihat pada tanggal 6 Agustus
1978,maka tenggang waktu 20 hari itu dihitung sejak tanggal 6 Agustus 1978.Jadi
hari bayarnya ialah pada tanggal 26 Agustus 1978.[9]
d Tempat pembayaran harus dilakukan
Penyebutan tempat pembayaran dalam surat sanggup adalah penting karena
hutang surat sanggup termasuk hutang yang harus diminta atau ditagih ditempat
debitur.Tetapi jika dalam teks surat sanggup tidak dituliskan tempat
pembayaran,tidak akan mengakibatkan surat sanggup itu tidak sah,karena tidak
diketahui tempat pembayarannya.Pasal 175 ayat 3 KUHD memberikan penjelasan
bahwa dalam hal tidak ada penetapan khusus,tempat penadatanganan surat itu
dianggap sebagai tempat pembayaran.
Bagaimana jika tempat penandatanganan itu tidak disebutkan ? Menurut
penjelasan pasal 175 ayat 4 KUHD,surat sanggup yang tidak menerangkan tempat
surat itu ditandatangani,dianggap ditandatangani di tempat yang tertulis di
samping nama penanda tangan.[10]
e Nama penerima atau penggantinya
Dalam surat sanggup harus disebutkan nama orang kepada siapa pembayaran itu
harus dilakukan atau penggantinya.Orang yang harus menerima pembayaran itu
adalah orang menerima surat sanggup dari penanda tangan.Di belakang nama
penerima ini disebutkan juga klausula atau pengganti,misalnya kepada tuan
Bachmid atau pengganti.Hal ini menunjukkan bahwa penerima surat sanggup itu
dapat mengendosemenkannya kepada pemegang berikutnya.
Jika klausula atas pengganti itu tidak disebutkan,maka klausula surat sanggup atau
promes atas pengganti harus ada dalam teks surat sanggup.Dengan demikian surat
tersebut dianggap surat atas pengganti,karena di dalam klausula surat sanggup

93
atau promes atas pengganti itu sudah tersimpul klausula atas pengganti.Misalnya
tertulis .bayarlah surat sanggup ini kepada tuan Bachmid,uang sejumlah
dst.Ini berarti dalam klausula surat sanggup itu sudah tersimpul klausula
atas pengganti,walau dalam teks tidak dituliskan.[11]
f Tanggal dan tempat penandatangan
Penentuan tanggal penandatanganan itu penting untuk menentukan hari bayar
suatu surat sanggup.Dengan adanya penentuan tanggal penandatangan itu maka
hari bayar suatu surat sanggup dapat diketahui dengan berdasarkan jangka waktu
yang dihitung sejak tanggal penandatanganan itu.Lain daripada itu juga untuk
mengetahui apakah penanda tanagn ketika menandatangani surat sanggup sudah
dewasa atau belum.Hal ini akan menentukan kewenangan melakukan perbuatan
hukum.Orang yang belum dewasa tidak wenang melakukan perbuatan hukum.
Tempat penandatanganan surat sanggup harus ditentukan juga.Hal penting ini
untuk menentukan tempat perbuatan dilakukan,yang ada hubungannya dengan
ketentuan hukum mana yang berlaku dalam hal ada aspek Hukum Perdata
Internasional.Perhatikan uraian tentang syarat formil surat wesel.Seandainya
tempat penandatanganan itu tidak ditentukan,maka menurut ketentuan pasal 175
ayat 4 KUHD,tempat yang tertulis disamping nama penanda tangan dianggap
sebagai tempat penandatangan.[12]
g Tanda tangan yang mengeluarkan surat sanggup
Tanda tangan ini sangat penting,karena merupakan syarat mutlak suatu akta.Surat
sanggup adalah suatu akta.Dengan tanda tangan itu pula orang yang
menandatangani surat sanggup itu terikat untuk membayar kepada penerima atau
pemegangnya.Tanda tangan pada surat sanggup itu sama kekuatannya dengan
tanda tangan seorang akseptan pada surat wesel.[13]
Menurut pasal 174 KUHD sendiri yang mengatur mengenai surat sanggup,
menyebutkan tiap-tiap surat sanggup berisikan :
a Baik keterangan tertunjuk (orderclausule) baik penyebutan surat sanggup atau
promosse kepada tertunjuk dimuatkan didalam teksnya sendiri dan diistilahkan
dalam bahasa surat itu ditulisnya.
b Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
c Penetapan hari bayarnya.
d Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.

94
e Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk
olehnya,pembayaran itu harus dilakukan.
f Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatanganinya.
g Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat itu (penanda tangan).[14]
Menurut pasal 175 KUHD sendiri yang mengatur mengenai surat sanggup,
menyebutkan pula:
Tiap-tiap surat sanggup,dalam mana tak terdapat satulah saja dari penyebutan-
penyebutan yang disahkan dalam pasal yang lalu, tak berlaku sebagai surat sanggup,
kecuali dalam hal-hal tersebut dibawah ini.
Surat sanggup yang tidak tetapkan hari bayarnya, iapun dianggap harus dibayar pada
hari diunjukkannya (atas unjuk).
Dalam hal tak adanya penetapan khusus, maka tempat penandatanganan surat itu
dianggap sebagai tempat pembayaran, pula sebagai tempat penanda tangan
berdomisili.
Surat sanggup yang tidak terangkan tempat ditandatanganinya, iapun dianggap
ditandatangani ditempat yang tertulis di samping nama penanda tangan.[15]

3 Bentuk-bentuk Surat Sanggup


Surat sanggup adalah surat berharga.Sebagai surat berharga,ia harus memenuhi syarat-
syarat formil yang diatur oleh undang-undang.Syarat-syarat formil itu menentukan
bentuk surat sanggup.Penanda tangan surat sanggup bisa menusia pribadi,bisa juga
suatu badan hukum.[17]
Menurut pasal 174 surat sanggup itu harus berisikan :
a Klausul kepada-pengganti atau istilah surat sanggup atau surat promes
kepada-pengganti,yang harus ditulis dalam naskah dengan bahasa sebagai yang
dipergunakan dalam naskah.
b Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
c Penetapan hari bayarnya.
d Penetapan tempat,dimana pembayaran harus dilakukan.
e Nama orang atau penggantinya,kepada siapa pembayaran harus dilakukan.
f Tanggal dan tempat,dimana surat sanggup itu ditangdatangani
g Tanda tangan orang yang menerbitkan surat sanggup itu.[18]

95
Surat sanggup yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai yang ditentukan dalam pasal
174 KUHD itu,tidak berlaku sebagai surat sanggup (Pasal 175 KUHD),kecuali hal-hal
sebagai tersebut dibawah ini :
1 Bila hari bayar tidak ditentukan,dianggap bahwa surat sanggup itu akan dibayar
pada waktu diunjukkan (surat sanggup unjuk,op zich,sight).
2 Bila tempat pembayaran tidak ditentukan secara khusus,maka tempat
penandatangan surat sanggup itu dianggap sebagai tempat pembayaran dan juga
menjadi domisili penandatangan.
3 Surat sanggup yang tidak diterangkan tempat penandatangannya, maka tempat yang
tertulis disamping mana penandatangan dianggap sebagai tempat ditandatanganinya
surat sanggup itu.
Dari apa yang tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tempat
pembayaran dan tempat penandatanganan surat sanggup harus ada.[19]

C PROMES
1 Pengertian

Promes berasal dari kata promeese dalam bahasa Perancis yang berarti sanggup atau
janji, yaitu sanggup membayar atau janji membayar. Orang yang menandatangani
surat itu menyanggupi atau berjanji untuk membayar sejumlah uang yang disebutkan
dalam surat itu kepada setiap pemegangnya. Sehingga Promes atau aksep adalah suatu
surat yang memuat janji pembayaran sejumlah uang yang tertentu kepada orang yang
tertentu pula atau wakilnya di tempat dan pada waktu yang tertentu pula.

Berdasarkan Blacks Law Dictionary, promes didefinisikan sebagai: Janji atau


komitmen tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada saat yang dtetapkan,
atau saat diminta, atau saat diunjukkan, kepada pihak yang tercantum namanya, atau
kepada penggantinya, atau siapapun pembawa promes.

Promes akan menjadi negotiable apabila diterbitkan dengan kondisi payable to order
or bearer.

Surat sanggup atau promes yang dalam bahasa Inggris disebut juga promissory note,
dalam akuntansi dapat juga disebut nota yang dapat diuangkan adalah merupakan
suatu kontrak yangberisikan janji secara terinci dari suatu pihak ( pembayar) untuk

96
membayarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya (pihak yang dibayar). Kewajiban
ini dapat timbul dari adanya suatu kewajiban pelunasan suatu hutang. Misalnya,
dalam suatu transaksi penjualan barang dimana pembayarannya mungkin saja
dilakukan sebagian secara tunai dan sisanya dibayar dengan menggunakan satu atau
beberapa promes.

Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan promes adalah:

Penerbit (issuer, penandatangan, debtor) adalah debitur;

Pemegang (kreditur, holder, investor) adalah kreditur; Endosant (indorser)


adalah Pemegang yang mengalihkan hak tagihnya kepada Pemegang lainnya
dengan cara endosemen;

Dan Avalist adalah penjamin dari Penerbit.

Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan promes


Ketentuan Surat Sanggup

Suatu surat promes harus memuat:

a Nama promes
b Janji yang tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang
c Penetapan hari pembayaran
d Tempat, dimana pembayaran harus dilakukan
e Nama seseorang kepada siapa, atau kepada wakil siapa pembayaran harus
dilakukan
f Neme tempat, serta tanggal pembuatan promes

Dengan mengingat isinya, maupun mengingat perkataannya, maka promes itu adalah
suatu janji pembayaran. Bila seorang berutang, karena ia membeli barang atau
meminjam uang, maka minta padanya untuk membuat dan menandatangani suatu
surat di mana ia berjanji akan membayar jumlah uang itu, pada waktu dan tempat
tertentu.

97
2 Penerbitan dan bentuk promes

Penerbitan promes atas tunjuk dapat dilakukan secara penglihatan dan dapat pula
secara sesudah penglihatan. Perbedaan antara promes atas tunjuk dan surat sanggup
adalah pada promes atas tunjuk nama pemegangnya tidak dalam surat itu. Adapun
pada surat sanggup nama pemegangnya dicantumkan dalam teksnya. Tiap promes
berisikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a Keterangan tertunjuk yang menyebutkan kesanggupan untuk menanggung


pembayaran (promes kepada tertunjuk).

b Kesanggupan yang tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang.

c Penetapan hari bayarnya.

d Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan.

e Nama orang yang kepadanya yang ditunjuk.

f Tanggal dan tempat surat kesanggupan itu ditandatangani.

g Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat.

3 Kewajiban dan tanggungjawab

Jika dalam tenggang waktu yang telah ditentukan pemegangn promes atas tunjuk
telah menawarkan pembayaran, namun ternyata mendapat penolakan pembayaran
maka ia harus menawarkannya untuk dicabut kepada orang yang memberikan
kepadanya sebagai pembayaran. Akan tetapi, tidak berarti tuntutan pembayaran
pemegang itu menjadi lenyap, penandatangan itu berkewajiban membayar kepada
pemegang dalam hal terjadi non pembayaran.

D SURAT WESEL
1 Pengertian

98
Surat Wesel adalah bill of exchange yaitu surat perintah tidak bersyarat untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada seseorang yang disebut namanya atau
kepada orang yang ditunjuknya pada tanggal pembayaran[1]. Selain itu di bawah ini
dijelaskan bebera Pengertian Surat Wesel, menurut beberapa ahli yaitu :
a Menurut K.ST. Pamoentjak dan Achmad Ichsan:
Wesel adalah surat perintah dari seseorang yang minta dibayarkan kepada
seseorang lain sejumlah yang tersebut dalam surat perintah itu.
Surat wesel adalah surat yang memuat kata wesel, yang diterbitkan pada tanggal
dan tempat tertentu, dengan mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada
tersangkut untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau
penggantinya, pada tanggal dan tempat tertentu.
b H.M.N. Purwosutjito:
Surat wesel adalah Syarat yang memuat kata wesel di dalamnya, ditanggali
dan di tandatangani di suatu tempat, dalam mana penerbitannya memberi perintah
tidak bersyata kepada tersangkut untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar
kepada orang yang ditunjuk oleh penerbit atau penggantinya di suatu tempat
tertentu. Dalam perundang-undangan tidak terdapat perumusan atau definisi
tentang surat wesel. Tetapi dalam Pasal 100 KUHD dimuat syarat-syarat formal
sepucuk surat wesel.
Dasar hukum wesel diatur dalam Pasal 100 sampai dengan Pasal 173 KUH
Dagang, yang menentukan syarat formal bagi suatu wesel. Di dalam KUH
Dagang tidak ditemukan definisi wesel, tersirat dalam Pasal 100 KUH Dagang
pada persyaratan formal wesel.

2 Pengaturan
Dalam hukum wesel, dikenal beberapa personil wesel, yaitu orang-orang yang terlibat
dalam lalu lintas pembayaran dengan surat wesel.
Penerbit, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda trekker,
bahasa Inggrisnya drawee, yaitu orang yang mengeluarkan surat wesel.
Tersangkut, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda
betrokkene, yaitu orang diberi perintah tanpa syarat untuk membayar.

99
Akseptan, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda acceptant,
bahasa Inggrisnya acceptor, yaitu tersangkut yang telah menyetujui untuk
membayar surat wesel pada hari bayar, dengan memberikan tanga tangannya.
Pemegang Pertama. Adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda
nomor, bahasa Inggrisnya holder, yaitu orang yang menerima surat wesel
pertama kali dari penerbit.Pengganti, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam
bahasa Belanda geendosseerde, bahasa Inggrisnya indorsee, yaitu orang yang
menerima peralihan surat wesel dari pemegang sebelumnya.
Endosan, berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda endosant, bahasa
Inggrisnya indorser, yaitu orang yang memperalihkan surat wesel kepada
pemegang berikutnya.

3 Syarat-Syarat Formal Surat Wesel


Suatu surat wesel harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-
undang, yang disebut syarat-syarat formal. Menurut ketentuan pasal 100 KUHD,
setiap surat wesel harus memuat syarat-syarat formal sebagai berikut:
istilah wesel harus dimuat dalam teksnya sendiri dan disebutkan dalam bahasa surat
itu ditulis.
Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
Nama orang yang harus membayarnya (tersangkut).
Penetapan hari bayar (hari jatuh).
Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan.
Nama orang kepada siapa atau penggantinya pembayaran harus dilakukan.
Tanggal dan tempat surat wesel diterbitkan.
Tanda tangan orang yang menerbitkan.
Apabila surat wesel tidak memuat salah satu dari syarat-syarat formal tersebut, surat
itu tidak dapat diperlakukan sebagai surat wesel menurut undangundang, kecuali
dalam hal-hal berikut ini:
Surat wesel yang tidak menetapkan hari bayarnya, dianggap harus dibayar pada
hari diperlihatkan (op zicht).
Jika tidak ada penentapan khusus, maka tempat yang ditulis di samping nama
tersangkut, dianggap sebagai tempat pembayaran dan tempat di mana tersangkut
berdomisili.

100
Surat wesel yang tidak menerangkan te ympat diterbitkan, dianggap
ditandatangani di tempat yang tertulis di samping nama penerbit.

4 Bentuk Surat Wesel


Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ada lima macam bentuk surat wesel
khusus yaitu :
a Wesel Atas Pengganti Penerbit
Bentuk surat wesel atas pengganti penerbit (aan eigen order, to own order)
dimungkinkan oleh Pasal 102 ayat 1 KUHD yang menyatakan bahwa penerbit
dapat menerbitkan surat wesel yang berbunyi atas pengganti penerbit. Maksudnya
penerbit menunjuk kepada dirinya sendiri sebagai pemegang pertama.
Kekhususan bentuk surat wesel semacam ini ialah bahwa kedudukan penerbit
sama dengan kedudukan pemegang pertama.
b Wesel Atas Nama Penerbit Sendiri
Menurut ketentuan Pasal 102 ayat 2 KUHD surat wesel dapat diterbitkan atas
penerbit sendiri. Maksudnya penerbit memerintahkan kepada dirinya sendiri untuk
membayar, jadi penerbit menunjuk dirinya sendiri sebagai pihak tersangkut.
Kekhususannya ialah kedudukan penerbit sama dengan dengan kedudukan
tersangkut. Jika wesel ini diakseptasi, penerbitnya terikat baik sebagai penghutang
regres maupun sebagai akseptan. Wesel dalam bentuk ini biasanya diterbitkan oleh
kantor pusat, yang memerintahkan kantor cabangnya untuk membayar sejumlah
uang kepada pemegang surat wesel tersebut. Penerbitan surat wesel bentuk ini
biasanya dilakukan dalam satu lingkungan perusahaan, misalnya dikalangan
perbankan. Penerbit dan tersangkut berada dalam satu lingkungan perusahaan.
c Wesel Untuk Perhitungan Orang Ketiga
Bentuk surat wesel ini dimungkinkan oleh Pasal 102 ayat 3 KUHD yang
menyatakan bahwa surat wesel dapat diterbitkan untuk perhitungan orang ketiga
(voor rekening van een derde, for account of a third party). Penerbitan surat wesel
dalam bentuk ini bisa terjadi jika seorang pihak ketiga itu untuk tagihannya
memungkinkan diterbitkan surat wesel, artinya ia mempunyai rekening yang
cukup dananya. Karena alasan tertentu ia minta kepada pihak lain untuk menjadi
penerbit surat wesel, atas perhitungan rekeningnya itu. Biasanya pihak yang
diminta untuk menjadi penerbit itu adalah bank, dimana orang ketiga itu

101
mempunyai rekening. Bank inilah yang bertindak sebagai penerbit surat wesel
untuk perhitungan orang ketiga yang menyuruh terbitkan wesel atas perhitungan
rekeningnya.
d Wesel Incasso (wesel untuk menagih)
Wesel Incasso (incasso wissel, collection draft) adalah bentuk surat wesel yang
diterbitkan dengan tujuan untuk memberi kuasa kepda pemegang pertama
menagih sejumlah uang, tidak untuk diperjualbelikan. Kedudukan penerbit adalah
sebagai pemberi kuasa, sedangkan kedudukan pemegang pertama sebagai
pemegang kuasa untuk menagih uang. Wsel incasso dimungkinkan oleh Pasal 102
a ayat 1 KUHD. Menurut ketentuan pasal ini, jika dalam surat wesel itu penerbit
telah memuat kata-kata harga untuk ditagih atau dalam pemberin kuasa atau
untuk incasso atau lain-lain kata yang berarti memberi perintah untuk menagih
semata-mata, maka pemegang pertama bisa melakukan semua hak yang timbul
dari surat wesel itu, tetapi ia tidak bisa mengendosemenkan kepada orang lain,
melainkan dengan cara pemberian kuasa.
e Wesel Berdomisili
Menurut ketentuan Pasal 100 KUHD surat wesel harus memuat nama tempat
dimana tersangkut harus melakukan pembayaran. Umumnya pembayaran itu
dilakukan di tempat kediaman tersangkut. Tetapi ketentuan ini tidak selalu
demikian, bisa juga pembayaran dilakukan di tempat lain. Menurut ketentuan
Pasal 103 KUHD ada surat wesel yang harus dibayar ditempat tinggal pihak
ketiga, baik tempat tinggal tersangkut, maupun ditempat lain. Surat wesel ini
disebut wesel berdomisili.
f Wesel Aksep atau dikenal dengan nama Bank draft atau Bankers draft
Bank draft atau Bankers draft adalah surat berharga yang berisi perintah tak
bersyarat dari bank penerbit draft tersebut kepada pihak lainnya (tertarik) untuk
membayar sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau orang yang ditunjuknya
pada waktu yang telah ditentukan. Bank draft ini merupakan cek namun sumber
dana pembayarannya adalah berasal dari rekening bank penerbit bukan dari
rekening nasabah perorangan.
Keuntungan wesel aksep yaitu masalah yang timbul pada cek adalah bahwa cek
tersebut tidak dianggap atau diperlakukan sebagai tunai oleh karena cek tersebut
dapat menjadi tidak bernilai apabila dana penerbit cek tidak mencukupi saldonya
dan cek tersebut akan dikembalikan kepada kreditur oleh bank dan si penerima

102
cek akan menghadapi resiko tidak memperoleh pembayaran. Untuk mengurangi
resiko tersebut, maka seseorang dapat meminta agar pembayaran dilakukan
dengan jenis cek yang dananya dijamin mencukupi yaitu berasal dari dana milik
bank yang menerbitkan wesel aksep. Hal ini akan mengurangi resiko kreditur
terkecuali bank penerbit pailit atau bank draft tersebut palsu. Guna memastikan
bahwa nasabahnya memiliki dana yang cukup guna membayar bank untuk
memenuhi kewasjiban si nasabah dalam penerbitan bank draft maka bank akan
mendebet rekening nasabahnya seketika itu jiga (termasuk biaya-biaya). Wesel
aksep diperlakukan sama dengan cek yaitu prosedur pencairannya melalui
lembaga kliring setempat.
BAB XIII
SERTIFIKAT DEPOSITO, SERTIFIKAT BANK INDONESIA, SURAT BERHARGA
KOMERSIL, KARTU KREDIT, ATM, DAN L/C

E SERTIFIKAT DEPOSITO
1 Pengertian
Pengertian Sertifikat Deposito adalah dapat berupa surat yang bersifat negotiable
ataupun surat yang bersifat non-negotiable, sedangkan menurut Marcia Stigum dalam
bukunya Money Market yang dikutip oleh Sutan Remy Sjahdeini yang
menyatakan bahwa commercial paper bersifat negotiable. Sutan Remy Sjahdeni,
Pasar Uang, Media Cipta, Jakarta, 1995, hal 56.
Instrumen ini mempunyai masa berlaku lebih dari 14 (empat belas) hari, dan
beberapa diantaranya sampai dengan 5 (lima) tahun bahkan ada yang sampai dengan 7
(tujuh) tahun. Namun demikian pada umumnya commercial paper mempunyai masa
berlaku yakni antara 1 (satu) sampai dengan 6 (enam) bulan.
Pada dasarnya sertifikat deposito tidak berbeda dengan deposito berjangka yang sudah
dikenal luas di masyarakat kita. Tingkat bunga pada sertifikat deposito yang
ditawarkan suatu bank biasanya tidak berbeda dengan tingkat bunga pada deposito
berjangka. Jangka waktu jatuh temponya biasanya bervariasi mulai dari satu sampai
12 (dua belas) bulan tergantung bank penerbitnya, yang juga tak berbeda dengan
deposito berjangka.
Pajak atas pendapatan bunga kedua instrumen ini adalah sama-sama sebesar 20%.
Jika deposito berjangka dicairkan sebelum jatuh tempo biasanya maka akan
dikenakan biaya pinalti, hal ini juga berlaku pada sertifikat deposito. Selain itu kedua

103
instrumen ini juga bisa dipergunakan sebagai agunan kredit. Adapun perbedaannya
antara lain,
Pertama pemberian bunga pada sertifikat deposito dibayar dimuka berbeda
dengan bunga deposito berjangka yang dibayarkan saat jatuh tempo. Sebagai
contohnya, seseorang membuka sertifikat deposito pada suatu bank dengan jumlah
sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) yang akan jatuh tempo dalam 1
tahun. Misalkan tingkat bunga yang ditawarkan bank tersebut adalah 8% per
tahun, maka orang tersebut akan menerima bunga dimuka sebesar Rp
80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) sebelum dikenakan pajak sebesar 20%.
Jadi jumlah uang yang diinvestasikannya sebesar Rp 920.000.000,00 (sembilan
ratus dua puluh juta rupiah). Dan pada akhir tahun saat sertifikat deposito jatuh
tempo, dia akan memperoleh Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Bunga
yang diterima di muka tadi tentunya bisa digunakan untuk investasi atau transaksi
lainnya sesuai dengan kebutuhannya.
Kedua, sertifikat deposito bisa dipindahtangankan karena diterbitkan atas unjuk
bukan atas nama seseorang. Jadi sertifikat deposito ini bisa diperjualbelikan
kepada pihak lain. Dan bagi yang memegang sertifikat deposito tersebut berhak
untuk mencairkannya saat jatuh tempo. Hal ini memberikan fleksibilitas dan
likuiditas bagi seseorang untuk melakukan transaksi menggunakan sertifikat
deposito, atau bisa digunakan sebagai pemberian atau hadiah dan digunakan
sesuai dengan keinginan sipemegangnya. Tentunya harga jual-belinya harus
diperhitungkan dengan tingkat bunga (tingkat diskonto) yang berlaku dan sisa
waktu jatuh tempo sertifikat deposito tersebut. Ibid, hal 80.
Ketiga, sertifikat deposito tidak bisa diperpanjang secara otomatis (auto
rollover) seperti deposito berjangka. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki
deposito berjangka dengan jangka waktu 1 (satu) bulan dengan fitur auto rollover.
Maka ketika deposito berjangka tersebut jatuh tempo, pihak bank bisa segera
memperpanjang deposito tersebut untuk satu bulan ke depan tanpa harus
dikonfirmasi terlebih dahulu. Sedangkan ketika sertifikat deposito jatuh tempo
maka sipemegang harus segera mencairkannya atau mengkonfirmasikan kepada
bank untuk memperpanjang jangka waktunya.
Keempat, sertfikat deposito diterbitkan atas unjuk dan bukan atas nama sehingga
bank tidak akan menerima klaim apabila sipemegang sertifikat deposito

104
kehilangan sertifikat deposito tersebut. Jadi sipemegang harus sangat hati-hati
menyimpannya, karena apabila sertifikat deposito itu berpindah tangan maka
pihak yang memegang sertifikat deposito inilah yang bisa mencairkan deposito
tersebut.
Dari Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 21/48/KEP/DIR tertanggal 27
Oktober 1988 serta Surat Edaran Bank Indonesia No. 21/27/UPG tertanggal 27
Oktober 1989 dapat diketahui pula pengertian sertifikat deposito, yaitu surat berharga
atas unjuk dalam rupiah yang merupakan surat pengakuan hutang dari bank atau
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan dapat diperjualbelikan dalam pasar
uang. SK DBI No. 21/48/KEP/DIR tanggal 27 Oktober 1988 dan SE BI No.
21/27/UPG tanggal 27 Oktober 1989.
Menurut Pasal 1 angka 9 Undang-undang No. 7 Tahun 1992, yang disebut sertifikat
deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan.

2 Pengaturan
Pengaturan ketentuan-ketentuan mengenai sertifikat deposito terdapat pada:
1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1065/KMK.00/1988 tentang Penerbitan
Sertifikat Deposito oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank;
2 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 21/48/KEP/DIR dan Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 21/27/UPG masing-masing tanggal 27 Oktober
1988 tentang Penerbitan Sertifikat Deposito oleh bank dan Lembaga Keuangan
Bukan Bank.
Sesuai dengan ketentuan di atas, sertifkat deposito sebagai sarana usaha pengerahan
dana dari masyarakat dan piranti uang bersama-sama dengan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dapat diterbitkan oleh bank
atau lembaga keuangan bukan bank tanpa meminta persetujuan dari Bank Indonesia.
Karena sertifikat deposito ini dapat diperjualbelikan dalam pasar uang, maka untuk
melindungi pemegangnya diperlukan keseragaman bentuk, isi, dan redaksinya. Untuk
itu warkat sertifikat deposito hendaknya memenuhi persyaratan berikut ini :
1 Kertas yang digunakan sebagai bahan blangko sertifikat deposito
sekurang-kurangnya sama dengan mutu kertas untuk mencetak blangko cek,
atau sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu The London Clearing Banks
Paper Specification Nomor 1 (96 gsm);

105
2 Dalam mencetak blangko sertifikat deposito dimaksud hendaknya
memperhatikan benar insur-unsur pengamanannya, sehingga perlu diciptakan
ciri-ciri pengamanan, misalnya bentuk tulisan, gambar dasar, tanda air, dan
garis guilloche.
3 Pada halaman depan sekurang-kurangnya dicantumkan :
Kata-kata SERTIFIKAT DEPOSITO dan DAPAT
DIPERDAGANGKAN dalam ukuran besar sehingga mudah terlihat;
Nomor seri dan nomor urut;
Nama dan tempat kedudukan penerbit;
Nilai nominal dalam rupiah;
Tanggal dan tempat penertiban;
Tingkat bunga atau diskonto;
Pernyataan bahwa penerbit mengikat diri untuk membayar sejumlah uang
tertentu dalam rupiah pada tanggal dan tempat tertentu.
Tanda tangan direksi atau pejabat yang berwenang dari penerbit;
Tanda tangan pejabat dari kantor cabang di tempat sertifikat deposito
diterbitkan;
4 Pada halaman belakang dicantumkan klausula yang sekurang-kurangnya
menyatakan bahwa :
Penerbit menjamin sertifikat deposito dengan seluruh harta dan
piutangnya.
Sertifikat deposito dapat diperjualbelikan dan dapat dipindah- pindahkan
dengan cara penyerahan;
Pelunasan dilakukan pada tanggal jatuh waktu atau sesudahnya dengan
menyerahkan kembali warkat sertifikat deposito yang bersangkutan oleh
pembawa.

F SERTIFIKAT BANK INDONESIA


1 Pengertian
SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai
pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. SBI merupakan

106
salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan
nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang
primer yang beredar.
SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan maupun
transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI-SSSS. Pihak-pihak yang dapat
memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar
perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar sekunder.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh
mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan
mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI
yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian
yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.
Definisi BI rate sendiri menurut Bank Indonesia adalah suku bunga instrument
sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur triwulanan
untuk berlaku selama triwulan berjalan, kecuali ditetapkan berbeda oleh Rapat Dewan
Gubernur bulanan dalam triwulan yang sama(www.bi.go.id).
BI rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter
untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang
operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan
diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar uang antar bank dan suku bunga jangka
yang lebih panjang. Perubahan BI rate (SBI tenor 1 bulan) ditetapkan secara konsisten
dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps).
BI rate ditetapkan oleh dewan gubernur dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a Rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model
ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi
b Berbagai informasi lainnya seperti indikator makro ekonomi, survey, pendapat
ahli, hasil-hasil riset ekonomi, dll.

2 Tujuan penerbitan SBI


Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah.
Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI)
yang berlebihan dapat mengurangi ke stabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual
oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

107
3 Dasar hukum penerbitan SBI:
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998
tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah

4 Karakteristik SBI:
a Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk
jangka waktu 1 dan 3 bulan
b Denominasi: dari yang terendah Rp50 juta sampai dengan tertinggi Rp100 miliar.
c Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp100 juta dan selebihnya dengan
kelipatan Rp50 juta, khusus untuk mahasiswa satuan terkecilnya adalah Rp 1 juta.
d Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus berikut ini :
e Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Besarnya
diskonto adalah nilai nominal dikurangi dengan nilai tunai.
f Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%.

5 Pengaturan
Sejalan dengan ide dasar penerbitan SBI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar
Terbuka, penjualan SBI diprioritaskan kepada lembaga perbankan. Meskipun
demikian, tidak tertutup kemungkinan masyarakat baik perorangan maupun
perusahaan untuk dapat memiliki SBI.
Pembelian SBI oleh masyarakat tidak dapat dilakukan secara langsung dengan BI
melainkan harus melalui bank umum serta pialang pasar uang dan pialang pasar
modal yang ditunjuk oleh BI (lihat gambar di atas).
Sedangkan tata cara transaksi penjualan SBI dilakukan melalui:
a Penjualan SBI dilakukan melalui lelang.
b Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan setiap hari Selasa.
c Lelang SBI diadakan setiap hari Rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum,
pialang pasar uang dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari
Kamis.
d Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan penawaran
jumlah SBI yang ingin dibeli serta tingkat diskontonya. Pemenang lelang adalah
peserta yang mengajukan penawaran tingkat diskonto yang terendah sampai
dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai.

108
e Atas transaksi SBI, pihak pembeli SBI memperoleh fisik warkat SBI. Namun
demikian, untuk menjaga keamanan dari kehilangan atau pencurian serta untuk
mengindari terjadinya pemalsuan, BI memberikan pelayanan berupa penyimpanan
fisik warkat SBI yang dimiliki oleh masyarakat maupun bank. Sebagai bukti atas
penyimpanan fisik SBI tersebut, BI memberikan Bilyet Depot Simpanan (BDS)
SBI kepada pemilik SBI.
f Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu
melalui Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas
dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia) dan dengan Fixed
Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkat
diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia).

BAB XIV
SURAT BERHARGA KOMERSIL, KARTU KREDIT, ATM, DAN L/C

G SURAT BERHARGA KOMERSIL


1 Pengertian Surat Berharga Komersial
Dalam KUHD tidak memberikan definisi tentang Surat Berharga sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 469 KUHD yang berbunyi : ...untuk dicutinya emas, perak,
permata dan lain-lain barang berharga, uang dan surat-surat berharga, begitupun untuk
diteruskan pada... . Rasjim Wiraatmadja dalam bukunya Surat-surat Berharga, Wesel,
Cek, Surat Sanggup dalam Praktik di Indonesia menyebutkan , bahwa Surat Berharga
adalah surat yang bersifat dan mempunyai nilai seperti uang tunai dan dapat ditkarkan
dengan uang tunai. Fungsi utamanya adalah dapat diperdagangkan atau dialihkan.
Akan tetapi dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
(selanjutnya disebut UU Perbankan) menyebutkan , Surat Berharga adalah surat
pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif, atau
kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.
Sedangkan Surat Berharga Komersial (SBK) atau Commercial Paper (CP) pada
dasarnya merupakan surat sanggup atau promes yang tidak disertai jaminan
(unsecured promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana

109
jangka pendek dan dijual kepada investor melalui Pasar Uang dan diperdagangkan
dengan sistem diskonto.

2 Dasar Hukum Surat Berharga Komersial


Dasar hukum ketentuan Surat Berharga Komersial (SBK) adalah sebagai berikut:
a Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia 28/52/KEP/DIR tanggal 11 Agustus 1995
.
b Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 28/29/UPG tentang Persyaratan Penerbitan
dan Perdagangan Surat Berharga Komersial (Comercial Paper) melalui Bank
Umum di Indonesia.
Secara operasional keberadaan SBK yang diterbitkan dan diperdagangkan melalui
perbankan diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia 28/52/KEP/DIR
tanggal 11 Agustus 1995 dengan peraturan pelaksanaan Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 28/29/UPG tentang Persyaratan Penerbitan dan Perdagangan Surat Berharga
Komersial (Comercial Paper) melalui Bank Umum di Indonesia. Akan tetapi secara
legal SBK atau Commercial Paper (CP) merupakan Surat Berharga yang
eksistensinya dapat disebut tidak mempunyai payung hukum sebagaimana dengan
bentuk Surat Berharga lainnya yang diatur dan disebutkan dalam ketentuan UU
Perbankan.

3 Unsur-unsur dalam Surat Berharga Komersial


a Sebagai Akta
SBK atau CP, dapat dijadkan sebagai bukti hak tagih bagi pemegangnya. Sebagai
Surat Berharga SBK atau CP mempunyai syart formal yang harus dipenuhi
sebagaimana diatu dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
28/52/KEP/DIR tanggal 11 Agustus 1995;
b Janji Membayar tidak bersyarat
SBK sebagai surat sanggup digolongkan sebagai surat tagihan (schuldvorderings
paper) yang bukan perintak untuk membayar melainkan janji untuk membayar.
c Suatu jumlah uang tertentu
SBK diterbitkan dengan nilai nominal uang dalam jumlah uang tertentu untuk
memenuhi suatu prestasi. Nilai uang yang tercantum merupakan hak bagi
pemegang SBK yang dapat diuangkan atau ditagihkan pada tanggal jatuh
temponya.

110
d Jaminan
Sesuai ketentuan yang mengaturnya bahwa SBK adalah Surat Sanggup tanpa
Jaminan, sehingga pada SBK adalah klausul untuk saya kepada pembawa tanpa
hak regres.
e Jangka waktu penerbitan
SBK sebagai surat utang dalam pasar uang , berjangka waktu pendek dengan
ketentuan menetapkan hanya diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 270
hari.
f Dapat diperdagangkan
SBK memiliki klasusul atas pengganti oleh karena itu dapat diperdagangkan.
g Para Pihak
Pihak yang terkait dalam penerbitan SBK adalah penerbit (perusahaan bukan
bank), pemegang/pembeli SBK (investor) dan pihak bank.

H KARTU KREDIT
1 Sejarah Kartu Kredit
Pengertian kartu kredit Dalam Expert Dictionary didefinisikan: kartu yang
dikeluarkan oleh pihak bank dan sejenisnya untuk memungkinkan pembawanya
membeli barang-barang yang dibutuhkannya secara hutang.
Sistem kartu kredit adalah suatu jenis penyelesaian transaksi ritel (retail) dan sistem
kredit, yang namanya berasal dari kartu plastik yang diterbitkan kepada pengguna
sistem tersebut. Sebuah kartu kredit berbeda dengan kartu debit di mana penerbit
kartu kredit meminjamkan konsumen uang dan bukan mengambil uang dari rekening.
Kebanyakan kartu kredit memiliki bentuk dan ukuran yang sama, seperti yang
dispesifikasikan oleh standar ISO 7810 ( Sumber : id.wikipedia.org).
Konsep penggunaan kartu dalam transaksi perbankan ternyata telah dikenal lebih dari
67 tahun yang lalu. Meski demikian, muatan teknologi tinggi baru dapat muncul
sekitar dekade 1970-an.
Pada tahun - tahun ini muncul pertama kali mesin ATM yang menandai transaksi
perbankan yang ditunjang oleh teknologi telekomunikasi secara on line untuk semua
nasabah selama 24 jam, penuh tidak terputus. Tiga puluh tahun kemudian, gaya
transaksi elektronik ini menjadi gaya hidup lebih dari 90 persen transaksi perbankan
di negara - negara maju.

111
Berikut ini sejarah perkembangan layanan kartu kredit yang ada di dunia :
Tahun 1924, Konsep penggunaan kartu dalam transaksi perbankan telah mulai
diperkenalkan. Beberapa tahun kemudian metode pemakaian kartu ini diikuti oleh
100 buah bank di seluruh dunia.
Tahun 1950, Dinners Club dan American Express menjadi kartu yang
menggunakan plastik pertama.
Tahun 1958, American Express menawarkan kartu untuk pasar travel dan
entertainment.
Tahun 1966, Bank of Amerika menawarkan lisensi Kartu Amerika Bank ke bank -
bank lain untuk membuat kartu pembayaran.
Tahun 1969, ATM (Automatic Teller Machine) pertama muncul di Inggris.
Tahun 1970, Ide pembuatan kartu kredit diterima secara luas.
Tahun 1977, Bank Americard memberi lisensi kartu kredit yang dipusatkan
bersama secara resmi dibawah nama Visa.
Tahun 1995, Lebih dari 90 persen transaksi perbankan di Amerika dilakukan
secara elektronik.
Saat ini di dunia kartu kredit diterbitkan oleh beberapa jaringan internasional yaitu
VISA, MASTERCARD, DINNERS CLUB INTERNATIONAL, dan AMERICAN
EXPRESS.

2 Pengertian Kartu Kredit


Kartu kredit merupakan alat pembayaran pengganti uang tunai yang dapat digunakan
oleh konsumen untuk ditukarkan dengan barang dan jasa yang diinginkannya di
tempat-tempat yang dapat menerima pembayaran dengan menggunakan kartu kredit
(merchant). Kartu kredit juga dapat diartikan sebagai salah satu fasilitas dari
perbankan yang memudahkan transaksi nasabah. Anda tinggal menggesek credit card
dan kita tinggal membayarnya saat tagihan tiba. Baik tagihan lembaran fisik yang
dikirmkan ke rumah ataupun e-statement yang dikirimkan via email.
Dibandingkan dengan jenis kredit konsumsi lain yang ditawarkan oleh bank, kartu
kredit merupakan jenis kredit yang mudah disetujui jika anda memenuhi syarat
diterima kartu kredit yaitu fotocopi KTP, slip gaji atau surat keterangan penghasilan,
dan foto dan surat keterangan lain yang dianggap perlu. Sebelum mengajukan aplikasi

112
kartu kredit, anda terlebih dahulu harus paham apa pengertian kartu kredit, jenis-jenis,
dan ciri-cirinya.
Bahkan pada perkembangan saat ini, apabila calon pemegang kartu kredit yang
mengajukan permohonan kartu kredit telah memiliki kartu kredit sebelumnya, maka
calon pemegang kartu kredit yang bersangkutan hanya perlu menyerahkan fotokopi
tagihan kartu kredit tersebut.
Selain kemudahan dalam mengajukan permohonan, kelebihan kartu kredit adalah
lingkup penggunaannya yang sangat luas, dari transaksi kecil sampai transaksi besar.
Hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang mobile sangat
membutuhkan alat transaksi ini.
Masyarakat biasanya menggunakan kartu kredit untuk pembayaran transaksi yang
dilakukan melalui internet, toko online, maupun toko-toko yang menyediakan alat
gesek. Pada transaksi yang dilakukan melalui internet, pihak card holder memiliki
kewajiban untuk membayar barang yang dibelinya dan mempunyai hak untuk
menerima barang yang telah dibelinya dari merchant, dan sebaliknya merchant
memiliki kewajiban untuk mengirim barang itu dalam keadaan baik dan
spesifikasinya sesuai dengan apa yang dipesan oleh card holder dan berhak untuk
menerima pembayaran. Perkembangan penggunaan kartu kredit yang begitu pesat ini
disebabkan karena masyarakat merasakan semakin pentingnya penggunaan kartu
kredit sebagai alat pembayaran dan mengambil uang tunai mengingat kepraktisan,
rasa nyaman dan aman yang ditimbulkan. Kegiatan itu juga tidak terlepas dari
pembebanan pajak sebagai kewajiban masyarakat untuk membebankan pajak pada
setiap transaksi atau fasilitas atau biaya yang harus dibayar atas penggunaan fasilitas
atau kepimilikan suatu barang.

3 Jenis-jenis Kartu Kredit


Sekarang kita beralih membahas apa jenis-jenis kartu kredit.Kartu kredit dapat
digolongan kedalam fungsi dan wilayah berlakunya.
a Berdasarkan Fungsinya
1 Credit Card
Kartu kredit adalah jenis kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran
transaksi jual beli barang atau jasa dimana pelunasan atau pembayarannya
kembali dapat dilakukan dengan sekaligus atau dengan cara mencicil sejumlah

113
minimum tertentu. Jumlah cicilan tersebut dihitung dari nilai saldo tagihan
ditambah bunga bulanan.
Kartu kredit dapat digunakan pula untuk melakukan penarikan uang tunai baik
langsung melalui teller pada kantor bank yang bersangkutan maupun ATM
(automated teller maschine) di mana ada tertera logo atau nama kartu yang
dimiliki, baik di dalam maupun di luar negeri. Kartu kredit yang umum
digunakan dalam transaksi ini adalah Visa dan Master Card.
2 Charge Card
Charge Card adalah kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran
suatu transaksi jual beli barang atau jasa dimana nasabah harus membayar
kembali seluruh tagihan secara penuh pada akhir bulan atau bulan berikutnya
dengan atau tanpa biaya tambahan.
3 Debit Card
Debit Card berbeda dengan kedua kartu plastik yang telah disebutkan di atas.
Pembayaran atas transaksi jual beli barang atau jasa dengan menggunakan
kartu debit ini pada prinsipnya merupakan transaksi tunai dengan tidak
menggunakan uang tunai akan tetapi pelunasannya atau pembayarannya
dilakukan dengan cara mendebit (mengurangi) secara langsung saldo rekening
simpanan pemegang kartu yang bersangkutan dan dalam waktu yang sama
mengkredit rekening penjual (merchant) sebesar jumlah nilai transaksi pada
bank penerbit (pengelola).
Mekanisme pembayaran dengan debit card yang sedang dikembangkan saat
ini adalah pemegang kartu menyerahkan kartu debitnya pada kasir di counter
penjualan (at the point of sales). Kemudian dengan menggunakan alat
elektronik yang on line dengan bank, saldo rekening pemegang kartu akan
langsung terlihat pada monitor yang selanjutnya akan didebit sebesar jumlah
nilai transaksinya dengan mengkredit rekening merchant. Seperti halnya
dengan kartu kredit, jenis kartu debit ini dapat digunakan pula untuk menarik
uang tunai baik melalui counter bank maupun melalui mesin kas otomatis atau
ATM yang berfungsi sebagai cash card.
4 Cash Card
Cash Card pada dasarnya adalah kartu yang memungkinkan pemegang kartu
untuk menarik uang tunai baik langsung pada kasir bank maupun melalui
ATM bank tertentu yang biasanya tersebar di tempattempat strategis, misalnya

114
di hotel, ,pusat-pusat perbelanjaan dan wilayah perkantoran. Dengan
melakukan perjanjian kerja sama terlebih dahulu, pemegang cash card salah
satu bank dapat pula menggunakannya pada bank lainnya. Jadi berbeda
dengan tiga kartu plastik yang telah dijelaskan terdahulu, cash card tidak dapat
digunakan sebagai alat pembayaran dalam melakukan transaksi jual beli
barang atau jasa sebagaimana dengan credit card, debit card, atau charge card.
Penerbitan kartu khusus untuk tujuan penarikan uang tunai dari bank ini pada
dasarnya hanya untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan kepada
nasabah yang sebelumnya telah memiliki simpanan di bank yang
bersangkutan. Beberapa bank telah memberikan pelayanan ATM 24 jam. Bank
biasanya menentukan limit uang tunai yang dapat ditarik atau ditransfer
melalui ATM misalnya, secara harian atau mingguan. Tergantung bagaimana
perjanjian bank dengan nasabah pemegang kartu.
Untuk melakukan penarikan melalui ATM tersebut pemegang kartu diberikan
nomor identifikasi pribadi (personal identification number) PIN dan untuk
demi keamanan, pemegang kartu harus menjaga kerahasiaan PIN tersebut.
Kartu ini memungkinkan pemegangnya menarik uang tunai dengan cara yang
sangat cepat, mudah, dan praktis tanpa komunikasi sama sekali dengan
petugas bank, cukup dengan memasukkan kartu pada ATM dan memasukkan
PIN melalui tombol-tombol pada keyboard ATM. Di samping pelayanan
penarikan uang tunai, maka cash card dengan melalui ATM beberapa fungsi
bank dapat pula dilakukan antara lain meminta informasi saldo rekening.
Informasi tersebut lengkap dengan tanggaltanggal mutasi debit-kredit bisa
dilihat langsung melalui monitor atau atas instruksi, informasi tersebut dapat
langsung di-print out. Dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi,
pemegang kartu dapat pula melakukan transfer antar rekening secara global
dengan electronic fund transfer, EFT. Cash card saat ini di Jakarta telah
banyak dikeluarkan oleh bank yang telah memiliki fasilitas ATM. Semakin
banyak jumlah dan luas jaringan on line ATM ini akan semakin memudahkan
pelayanan nasabah. Misalnya seorang nasabah pemegang cash card yang
memiliki rekening tabungan di suatu Bank di Blok M Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan dengan menggunakan cash card, pemegang kartu tersebut dapat
melakukan penarikan langsung uang tunai mellalui ATM di Ujung Pandang

115
atau kotakota lain di mana memungkinkan penggunaan kartunya pada ATM
bank yang bersangkutan.
5 Check Guarante Card
Kartu ini pada prinsipnya dapat digunakan sebagai jaminan dalam penarikan
cek oleh pemegang kartu. Kartu jenis ini sangat populer di Eropa terutama
Inggris. Di samping itu, kartu tersebut dapat juga digunakan dalam melakukan
penarikan uang melalui ATM.
b Berdasarkan Wilayah Berlakunya
Dilihat dari wilayah berlakunya, kartu plastik ini dapat dibedakan antara kartu
plastik yang berlaku secara domestik (lokal) dan Internasional.
1 Kartu Kredit Nasional
Kartu Kredit Nasioanl merupakan kartu plastik yang hanya berlaku dan dapat
digunakan di suatu wilayah tertentu saja, misalnya Indonesia. Dengan semakin
pesatnya penggunaan kartu plastik ini menyebabkan beberapa perusahaan
pengecer dan perusahaan jasa penerbit kartu plastik sendiri (umumnya charge
card) guna memberikan pelayanan yang lebih mudah dan praktis bagi
nasabahnya, misalnya Hero, Astra Card, Golden Truly, Garuda Executive
Card.
2 Kartu Kredit Internasional

Kartu Kredit Internasional adalah kartu yang dapat digunakan dan berlaku
sebagai alat pembayaran Internasioanl. Pasar kartu kredit internasional dewasa
ini didominasi oleh dua merek kartu yang telah memiliki jaringan antar benua,
yaitu Visa dan Master Card. Kedua merek kartu tersebut masing-masing telah
memiliki lebih dari 100 juta pemegang kartu yang tersebar di kota-kota
seluruh dunia dan dapat digunakan untuk melakukan transaksi hampir di
semua kota. Pemegang kedua kartu tersebut lebih dari separuhnya dipegang
oleh penduduk Amerika Serikat. Selebihnya Jepang, Inggris, Kanada, dan
sebagian kecil negara-negaralainnya. Kartu kredit Internasional yang dapat
dipergunakan untuk melakukan transaksi di berbagai tempat di dunia adalah
sebagai berikut:
a Visa

116
Visa adalah kartu kredit Internasional yang dimiliki oleh perusahaan kartu
Visa International. Pelaksanaan operasionalnya berdasarkan lisensi dari
Visa Internasional dengan sistem franchise.
b Master Card
Kartu kredit ini dimiliki oleh Master Card Internasional dan beroperasi
berdasarakan lisensi dari Master Card International.
c Dinners Club
Diners Club dimiliki oleh Citicorp. Cara operasinya dilakukan dengan cara
mendirikan subsidiary atau dengan cara franchise.
d Carte Blanc
Kartu ini juga dimiliki oleh Citicorp dan beroperasi persis sama dengan
Dinners Club yaitu dengan membentuk subsidiary atau dengan franchise.
e American Express
Kartu kredit ini dimiliki oleh American Express Travel Related
ServicesIncorporated dan beroperasi dengan mendirikan subsidiary.
American Express ini pada prinsipnya adalah charge card namun dapat
memberikan fasilitas credit line kepada pemegang kartu.
c Berdasarkan Afiliasinya
1 Co-Branding Card
Yaitu kartu plastik yang dikeluarkan atas kerjasama antara institusi pengelola
kartu kredit dengan satu atau beberapa bank, contoh : Visa dan Masdter Card.
2 Affinity Card

Yaitu kartu plastik yang digunakan oleh sekelompok atau golongan tertentu,
misalnya kelompok profesi, kelompok mahasiswa dan lain-lain, contoh :
Ladies Card, IMA Card, Bankers Card dan lain-lain.

4 Ciri-Ciri Kartu Kredit


Dari berbagai macam kartu kredit yang diterbitkan oleh pengelola kartu kredit di
Indonesia, terdapat ciri-ciri umum yang sama antar satu dengan yang lain, yaitu :
a Tampak Muka
Nomor kartu
Masa berlaku

117
Nama pemegang kartu
Logo dan nama dari bank penerbit
Nomor identifikasi dari bank penerbit.
Hologram (gambar tiga dimensi) khususnya untuk : Master Card, Visa, Astra
Card, BCA Card.
b Tampak Belakang
Signature Panel (Panel tanda tangan)
Magnetic Stripe
Debosing number (nomor yang dicetak tenggelam) yang sama dengan tercetak
di depan.

5 Pengaturan Kartu Kredit


Pada tahun 2015, Bank Indonesia mengeluarkan beberapa peraturan kartu kredit yang
patut kita perhatikan:
a Mulai 1 Januari 2015 seluruh transaksi kartu kredit di Indonesia harus
menggunakan PIN 6 (enam) digit berdasarkan Peraturan BI Nomor 14/2/PBI/2012
dan Surat Edaran Nomor 14/17/DASP tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu untuk transaksi di merchant yang ada dalam negeri. Namun
untuk penerbit dari luar negeri dan transaksi di luar negeri tetap menggunakan
tanda tangan sebagai verifikasi.
b Pembatasan kepemilikan kartu kredit dari sisi pendapatan:
Pendapatan < Rp. 3 juta tidak diperbolehkan memiliki kartu kredit
Pendapatan antara Rp. 3 juta Rp. 10 juta boleh memiliki kartu kredit dari
maksimal 2 (dua) penerbit, dengan pembatasan total plafon kredit dari seluruh
kartu kredit yang dimilikinya yaitu maksimal 3 (tiga) kali pendapatan tiap
bulan.
Pendapatan > Rp. 10 juta tidak dibatasi kepemilikan kartu kreditnya namun
mempertimbangkan analisis risiko masing-masing penerbit kartu.
Pembatasan kepemilikan kartu kredit dilakukan sebagai langkah manajemen
risiko kredit baik di sisi penerbit kartu kredit maupun pengguna kartu kredit.
c Bunga kartu kredit. Ada juga peraturan pembatasan bunga kartu kredit, yaitu
menjadi maksimal 2,95% per bulan atau sekitar 35,40% per tahun.

118
d Debt collector, pihak yang bertugas untuk melakukan penagihan jika sudah lewat
tempo, pun tidak luput dari kebijakan baru ini:
Pertama, penagihan kartu kredit dengan menggunakan perusahaan penyedia
jasa penagihan hanya dapat dilakukan terhadap tagihan kartu kredit yang telah
macet berdasarkan kriteria kolektibilitas sesuai ketentuan BI yang mengatur
mengenai kualitas kredit.
Kedua, kualitas pelaksanaan penagihan kartu kredit oleh perusahaan penyedia
jasa penagihan harus sama dengan pelaksanaan penagihan kartu kredit yang
dilakukan sendiri oleh Penerbit Kartu Kredit.
Ketiga, tenaga penagihan telah memperoleh pelatihan yang memadai terkait
dengan tugas penagihan dan etika penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.
Keempat, identitas setiap tenaga penagihan ditatausahakan dengan baik oleh
Penerbit Kartu Kredit.
Tata cara debt collector dalam melaksanakan penagihan pun ada aturannya:
Menggunakan kartu identitas resmi yang dikeluarkan Penerbit Kartu Kredit,
yang dilengkapi dengan foto diri yang bersangkutan;
Penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan cara ancaman, kekerasan
dan/atau tindakan yang bersifat mempermalukan pemegang kartu;
Penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan tekanan secara fisik
maupun verbal;
Penagihan dilarang dilakukan kepada pihak selain Pemegang Kartu Kredit;
Penagihan menggunakan sarana komunikasi dilarang dilakukan secara terus
menerus yang bersifat mengganggu;
Penagihan hanya dapat dilakukan di tempat alamat penagihan atau domisili
Pemegang Kartu Kredit;
Penagihan hanya dapat dilakukan pada pukul 08.00 sampai dengan pukul
20.00 wilayah waktu alamat Pemegang Kartu Kredit; dan
Penagihan di luar tempat dan/atau waktu sebagaimana dimaksud pada poin 6
dan 7 di atas hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan dan/atau perjanjian
dengan Pemegang Kartu Kredit terlebih dahulu.

119
Selain itu, Penerbit Kartu Kredit juga harus memastikan bahwa perusahaan jasa
penagihan juga mematuhi etika penagihan yang ditetapkan oleh asosiasi
penyelenggara APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu).

I ATM
1 Pengertian ATM
Pengertian ATM adalah Dalam dunia perbankan, pelayanan merupakan faktor yang
penting dalam menarik daya pikat nasabah. Nasabah pada umumnya akan memilih
salah satu bank yang memiliki tingkat pelayanan yang baik dan memuaskan.
Pelayanan yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah tidak hanya dari sisi
pelayanan teller dan customer service saja tetapi harus dilihat dari segi
penganekaragaman produk bank dalam peningkatan pelayanan ATM.
Definisi ATM Menurut Para Ahli
ATM menurut Ellen Florian (2004) adalah alat telekomunikasi berbasis komputer
yang menyediakan tempat bagi nasabah dalam melakukan transaksi keuangan tanpa
membutuhkan seorang teller bank.
ATM dalam bahasa asing Automated Teller Machine dan dalam bahasa Indonesia
Anjungan Tunai Mandiri. ATM dikembangkan oleh Luther George Simjian tahun
1939. Pada tahun tersebut Luther mendirikan ATM di City Bank yang terletak di New
York. Namun pemasangan mesin ATM di bank tersebut tidak belangsung lama hanya
berkisar sekitar 6 bulan saja dikarenakan banyak nasabah masih belum mengenal
fungsi ATM. Perkembangan ATM terhenti selama kurang lebih 25 tahun. Pada
tanggal 22 Juni 1967 De La Rue kembali mengembangkan ATM pertama dan
mendirikan ATM untuk pertama kalinya di London pada Bank Barclays. Saat itu ATM
telah mengenal adanya PIN yang melengkapi kartu plastik ATM. Munculnya ide PIN
pada kartu ATM dikembangkan oleh insinyur Inggris bernama James Good Fellow
tahun 1965. Sejak saat itu perkembangan ATM terus berkembang seiring teknologi
yang semakin maju. ATM mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1960-an.
Sementara itu defenisi ATM menurut Kasmir (2007:327) ATM merupakan mesin
yang memberikan kemudahan kepada nasabah dalam melakukan transaksi perbankan
secara otomatis selama 24 jam dalam 7 hari termasuk hari libur.
ATM yang dilengkapi dengan kartu plastik diterbitkan oleh lembaga keuangan (bank)
yang disebut dengan Kartu ATM. Kartu ATM yang dikeluarkan oleh pihak bank
biasanya sudah menetapkan batas jumlah penarikan atau transasksi tunai maksimum

120
perhari. Batas penarikan ATM ditetapkan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya
kerusakan pada perangkat ATM, selain itu batas jumlah penarikan diterapkan untuk
mengantisipasi kelebihan penyediaan uang tunai dalam ATM.
Pada umumnya nasabah yang menggunakan fasilitas ATM akan dikenakan biaya
adminstrasi pengelolaan rekening dan biaya bulanan kartu ATM. Biasanya besar biaya
pengelolaan dan biaya bulanan kartu ATM diterapkan oleh masing- masing bank.
Dilihat dari pengertian ATM di atas ada 5 kepuasan yang dapat dirasakan nasabah bila
bertransaksi melalui ATM, yaitu:
a Kemudahan penggunaan jasa perbankan
b Keleluasaan waktu pelayanan
c Kecepatan dan ketepatan pelayanan
d Keamanan pelayanan
e Keanekaragaman jenis pelayanan
Di Indonesia ATM boleh dikatakan baru dikenal sekitar satu dasawarsa (sepuluh
tahun) yang lalu, adapun latar pembentukan ATM ini dilakukan oleh sektor perbankan
yang bertujuan:
a Untuk meningkatkan pelayanan
b Untuk menunjang bisnis riteil
c Untuk menghadapi teknologi informasi perbankan antar bank
d Kebutuhan masyarakat dan keterbatasan waktu
e Sebagai sarana promosi

2 Fungsi dan Manfaat ATM


Pada awalnya, penggunaan teknologi ATM dilakukan untuk membantu nasabah di
dalam melakukan penarikan uang tunai dimana cabang bank tersebut tidak ada.
Artinya, ada tidak ada fasilitas ATM, nasabah tetap membuka rekening pada suatu
bank.

Tetapi kemujuan teknologi informasi perbankan, khususnya pada ATM telah mampu
membalikkan postulat seperti itu, yaitu nasabah yang akan membuka rekening pada
bank, pertama sekali akan selalu menanyakan masalah fasilitas ATM, bila tidak
tersedia jangan harap nasabah akan membuka rekening. Kondisi seperti ini dapat
digaris bawahi bahwa nasabah lebih perduli dengan ketersediaan ATM, dibandingkan

121
perduli untuk buka rekening pada bank tersebut. Karena nasabah pasti akan mencari
bank lain yang telah memiliki fasilitas ATM.
Secara umum fungsi ATM adalah agar dapat melakukan penarikan uang tunai, namun
selain itu masih banyak fungsi ATM yang dapat mempermudah kepentingan kita
sebagai nasabah dalam melakukan aktivitas perbankan, seperti:
Informasi Saldo
Pembayaran Umum: tagihan telepon, kartu kredit, listrik, air, handphone, dan
uang kuliah
Pembelian: tiket penerbangan, isi ulang pulsa
Pemindah bukuan (open transfer)
Pengubahan PIN
Selain itu manfaat yang dapat dirasakan oleh nasabah dari pelayanan ATM tersebut
adalah:
Melakukan pelayanan sendiri
Dapat melakukan transaksi perbankan tunai maupun non tunai tanpa harus
mendatangi kantor cabang yang dituju
Dapat melakukan transaksi perbankan tanpa dibatasi waktu dan tempat, karena
layanan ATM on-line selama 24 jam
Tidak perlu menyimpan uang kas terlalu banyak Sedangkan manfaat bagi
pihak bank sendiri adalah:
o Kemampuan menarik nasabah baru yang lebih banyak untuk menabung
dan meningkatkan pendapatan
o Mendorong nasabah agar lebih aktif menggunakan jasa perbankan
o Mengurangi antrian nasabah di kantor cabang
o Mampu membuka peluang munculnya produk dan jasa baru
o Sebagai media promosi
o Mengoptimalkan jaringan komunikasi yang ada

3 Pengaturan
Kartu ATM adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk
melakukan penarikan tunai dan/atau pemindahan dana dimana kewajiban pemegang
kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang

122
kartu pada Bank atau Lembaga Selain bank yang berwenang untuk menghimpun dana
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan Kartu Debet adalah
pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk
transaksi pembelanjaan.
Penggunaan kartu ATM dan Debet sebagai alat pembayaran diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tanggal 13 April 2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Surat
Edaran Bank Indonesia No.11/10/DASP tanggal 13 April 2009 perihal
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.
Dalam kaitannya dengan kartu ATM, maka pelaku usaha adalah bank dan
konsumennya adalah nasabah. Pengertian bank menurut pasal 1 huruf b Undang-
undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut Undang-
undang Perbankan), yaitu: "Bank 6 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak". Sedangkan pengertian nasabah
menurut pasal 1 huruf p Undang-undang Perbankan, adalah: "Nasabah adalah pihak
yang menggunakan jasa bank".
Bank dalam kedudukannya sebagai pelaku usaha dalam bidang jasa pelayanan
perbankan dituntut untuk bertanggung jawab atas jasa yang dihasilkannya, karena
bank mempunyai tanggung jawab hukum yang berkaitan dengan perjanjian pemberian
jasa terhadap costumer, karena itu gugatan dapat diajukan atas dasar wanprestasi dan
perbuatan melawan hukum. Pengaturan mengenai pembatasan tanggung jawab
penting agar jelas bagi para pihak batasbatas dari tanggung jawab masing-masing
pihak dan untuk menentukan batas jumlah ganti kerugian yang harus dibayar oleh
pihak yang satu kepada pihak yang lainnya apabila timbul sengketa (Mariam Darus
Badrulzaman : 2001).
Bank harus menyediakan sistem pengamanan yang dapat memberikan perlindungan
terhadap pengubahan, penambahan atau perusakan data dan informasi dari pihak-
pihak yang ingin mengambil keuntungan secara tidak sah dengan memanfaatkan
kelemahan pada sistem ATM. Dalam pasal 1 kode etik Bankir Indonesia disebutkan
bahwa: Seorang Bankir patuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku. Jadi Bankir sebagai pengelola dari Bank bertindak sebagai
pelaku usaha, oleh karenanya ia harus tunduk pada ketentuan kewajiban pelaku usaha

123
yang diatur pada pasal 7 Undang-undang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi:
"Kewajiban pelaku usaha adalah:
a Beritikad baik dalam menjalankan usahanya;
b Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
c Memperlakukan konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
d Menjamin mutu barang dan atau/jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang beriaku;
e Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuat dan/atau diperdagangkan;
f Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabtla barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Perjanjian antara bank dengan nasabah adalah suatu keharusan dalam terjadinya
transaksi menggunakan kartu ATM, karena tidaklah sah suatu perjanjian apabila tidak
terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak. Sebagaimana diketahui syarat-syarat
adanya sahnya suatu perjanjian adalah adanya kata sepakat, kecakapan para pihak,
obyek tertentu dan kausa yang halal.( Sudikno Mertokusumo : 2001). Pada
prakteknya perjanjian yang terjadi dalam penggunaan kartu ATM ini adalah perjanjian
Standar (Standard Contract), yaitu suatu perjanjian dimana setiap aturan dan
syaratsyaratnya telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak dalam hal ini
pelaku usaha dan lazimnya hanya memberikan pilihan menyetujui atau menolaknya.
(Imas Rosidawati Wr : 2007).
Meskipun demikian, kewajiban dan seluruh proses pengalihan hak milik hukumnya
adalah sah. Sedangkan sifat perjanjiannya tetap mengikat sesuai dengan ketentuan
pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yang berbunyi:
"Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:
a sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c suatu hal tertentu;

124
d suatu sebab yang halal".
Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian
menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya. Adanya
unsur pilihan ini oleh sementara pihak dikatakan tidaklah melanggar hukum azas
kebebasan berkontrak sebagaimana tertulis dalam Pasal 1320 jo 1338 KUH Perdata.
Artinya bagaimanapun pihak konsumen/nasabah masih diberikan hak untuk
menyetujui (take it) atau menolak (leave it) sehingga perjanjian standar ini juga
dikenal dengan nama take it or leave it contra (Suharnoko : 2008).
Bentuk perjanjian yang dibuat secara sepihak oleh bank dapat dilihat dari salah satu
klausul aplikasi permohonan penggunaan ATM yang berbunyi: Bank atas
kebijakannya sendiri tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Pemegang Kartu,
dapat menghentikan setiap saat fasilitas penggunaan Kartu ATM dan mengadakan
perubahan-perubahan atas ketentuan-ketentuan ini. Bank tidak bertanggung jawab
atas kerugian-kerugian yang timbul akibat digunakannya BNI Card oleh bukan
pemegang kartu.
Dengan menandatangani aplikasi tersebut nasabah sepakat dengan isi perjanjian yang
terdapat dalam permohonan aplikasi tersebut. Karena dengan menandatangani
merupakan bukti sepakat dari nasabah atas jasa ATM yang diberikan oleh bank.
Apabila konsumen setuju dengan perjanjian yang terdapat dalam aplikasi permohonan
penggunaan ATM, maka harus tunduk pada ketentuan tersebut dengan segala
resikonya.
Dari hal diatas dapat dilihat bahwa bank selaku pelaku usaha mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi dari pada nasabah selaku konsumen akan membuat peraturan yang
tentu saja akan menguntungkannya. Ketentuan dalam buku III KUH Perdata yang
mengatur diperbolehkannya terjadinya perikatan dalam kartu ATM adalah pasal 1338
ayat (I) yang menyatakan bahwa: "Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya". Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata ini merupakan tiangnya hukum perdata berkaitan dengan penjabaran
dari asas kebebasan berkontrak yaitu : Bebas membuat jenis perjanjian apapun; Bebas
mengatur isinya; Bebas mengatur bentuknya; Akan tetapi sebenarnya dalam
penerapan pasal 1338 (1) KUHPerdata tersebut, semua persyaratan tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.
Mengingat agar terciptanya keseimbangan dalam perjanjian yang dibuat, pemerintah
telah menerbitkan Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

125
Dengan adanya UUPK, diharapkan terciptanya keseimbangan dalam posisi tawar
menawar sehingga posisi konsumen yang lemah dapat terlindungi secara hukum.

4 Manfaat dan Fungsi


Automatic teller machine (ATM), yang digunakan oleh bank dan nasabah untuk
berbagai fungsi, telah dipatenkan pada tahun 1939, tetapi gagal pada awalnya karena
fungsi terbatas. Sesuatu yang lebih mirip dengan ATM modern muncul di jalan-jalan
London pada tahun 1967, memperkenalkan era baru kenyamanan perbankan.
a Penarikan
Mungkin fungsi yang paling umum dari ATM modern, penarikan biasanya
diperbolehkan dari tabungan pengguna atau rekening giro.
b Deposito
Demikian pula, sebagian besar (tetapi tidak semua) ATM memungkinkan deposito
yang akan dibuat untuk kedua memeriksa dan rekening tabungan. Fungsi-fungsi
deposito biasanya membutuhkan uang tunai atau cek dalam amplop, dan kadang-
kadang dapat dicapai dengan kartu kredit.
c Pertanyaan Balance
Fungsi umum lainnya ATM adalah kemampuan untuk memeriksa saldo rekening,
untuk tabungan atau rekening, dan untuk mencetak keseimbangan untuk referensi
di masa mendatang.
d Akun Transfer
Transfer rekening adalah fungsi populer bagi mereka yang hati-hati mengelola
dana lebih dari satu akun, dan dapat digunakan untuk memindahkan dana dari satu
account (misalnya, rekening giro) yang lain (seperti rekening tabungan).
e Stamp Pembelian
Fungsi semakin populer ATM modern adalah kemampuan untuk membeli
perangko. Meskipun fungsi ini tidak tersedia di semua ATM, popularitasnya telah
cukup bagi ketersediaan untuk memperluas
5 Bentuk-bentuk ATM
a ATM Multifungsi
Ini merupakan ATM yang sering ditemui di beragam tempat. Di ATM ini, Anda
bisa melakukan tarikan tunai serta transaksi non tunai, seperti pembelian pulsa,
pembayaran ragam tagihan.
b ATM Non Tunai

126
Bila Anda hanya ingin melakukan transaksi perbankan tanpa melibatkan uang
tunai, Anda bisa memilih jenis ATM ini. Seluruh transaksi perbankan non tunai
bisa Anda lakukan hingga top up Kartu Flazz tanpa harus mengantri di jalur ATM
reguler. Pengiriman berita transfer juga bisa anda lakukan melalui jenis ATM ini
dengan cukup mengetikkan berita yang anda inginkan melalui menu dan keyboard
yang sudah disediakan.
c ATM Setoran Tunai
Anda ingin melakukan setoran tapi tidak ada waktu untuk antri di teller bank?
Jangan khawatir. ATM Setoran Tunai siap membantu Anda. Cukup masukkan
lembar uang Rp 50.000,- atau Rp 100.000,- (maksimum 50 lembar) pada mesin,
maka dana Anda secara online sudah tersetor. Dengan ATM jenis ini Anda bisa
melakukan penyetoran pada rekening pribadi maupun ke rekening orang lain.
d ATM Setor Tarik
Belum lama dirilis, mesin ATM ini semakin melengkapi kebutuhan akan nasabah.
Boleh dikatakan, inilah ATM multifungsi sebenarnya di mana Anda bisa
melakukan setoran maupun penarikan uang tunai dalam pecahan uang Rp 50.000,-
dan atau Rp 100.000,-, sekaligus melakukan transaksi non tunai lainnya. Semua
bisa dilakukan di satu mesin. Mudah, cepat dan aman.

J Letter Of Credit
1 Sejarah
Sejak kapan Letter of Credit sebagai sistem pembayaran dalam transaksi perdagangan
mula-mula dipergunakan tidak dapat dinyatakan dengan pasti17. Meskipun demikian
sudah dapat diduga bahwa cara pembayaran ini dalam salah satu bentuknya telah
dipergunakan orang pada masa ramainya perdagangan di Rom tatkala negara tersebut
memegang peran penting dalam perdagangan dunia. Perkembangan bentuk yang
sederhana sampai menjadi bentuk kredit yang modern dimulai kira-kira pada abad ke-
17 dan di negara Inggris lah kredit dokumenter ini berkembang menjadi bentuknya
seperti yang sekarang. Apa sebab bentuk kredit ini mengalami kemajuan pesat disana;

17 Hartono Hadisoeprapto. Kredit berdokumen (Letter of Credit)-Cara Pembayaran Dalam


Jual Beli Perniagaan. Penerbit Liberty Yogyakarta. 1997 halaman 23

127
hal ini disebabkan karena sebegitu jauh di negara tersebut tersedia kondisi-kondisi
yang membantu berkembangnya kredit dokumenter itu.
Sebelum tahun 1914 di London telah menguasai monopoli dalam bidang lalu lintas
perdagangan luar negeri. Kota ini telah memiliki pula pasar uang dan modal yang
telah maju dan sangat luas. Selain daripada itu para banker di London memiliki
pengalaman-pengalaman yang luas dalam bidang pembiayaan internasional, sehingga
mereka mendapatkan kepercayaan dari seluruh dunia. Posisi yang sedemikian baik ini
telah mengakibatkan mata uang poundsterling dapat diterima di negara manapun dan
menjadi valuta dunia. Akibat turutan lain daripadanya ialah pembiayaan dan
pembayaran dari transaksi perdagangan antar negara baik antara Amerika utara dan
Amerika selatan maupun antara negara di Eropa dapat diselesaikan dengan baik
melalui London.
Dengan pecahnya Perang Dunia I ternyata membawa akibat adanya perubahan
keadaan secara radikal. Sebagai akibat dari penjualan senjata, Amerika Serikat telah
mengalami jaman keemasannya dan segera dapat menarik sebagian besar dari lalu
lintas keuangan dunia. Sebaliknya posisi London dalam perdagangan dunia semakin
lama semakin kurang maju. Dengan diterimanya Federal Reserve Act pada tahun
1914 pasar diskonto di New York semakin berkembang dan akhirnya New York
menjadi pusat
keuangan dunia menggeser kedudukan London.
Kemudian dalam beberapa tahun berikutnya dunia pengangkutan barang-barang
dalam perdagangan internasional mengalami perkembangan pesat sehubungan dengan
kemajuan teknologi. Barang tidak lagi diangkut sebagai barang-barang yang terpisah-
pisah tetapi sudah dimasukkan ke dalam suatu container. Hal semacam itu menjadi
pendorong untuk meninjau kembali Uniform Customs and Practice yang telah ada,
sampai pada akhirnya pada tahun 1974 dengan Publication No. 290 yang mulai
berlaku sejak tanggal 1 Oktober 1975 International Chamber of Commerce berhasil
mengadakan revisi.

2 Pengertian
Pengertian L/C yang merupakan salah satu segi dari cabang ilmu keuangan dan
perbankan, oleh para ahli telah diberikan berbagai macam pengertian.

128
Salah satu definisi sederhana yang diberikan oleh OHalloran 18 yang mengatakan
bahwa:L/C is an instrument issued by a bank on behalf of one of its customers
authorizing an account under certain condition stipulated in the credit. Dalam
definisi tersebut belum dijelaskan tentang siapa yang diberikan kuasa dan dalam
bentuk tindakan apa kuasa itu diberikan.
Bank Indonesia berpendapat bahwa inti dari L/C adalah janji pembayaran.
Pembayaran L/C kepada penerima dapat dilakukan langsung oleh bank penerbit atau
melalui bank lain sebagai kuasanya.
19
EmmyPangaribuan Simanjuntak mengatakan: Sebenarnya pengertian L/C itu
sendiri adalah suatu perintah membayar kepada seseorang atau beberapa orang yang
dialamati untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu yang disebut dalam
surat perintah itu kepada seorang tertentu. Biasanya yang memberi perintah itu adalah
suatu bank dan yang dialamati adalah suatu bank juga.
Inti dari definisi Emmy Pangaribuan Simanjutak adalah bahwa L/C merupakan surat
perintah membayar. Beliau melihat L/C sebagai perintah atau kuasa dari bank
penerbit kepada bank pembayar.
Berikutnya, Agoes Moerjono melihat hakikat L/C sebagai suatu perikatan. Berikutnya
lagi, Amir M.S. penulis dan pelaku dagang mengatakan: Letter of Credit atau biasa
disingkat L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan
importer langganan bank tersebut yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang
menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan Hak kepada eksportir itu untuk
menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk sejumlah uang yang
disebutkan dalam surat itu.
Pada umumnya L/C digunakan untuk membiayai kontrak penjualan barang jarak jauh
antara pembeli dan penjual yang belum saling mengenal dengan baik. Dengan kata
lain, L/C digunakan untuk membiayai transaksi perdagangan internasional. Tetapi,
L/C bukan merupakan garansi atau surat berharga yang dapat dipindahtangankan.
Sementara, UCP mengatakan bahwa L/C adalah janji dari bank penerbit untuk
melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan

18 Soepriyo Andhibroto. Letter of Credit Dalam Teori dan Praktek. Penerbit


Dahara Prize.Yogyakarta.1984 halaman 59

19 Ramlan Ginting. op.cit halaman 53

129
pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumen-dokumen. Inti dari
pengertian L/C menurut UCP ialah bahwa L/C merupakan janji pembayaran. Bank
penerbit melakukan pembayaran kepada penerima baik langsung ataupun melalui
bank lain adalah atas instruksi pemohon yang berjanji membayar kembali kepada
bank penerbit.

3 Pengaturan
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 merupakan dasar hukum L/C di Indonesia.
Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 yang secara rinci
mengatur L/C belum ada. Sesuai dengan kenyataan bahwa dalam praktik perbankan
Indonesia telah digunakan UCP sebagai ketentuan L/C sejak tahun 1970 an, maka
Bank Indonesia mendukung keberadaan praktik tersebut. Bank Indonesia mendukung
UCP dijadikan sebagai ketentuan L/C. Bank Indonesia melihat bahwa rasa aman
tercipta jika L/C tunduk pada ketentuan UCP.
Bank Indonesia dalam Surat Edaran No. 26/34 tanggal 17 Desember 199316
mengatur bahwa L/C diterbitkan bank devisa (bank umum) boleh tunduk atau tidak
pada ketentuan UCP. Bank Indonesia secara yuridis formal memberikan kebebasan
kepada Bank Devisa di Indonesia untuk menentukan sikap.

4 Dasar hukum & fungsi


Dasar hukum dari suatu L/C adalah klausula dalam kontrak jual beli yang
menundukkan diri kepada Uniform Customs and Practices for Documentary Credit
(disingkat UCP), hukum setempat (di Indonesia termasuk peraturan di bidang
perbankan), dan kebiasaan dalam perdagangan (trade usage). International Chamber
of Commerce (ICC) pada tahun 1933 telah menyeragamkan L/C dengan terbentuknya
Uniform Customs and Practices for Documentary Credir (UCP).
UCP pertama diterbitkan pada tahun 1933 dengan brosur Nomor 82. Selanjutnya UCP
pertama itu mengalami revisi-revisi agar memenuhi kebutuhan bisnis internasional
yang terus berkembang. Revisi pertama terjadi pada tahun 1951, kedua pada tahun
1962, ketiga pada tahun 1972, keempat pada tahun 1983 yang dikenal dengan nama
UCP 400, dan kelima atau terakhir pada tahun 1993 dengan terbitan Nomor 500
sehingga lebih populer dengan sebutan UCP 500.

Secara umum materi pokok Sales Contract berisi hal-hal berikut ini.

130
1 Nama Penjual (Seller)
2 Nama Pembeli (Buyer)
3 Barang yang diperjualbelikan dengan spesifikasi tertentu (berat, ukuran,
kualitas, packing, dll.)
4 Harga
5 Ketentuan Penjualan (Commercial Terms)
a FOB (Free on Board)
b C & F (Cost and Freight)
c CIF (Cost Insurance & Freight)
6 Pelabuhan Asal
7 Pelabuhan Tujuan
8 Transportasi Pengalihan diperbolehkan/dilarang (Transhipment: Allowed/
Prohibited)
9 Pengiriman Barang
10 Ketentuan Pembayaran
a L/C : Letter of Credit
b D/P : Document Againts Payment
c D/A : Document Againts Acceptance
11 Sertifikat-sertifikat
a COO (Certificate of Origin)
b Export License
12 Dan lain-lain yang dianggap perlu.

5 Jenis L/C
L/C berdasarkan fungsi, terdiri dari 2 (dua) klasifikasi yaitu L/C sebagai alat
pembayaran dan L/C sebagai alat penjaminan. Sebagai alat pembayaran, L/C
memberikan rasa aman kepada pihak terjamin. L/C sebagai alat pembayaran dapat
dilaksanakan jika semua dokumen yang diminta L/C telah dipenuhi penerima.
Sebaliknya L/C sebagai alat penjaminan dapat dilaksanakan jika pelaksanaan kontrak
dasar yang dijamin L/C tidak dapat dilakukan pihak terjamin.
a L/C sebagai alat pembayaran
L/C di dalam UCP

1 Revocable L/C

131
Revocable L/C, menurut UCP adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan
oleh bank penerbit setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada
penerima. Akan tetapi, menurut UCP bank penerbit harus melakukan
pembayaran kembali kepada Bank yang ditunjuk telah melakukan pembayaran
L/C kepada penerima atas dasar dokumen- dokumen yang diajukan sesuai
dengan persyaratan L/C, dan tidak menerima pemberitahuan perubahan dan
pembatalan pembayaran L/C sebelum dilakukan pembayaran yang dimaksud.
Penyelesaian pembayaran L/C tersebut dapat dilakukan dengan cara
pembayaran unjuk, akseptasi, negosiasi, dan pembayaran kemudian.
2 Irrevocable L/C
Irrevocable L/C adalah L/C yang perubahan atau pembatalannya harus dengan
persetujuan penerima.
Jika bank penerbit memberikan kuasa kepada bank lain untuk memberikan
konfirmasi terhadap L/C yang diterbitkannya, maka konfirmasi tersebut
merupakan janji pasti dari bank lain (bank pengkonfirmasi) dimaksud sebagai
tambahan terhadap janji pasti dari bank penerbit untuk membayar L/C
sepanjang dokumen yang diajukan sesuai dengan persyaratan L/C.
3 Sight Payment L/C
Sight Payment L/C adalah L/C yang pembayarannya dilakukan secara tunai.
UCP tidak menguraikan lebih jauh mengenai jenis L/C ini. Jika bank penerbit
menerbitkan sight payment L/C, maka bank penerus diinstruksikan untuk
melakukan pembayaran atau mengatur pembayaran kepada penerima pada saat
pengajuan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan L/C. Pembayaran L/C
semacam ini dinamakan pembayaran berdasarkan dokumen-dokumen. Jika
wesel untuk ditarik dalam rangka sight payment L/C, maka fungsi wesel hanya
sebagai tanda terima pembayaran
4 Acceptance L/C
Acceptance L/C adalah L/C19 yang pembayarannya secara berjangka. L/C
yang dibayar pada saat pembayaran jatuh tempo, tidak pada saat pengajuan
dokumen- dokumen. UCP tidak memuat uraian lebih lanjut mengenai cara
pembayaran dengan akseptasi.
5 Negotiation L/C

132
Negotiation L/C adalah L/C yang pembayarannya dengan cara membeli wesel
atau dokumen yang diajukan penerima.
6 Deferred payment L/C
Deferred payment L/C adalah L/C yang pembayarannya dilakukan di
kemudian hari. UCP tidak memuat pengaturan lebih jauh mengenai
pembayaran di kemudian hari.
7 Confirmed L/C
Confirmed L/C20 diatur dalam UCP. Jika L/C dikonfirmasi oleh bank
pengkonfirmasi maka tanggung jawab pengkonfirmasi sama dengan tanggung
jawab bank penerbit.
8 Transferable L/C
UCP mengatur lebih rinci L/C yang dapat dialihkan (Transferable L/C). UCP
mengatur bahwa L/C dapat dialihkan oleh penerima kepada pemasok melalui
perantaraan bank jika bank penerbit menyatakan demikian dalam L/C.
9 Assignment L/C
UCP mengatur Assignment L/C yaitu L/C yang membolehkan pengalihan
hasil pembayaran atas L/C kepada pihak lain atas permintaan penerima.
Terlepas dari L/C merupakan transferable L/C atau bukan, hak atas
pembayaran L/C dapat diserahkan kepada pihak lain sesuai dengan hukum
yang berlaku.
L/C di luar UCP
Selain jenis L/C sebagai alat pembayaran yang diatur dalam UCP tersebut,
terdapat juga beberapa jenis L/C yang berkembang dalam praktik tdan tidak diatur
dalam UCP. Adapun jenis L/C yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1 Back to back L/C
Transaksi L/C anak (back to back L/C) melibatkan satu L/C sebagai pelindung
atau pengamanan untuk L/C yang lain yang dinamakan L/C anak. Kedua L/C
tersebut berdasarkan hukum L/C masing-masing berdiri sendiri, tetapi
persyaratannya sama kecuali untuk nilai L/C dan tanggal jatuh tempo L/C.
2 Red Clause L/C
Red Clause L/C adalah L/C yang dibayar di muka. Di dalam jenis L/C ini
dimuat suatu klausul yang secara tradisional dicetak dengan warna merah
yang isinya memungkinkan penerima menarik pembayaran L/C di muka
sebelum dilakukan pengiriman barang.

133
3 Revolving L/C
Revolving L/C merupakan L/C yang dipakai berulang-ulang oleh
penerima dalam jumlah tertentu selama jangka waktu tertentu yang ditetapkan
dalam L/C yang bersangkutan tanpa perlu menerbitkan L/C yang baru atau
melakukan perubahan L/C yang bersangkutan.
b L/C sebagai alat penjaminan
1 Standby L/C
L/C sebagai alat penjaminan dinamakan Standby L/C. Standby L/C harus
memuat persyaratan minimal yaitu bersifat tidak dapat diubah atau
dibatalkan, keterikatan bank penerbit untuk membayar atas pengajuan
keterangan atau pernyataan yang menyatakan wanprestasi, tanggal jatuh
tempo masa berlaku dan pernyataan tunduk pada UCP.
2 Demand Guarantee
Demand Guarantee adalah jaminan yang dibayar berdasarkan pengajuan
dokumen-dokumen tertentu kepada bank. Demand Guarantee adalah jaminan
tanpa syarat. Demand Guarantee digunakan untuk menjamin kewajiban
penerima dan pemohon.
3 Demand Guarantee di Indonesia
Kepres No. 16 Tahun 1994 tanggal 22 Maret 199424 tentang Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara mengenal Demand Guarantee, tapi
tidak mengaturnya secara substansial. Dalam Lampiran Kepres No. 16 tahun
1994 diatur bahwa peserta pelelangan (umum atau terbatas) harus
menyerahkan surat jaminan penawaran (Bid Bond) dari bank umum atau
perusahaan asuransi kerugian.
4 Accessory Guarantee
Accessory Guarantee, disebut demikian karena jaminan tersebut melekat
terhadap kontrak dasar atau transaksi dasar yang dijaminnya. Accessory
Guarantee adalah ciptaan hukum nasional.
5 Garansi Bank di Indonesia
Demand Guarantee dinamakan juga International Bank Guarantee. Standby
L/C berfungsi sama dengan Demand Guarantee. Keduanya berlaku secara
internasional dan dapat digunakan menjamin pembayaran atau menjamin
pelaksanaan suatu prestasi.

134
DAFTAR PUSTAKA

Ais, Chatamarrasjid, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Ditinjau Dari Undang- Undang Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009.

Block, Dennis J., dkk, The Business Judgement Rule Fiduciary Duties of Corporate Directors,
Prentice Hall law & Business, Third edition, 1990.

Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan Di Indonesia, Cetakan Ketiga, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2000.

Fuady, Munir, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam Hukum
Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Gandapradja, Permadi, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2004.

Ginting, Ramlan, Letter of Credit Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Jakarta: Salemba Empat, 2000.

Harahap, M. Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Hermansyah, Hukum
Perbankan Nasional Indonesia, Cetakan Keempat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008.

Hariyani, Iswi, Restrukturisasi Dan Penghapusan Kredit Macet, Kenapa Perbankan Memanjakan
Debitur Besar Sedangkan Usaha/Debitur Kecil Dipaksa, Jakarta: Alex Media Komputindo,
2010.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Prenadamedia, 2018.

Ismail, Manajemen Perbankan, Dari Teori Menuju Aplikasi, Jakarta: Kencana, 2010.

Kanter, EY., dan SR. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta:
Storia Grafika, 2002.

Lubis, Chandra, Unsur Itikad Baik Dalam Pengelolaan Perseroan Oleh Direksi, Tesis, Program Studi
Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010.

Mahmoeddin, H.A.S., 100 Penyebab Kredit Macet, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995.

Marwan, M., dan Jimmy, Kamus Hukum, Surabaya: Reality Publisher, 2009.

Marpaung, Leden, Unsur-Unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum (Delik), Cetakan I,Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1991.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Mulhadi, Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle) Dalam Kerangka UU Perbankan Di


Indonesia, Tesis, Medan: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Universitas
Sumatera Utara, 2005.

135
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.Nasution, Bismar, Rezim Anti
Money Laundering di Indonesia, Bandung: Books,Terrance dan Library, 2005.

Pradjoto, Mencegah Kebangkrutan Bangsa, Jakarta: Masyarakat Transparansi Indonesia, 2003.

Rindjin, Ketut, Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2003.

Sembiring, Sentosa, Hukum Perbankan, Bandung: Mandar Maju, 2008.

Simanjuntak, Emmy Pangaribuan, Hukum Dagang Surat Berharga, Fakultas Hukum UGM, 1982.

Sitompul, Zulkarnain, Lembaga Penjamin Simpanan, Substansi dan Permasalahan, Bandung: Books
Terrace & Library, 2007.

Sjahdeini, Sutan Remy, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta: Grafiti Pers, 2007.

Sutedi, Adrian, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan
Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

Suyatno, Thomas, dkk, Kelembagaan Perbankan, Cetakan I, Jakarta: STIE Perbanas- Gramedia,
1988.

Usman, Rachmadi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: Grarmedia Pustaka Utama,
2001.

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 1996. Widjaja,
Gunawan, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada, 2005.

B. Perundang-Undangan

UU No.7 Tahun 1992 junto UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan (UU Perbankan).

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 3/10/Pbi/2001 yang kemudian diubah melalui PBI
Nomor:5/21/PBI/2003 tentang Perubahan Kedua Atas PBI Nomor: 3/10/Pbi/2001 tentang
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles).

PBI Nomor: 12/20/Pbi/2010 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah BPRS).

PBI Nomor: 11/26/PBI/2009 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Kegiatan Structured
Product bagi Bank Umum.

PBI Nomor: 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance BagiBank Umum.

PBI Nomor: 12/ 20 /Pbi/2010 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Putusan Nomor: 132/Pid.B/2009/PN-Lsm atas nama Heri Kurnia Bin Sulaiman Ishak.

136
C. Makalah, Jurnal, dan Artikel

Arief, Barda Nawawi, Sistem Pemidanaan Dalam Ketentuan Umum Konsep RUU KUHP 2004,
Makalah Disampaikan pada Seminar Sosialisasi RUU KUHP 2004, Diselenggarakan oleh
Departemen Hukum dan HAM, tanggal 23-24 Maret 2005, di Hotel Sahid Jakarta.

Buku IV Nomor Dokumen IV.A.1, PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe.

Nasution, Bismar, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukumum Bisnis:
Pembelaan Direksi Melalui Prinsip Business Judgment Rule, Makalah, Disampaikan pada
Seminar Bisnis 46 tahun FE USU: Pengaruh UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas terhadap Iklim Usaha di Sumatera Utara, Aula Fakultas Ekonomi USU, 24
November 2007.

______Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan, Makalah yang Disampaikan


pada Seminar Nasional Sehari dalam Rangka Menciptakan Good Corporate Governance
pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan PT (Persero) BUMN, Optimalisasi Sistem
Pengelolaan, Pengawasan, Pembinaan Dan Pertanggungjawaban Keberadaan PT (Persero)
Dilingkungan Bumn Ditinjau Dari Aspek Hukum Dan Transparansi, diselenggarakan oleh
Inti Sarana Informatika, Hotel Borobudur Jakarta, Kamis, 8 Maret 2007.

______Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembinaan dan Pengawasan Perbankan Dalam Rangka


Pemantapan Kepercayaan Kepada Masyarakat Terhadap Industri Perbankan, Makalah
disampaikan pada Seminar tentang Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah,
Departemen Kehakiman, BPHN, di Hotel Indonesia Jakarta, pada tanggal 24-25 Juni 1997.

______Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank,
Makalah yang Disampaikan pada Seminar Sehari: Tanggung Jawab Pengurus Bank dalam
Penegakan dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan Menurut Undang-undang
Perseroan Terbatas dan Undang-undang Perbankan, diselenggarakan oleh Bank Indonesia
dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya, tanggal 21 Februari
2008.

Sjahdeini, Sutan Remy, Menanggulangi Kredit Bermasalah, Makalah Disampaikan Pada Kuliah
Program Magister Hukum, Program Pascasarjana Universitas Surabaya (UBAYA),
Surabaya, 1995.

______Bank Indonesia Sebagai Penggerak Utama Reformasi Peraturan Perundangundangan,


Majalah Bank dan Manajemen, Edisi November/Desember 1996.

Supraptomo, Heru, Analisis Ekonomi Terhadap Sistem Perbankan, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 1,
Tahun 1997, Jakarta.

Usman, H. Aminullah, Pengenalan Bank BPD Aceh, Modul PT. Bank Pembangunan Daerah
Istimewa Aceh yang ditulis oleh Direktur Utama PT. Bank BPD Aceh, H. Aminullah
Usman.

D. Surat Kabar

Sitompul, Zulkarnaen, Bankir Perlu Berhati-Hati, Harian Ekonomi Pembaca, 18 Januari 2008.
Universitas Sumatera Utara

E. Internet

137
http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/pbi_122010.htm, Oleh: Blog Resmi Bank Indonesia,
Bank Sentral Republik Indonesia, diakses tanggal 16 Januari 2012.

http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/pbi_122010.htm, Oleh: Blog Resmi Bank Indonesia,


Bank Sentral Republik Indonesia, diakses tanggal 16 Januari 2012.

http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Prinsip+Mengenal+Nasabah+dan+Anti+Pencu cian, Oleh:


Blog Resmi Bank Indonesia, diakses tanggal 23 Januari 2012.http://danar-
pake.blogspot.com/2012_03_01_archive.html, Ditulis Oleh: Danar Wiguna, Jasa-Jasa
Perbankan {Kliring), diakses tanggal 21 Juni 2012.

http://putracenter.net/2009/09/23/definisi-fungsi-dan-peranan-bank-umum-dalam- perekonomian/,
diakses tanggal 18 April 2012. Oleh: PutraCenter.net, About Economics, Law, City
Planning, and Learn Language Online, Definisi, Fungsi dan Peranan Bank Umum dalam
Perekonomian.

http://www.scribd.com/doc/24402673/Makalah-Manajemen-Risiko-RBS-Sertifikasi- Perbankan,
diakses tanggal 22 April 2012. Oleh: Scribd RBS, Manajemen Risiko Perbankan dan
Peranan Risk-Based Supervision dalam Penilaian Efektivitas Penerapan Manajemen Risiko
Perbankan.

http://www.wealthindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=70 , diaskes
tanggal 22 April 2012. Oleh: Wealth Indonesia.com, Apa yang dimaksud dengan Basel
Accord.

http://www.igj.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=554&Itemid=16 8, Ditulis Oleh


Administrator Institute for Global Justice, Rezim Internasional Sektor Keuangan dan
Dominasi Modal Asing, diakses tanggal 22 April 2012.

http://www.imf.org/external/np/loi/1113a98.htm, Oleh: Mr. Michel Camdessus (Managing Director


International Monetary Fund Washington DC), International Monetary Fund, diakses
tanggal 22 April 2012.

http://www.bi.go.id/web/id, Oleh: Admin Blog Resmi Bank Indonesia, diakses tanggal 25 Februari
2011.

http://www.scribd.com/doc/24402673/Makalah-Manajemen-Risiko-RBS-Sertifikasi- Perbankan,
Oleh: Scibd, Manajemen Risiko Perbankan dan Peranan Risk- Basedsupervision Dalam
Penilaian Efektivitas Penerapanmanajemen Risiko Perbankan, diakses tanggal 22 April
2012.

http://avartara.com/risiko-risiko-perbankan/, Oleh: Fortis Imaginatio, Risiko-Risiko Perbankan,


diakses tanggal 18 April 2012.

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/Banking/Bab-A4.pdf, Oleh: Universitas Gunadarma,


Audit Sistem Aplikasi, diakses tanggal 18 April 2012.

http://tugaskuliahanakmenej.blogspot.com/2011/12/risiko-perubahan-tingkat- bunga.html, Ditulis


Oleh: Seravine, Risiko Perubahan Tingkat Bunga (Manajemen Risiko), diakses tanggal 19
April 2012.

http://suar.okezone.com/read/2012/04/09/279/607750/akuisisi-bank-danamon, diakses tanggal 19


April 2012.

138
139

Anda mungkin juga menyukai