A. Pendahuluan
Konflik merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan selalu ada dalam
kehidupan manusia. Hal ini karena pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial
(zoon politicon) yang mana hidupnya harus selalu berdampingan dengan orang lain.
Sehingga adanya berbagai kontak sosial yang setiap manusia lakukan bisa saja
menimbulkan perbedaan pendapat yang berujung pada konflik (sengketa).
Menurut Jandt, ada 2 alasan mengapa konflik diperlukan, yakni2:
1. Melalui konflik seseorang menjadi kreatif. (Through conflicts man is creative)
2. Suatu hubungan merupakan hasil dari intensita kreatifitas dengan perkataan lain,
denga adanya intensita dari kreatifitas maka timbullah suatu hubungan. (Such a
relationship may result in creativity because of its intensity)
Walaupun diperlukan, konflik juga dapat mengancam sistem sosial yang dibutuhkan
untuk menjamin keseimbangan dalam upaya penyelesaian, baik menyebabkan
perubahan secara teratur maupun mempertahankan aturan yang dibutuhkan/diinginkan.
Selain itu, konflik dapat menghabiskan energi dan sumber daya yang mubazir. Masih
banyak hal yang dapat ditimbulkan oleh konflik tersebut.
Setiap konflik (sengketa) yang ada dapat diselesaikan maupun dikelola. Ada
yang dikenal dengan Conflict Resolution dan Conflict Management. Berikut adalah
perbandingan keduanya menurut Jay Folberg dan Alison Taylor.
1
Oleh: Anak Agung Ayu Reditha Saras – 2014-050-104 / 12014001664
2
Prof. I Made Widnyana, S.H.,M.H., “Alternatif Penyelesaian Sengketa & Arbitrase”,
Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 2014, hlm. 35
3
Sembiring, Jimmy Joses, S.H, M.Hum., “Cara Menyelesaikan Sengketa di luar
Pengadilan”, Jakarta : Transmedia Pustaka, 2011, hlm 9.
4
Dalam Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang No. 30/1999 menentukan beberapa bentuk
penyelesaian sengketa di luar pengadilan, yaitu konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi atau penilaian ahli. Maka dari ketentuan tersebut bentuk-bentuk Alternatif
Penyelesaian Sengketa yakni Negosiasi, Mediasi, Arbitrase, Konsultasi, Fasilitasi,
Konsiliasi dan Penilaian Ahli. Namun dalam artikel ini hanya akan difokuskan pada
Negosiasi, Mediasi dan Arbitrase.
5
Winarta, Herda Frans, S.H, M.H., “Hukum Penyelesaian Sengketa”, Jakarta : Sinar
Grafika, 2012, hlm 1-2
B. Rumusan Masalah
Dari paparan diatas, dapat dirumuskan bahwa yang menjadi pokok bahasan
yakni Prosedur Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam BMAI. Untuk itu, dilakukan
beberapa pertanyaan guna untuk menjawab dan menjabarkan pokok bahasan tersebut,
yakni.
1. Bagaimana Prosedur setiap metode alternative penyelesaian sengketa dalam
BMAI?
2. Apa yang menjadi perbedaan BMAI dengan badan atau lembaga alternative
penyelesaian sengketa?
Pada artikel ini yang akan dibahas yakni Penyelesaian Sengketa di bidang
Asuransi yang dilakukan oleh Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI)
dari sekian banyak lembaga alternatif penyelesaian sengketa.
BMAI sebagai lembaga alternatif penyelesaian sengketa di bidang asuransi
memegang peranan penting dalam menyelenggarakan penyelesaian sengketa non
litigasi, yaitu melalui proses mediasi dalam rangka memperoleh kesepakatan antara
Pemohon dan perusahaan Asuransi. Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa berbunyi
“Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak
melalui alternatif penyelesaian sengketa yang di dasarkan pada itikad baik
dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan
Negeri.”
Maksud dari Pasal tersebut adalah penyelesaian sengketa tidak harus didasarkan pada
putusan Pengadilan Negeri serta tidak harus dijalankan melalui HIR (Herziene
Indonesisch Reglement). Alternatif Penyelesaian Sengketa diselenggarakan melalui
pranata mediasi yang dalam peranannya berfungsi menjadi tempat bertemunya para
pihak untuk menyampaikan permasalahannya atau tuntutannya, serta diselesaikan
7
Pemohon adalah a) Tertanggung dan/atau Pemegang Polis yang namanya tercantum
di dalam Polis; b) Perusahaan Asuransi; Perusahaan Reasuransi (Anggota)
8
Anggota adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi yang terdaftar dan
memenuhi syarat-syarat keanggotaan BMAI.
1. Mediasi
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan konflik atau sengketa di mana
pihak luar atau pihak ketiga yang tidak memihak (impartial) bekerja sama dengan pihak
yang bersengketa atau konflik untuk membantu memperoleh kesepakatan perjanjian
dengan memuaskan. Alternatif penyelesaian sengketa melalui negosiasi ini memiliki
beberapa kelebihan, yakni diantaranya adalah Keputusan yang hemat dan
Penyelesaian secara cepat. Menurut ketentuan BMAI, mediasi merupakan proses
9
Pasal 4 huruf aPeraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tahun 2014
2. Ajudikasi
Ajudikasi adalah cara penyelesaian sengketa diluar arbitrase dan
peradilan umum yang disepakati oleh para pihak untuk diselesaikan melalui BMAI
dengan maksimum nilai klaim asuransi sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan dan
Prosedur Ajudikasi BMAI. Jika Ketua BMAI meluluskan permohonan Pemohon untuk
melanjutkan penyelesaian sengketa ke tingkat ajudikasi, maka akan ditunjuk 3
Ajudikator dari BMAI. Ketiga Ajudikator ini akan memeriksa dan mengadili sengketa
10 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
3. Arbitrase
Sebagai badan yang menyelenggarakan Arbitrase, BMAI mempunyai
Peraturan dan Prosedur sendiri yang pada prinsipnya sesuai dan tidak bertentangan
dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Syarat agar arbitrase bisa dilakukan
yakni dengan membuat perjanjian arbitrase yang berisi klausula arbitrase. Perjanjian
Arbitrase menurut Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah suatu kesepakatan berupa
kausual arbitrase yang terantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak
sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para
pihak setelah timbul sengketa. Pada dasarnya, klausul arbitrase tersebut harus memuat
pernyataan mengenai penyelesaian sengketa secara arbitrase, pilihan hukum (untuk
internasional), serta mengenai lembaga arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa
yang dipilih oleh para pihak. Apabila para pihak sudah membuat perjanjian arbitrase,
maka Pengadilan Negeri tidak berwenang mengadili sengketa para pihak yang telah
terikat dalam perjanjian arbitrase.10
Hal ini juga berlaku, di BMAI. Arbitrase dapat dilakukan apabila ada
Perjanjian Arbitrase diantara Para PIhak yang bersangkutan. Dalam perjanjian tersebut,
harus disebutkan secara tegas mengenai penunjukkannya atas forum Arbitrase BMAI.
Para pihak yang telah terikat tersebut dianggap telah sepakat dan meniadakan proses
pemeriksaan perkara melalui Pengadilan Negeri dan/atau lembaga alternative
penyelesaian sengketa lainnya. Adanya klausula arbitrase dalam suatu perjanjian pokok
harus diperlakukan sebagai sebuah perjanjian terpsah dari perjanjian pokok yang
bersangkutan.11
Di BMAI, sengketa diperiksa dan diadili oleh seorang Arbiter Tunggal atau
sebuah Majelis Arbiter yang terdiri dari 3 orang Arbiter (lihat lampiran 3). Pemilihan
Arbiter Tunggal dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak. Sementara untuk
Majelis Arbitrase, masing-masing pihak memilih sendiri Arbiter dan satu Arbiter yang
berdasarkan pemilihan dua arbiter tersebut untuk bertindak sbagai Ketua Majelis yang
10
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 ttg Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
11
Pasal 3 Peraturan Prosedur Arbitrase BMAI
11 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
mana bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya persidangan dan tidak
bertindak sebagai wasit. Ketiga arbiter tersebut mempunyai hak yang sama dalam
menetapkan putusan perkara dan keputusan majelis diambil berdasarkan pendapat
suara terbanyak yaitu pendapat dua atau tiga arbiter. Putusan Majelis Arbitrase bersifat
Final and Binding. Putusan tersebut didaftarkan BMAI ke panitera Pengadilan Negeri
tempat Pemohon berasa. Para Arbiter harus dipilih oleh para pihak dari nama-nama
orang yang tercantum dalam Daftar Arbiter BMAI. Orang-orang yang namanya tidak
terdaftar di BMAI tidak boleh ditunjuk, kecuali jika tidak terdapat keahlian pada arbiter
terdaftar untuk memeriksa perkara yang disengketakan. Dalam pelaksanaannya, ada
beberapa biaya yang harus ditanggung yakni:
a) Biaya Pendaftaran: ditanggung Pemohon
b) Biaya Pemeriksaan (sewa ruang sidang, penggandaan dokumen, konsumsi
persidangan, dll): ditanggung masing-masing pihak sebesar 50%
c) Biaya Arbiter: dihitung berdasarkan nilai sengketa dengan skala tariff biaya yang
sudah ditetapkan dengan pembayaran dimuka sebelum proses persidangan dimuka
sebelum proses persidangan arbitrase dimulai sebesari 50% oleh masing-masing pihak
dan ditanggung oleh pihak yang kalah yang akan ditetapkan dengan putusan.
d) Biaya Pelaksaan Putusan Arbiter: ditanggung oleh masing-masing pihak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku pada masing-masing Pengadilan Negeri.
Walaupun secara sekilas Ajudikasi dan Arbitrase terlihat sama, namun keduanya
mempunyai sebuah perbedaan. Hal tersebut terletak pada batas nilai tuntutan ganti rugi
atau manfaat polis yang dipersengketakan. Dalam BMAI, dikenal adanya batas nilai
tuntutan ganti rugi. Batas tersebut yakni maksimal Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah) per klaim untuk asuransi kerugian/umum dan maksimal
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) per klaim untuk asuransi jiwa atau Asuransi
Jaminan
12 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
D. Eksistensi Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia
Kasus yang masuk cukup banyak dan lebih dari 50% kasus tersebut dinyatakan
selesai, baik melalui mediasi maupun ajudikasi. Hal ini dirasa BMAI masih kurang eksis
di dalam alternative penyelesaian sengketa. Dari sekian banyak polis asuransi di
Indonesia, adanya 527 kasus di selesaikan melalui BMAI dirasa kurang. Hal ini mungkin
karena penyelesaian sengketa dengan hasil akhir yang kurang mengikat dan pasti.
Seperti yang diketahui, bahwa ini memang salah satu kekurangan dari alternative
penyelesaian sengketa secara umum. Selain itu, banyaknya kasus diluar juridikasi yang
masuk dapat mengindikasikan bahwa kurangnya sosialisasi syarat-syarat untuk
menyelesaikan sengketa melalui BMAI.
Walaupun kasus hanya 527 dalam kurun waktu 8 tahun, namun hal ini
mengindikasikan bahwa banyaknya orang yang sadar akan pentingnya asuransi dan
sadar mengenai cara berasuransi yang benar dan seharusnya. Dalam artian apabila
13 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
ada sebuah klaim macet atau bermasalah, maka mereka tahu bahwa hal tersebut harus
diselesaikan dan dicari tahu penyebab serta dicari keadilannya.
Selain itu, adanya kesadaran bahwa setiap sengketa tidak harus diselesaikan di
pengadilan langsung. Ini merupakan hal yang bagus karena adanya orang yang
percaya dengan metode alternative penyelesaian sengketa dan mau untuk menjalani
metode tersebut dalam mencari keadilan. Lebih banyak kasus yang diselesaikan melalui
mediasi juga berarti mediasi yang dilakukan oleh BMAI cukup baik karena tidak banyak
yang melanjutkan ke ajudikasi. Perlu diketahui dalam mediasi ini pihak yang paling
berperan besar yakni mediator sebagai pihak ketiga. Hal ini dikarenakan peranan yang
penting dan menentukan dalam penyelesaian suatu sengketa. Walaupun demikian, di
dalam mediasi tetap para pihak yang berperan menghasilkan kesepakatan. Sehingga
untuk berhasilnya mediasi perlu 2 hal yakni: (1) Para pihak yang mempunyai keinginan
serta saling percaya mempercayai untuk melakukan mediasi; (2) Mediator yang
handal.12 Sehingga dari sini dapat diketahui bahwa mediasi dalam BMAI cukup
terpercaya dan handal dalam menyelesaikan masalah.
Kemudian eksistensi dari BMAI juga bergantung dari ciri khas yang ditonjolkan. Ciri
khas yakni tentunya kekhususan dalam bidang Asuransi. Setiap mediator, ajudikator
dan arbiter merupakan orang-orang yang memang berkecimpung di bidang asuransi
sehingga ada jaminan bahwa setiap perkara dapat diselesaikan dengan baik. Karena
dengan adanya orang yang mengerti dan paham betul dengan asuransi, maka
diharapkan kasus asuransi dapat diselesaikan berdasarkan pengetahuan dan keahlian
di bidang asuransi sehingga hasilnya akan jauh lebih baik. Hal ini tentunya menjadi
kelebihan disbanding dengan penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Karena
apabila melalui pengadilan, hakim belum tentu menguasai asuransi sepenuhnya.
Sehingga penyelesaian kasus kurang memperhatikan teknis asuransi sesungguhnya.
Prosedur dalam BMAI juga menjadi ciri khasnya sendiri. Yakni adanya “jenjang”
penyelesaian. Jenjang ini maksudnya setiap kasus yang tidak berhasil diselesaikan
dengan mediasi, maka dapat dilanjutkan melalui ajudikasi. Ajudikasi yang sebagai “mini
arbitrase” mempunyai sifat memutus dan putusan dilakukan berdasarkan pemeriksaan
12
Prof. I Made Widnyana, S.H.,M.H, op.cit, hlm. 118
14 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
pihak ketiga dalam hal ini ajudikator. Perbedaan dengan arbitrase tentu ada di batas
nilai tuntutan ganti rugi yakni maksimal Rp750.000.000 untuk asuransi umum dan
maksimal Rp500.000.000 untuk asuransi jiwa.
Syarat tersebut juga menjadi perbedaan atau ciri khas tersendiri dari BMAI dalam
menyelesaikan kasus di bidang asuransi. Karena apabila nilai tuntutan ganti rugi atau
nilai manfaat polis melampaui batas maksimal, maka berbeda metode yang harus
dilalui. Hal ini dirasa perlu dilakukan karena apabila nilai manfaat polis besar, maka
diperlukan sebuah putusan yang lebih pasti dan mengikat. Dengan arbitrase, putusan
tersebut lebih terasa final and binding. Hal ini dikarenakan putusan tersebut di daftarkan
di Pengadilan Negeri.
E. Penutup
Pada perkembangan zaman ini, kasus sengketa klaim Asuransi semakin marak.
Hal ini dikarenakan masyarakat yang mulai menyadari pentingnya asuransi dan “melek
hukum”. Belum lagi adanya Polis Asuransi dan Perusahaan Asuransi yang terkadang
membuat sulit klaim asuransi. Dengan adanya Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi
Indonesia (BMAI) ini, dapat membuat adanya sebuah wadah untuk penyelesaian di
bidang Asuransi menjadi lebih pasti serta efisien. Hal ini karena Asuransi bukanlah
bidang yang mudah sehingga dengan adanya BMAI yang membantu dalam alternatif
penyelesaian sengketa, dapat membuat penyelesaian sengketa menjadi lebih mudah.
Hal ini karena setiap Mediator, Ajudikator maupun Arbiter sudah pasti mengetahui seluk
beluk asuransi sehingga tidak lagi ada keraguan maupun kurangnya pengalaman
diantara mereka.
Saran untuk penyelesaian sengketa di bidang Asuransi dan BMAI yakni adalah
semoga dilakukan sosialisasi lebih luas lagi sehingga setiap masyarakat yang
mengalami sengketa Asuransi dapat mendapat bantuan dalam penyelesaian sengketa.
Tentunya apabila Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi tidak menanggapi
keluhan kita dengan tidak baik. Selain itu, dengan melalui BMAI maka perkara yang kita
lewati bisa tetap ‘rahasia’ dan proses penyelesaian yang lebih kekeluargaan serta lebih
cepat.
15 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
Daftar Pustaka
Bryan A. Garner, editor in chief, “Black’s Law Dictionary” West Group-St, 1999.
Folberg, Jay and Taylor, Allison. 1984. Mediation A Comprehensive Guide to Resolving
Conflicts Without Litigation. California: Jossey-Bass, Inc.
16 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
Goldberg, Stephen B., Frank E. Sander, Nancy H. Rogers & Sarah Rudolph Cole.
Dispute Resolution: Negotiation Mediation & Other Processes (Aspen 6th ed.
forthcoming).
Muhammad, Prof. Abdulkadir, S.H.. 2006. Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
17 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
Lampiran 1
18 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
Lampiran 2
19 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
Lampiran 3
20 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
21 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
22 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I
23 | P r o s e d u r A l t e r n a t i f P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a A s u r a n s i o l e h B M A I