Anda di halaman 1dari 79

Seminar Hukum

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang dalam Perspektif Kurator dan Pengurus

Disampaikan oleh:
Nien Rafles Siregar, S.H., M.H.
Advokat dan Kurator
(Wakil Sekretaris Jenderal AKPI)

16 Juli 2019
Aula Pancasila – Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Ease of Doing Business

1. Starting a Business
2. Dealing with Construction Permits
3. Getting Electricity
4. Registering Property
5. Getting Credit
6. Protecting Minority Investors
7. Trading across Borders
8. Enforcing Contracts
9. Resolving Insolvency*)
10.Protecting Minority Investors
Pentingnya Ease of Doing Business
Resolving Insolvency
•Kemudahan berbisnis diukur mulai dari pada saat suatu bisnis akan dimulai sampai jika suatu bisnis mengalami
masalah, salah satunya adalah masalah kesulitan keuangan yang mengakibatkan gagal bayar atas kewajibannya
kepada kreditor (insolvent). Untuk itu, sebuah ekonomi harus menyediakan sistem kepailitan yang efisien dan
mendorong agar bisnis yang mengalami kesulitan keuangan agar mampu tetap bertahan setelah melalui proses
kepailitan (insolvency proceeding).
•Dengan proses kepailitan yang cepat dan murah, akan mampu memberikan perlindungan atas hak-hak
kreditor dan debitor dan meningkatkan harapan nilai pengembalian yang lebih wajar bagi kreditor dan debitor,
selain itu juga akan mampu menyelamatkan bisnis yang masih memiliki harapan untuk hidup (viable), dan pada
akhirnya akan membantu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
•Aspek kerangka hukum, penanganan kepailitan dinilai dari sejauh mana kerangka hukum kepailitan
memberikan kepastian dan perlindungan hukum serta hak-hak debitor dan kreditor pada proses penanganan
kepailitan sampai selesainya proses.
•Penanganan kepailitan diukur dari biaya dan waktu serta output dari proses kepailitan. Biaya diukur dari
biaya-biaya yang dibayar dalam rangka penanganan kasus mulai dari biaya perkara, biaya pengacara, biaya
kurator/pengurus, biaya akuntan, penilai dan biaya-biaya profesional lainnya sampai prosesnya selesai
termasuk didalamnya adalah kerugian yang berbentuk dari turunnya nilai pengembalian atas piutang kreditor.
Waktu diukur mulai dari permohonan pengajuan perkara sampai proses pemberesan. selanjutnya, output dari
proses kepailitan mengukur apakah sistem kepailitan mendorong agar suatu bisnis yang mengalami gagal bayar
(insolvent) dapat keluar sebagai entitas yang tetap bertahan (going concern) setelah melalui proses kepailitan.
Komparasi Perkara-Perkara Kepailitan pada
Pengadilan Niaga di Indonesia
PKPU
Pailit
Data Tahun 1998 – 2002
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

Permohonan PKPU diajukan oleh Debitor (yang tidak


dapat/memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar
utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud
untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian/seluruh utang kepada Kreditor) yang
mempunyai lebih dari satu Kreditor atau oleh Kreditor (yang
memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan membayar
utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon
agar kepada Debitor diberi penundaan kewajiban pembayaran utang,
untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana perdamaian yang
meliputi tawaran pembayaran sebagian/seluruh utang kepada
Kreditornya) (Pasal 222 UUK-PKPU)
Persyaratan Pengajuan
Permohonan PKPU
Pengertian Debitor
Pengertian Debitor

Pengertian Debitor dapat kita lihat pada Pasal 1 ayat (4)


dan (5) UUK-PKPU:
(4) Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena
perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat
ditagih di muka pengadilan.
(5) Debitor pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan
pailit dengan putusan Pengadilan.
Subjek Hukum yang dapat dinyatakan PKPU:
1.Orang Perseorangan;
2.Badan Hukum;
3.Persero Firma, CV;
Orang Perseorangan
Orang perseorangan, baik laki-laki maupun perempuan yang
telah menikah dan belum menikah dapat diajukan
permohonan PKPU. Jika permohonan PKPU diajukan oleh
Debitor perorangan yang telah menikah (sukarela), maka
permohonan itu hanya dapat diajukan atas persetujuan suami
atau istrinya, kecuali antara suami istri tersebut tidak ada
pencampuran harta.
Dasar Hukum:
Pasal 36 (1) UU Perkawinan ;
Pasal 4 UUK-PKPU;
Putusan MK No. 69/PUU-XIII/2015 (Berdasarkan Putusan MK, saat ini
Perjanjian perkawinan dapat dilakukan sebelum perkawinan (pra-nikah) atau
selama dalam ikatan perkawinan)
Badan Hukum Indonesia

Badan hukum yang dapat diajukan PKPU terdiri dari:


•Perseroan Terbatas (PT);
•BUMN baik PT Persero, Perusahaan Umum (Perum), dan Badan
Usaha Milik Daerah;
•Yayasan;
•Koperasi.
Badan Hukum Asing
Bagaimana jika Debitor bukan badan hukum Indonesia?

Pasal 3 ayat (4) UUK-PKPU:


Dalam hal Debitor tidak berkedudukan di wilayah negara Republik
Indonesia tetapi menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara
Republik Indonesia, Pengadilan yang berwenang memutuskan adalah
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan atau
kantor pusat Debitor menjalankan profesi atau usahanya di wilayah
negara Republik Indonesia.
Persero Firma, CV

• Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi termasuk


korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan
berbentuk badan hukum dalam likuidasi (Pasal 1 angka 11 UUK-
PKPU)
• Permohonan Pernyataan Pailit harus memuat nama dan tempat
kediaman masing-masing Persero yang secara tanggung renteng
terikat untuk seluruh utang Firma (Pasal 5 UUK-PKPU).
• Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
hukum Firma tersebut juga berwenang memutuskan. (Pasal 3 ayat
(3) UUK-PKPU).
• Dalam hal apabila terdapat putusan atas Permohonan
Pernyataan Pailit oleh lebih dari satu pengadilan yang
berwenang mengadili Debitor yang sama tetapi pada tanggal
yang berbeda, maka putusan yang berlaku adalah putusan
yang diucapkan pada tanggal yang lebih awal

• Dalam hal putusan atas Permohonan Pernyataan Pailit


diucapkan oleh Pengadilan yang berbeda pada tanggal yang
sama mengenai Debitor yang sama, maka yang berlaku
adalah putusan Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan hukum Debitor.
Penjamin atau Penanggung
Dapatkah Penjamin dimohonkan PKPU?
Berdasarkan Pasal 1820 KUH Perdata, borgtocht atau penanggungan adalah suatu perjanjian dimana
seorang pihak ketiga guna kepentingan si berpiutang/kreditor mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatannya si berutang/debitor manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.

Pasal 1831 KUH Perdata


Penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada kreditor, selain jika debitor lalai, sedangkan benda-
benda debitor ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.

Pasal 1832 KUH Perdata


Penanggung tidak dapat menuntut supaya barang milik debitor lebih dulu disita dan dijual untuk
melunasi utangnya:
1.bila ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut barang-barang debitor lebih dahulu disita
dan dijual;
2.bila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitor terutama secara tanggung
menanggung, dalam hal itu, akibat-akibat perikatannya diatur menurut asas-asas yang ditetapkan
untuk utang-utang tanggung-menanggung;
3.jika debitor dapat mengajukan suatu tangkisan yang hanya mengenai dirinya sendiri secara pribadi;
4.jika debitor berada keadaan pailit;
5.dalam hal penanggungan yang diperintahkan oleh Hakim.
Kapan seorang Penjamin dapat dimohonkan PKPU?
Untuk Penjamin yang telah melepaskan hak-hak istimewanya (sebagaimana
diatur pada pasal 1832 KUH Perdata), terutama untuk Penjamin yang telah
menyatakan dirinya bertanggung jawab renteng dengan debitor utama
terhadap utang debitor utama maka kreditor dapat langsung mengajukan
permohonan PKPU terhadap Penjamin tersebut dengan mengajukan sebagai
bukti:
1.Surat perjanjian kredit;
2.Surat perjanjian penanggungan dimana Penjamin telah melepaskan hak-
hak istimewanya dan menyatakan bertanggung jawab renteng dengan
debitor utama;
3.Penjamin (Termohon PKPU) mempunyai utang pada kreditor lain;
4.Salah satu utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih tetapi
Penjamin sebagai pihak yang bertanggung jawab renteng dengan debitor
utama terhadap utang tersebut, tetap tidak dibayar.
Untuk Penjamin yang tidak melepaskan hak-hak istimewanya
maka kreditor harus menggugat debitor utama terlebih dahulu,
setelah harta debitor utama disita dan dilelang tetapi tidak
cukup utangnya untuk melunasi seluruh utangnya, maka
terdapat sisa utang yang belum terbayar atau telah terbukti
debitor utama tidak mempunyai harta apapun lagi atau debitor
utama telah dinyatakan pailit oleh kreditor lain, baru kemudian
kreditor dapat menagih utang debitor utama kepada Penjamin.
Apabila Penjamin setelah ditagih tidak mau membayar maka dapat
diajukan permohonan PKPU, untuk kreditor (pemohon) harus dapat
membuktikan bahwa:
a)Kreditor (pemohon) telah menagih/menggugat debitor utama
terlebih dahulu tetapi ternyata: (Pasal 1831 KUH Perdata)
– debitor utama tidak mempunyai harta sama sekali;
– harta debitor utama tidak cukup untuk melunasi utangnya;
– debitor utama dalam keadaan pailit. (Pasal 1832 (4) KUH
Perdata)
b)Penjamin sebagai debitor mempunyai lebih dari 1 kreditor.
c)Bahwa salah satu utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih.
Pengertian Utang
Pengertian Utang

Pasal 1 ayat (6) UUK-PKPU:

“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan


dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun
mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul
di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian
atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan
bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk
mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor.”
Adanya Utang

Kewajiban atau utang dapat timbul dari perjanjian atau dari


undang-undang (Pasal 1233 KUH Perdata), yaitu:
•kewajiban untuk memberikan sesuatu;
•kewajiban untuk berbuat sesuatu; dan
•kewajiban untuk tidak berbuat sesuatu.

Bagi Debitor, kewajiban tersebut adalah utang yang memberikan


hak menagih kepada Kreditor (tagihan/piutang). Kegagalan
Debitor untuk memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya
dapat menjadi dasar Permohonan Pernyataan Pailit.
Utang telah jatuh waktu dan dapat ditagih

“Utang yang telah jatuh waktu” atau utang yang telah due atau
expired, dengan sendirinya menjadi “utang yang telah dapat ditagih”,
namun utang yang telah dapat ditagih belum tentu merupakan utang
yang telah jatuh waktu.

Utang hanyalah jatuh waktu apabila menurut perjanjian kredit atau


perjanjian utang-piutang telah sampai jadwal waktunya untuk dilunasi
oleh Debitor sebagaimana ditentukan dalam perjanjian tersebut.
Namun, suatu utang sekalipun jatuh waktunya belum tiba tetapi
mungkin saja utang itu telah dapat ditagih, yaitu karena telah terjadi
salah satu peristiwa yang disebut event of default, sebagaimana
ditentukan di dalam perjanjian.
Untuk menentukan utang yang telah dapat ditagih apabila di dalam
perjanjian kredit tidak ditentukan waktu tertentu sebagai tanggal jatuh
waktu perjanjian, maka dapat ditentukan dengan menggunakan Pasal
1238 KUH Perdata. Menurut Pasal 1238 KUH Perdata, pihak Debitor
dianggap lalai apabila Debitor dengan surat teguran (somasi) telah
dinyatakan lalai dan di dalam surat tersebut Debitor diberi waktu
tertentu untuk melunasi utangnya. Apabila setelah lewat jangka waktu
yang ditentukan dalam surat teguran ternyata Debitor belum juga
melunasi utangnya, maka Debitor dianggap lalai. Dengan terjadinya
kelalaian tersebut, maka berarti utang Debitor telah dapat ditagih.
Pengajuan Permohonan PKPU kepada BANK,
Perusahaan Efek, Perusahaan Asuransi, atau
BUMN
Pemohon PKPU

1. Debitor
2. Kreditor
3. Bank Indonesia OJK (Pasal 55 ayat (2) UU No. 21 tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan “UU-OJK”)

4. Bapepam OJK (Pasal 55 ayat (1) UU-OJK)


5. Menteri Keuangan OJK (Pasal 55 ayat (1) UU-OJK)

Dasar Hukum: Pasal 222 jo. 223 UUK-PKPU


Bank Indonesia sebagai Pemohon PKPU

Dalam hal Debitor adalah bank, permohonan PKPU hanya dapat


diajukan oleh Bank Indonesia. Pengajuan permohonan pernyataan
pailit bagi bank sepenuhnya merupakan kewenangan Bank Indonesia
dan semata-mata didasarkan atas penilaian kondisi keuangan dan
kondisi perbankan secara keseluruhan, oleh karena itu tidak perlu
dipertanggungjawabkan. Kewenangan Bank Indonesia untuk
mengajukan permohonan pernyataan pailit ini tidak menghapuskan
kewenangan Bank Indonesia terkait dengan ketentuan mengenai
pencabutan izin usaha bank, pembubaran badan hukum, dan likuidasi
bank sesuai peraturan perundang-undangan. (Pasal 2 ayat (3) UUK-
PKPU)
Namun saat ini kewenangan Bank Indonesia beralih ke OJK. (Pasal 55
ayat (2) UU OJK)
Bapepam sebagai Pemohon PKPU

Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga


Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat
diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal. (Pasal 2 ayat (4)
UUK-PKPU)
Namun saat ini kewenangan Bapepam beralih ke OJK. (Pasal 55
ayat (1) UU OJK)
Dapatkah Kreditor mengajukan permohonan PKPU/Pailit Perusahaan Sekuritas?

Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (Pasal 2 ayat (4) UUK-PKPU). Namun sekarang beralih ke OJK.

Contoh Kasus Kontroversial:


PT Andalan Artha Advisido (AAA) Sekuritas
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melalui Putusan No.
08/Pdt.Sus.PAILIT/2015/PN.Niaga.Jkt.Pusat. mengabulkan Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan
oleh Ghozi Muhammad dan Azmi Ghozi Harharah terhadap PT Andalan Artha Advisido (AAA) Sekuritas.
Menteri Keuangan sebagai Pemohon PKPU

Dalam hal Debitor adalah perusahan asuransi, perusahaan reasuransi, dana


pensiun adalah Menteri Keuangan yang sekarang dialihkan menjadi
kewenangan OJK. Sedangkan untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak di bidang kepentingan publik maka yang berhak mengajukan
Permohonan Pernyataan Pailit adalah Menteri Keuangan (Pasal 2 ayat (5)
UUK-PKPU Jo. Pasal 55 ayat (1) UU-OJK).

Berdasarkan Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang


Perasuransian (“UU Perasuransian”) Permohonan pernyataan pailit terhadap
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi,
atau perusahaan reasuransi syariah berdasarkan Undang-Undang ini hanya
dapat diajukan oleh OJK.
Dapatkah Kreditor mengajukan permohonan PKPU debitor yang berstatus
BUMN?
Berdasarkan UUK-PKPU, BUMN baik berbentuk Persero maupun Perum dapat
dinyatakan pailit. Namun, Pasal 2 ayat (5) UUK-PKPU mengatur pula secara khusus,
bahwa terhadap BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik, Permohonan
Pernyataan Pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Penjelasan Pasal 2
ayat (5) UUK-PKPU menyebutkan bahwa “BUMN yang bergerak di bidang
kepentingan publik” adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak
terbagi atas saham.
UU No. 19/2003 (UU BUMN) mengenal dua bentuk BUMN, yaitu:
•Perusahaan Perseroan (Persero), yaitu BUMN berbentuk Perseroan Terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya
dimiliki oleh Negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan (Pasal 1 (2) UU
BUMN);
•Perusahaan Umum (Perum), yaitu BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara
dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang maupun jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan (Pasal 1 (4) UU BUMN).
• Apabila menggunakan argumentum a contrario dalam memahami penjelasan
Pasal 2 ayat (5) UUK-PKPU, maka Permohonan Pernyataan Pailit terhadap
BUMN yang modalnya terbagi dalam saham, baik seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh negara, maka BUMN berbentuk Persero tidak termasuk
dalam lingkup Pasal 2 ayat (5) UUK-PKPU. Sehingga Permohonan Pernyataan
Pailit dapat diajukan langsung oleh Kreditornya.
• Dalam hal saham Persero dimiliki 100% oleh Negara, tidak berarti pula
Permohonan Pernyataan Pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan
sebagaimana Pasal 2 ayat 5 UUK-PKPU, karena berdasarkan anggaran
dasarnya telah ditentukan bentuk dan usaha adalah PT Persero. Sehingga
Permohonan Pernyataan Pailit dapat diajukan oleh siapa pun seperti
perseroan terbatas swasta.
Kreditor Lain
Kreditor / Kreditor Lain

Menurut Pasal 2 ayat (1) UUK-PKPU, salah satu syarat


yang harus dipenuhi adalah Debitor harus memiliki
dua kreditor atau lebih, sehingga harus ada kreditor
lainnya selain daripada kreditor yang mengajukan
Permohonan Pernyataan Pailit. Dengan demikian,
UUK-PKPU hanya memungkinkan seorang Debitor
dinyatakan pailit apabila Debitor tersebut memiliki
paling sedikit 2 (dua) kreditor. Syarat mengenai adanya
minimal dua atau lebih kreditor dikenal sebagai
concursus creditorum.
Kreditor / Kreditor Lain

Kreditor : Orang yang mempunyai Piutang karena perjanjian


atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka Pengadilan.
(Pasal 1 ayat (2) UUK-PKPU).
Kreditor Lain: Menurut Pasal 2 ayat (1) UUK-PKPU, salah satu
syarat yang harus dipenuhi adalah debitor harus memiliki dua
kreditor atau lebih. Sehingga harus ada kreditor lainnya selain
kreditor yang mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit/
PKPU.
Dengan demikian, Undang-Undang hanya memungkinkan
seorang debitor dinyatakan pailit apabila debitor memiliki paling
sedikit 2 (dua) kreditor.
Kreditor

Berikut adalah kreditor-kreditor yang perlu pembahasan lebih


lanjut:

1.Kreditor Sindikasi;
2.Pemegang Obligasi;
3.Buruh;
4.Pemegang Putusan Arbitrase;
5.Pemegang Putusan Pengadilan Asing.
Kreditor Sindikasi

Dapatkah salah satu kreditor dalam kredit sindikasi


mengajukan Permohonan PKPU?

Masing-masing Kreditor Sindikasi berhak mengajukan


Permohonan PKPU dengan syarat mempunyai piutang karena
perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka
pengadilan. Dalam hal ada Kreditor Sindikasi, maka syarat dua
atau lebih Kreditor sudah terpenuhi dan terbukti
Kreditor Pemegang Obligasi

Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 1 angka 30 UU No. 8 Tahun 1995


tentang Pasar Modal (UU No. 8/1995), Wali Amanat adalah pihak yang
mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang.
Dalam hal emiten melakukan kelalaian, berdasarkan Pasal 51 ayat 2 UU
No. 8/1995, Pemegang Obligasi hanya dapat mengajukan suatu
tuntutan/gugatan kepada Emiten melalui Wali Amanat. Pasal tersebut
menyebutkan, bahwa wali amanat mewakili kepentingan pemegang
obligasi baik di dalam maupun di luar pengadilan. Berdasarkan
ketentuan tersebut pula, wali amanat menjadi kuasa dari pemegang
obligasi berdasarkan undang-undang, bukan dari perjanjian pemberian
kuasa sebagaimana diatur dalam Pasal 1792 KUH Perdata.
Maka, dalam hal ini yang dapat menjadi kreditor pemegang obligasi
adalah wali amanat.
Kreditor Buruh

Dapatkah tagihan buruh dijadikan dasar Permohonan PKPU?

Pada dasarnya tagihan buruh dapat dijadikan dasar pengajuan


Permohonan Pernyataan Pailit. Namun demikian, buruh tersebut
harus sudah mengajukan upaya hukum melalui Pengadilan
Hubungan Industrial dan telah memperoleh Putusan yang
berkekuatan hukum tetap.
Kreditor Pemegang Putusan Arbitrase

Dapatkah Putusan Arbitrase (asing/domestik) dijadikan


dasar Permohonan PKPU?

Putusan Arbitrase dapat dijadikan sebagai dasar


Permohonan PKPU, dimana Putusan Arbitrase tersebut
termasuk dalam "utang yang telah jatuh waktu dan dapat
ditagih" (Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UUK-PKPU).
Kreditor Pemegang Putusan Pengadilan Asing

Apakah Putusan Pengadilan Asing dapat dijadikan dasar Permohonan


PKPU?

UUK-PKPU tidak secara tegas mengatur mengenai boleh atau tidaknya


putusan pailit pengadilan asing dieksekusi di Indonesia. Pasal 299 UUK-
PKPU mengatur bahwa “Kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang
ini maka hukum acara yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata.”

Berdasarkan Pasal tersebut dapat ditafsirkan bahwa Pengadilan Niaga


tidak dapat mengeksekusi putusan pailit pengadilan asing karena
dalam hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia, putusan
pengadilan asing tidak dapat diakui dan dieksekusi oleh Pengadilan
Indonesia.
Putusan pengadilan asing tidak dapat dieksekusi di wilayah
Republik Indonesia kecuali undang-undang mengatur sebaliknya
(Pasal 436 RV).

Pengecualian Pasal 436 RV adalah putusan hakim asing


mengenai perhitungan dan pembagian kerugian yang menimpa
kapal atau avarij umum berdasarkan Pasal 724 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (“KUHD”), atau berdasarkan perjanjian
bilateral atau multilateral antara Indonesia dengan suatu atau
beberapa negara, sesuai dengan asas resiprositas.
Pembuktian yang Sederhana
Pengertian Pasal 8 ayat (4) UUK-PKPU

Pasal 8 ayat (4) UUK-PKPU


“Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta
atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk
dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah
dipenuhi.”

“Fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana" adalah adanya fakta
dua atau lebih Kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak
dibayar. Sedangkan perbedaan besarnya jumlah utang yang didalilkan
oleh Pemohon Pernyataan Pailit dan Termohon Pernyataan Pailit tidak
menghalangi dijatuhkannya putusan permohonan pernyataan pailit.
Pengertian Pasal 8 ayat (4) UUK-PKPU

Salah Tafsir Pasal 8 ayat (4) UUK-PKPU:


a.UUK-PKPU memang tidak mengatur lebih lanjut pengertian dan syarat-syarat
pembuktian sederhana atas utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
b.Pada praktiknya, Pengadilan Niaga biasanya menolak permohonan dengan alasan
keadaan adanya utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih tidak dapat
dibuktikan secara sederhana, sebagai berikut:
1. Termohon PKPU mengajukan bukti-bukti bahwa Pemohon Pernyataan Pailit
lalai/wanprestasi;
2. Adanya bukti-bukti atau keadaan yang sangat rumit tentang kebenaran dan
sejarah ada tidaknya utang tersebut;
3. Adanya keadaan memaksa (force majeure) sehingga debitor tidak mampu
untuk membayar utang.
Pembuktian yang Sederhana

Tidak benar pendapat dan putusan yang menyatakan pembuktian di


pengadilan niaga bersifat sederhana, sebab:
1.Salah menggunakan penafsiran a contrario.
2.Hukum acara yang berlaku adalah hukum acara perdata (Pasal 299
UUK-PKPU);
3.Sebenarnya tahapan pembuktian yang digunakan dengan perdata
relatif sama, hanya tidak menggunakan mediasi;
4.Alat bukti yang digunakan dalam pembuktian Permohonan PKPU sama
dengan alat bukti yang digunakan dalam pembuktian perdata (Pasal 1866
KUH Perdata: Surat, Saksi, Persangkaan, Pengakuan, Sumpah).
Maka, tidak benar apabila terdapat pendapat dan putusan yang
menyatakan sistem pembuktian di Pengadilan Niaga bersifat sederhana.
Domisili Hukum
Domisili Hukum

Masalah domisili hukum adalah hal krusial yang penting untuk menentukan
sukses tidaknya PKPU. Domisili hukum terkait dengan masalah kompetensi
absolut maupun relatif yang dimiliki oleh Pengadilan untuk memutus
Permohonan PKPU yang diajukan oleh Pemohon.
 
Terkait dengan Kompetensi Absolut, maka hal ini dapat kita ketahui dari
ketentuan Pasal 1 ayat (7) UUK-PKPU, yang menyatakan:
“Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum.”
Kompetensi Absolut

Pasal 280 ayat (2) UU No. 4/1998


“Pengadilan Niaga, selain memeriksa dan memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan PKPU,
berwenang pula memeriksa dan memutuskan perkara lain di bidang perniagaan yang
penetapannya dilakukan dengan peraturan pemerintah.”

Pasal 300 ayat (1) UUK-PKPU


“Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini, selain memeriksa dan
memutuskan permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang,
berwenang pula memeriksa dan memutuskan perkara lain di bidang perniagaan yang
penetapannya dilakukan dengan undang-undang.”

Pasal 3 ayat (1) UUK-PKPU


“Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan dan/atau diatur
dalam undang-undang ini, diputuskan oleh Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah
tempat kedudukan Debitor.”
Pasal 3 ayat (1) UUK-PKPU memberikan kewenangan kepada Pengadilan Niaga untuk memutus dan
memeriksa perkara turunan/derivatif dari Perkara Kepailitan.
Sedangkan terkait dengan Kompetensi Relatif maka terkait dengan domisili
hukum, hal ini dapat kita ketahui dari ketentuan Pasal 3 UUK-PKPU, yang
menyatakan:
1.daerah tempat kedudukan hukum Debitor;
2.Dalam hal Debitor telah meninggalkan wilayah Negara Republik Indonesia,
menggunakan tempat kedudukan hukum terakhir Debitor;
3.Dalam hal Debitor adalah pesero suatu firma, menggunakan tempat
kedudukan hukum firma tersebut juga berwenang memutuskan;
4.Dalam hal debitor tidak berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia
tetapi menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara Republik
Indonesia, menggunakan tempat kedudukan atau kantor pusat Debitor
menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara Republik Indonesia.
5.Dalam hal Debitor merupakan badan hukum, tempat kedudukan hukumnya
adalah sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasarnya.
Pengadilan Niaga

Dasar Pembentukan
Pengadilan Niaga yang pertama dibentuk adalah Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat. Kemudian disusul dengan pembentukan Pengadilan
Niaga Medan, Pengadilan Niaga Ujung Pandang (Makasar), Pengadilan
Niaga Surabaya dan Pengadilan Niaga Semarang. Pengadilan Niaga
yang dibentuk berdasarkan UU No. 4 Tahun 1998 adalah Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat.

Pasal 281 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998


Untuk Pertama kali dalam Undang-Undang ini, Pengadilan Niaga
dibentuk pada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Kompetensi Relatif Pengadilan Niaga

Untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal 281 ayat (2) dan (4) UU No. 4
Tahun 1998, maka pada tanggal 18 Agustus 1999 diterbitkanlah Keppres
No.97 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Ujung Pandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan
Negeri Surabaya dan Pengadilan Negeri Semarang. Adapun Kompetensi
Relatif Pengadilan Niaga setelah terbitnya Keppres No. 97 Tahun 1999
adalah sebagai berikut:

1.Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat;


2.Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Makasar;
3.Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Medan;
4.Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya;
5.Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Semarang.
Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
DKI Jakarta, Lampung, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Bangka
Belitung.

Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Makasar


Sulawesi Selatan, Papua, Papua Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,
Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara.

Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Medan


Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, dan
Jambi.

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya


Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Utara.

Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Semarang


Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Perkara-Perkara di Luar Kepailitan dan PKPU
yang menjadi Kompetensi Pengadilan Niaga

Pengadilan Niaga berwenang juga memeriksa dan memutus perkara lain


di bidang perniagaan, yaitu perkara mengenai Kekayaan Intelektual, yang
terdiri atas:
1.Perkara Desain Industri (Pasal 38 UU No. 31 /2000);
2.Perkara Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Pasal 30 UU No. 32/2000);
3.Perkara Paten (Pasal 142 UU No. 13/2016);
4.Perkara Merek (Pasal 85 UU No. 20/2016);
5.Perkara Hak Cipta ( Pasal 95-109 UU No. 28/2014).

Pengecualian:
Perkara Rahasia Dagang diajukan ke Pengadilan Negeri (Pasal 11 ayat (2)
UU No. 30/2000).
Pilihan Hukum dalam Kontrak

Apakah pilihan domisili hukum dan pilihan hukum dalam kontrak


mempengaruhi Permohonan Pernyataan Pailit/PKPU?

Pilihan domisili hukum dan pilihan hukum dalam kontrak tidak


mempengaruhi Permohonan Pernyataan Pailit dan/atau PKPU.
Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan menyelesaikan
Permohonan PKPU dari para pihak yang terikat perjanjian yang
memuat klausula arbitrase, sepanjang utang yang menjadi dasar
permohonan PKPU telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) UUK-PKPU (Pasal 303 UUK-PKPU).
Tentang Harus Diwakili Advokat
Permohonan PKPU harus diwakili oleh Advokat

Permohonan PKPU HARUS diajukan oleh Advokat dengan


ditandatangani oleh Pemohon dan oleh Advokatnya.

(Pasal 7 jo. Pasal 224 (1) UUK-PKPU)

Ketentuan tersebut di atas tidak berlaku dalam hal


permohonan PKPU diajukan oleh Bank Indonesia,
Bapepam, dan Menteri Keuangan (sekarang OJK).
Tidak Mengenal Nebis in Idem

Asas nebis in idem yang dikenal dalam hukum perdata dan pidana
Indonesia, pengertiannya adalah jika suatu perkara telah diputus,
maka tidak dapat dilakukan lagi permohonan pemeriksaan atas
perkara yang sama.

Asas ini tidak dikenal di dalam hukum kepailitan, sehingga


permohonan pernyataan Pailit atau PKPU yang telah
menyebabkan debitor dinyatakan pailit tidak menghalangi
kreditor tersebut atau kreditor lainnya melakukan permohonan
pernyataan Pailit atau PKPU kembali terhadap debitor yang
sama, asalkan syarat-syarat yang ditentukan oleh UUK-PKPU tetap
terpenuhi.
Contoh kasus terkait Tidak mengenal Ne Bis in Idem:
PT Carvita Central Cahaya terhadap PT Duranggah
Indonesia dan Abadi Ginting
Putusan No. 15/Pailit/2012/PN.Niaga.Sby. Jo. Putusan
No. 703 K/Pdt.Sus/2012
“Bahwa apakah persyaratan mempunyai 2 (dua) kreditor atau
lebih dan tidak membayar lunas sedikitnya 1 (satu) utang
sebagaimana disyaratkan di atas, Majelis Hakim berpendapat
hal ini telah memasuki pokok perkara dan akan
dipertimbangkan dalam pokok perkara, lagi pula pernyataan
pailit diajukan dengan permohonan, bukan gugatan dan tidak
dikenal Asas Ne Bis In Idem”
Akibat Hukum PKPU

Pasal 235 UUK-PKPU


1.Terhadap Putusan PKPU tidak dapat diajukan
upaya hukum apapun.
2.Putusan PKPU harus diumumkan.
Pengumuman PKPU

Pasal 226 UUK-PKPU


1.Pengurus wajib segera mengumumkan Putusan PKPU Sementara
dalam Berita Negara Republik Indonesia dan paling sedikit dalam 2
surat kabar harian yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas dan
pengumuman harus memuat undangan untuk hadir pada persidangan
yang merupakan rapat permusyawaratan hakim berikut tanggal,
tempat, dan waktu sidang tersebut, nama Hakim Pengawas dan nama
serta alamat Pengurus.
2.Apabila pada waktu PKPU Sementara diucapkan sudah diajukan
rencana perdamaian oleh Debitor, hal ini harus disebutkan dalam
pengumuman, dan pengumuman harus dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 21 hari sebelum tanggal sidang yang direncanakan.
Akibat PKPU terhadap Debitor

Pasal 240 ayat (1) s/d ayat (3) UUK-PKPU


Debitor tidak berhak melakukan pengurusan
•Selama PKPU, Debitor tanpa persetujuan Pengurus tidak dapat
melakukan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian
hartanya.
•Jika Debitor melanggar, Pengurus berhak melakukan segala sesuatu
yang diperlukan untuk memastikan harta Debitor tidak dirugikan
karena tindakan Debitor tersebut.
•Kewajiban Debitor yang dilakukan tanpa persetujuan Pengurus yang
timbul setelah dimulainya PKPU, hanya dapat dibebankan kepada
harta Debitor sejauh hal itu menguntungkan harta Debitor.
Akibat PKPU terhadap Debitor

Pasal 240 ayat (4) s/d ayat (6) UUK-PKPU


Pinjaman dan pembebanan harta pailit oleh Debitor:
•Atas persetujuan Pengurus, Debitor dapat melakukan pinjaman dari
pihak ketiga hanya dalam rangka meningkatkan nilai harta Debitor.
•Apabila pinjaman perlu diberikan agunan, Debitor dapat membebani
hartanya dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau
hak agunan atas kebendaan lainnya, sejauh pinjaman tersebut telah
memperoleh persetujuan Hakim Pengawas.
•Pembebanan harta Debitor dengan gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, hanya
dapat dilakukan terhadap bagian harta Debitor yang belum dijadikan
jaminan utang.
Masa Stay

Pasal 242 UUK-PKPU


Selama berlangsungnya PKPU, Debitor tidak dapat dipaksa membayar
utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 245 dan semua tindakan
eksekusi yang telah dimulai untuk memperoleh pelunasan utang,
harus ditangguhkan.

Pasal 245 UUK-PKPU


Pembayaran semua utang, selain yang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 244 yang sudah ada sebelum PKPU selama berlangsungnya
PKPU, tidak boleh dilakukan, kecuali pembayaran utang tersebut
dilakukan kepada semua Kreditor, menurut perimbangan piutang
masing-masing, tanpa mengurangi berlakunya juga ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185 ayat (3).
Masa Stay

Pengecualian:
Dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 246, PKPU tidak
berlaku terhadap:
a.tagihan yang dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,
hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya;
b.tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan, atau pendidikan yang
sudah harus dibayar dan Hakim Pengawas harus menentukan jumlah
tagihan yang sudah ada dan belum dibayar sebelum PKPU yang bukan
merupakan tagihan dengan hak untuk diistimewakan; dan
c.tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik Debitor
maupun terhadap seluruh harta Debitor yang tidak tercakup pada ayat
(1) huruf b.
Voting

Pasal 229 ayat (1) UUK-PKPU


Pemberian PKPU tetap berikut perpanjangannya ditetapkan oleh
Pengadilan berdasarkan:
a.persetujuan lebih dari ½ jumlah kreditor konkuren yang haknya
diakui atau sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit
2/3 bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau yang sementara
diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam sidang
tersebut; dan
b.persetujuan lebih dari ½ jumlah Kreditor yang piutangnya dijamin
dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak
agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit
2/3 bagian dari seluruh tagihan Kreditor atau kuasanya yang hadir
dalam sidang tersebut.
Rencana Perdamaian

Pasal 265 UUK-PKPU


Debitor berhak pada waktu mengajukan permohonan PKPU atau
setelah itu menawarkan suatu perdamaian kepada Kreditor.

Pasal 267 UUK-PKPU


Dalam hal sebelum putusan pengesahan perdamaian
memperoleh kekuatan hukum tetap, ada putusan Pengadilan
yang menyatakan bahwa PKPU berakhir, gugurlah rencana
perdamaian tersebut.
Pencatatan Tagihan

Pasal 270 UUK-PKPU


1.Tagihan harus diajukan kepada Pengurus dengan cara
menyerahkan surat tagihan atau bukti tertulis lainnya yang
menyebutkan sifat dan jumlah tagihan disertai bukti yang
mendukung atau salinan bukti tersebut.
2.Terhadap tagihan yang diajukan kepada Pengurus, Kreditor
dapat meminta tanda terima dari Pengurus.

Apakah akibat hukum jikalau tidak didaftarkan dalam PKPU?


Tidak mempunyai hak suara dalam proses-proses PKPU, seperti
Rapat Kreditor, Rapat Pencocokan Utang, dan Rapat
Pemungutan Suara.
Pencocokan Piutang

Pasal 271 UUK-PKPU


Semua perhitungan yang telah dimasukkan oleh Pengurus
harus dicocokkan dengan catatan dan laporan dari Debitor.
Daftar Kreditor

Pasal 272 UUK-PKPU


Pengurus harus membuat Daftar Piutang yang memuat nama, tempat
tinggal Kreditor, jumlah piutang masing- masing, penjelasan piutang,
dan apakah piutang tersebut diakui atau dibantah oleh Pengurus.

Pasal 276 UUK-PKPU


1.Pengurus wajib menyediakan salinan Daftar Piutang di Kepaniteraan
Pengadilan, agar dalam waktu 7 hari sebelum diadakannya rapat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 268 dapat dilihat oleh setiap
orang dengan cuma-cuma.
2.Penyediaan salinan Daftar Piutang dilakukan dengan cuma-cuma.
Daftar Kreditor

Pasal 273 UUK-PKPU


1.Piutang yang berbunga harus dimasukkan dalam Daftar Piutang disertai
perhitungan bunga sampai dengan hari diucapkannya Putusan PKPU.
2.Ketentuan Pasal 135, Pasal 139, Pasal 140, Pasal 141, dan Pasal 142 ayat
(1) dan ayat (2) berlaku mutatis mutandis dalam hal PKPU.

Pasal 274 UUK-PKPU


1.Suatu tagihan dengan syarat tangguh dapat dimasukkan dalam Daftar
Piutang untuk nilai yang berlaku pada saat dimulainya PKPU.
2.Jika Pengurus dan Kreditor tidak mencapai kesepakatan tentang
penetapan nilai tagihan tersebut, seluruh nilai tagihan Kreditor harus
diterima secara bersyarat.
Daftar Kreditor
Pasal 275 UUK-PKPU
1.Piutang yang saat penagihannya belum jelas atau yang memberikan hak untuk
memperoleh pembayaran secara berkala, wajib dimasukkan dalam daftar untuk
nilai yang berlaku pada tanggal diucapkannya Putusan PKPU Sementara.
2.Semua piutang yang dapat ditagih dalam jangka waktu 1 tahun sejak Putusan
PKPU diucapkan, wajib diperlakukan sebagai piutang yang dapat ditagih pada
tanggal tersebut.
3.Semua piutang yang dapat ditagih setelah lewat 1 tahun sejak Putusan PKPU
diucapkan, wajib dimasukkan dalam daftar untuk nilai yang berlaku 1 tahun
setelah Putusan PKPU diucapkan.
4.Dalam melakukan perhitungan nilai piutang, wajib diperhatikan:
a. waktu dan cara pembayaran angsuran;
b. keuntungan yang mungkin diperoleh; dan
c. besarnya bunga apabila diperjanjikan.
Voting Rencana Perdamaian
Pasal 281 UUK-PKPU
1.Rencana perdamaian dapat diterima berdasarkan:
a. persetujuan lebih dari ½ jumlah kreditor konkuren yang haknya diakui
atau sementara diakui yang hadir pada rapat Kreditor sebagaimana
Pasal 268 termasuk Kreditor sebagaimana Pasal 280, yang bersama-
sama mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari seluruh tagihan yang diakui
atau sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir
dalam rapat tersebut; dan
b. persetujuan lebih dari ½ jumlah Kreditor yang piutangnya dijamin
dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak
agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit
2/3 bagian dari seluruh tagihan dari Kreditor tersebut atau kuasanya
yang hadir dalam rapat tersebut.
2.Kreditor Separatis yang tidak menyetujui rencana perdamaian diberikan
kompensasi sebesar nilai terendah di antara nilai jaminan atau nilai aktual
pinjaman yang secara langsung dijamin dengan hak agunan atas kebendaan.
Pengesahan Rencana Perdamaian
Pasal 285 UUK-PKPU
1.Pengadilan wajib memberikan putusan mengenai pengesahan perdamaian disertai
alasan-alasannya pada sidang pegesahan perdamaian.
2.Pengadilan wajib menolak untuk mengesahkan perdamaian, apabila:
– harta Debitor, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk menahan
benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam perdamaian;
– pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin;
– perdamaian itu dicapai karena penipuan, atau persekongkolan dengan satu atau
lebih Kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa
menghiraukan apakah Debitor atau pihak lain bekerja sama untuk mencapai hal
ini; dan/atau
– imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh ahli dan Pengurus belum dibayar
atau tidak diberikan jaminan untuk pembayarannya.
3.Apabila Pengadilan menolak mengesahkan perdamaian maka dalam putusan yang sama
Pengadilan wajib menyatakan Debitor Pailit dan putusan tersebut harus diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia dan paling sedikit 2 surat kabar harian dengan jangka
waktu paling lambat 5 hari setelah putusan diterima oleh Hakim Pengawas dan Kurator.
Pengesahan Rencana Perdamaian

Pasal 289 UUK-PKPU


Apabila rencana perdamaian ditolak maka Hakim Pengawas
wajib segera memberitahukan penolakan itu kepada Pengadilan
dengan cara menyerahkan kepada Pengadilan tersebut salinan
rencana perdamaian serta berita acara rapat sebagaimana Pasal
282, dan dalam hal demikian Pengadilan harus menyatakan
Debitor Pailit setelah Pengadilan menerima pemberitahuan
penolakan dari Hakim Pengawas, dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 283 ayat (1).
Berakhirnya PKPU

Pasal 288 UUK-PKPU


PKPU berakhir pada saat Putusan Pengesahan Perdamaian
memperoleh kekuatan hukum tetap dan Pengurus wajib
mengumumkan pengakhiran ini dalam Berita Negara Republik
Indonesia dan paling sedikit 2 surat kabar harian.
TERIMA KASIH
Nien Rafles Siregar
Managing Partner Siregar Setiawan Manalu Partnership (SSMP)

Kualifikasi Akademik
•S.H, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
•M.H, Universitas Indonesia, Jakarta

Asosiasi
•Wakil Sekretaris Jenderal pada Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia/AKPI
•Pengurus pada DPN Perhimpunan Advokat Indonesia/PERADI
•Pengurus pada DPC Perhimpunan Advokat Indonesia/PERADI Jakarta Pusat

ANZ Tower, 20th Floor


Jl. Jend. Sudirman Kav. 33A, Jakarta Pusat
021-579326 49/53
www.ssmp.co
Email: rafles.siregar@ssmp.co

Anda mungkin juga menyukai