Disampaikan oleh:
Nien Rafles Siregar, S.H., M.H.
Advokat dan Kurator
(Wakil Sekretaris Jenderal AKPI)
16 Juli 2019
Aula Pancasila – Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Ease of Doing Business
1. Starting a Business
2. Dealing with Construction Permits
3. Getting Electricity
4. Registering Property
5. Getting Credit
6. Protecting Minority Investors
7. Trading across Borders
8. Enforcing Contracts
9. Resolving Insolvency*)
10.Protecting Minority Investors
Pentingnya Ease of Doing Business
Resolving Insolvency
•Kemudahan berbisnis diukur mulai dari pada saat suatu bisnis akan dimulai sampai jika suatu bisnis mengalami
masalah, salah satunya adalah masalah kesulitan keuangan yang mengakibatkan gagal bayar atas kewajibannya
kepada kreditor (insolvent). Untuk itu, sebuah ekonomi harus menyediakan sistem kepailitan yang efisien dan
mendorong agar bisnis yang mengalami kesulitan keuangan agar mampu tetap bertahan setelah melalui proses
kepailitan (insolvency proceeding).
•Dengan proses kepailitan yang cepat dan murah, akan mampu memberikan perlindungan atas hak-hak
kreditor dan debitor dan meningkatkan harapan nilai pengembalian yang lebih wajar bagi kreditor dan debitor,
selain itu juga akan mampu menyelamatkan bisnis yang masih memiliki harapan untuk hidup (viable), dan pada
akhirnya akan membantu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
•Aspek kerangka hukum, penanganan kepailitan dinilai dari sejauh mana kerangka hukum kepailitan
memberikan kepastian dan perlindungan hukum serta hak-hak debitor dan kreditor pada proses penanganan
kepailitan sampai selesainya proses.
•Penanganan kepailitan diukur dari biaya dan waktu serta output dari proses kepailitan. Biaya diukur dari
biaya-biaya yang dibayar dalam rangka penanganan kasus mulai dari biaya perkara, biaya pengacara, biaya
kurator/pengurus, biaya akuntan, penilai dan biaya-biaya profesional lainnya sampai prosesnya selesai
termasuk didalamnya adalah kerugian yang berbentuk dari turunnya nilai pengembalian atas piutang kreditor.
Waktu diukur mulai dari permohonan pengajuan perkara sampai proses pemberesan. selanjutnya, output dari
proses kepailitan mengukur apakah sistem kepailitan mendorong agar suatu bisnis yang mengalami gagal bayar
(insolvent) dapat keluar sebagai entitas yang tetap bertahan (going concern) setelah melalui proses kepailitan.
Komparasi Perkara-Perkara Kepailitan pada
Pengadilan Niaga di Indonesia
PKPU
Pailit
Data Tahun 1998 – 2002
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
“Utang yang telah jatuh waktu” atau utang yang telah due atau
expired, dengan sendirinya menjadi “utang yang telah dapat ditagih”,
namun utang yang telah dapat ditagih belum tentu merupakan utang
yang telah jatuh waktu.
1. Debitor
2. Kreditor
3. Bank Indonesia OJK (Pasal 55 ayat (2) UU No. 21 tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan “UU-OJK”)
Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (Pasal 2 ayat (4) UUK-PKPU). Namun sekarang beralih ke OJK.
1.Kreditor Sindikasi;
2.Pemegang Obligasi;
3.Buruh;
4.Pemegang Putusan Arbitrase;
5.Pemegang Putusan Pengadilan Asing.
Kreditor Sindikasi
“Fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana" adalah adanya fakta
dua atau lebih Kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak
dibayar. Sedangkan perbedaan besarnya jumlah utang yang didalilkan
oleh Pemohon Pernyataan Pailit dan Termohon Pernyataan Pailit tidak
menghalangi dijatuhkannya putusan permohonan pernyataan pailit.
Pengertian Pasal 8 ayat (4) UUK-PKPU
Masalah domisili hukum adalah hal krusial yang penting untuk menentukan
sukses tidaknya PKPU. Domisili hukum terkait dengan masalah kompetensi
absolut maupun relatif yang dimiliki oleh Pengadilan untuk memutus
Permohonan PKPU yang diajukan oleh Pemohon.
Terkait dengan Kompetensi Absolut, maka hal ini dapat kita ketahui dari
ketentuan Pasal 1 ayat (7) UUK-PKPU, yang menyatakan:
“Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum.”
Kompetensi Absolut
Dasar Pembentukan
Pengadilan Niaga yang pertama dibentuk adalah Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat. Kemudian disusul dengan pembentukan Pengadilan
Niaga Medan, Pengadilan Niaga Ujung Pandang (Makasar), Pengadilan
Niaga Surabaya dan Pengadilan Niaga Semarang. Pengadilan Niaga
yang dibentuk berdasarkan UU No. 4 Tahun 1998 adalah Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat.
Untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal 281 ayat (2) dan (4) UU No. 4
Tahun 1998, maka pada tanggal 18 Agustus 1999 diterbitkanlah Keppres
No.97 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Ujung Pandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan
Negeri Surabaya dan Pengadilan Negeri Semarang. Adapun Kompetensi
Relatif Pengadilan Niaga setelah terbitnya Keppres No. 97 Tahun 1999
adalah sebagai berikut:
Pengecualian:
Perkara Rahasia Dagang diajukan ke Pengadilan Negeri (Pasal 11 ayat (2)
UU No. 30/2000).
Pilihan Hukum dalam Kontrak
Asas nebis in idem yang dikenal dalam hukum perdata dan pidana
Indonesia, pengertiannya adalah jika suatu perkara telah diputus,
maka tidak dapat dilakukan lagi permohonan pemeriksaan atas
perkara yang sama.
Pengecualian:
Dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 246, PKPU tidak
berlaku terhadap:
a.tagihan yang dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,
hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya;
b.tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan, atau pendidikan yang
sudah harus dibayar dan Hakim Pengawas harus menentukan jumlah
tagihan yang sudah ada dan belum dibayar sebelum PKPU yang bukan
merupakan tagihan dengan hak untuk diistimewakan; dan
c.tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik Debitor
maupun terhadap seluruh harta Debitor yang tidak tercakup pada ayat
(1) huruf b.
Voting
Kualifikasi Akademik
•S.H, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
•M.H, Universitas Indonesia, Jakarta
Asosiasi
•Wakil Sekretaris Jenderal pada Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia/AKPI
•Pengurus pada DPN Perhimpunan Advokat Indonesia/PERADI
•Pengurus pada DPC Perhimpunan Advokat Indonesia/PERADI Jakarta Pusat