Anda di halaman 1dari 711

ASPEK HUKUM

DALAM BISNIS
Dosen :
Buku Acuan
• 1. Pokok- Pokok Hukum Bisnis ,
Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas ,
Salemba Empat
• 2.Hukum Bisnis untuk Perusahaan ,
Abdul R Saliman ,SH .MM ,
Hermansyah SH M.Hum ,Ahmad Jalis SH .MA
Penilaian
• Kehadiran/ absensi..................30 %
• Nilai UTS .............................30 %
• Nilai UAS ............................30 %
• Tugas Mahasiswa .....................10 %
Bab 1 . Pengantar Ilmu Hukum
• DEFINISI HUKUM
• Pendefinisian Hukum
• Langkah pertama dalam mempelajari suatu disiplin
ilmu adalah memahami pengertian atau definisi
ilmu yang akan dipelajari . Dengan mempelajari
definisi tersebut, kita akan memperoleh gambaran
sekaligus batasan dari ilmu yang akan dipelajari .
Demikian pula halnya dengan mempelajari ilmu
hukum, hendaknya dimulai dengan mempelajari
batasan pengertian atau definisi tentang hukum .
• Namun, rupanya sulit untuk mencari definisi hukum karena
menurut Prof. Mr. Dr. L. J. van Apeldoorn, tidak mungkin
memberikan suatu definisi tentang apakah yang disebut
hukum itu . Definisi tentang hukum sangat sulit dibuat karena
tidak mungkin untuk merumuskannya yang sesuai dengan
kenyataan (Apeldoorn dalam Kansil, 1977:28) . Sekalipun
banyak sarjana hukum yang telah memberikan definisi tentang
hukum, satu dari mereka belum pernah ada yang memberikan
kepuasan . Lebih lanjut, apabila kita mencari definisi hukum
maka kita akan menemukan ketidak selarasan pendapat .
• Menurut Dr. W. L. G. Lemaire, alasan mengapa hukum itu sulit
diberikan definisi yang tepat adalah hukum itu mempunyai
segi dan bentuk yang sangat banyak sehingga tidak mungkin
dicakup secara keseluruhan dalam satu definisi (Lemaire dalam
Kansil, 1977:30) .
• Prof. van Apeldoorn selanjutnya mengatakan bahwa siapa
hendak mengenal sebuah gunung, ia harus melihat sendiri
gunung itu . Demikian pula bagi siapa yang ingin mengenal
hukum maka ia harus melihat hukum . Seperti halnya
Apeldoorn, Kansil (1977:30) mengemukakan bahwa jika kita
ingin melihat hukum, kita akan berhadapan dengan suatu
kesulitan karena gunung itu dapat dilihat, tetapi hukum tidak
dapat dilihat .
• Walaupun tidak dapat dilihat, hukum sangat penting bagi
kehidupan masyarakat karena hukum mengatur hubungan
antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lain, tidak
terkecuali mengatur hubungan antara anggota masyarakat
dengan masyarakatnya . Dengan demikian, hukum mengatur
hubungan antara manusia secara perorangan dengan suatu
masyarakat sebagai kelompok manusia .
Definisi Hukum sebagai Pedoman
• Meskipun sulit untuk membuat sebuah definisi
hukum yang dapat memberikan gambaran yang
lengkap dan menyeluruh, para sarjana hukum
menganggap perlu memberikan definisi sebagai
pedoman untuk subjek yang mempelajari hukum .
Para sarjana hukum tersebut antara lain sebagai
berikut :
• 1. E.Utrech dalam Kansil (1977) memberikan
definisi bahwa hukum adalah himpunan peraturan
(perintah-perintah dan larangan) yang mengurus
tata tertib suatu masyarakat sehingga harus ditaati
oleh masyarakat itu .
• 2. Leon Dequit dalam Sampara dkk. (2009), hukum adalah
aturan tingkah laku dalam anggota masyarakat, aturan yang
daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh
suatu masyarakat sebagai jaminan dan kepentingan bersama
terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu .
• 3. S.M. Amin dalam bukunya yang berjudul Bertamasya ke
Alam Hukum merumuskan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi yang bertujuan
untuk mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia
sehingga keamanan dan ketertiban dapat terpelihara .
• 4. M.H. Tirtaatmidjaja dalam bukunya Pokok-pokok Hukum
Perniagaan merumuskan bahwa hukum ialah semua aturan
(norma) yang harus ada di dalam tingkah laku tindakan-
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman meskipun
mengganti kerugian .
UNSUR-UNSUR HUKUM
• Berdasarkan rumus definisi hukum yang telah
dikemukakan oleh para sarjana hukum, apabila ditarik
inti sarinya maka akan ditemukan beberapa unsur
yang terdapat di dalamnya, yaitu sebagai berikut .
• 1.Serangkaian peraturan yang mengatur tingkah laku
manusia dalam pergaulan masyarakat .
• 2. Peraturan itu dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib dalam suatu masyarakat tertentu .
• 3. Peraturan-peraturan yang dibuat tersebut
mempunyai kekuatan (bersifat) memaksa .
• 4. Terhadap pelanggaran atas peraturan tersebut
dikenakan sanksi yang tegas .
TUJUAN HUKUM
• Said Sampara dan kawan-kawan dalam bukunya
Pengantar Ilmu Hukum mengemukakan bahwa dalam
membahas tujuan hukum perlu terlebih dahulu
diketahui apakah yang dimaksud dengan tujuan
hukum . Hal ini karena hukum tidak mempunyai
tujuannya sendiri . Yang mempunyai tujuan hanyalah
manusia . Akan tetapi, hukum bukanlah tujuan
manusia, melainkan hanya sebagai salah satu alat
untuk mencapai tujuan manusia dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara . Hubungan inilah yang
dimaksud dengan tujuan hukum .
• Kansil (1977) mengemukakan bahwa dalam pergaulan
masyarakat terdapat aneka macam hubungan di antara
anggota masyarakat, yakni hubungan yang ditimbulkan oleh
kepentingan-kepentingan anggota masyarakat itu . Karena
beraneka ragamnya hubungan itu, para anggota masyarakat
memerlukan aturan-aturan yang dapat menjamin
keseimbangan agar dalam hubungan-hubungan itu tidak
terjadi kekacauan didalam masyarakat .
• Kansil menambahkan bahwa peraturan-peraturan hukum
yang bersifat mengatur dan memaksa anggota masyarakat
untuk patuh dalam mentaatinya akan menciptakan
keseimbangan dalam setiap hubungan di dalam masyarakat .
Setiap pelanggaran atas peraturan yang ada akan dikenakan
sanksi atau hukuman sebagai reaksi terhadap perbuatan
yang melanggar peraturan .
• Untuk menjaga agar peraturan-peraturan itu dapat
berlangsung terus-menerus dan diterima oleh
seluruh anggota masyarakat, aturan hukum yang ada
harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan
rasa keadilan masyarakat . Dengan demikian, hukum
bertujuan untuk menjamin adanya kepastian hukum
dalam masyarakat dan harus bersendikan pada
keadilan, yaitu rasa keadilan masyarakat .
• Sejalan dengan Kansil, Said Sampara dkk.
Mengemukakan bahwa tujuan pokok hukum adalah
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib dan
menciptakan ketertiban di dalam masyarakat
sehingga kepentingan manusia akan terlindungi .
• Roscoe Pound dalam Harun Uth (1998)
mengemukakan dua belas tujuan hukum .
Kedua belas tujuan hukum tersebut dapat
dipersempit menjadi empat tujuan hukum,
• yaitu menjaga ketentraman dan kedamaian
masyarakat,
• menyelesaikan suatu perselisihan yang terjadi
dalam masyarakat dengan seadil-adilnya
sehingga terjadi ketertiban dan keamanan
umum,
• memelihara status quo ( keadaan tetap )
• dan mengadakan perubahan dalam masyarakat
(social engineering) .
• Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Perbuatan melanggar
hukum dalam Soeroso (2002) juga mengemukakan bahwa tujuan
hukum adalah mewujudkan keselamatan, kebahagiaan dan
ketertiban dalam masyarakat . Selanjutnya, Apeldoorn
dalam bukunya Inleiding Lot de Studie van Het Nederlandsc Recht
dalam Soeroso (2002) menyatakan pula bahwa tujuan hukum
adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan
adil .

• Dari konsep-konsep tentang tujuan hukum yang dikemukakan


oleh para sarjana hukum tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hukum bertujuan untuk mengatur ketertiban dan
ketentraman masyarakat dengan melindungi kepentingan-
kepentingan individu dan masyarakat agar tercapai keadilan
didalam masyarakat .
SUMBER-SUMBER HUKUM
• Sumber hukum dapat diartikan sebagai dasar yang
sah yang memberikan kekuatan untuk membuat
aturan, melakukan perbuatan, serta hak dan
kewenangan yang harus ditaati oleh masyarakat .
Menurut Zevenbergen dalam Ali (1996), sumber
hukum adalah sumber terjadinya hukum dan/ atau
sumber yang menimbulkan hukum . Selanjutnya,
para ahli hukum membedakan sumber hukum
kedalam dua jenis, yaitu sumber hukum material
dan sumber hukum formal .
• Sumber Hukum Material
• Sumber hukum material adalah sumber hukum yang isinya
mengikat masyarakat untuk mematuhinya karena sesuai dan
bersumber dari kesadaran hukum yang hidup dalam masyarakat
tersebut .
• Sebagai contoh, dalam bidang ekonomi, situasi ekonomi dalam
masyarakat akan menyebabkan timbulnya aturan-aturan atau
hukum dalam bidang ekonomi .
•  
• Sumber Hukum Formal
• Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat dan wajib dipedomani karena
cara pembentukannya diterima oleh masyarakat tersebut .
Sumber-sumber formal meliputi undang-undang (statute),
kebiasaan (custom), yurisprudensi, traktat (treaty), dan
pendapat ahli hukum (doktrin) .
• Undang-Undang (Statue)
• Undang-Undang (UU) merupakan suatu peraturan negara yang
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, diadakan dan dipelihara
oleh penguasa negara .
•  
• Kebiasaan (Custom)
• Menurut Kansil (1977), kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap
dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama . Apabila suatu
kebiasaan tertentu di terima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu
berulang-ulang dilakukan maka tindakan yang berlawanan dengan
kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum . Dengan
demikian, timbullah suatu kebiasan hukum yang oleh pergaulan hidup
dipandang sebagai hukum .
• Sebagai contoh, apabila seorang perantara (broker) menerima komisi
sebesar 10% dari hasil penjualan atau pembelian dan hal ini terjadi
berulang-ulang yang dilakukan juga oleh perantara lainnya maka
timbullah suatu kebiasaan yang lambat laun menjadi hukum kebiasaan .
• Yurisprudensi
• Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang diikuti
dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim-hakim berikutnya
apabila menghadapi kasus yang sama .
• Sebagai contoh, seorang hakim mengikuti keputusan hakim
yang terdahulu karena ia sependapat dengan isi keputusan
tersebut dan dipakai sebagai pedoman dalam mengambil suatu
keputusan mengenai suatu perkara yang serupa .
• Menurut Sampara dkk. (2009:121), ada tiga alasan seorang
hakim mengikuti keputusan terdahulu, yaitu :
• 1.keputusan itu mempunyai kekuatan yang lebih tinggi,
terutama keputusan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung
• 2.karena pertimbangan teknis .
• 3.karena sependapat .
• Traktat (Treaty)
• Traktat adalah perjanjian diantara dua negara atau lebih
mengenai suatu hal . Dengan demikian, traktat merupakan
suatu perjanjian internasional . Apabila dibuat oleh dua
negara maka dinamakan perjanjian bilateral, sedangkan
apabila dibuat atau ditandatangani oleh lebih dari dua
negara maka dikenal dengan istilah perjanjian
multilateral .
• Sebuah traktat berlaku efektif, dalam pengertian mengikat
atau wajib dipatuhi oleh waga negara dari negara yang
menanda tangani perjanjian tersebut apabila traktat telah
diratifikasi (disahkan) oleh parlemen tersebut . Sebagai
contoh adalah perjanjian penghindaran pajak berganda
antara Indonesia dengan Singapura dan negara-negara
lainnya .
• Pendapat Ahli Hukum (Doktrin)
• Apabila hakim akan mengambil keputusan terhadap perkara
yang ditanganinya, namun (1) perkara tersebut merupakan
perkara yang agak unik atau belum pernah terjadi sehingga
belum ada undang-undang yang mengaturnya, (2) bukan
merupakan kebiasaan dalam masyarakat, (3) belum pernah ada
yurisprudensinya, dan (4) tidak terdapat aturannya dalam
traktat maka hakim dapat meminta pendapat para ahli hukum .
Pendapat para ahli hukum tersebut dapat dijadikan dasar bagi
hakim untuk membuat keputusan dalam menyelesaikan perkara
yang ditanganinya . Hal ini karena pendapat para ahli hukum
mempunyai pengaruh yang sangat besar, terutama dalam
bidang hubungan internasional dan ketata negaraan . Bagi
hukum Internasional dan hukum tata negara, pendapat para ahli
hukum merupakan sumber hukum yang sangat penting .
KAIDAH HUKUM
• Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi diantara anggota
masyarakat pasti terjadi, baik dalam kehidupan sosial
maupun dalam memenuhi kebutuhan ekonominya . Adanya
interaksi dan pemenuhan kebutuhan ekonomi tersebut,
secara sengaja ataupun tidak sengaja akan melahirkan
norma yang dijadikan pedoman bersama dalam pergaulan
antar individu atau individu dengan masyarakatnya . Norma
yang mengatur tingkah laku manusia dibuat oleh pihak yang
mempunyai kewenangan yang sah, isinya mengikat setiap
anggota masyarakatnya, pelaksanaannya dapat dilaksanakan
oleh pihak yang mempunyai kewenangan yang dinamakan
dengan kaidah hukum. Dalam konteks hukum negara,
kewenangan dimiliki oleh negara .
• Keistimewaan kaidah hukum justru terletak pada
sifatnya yang memaksa dan sanksinya yang berupa
ancaman hukuman . Alat-alat kekuasaan negara
berupaya agar norma hukum ditaati dan dilaksanakan
. Paksaan bukan berarti sewenang-wenang,
melainkan harus bersifat sebagai alat yang dapat
memberi suatu tekanan agar kaidah-kaidah hukum itu
dihormati dan ditaati (Kansil, 1977:86). Sebagai
contoh, apabila seseorang karena kesalahannya
mengakibatkan adanya kerugian bagi orang lain maka
ia diwajibkan untuk mengganti kerugian tersebut .
Lebih lanjut, suatu kaidah hukum dapat lahir karena
dua faktor penyebab sebagai berikut :
• 1. Kaidah hukum yang berasal dari kaidah-kaidah
sosial didalam masyarakat . Dalam istilah Paul
Bohanan, kaidah hukum ini dinamakan kaidah hukum
yang berasal dari proses double legitimacy atau
pemberian ulang legitimasi dari suatu kaidah sosial
non hukum (moral, agama, dan kesopanan) menjadi
suatu kaidah hukum (Sampara dkk., 2009:132) .
Sebagai contoh, larangan membunuh telah dikenal
sebelumnya dalam kaidah agama dan kaidah moral .
Melalui proses kelembagaan kembali, larangan
tersebut diubah menjadi kaidah hukum yang
dituangkan dalam Pasal 338 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) .
• 2. Kaidah hukum hukum yang diturunkan oleh
otoritas tertinggi, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada saat itu dan langsung terwujud
dalam bentuk kaidah hukum, serta sama sekali
tidak berasal dari kaidah sosial sebelumnya .
Sebagai contoh, Undang-Undang Perbankan,
Undang-Undang Larangan Praktek monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dan Undang-
Undang Perlindungan Konsumen .
ASAS-ASAS HUKUM
• Terhadap beberapa asas atau prinsip pokok yang berlaku
dalam seluruh bidang hukum dan ilmu pengetahuan hukum .
Beberapa asas tersebut disebut dengan doktrin . Berikut ini
dikemukakan beberapa asas atau doktrin hukum .
• Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis
• Asas ini berarti hukum ataupun perundang-undangan yang
bersifat khusus mengesampingkan hukum atau perundang-
undangan yang bersifat umum . Jika terjadi konflik atau
pertentangan antara peraturan perundang-undangan yang
khusus dengan yang umum maka yang berlaku adalah
perundang-undangan yang bersifat khusus . Doktrin ini
sangat penting dalam penafsiran dan penerapan hukum dan
berlaku, baik secara nasional maupun internasional.
• Sebagai contoh di satu sisi, dalam hubungan antara Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), KUH
Perdata adalah hukum yang bersifat hukum, yaitu hukum yang
mengatur hubungan hukum antar individu, seperti dalam
hubungan keluarga, kekayaan dan perjanjian . Disisi lain,
terdapat KUHD yang mengatur hubungan hukum tertentu yang
timbul dalam aktivitas bisnis . Apabila terdapat
pertentangan antara pasal dalam KUH Perdata dengan pasal
dalam KUHD maka yang berlaku adalah pasal dalam KUHD .
• Doktrin atau asas Lex Specialis Derogat Lex Generalis ini secara
tegas terdapat dalam Pasal 1 KUHD yang berbunyi “KUH
Perdata, seberapa jauh dari padanya dalam kitab ini tidak
diadakan penyimpangan-penyimpangan berlaku juga terdapat
hal-hal yang dibicarakan dalam kitab ini .”
• Asas Lex Superiori Derogat Legi Inferiori
• Asas ini berarti peraturan atau hukum yang lebih tinggi
tingkatannya mengalahkan peraturan atau hukum yang lebih
rendah tingkatannya . Jika terjadi konflik atau perbedaan antara
peraturan atau hukum yang lebih tinggi tingkatannya dengan
yang lebih rendah maka yang lebih tinggi didahulukan .
• Sebagai contoh, UUD Negara RI 1945 menjadi acuan hukum
bagi UU di bawahnya . Apabila isi pasal-pasal dalam UU
mengatur substansi yang sama dengan isi pasal-pasal UUD
1945, namun aturannya bertentangan dengan isi pasal UU
tersebut batal demi hukum . Pasal atau hukum yang berlaku
adalah pasal-pasal dalam UUD 1945 . Doktrin ini berlaku
diseluruh lapangan hukum, baik secara nasional maupun
internasional .
PEMBIDANGAN ILMU HUKUM
• Menurut Kansil (1977:68), hukum dapat dibedakan menjadi lima,
yaitu menurut (1) bentuknya, (2) sumbernya, (3) tempat
berlakunya, (4) waktu berlakunya, dan (5) isinya .
•  
• Menurut Bentuknya
• 1.Hukum tertulis (statute law, written law), yaitu hukum yang
dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan .
• 2.Hukum tidak tertulis (unstatutery law, unwritten law), yaitu
hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi
tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan
perundang-undangan . Hukum tidak tertulis ini disebut juga
hukum kebiasaan .
• Menurut Sumbernya
• 1.Undang-Undang
• 2.Kebiasaan
• 3.Yurisprudensi
• 4.Traktat
• 5.Doktrin
• Menurut Tempat Berlakunya
– 1.Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam
suatu negara .
– 2.Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur
hubungan hukum dalam dunia internasional .
– 3.Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam
Negara lain .
• Menurut Waktu Berlakunya
• 1.Hukum positif (ius consitutum), yaitu hukum yang
berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu
dalam suatu negara atau daerah tertentu .
• 2.Ius consituendum, yaitu hukum yang diharapkan
berlaku pada waktu yang akan datang .
• Menurut Isinya
• 1.Hukum privat (hukum sipil) adalah hukum yang
mengatur hubungan-hubungan antar orang yang satu
dengan orang yang lain dengan menitik beratkan
kepada kepentingan perseorangan . Hukum privat
meliputi hukum perdata dan hukum dagang (hukum
bisnis) .
• 2.Hukum publik adalah hukum yang mengatur
hubungan antar negara dengan alat-alat perlengkapan
negara dan hubungan antara negara dengan
perseorangan (warga negara) . Hukum publik meliputi
hukum tata negara, hukum administrasi negara,
hukum pidana, hukum pajak, dan hukum internasional
.
SUBJEK HUKUM
• Selain objek hukum, ada satu pihak yang
berperan penting dalam lalu lintas hukum, yaitu
subjek hukum . Subjek hukum adalah segala
sesuatu yang dapat menjadi pembawa hak dan
kewajiban di dalam hukum . Menurut Subekti
(1985), dalam dunia hukum, pembawa hak dan
kewajiban itu adalah orang (person) . Subjek
hukum berupa orang ini meliputi manusia
(natuurlijke persoon) dan badan hukum (recht
persoon) .
• Manusia (Natuurlijke Persoon)
• Yang dimaksud manusia dalam pengertian ini adalah
orang yang dilahirkan secara biologis ataupun natural.
Sebagai subjek hukum, manusia mempunyai hak-hak
dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan suatu
tindakan hukum, membuat perjanjian, memiliki harta
kekayaan dan sebagainya .
• Berlakunya manusia sebagai subjek hukum adalah sejak
ia dilahirkan dalam keadaan hidup bahkan seorang bayi
yang masih berada dalam kandungan ibunya dapat
dianggap telah lahir jika kepentingannya menghendaki
(misalnya untuk memperoleh kedudukan sebagai ahli
waris) . Kedudukan sebagai subjek hukum berakhir pada
saat manusia itu meninggal dunia .
• Pada dasarnya, setiap orang mempunyai hak, namun
oleh undang-undang ada beberapa golongan yang
dianggap tidak cakap atau kurang cakap untuk
melakukan perbuatan hukum secara mandiri yang
disebut dengan istilah personae miserabile atau
handelings onbekwaam . Mereka dapat melakukan
perbuatan hukum apabila diwakili atau didampingi
oleh orang lain yang cakap melakukan perbuatan
hukum . Personae miserabile atau handelings
bekwaam meliputi manusia yang belum dewasa
atau di bawah umur (minderjarigheid), yaitu yang
belum mencapai usia 18 tahun dan manusia dewasa
yang berada di bawah pengampunan (curatele) .
• Badan Hukum (Recht Persoon)
• Badan hukum merupakan badan atau himpunan
ataupun kumpulan orang-orang dalam suatu
organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan
bersama . Tidak semua perkumpulan atau
organisasi merupakan badan hukum . Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
tidak memberikan definisi mengenai badan
hukum . Hal ini dapat dimaklumi karena pada
saat KUH Perdata disusun badan hukum belum
terkenal, kecuali hanya merupakan embrio yang
kemudian berkembang menjadi badan hukum
yang kita kenal seperti sekarang ini .
• Karena KUH Perdata tidak merumuskan definisi badan hukum,
beberapa ahli hukum mengajukan beberapa kriteria agar suatu
kumpulan atau organisasi dapat mempunyai kedudukan sebagai
badan hukum. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut .
• 1.Badan tersebut mempunyai tujuan tertentu .
• Tujuan dapat berupa tujuan dalam bidang sosial, pendidikan,
agama, atau ekonomi .
• 2.Badan tersebut mempunyai kepentingan sendiri .
• Kepentingan untuk mencari keuntungan materi atau profit atau
untuk amal (non profit) .
• 3.Badan tersebut mempunyai organisasi yang teratur .
• Ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas diantara para
pengurus .
• 4.Badan tersebut mempunyai kekayaan yang terpisah .
• Kekayaan badan tersebut dipisahkan dari kekayaan pribadi
pendirinya . Aset dan kewajiban badan tersebut terpisah dari aset
dan kewajiban pendiri atau pemilik .
• Badan hukum sebagai orang mempunyai
kedudukan yang sama dengan manusia di dalam
hukum sehingga ia juga merupakan pembawa hak
dan kewajiban . Hal yang membedakannya dari
manusia adalah jika manusia lahir secara biologis
atau secara alamiah maka tidak demikian dengan
badan hukum . Badan hukum dilahirkan oleh
hukum atau undang-undang yang diciptakan oleh
manusia . Suatu badan hukum secara formal
memperoleh kedudukan sebagai badan hukum
apabila dinyatakan dalam undang-undang,
tentunya setelah badan tersebut memenuhi
kriteria-kriteria yang telah disebutkan sebelumnya.
• Contoh :
• 1.Sebuah Perseroan Terbatas (PT) memperoleh
kedudukan sebagai suatu badan hukum karena
dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1
tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas .
• 2.Sebuah yayasan memperoleh kedudukan sebagai
badan hukum karena dinyatakan dalam Pasal 1
huruf a Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001
tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004 tentang
Yayasan .
• Perbedaan lainnya antara manusia dengan badan
hukum sebagai subjek hukum adalah (1)
manusia dapat secara mandiri melakukan perbuatan
hukum, sedangkan badan hukum di wakili oleh
pengurusnya, (2) manusia sebagai subjek hukum
sejak lahir, sedangkan badan hukum menjadi subjek
hukum pada saat akta pendirian badan tersebut
mendapat pengesahan dari pemerintah, dan (3)
manusia dapat berbuat apa saja asal tidak
bertentangan dengan hukum, sedangkan badan
hukum tidak, kecuali yang diperbolehkan oleh
anggaran dasarnya yang tertuang dalam akta
pendirian badan hukum tersebut .
• Badan hukum dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu badan hukum publik dan privat .
Badan hukum publik merupakan badan hukum
yang didirikan berdasarkan hukum publik
dengan tujuan untuk melayani kepentingan
umum, misalnya Perum Bulog, Perum Damri,
dan sebagainya . Sementara itu, badan hukum
privat merupakan badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum perdata dan/atau hukum
dagang dengan tujuan untuk mencapai
keinginan para pendirinya, misalnya PT,
yayasan, koperasi, dan sebagainya.
• OBJEK HUKUM
• Objek hukum adalah sesuatu yang berguna bagi
subjek hukum dan yang dapat menjadi objek
perhubungan hukum (Kansil, 1977:120) . Wujud
dari objek hukum adalah benda . Benda adalah
segala sesuatu yang dapat di hak’i oleh orang
atau dapat dikuasai dengan hak atau menjadi
objek hak seseorang (Subekti, 1985:60) . Dapat
juga dikatakan bahwa benda adalah segala
barang dan hak yang dapat dimiliki oleh orang.
BAB 2. Hukum Benda
• PENGERTIAN BENDA
• Ilmu pengetahuan membagi pengertian benda ke dalam :
• 1.Benda dalam arti luas
• Benda adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak
dan kewajiban
• Yang dimaksud benda dalam arti luas adalah benda yang
dapat dilihat dan benda yang tidak dapat dilihat .
• A. Benda yang dapat dilihat meliputi meja, mobil, sepatu,
dan sebagainya
• B. Benda yang tidak dapat dilihat meliputi berbagai hak,
seperti hak tagih dan hak cipta
• 2.Dalam arti sempit
• Benda adalah segala sesuatu yang dapat dilihat
• PENGERTIAN HUKUM BENDA
• Hukum benda adalah aturan hukum yang mengatur hubungan
antara manusia sebagai objek hukum . Definisi yang sama juga
dikemukakan oleh H.S. Salin dalam kamushukum.com, yaitu
hukum benda adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum
yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara subjek
hukum dengan benda dan hak kebendaan .
•  
• MACAM-MACAM BENDA
• Sebagaimana telah diuraikan dalam bab 1 bahwa benda
adalah segala sesuatu yang dapat di hak’i oleh orang (Subekti,
1985 :60) . Dapat juga dikatakan bahwa benda adalah segala
barang dan hak yang dapat dimiliki oleh orang. Lebih lanjut,
benda sebagai objek hukum dapat dibedakan kedalam
beberapa macam sebagai berikut :
• Lebih lanjut, benda sebagai objek hukum dapat
dibedakan kedalam beberapa macam sebagai
berikut .
•  
• Pembedaan Benda Berwujud dan Tidak
Berwujud
• 1. Benda berwujud adalah segala sesuatu yang
dapat diraba oleh indera manusia, contohnya
buku, meja mobil, dan sebagainya .
• 2. Benda tidak berwujud adalah segala macam
hak, contohnya hak paten, merek, hak cipta,
hak tagih atau piutang, dan sebagainya .
• Pembedaan Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak
• 1. Benda bergerak adalah benda yang dapat dipindah-
pindahkan .
• Digolongkan sebagai benda bergerak karena
• sifatnya, yaitu menurut sifatnya benda tersebut dapat dipindah-
pindahkan
• ketentuan undang-undang, suatu benda digolongkan benda
bergerak karena memang demikian ketentuan undang-
undangnya . contohnya surat berharga (saham, obligasi, cek), hak
cipta, merek, dan sebagainya .
• 2. Benda tidak bergerak umumnya adalah benda tetap atau
benda yang tidak dapat di pindahkan, namun masih dapat
dibedakan karena faktor-faktor sebagai berikut .
• A. Sifatnya .
• Artinya, benda tersebut tidak dapat dipindahkan, seperti tanah
dan benda-benda yang ada diatasnya .
• B. Ketentuan undang-undang
• Meskipun benda tersebut menurut sifatnya dapat dipindahkan,
undang-undang menggolongkannya sebagai benda tidak
bergerak, seperti kapal yang kapasitasnya lebih besar dari pada
20 m³ dan pesawat terbang .
• C. Tujuan pemakaiannya
• Meskipun menurut sifatnya benda tersebut dapat dipindahkan,
benda tersebut dapat berfungsi sesuai dengan tujuan
pemakaiannya apabila ia diletakkan secara tetap , didalam atau
diatas permukaan tanah atau lantai . Contohnya adalah mesin-
mesin .
• Berdasarkan macam-macam pembedaan tersebut, pembedaan
yang paling luas akibatnya dalam lalu lintas hukum perdata
adalah pembedaan benda bergerak dan benda tidak bergerak .
Hal ini karena pembedaan tersebut mempunyai akibat hukum
dalam beberapa hal sebagai berikut :
• Kedudukan Berkuasa (Bezit)
• Pada benda bergerak, dikenal adanya bezit, yaitu suatu keadaan lahir
ketika seseorang menguasai suatu benda yang seolah-olah
kepunyaannya sendiri sekaligus oleh hukum dilindungi dengan tidak
mempersoalkan hak milik atas benda tersebut sebenarnya ada pada
siapa (Subekti, 1985:62) . Lebih lanjut, pada benda bergerak, siapa
yang menguasai benda tersebut secara fisik maka oleh hukum dialah
yang diakui sebagai pemiliknya, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya
(Pasal 1977 KUHPerdata) .
• Berbeda dengan benda bergerak, pada benda tidak bergerak, tidak
dikenal adanya bezit . Orang yang menguasai suatu benda tidak
bergerak tidak secara hukum (otomatis) diakui sebagai pemiliknya
.Pemilik yang diakui oleh hukum adalah orang yang namanya terdaftar
di instansi benda tersebut terdaftar . Sebagai contoh, A menempati
sebuah rumah di atas sebidang tanah . Tidak otomatis A adalah
pemiliknya yang sah menurut hukum . Pemilik yang sah adalah siapa
yang namanya tercatat dalam sertifikat hak milik dan terdaftar di
Kantor Badan Pertanahan Negara (BPN) .
• Penyerahan (Levering)
• Penyerahan hak milik pada benda bergerak dilakukan
secara nyata atau secara fisik, yaitu penyerahan dari
tangan pemberi ke tangan penerima . Penyerahan
benda tersebut sekaligus mengalihkan hak milik atas
benda tersebut . Penyerahan dengan cara demikian
dikenal dengan istilah fitelijke levering .
• Kedaluwarsa (Verjaring)
• Pada benda bergerak, tidak dikenal adanya
kedaluwarsa, sedangkan pada benda tidak bergerak
dikenal adanya benda kedaluwarsa yang dapat
menghapuskan hak atau menimbulkan hak
seseorang atas suatu benda .
• Pembebanan sebagai Benda Jaminan Utang
• Apabila benda bergerak dijadikan jaminan utang, ia harus
tunduk pada ketentuan gadai dan fidusia . Sementara itu,
apabila ia dijadikan jaminan utang dilakukan dan tunduk pada
ketentuan Hak Tanggungan dan Hipotek .
• Dalam kehidupan manusia, benda mempunyai peran yang
sangat penting karena ia merupakan salah satu hidup
kebutuhan manusia . Setiap manusia membutuhkan benda, baik
sebagai kebutuhan utama, seperti tempat tinggal (papan),
sandang, dan pangan, maupun sebagai kebutuhan tambahan
atau pelengkap, seperti kendaraan, perhiasan, alat rumah
tangga, dan kebutuhan kantor . Akan tetapi, benda-benda
tersebut memiliki jumlah yang terbatas jika dibandingkan
dengan jumlah yang dibutuhkan oleh manusia . Oleh karena itu,
hukum yang mengaturnya diperlukan agar tercipta ketertiban
manusia dalam memenuhi kebutuhanya, yaitu hukum benda .
• Undang-undang melengkapi manusia dengan berbagai hak dalam
fungsinya sebagai subjek hukum sekaligus membagi segala hak
manusia menjadi dua, yaitu hak kebendaan dan hak perseorangan .
• 1. Hak Kebendaan
• Hak kebendaan adalah hak yang memberikan kekuasaan atas suatu
benda . Kekuasaan tersebut dapat dipertahankan pada setiap
orang yang melanggar hak tersebut . Hak kebendaan disebut juga
hak mutlak atau hak jamak arah (Subekti, 1985:60) . Dengan
demikian, hak kebendaan melahirkan hak penuntutan kebendaan
(actiones in rem) . Yang termasuk dalam hak ini adalah hak milik,
hak guna bangunan, hak pakai, dan sebagainya .
• Sebagai contoh, jika seseorang memiliki hak milik atas sebidang
tanah maka orang tersebut dapat mempertahankan haknya
terhadap siapapun yang melanggar atau mengganggu haknya atau
menurut siapa pun yang merampas haknya atas tanah tersebut .
• Aneka Hak Kebendaan
• Hak kebendaan dapat dibedakan dalam dua golongan,
yaitu hak kebendaan yang diberikan untuk kenikmatan
dan hak kebendaan yang diberikan untuk dijadikan
jaminan utang . Hak kebendaan yang diberikan untuk
kenikmatan adalah hak yang langsung dimanfaatkan
oleh pemegang hak tersebut . Yang termasuk dalam
hak ini adalah hak milik, hak pakai, hak memungut
hasil, dan sebagainya . Sementara itu, hak kebendaan
yang diberikan untuk dijadikan jaminan utang adalah
hak kebendaan yang memberikan kekuasaan langsung
atas suatu benda, tidak untuk dipakai, tetapi untuk
dijadikan jaminan pelunasan utang , misalnya gadai ,
hak tanggungan , dan fidusia .
• 2. Hak Perseorangan
• Hak perseorangan adalah hak yang memberikan suatu
tuntutan atau penagihan terhadap seseorang . Hak
perseorangan hanya dapat dipertahankan terhadap
orang tertentu saja atau terhadap suatu pihak tertentu
saja . Dengan demikian, hak perseorangan melahirkan
hak penuntutan perseorangan (actiones in personam) .
• Sebagai contoh, A meminjam uang kepada B ketika
utang sudah jatuh tempo, A tidak mengembalikan
uang tersebut kepada B . Dalam keadaan demikian,
timbulah hak bagi B untuk menuntut pengembalian
uangnya . Namun demikian, hak tersebut hanya
berlaku terhadap A, tidak untuk setiap orang .
CARA MEMPEROLEH HAK KEBENDAAN
• Hak atas suatu benda dapat diperoleh melalui empat
cara, yaitu (1) bantuan orang lain, (2)
pengambilan secara langsung tanpa bantuan orang
lain (originair), (3) perlekatan (natreking), dan (4)
warisan .
• 1. Bantuan Orang Lain
• Cara memperoleh hak kebendaan dengan bantuan
orang lain terjadi dengan penyerahan dari orang lain
yang sudah memiliki hak atas benda tersebut .
Penyerahan tersebut disebabkan oleh pemberian
atau hibah, jual beli, tukar menukar, atau karena hal
lain yang sah .
• 2. Pengambilan secara Langsung Tanpa Bantuan Orang
Lain (Originair)
• Sebagai contoh, apabila seseorang ingin memiliki madu
maka ia dapat mengambilnya dari sarang tawon di
hutan yang tidak ada pemiliknya . Apabila seseorang
menginginkan ikan maka ia dapat mengambilnya secara
langsung dari laut  
• 3. Perlekatan (Natreking)
• Cara memperoleh hak kebendaan dengan perlekatan
terjadi karena benda itu mengikuti atau melekat pada
benda yang lain . Selain itu, dapat pula terjadi apabila
benda tersebut bertambah besar atau berlipat karena
faktor alam . Misalnya sebidang tanah di tepi sungai
bertambah luas karena pengendapan air sungai .
• 4. Warisan
• Cara memperoleh hak kebendaan dengan warisan
terjadi karena seseorang meninggal dunia dan ia
meninggalkan harta kekayaannya . Lebih lanjut, ada dua
cara warisan, yakni berdasarkan undang-undang (ab
intestato) dan berdasarkan surat wasiat (testamentair) .
• 1. Pewaris berdasarkan undang-undang (ab intestato)
adalah pewaris yang berdasarkan keturunan darah . Hal
ini diatur oleh ketentuan undang-undang .
• 2. Pewaris berdasarkan surat wasiat (testamentair)
adalah apabila seseorang yang tidak mempunyai
pertalian darah memperoleh warisan berdasarkan surat
wasiat dari pewaris (orang yang meninggal dunia) .
• CARA PENYERAHAN ATAU PENGALIHAN HAK
KEBENDAAN
• Dalam lalu lintas hukum, cara memperoleh hak
kebendaan yang paling sering dijumpai adalah dengan
penyerahan (levering) . Levering dalam KUHPerdata
dibagi menjadi tiga cara sebagai berikut .
• 1. Feitelijke Levering
• Feitelijke Levering adalah perbuatan yang berupa
penyerahan kekuasaan atas suatu benda . Cara ini
merupakan suatu penyerahan secara nyata atas riil .
Feitelijke Levering berlaku atas penyerahan benda
bergerak . Hal ini berarti dengan terjadinya penyerahan
secara fisik atas suatu benda bergerak tersebut, hak
kebendaan sekaligus beralih .
• 2. Juridische Levering
• Juridische Levering adalah perbuatan hukum yang bertujuan
untuk memindahkan hak kebendaan kepada orang lain .
Perbuatan ini merupakan penyerahan secara formal atau resmi .
Penyerahan hak kebendaan atas tanah secara feitelijke Levering
saja tidak cukup karena harus ada penyerahan secara yuridis
untuk memindahkan hak kepada orang lain, yaitu dengan
membuat surat penyerahan (akte van transport) yang disebut
dengan balik nama . Dengan membuat akta autentik atau akta
dibawah tangan, penyerahan hak kebendaan atas tanah harus
dilakukan secara juridische levering . 
• 3. Cessie
• Cessie adalah penyerahan piutang atas nama dan benda tidak
berwujud lainnya, yaitu dengan dibuat akta autentik atau akta
dibawah tangan . Dengan demikian, hak-hak atas benda
tersebut dilimpahkan oleh pemilik lama kepada pemilik baru .
Contohnya adalah penyerahan saham atas nama .
PIUTANG-PIUTANG YANG DIISTIMEWAKAN

• Menurut pasal 1131 KUHPerdata, semua benda


dari seseorang menjadi tanggungan untuk semua
utangnya. Selanjutnya, menurut pasal 1132,
(kreditur) menurut jumlah pertimbangan piutang
masing-masing, kecuali jika diantara mereka itu ada
yang oleh undang-undang diberikan hak untuk
mengambil pelunasan lebih dahulu dari pada
penagih-penagih lainnya . Mereka ini, menurut
pasal 1133, adalah penagih-penagih yang
mempunyai hak-hak yang timbul dari hak istimewa
(privilege), gadai, hak tanggungan, dan fidusia .
• Yang dimaksud dengan keistimewaan berdasarkan
definisi Pasal 1134 adalah “Suatu kedudukan
istimewa dari seorang penagih yang diberikan oleh
undang-undang semata-mata berdasarkan sifat
piutang.” Lebih lanjut, hak istimewa ini timbul
apabila suatu kekayaan yang telah disita ternyata
tidak cukup untuk melunasi semua utang dan karena
keistimewaan itu tidak dapat menyita suatu benda
jika ia tidak memegang hak eksekusi (titel
eksekutorial), misalnya suatu putusan hakim . Dapat
dijelaskan bahwa keistimewaan tersebut diberikan
oleh undang-undang sendiri pada beberapa macam
penagihan atau piutang berhubung sifat piutang itu
(Subekti, 1985:88) .
• Menurut undang-undang, ada dua macam keistimewaan .
Pertama, keistimewaan yang diberikan terhadap suatu
benda tertentu . Kedua, keistimewaan yang diberikan
terhadap semua kekayaan orang yang berutang .
Keistimewaan yang pertama mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi dari pada yang diberikan terhadap semua
kekayaan orang yang berutang .
• Subekti (1985:89) mengemukakan bahwa piutang-piutang
yang diberikan keistimewaan terhadap barang-barang
tertentu adalah sebagai berikut .
• 1. Biaya biaya perkara yang telah dikeluarkan untuk
penyitaan dan penjualan suatu benda atau yang
dinamakan biaya-biaya eksekusi . Biaya tersebut harus
diambil dari pendapatan penjualan tersebut terlebih
dahulu dari pemegang hak keistimewaan lainnya .
• 2. Uang sewa dari benda (tanah dan rumah) tidak beserta
dengan biaya-biaya perbaikan yang telah dikeluarkan oleh si
pemilik rumah atau tanah, tetapi seharusnya dipikul oleh si
penyewa . Penagih uang sewa dan perbaikan ini mempunyai
hak istimewa terhadap barang atau perabot rumah yang
berada dalam rumah tersebut .
• 3. Harta barang bergerak yang belum dibayar oleh pembeli .
Jika barang ini disita maka penjual barang mendapat hak
istimewa atas hasil penjualan barang itu .
• 4. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan
suatu benda dapat diambil terlebih dahulu dari hasil penjualan
benda tersebut apabila benda di sita dan di jual .
• 5. Biaya-biaya pembuatan suatu benda yang belum dibayar .
Pembuat barang seperti ini mendapat hak istimewa atas
pendapatan penjualan barang itu apabila barang itu disita dan
dijual .
• HAK REKLAME (RECLAIM)
• Reklame (reclaim) mempunyai arti meminta
kembali . Hak reklame adalah hak istimewa dari
seorang penjual barang bergerak yang belum
menerima pembayaran harga barangnya . Apabila
diperjanjikan bahwa penjualan dilakukan secara
tunai (harga barang harus dibayar saat itu), (menurut
Pasal 1145KUHPerdata) penjual barang mempunyai
hak untuk meminta kembali barangnya yang belum
dibayar tersebut selama barang tersebut masih
berada di tangan pembeli . Permintaan ini kembali
dapat dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari setelah penyerahan barang itu kepada pembeli .
Bab 3 .Hukum Perjanjian dan Perikatan

• HUBUNGAN PERJANJIAN DENGAN PERIKATAN


• Hukum perjanjian dan perikatan berada dalam
ruang lingkup hukum perdata . Hukum perdata
adalah bidang hukum yang cakupannya sangat luas
serta beraneka ragam pengaturan dan ketentuannya
. Hukum perdata di Indonesia bersumber dari Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang
berasal dari Burgerlijke wetboek, yaitu Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata negeri belanda
yang diberlakukan di Indonesia sejak zaman Hindia
Belanda .
• KUHPerdata terdiri atas empat buku sebagai berikut
• Buku I : perihal orang
• Buku II : perihal kebendaan
• Buku III : perihal perikatan
• Buku IV : perihal pembuktian dan kedaluwarsa
• Dalam hubungan ini, terdapat dua istilah yang hampir
sama, namun berbeda pengertiannya, yaitu perikatan dan
perjanjian . Hukum perikatan dianggap paling penting
karena ia paling banyak digunakan dalam lalu lintas hukum
sehari-hari . Adapun yang dimaksud dengan perikatan
adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak, berdasarkan hubungan tersebut pihak yang satu
berhak menuntut suatu hak dari pihak yang lain dan pihak
yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut
(Subekti, 1985:1) .
• Pihak yang berhak menuntut sesuatu disebut kreditur atau
pihak berpiutang . Sementara itu, pihak yang berkewajiban
untuk memenuhi tuntutan disebut debitur atau pihak
berutang . Hubungan antara dua pihak tersebut merupakan
hubungan hukum yang berarti bahwa hak kreditur atau
berpiutang itu dijamin oleh hukum atau undang-undang .
Apabila tuntutan itu tidak dipenuhi secara sukarela, kreditur
dapat menuntutnya di depan hakim .
• Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata
berbunyi “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih.” Lebih lanjut, pengertian tersebut oleh Subekti
ditafsirkan sebagai suatu peristiwa ketika seseorang berjanji
kepada orang lain atau ketika dua orang itu saling berjanji
untuk melakukan suatu hal (Subekti, 1985:1) .
• Berdasarkan pengertian diatas, dapat
dikatakan bahwa hubungan antara perikatan
dengan perjanjian adalah perjanjian
menerbitkan perikatan . Perjanjian adalah
sumber perikatan, disamping sumber-sumber
lainnya . Selain itu, dapat diketahui pula
bahwa perikatan adalah suatu pengertian
abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu
hal yang konkret atau suatu peristiwa .`
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
• Sebagian besar dari peraturan hukum mengenai
perjanjian bermuara dan mempunyai dasar pada
asas-asas hukum . Asas-asas hukum merupakan
dasar atau pokok karena bersifat fundamental .
Lebih lanjut, asas-asas yang di kenal di dalam
hukum perjanjian klasik adalah asas kebebasan
berkontrak (contracts vrijheid), asas konsensualisme
, asas pacta sunt servanda, dan asas kepribadian .
• Asas Kebebasan Berkontrak (Contracts Vrijheid)
• Asas ini memperbolehkan setiap masyarakat untuk
membuat perjanjian yang berisi apa pun asalkan
tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan undang-undang . Hukum
perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan
perjanjian yang berisi apa saja bahkan
diperbolehkan untuk membuat ketentuan-
ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-
pasal hukum perjanjian dalam Buku III KUHPerdata
.
• Budiono (2009:44) menguraikan asas kebebasan berkontrak
yang isinya memberikan kebebasan kepada para pihak untuk
:
• 1.membuat atau tidak membuat perjanjian ;
• 2.mengadakan perjanjian dengan siapapun ;
• 3.menentukan isi perjanjian, pelaksanaan & persyaratannya ;
• 4.menentukan bentuk perjanjian, yaitu secara tertulis atau
lisan
• Keempat hal tersebut boleh dilakuan, namun tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum
dan kesusilaan .
• Asas Konsensualisme
• Perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan
kehendak (consensus) dari para pihak . Perjanjian
pada dasarnya dapat dibuat secara bebas tidak
terikat bentuk tertentu dan perjanjian itu telah
lahir pada detik tercapainya kata sepakat dari para
pihak . Dengan kata lain, perjanjian itu telah sah
apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang
pokok dan tidaklah diharuskan adanya suatu
formalitas tertentu (subekti, 1985:15) .
• Terdapat pengecualian dalam asas
konsensualisme, yakni bahwa dalam perjanjian
tertentu, oleh undang-undang ditetapkan adanya
formalitas-formalitas tertentu . Pengecualian
tersebut seperti perjanjiaan penghibahan benda
tidak bergerak (tanah) yang harus dilakukan
dengan akta notaris . Jadi, perjanjian tersebut
harus dalam bentuk tertulis . Apabila perjanjian
semacam ini tidak dilakukan dengan akta notaris
maka perjanjian tersebut batal .
• Asas Pacta Sunt Servanda
• Asas pacta sunt servanda dipatuhi sebagai sebuah
prinsip yang menetapkan bahwa semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya . Dengan
kata lain, asas ini melandasi pernyataan bahwa
sebuah perjanjian akan mengakibatkan suatu
kewajiban hukum sehingga para pihak terikat untuk
melaksanakan perjanjian tersebut . Perjanjian dibuat
sendiri oleh para pihak dan mereka juga yang
menentukan isinya serta cara pelaksanaannya .
• Perjanjian yang dibuat secara sah tersebut
memunculkan akibat hukum yang sama dengan
undang-undang bagi para pihak . Dalam pengertian
ini, apabila salah satu pihak tidak atau lalai
melaksanakan kewajibannya menurut perjanjian
maka pihak lainnya yang dirugikan atau dilanggar
haknya akan mendapat perlindungan hukum dari
negara yang bersangkutan melalui pengadilan .
Selanjutnya, para pihak harus memenuhi apa yang
telah mereka sepakati dalam perjanjian yang telah
mereka buat .
• Asas Kepribadian (Personalitas)
• Asas kepribadian disimpulkan dari Pasal 1315 KUHPerdata
yang berbunyi “Pada umumnya tiada seorangpun dapat
mengikat diri atas nama sendiri atau meminta
ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri.”
• Perikatan hukum yang dilahirkan oleh suatu perjanjian
hanya mengikat orang-orang yang membuat perjanjian itu
dan tidak mengikat orang lain . Sebuah perjanjian hanya
meletakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara para
pihak yang membuatnya . Orang lain atau pihak ketiga tidak
mempunyai sangkut paut dengan perjanjian tersebut
(subekti, 1985:30) . Seseorang tidak diperbolehkan
membuat perjanjian yang meletakkan kewajiban bagi orang
lain atau pihak ketiga tanpa adanya kuasa dari pihak ke tiga
tersebut.
• Dalam asas kepribadian, berlaku dua pengecualian
sebagai berikut .
• 1.Janji untuk pihak ketiga
• Pada janji ini, seseorang membuat suatu perjanjian
yang isinya menjanjikan hak-hak bagi orang lain .  
• 2.Perjanjian garansi
• Seseorang membuat perjanjian dengan orang lain,
sebut saja A dan B . Dalam perjanjian ini, A menjanjikan
bahwa orang lain (C) akan berbuat sesuatu dan A
menjamin bahwa C pasti akan melaksanakan . Akan
tetapi, jika C tidak melaksanakan sesuatu hal yang
disebutkan dalam perjanjin ini maka A bertanggung
jawab untuk melaksanakan kewajiban C tersebut .
Perjanjian ini lazim dipraktikkan dalam perbankan .
• Asas Itikad Baik
• Silondae dan Farianan (2010:12) mengemukakan
bahwa semua perjanjian yang dibuat harus
dilandasi dengan itikad baik (in good faith) . Lebih
lanjut, pengertian itikad baik mempunyai dua arti,
yaitu .
• 1.Perjanjian yang dibuat harus memperhatikan
norma-norma kepatutan dan kesusilaan .
• 2.Perjanjian yang dibuat harus mencerminkan
suasana batin yang tidak menunjukkan adanya
kesengajaan untuk merugikan pihak lain .
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
• Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di dalam
Pasal 1320 telah menetapkan syarat sahnya suatu
perjanjian, yaitu .
• 1.sepakat mereka yang mengikatkan diri (kata
sepakat) ;
• 2.kecakapan untuk membuat suatu perikatan
(kecakapan) ;
• 3.hal tertentu ;
• 4.sebab yang halal ;
• 5.akibat hukum syarat tidak terpenuhi ;
• Kata Sepakat
• KUHPerdata tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan
sepakat . Untuk memperoleh penjelasan mengenai hal
tersebut, Subekti (1985:17) menguraikan bahwa kedua pihak
yang mengadakan perjanjian harus sepakat, setuju, atau seia
sekata mengenai hal-hal yang pokok dalam perjanjian yang
dibuat . Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga
dikehendaki oleh pihak yang lain . Mereka menghendaki
sesuatu yang secara timbal balik, misalnya penjual
menginginkan sejumlah uang dan pembeli menginginkan
sebuah barang dari penjual . Untuk mewujudkan suatu
kesepakatan, tidak cukup bahwa keinginan atau keputusan
sudah diambil oleh para pihak . Kehendak dan keputusan
harus disampaikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang
lain secara timbal balik .
• Pernyataan kehendak oleh salah satu pihak adalah
penawaran (offer) yang disampaikan kepada mitranya.
Sebaliknya, pernyataan kehendak oleh mitranya yang
menerima penawaran tersebut merupakan penerimaan
(acceptance) . Pernyataan dan penerimaan pada prinsipnya
tidak digantungkan pada bentuk tertentu, pernyataan
kehendak dapat diberikan secara tegas .
• Pasal1321 KUHPerdata memberikan penegasan bahwa
sebuah perjanjian tidak memenuhi syarat kesepakatan
apabila kesepakatan tersebut diberikan karena kekhilafan,
paksaan dan penipuan . Lebih lanjut, terpenuhi atau
tidaknya syarat kesepakatan ini semata-mata ditentukan
oleh para pihak atau subjek perjanjian . Dengan demikian,
syarat kesepakatan ini disebut juga dengan syarat subjektif .
• Kecakapan
• Pada prinsipnya, setiap orang dianggap cakap atau mampu untuk
membuat perjanjian, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang
. Prinsip ini bersumber dari Pasal1329 KUHPerdata yang berbunyi
“Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan,
terkecuali ia oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap.”
• Golongan orang yang oleh undang-undang dianggap tidak cakap
untuk membuat perjanjian adalah
• 1.orang yang belum dewasa atau anak dibawah umur
(minderjarig) ;
• 2.orang yang ditempatkan dibawah pengampunan (curatele) ,
• Golongan orang yang disebutkan diatas tidak dapat membuat
perjanjian secara mandiri, kecuali jika melalui perwakilan, yaitu
orang tua atau wali atau orang dewasa lain yang berhak
mewakilinya .
• Dalam hukum nasional Indonesia, usia dewasa
adalah minimal berumur 18 tahun atau belum
berumur 18 tahun, tetapi telah menikah . Ketentuan
ini ditetapkan dalam pasal 47 UU Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan . Lebih lanjut, ketentuan ini
dipertegas dalam Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang
menyatakan bahwa penghadap (untuk membuat
akta perjanjian) harus berusia minimal 18 tahun atau
telah menikah .
• Terpenuhi atau tidaknya syarat kecakapan ini semata-
mata ditentukan oleh para pihak atau subjek
perjanjian . Dengan demikian, syarat kesepakatan ini
disebut juga dengan syarat subjektif .
• Hal Tertentu
• Yang dimaksud hal tertentu dalam Pasal 1320
KUHPerdata adalah apa yang menjadi
kewajiban dari debitur dan apa yang menjadi
hak dari kreditur atau sebaliknya . Hal tertentu
sebagai objek perjanjian dapat diartikan
sebagai keseluruhan hak dan kewajiban yang
timbul dari perjanjian (C. Asser-utten dalam
Budiono, 2009:107) . Suatu kewajiban dalam
perjanjian dinamakan prestasi bagi debitur,
sedangkan bagi kreditur hal tersebut
merupakan hak .
• Tuntutan dari undang-undang adalah subjek perjanjian
haruslah tertentu . Setidaknya objek perjanjian dapat
ditentukan tentang hak dan kewajibannya, isi pokok
perjanjian yang menyangkut harga dan barangnya . Tujuan
dari perjanjian adalah untuk terbentuknya, berubahnya
atau berakhirnya suatu perikatan. Perjanjian tersebut
mewajibkan kepada para pihak untuk memberikan
sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu
(prestasi) . Oleh karena itu, kewajiban tersebut haruslah
dapat ditentukan . Hal ini sekaligus berarti adanya objek
perjanjian yang dapat ditentukan .
• Terpenuhi atau tidaknya syarat hal tertentu, semata-mata
ditentukan oleh isi atau objek perjanjian, dengan
demikian, syarat kesepakatan ini disebut juga dengan
syarat objektif .
• Sebab yang Halal
• Sebab yang dimaksud isi perjanjian itu sendiri
atau tujuan dari para pihak mengadakan
perjanjian, yaitu mempunyai dasar yang sah dan
patut atau pantas . Hal ini adalah bertentangan
dengan undang-undang, ketertiban umum, dan
kesusilaan .
• Terpenuhi atau tidaknya syarat sebab yang halal,
semata-mata ditentukan oleh isi atau objek
perjanjian . Dengan demikian, syarat
kesepakatan ini disebut juga dengan syarat
objektif .
• Akibat Hukum Syarat Tidak Terpenuhi .
• Kesepakatan yang merupakan salah satu syarat
subjektif dianggap tidak apa apabila perjanjian
tersebut mengandung unsur paksaan, penipuan,
atau keliru . Apabila perjanjian yang dibuat
mengandung salah satu unsur serta apabila yang
membuat belum dewasa maka akibat hukum
terhadap perjanjian tersebut adalah perjanjian
dapat dimintai pembatalan . Dengan kata lain
perjanjian dapat dibatalkan dan menjadi tidak
berlaku sejak saat dibatalkan . Lebih lanjut, apabila
salah satu pihak menghendaki agar dibatalkan maka
perjanjian itu tidak mengikat lagi .
• Namun, jika salah satu tidak meminta perjanjian
tersebut dibatalkan maka perjanjian tersebut
dianggap sah dan tetap dilaksanakan .
• Sementara itu, apabila perjanjian tidak memuat
syarat objektif karena tidak adanya objek
perjanjian yang jelas atau perjanjian tersebut tidak
dibenarkan oleh hukum, kesusilaan dan ketertiban
umum maka akibatnya perjanjian tersebut batal
demi hukum . Dengan kata lain, sejak perjanjian
itu lahir, perjanjian itu tidak pernah ada . Hal ini
karena tidak ada pihak yang berhak menuntut
suatu prestasi dari pihak lainnya.
• PERJANJIAN MENURUT ISINYA
• Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian mengemukakan
bahwa dari segi isinya, perjanjian dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu
• 1.perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan sebuah
barang
• 2.perjanjian untuk berbuat sesuatu
• 3.perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu
• Sesuatu yang harus dilaksanakan dalam sebuah perjanjian
disebut prestasi . Apabila isi perjanjian dilaksanakan oleh para
pihak maka tujuan perjanjian dapat tercapai . Namun, tidak
semua perjanjian terlaksana seperti yang diinginkan oleh para
pihak . Ada kalanya ada pihak yang tidak melaksanakan
kewajibannya atau cedera janji, dalam hukum perjanjian
disebut dengan wanprestasi .
HAPUSNYA PERIKATAN
• KUHPerdata melalui pasal 1381 telah menetapkan beberapa
sebab yang mengakibatkan berakhirnya perjanjian sebagai berikut
• 1.Pembayaran
• Pembayaran adalah pelunasan utang atau tindakan pemenuhan
prestasi oleh debitur kepada kreditur . Pada dasarnya,
pembayaran dilakukan di tempat yang telah dijanjikan, namun
apabila didalam perjanjian itu tidak ditentukan tempat
pembayaran maka hal itu diatur dalam KUHPerdata. Berkaitan
dengan hal pembayaran, dikenal dengan sebuah istilah yang
disebut subrogasi, yaitu penggantian kedudukan kreditur oleh
pihak ketiga . Penggantian ini terjadi dengan pembayaran yang
dijanjikan ataupun ditetapkan oleh undang-undang .
• 2.Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan
penyimpanan atau penitipan (konsinyasi) .
• Konsinyasi adalah sebuah cara untuk menghapus
perikatan . Hal ini karena pada saat debitur hendak
membayar utangnya, pembayarannya ditolak oleh
kreditur sehingga debitur dapat menitipkan
pembayaran melalui kepaniteraan Pengadilan
Negeri setempat .
• 3.Novasi (pembaruan utang)
• Novasi adalah perjanjian antara debitur dengan
kreditur saat perikatan yang sudah ada dihapuskan
lalu dibuat sebuah perikatan yang baru .
• 4.Perjumpaan utang (kompensasi)
• Kompensasi adalah penghapusan masing-
masing utang yang sudah dapat ditagih secara
timbal balik antara debitur dan kreditur .
• 5.Percampuran utang
• Percampuran utang adalah percampuran
kedudukan antara orang yang berutang dengan
kedudukan sebagai kreditur sehingga menjadi
satu .
• 6.Pembebasan utang
• Adalah pernyataan sepihak dari kreditur
kepada debitur bahwa debitur dibebaskan dari
utang .
• 7.Musnahnya barang yang terutang
• Musnahnya barang yang terutang diartikan
sebagai perikatan hapus dengan musnahnya
atau hilangnya barang tertentu yang menjadi
pokok prestasi yang diwajibkan kepada debitur
untuk menyerahkannya kepada kreditur .
Hilang atau musnahnya barang tersebut bukan
karena kesalahan atau kelalaian debitur .
• 8.Batal atau pembatalan
• Pembatalan diartikan sebagai pembatalan
perjanjian-perjanjian yang dapat dimintakan
sebagaimana yang sudah diuraikan
sebelumnya pada syarat-syarat sahnya
perjanjian .
• 9.Berlakunya suatu syarat batal
• Berlakunya suatu syarat batal diartikan sebagai
syarat yang apabila dipenuhi akan
menghapuskan perjanjian dan membawa
sesuatu pada keadaan semula, yaitu seolah-
olah tidak ada sebuah perjanjian .
• 10. Lewat waktu atau kedaluarsa
• Kedaluarsa adalah suatu alat untuk memperoleh hak atas
sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan
dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-
syarat yang ditentukan oleh undang-undang .
• Dengan lewatnya waktu tersebut, setiap perikatan menjadi
hapus karenanya . Yang tersisa adalah suatu perikatan
bebas . Artinya adalah kalau dibayar boleh, tetapi kalau
tidak dibayar tidak dapat dituntut di depan hakim .
• Menurut Subekti dalam Raharjo (2009:100), sepuluh cara
diatas belum lengkap karena masih ada cara-cara yang
belum disebutkan, misalnya berakhirnya suatu ketetapan
waktu dalam perjanjian atau meninggalnya salah salah
satu pihak dalam perjanjian, padahal prestasi hanya dapat
dilaksanakan oleh orang yang meninggal dunia tersebut .
Bab 4. Bentuk-Bentuk Perusahaan

• PENGERTIAN PERUSAHAAN
• Istilah perusahaan mulai dikenal pada saat disusunnya Rancangan
Wetboek van Koophandel (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang)
yang kemudian berlaku di Netherland (Belanda) sejak tahun 1838 .
Berdasarkan asas konkordasi, Wetboek van Koophandel dinyatakan
pula berlaku di Hindia Belanda (Indonesia) sejak tahun 1848 hingga
saat ini .
• Menurut pemerintah Belanda, yang pada waktu membacakan
memorie van toelichting (memori penjelasan) Rencana Undang-
Undang Wetboek van Koophandel di muka parlemen, yang disebut
dengan perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan
secara tidak terputus-putus, dengan terang-terangan dan dalam
kedudukan tertentu untuk mencari laba (bagi diri sendiri) . Selain
pengertian tersebut, beberapa sarjana juga memberikan pengertian
• Menurut Prof. Mr. W.L.P.A. Molengraff, pengertian
perusahaan dari sudut pandang ekonomi adalah keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak
keluar untuk mendapatkan penghasilan dengan cara
memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-
barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan .
• Menurut Mr. M. Polak, perusahaan ada apabila diperlukan
adanya-adanya perhitungan tentang laba-rugi yang dapat
diperkirakan dan segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan
. Polak mendefinisikan perusahaan dari sudut pandang
komersial . Sudut pandang ini tidak jauh berbeda dengan
yang dipakai oleh Molengraff . Namun, definisinya tetap
berbeda . Pengertian perusahaan menurut Molengraff
mempunyai enam unsur, sedangkan menurut Polak hanya
dua unsur .
• Abdul Kadir Muhammad dalam bukunya Pengantar Hukum
Perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa berdasarkan
tinjauan hukum, istilah perusahaan mengacu pada badan
hukum dan perbuatan badan usaha dalam menjalankan
usahanya . Lebih lanjut, perusahaan adalah tempat terjadinya
produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi .
Sementara itu, dalam hukum positif Indonesia, UU Nomer 3
Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b,
dirumuskan bahwa perusahaan adalah
• “Setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja
serta berkedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia
untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/ atau laba .
• Perusahaan dapat dibedakan kedalam beberapa kategori,
yaitu berdasarkan jumlah pemiliknya, status hukumnya, dan
pemilik modalnya .
• Berdasarkan Jumlah Pemiliknya
• Apabila perusahaan dibedakan berasarkan
banyaknya jumlah pemilik maka terdapat dua
macam perusahaaan, yaitu perusahaan
dagang (perusahaan perseorangan) dan
perseroan (persekutuan) . Perusahaan dagang
(perusahaan perseorangan) adalah
perusahaan yang jumlah pemiliknya satu
orang . Sementara itu, perseroan atau
persekutuan adalah perusahaan yang jumlah
pemiliknya lebih dari satu orang .
• Berdasarkan Status Hukumnya
• Apabila perusahaan dibedakan berasarkan bentuk hukumnya
maka terdapat dua jenis perusahaan . Pertama adalah
perusahaan yang berstatus badan hukum, yaitu perseroan
terbatas (PT) . Kedua adalah perusahaan yang tidak berbadan
hukum yang terdiri atas perusahaan dagang, persekutuan
firma (Fa), dan persekutuan komanditer (CV) .
• Dalam ilmu hukum, dikenal dua subjek hukum, yaitu orang dan
badan hukum . Badan hukum atau legal entity atau legal
person dalam Black’s Law Dictonary dinyatakan sebagai “ A
body, other hand a natural person, that can function legally,
sue or be sued, and make decisions through agents”.
Sementara itu, dalam kamus hukum versi bahasa Indonesia,
badan hukum diartikan sebagai organisasi, perkumpulan atau
paguyuban lainnya dimana pendiriannya dengan akta autentik
dan oleh hukum diperlakukan sebagai personal atau orang .
• Pengaturan dasar dari badan hukum itu sendiri terdapat
dalam Pasal 1654 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) yang menyatakan bahwa semua
perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang
pribadi, dapat melakukan tindakan-tindakan perdata .
• Menurut doktrin, kriteria yang dipakai untuk menentukan
ciri-ciri sebuah badan hukum adalah apabila perusahaan
itu mempunyai unsur-unsur, antara lain adanya harta
kekayaan yang terpisah, mempunyai tujuan tertentu,
mempunyai kepentingan sendiri, dan adanya organisasi
yang teratur . Lebih lanjut, aturan untuk menentukan
kedudukan sebuah perusahaan sebagai badan hukum
biasanya ditetapkan oleh undang-undang, kebiasaan atau
yurisprudensi . Sebagai contoh, ....
• PT dinyatakan sebagai badan hukum dalam Pasal 1 butir 1
Undang-Undang Perseroan Terbatas . Koperasi dinyatakan
sebagai badan hukum dalam Pasal 1 butir 1 Undang-
Undang Nomer 12 Tahun 1997 tentang Perkoperasian,
dan yayasan dinyatakan sebaai badan hukum dalam Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomer 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan .
• Sebagai subjek hukum, badan hukum mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum seperti
halnya orang . Akan tetapi, perbuatan hukum itu hanya
terbatas pada bidang hukum harta kekayaan. Karena
bentuk badan hukum adalah sebagai badan atau lembaga
maka mekanisme pelaksanaannya badan hukum
bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya .
• Berdasarkan Pemilik Modalnya
• Apabila perusahaan dibedakan berdasarkan pemilik
modalnya maka terdapat dua jenis perusahaan,
yaitu perusahaan swasta dan perusahaan negara
atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) .
Perusahaan swasta adalah seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh swasta . Swasta
tersebut terdiri atas tiga jenis, yaitu swasta
nasional, swasta asing, dan swasta campuran (asing
dengan nasional —joint venture) . Sementara itu,
perusahaan negara adalah perusahaan yang seluruh
atau sebagian besar sahamnya milik negara atau
pemerintah .
BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN
• Perusahaan Dagang (Perusahaan Perseorangan)
• Perusahaan dagang adalah salah satu bentuk
perusahaan perseorangan, sedangkan perusahaan
perseorangan adalah perusahaan yang dijalankan
oleh satu orang pengusaha sehingga tanggung
jawabnya pun dibebankan kepada satu orang saja .
Perbedaan perusahaan perseorangan dengan
perseroan atau persekutuan terletak pada jumlah
pengusahanya . Jumlah pengusaha dalam
perseroan adalah dua orang atau lebih
(Purwosutjipto, 2008: 1) .
• Dalam pengertian bebas, perusahaan perseorangan
adalah perusahaan yang dimiliki, dikelola, dan
dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab
penuh terhadap semua resiko dan aktivitas
perusahaan . Tidak ada pemisahan antara kekayaan
pribadi dan kekayaan perusahaan . Lebih lanjut, dalam
hukum positif di Indonesia, tidak ditemukan satupun
aturan hukum yang mengatur secara khusus tentang
perusahaan perseorangan . Purwosutjipto juga
sependapat dengan mengemukakan bahwa bentuk
perusahaan perseorangan secara resmi tidak ada .
Namun, dalam dunia bisnis, masyarakat telah
mengenal dan menerima bentuk perusahaan
perseorangan .
• Pada umumnya, masyarakat yang ingin menjalankan
usahanya dalam bentuk perusahaan perseorangan
menggunakan bentuk perusahaan dagang (PD) atau
usaha dagang (UD), misalnya toko, bengkel, salon,
rumah makan, dan lain-lain . Lebih lanjut,
perusahaan ini bukan berbentuk badan hukum dan
tidak termasuk perseroan, melainkan termasuk
dalam ruang lingkup hukum dagang . Hal ini karena
kegiatan perusahaan dagang tersebut menimbulkan
perikatan-perikatan keperdataan . Perusahaan
dagang di bentuk atas dasar kehendak seorang
pengusaha yang mempunyai cukup modal untuk
berusaha dengan menjalankan perusahaan .
Ciri-ciri Perusahaan Dagang
• Adapun ciri-ciri perusahaan dagang, antara lain :
• 1.dimiliki oleh perseorangan (individu atau
perusahaan keluarga);
• 2.pengelolaannya sederhana;
• 3.modalnya relatif tidak besar;
• 4.kelangsungan usahanya tergantung pada para
pemiliknya;
• 5.nilai penjualannya dan nilai tambah yang
diciptakan relatif kecil.
• Kewajiban Perusahaan Dagang
• Menurut Purwosutjipto, pemilik perusahaan dagang
mempunyai beberapa kewajiban pokok sebagai berikut.
• 1. Pembukuan
• Menurut Pasal 6 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD), setiap orang yang menjalankan perusahaan
diwajibkan untuk mengerjakan pembukuan, yakni catatan-
catatan mengenai harta kekayaan pribadinya dan harta
kekayaan yang di pergunakan dalam perusahannya
menurut syarat-syarat yang di minta oleh perusahaannya
sehingga dari catatan-catatan tersebut setiap waktu dapat
diketahui hak-hak dan kewajibannya . Karena perusahaan
dagang adalah jenis perusahaan sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 6 KUHD tersebut maka ia wajib
membuat pembukuan .
• 2. Membayar pajak
• Menurut undang-undang bidang perpajakan,
setiap orang, badan usaha dan badan hukum
tertentu wajib membayar pajak kepada negara .
Perusahaan dagang tergolong sebagai sebuah
badan yang menjalankan perusahaan sehingga
wajib membayar pajak kepada negara . Pajak
yang harus di bayar adalah Pajak Penghasilan
(PPh) dan jenis pajak lainnya sesuai dengan jenis
barang yang diperdagangkannya .
• Hubungan Hukum Perusahaan Dagang
• Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
bahwa perusahaan dagang adalah perusahaan
yang di jalankan oleh satu orang pengusaha .
Adapun jikalau ada orang lain yang terlibat
dalam perusahaan dagang tersebut, mereka
adalah para pembantu dalam perusahaan yang
hubungan hukumnya bersifat intern, yaitu
hubungan kerja (hubungan hukum ketenaga
kerjaan) dan pemberian kuasa . Di samping
hubungan hukum yang bersifat intern, terdapat
pula hubungan hukum yang bersifat ekstern .
• 1. Hubungan hukum intern
• Pembantu-pembantu didalam perusahaan dagang
dapat meliputi pelayan toko, pekerja keliling, tukang,
manajer, dan sebagainya . Hubungan para
pengusaha dengan pembantunya didalam
perusahaan bersifat hukum perburuhan atau
hubungan kerja . Sang pengusaha berfungsi sebagai
majikan dan pembantu sebagai pekerja atau buruh .
Di samping itu, terdapat pula pembantu yang berada
di luar perusahaan, misalnya agen, sales, makelar
komisioner, konsultan, dan akuntan . Hubungan
antara pengusaha dan para pembantunya di luar
perusahaan bersifat pemberian kuasa .
• 2. Hubungan hukum ekstern (hubungan hukum
dengan pihak ketiga)
• Perbuatan pengusaha atau pembantunya terhadap
pihak ketiga dapat menjadi perbuatan hukum dan
dapat pula menjadi perbuatan melawan hukum
sehingga akibatnya berbeda pula, antara lain
– terhadap perikatan-perikatan yang timbul dari perbuatan
hukum (misalnya perjanjian), sang pengusaha wajib untuk
melaksanakannya meskipun itu dilakukan oleh
pembantunya .
– terhadap perikatan-perikatan yang timbul dari perbuatan
melawan hukum, baik yang dilakukan sendiri oleh
pengusaha maupun oleh pembantunya menjadi tanggung
jawab pengusaha (Purwosutjipto, 2008: 6) .
• Keunggulan Perusahaan Dagang
• Perusahaan dagang memiliki keunggulan-
keunggulan sebagai berikut
• 1.Pemilik bebas mengambil keputusan
• 2.Seluruh keuntungan perusahaan menjadi hak
milik perusahaan
• 3.Rahasia perusahaan terjamin
• 4.Pemilik lebih giat berusaha
• 5.Mudah mengubah jenis usahanya
• Kelemahan Perusahaan Dagang
• Selain memiliki kelebihan, perusahaan dagang
juga memiliki kelemahan sebagai berikut .
• 1.Tanggung jawab pemilik tidak terbatas
• 2.Sumber keuangan terbatas
• 3.Kelangsungan hidup perusahaan kurang
terjamin
• 4.Seluruh aktivitas manajemen dilakukan
sendiri sehingga pengelolaan manajemen
menjadi kompleks
Persekutuan Perdata (Maatschap)
• Menurut Pasal 1618 KUHPerdata, yang
dimaksud persekutuan perdata adalah “Suatu
perjanjian, dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu
kedalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi keuntungan atau kemanfaatan yang
diperoleh karenanya.”
Unsur-unsur Persekutuan Perdata
• Dari rumusan pengertian persekutuan perdata dalam
Pasal 1618 KUHPerdata, dapat disimpulkan beberapa
unsur yang harus ada agar sebuah persekutuan perdata
terpenuhi, antara lain sebagai berikut .
• 1.Perjanjian, yaitu adanya kesepakatan diantara orang-
orang yang mempunyai kesamaan kepentingan untuk
menjalankan perusahaan .
• 2.Pemasukan (inbreng), yaitu masing-masing sekutu wajib
memasukkan sesuatu kedalam gabungan kekayaan
tersebut . Adapun pemasukan sesuatu dapat berupa
kekayaan, seperti uang atau barang . Selain itu, dapat juga
memasukkan keahlian .
• 3.Bertujuan untuk memperoleh keuntungan
atau laba . Tujuan dari kerja sama dan
pemasukan tersebut adalah untuk mencari
manfaat yang berupa keuntungan atau laba .
• 4.Keuntungan yang di peroleh di bagi bersama .
Artinya adalah keuntungan yang diperoleh tidak
untuk dinikmati oleh beberapa orang sekutu
saja, tetapi oleh seluruh sekutu yang di bagi
seimbang dengan pemasukannya . Sebaliknya,
kerugian dipikul oleh satu atau beberapa orang
saja, tetapi tidak demikian terhadap laba yang
diperoleh .
Cara Pendirian Persekutuan Perdata

• Persekutuan perdata dapat didirikan cukup


diatas sebuah perjanjian . Perjanjian tersebut
dapat berupa perjanjian tertulis, dapat pula
secara lisan karena Pasal 1618 KUHPerdata
tidak mengharuskan adanya perjanjian tertulis .
• Pengurus (Pemeliharaan) Perusahaan Perdata
• Pengurusan atau pemeliharaan sebuah persekutuan
perdata dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
pengangkatan sekutu statuter (gerant statutaire) dan
pengangkatan sekutu mandater (gerant mandataire)
• Pengangkatan sekutu statuter (gerant statutaire)
ialah pada saat persekutuan perdata tersebut
didirikan melalui sebuah perjanjian, sekaligus
diangkat pengurus yang diberi tugas untuk
menjalankan perusahaan tersebut . Kedudukan
sekutu statuter tidak dapat diberhentikan selama
perusahaan tersebut masih berjalan .
• Sekutu statuter hanya dapat diperhentikan jika ada alasan
yang dapat dibenarkan oleh hukum, yaitu keadaan-keadaan
atau peristiwa yang tidak memungkinkan seorang sekutu
statuter itu melakukan tugasnya dengan baik (Soekardono,
1982:45) . Dengan kata lain, sekutu statuter hanya dapat
diperhentikan oleh persekutuan perdata .
• Sekutu mandater (gerant mandataire) diangkat beberapa
waktu setelah persekutuan perdata didirikan. Dalam
pengangkatan itu, dipilih pengurus untuk menjalankan roda
perusahaan . Seorang sekutu mandater kedudukannya
sama dengan seorang pemegang kuasa, yaitu
kekuasaannya dapat dicabut sewaktu-waktu
(Purwosutjipto, 2008: 27) .
• Tanggung Jawab Ekstern Persekutuan Perdata
• Pertanggung jawaban sekutu persekutuan perdata
terhadap pihak ketiga adalah sebagai berikut .
• 1.Apabila seorang sekutu mengadakan hubungan
hukum dengan pihak ketiga maka sekutu yang
bersangkutan saja yang bertanggung jawab atas
perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pihak ketiga
itu (meskipun dia mengatakan bahwa dia berbuat
untuk kepentingan persekutuan perdata).
• 2.Perbuatan sekutu tersebut baru mengikat sekutu-
sekutu lainnya apabila :
– 1.benar-benar ada surat kuasa dari sekutu lainnya;
– 2.hasil perbuatannya atau keuntungannya telah benar-
benar dinikmati oleh persekutuan perdata ;
• -3. apabila beberapa orang sekutu persekutuan
perdata mengadakan hubungan hukum dengan
pihak ketiga maka para sekutu itu dapat di
pertanggung jawabkan sama rata meskipun
pemasukan mereka tidak sama . Kecuali apabila
dalam perjanjian yang di buatnya dengan pihak
ketiga itu dengan tegas di tetapkan imbangan
pertanggung jawaban masing-masing sekutu
yang turut mengadakan perjanjian itu .
Berakhirnya Persekutuan Perdata
• Persekutuan perdata berakhir oleh sebab-sebab
berikut ini .
• 1.Lewatnya waktu manakala persekutuan perdata itu
didirikan
• 2.Musnahnya barang atau telah diselesaikannya
usaha yang menjadi tugas pokok persekutuan
perdata itu didirikan .
• 3.Kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu
• 4.Salah seorang sekutu meninggal dunia atau
dibawah pengampunan atau dinyatakan pailit
Persekutuan firma (FA)
• Menurut Pasal 16 KUHD, persekutuan firma adalah
persekutuan yang diadakan untuk menjalankan
perusahaan dengan memakai nama bersama .
Persekutuan firma merupakan bentuk khusus dari
persekutuan perdata . Kekhususan persekutuan firma
adalah dalam hal menjalankan perusahaan dan
menggunakan nama bersama . Lebih lanjut, nama
bersama dapat diambil dari nama salah seorang sekutu,
nama dari salah seorang sekutu dengan tambahan,
misalnya Fa Djohan & Brothers, atau gabungan para
nama sekutunya, misalnya Fa Ambari (singkatan dari
nama Amir, Basyir, dan Heri) .
• Persekutuan firma merupakan persekutuan antara dua orang
atau lebih dengan nama bersama untuk melaksanakan
usaha, umumnya di bentuk oleh orang-orang yang memiliki
keahlian yang sama atau seprofesi dengan tanggung jawab
masing-masing anggota tidak terbatas dan laba ataupun
kerugian akan di tanggung bersama . Pemilik firma terdiri
atas beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing
anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai
dengan yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan .
Para pendiri firma umumnya telah saling kenal dan percaya
satu sama lain serta masing-masing anggota telah
mengetahui dan memahami segala resikonya dan menjadi
tanggung jawab para pendirinya . Risiko dan badan usaha ini
ditanggung bersama oleh para sekutu atau pendiri, termasuk
dengan harta pribadinya (tanggung-renteng) .
Ciri-ciri Persekutuan Firma
• Persekutuan firma memiliki ciri-ciri sebagai
berikut .
• 1.Sekutu firma (firmant) biasanya sudah saling
kenal dan saling percaya .
• 2.Perjanjian firma dapat dilakuan, baik
dihadapan notaris maupun di bawah tangan .
• 3.Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
• 4.Adanya tanggung jawab dan risiko kerugian
yang tidak terbatas
• Pendirian Persekutuan Firma
• Pasal 22 KUHD menyatakan bahwa persekutuan firma harus
didirikan dengan akta autentik . Akan tetapi, ketiadaan akta
yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk merugikan
pihak ketiga . Lebih lanjut, Pasal 23 KUHD dan Pasal 28
KUHD menyebutkan bahwa setelah akta pendirian di buat
maka harus didaftarkan kepada panitera Pengadilan Negeri
tempat firma tersebut berkedudukan . Kemudian, akta
pendirian tersebut harus di umumkan dalam berita Negara
Republik Indonesia . Selama akta pendirian belum
didaftarkan dan diumumkan, firma dianggap sebagai
persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha,
didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas dan semua
sekutu berwenang untuk menanda tangani berbagai surat
firma ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 KUHD .
• Pengurusan (Pemeliharaan) Persekutuan Firma

• Siapa yang melakukan pengurusan atas sebuah persekutuan


firma ditentukan dalam akta (perjanjian) pendirian firma .
Apabila hal tersebut belum diatur maka harus diatur dalam
akta tersendiri dan juga harus didaftarkan ke panitera
Pengadilan Negeri setempat serta diumumkan dalam
tambahan berita Negara Republik Indonesia . Lebih lanjut,
dalam akta pendirian tersebut harus dicantumkan sekutu
yang melakukan pengurusan dan penunjukan sekutu yang
tidak berhak bertindak keluar atas nama perseroan firma .
Apabila tidak ada pencantuman tersebut maka semua
sekutu dapat bertindak keluar mewakili firma yang mengikat
sekutu-sekutu lainnya .
• Tanggung Jawab Ekstern Persekutuan Firma
• Tanggung jawab ekstern mencakup hal-hal berikut ini .
• 1.Perikatan yang dilakukan oleh sekutu yang diberikan hak
untuk bertindak keluar mewakili persekutuan firma menjadi
tanggung jawab semua sekutu yang bersifat tanggung-
renteng . Tanggung-renteng artinya adalah tanggung jawab
dengan kekayaan pribadi, untuk semua perikatan yang
dibuat oleh persekutuan firma, meskipun yang membuat
adalah sekutu lain, termasuk perikatan-perikatan yang
timbul karena perbuatan melawan hukum . Apabila salah
satu sekutu telah melunasi kewajiban terhadap pihak ke tiga
maka ia membebaskan sekutu lainnya .
• 2.Perikatan yang dilakukan oleh sekutu yang tidak berhak
mewakili persekutuan firma bertindak keluar menjadi
tanggung jawab pribadi sekutu yang bersangkutan saja .
Keunggulan Persekutuan Firma
• Persekutuan firma memiliki keunggulan-
keunggulan sebagai berikut .
• 1.Kemampuan manajemen lebih besar karena
adanya pembagian kerja diantara para
sekutunya .
• 2.Pendiriannya relatif mudah, baik dengan akta
maupun tidak dengan akta pendirian .
• 3.Kebutuhan modal lebih mudah terpenuhi .
Kelemahan Persekutuan Firma
• Selain memiliki keunggulan, persekutuan
firma juga memiliki kelemahan, antara lain.
• 1.tanggung jawab tidak terbatas, tanggung
jawab bersifat tanggung-renteng ;
• 2.kerugian yang disebabkan oleh seorang
sekutu harus ditanggung bersama dengan
sekutu lainnya.
• 3.kelangsungan hidup perusahaan tidak
menentu
Berakhirnya Persekutuan Firma
• Pada dasarnya, persekutuan firma adalah sebuah
persekutuan perdata sehingga sebab-sebab berakhirnya
sebuah persekutuan firma sama dengan persekutuan
perdata, antara lain .
• 1.lewatnya waktu manakala persekutuan perdata itu
didirikan ;
• 2.musnahnya barang atau telah diselesaikannya usaha
yang menjadi tugas pokok persekutuan firma itu didirikan ;
• 3.kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu ;
• 4.salah seorang sekutu meninggal dunia atau di bawah
pengampunan atau dinyatakan pailit ;
Persekutuan Komanditer (Commanditaire
Vennootschap—CV)
• Persekutuan komanditer (CV) adalah persekutuan firma yang mempunyai
satu atau beberapa orang sekutu komanditer . Secara sederhana, dapat
dikatakan bahwa CV adalah sebuah bentuk badan usaha bisnis yang
didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di antara
anggotanya . Satu pihak dalam CV mengelola usaha dengan aktif secara
tanggung-renteng dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja tanpa
harus melibatkan harta pribadi ketika krisis finansial .

• Bentuk CV adalah bentuk perusahaan kedua setelah PT yang paling banyak


digunakan para pelaku bisnis untuk menjalankan kegiatan usahanya di
Indonesia . Namun, tidak semua bidang usaha dapat dijalankan dengan CV
. Hal ini mengingat adanya beberapa bidang usaha tertentu yang diataur
secara khusus dan hanya dapat dilakukan oleh badan usaha PT .
• Pendirian CV
• Persekutuan perdata pada hakikatnya adalah sebuah
persekutuan firma atau bentuk khusus dari
persekutuan firma . Oleh karena itu, prosedur
pendirian CV sama halnya dengan prosedur pendirian
persekutuan firma, yakni pembuatan akta pendirian
oleh notaris . Dalam Pasal 22 KUHD, disebutkan bahwa
persekutuan firma harus didirikan dengan akta
autentik . Akan tetapi, ketiadaan akta yang demikian
tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak
ketiga . Selanjutnya, akta pendirian didaftarkan kepada
panitera Pengadilan Negeri tempat CV tersebut
berkedudukan . Setelah itu, akta pendirian tersebut
diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia .
Dua Macam Sekutu dalam CV
• Dalam setiap CV, terdapat dua macam sekutu, yaitu
sekutu komplementer dan sekutu komanditer .
• 1.Sekutu komplementer
• Sekutu komplementer biasa disebut dengan sekutu aktif
(active partner) atau sekutu kerja . Sekutu komplementer
mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut .
– Wajib mengurus CV
– Berhak memasukkan uang atau kekayaan lainnya kepada CV .
– Wajib bertanggung jawab secara tanggung-renteng atas
kewajiban CV terhadap pihak ke tiga
– Berhak menerima pembagian keuntungan
• 2.Sekutu komanditer
• Sekutu komanditer biasa disebut dengan sekutu diam (silent
partner) atau sekutu pelepas uang . Sekutu komanditer
mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut .
– Wajib menyerahkan uang atau kekayaan lainnya kepada CV .
– Wajib bertanggung jawab atas kewajiban persekutuan terhadap
pihak ke tiga terbatas pada jumlah pemasukan yang telah disetor
untuk modal persekutuan .
– Berhak memperoleh pembagian keuntungan
– Sekutu komanditer dilarang untuk melakukan pengurusan
meskipun dengan menggunakan surat kuasa . Akan tetapi, sekutu
komanditer boleh melakukan pengawasan jika ditetapkan dalam
akta pendirian . Apabila sekutu komanditer melakukan
pengurusan persekutuan maka tanggung jawabnya diperluas
menjadi sama dengan sekutu komplementer, yaitu tanggung
jawab secara tanggung-renteng .
Tiga Macam CV
• Menurut Purwosutjipto, ada tiga macam CV, yaitu CV
diam-diam, CV terang-terangan dan CV dengan saham .
• 1. CV diam-diam
• CV diam-diam adalah CV yang belum menyatakan
dirinya secara terang-terangan kepada pihak ketiga
sebagai CV . Dalam bertindak keluar, CV tersebut masih
menyatakan dirinya sebagai persekutuan firma . Akan
tetapi, dalam bertindak ke dalam, ia sudah menjadi
persekutuan komanditer . Hal ini karena salah seorang
atau beberapa orang sekutu sudah menjadi sekutu
komanditer .
• 2. CV terang-terangan
• CV terang-terangan adalah CV yang dengan
terang-terangan menyatakan dirinya sebagai CV
kepada pihak ke tiga .
• 3. CV dengan saham
• CV dengan saham adalah CV terang-terangan
yang modalnya terdiri atas saham-saham . Pada
hakikatnya, persekutuan bentuk ini sama saja
dengan CV biasa (terang-terangan) .
Perbedaannya hanya terletak pada
pembentukan modal, yaitu dengan cara
mengeluarkan saham.
• Keunggulan CV
• CV memiliki keunggulan sebagai berikut .
• 1.Kemampuan manajemen yang lebih besar
• 2.Proses pendiriannya relatif mudah
• 3.Modal yang dikumpulkan dapat lebih besar
•  
• Kelemahan CV
• Selain memiliki keunggulan, CV memiliki beberapa
kelemahan, antara lain .
• 1.sebagian sekutu yang menjadi persero aktif memiliki
tangung jawab tidak terbatas ;
• 2.sulit untuk menarik modal kembali ;
• 3.kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu ;
Berakhirnya CV
• CV berakhir oleh sebab-sebab berikut ini .
• 1.Lampaunya waktu untuk mendirikan sebuah CV .
• 2.Musnahnya barang atau telah diselesaikannya
usaha yang menjadi tugas pokok CV itu didirikan .
• 3.Kehendak dari seorang atau beberapa orang
sekutu .
• 4.Salah seorang sekutu meninggal dunia atau
dibawah pengampunan atau dinyatakan pailit
Perseroan Terbatas (PT)
• Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk badan usaha atau
perusahan yang paling banyak dipakai sebagai wadah kegiatan
bisnis di Indonesia . Bentuk PT merupakan penyempurnaan
dari bentuk CV yang masih mengandung beberapa kelemahan,
terutama karena masih adanya tanggung jawab tidak terbatas
terhadab kewajiban kepada pihak ketiga . Tanggung jawab
tersebut melibatkan kekayaan pribadi .
• Pelaku bisnis lebih menginginkan adanya tanggung jawab
terbatas, yaitu adanya pemisah harta kekayaan pribadi dari
tanggung jawab perusahaan terhadap pihak ketiga . Oleh
karena itu, dibuatlah bentuk usaha yang mengatur perihal
tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada modal yang
mereka setorkan .
• Bentuk usaha inilah yang dinamakan dengan Perseroan
Terbatas (PT) . Dengan adanya pemisahan harta kekayaan
tersebut, PT digolongkan sebagai suatu badan hukum, tidak
demikian halnya dengan perusahaan dagang, persekutuan
perdata, persekutuan firma, dan CV yang tidak dapat
digolongkan sebagai badan hukum .
• Perkembangan hukum PT sangat dinamis . Pada awalnya,
sumber hukumnya adalah KUHD yang juga mengatur firma
dan CV . Namun, karena pesatnya perkembangan PT
sehingga dibuatlah undang-undang tersendiri, yaitu
Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas . UU ini kemudian diperbaharui dengan Undang-
Undang Nomer 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas .
Lebih lanjut, karena luasnya pembahasan tentang PT, pada
bab selanjutnya akan dijelaskan secara lebih terperinci hal-
hal yang berkaitan dengan PT .
Bab 5. Perseroan Terbatas

• PENGERTIAN
• Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomer 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang
dimaksud dengan perseroan terbatas (PT) (yang
selanjutnya disebut perseroan) adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal dan didirikan
berdasarkan perjanjian . Lebih lanjut, perseroan
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang
serta peraturan pelaksanaannya .
• Sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 1 butir 1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 bahwa bentuk
hukum perseroan adalah badan hukum . Sebagai sebuah
badan hukum maka tanggung jawab pemilik atau pemegang
saham adalah terbatas . Selanjutnya, Pasal 3 ayat (1)
menyatakan bahwa pemegang saham perseroan tidak
bertanggung awab secara pribadi atas perikatan yang
dibuat atas nama perseroan terbatas dan tidak bertanggung
jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki
. Ketentuan ini mempertegas ciri perseroan bahwa
pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar
setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak
meliputi harta kekayaan pribadinya . Dalam hal-hal tertentu,
tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab
terbatas tersebut apabila terbukti terjadi hal-hal yang
disebutkan dalam ayat ini ...
• Tanggung jawab terbatas ini tidak berlaku apabila
• 1.persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum
atau tidak terpenuhi
• 2.pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung
maupun tidak langsung dengan itikad buruk
memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi ;
• 3.pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
perseroan ; atau
• 4.pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung
maupun tidak langsung secara melawan hukum
menggunakan kekayaan perseroan yang mengakibatkan
kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang perseroan .
• Tanggung jawab pemegang saham sebesar
setoran atas seluruh saham yang dimilikinya
kemungkinan hapus apabila terbukti terjadi
pencampuran harta kekayaan pribadi
pemegang saham dan harta kekayaan
perseroan . Dengan kata lain, perseroan
didirikan semata-mata sebagai alat yang
dipergunakan oleh pemegang saham untuk
memenuhi tujuan pribadinya sebagaimana
dimaksud dalam butir (2) dan (4) .
PENDIRIAN PERSEROAN
• Perseroan sebagai sebuah badan hukum
mempunyai persyaratan-persyaratan dan
mekanisme pendirian yang berbeda dengan
bentuk-bentuk usaha lainnya, yaitu firma dan CV .
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
mendirikan sebuah perseroan, yaitu (1) didirikan
oleh dua orang atau lebih dan (2) setiap pendiri
perseroan wajib mengambil bagian pada saat
saham perseroan didirikan .
Prosedur Pendirian Perseroan
• Berikut ini adalah beberapa prosedur dalam
mendirikan perseroan
• 1. Pembuatan akta pendirian oleh notaris
• Para pendiri menghadap notaris untuk dibuatkan akta
autentik mengenai perjanjian mereka untuk
mendirikan sebuah PT .
• 2. Pengesahan oleh menteri dalam bidang hukum dan
hak asasi manusia (MENKUMHAM) .
• Akta pendirian yang dibuat oleh akta notaris tersebut
selanjutnya diajukan kepada menteri Hukum dan HAM
untuk mendapatkan pengesahan dari pemerintah .
• Permohonan untuk memperoleh keputusan dari Menteri Hukum
dan HAM harus diajukan kepada menteri paling lambat 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak akta pendirian ditanda tangani .
Dengan keluarnya keputusan Menteri Hukum dan HAM maka
perseroan tersebut telah memperoleh status sebagai sebuah
badan hukum.
• Perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh
status badan hukum hanya boleh dilakukan oleh semua anggota
direksi bersama dengan semua pendiri serta semua anggota
dewan komisaris perseroan . Mereka bertanggung jawab secara
penuh atas perbuatan hukum tersebut . Sementara itu,
perbuatan hukum atas nama perseroan yang dilakukan oleh
pendiri atas nama perseroan yang belum memperoleh status
badan hukum menjadi tanggung jawab pendiri yang
bersangkutan dan tidak mengikat perseroan .
• 3. Pendaftaran perseroan
• Pendaftaran perseroan memuat data perseroan
yang meliputi nama dan tempat kedudukan dan
alamat lengkap, maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha, jangka waktu pendirian, dan sebagainya.
Lebih lanjut, pendaftaran perseroan
diselenggarakan oleh Menteri Hukum dan HAM .
• 4. Pengumuman didalam tambahan berita negara
republik Indonesia .
• Pengumuman dilakukan dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal diterbitkannya keputusan menteri
mengenai pengesahan sebagai badan hukum .
MODAL DAN SAHAM
• Modal
• Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham .
Modal dasar perseroan paling sedikit adalah Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).
• Namun, undang-undang yang mengatur usaha tertentu dapat
menentukan jumlah minimum modal perseroan yang lebih besar
dari pada ketentuan modal dasar yang disebutkan di atas. Paling
sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar tersebut
harus ditempatkan dan disetor penuh di buktikan dengan bukti
penyetoran yang sah adalah bukti setoran pemegang saham ke
dalam rekening bank atas nama perseroan, data dari laporan
keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau neraca perseroan
yang di tanda tangani oleh direksi dan dewan komisaris
• Pengeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk
menambah modal yang di tempatkan harus di setor penuh .
Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk
uang dan/atau dalam bentuk lainnya . Dalam hal penyetoran
modal saham dilakukan dalam bentuk lain, penilaian setoran
modal saham ditentukan berdasarkan nilai yang wajar yang
ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak
terafiliasi dengan perseroan .
• Yang dimaksud dengan ahli yang tidak terafiliasi adalah ahli
yang tidak mempunyai .
• 1. hubungan keluarga karena perkawinan atau keturunan
sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal
dengan pegawai, anggota direksi, atau pemegang saham dari
perseroan;
• 2. hubungan dengan perseroan karena adanya kesamaan satu
atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris ;
• 3. hubungan pengendalian dengan perseroan, baik langsung
maupun tidak langsung ; dan/atau ;
• 4. saham dalam perseroan sebesar 20% (dua puluh persen)
atau lebih .
• Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus
diumumkan dalam suatu surat kabar atau lebih, dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari setelah akta pendirian ditanda
tangani atau setelah rapat umum pemegang saham (RUPS)
memutuskan penyetoran saham tersebut . Lebih lanjut,
maksud diumumkannya penyetoran saham dalam bentuk
benda tidak bergerak dalam surat kabar adalah agar dapat
diketahui oleh umum dan memberikan kesempatan kepada
pihak yang berkepentingan untuk dapat mengajukan
keberatan atas penyerahan benda tersebut sebagai setoran
modal saham, misalnya ternyata diketahui benda tersebut
bukan milik penyetor .
• Penambahan Modal
• Penambahan modal perseroan dilakukan berdasarkan persetujuan
RUPS . RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada dewan
komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS untuk
jangka waktu paling lama satu tahun . Penyerahan kewenangan
tersebut dapat sewaktu-waktu ditarik .
• Keputusan RUPS untuk penambahan modal dasar adalah sah apabila
dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kuorum dan jumlah
suara setuju untuk perubahan anggaran dasar sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas . Lebih lanjut,
keputusan RUPS untuk penambahan modal ditempatkan dan disetor
dalam batas modal dasar adalah sah apabila dilakukan dengan
kuorum kehadiran ½ (satu per dua) bagian dari seluruh suara yang
dikeluarkan, kecuali ditentukan lebih besar dalam anggaran dasar .
Penambahan modal wajib diberitahukan kepada Menteri Hukum
dan HAM untuk dicatat dalam daftar perseroan .
• Saham
• Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya .
Perseroan hanya diperkenankan untuk mengeluarkan saham
atas nama pemiliknya dan tidak boleh mengeluarkan saham
atas tunjuk . Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan
dalam anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan
yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan . Dalam hal persyaratan
kepemilikan saham telah ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak
yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat
menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham
tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus
dicapai sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas
atau anggaran dasar . Selanjutnya, nilai saham harus
dicantumkan dalam mata uang rupiah . Saham tanpa nilai
nominal tidak dapat dikeluarkan .
• Saham memberi hak kepada pemiliknya, antara lain
• 1. hak untuk dicatat dalam daftar pemegang saham ;
• 2. hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara
dalam RUPS ;
• 3. hak untuk menerima deviden yang dibagikan ;
• 4. hak untuk menerima sisa kekayaan hasil likuidasi .
• Anggaran dasar perseroan menetapkan satu klasifikasi
saham atau lebih . Yang dimaksud dengan klasifikasi
saham adalah pengelompokan saham berdasarkan
karakteristik . Setiap saham dalam klasifikasi yang sama
memberikan kepada pemegangnya hak yang sama .
Dalam hal terdapat lebih dari satu klasifikasi saham,
anggaran dasar menetapkan salah satu diantaranya
• Yang dimaksud saham dengan biasa adalah saham
yang mempunyai hak suara untuk mengambil
keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang
berkaitan dengan pengurusan perseroan,
mempunyai hak untuk menerima deviden yang
dibagikan, dan menerima sisa kekayaan hasil likuidasi
. Hak suara yang dimiliki oleh pemegang saham
biasa dapat dimiliki juga oleh pemegang saham
klasifikasi lain .
• Klasifikasi saham sebagaimana disebutkan di atas,
antara lain .
• 1. saham dengan hak suara atau tanpa hak suara ;
• 2. saham dengan hak khusus untuk mencalonkan
anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris ;
• 3. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik
kembali atau di tukar dengan klasifikasi saham lain ;
• 4. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menerima deviden lebih dahulu dari pemegang
saham klasifikasi lain atas pembagian deviden secara
kumulatif atau nonkumulatif ;
• 5. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham
klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan
dalam likuidasi .
• Bermacam-macam klasifikasi saham diatas tidak selalu
menunjukkan bahwa klasifikasi tersebut masing-masing
berdiri sendiri, terpisah satu sama lain, tetapi dapat
merupakan gabungan dari dua klasifikasi atau lebih .
ORGAN PERSEROAN
• Organ perseroan meliputi
• (1) rapat umum pemegang saham
• (2) direksi, dan
• (3) dewan komisaris .
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
• Rapat umum pemegang saham adalah organ perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau
dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-
undang dan/atau anggaran dasar . Dari rumusan pengertian
tersebut, yang dimaksud dengan wewenang yang tidak diberikan
kepada direksi atau dewan komisaris adalah hak untuk .
• 1.mengangkat dan memberhentikan anggota direksi dan komisaris ;
• 2.menyetujui penggabungan, peleburan, pengambil alihan, atau
pemisahaan ;
• 3.menyetujui pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan
pailit ;
• 4.menyetujui perpanjangan jangka waktu berdirinya perseroan ;
• 5.mengubah anggaran dasar ;
• 6.membubarkan perseroan ;
• RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya atau yang
didalam praktik biasanya disebut RUPS luar biasa (RUPSLB) . RUPS
tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat enam
bulan setelah tahun buku berakhir . RUPS lainnya dapat diadakan
setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan
perseroan . Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS
luar biasa dengan didahului oleh pemangilan RUPS . Lebih lanjut,
penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas permintaan berikut .
• 1. Satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama
mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan
suatu jumlah yang lebih kecil .
• 2. Dewan komisaris
• Direksi wajib melakukan pengambilan RUPS dalam jangka waktu
paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal
permintaan penyelenggaraan RUPS diterima .
Dewan Komisaris
• Dewan komisaris adalah organ perseroan yang
bertugas untuk melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran
dasar serta memberi nasehat kepada direksi .
Dewan komisaris melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai perseroan maupun
usaha perseroan dan memberi nasehat kepada
direksi . Lebih lanjut, pegawasan dan pemberian
nasehat dilakukan untuk kepentingan perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
• Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik,
kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas pengawasan dan pemberian nasehat kepada direksi
untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan . Setiap anggota dewan komisaris juga ikut
bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan
apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugasnya . Dalam hal dewan komisaris terdiri
atas dua anggota dewan komisaris atau lebih, tanggung jawab
tersebut berlaku secara tanggung renteng untuk setiap
anggota dewan komisaris .
• Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih .
Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang
anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan
komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan
berdasarkan keputusan dewan komisaris .
• Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, dewan komisaris
dapat melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan
tertentu untuk jangka waktu tertentu . Dewan komisaris yang dalam
keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan tindakan
pengurusan berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang,
dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga .
• Anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya satu orang atau
lebih komisaris independent dan satu orang komisaris utusan .
Komisaris independent diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari
pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama,
anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris lainnya .
Sementara itu, komisaris utusan merupakan anggota dewan
komisaris yang ditunjuk berdasarkan keputusan rapat dewan
komisaris . Selanjutnya, tugas dan wewenang komisaris utusan
ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan dengan ketentuan tidak
bertentangan dengan tugas dan wewenang dewan komisaris dan
tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan direksi .
• Dalam menjalankan tugas pengawasan, dewan komisaris dapat
membentuk komite yang anggotanya seorang atau lebih anggota
dewan komisaris . Komite tersebut bertanggung jawab kepada dewan
komisaris.
• Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun
dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan
surat pengakuan utang kepada masyarakat atau perseroan terbuka
wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota dewan komisaris .
• Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, selain mempunyai dewan komisaris, wajib mempunyai dewan
pengawas syariah . Dewan pengawas syariah terdiri atas seorang ahli
syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis
Ulama Indonesia (MUI) . Dewan pengawas syariah bertugas dalam
memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi
kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah .
• Yang dapat diangkat mejadi anggota dewan
komisaris adalah orang perorangan yang cakap
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam
waktu lima tahun sebelum pengangkatannya
pernah
• (1) dinyatakan pailit,
• (2) menjadi anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perseroan dinyatakan pailit, atau
• (3) dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan keuangan negara dan/atau yang
berkaitan dengan sektor keuangan .
Direksi
• Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar . Dalam
Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang Perseroan
Terbatas, ditegaskan bahwa direksi menjalankan
pengurusan perseroan untuk kepentingan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan . Ketentuan ini
menugaskan direksi untuk mengurus perseroan,
yakni pengurusan sehari-hari dari perseroan .
• Direksi berwenang dalam menjalankan pengurusan sesuai
dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam batas yang
ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas
dan/atau anggaran dasar perseroan . Yang dimaksud
dengan kebijakan yang dipandang tepat adalah kebijakan
yang antara lain didasarkan pada keahlian, peluang yang
tersedia, dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis .
• Direksi perseroan terdiri atas satu orang anggota direksi
atau lebih . Lebih lanjut, perseroan yang kegiatan
usahanya berkaitan dengan menghimpun dana/atau
mengelola dana masyarakat, menerbitkan surat
pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan
terbuka wajib mempunyai paling sedikit dua orang
anggota direksi .
• Dalam hal ini direksi terdiri atas dua anggota
direksi atau lebih, pembagian tugas dan
wewenang pegurusan diantara anggota direksi
ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS . Dalam
hal RUPS tidak menetapkan, pembagian tugas dan
wewenang anggota direksi ditetapkan
berdasarkan keputusan direksi . Direksi sebagai
organ perseroan yang melakukan pengurusan
perseroan memahami dengan jelas kebutuhan
pengurusan perseroan . Oleh karena itu, apabila
RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan
wewenang anggota direksi, sudah sewajarnya
penetapan tersebut dilakukan oleh direksi sendiri .
Syarat Direksi

• Yang dapat diangkat menjadi anggota direksi


adalah orang perseorangan yang cakap melakukan
perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun
sebelum pengangkatannya pernah
• (1) dinyatakan pailit,
• (2) menjadi anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perseroan dinyatakan pailit, atau
• (3) dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan negara dan/atau yang berkaitan dengan
sektor keuangan .
Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab
Direksi
• Badan hukum bersifat unik karena untuk memperoleh hak dan
kewajibannya, badan hukum senantiasa bergantung oleh seorang
wakil yang lazim dinamakan pengurus, yaitu direksi .
• Tugas, wewenang, dan tanggung jawab direksi dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 diatur dalam beberapa pasal, antara lain Pasal
92 ayat (1) dan (2), Pasal 97 ayat (1) dan (2), dan Pasal 98 ayat (1) .
Pasal 92 ayat (1) mengatur tugas direksi yang menyatakan bahwa
direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan .
Selanjutnya, dalam ayat (2) dijelaskan wewenang direksi yang
menyatakan bahwa direksi berwenang dalam menjalankan
pengurusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan
kebijakan yang diangap tepat, dalam batas yang ditentukan dalam
undang-undang ini dan/atau anggaran dasar .
• Sementara itu, Pasal 97 ayat (1) dan (2) menjelaskan
tanggung jawab direksi yang menyatakan bahwa direksi
bertanggung jawab atas atas perseroan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) . Pernyataan ini
kemudian dipertegas dalam ayat (2) yang menyatakan
bahwa pengurusan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), wajib dilaksanakan oleh setiap anggota direksi dengan
itikad baik dan penuh tanggung jawab . Lebih lanjut, Pasal
98 ayat (1) menyatakan bahwa direksi mewakili
perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan .
• Berdasarkan isi pasal-pasal diatas, dapat dirumuskan
bahwa direksi apabila dilihat dari tugas dan
wewenangnya, ia mempunyai fungsi ganda, yaitu fungsi
kepengurusan dan perwakilan .
Kewenangan Bertindak Direksi
• Pasal 2 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan
bahwa kegiatan perseroan harus sesuai dengan maksud dan
tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan ., ketertiban umum, atau kesusilaan .
Arti dari pasal tersebut ialah menegaskan ruang lingkup
wewenang direksi dan pembatasan wewenang direksi .
• Dengan demikian, dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya dalam melakukan pengurusan perseroan,
tindakan direksi senantiasa harus relevan dengan maksud
dan tujuan perseroan . Tindakan direksi yang tidak relevan
dengan klausal maksud dan tujuan serta kegiatan perseroan
disebut sebagai tindakan ultra vires sehingga batal demi
hukum dan tidak mengikat perseroan .
• Prinsip batal demi hukum dan tidak mengikat perseroan ini tidak
berlaku mutlak . Kompensasi hukumnya bahwa perbuatan yang
dalam keadaan biasa adalah ultra vires tetap dinyatakan sebagai
intra vires dan oleh karenanya mengikat perseroan apabila dilakukan
sebagai keputusan bisnis yang tulus dan dibuat berdasarkan itikad
baik (honest business decision made in good faith) . Prinsip ini
dikenal dengan bussines judgement principle . Adapun unsur-
unsurnya meliputi pihak ketiga dengan siapa perseroan melakukan
transaksi adalah pihak ketiga yang beritikad baik (in good faith) dan
direksi yang bertindak dengan kecermatan yang wajar (reasonable
care) .
• Tanggung jawab direksi yang melakukan perbuatan ultra vires cukup
tegas dinyatakan dalam Pasal 97 ayat (1), (2), dan (3) . Berdasarkan
ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap anggota direksi
bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan
bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya untuk kepentingan
dan usaha perseroan .
• Kedudukan Direksi Berdasarkan Kepercayaan dari
Perseroan (Fiduaciary Duties Principle)
• Prinsip fiduciary duties (tugas fidusia) adalah prinsip
yang lahir karena tugas dan kedudukan yang
dipercayakan kepadanya oleh perseroan . Lebih lanjut,
prinsip ini termuat dalam beberapa pasal berikut .
• 1. Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomer 40 Tahun
2007 yang menyatakan bahwa direksi adalah organ
perseroan yang berwenang dan bertangung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik
didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan
anggaran dasar .
• 2.Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang Nomer 40 Tahun
2007 yang menegaskan bahwa direksi bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan, baik didalam
maupun diluar pengadilan .
• 3.Pasal 97 Undang-Undang Nomer 40 Tahun 2007
yang menyatakan bahwa (1) direksi direksi
bertanggung jawab atas pengurusan perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) dan
(2) pengurusan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) wajib dilaksanakan oleh setiap anggota direksi
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab .
• Lebih lanjut, tiga unsur penting dalam prinsip fiduciary duties,
antara lain duty of skills and care, duty of loyalty, dan doctrine
of corporate opportunity . Duty of skills and care adalah prinsip
yang merujuk pada kemampuan serta kehati-hatian tindakan
direksi . Duty of loyalty adalah prinsip yang merujuk kepada
itikad baik dari direksi untuk bertindak semata-mata demi
kepentingan dan tujuan perseroan . Selanjutnya, Doctrine of
corporate opportunity adalah prinsip untuk tidak mengambil
keuntungan pribadi atas suatu kesempatan yang sebenarnya
dapat menjadi peluang untuk perusahaan .
• Konsekuensi terhadap pelanggaran prinsip kehati-hatian,
loyalitas, dan untuk kepentingan perseroan ditegaskan dalam
Pasal 97 ayat (3) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 yang
menyatakan bahwa setiap anggota direksi bertanggung jawab
penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya .
• Direksi yang dipersalahkan melanggar prinsip
kehati-hatian, loyalitas, dan untuk kepentingan
perseroan dapat mengajukan pembelaan
menurut business judgement principle (keputusan
bisnis yang tulus dan dibuat berdasarkan itikad
baik) . Lebih lanjut, business judgement principle
pada dasarnya terbagi dalam dua hal, yaitu
business judgement rule dan business judgement
doctrine . Business judgement rule merujuk pada
konsepsi bahwa direksi harus selalu bertindak
berdasarkan itikad baik dengan informasi yang
cukup dan diolah secara cermat berdasarkan
kemampuannya (konsepsi in good faith) .
• Bentuk konkretnya adalah
• 1.kerugian bukan karena kesalahan atau kelaleannya ;
• 2.telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan
kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan
maksud tujuan perseroan ;
• 3.tidak mempunyai benturan kepentingan, baik
langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian ;
• 4.telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul
atau berlanjutnya kerugian tersebut .
• Sementara itu, business judgement doctrine merujuk
pada konsepsi bahwa tindakan tersebut sah dan
mengikat perseroan sepanjang itu memang menjadi
kewenangan direksi (intra vires) .
• KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN LAPORAN TAHUNAN
DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
• Kewajiban direksi membuat laporan tahunan tercantum
dalam Undang-Undang PT yang lama, yaitu UU No 1
Tahun 1995 maupun UU PT yang terbaru, yaitu UU
Nomor Tahun 2007 . Kewajiban ini diatur dalam Pasal
66 sampai dengan Pasal 69 Undan-Undang perseroan
terbatas Nomor 40 Tahun 2007 . Hal-hal penting dari
pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut
• 1.Direksi wajib membuat dan menyampaikan laporan
tahunan pada RUPS setelah ditelaah oleh dewan
komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam)
bulan setelah tahun buku perseroan berakhir .
• 2.Laporan tahunan tersebut disusun berdasarkan
standart akuntansi keuangan, yaitu standart yang
ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan Indonesia
yang diakui oleh pemerintah .
• 3.Laporan tahunan tersebut wajib ditanda tangani oleh
semua anggota direksi dan semua anggota dewan
komisaris yang menjabat pada tahun buku yang
bersangkutan .
• Apabila ada anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang tidak menanda tangani laporan tahunan
tersebut maka yang bersangkutan harus menyebutkan
alasan secara tertulis atau alasan tersebut dinyatakan
oleh direksi dalam surat tersendiri yang dicantumkan
dalam laporan tahunan .
• Jika terdapat anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang tidak menanda tangani laporan tahunan
tersebut dan tidak memberi alasan secara tertulis maka
yang bersangkutan dianggap telah menyetujui isi laporan
tersebut . Perlunya dibuat secara tertulis adalah agar
RUPS dapat menggunakannya sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam memberikan penilaian terhadap
laporan tersebut .
• Penandatanganan laporan tahunan merupakan bentuk
pertanggung jawaban anggota direksi dan anggota
dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya .
• Dalam hal laporan keuangan perseroan diwajibkan untuk
diaudit oleh akuntan publik, laporan tahunan yang
dimaksud adalah laporan tahunan yang memuat laporan
keuangan yang telah diaudit .
• 4.Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan
perseroan kepada akuntan publik apabila
– kegiatan perseroan adalah menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat ;
– perseroan menerbitkan surat pengakuan utang
kepada masyarakat ;
– perseroan merupakan perseroan terbuka
– perseroan merupakan persero ;
– perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah
peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) ;
atau
– diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan .
• 5.Dalam hal laporan keuangan yang disediakan
ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan,
anggota direksi dan anggota dewan komisaris
secara tanggung renteng bertanggung jawab
terhadap pihak yang dirugikan . Lebih lanjut,
anggota direksi dan anggota komisaris dibebaskan
dari tanggung jawab tersebut apabila terbukti
bahwa keadaan tersebut bukan karena
kesalahannya.
• TANGGUNG JAWAB DIREKSI EMITEN DAN PERUSAHAAN
PUBLIK ATAS LAPORAN KEUANGAN
• Berdasarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor
Kep.40/PM/2003 tentang tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan, direksi emiten dan perusahaan publik
wajib membuat surat pernyataan atau yang lazim dikenal
sebagai director’s certification on financial statement . Sejak
diberlakukanya sertifikasi tersebut, timbul pertanyaan
kenapa sertifikasi harus dilakukan .
• Direksi merupakan penerima kepercayaan dari pemodal
perseroan untuk mengelola dana milik pemodal perseroan
tersebut . Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan . Oleh karena itu, direksi harus dapat
membuktikan bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya
dapat dipertanggung jawabkan .
• Perseroan Terbatas melalui Pasal 67 menegaskan bahwa
“Laporan tahunan ditandatangani oleh semua anggota
direksi dan semua anggota dewan komisaris yang menjabat
pada tahun buku yang bersangkutan dan disediakan dikantor
perseroan sejak tanggal panggilan RUPS untuk dapat
diperiksa”.
• Sertifikasi laporan keuangan ditujukan untuk meningkatkan
profesionalisme pengelolaan perusahaan dan
memaksimalkan pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan . Laporan keuangan harus mencerminkan keadaan
yang sebenarnya dari aset, kewajiban, modal, dan hasil
usaha perseroan . Dengan demikian penanda tanganan
laporan keuangan perseroan adalah bentuk pertanggung
jawaban seluruh anggota direksi dalam melaksanakan
tugasnya kepada pemilik maupun kepada publik .
• Kewajiban penanda tanganan laporan ini teramat penting bagi
perusahaan yang menghimpun dana dan/atau mengelola dana
masyarakat agar tidak menyesakan masyarakat yang dapat
mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perseroan
tersebut maupun terhadap pasar modal secara kelembagaan.
• Berkaitan dengan uraian diatas maka di dalam opini akuntan, alenia
pertama selalu dinyatakan bahwa laporan keuangan adalah tanggung
jawab direksi, sedangkan opini adalah tanggung jawab akuntan .
• Pada prinsipnya, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
bukanlah hal yang baru karena pada UU Perseroan Terbatas tahun 1995
yang telah diganti dengan UU Nomor 40 Tahun 2007 serta UU Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah diatur secara implicit tentang
tanggung jawab tersebut, namun demikian peraturan Bapepam
mengharuskan direksi secara eksplisit bertanggung jawab atas laporan
keuangan perusahaan yang dituangkan dalam surat pernyataan atas
laporan keuangan perusahaan .
• Regulasi Bapepam yang mengatur sertifikasi laporan
keuangan oleh direksi adalah Peraturan Bapepam
Nomor VIII.G.11 yang intinya mengatur bahwa
• 1.direksi emiten atau perusahaan publik wajib
membuat surat pernyataan kebenaran atas isi
laporan keuangan tersebut ;
• 2.surat pernyataan tersebut ditanda tangani oleh
direktur utama dan seorang direktur yang
membawahi bidang akuntansi atau keuangan ;
• 3.direksi emiten atau perusahaan publik secara
tanggung renteng bertanggung jawab atas
pernyataan yang di buat, termasuk kerugian yang
mungkin timbul
• Dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G. 11 tentang Tanggung jawab Direksi atas
Laporan Keuangan oleh Bapepam merupakan
respons dari Bapepam atas dikeluarkannya
Sarbanes Oxley Accounting Reform and
Investor Protection Act of 2002 (Sarbox) . SOX
telah didefinisikan sebagai undang-undang
sekuritas yang paling jauh jangkauannya AS .
SOX diundangkan karena semakin tingginya
tuntutan untuk menegakkan prinsip-prinsip
good corporate governance untuk segala
aspek dalam praktik dunia usaha .
• Tanggung Jawab Perdata Bersifat Tanggung Renteng
• Perlu dipahami terlebih dahulu mengenai
pertanggung jawaban korporasi dilihat dari perspektif
hukum bisnis, khususnya tentang tanggung jawab
direksi . Direksi adalah lembaga atau organ
perseroan . Sementara itu, individunya adalah direktur
. Walaupun dalam struktunya terbagi atas direktur
utama, direktur 1, direktur 2, direktur keuangan dan
seterusnya lembaga yang merupakan organ perseroan
terbatas adalah direksi . Tanggung jawab direksi
adalah kolegial, yaitu tanggung jawab yang berimbas
pada tanggung jawab tanggung renteng.
• Konsep tanggung renteng adalah konsep hukum perdata yang
menekankan tanggung jawab atas suatu kerugian berada di
pundak beberapa orang sekaligus . Dalam konteks ini, tanggung
jawab secara renteng adalah masing-masing anggota direksi
bertanggung jawab sampai kepada kekayaan pribadi untuk
bagian yang sama, apabila melakukan penyalah gunaan
wewenang atau melanggar peraturan perundang-undangan
yang berlaku .
• Pihak yang dirugikan dapat menuntut kepada seluruh anggota
direksi, baik bersama-sama maupun perorangan . Dalam hal
salah seorang diantara mereka sudah menanggung pembayaran
ganti kerugian maka pembayaran salah seorang direktur
tersebut mengakibatkan direktur yang lain terbebas dari
kewajiban membayar ganti kerugian . Selanjutnya, direktur yang
lain wajib melaksanakan penggantian kerugian tersebut kepada
direksi yang telah membayar kepada pihak yang dirugikan .
Tanggung Jawab Pidana
• Dalam hal laporan keuangan yang disajikan oleh
direksi tidak benar, kondisi ini dapat dikategorikan
sebagai kejahatan perbankan . Pasal 90 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun1995 tentang Pasar Modal
menegaskan sebagai berikut .
• “Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak
dilarang secara langsung atau tidak langsung :
• 1.menipu atau mengelabui Pihak lain dengan
menggunakan sarana dan atau cara apapun ;
• 2.turut serta menipu atau mengelabui pihak lain ; dan
• 3.membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang
material atau tidak mengungkapkan fakta yang material
agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan di
buat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak
lain atau dengan tujuan memengaruhi Pihak lain untuk
membeli atau menjual Efek.”
• Laporan keuangan yang disajikan tidak benar dapat
dikategorikan melanggar Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 Pasal 90 butir c . Atas perbuatan tersebut
pelakunya diancam dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp
15.000.000.000 (lima belas miliar rupiah)
Bab 6. Kepailitan
• DASAR HUKUM
• Dasar hukum berlakunya hukum kepailitan di
Indonesia terdapat dalam Undang-
UndangNomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (selanjutnya disebut
dengan UU Kepailitan dan PKPU) .
KONSEPSI
Pengertian
• Definisi kepailitan dalam UU Kepailitan dan PKPU
Bab I Pasal1 butir 1 adalah “Sita umum atas semua
kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah
pengawasan Hakim Pengawas.” Lebih lanjut, dalam
butir 5 disebutkan bahwa yang dimaksud kurator
adalah “Balai Harta Peninggalan atau orang
perseorangan yang diangkat oleh pengadilan untuk
mengurus dan membereskan harta Debitur Pailit
dibawah pengawasan Hakim Pengawas.”
• Pihak-pihak yang terkait dalam kepailitan adalah kreditor dan
debitur . Kreditur dalam 2 undang-undang tersebut
didefinisikan sebagai “Orang yang mempunyai piutang karena
perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka
pengadilan.” Sementara itu, debitur adalah “Orang yang
mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-Undang
yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.”
• Selanjutnya, yang dimaksud dengan utang dalam butir 6
adalah “Kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan
dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun
mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan
timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib di penuhi oleh
Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor
untuk mendapat pemenuhanya dari harta kekayaan Debitor.”
Tujuan Hukum Kepailitan
• Menurut Levintal (dalam Syahdeni, 2009; 28),
tujuan hukum kepailitan (bankruptcy law) adalah
• 1.menjamin pembagian yang sama terhadap
harta kekayaan debitur di antara para kreditur ;
• 2.mencegah agar debitur tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan
kepentingan para kreditur ;
• 3.memberi perlindungan kepada debitur yang
beritikad dari para krediturnya dengan cara
memperoleh pembebasan utang .
• Dalam penjelasan UU Kepailitan dan PKPU, dikemukakan
beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan dan
penundaan kewajiban pembayaran utang sebagai berikut .
• 1.Menghindari perebutan harta debitur apabila dalam waktu
yang sama ada beberapa kreditur yang menagih piutangnya dari
debitur .
• 2.Menghindari adanya kreditur pemegang jaminan kebendaan
yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitur
tanpa memperhatikan kepentingan debitur atau para kreditur
lainnya .
• 3.Menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakuan
oleh salah satu kreditur atau debitur sendiri, misalnya debitur
berusaha untuk memberi keuntungan kepada seseorang atau
beberapa orang kreditur tertentu sehingga kreditur lainnya
dirugikan atau adanya perbuatan curang dari debitur untuk
melarikan semua harta kekayaannya dengan maksud untuk
Asas-asas Kepailitan
• UU Kepailitan dan PKPU mengandung beberapa asas yang
sejalan dengan yang seharusnya dianut oleh undang-undang
kepailitan yang baik . Asas-asas tersebut adalah sebagai
berikut . 
• Asas Keseimbangan
• UU Kepailitan dan PKPU mengatur beberapa ketentuan yang
merupakan perwujudan dari asas keseimbangan, yakni dari
satu sisi, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalah gunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh
debitur yang tidak jujur . Di sisi lain, terdapat ketentuan yang
dapat mencegah terjadinya penyalah gunaan pranata dan
lembaga kepailitan oleh kreditur yang tidak beritikad baik .
• Asas Kelangsungan Usaha
• Dalam UU Kepailitan dan PKPU terdapat ketentuan yang
memungkinkan perusahaan debitur yang prospektif tetap
dilangsungkan .
• Asas Keadilan
• Asas keadilan dalam kepailitan mengandung pengertian bahwa
ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan
bagi para pihak yang berkepentingan . Asas keadilan
bertujuan untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan
pihak penagih yang mengusahakan pembayaran atas tagihan
masing-masing terhadap debitur dengan tidak memperdulikan
kreditur lainnya .
• Asas Integrasi
• Asas integrasi dalam UU Kepailitan dan PKPU mempunyai
pengertian bahwa sistem hukum formal dan hukum materialnya
merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata
dan hukum acara perdata nasional .
PROSES KEPAILITAN
• Syarat-syarat kepailitan
• Hal mengenai syarat untuk mengajukan
permohonan pernyataan pailit telah diatur dalam
Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU yang
berbunyi .
• “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor
dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinamakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik
atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya.”
• Ketentuan tersebut mempunyai arti bahwa untuk mengajukan
permohonan pailit terhadap seorang debitur harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut .
• 1.Debitur yang ingin dipailitkan mempunyai sedikitnya dua utang,
artinya mempunyai dua atau lebih kreditur . Oleh karena itu, syarat
ini disebut syarat concursus credituorium .
• 2.Debitur tidak melunasi sedikitnya satu utang kepada salah satu
krediturnya .
• 3.Utang yang tidak dibayar lunas itu haruslah utang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih (due/expired and payable) . Yang
dimaksud dengan utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
adalah kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu,
baik karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu
penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan
sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena
putusan pengadilan, arbiter, atau majelis arbritase .
• Sehubungan dengan uraian diatas, perlu pula diperhatikan siapa
saja pihak-pihak yang berhak untuk mengajukan permohonan
pailit . Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut . 
– 1. Kreditur atau beberapa kreditur
• Keditur dalam pengertian diatas meliputi kreditur konkuren,
kreitur separatis, maupun kreditur preferen. Khusus mengenai
kreditur separatis dan kreditur preferen, mereka dapat
mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak
guna atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitur
dan haknya untuk didahulukan .
– 2.Debitur sendiri
• Seorang debitur dapat mengajukan permohonan pernyataan
pailit terhadap dirinya (voluntary petition) apabila memenuhi
syarat, yaitu mempunyai dua atau lebih kreditur dan debitur
sedikitnya tidak membayar satu utang yang telah jatuh waktu
dan dapat di tagih .
• 3.Kejaksaan untuk kepentingan umum
• Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan untuk
kepentingan umum dan syarat untuk pengajuan permohonan pailit telah
dipenuhi . Yang dimaksud dengan kepentingan umum adalah kepentingan
bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas, misalnya .
– debitur melarikan diri ;
– debitur mengelapkan bagian dari harta kekayaan ;
– debitur mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau badan
usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat ;
– debitur mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari masyarakat
luas ;
– debitur tidak beritikad baik atau tidak koperatif dalam menyelesaikan masalah
utang piutang yang telah jatuh waktu ; atau
– dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum .
• Adapun tata cara pengajuan permohonan pailit adalah sama dengan
permohonan pailit yang diajukan oleh debitur atau kreditur . Hal ini
dengan ketentuan bahwa permohonan pailit dapat diajukan oleh
kejaksaan tanpa menggunakan jasa advokat .
• 4. Bank Indonesia
• Dalam hal ini debitur adalah bank, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat di lakukan oleh Bank
Indonesia (BI) . Pengajuan permohonan pailit bagi
bank sepenuhnya merupakan kewenangan BI dan
semata-mata didasarkan atas penilaian kondisi
keuangan dan kondisi perbankan secara keseluruhan
sehingga tidak perlu dipertangung jawabkan .
Kewenangan BI untuk mengajukan permohonan
kepailitan ini tidak menghapuskan kewenangan BI
terkait dengan ketentuan mengenai pencabutan izin
usaha bank, pembubaran badan hukum, dan likuidasi
bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan .
• 5. Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK)
• Dalam hal debitur adalah perusahaan efek, bursa efek,
lembaga kliring dan penjamin serta lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat dilakukan oleh Bapepam .
Permohonan sebagaimana dimaksud di atas hanya dapat
di ajukan oleh Bapepam karena lembaga tersebut
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dana
masyarakat yang diinvestasikan dalam efek dibawah
pengawasan . Bapepam juga mempunyai kewenangan
penuh dalam hal pengajuan permohonan pernyataan
pailit untuk instansi-instansi yang berada dibawah
pengawasannya, seperti halnya kewenanan BI terhadap
bank .
• 6.Menteri keuangan
• Dalam hal debitur adalah perusahaan
asuransi, perusahaan reasuransi, dana
pensiun, atau BUMN yang bergerak dalam
bidang kepentingan publik, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh
menteri keuangan .
Permohonan Pernyataan Pailit
• Putusan atas permohoan pailit dan lain-lain yang
berkaitan dengan itu ditetapan oleh Pengadilan Niaga
yang wilayah hukumnya meliputi daerah tempat
kedudukan hukum debitur . Berkenaan dengan
ketentuan tersebut maka permohonan pernyataan
pailit diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga yang
berwenang .
• Panitera Pengadilan Niaga mendaftarkan
permohonan pernyataan pailit pada tanggal
permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada
pemohon diberikan tanda terima tertulis yang
ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang dengan
tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran
• Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah
tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan,
pengadilan mempelajari permohonan dan menetapkan
hari sidang . Sidang pemeriksaan atas permohonan
pernyataan pailit diselenggarakan dalam jangka waktu
paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal
permohonan didaftarkan .
Atas permohonan debitur dan berdasarkan alasan yang
cukup, pengadilan dapat menunda penyelenggaraan sidang
sampai dengan paling lambat 25 (dua puluh lima) hari
setelah tanggal permohonan didaftarkan .
• Pembentukan UU Kepailitan dan PKPU menghendaki agar
putusan pernyataan pailit dapat diputuskan secepat
mungkin dan secepatnya pula dapat dieksekusi Hal ini
sesuai dengan isi Pasal 8 ayat (4), (5), (6), dan (7) berikut .
• Pasal 8 ayat (4)
• “Permohonan pernyataan pailit harus
dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan
yang terbukti secara sederhana bahwa
persyaratan untuk dinyatakan pailit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
telah dipenuhi .”
• Ayat (5)
• “Putusan pengadilan atas permohonan
pernyataan pailit harus diucapkan paling lambat
60 (enam puluh) hari setelah tanggal
permohonan pernyataan pailit didaftarkan .”
• Ayat (6)
• “Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib
memuat pula
• A. pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan dan/atau sumber hukum tak tertulis yang
dijadikan dasar untuk mengadili ; dan
• B. pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari hakim
anggota atau ketua majelis .” 
• Ayat (7)
• “Putusan atas permohonan pernyataan pailit sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) yang memuat secara lengkap
pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus
diucapkan dalam siding terbuka untuk umum dan dapat
dilaksanakan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan
tersebut diajukan suatu upaya hukum .”
Upaya Hukum
• Upaya hukum dapat diajukan terhadap putusan atas
permohonan pernyataan pailit adalah kasasi ke Mahkamah
Agung (MA) . Permohonan kasasi ke MA diajukan paling
lambat 8 (delapan) hari setelah tanggal putusan yang
dimohonkan kasasi diucapkan dengan mendaftarkan
kepada panitera pengadilan yang telah memutus
permohonan pernyataan pailit . Permohonan kasasi
tersebut, selain dapat diajukan oleh debitur dan kreditur
yang merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama,
juga dapat diajukan oleh kreditur lain yang bukan
merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama yang
tidak puas terhadap putusan atas permohonan pernyataan
pailit .
• Mahkamah Agung wajib mempelajari
permohonan kasasi dan menetapkan hari sidang
paling lambat 2 (dua) hari setelah tanggal
permohonan kasasi diterima oleh MA . Sidang
pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan
paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal
permohonan kasasi diterima oleh MA . Putusan
atas permohonan kasasi harus diucapkan paling
lambat 60 (enam puluh) hari tanggal
permohonan kasasi diterima oleh MA . Terhadap
putusan atas permohonan atas pernyataan pailit
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
dapat diajukan peninjauan kembali ke MA .
Pengangkatan Kurator dan Hakim Pengawas

• Putusan pernyataan pailit harus mengangkat


kurator dan seorang hakim pengawas yang ditunjuk
dari hakim pengadilan . Kurator adalah balai harta
peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat
oleh pengadilan untuk mengurus dan membereskan
harta debitur pailit dibawah pengawasan hakim
pengawas sesuai dengan undang-undang .
Sementara itu, yang dimaksud dengan hakim
pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh
pengadilan dalam putusan pailit atau putusan
penundaan kewajiban pembayaran utang .
• Kurator yang diangkat tersebut harus independent, tidak
mempunyai benturan kepentingan dengan debitur atau
kreditur, dan tidak sedang menangani perkara kepailitan dan
penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari tiga perkara
.
• Kurator berwenang dalam melaksanakan tugas pengurusan
dan/atau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan
pailit, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau
peninjauan kembali . Lebih lanjut, yang dimaksud dengan
pemberesan dalam ketentuan ini adalah penguangan aktiva
untuk membayar atau melunasi utang .
• Apabila putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat
adanya kasasi atau peninjauan kembali, segala perbuatan yang
telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal kurator
menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan
tersebut tetap sah dan mengikat debitur .
Akibat Kepailitan
• Putusan pernyataan pailit mengakibatkan harta
kekayaan debitur sejak putusan itu dikeluarkan oleh
hakim dimasukkan kedalam harta pailit . Dengan
kata lain, akibat putusan pailit dan sejak putusan
itu, harta kekayaan debitur berubah statusnya
menjadi harta pailit . Kepailitan meliputi seluruh
kekayaan debitur pada saat pernyataan pailit
diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh
selama kepailitan .
• Sebagai pengecualian terhadap ketentuan yang telah dijelaskan
sebelumnya, terdapat beberapa harta debitur yang tidak
dimasukkan sebagai harta pailit, antara lain
• 1. benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh
debitur sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya,
alat-alat medis yang digunakan untuk kesehatan, tempat tidur
dan perlengkapanya yang digunakan oleh debitur dan
keluarganya, dan bahkan makanan untuk 30 (tiga puluh) hari
sebagai debitur dan keluarganya yang terdapat di tempat itu ;
• 2. segala sesuatu yang diperoleh oleh debitur dari
pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan
atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau uang
tujangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas ; atau
• 3. uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu
kewajiban memberi nafkah menurut undang-undang .
• Harta pailit memberlakuan sita umum dan debitur tidak
lagi berwenang untuk mengurus dan melakukan
perbuatan hukum apa pun yang menyangkut harta itu .
Lebih lanjut, debitur telah dinyatakan di dalam
pengampunan sepanjang yang menyangkut harta
kekayaannya .
• Dalam hukum kepailitan, berlaku asas yang berlaku
umum dalam hukum perdata, yaitu actio pauliana, yaitu
hak yang diberikan oleh undang-undang kepada seorang
kreditor yang mengajukan permohonan pembatalan
terhadap semua perbuatan yang tidak diwajibkan untuk
dilakukan oleh debitur terhadap harta kekayaannya yang
diketahui oleh debitur perbuatan tersebut merugikan
kreditur .
• Asas actio pauliana tersebut juga diberlakukan dalam hukum
kepailitan Indonesia bahwa untuk kepentingan harta pailit, kepada
pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan hukum
debitur yang telah dinyatakan pailit dan merugikan kepentingan
kreditur yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit
diucapkan . Pembatalan tersebut hanya dapat dilakukan apabila dapat
dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan, debitur dan
pihak siapa perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau
sepatutnya mengetahui bawa perbuatan hukum tersebut akan
mengakibatkan kerugian bagi kreditur .
• Apabila perbuatan hukum yang merugikan kreditur dilakukan dalam
jangka waktu satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit
diucapkan, sedangkan perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan
debitur, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, debitur dan dengan
pihak siapa perbuatan tersebut dilakukan dianggap mengetahui atau
sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan
mengakibatkan kerugian bagi kreditur, dalam hal perbuatan tersebut
• 1.merupakan perjanjian saat kewajiban debitur jauh melebihi
kewajiban pihak dengan siapa perjanjian tersebut dibuat ;
• 2.merupakan pembayaran atas atau pemberi jaminan untuk
utang yang belum jatuh tempo dan/atau belum atau tidak
dapat ditagih ;
• 3.dilakukan oleh debitur perorangan dengan atau untuk
kepentingan
– A.suami atau istrinya, anak angkat, atau keluarganya sampai derajat
ketiga ;
– B.suatu badan hukum bilamana debitur atau pihak sebagaimana
dimaksud pada huruf (a) adalah anggota direksi atau pengurus atau
apabila pihak tersebut, baik sendiri-sendiri mapun bersama-sama,
ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan
badan hukum tersebut lebih dari 50% (lima puluh persen) dari
modal disetor atau dalam pengndalian badan hukum tersebut ;
• 4.dilakukan oleh debitur yang merupakan badan hukum,
dengan/atau untuk kepentingan
– A.anggota direksi atau pengurus dari debitur, suami atau istri,
anak angkat, atau keluarga samapai derajat ketiga dari
anggota direksi atau pengurus tersebut ;
– B.perorangan, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat
ketiga yang ikut serta secara langsung atau tidak langsung
dalam kepemilikan pada debitur lebih dari 50 % (lima puluh
persen) dari modal disetor atau dalam pengendalian badan
hukum tersebut ;
– C. perorangan yang suami atau istri, anak angkat, atau
keluarganya sampai derajat ketiga ikut serta secara langsung
atau tidak langsung dalam kepemilikan pada debitur lebih dari
50 % (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam
pengendalian badan hukum tersebut ;
• 5. dilakukan oleh debitur yang merupakan
badan hukum, dengan/atau untuk
kepentingan badan hukum lainnya apabila
– A. perorangan anggota direksi atau pengurus pada
kedua badan usaha tersebut adalah orang yang
sama ;
– B. suami atau istrinya, anak angkat, atau keluarga
sampai derajat ketiga dari perorangan anggota
direksi atau pengurus debitur yang juga
merupakan anggota direksi atau pengurus pada
badan hukum lainnya, atau sebaliknya ;
– C. perorangan anggota direksi atau pengurus, atau anggota
badan pengawas pada debitur, atau suami atau istri, anak
angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga, baik sendiri
maupun bersama-sama ikut serta secara langsung atau tidak
langsung dalam kepemilikan badan hukum lainnya lebih dari
50 % (lima puluh persen) dari modal disetor atau dalam
pengendalian badan hukum tersebut, atau sebaliknya ;
– D.debitur adalah anggota direksi atau pengurus pada badan
hukum lainnya, atau sebaliknya;
– E.badan hukum yang sama atau perorangan yang sama, baik
bersama maupun tidak dengan suami atau istrinya, dan/atau
para anak angkatnya dan keluarganya sampai derajat ketiga
ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kedua
badan hukum tersebut paling kurang sebesar 50 % (lima
puluh persen) dari modal yang disetor ;
• 6. dilakukan oleh debitur yang merupakan badan
hukum dengan atau terhadap badan hukum lain
dalam satu grup dimana debitur adalah anggotanya .
• Dalam hal suami atau istri dinyatakan pailit maka istri
atau suaminya berhak mengambil kembali semua
benda bergerak dan tidak bergerak yang merupakan
harta bawaan dari istri atau suami dan harta yang
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau
warisan . Apabila benda milik istri atau suami telah
dijual oleh suami atau istri dan harganya belum
dibayar atau uang hasil penjualan belum tercampur
dalam harta pailit maka istri atau suami berhak
mengambil kembali uang hasil penjualan tersebut .
• Istri atau suami tidak berhak menuntut atas keuntungan
yang diperjanjikan pada perjanjian perkawinan pada
harta pailit suami atau istri yang dinyatakan pailit .
Demikian juga dengan kreditur suami atau istri yang
dinyatakan pailit tidak berhak menuntut keuntungan yang
diperjanjikan dalam perjanjiaan perkawinan kepada istri
atau suami yang dinyatakan pailit .
• Kepailitan suami atau istri yang kawin dalam suatu
persatuan harta, diperlakukan sebagai kepailitan
persatuan harta tersebut . Dalam hal suami atau istri yang
dinyatakan pailit mempunyai benda yang tidak termasuk
persatuan harta maka benda tersebut termasuk harta
pailit, namun hanya dapat digunakan untuk membayar
utang pribadi suami atau istri yang dinyatakan pailit .
Jenis-jenis Kreditur
• Kreditur dibagi menjadi tiga, yaitu kreditur konkuren,
kreditur preferen, dan kreditur separatis .
•  
• Kreditur Konkuren
• Kreditur konkuren adalah kreditur yang harus berbagi
dengan para kreditur yang lain secara proporsional atau
disebut juga pari pasu, yaitu menurut perbandingan
besarnya masing-masing tagihan mereka dari hasil
penjualan harta pailit yang tidak dibebani hak jaminan .
Kreditur demikian lebih dikenal dengan istilah hukum
dalam sistem common law sebagai unsecured creditor .
• Kreditur Preferen
• Kreditur Preferen adalah kreditur yang didahulukan dari
kreditur-kreditur lainnya untuk memperoleh tagihan
pelunasan tagihannya dari hasil penjualan harta pailit
asalkan benda tersebut telah dibebankan dengan hak
jaminan tertentu bagi kepentingan kreditur tersebut .
Kreditur demikian lebih dikenal dengan istilah hukum
dalam sistem common law sebagai secured creditor .
•  
• Kreditur Separatis
• Kreditur Separatis adalah kreditur pemegang hak
istimewa yang oleh undang-undang diberikan
kedudukan, dalam hal ini lebih didahulukan dari pada
para kreditur konkuren maupun kreditur preferen .
Pengurusan Harta Pailit
• Tugas untuk melakukan pengurusan dan
pemberesan harta pailit dilakukan oleh kurator yang
telah diangkat dalam putusan pernyataan pailit .
Pemberesan harta pailit mengandung pengertian
untuk menguangkan aset dan pasiva harta pailit .
Dalam menjalankan tugasnya, kurator diawasi oleh
hakim pengawas yang juga ditunjuk dalam putusan
pernyataan pailit . Lebih lanjut, yang dimaksud
kurator sebagaimana telah disebutkan adalah balai
harta peninggalan atau kurator lainnya .
• Sementara itu, yang dapat menjadi kurator
lainnya adalah .
• 1. orang perseorangan yang berdomisili di
Indonesia yang memiliki keahlian khusus, yaitu
mereka yang mengikuti dan lulus pendidikan
kurator dan pengurus ;
• 2. terdaftar pada kementrian yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang
hukum dan peraturan perundang-undangan ;
atau
• Kurator sejak diangkat sebagai pihak yang melakukan
pengurusan dan pemberesan harta pailit mempunyai tugas
pokok sebagai berikut .
• 1.Melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit
dan menyimpan semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek,
dan surat berharga lainnya dengan memberikan tanda terima .
• 2.Membuat pencatatan harta pailit paling lambat dua hari
setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai
kurator .
• 3.Membuat daftar yang menyatakan sifat, jumlah piutang dan
utang harta pailit, serta nama dan tempat tinggal kreditur
beserta jumlah piutang masing-masing kreditur .
• 4.Berdasarkan persetujuan panitia kreditur sementara, kurator
dapat melanjutkan usaha debitur yang dinyatakan pailit
walaupun terhadap putusan pernyataan pailit tersebut diajukan
kasasi atau peninjauan kembali .
• 5.Menyimpan sendiri uang, perhiasan, efek, dan surat
berharga lainnya kecuali apabila oleh hakim pengawas
ditentukan lain .
• 6.Melakukan rapat pencocokan perhitungan (verifikasi)
piutang yang diserahkan oleh kreditur dengan catatan yang
telah dibuat sebelumnya dan keterangan debitur pailit,
maupun berunding dengan kreditur jika terdapat keberatan
terhadap penagihan yang diterima .
• 7.Membuat daftar piutang yang sementara diakui .
• Dalam melaksanakan tugasnya, kurator
– A. tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau
menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur atau
salah satu organ debitur, meskipun dalam keadaan di luar kepailitan
persetujuan atau pemberitahuan demikian disyaratkan ; dan
– B. dapat melakukan pinjaman dari pihak ke tiga, hanya dalam
rangka meningkatkan nilai harta pailit .
• Apabila dalam melakukan pinjaman dari pihak ketiga kurator
perlu membebani harta pailit dengan gadai, jaminan fidusia,
hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan
lainnya maka pinjaman terebut harus terlebih dahulu
memperoleh persetujuan hakim pengawas .
• Pembebanan harta pailit dengan gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan
lainnya sebagaimana dimaksud di atas hanya dapat dilakuan
terhadap bagian harta pailit yang belum dijadikan jaminan
utang .
• Setelah adanya putusan pernyataan pailit dan dalam rapat
pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian,
rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima atau
pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum harta
pailit berada dalam keadaan insolvensi .
• Setelah harta pailit berada dalam keadaan insolvensi
maka hakim pengawas dapat mengadakan rapat
kreditur pada hari, jam, dan tempat ditentukan untuk
mendengar mereka seperlunya mengenai cara
pemberesan harta pailit . Apabila hakim pengawas
berpendapat cukup uang tunai, kurator diperintahkan
untuk melakukan pembagian kepada kreditur yang
piutangnya telah dicocokkan .
• Apabila dalam rapat pencocokan piutang tidak
ditawarkan rencana perdamaian atau jika rencana
perdamaian yang ditawarkan tidak diterima kurator
atau kreditur yag hadir dalam rapat dapat
mengusulkan upaya perusahaan debitur pailt
dilanjutkan .
• Usul untuk melanjutkan perusahaan sebagaimana dimaksud di
atas wajib diterima apabila usul tersebut disetujui oleh
kreditur yang mewakili lebih dari ½ (satu per dua) dari semua
pituang yang diakui dan diterima dengan sementara , yang
tidak dijamin dengan hak gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya .
Namun, atas permintaan kreditur atau kurator, hakim
pengawas dapat memerintahkan supaya kelanjutan
perusahaan dihentikan .
• Setelah itu, kurator harus melakukan pemberesan dan menjual
semua harta pailit . Semua benda harus dijual dimuka umum
sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan .Dalam hal penjualan di muka umum
tidak tercapai maka penjualan di bawah tangan dapat di
lakukan dengan izin hakim pengawas .
• Hasil penjualan harta pailit dibayarkan kepada para kreditur
menurut bagiannya dengan urutan sebagai berikut .
• 1.Kreditur separatis
• Hasil penjualan harta pailit didahulukan untuk pembayaran utang
pajak .
• 2.Kreditur preferen
• Sejauh mereka tidak dibayar melakukan eksekusi sendiri atas
benda-benda yang dijadikan jaminan utang kepada mereka dapat
dilakukan dari hasil penjualan benda terhadap mereka yang
mempunyai hak istimewa atau yang digunakan kepada mereka .
• 3.Kreditur konkuren
• Dalam hal hasil penjualan harta pailit tidak mencukupi untuk
membayar seluruh piutang kreditur separatis maka untuk
kekurangannya mereka berkedudukan sebagai kreditur konkuren .
Berakhirnya Kepailitan
• Segera setelah kepada kreditur yang telah dicocokkan
piutangnya dibayarkan dalam jumlah penuh piutang mereka
atau segera setelah daftar pembagian penutup menjadi
pengikat maka berakhirlah kepailitan . Untuk selanjutnya,
kurator berkewajiban .
• 1.membuat pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan
dalam berita negara Republik Indonesia dan surat kabar ;
• 2.memberikan pertanggung jawaban mengenai pengurusan
dan pemberesan yang telah dilakukannya kepada hakim
pengawas paling lama tiga puluh hari setelah berakhirnya
kepailitan ;
• 3.menyerahkan semua buku dan dokumen mengenai harta
pailit yang ada pada kurator kepada debitur dengan tanda
bukti penerimaan yang sah .
KISI – KISI UTS
• 1. Sumber Hukum sering pula disebut Hukum formal ,
sebutkan dan jelaskan sumber –sumber Hukum
tersebut.
• 2. Sebutkan Unsur –unsur dari Hukum .
• 3. Jelaskan pembagian benda menurut UU.
• 4. Sebutkan cara memperoleh hak kebendaan.
• 5. Dalam hukum perjanjian berlaku asas
Konsensualisme, apa arti asas tersebut ?
• 6. Syarat “sah” nya perjanjian menurut UU , yaitu ?
• 7. Perjanjian menurut isinya di bagi 3 , sebutkan.
• 8. jelaskan keunggulan dan kelemahan bentuk
perusahaan dagang .
• 9. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari CV .
• 10. Jelaskan 2 macam sekutu dalam CV.
• 11. Sebutkan organ Perseroan Terbatas dan
jelaskan .
• 12. Ada 3 unsur penting dalam prinsip Fiduciary
Duties seorang direksi , sebutkan.
• 13. Apa tujuan dari hukum Kepailitan ?
• 14. Kreditur di bagi menjadi 3 , sebutkan dan
terangkan satu –satu.
• 15. Siapa saja pihak yang berhak mengajukan
permohonan pailit ? Beri penjelasan.
Bab 7. Kredit dan Hukum Perjanjian
Jaminan
• PENGERTIAN KREDIT
• Secara etimologis, istilah kredit berasal dari bahasa latin,credere
yang berarti kepercayaan . Istilah credere ini merupakan kata
yang biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari . Dalam konteks
perbankan, kredit berarti orang yang mendapatkan kepercayaan
dari bank . Kepercayaan yang diperoleh dari bank pada
umumnya sesuai dengan kegiatan utama perbankan, yaitu
meminjamkan uang kepada masyarakat . Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kredit adalah nasabah yang mendapat
kepercayaan dari bank dalam bentuk peminjaman sejumlah
uang . Lebih lanjut, dapat diketahui bahwa dasar pemberian
kredit oleh bank kepada nasabah adalah adanya kepercayan
kepada nasabah tersebut .
• Pengertian kredit berdasarkan undang-undang terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 butir
11 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa kredit
adalah :
• “Penyedia uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu , berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga .”
• Pengertian tersebut menunjukkan bahwa prestasi yang
wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan
kepadanya adalah tidak semata-mata melunasi utangnya,
tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati sebelumnya (Hermasyah, 2007 ; 57) .
• Berkaitan dengan pengertian kredit berdasarkan Undang-
Undang Perbankan tersebut, menurut ketentuan Pasal 1 butir
5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yang dimaksud dengan
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan peminjam-meminjam antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga termasuk
• 1.cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro
nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari ;
• 2.pengambil alihan tagihan dalam rangka kegiatan
anjak/piutang
• 3.pengambil alihan atau pembelian kredit dari pihak lain
JENIS-JENIS KREDIT
• Sekalipun terdapat perbedaan pada masing-masing bank
dalam penggolongan jenis kredit, berbagai jenis kredit
umumnya dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
berikut . 
• Menurut Tujuannya
• Menurut tujuannya jenis kredit dapat dibedakan menjadi
(1) kredit modal kerja (KMK) dan (2) kredit investasi (KI) .
KMK diperuntukkan sebagai fasilitas untuk pemenuhan
inventori, sedangkan KI diperuntukkan sebagai
pembiayaan investasi . Lebih lanjut, hal ini akan
memengaruhi pola kredit, penarikan, agunan, dan
sebagainya .
• Menurut Dana yang Diberikan
• Menurut dana yang diberikan, jenis kredit dapat
dibedakan menjadi (1) cash loan, KMK dan KI dan
(2) noncash loan, seperti bank garasi dan letter of
credit, yang berkaitan dengan transaksi L/C .
• Menurut Jumlah Kredit
• Menurut jumlah kredit, jenis kredit dapat
dibedakan menjadi (1) kredit korporasi dan (2)
kredit ritel . Pada kredit korporasi, jumlah fasilitas
kredit yang diberikan relatif besar . Sebaliknya,
jumlah fasiltas kredit yang di berikan oleh ritel
relatif lebih kecil .
• Menurut Penggunaannya
• Menurut penggunaannya, jenis kredit dapat
dibedakan menjadi (1) kredit konsumtif, (2) kredit
produktif, dan (3) kredit profesi . Kredit Konsumtif
adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari . Kredit poduktif
adalah pebiayaan bank yang ditujukan untuk
keperluan usaha nasabah agar produktivitas
meningkat . Semetara itu, kredit profesi adalah
kredit yang diberikan semata-mata untuk
kepentingan profesinya .
• Menurut Cara Penarikannya
• Menurut cara penarikannya jenis kredit dapat
dibedakan menjadi (1) kredit konvensioal dan
(2) kredit dengan menggunakan kartu kredit . 
• Menurut Jangka Waktunya
• Menurut jangka waktunya, kredit dapat dibedakan
menjadi (1) kredit janka pendek, (2) kredit jangka
menengah, dan (3) kredit jangka panjang . Kredit jangka
pendek adalah kredit yang berjangka waktu paling lama
satu tahun . Kredit jangka menengah adalah kredit yang
berjangka waktu antara satu hingga tiga tahun.
Sementara itu, kredit jangka panjang adalah kredit yang
jangka waktunya lebih dari tiga tahun .
• Menurut Agunan atau Jaminannya
• Menurut agunan atau jaminannya, kredit dibagi
menjadi (1) kredit dengan agunan umum,
berdasarkan Pasal 1131 KUHPerdata, (2) kredit
dengan agunan khusus, termasuk diantaranya
fidusia, hak tanggungan, hipotek, gadai, hak
penanggungan (personal guarantee dan corporate
guarantee), dan (3) kredit dengan agunan berupa
simpanan (deposito, giro, tabungan, dan sebagainya)
dinamakan cash collateral, sedangkan jika agunan
berupa nonsimpanan dinamakan noncash
collateral .
DASAR-DASAR PEMBERIAN KREDIT
• Dalam bukunya Hukum Perbankan Nasional Indonesia,
Hermansyah mengemukakan bahwa dalam pemberian kredit
atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank wajib
memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8
ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai
berikut .
• Pasal 8 ayat (1)
• “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan
analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan serta
kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi utangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan.”
• Pasal 8 ayat (2)
• “Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman
perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.”
• Berkaitan dengan hal tersebut, penjelasan Pasal 8 ayat (2)
menyatakan bahwa pedoman perkreditan dan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yang wajib dimiliki dan diterapkan oleh bank dalam
pemberian kredit dan pembiayaan adalah sebagai berikut .
• 1.Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis .
• 2.Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan
kesangupan nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari
penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal,
agunan, dan proyek usaha dari nasabah debitur .
• 3.Kewajiban bank untuk menyusun dan
menerapkan prosedur pemberian kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah .
• 4.Kewajiban bank untuk memberikan informasi
yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah .
• 5.Larangan bank untuk memberikan kredit atau
pembiayaan berdasarkan syariah dengan yang
berbeda kepada nasabah debitur dan/atau pihak-
pihak terafiliasi .
• 6.Penyelesaian sengketa
• Menurut Hermansyah (2007 ; 64), untuk mencegah terjadinya
kredit bermasalah pada kemudian hari, penilaian suatu bank
untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan
kredit dilakukan dengan berpedoman kepada formula atau
prinsip 5C yang dapat diuraikan sebagai berikut .
• A. Character
• Yang dimaksud character adalah calon nasabah debitur
memiliki watak, moral dan sifat-sifat pribadi yang baik .
Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat kejujuran integritas dan kemauan dari calon nasabah
debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan
usahanya . Informasi ini dapat diperoleh bank melalui riwayat
hidup, riwayat usaha dan informasi dari usaha-usaha yang
sejenis .
• B. Capacity
• Yang dimaksud capacity adalah kemampuan calon nasabah debitur
untuk mengelola kegitan usahanya dan mampu melihat prospek
sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan
memberikan keuntungan yang menjamin bahwa ia mampu
melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan waktu yang telah
ditentukan . Pengukuran kemampuan ini dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan, misalnya pendekatan material, yaitu
melakukan penilaian terhadap keadaan neraca, laporan laba rugi,
dan arus kas (cash flow) usaha dari beberapa tahun terakhir .
Melalui pendekatan ini, tentu dapat diketahui pula mengenai
tingkat solvabilitas, likuiditas, dan rentabilitas usaha, serta tingkat
resikonya . Lebih lanjut, untuk menilai kapasitas seseorang, pada
umumnya didasarkan pada pengalamannya dalam dunia bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikan dari calon nasabah debitur dan
kemampuan serta keunggulan perusahaan dalam melakukan
• C. Capital
• Faktor yang juga penting dilakukan oleh bank sebelum
membuat keputusan kredit adalah melakukan penelitian
terhadap capital (modal) yang dimiliki oleh pemohon kredit .
Penyelidikan ini tidaklah semata-mata didasarkan pada besar
kecilnya modal, tetapi lebih difokuskan kepada bagaimana
distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut
sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan dengan
efektif .
• D. Collateral
• Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit
yang merupakan sarana pengaman (back up) atas resiko yang
mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitur pada
kemudian hari, misalnya terjadi kredit macet . Jaminan ini
diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit, baik utang
pokok maupun bunganya .
• E. Condition of Economy
• Dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi
ekonomi secara umum dan kondisi sektor
usaha pemohon kredit perlu memperoleh
perhatian dari bank untuk memperkecil resiko
yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh
kondisi ekonomi tersebut .
PERJANJIAN KREDIT
• Perjanjian adalah sebuah peristiwa saat seseorang berjanji
kepada orang lain atau saat dua orang tersebut saling berjanji
untuk melakukan suatu hal . Dalam hal perjanjian kredit,
objek atau isi perjanjian ini adalah perihal pinjam-meminjam
uang yang disertai dengan penyerahan hak atas sejumlah
kekayaan dari debitur sebagai jaminan pelunasan utang .
• Ditinjau dari sifatnya, perjanjian kredit bersifat pokok atau
perjanjian dasar (obligatoir) . Dalam perkreditan, perjanjian
kredit pada umumnya akan melahirkan perjanjian jaminan .
Perjanjian jaminan ini merupakan perjanjiaan yang bersifat
tambahan atau pelengkap (assecoir) . Dengan kata lain, ada
dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada adanya
perjanjian pokok, yaitu perjanjian kredit .
• Ditinjau dari bentuknya, perjanjian kredit pada perbankan pada
umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku (standard
contract) . Gatot Supramono dalam bukunya Perbankan dan
Masalah Kredit menjelaskan bahwa perjanjian baku adalah
perjanjian yang bentuk dan isinya telah terlebih dahulu
dipersiapkan oleh kreditur kemudian diberikan kepada debitur .
Dalam perjanjian baku ini, hanya dalam posisi menerima atau
menolak hampir tanpa ada kemungkinan untuk melakukan
negosiasi .
• Perjanjian kredit mempunyai fungsi yang penting dalam proses
pemberian, pengelolaan, peñata laksanaan, pemantauan kredit
dan penyelesaian jika terjadi kredit macet . Lebih lanjut,
Wardoyo dalam Hermansyah (2007 : 72) mengemukakan
beberapa fungsi perjanjian kredit, antara lain (1) sebagai
perjanjian kredit, (2) sebagai alat bukti mengenai batasan-
batasan hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur, dan (3)
JAMINAN DAN AGUNAN KREDIT
• Pengertian Jaminan Kredit
• Dilihat dari sudut ketentuan perbankan, pemberian
kredit oleh bank memiliki risiko bagi bank .Oleh karena
itu, menurut Undang-Undang Perbankan, pelaksanaan
harus memerhatikan asas-asas perkreditan yang sehat (
prudential banking principle) . Lebih lanjut, dalam
melaksanakan asas-asas perkreditan yang sehat,
sebelum memutuskan untuk memberikan kredit, bank
harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan nasabah debitur yang antara lain
diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan, dan proyek usaha dari
nasabah debitur .
• Dengan demikian, yang dimaksud dengan jaminan
(jaminan pokok) adalah suatu keyakinan bank atas
kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai
dengan yang diperjanjikan (Pasal 2 ayat (1) Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang
Jaminan Pemberian Kredit) . Keyakinan itu
diperoleh bank setelah menganalisis berbagai
faktor yang disebutkan di atas, termasuk kelayakan
proyek yang di danai dari kredit tersebut . Adapun
dimintanya jaminan lain berupa kelayakan atau hak
kebendaan dari debitur adalah jaminan tambahan
yang disebut dengan agunan .
• Pengertian Agunan Kredit (Collateral)
• Dalam mempertimbangkan permohonan kredit,
apabila bank telah memiliki keyakinan bahwa
debitur mempunyai kesanggupan untuk
mengembalikan pinjaman, artinya telah ada
jaminan, barulah bank meminta jaminan tambahan
yang dalam dunia perbankan disebut agunan
(collateral) berupa kekayaan atau hak kebendaan .
Menurut Pasal 1 butir 23 Undang-Undang
Perbankan, yang dimaksud agunan adalah “Jaminan
tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada
bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.”
• FUNGSI JAMINAN KREDIT
• Pasal1131 KUHPerdata menerangkan fungsi jaminan
sebagai upaya pemenuhan kewajiban debitur yang dinilai
dengan uang, yaitu dipenuhi dengan melakukan
pembayaran. Oleh karena itu, jaminan memberikan hak
kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari hasil
penjualan kekayaan yang dijaminkan (Soewarso, 2002 : 8) .
• Dalam perjanjian kredit, para pihak lazimnya telah
menjanjikan dengan tegas bawa apabila debitur tidak
dapat membayar kredit yang terutang, kreditur berhak
mengambil sebagian atau seluruh hasil penjualan harta
kekayaan yang dijaminkan tersebut sebagai pelunasan
utang debitur . Jika ada beberapa kreditur, pembagian
diantara para kreditur sangat tergantung pada apakah
diantara para kreditur terdapat pengikatan jaminan yang
• Apabila diantara para kreditur ada yang
memberikan kredit dengan jaminan hak
tanggungan atau hipotek, gadai, dan fidusia,
kreditur tersebut adalah kreditur separatis yang
akan menerima pelunasan hak tagihannya secara
penuh yang didahulukan dari para kreditur lainnya
yang tidak mendapat jaminan khusus atau kreditur
konkuren . Para kreditur konkuren akan menerima
secara berbanding dari hasil penjualan harta
debitur setelah dikurangi bagian yang menjadi hak
kreditur separatis (Soewarso, 2002 : 8) .
PRINSIP-PRINSIP JAMINAN KREDIT
• Ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1131
KUHPerdata memiliki prinsip yang bersifat umum dari
hukum jaminan, yaitu (1) kekayaan seseorang
merupakan jaminan utang-utangnya, (2) kekayaan
tersebut mencakup pula benda-benda yang akan
diperoleh atau dimiliki pada kemudian hari, (3)
kekayaan tersebut meliputi benda-benda yang
bergerak dan tidak bergerak, dan (4) kreditur tidak
dibenarkan mengambil barang jaminan untuk
langsung dimiliki ( men-daku ) dan dianggap sebagai
pelunasan utang debitur .
• Berdasakan prinsip tersebut, dapat dikatakan bahwa
pemberi jaminan haruslah orang yang berkuasa penuh atas
barang yang dijaminkan atau dengan kata lain debitur
adalah pemilik barang yang berhak menjual atau
menjaminkan barang tersebut . Pemilik atas barang dapat
dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang bersangkutan .
Jadi, pada prinsipnya harta pemilik yang dapat menjaminkan
hartanya kepada pihak lain kreditur untuk pinjaman yang
diterimanya .
• Secara hukum, seorang debitur dapat juga memperoleh
kredit dengan jaminan berupa harta, misalnya tanah yang
bukan miliknya . Dengan persetujuan pemilik tanah, debitur
dapat menjaminkannya, yang dalam prakteknya diwujudkan
dalam bentuk surat kuasa khusus untuk mejaminkan, harta
tanah tertentu dalam rangka memperoleh kredit dari bank .
• Selanjutnya, berdasarkan prinsip umum pada
nomor 4, dapat dikatakan bahwa ketentuan
undang-undang menetapan perbuatan kreditur
yang demikian, yaitu langsung mengambil barang
jaminan untuk dimiliki dan menganggap lunas
debitur yang bersangkutan, batal demi hukum
(Soewarso,2004 : 8) . Bertolak dari prinsip bahwa
kebendaan seseorang menjadi jaminan bagi para
kreditur secara bersama-sama dan pendapatan
penjualan benda atau harta dibagi menurut
keseimbangan maka pada dasarnya kebendaan
atau harta debitur tersebut harus di jual terlebih
dahulu .
• Penjualan barang jaminan tersebut pada umumnya dilakuan
melalui pelelangan umum dengan mekanisme lelang, kecuali
untuk barang jaminan benda bergerak (gadai) dapat
diperjanjian melakukan penjualan di bawah tangan . Praktik
pemilik barang jaminan dalam arti men-daku banyak terjadi
dikalangan perbankan yang dilakukan dengan berbagai
alasan dan menganggapnya sebagai kompensasi . Praktik
demikian dilakukan atas pertimbangan bahwa lebih baik
mendapatkan barang jaminan tersebut untuk dapat
dimanfaatkan dari pada tidak memperoleh apapun
(Soewarso,2002 : 11) . Sebagai contoh, sebuah rumah yang
dijaminkan langsung ditempati atau digunakan oleh bank
sebagai kantor atau tempat tinggal pimpinan bank dan
selanjutnya utang dianggap lunas . Meskipun pemikiran ini
dianggap masuk akal, ketentuan undang-undang telah
melarang cara tersebut .
PENGIKATAN JAMINAN KREDIT
• Pada dasarnya, dalam hubungan pemberian fasilitas
kredit senantiasa terdapat hal jaminan kredit (secured
loan), yaitu kekayaan debitur yang bersangkutan . Oleh
karena itu, secara hukum, hampir tidak mungkin terjadi
pemberian kredit tanpa jaminan, termasuk praktik
perbankan yang memperkenalkan kredit tanpa jaminan
(unsecured loan) . Pemberian kredit ini secara hukum
harus diartikan sebagai kredit yang tidak dijamin
dengan harta debitur yang ditunjuk secara khusus, atau
dengan kata lain yang tidak dijamin dengan harta tidak
bergerak dalam bentuk hak tangungan atau hipotek
(Soewarso,2002 : 15) .
MACAM-MACAM JAMINAN KREDIT
• Aspek hukum jaminan dalam undang-undang perbankan
diawali dengan ketentuan yang mewajibkan bank dalam
memberikan kredit mempunyai keyakinan atas kemampuan
dan kesanggupan debitur dalam melunasi kredit yang telah
diberikan . Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
bahwa keyakianan tersebut diperoleh setelah melakukan
penilaian yang seksama terhadap calon debitur sebelum
kredit diberikan, terhadap berbagai unsur termasuk
agunan . Lebih lanjut, ketentuan perbankan pun ternyata
memberikan gambaran yang sama, yaitu dalam setiap
pemberian kredit oleh bank tanpa jaminan secara hukum
merupakan hal yang hampir tidak ada .
• Kedudukan bank secara kreditur pada dasarnya telah dijamin dalam
Pasal 1131 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Segala kebendaan si
berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru mau akan ada pada kemudian hari,
menjadi tanggungan untuk segala perikatan seseorang.” Berdasarkan isi
Pasal tersebut, hal ini berarti bahwa seluruh kekayaan debitur pasti
menjadi jaminan atas kreditnya . Namun, bank belum puas dengan
kedudukan yang diberikan oleh Pasal 1131 karena ketentuan tersebut
hanya memberikan kedudukan kepada kreditur (bank) sebagai kreditur
konkuren, yaitu kreditur yang mempunyai kedudukan yang sama dengan
kreditur lainnya . Dengan kata lain, Pasal 1131 KUHPerdata ini
merupakan jaminan yang bersifat umum .
• Bank merasa masih belum cukup terlindungi kepentingannya dan
menghadapi banyak resiko . Untuk mengatasinya, bank senantiasa
mengupayakan pengamanan dan perlindungan terhadap
kepentingannya, yakni dengan meningkatkan kedudukannya menjadi
kreditur separatis atau kreditur preferen dengan meminta jaminan secara
khusus berupa jaminan kebendaan dan jaminan perorangan .
Jaminan Kebendaan
• Jaminan kebendaan merupakan suatu
tindakan penjaminan yang dilakukan oleh
kreditur (bank) terhadap suatu jaminan yang
dilakukan oleh debitur terhadap krediturnya .
Jaminan kebendaan dapat dilakukan antara
kreditur dengan debiturnya atau juga dapat
dilakukan antara kreditur dengan pihak ketiga
yang menjamin dipenuhinya kewajiban-
kewajiban dari debitur .
• Pemberian jaminan kebendaan selalu memisahkan
suatu bagian dari kekayaan seseorang, yaitu memberi
jaminan dan menyediakannya untuk pemenuhan
(pembayaran) utang dari debitur . Kekayaan tersebut
dapat berupa kekayaan debitur sendiri atau kekayaan
pihak ketiga . Pemisahan secara khusus itu
diperuntukkan bagi kepentingan kreditur tertentu
yang telah memintanya . Oleh karena itu, pemberian
jaminan kebendaan kepada seorang kreditur tertentu
memberikan kepada kreditur tersebut suatu hak
istimewa atau kedudukan istimewa terhadap kreditur
lainnya . Jaminan kebendaan terdiri atas (1) gadai, (2)
hak tanggungan, (3) hipotek, dan (4) fidusia .
Gadai
• Gadai diatur dalam Pasal 1150 s.d. 1161 KUHPerdata
. Pengertian gadai dalam 1150 KUHPerdata adalah
• “Suatu hak kebendaan atas suatu benda yang
bergerak kepunyaan orang lain, yang semata-mata
diperjanjikan dengan menyerahkan hak kebendaan
atas benda tersebut dengan tujuan untuk
mengambil pelunasan suatu utang dari pendapatan
penjualan benda itu, lebih dahulu dari penagih-
penagih lainnya.”
1. Prinsip-prinsip gadai
• Dari definisi tersebut, dapat diketahui beberapa prinsip
gadai sebagai berikut .
• A. Hak kebendaan
• Hak kebendaan adalah hak yang memberikan hak kepada
pemegang hak gadai untuk menjual barang jaminan jika
ternyata debitur wanprestasi
• B.Perjanjian accsesoir
• Perjanjian accsesoir adalah tambahan atau ikutan dari
adanya suatu perjanjian pokok, yaitu perjanjian pinjam-
meminjam uang (perjanjian kredit) .
• C.Perjanjian berbentuk bebas
• Perjanjian berbentuk bebas dapat dilakukan secara
tertulis atau lisan
• d. Objek gadai
• Objek gadai adalah benda bergerak yang meliputi barang
bergerak yang bertubuh dan yang tidak bertubuh . Barang
bergerak yang bertubuh adalah barang-barang, seperti mobil,
perhiasan, perabot rumah tangga, dan sebagainya . Sementara
itu, barang bergerak tidak bertubuh berupa surat-surat
berharga, seperti saham, obligasi, cek, dan surat piutang
lainnya .
• e. Benda jaminan dikuasai oleh kreditur
• Benda jaminan dikuasai oleh kreditur artinya gadai ada jika
benda jaminan diserahkan secara fisik penguasaannya kepada
kreditur . Sebagaimana perjanjiaan yang bersifat timbal balik
yang umumnya menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua
pihak yang melakuan perjanjian, gadai hanya akan dilihat
secara khusus mengenai hak dan kewajiban pemegang gadai .
• 2.Hak pemegang gadai (kreditur), antara lain
– menjual dengan barang gadai dengan kekuasaan sendiri ;
– menggadaikan kembalai barang gadai tersebut kecuali
apabila ditentukan lain didalam perjanjian ;
– hak untuk menahan barang gadai ;
– hak untuk mendapatkan pengembalian ongkos-ongkos
yang telah dikeluarkan untuk keselamatan barang gadai .
• 3.Kewajiban pemegang gadai (kreditur), antara lain .
– bertanggung jawab atas hilangnya barang gadai ;
– tidak boleh menggunakan barang gadai ;
– jika barang hendak dijual, harus diberitahukan kepada
pemiliknya terlebih dahulu .
• 4. Berakhirnya gadai
• Gadai berakhir karena beberapa sebab, antara
lain.
– berakhirnya atau hapusnya perjanjian pokok, yaitu
perjanjian pinjam-meminjam uang ;
– kreditur melepaskan haknya ;
– musnahnya benda gadai ;
– karena suatu sebab yang mengakibatkan kreditur
menjadi pemilik dari barang yang dipegangnya
sebagai jaminan tersebut .
Hak Tanggungan
• Hak tanggungan menurut Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 tentangHak Tanggungan atas Tanah beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah dalam Pasal
1 ayat (1) didefinisikan
• “Hak Tanggungan adalah Hak Jaminan yang dibebankan
hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-
benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu
terhadap kreditor-kreditor lain.”
• 1.Unsur-unsur hak tanggungan
• Menurut S.T. Rey Syahdeini dalam bukunya
Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan Pokok dan
Masalah yang Dihadapi oleh Perbankan mengemukakan
beberapa unsur pokok dan asas-asas hak tanggungan
sebagai berikut .
– Hak tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan utang
– Objek hak tanggungan adalah hak atas tanah sesuai UUPA
– Hak tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas
tanah) saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda
lain yang merupakan suatu kesatuan dengan tanah itu .
– Utang yang dijamin harus suatu utang tertentu .
– Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur
tertetu terhadap kreditur-kreditur lain .
• 2. Asas-asas hak tanggungan
• Asas-asas hak tanggungan, antara lain sebagai berikut
• a. Perjanjian hak tanggungan adalah perjanjian accesoir
• Perjanjian hak tanggungan bukan merupaan perjanjian yang berdiri
sendiri . Keberadaannya adalah karena adanya perjanjian lain yang
disebut dengan perjanjian induk . Perjanjian induk bagi perjanjian
hak tanggungan adalah perjanjian utang piutang yang menimbulkan
utang yang dijamin . Dengan kata lain, perjanjian hak tanggungan
adalah suatu perjanjian accesoir .
• B.Droit de suite (zaaksgevelg)
• Hak tanggungan tetap mengikuti benda jaminannya dalam tangan
siapapun benda tersebut berada . Dengan demikian, hak tanggungan
tidak akan berakhir sekalipun benda jaminan atau objek hak
tanggungan beralih kepada pihak lain karena apa pun juga .
Berdasarkan asas ini, pemegang hak tanggungan (kreditur) akan
selalu dapat melaksanakan haknya di tangan siapapun benda itu
berada .
• C. Droit de preference (privilege)
• Hak tanggungan memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-
kreditur lain . Yang dimaksud kreditur adalah pihak yang
memperoleh atau yang menjadi pemegang hak
tanggungan tersebut .
• D. Hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi
• Hak tangungan membebani secara utuh objek hak
tanggungan dan setiap bagian dari padanya . Telah
dilunasinya sebagian dari utang yang dijamin tidak berarti
terbebasnya sebagian objek hak tangungan dari beban
hak tanggungan . Sebaliknya, hak tanggungan tetap
membebani seluruh benda jaminan untuk sisa utang yang
belum dilunasinya .
• E. Objek hak tanggungan atau benda jaminan tidak
boleh dijanjikan untuk dimiliki sendiri oleh kreditur .
• Janji yang memberikan kewenangan kepada hak
pemegang tangungan (kreditur) untuk memiliki
benda jaminan apabila debitur cedera janji
(wanprestasi) adalah batal demi hukum . Lebih
lanjut, larangan pencantuman janji yang demikian
dimaksudkan untuk melindungi debitur agar dalam
kedudukan yang lemah dalam menghadapi kreditur
(bank) karena dalam keadaan sangat membutuhkan
utang (kredit) terpaksa menerima janji dengan
persyaratan yang berat dan merugikan baginya .
• F. Asas spesialitas dan publisitas (hak tanggungan
wajib didaftarkan)
• Asas spesialitas dimaksudkan untuk tanah yang
dijadikan benda jaminan, harus diadakan
penunjukan secara khusus (rinci) meliputi lokasi,
ukuran, dan batas-batasnya . Hak tanggungan juga
berlaku asas publisitas atau asas keterbukaan .
Pemberian hak tanggungan wajib didaftarkan di
kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) .
Pendaftaran pemberian hak tanggungan
merupakan syarat mutlak untuk lahirnya hak
tanggungan terhadap pihak ketiga .
• G. Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan mudah dan pasti
• Apabila debitur cidera janji, pemegang hak tanggungan
(kreditur) pertama mempunyai hak untuk menjual benda
jaminan atas kekuasaan sendiri melalui pelanggan umum
serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan
tersebut . Undang-Undang Hak Tanggungan memberikan hak
parate eksekusi pada pemegang hak tangungan (kreditur) .
Artinya adalah pemegang hak tangungan tidak perlu
memperoleh persetujuan dari pemberi hak tanggungan dan
juga tidak perlu meminta penetapan dari pengadilan
setempat apabila akan melakukan eksekusi atas hak
tanggungan yang menjadi jaminan utang debitur dalam hal
debitur cidera janji . Lebih lanjut, pemegang hak tanggungan
dapat langsung datang dan meminta kepada kepala kantor
lelang untuk melakukan pelelangan atas benda jaminan .
• 3. Bentuk perjanjian
• Perjanjian utang piutang sebagai perjanjian pokok
yang melahirkan janji untuk menyerahkan benda
jaminan sebagai pelunasan utang dapat dibuat
secara bebas, yaitu dapat dibuat dengan akta
autentik, maupun dengan akta dibawah tangan,
tergantung pada ketentuan hukum yang mengatur
materi perjanjian itu . Sementara itu, perjanjian
pembebanan atau pengikatan hak tangungan harus
dilakukan secara tersendiri, yaitu dibuat secara
tertulis dengan akta PPAT yang disebut akta
pemberian hak tanggungan .
• 4. Objek hak tanggungan
• Dalam Pasal 4 Undang-Undang Hak Tanggungan,
disebutkan bahwa hak atas tanah yang dapat
dibebani hak tanggungan adalah
• a. hak milik ;
• b. hak guna usaha ;
• c. hak guna bangunan ;
• d. hak pakai atas tanah negara yang wajib
didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindah
tangankan ;
• e. hak pakai atas hak milik .
• 5. Subjek hak tanggungan
• Subjek hak tanggungan adalah para pihak yang mempunyai
kewenangan secara hukum untuk bertindak sebagai pemberi atau
penerima hak tanggungan . Sementaraitu, pemberi hak tanggungan
adalah orang atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan yang
bersangkutan . Karena hak objek tanggungan adalah hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah negara maka
yang dapat menjadi pemberi hak tanggungan adalah orang
perseorangan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum
Indonesia .
• 6. Penerima atau pemegang hak tanggungan
• Pemegang hak tanggungan adalah orang atau badan hukum yang
berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang . Dengan demikian
yang dapat menjadi hak tanggungan adalah siapapun yang
berwenang melakukan perbuatan perdata untuk memberikan utang .
• 7. Hapusnya hak tanggungan
• Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan
menetapkan beberapa sebab hapusnya hak
tanggungan sebagai berikut .
• A.Hapusnya utang yang di jamin dengan hak
tanggungan
• B.Dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang
hak tanggungan
• C.Pembersihan hak tangungan berdasarkan
penetapan peringkat oleh ketua Pengadilan Negeri .
• D.Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak
tanggungan .
Hipotek
• Ketentuan undang-undang tentang hipotek terdapat
dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), yaitu pada Pasal 1162 yang isinya “Hipotek
adalah hak kebendaan atas benda tak bergerak sebagai
pelunasan atas suatu perikatan .”
• Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-benda
yang Berkaitan dengan Tanah (UUHT), hipotek tidak dapat
lagi digunakan dalam pembebanan hak atas tanah dan
benda-benda yang berkaitan dengan tanah .
• Hipotek masih dapat dibebankan atas kapal laut dengan
bobot sekurang-kurangnya 20 m³ .
• Hipotek Kapal Laut
• Berdasarkan Pasal 314 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) dinyatakan bahwa “Kapal-Kapal Indonesia yang
berukuran minimal 20 m³ isi kotor, dapat dibukukan didalam
register kapal menurut ketentuan-ketentuan yang akan
ditetapkan dalam suatu undang-undang tersendiri.”
• Undang-undang yang dimaksud dalam ketentuan tersebut
adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran . Pasal 60 Undang-Undang tersebut menegaskan
bahwa “Kapal yang telah didaftarkan dalam Daftar Kapal
Indonesia dapat dijadikan jaminan utang dengan
pembebanan hipotek atas kapal.” Pembebanan hipotek atas
kapal dilakuan dengan pembuatan akta hipotek oleh pejabat
pendaftar dan pencatat balik nama kapal di tempat kapal
didaftarkan dan dicatat dalam daftar induk pendaftaran
kapal.
• Pasal 1 ayat (36) UU Pelayaran memberikan definisi bahwa kapal
adalah “Kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang
digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, atau ditunda,
termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan
dibawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung
yang tidak berpindah-pindah.”
• Kapal yang dapat dibebani hipotek adalah kapal yang telah terdaftar
di Indonesia . Persyaratan pendaftaran kapal tersebut adalah .
• 1.kapal dengan ukuran tonase kotor sekurang-kurangnya 7 GT (tujuh
gross tonnase atau setara dengan 20 m³) ;
• 2.kapal milik warga negara Indonesia atau badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia ;
• 3.kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha
patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh warga negara
Indonesia .
Fidusia
• Dasar Hukum
• Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sebagai lembaga
suatu jaminan utang yang bernama Fiducia Eigendom
Overdract (FEO) berdasarkan Yurisprudensi Arrest
Hoogegerechtscof tangal 18 Agustus 1932. Berdasarkan
yurisprudensi tersebut maka perkembangan fidusia menjadi
sedemikian penting untuk mendukung perkembangan ekonomi
melalui pemberian kredit lembaga perbankan dengan jaminan
fidusia (FEO) . Bentuk jaminan ini digunakan secara luas dalam
transaksi pinjaman uang karena proses pembebanannya
dianggap sederhana, mudah, dan cepat, tetapi tidak menjamin
adanya kepastian hukum .
• Mengingat landasan hukum lembaga jaminan FEO
berupa yurisprudensi sehingga secara praktik
perbankan masih ditemukan kendala-kendala .
Untuk mengatasi berbagai kendala yang merupakan
kelemahan yurisprudensi tentang FEO dan sekaligus
mengakomodasi perkembangan praktik perbankan,
lembaga jaminan ini diatur melalui suatu undang-
undang, yaitu Undang-Undang Nomor 42 tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia .
Dengan diberlakukannya UU Jaminan Fidusia
tersebut, pengikatan jaminan utang yang dilakukan
dengan jaminan fidusia wajib mematuhi ketentuan
undang-undangnya .
• Pengertian dan Prinsip Fidusia
• Dalam UU Jaminan Fidusia terdapat dua definisi yang
sangat penting untuk siapapun yang sedang mempelajari
fidusia, yaitu fidusia dan jaminan fidusia sebagai berikut .
• 1.Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda
yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
penguasaan pemilik benda (Pasal 1 angka 1) .
• 2.Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda yang
bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan
yang tidak dapat dibebani oleh hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (Pasal 1 angka 1) .
• Prinsip dasar fidusia dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1
UU Nomor 42 Tahun 1999 tersebut . Prinsipnya adalah
bahwa benda yang dijadikan jaminan fidusia atau
fasilitas kredit yang diterima untuk sementara dialihkan
kepada pihak yang menerima fidusia . Namun
demikian, atas benda tersebut, secara de facto dikuasai
oleh pihak yang memberikan fidusia atau penerima
kredit . Kepemilikan atas benda yang dijaminkan kredit
dengan fidusia, untuk sementara waktu, yaitu selama
benda tersebut diikat dengan fidusia, hak
kepemilikannya dialihkan sehingga menjadi milik
kreditur dimana selama waktu tersebut atas benda itu
penguasaannya tetap berada ditangan debitur atau
pemilik semula dalam kapasitasnya sebagai peminjam
pakai .
• Objek Fidusia
• Mengacu pada Pasal 1 angka 2 UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia, jelaslah benda-benda yang dapat dijadikan benda
jaminan dalam fidusia adalah benda-benda bergerak . Namun, terdapat
perbedaan yang medasar benda bergerak sebagai objek dalam fidusia
dengan benda bergerak sebagai objek jaminan dalam gadai .
• Barang-barang yang diserahkan sebagai benda jaminan dalam fidusia
adalah benda-benda atau barang-barang yang secara ekonomi dapat
menunjang kelancaran jalannya kegiatan usaha debitur, misalnya
• 1.benda bergerak berwujud, seperti kendaraan bermotor, inventaris,
dan mesin-mesin ;
• 2.benda bergerak tak berwujud seperti piutang ;
• 3.selain benda bergerak seperti yang disebutkan pada nomor 1 dan 2,
benda lain yang dapat dijadikan benda jaminan dalam fidusia adalah
benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani
oleh hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, yaitu bangunan yang
didirikan di atas tanah hak pengelolaan .
• Hapusnya Fidusia
• Seperti halnya dengan perjanjian jaminan lainnya,
fidusia juga merupakan perjanjian yang bersifat
accesoir . Dengan kata lain, fidusia dapat berakhir
atau hapus karena berakhirnya perikatan pokok,
yaitu perjanjian kredit atau perjanjian pinjam-
meminjam uang . Fidusia juga dapat harus karena
pelepasan hak oleh kreditur, maksudnya bahwa
kreditur tidak lagi menghendaki benda tersebut
dijadikan sebagai jaminan utang atau dengan kata
lain kreditur mengembalikan hak milik atas benda
tersebut kepada pemilik semula, yaitu debitur. Hal
lain yang dapat mengakibatkan hapusnya fidusia
adalah musnahnya benda jaminan .
Jaminan Perorangan (Penanggungan Utang / Borgtocht)

• Di samping jaminan hak-hak kredit yang berupa


agunan kebendaan, seperti gadai, hak
tanggungan, hipotek, dan jaminan fidusia
terdapat juga jaminan kredit yang bukan berupa
agunan kebendaan, namun termasuk agunan
perorangan yang disebut juga penanggungan
utang (borghtocht) . Penanggunan utang harus
dibedakan dengan pengertian bank garansi
(guarantee bank) meskipun mempunyai prinsip-
prinsip yang sama .
• Di dalam ketentuan undang-undang Pasal 1820 sampai dengan 1850
KUHPerdata, jaminan perorangan lebih dikenal dengan istilah
penanggungan utang sebagai terjemahan borghtocht . Akan tetapi,
dalam praktik perbankan istilah avalis lebih popular dari borghtocht
untuk menyatakan hubungan hukum yang sama .
• Dalam Pasal 1820 KUHPerdata, dinyatakan bahwa penanggungan utang
adalah “Sutau perjanjian dimana satu pihak (borg) menyanggupi pada
pihak lainnya (kreditur) bahwa ia menanggung pembayaran suatu
hutang, apabila debitur tidak menepati kewajibannya.”
• Kewajiban penanggung dalam hubungan hukum ini adalah hanya untuk
menanggung pembayarannya . Artinya adalah yang harus memikul
utang yakni debitur itu sendiri . Kewajiban penanggung timbul apabila
debitur telah nyata-nyata tidak melaksanakan kewajibannya untuk
membayar utang atau wanprestasi . Apabila penanggung telah melunasi
utang debitur tersebut maka timbul hak bagi penanggung untuk
menangguhya kembali dari debitur yang bersangkutan .
• Dalam pengantar ilmu hukum sebagaimana telah diuraikan pada
Bab I, dikenal adanya subjek hukum, yaitu orang sebagai pembawa
hak dan kewajiban . Orang di bagi menjadi dua macam, yaitu orang
dalam bentuk diri manusia pribadi dan orang dalam bentuk badan
hukum . Sehubungan dengan hal itu maka dalam praktik jaminan
perseorangan pun dikenal dua macam bentuk jaminan
perseorangan, yaitu jaminan pribadi (personal guaranty) dan
jaminan perusahaan (corporate guaranty) .
• 1.Jaminan pribadi (personal guaranty)
• Jaminan pribadi adalah jaminan dari pihak ketiga untuk
kepentingan debitur kepada krediturnya yang berupa kesanggupan
pihak ketiga tersebut untuk membayar pinjaman uang yang
merupakan kewajiban debitur apabila debitur wanprestasi .
Jaminan pribadi dalam hukum kepailitan adalah suatu jaminan
yang diberikan oleh seseorang secara pribadi (bukan badan
hukum) untuk menjamin utang orang atau badan hukum lain
• Apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya untuk
membayar utang tersebut maka merupakan kewajiban pihak
penjamin untuk membayarnya sehingga dalam hal seperti
itu, kedudukan penjamin berubah seperti halnya debitur .
• Dalam praktik bisnis dan perbankan, jaminan pribadi pada
umumnya diartikan sebagai suatu janji yang dibuat oleh
pengusaha (dalam hal ini penanggung) untuk secara pribadi
membayar utang kepada pihak lain (biasanya perusahaan
dalam kedudukan sebagai debitur bank) apabila debitur
tersebut wanprestasi .
• Jaminan pribadi diminta oleh bank sebagai cara bagi bank
untuk melindungi diri dan deposan mereka terhadap
pemegang saham mayoritas perusahaan yang mengajukan
permohonan kredit yang oleh bank masih diragukan
komitmennya .
• Dengan adanya jaminan pribadi dari pemegang saham
mayoritas, perusahaan penerima kredit bank (debitur)
memberikan sinyal kepada bank bahwa pemilik atau pemegang
saham mayoritas perusahaan penerima kredit bank yang
membuat jaminan pribadi bertanggung jawab secara serius
terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaannya, yaitu
konsekuensi membayar utang secara pribadi . Dapat diartikan
oleh bank bahwa pemilik atau pemegang saham mayoritas yang
membuat jaminan pribadi telah memahami dan mengikatkan
diri secara hukum apabila perusahaannya sebagai debitur bank
tidak mampu membayar utang sehingga harus dibayar dengan
kekayaan pribadinya . Jika pemiliknya yang membuat jaminan
pribadi tersebut pun tidak membayar utang tersebut maka
kekayaan pribadinya akan disita oleh bank sebagai pelunasan
utang .
• 2.Jaminan perusahaan (corporate guaranty)
• Jaminan perusahaan pada prinsipnya sama dengan jaminan
pribadi . Akan tetapi, ada perbedaan diatara keduanya, yakni
pada jaminan perusahaan, pihak ketiga sebagai penanggung
adalah perusahaan yang menanggung dengan kekayaan
perusahaan tersebut .
• Dalam praktik bisnis dan perbankan, jaminan perusahaan
diartikan sebagai jaminan dari suatu perusahaan sebagai
pihak ketiga kepada kreditur bahwa pinjaman tersebut akan
dibayar kembali oleh pihak ketiga apabila debitur wanprestasi
. Lebih lanjut, sebuah perusahaan besar (perusahaan induk
atau perusahaan lain yang terkait) biasanya akan membuat
jaminan untuk anak perusahaannya atau perusahaan lain
yang lebih kecil yang mungkin tidak dikenal, tetapi telah
mengembangkan hubungan bisnis dengan penjamin .
Bab 8. Hukum Pasar Modal
• Pasar modal (capital market) merupakan pasar tempat berbagai
instrument keuangan jangka panjang yang dapat diperjual belikan,
baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrument
derivatif maupun instrument lainnya . Selain itu, pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi
lain (misalnya pemerintah) dan sarana kegiatan untuk
berinvestasi . Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi
berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan yang
terkait lainnya . Lebih lanjut, instrument keuangan yang
diperdagangkan di pasar modal merupakan instrument jangka
panjang (jangka waktu lebih dari satu tahun), seperti saham,
obligasi, warrant, right, reksa dana, dan berbagai instrument
derivatif seperti option dan futures .
• Pasar modal memiliki peran yang sangat penting bagi
perekonomian suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi . Pertama, sebagai sarana
pendanaan usaha atau sarana perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor)
—dana yang diperoleh dari pasar modal dapat
digunakan untuk mengembangkan usaha, penambahan
modal kerja, dan lain-lain . Kedua, pasar modal menjadi
sarana masyarakat untuk berinvestasi pada instrument
keuangan, seperti saham, obligasi, dan reksa dana .
Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan
dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik
keuntungan dan resiko masing-masing instrument .
DEFINISI DAN SUMBER HUKUM
• Ditinjau dari segi ekonomi dan keuangan, pasar modal dipandang
sebagai tempat perusahaan mencari dana segar untuk meningkatkan
kegiatan bisnis sehingga dapat memperoleh lebih banyak
keuntungan . Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari
masyarakat yang disebut sebagai investor . Para investor melakukan
berbagai teknik analis dalam menentukan investasi . Semakin tinggi
sebuah perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil risiko yang
dihadapi maka semakin tinggi pula permintaan investasi untuk
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut . Pasar modal juga
dipahami sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam
perdagangan surat-surat berharga, seperti saham, obligasi, warrant,
right, option, futures, dan obligasi konversi . Pelaku dalam pasar
modal dapat berupa perseorangan maupun organisasi atau
perusahaan . Bentuk yang paling umum dalam investasi pasar modal
adalah saham dan obligasi . Saham dan obligasi dapat berubah-ubah
nilainnya karena dipengaruhi oleh banyak faktor .
• Definisi Pasar Modal Menurut para Pakar
• Dalam sejarah pasar modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan
obligasi dimulai pada abad XIX . Menurut buku Effectengids yang
ditulis oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939,
jual beli efek telah berlangsung sejak tahun 1880 . Pada tanggal 14
Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan cabang
bursa efek di Batavia . Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut
merupakan yang tertua ke empat setelah Bombay, Hongkong, dan
Tokyo .
• Menurut Lloyd dalam Anoraga, Pasar modal adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan modal, seperti obligasi dan
efek . Pasar modal berfungsi untuk menghubungkan investor,
perusahaan, dan institusi pemerintah melalui perdagangan
instrument keuangan jangka panjang . Menurut Husnan (2003),
pasar modal adalah tempat berbagai instrument keuangan jangka
panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk utang
maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,
• Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem
keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah
bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dalam
bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga
yang beredar . Dalam arti sempit, pasar modal adalah
pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan
jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para
perantara pedagang efek (Sunariyah, 2000 ; 4)
.Berdasarkan pengertian pasar modal yang telah
diuraikan, jelaslah bahwa pasar modal merupakan salah
satu cara perusahaan dalam mencari dana dengan
menjual hak kepemilikan perusahaan kepada masyarakat .
• Definisi mengenai pasar modal yang telah diuraikan
juga dapat memberikan gambaran umum dan
pemahaman yang memadai untuk orang yang
mempelajari pasar modal . Akan tetapi, definisi-
definisi tersebut belum memberikan gambaran yang
spesifik mengenai apa, bagaimana, dan ruang
lingkup serta batasan-batasan yang dapat dijadikan
pedoman atau sebagai dasar hukum dalam praktik
pasar modal di Indonesia . Hal ini karena sebuah
pengertian atau definisi resmi yang merupakan
dasar hukum operasional harus dapat memberikan
gambaran yang dapat diterapkan dalam praktiknya .
• Definisi Pasar Modal Menurut Undang-Undang Pasar Modal
• Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal memberikan definisi, yaitu “Pasar
Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik
yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek .”
• Berdasarkan definisi pasar modal diatas, terdapat satu kata
kunci yang menjadi pusat kegiatan dalam operasional pasar
modal . Kata kunci tersebut adalah efek . Efek atau dalam
istilah bahasa inggris disebut security adalah surat berharga
yang bernilai serta dapat diperdagangkan . Efek dapat
dikategorikan sebagai utang dan ekuitas, seperti obligasi dan
saham . Perusahaan ataupun lembaga yang menerbitkan efek
disebut penerbit .
• Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
memberikan definisi efek, yaitu “Efek adalah surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit
Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka
atas Efek, dan setiap derivatif dari efek .”
• Pasal tersebut bersifat limitatif karena dari definisi
tersebut sudah ditentukan surat-surat berharga yang dapat
diperdagangkan melalui pasar modal . Lebih lanjut,
undang-undang yang dipublikasikan tahun 1995 ini juga
fleksibel karena sudah mengantisipasi perkembangan efek
dalam perdagangan melalui pasar modal, yaitu dengan
dicantumkannya derivatif dari efek yang dapat muncul
dalam praktik di bursa, seperti right dan obligasi konversi .
• Pasar Modal (Capital Market) dan Pasar Uang
(Money Market)
• Secara umum, pengertian pasar uang (money market)
adalah pasar dengan instrument keuangan jangka
pendek, umumnya yang diperjual belikan berkualitas
tinggi . Jangka waktu instrument pasar uang biasanya
jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau kurang .
Pasar uang sering disebut juga sebagai pasar kredit
jangka pendek . Lebih lanjut, alasan mengapa pasar
uang dibutuhkan dalam sistem perekonomian adalah
banyaknya perusahaan serta individu yang mengalami
arus kas yang tidak sesuai antara inflows dan
outflows .
• Sebagai contoh, perusahaan melakukan penagihan dari klien
pada periode tertentu dan pada waktu yang lain ia harus
mengeluarkan uang untuk menutupi biaya operasionalnya .
Untuk mengatasi masalah tersebut (perusahaan pada saat
kasnya mengalami defisit) maka untuk sementara waktu ia
dapat memasuki pasar uang sebagai peminjam dengan
mencari lembaga keuangan atau pihak lain yang memiliki
surplus (kelebihan) dana . Selanjutnya, pada saat perusahaan
mengalami surplus dana, ia menjadi kreditur dalam pasar uang
untuk memperoleh pendapatan dari pada membiarkan
dananya tidak terpakai atau idle .
• Perbedaan antara pasar modal dengan pasar uang adalah
perihal jangka waktunya . Pasar uang memperdagangkan surat
berharga berjangka waktu pendek, sedangkan pasar modal
memperdagankan surat berharga berjangka waktu panjang .
Definisi Hukum Pasar Modal
• Mengacu pada berbagai pengertian tentang
pasar modal maka dapat dirumuskan bahwa
hukum pasar modal adalah serangkaian
peraturan perundang-undangan yang mengatur
cara pemenuhan modal suatu perusahaan
melalui penawaran umum, perdagangan efek,
termasuk lembaga, profesi penunjang yang
terkait dengan efek dan perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya .
• Dalam menjalankan fungsinya, setiap pelaku dituntut untuk
memahami sistem hukum yang menjadi landasan
bergeraknya industri pasar modal Indonesia . Dalam kaidah
hukum, apabila ditinjau dari isinya, akan terdapat perintah
yang mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati, larangan,
dan kebolehan atau perkenan yang sifatnya dapat memaksa,
mengikat dan melengkapi . Peraturan perundang-undangan
dalam bidang pasar modal juga mengacu pada kaidah
hukum tersebut secara umum . Menurut Nasarudin dan
kawan-kawan (2008 : 42) berlakunya hukum pasar modal
Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dengan
sistem negara lain . Pemahaman tentang bagaimana hukum
tersebut berlaku, diterapkan, dan siapa saja yang menjadi
objek dari hukum tersebut harus benar-benar diketahui
dengan tepat .
Sumber Hukum Pasar Modal
• Pada tanggal 10 November 1995, pasar modal yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952
yang telah diganti dengan Pasar Modal Tahun 1995
melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal . Undang-Undang Pasar Modal
menjadi dasar hukum bagi pembuatan peraturan-
peraturan yang menyangkut kegiatan dalam bidang
pasar modal . Undang-Undang ini kemudian
dilengkapi dengan beberapa peraturan pemerintah,
peraturan menteri keuangan, dan peraturan ketua
Bapepam dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) .
• Secara lengkap, sumber hukum yang menjadi landasan dan
ruang lingkup kegiatan industri pasar modal saat ini adalah
sebagai berikut .
• 1.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal .
• 2.Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal
jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 .
• 3.Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal
• 4.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.010/1995
tentang Pencabutan Keputusan Menteri keuangan Nomor
1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
285/KMK/.010/1995 .
• 5.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.010/1995
tentang Pemilik Saham atau Unit Penyertaan Reksa Dana
oleh Pemodal Asing .
• 6.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 647/KMK.010/1995
tentang Pemilik Saham Efek oleh Pemilik Modal Asing
(maksimal 85% dari modal disetor) .
• 7.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.010/1997
tanggal 4 September 1997 tentang Pembelian Saham oleh
Pemodal Asing Melalui Pasar Modal .
• 8.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 179/KMK.010/2003
tanggal 17 Juli 2003 tentang Permodalan Perusahaan Efek .
• 9.Seperangkat Peraturan Pelaksana yang dikeluarkan oleh
Ketua Bapepam sejak tanggal 17 Januari 1996
• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal mempunyai hubungan erat
dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas . Undang-Undang
Pasar Modal merupakan lex specialis dari
Undang-Undang dari Perseroan Terbatas yang
bersifat lex generalis . Hal ini tercermin dalam
Pasal 154 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang
berbunyi “Bagi Perseroan Terbuka berlaku
undang-undang ini jika tidak diatur lain dalam
perundang-undangan pasar modal.”
STRUKTUR KELEMBAGAAN PASAR MODAL
INDONESIA
• Eksistesi Kelembagaan Pasar Modal Indonesia
• Eksistensi pihak-pihak atau institusi yang terlibat dalam
kegiatan pasar modal Indonesia mempunyai dasar pijakan
yang legal karena tercantum dalam Undang-Undang Pasar
Modal . Setiap lembaga yang dicantumkan dalam Undang-
Undang Pasar Modal diberikan wewenang yang jelas .
Masalah regulasi, penerapan peraturan perundang-
undangan,dan penegakan hukum berada di tangan
Bapepam-LK sebagaimana diatur dalam Pasal 3, 4, dan 5
Undang-Undang Pasar Modal Bapepam-LK secara
struktural merupaka lembaga yang berada dibawah
Kementrian Keuangan Republik Indonesia .
• Pelaksanaan dan pengawasan perdagangan efek
sebagaimana yang diaksudkan dalam Pasal 6 ayat (1)
Undang-Undang Pasar Modal dipegang oleh otoritas bursa
efek, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) .
• Undang-Undang Pasar Modal mengenal adanya self
regulatory organization (SRO), yaitu memberi kewenangan
tertentu kepada lembaga tertentu dalam bidang pasar
modal untuk membuat peraturan sendiri terhadap kegiatan
usahanya . Lembaga yang dapat digolongkan sebagai SRO,
antara lain (1) bursa efek, (2) lembaga kliring dan penjamin
(LKP), dan (3) lembaga penyimpanan dan penyelesaian
(LPP) . Lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai LKP
adalah PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI),
sedangkan lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai
LPP adalah PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) .
Menteri Keuangan

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan


( Bapepam-LK )

Lembaga Kliring dan Bursa Efek Lembaga Penyimpanan dan


Penjamin(LKP) (BEI / IDX) Penyelesaian (LPP)

Perusahaan Lembaga Profesi Investor Emiten


Efek Penunjang Penunjang Perusahaan
Publik
Penjamin Emisi Efek Biro Adm. Efek Akuntan Domestik Reksa Dana
(Underwriter) Kustodian Notaris Asing
Wali Amanat Penilai
Perantara Pedagang Perusahaan Konsultan Hukum
Efek (Brooker/Dealer) Pemeringkat Efek Penasihat Investasi
Manajer Investasi
(Investment Manager)
• Lembaga yang Terkait dalam Bidang Pasar Modal
• Otoritas Pasar Modal
• Mengingat pasar modal merupakan salah satu sumber
pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana investasi bagi para
pemodal, serta memiliki peranan strategis untuk menunjang
pembangunan nasional, kegiatan pasar modal perlu mendapat
pengawasan . Hal ini agar pasar modal dapat berjalan dengan
teratur, wajar, efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang
Pasar Modal . Oleh karena itu, Bapepam-LK diberikan otoritas luas
dalam pasar modal yang meliputi fungsinya sebagai berikut .
• 1. Melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-
hari dalam kegiatan pasar modal . Pengawasan tersebut dapat
dilakukan dengan menempuh upaya-upaya, baik dalam bentuk
aturan, pedoman, bimbingan, arahan maupun secara represif
dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi .
• 2. Mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur,
wajar, dan efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat .
• Fungsi Bapepam seperti yang disebutkan merupakan fungsi-
fungsi yang juga dimiliki oleh otoritas pasar modal dinegara-
negara lain di dunia (Nasaruddin dkk, 2008 : 116) . Lebih lanjut,
kewenangan yang diberikan melalui Pasal 3 da 4 Undang-Undang
Pasar Modal adalah kewenangan yang sesuai dengan standar dan
prinsip hukum pasar modal global . Otoritas pasar modal selalu
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu melakukan pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan . Fungsi-fungsi tersebut diberikan
kepada Bapepam-LK untuk memfasilitasi tujuan yang
dicanangkan oleh Undang-Undang Pasar Modal, yaitu
menciptakan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien, serta
memberikan perlindungan kepada pemodal dan masyarakat .
• Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik,
Undang-Undang Pasar Modal melengkapi Bapepam-
LK dengan kewenangan, antara lain, namun tidak
terbatas pada hal-hal berikut .
• 1. Menyusun peraturan dalam bidang pasar modal
• 2. Menegakkan peraturan dalam bidang pasar modal
• 3. Mengeluarkan izin usaha bursa efek dan lembaga
penunjang
• 4. Mengeluarkan izin perorangan untuk wakil
penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek,
dan wakil manajer investasi
• 5. Menyetujui pendirian bank kustodian
• 6. Menyetujui pencalonan atas pemberhentian komisaris,
direktur, serta menunjuk manajemen sementara bursa
efek, lembaga kliring dan penjamin, lembaga penyimpanan
dan penyelesaian sampai dipilihnya komisaris dan direktur
baru .
• 7. Memeriksa dan menyidik setiap pihak jika terjadi
pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasar Modal
• 8. Membekukan atau membatalkan pencatatan atas efek
tertentu
• 9. Menghentikan transaksi bursa atas efek tertentu
• 10.Menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek dalam
keadaan darurat
• 11.Bertindak sebagai lembaga banding bagi pihak yang
dikenakan sanksi oleh bursa efek maupun lembaga kliring
dan penjamin .
Fasilitator Pasar Modal
• Aktifitas Pasar Modal difasilitasi oleh tiga lembaga yang
merupakan SRO, antara lain (1) bursa efek, (2) Lembaga
Kliring dan Penjaminan (LKP), dan (3) Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) .
• Bursa Efek
• Yang dimaksud dengan bursa efek menurut Undang-
Undang Pasar Modal Pasal 1 ayat (4) adalah “Pihak yang
menyelengarakan dan menyediakan sistem atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek
Pihak-Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek
diantara mereka .” Saat ini, di Indonesia ada satu bursa
Efek, yaitu Bursa Efek Indonesia .
• Kegiatan bursa efek pada dasarnya adalah
menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana
perdagangan efek bagi para anggotanya . Mengingat
perdagangan yang dimaksud menyangkut dana
masyarakat yang di investasikan dalam efek, perdagangan
tersebut harus dilaksanakan secara teratur, wajar, dan
efisien Oleh karena itu, penyelenggaraan kegiatan bursa
efek hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin
usaha dari Bapepam-LK .
• Perdagangan efek secara teratur, wajar dan efisien adalah
perdagangan yang diselenggarakan berdasarkan aturan
yang jelas dan dilaksanakan secara konsisten . Dengan
demikian, harga yang terjadi mencerminkan mekanisme
pasar berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran .
• Perdagangan efek yang efisien tercermin
dalam penyelesaian transaksi yang cepat
dengan biaya yang relatif murah .
• Bursa efek merupakan lembaga yang diberi
kewenangan untuk mengatur pelaksanaan
kegiatannya . Oleh karena itu, ketentuan yang
dikeluarkan oleh bursa efek wajib ditaati oleh
anggota bursa efek, emiten yang efeknya
tercatat di bursa efek, LKP, LPP, kustodian, atau
pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan
kerja secara kontraktual dengan bursa efek .
• Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP)
• Yang dimaksud dengan LKP menurut Undang-Undang Pasar Modal
Pasal Pasal 1 butir 9 adalah “Pihak yang menyelenggarakan jasa
kliring atau penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa .” Ada pun
lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai LKP adalah PT Kliring
Efek Indonesia (KPEI) .
• Kegiatan LKP pada dasarnya merupakan kelanjutan dari kegiatan
bursa efek dalam rangka penyelesaian transaksi bursa . Mengingat
kegiatan tersebut menyangkut dana masyarakat yang di investasikan
dalam efek, LKP harus memenuhi persyaratan teknis tertentu agar
penyelesaian transaksi bursa dapat dilaksanakan secara teratur,
wajar dan efisien . Sehubungan dengan hal tersebut,LKP wajib
memperoleh izin usaha dari Bapepam-Lk .
• Kegiatan kliring pada dasarnya merupakan suatu proses yang
digunakan untuk menetapkan hak dan kewajiban para angota bursa
efek atas transaksi yang mereka lakukan sehingga mereka dapat
mengetahui hak dan kewajiban mereka masing-masing .
• Kegiatan LKP sangat erat hubungannya dengan penyelesaian
transaksi dibursa efek . Oleh karena itu, pemilikan saham LKP
diutamakan kepada lembaga-lembaga yang menggunakan jasa
tersebut, seperti bursa efek, perusahaan efek, Biro Administrasi
Efek, dan bank kustodian .
• Kegiatan LKP transaksi bursa merupakan satu kesatuan dengan
kegiatan bursa . Sehubungan dengan hal itu, dalam rangka
menjamin keselarasan antara pelaksanaan kegiatan kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi bursa dengan kegiatan
bursa efek, ditentukan dalam Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang
Pasar Modal Pasal yang menyatakan bahwa “Mayoritas saham
Lembaga Kliring dan Penjaminan wajib dimiliki oleh Bursa
Efek .” Lebih lanjut, mayoritas saham adalah pemegang saham
yang memiliki lebih dari 50% (lima puluh persen) dari modal
yang ditempatkan dan disetor oleh perusahaan .
• Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)
• Yang dimaksud dengan LPP menurut Undang-
Undang Pasar Modal Pasal 1 butir 10 adalah “Pihak
yang menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral
bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan Pihak
lain .” Ada pun lembaga yang memperoleh izin
usaha sebagai LPP adalh PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI) .
• Kegiatan LPP adalah menjalankan fungsinya sebagai
kustodian sentral yang aman dalam rangka
penitipan efek . Oleh karena itu, LPP juga di
wajibkan untuk memenuhi persyaratan teknis
tertentu . Sehubungan dengan hal itu, LPP wajib
• Perusahaan Efek
• Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah mendapat
izin untuk melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek,
perantara pedagang efek, dan manajer investasi . Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 1995 Pasal 32 mengatur bentuk
perusahaan efek berupa perusahaan yang sahamnya dimiliki
seluruhnya oleh warga Negara RI dan/atau badan hukum
Indonesia atau perusahaan patungan yang sahamnya dimiliki
oleh warga negara Indonesia (WNI) dan/atau badan hukum
Indonesia dan warga negara asing (WNA) atau badan hukum
asing . Ada pun perusahaan yang melakukan kegiatan sebagai
perusahaan efek, antara lain (1) penjamin emisi
efek (PEE/Underwriter), (2) perantara pedagang efek
((PPE/brooker/dealer/pialang), dan (3) manajer investasi .
• Penjamin Emisi Efek (PPE/Underwriter)
• Yang dimaksud dengan PPE dalam Undang-Undang Pasar Modal
Pasal 1 butir 17 adalah “Pihak yang membuat kontrak Emiten untuk
melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan/atau
tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual .”
• Peran dari penjamin emisi adalah peran perusahaan efek untuk
melakukan penjaminan emisi (underwriting) bagi emiten, yaitu
perusahaan yang ingin mendapatkan dana dari calon-calon investor
dari masyarakat luas . PEE ini membuat kontrak emiten untuk
melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan/atau
tanpa kewajiban untuk membeli sisi efek yang tidak terjual .
• Adapun wakil penjamin emisi (WPE) adalah orang perorangan yang
telah mendapat izin dari Bapepam melalui ujian kecakapan dalam
pasar modal untuk bertindak mewakili kepentingan perusahaan efek
untuk kegiatan yang berkaitan dengan penjaminan emisi efek .
• 1.Peran dan fungsi PEE dalam proses go public
• Nasaruddin dan kawan-kawan (2008 : 144) menyatakan
bahwa garis besar peran dan fungsi penjamin emisi
dalam proses go public adalah sebagai berikut .
– A. Memberikan jasa konsultasi kepada emiten dalam rangka
go public, penjamin emisi merupakan mitra dalam membuat
perencanaan, pelaksanaan, serta pengendalian proses emisi,
mulai dari mempersiapkan dokumen emisi hingga menjualkan
efek di pasar perdana.
– B. Menjamin efek yang diterbitkan emiten . Dalam hal ini,
penjamin emisi bertangung jawab atas keberhasilan penjualan
seluruh saham emiten kepada masyarakat luas . Suatu
penjaminan pasti memiliki risiko . Untuk itu, penjamin emisi
dapat melakukan sindikasi secara bersama-sama dengan
jaminan lain agar tingkat keberhasilan penjualan saham lebih
tinggi .
– C. Melakukan kegiatan pemasaran efek yang diterbitkan oleh emiten agar
masyarakat investor dapat memperoleh informasi secara baik sehingga
pendesainan dan pendistribusian efek dapat dilakukan secara akurat dan
tepat waktu .
• 2.Kewajiban PEE
• A. Kewajiban PEE mencakup hal-hal berikut .
– mematuhi semua ketentuan dalam kontrak penjaminan emisi sebagaimana
dimuat dalam pernyataan pendaftaran .
• Apabila PEE dan emiten telah sepakat untuk go public (penawaran
umum) berdasarkan jenis kontrak yang ditentukan, pihak tersebut
wajib melakukan penawaran umum sesuai dengan kontrak yang
dibuat dan untuk itu harus dicantumkan dalam prospektus .
Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan
penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek .
• Penyusunan prospektus harus mengacu pada hal-hal berikut .
• 1.Prospektus harus memuat perincian dan fakta material mengenai
penawaran umum dari emiten .
• 2.Prospektus haruslah dibuat sedemikian rupa sehinga jelas dan
komunikatif.
• 3.Fakta-fakta dan pertimbangan yang paling penting harus dibuat
rinkasannya dan diungkapkan pada bagian awal prospektus .
• 4.Emiten, PEE, lembaga penunjang, serta profesi penunjang pasar
modal bertanggung jawab untuk menentukan dan mengungkapkan
fakta secara jelas dan mudah di baca .
• 5.Emiten, PEE,dan semua pihak yang menanda tangani prospektus
bertanggung jawab sepenuhnya atas kebenaran semua informasi
atau fakta yang tercantum dalam prospektus .
• Lebih lanjut, Kontrak PEE dapat berbentuk kesanggupan penuh (full
commitment) dan kesanggupan terbaik (best effort) . Dalam
kesanggupan penuh, PEE bertanggung jawab mengambil sisa efek
yang tidak terjual . Sebaliknya, dalam kesanggupan terbaik, PEE
tidak bertanggung jawab pada sisa efek yang tidak terjual, tetapi
berusaha dengan sebaik-baiknya untuk menjualkan efek emiten .
B. Perusahaan efek yang bertindak sebagai PEE harus
mengungkapkan dalam prospektus adanya hubungan
afiliasi atau hubungan lain yang bersifat material antara
perusahaan efek dengan emiten .
• Pada dasarnya, emiten dapat menerbitkan efek
tanpa menggunakan jasa PEE . Dalam hal ini,
penetapan harga dilaksanakan oleh emiten yang
bersangkutan . Penggunaan jasa PEE dimaksudkan
untuk membantu emiten dalam memasarkan
dan/atau menjual efek yang ditawarkan sehinga ada
kepastian perolehan dana hasil penjualan efek yang
dimaksud . Sementara itu, keputusan untuk
melakukan investasi terhadap efek yang ditawarkan
sepenuhnya berada di tangan pemodal .
• Oleh karena itu, pengguna jasa PEE yang terafiliasi
dengan emiten pada dasarnya dapat dipersamakan
dengan penawaran efek tanpa jasa PEE. Namun,
penjamin tersebut harus benar-benar memperhatikan
adanya kemungkinan benturan kepentingan (conflict of
interest) . Dengan demikian, hubungan antara emiten
dengan PEE tidak menjadi faktor dominan sepanjang
hubungan yang dimaksud telah diungkapkan secara
jelas dalam prospektus . Lebih lanjut, dimuatnya
hubungan tersebut dalam prospectus membuat
pemodal mengetahui dan menilai sejauh mana tingkat
independensi dari perusahaan efek dimaksud yang
bertindak selaku PEE atas efek yang diterbitkan oleh
emiten .
• Perantara Pedagang Efek (PPE/Brooker/Dealer/Pialang)
• Yang dimaksud dengan PEE dalam Undang-Undang Pasar
Modal Pasal 1 butir 18 adalah “Pihak yang melakukan kegiatan
usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain .”
• PEE berperan penting dalam keberlangsungan fungsi pasar
modal . Oleh karena itu, sebagai salah satu pihak yang terkait
dengan pasar modal, PPE dituntut untuk bersikap jujur dan
dapat dipercaya dalam melaksanakan tugasnya . Ada pun
kewajiban PEE mencakup hal-hal berikut .
• 1. Mendahulukan kepentingan nasabah sebelum melakukan
transaksi untuk kepentingan sendiri .
• 2. Dalam memberikan rekomendasi kepada nasabah untuk
membeli atau menjual efek, PEE wajib memperhatikan
keadaan keuangan dan maksud serta tujuan investasi dari
nasabah .
• 3. Mencantumkan jam, hari, dan tanggal atas semua
pesanan nasabah pada formulir pemesanan .
• 4. Memberikan konfirmasi kepada nasabah sebelum
berakhirnya hari bursa setelah dilakukan transaksi .
• 5. Menerbitkan tanda terima setelah menerima efek
atau uang dari nasabah .
• 6. Menyediakan data dan informasi bagi kepentingan
para pemodal
• 7. Memberikan saran kepada para pemodal .
• Wakil perantara pedagang efek (WPPE) adalah orang
perorangan yang telah mendapatkan izin dari
Bapepam-LK untuk mewakili kepentingan perusahaan
efek dalam melaksanakan perdagangan efek .
• Manajer Investasi
• Yang dimaksud dengan manajer investasi dalam Undang-Undang
Pasar Modal Pasal 1 butir 11 adalah “Pihak yang kegiatan usahanya
mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola
Portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali
perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri
usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku .”
• Wakil manajer investasi adalah orang perorangan yang bertindak
dalam mewakili kepentingan perusahaan efek untuk kegiatan yang
bersangkutan dengan pengelolaan portofolio efek . Izin untuk wakil
manajer infestasi dikeluarkan oleh Bapepam-LK dengan standardisasi
yang ketat . Lebih lanjut, karena tidak semua investor mempunyai
pengetahuan yang memadai dalam mengelola portofolio investasi,
manajer investasi mempunyai tugas untuk (1) mengadakan riset, (2)
menganalisis kelayakan investasi, dan (3) mengelola dana portofolio .
Lembaga Penunjang
• Yang termasuk lembaga penunjang meliputi
(1) Biro Administrasi Efek,
• (2) kustodian,
• (3) wali amanat, dan
• (4) perusahaan pemeringkat efek .
• Biro Administrasi Efek (BAE)
• Yang dimaksud dengan BAE dalam Undang-Undang Pasar Modal Pasal 3
adalah “Pihak yang berdasarkan kontrak dengan Emiten melaksanakan
pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan
Efek .” Kontrak tersebut secara jelas menyebutkan hak dan kewajiban
BAE dan emiten, termasuk kewajiban terhadap pemegang efek . Yang
dapat menyelengarakan kegiatan sebagai BAE adalah perseroan yang
telah memperoleh izin usaha dari Bapepam-LK .
• BAE mempunyai peran yang cukup penting dalam pengembangan pasar
modal .Penyelesaian transaksi melalui pemindah bukuan merupakan
tugas kerja dari BAE dan BAE dituntut untuk selalu dapat mengikuti dan
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap praktik-praktik yang
berlaku . BAE dapat memberikan jasa yang berkaitan dengan
kepentingan efek yang disimpan dalam penitipan kolektif PT Kostudian
Sentral Efek Indonesia (KSEI) sehingga dapat memberikan informasi
kepada emiten mengenai tidak melakukan pelanggaran sehubungan
dengan perdagangan orang dalam (insider trading), benturan
kepentingan, dan manipulasi pasar (Nasaruddin dkk, 2008 : 171) .
• Kustodian
• Yang dimaksud dengan kustodian dalam Undang-Undang Pasar
Modal Pasal 1 butir 8 adalah “Pihak yang memberikan jasa
penitipan Efek dan harta yang berkaitan dengan Efek serta jasa
lain, termasuk deviden, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan
transaksi Efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya .” Kustodian yang menyelenggarakan kegiatan
penitipan bertangung jawab untuk menyimpan efek milik
pemegang rekening dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan
kontrak antara kustodian dan pemegang rekening yang
dimaksud . Efek yang dititipkan wajib dibukukan dan dicatat
secara tersendiri . Efek yang disimpan atau dicatat pada rekening
efek kustodian bukan merupakan bagian dari harta kustodian
tersebut . Lebih lanjut, yang dapat menyelenggarakan kegiatan
usaha sebagai kustodian adalah LPP, perusahaan efek, atau bank
umum yang telah mendapat persetujuan Bapepam-Lk .
• Setiap kustodian wajib mengadsministrasikan, menyimpan, dan
memelihara catatan pembukuan, data, keterangan tertulis yang
berhubungan dengan .
– 1.nasabah yang efeknya disimpan pada bank kustodian ;
– 2.posisi efek yang disimpan pada bank kustodian ;
– 3.buku daftar nasabah dan administrasi penyimpanan serta hak
nasabah yang melekat pada efek yang dititipkan ;
– 4.tempat penyimpanan yang aman dan terpisah
• Kustodian dilarang untuk memberikan keterangan mengenai
rekening efek nasabah kepada pihak manapun kecuali kepada
pihak yang ditunjuk secara tertulis oleh pemegang rekening
atau ahli waris, polisi, jaksa, atau hakim untuk kepentingan
peradilan perkara pidana, pejabat pajak, Bapepam-LK, bursa
efek, lembaga kliring dan penjaminan, emiten, BAE, dan pihak
lain yang memberikan jasa kepada kustodian seperti konsltan,
konsultan hukum, dan akuntan .
• Wali Amanat
• Yang dimaksud wali amanat dalam Undang-Undang Pasar
Modal Pasal 1 butir 30 adalah “Pihak yang mewakili
kepentingan pemegang efek yang bersifat utang .” Karena efek
bersifat utang, surat pengakuan utang yang sifatnya sepihak
dan para pemegangnya tersebar luas maka perlu dibentuk
lembaga perwaliamanatan untuk mengurus dan mewakili
mereka selaku kreditur . Hal ini bertujuan agar wali amanat
dapat mewakili kepentingan para pemegang efek yang bersifat
utang tersebut yang ditetapkan bank umum sebagai pihak yang
dapat menyelenggarakan kegiatan perwaliamanatan karena
mempunyai jaringan kegiatan usaha yang luas . Namun, untuk
mengantisipasi perkembangan pasar modal, dimungkinkan
pihak lain, baik secara umum untuk melakukan kegiatan
sebagai waliamanat berdasarkan peraturan pemerintah .
• Kegiatan sebagai waliamanat merupakan salah satu kegiatan bank
umum sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan dalam bidang perbankan . Oleh karena itu, bank umum
tidak lagi memerlukan izin untuk melakukan kegiatan sebagai wali
amanat . Namun, untuk melakukan kegiatan tersebut, bank
umum tetap memerlukan pendaftaran di Bapepam .
• Wali amanat dilarang mempunyai hubungan afiliasi dengan
emiten, kecuali hubungan afiliasi tersebut terjadi karena
kepemilikan atau penyertaan modal pemerintah . Ketentuan ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya benturan
kepentingan antara wali amanat selaku wakil pemegang efek yang
bersifat utang dan kepentingan emiten saat wali amanat
mempunyai hubungan afiliasi . Hal ini diperlukan agar wali
amanat dapat melaksanakan fungsinya secara independen
sehingga dapat melindungi kepentingan pemegang efek bersifat
hutang secara maksimal .
• Wali amanat mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang,
baik dalam maupun diluar pengadilan . Sejak ditandatanganinya
kontrak perwaliamanatan antara emiten dan wali amanat, wali
amanat telah sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili
pemegang efek bersifat utang, tetapi perwakilan tersebut akan
berlaku efektif pada saat efek bersifat utang telah dialokasikan
kepada para pemodal . Dalam hal ini, wali amanat diberikan kuasa
berdasarkan undang-undang ini untuk mewakili pemegang efek
bersifat utang dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan
dengan kepentingan pemegang efek bersifat utang tersebut,
termasuk melakukan penuntutan hak-hak pemegang efek bersifat
utang, baik didalam maupun diluar pengadilan tanpa wali amanat
dilarang mempunyai hubungan kredit dengan emiten dalam
jumlah sesuai dengan ketentuan Bapepam yang dapat
mengakibatkan benturan kepentingan antara wali amanat sebagai
kreditur dan wakil pemegang efek bersifat utang .
• Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
benturan kepentingan antara wali amanat selaku wakil
pemegang efek bersifat utang dan kepentingan wali amanat
sebagai kreditur atau debitur dari emiten . Hal ini diperlukan
agar wali amanat dapat melaksanakan fungsinya secara
independent sehingga dapat melindungi kepentingan
pemegang efek bersifat utang secara maksimal .
• Wali amanat wajib memberikan ganti rugi kepada pemegang
efek yang bersifat utang atas kerugian karena kelalaiannya
dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Pasar Modal Pasal dan atau aturan
pelaksanannya serta kontrak perwaliamanatan . Ketentuan
ini memberikan hak kepada pemegang efek bersifat utang
untuk menuntut ganti rugi kepada wali amanat yang lalai
dalam melaksanakan tugasnya .
• Wali amanat dilarang merangkap sebagai
penanggung dalam emisi efek bersifat utang
yang sama . Larangan ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya bantuan kepentingan
wali amanat selaku wakil pemegang efek bersifat
utang dengan kepentingan wali amanat selaku
penanggung yang justru wajib memenuhi
kewajiban emiten terhadap pemegang efek yang
bersifat utang dalam hal terjadi wanprestasi oleh
emiten . Lebih lanjut, kegiatan usaha sebagai wali
amanat dapat dilakukan oleh bank umum dan
pihak lain yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah .
• Perusahaan Pemeringkat Efek
• Kegiatan perusahaan pemeringkat efek menurut penjelasan
Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tentang
Penyelenggaraan di Bidang Pasar Modal sebagaimana diubah
dengan Peratuan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 adalah
kegiatan membuat penilaian mengenai kualitas suatu efek
dalam bentuk kode atau simbul yang dibakukan . Pemeringkat
juga dapat diartikan sebagai penilaian kemampuan membayar
kembali surat utang . Perusahaan pemeringkat efek
merupakan lembaga yang dapat menjebatani kesenjangan
informasi antara emiten dan investor, menyediakan informasi,
standar atas tingkat resiko kredit suatu perusahaan, bahkan
dibeberapa negara, perusahaan pemeringkat efek menjadi
motor utama pertumbuhan pasar obligasi melalui pendidikan,
penyebarluasan informasi, dan kegiatan riset yang
dilakukannya .
• Pemeringkat efek yang dikeluarkan oleh
pemeringkat efek menjadi informasi penting karena
ia akan menjadi salah satu pertimbangan keputusan
seseorang (investor) untuk melakukan pembelian
efek bersifat utang . Setiap simbol yang
dikeluarkannya mengandung arti bagi calon investor
. Simbol yang dipakai lembaga pemeringkat juga
dipakai secara internasional sehingga calon investor
dari negara lain yang berbahasa bukan bahasa
Indonesia dapat mengerti .
Simbol Peringkat

Jangka Panjang Kemampuan Membayar


Jangka Pendek Kategori
Kembali Surat Utang
AAA A1 Tertinggi Investment Grade
AA A2 Sangat Kuat
A A3 Kuat
BBB A4 Memadai

BB B Agak Lemah Non-Investment Grade


B C Lemah
CCC D Sangat Lemah
D Tidak mampu
Profesi Penunjang Pasar Modal
• Profesi penunjang pasar modal meliputi (1) akuntan,
(2) konsultan hukum, (3) penilai, (4) notaris, dan (5)
penasihat investasi .
• 1. Akuntan
• Akuntan adalah akuntan yang telah memperoleh izin
dari Menteri Keuangan RI dan terdaftar di Bapepam
–LK .
• 2. Konsultan hukum
• Konsultan hukum adalah ahli yang memberikan
pendapat hukum kepada pihak lain dan terdaftar di
Bapepam .
• 3. Penilai
• Penilai adalah pihak yang memberikan penilaian aset perusahaan
dan terdaftar di Bapepam-LK .
• 4. Notaris
• Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta
autentik dan terdaftar di Bapepam-LK .
• 5. Penasihat investasi
• Penasihat investasi adalah pihak yang memberikan nasihat
mengenai penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh
imbalan jasa . Oleh karena itu, ia harus memenuhi persyaratan
tertentu seperti keahlian dalam bidang analisis efek . yang
termasuk kegiatan penasihat investasi adalah kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan pemeringkat efek .
• Karena pendapat dan/atau penilaian profesi penunjang pasar
modal sangat penting bagi pemodal dalam mengambil keputusan
investasinya maka kegiatan profesi tersebut di pasar modal perlu
diawasi dengan mewajibkan pendaftaran di Bapepam-LK .
Investor (Pemodal)
• Investor adalah pihak terpenting dalam kegiatan
pasar modal . Dapat dikatakan bahwa salah satu
indicator terpenting dalam pasar modal adalah
keberadaan investor (Nasaruddin, dkk., 2008 :
165) . Dan perkembangan pasar modal tidak
terlepas dari kebutuhan dan penaruh dari investor
. Lebih lanjut, investor yang terlibat dalam pasar
modal Indonesia adalah investor domestik (dalam
negeri) dan investor asing (pemodal asing) ,
perorangan atau institusi yang mempunyai
karakteristik masing-masing .
• 1. Investor domestik (pemodal dalam negeri)
• Yang dimaksud pemodal dalam negeri (investor domestik)
dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
179/KMK.010/2003 adalah perorangan warga negara
Indonesia atau badan hukum Indonesia . Khadiran
investor domestik di pasar modal sangalah diharapkan .
Hal ini karena hanya dengan investor domestik yang kuat
akan mendukung pasar modal yang stabil dan tidak
mudah dipermainkan oleh pihak-pihak tertentu, seperti
investor yang dengan mudah memindahkan investasinya .
• 2. Investor asing (pemodal asing)
• Yang dimaksud investor asing (pemodal asing) dalam
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
179/KMK.010/2003 adalah orang perorangan warga
negara asing atau badan hukum asing .
• Emiten, Perusahaan Publik, dan Reksa Dana
• Emiten
• Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum dalam
rangka menjaring dana bagi kegiatan usaha perusahaan atau
pengembangan usaha perusahaan . Usaha mendapatkan dana
tersebut dilakukan dengan menjual efek kepada masyarakat luas
melalui pasar modal .
• Kegiatan penawaran umum melalui pasar modal merupakan
salah satu cara untuk menghimpun dana masyarakat . Untuk itu,
kepentingan masyarakat yang akan menanamkan dananya pada
efek perlu mendapat perlindungan . Lebih lanjut, setiap pihak
yang bermaksd untuk menghimpun dana melalui penawaran
umum diwajibkan terlebih dahulu menyampaikan pernyataan
pendaftaran kepada Bapepam . Penawaran umum tersebut baru
dapat dilakuan setelah pernyataan pendaftaran tersebut
• 1. Prinsip keterbukaan (full disclosure principle)
• Dalam menjalankan aktifitanya di pasar modal,
emiten wajib menerapkan prinsip keterbukaan
informasi (full disclosure) . Yang dimaksud dengan
keterbukaan menurut Undang-Undang Pasar Modal
Pasal 1 butir 25 adalah “Pedoman umum yang
mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik dan Pihak
lain yang tunduk pada Undang-undang ini untuk
menginformaskan kepada masyarakat dalam waktu
yang tepat seluruh informasi Materialmngenai
usahanya atau efeknya yang dapar berpengaruh
terhadap keputusan pemodal terhadap Efek
dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut .”
• Pelaksanaan prinsip keterbukaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu .
• A. tahap keterbukaan pada saat emiten melakukan penawaran umum
(primary market level);
• B. tahap keterbukaan setelah emiten mencatat dan memperdagangkan
sahamnya di bursa efek secondary market level), dmana emiten
berkewajiban untuk menyampaikan secara terus menerus laporan
berkala (continuesly disclosure)kepada Bapepam –LK ;
• C. tahap keterbukaan karena terjadi peristiwa penting yang laporannya
harus disampaikan secara tepat waktu kepada Bapepam –LK dan bursa
efek (timely disclosure) .
• Berdasarkan Peraturan Nomor X.K.1 tenang Keterbukaan Informasi
yang arus segera diumumkan kepada Publik menyebutkan peristiwa,
informasi, atau fakta material yang diperkirakan dapat memengaruhi
harga efek atau keputusan investasi, antara lain .
• 1. penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau
pembentukan usaha patungan;
• 2.pemecahan saham atau pembagian deviden
saham ;
• 3.pendapatan dari deviden yang luar biasa sifatnya ;
• 4.perolehan atau kontrak penting ;
• 5.produk atau penemuan baru yang berarti ;
• 6.perubahan dalam pengendalian atau penting dalam
manajemen ;
• 7.pengumuman pembelian kepada efek yang bersufat
utang ;
• 8.penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau
secara terbatas yang material jumlahnya ;
• 9.pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang
material
• 10.perselisihan tenaga kerja yang relatif
penting ;
• 11.tuntutan hukum yang penting terhadap
perusahaan dan/atau direktur dan komisaris
perusahaan ;
• 12.pengajuan tawaran untuk embelian efek
perusahaan lain ;
• 13.penggantian akuntan yang mengaudit
perusahaan ;
• 14.penggantian wali amanat ;
• 15.perubahan tahun fiscal perusahaan ;
• 2. Tujuan Keterbukaan
• Prinsip Keterbukaan (full disclosure principle) mempunyai
tiga tujuan sebagai berikut .
• a. Memelihara kepercayaan publik terhadap pasar modal
• Dalam hal ini, kepercayaan investor sangat relevan ketika
munculnya ketidak percayaan public terhadap pasar
modal yang pada akhirnya mengakibatkan pelarian modal
(capital flight) secara besar-besaran dan seterusnya dapat
mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa saham) .
• b. Menciptakan pasar modal yang efisien
• Pasar yang efisienberkaitan dengan sistem keterbukaan
(disclosure) wajib . Sistem keterbukaan wajib berusaha
menyediakan informasi teknis bagi pemegang saham dan
professional pasar modal .
• c. Memberi perlindungan kepada investor
• Dengan adanya keterbukaan, secara tidak
langsung akan memberikan perlindungan
kepada investor apabila dalam membuat
perjanjian pembelian saham oleh investor
kemudian terdapat penipuan dalam perbuatan
yang menyesatkan, misalnya pernyataan
(misspresentation) informasi maka
perlindungan investor tersebut dilihat dari sisi
ketentuan perjanjian sebagaimana diatur dalam
KUHPerdata hanya sebatas pembatalan
perjanjian transaksi saham .
Perusahaan Publik
• Yang dimaksud dengan perusahaan publik dalam Undang-
Undang Pasar Modal Pasal 1 butir 22 adalah
• “Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-
kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan
dimiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000
(tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan
modal disetor ditetapkan dengn Peraturan Pemerintah .”
• Dalam pengertian sehari-hari, sering kali perusahaan public
disamakan dengan emiten . Padahal, sebenarnya keduanya
mempunyai perbedaan yang nyata . Emiten sudah pasti
merupakan perusahaan publik karena telah memenuhi
persyaratan sebagai perusahaan publik .
• Hal ini dapat dilihat dari jumlah pemegang saham dan modal
minimal yang harus di setor . Emiten melakukan penawaran
umum dan memiliki saham yang aktif yang diperdagangkan di
bursa (secondary market) . Sementara itu, perusahaan publik
belum tentu melakukan penawaran umum atau listing di
bursa (Nasaruddin dkk., 2008 : 155) .
• Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa
perusahaan public dapat menjadi emiten pada saat
pernyataan pendaftaran dalam rangka melakukan penawaran
umum dinyatakan efektif karena sudah diterima dan disetujui
oleh Bapepam . Namun, sebagai perusahaan publik, kendati
tidak melalui penawaran umum diwajibkan menyampaikan
penyataan pendaftaran, baik emiten maupun perusahaan
publik, keduanya tergolong dalam pengertian Perusahaan
terbuka (Tbk) .
Reksa Dana (Mutual Fund)
• Reksa dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana atau
modal bagi sekelompok investor untuk berinvestasi dalam
instrument-instrumen investasi yang tersedia di pasar
modal dengan cara membeli unit penyertaan reksa dana .
Dana ini kemudian dikelola oleh manajer investasi ke
dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi,
pasar uang, maupun efek atau sekuritas lainnya .
• Undang-Undang Pasar Modal Pasal 9 Tahun 1995 Pasal 1
butir 27 mendefinisikan reksa dana sebagai “Wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
Pemodal selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek
oleh Manajer Investasi .”
• Dari kedua definisi diatas, terdapat tiga unsur penting dalam
pengertian reksa dana, yaitu (1) adanya kumpulan dana masyarakat,
baik individu maupun institusi, (2) investasi bersama dalam bentuk
sebuah portofolio efek yang telah terdiversifikasi, dan (3) manajer
investasi percaya sebagai pengelola dana milik masyarakat investor .
• Secara sederhana, reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan
bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksa dana
(manajer investasi) yang digunakan sebagai modal berinvestasi di
pasar modal . Adapun bentuk reksa dana, dapat berupa perseroan
maupun kontrak investasi kolektif (KIK) .
• 1. Perseroan
• Reksa dana berbentuk perseroan adalah emiten yang kegiatan
usahanya menghimpun dana dengan menjual saham dan
selanjutnya dana dari penjualan saham tersebut diinvestasikan
pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan
pasar uang .
• 2. Kontrak investasi kolektif (KIK)
• Kontrak investasi kolektif adalah kontrak antara
manajer investasi dan bank kustodian yang
mengikat pemegang unit penyertaan dana .
Manajer investasi diberikan wewenang untuk
mengelola portofolio investasi kolektif, sedangkan
bank custodian diberikan wewenang untuk
melaksanakan penitipan kolektif . Reksa dana
berbentuk KIK mnghimpun dana dengan
menerbitkan unit penyertaan kepada masyarakat
pemodal dan selanjutnya dana tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang di
perdagangkan di pasar modal dan pasar uang .
Perbedaan Saham dan Obligasi
   
Saham Obligasi
Bagian penyertaan dalam modal dasar suatu Bukti pengakuan utang atau pinjaman uang
PT . pemegang saham adalah emiten pemilik dari masyarakat (publik) .
perusahaan Pemegang obligasi adalah kreditur

Penanaman dana tidak terbatas, jangka Terbatas waktunya (muturity date)


waktunya selama perusahaan masih ●jangka pendek
beroperasi ●jangka menengah
●jangka panjang

Deviden ditambah dengan kemungkinan Bunga tetap (suku bunga tahunan)


capital gain atau capital loss
Risiko relatif besar Risiko relatif kecil
Hak suara dalam RUPS turut menentukan Hak [pemegang obligasi daam RUPS terbatas
kebijakan perusahaan . pada lahan pinjaman saja
Dalam hal likuidasi, pemegang saham Dalam hal likuidasi, pemegang obligasi
mempunyai klaim terakhir terhadap aset mempunyai klaim untuk didahulukan dari
perusahaan pemegang saham (senior claim)

Dasar perikatan ditentuan dalam anggaran Dasar perikatan ditentuan dalam perjanjian
dasar perusahaan Perwaliamanatan (trust agreement)
PENAWARAN UMUM
( INITIAL PUBLIC OFFERING/IPO )
• Definisi penawaran umum dalam Undang-
Undang Pasar Modal Pasal 1 butir 15 adalah
“Kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh
Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat
berdasarkan tata cara yang diatur dalam
Undang-Undang ini dan peraturan
pelaksanaannya .” Lebih lanjut, penawaran
umum atau dikenal dengan istilah go public
biasanya diartikan sebagai penjualan pertama
saham umum oleh sebuah perusahaan kepada
investor umum
• Perusahaan tersebut (emiten) hanya akan menerbitkan saham-
saham pertama . Emiten akan melibatkan PEE (underwriter) untuk
menjamin penawaran tersebut dan profesi penunjang pasar
modal, seperti konsultan hukum, akuntan notaries, dan penilai
untuk membantu membuat prospektus . Prospektus menjadi
sebuah persyaratan untuk mengungkapkan kondisi keuangan dan
pospek sebuah perusahaan kepada para calon investor .
• Penawaran umum dalam praktiknya dilaksanakan melalui pasar
perdana (primary market) yang berlangsung dalam waktu terbatas
selama beberapa hari saja . Dalam hal ini, penawaran efek
dilakukan langsung oleh emiten kepada calon investor dengan
bantuan para PEE dan para agen penjualan . Dengan berakhirnya
pasar perdana, untuk selanjutnya, investopr (pemodal) dapat
memperjual belikan kembali efeknya pada pasar sekunder
(bursa) .
• Harga penawaran efek (offering price) pada pasar perdana
ditetapkan bersama antara emiten dengan PEE, sedangkan
pembentukan harga efek di bursa berdasarkan pada hukum
permintaan dan penawaran yang berlaku dalam Peraturan
Bapepam Nomor IX A.8 .
• Manfaat Penawaran Umum bagi Perusahaan
yang Menerbitkan Efek (Emiten)
• Manfaat penawaran umum bagi perusahaan
yang menerbitkan efek, antara lain
• 1. meningkatkan modal dasar perusahaan ;
• 2. memiliki catatan keuangan yang baik dan
tertib ;
• 3. meningkatkan perolehan keuntungan ;
• 4. perbesaran volume usaha karena
membesarnya potensi laba ;
• 5. prestise perusahaan di masyarakat
meningkat ;
• 6. memberikan likuiditas para pemegang
saham sendiri ;
• 7. pemegang saham cenderung menjadi
konsumen setia produk perusahaan ;
• 8. memungkinkan pendiri melakukan
deversifikasi usaha ;
• 9. memungkinkan mayarakat untuk
mengetahui nilai perusahaan dari kekuatan
tawar-menawar saham ;
• 10.mempermudah usaha pmbelian
perusahaan lain (ekspansi) dengan mencari
dana dari lembaga keuangan tanpa
melepaskan saham .
• Bentuk-bentuk Aksi korporasi
• Beberapa bentuk aksi korporasi yang umumnya
dilakukan emiten, antara lain
• 1. pembagian deviden, baik tunai maupun saham ;
• 2. pemecahan saham (stock split) ;
• 3. penyatuan saham (reverse split) ;
• 4. saham bonus ;
• 5. penawaran umum terbatas (right issue) ;
• 6. pembelian kembali saham (stock buy back) ;
• 7. merger, akuisisi, spin-off ;
• 8. additional listing, seperti private placement,
konversi saham, baik dari warrant, rights, maupun
obligasi .
KEJAHATAN PASAR MODAL
• Kejahatan pasar modal adalah segala bentuk pelanggaran
yang berhubungan dengan kegiatan pasar modal, baik
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan-peraturan
pasar modal maupun peraturan-peraturan lain yang ada
kaitannya denan kegiatan di pasar modal . Kejahatan pasar
modal atau yang sering disebut sebagai capital market
crime dan pelanggaran yang terjadi di pasar modal dapat
diasumsikan dengan beberapa alasan, yaitu kesalahan para
pelaku, kelemahan para aparat yang mencakup integritas,
dan profesionalisme peraturan .
• Keberadaan pasar modal menyebakan semakin maraknya
kegiatan ekonomi . Selain itu, menimbulkan pula kegiatan-
kegiatan illegal yang menjuus pada kejahatan yang
sekarang ini lebih popular dengan sebutan kejahatan pasar
modal .
• Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
seperti halnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), mengatur tentang kejahatan yang terjadi dalam
kegiatan di pasar modal . Kejahatan itu dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu tindak pidana dan pelanggaran .
• Dianutnya pembagian delik atas dua jenis, yaitu delik
tindak pidana pasar modal dan delik pelanggaran pasar
modal yang mnunjukkan bahwa Undang-Undang Pasar
Modal mengikuti ketentuan yang terdapat dalam KUHP
yang merupakan hukum (ketentuan yang umum, disatu
sisi, tetapi dalam ketentuan mengenai sanksinya jauh
berbeda) . Di dalam KUHP disebutkan bahwa untuk delik
pelanggaran tidak diancam engan pidana kumulasi seperti
didalam Undang-Undang Pasar Modal ini, tetapi hukuman
kurungan paling lama satu tahun . Sementara itu, dalam
Undang-Undang Pasar Modal, satu tahun kurungan akan
diakumulasikan dengan denda yang besar .
• Tindak-tindak Pidana di Pasar Modal
• Undang-Undang Pasar Modal menggariskan jenis-
jenis indak pidana dalam bidang pasar modal
diantaranya (1) penipuan (fraud), (2) manipulasi pasar
(market manipulation), (3) perdagangan orang dalam
(insider trading), (4) informasi menyesakan
(misrepresentation), (5) penawaran umum tanpa
melalui otoritas pasar modal (unregister issuer), dan
(6) lembaga profesi pasar modal melakukan tanpa izin
(unregister professional) .
• Tindak pidana di pasar modal mempunyai
karakteristik yang khas, yaitu tindak pidana yang
terjadi mengakibatkan hilangnya jumlah efek, jumlah
korban yang cukup banyak, dan beragam jumlah
korban yang banyak akan meruntuhkan kepercayaan
terhadap keberadaan pasar modal itu sendiri .
• Tindak pidana dan praktik di pasar modal merupakan
perilaku yangdilarang serta diacam dengan hukuman
administraif dan pidana . Di dalam Undang-Undang Pasar
Modal, ketentuan pdana diatur dalam Pasal 103 sampai
denan 110 . Penegakan hukum atas tindak pidana ini
sangat berantung pada kepasian hukum yang di jalankan
oleh otoritas pasar dan juga self regulatory organization
(SRO) . SRO diberikan kewenangan dalam menetapkan
dan menjalankan sanksi hukum kepada pihak yang
melakuan praktik yang bertentangan dengan ketentuan
yang ada .
• Tindak pidana di pasar modal dapat terjadi, baik
dilakukan secara individual maupun kelompok . Tindak
pidana dapat terjadi karena keininan langsung dari
pelaku atau karena adanya komando dari pihak lain .
Berikut ini adalah beberapa contoh tidak pidana yang
terjadi di pasar modal dan ketentuan perundang-
undangan yang mengaturnya .
• Kecurangan/Penipuan (Fraud)
• Penipuan atau fraud di pasar modal tergolong sebagai
tindak pidana . Di dalam Pasal 90 Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa dalam
kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara
langsung atau tidak langsung
• 1. menipu atau mengelabui pihak lain dengan
menggunakan sarana dan/atau cara apa pun ;
• 2. turut serta mengelabui pihak lain ;
• 3. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang
material atau tidak mengungkapkan fakta yang material
agar pernyataan yang di buat tidak mnyesatkan mengenai
keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan
untuk kerugian diri sendiri atau pihak lain atau dengan
tujuan memengauhi pihak lain untuk membeli atau
menjual efek .
• Manipulasi Pasar (Market Manipulation)
• Manipulasi pasar dapat diartikan sebagai sebuah
usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk
mencampuri operasi pasar yang bebas dan wajar dan
membuat gambaran yang semu, salah, menyesatkan
mengenai harga atau pasar untuk sekuritas,
komoditas atau nilai tukar . Di Indonesia, ketentuan
yang melarang praktik manipulasi pasar terdapat
dalam Undang-Undang Pasar Modal Pasal 91, 92,
dan 93 . Berdasarkan isi pasal-pasal tersebut, dapat
diartikan bahwa manipulasi pasar adalah kegiatan
untuk menciptakan gambaran semu atau
menyesatkan (false impression) mengenai kegiatan
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di
bursa atau memberi pernyataan atau keterangan
yang tidak benar atau menyesatkan sehingga harga
efek di bursa berpengaruh .
• Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)
• Yang di maksud dengan orang dalam adalah
• 1. komisaris, direktur, atau pegawai emiten atau
perusahaan publik ;
• 2. pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik ;
• 3. orang perseorangan yang karena kedudukan atau
pfofesinya atau karena hubungan usahanya dengan emiten
atau perusahaan publik memungkinkan orang tersebut
memperolh informasi orang dalam, atau pihak yang dalam
waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak
sebagaimana dimaksud dalam angka (1) dan (2) di atas .
• Orang dalam sebagaimana yang telah disebutkan dilarang
melakukan tindakan sebagai berikut .
• 1. Melakukan pembelian atau penjualan atas efek emiten
atau perusahaan publik dimaksud atau perusahaan lain yang
melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan publik
yang bersangkutan .
• Larangan tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa
kedudukan orang dalam seharusnya mendahulukan kepeningan
emiten, perusahaan publik, atau pemegang saham secara
keseluruhan, termasuk didalamnya untuk tidak menggunakan
informasi orang dalam untuk kepentingan diri sendiri dan pihak
lain .
• 2. Melakukan pembelian atau penjualan atas efek perusahaan lain
yang melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan publik
yang bersangkutan .
• Meskipun yang bersangkutan bkan orang dalam dari perusahaan
lain, informasi mengenai perusahaan lain lazimnya diperoleh
karena kedudukannya pada emiten atau perusahaan publik yang
melakuan transaksi dengan perusahaan lain tersebut .
• 3. Memengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas efek dimaksud .
• Walaupun orang dalam dimaksud tidak memberikan informasi
orang dalam kepada pihak lain, hal ini dapat mendorong pihak lain
untuk melakukan pembelian atau penjualan efek berdasarkan
informasi orang dalam .
• 4. Memberi informasi orang dalam kepada pihak manapun yang
patut diduganya dapat menggunakan informasi tersebut untuk
melakukan pembelian atau penjualan efek .
• Setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang
dalam dari orang dalam secara melawan hukum dan kemudian
memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan
larangan yang berlaku bagi orang dalam . Artinya adalah mereka
dilarang melakukan transaksi atau efek yang bersangkuta serta
dilarang memengauhi pihak lain untuk melakukan pemblian
atau penjualan atas efek tersebut atau memberikan informasi
orang dalam tersebut kepada pihak lain yang patut di duga akan
menggunakan informasi tersebut untuk melakukan pembelian
atau penjualan efek . Lebih lanjut, contoh perbuatan yang
melawan hukum antara lain (1) berusaha memperoleh informasi
orang dalam dengan cara mencuri, (2) berusaha memperoleh
informasi oaring dalam dengan cara membujuk orang dalam,
dan (3) berusaha memperoleh informasi orang dalam dengan
cara kekerasan atau ancaman .
Bab. 9 Hukum Asuransi
• SEJARAH ASURANSI
• Asuransi berawal dari masyarakat Babilonia 4000-
3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi .
Lalu, pada 1668 M, di Coffe House London, berdirilah
Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi
konvensional . Sumber hukum asuransi adalah hukum
positif, hukum alami, dan contoh yang ada
sebelumnya sebagaimana kebudayaan .
• Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus social
dengan adanya premi yang dibayarkan kepada
perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer
of risk, yaitu pengalihan (transfer) risiko dari
tertanggung kepada penanggung .
• Asuransi merupakan mekanisme pemindahan risiko
saat individu atau business memindahkan sebagian
ketidak pastian sebagai imbalan pembayaran premi
. Definisi risiko tersebut adalah ketidak pastian
terjadi atau tidaknya suatu kerugian (the
uncertainty of loss) .
• Asuransi di Indonesia berawal pada masa
penjajahan Belanda, terkait dengan keberhasilan
perusahaan dari negeri tersebut di sektor
perkebunan dan perdagangan di Indonesia . Untuk
memenuhi kebutuhan jaminan terhadap
keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan
adanya asuransi . Perkembangan industri asuransi
di Indonesia sempat vakum selama masa
penjajahan Jepang .
• DEFINISI ASURANSI
• Asuransi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain sudut
pandang ekonomi dan sudut pandang hukum . Dalam sudut pandang
ekonomi, asuransi dikategorian sebagai suatu bentuk dari manajemen risiko,
terutama di gunakan untuk lindung nilai terhadap risiko kerugian .
• Secara ekonomi asuransi bisa diartika sebagai sebuah sistem untuk
mengurangi atau m3engatasi kehilangan atau kerugian finansial dengan
menyalurkan risiko kehilangan dari seseorang atau badan ke seseorang atau
badan lainnya .
• Sebagai contoh, seseorang membeli sebuah mobil seharga 200 juta .
Mengetahui bahwa kehilangan mobil akan membawanya pada kehancuran
finansial maka ia mengambil perlindungan asuransi kendaraan bermotor .
Asuransi tersebut akan menbayar pengganti atau perbaikan mobilnya apabila
terjadi kehilangan atau keruskan pada mobilnya . Perusahaan asuransi
memungut premi darinya sebesar 1 juta per tahun. Risiko kehilangan atau
kerusakan mobil telah disalurkan dari pemilik mobil kepada perusahaan
asuransi .
• Ditinjau dari segi hukum, asuransi di pandan sebagai suatu perjanjian yang
termasuk dalam golongan perjanjian utang-utangan (Subekti, 2010 :217) .
Suatu perjanjian utang-utangan (konsevereenskomst) ialah suatu perjanjian
yang dengan sengaja digantungkan pada suatu peristiwa yang belum pasti
akan terjadi, peristiwa tersebut akan menentukan untung ruginya salah satu
pihak dalam perjanjan asuransi .
• Dalam suatu perjanjian asuransi dapat dikatakan bahwa
sejak awal sudah terdapat adanya kepentingan pada salah
satu pihak . Misalnya adalah seseorang pemilik rumah
sudah sejak awal berkepentingan agar rumahnya tidak
akan terbakar . Kepentinan itulah yang mendorong pemilik
rumah untuk mengadakan suatu perjanjian asuransi .
Tujuannya adalah agar risiko yang timbul akibat
terbakarnya rumah dapat dialihkan kepada pihak lain .
Lebih lanjut, terdapat pihak-pihak yang bersedia untuk
menerima pengalihan risiko asalkan mendapat kontra
pretasi berupa pembayaran uang premi yang memadai .
Apabla terjadi kebakaran pemilik rumah itu akan menerima
penggantian kerugian sehingga timbulnya kebakaran
tersebut berarti kerugian bagi pihak penanggung .
Sebalikya, apabila tidak pernah terjadi kebakaran maka
penanggung mendapat keuntungan berupa sejumlah uang
premi yang telah dibayar oleh tertanggung .
• Pengertian atau definisi autentik asuransi terdapat
dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang
merumuskan bahwa asuransi adalah
• “Perjanjian dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada
Tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
unuk memberian peggantian kepada Tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita
Tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran
yang idasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggung jawabkan .”
• Pemahaman kita atas pengertian atau definisi
tersebut akan lebih lengkap apabila
dibandingkan dengan pengertian tentang
asuransi yang terantum pada pasal 246 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang
berbunyi sebagai berikut .
• “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk
penggantian kepadanya karena suatu
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan yang munkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tidak tentu .”
• Di samping definisi autentik tersebut, para sarjana
mengajukan beberapa definisi dari sudut pandang
ilmunya masing-masing, antara lain sebagai berikut
• Prof. Wiryono Prodjodikoro, S.H .
• “Asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang
mnjamin berjanji kepada pihak yang di jamin, untuk
menerima sejumlah uang sebagai pengganti kerugian,
yang mungkin diderita oleh yang dijamin, karena akibat
dari suatu peristiwa yang belum jelas .”
• Prof. Mehr dan Cammack
• “Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi
risiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit
eksposur (exposure) dalam sejumlah yang memadai,
untuk membuat agar kerugian individu dapat
diperkirakan . Kemudian, kerugian yang dapat
diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang
tergabung .”
• Prof. Mark R. Green
• “Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang
bertujuan untuk mengurangi risiko, dengan jalan
mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan
sejumlah objek yang cukup besar jumlahnya,
sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh
dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu .”
• Definisi asuransi menurut C. Arthur William Jr. dan
Richard M. Heins dan sudut pandang hukum adalah
sebagai berikut
• 1.Asuransi adalah suatu pengaman terhadap
kerugian financial yang dilakukan oleh seorang
penanggung .
• 2.Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana
dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan
dana untuk menanggulangi kerugian finansial .
• Berdasarkan definisi hukum yang termuat dalam UU
Perasuransian dan KUHD, dapat dirumuskan empat unsur
pokok yang terdapat dalam suatu perjanjian asuransi
sebagai berikut .
• 1.Pihak tertanggung (insured), yaitu pihak yang berjanji
untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung
sekaligus atau secara berangsur . Dalam hubungan hukum
asuransi, tertanggung adalah pemegang polis .
• 2.Pihak penanggung (insurer/asuradur) yang berjanji aan
membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak
tertanggung sekaligus atau secara berangsur apabila
terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tertentu .
Penanggung selalu berbentuk sebuah perusahaan yang
digolongkan sebagai suatu bentuk dari perusahaan
perasuransian .
• 3.Suatu peristiwa yang tidak tertentu (evenemen) .
• 4.Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami
kerugian karena peristiwa yang tidak tertentu tersebut .
• Asuransi sebagai suatu perjanjian atau perikatan
sebagaimana perjanjian lainnya tunduk pada hukum
perikatan (the law contract) sebagaimana tercantum
dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tentang Perikatan . Oleh karena itu, syahnya suatu
perjanjian asuransi harus memenuhi syarat syahnya
perjanjian menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata), yaitu
• 1.sepakat mereka mengikatkan dirinya ;
• 2.kecakapan untuk membuat suatu perikatan ;
• 3.suatu hal tertentu ;
• 4.suatu sebab yang halal ;
• Adapun syarat sahnya perjanian menurut Pasal 1320
KUHPerdata tersebut telah diuraikan pada Bab III
tentang Hukum Perjanjian dan Perikatan .
PRINSIP-PRINSIP ASURANSI
• Kepentingan yang Dapat diasuransikan (Insurable
Interest)
• Maksud prinsip ini ialah bahwa hak untuk
mengasuransikan akan timbul apabila ada suatu
hubungan keuangan antara tertanggung dengan
yang diasuransikan dan di akui secara hukum .
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa untuk
suatu perjanjan asuransi harus ada kepentingan
yang nyata Seseorang dapat dikatakan mempunyai
insurable interest atas sebuah benda atau objek
lainnya apabila hilangnya atau rusaknya benda atau
objek tersebut menyebabkan kerugian finansial
atau kerugian lainnya kepada orang tersebut .
• Dengan kata lain, seseorang dikatakan memiliki
kepentingan atas objek yang diasuransian apabila
orang tersebut menderita kerugian keuangan
seandainya terjadi musibah yang menimbulkan
kerugian atau kerusakan atas objek tersebut .
Kepentingan keuangan ini memungkinkan orang
tersebut mengasuransian harta benda atau
kepentingannya . Apabila terjadi musibah atas
objek yang diasuransikan dan terbukti bahwa
orang tersebut tidak memiliki kepentingan
keuangan atas objek tersebut maka tertanggung
tidak berhak menerima ganti rugi . Misalnya,
seseorang tidak dapat mengasuransikan rumah
orang lain kecuali rumahnya sendiri atau rumah
lain tempat ia mempunyai kepentingan tertentu
pada rumah tersebut .
• Itikad Baik (Good Faith)
• Itikad baik merupakan sebuah tindakan untuk
mengungkakan secara akurat dan lengkap terhadap
semua fakta material (material fact) mengenai
sesuatu yang akan diasuransikan , baik diminta
ataupun tidak . Artinya adalah bahwa penanggung
harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala
sesuatu tentang luasnya syarat atau kondisi dari
asuransi dan tertanggung juga harus memberikan
keterangan yang jelas, teliti, dan benar atas objek
atau kepentinga yang dipertanggungkan, resiko-resiko
yang dijamin maupun yang dikecualikan . Prinsip ini
menjadi sangat penting karena secara umum
tertangung mengetahui lebih lengkap objek yang
akan diasuransikan dibandingkan dengan penanggung
. Lebih lanjut, perhitungan besarnya premi sangat
dipengaruhi oleh beban risiko .
• Sebab Akibat (Proximate Cause)
• Apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah
atau kecelakaan maka pertama-tama akan dicari sebab-sebab
yang efektif dan efisien yang dapat menggerakkan suatu
rangkaian peristiwa tanpa terputus hingga akhirnya terjadi
musibah atau kecelakaan tersebut . Sebuah prinsip ang
digunakan untuk mencari penyebab kerugian yang efektif dan
efisien adalah unbroken chain of events, yaitu suatu rangkaian
mata rantai peristiwa yang tidak terputus .
• Sebagai contoh adalah kasus klaim kecelakaan diri berikut ini
• 1.Seseorang mengendarai kendaraan di jalan tol dengan
kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik .
• 2.Korban luka parah dan dibawa kerumah sakit
• 3. Tidak lama kemudian, korban meninggal dunia
• Dari peristiwa tersebut, dapat diketahui bahwa kausa
prosikmalnya adalah korban mengendarai kendaraan dengan
kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik .
Melalui kausa prosikmal, akan dapat diketahui apakah penyebab
terjadinya musibah atau kecelakaan tersebut dijamin dalam
kondisi polis asuransi ataukah tidak ?
• Ganti Rugi (Indemnity)
• Ganti rugi merupakan suatu mekanisme saat
penanggung menyediakan kompensasi finansial
dalam upayanya menempatkan tertanggung
dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat
sebelum terjadinya kerugian (KUHD Pasal 252,
253, dan dipertegas dalam Pasal 278) .
• Apabila objek yang diasuransikan terkena musibah
sehingga menimbulkan kerugian maka
penanggung akan memberikan ganti rugi untuk
mengembalikan posisi keuangan tertanggung
setelah terjadi kerugian menjadi sama dengan
sesaat sebelum terjadi kerugian . Dengan
demikian, tertanggung tidak berhak memperoleh
ganti rugi lebih besar dari pada kerugian yang
diderita oleh tertanggung .
• Sebagai contoh, harga pasar kendaraan sebesar 200
juta rupiah, diasuransikan sebesar 200 juta rupiah .
Apabila terjadi musibah maka kendaraan tersebut
hilang dan harga pasar kendaraan saat itu
• 1. 200 juta rupiah maka tertanggung menerima ganti
rugi sebesar 200 juta rupiah ;
• 2. 225 juta rupiah maka tertanggung menerima ganti
rugi sebesar nilai yang diasuransikan, yaitu 200 juta
rupiah ;
• 3. 175 juta rupiah maka tertanggung menerima ganti
rugi sebesar harga pasar, yaitu 175 juta rupiah;
• Beberapa cara pembayaran ganti rugi, antara lain
• 1.pembayaran dengan uang tunai ;
• 2.perbaikan ;
• 3.penggantian ; atau
• 4.pemulihan kembali .
• Pengalihan (subrogation)
• Prinsip subrogasi diatur dalam Pasal 284 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang yang berbunyi
• “Apabila seorang penanggung telah membayar
ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung maka
penanggung akan menggantikan kedudukan
tertanggung dalam segala hal untuk menuntut
pihak ke tiga yang telah menimbulkan kerugian
pada Tertanggung .”
• Dengan kata lain, apabila tertanggung mengalami
kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak
ketiga maka penanggung, setelah memberikan
ganti rugi kepada tertangung, akan menggantikan
kedudukan tertanggung dalam mengajukan
tuntutan kepada pihak ketiga tersebut .
• Kontribusi (Contribution)
• Tertanggung dapat saja mengasuransikan harta
benda yang sama pada beberapa perusahaan
asuransi . Namun, apabila terjadi kerugian atas
objek yang diasuransikan maka secara otomatis
berlaku prinsip kontribusi . Prinsip kontribusi
berarti bahwa apabila penanggung telah
membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak
tanggung maka penanggung berhak menuntut
perusahaan-perusahaan lain yang terlibat
dalam suatu pertanggungan (secara bersama-
sama menutup asurasi harta benda milik
tertanggung) untuk membayar bagian kerugian
masing-masing yag besarnya sebanding dengan
jumlah pertanggungan yang ditutupnya .
• Sebagai contoh, tertanggung mengasuransikan satu unit bangunan rumah tinggal seharga
100 juta rupiah kepada tiga perusahaan asuransi berikut .
• Asuransi A sebesar Rp 100.000.000, 00. Asuransi B sebsar Rp 50.000.000, 00. dan asuransi C
sebesar Rp 50.000.000, 00 . Totalnya adalah Rp 200.000.000, 00 . Apabila bangunan
tersebut terbakar habis (mengalami kerugian total) maka maksimum ganti rugi yang
tertanggung peroleh dari
•  
• 100.000.000, 00
• Asuransi A = ------------------------------ x 100.000.000, 00 = Rp 50.000.000, 00
• 200.000.000, 00
•  
• 50.000.000, 00
• Asuransi B = ------------------------------- x 100.000.000, 00 = Rp 25.000.000, 00
• 200.000.000, 00
•  
•  
• 50.000.000, 00
• Asuransi C = ------------------------------- x 100.000.000, 00 = Rp 25.000.000, 00
• 200.000.000, 00
•  
•  
• Total (perhitungan) = Rp 100.000.000, 00. Berarti jumlah ganti rugi yang tertanggung terima
dari ketiga perusahaan asuransi tersebut bukanlah Rp 200.000.000, 00 melainkan Rp
100.000.000, 00 sesuai dengan harga rumah sebenarnya .
PEMBEDAAN JENIS-JENIS ASURANSI
• Pembedaan menurut Undang-Undang
Perasuransian
• Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
Perasuransian membedakan asuransi kedalam dua
jenis usaha perasuransian yang meliputi usaha
asuransi dan usaha penunjang asuransi . Usaha
asuransi terdiri atas (1) usaha asuransi kerugian,
(2) usaha asuransi jiwa, dan (3) usaha reasuransi .
Sementara itu, usaha penunjang asuransi terdiri
atas (1) usaha pialang asuransi, (2) usaha pialan
reasuransi, (3) usaha agen asuransi, (4) usaha
penilai kerugian asuransi, dan (5) usaha konsultan
aktuaria .
• Usaha Asuransi
• 1. Usaha asuransi kerugian
• Usaha asuransi kerugian adalah memberi jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan
manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti .
• 2. Usaha asuransi jiwa
• Usaha asuransi jiwa adalah memberi jasa dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup
atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan .
• 3. Usaha reasuransi
• Usaha reasuransi adalah usaha yang memberikan
jasa dalam pertanggungan utang terhadap risiko
yang di hadapi oleh perusahaan asuransi kerugian
dan/atau perusahaan asuransi jiwa .
• Usaha Penunjang Asuransi
• Usaha pialang asuransi
• Kegiatan pialang asuransi dijalankan oleh perusahaan asuransi .
Menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Perasuransian, yang
dimaksud dengan perusahaan pialang asuransi adalah
perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penutupan asuransi dan penanganan pe4nyelesaian ganti rugi
asuransi . Perusahaan pialang asuransi merupakan suatu badan
hukum yang dibentuk dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat akan suatu badan yang akan membantu mereka
dalam membeli produk asuransi dan mendampingi pada saat
terjadi klaim, dimana masyarakat tertanggung sangat awam
dengan kondisi dan persyaratan polis asuransi . Sebaliknya,
pihak perusahaan asuransi sangatlah paham dengan hal
tersebut . Oleh karena itu, pemerintah merasa perlu untuk
membentuk perusahaan pialang asuransi melalui peraturan,
yaitu Undang-Undang Asuransi Nomor 2 Tahun 1992 dengan
tujuan melindungi kepentingan masyarakat luas .
• Perusahaan pialang asuransi berbentuk badan hukum dan
harus memiliki izin dari Departemen Keuangan dengan
persyaratan cukup ketat dan diatur secara jelas dalam
Undang-Undang Asuransi Nomor 2 Tahun 1992, Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 dan Keputusan Meteri
Keuangan RI Nomor 226/ KMK.017/1993, serta peraturan
terbaru lainnya . Lebih lanjut, Peraturan Pemerintah
Nomor 73 Tahun 1992, Pasal 24 ayat (1) menegaskan
bahwa pialang asuransi wajib menjelaskan secara benar
kepada tertanggung tentang ketentuan isi polis, termasuk
hak dan kewajiban tertanggung .
• Keputusan Meteri Keuangan RI Nomor 226/
KMK.017/1993, mensyaratkan bahwa dalam
pembentukan perusahaan pialang asuransi harus
memenuhi kualifikasi tenaga ahli, penyelenggaraan usaha,
dan laporan pemeriksaan .
• Lebih lanjut, Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999
menegaskan bahwa perusahaan pialang asuransi harus memiliki
Polis Professional Indemnity/Liability .
• 1. Manfaat pialang asuransi
• Masyarakat Indonesia sebagian besar belum mengetahui
keberadaan pialang asuransi bahkan yang sudah
mengetahuinyapun masih belum memahami fungsi dan peranan
pialang asuransi bagi masyarakat . Hal ini terjadi karena
kurangnya informasi yang terseia dan kurangnya pendidikan
formal maupun nonformal yang ada, serta oleh asosiasi industri
asuransi . Adapun beberapa manfaat pialang asuransi untuk
masyarakat, antara lain
• a. mengenal dan menganalisis risiko yang dimiliki tertanggung ;
• b. memberikan saran bagaimana menangani risiko kepada
tertanggung ;
• c. mendesain program asuransi yang sesuai dengan kebutuhan
tertanggung ;
• d. menyeleksi perusahaan asuransi dari segi kekuatan keuangan
dan segi komitmen, serta reputasi ;
• e. mempresentasikan resiko dan menegosiasikan
ruang lingkup jaminan yang luas serta premi yang
bersaing kepada perusahaan asuransi ;
• f. memantau kondisi dan situasi setiap adanya
perubahan dalam industri asuransi secara konsisten ;
• g. membantu dan menangani klaim yang terjadi dari
segi prosedur dan dokumentasi serta
menegosiasikan nilai klaim yang wajar dan memadai
bagi tertanggung .
• Dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman
serta jumlah portofolio bisnis yang besar,
memudahkan pialang asuransi dalam
menegosiasikan luas jaminan dan harga premi
dibandingkan dengan tertanggung (jika tertanggung
berhubungan dan berhadapan langsung dengan
perusahaan asuransi) .
• Pialang asuransi mengerjakan beberapa pekerjaan perusahaan
asuransi yang mencakup
• a. memasarkan produk dan jasa perusahaan asuransi kepada
masyarakat luas ;
• b. menjelaskan kondisi polis kepada calon tertanggung ;
• c. mngumpulkan data risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung ;
• d. melaksanakan survei ke lokasi risiko ;
• e. melakukan seleksi risiko menyadurkannya kepada perusahaan
asuransi sesuai kebutuhan dan prosedur yang ada .
• Dengan demikian, perusahaan asuransi tidak perlu mengeluarkan
biaya akuisisi dalam mendapatkan bisnis dan tidak memiliki risiko
kehilangan biaya apabila mereka menolak menerima penutupan atas
suatu risiko karena biaya ini diinvestasikan oleh pialang asuransi .
• Dalam hal ini, tertangung tidak dibebani biaya tambahan atas jasa
dan pelayanan yang diberikan oleh pialang asuransi kepada
tertaggung, sehubungan dengan penutupan asuransi atas resiko
yang dimilikinya .
• 2. Fungsi pialang asuransi
• Fungsi pialang asuransi adalah sebagai berikut .
• a. Menempatkan risiko tertangung kepada
perusahaan asuransi (security first
class/bonafide) yang telah diseleksi, baik dari
segi manajemen maupun finansial dengan
kondisi jaminan yang luas dan dengan harga
premi yang bersaing (tidak lebih mahal) .
• b. Membantu mengurus dan pelayanan klaim
hingga ganti rugi memadai diterima dalam
kurun waktu yang relatif cepat oleh tertanggung
.
• c. Menjadi rekan kerja yang setia dan
terpercaya bagi tertanggung sepanjang tahun .
• Dalam menjalankan usahanya, perusahaan
pialang asuransi wajib memberikan keterangan
yang sejelas-jelasnya kepada penanggung tetang
objek asuransi ang dipertanggungkan dan wajib
menjelaskan secara benar kepada tertanggung
tentang ketentuan isi polis, termasuk mengenai
hak dan kewajiban tertanggung .
• Perusahaan pialang asuransi harus menjaga
perimbangan yang sehat antara jumlah premi
yang belum disetor kepada perusahaan asuransi
dan jumlah modal sendiri . Selain itu,
perusahaan pialang asuransi dilarang untuk
menerbitkan dokumen penutupan sementara
dan/atau polis asuransi .
• Usaha Pialang Reasuransi
• Kegiatan atau usaha pialang reasuransi dijalankan oleh perusahaan
pialang reasuransi, yaitu perusahaan yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan
penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk
kepentingan perusahaan asuransi (ceding company) .
•  
• Usaha Agen Asuransi
• Agen asuransi adalah seorang atau badan hukum yang kegiatannya
memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas
nama penanggung . Agen asuransi wajib memiliki perjanjian
keagenan dengan perusahaan asuransi yang di ageni . Semua
tindakan agen asuransi yang berkaitan dengan transaksi asuransi
menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi yang diageni . Agen
asuransi dalam menjalankan kegiatannya harus memberikan
keterangan yang jelas kepada calon tertanggung tentang program
asuransi yang dipasarkan dan ketentuan isi polis, termasuk
mengenai hak dan kewajiban calon tertanggung .
• Usaha Penilai Kerugian Asuransi
• Perusahaan penilai kerugian asuransi adalah
perusahaan yang memberikan jasa penilaian terhadap
kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan .
Setiap perusahaan penilai kerugian asuransi dalam
menjalankan usahanya harus mempergunakan
keahlian berdasarkan norma profesi yang berlaku .
•  
• Usaha Konsultan Aktuaria
• Perusahaan konsultan aktuaria adalah perusahaan
yang memberikan jasa aktuaria kepada perusahaan
asuransi dan dana pension dalam rangka pembentukan
dan pengelolaan suatu program asuransi dan/atau
program pensiun . Lebih lanjut, setiap perusahaan
konsultan aktuaria dalam menjalankan kegiatan
usahanya harus mempergunakan keahlian berdasarkan
norma profesi yang berlaku .
Pembedaan Menurut Ilmu
Pengetahuan
• Ilmu pengetahuan hukum asuransi membedakan
asuransi menjadi tiga jenis asuransi, yaitu (1)
asuransi kerugian, (2) asuransi sejumlah uang, dan
(3) reasuransi .
• Buku ini tidak membahas perbedaan asuransi
menurut Undang-Undang Perasuransian dan
menurut ilmu pengetahuan . Pembahasan
mengenai asuransi dalam buku ini akan
memberikan uraian mengenai apa yang ada dalam
asuransi menurut Undang-Undang Perasuransian
maupun menurut ilmu pengetahuan.
• Asuransi Kerugian ( Losses Insurance )
• Asuransi kerugian adalah asuransi yang bertujuan untuk
mendapatkan suatu penggantian kerugian yang mungkin
ditimbulkan oleh suatu kejadian . Asuransi kerugian ini
memberikan jasa dalam menangulangi risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti .
• Asuransi kerugian merupakan asuransi untuk kerugian
akarena kerusakan atau kemusnahan harta benda yang di
pertanggungkan karena suatu hal atau bahaya yang
disebut dengan polis asuransi . Kerugian dapat berupa
benda tetap, seperti rumah, pabrik, ataupun benda tidak
tetap, seperti kendaraan bermotor dan kapal . Asuransi
kerugian tidak hanya terhadap harta benda tertanggung
yang diasuransikan saja, tetapi juga termasuk tanggung
jawab terhadap pihak ketiga . Kerugian tersebut dapat
berupa kerugian keuangan, kerugian material, dan fisik .
• Misalnya adalah tertanggung mengendarai mobilnya
yang dipertanggungkan (diasuransikan) . Mobil
tertangung ini tiba-tiba menabrak kendaraan pihak lain
(pihak ketiga) dan mengakibatkan kerusakan pada
kendaraan pihak ketiga tersebut . Adapun beberapa
macam asuransi kerugian, antara lain asuransi kebakaran,
asuransi kendaraan bermotor, asuransi kapal, asuransi
konstruksi, asuransi pemasangan mesin, asuaransi
pengangkutan barang, dan sebagainya .
• Agar suatu kerugian potensial (yang mungkin terjadi)
dapat diasuransika (insurable) maka harus memiliki
karakteristik, antara lain (1) terjadinya kerugian
mengandung ketidak pastian, (2)kerugian harus dibatasi,
(3) kerugian harus signifikan, (4) rasio kerugian dapat
terprediksi dan (5) kerugian tidak bersifat katasropis
(bencana) bagi penanggung .
• Penentu jumlah santunan pada asuransi kerugian
ditentukan berdasarkan jumlah kerugian financial yang
sesungguhnya sehingga asuransi kerugian bisa juga
disebut kontrak indemnitas (indemnity contract) .
Kegiatan asuransi kerugian hanya dapat dilakukan oleh
perusahaan asuransi yang memperoleh izin untuk
melakukan usaha asuransi kerugian, termasuk asuransi
. Lebih lanjut, perusahaan asuransi kerugian tidak
dapat melakukan usaha asuransi jiwa .
• Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Perasuransian
dijelaskan bahwa perusahaan asuransi adalah
perusahaan yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan
manfaat, dan tanggung jawab hukum terhadap pihak
ketiga yang timbul arti peristiwa yang tidak pasti .
• Asuransi Sejumlah Uang (Sum Insurance)
• Asuransi sejumlah uang meliputi asuransi jiwa dan
asuransi sosial . Pembagian ini berdasarkan rumusan
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Perasuransian sebagai
berikut
• “Asuransi dan pertanggungan adalah perjanjian antar
dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi, memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa
yang tidak pati, atau memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang
yang dipertanggungkan .”
• Pembahasan tentang asuransi sejumah uang dalam buku ini
akan difokuskan pada asuransi jiwa . Lebih lanjut, yang
dimaksud dengan asuransi jiwa menurut Pasal 1 butir 1
Undang-Undang Perasuransian adalah
• “Perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasrkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
diasuransikan .”
• Jika seseoarang dapat diasuransikan untuk keperluan orang
yang berkepentingan baik selama hidupnya maupun untuk
waktu yang ditentukan dalam perjanjian . Orang yang
berkepentingan dapat mengadakan asurasi bahkan tanpa
diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya .
Jadi, setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya . Asuransi
jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga .
Asuransi jiwa dapat di adakan selama hidup atau selama jangka
waktu tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian .
• Pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik
disebut penanggung dan tertanggung . Penanggung
dengan menerima premi memberikan pembayaran, tanpa
menyebutkan kepada orang yang ditunjuk sebagai
penikmatnya .
• Besarnya santunan atau penggantian dalam asuransi jiwa
adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada
saat diadakan asuransi sebagai jumlah santunan yang
wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat dalam
hal terjadi evenemen, atau pengembalian kepada
tertanggung seniri dalam hal berakhirnya jangka waktu
asuransi tanpa terjadi evenemen . Menurut ketenuan
Pasal 305 KUHD, diperkirakan jumlah dan syarat-syarat
asuransi sama sekali ditentukan oleh perjanjian bebas
antara tertanggung dan penanggung . Dengan adanya
perjanjian bebas tersebut, asas kepentingan dan asas
keseimbangan dalam asuransi jiwa dapat
dikesampingkan .
• Penanggung, Tertanggung dan Penikmat
• Dalam hukum asuransi, minimal terdapat dua pihak, yaitu
penanggung dan tertanggung . Penanggung adalah pihak
yang menanggung beban risiko sebagai imbalan premi yang
diterimanya dari tertanggung . Apabila terjadi peristiwa
yang tidak tertentu (evenemen) yang menjadi beban
penanggung maka penanggung berkewajiban untuk
mengganti kerugian . Dalam asuransi jiwa, apabila terjadi
evenemen matinya tertanggung maka penanggung wajib
membayar uang santunan atau apabila berakhirnya jangka
waktu asuransi tanpa terjadi evenemen maka penanggung
wajib membayar sejumlah uang pengembalian kepada
tertanggung . Penanggung adalah perusahaan asuransi jiwa
yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang
dikaitkan dengan jiwa atau matinya seseorang yang
diasuransikan . Perusahaan asuransi jiwa merupakan badan
hukum milik swasta atau badan hukum milik negara .
• Asuransi jiwa dapat diadakan untuk kepentingan pihak
ketiga dan hal ini harus dicantumkan dalam polis .
Menurut teori, kepentingan pihak ketiga (the third
interest theory) dalam asuransi jiwa, pihak ketiga
yangberkepentingan itu disebut penikmat . Penikmat
dapat berupa orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau
ahli waris tertanggung . Lebih lanjut, penikmat muncul
apabila terjadi evenemen meninggalnya tertanggung .
Dalam hal ini, tertanggung yang meningal tidak mungkin
dapat menikmati santunan, tetapi penikmat yang ditunjuk
atau ahli waris tertanggunglah sebagai yang berhak
menikmati santunan . Namun, bagaimana halnya jika
asuransi tersebut berakhir tanpa terjadi evenemen
meninggalnya tertanggung ? Dalam hal ini, tertanggung
sendiri yang berkedudukan sebagai penikmat karena dia
sendiri masih hidup dan berhak menikmati pengembalian
sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung .
• Apabila penanggung bukan penikmat maka hal ini
dapat disamakan dengan asuransi jiwa untuk
kepentingan pihak ketiga . Penikmat selaku pihak
ketiga tidak mempunyai kewajiban membayar premi
terhadap penanggung . Asuransi diadakan untuk
kepentingannya, tetapi tidak atas tanggung
jawabnya . Apabila tertanggung mengasuransikan
jiwanya sendiri maka tertanggung sendiri
berkedudukan sebagai penikmat yang berkewajiban
membayar premi kepada penanggung . Dalam hal
ini, tertanggung adalah pihak dalam asuransi dan
sekaligus penikmat yang berkewajiban untuk
membayar premi kepada penanggung . Lebih lanjut,
asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga
(penikmat) harus dicantumkan dalam polis .
• Evenemen dalam Asuransi Jiwa
• Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang isi
polis, tidak ada ketentuan keharusan mencantumkan
evenemen dalam polis asuransi jiwa . Berbeda dengan
asuransi kerugian, Pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai
isi polis mengharuskan pencantuman bahaya-bahaya
yang menjadi beban penanggung . Mengapa tidak
adanya keharusan untuk mencantumkan bahaya yang
menjadi beban penanggung dalam polis asuransi
jiwa ? Dalam asuransi jiwa, yang dimaksud dengan
bahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya
diasuransikan . Meninggalnya seseorang itu
merupakan hal yang sudah pasti . Setiap makhluk
bernyawa pasti mengalami kematian . Akan tetapi,
kapan meninggalnya seseorang tidak dapat
dipastikan . Inilah yang disebut peristiwa tidak pasti
(evenemen) dalam asuransi jiwa .
• Evenemen ini hanya satu, yakni ketidak pastian
kapan meninggalnya seseorang sebagai salah
satu unsur yang dinyatakan dalam definisi
asuransi jiwa . Karena evenemen ini hanya satu
maka tidak perlu dicantumkan dalam polis .
Ketidak pastian kapan meninggalnya seseorang
tertanggung atau orang yang jiwanya
diasuransikan merupakan risiko yang menjadi
beban penanggung dalam asuransi jiwa .
Evenemen meningalnya tertangung berisi dua
pernyataan, yaitu meninggalnya itu benar-
benar terjadi dalam jangka watu asuransi dan
benar-benar tidak terjadi sampai jangka waktu
asuransi berakhir . Kedua-duanya menjadi
beban penanggung .
• Uang Santunan dan Pengembalian
• Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar
oleh penanggung kepada penikmat dalam hal
meninggalnya tertangung sesuai dengan kesepakatan
yang tercantum dalam polis . Penikmat yang dimaksud
adalah orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau orang
yang menjadi ahli warisnya sebagai yang berhak
menerima dan menikmati santuan sejumlah uang yang
dibayar oleh penanggung . Pembayaran santunan
merupakan akibat terjadinya peristiwa, yaitu
meninggalnya tertanggung dalam jangka waktu berlaku
asuransi jiwa .
• Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa
tidak terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung maka
tertanggung sebagai pihak dalam asuransi jiwa berhak
memperoleh pengembalian sejumlah uang dari
penanggung yang jumlahnya telah ditetapkan
• Dalam hal ini, terdapat perbedaan dengan asuransi
kerugian . Pada asuransi kerugian, apabila asuransi
berakhir tanpa terjadi evenemen, premi tetap
menjadi hak penanggung . Sementara itu, pada
asuransi jiwa, premi yang telah diterima
penanggung dianggap sebagai tabungan yang
dikembalikan kepada penabung, yaitu tertanggung .
• Perbedaan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa,
penetapan besarnya nilai santunan (uang
pertanggungan) ditentuka dimuka sebelum
terjadinya peristiwa yang tidak pasi tersebut .
Dengan kata lain, nilai pertanggungan tidak
berdasarkan pada kerugian nyata karena dalam
asuransi jiwa kerugian nyata secara finansial sulit
diukur nilainya .
• Kebutuhan Jaminan yang Dapat Dipenuhi
oleh Asuransi Jiwa
• Kebutuhan jaminan yang dapat dipenuhi oleh
asuransi jiwa mencakup kebutuhan pribadi
dan kebutuhan bisnis .
• 1. Kebutuhan pribadi
• Kebutuhan pribadi meliputi penyediaan biaya-
biaya hidup final, seperti biaya yang berkaitan
dengan kematian, biaya pembayaran tagihan
berupa utang atau pinjaman yang harus
dilunasi, tunjangan keluarga, biaya pendidikan,
dan uang pensiun . Selain itu, polis asuransi
jiwa yang memiliki nilai tunai dapat digunakan
sebagai tabungan maupun investasi .
• 2. Kebutuhan bisnis
• Kebutuhan bisnis, seperti, insurance on key persons
(asuransi untuk orang-orang penting dalam
perusahaan), insurance on business owners (asuransi
untuk pemilik bisnis), employee benefit (kesejahteraan
karyawan), contohnya asuransi jiwa dan kesehatan
kumpulan .
• Kegiatan atau usaha asuransi jiwa hanya dapat
dilakukan oleh perusahaan asuransi yang memperoleh
izin untuk melakukan usaha asuransi jiwa . Perusahaan
asuransi jiwa tidak dapat melakukan usaha asuransi
kerugian . Adapun yang dimaksud dengan perusahaan
asuransi jiwa menurut Pasal 1 butir 6 Undang-Undang
Perasuransian adalah “Perusahaan yang memberikan
jasa dalam penanggulangan risiko yang berkaitan
dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan .”
• Reasuransi
• Reasuransi adalah asuransi kembali oleh penanggung, baik
seluruh maupun sebagian resiko yang telah ditanggungnya
kepada penanggung lain atau proses ketika penanggung
mengatur dengan satu atau beberapa penanggung lainnya
dalam membagi risiko pada reasuransi .
• Pasal 3 huruf a butir 3 Undang-Undang Perasuransian
menyebutkan adanya usaha reasuransi, yaitu “Usaha yang
memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap
risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan
atau Perusahaan Asuransi Jiwa .”
•  
• Subjek (para Pihak) dalam Reasuransi
• Subjek dalam reasuransi meliputi ceding company,
perusahaan yang mereasuransikan resikonya dan reasuradur,
perusahaan yang menerima pertanggungan ulang dari
ceding company .
• Prinsip-prinsip dalam Reasuransi
• Prinsip-prinsip dalam reasuransi mencakup
sebagai berikut .
• 1.Perjanjian reasuransi antara ceding company
dan reasuradur yang harus dibuat secara tertulis
merupakan perjanjian terpesah dan berdiri
sendiri dengan perjanjian antara tertanggung
dan penanggung .
• 2.Tertanggung tidak mempunyai hak apapun
terhadap reasuradur .
• 3.Apabila reasuradur mengalami pailit ataupun
tidak membayar suatu klaim yang valid, ceding
company (penanggung) tetap harus bertangung
jawab kepada tertanggung sesuai dengan polis
yang dikeluarkannya .
• 4. Apabila ceding company pailit, reasuradur tetap
bertanggung jawab kepada ceding company sesuai dengan
perjanjian reasuransi yang telah dibuatnya .
• 5. Reasuradur tidak mempunyai hak terhadap segala
kesalahan yang dilakukan oleh tertanggung .
•  
• Fungsi Reasuransi
• Fungsi reasuransi, antara lain menaikkan kapasitas ekseptasi
perusahaan asuransi dan mendukung stabilitas keuangan
perusahaan asuransi . Dalam praktiknya, apabila prosedur
yang ersangkutan menampung risiko yang banyak,
perusahaan tersebut dapat melemparkan kembali sebagian
risiko yang dimaksud dengan perusahaan reasuransi lain,
baik di dalam maupun di luar negeri . Lebih lanjut, peraturan
pemerintah mengharuskan perusahaan asuransi di Indonesia
tidak boleh menahan risiko (retensi sendiri) melebihi 10% x
modal sendiri . Cara inilah yang disebut retrosesi .
Bab 10 . Hukum Anti Monopoli dan
Persaingan Usaha
• Seiring dengan kecenderungan globalisasi
perekonomian serta dinamika dan
perkembangan swasta sejak awal tahun 1990-
an . Peluang-peluang usaha yang tercipta pada
tiga dasawarsa sebelumnya, dalam kenyataannya
belum membuat seluruh masyarakat mampu dan
dapat berpartisipasi dalam pembangunan dalam
berbagai sektor ekonomi . Perkembangan usaha
swasta selama periode tersebut, di satu sisi
diwarnai oleh berbagai bentuk kebijakan
pemerintah yang kurang tepat sehingga pasar
menjadi terdistorsi .
• Di sisi lain, perkembangan usaha swasta dalam
kenyataannya sebagian besar merupakan perwujudan
dari kondisi persaingan usaha yang tidak sehat . Situasi
dan kondisi tersebut menuntut bangsa Indonesia
mencermati dan menata kembali kegiatan usaha di
Indonesia . Hal ini bertujuan agar dunia usaha dapat
tumbuh dan berkembang secara sehat dan benar
sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang sehat,
antara lain dalam bentuk praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat yang merugikan masyarakat
dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial .
• Berdasarkan uraian diatas maka disusunlah tatanan
hukum antimonopoli dan persaingan usaha yang
dituangkan dalam produk hukum berupa Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut
dengan UU Antimonopoli) .
• PENGERTIAN MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT
• Pasal 1 butir 1 UU Antimonopoli memberikan pengertian bahwa
monopoli adalah penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran
baran dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh suatu pelaku
usaha atau satu kelompok usaha .
• Pengertian monopoli berkaitan erat dengan istilah praktik monopoli,
yaitu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau
pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum (Pasal1 butir 2 UU Antimonopoli) .
• Kondisi kegiatan usaha lainnya yang sama berbahayanya dengan
praktik monopoli sekaligus dapat merugikan kepentingan umum
adalah persaingan usaha tidak sehat . Pasal 1 butir 6 UU
Antimonopoli memberikan pengertian bahwa persaingan tidak
sehat adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha .
ASAS DAN TUJUAN HUKUM
ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA

• Asas
• Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan
kegiatan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara kepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum .
• Tujuan
• Hukum antimonopoli dan persaingan usaha diciptakan untuk
• 1.menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkitkan kesejahteraan
rakyat ;
• 2.mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan
pelaku usaha kecil ;
• 3.mencegah pratik monopoli dan/atau persaingan tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha ;
• 4.terciptanya efektifitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha
• Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka pada hukum anti monopoli
dan persaingan usaha yang tertuang dalam UU Antimonopoli mengatur
beberapa perjanjian yang dilarang dan kegiatan yang dilarang yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat .
PERJANJIAN YANG DILARANG
• Salah satu hal yang diatur dalam UU Atimonopoli adalah
dilarangnya perjanjian-perjanjian tertentu yang dianggap
dapat menimbulkan monopoli dan/atau persaingan usaha
tidak sehat . Mengenai apa yang dimaksud dengan kata
perjanjian telah diatur secara tegas dalam Pasal1 butir 7 UU
Antimonopoli yang menyatakan bahwa “Perjanjian adalah
suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk
mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain
dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis .”
• Lebih lanjut, perjanjian yang dilarang dalam hukum
antimonopoly adalah perjanjian yang terjadi atau
mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat yang meliputi sebagai berikut :
• Oligopoli
• Perjanjian yang dilarang adalah dalam bentuk oligopoly .
Pengertian oligopoli berdasarkan UU Antimonopoli Pasal 4
ayat (1) dan (2) adalah sebagai berikut .
• 1.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain secara bersama-sama dalam melakukan
penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan/atau persaingan tidak sehat .
• 2.Pelaku usaha patut atau dianggap secara bersama-sama
melakukan penguasaan produksi dan/atau pemasaran
barang dan/atau jasa, sebagai yang dimaksud huruf a,
apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima
persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu .
• Karakteristik barang yang biasanya diperdagangkan di
pasar oligopoli, antara lain .
• 1.barang yang diperdagangkan biasanya barang homogen,
misalnya bensin, minyak mentah, tenaga listrik, batu bara,
kaca, bahan bangunan, pupuk, pipa dan baja ;
• 2.struktur pasar oligopoly biasanya ditandai dengan
kekuatan pasar pelaku usaha yang kurang lebih sebanding
dengan pelaku usaha sejenis lainnya, dari segi modal
maupun segmen . Namun, tidak tertutup kemungkinan
pada pasar yang heterogen pun terjadi oligopoli ;
• 3.hanya sedikit perusahaan dalam industri ;
• 4.pengambilan keputusan yang saling memengaruhi ;
• 5.kompetisi nonharga .
• Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa oligopoly adalah
monopoli oleh beberapa pelaku usaha (monopoly by a few) .
Oligopoli dapat juga diartikan sebagai sebuah kondisi ekonomi
ketika hanya ada beberapa perusahaan yang menjual barang
atau produk yang sama atau standar . Lebih lanjut, oligopoli
didefinisikan sebagai keadaan pasar yang produsen penjual
barang hanya sedikit sehingga mereka atau seseorang dari
mereka dapat memengaruhi harga (Rokan, 2010 : 76) .
• Sementara itu, pasar oligopoli adalah pasar dimana penawaran
suatu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan .
Umumny, jumlah perusahaan lebih dari dua, tetapi kurang dari
sepuluh . Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan
memosisikan dirinya sebagai bagian yang terkait dengan
permainan pasar, keuntungan yang mereka dapatkan
tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka .
• Oleh karena itu, semua usaha promosi, iklan, pengenalan
produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan
dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing
mereka . Lebih lanjut, strutur pasar oligopoli umumnya
terbentuk dari industri-industri yang memiliki capital
intensive yang tinggi, seperti industri semen, industri mobil,
dan industri kertas .
• Praktik oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu
upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan potensial
untuk masuk ke pasar . Selain itu, tujuan perusahaan-
perusahaanmelakukan oligopoli adalah sebagai salah satu
usaha untuk menikmati laba normal dibawah tingkat
maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas hingga
kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan
praktik oligopoli menjadi tidak ada .
Penetapan Harga (Price Fixing)
• Perjanjian penetapan harga yang dilarang dalam UU
Antimonopoli meliputi empat jenis perjanjian, yaitu
(1) penetapan harga (price fixing),
• (2) diskriminasi harga (price discrimination),
• (3) perjanjian atau penetapan harga di bawah harga
pasar atau jual rugi (predatory pricing), dan
• (4) pengaturan harga jual kembali (resale price
maintenance) .
• Penetapan Harga (Price Fixing)
• Larangan perjanjian penetapan harga terdapat dalam pasal 5 UU
Antimonopoli . Yang dimaksud dengan larangan penetapan harga
adalah pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan/atau
jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama .
• Perjanjian penetapan harga dilarang karena penetapan harga bersama-
sama akan menyebabkan tidak dapat berlakunya hukum pasar tentang
harga yang terbentuk dari adanya penawaran dan permintaan .
Namun, larangan perjanjian penetapan harga ini dikucualikan terhadap
dua hal, yaitu
• 1. perjanjian yang didasarkan oleh suatu undang-undang yang berlaku,
termasuk dalam hal ini penetapan harga yang diizinkan atau
dikoordinasikan oleh pemerintah ;
• 2. perjanjian penetapan harga yang dibuat dalam suatu usaha
patungan (joint venture) .
• Penetapan harga dapat dilakukan dengan
memberikan tanda kepada pelaku usaha lainnya
dengan bentuk menaikkan harga yang disebut
dengan price signaling dan juga dengan membuat
pengumumam di media masa yang
mengidentifikasikan bahwa perlu kenaikan harga
yang disebut tacit collusion . Perjanjian penetapan
harga dapat dilakukan secara terbuka ataupun
disamarkan yang pada dasarnya mencederai asas
persaingan . Hal ini karena perjanjian penetapan
harga akan menjadikan harga lebih tinggi, bukan
harga pasar sehingga tindakan tersebut akan
merugikan konsumen dengan bentuk harga yang
lebih tinggi dan jumlah barang yang tersedia sedikit .
• Diskriminasi Harga (Price Dircriminstion)
• Pasal 6 UU Antimonopoli menegaskan bahwa pelaku usaha dilarang
membuat perjanjiaan yang mengakibatkan pembeli yang satu
harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus
dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan/atau jasa yang sama .
• Hal yang dilarang pada ketentuan ini adalah membuat perjanjian
yang memberlakukan diskriminasi terhadap kedudukan konsumen
yang satu dengan yang lainnya dengan cara memberikan harga
yang berbeda-beda terhadap barang atau jasa yang sama . Namun
demikian, dapat saja terjadi harga yang berbeda antara konsumen
satu dengan yang lain yang disebabkan oleh perbedaan biaya
seperti promosi (Rokan, 2010 : 92) . Oleh karena itu, dalam teori
ilmu hukum, dikenal beberapa macam diskriminasi harga, antara
lain
• 1.diskriminasi harga primer ;
• 2.diskriminasi harga sekunder ;
• 3.diskriminasi harga umum ;
• 4.diskriminasi harga geografis ;
• 5.diskriminasi harga tingkat pertama ;
• 6.diskriminasi harga tingkat kedua ;
• 7.diskriminasi harga secara langsung ;
• 8.diskriminasi harga secara tidak langsung .
• Tidak semua pemberian harga yang berbeda tersebut dilarang oleh
hukum antimonopoli . Karena apabila biaya yang dikeluakan oleh
penjual untuk satu konsumen dengan konsumen lainnya berbeda
maka harga secara logis tentu akan berbeda-beda pula .Misalnya,
barang yang diambil dari tempat yang jauh memakan biaya yang
tinggi tentu akan menaikkan harga . Oleh karena itu, secara teknis,
diskriminasi harga baru layak dilarang oleh hukum antimonopoli
manakala perbedaan harga terhadap konsumen yang satu dengan
konsumen yang lainnya pada prinsipnya bukan cermin dari
perbedaan harga dasar (marginal cost) yang dikeluarkan oleh
penjual .
• Penetapan Harga di Bawah Harga Pasar atau Jual Rugi
(Predatory Pricing)
• Pasal 7 UU Antimonopoli menegaskan pelaku usaha dilarang
dalam membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menetapkan harga dibawah harga pasar yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat .
• Larangan tersebut berlaku apabila penetapkan harga dibawah
harga pasar tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat . Larangan melakukan
perjanjiaan yang berisikan penetapan harga barang atau jasa
dibawah harga pasar atau penetapan harga dibawah biaya
marginal atau juga yang dikenal dengan istilah praktik
antidumping dimaksudkan agar pesaingnya mengalami
kerugian karena barang atau jasanya tidak laku, padahal harga
barang atau jasanya sesuai engan harga pasar .
• Apabila perjanjian yang menetapkan harga di
bawah harga pasar ini tidak dilarang maka pihak
atau pelaku usaha yang tidak kuat modal tentu
tidak sanggup berkompetisi karena persaingan
harga tidak mungkin dilakuan . Umumnya,
apabila pihak pesaing satu demi satu gulung
tikar karena barang atau jasanya tidak laku
dipasar, pihak yang membuat
perjanjianpenetapan harga tersebut kembali
menaikkan harga dengan harga yang tinggi
karena tidak mempunyai pesaing berarti di
pasar . Hal ini akan sangat merugikan konsumen
(Margono, 2009 : 88) .
• Penetapan Harga Jual Kembali (Resale Price
Maintenance)
• Pasal 8 UU Antimonopoli mengatur bahwa pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
yang memuat persyaratan bahwa penerima barang
dan/atau jasa tiak akan menjual atau memasok kemali
baran dan/atau jasa yang diterimanya dengan harga yang
lebih rendah dari pada harga yang telah diperjanjikan
sehinga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat . Berdasarkan isi undang-undang
tersebut, dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya pihak
pembeli bebas untuk menetapkan harga jual dari barang
atau jasa yang sudah dibelinya sesuai dengan
permintaan dan penawaran yang ada di pasar .
• Perjanjiaan Pembagian Wilayah Pemasaran atau Alokasi Pasar
(Market Division)
• Pasal 9 UU Antimonopoli mengatur bahwa pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau lokasi
pasar terhadap barang dan/atau jasa sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat .
• Ketentuan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindari
terjainya kasus-kasus kartel secara khusus di daerah tertentu
Adanya pembagian wilayah akan menghilangkan kemungkinan
bagi pasar lain untuk memilih jasa yang ditawakan di pasar
tersebut . Dengan kata lain, pembagian wilayah bertujuan
untuk mnghindari terjadinya persaingan usaha di antara pelaku
usaha yang saling bersaing sehingga pelaku usaha menaikkan
dan mendapatkan keuntungan besar .
• Perjanjian pembagian wilayah dapat bersifat horizontal
maupun vertikal . Perjanjian ini dilarang karena pelaku usaha
meniadakan atau mengurangi persaingan cara pembagian
wilayah pasar atau alokasi pasar .
• Perjanjian yang dilakukan bertujuan untuk membagi pasar
dari segi daerah atau dari segi produk . Pelaku usaha yang
melakukan usaha pada pasar bersangkutan berjanji untuk
tidak memasok baran atau jasa yang sama di wilayah
geografis tertentu yang telah dialokasikan kepada mitanya
didalam pasar yang bersangkutan .
• Pembagian wilayah pemasaran adalah cara untuk
menghindari atau mengurangi persaingan yang dapat
ditempuh oleh pelaku usaha yang saling bersaing dalam satu
bidang usaha sehinga satu pasar dapat dikuasai secara
eksklsif oleh masing-masing pelaku usaha .
• Perjanjian Pemboikotan (Group Boicot)
• Perjanjian pemboikotan merupakan salah satu bentuk
strategi yang dilakukan diantara pelaku usaha untuk
mengusir pelaku usaha lain dari pasar yang sama . Selain
itu, perjanjian ini dapat digunakan untuk mencegah pelaku
usaha yang berpotensi menjadi pesaing untuk masuk
kedalam pasar yang sama yang kemudian pasar tersebut
dapat terjaga hanya untuk kepentingan pelaku usaha yang
terlibat dalam perjanjian pemboikotan tersebut . Dengan
terusirnya pelaku usaha pesaing dan tidak dapat masuknya
pelaku usaha yang berpotensi menjadi pesaing kedalam
pasar yang sama, akan berakibat terhadap semakin
menurunnya tingkat persaingan dan kemudian membuat
pelaku usaha yang ada di dalam pasar melakukan praktik-
praktik yang antipersaingan, seperti melakukan praktik
price fixing, pembagian wilayah dan kartel .
• Agar praktik pemboikotan yang dilakukan para pelaku
usaha yang berada di pasar dapat berjalan sukses,
diperlukan partisipasi yang luas mungkin dari pelaku usaha
yang ada di dalam pasar yang bersangkutan . Hal ini apabila
tidak adanya dukungan atau keterlibatan secara luas, para
pelaku usaha yang ada di dalam pasar pemboikotan
biasanya akan sulit berhasil .
• Adanya perjanjian pemboikotan yang dilakukan oleh para
pelaku usaha yang ada di dalam pasar membuat jumlah
pelaku usaha yang ada di pasar tidak dapat bertambah .
Lebih lanjut, apabila didalam sebuah pasar hanya terdapat
sedikit pelaku usaha yang menjalankan usahanya, hal ini
dapat berdampak berkurangnya pilihan konsumen untuk
memilih pelaku usaha yang kemungkinan dapat
memberikan kepuasan terbesar kepada konsumen .
• Perwujudan dari perjanjian pemboikotan biasanya adalah
pelaku usaha yang terlibat dalam perjanjiaan pemboikotan
diharuskan untuk menolak dalam menjual setiap barang
atau jasa dari pelaku usaha lain . Pelaku usaha lain yang
dimaksud adalah pelaku usaha yang menjadi korban dari
perjanjian pemboikotan sehingga pelaku usaha yang
menjadi korban dari perjanjiaan pemboikotan tersebut
akan mengalami kesulitan dalam menjual atau membeli
setiap barang atau jasa di pasar yang bersangkutan .
• Pemboikotan dapat juga dilakukan secara tidak langsung,
misalnya dengan cara para pelaku usaha yang terlibat
dalam perjanjiaan pemboikotan meminta kepada pelaku
usaha yang menjadi pemasok dari produk mereka untuk
tidak memasok barang yang sama kepada pelaku usaha
yang menjadi target dari perjanjian pemboikotan .
• Dengan demikian, apabila si perusahaan pemasok tidak
mengindahkan larangan tersebut maka para pelaku usaha
yang melakukan pemboikotan akan memutuskan
hubungan dengan perusahaan pemasok tersebut dan
akan mencari perusahaan pemasok lain . Melihat dampak
yang sangat besar terhadap persaingan maka dalam
berbagai hukum persaingan usaha di banyak negara,
perjanjian pemboikotan dianggap sebagai hambatan
terhadap persaingan usaha yang mendapatkan perhatian
yang serius . Hal ini karena dengan terjadinya praktik
perjanjian pemboikotan telah menghilangkan salah satu
prasyarat persaingan yang sangat penting, yaitu
menghalangi pelaku usaha untuk masuk kedalam pasar .
• Ada dua macam perjanjiaan pemboikotan yang dilarang
dalam Pasal 10 UU Antimonopoli sehubungan dengan
perjanjian pemboikotan sebagai berikut .
• 1.Perjanjian yang dapat menghalangi pelaku usaha lain
(pihak ketiga) untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk
tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri .
• 2.Perjanjian untuk menolak dalam menjual setiap barang
dan/atau jasa dari pelaku usaha lain (pihak ketiga) sehingga
perbuatan tersebut
• a. merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku
usaha lain ; atau
• b. membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau
membeli setiap barang dan/atau jasa dari pasar
bersangkutan .
• Perjanjian Kartel (Cartel)
• Larangan perjanjiaan kartel diatur dalam Pasal 11 UU
Antimonopoli yang menyatakan bahwa
• “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya yang bermaksud untuk memengaruhi harga dengan
mengatur produksi dan/atau pemasaran suatu barang dan atau
jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat .”
• Perjanjian kartel merupakan salah satu perjanjian yang kerap kali
terjadi dalam praktik monopoli . Secara sederhana, kartel adalah
perjanjian satu pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menghilangkan persaingan diantara keduanya . Dengan
kata lain, kartel (cartel) adalah kerjasama dari produsen-
produsen produk tertentu yang bertujuan untuk mengawasi
produksi, penjualan, serta harga untuk melakukan monopoli
terhadap komoditas atau industri tertentu (Nugroho dalam
Rohan, 2010 : 105) .
• Praktik kartel merupakan salah satu strategi yang diterapkan di
antara pelaku usaha untuk dapat memengaruhi harga dengan
mengatur jumlah produksi mereka . Mereka berasumsi apabila
produksi mereka didalam pasar dikurangi, sedangkan permintaan
terhadap produk mereka di dalam pasar tetap maka akan
berakibat pada terkereknya harga ketingkat yang lebih tinggi .
Sebaliknya, apabila didalam pasar produk mereka melimpah,
sudah tentu akan berdampak terhadap penurunan harga produk
mereka di pasar.
• Membanjirnya pasokan dari produk tertentu didalam sebuah
pasar dapat membuat harga produk tersebut di pasar menjadi
lebih murah, kondisi ini akan menguntungkan pihak konsumen,
tetapi tidak sebaliknya bagi pelaku usaha (produsen atau penjual)
. Semakin murah harga produk mereka di pasar, membuat
keuntungan yang akan diperoleh oleh pelaku usaha tersebut
menjadi berkurang atau bahkan merugi apabila produk mereka
tidak terserap oleh pasar .
• Agar harga produk di pasar tidak jatuh dan harga produk
dapat memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi
pelaku usaha, pelaku usaha biasanya membuat perjanjian
diantara mereka untuk mengatur jumlah produksi sehingga
jumlah produksi mereka di pasar tidak berlebih . Tujuannya
adalah agar tidak membuat harga produk mereka dipasar
menjadi lebih murah . Namun terkadang, praktik kaertel tidak
hanya bertujuan untuk menjaga stabilitas harga produk
mereka di pasar, tetapi juga untuk mengeruk keuntungan
yang sebesar-besarnya dengan mengurangi produk mereka
secara signifikan di pasar sehingga menyebabkan didalam
pasar mengalami kelangkaan . Akibatnya konsumen harus
mengeluarkan biaya yang lebih untuk membeli produk pelaku
usaha tersebut di pasar, atau dapat dikatakan tujuan utama
dari praktik kartel adalah untuk mengeruk sebanyak mungkin
surplus konsumen ke produsen (Wiradiputra, 2007 : 73) .
• Perjanjian Trust
• Larangan perjanjian trust ini diatur dalam Pasal 11
UU Antimonopoli yang menyatakan bahwa pelaku
usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan
membentuk gabungan usaha atau perseroaan yang
lebih besar, dengan tetap menjaga dan perseroan
anggotanya, yang bertujuan mengontrol produksi
dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat .
• Untuk dapat mengontrol produksi atau pemasaran produk di
pasar, para pelaku usaha (dalam hal ini perusahaan) ternyata
tidak hanya cukup dengan membuat perjanjian kartel diantara
mereka, tetapi juga mereka terkadang membentuk gabungan
perusahaan atau perseroan yang lebih besar (trust), dengan
tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup
masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya . Trust
merupakan wadah antar perusahaan yang didisain untuk
membatasi persaingan dalam bidang usaha atau industri
tertentu . Gabungan antara beberapa perusahaan dalam
bentuk trast dimaksudkan untuk mengendalikan pasokan
secara kolektif, dengan melibatkan trustee sebagai
coordinator penentu harga (Wiradiputra, 2007 : 40) .
• Perjanjian Oligopsoni
• UU Antimonopoli mengatur larangan perjanjian oligopsoni
dalam Pasal 13 sebagai berikut
• 1.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain yang bertujuan secara bersama-sama menguasai
pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat
mengendalikan harga atas barang dan/atau jasa dalam
pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat .
• 2.Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-
sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan
sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) apabila 2 (dua)
atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
menguasai lebih 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu .
• Oligopsoni adalah struktur pasar yang didomonasi oleh sejumlah konsumen
yang memiliki kontrol atas pembelian . Struktur pasar ini memiliki
kesamaan dengan struktur pasar oligopoli . Hanya saja struktur pasar ini
terpusat di pasar input . Dengan emikian, distorsi yang di timbulkan oleh
kolusi antar pelaku pasar akan mendistorsi pasar input . Oligopsoni
merupakan salah satu bentuk praktik anti persaingan yang cukup unik . Hal
ini karena dalam praktik oligopsoni, yang menjadi korban adalah produsen
atau penjual, sedangkan biasanya untuk bentuk-bentuk praktik anti
persaingan lain (seperti penetapan harga, diskriminasi harga, dan kartel)
yang menjadi korban umumnya adalah konsumen . Dalam oligopsoni,
konsumen membuat kesepakatan dengan konsumen lain dngan tujuan agar
mereka secara bersama-sama dapat menguasai pembelian atau
penerimaan pasokan yang pada akhirnya dapat mengndalikan harga atas
barang atau jasa pada pasar yang bersangkutan . Dengan demikian, secara
sederhana dapat dikatakan bahwa oligopsono adalah keadaan ketika dua
atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam sebuah pasar komoditas .
• Dengan adanya praktik oligopsoni, produsen atau penjual idak
memiliki alternative lain untuk menjual produk mereka selain
kepada pihak pelaku usaha yang telah melakukan perjanjian
oligopsoni . Tidak adanya pilihan lain bagi pelaku usaha untuk
menjual produk mereka selain epada pelaku usaha yang melakukan
praktik oligopsoni, mengakibatkan mereka hanya dapat menerima
harga yang sudah ditentukan oleh pelaku usaha yang melakukan
praktik oligosoni .
• Dalam oligopsoni, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni
kemungkinan-kemungkinan perjanjian tersebut memfasilitasi kolusi
penetapan harga sehingga menimbulkan efek anti persaingan .
Perjanjiaan tersebut tidak akan memfasilitasi kolusi harga apabila
pembelian produk yang dilakukan dengan perjanjian ini hanya
berjumlah relative kecil terhadap total pembelian di pasar tersebut .
Selain itu, apabila perjanjian tidak menghalangi anggotanya untuk
melakuan pembelian kepada pihak lain secara indepeden maka joint
purchasing tersebut tidak merugikan persaingan .
• Perjanjian Integrasi Vertikal (Vertical Integration)
• Pasal 14 UU Antimonopoli mngatur bahwa pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang
termasuk dalam rangkaian produksi barang dan/atau jasa
tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan
hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu
rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
dan/atau merugikan masyarakat .
• Integrasi vertikal merupakan perjanjian yang terjadi antara
beberapa pelaku usaha yang berada pada tahapan produksi
atau operasi dan/atau distribusi yang berbeda, namun saling
terkait . Bentuk perjanjian yang terjadi berupa penggabungan
beberapa atau seluruh kegiatan operasi yang berurutan
dalam sebuah rangkaian produksi atau operasi .
• Mekanisme hubungan antara satu kegiatan usaha dengan
kegiatan usaha lainnya yang bersifat integrasi vertical dalam
perspektif hukum persaingan khususnya UU Nomor 5 Tahun
1999 digambarkan dalam suatu rangkaian produksi atau
operasi . Rangkaian ini merupakan hasil pengolahan atau
proses lanjutan, baik dalam suatu rangkaian langsung
maupun tidak langsung (termasuk juga rangkaian barang
dan/atau jasa substitusi dan/atau komplementer) . Lebih
lanjut, mekanisme hubungan kegiatan usaha yang bersifat
integrasi vertikal dapat dilihat pada skema produksi yang
menggambarkan hubungan dari atas kebawah, yang sering
juga disebut dengan istilah dari suatu kegiatan usaha yang
dikategorikan sebagai integrasi vertikal kebelakang atau
kehulu, yaitu apabila kegiatan tersebut mengintegrasikan
beberapa kegiatan yang mengarah pada penyediaan bahan
baku dari produk utama .
Skema Integrasi Vertikal

Backward
Pemasok Integration

Ke Hulu
(Upstream)

Manufaktur/Operasi

KeHilir
Distributor (Downstream)

Fordward
Integration

Pengecer
• Sebagai contoh, ketika pelaku usaha yang memproduksi minyak goreng
memperluas cakupan usahanya dengan mengintegrasikan kegiatan
penyediaan crude palm oil (CPO) yang merepakan bahan baku utama dari
produksi minyak goring, perusahaan minyak goring tersebut memutuskan
untuk melakukan perjanjian yang mengikat dengan produsen CPO .
Tindakan perusahaan minyak goring ini disebut sebagai integrasi vertikal
kebelakang atau ke hulu .
• Sementara itu, kegiatan usaha yang dikategorikan sebagai integrasi
vertikal ke hilir apabila kegiatan tersebut mengintegrasikan beberapa
kegiatan yang mengarah pada penyediaan produk akhir . Sebagai contoh
adalah ketika pelaku usaha yang memproduksi minyak goreng tersebut
memutuskan untuk memperluas cakupan usahanya dengan
mengintegrasikan kegiatan distribusi minyak goreng dan toko swalayan
untuk menjual minyak goreng langsung ke konsumen akhir . Perjanjian
yang mengikat antara produsen minyak goreng dengan distributornya
serta toko swalayan digolongkan sebagai integrasi vertikal ke hilir .
Perjanjian yang mengikat di antara para pelaku usaha yang berada pada
rangkaian produksi berurutan dapat mengambil berbagai macam bentuk .
• Berdasarkan uraian sebelumnya, terlihat bahwa pelaku-
pelaku usaha yang melakukan integrasi vertikal tidak sedang
salaing bersaing di dalam pasar bersangkutan yang sama
sehingga perjanjian integrasi vertikal tidak memiliki
pengaruh anti persaingan secara langsung (direct
anticompetitive effect) yang berakibat pada berkurangnya
persaingan horizontal . Pada contoh produsen minyak
goreng sebelumnya, apabila perusahaan tersebut
melakukan integrasi kebelakang dengan produsen CPO
maka dengan jelas dapat diketahui bahwa perusahaan
minyak goreng dan produsen CPO bukanlah pelaku usaha
yang saling bersaing karena mereka tidak berada pada pasar
bersangkutan yang sama . Dengan demikian, jumlah
pesaing perusahaan minyak goreng di pasar minyak goreng
tidak mengalami perubahan sebagai akibat langsung dari
integrasi vertikal tersebut .
• Sebaliknya, berdasarkan prinsip dasar teori persaingan dan
dampak ekonomi, integrasi vertikal umumnya ditujukan
untuk meningkatkan efesiensi yang berakibat pada
peningkatan kesejahteraan konsumen akhir (consumer
welfare) . Namun, bukan berarti integasi vertikal oleh pelaku
usaha akan selalu menciptakan efisiensi dan kesejahteraan
konsumen . Justru sebaliknya, dapat pula menciptakan
ekonomi biaya tinggi atau inefisiensi, harga, dan keuntungan
yang tidak wajar melalui praktik anti persaingan atau
monopoli . Paktik integrasi vertikal meskipun dapat
menghasilkan barang dan jasa dengan harga murah, dapat
pula menimbulkan persaingan usaha tidak sehat yang
merusak sendi-sendi perekonomian masyarakat . Praktik
seperti ini dlarang sepanjang menimbulkan persaingan tidak
sehat dan/atau merugikan masyarakat .
• Perjanjian Tertutup (Exlusive Dealing)
• Larangan perjanjian tertutup diatur dalam Pasal 15 UU
Antimonopoli sebagai berikut .
• 1.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
pihak yang menerima barang dan/atau jasa hanya
akan memasok atau tidak memasok kembali barang
dan/atau jasa tersebut kepada pihak tertentu
dan/atau pada tempat tertentu .
• 2.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak
yang menerima barang dan/atau jasa tertentu harus
bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari
pelaku usaha pemasok .
• 3.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai
harga atau potongan harga tertentu atas baran dan/atau jasa
yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang
menerima barang dan/atau jasa dari pelaku usaha pemasok .
• a. harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari
pelaku usaha pemasok ; atau
• b. tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau
sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari
pelaku usaha pemasok .
• Perjanjian tertutup adalah suatu perjanjian yang terjadi
antara mereka yang berada pada level yang berbeda pada
proses produksi atau jaringan distribusi suatu barang atau
jasa . Perjanjian tertutup ini terdiri atas exclusive distribution
agreement dan tying agreement .
• Exclusive Distribution Agreement
• Exclusive distribution agreement yang dimaksud adalah
pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima
produk hanya akan memasok atau tidak memasok kembali
produk tersebut pada pihak tertentu atau pada tempat
tertentu saja, atau dengan kata lain pihak distributor dipaksa
hanya boleh memasok produk kepada pihak tertentu dan
tempat tertentu saja oleh pelaku usaha manufaktur .
• Permasalahan dalam perjanjian tertutup adalah
kemungkinan matinya suatu pelaku usaha karena tidak
mendapatkan bahan baku atau tidak mempunyai distributor
yang akan menjual produknya . Selain itu, perjanjian tertutup
juga dapat menyebabkan meningkatnya halangan untuk
masuk ke pasar .
• Ada beberapa akibat positif yang cukup menarik dari perjanjian
tertutup, baik bagi distributor maupun bagi produsen perjajian
tertutup . Hal ini karena adanya kepastian untuk distribusi dan adanya
jaminan atas bahan baku . Dengan demikian akan ada pengurangan
ongkos sehingga terjadi efesiensi . Selain itu, perjanjian ini juga dapat
mencegah terjadinya free riding . Sebagai contoh, perusahaan induk
melakukan iklan secara besar-besaran . Apabila tidak ada perjanjiaan
ekslusif maka ketika konsumen datang ke distributor karena tertarik
dengan iklan, ia melihat dan membeli barang lain sesampainya di
distributor sehingga iklan yang dilakukan tidak ada pengaruhnya .
• Exclusive distribution agreement biasanya dibuat oleh pelaku usaha
manufaktur yang memiliki beberapa perusahaan yang
mendistribusikan hasil produksinya . Pelaku usaha tersebut tidak
menghendaki terjadinya persaingan di tingkat distributor sehingga
dapat berpengaruh terhadap harga produk yang mereka pasok ke
pasar .
• Agar harga produk mereka tetap stabil, pihak manufaktur
membuat perjanjian dengan distributordistributornya untuk
membagi konsumen dan wilayah pasokan agar tidak terjadi
bentrokan antar sesame distributor atau tidak terjadi persaingan
intrabrand .
• Berkurang atau bahkan hilangnya persainan pada tingkat
distributor membawa implikasi pada harga produk yang
didistribusikan, yakni menjadi lebih mahal sehingga konsumen
harus mengeluarkan biaya yang lebih dari biasanya untuk
mendapatkan produk yang didistribusikan oleh distributor
tersebut . Karena dibatasi distribusi hanya untuk pihak dan tempat
tertentu saja . menakibatkan pihak distributor menyalahgunakan
kedudukan ekslusif yang dimilikinya untuk mungkin memberikan
harga yang tinggi terhadap produk yang didistribusikannya kepada
konsumen dan wilayah tertentu yang menjadi bagian tersebut .
• Tying Agreement
• Tying agreement terjadi apabila suatu perusahaan mengadakan
perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang berada pada level
yang berbeda dengan mensyaratkan penjualan ataupun penyewaan
suatu barang atau jasa yang hanya akan dilakukan apabila pembeli
atau penyewa tersebut juga akan membeli atau menyewa barang
lain .
• Melalui praktik tying agreement, pelaku usaha dapat melakukan
perluasan kekuatan monopoli yang dimiliki pada tying product
(barang atau jasa yang pertama kali di jual) ke tied product (barang
atau jasa yang dipaksa harus dibeli juga oleh konsumen) . Dengan
memiliki kekuatan monopoli untuk kedua produk sekaligus (tying
product dan tied product), pelaku usaha dapat menciptakan
hambatan bagi calon pelaku usaha pesaing untuk masuk kedalam
pasar . Agar perusahaan competitor dapat bersaing maka mau tidak
mau harus melakukan hal yang sama, yaitu melakukan praktik tying
agreement .
• Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri
• Perjanjian dengan pihak luar negeri menjadi terlarang jika
melakukan perjanjian yang dapat merusak persaingan usaha dan
melakukan tindak monopoli . Larangan perjanjian dengan pihak luar
negeri dalam pasal 16 UU Antimonopoli yang berbunyi “Pelaku
usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri
yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat .”
• Berdasarkan pasar tersebut, terdapat ketentuan khusus untuk
melakukan perjanjian dengan pelaku usaha lain . Adapun
penggunaan pasal ini adalah pada kasus bilamana suatu
perusahaan aasing tidak melakukan kegiatan di pasar Indonesia ,
tetapi berpengaruh dengan pasar Indonesia melalui perjanian .
Dengan kata lain, Pasal 16 UU Antimonopoli tidak dapat diterapkan
terhadap perjanjian bilamana keduabelah pihak berkedudukan
diluar negeri, sedangkan dampaknya hanya terasa di Indonesia .
• KEGIATAN YANG DILARANG
• Monopoli
• Monopoli merupakan masalah yang menjadi perhatian utama
dalam setiap pembahasan pembentukan hukum persaingan
usaha . Monopoli itu sendiri sebenarnya bukan merupakan
suatu kejahatan atau bertentangan dengan hukum apabila
diperoleh dengan cara-cara yang adil dan tidak melanggar
hukum . Oleh karena itu, monopoli belum tentu dilarang oleh
hukum persaingan usaha . Yang dilarang justru adalah
perbuatan-perbuatan dari perusahaan yang mempunyai
monopoli untuk mengunakan kekuatannya di pasar
bersangkutan yang bisa disebut sebagai praktik monopoli
(monopolizing) atau monopolisasi . Sebuah perusahaan
dikatakan telah melakukan monopolisasi apabila pelaku usaha
mempunyai kekuatan untuk mengeluarkan atau mematikan
perusahaan lain dan pelaku usaha tersebut telahmelakukannya
atau mempunyai tujuan untuk melakukannya .
• Definisi monopoli dalam Pasal 1 butir 1 UU Antimonopoli adalah
“Penguasaan atas produksi dan/atau barang dan/atau atas pengunaan
jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha .” Selanjutnya, peraturan mengenai monopoli diatur dalam Pasal
17 UU Antimonopoli dengan ketentuan sebagai berikut
• 1.Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas poduksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat .
• 2.Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) apabila
• a. barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya ;
atau
• b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam
persaingan usaha barang dan/atau jasa yang sama ; atau
• c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu .
• Pengertian monopoli secra umum adalah apabila
ada satu pelaku usaha (penjual) yang ternyata
adalah satu-satunya penjual bagi produk barang dan
jasa tertentu dan pada pasar tersebut tidak terdapat
produk substitusi (pengganti) . Akan tetapi, karena
perkembangan zaman maka jumlah satu (dalam
kalimat satu-satunya) kurang relevan dengan kondisi
riil dilapangan . Hal ini karena ternyata banyak
usaha industri yang terdiri atas lebih dari satu
perusahaan mempunyai perilaku seperti monopoli .
• Kemudian, bagaimana dengan istilah praktik monopoli itu sendiri
karena ternyata istilah praktik monopoli lain dengan istilah monopoli .
Apabila diamati, sebenarnya, kegiatan yang merupakan pokok dari
berbagai larangan yang terdapat dalam UU Antimonopoli adalah
praktik monopoli . Pada dasarnya, praktik monopoli merupakan
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran barang atau
jasa tertentu sehingga dapat menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentingan umum .
• Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas
suatu pasar barang atau jasa tertentu oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang dengan penguasaan itu pelaku usaha tersebut dapat
menentukan harga barang atau jasa (hal ini dikenal pula dengan istilah
price fixing) . Sementara itu, persaingan tidak sehat dapat terjadi
apabila persaingan yang terjadi diantara pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang atau jasa
dilakukan dengan tidak jujur atau melawan hukum serta dapat
menghambat persaingan usaha .
• Monopsoni
• Apabila dalam hal monopoli, seorang atau satu kelompok usaha
menguasai pangsa pasar yang besar untuk menjual suatu produk
maka istilah monopsoni dimaksudkan sebagai seseorang atau satu
kelompok usaha yang menguasai pangsa pasar yang besar untuk
membeli sebuah produk atau acap kali monopsoni ini identik
dengan pembeli tunggal atas poduk barang maupun jasa
tertentu . Dalam teori ekonomi, disebutkan pula bahwa
monopsoni merupakan sebuah pasar dimana hanya terdapat
seorang pembeli atau pembeli tunggal . Dalam pasar monopsoni,
harga barang atau jasa biasanya akan lebih rendah dari harga
pada pasar yang kompetitif . Pembeli tunggal ini pun biasanya
akan menjual dengan cara monopoli atau dengan harga yang
tinggi . Pada kondisi inilah potensi kerugian masyarakat akan
timbul karena pembeli harus membayar dengan harga yang mahal
dan juga terdapat potensi persaingan usaha yang tidak sehat .
• UU Antimonopoli pada Pasal 18 secara khusus menegaskan sebagai berikut .
• 1.Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam pasar bersangkutan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan
usaha tidak sehat .
• 2.Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan
atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila
satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu .
• Berdasarkan isi Pasal 18 UU Antimonopoli dapat dikatakan bahwa
monopsoni merupakan suatu keadaan bilamana suatu kelompok usaha
menguasai pangsa pasar yang besar untuk membeli sebuah produk
sehingga perilaku pembeli tunggal tersebut akan dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan tidak sehat dan apabila
pembeli tunggal tersebut juga menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu
jenis produk atau jasa .
• Penguasaan Pasar
• Penguasaan pasar atau dengan kata lain menjadi penguasa di pasar
merupakan keinginan dari hamper semua pelaku usaha . Hal ini
karena pengasaan pasar yang cukup besar memiliki korelasi positif
dengan tingkat keuntungan yang mungkin dapat diperoleh oleh
pelaku usaha . Untuk memperoleh penguasaan pasar, pelaku usaha
kadang kala melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
hukum . Apabila hal ini terjadi maka mungkin saja akan berhadapan
dengan para penegak hukum karena melanggar ketentuan-ketentuan
yang ada dalam hukum persaingan usaha .
• UU Antimonopoli dalam Pasal 19 mengatur penguasaan pasar sebagai
berikut . Perilaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa
kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan
usaha tidak sehat berupa .
• 1.menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk
melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan ;
• 2.menghalangi konsumen atau pelangan pelaku usaha tertentu untuk
melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu ; atau
• 3.membatasi peredaran dan/atau penjualan barang dan/atau jasa pada
pasar bersangkutan ; atau
• 4.melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu .
• 5.Walaupun pasal ini tidak merumuskan berapa besar penguasaan pasar
atau berapa pangsa pasar sebuah pelaku usaha, suatu perusahaan yang
menguasai suatu pasar pasti mempunyai posisi dominan di pasar . Oleh
karena itu, pnguasaan pasar yang cukup besar oleh pelaku usaha biasanya
selalu menjadi perhatian bagi penegak hukum persaingan usaha untuk
mengawasi perilaku pelaku usaha tersebut di dalam pasar karena
penguasaan pasar yang besar oleh pelaku usaha tertentu biasanya
dimanfaatkan untuk melakukan tindakan-tindakan antipersaingan yang
bertujuan agar dia dapat tetap menjadi penguasa pasar dan mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya (maksimal) . Lebih lanjut, pihak yang
dapat melakukan penguasaan pasar adalah para pelaku usaha yang
mempunyai market power, yaitu pelaku usaha yang dapat mnguasai pasar
sehingga dapat menentukan harga barang dan atau jasa yang di pasar yang
bersangkutan .
• Jual Rugi (Predatory Pricing)
• Kegiatan jual rugi (predatory pricing) merupakan
suatu bentuk penjualan atau pemasokan barang
dan/atau jasa dengan cara jual rugi yang bertujuan
untuk mematikan pesaingnya . Berdasarkan sudut
pandang ekonomi, jual rugi dapat dilakukan
dengan menetapkan harga yang tidak wajar,
bilamana harga lebih rendah dari pada biaya
variabel rata-rata . Praktik penentuan biaya variabel
rata-rata sangat sulit dilakukan sehingga
kebanyakan para sarjana mengatakan bahwa jual
rugi merupakan tindakan menentukan harga di
bawah harga rata-rata atau tindakan jual rugi .
• Dapat dikatakan bahwa faktor harga merupakan hal yang sangat
penting dan esensial dalam dunia usaha . Oleh karena itu, perilaku
pelaku usaha yang menetapkan jual rugi atau harga sangat rendah
ertujuan untuk menyingkirkan atau mematikan usaha para
pesaingnya yang bertentangan dengan prinsip persaingan yang sehat
. Sama seperti penguasaan pasar yang harus didasarkan pada
adanya posisi domonan, semakin besar deversivikasi kegiatan pelau
usaha berupa produk dan pasar dan semakin kuat keuangannya
maka semakin besar pula kemampuannya untuk melakukan perilaku
yang mematikan .
• Pasal 20 UU Antimonopoli menyebutkan
• “Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan/atau jasa
dengan cara melakukan jual beli atau menetapkan harga yang sangat
rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha
pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat .”
• Berdasarkan rumusan Pasal 20 ini, dapat kita
ketahui bahwa tidak semua kegiatan jual rugi atau
sangat murah secara otomatis merupakan
perbuatan yang melanggar hukum . Dalam hal
terjadi indikasi adanya tindakan predator, haruslah
diperiksa apakah terdapat alasan-alasan yang
dapat diterima dan yang membenarkan tindakan
tersebut dan apakah memang tindakan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat .
• Kecurangan dalam Menetapkan Biaya Produksi
• UU Antimonopoli juga menganggap bahwa salah satu
aspek yang dapat dipersalahkan sebagai penguasaan pasar
yang dilarang adalah kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi . Pasal 21 UU Antimonopoli menyatakan bahwa
pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam
menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi
bagian dari koponen harga barang dan/atau jasa yang
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
sehat . Lebih lanjut, penjelasan terhadap Pasal 21 tersebut
menyatakan bahwa kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi dan biaya lainnya merupakan bentuk pelangaran
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk memperoleh biaya faktor-faktor produksi yang lebih
rendah dari seharusnya .
• Sebagai bagian dari penguasaan pasar, kecurangan dalam menentukan
biaya adalah salah satu strategi yang dijalankan oleh pelaku usaha untuk
mematikan pesaingnya, yaitu dengan jalan menyatakan biaya produksinya
tidak sesuai dengan biaya yang sesungguhnya . Secara akal sehat, tentu
harga yang disampaikan adalah dibawah harga yang sesunguhnya
sehingga pelaku usaha dapat menjual barang atau jasanya lebih rendah
dari para pesaingnya .
• Pasal 21 ini sebenarnya berbeda dengan Pasal 20, meskipun pada
prinsipnya keduanya sama, yaitu pada akhirnya menjual barang dengan
harga dibawah biaya produksi . Namun, dalam Pasal 21, penekanannya
adalah pada kecurangan yang dilakukan oleh pelaku usaha yang
berhubungan dengan biaya produksinya . Berdasarkan rumusan Pasal 21
UU (UU Antimonopoli), dapat kita ketahui bahwa pasal ini menganut
prinsp rule of reason . Dengan demikian, kalaupun telah terjadi
kecurangan, si pelaku tidak otomatis melanggar UU Nomor 5 Tahun 1999 .
Untuk dinyatakan bersala, haruslah dibuktikan terlebih dahulu bahwa
kecurangan tersebut tidak mempunyai alasan-alasan yang dapat diterima
dan juga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang tidak
sehat .
• Persekongkolan (Conspiracy/collucion)
• Persekongkolan mempunyai karakteristik tersendiri karena dalam
persekongkolan terdapat kerja sama yang melibatkan dua/lebih
pelaku usaha yang secara bersama-sama melakukan tindakan yang
melawan hukum . Secara yuridis, pengertian persekongkolan usaha
datur dalam Pasal 1 butir 8 uu Nomor 5 Tahun 1999 (UU
Antimonopoli), yakni “ Sebagai bentuk kerja sama yang dilakukan
oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk
menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha
yang bersekongkol .”
• Bentuk kegiaan persekongkolan ini tidak harus dibuktikan dengan
adanya perjanjian, tetapi dapat dalam bentuk kegiatan lain yang
tidak mungkin diwujudkan dalam sebuah perjanjian . Lebih lanjut,
terdapat tiga bentuk kegiatan persekongkolan yang dilarang oleh
UU Antimonopoli, yaitu (1) persekongkolan tender, (2)
persekongkolan untuk membocorkan rahasia dagang, serta (3)
persekongkolan untuk menghambat perdagangan .
• Persekongkolan Tender
• Penjelasan Pasal 22 UU Antimonopoli menyatakan bahwa
tender merupakan tawaran untuk mengajukan harga,
memborong suatu pekerjaan, mengadakan barang-
barang, atau menyediakan jasa . Kegiatan bersekongkol
menentukan pemenang tender jelas merupkan perbuatan
curang . Hal ini karena pada dasarnya tender dan
pemenangnya tidak diatur dan sifatnya rahasia . Dalam
hukum persaingan usaha, salah satu hal yang menjadi
objek persekongkolan adalah masalah tender atau lelang .
Tender adalah tawaran mengajukan sebuah harga untuk
memborong suatu pekerjaan maupun untuk pengadaan
barang-barang atau untuk menyediakan jasa-jasa
tertentu . (Memori Penjelasan Pasal 22 UU Animonopoli) .
• Dalam Pelaksanaan penawaran teder, tujuan utama yang
ingin dicapai adalah memberikan kesempatan yang
seimbang untuk semua penawar sehingga menghasilkan
harga yang paling murah dengan keluaran yang optimal dan
berhasil guna . Diakui bahwa harga murah bukanlah semata-
mata ukuran untuk menentukan kemenangan dalam
pengadaan barang dan/atau jasa . Melalui mekanisme
penawaran tender, sedapat mungkin dihindarkan
kesempatan untuk melakukan konspirasi di antara para
pesaing atau antara penawar dengan panitia penyelenggara
lelang . Dalam Pasal 3 Kepres Nomor 80 Tahun 2003 yang
mengatur tentang Pedomam Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, disebutkan pula dalam rangka
pengadaan barang/jasa wajib diterapkan sebagai prinsip,
antara lain efisiensi, efektif, terbuka dan bersain, transparan,
adil/tidak diskriminatif, serta akuntabel .
• Persekongkolan tender secara khusus diatur dalam pasal 22 UU
Antimonopoli, yang berbunyi “Bahwa pelaku usaha dilarang
bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan/atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat .”
• Yang dilarang dalam Pasal 22 UU Antimonopoli adalah
persekongkolan antara pelaku usaha dengan pihak lain dalam
penentuan pemenang tender, yakni melalui pengajuan untuk
menawar harga dalam memborong suatu pekerjaan atau juga
pengajuaan penawaran harga untuk pengadaan barang dan jasa-
jasa tertentu . Akibat dari persekongkolan dalam menentukan
siapa pemenang tender ini, sering kali timbul sebuah kondisi
barrier to entry yang tidak menyenangkan/merugikan bagi pelaku
usaha lain yang sama-sama mengikuti tender (peserta tender)
yang pada gilirannya akan mengurangi bahkan meniadakan
persaingan itu sendiri .
• Persekongkolan untuk Membocorkan Rahasia
Dagang
• Pasal 23 UU Anti monopoli menyebutkan bahwa
pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak
lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha
pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia
perusahaan sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat . Sebutan
rahasia dagang merupakan terjemahan dari istilah
trade secret atau know how . Rahasia dagang tidak
boleh diketahui umum selain mempunyai nilai
teknologis, rahasia dagang juga mempunyai nilai
ekonomis yang berguna dalam kegiatan usaha serta
dijaga kerahasiaannya oleh pemiliknya .
• Persekongkolan untuk Menghambat Perdagangan
• Pasal 24 UU Antimonopoli terdapat larangan untuk
melakukan persekongkolan yang dapat menghambat
produksi, pemasaran, atau produksi dan pemasaran atas
produk . Dinyatakan dalam Pasal 24 bahwa pelaku usaha
dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa pelaku
usaha pesaingnya dengan tujuan barang dan/atau jasa yang
ditawakan atau di pasok di pasar bersangkutan menjadi
berkurang, baik dari kualitas maupun ketepatan waktu yang
dipersyaratkan .
• Berdasarkan ketentuan Pasal 24 tersebut jelas bahwa pelaku
usaha dilarang untuk bersekongkol dengan pihak lain untuk .
• 1.menghambat pelaku usaha pesaing dalam memproduksi ;
• 2.menghambat pemasaran atau memproduksi dan memasarkan
barang, jasa, atau barang dan jasa dengan maksud agar barang, jasa,
atau barang dan jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar
bersangkutan menjadi berkurang atau menurun kualitasnya ;
• 3.memperlambat waktu proses produksi, pemasaran, atau produksi
dan pemasaran baran, jasa, atau barang dan jasa yang sebelunya
sudah di persyaratkan ; serta
• 4.kegiatan persekongkolan seperti ini dapat menimbulkan praktik
monopoli dan/atau usaha yang tidak sehat .
• Secara ekonomis, hambatan perdagangan (restrain of trade) yang
dilarang berdasarkan pasal 4 UU Antimonopoli dapat dibedakan
kedalam restrictive trade agreement, yaitu bentuk kolusi diatara para
pemasok yang bertujuan untuk menghapus persainga secara
keseluruhan ataupun sebagian dan restrictive trade practice , yaitu
suatu alat untuk mengurangi atau menghilangkan persaingan usaha
diantara para pemasok produk yang saling bersaing, misalnya yang
terjadi dalam perjanjian exlusive dealing dan refusal to supply .
• KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) DAN
PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN DI INDONESIA
•  
• Peranan KPPU dalam Penegakan Hukum Persaingan di
Indonesia
• Untuk pengawasi pelaksanaan UU Anti monopoli dibentuklah
sebuah komisi . Pembentukan ini didasarkan pada Pasal 34 UU
Antimonopoli yang menginstruksikan bahwa pembentukan
susunan organisasi, tugas, dan fungsi komisi ditetapkan
melalui keputusan presiden . Komisi ini kemudian dibentuk
berdasarkan Kepres Nomor 75 Tahun 1999 dan diberi nama
dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) .
• Berdasarkan Kepres tersebut, penegakan hukum Antimonopoli
dan persaingan usaha berada dalam kewenangan KPPU .
• Namun demikian, tidak berarti bahwa tidak ada lembaga lain
yang berwenang untuk menangani perkara monopoli dan
persaingan usaha . Pengadilan negeri (PN) dan Mahkamah
Agung juga diberikan wewenang untuk menyelesaikan perkara
tersebut . PN diberikan wewenang untuk menangani
keberatan terhadap putusan KPPU dan menangani
pelanggaran hukum persaingan yang menjadi perkara pidana
karena tidak dijalankannya putusan KPPU yang sudah in kracht
. Sementara itu, MA diberi kewenangan untuk menyelesaikan
perkara pelanggaran hukum persaingan apabila terjadi kasasi
terhadap keputusan PN tersebut . Lebih lanjut, sebagai sebuah
lembaga yang independen, dapat dikatakan bahwa
kewenangan yang dimiliki komisi sangat besar yang meliputi
juga kewenangan yang dimiliki oleh lembaga peradilan .
Kewenangan tersebut meliputi penyidikan, penuntutan,
konsultasi, memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara .
• Tugas dan Wewenang KPPU
• Pasal 35 UU Antimonopoli menentukan bahwa tugas-
tugas KPPU adalah sebagai berikut
• 1.Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat .
• 2.Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha
dan/atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat .
• 3.Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya
penyalahgunaan posisi dominan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha.
• 4.Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang
komisi sebagaimana diatur dalam Pasal 36 UU
Antimonopoli .
• 5.Memberikan saran dan pertimbangan terhadap
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
praktik monopoli dan/atau persaingan usaha
tidak sehat .
• 6.Menyusun pedoman dan/atau publikasi yang
berkaitan dengan UU Nomor 5 Tahun 1997 .
• 7.Memberikan laporan secara berkala atas hasil
kerja komisi kepada presiden dan DPR .
• Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut, melalui Pasal 36
UU Antimonopoli, KPPU diberikan wewenang untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut
• 1.Menerima laporan dari masyarakat dan/atau dari pelaku
usaha tentang dugaan terjadinya praktik monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat .
• 2.Melakukan penelitian tentang dugaaan adanya kegiatan
usaha dan/atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat .
• 3.Melakukan penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap
kasus dugaan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha
tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau pelaku
usaha atau yang ditemukan komisi sebagai hasil
penelitiannya .
• 4.Menyimpulkan hasil penyelidikan dan/atau
pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktik
monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat .
• 5.Memanggil pelaku usaha yang diduga telah
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan UU
Anti monopoli .
• 6.Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli,
dan setiap orang yang dianggap mengetahui
pelanggaran ketentuan UU Antimonopoli .
• 7.Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan
pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang
yang dimaksud dalam poin 5 dan 6 tersebut di atas
yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi 8 .
• 8.Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam
kaitannya dengan penyelidikan dan/atau pemeriksaan
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU
Antimonopoli .
• 9.Mendapatkan,meneliti, dan/atau menilai surat, dokumen
atau alat lain untuk keperluan penyelidikan dan/atau
pemeriksaan .
• 10.Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya
kerugian dipihak pelaku usaha lain atau masyarakat .
• 11.Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha
yang diduga melakukan praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat .
• 12.Menjatuhkan sanksi berupa tindakan adminitrasi
kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU
Antimonopoli .
• Jadi, KPPU berwenang dalam melakukan penelitian dan penyelidikan
dan akhirnya memutuskan apakah pelaku usaha tertentu telah
melangar UU Antimonopoli atau tidak . Pelaku usaha yang merasa
keberatan terhadap putusan KPPU tersebut diberikan kesempatan
selama 14 (empat belas) hari setelah menerima pemberitahuan
putusan tersebut untuk mengajukan keberatan ke pengadilan
negeri .
• KPPU merupakan lembaga adsminitratif . Sebagai lembaga
adsminitratif, KPPU bertindak untuk kepentingan umum . KPPU
berbeda dengan pengadilan perdata yang menangani hak-hak
subjektif perorangan . Oleh karena itu, KPPU harus mementingkan
kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan dalam
menangani dugaan pelanggaran hukum Antimonopoli . Hal ini sesuai
dengan tujuan UU Antimonopoli yang tercantum dalam Pasal 3 huruf
a UU Antimonopoli, yakni untuk “Menjaga kepentingan umum dan
meningkatkan efesiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat .”
Bab 11. Penyelesaian
Sengketa Bisnis
• SENGKETA BISNIS
• Pengertian sengketa bisnis (commercial disputes) menurut Maxwell j.
Fulton adalah “…..a commercial disputes is one which arises during the
course of the exchange or transaction process is central to market
economy (sengketa bisnis adalah suatu hal yang muncul selama
berlangsungnya proses transaksi yang berpusat pada ekonomi pasar) .”
• Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks akan melahirkan
berbagai macam bentuk kerja sama bisnis . Mengingat kegiatan bisnis
semakin meningkat dari hari ke hari maka tidak mungkin dihindari
terjadinya sengketa (dispute) diantara pihak yang terlibat (Sutiyoso, 2006 :
3) . Sengketa muncul karena berbagai alasan dan masalah yang melatar
belakangi, terutama karena adanya conflict of interest diantara para pihak
. Sengketa yang muncul diantara pihak-pihak yang terlibat dalam
berbagai macam kegiatan bisnis atau perdaganan dinamakan sengketa
bisnis .
• Bambang Sutiyoso dalam bukunya yang
berjudul Penyelesaian Sengketa Bisnis
mengelompokkan sengketa bisnis sebagai
berikut .
• Sengketa perniagaan
• Sengketa perbankan
• Sengketa keuangan
• Sengketa penanaman modal (investasi)
• Sengketa perindustrian
• Sengketa HKI
• Sengketa konsumen
• Sengketa kontrak
• Sengketa pekerjaan
• Sengketa perburuhan
• Sengketa perusahaan
• Sengketa hak
• Sengketa properti
• Sengketa pembangunan konstruksi
• CARA PENYELESAIAAN SENGKETA BISNIS
• Dari Sudut Pembuat Keputusan
• 1.Adjudikatif
• Cara penyelesaian sengketa bisnis secara adjudikatif
dilakukan dengan mekanisme penyelesaian yang ditandai
dengan kewenangan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh pihak ketiga dalam sengketa di antara para
pihak
• 2.Konsensual atau kompromi
• Cara penyelesaian sengketa bisnis secara kooperatif atau
kompromi bertujuan untuk mencapai penyelesaian yang
bersifat win-win solution .
• 3.Quasi adjudikatif
• Cara penyelesaian sengketa bisnis ini mengombinasikan
unsur konsensual dan adjudikatif
• Dari Sudut Prosesnya
• 1.Litigasi (ordinary court/ court settlement)
• Litigasi merupakan mekanisme penyelesaian
sengketa melalui jalur pengadilan dengan
menggunakan pendekatan hukum formal (law
approach)
• 2.Nonlitigasi (extra ordinary court/ out of court
settlement)
• Nonlitigas merupakan mekanisme penyelesaian
sengketa di luar pengadilan dan tidak
menggunakan pendekatan hukum formal .
• LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
DI INDONESIA
• Lembaga penyelesaian sengketa bisnis di
Indonesia meliputi
• (1) Pengadilan Umum,
• (2) Pengadilan Niaga,
• (3) arbitrase, dan
• (4) Penyelesaian sengketa alternatif melalui
mekanisme negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan
penilaian ahli .
• Pengadilan Umum
• Pengadilan umum merupakan lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman di
Indonesia . Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Pasal 50 tentang Peradilan
Umum dinyatakan bahwa “Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang
memeriksa, mengadili memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan
perkara perdata di tingkat pertama . “Berdasarkan isi dari pasal tersebut,
dapat dikatakan bahwa Pengadilan Negeri berwenang dalam memeriksa
sengketa bisnis . Lebih lanjut, karakteristik Pengadilan Umum, antara lain
• 1.prosesnya sangat formal ;
• 2.keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (majelis
hakim) ;
• 3.para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan ;
• 4.isi keputusan win-lose solution ;
• 5.sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding) ;
• 6.orientasi pada fakta hukum (fact orientation “mencari pihak yang bersalah”
);
• 7.fokus pada masa lampau (past focus) ;
• 8.proses persidangan bersifat terbuka .
• Pengadilan Niaga
• Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan
memutus permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban
pembayaran utang (PKPU), serta sengketa hak kekayaan intelektual
(HKI) yang meliputi hak cipta, merek, dan paten . Lebih lanjut,
karakteristik Pengadilan Niaga, antara lain
• 1.prosesnya sangat formal ;
• 2.keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (majelis
hakim) ;
• 3.para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan ;
• 4.sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding) ;
• 5.orientasi pada fakta hukum (fact orientation “mencari pihak yang
bersalah” ) ;
• 6.proses persidangan bersifat terbuka
• 7.waktunya singkat .
Arbitrase
• Dasar Hukum Arbitrase
• Untuk menyelesaikan sengketa di dalam urusan bisnis, tidak
hanya dapat dilakukan melalui litigasi dilembaga peradilan,
tetapi juga dapat dilakukan dengan cara arbitrase dan
alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbritase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa .
• Sebelum dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999, penyelesaian sengketa bisnis melalui arbitrase
bersandar kepada hukum acara perdata, namun hal itu
tentu saja sudah tidak sesuai dengan perkembangan di
Indonesia pada saat ini .
• Pengertian Arbitrase
• Arbitrase berasal dari kata arbiter yang berarti wasit . Menurut Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999, arbitrase disefinisikan sebagai cara
penyelesaian suatu sengketa perdata diluar pengadilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa . dalam Black’s Law Dictionary, pengertian arbitrase adalah
• “Arbitration is the reference of a dispute to an impartial (third) person chosen
by by the parties to the disputes who agree in advance to abide by aebitrator’s
award issued after hearing at which both parties have and opportunity to be
heard . An arrangement for taking and abiding by the judgment of selected
persons in some dispute matter, instead of carrying it to establish tribunal of
justice, and is intended to avoid the formalities, the delay, the expense and
taxation of ordinary litigation ."
• Lebih lanjut, Maxwell j. Fulton mendefinisikan arbitrase sebagai “………the
privat process where by a private, disinterested person, called an arbitrator,
chosen by the parties to a disputes (which dispute is justiciable in a court of
civil jurisdiction ) .”
• Objek Arbitrase
• Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa dalam
bidang perdagangan . Mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan, sepenunya dikuasai oleh pihak yang bersengketa .
Adapun sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui abitrase adalah
yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat dilakukan
perdamaian .
• Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Pasal 4 tntang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa menyatakan bahwa
• “Pengadilan Negeri tidak berwenang meyelesaikan sengketa para pihak
yang telah terkait di dalam perjanjian arbitrase, dan putusan arbitrase
adalah final, artinya tidak dapat dilakukan banding, peninjauan kembali
atau kasasi, serta putusannya berkekuatan hukum tetap bagi para pihak ,”
• Pembatasan Pengadilan Negeri untuk sengketa yang terikat dalam
perjanjian arbitrase dapat mencegah upaya intervensi Pengadilan Negeri
dalam perjanjian ini . Hal ini juga bahwa sejak awal perjanjian dibuat,
para pihak telah mengesampingkan kemungkinan penyelesaian secara
litigasi di Pengadilan Negeri .
• Prinsip-prinsip dalam Arbitrase
• Berdasarkan penjelasan diatas, beberapa prinsip yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut .
• 1.Penyelesaian sengketa tersebut dilakukan diluar peradilan .
• 2.Keinginan untuk menyelesaikan sengketa diluar peradilan
harus didasarkan atas kesepakatan tertulis yang dibuat oleh
pihak yang bersengketa .
• 3.Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah
sengketa dalam bidang perdagangan dan mengenai hak yang
menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai
sepenuhnya oleh pihak yang bersangkutan .
• 4.Para pihak dapat menunjuk atau menentukan para arbiter
atau wasit dan pejabat dalam lingkup peradilan seperti
hakim,jaksa, panitera, dan pejabat peradilan lainnya yang tidak
dapat diangkat sebagai arbiter .
• 5.Semua pemeriksa sengketa oleh arbiter atau majelis
arbiter dilakukan secara tertutup .
• 6.Para pihak yang bersengketa mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dalam mengemukakan pendapat
mereka masing-masing .
• 7.Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat dilakukan
dengan menggunakan lembaga arbitrase nasional atau
internasional berdasarkan kesepakatan para pihak .
• 8.Atas perintah arbiter atau majelis arbitrase dapat
meminta bantuan seseorang atau lebih saksi ahli untuk
memberikan keterangan tertulis mengenai suatu persoalan
khusus yang berhubungan dengan pokok sengketa .
• 9.Arbiter atau majelis arbitrase mengambil putusan
berdasarkan ketentuan hukum atau berdasarkan keadilan
dan kepatutan .
• 10.Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak pemeriksaan ditutup .
• 11.Putusan arbitrase bersifat final and binding, artinya final
dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta mengikat .
• 12.Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal putusan diucapkan, lembar asli atau salinan
autentik putusan arbitrase diserahkan dan didaftarkan oleh
arbiter atau kuasanya pada panitera Pengadilan Negeri .
• 13.Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan
arbitrase secara suka rela, putusan dilaksanakan
berdasarkan perintah ketua Penadilan Negeri atas
permohonan salah satu pihak yang bersengketa .
• 14.Yang berwenang menangani masalah pengakuan dan
pelaksanaan putusan arbitrase internasional adalah
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat .
• Klausula Arbitrase
• Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
menyatakan bahwa perjanjian arbitrase itu adalah
• “Suatu kesepakatan berupa klausula abitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjiaan tertulis yang dibuat
para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu
perjanjiaan arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak
setelah timbul sengketa .”
• Karena perjanjian arbitrase dapat dibuat sebelum atau
sesudah timbul sengketa oleh para pihak berdasarkan
isi pasal tersebut maka bentuk klausula abitrase
tersebut dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu
pactum de compromittendo dan acta compromise .
• 1. Pactum de compromittendo
• Pactum de compromittendo adalah adanya kesepakatan
bagi para pihak yang membuat perjanjiaan agar pada
kemudian hari apabila terjadi sengketa dapat diselesaikan
melalui arbitrase. Pactum de compromittendo merupakan
klausula yang dicantumkan dalam perjanjian sehingga
klausula tersebut menjadi bagian dari perjanjian tersebut
atau dengan kata lain bahwa klausula tersebut dimaksudkan
untuk menjadi bagian dari kontrak yang dibuat .
• 2. Acta compromise
• Acta compromise adalah adanya kesepakatan yang
dituangkan dalam perjanjian bagi kedua pihak yang
berselisih, yaitu untuk menyelesaikan sengketa melalui
arbitrase, namun kesepakatan tersebut muncul setelah
terjadinya sengketa .
• Jenis-jenis Arbitrase
• Jenis-jenis arbitrase antara lain, (1) Arbitrase ad hoc
atau volunteer dan (2) arbitrase institusional yang
meliputi Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
dan Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) .
• 1. Arbitrase ad hoc atau volunteer
• Arbitrase ad hoc atau volunteer merupakan arbitrase
yang di bentuk secara khusus untuk menyelesaikan
atau memutus perselisihan tertentu . Arbitrase ini
bersifat incidental . Kedudukan dan keberadaannya
hanya untuk melayani dan memutus kasus
perselisihan tertentu . Apabila sengketa telah di
putus maka keberadaan dan fungsi arbitrase ad hoc
akan lenyap dan berakhir dengan sendirinya .
• 2. Arbitrase institusional
• Arbitrase institusional merupakan lembaga atau
badan arbitrase yang bersifat permanen . Oleh
karena itu, arbitrase ini disebut juga dengan
permanent arbital body . Pembentukan lembaga
ini bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang
timbul bagi mereka yang menghendaki
penyelesaian sengketa di luar pengadilan . Lebih
lanjut, lembaga arbitrase institusional yang ada
di Indonesia, antara lain Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI) dan Badan Arbitrase
syariah Nasional (Basyarnas) .
• BANI dibentuk berdasarkan Keputusan Kadin
Nomor 152/DPH-1977 tanggal 10 November 1977 .
Lembaga ini memiliki tujuan agar mampu
menyelesaikan sengketa atau beda pendapat yang
terjadi pada berbagai sektor perdagangan, industri,
dan keuangan, yaitu melalui arbitrase dan bentuk-
bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya,
antara lain sengketa dalam bidang asuransi,
keuangan, pabrikasi, hak atas kekayaan intelektual,
lesensi, waralaba, konstruksi, pelayaran, serta
lingkungan hidup . Badan ini bertindak secara
otonom dan independen dalam penegakan hukum
dan keadilan .
• Lembaga Arbitrase Internasional
• Lembaga arbitrase internasional meliputi
• 1.Court of Arbitration of the International
Chamer of Commerce (ICC) ;
• 2.The International Center for Settlement of
Investment Disputes (ISCID) ;
• 3.The United Nations Commission on
International Trade Law (UNCITRAL) .
• Alternatif Penyelesaian Sengketa
• (Alternative Dispute Resolution—ADR)
• Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaan Sengketa merumuskan bahwa
yang dimaksud dengan alternatif penyelesaian
sengketa adalah “Lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan
cara negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli .”
• Alternatif penyelesaian sengketa (ADR) sering diartikan
sebagai alternative to litigation dan alternative to
adjudication . Pemilihan terhadap salah satu dari dua
pengertian tersebut menimbulkan implikasi yang
berbeda .
• Apabila pengertian pertama yang menjadi acuan
(alternative to litigation) maka seluruh mekanisme
penyelesaian sengketa di luar pengadilan, termasuk
arbitrase yang merupakan bagian dari ADR . Sementara
itu, pengertian ADR sebagai alternatif to adjudication
dapat diartikan sebagai mekanisme penyelesaian
sengketa yang bersifat konsensus atau kooperatif,
seperti halnya negosiasi, mediasi, dan konsolidasi . Lebih
lanjut, dalam pengertian alternative to adjudication,
arbitrase bukan termasuk bagian dari ADR (Margono,
2000 : 36) .
• Sehubungan dengan adanya dua pengertian tersebut,
timbul pertanyaan Apakah Undang-Undang Arbitase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa menganut pengertian
alternative to litigation atau alternative to adjudication ?
• Dengan demikian, penyelesaian sengketa diluar pengadilan
memiliki banyak alternatif sesuai dengan kebutuhan dan
pertimbangan para pihak yang bersengketa . Peluang untuk
menyelesaikan sengketa bisnis di luar pengadilan merupakan hal
yang tepat mengingat banyak pelaku bisnis, baik nasional maupun
internasional yang ingin menyelesaikan sengketa secara cepat dan
rahasia diluar pengadilan . Fakta memang menunjukkan adanya
kecenderungan apabila penyelesaian sengketa melalui pengadilan
akan memakan waktu yang cukup panjang . Hal ini terjadi karena
tahapan yang dinilai cukup panjang, yaitu dari Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung, baik dengan cara kasasi
ataupun peninjauan kembali hingga sampai pada putusan yang
memiliki kekuatan hukum yang pasti dan dapat dilaksanakan .
• Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai
mekanisme atau bentuk ADR, berikut ini akan diuraikan beberapa
mekanisme ADR .
• Negosiasi (Negotiation)
• Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak
memberikan definisi tentang negosiasi . Namun, untuk mengenal negosiasi
lebih dalam diberikan beberapa arti dan definisi . Negosiasi berasal dari kata
latin, negotium yang berarti kegiatan atau usaha yang merujuk pada bentuk
tawar-menawar atau banding dengan sudut pandang guna mencapai
kesepakatan .
• Peter Spiller dalam bukunya Dispute Resolution in New Zealand memberikan
definisi sebagai berikut.
• “Negotiation is a creative process in which the parties involed in an issue
discuss their position, needs and interests in order to find a positive, realistic
and wide-ranging solution . More commonly negation is a process of give and
take, trading of variables over which parties exercise discretion, leading to an
outcome which acknowledge the differing prospectives of those involved .
(Negosiasi adalah sebuah proses kreatif saat para pihak terlibat dalam sebuah
isu yang mendiskusikan posisi mereka, kebutuhan, dan kepentingan-
kepentingan mereka dalam rangka menghasilkan penyelesaian yang positif,
realistis, dan berjangkauan luas .
• Secara umum, negosiasi adalah proses memberi dan menerima,
mempertukarkan beberapa hal yang mengkondisikan para pihak membuat
kebijakan yang mengarah kepada suatu hasil yang mengakui perbedaan
pandangan dari mereka yang terlibat) .
• Center for Dispute Resolution, University of Technology Sidney memberikan
definisi sebagai berikut .
• Negotiation is a process in which two or more parties try to resolve
difference, solve problems, and reach agreement . (Negosiasi adalah
sebuah proses ketika dua pihak atau lebih mencoba menyelesaikan
perbedaan, menyelesaikan masalah, dan mencapai kesepakatan) .
• Mark E. Roszowski dalam bukunya yang berjudul Business Law, Cases and
Policy menulis definisi negosiasi sebagai berikut .
• “Negotiation is a process by which two parties, differing demands reach
and agreement generally through compromise and concession . (Negosiasi
adalah sebuah proses ketika dua pihak yang saling bertentangan mencapai
suatu kesepakatan umum melalui kompromi dan saling memberikan
kelonggaran) .
• Berdasarkan literature hukum, diketahui bahwa pada
umumnya proses negosiasi merupakan salah satu sarana
altenatif penyelesaian sengketa yang bersifat informal,
meskipun ada kalanya dilakukan secara formal . Melalui
negosiasi, para pihak yang bersengketa atau berselisih
paham dapat melakukan proses penjajakan kembali akan
hak dan kewajiban para pihak dengan/melalui situasi yang
saling menguntungkan (win-win solution) dengan
memberikan atau melepaskan kelonggaran atas hak-hak
tertentu berdasarkan asas timbal balik .
• Dalam mekanisme nogosiasi, penyelesaian tersebut harus
dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan
diantara para pihak yang bersengketa tanpa melibatkan
orang ketiga untuk menyelesaikan sengketa melalui negosiasi
yang diberikan waktu empat belas hari untuk melakukan
prosesnya .
• Persetujuan atau kesepakatan yang telah dicapai tersebut
kemudian dituangkan secara tertulis untuk ditanda tangani oleh
para pihak dan dilaksanakan sebagaimana mestinya .
Kesepakatan tertulis tersebut bersifat final dan mengikat bagi
para pihak . Kesepakatan tertulis tersebut menurut ketentuan
Pasal 6 ayat (7) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa wajib
didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam jangka waktu tiga puluh
hari terhitung sejak tanggal dicapainya kesepakatan .
• Negosiasi yang baik dan efektif adalah negosiasi yang
didasarkan pada data riil yang akurat dan faktual sehingga
setiap argumen dan kehendaknya tidak terlepas dari fakta yang
ada . Di samping itu, harus ditopang dengan negosiator yang
andal dan professional yang memahami tujuan dilakukannya
negosiasi serta mempunyai daya kemampuan optimal dalam
menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi dan
terhindar dari kemungkinan dead lock (Sutiyoso, 2006 : 46) .
• Mahendra Wijaya dalam bukunya Mediasi dan
Negosiasi yang Efektif dalam Resolusi Konflik
mengemukakan bahwa negosiator yang andal
hendaknya memenuhi beberapa persyaratan
sebagai berikut
• 1.Berkepribadian mantap dan percaya diri.
• 2.Tidak sombong.
• 3.Bersikap simpatik, ramah, dan/atau sopan .
• 4.Disiplin dan memiliki prinsip .
• 5. Komunikatif .
• 6.Wawasan dan pengetahuan luas .
• 7.Cepat membaca situasi dan jeli dalam
menangkap peluang .
• 8.Ulet, sabar, dan tidak mudah putus asa .
• 9.Akomodatif dan kompromis .
• 10.Berpikir positif dan optimis .
• 11.Dapat mengendalikan emosi .
• 12.Berpikir jauh ke depan .
• 13.Memiliki selera humor .
• Menurut Leo Kanowitz dalam Sutiyoso, (2006 : 47) dijelaskan
bahwa agar negosiasi berjalan sukses dan optimal, ada
beberapa kekuatan yang perlu diperhatikan oleh para
negosiator sebagai berikut .
• 1.Kekuatan dari pengetahuan dan keterampilan .
• 2.Kekuatan dari hubungan yang baik .
• 3.Kekuatan dari alternatif yang baik dalam negosiasi .
• 4.Kekuatan untuk mencapai pnyelesaian yang elegan .
• 5.Kekuatan legitimasi .
• 6.Kekuatan komitmen .
• Selanjutnya, Garry Goodpaster mengemukakan bahwa ada
beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan negosiasi,
yaitu (1) kekuatan tawar-menawar (bargaining power), (2)
pola tawar-menawar (bargaining pattern), dan (3) strategi
dalam tawar menawar (bargaining stategy) .
• Mediasi (Mediation)
• Pengertian Mediasi
• Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak memberikan definisi mengenai
mediasi . Tidak mudah memang untuk memberikan sebuah definisi
mediasi yang dapat dengan tepat menggambarkan dan membedakan
mediasi dengan mekanisme penyelesaian sengketa lainnya .
• Laurence Boulle dalam bukunya Mediation, Principle, Process, Practice
memberikan definisi sebagai berikut .
• Mediation is a decision making process in which the parties are
assisted by a third party, the mediator attempt to improve the process
of decision-making and to assist the parties reach an outcome to each
of them can assent . (Mediasi adalah sebuah proses pembuatan
keputusan dari para pihak yang bersengketa dengan dibantu oleh
seorang pihak ketiga, yaitu mediator yang berusaha meningkatkan
proses pembuatan keputusan dan membantu para pihak dalam
mncapai sebuah hasil yang disetujui oleh para pihak) .
• Forberg dan Taylor memberikan definisi sebagai berikut .
• Mediation is the process by which the participants,
together with the assistance af neutral person or
persons, systematically isolate dispute issues in order to
developed options, consider alternatives,and reach a
consensual settlement that will accommodate their
needs . (Mediasi adalah sebuah proses saat para pihak
bersama dengan seorang atau beberapa orang ke tiga
netral yang membantu, secara sistematis menentukan
masalah-masalah yang dipersengketakan dalam rangka
membangun pilihan-pilihan, mempertimbangkan
alternatif-alternatif dalam mencapai suatu persetujuan
penyelesaian yang menampung keinginan-keinginan
mereka) .
• Selain definisi yang telah diungkapkan di atas, Mark
E. Roskowski juga memberikan definisi mediasi
sebagai berikut .
• Mediation is a relatively informal process in which a
neutral third party, the mediator, helps to resolve a
dispute . In many respect, therefore, mediation can
be considered as structured negotiation in which the
mediator facilitates the process . (Mediasi adalah
sebuah proses yang relatif formal saat pihak ketiga,
yaitu mediator membantu untuk menyelesaikan
sengketa . Oleh karena itu, dalam banyak hal,
mediasi dapat dianggap sebagai negosiasi yang
terstruktur ketika mediator memfasilitasi proses
tersebut) .
• Dalam Black’s Law Dictionary, mediasi diartikan
sebagai berikut .
• Mediation is private, informal dispute resolution
process in which a neutral third person, the
mediator, helps, disputing parties to reach an
agreement . The mediator has no power to impose
a decision to the parties . (Mediasi adalah proses
penyelesaian sengketa secara pribadi, informal
saat pihak ketiga yang netral, yaitu mediator
membantu para pihak yang bersengketa untuk
mencapai kesepakatan . Mediator tidak
mempunyai kewenangan untuk menetapkan
keputusan untuk para pihak.)
• Dengan demikian, mediasi pada prinsipnya adalah
salah satu mekanisme penyelesaian sengketa di
luar pengadilan (out of court settlement) melalui
perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang
bersifat netral dan tidak memihak . Pihak ketiga ini
dinamakan mediator yang bertugas untuk
membantu para pihak yang bersengketa dalam
mengidentifikasi isu-isu yang dipersengketakan
guna mencapai kesepakatan . Dalam menjalankan
fungsinya, mediator tidak mempunyai
kewenangan untuk membuat keputusan .
• Karakteristik Mediasi
• Mediasi memiliki karakteristik-karakteristik sebagai
berikut .
• 1. Interest accommodation/interest based-problem solving
• Penyelesaian sengketa didasarkan pada terakomodasinya
kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang bersengketa .
Mekanisme ini lebih mengutamakan persamaan dari pada
perbedaan .
•  
• 2. Veluntary and consensual
• Kesediaan para pihak untuk menyelesaikan sengketa
dengan menempuh melalui mekanisme mediasi bersifat
sukarela dan telah disepakati oleh pihak yang bersengketa .
• 3. Procedural flexibility
• Prosedur yang ditempuh dalam proses untuk mencapai
kesepakatan bersifat informal, luwes . Tidak ada sebuah
proses yang baku atau standar yang harus diterapkan
seperti dalam proses ligitasi di pengadilan atau arbitrase .
Pada mekanisme mediasi, prosedurnya ditetapkan oleh
pihak-pihak yang bersengketa dengan di Bantu oleh
mediator .
• 4. Norm creating
• Penyelesaian sengketa tidak harus mengacu pada norma
hukum privat yang berlaku atau pada isi perjanjian atau
kontrak yang menjadi pokok sengketa . Di dalam mekanisme
ini, para pihak dengan dibantu mediator dapat membangun
norma-norma baru yang di sepakati para pihak sebagai
acuan untuk menyelesaikan sengketa mereka .
• 5. Person-centered
• Kemauan yang serius dari para pihak diperlukan guna mencapai
kesepakatan . Kesepakatan tidak akan tercapai apabila dalam diri masing-
masing pihak masih ada keengganan untuk melanjutkan kerja sama .
• 6. Relationship-oriented
• Mekanisme mediasi dilaksanakan dalam hal para pihak yang bersengketa
masih saling menghargai atau setidaknya menilai bahwa hubungan bisnis
atau kerja sama diantara mereka masih berharga untuk dilanjutkan . Oleh
karena itu, mediasi berorientasi untuk mencapai kesepakatan yang dapat
mempertahankan dan melanjutkan hubungan di antara para pihak . Hasil
mediasi tentunya hasil yang dapat di terima para pihak secara suka rela
(voluntary), kepentingan dan harga dirinya terakomodasi, tidak ada yang
merasa di rugikan . Dengan demikian, hasil mediasi maupun mekanisme
ADR lainnya dikatakan bersifat win-win solution . Untuk mencapai hasil
yang win-win solution dalam suasana konflik bukanlah hal yang mudah
bagi para pihak sehingga dibutuhkan bantuan dari mediator yang andal .
 
• 7. Future focus
• Penyelesaian sengketa melalui mekanisme mediasi tidak
mencari siapa yang salah atau benar atau siapa yang
wanprestasi dan siapa yang dirugikan atau siapa yang
dilanggar pada masa lalu yang mengakibatkan timbulnya
sengketa . Fokus mediasi adalah mencapai kesepakatan
karena para pihak memahami bahwa jika konflik terus
berlanjut para pihak akan mengalami kerugian, yaitu
kehilangan dalam meraih peluang pada masa mendatang .
Dengan demikian, persoalan pada masa lalu yang
menimbulkan konflik tidak diungkapkan lagi, tetapi lebih
diutamakan untuk mencapai kesepakatan agar dari kerja
sama yang dilanjutkan tersebut membawa keuntungan bagi
mereka .
• 8. Private and confidential
• Salah satu dipilihnya mekanisme mediasi maupun
mekanisme ADR lainnya adalah sifatnya yang
pribadi . Sengketa yang diselesaikan melalui
mekanisme mediasi ditujukan terutama untuk
wilayah sengketa pribadi yang tunduk pada hukum
perdata atau dagang . Namun, dalam wilayah
sengketa hukum publik di Indonesia pada saat ini
dapat juga dilakukan mediasi seperti dalam bidang
hukum lingkungan hidup . Proses yang ditempuh
dalam mekanisme mediasi bersifat tertutup atau
rahasia (confidential) untuk umum atau pihak lain .
• Syarat-syarat Keberhasilan Mediasi
• Goodpaster dalam Sutiyoso (2006 : 57) mengemukakan bahwa
mediasi akan berhasil apabila memenuhi syarat sebagai
berikut .
• 1.Para pihak mempunyai kekuatan tawar-menawar (bargaining
position) yang seimbang
• 2.Para pihak menaruh perhatian terhadap hubungan pada
masa mendatang .
• 3.Terdapat persoalan yang memungkinkan terjadinya
pertukaran kepentingan (trade off) .
• 4.Terdapat urgensi atau batas waktu untuk menyelesaikan .
• 5.Para pihak tidak memiliki permusuhan yang berlangsung
lama dan mendalam .
• 6.Mempertahankan suatu hak tidak lebih penting di
bandingkan dengan menyelesaikan persoalan yang mendesak .
• Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif penyelesaian Sengketa
mewajibkan kesepakatan yang diperoleh melalui
mediasi dituangkan secara tertulis sebagai
sebuah kesepakatan bersama . Kesepakatan
penyelesaian sengketa atau beda pendapat
secara tertulis melalui bantuan mediator bersifat
final dan mengikat . Kesepakatan tertulis wajib
didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu
paling lama tiga puluh hari terhitung sejak
tanggal penandatanganan dan wajib
dilaksanakan dalam waktu paling lama tiga puluh
hari sejak pendaftaran .
konsiliasi
• Pengertian Konsiliasi
• Penyebutan konsiliasi sebagai salah satu lembaga alternatif penyelesaian
sengketa dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
penyelesaian Sengketa . Seperti halnya pada negosiasi dan mediasi, Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
penyelesaian Sengketa tidak memberikan definisi mengenai konsiliasi.
• John Wade dari Bond University Dispute Resolution Center, Australia,
memberikan definisi sebagai berikut .
• Conciliation is a process by which the parties in a conflict with assisting of a
neutral third party (conciliator) identifying the problem, creating options,
consider solution options, and strive to rech agreement . (Konsiliasi
merupakan sebuah proses saat pihak dalam sebuah konflik dengan bantuan
seorang pihak ketiga netral (konsiliator), mengidentifikasi masalah,
menciptakan pilihan-pilihan, mempertimbangkan pilihan penyelesaian) .
• Di Inggris, Amerika Serikat, dan Australia istilah
conciliation ‘konsiliasi’ sering digunakan juga untuk
mediation ‘mediasi’ atau sebaliknya . Hal ini karena
konsiliasi dan mediasi hampir sama sehingga sulit
dibedakan atau dapat dikatakan tidak mempunyai
perbedaan yang sangat mendasar . Konsiliasi dan mediasi
mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencapai konsensus .
• Konsiliator dapat menyarankan syarat-syarat penyelesaian
dan mendorong para pihak untuk mencapai kesepakatan .
Berbeda dengan negosiasi dan mediasi, dalam proses
konsiliasi, konsiliator mempunyai peran yang luas . Ia
dapat memberikan saran berkaitan dengan materi
sengketa maupun terhadap hasil perundingan . Dalam
menjalankan peran ini. Konsiliator dituntut untuk aktif
berperan .
• Syarat-syarat Keberhasilan Konsiliasi
• Goodpaster dalam Sutioso (2006 : 95) mengemukakan
bahwa konsiliasi akan berhasil apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut .
• 1.Para pihak mempunyai kekuatan tawar-menawar
(bargaining position) yang seimbang
• 2.Para pihak menaruh perhatian terhadap hubungan pada
masa mendatang
• 3.Terdapat persoalan yang memungkinkan terjadinya
pertukaran kepentingan (trade off)
• 4.Terdapat urgensi atau batas waktu untuk menyelesaikan
• 5.Para pihak tidak memiliki permusuhan yang berlangsung
lama dan mendalam
• 6.Mempertahankan suatu hak tidak lebih penting di
bandingkan dengan menyelesaikan persoalan yang
• Penilaian Ahli (Expert Appraisal)
• Penilaian ahli merupakan salah satu mekanisme
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang
disebutkan dalam Pasal 1 butir 10 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa selain konsultasi, negosiasi, dan
mediasi . Namun, undang-undang tersebut tidak
memberikan pengertian dan aturan lebih lanjut
mengenai penilaian ahli . Hal ini dapat dimaklumi karena
alternatif penyelesaian sengketa beserta mekanismenya
merupakan hal yang baru di Indonesia . Berbeda dengan
di negara-negara common law (anglo saxon), alternatif
penyelesaian sengketa atau dikenal dengan sebutan
alternative dispute resolution (ADR) sudah melembaga
dalam sistem hukum mereka .
• Hillary Astor dalam bukunya Dispute Resolution in
Australia memberikan definisi sebagai berikut .
• Expert appraisal is a process which provides for an
abjective, independent and impartial determination of
diputes facts or issues by an expert appointed by the
parties . (Penilaian ahli merupakan sebuah proses
yang menghasilkan suatu pendapat objektif,
independen, dan tidak memihak atas fakta-fakta atau
isu-isu yang dipersengketakan, oleh seorang ahli yang
ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa) .
• Apabila sudah disepakati sejak awal untuk
menggunakan mekanisme penilaian ahli maka
pendapat ahli tersebut bersifat final dan mengikat
(MacDonald dan Mcgill, 1997 : 298) .
• Dalam melakukan proses ini, dibutuhkan persetujuan dari para
pihak untuk memberikan dan mempresentasikan fakta dan
pendapat dari para pihak kepada ahli (expert) . Ahli tersebut
kemudian akan melakukan penyelidikan dan pencarian fakta
guna mendapatkan informasi lebih lanjut dari para pihak dan
akan membuat keputusan sebagai ahli, bukan sebagai arbiter .
• Mekanisme penilaian ahli dapat dilakukan secara ad hoc dalam
sistim hukum di Indonesia, yaitu untuk suatu sengketa para
pihak dapat menunjuk orang yang dianggap ahli dalam bidang
hukum dan ahli dalam hal yang dipersengketakan untuk
memberikan penilaian terhadap sengketa mereka . Selain itu,
secara kelembagaan, kita dapat pula mengacu pada pasal 52
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif penyelesaian Sengketa yang menyatakan bahwa para
pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon
pendapat yang mengikat dari lembaga arbitrase atas hubungan
hukum tertentu dari sebuah perjanjian (Wijaya, 2001 : 95) .
Bab 12 . Hak Kekayaan
Intelektual ( HKI )
• PENGERTIAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
• Berdasarkan substansinya, hak kekayaan intelektual
(HKI) berhubungan erat dengan benda tidak
berwujud serta melindungi karya intelektual yang
lahir dari cipta, rasa, dan karsa manusia (Utomo,
2009 : 1). Definisi yang bersifat umum dikemukakan
oleh Keogh dan Steward dalam utomo, 2009 : 2
yang mendifinisikan HKI sebagai sekumpulan hak
yang diberikan oleh hukum untuk melindungi
investasi ekonomi dari usaha-usaha yang kreatif .
• Dua lembaga internasional, yaitu United Nations Conference on
Trade ang Development (UNCTAD) dan International Society for
Clinical Densitometry (ISCD) mendefinisikan HKI sebagai hasil-hasil
usaha manusia kreatif yang di lindungi oleh hukum . Di
samping itu, Direktorat Jendral (Ditjen) HKI Departemen Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia bekerja sama dengan
European Commission ASEAN Project on the Protection of
Intellectual Property Rights (ECAP) mendefinisikan HKI sebagai hak
yang timbul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu
produk yang berguna bagi manusia (Ditjen HKI : 2006) .
• Apa pun rumusan definisi yang dikemukakan oleh para ahli maupun
lembaga- lembaga, HKI selalu mempunyai tiga unsur, antara lain .
• 1.hak eksklusif yang diberikan oleh hukum ;
• 2.hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan
pada kemampuan intelektual ;
• 3.kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi .
• HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
• Adanya hubungan yang sangat erat antara perlindungan HKI
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik sebuah
negara pasti tidak dapat disangkal lagi (Utomo, 2009 : 41) .
Amerika Serikat misalnya, mendapatkan keuntungan ekonomi
dalam jumlah yang besar dai produk-produk HKI . Sebagai
illustrasi, negara adi daya ini memperoleh pemasukan sebesar
lebih dari US$ 8 miliar per tahun melalui pembayaran royalti
(Kastemeier dan Beier,, 1989 : 286) .
• Eric H. Smith, Ketua Perhimpunan HKI Internasional Juga
sepakat bahwa produk-produk HKI memberikan sumbangan
yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan industri di
Amerika Serikat (AS) . Menurutnya, industri-industri inti dalam
bidang hak cipta mampu menyumbangkan sekitar 3,7% dari
pendapatan per kapita AS . Dalam bidang tenaga kerja, industri
tersebut juga berhasil memperkerjakan tiga juta orang atau
2,5% dari angkatan kerja Amerika Serikat (Smith, 1996 : 561) .
• Untuk menunjukkan bahwa sekitar 3,7% dari
pendapatan per kapita di AS dalam bidang hak cipta
mampu disumbangkan, kita dapat melihat contoh
berikut, yakni perihal hasil survei orang terkaya di
As yang dilakukan oleh majalah Forbes tahun 2009 .
Mark Zuckkerberg merupakan miliarder termuda
yang ada di deretan survei majalah Forbes . Remaja
berumur 25 tahun yang sukses setelah menciptakan
situs pertemanan Facebook ini tercatat memiliki
kekayaan sebesar 2 miliar dolar atau dalam mata
uang rupiah senilai dengan 19 triliun . Kekayaan
pada tahun ini pun tercatat mengalami peningkatan
sebesar 500 juta dolar akibat naiknya royalti dari
kesuksesan Faceebook .
• Selain itu, masih mengenai hasil survei orang
terkaya di AS, Bill Gate, pemegang HKI atas
Microsoft . Nama tersebut mungkin sudah tidak
asing lagi karena dalam enam belas tahun terakhir,
Bill Gates telah berturut-turut mengemban status
sebagai orang terkaya di AS berdasarkan hasil survei
yang dilakukan oleh Forbes . Pria berumur 53 tahun
ini tercatat mengalami penurunan pendapatan
akibat hantaman krisis ekonomi global hingga
mencapai 7 miliar dolar atau senilai dengan Rp 66,5
triliun . Namun, total kekayaan yang dimiliki oleh
Gates pada tahun ini tercatat mencapai 50 miliar
dolar atau senilai dengan Rp 475 triliun .
• CABANG-CABANG HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL
• Di Indonesia, dikenal tujuh cabang hak
kekayaan intelektual, antara lain (1) hak cipta
(copyright), (2) paten (patent), (3) merek
(trademark), (4) desain industri (industrial
design), (5) desain tata letak sirkuit terpadu
(integrated circuit layout desgn), (6) rahasia
dagang (trade secret), dan (7) perlindunan
varietas tanaman (plant varieties protection) .
Hak Cipta (Copyrght)
• Dasar Hukum dan Pengertian Hak Cipta
• Dalam HKI di Indonesia, pengaturan hak cipta sebagai cabang dari
HKI di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut dengan UUHC) .
Adapun yang dimaksud dengan hak cipta adalah hak eksklusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan-
peraturan yang berlaku . Yang dimaksud dengan hak eksklusif
adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya
sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak
tersebut tanpa izin pemegangnya . Lebih lanjut, pengertian
mengumumkan atau memperbanyak ialah kegiatan
menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalih
wujudkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan
mengomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apa pun .
• Sifat Kebendaan Hak Cipta
• Hak cipta mempunyai sifat sebagai benda bergerak
dalam kaitannya dengan hukum kebendaan . Benda
bergerak dalam hukum digolongkan menjadi dua,
yaitu benda bergerak berwujud dan benda bergerak
tidak berwujud . Hak cipta termasuk dalam golongan
benda bergerak tidak berwujud . Hak cipta dapat
beralih atau dialihkan kepada orang lain, baik
seluruhnya maupun sebagian . Namun, berbeda
dengan benda bergerak lainnya yang dapat dialihkan
secara lisan, beralih atau dialihkannya hak cipta tidak
dapat dilakukan secara lisan, tetapi harus dilakukan
secara tertulis, baik dengan maupun tanpa akta
notaris .
• Ciptaan yang Dilindungi
• Pasal 12 ayat (1) UUHC secara rinci menybutkan
berbagai ciptaan yang dilindungi, yaitu ciptaan
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang mencakup .
• 1.buku, program komputer, pamflet, perwajahan
(layout), karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lainnya ;
• 2.ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang
sejenisnya ;
• 3.alat peraga yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan ;
• 4.lagu atau musik dengan atau tanpa teks ;
• 5.drama atau drama musikal, tari, koreografi,
pewayangan, dan pantomim ;
• 6.seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis,
gambar seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung,
kolase (adalah komposisi artistik yang di buat dari
berbagai bahan, misalnya kain, kertas, atau kayu yang
ditempatkan pada permukaan gambar) dan seni
terapan ;
• 7.arsitektur ;
• 8.peta ;
• 9.seni batik ; fotografi ;
• 10.sinematografi
• 11.terjemahan, tafsir saduran, bunga rampai, database,
dan karya lain dari hasil penalih wujudan .
• Perlindungan sebagaimana disebutkan diatas termasuk
juga semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan,
tetapi sudah merupakan bentuk kesatuan yang nyata yang
memungkinkan perbanyakan hasil karya tersebut . Sebuah
ciptaan untuk dapat memperoleh perlindungan hukum
dari negara harus memenuhi dua syarat sebagai berikut .
• 1.Material form
• Arti material form adalah suatu ide atau pemikiran telah
dituangkan dalam bentuk nyata . Jadi, yang dilindungi
bukan suatu ide atau pemikiran .
• 2.Originality
• Arti originality adalah suatu ciptaan itu benar-benar
berasal dari orang yang mengaku sebagai penciptanya,
bukan berasal dari peniruan atau perbanyakan dari suatu
ciptaan lain yang telah ada.
• Pembatasan Hak Cipta
• Terdapat beberapa pembatasan terhadap ketentuan yang menetapkan
macam-macam ciptaan yang dilindungi sebagaimana yang telah
disebutkan, antara lain tidak ada hak cipta atas hasil rapat terbuka
lembaga-lembaga negara, peraturan perundang-undangan, pidato
kenegaraan, pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah, dan
keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya .
• 1. Tidak dianggap pelanggaran hak cipta apabila berupa perbuatan yang
tidak dapat dituntut sebagai perbuatan melanggar hak cipta, antara lain
• a. mengumumkan dan/atau memperbanyak lambang negara dan lagu
kebangsaan menurut sifatnya yang asli ;
• b. mengumumkan dan/atau memperbanyak segala sesuatu yang
diumumkan dan/atau diperbanyak oleh pemerintah, kecuali apabila hak
cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan pernyataan pada ciptaan itu
sendiri maupun ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak ; atau
• c. pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari
kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis
lain dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap .
• 2. Tidak dianggap pelanggaran hak cipta dengan syarat bahwa
sumbernya harus disebutkan atau diumumkan, antara lain
• a. penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dengan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pecinta ;
• b. pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun
sebagian guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar
pengadilan ;
• c. pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun
sebagian guna keperluan
• 1) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan
ilmu pengetahuan ; atau
• 2) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran
dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
pencipta .
• d. perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra dalam huruf braile guna keperluan para
tuna netra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial ;
• e. perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer
secara terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses
yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu
pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi
yang non komersial semata-mata untuk keperluan
aktivitasnya ;
• f. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan
pelaksanaan teknis agar karya arsitektur, seperti ciptaan
bangunan ;
• g. pembuatan salinan cadangan suatu program komputer
oleh pemilik program komputer yang semata-mata
dilakukan untuk digunakan sendiri .
• Pencipta
• Yang dianggap pencipta atas suatu ciptaan adalah (1) orang yang
namanya terdaftar dalam daftar umum ciptaan pada Direktorat
Jendral HKI atau (2) orang yang namanya disebut dalam ciptaan
atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan .
Ketentuan tersebut tidak berlaku jika terbukti sebaliknya . Apabila
suatu ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan di
kerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan
orang yang merancang, penciptanya adalah orang yang
merancang ciptaan itu . Apabila suatu ciptaan di buat dalam
hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan
pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak yang untuk dan
dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjiaan
lain antara kedua belah pihak dengan tidak mengurangi hak cipta
apabila penggunaan ciptaan itu diperluas sampai keluar
hubungan dinas .
• Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan hubungan
pesanan, pihak yang membuat karya cipta dianggap sebagai pencipta dan
pemegang hak cipta, kcuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak . Lebih
lanjut, jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari
padanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya, badan hukum
tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika terbukti sebaliknya .
• Dalam hal adanya ciptaan yang tidak dikenal penciptanya maka berlaku ketentuan
sebagai berikut .
• Negara memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan
benda budaya nasional lainnya .
• Negara memegang hak cipta atas cerita rakyat (folklore) dan hasil kebudayaan
rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda,
babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya .
• Dalam rangka melindungi cerita rakyat dan hasil budaya rakyat lain, pemerintah
dapat mencegah adanya monopoli atau komersialisasi serta tindakan yang
merusak atau memanfaatkan nilai komersial tanpa seizin Negara Republik
Indonesia sebagai pemegang hak cipta . Ketentuan ini dimaksudkan untuk
menghindari tindakan pihak asing yang dapat merusak misi kebudayaan
tersebut .
• Hak Pencipta
• Di dalam hak cipta terkandung dua macam hak
khusus bagi pencipta, yaitu hak ekonomi (economic)
dan hak moral (moral right) . Hak ekonomi adalah hak
untuk mendapatkan manfaat ekonomi bagi
penciptaannya atau pemegang hak cipta untuk
mendapatkan manfaat atas ciptaan serta produk hak
terkait . Sementara itu, hak moral adalah hak yang
melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak
dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun
walaupun hak ekonomi pada hak cipta atau hak
terkait telah dialihkan, kecuali dengan persetujuan
pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya
dalam hal pencipta telah meninggal dunia .
• Lebih lanjut, hak moral mengandung dua macam hak, yaitu
• 1.The right to protect the integrity of work, yaitu hak
pencipta bahwa setiap ciptaanya diumumkan atau di
perbanyak harus ditampilkan secara utuh tanpa distorsi,
mutilasi, atau bentuk perubahan lainnya yang meliputi
pemutar balikan, pemotongan, perusakan, penggantian
yang berhubungan dengan karya cipta yang pada akhirnya
akan merusak apresiasi dan reputasi pencipta .
• 2.Attributation atau authorship right, yaitu hak pencipta
bahwa setiap ciptaanya digunakan secara umum, harus
dicantumkan nama atau nama samarannya meskipun hak
ekonominya telah dialihkan, kecuali atas persetujuan
penciptanya atau ahli waris penciptanya dalam hal pencipta
telah meninggal dunia . Hak ini merupakan hak bagi
pencipta untuk diakui sebagai pencipta .
• Masa Berlaku Hak Cipta
• 1. Hak cipta atas ciptaan yang berupa
• a. buku, pamplet, dan semua hasil karya tuls lain ;
• b. drama atau drama musical, tari, koreografi ;
• c. segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung ;
• d. seni batik ;
• e. lagu atau musik dengan atau tanpa teks ;
• f. arsitektur ;
• g. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lain ;
• h. alat peraga ;
• i. peta ;
• j. terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai, berlaku selama hidup
pencipta dan terus berlangsung hingga lima puluh tahun setelah pencipta
meninggal dunia . Untuk ciptaan tersebut yang dimiliki oleh dua orang
atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia
paling akhir dan berlangsung hingga lima puluh tahun sesudahnya .
• 2. Hak Cipta atas ciptaan
• a. program komputer ;
• b. sinematografi ;
• c. fotografi ;
• d. database ;
• e. karya hasil pengalih wujudan ;
• f. perwajahan karya tulis yang diterbitkan ;
berlaku selama lima puluh tahun sejak
pertama kali diumumkan .
• Pendaftaran Hak Cipta
• Pendaftaran hak cipta bukan merupakan kewajiban atau
keharusan bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk
memperoleh perlindungan . Timbulnya perlindungan atas
suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud,
bukan karena pendaftaran . Hal ini berarti suatu ciptaan,
baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetap
dilindungi . Namun demikian, Direktorat Jendral HKI
Departemen Hukum dan HAM RI menyelenggarakan
pendaftaran ciptaan dan dicatat dalam daftar umum
ciptaan . Daftar umum tersebut dapat dilihat oleh setiap
orang tanpa dikenai biaya . Pendaftaraan ciptaan dalam
daftar umum ciptaan dilakukan atas permohonan yang
diajukan oleh pencipta atau pemegang hak cipta atau
kuasa .
• Sanksi Pidana
• Pelanggaran terhadap hak cipta akan
dikenakan sanksi sebagai berikut .
• 1.Barang siapa memperbanyak atau
mengumumkan suatu ciptaan tanpa izin
pencipta atau pemegang hak ciptaannya
dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) .
 
• 2.Barang siapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak
cipta atau hak terkait dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) .
• 3.Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak
memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial suatu program komputer dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) .
• Beberapa Prinsip Utama Hak Cipta
• Dari uraian diatas, sebagaimana diatur dalam UUHC
yang terdiri atas 78 Pasal, dapat disimpulkan bahwa
UUHC mengandung tujuh prinsip utama (Utomo,
2009 : 70), sebagai berikut .
• 1.Hak cipta melindungi perwujudan ide bukanlah ide
itu sendiri .
• 2.Hak cipta tidak memerlukan pendaftaran untuk
memperoleh perlindungan hukum . Meskipun
pendaftaran bukanlah sebuah kewajiban, dalam praktik
pendaftaran ciptaan itu terbukti sangat bermanfaat
bagi para pencipta karena dapat dipergunakan sebagai
alat bukti jika terjadi sengketa dengan pihak ketiga .
• 3.Hak cipta bersifat asli (original) dan pribadi
• Prinsip ini mengandung arti bahwa hak cipta lahir
dari ekspresi seseorang atau beberapa orang
pencipta yang bersifat khas . Disamping itu,
keaslian ciptaan merupakan hal penting untuk
membedakan ciptaan itu dengan ciptaan dari
pihak lain .
• 4.Ada pemisahan antara kepemilikan fisik dengan
hak yang terkandung dalam suatu benda .
• Prinsip ini sangat penting terutama berkaitan
dengan penggunaan hak ekonomi dari ciptaan
yang dilindungi oleh UUHC dalam bentuk kegiatan
perbanyakan atau pengumuman sebuah ciptaan .
• 5.Jangka waktu perlindungan hak cipta bersifat terbatas
• Prinsip ini sesuai dengan sifat HKI yang memberikan
monopoli terbatas kepada para pemegang hak . Setelah
jangka waktu perlindungan hukum terhadap ciptaan
berakhir, ciptaan tersebut akan menjadi milik
masyarakat (public domain) .
• 6. Pasal-pasal pidana dalam UUHC bersifat delik biasa
• Melalui prinsip ini, polisi dibantu oleh Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) bertindak secara aktif dalam
melindungi ciptaan dan pencipta atau pemegang hak
ciptanya atas suatu penyelenggaraan yang dilakukan
oleh pihak lain .
• 7. Perlindungan hak cipta berlaku terhadap warga
negara asing yang terlibat dalam perjanjian yang sama .
Paten (Patent)

• Sejarah Hukum Paten Indonesia


• Menurut Utomo (2009 : 99), perkembangan hukum paten di
Indonesia dapat dibagi kedalam tiga periode sebagai berikut
.
•  
• Periode Kepentingan Umum Vs Tekanan Internasional
(1989-1996)
• Pada fase ini, pemerintah Indonesia menganggap bahwa
HKI, terutama hukum paten bukanlah sebuah kebutuhan
yang mendesak untuk pembangunan ekonomi Indonesia .
Pada saat itu, pemerintah memerlukan alih tehnologi yang
berasal dari negara-negara maju untuk mengembangkan
pembangunan ekonomi . Perlindungan HKI (termasuk
hukum paten) yang sangat ketat akan menghambat alih
teknologi yang sedang dijalankan oleh pemerintah .
• Meskipun tidak ada UU di Indonesia sampai dengan tahun
1989, permohonan paten tetap dilakukan oleh pemerintah
sejak 1 November 1953 . Namun, fungsi pendaftaran
tersebut lebih bersifat administrative dan bukan untuk
memberikan hak paten . Sampai dengan tahun 1989, jumlah
pendaftaran paten sebesar 96% . Permohonan paten
tersebut diajukan oleh pemohon asing . Karena dominasi
pihak asing tersebut, pemerintah beranggapan bahwa UU
Paten akan merugikan pembangunan ekonomi Indonesia .
• Sementara itu, pada tahun 1980-an, ekonomi Indonesia
sangat bergantung pada negara-negara maju akibat turunnya
harga minyak . Sebagai akibatnya, ketika negara-negara maju
meminta Indonesia untuk mengundangkan peraturan HKI,
termasuk paten, pemerintah terpaksa mengikuti permintaan
tersebut dengan menerbitkan UU paten pada tahun 1989 .
• Periode Tunduk kepada Perjanjian Trade
Related Aspects of Intelectual Property
Rights─TRIPS (1997-2000)
• Pada periode ini, pemerintah telah
memutuskan untuk merevisi UU Paten Tahun
1989 sebagai bentuk komitmen pemerintah
untuk tunduk kepada perjanjian TRIPS . Revisi
UU paten itu sendiri telah dimulai pada akhir
tahun 1995 sebagai salah satu konsekuensi
keikut sertaan Indonesia dalam Organisasi
Perdagangan Dunia (World Trade Organization
—WTO) .
• Periode Peningkatan Penegakan Hukum (2001-2005)
• Pada periode ini, pemerintah sudah menyadari
sepenuhnya bahwa penegakan hukum terhadap
pelanggaran perjanjian TRIPS merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan sepenuhnya oleh semua anggota
WTO . Hal ini karena pada periode ini, nama Indonesia
dimasukan dalam watch country list oleh Amerika Serikat
. Artinya adalah Indonesia oleh Amerika Serikat termasuk
dalam negara-negara diawasi dalam hal pelaksanaan
penegakan hukum terhadap pelanggaran HKI (sebagian
besar pemegang HKI adalah pabrik asing ) di negara-
negara berkembang . Lebih lanjut, konsekuensi negara
yang masuk dalam watch country list sulit untuk
mendapatkan bantuan ekonomi dari Amerika Serikat .
• Dasar Hukum
• Dasar hukum berlakunya hukum paten di Indonesia
adalah UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten .
• UU Paten diterbitkan dengan pertimbangan sebagai
berikut .
• 1.Indonesia telah meretifikasi perjanjian-perjanjian
internasioal, perkembangan teknologi, industri, dan
perdagangan yang semakin pesat diperlukan adanya
UndangUndang Paten yang dapat memberikan
perlindungan yang wajar bagi investor .
• 2.UU Paten diperlukan dalam rangka menciptakan iklim
persaingan usaha yang jujur serta memperhatikan
kepentingan masyarakat pada umumnya .
• Pengertian
• Yang dimaksud dengan paten adalah hak eksklusif
yang diberikan oleh negara kepada inventor atas
hasil invensinya dalam bidang teknologi, selama
jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakannya .
Sementara itu, invensinya adalah ide inventor yang
dituangkan kedalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik dalam bidang teknologi,
dapat berupa produk atau proses atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau
proses . Istilah invensi digunakan untuk penemuan,
sedangkan inventor digunakan untuk penemu .
• Lebih lanjut, yang termasuk dalam pengertian penemuan , misalnya
menemukan benda yang tercecar, sedangkan invensi dalam
kaitannya dengan paten adalah hasil serangkaian kegiatan sehingga
tercipta suatu yang baru atau yang dahulunya belum ada (tentu
dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia, dengan
kesadaran bahwa semuanya tercipta karena Tuhan) . Dalam bahasa
inggris, dikenal juga istilah to discover, to find, dan to get . Kata-kata
tersebut, secara tajam berbeda artinya dengan to invent dalam
kaitannya dengan paten . Invensi tidak mencakup .
• 1.kreasi estetika ;
• 2.skema ;
• 3.aturan dan metode untuk melakukan kegiatan
– yang melibatkan kegiatan mental ;
– permainan ;
– bisnis ;
• 4.aturan dan metode mengenai program komputer ;
• 5.presentasi mengenai suatu informasi .
• Invensi yang Dapat Diberikan Paten
• Suatu invensi atau penemuan dapat diberikan paten
apabila invensi tersebut mengandung unsur (1) kebaruan
(novelty), (2) langkah-langkah inventif (inventive steps), dan
(3) dapat diterapkan dalam industri (industrial applicable) .
• Penjelasan masing-masing dari tiga unsur tersebut adalah
sebagai berikut .
• 1. Kebaruan (novelty)
• Sebuah invensi dianggap baru jika pada tanggal
penerimaan hak paten, invensi tersebut tidak sama dengan
teknologi yang diungkapkan atau yang telah ada
sebelumnya . Adapun yang dimaksud dengan tidak sama
tersebut, bukan sekedar berbeda, melainkan harus dilihat
sama atau tidak samanya fungsi ciri teknis dari invensi
tersebut dengan ciri teknis invensi sebelumnya .
• 2. Langkah-langkah inventif (inventive steps)
• Sebuah invensi mengandung langkah inventif apabila
invensi tersebut bagi seseorang yang mempunyai keahlian
tertentu dalam bidang teknik merupakan hal yang tidak
dapat diduga sebelumnya .
• 3. Dapat diterapkan dalam industri (industrial applicable)
• Sebuah invensi dapat diterapkan dalam industri apabila
invensi tersebut dapat dilaksanakan dalam industri . Jika
invensi tersebut dimaksudkan sebagai produk, produk
tersebut harus mampu dibuat secara berulang-ulang
(secara masal) dengan kualitas yang sama, sedangkan jika
invensi berupa proses, proses tersebut harus mampu
dijalankan atau digunakan dalam praktiknya .
• Invensi yang Tidak Dapat Diberikan Paten
• Paten tidak diberikan untuk invensi yang berkaitan dengan .
• 1.proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan
atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
ketertiban umum, atau kesusilaan ;
• 2.metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau
pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau
hewan ;
• 3.teori dan metode dalam bidang ilmu pengetahuan dan
matematika; atau
• 4.semua makhluk hidup kecuali jasad renik ;
• 5.proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman
atau hewan, kecuali proses nonbiologis atau proses
mikrobiologis .
• Paten Sederhana
• Setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan
mempunyai nilai kegunaan praktis yang disebabkan oleh
bentuk, konfigurasi, konstruksi, atau komponennya dapat
memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten
sederhana . Paten sederhana hanya diberikan untuk invensi
yang berupa alat atau produk yang bukan sekedar berbeda
ciri teknisnya, tetapi harus memiliki fungsi atau kegunaan
yang lebih praktis dibandingkan dengan invensi sebelumnya
dan bersifat kasat mata atau berwujud (tangible) . Sementara
itu, invensi yang sifatnya tidak kasat mata (intangible) seperti
metode atau proses, tidak dapat diberikan perlindungan
sebagai paten sederhana . Adapun objek paten sederhana,
dibatasi pada hal-hal yang bersifat kasat mata dan bukan yang
tidak kasat mata . Lebih lanjut, objek paten sederhana tidak
mencakp (1) proses, (2) penggunaan, (3) komposisi, dan (4)
produk yang menggunakan proses produksi .
• Jangka Waktu Paten
• Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua
puluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan
dan jangka waktu tersebut tidak dapat diperpanjang
. Sementara itu, paten sederhana diberikan untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut
tidak dapat diperpanjang . Secara umum, produk
atau alat yang dilindungi, diperoleh yang relatif
murah, dan dengan teknologi yang juga bersifat
sederhana sehingga jangka waktu perlindungan
selama 10 (sepuluh) tahun dinilai cukup untuk
memperoleh manfaat ekonomi yang wajar .
• Subjek Paten
• Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang
menerima lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan . Apabila
sebuah invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-
sama, hak atas invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh
para inventor yang bersangkutan . Kecuali terbukti lain, yang
dianggap inventor adalah seorang atau beberapa orang yang untuk
pertama kali dinyatakan sebagai inventor dalam permohonan .
Dalam hal adanya invensi karena hubungan kerja maka pihak yang
berhak memperoleh paten atas sebuah invensi yang dihasilkan
adalah pihak yang memberikan pekerjaan tersebut, kecuali
diperjanjikan lain .
• Ketentuan sebagaimana disebutkan diatas sama sekali tidak
menghapuskan hak inventor untuk tetap dicantumkan namanya
dalam sertifikat paten . Pencantuman nama inventor dalam sertifikat
pada dasarnya adalah lazim . Hal ini dikenal sebagai hak moral .
• Hak Pemegang Paten
• Hak pemegang paten mencakup hal-hal berikut .
• 1. Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk
melaksanakan paten yang dimilikinya dan melarang pihak
lain yang tanpa persetujuannya .
• a. dalam hal paten produk yang mencakup membuat,
menggunakan, menjual, mengimpor menyewakan,
menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau
disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten ;
• b. dalam hal paten proses yang menggunakan proses
produksi yang diberikan paten untuk membuat barang dan
tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) .
• Hak eksklusif artinya hak yang hanya diberikan kepada
pemegang paten untuk jangka waktu tertentu guna
melaksanakan sendiri secara komersial atau memberikan hak
lebih lanjut untuk itu kepada orang lain .
• Dengan demikian, orang lain dilarang melaksanakan paten
tersebut tanpa persetujuan pemegang paten . Yang
dimaksud dengan produk adalah yang mencakup alat,
mesin, komposisi, formula, produk dengan proses, sistem,
dan lain-lain . Contohnya adalah alat tulis, penghapus,
komposisi obat, dan tinta .
• Yang dimaksud dengan proses adalah yang mencakup
proses, metode atau penggunaan . Contohnya adalah proses
membuat tinta dan proses membuat tisu . Sementara itu,
yang dimaksud dengan pihak adalah orang, beberapa orang
secara bersama-sama, atau badan hukum yang disesuaikan
dengan konteks naskah masing-masing .
• 2. Dalam hal paten proses, larangan terhadap pihak lain
yang tanpa persetujuannya melakukan impor hanya berlaku
terhadap impor produk yang semata-mata dihasilkan dari
penggunaan paten proses yang dimilikinya .
• 3. Dikecualikan dari hak sebagaimana dimaksud pada angka (1)
dan (2) di atas, adalah apabila pemakaian paten tersebut untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisis
sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
pemegang paten .
• Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
bagi pihak yang benar-benar memerlukan penggunaan invensi
semata-mata untuk penelitian dan pendidikan . Disamping itu,
yang dimaksud dengan untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, percobaan, atau analisis, mencakp juga kegiatan
untuk keperluan uji bioekivalensi atau bentuk pengujian
lainnya . Yang dimaksud dengan tidak merugikan kepentingan
yang wajar dari pemegang paten adalah agar pelaksanaan atau
penggunaan invensi tersebut tidak digunakan untuk
kepentingan yang mengarah pada ekploitasi untuk kepentingan
komersial sehingga dapat merugikan bahkan dapat menjadi
• Kewajiban Pemegang Paten
• Kewajiban pemegang paten mencakup hal-hal berikut .
• 1. Pemegang paten wajib membuat produk atau menggunakan
proses yang diberikan paten di Indonesia .
• Ketentuan ini dimaksudkan untuk menunjang adanya alih
teknologi, penyerapan investasi, penyediaan lapangan kerja
dengan dilaksanakannya paten melalui pembuatan produk .
• 2. Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana disebutkan pada
angka (1) di atas, apabila pembuatan produk atau penggunaan
proses tersebut hanya layak dilakukan secara regional .
• Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengakomodasi rasionalitas
ekonomi dari pelaksanaan paten sebab tidak semua jenis invensi
yang diberikan paten dapat secara ekonomi menguntungkan jika
skala pasar bagi produk yang bersangkutan tidak seimbang
dengan investasi yang dilakukan
• Beberapa cabang industri menghadapai persoalan ini,
misalnya industri dalam bidang farmasi . Pada cabang industri
seperti itu, skala kelayakan ekonomi sering kali meliputi pasar
yang berskala regional, misalnya kawasan Asia Tenggara
sehingga kelonggaran diberikan atas dasar penilaian objektif .
• Apabila paten tidak akan dilaksanakan di Indonesia,
pemegang paten harus mengajukan permintaan kelonggaran
yang disertai dengan alasan dan bukti yang diberikan oleh
instansi yang berwenang . Sebagai contoh, dalam bidang obat
atau farmasi, bukti serupa diberikan oleh Departemen
Kesehatan, sedangkan dalam bidang elektronik diberikan oleh
Departen Perindustrian dan Perdagangan . Apabila invensi
tersebut menyangkut teknologi untuk keperluan dalam
bidang eksplorasi, keterangan deberikan oleh Departemen
Pertambangan dan Energi .
• Pengalihan dan Lisensi Paten
• Paten dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya
maupun sebagian karena (1) pewarisan, (2) hibah, (3)
wasiat, (4) perjanjian tertulis, atau (5) sebab lain yang
dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan .
Sebagaimana halnya dengan hak kekayaan intelektual
yang lain, seperti hak cipta dan merek, paten pada
dasarnya adalah hak milik perseorangan yang tidak
berwujud dan timbul karena kemampuan intelektual
manusia . Sebagai hak milik, paten dapat dialihkan oleh
inventornya atau oleh yang berhak atas invensi itu
kepada perorangan atau kepada badan hukum . Adapun
sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan, misalnya pemilikan paten karena pembubaran
badan hukum yang semula merupakan pemegang paten .
• Dalam hal yang menjadi sebab peralihan, paten
didasarkan atas peraturan di bawah undang-undang.
Peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan
Undang-Undang Paten . Pengalihan hak tidak
menghapus hak inventor untuk tetap dicantumkan
nama dan identitasnya dalam paten yang
bersangkutan . Hak ini disebut juga dengan hak
moral . Pemegang paten berhak memberikan lisensi
kepada pihak lain berdasarkan perjanjian lisensi untuk
paten . Berbeda dari pengalihan paten yang pemilikan
haknya juga beralih, lisensi melalui suatu perjanjian
pada dasarnya hanya bersifat pemberian hak untuk
menikmati manfaat ekonomi dari paten dalam jangka
waktu dan syarat-syarat tertentu pula .
• Sanksi Pidana
• Sanksi pidana yang dapat dijatuhkan untuk pelangar
hak paten adalah sebagai berikut .
• 1.Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak
melanggar hak pemegang paten dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(limaratus juta rupiah)
• 2.Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak
melanggar hak pemegang paten sederhana dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) .
• Prinsip-prinsip Penting dalam UU Paten
• Secara garis besar, ada delapan prinsip yang terdapat dalam UU
Paten Indonesia, yakni sebagai berikut .
• 1.Paten hanya terkait dengan invensi dalam bidang teknoloi yang
berisikan pemecahan masalah .
• 2.Perlindungan hukum terhadap invensi dalam bidang teknologi
didasarkan atas permohonan . Hal ini berarti bahwa pendaftaran
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para inventor agar
invensi dalam bidang teknologi yang mereka temukan dapat
dilindungi oleh UU Paten Indonesia .
• 3.Pendaftaran paten bersifat teritorial . Pendaftaran di suatu negara
tidak secara otomatis berlaku di negara lain, kecuali pemegang
paten telah mendaftarkan invensinya di negara-negara tersebut.
• 4.Sistem pendaftaran paten yang dianut oleh UU Paten Indonesia
adalah sistem pendaftaran pertama (first to file) atau pihak yang
mendaftar pertama kali di anggap sebagai pemilik invensi yang
diajukan paten .
• 5.Paten dapat dialihkan kepemilikannya melalui berbagai cara,
seperti pewaris, hibah, wasiat, perjanjian tertulis atau sebab-
sebab lain yang dibenarkan oleh perundang-undangan .
• 6.Untuk melindungi kepentingan masyarakat, UU Paten
mengatur bahwa bolar provision dan impor parallel bukan
merupakan pelanggaran .
• 7.Pengadilan Niaga mempunyai wewenang untuk
menyelesaikan perkara pelanggaran paten dalam bidang
perdata . Disamping itu, UU Paten juga menyediakan
kesempatan kepada para pihak untuk menyelesaikan perkara
pelangaran paten melalui lembaga arbitrase dan alternatif
penyelesaian sengketa .
• 8.Tindak pidana yang diatur di dalam UU Paten adalah delik
aduan . Melalui delik ini, pihak yang dirugikan diminta untuk
lebih aktif melapor . Tanpa pelaporan terlebih dahulu,
pelanggaran paten tidak akan diproses oleh penyidik .
Merek (Trademark)

• Dasar Hukum
• UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek merupakan
dasar hukum yang terbaru tentang perlindungan merek
di Indonesia . Sampai dengan saat ini, tercatat
pemerintah telah tiga kali merevisi UU Merek, yaitu
terhadap UU Nomor 19 Tahun 1992 sebagai revisi
tehadap UU Nomor 14 Tahun 1997, dan yang terbaru
adalah UU Nomor 15 Tahun 2001 yang masih berlaku
saat ini .
• Revisi UU Merek tersebut dilakukan untuk memenuhi
kewajiban Indonesia sebagai anggota WTO melalui
kebijakan menyesuaikan substansi undang-undang
nasional dengan standar internasional perjanjian TRIPS .
• Pengertian
• Pasal 1 angka 1 UU Merek merumuskan bahwa mereka adalah tanda yang
berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa . Dari definisi
tersebut, beberapa tanda yang dapat diklasifikasikan sebagai merek adalah
(1) kata, (2) huruf, (3) angka, (4) gambar, (5) warna, dan (6) gabungan
unsur-unsur tersebut . Lebih lanjut menurut Utomo (2009), dalam
perkembangannya di beberapa negara, terutama negara-negara maju,
mereka mulai memperkenalkan unsur-unsur baru, di luar unsur-unsur
tradisional yang telah di kenal selama ini . Unsur-unsur tersebut meliputi .
• 1.satu warna (single color) ;
• 2.tanda-tanda tiga dimensi (three-dimensional signs)
• a. berbentuk sebuah produk (shape of products) atau
• b. kemasan (packaging);
• 3. tanda-tanda yang dapat didengar (audible signs) ;
• 4. tanda-tanda yang dapat dicium (olfactory signs) ;
• 5. tanda-tanda bergerak (moving signs) .
• Jenis Merek
• Merek sebagaimana yang diatur dalam undang-undang mencakup merek
dagang dan merek jasa . Merek dagang adalah merek yang digunakan pada
barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan barang-barang
sejenis lainnya . Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa lainnya .
• Selain kedua jenis merek yang telah disebutkan, dalam UU Merek juga
dikenal adanya merek kolektif (collective marks), yaitu merek yang
digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-
sama untuk membedakan dengan dan/atau jasa sejenis lainnya . Lebih
lanjut, hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara
kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk
jangka waktu tertentu dengan menggunakan merek sendiri tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya .
• Pendaftaran Merek
• Pemilik sebuah merek akan mendapatkan perlindungan hukum
sebagai pemilik hak atas merek apabila merek tersebut telah
didaftarkan di Direktorat Jendral HKI, Departemen Hukum dan
HAM RI . Ketentuan-ketentuan di dalam pendaftaran merek
mencakup hal-hal berikut .
• 1. Sebuah merek dapat didaftarkan apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut .
• a. Adanya daya pembeda (substantial distinctiveness) .
• Merek yang akan didaftarkan tersebut harus dapat dibedakan
sedemikian rupa dengan merek barang atau merek jasa lain
yang sudah dimiliki oleh pihak lain .
• b. Keaslian (originality) .
• Merek yang akan didaftarkan merupakan merek yang baru asli
dari pihak yang akan mendaftarkan, dalam arti belum menjadi
milik umum (public domain) .
• 2. Sebuah merek tidak dapat didaftarkan apabila terjadi hal-hal
berikut .
• a. Permohonan diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak
baik . Pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang
mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat
apa pun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran
merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat
kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi
persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen .
Sebagai contoh, merek dagang A yang sudah dikenal masyarakat
secara umum sejak bertahun-tahun, ditiru sedemikian rupa
sehingga memiliki persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek dagang A tersebut . Dalam
contoh tersebut, sudah terjadi itikad tidak baik dari peniru
karena setidak-tidaknya patut diketahui unsur kesengajaannya
dalam meniru merek dagang yang sudah dikenal tersebut .
• b. Merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini .
• 1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum . Yang dimaksud
dengan pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan,
atau ketertiban umum adalah apabila penggunaan tanda tersebut dapat
menyinggung perasaan, kesopanan, ketentraman, atau keagamaan dari
khalayak umum atau dari golongan masyarakat tertentu .
• 2) Tidak memiliki daya pembeda
• Tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila tanda tersebut
terlalu sederhana seperti satu tanda garis atau satu tanda titik, ataupun
terlalu rumit sehingga tidak jelas .
• 3) Telah menjadi milik umum
• Salah satu contoh merek seperti ini adalah tanda tengkorak di atas dua
tulang yang bersilang yang secara umum telah diketahui sebagai tanda
bahaya . Tanda seperti itu adalah tanda yang bersifat umum dan telah
menjadi milik umum . Oleh karena itu, tanda itu tidak dapat digunakan
sebagai merek .
• 3. Sebuah merek harus ditolak permohonan
pendaftarannya apabila merek tersebut
• a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang
sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa
yang sejenis ;
• Yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya adalah
kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang
menonjol antara lain merek yang satu dengan merek yang
lain yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan,
baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan
atau kombinasi antara unsur-unsur maupun persamaan
bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut
.
• b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis ;
• Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan
memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai
merek tersebut dalam bidang usaha yang bersangkutan . Di
samping itu, perhatikan pula reputasi merek terkenal yang
diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran,
investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh
pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut
dibeberapa negara . Apabila hal-hal diatas belum dianggap
cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang
bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh
kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya merek yang
menjadi dasar penolakan .
• C.mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhanya
dengan indikasi geografis yang sudah dikenal ;
• D.merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto,
atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali
atas persetujuan tertulis dari yang berhak ;
• Yang dimaksud dengan nama badan hukum adalah nama
badan hukum yang digunakan sebagai merek dan terdaftar
dalam daftar umum merek .
• F.merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan
nama, bendera, lambang atau simbul atau emblem negara
atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang ;
• G.merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau
stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga
pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang
berwenang
• Indikasi Geografis
• Indikasi geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan
daerah asal suatu barang, karena faktor lingkungan geografis, termasuk
faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut
memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan .
Indikasi geografis adalah indikasi atau identitas dari suatu barang yang
berasal dari suatu tempat, daerah atau wilayah tertentu yang
menunjukkan adanya kualitas, reputasi, dan karakteristik, termasuk faktor
alam dan faktor manusia yang dijadikan atribut dari barang tersebut .
• Tanda yang digunakan sebagai indikasi geografis dapat berupa etiket atau
label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan . Tanda tersebut dapat
berupa nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut . Pengertian nama tempat dapat
berasal dari nama yang tertera dalam peta geografis atau nama yang
karena pemakaian secara terus-menerus sehingga dikenal sebagai nama
tempat asal barang yang bersangkutan .
• Jangka Waktu Perlindungan
• Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan
pendaftaran dan jangka waktu perlindungan itu dapat
diperpanjang . Sepanjang merek tersebut terus digunakan
dalam perdagangan barang dan jasa, perpanjangan merek terus
dapat dilakukan tanpa ada batas waktu .
•  
• Pengalihan Hak atas Merek Terdaftar
• Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena
• 1.pewarisan ;
• 2.wasiat ;
• 3.hibah ;
• 4.perjanjian ; atau
• 5.sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan .
• Yang dimaksud dengan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang ini, misalnya kepemilikan merek karena pembubaran
badan hukum yang semula pemilik merek . Pengalihan hak atas merek
karena hal-hal tersebut diatas wajib dimohonkan pencatatannya
kepada Direktorat Jendral HKI untuk dicatat dalam daftar umum merek
. Pengalihan hak atas merek terdaftar yang tidak dicatatkan dalam
daftar umum merek tidak berakibat hukum pada pihak ketiga .
• Pengalihan hak atas merek terdaftar dapat disertai dengan pengalihan
nama baik, reputasi, atau lain-lainnya yang terkait dengan merek
tersebut . Hak atas merek terdaftar yang tidak dapat dipisahkan dari
kemampuan, kualitas, atau keterampilan pribadi pemberi jasa yang
bersangkutan dapat dialihkan dengan ketentuan harus ada jaminan
terhadap kualitas pemberian jasa . Lebih lanjut, pengalihan hak atas
merek terdaftar hanya dicatat oleh Direktorat Jendral apabila disertai
dengan pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa merek
tersebut akan digunakan untuk perdagangan barang dan/jasa .
• Lisensi
• Pemilik merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihak lain
dengan perjanjian bahwa penerima lisensi akan menggunakan merek
tersebut untuk sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa .
Perjanjian lisensi berlaku diseluruh wilayah negara Republik Indonesia,
kecuali apabila diperjanjikan lagi, untuk jangka waktu yang tidal lebih
lama dari jangka waktu perlindungan merek terdaftar yang
bersangkutan . Perjanjian lisensi wajib dimohonkan pencatatannya
pada direktorat jendral dengan dikenai biaya dan akibat hukum dari
pencatatan perjanjian lisensi berlaku terhadap pihak-pihak yang
bersangkutan dan terhadap pihak ketiga .
• Pemilik merek terdaftar yang telah memberikan lisensi kepada pihal
lain sebagaimana di sebutkan diatas tetap dapat menggunakan sendiri
atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk
menggunakan merek tersebut, kecuali apabila diperjanjikan lain .
Dalam perjanjian lisensi, dapat ditentukan bahwa penerimaan lisensi
dapat memberikan lisensi lebih lanjut kepada pihak ketiga.
• Sanksi Pidana
• Pelanggaan terhadap merek dikenakan sanksi sebagai
berikut
• 1.Barang siapa denga sengaja dan tanpa hak menggunakan
merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek
terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis
yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) .
• 2.Barang siapa denga sengaja dan tanpa hak menggunakan
merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar
milik pihak lain untuk barang dan /atau jasa sejenis yang
diproduksi dan/atau yang diperdagangkan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) .
• Prinsip-prinsip penting yang berkaitan dengan merek yang
berlaku secara internasional di temukan juga didalam UU Merek
Indonesia sebagaimana sebagian telah diuraikan diatas .
Setidaknya ada sepuluh prinsip penting yang dapat disimpulkan
dari UU Merek Indonesia sebagai berikut .
• 1.Merek merupakan sebuah tanda yang membedakan sebuah
produk barang atau jasa dengan produk barang atau jasa yang
lain yang sejenis . Dalam menentukan tanda tersebut, UU Merek
Indonesia hanya berdasar pada unsur-unsur tradisional, seperti
gambar, nama, kata, huruf, angka, dan kombinasi antara unsur-
unsur tersebut . Sementara itu, unsur-unsur baru, seperti suara
(audio), bau (olfactory), dan bentuk (shapes) suatu produk belum
dimasukkan dalam UU Merek Indonesia .
• 2.Perlindungan merek diberikan dengan pendaftaran . Dengan
kata lain, pendaftaran merek merupakan syarat utama
perlindungan merek .
• 3.Pihak yang mengajukan permohonan pendaftaran
merek tidak hanya dibatasi pada orang, tetapi juga
badan hukum ataupun beberapa orang atau badan
hukum .
• 4.Tidak seperti cabang-cabang HKI yang lain, jangka
waktu perlindungan merek dapat terus diperpanjang
asalkan permohonan perpanjangan merek dilakukan dua
belas bulan sebelum jangka waktu tersebut berakhir .
• 5.Berkaitan dengan pendaftaran merek, UU Merek
menyediakan pengecualian khusus terhadap
perlindungan indikasi asal yang tidak harus didaftarkan .
• 6.UU Merek menganut asas pendaftaran pertama .
Melalui asas ini, pihak yang mereknya terlebih dahulu
dianggap sebagai pemilik merek yang sah .
• 7.UU Merek menggunakan prinsip pemohon merek yang
beritikad baik . Prinsip ini mengandung arti bahwa hanya pihak
yang berhak terhadap merek yang dapat mengajukan
permohonan pendaftaran merek .
• 8.Penghapusan merek oleh Direktorat Jendral HKI terjadi
karena empat kemungkinan, yaitu (a) atas prakarsa Direktorat
Jendral HKI, (b) atas permohonan dari pemegang merek, (c)
putusan pengadilan berdasarkan gugatan pengahpusan merek,
dan (d) tidak diperpanjang jangka waktu pendaftaran merek .
• 9.Untuk mempercepat penyelesaian perkara merek, putusan
pengadilan Niaga hanya data diajukan kasasi .
• 10.UU Merek menyandarkan proses tuntuan pidana
berdasarkan prinsip delik aduan . Melalui prinsip ini, pihak
pemilik merek yang dirugikan harus melapor terlebih dahulu
terhadap pelanggaran yang telah dilakukan oleh pihak lain
sebelum tuntutan tersebut diproses lebih lanjut oleh penyidik .
Desain Industri (Industrial Design )
• Dasar hukum berlakunya hukum desain industri di Indonesia adalah
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri . UU
Desain Industri diterbitkan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut.
• 1.Untuk memajuka industri yang mampu bersaing dalam lingkup
perdagangan nasional da internasional, perlu diciptakan iklim yang
mendorong kreasi dan inovasi masyarakat dalam bidang desain industri
sebagai bagian dari sistem HKI . Dengan demikian, diperlukan upaya
perlindungan yang lebih efektif terhadap berbagai bentuk pelanggaran
terhadap desain industri, seperti penjiplakan, pembajakan, atau peniruan .
• 2.Hal tersebut diatas didorong pula oleh kekayaan budaya dan etnis
bangsa . Indonesia yang sangat beraneka ragam merupakan sumber bagi
pengembangan desain industri .
• 3.Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia (Agreement Establishing the World Trade
Organization) yang mencakup TRIPS dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai desain industri .
• Pengertian
• Desain industri adalah sebuah kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari
padanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi
atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan . Berdasarkan definisi
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa desain industri mempunyai tiga
unsur pokok berikut .
• 1.Tiga dimensi dapat berupa bentuk dan konfigurasi
• 2.Dua dimensi dapat berupa garis dan warna
• 3.Kombinasi dari keduanya dapat berupa konfigurasi dan komposisi,
bentuk dan komposisi, serta bentuk, konfigurasi, dan komposisi .
• Desain industri dapat juga dianggap sebagai seni terapan dimana estetika
dan kemudahan dalam mengunakan suatu barang disempurnakan .
Sebuah karya desain dianggap sebagai kekayaan intelektual karena
merupakan hasil buah pikiran dan kreatifitas dari pendesainnya sehinga
dilindungi haknya oleh pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 31
• Jangka Waktu Perlindungan Desain
• Perlindungan terhadap hak desain industri diberikan
untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
tanggal penerimaan . Tanggal mulai berlakunya jangka
waktu perlindungan tersebut dicatat dalam daftar
umum desain industri dan diumumkan dalam berita
resmi desain industri . Daftar umum desain industri
adalah sarana penghimpunan pendaftaran yang
dilakukan dalam bidang desain industri yang memuat
keterangan tentang nama pemegang hak, jenis desain,
tanggal diterimanya permohonan, tanggal
pelaksanaan pendaftaran, dan keterangan lain tentang
pengalihan hak (bilamana pemindahan hak sudah
pernah dilakukan) .
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Integrated Circuit Layout Design)

• Dasar Hukum
• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 merupakan dasar hukum
yang pertama di Indonesia tentang Perlindungan Tata Letak Sirkuit
Terpadu (selanjutnya disebut UU DTLST) . Ada dua alas an yang
mendasari lahirnya UUDTLST . Pertama, Pemerintah Indonesia
berkeinginan untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam
lingkup perdagangan nasional dan internasional sehingga perlu
diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi masyarakat
dalam bidang desain tata letak sirkuit terpadu sebagai bagian dari
sistem HKI . Kedua, untuk melaksanakan kewajiban Indonesia yang
telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia yang mencakup Persetujuan TRIPS dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu mengatur ketentuan mengenai
DTLST dalam sebuah undang-undang .
• Pengertian
• Dalam Pasal 1 angka 1 UU DTLST dirumuskan secara formal
definisi sirkuit terpadu, yaitu sebuah produk dalam bentuk
jadi atau setengah jadi yang di dalamnya terdapat berbaai
elemen dan sekurang-kerangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif yang sebagian atau seluruhnya saling
berkaian serta dibentuk cara terpadu di dalam sebuah bahan
semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan
fungsi elektronik . Sementara itu, yang dimaksud dengan
desaian tata letak adalah kreasi yang berupa rancangan
peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-
kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif,
serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit
terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan
untuk mempersiapkan pembuat sirkuit terpadu .
• Untuk memberikan pengertian yang lebih rinci maka Pasal 1 angka 5
UU DTLST memberikan definisi tentang hak desain tata letak sikuit
terpadu, yakni .
• “Hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia kepada
pendesain atas hasil kreasinya, selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tersebut .”
• Sementara itu, yang dimaksud pendesain adalah “seorang atau
beberapa orang yang menghasilkan desain tata letak sirkuit terpadu .”
• Sirkuit terpadu merupakan salah satu komponen inti dalam industri
teknologi informasi . Sirkuit terpadu sering uga disebut chip (Utomo,
2009 : 178) . Dalam praktiknya, sirkuit adalah bagian penting didalam
membuat peralatan digital mulai alat-alat permesinan sampai semua
jenis peralatan rumah tangga . Lebih lanjut, sirkuit terpadu berisikan
sirkuit elektronik yang dibuat berdasarkan desain tiga dimensi yang
diletakkan pada lapisan yang terbuat dari bahan semikonduktor,
seperti silikon atau germanium serta gallium arsenide .
Jangka Waktu Perlindungan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

• Dalam hal DTLST telah diekploitasi secara


komersial, permohonan harus diajukan paling
lama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal
pertama kali dieksploitasi . Perlindungan
tersebut diberikan selama 10 (sepuluh) tahun .
Tanggal mulai berlakunya jangka waktu
perlindungan tersebut dicatat dalam daftar
umum DTLST dan diumumkan dalam berita
resmi DTLST .
Rahasia Dagang
• Dasar hukum
• Dasar hukum rahasia dagang di Indonesia adalah Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia dagang . UU Rahasia Dagang ini
merupakan undang-undang yang pertama kali di Indonesia mengenai
rahasia dagang . Pertimbangan yang mendorong pemerintah untuk
melindungi rahasia dalam bidang teknologi dan bisnis dengan
menerbitkan UU Rahasia Dagang adalah sebagai berikut .
• 1.Memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup
perdagangan nasional dan internasional sehingga perlu diciptakan iklim
yang mendorong kreasi dan inovasi masyarakat dengan memberikan
perlindungan hukum terhadap rahasia dagang sebagai bagian dari
sistem HKI .
• 2.Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia yang mencakup TRIPS sehingga wajib menyediakan
perlindungan terhadap rahasia dagang yang perlu diatur ketentuannya .
• Pengertian
• Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui
oleh umum dalam bidang teknologi dan/atau bisnis,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
rahasia dagang . Hak rahasia dagang adalah hak atas
rahasia dagang yang timbul berdasarkan undang-undang
ini .
• Sehubungan dengan pengertian mengenai rahasia
dagang maka UU Rahasia dagang mengatur lingkup
perlindungan rahasia dagang yang meliputi metode
produksi, pengolahan, penjualan, atau informasi dalam
bidang teknologi dean/atau bisnis yang memiliki nilai
ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum .
• Prinsip Utama dalam UU Rahasia Dagang
• Menurut Utomo (2009 : 164) ada tujuh prinsip utama yang diatur
oleh UU Rahasia Dagang Indonesia berikut ini .
• 1.Informasi yang dilindungi oleh rahasia dagang haruslah dalam
bidang teknologi dan bisnis, tidak diketahui oleh umum, memiliki
nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya .
• 2.Perlindungan hukum dibawah rezim rahasia dagang tidak
mensyaratka pendaftaran .
• 3.Tidak seperti cabang HKI yang lain, rahasia dagang tidak ada batas
waktu perlindungannya, perlindungan tersebut tetap berlangsung .
• 4.Hak-hak eksklusif yang diperoleh melalui rahasia dagang dapat
dialihkan kepada ahli waris melalui pewaris, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis, dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan . Selain itu, rahasia dagang juga
dapat dialihkan kepada pihak lain dengan cara lisensi .
• 5. Pelanggaran rahasia dagang terjadi apabila
seseorang dengan sengaja mengungkapkan
rahasia dagang dan mengingkari kesepakatan
tertulis ataupun tidak tertulis untuk menjaga
rahasia dagang tersebut . Namun, UU Rahasia
Dagang menyediakan beberapa pengecualian
terhadap pelanggaran rahasia dagang,
diantaranya adalah pengungkapan rahasia
untuk kepentingan hankam, kesehatan, dan
keselamatan masyarakat . Di samping itu,
tindakan rekayasa ulang untuk kepentingan
pengembangan sebuah produk juga
dikecualikan dari pelanggaran .
• 6.Pengadilan yang berwenang didalam UU
Rahasia Dagang adalah Pengadilan Negeri .
Namun, penyelesaian perkara di luar pengadilan
juga disediakan oleh UU Rahasia Dagang melalui
arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa .
• 7.Ketentuan pidana yang diatur di dalam UU
Rahasia Dagang adalah termasuk didalam
kategori delik aduan . Sifat delik seperti ini,
mewajibkan pemilik rahasia dagang atau pihak-
pihak yang terkait untuk mengadukan terlebih
dahulu pelanggaran yang telah terjadi terkait
dengan rahasia dagang tersebut .
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
• Dasar Hukum dan Pengertian
• Perlindungan atas varietas tanaman di Indonesia bersumber
pada UU Nomor 29 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (UU
PVT) . UU PVT ini merupakan UU Indonesia yang pertama kali
memberikan perlindungan untuk varietas tanaman .
Perlindungan varietas tanaman yang selanjutnya disingkat PVT
adalah perlindungan khusus yang diberikan negara yang dalam
hal ini diwakili oleh pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan
oleh kantor perlinungan varietas tanaman, terhadap varietas
tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui
pemuliaan tanaman . Hak perlindungan varietas tanaman adalah
hak khusus yang diberikan negara kepada pemulia dan/atau
pemegang hak perlindungan varietas tanaman untuk
menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi
persetujuaan kepada orang atau badan hukum lain untuk
menggunakannya selama waktu tertentu .
• Varietas Tanaman yang Mendapat Perlindungan
• Varietas yang dapat diberikan PVT adalah varietas dari jenis spesies
tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama .
Pengertian varietas secara umum adalah populasi tanaman dalam
satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang mempunyai sifat
genotype atau kombinasi genotype sebagai salah satu unsur karakter
dasar yang membedakan varietas tanaman yang satu dengan varietas
lainnya. Yang dimaksud dengan genotype adalah susunan gen yang
menghasilkan karakter tertentu . Penilaian dilakukan, baik terhadap
salah satu maupun beberapa sifat atau karakter tanaman yang
bersangkutan .
• Varietas yang apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan adalah
varietas tersebut tetap stabil dalam proses perbanyakan benih atau
propagasi dengan metode tertentu, misalnya produksi benih hibrida,
kultur jaringan, dan stek . Lebih lanjut, varietas dari spesies tanaman
yang dapat diberikan hak PVT adalah semua jenis tanaman, baik yang
berbiak secara generatif maupun secara vegetatif, kecuali bakteri,
bakteroid, mikriplasma, virus, viroid, dan bakteriofag .
• Varietas Tanaman yang Tidak Mendapat
Perlindungan
• Varietas yang tidak dapat diberikan PVT adalah
varietas yang penggunaannya bertentangan dengan
peraturan perundang-undanan yang berlaku,
ketertiban umum, kesusilaan, norma-norma agama,
kesehatan, dan kelestarian lingkungan hidup .
Varietas tanaman yang penggunaannya
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, ketertiban umm, kesehatan, kesusilaan,
dan lingkungan hidup, misalnya tanaman penghasil
psikotropika, sedangkan yang melanggar norma
agama misalnya varietas yang mengandung gen dari
hewan yang bertentangan dengan agama tertentu .
• Jangka Waktu Perlindungan Varietas Tanaman
• Jangka Waktu Perlindungan Varietas Tanaman ialah 20
tahun untuk tanaman semusim dan 25 tahun untuk
tanaman tahunan . Pengertian tanaman tahunan ditujukan
untuk jenis pohon dan tanaman merambat yang masa
produksinya lebih dari satu tahun, sedangkan yang lainnya
disebut tanaman semusim . Jangka waktu PVT dihitung
sejak tanggal pemberian hak PVT . Sejak tanggal pengajuan
permohonan hak PVT secara lengkap diterima kanor PVT
sampai dengan diberikan hak tersebut, kepada pemohon
diberikan perlindungan sementara, yaitu perlindungan yang
diberikan sejak diserahkannya pengajuan permohonan
secara lengkap sampai diterbitkan sertifikat PVT . Selama
jangka waktu perlindungan semntara tersebut, pemohon
mendapatkan perlindungan atas penggunaan varietas .
• Sanksi Pidana
• Barang siapa dengan sengaja melakukan salah
satu keiatan yang merupakan hak pemegang
PVT tanpa persetujuan pemegang hak PVT,
dipidana dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun dan denda paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
rupiah) .
BAB 13. Hukum Pajak Dalam Bisnis
• PENDAHULUAN
• Pada zaman dahulu, pajak merupakan sebuah upeti,
kewajiban yang dapat dipaksakan dan harus dilaksanakan
oleh rakyat . Hal ini sejalan dengan pernyataan Ratu
Sophia (1818-1877) bahwa pajak adalah darahnya rakyat
(sindiran Isa Djayadiningrat) (Djayadiningrat, 1965 : 1) .
Apabila mengacu pada pernyataan tersebut, jika suatu
negara, pemerintah, memungut pajak, hal ini berarti
pemerintah melakukan penghisapan darah rakyat .
Pernyataan tersebut ada benarnya jika direnungkan lebih
mendalam, sepanjang masalah keadilan diabaikan sama
sekali dalam hukum pajak .
• Pajak disebut juga sebagai hukum (recht) dan kata keadilan
merupakan kata kunci perpajakan pada sebuah negara hukum . Di
belahan dunia manapun masyarakat pasti tidak dapat menerima
apabila pemungutan pajak oleh negara mengabaikan rasa keadilan
masyarakat . Konstitusi Negara Republik Indonesia, khususnya Pasal
23A Undang-Undang Dasar 1945 dengan jelas menyatakan “Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk kepentingan negara di
atur dengan undang-undang .” Landasan konstitusi yang sangat jelas
wajib dimaknai secara hukum bahwa pemungutan pajak harus
berdasarkan asas-asas hukum yang benar, antara lain .
• 1.asas keadilan ;
• 2.asas yuridis ;
• 3.asas kesesuaian dengan tujuan ;
• 4.asas nondiskriminasi ;
• 5.asas ekonomi ;
• 6.asas kepastian hukum
• PENGERTIAN PAJAK
• Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya
disebut dengan UU KUP), Pasal 1 butir 1 menyatakan
bahwa pajak adalah .
• “Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .”
• Unsur-unsur yang melekat pada pengertian pajak adalah
• 1.kontribusi wajib atau kewajiban kepada negara ;
• 2.kewajiban yang dapat dipaksakan dan apabila tidak dipenuhi
dikenakan sanksi ;
• 3.di pungut berdasarkan undang-undang, apa (objek), oleh siapa
(subjek) dan cara menentukan atau menghitung jumlah serta tata
caranya ;
• 4.tidak ada imbalan jasa (kontra prestasi) yang
langsung dapat ditunjuk, imbalan jasa secara
tidak langsung adalah pemanfaatan dan
penggunaan jasa pelayanan umum (public service
obligation) dan sarana umum (public utility) ;
• 5.di pungut oleh dan digunakan untuk keperluan
negara .
• Dengan demikian, pajak bagi negara merupakan
penerimaan yang strategis untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara sekaligus
sebagai kebersamaan sosial (asas gotong royong)
untuk ikut bersama-sama memikul pembiayaan
negara .
• FUNGSI PAJAK
• Pajak memiliki beberapa fungsi, antara lain (1) fungsi budgeter, (2)
fungsi regulerend, (3) fungsi demokrasi, dan (4) fungsi redistribusi .
•  
• Fungsi budgeter
• Fungsi budgeter merupakan fungsi penerimaan negara dalam
rangka membiayai pengeluaran-pengeluaran negara yang tertuang
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) .
•  
• Fungsi Regulerend
• Fungsi regulerend merupakan instrument untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya .
Melalui instrument pajak, sektor ekonomi tertentu dapat
digerakkan lebih cepat sehingga diharapkan keseimbangan antar
sektor ekonomi, daerah, dan keamanan dapat terwujud secara
sehat .
• Fungsi Demokrasi
• Tuntutan demokrasi semakin deras bergulir dengan terjadinya
perubahan politik pasca reformasi . Masyarakat menuntut
keseimbangan antara kewajiban sebagai pembayar pajak dengan
hak mendapatkan pelayanan yang baik dari pemerintah . Tuntutan
atas pelayanan yang baik dari pemerintah akan semakin
meningkat pada masa-masa mendatang sebagai konsekuensi
langsung dari tuntutan masyarakat pembayar pajak dan kesadaran
atas hak-haknya sebagai warga negara .
•  
• Fungsi Redistribusi
• Fungsi ini menekankan pada pemerataan pendapatan . Hal ini
dapat terjadi dengan berlakunya tarif progresif, mengenakan pajak
lebih besar untuk masyarakat yang berpenghasilan besar .
Sebaliknya, mengenakan pajak lebih kecil bahkan tidak sama sekali
untuk penghasilan dibawah penghasilan tidak kena pajak (PTKP) .
SISTEMATIKA HUKUM PAJAK DI INDONESIA

Sistematika Hukum Pajak Indonesia


Hukum Pajak

Hukum Pajak Material Hukum Pajak Formal

Undang-Undang Pajak
Penghasilan
Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara
Undang-Undang Pajak Perpajakan
Pertembahan Nilai &
Pajak Penjualan Barang Mewah

Undang-Undang Penagihan
Undang-Undang Pajak Bumi dan Pajak dengan Surat Paksa
Bangunan (*)

Undang-Undang Bea Perolehan


Hak Atas Tanah dan Bangunan (*)

Undang-Undang Bea Materai


SUBJEK DAN OBJEK PAJAK
• Subjek Pajak dan Objek Pajak Pada Pajak Penghasilan
(PPh)
• Subjek Pajak
• Subjek pajak menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah
• 1. orang pribadi ;
• 2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak ;
• a. badan ;
• b. bentuk usaha tetap .
• Objek Pajak
• Objek pajak menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah sebagai
berikut
• 1.Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WP yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
termasuk
– A.penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh, termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, grafitasi, uang pensiun,
atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain
dalam undang-undang ini ;
– B.hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan,
dan penghargaan ;
– C.laba usaha ;
– D.keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta, termasuk
• 1.keuntungan karena pengalihan harta kepada
perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal ;
• 2.keuntungan karena pengalihan harta kepada
pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh
perseroan, persekutuan dan badan lainnya ;
• 3.keuntungan karena likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambil alihan
usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam
bentuk apa pun ;
• 4.keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan
atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil yang ketentuanya diatur lebih lanjut dalam peraturan
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan ;

• 5.keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau


seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam
pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan ;
• i. penerimaan kembali pembayaran pajak
yang lebih dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tabahan pengembalian pajak ;
• f. bunga termasuk premium, diskonto dan
imbalan karena jaminan pengembalian utang ;
• g. deviden dengan nama dan dalam bentuk
apa pun, termasuk deviden dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi ;
• h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak ;
• i. sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta ;
• j. penerimaan atau perolehan pembayaran
berkala ;
• k. keuntungan karena pembebasan utang,
kecuali sampai dengan jumlah tertentu yan
ditetapkan dengan peraturan pemerintah ;
• l. keuntungan selisih kurs mata uang asing ;
• m. selisih lebih karena penilaian kembali aset ;
• n. premi asuransi ;
• o. iuran yang diterima atau diperoleh
perkumpulan dari anggotanya yang terdiri atas
WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas ;
• p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak ;
• q. penghasilan dari usaha berbasis syariah ;
• r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang yang mengatur tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan ;
• s. surplus Bank Indonesia .
• 2. Penghasilan berikut dapat dikenai pajak yang bersifat final,
antara lain.
• a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi ;
• b. penghasilan berupa hadiah undian ;
• c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
tansaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa dan transaksi
penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada
perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal
ventura ;
• d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate,
dan persewaan tanah dan/atau bangunan ;
• e. penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau
berdasarkan peraturan pemerintah .
• Subjek Pajak dan Objek Pajak Pada Pajak Pertambahan Nilai
dan Penjualan Barang Mewah (PPNBM)
• Subjek Pajak
• Yang dimaksud dengan subjek pajak menurut Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah
• “Pengusaha Kena Pajak, istilah yang dipakai untuk pihak yang
wajib melakukan PPN-nya disebut Pengusaha Kena Pajak (PKP) .
PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini, tidak
termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang
memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak .”
• Objek Pajak
• Objek pajak pada prinsipnya berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah adalah semua barang kena PPN kecuali yang
ditentukan lain oleh peraturan perundangan dan semua jasa kena PPN kecuali yang
ditentukan lain oleh peraturan lain perundangan . Lebih lanjut, PPn dikenakan atas .
• 1.penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha ;
• 2.impor barang kena pajak ;
• 3.penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha ;
• 4.pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean;
• 5.pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean ;
• 6.ekspor barang kena pajak berwujud oleh PKP ;
• 7.ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh PKP ;
• 8.ekspor jasa kena pajak oleh PKP ;
• Selanjutnya, Pajak Penjualan atas Barang Mewah
terhadap
• 1.penyerahan barang kena pajak yang tergolong
mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan barang tersebut di dalam daerah
pabean dalam kegitan usaha atau pekerjaannya:
• 2.impor barang kena pajak yang tergolong
mewah ;
• 3.Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan
hanya satu kali pada waktu penyerahan barang
kena pajak yang tergolong mewah oleh pengusaha
yang menghasilkan atau pada waktu impor barang
kena pajak yang tergolong mewah .
• Subjek Pajak dan Objek Pajak Pada Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB)
• Subjek pajak pada PBB menurut Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1985 Pasal 4
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, yaitu
• 1.mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau ;
• 2.memperoleh hak atas bumi, dan/atau ;
• 3.memiliki, menguasai atas bangunan,
dan/atau ;
• 4.memperoleh manfaat atas bangunan .
• Objek Pajak
• Yang menjadi objek PBB menurut Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1985 Pasal 4 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994 adalah bumi dan/atau bangunan .
Pengertian bumi adalah permukaan bumi (tanah
dan perairan) dan tubuh bumi yang yang ada
dibawahnya, misalnya sawah, ladang, kebun,
tanah, pekarangan, dan tambang . Sementara itu,
bangunan adalah konstruksi teknik yang
ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan diwilayah Republik
Indonesia . Adapun yang termasuk pengertian
bangunan, antara lain :
• jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek
bangunan, seperti hotel, pabrik, dan
emplasemennya yang merupakan satu kesatuan
dengan kompleks bangunan tersebut ;
• 1.jalan tol ;
• 2.kolam renang ;
• 3.pagar mewah ;
• 4.tempat olah raga ;
• 5.galangan kapal, dermaga ;
• 6.taman mewah ;
• 7.tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas,
serta pipa minyak ;
• 8.fasilitas lain yang memberikan manfaat .
Subjek Pajak dan Objek Pajak Pada Bea perolehan atas
Tanah
dan Bangunan (BPHTB)

• Subjek Pajak
• Yang menjadi subjek pajak menurut Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 1997 Pasal 4
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2000) adalah “Orang
Pribadi atau Badan yang memperoleh hak atas
tanah dan atau bangunan .”
• Objek Pajak
• Yang menjadi Objek pajak menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun
1997 Pasal 2 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2000 adalah perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan sebagai berikut .
• 1. Pemindahan hak karena
• a. jual beli ;
• b. tukar-menukar ;
• c. hibah ;
• d. hibah wasiat ;
• e. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya ;
• f. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan ;
• g. penunjukan pembeli dalam lelang ;
• h. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuasaan hukum
tetap ;
• i. hadiah ;
• 2. Pemberian hak baru karena
• a. kelanjutan pelepasan hak ;
• b. di luar pelepasan hak ;
• c. hak atas tanah sebagaimana dimaksud diatas
adalah
• 1) hak milik ;
• 2) hak guna usaha :
• 3) hak guna bangunan ;
• 4) hak pakai ;
• 5) hak milik atas suatu rumah susun ;
• 6) hak pengelolaan .
Subjek Pajak dan Objek Pajak Pada Bea
Materai (Bea Materai)
• Subjek Pajak
• Subjek pajak menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1985 tentang Bea Materai dan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif bea Materai dan
Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan
Bea Materai adalah bea materai terutang ol;eh pihak yang
menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari
dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan
menentukan lain . Bea materai merupakan pajak atas
dokumen sehingga pihak yang mendapat manfaat dari
dokumen tersebut memiliki kewajiban untuk melunasi bea
materai . Namun demikian, berdasarkan kesepakatan para
pihak, dapat ditentukan sebaliknya .
• Objek Pajak
• Objek pajak berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai dan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perubahan Tarif bea Materai dan Besarnya Batas
Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Materai
adalah dokumen yang berbentuk sebagai berikut .
• 1.Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat
dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau
keadaan yang bersifat perdata .
• 2.Akta-akta notaries, termasuk salinannya .
• 3.Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT), termasuk rangkap-rangkapnya .
• 4. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari RP
1.000.000,00 (satu juta rupiah ), antara lain .
• a. yang menyebutkan penerimaan uang ;
• b. yang menyatakan pembukuan uang atau
penyimpanan uang dalam rekening di bank ;
• c. yang berisi pemberitahuan saldo rekening di
bank ;
• d. yang berisi pengakuan bahwa utang uang
seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau
diperhitungkan .
• 5. Surat berharga, seperti wesel, promes, aksep,
dan cek yang harga nominalnya lebih dari Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah) .
• 6. Efek dengan nama dan dalam bentuk
apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) .
• 7. Dikenakan pula bea materai sebesar Rp
1.000,00 (seribu rupiah) atas dokumen yang
akan digunakan sebagai alat pembuktian di
muka pengadilan :
• a. surat-surat biasa dan surat-surat kerumah
tanggaan ;
• b. surat-surat yang semula tidak dikenakan bea
materai berdasarkan tujuannya, jika digunakan
untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang
lain, lain dari maksud semula .
Tarif Pajak
• Dikenal berbagai jenis tarif pajak yang berlaku
dalam hukum pajak sebagai berikut . 
• Tarif Progresif
• Tarif progresif adalah tariff yang prosentasenya
semakin besar apabila jumlah dasar pengenaan
pajaknya juga semakin besar .
• Sebagai contoh, tarif PPh Wp orang pribadi
sesuai dengan Pasal 17 UU PPh disajikan
sebagai berikut.
Tarif Umum PPh Orang Pribadi Mulai Tahun 2009
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PPh

■ s.d. Rp 50.000.000 5%
■ Di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15%
■ Di atas Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 25%
■ Di atas Rp 500.000.000 30%
• Tarif Proporsional
• Tarif proporsional adalah adalah tarif yang mempergunakan presentase
tetap terhadap jumlah dasar pengenaan pajak . Tarif ini diterapkan pada
PPN sesuai dengan isi Pasal 7 Undang-Undang Repoblik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan ketiga atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yaitu sebesar 10% . Untuk PPh
atas badan sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang PPh sebesar 28% untuk tahun pajak 2009 dan tariff
tersebut menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak
tahun Pajak 2010 .
• Begitu pula dengan tarif PBB sebesar 0,5% sesuai dengan isi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumu dan Bangunan .
Selanjutnya, tarif bea perolehan tanah dan/atau bangunan sebesar 5%
sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 21Tahun 1997
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan .
• Tarif Tetap
• Tarif tetap adalah tariff pajak yang besar
nominal rupiahnya tetap yang berlaku pada
bea materai sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai .
Sanksi Perpajakan
• Sanksi Terkait dengan Pembukuan atau Pencatatan
• Sanksi Administrasi
• Pasal 13 ayat (1) dan (3) UU KUP menegaskan bahwa apabila kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (pembukuan) atau pasal 29
(pemeriksaan) tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya
pajak yang terutang maka kekurangan pembayaran pajak tagihan dengan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ditambah sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar .
• 1.50% (lima puluh Persen) dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam
satu tahun pajak ;
• 2.100% (seratus persen) dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak
atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau
dipungut, tetapi tidak atau kurang disetor ; atau
• 3.100% (seratus persen) PPN dan PPnBm yang tidak atau kurang dibayar .
• Sanksi Pidana
• Pasal 39 ayat (1) huruf f, g, dan h dalam UU
KUP disebutkan bahwa setiap orang yang
dengan sengaja .
• 1.memperlihatkan pembukuan, pencatatan,
atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya ; atau
• 2.tidak menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan
buku, catatan, atau dokumen lain ; atau
• 3.tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain, termasuk
hasil pengolahan dari data pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi online di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11)
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar .
• Lebih lanjut, Pasal 39 ayat (2) menyebutkan bahwa pidana
tersebut ditambah 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana
apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dalam tindak
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
selesanya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan .
• Sanksi Perpajakan Terkait dengan Pembayaran Pajak
• Sanksi Administrasi
• Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dalam
hal sebagai berikut
• 1.Pembayaran atau penyetoran pajak suatu saat atau bulanan (PPh
Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 26, Pasal 4 ayat (2), serta PPN dan
PPnBM) dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau
penyetoran pajak . Bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan (Pasal 9 UU KUP) .
• 2.Pembayaran atau penyetoran PPh Pasal 29 dilakukan setelah
tanggal jatuh tempo penyampaian Surat Pemberitahunan Tahunan
(SPT) . Bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan yang dihitung
mulai berakhirnya batas waktu penyampaian SPT sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan .
• 3.Apabila SKPKB, Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar , serta
SK Pembetulan, SK Keberatan, putusan banding atau putusan
peninjauan kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang
masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo
pelunasan tidak atau kurang di bayar . Jumlah pajak yang tidak
atau kurang di bayar itu dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa,
yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal
pelunasan atau tanggal diterbitkannya STP, dan bagian dari
bulan di hitung penuh 1 (satu) bulan sesuai ketentuan Pasal 19 .
• 4.Dalam hak WP diperbolehkan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak yang di kenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak
yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan .
• Sanksi Pidana
• Sesuai dengan Pasal 39 UU KUP disebutkan sebagai berikut .
• 1.Apabila WP tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau
dipungut sehingga menimbulkan negara diancam pidana penjara
paling paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang di bayar dan paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar .
• (Catatan penulis : PPh yang dipotong atau dipungut merupakan
uang Negara sehingga apabila tidak menyetor PPh tersebut sama
dengan menambil uang negara dan wajar dikenakan penjara) .
• 2.Pidana sebagaimana tersebut di atas ditambahkan 1 (satu) kali
menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan
lagi tindak pidana dalam bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu)
tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang
dijatuhkan .
• Sanksi Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
• Sanksi bagi WP yang tidak menyampaikan SPT adalah berupa sanksi
administrasi ataupun sanksi pidana .
•  
• Sanksi Administrasi
• 1. Berupa denda
• Pasal 7 ayat (1) UU KUP menyatakan bahwa apabila SPT tidak
disampaikan dalam jangka waktunya atau batas waktu
perpanjangan penyampaian SPT, dikenakan sanksi administrasi
berupa denda sebesar .
• a. Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Spt masa tahunan ;
• b. Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT masa lainnya :
• c. Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT tahunan PPh
Wajib Pajak Badan .
• d. Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT tahunan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) .
• 2. Tidak dikenakan denda
• Sanksi administrasi berupa denda di atas tidak dilakukan terhadap
• a. WOP yang telah meninggal dunia ;
• b. WOP yang sudah tidak melakuan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas ;
• c. WOP yang berstatus sebagai warga Negara asing (WNA) yang tidak tinggal di
Indonesia ;
• d. bentuk usaha tetap (BUT) yang tidak elakukan kegiatan lagi di Indonesia ;
• e. WP badan yang tidak melakukan usaha lagi, tetapi belum bubar sesuai
dengan ketentuannya ;
• f. bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi ;
• g. WP yang terkena bencana yang ketentuannya diatur oleh Peraturan Menteri
Keuangan ; atau
• h. WP lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan .
• WP lain menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 186/PMK. 03/2007
adalah WP yang tidak dapat menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang
telah ditentukan karena keadaan, antara lain kerusuhan masal, kebakaran,
ledakan bom atau aksi terorisme, perang antar suku, serta kegagalan sistem
computer administrasipenerimaan negara atau perpajakan .
• Sanksi Administrasi berupa Kenaikan
• Sanksi administrasi berupa kenaikan dapat dikenakan melalui SKPKB
apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah
ditegur secara tertulis, tetap tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran sesuai ketentuan Pasal 13
ayat (1) huruf b UU KUP .
• Lebih lanjut, jumlah pajak yang kurang dibayar dalam SKPKB ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sesuai ketentuan dengan
Pasal 13 ayat (3) berikut .
• 1. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak (PPh badan atau PPh OP) .
• 2. 100% (seratus Persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor
(pemotongan/pemungutan PPh) .
• 3. 100% (seratus Persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan ajak Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar .
• Sanksi Pidana
• Perihal sanksi pidana berupa kurungan atas tindak pidana kealpaan
sebagaimana diatur dalam Pasal 38 UU KUP ataupun penjara atas
tindak pidana kesengajaan sebagaimana diatur dalam pasal 39 .
• 1. Sanksi pidana kurungan
• Sanksi pidana kurungan dalam Pasal 38 dikenakan terhadap setiap
orang yang karena kealpaannya :
• a. tidak menyampaikan SPT atau
• b. menyampaikan SPT, isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dan perbuatan
tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar,
atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1
tahun .
• Yang dimaksud dengan perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A adalah WP
yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT
atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan
yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan Negara, tidak dikenai
sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali
dilakukan oleh WP dan WP tersebut wajib melunasi
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang
ditetapkan melalui penerbitan SKPKB .
• 2. Sanksi pidana penjara
• Pasal 39 ayat (1) huruf c dan d UU KUP menyatakan
setiap orang yang dengan sengaja
• a. tidak mnyampaikan SPT ;
• b. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga
merugikan Negara dapat dikenakan sanksi pidana
antara 6 bulan s.d. 6 tahun dan denda antara 2 s.d.
4 kali dari pajak yang kurang dibayar .
• Sanksi Penundaan Penyampaian SPT
• Pasal 19 ayat (3) UU KUP dalam hal WP
diperbolehkan menunda penyampaian SPT Tahunan
dan ternyata penghitungan sementara pajak yang
terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya
terutang, atas kekurangan pembayaran pajak
tersebut dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen)
per bulan yang dihitung dari saat berakhirnya batas
waktu penyampaian SPT Tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b dan huruf c
sampai dengan tanggal dibayarnya kekurangan
pembayaran tersebut dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan .
• Sanksi Pembetulan SPT
• Sanksi Administrasi Akibat Pembetulan SPT Tahunan
• Pasal 8 ayat (2) UU KUP dalam hal WP membetulkan sendiri SPT
Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan .
• Sanksi Administrasi Akibat Pembetulan SPT Masa
• Pasal 8 ayat (2) huruf a UU KUP menyatakan bahwa dalam hal WP
membetulkan sendiri SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak
menjadi lebih besar, kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang
kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai
dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan di hitung penuh 1
(satu) bulan .
• Sanksi Administrasi dalam SKPKB / Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
.
• 1. Pajak yang kurang dibayar ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar .
• Apabila .
• a. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang di bayar ;
• b. kepada WP diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau
dikukuhkan sebaai PKP secara jabatan
• Sanksi administrasi bunga diterapkan dalam SKPKB karena pada saat
pemeriksaan WP telah menyampaikan SPT (kecuali belum mempunyai
NPWP dan pengukuhan PKP), melaksanakan pembukuan dan kewajiban
dalam rangka pemeriksaan namun terjadi kekurangan pembayaran
pajak .
• 2. Pajak yang kurang dibayar ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar sebagai berikut .
• a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan
yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak
(PPh badan atau PPh OP) .
• b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang
tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang
dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau
dipungut tetapi tidak atau kurang disetor
(pemotongan/pemungutan PPh) .
• c. 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai
Baran dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang di bayar .
• Apabila .
• a. surat pemberiahuan tidak disampaikan dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagamana di tentukan dalam surat teguran ;
• b. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
mengenai PPN dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih
pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol
persen) ;
• c. kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
(pembukuan) atau Pasal 29 (pemeriksaan) tidak dipenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang
terutang ;
• Sanksi Administratif dalam SKPKBT/ Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan .
• Pasal 5 ayat (2) UU KUP dinyatakan bahwa jumlah
kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen)
dai jumlah kekurangan pajak tersebut .
• Pasal 15 ayat (3) UU KUP menyatakan bahwa kenaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan
apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu
diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak
atas kehndak sendiri, dengan syarat Direktur Jendral Pajak
belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan .
• KAITAN PAJAK DENGAN BISNIS
• Uraian diatas memberikan pemahaman yang jelas bagi pelaku
bisnis bahwa pajak merupakan aspek strategis yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan bisnis . Hal ini karena di
samping mempunyai dimensi keuangan (likuiditas,
profitabilitas), pajak juga mempunyai dimensi pidana, khusus
bagi direksi perusahaan .
• Setiap transaksi bisnis perlu dicermati apakah mempunyai
implikasi pajak atau tidak, baik PPh maupun PPN dan PPnBM
dan BPHTB . begitu pula dengan dokumen yang berkaitan
dengan transaksi, apakah terutang bea materai atau tidak .
• Dengan memperhatikan aspek perpajakan dengan cermat,
perusahaan dapat terhindar dari sanksi perpajakan, baik
administrasi maupun pidana yang sangat mengganggu
kelangsungan dan kelancaran usaha perusahaan .
HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
• Adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen ,menurut UU no.8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen
• Konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan /atau jasa yang tersedia dalam masyarakat
baik bagi kepentingan diri sendiri ,keluarga,orang
lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan ( pasal 1 UUPK )
• Pelaku usaha /produsen adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha ,baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum Republik Indonesia ,baik
sendiri maupun bersama sama melalui
perjanjian ,menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi ( pasal 1
UUPK )
• Azas –azas perlindungan konsumen ,antara
lain :
• 1.Azas Manfaat adalah upaya dalam
menyelenggarakan perlindungan konsumen
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha
secara keseluruhan
• 2.Azas Keadilan adalah memberi kesempatan
kepada konsumen dan pelaku usaha
memperoleh hak nya dan melaksanakan
kewajibannya secara adil
• 3.Azas keseimbangan adalah memberi
keseimbangan antara kepentingan
konsumen,pelaku usaha dan pemerintah
dalam arti materiil & spirituil
• 4.Azas Keamanan dan Keselamatan konsumen
adalah untuk memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen
dalam penggunaan ,pemakaian dan
pemanfaata barang dan jasa yang dikonsumsi
atau digunakan
• 5.Azas Kepastian Hukum yakni baik pelaku
usaha maupun konsumen menaati hukum
• Hak konsumen berdasar UU no.8 tahun 1999 pasal 4 & 5
,antara lain :
• 1.Hak atas kenyamanan ,keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan /atau jasa
• 2.Hak untuk memilih barang dan /atau jasa serta mendapatkan
barang dan /atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan yang dijanjikan,
• 3.Hak atas informasi yang benar dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan / atau jasa yang digunakan ,
• 4.Hak untuk didengarkan pendapat dan keluhannya atas
barang dan /atau jasa yang digunakan ,
• 5.Hak untuk mendapatkan advokasi dalam upaya penyelesaian
hukum ,
• 6.Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan
konsumen ,
• 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani
secara benar dan jujur serta tidak berdasar
suku, agama,budaya,daerah,pendidikan ,kaya
miskin dan status sosial lainnya ,
• 8.Hak untuk mendapatkan kompensasi ,ganti
rugi dan /atau penggantian jika barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
perjanjian dan tidak sebagaimana mestinya,
• 9.hak –hak yang diatur dalam ketentuan
perundang-undangan lainnya.
• Kewajiban Konsumen ,antara lain :
1.Membaca atau mengikuti petujuk informasi
pemakaian dan pemanfaatan barang dan
/atau jasa demi keamanan dan keselamatan ,
• 2.Beriktikat baik dalam melakukan transaksi
pembelian barang dan /atau jasa,
• 3.membayar sesuai dengan nilai tukar yang
disepakati,
• 4.Mengikuti upaya penyelesaian hukum
sengketa perlindungan konsumen secara
patut
• Hak Pelaku Usaha ,antara lain,
• 1.Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai
dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai
tukar barang dan /atau jasa yang diperdagangkan ,
• 2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari
tindakan konsumen yang beriktikad tidak baik,
• 3.Hak untuk melekukan pembelaan diri
sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen ,
• 4.Hak untuk rehabilitasi nama baik ,
• 5.Hak-hak lain yang diatur perundangan lainnya
• Kewajiban Pelaku Usaha ,antara lain :
• 1. Beriktikat baik dalam melakukan kegiatan
usahanya ,
• 2. Melakukan informasi dengan benar dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan /jasa
serta memberi penjelasan kegunaan ,perbaikan
dan pemeliharaan ,
• 3. Memperlakukan atau melayani konsumen
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif,
• 4. Menjamin mutu barang dan /jasa yang
diproduksi dan /atau diperdagangkan berdasarkan
standar mutu barang dan/atau jasa yg berlaku,
• 5.memberi kesempatan kepada konsumen
untuk menguji ,mencoba barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan,
• 6.memberi kompensasi ganti rugi penggantian
atas kerugian akibat penggunaan ,pemakaian
dan pemanfaatan barang dan /atau jasa yang
diperdagangkan ,
• 7.memberi kompensasi ganti rugi penggantian
bila barang dan /atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian
• Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha :
• 1.Larangan bagi pelaku usaha yang berhubungan dengan
barang dan jasa yang diperdagangkan ,sbb : tidak
memenuhi / tidak sesuai dengan isi bersih ,berat bersih yang
dinyatakan dalam label , tidak sesuai dengan jaminan /
keistimewaan yang dinyatakan dalam label ,tidak
mencantumkan tanggal kadaluarsa , tidak mencantumkan
informasi /petunjuk dalam bahasa indonesia
,memperdagangkan barang rusak / bekas tanpa informasi
yang lengkap
• 2.Larangan bagi pelaku usaha yang berhubungan dengan
kegiatan menawarkan ,mempromosikan ,mengiklankan suatu
barang dan jasa secara tidak benar ,sbb : harga suatu barang
dan jasa , kegunaan suatu barang dan jasa ,tawaran potongan
harga / hadiah yang ditawarkan , bahaya penggunaan barang
dan jasa
• 3.Larangan bagi pelaku usaha yang
berhubungan dengan penjualan melalui obral
yang mengelabui / menyesatkan konsumen
• 4.Larangan bagi pelaku usaha yang
berhubungan dengan kegiatan yang
menawarkan dengan cara paksa ,yang
menimbulkan gangguan fisik maupun psikis
terhadap konsumen
• 5.Larangan bagi pelaku usaha yang
berhubungan dengan kegiatan menawarkan
barang secara pesanan , karena tidak menepati
pesanan / kesepakatan waktu penyelesaian
• 6.Larangan bagi pelaku yang berhubungan
dengan usaha periklanan yang berupa ,sbb :
mengelabui konsumen mengenai
kualitas,kuantitas ,bahan,kegunaan ,harga
barang dan jasa serta kesepakata waktu
penerimaan barang dan jasa
• 7.Larangan bagi pelaku usaha yang
berhubungan dengan klausul baku ,sbb :
menyatakan pengalihan tanggung jawab,
menyatakan pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali uang yang dibayarkan
barang dan jasa yang dibeli konsumen
PENGGABUNGAN , PELEBURAN ,
PENGAMBILALIHAN DAN PEMISAHAN
• Tujuan dan alasannya, antara lain :
• 1.Membeli product line untuk melengkapi
product line dari perusahaan yang akan
mengambil alih atau menghilangkan
ketergantungan perusahaan tersebut pada
product line yang ada .
• 2.Untuk memperoleh akses pada tehnologi
baru atau tehnologi yang lebih baik yang
dimiliki oleh perusahaan yang menjadi obyek
merger ,konsolidasi ,akuisisi.
• 3.Memperoleh pasar atau pelanggan
pelanggan baru yang tidak dimilikinya namun
di miliki oleh perusahaan yang menjadi obyek
merger,konsolidasi ,akuisisi.
• 4.Memperoleh hak hak pemasaran dan hak
hak produksi yang belum dimilikinya oleh
perusahaan yang menjadi obyek
merger,konsolidasi,akuisisi.
• 5.Memperoleh kepastian atas pemasokan
bahan bahan baku yang berkualitas baik .
• 6.Melakukan investasi atas keuangan
perusahaan yang berlebih dan tidak terpakai.
• 7.Mengurangi atau menghambat persaingan
• 8.Memperoleh kontinuitas bisnis.
• Pengertian Penggabungan pada Pasal 1 UUPT
2007 adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh satu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain
yang telah ada dan selanjutnya perseroan
yang menggabungkan diri bubar
• Klasifikasi merger antara lain :
• 1.Horizontal merger merupakan
penggabungan 2 atau lebih perseroan dalam
kegiatan usaha atau bisnis yang sama ,seperti
penggabungan Bank Mandiri dengan BDN
,BAPINDO ,BBD dan Bank Exim ,sama sama
menyelenggarakan bisnis perbankan
• 2.Vertical merger merupakan penggabungan 2
atau lebih perseroan yang diantara perseroan
yang bergabung terdapat keterkaitan antara
input , output dan pemasaran
• 3.Congenitive merger merupakan
penggabungan 2 atau lebih perseroan yang
kegiatan usahanya sejenis atau dalam industri
yang sama namun tidak memproduksi barang
produk yang sama dan tidak ada keterkaitan
supplier
• 4. Conglomerate merger merupakan
penggabungan 2 atau lebih perseroan yang
kegiatan usahanya di bidang industri yang
berbeda
• AKIBAT HUKUM DARI MERGER : 
•  
• 1.AKIBAT HUKUM TERHADAP AKTIVA DAN
PASIVA ,
• 2.AKIBAT HUKUM PADA PEMEGANG SAHAM
PERSEROAN MENGGABUNGKAN DIRI KARNA
HUKUM MENJD PEMEGANG SAHAM KPD
PERSEROAN TERSEBUT,  
• 3.AKIBAT HUKUM KEPADA PERSEROAN YG
MENGGABUNGKAN DIRI MENYANGKUT
STATUS HUKUM DAN BADAN HUKUM
• Peleburan
• Pengertian Peleburan ( konsolidasi ) menurut UUPT 2007 dan
PP No.27 1998 adalah perbuatan hukum yang dilakukan 2
perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara
membentuk perseroan baru dan masing masing perseroan
yang meleburkan diri menjadi bubar  
• Beberapa aspek atau elemen ekonomis dalam peleburan :
• 1.Peleburan merupakan perbuatan hukum yang terjadi
adalah kesepakatan
• 2.Peleburan dilakukan dengan cara mendirikan perseroan
baru
• 3.Status badan hukum perseroan yang meleburkan diri
berakhir karena hukum
• 4.Seluruh aktiva dan pasiva dari masing masing perseroan
yang meleburkan diri beralih sepenuhnya kepada perseroan
baru
• Pengambilalihan 
• Pengertian pengambilalihan ( akuisisi ) menurut
UUPT 2007 dan PP No.27 1998 adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan untuk mengambil alih saham
perseroan yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian perseroan tersebut
•  
• Subyek dan Kuantitas Pengambilalihan : 
• 1.subyek kesepakatan pengambilalihan adalah
saham perseroan
• 2.kuantitas saham perseroan yang dapat diambilalih
bisa seluruhnya atau sebagian besar saham
perseroan yang bersangkutan
• Pemisahan
• Pengertian pemisahan ( separasi ) definisinya adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha
yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih
karena hukum kepada dua atau lebih atau sebagian aktiva dan
pasiva perseroan beralih hukum kepada satu perseroan atau
lebih
• Cara pemisahan ,dapat dilakukan dengan :
• 1.Pemisahan murni ,yang mengakibatkan seluruh aktiva dan
pasiva perseroan tersebut beralih karena hukum kepada 2
perseroan atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan
yang melakukan pemisahan berakhir karena hukum
• 2.Pemisahan tidak murni ,yang mengakibatkan sebagian aktiva
dan pasiva perseroan yang melakukan pemisahan beralih karena
hukum kepada 1 perseroan lain atau lebih yang menerima dan
perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada , lazim
disebut spin off
Kisi – Kisi UAS
• 1. Dasar memberikan kredit berpedoman pada
prinsip 5 C ,sebutkan dan beri penjelasan.
• 2. Apa yang dimaksud dengan Hak Tanggungan
dan dalam Asas Hak Tanggungan ada “Droit de
suite “ apa pengertiannya.
• 3. Apa yang di maksud dengan Fidusia dan
barang apa saja yang menjadi objek Fidusia .
• 4. Jaminan perseorangan dikenal dua macam
bentuk , sebutkan dan beri keterangan.
• 5. Definisikan Pasar Modal menurut UU dan
definisi dari Pasar Uang .
• 6. Jelaskan profesi apa saja sebagai penunjang
pasar modal ?
• 7. Aktifitas pasar modal difasilitasi 3 lembaga yang
merupakan SRO , sebutkan .
• 8. Sebutkan prinsip – prinsip Asuransi dan sebutkan
beberapa cara pembayaran ganti rugi .
• 9.Menurut UU Perasuransian dibedakan usaha
asuransi terdiri dari 3 jenis usaha ,sebutkan dan
jelaskan masing – masing .
• 10. Perjanjian yang dilarang dalam UU
Antimonopoli salah satunya adalah Oligopoli ,
jelaskan dan sebutkan karakteristik barang yang
diperdagangkan di pasar ini .
• 11. Mengapa perjanjian Kartel dilarang dalam
pasal 11 .UU Antimonopoli .
• 12. Mengapa kegiatan persekongkolan dilarang
dalam UU No.5 Tahun 1999 ( UU Antimonopoli )
• 13. Cara penyeleseian sengketa bisnis ada
beberapa dari sudut pembuat keputusan ,
sebutkan dan beri keterangan.
• 14. Sebutkan beberapa Alternatif penyelesaian
sengketa dan apa arti dari Konsiliasi ?
• 15. Dalam HKI sebuah ciptaan dapat mendapat
perlindungan hukum harus memenuhi 2 syarat ,
jelaskan .
• 16. Sebutkan berbagai jenis tarif pajak yang
berlaku dalam hukum pajak .

Anda mungkin juga menyukai