DALAM BISNIS
Dosen :
Buku Acuan
• 1. Pokok- Pokok Hukum Bisnis ,
Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas ,
Salemba Empat
• 2.Hukum Bisnis untuk Perusahaan ,
Abdul R Saliman ,SH .MM ,
Hermansyah SH M.Hum ,Ahmad Jalis SH .MA
Penilaian
• Kehadiran/ absensi..................30 %
• Nilai UTS .............................30 %
• Nilai UAS ............................30 %
• Tugas Mahasiswa .....................10 %
Bab 1 . Pengantar Ilmu Hukum
• DEFINISI HUKUM
• Pendefinisian Hukum
• Langkah pertama dalam mempelajari suatu disiplin
ilmu adalah memahami pengertian atau definisi
ilmu yang akan dipelajari . Dengan mempelajari
definisi tersebut, kita akan memperoleh gambaran
sekaligus batasan dari ilmu yang akan dipelajari .
Demikian pula halnya dengan mempelajari ilmu
hukum, hendaknya dimulai dengan mempelajari
batasan pengertian atau definisi tentang hukum .
• Namun, rupanya sulit untuk mencari definisi hukum karena
menurut Prof. Mr. Dr. L. J. van Apeldoorn, tidak mungkin
memberikan suatu definisi tentang apakah yang disebut
hukum itu . Definisi tentang hukum sangat sulit dibuat karena
tidak mungkin untuk merumuskannya yang sesuai dengan
kenyataan (Apeldoorn dalam Kansil, 1977:28) . Sekalipun
banyak sarjana hukum yang telah memberikan definisi tentang
hukum, satu dari mereka belum pernah ada yang memberikan
kepuasan . Lebih lanjut, apabila kita mencari definisi hukum
maka kita akan menemukan ketidak selarasan pendapat .
• Menurut Dr. W. L. G. Lemaire, alasan mengapa hukum itu sulit
diberikan definisi yang tepat adalah hukum itu mempunyai
segi dan bentuk yang sangat banyak sehingga tidak mungkin
dicakup secara keseluruhan dalam satu definisi (Lemaire dalam
Kansil, 1977:30) .
• Prof. van Apeldoorn selanjutnya mengatakan bahwa siapa
hendak mengenal sebuah gunung, ia harus melihat sendiri
gunung itu . Demikian pula bagi siapa yang ingin mengenal
hukum maka ia harus melihat hukum . Seperti halnya
Apeldoorn, Kansil (1977:30) mengemukakan bahwa jika kita
ingin melihat hukum, kita akan berhadapan dengan suatu
kesulitan karena gunung itu dapat dilihat, tetapi hukum tidak
dapat dilihat .
• Walaupun tidak dapat dilihat, hukum sangat penting bagi
kehidupan masyarakat karena hukum mengatur hubungan
antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lain, tidak
terkecuali mengatur hubungan antara anggota masyarakat
dengan masyarakatnya . Dengan demikian, hukum mengatur
hubungan antara manusia secara perorangan dengan suatu
masyarakat sebagai kelompok manusia .
Definisi Hukum sebagai Pedoman
• Meskipun sulit untuk membuat sebuah definisi
hukum yang dapat memberikan gambaran yang
lengkap dan menyeluruh, para sarjana hukum
menganggap perlu memberikan definisi sebagai
pedoman untuk subjek yang mempelajari hukum .
Para sarjana hukum tersebut antara lain sebagai
berikut :
• 1. E.Utrech dalam Kansil (1977) memberikan
definisi bahwa hukum adalah himpunan peraturan
(perintah-perintah dan larangan) yang mengurus
tata tertib suatu masyarakat sehingga harus ditaati
oleh masyarakat itu .
• 2. Leon Dequit dalam Sampara dkk. (2009), hukum adalah
aturan tingkah laku dalam anggota masyarakat, aturan yang
daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh
suatu masyarakat sebagai jaminan dan kepentingan bersama
terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu .
• 3. S.M. Amin dalam bukunya yang berjudul Bertamasya ke
Alam Hukum merumuskan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi yang bertujuan
untuk mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia
sehingga keamanan dan ketertiban dapat terpelihara .
• 4. M.H. Tirtaatmidjaja dalam bukunya Pokok-pokok Hukum
Perniagaan merumuskan bahwa hukum ialah semua aturan
(norma) yang harus ada di dalam tingkah laku tindakan-
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman meskipun
mengganti kerugian .
UNSUR-UNSUR HUKUM
• Berdasarkan rumus definisi hukum yang telah
dikemukakan oleh para sarjana hukum, apabila ditarik
inti sarinya maka akan ditemukan beberapa unsur
yang terdapat di dalamnya, yaitu sebagai berikut .
• 1.Serangkaian peraturan yang mengatur tingkah laku
manusia dalam pergaulan masyarakat .
• 2. Peraturan itu dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib dalam suatu masyarakat tertentu .
• 3. Peraturan-peraturan yang dibuat tersebut
mempunyai kekuatan (bersifat) memaksa .
• 4. Terhadap pelanggaran atas peraturan tersebut
dikenakan sanksi yang tegas .
TUJUAN HUKUM
• Said Sampara dan kawan-kawan dalam bukunya
Pengantar Ilmu Hukum mengemukakan bahwa dalam
membahas tujuan hukum perlu terlebih dahulu
diketahui apakah yang dimaksud dengan tujuan
hukum . Hal ini karena hukum tidak mempunyai
tujuannya sendiri . Yang mempunyai tujuan hanyalah
manusia . Akan tetapi, hukum bukanlah tujuan
manusia, melainkan hanya sebagai salah satu alat
untuk mencapai tujuan manusia dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara . Hubungan inilah yang
dimaksud dengan tujuan hukum .
• Kansil (1977) mengemukakan bahwa dalam pergaulan
masyarakat terdapat aneka macam hubungan di antara
anggota masyarakat, yakni hubungan yang ditimbulkan oleh
kepentingan-kepentingan anggota masyarakat itu . Karena
beraneka ragamnya hubungan itu, para anggota masyarakat
memerlukan aturan-aturan yang dapat menjamin
keseimbangan agar dalam hubungan-hubungan itu tidak
terjadi kekacauan didalam masyarakat .
• Kansil menambahkan bahwa peraturan-peraturan hukum
yang bersifat mengatur dan memaksa anggota masyarakat
untuk patuh dalam mentaatinya akan menciptakan
keseimbangan dalam setiap hubungan di dalam masyarakat .
Setiap pelanggaran atas peraturan yang ada akan dikenakan
sanksi atau hukuman sebagai reaksi terhadap perbuatan
yang melanggar peraturan .
• Untuk menjaga agar peraturan-peraturan itu dapat
berlangsung terus-menerus dan diterima oleh
seluruh anggota masyarakat, aturan hukum yang ada
harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan
rasa keadilan masyarakat . Dengan demikian, hukum
bertujuan untuk menjamin adanya kepastian hukum
dalam masyarakat dan harus bersendikan pada
keadilan, yaitu rasa keadilan masyarakat .
• Sejalan dengan Kansil, Said Sampara dkk.
Mengemukakan bahwa tujuan pokok hukum adalah
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib dan
menciptakan ketertiban di dalam masyarakat
sehingga kepentingan manusia akan terlindungi .
• Roscoe Pound dalam Harun Uth (1998)
mengemukakan dua belas tujuan hukum .
Kedua belas tujuan hukum tersebut dapat
dipersempit menjadi empat tujuan hukum,
• yaitu menjaga ketentraman dan kedamaian
masyarakat,
• menyelesaikan suatu perselisihan yang terjadi
dalam masyarakat dengan seadil-adilnya
sehingga terjadi ketertiban dan keamanan
umum,
• memelihara status quo ( keadaan tetap )
• dan mengadakan perubahan dalam masyarakat
(social engineering) .
• Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Perbuatan melanggar
hukum dalam Soeroso (2002) juga mengemukakan bahwa tujuan
hukum adalah mewujudkan keselamatan, kebahagiaan dan
ketertiban dalam masyarakat . Selanjutnya, Apeldoorn
dalam bukunya Inleiding Lot de Studie van Het Nederlandsc Recht
dalam Soeroso (2002) menyatakan pula bahwa tujuan hukum
adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan
adil .
• PENGERTIAN PERUSAHAAN
• Istilah perusahaan mulai dikenal pada saat disusunnya Rancangan
Wetboek van Koophandel (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang)
yang kemudian berlaku di Netherland (Belanda) sejak tahun 1838 .
Berdasarkan asas konkordasi, Wetboek van Koophandel dinyatakan
pula berlaku di Hindia Belanda (Indonesia) sejak tahun 1848 hingga
saat ini .
• Menurut pemerintah Belanda, yang pada waktu membacakan
memorie van toelichting (memori penjelasan) Rencana Undang-
Undang Wetboek van Koophandel di muka parlemen, yang disebut
dengan perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan
secara tidak terputus-putus, dengan terang-terangan dan dalam
kedudukan tertentu untuk mencari laba (bagi diri sendiri) . Selain
pengertian tersebut, beberapa sarjana juga memberikan pengertian
• Menurut Prof. Mr. W.L.P.A. Molengraff, pengertian
perusahaan dari sudut pandang ekonomi adalah keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak
keluar untuk mendapatkan penghasilan dengan cara
memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-
barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan .
• Menurut Mr. M. Polak, perusahaan ada apabila diperlukan
adanya-adanya perhitungan tentang laba-rugi yang dapat
diperkirakan dan segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan
. Polak mendefinisikan perusahaan dari sudut pandang
komersial . Sudut pandang ini tidak jauh berbeda dengan
yang dipakai oleh Molengraff . Namun, definisinya tetap
berbeda . Pengertian perusahaan menurut Molengraff
mempunyai enam unsur, sedangkan menurut Polak hanya
dua unsur .
• Abdul Kadir Muhammad dalam bukunya Pengantar Hukum
Perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa berdasarkan
tinjauan hukum, istilah perusahaan mengacu pada badan
hukum dan perbuatan badan usaha dalam menjalankan
usahanya . Lebih lanjut, perusahaan adalah tempat terjadinya
produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi .
Sementara itu, dalam hukum positif Indonesia, UU Nomer 3
Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b,
dirumuskan bahwa perusahaan adalah
• “Setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja
serta berkedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia
untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/ atau laba .
• Perusahaan dapat dibedakan kedalam beberapa kategori,
yaitu berdasarkan jumlah pemiliknya, status hukumnya, dan
pemilik modalnya .
• Berdasarkan Jumlah Pemiliknya
• Apabila perusahaan dibedakan berasarkan
banyaknya jumlah pemilik maka terdapat dua
macam perusahaaan, yaitu perusahaan
dagang (perusahaan perseorangan) dan
perseroan (persekutuan) . Perusahaan dagang
(perusahaan perseorangan) adalah
perusahaan yang jumlah pemiliknya satu
orang . Sementara itu, perseroan atau
persekutuan adalah perusahaan yang jumlah
pemiliknya lebih dari satu orang .
• Berdasarkan Status Hukumnya
• Apabila perusahaan dibedakan berasarkan bentuk hukumnya
maka terdapat dua jenis perusahaan . Pertama adalah
perusahaan yang berstatus badan hukum, yaitu perseroan
terbatas (PT) . Kedua adalah perusahaan yang tidak berbadan
hukum yang terdiri atas perusahaan dagang, persekutuan
firma (Fa), dan persekutuan komanditer (CV) .
• Dalam ilmu hukum, dikenal dua subjek hukum, yaitu orang dan
badan hukum . Badan hukum atau legal entity atau legal
person dalam Black’s Law Dictonary dinyatakan sebagai “ A
body, other hand a natural person, that can function legally,
sue or be sued, and make decisions through agents”.
Sementara itu, dalam kamus hukum versi bahasa Indonesia,
badan hukum diartikan sebagai organisasi, perkumpulan atau
paguyuban lainnya dimana pendiriannya dengan akta autentik
dan oleh hukum diperlakukan sebagai personal atau orang .
• Pengaturan dasar dari badan hukum itu sendiri terdapat
dalam Pasal 1654 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) yang menyatakan bahwa semua
perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang
pribadi, dapat melakukan tindakan-tindakan perdata .
• Menurut doktrin, kriteria yang dipakai untuk menentukan
ciri-ciri sebuah badan hukum adalah apabila perusahaan
itu mempunyai unsur-unsur, antara lain adanya harta
kekayaan yang terpisah, mempunyai tujuan tertentu,
mempunyai kepentingan sendiri, dan adanya organisasi
yang teratur . Lebih lanjut, aturan untuk menentukan
kedudukan sebuah perusahaan sebagai badan hukum
biasanya ditetapkan oleh undang-undang, kebiasaan atau
yurisprudensi . Sebagai contoh, ....
• PT dinyatakan sebagai badan hukum dalam Pasal 1 butir 1
Undang-Undang Perseroan Terbatas . Koperasi dinyatakan
sebagai badan hukum dalam Pasal 1 butir 1 Undang-
Undang Nomer 12 Tahun 1997 tentang Perkoperasian,
dan yayasan dinyatakan sebaai badan hukum dalam Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomer 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan .
• Sebagai subjek hukum, badan hukum mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum seperti
halnya orang . Akan tetapi, perbuatan hukum itu hanya
terbatas pada bidang hukum harta kekayaan. Karena
bentuk badan hukum adalah sebagai badan atau lembaga
maka mekanisme pelaksanaannya badan hukum
bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya .
• Berdasarkan Pemilik Modalnya
• Apabila perusahaan dibedakan berdasarkan pemilik
modalnya maka terdapat dua jenis perusahaan,
yaitu perusahaan swasta dan perusahaan negara
atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) .
Perusahaan swasta adalah seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh swasta . Swasta
tersebut terdiri atas tiga jenis, yaitu swasta
nasional, swasta asing, dan swasta campuran (asing
dengan nasional —joint venture) . Sementara itu,
perusahaan negara adalah perusahaan yang seluruh
atau sebagian besar sahamnya milik negara atau
pemerintah .
BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN
• Perusahaan Dagang (Perusahaan Perseorangan)
• Perusahaan dagang adalah salah satu bentuk
perusahaan perseorangan, sedangkan perusahaan
perseorangan adalah perusahaan yang dijalankan
oleh satu orang pengusaha sehingga tanggung
jawabnya pun dibebankan kepada satu orang saja .
Perbedaan perusahaan perseorangan dengan
perseroan atau persekutuan terletak pada jumlah
pengusahanya . Jumlah pengusaha dalam
perseroan adalah dua orang atau lebih
(Purwosutjipto, 2008: 1) .
• Dalam pengertian bebas, perusahaan perseorangan
adalah perusahaan yang dimiliki, dikelola, dan
dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab
penuh terhadap semua resiko dan aktivitas
perusahaan . Tidak ada pemisahan antara kekayaan
pribadi dan kekayaan perusahaan . Lebih lanjut, dalam
hukum positif di Indonesia, tidak ditemukan satupun
aturan hukum yang mengatur secara khusus tentang
perusahaan perseorangan . Purwosutjipto juga
sependapat dengan mengemukakan bahwa bentuk
perusahaan perseorangan secara resmi tidak ada .
Namun, dalam dunia bisnis, masyarakat telah
mengenal dan menerima bentuk perusahaan
perseorangan .
• Pada umumnya, masyarakat yang ingin menjalankan
usahanya dalam bentuk perusahaan perseorangan
menggunakan bentuk perusahaan dagang (PD) atau
usaha dagang (UD), misalnya toko, bengkel, salon,
rumah makan, dan lain-lain . Lebih lanjut,
perusahaan ini bukan berbentuk badan hukum dan
tidak termasuk perseroan, melainkan termasuk
dalam ruang lingkup hukum dagang . Hal ini karena
kegiatan perusahaan dagang tersebut menimbulkan
perikatan-perikatan keperdataan . Perusahaan
dagang di bentuk atas dasar kehendak seorang
pengusaha yang mempunyai cukup modal untuk
berusaha dengan menjalankan perusahaan .
Ciri-ciri Perusahaan Dagang
• Adapun ciri-ciri perusahaan dagang, antara lain :
• 1.dimiliki oleh perseorangan (individu atau
perusahaan keluarga);
• 2.pengelolaannya sederhana;
• 3.modalnya relatif tidak besar;
• 4.kelangsungan usahanya tergantung pada para
pemiliknya;
• 5.nilai penjualannya dan nilai tambah yang
diciptakan relatif kecil.
• Kewajiban Perusahaan Dagang
• Menurut Purwosutjipto, pemilik perusahaan dagang
mempunyai beberapa kewajiban pokok sebagai berikut.
• 1. Pembukuan
• Menurut Pasal 6 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD), setiap orang yang menjalankan perusahaan
diwajibkan untuk mengerjakan pembukuan, yakni catatan-
catatan mengenai harta kekayaan pribadinya dan harta
kekayaan yang di pergunakan dalam perusahannya
menurut syarat-syarat yang di minta oleh perusahaannya
sehingga dari catatan-catatan tersebut setiap waktu dapat
diketahui hak-hak dan kewajibannya . Karena perusahaan
dagang adalah jenis perusahaan sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 6 KUHD tersebut maka ia wajib
membuat pembukuan .
• 2. Membayar pajak
• Menurut undang-undang bidang perpajakan,
setiap orang, badan usaha dan badan hukum
tertentu wajib membayar pajak kepada negara .
Perusahaan dagang tergolong sebagai sebuah
badan yang menjalankan perusahaan sehingga
wajib membayar pajak kepada negara . Pajak
yang harus di bayar adalah Pajak Penghasilan
(PPh) dan jenis pajak lainnya sesuai dengan jenis
barang yang diperdagangkannya .
• Hubungan Hukum Perusahaan Dagang
• Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
bahwa perusahaan dagang adalah perusahaan
yang di jalankan oleh satu orang pengusaha .
Adapun jikalau ada orang lain yang terlibat
dalam perusahaan dagang tersebut, mereka
adalah para pembantu dalam perusahaan yang
hubungan hukumnya bersifat intern, yaitu
hubungan kerja (hubungan hukum ketenaga
kerjaan) dan pemberian kuasa . Di samping
hubungan hukum yang bersifat intern, terdapat
pula hubungan hukum yang bersifat ekstern .
• 1. Hubungan hukum intern
• Pembantu-pembantu didalam perusahaan dagang
dapat meliputi pelayan toko, pekerja keliling, tukang,
manajer, dan sebagainya . Hubungan para
pengusaha dengan pembantunya didalam
perusahaan bersifat hukum perburuhan atau
hubungan kerja . Sang pengusaha berfungsi sebagai
majikan dan pembantu sebagai pekerja atau buruh .
Di samping itu, terdapat pula pembantu yang berada
di luar perusahaan, misalnya agen, sales, makelar
komisioner, konsultan, dan akuntan . Hubungan
antara pengusaha dan para pembantunya di luar
perusahaan bersifat pemberian kuasa .
• 2. Hubungan hukum ekstern (hubungan hukum
dengan pihak ketiga)
• Perbuatan pengusaha atau pembantunya terhadap
pihak ketiga dapat menjadi perbuatan hukum dan
dapat pula menjadi perbuatan melawan hukum
sehingga akibatnya berbeda pula, antara lain
– terhadap perikatan-perikatan yang timbul dari perbuatan
hukum (misalnya perjanjian), sang pengusaha wajib untuk
melaksanakannya meskipun itu dilakukan oleh
pembantunya .
– terhadap perikatan-perikatan yang timbul dari perbuatan
melawan hukum, baik yang dilakukan sendiri oleh
pengusaha maupun oleh pembantunya menjadi tanggung
jawab pengusaha (Purwosutjipto, 2008: 6) .
• Keunggulan Perusahaan Dagang
• Perusahaan dagang memiliki keunggulan-
keunggulan sebagai berikut
• 1.Pemilik bebas mengambil keputusan
• 2.Seluruh keuntungan perusahaan menjadi hak
milik perusahaan
• 3.Rahasia perusahaan terjamin
• 4.Pemilik lebih giat berusaha
• 5.Mudah mengubah jenis usahanya
• Kelemahan Perusahaan Dagang
• Selain memiliki kelebihan, perusahaan dagang
juga memiliki kelemahan sebagai berikut .
• 1.Tanggung jawab pemilik tidak terbatas
• 2.Sumber keuangan terbatas
• 3.Kelangsungan hidup perusahaan kurang
terjamin
• 4.Seluruh aktivitas manajemen dilakukan
sendiri sehingga pengelolaan manajemen
menjadi kompleks
Persekutuan Perdata (Maatschap)
• Menurut Pasal 1618 KUHPerdata, yang
dimaksud persekutuan perdata adalah “Suatu
perjanjian, dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu
kedalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi keuntungan atau kemanfaatan yang
diperoleh karenanya.”
Unsur-unsur Persekutuan Perdata
• Dari rumusan pengertian persekutuan perdata dalam
Pasal 1618 KUHPerdata, dapat disimpulkan beberapa
unsur yang harus ada agar sebuah persekutuan perdata
terpenuhi, antara lain sebagai berikut .
• 1.Perjanjian, yaitu adanya kesepakatan diantara orang-
orang yang mempunyai kesamaan kepentingan untuk
menjalankan perusahaan .
• 2.Pemasukan (inbreng), yaitu masing-masing sekutu wajib
memasukkan sesuatu kedalam gabungan kekayaan
tersebut . Adapun pemasukan sesuatu dapat berupa
kekayaan, seperti uang atau barang . Selain itu, dapat juga
memasukkan keahlian .
• 3.Bertujuan untuk memperoleh keuntungan
atau laba . Tujuan dari kerja sama dan
pemasukan tersebut adalah untuk mencari
manfaat yang berupa keuntungan atau laba .
• 4.Keuntungan yang di peroleh di bagi bersama .
Artinya adalah keuntungan yang diperoleh tidak
untuk dinikmati oleh beberapa orang sekutu
saja, tetapi oleh seluruh sekutu yang di bagi
seimbang dengan pemasukannya . Sebaliknya,
kerugian dipikul oleh satu atau beberapa orang
saja, tetapi tidak demikian terhadap laba yang
diperoleh .
Cara Pendirian Persekutuan Perdata
• PENGERTIAN
• Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomer 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang
dimaksud dengan perseroan terbatas (PT) (yang
selanjutnya disebut perseroan) adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal dan didirikan
berdasarkan perjanjian . Lebih lanjut, perseroan
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang
serta peraturan pelaksanaannya .
• Sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 1 butir 1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 bahwa bentuk
hukum perseroan adalah badan hukum . Sebagai sebuah
badan hukum maka tanggung jawab pemilik atau pemegang
saham adalah terbatas . Selanjutnya, Pasal 3 ayat (1)
menyatakan bahwa pemegang saham perseroan tidak
bertanggung awab secara pribadi atas perikatan yang
dibuat atas nama perseroan terbatas dan tidak bertanggung
jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki
. Ketentuan ini mempertegas ciri perseroan bahwa
pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar
setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak
meliputi harta kekayaan pribadinya . Dalam hal-hal tertentu,
tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab
terbatas tersebut apabila terbukti terjadi hal-hal yang
disebutkan dalam ayat ini ...
• Tanggung jawab terbatas ini tidak berlaku apabila
• 1.persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum
atau tidak terpenuhi
• 2.pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung
maupun tidak langsung dengan itikad buruk
memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi ;
• 3.pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
perseroan ; atau
• 4.pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung
maupun tidak langsung secara melawan hukum
menggunakan kekayaan perseroan yang mengakibatkan
kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang perseroan .
• Tanggung jawab pemegang saham sebesar
setoran atas seluruh saham yang dimilikinya
kemungkinan hapus apabila terbukti terjadi
pencampuran harta kekayaan pribadi
pemegang saham dan harta kekayaan
perseroan . Dengan kata lain, perseroan
didirikan semata-mata sebagai alat yang
dipergunakan oleh pemegang saham untuk
memenuhi tujuan pribadinya sebagaimana
dimaksud dalam butir (2) dan (4) .
PENDIRIAN PERSEROAN
• Perseroan sebagai sebuah badan hukum
mempunyai persyaratan-persyaratan dan
mekanisme pendirian yang berbeda dengan
bentuk-bentuk usaha lainnya, yaitu firma dan CV .
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
mendirikan sebuah perseroan, yaitu (1) didirikan
oleh dua orang atau lebih dan (2) setiap pendiri
perseroan wajib mengambil bagian pada saat
saham perseroan didirikan .
Prosedur Pendirian Perseroan
• Berikut ini adalah beberapa prosedur dalam
mendirikan perseroan
• 1. Pembuatan akta pendirian oleh notaris
• Para pendiri menghadap notaris untuk dibuatkan akta
autentik mengenai perjanjian mereka untuk
mendirikan sebuah PT .
• 2. Pengesahan oleh menteri dalam bidang hukum dan
hak asasi manusia (MENKUMHAM) .
• Akta pendirian yang dibuat oleh akta notaris tersebut
selanjutnya diajukan kepada menteri Hukum dan HAM
untuk mendapatkan pengesahan dari pemerintah .
• Permohonan untuk memperoleh keputusan dari Menteri Hukum
dan HAM harus diajukan kepada menteri paling lambat 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak akta pendirian ditanda tangani .
Dengan keluarnya keputusan Menteri Hukum dan HAM maka
perseroan tersebut telah memperoleh status sebagai sebuah
badan hukum.
• Perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh
status badan hukum hanya boleh dilakukan oleh semua anggota
direksi bersama dengan semua pendiri serta semua anggota
dewan komisaris perseroan . Mereka bertanggung jawab secara
penuh atas perbuatan hukum tersebut . Sementara itu,
perbuatan hukum atas nama perseroan yang dilakukan oleh
pendiri atas nama perseroan yang belum memperoleh status
badan hukum menjadi tanggung jawab pendiri yang
bersangkutan dan tidak mengikat perseroan .
• 3. Pendaftaran perseroan
• Pendaftaran perseroan memuat data perseroan
yang meliputi nama dan tempat kedudukan dan
alamat lengkap, maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha, jangka waktu pendirian, dan sebagainya.
Lebih lanjut, pendaftaran perseroan
diselenggarakan oleh Menteri Hukum dan HAM .
• 4. Pengumuman didalam tambahan berita negara
republik Indonesia .
• Pengumuman dilakukan dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal diterbitkannya keputusan menteri
mengenai pengesahan sebagai badan hukum .
MODAL DAN SAHAM
• Modal
• Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham .
Modal dasar perseroan paling sedikit adalah Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).
• Namun, undang-undang yang mengatur usaha tertentu dapat
menentukan jumlah minimum modal perseroan yang lebih besar
dari pada ketentuan modal dasar yang disebutkan di atas. Paling
sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar tersebut
harus ditempatkan dan disetor penuh di buktikan dengan bukti
penyetoran yang sah adalah bukti setoran pemegang saham ke
dalam rekening bank atas nama perseroan, data dari laporan
keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau neraca perseroan
yang di tanda tangani oleh direksi dan dewan komisaris
• Pengeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk
menambah modal yang di tempatkan harus di setor penuh .
Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk
uang dan/atau dalam bentuk lainnya . Dalam hal penyetoran
modal saham dilakukan dalam bentuk lain, penilaian setoran
modal saham ditentukan berdasarkan nilai yang wajar yang
ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak
terafiliasi dengan perseroan .
• Yang dimaksud dengan ahli yang tidak terafiliasi adalah ahli
yang tidak mempunyai .
• 1. hubungan keluarga karena perkawinan atau keturunan
sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal
dengan pegawai, anggota direksi, atau pemegang saham dari
perseroan;
• 2. hubungan dengan perseroan karena adanya kesamaan satu
atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris ;
• 3. hubungan pengendalian dengan perseroan, baik langsung
maupun tidak langsung ; dan/atau ;
• 4. saham dalam perseroan sebesar 20% (dua puluh persen)
atau lebih .
• Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus
diumumkan dalam suatu surat kabar atau lebih, dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari setelah akta pendirian ditanda
tangani atau setelah rapat umum pemegang saham (RUPS)
memutuskan penyetoran saham tersebut . Lebih lanjut,
maksud diumumkannya penyetoran saham dalam bentuk
benda tidak bergerak dalam surat kabar adalah agar dapat
diketahui oleh umum dan memberikan kesempatan kepada
pihak yang berkepentingan untuk dapat mengajukan
keberatan atas penyerahan benda tersebut sebagai setoran
modal saham, misalnya ternyata diketahui benda tersebut
bukan milik penyetor .
• Penambahan Modal
• Penambahan modal perseroan dilakukan berdasarkan persetujuan
RUPS . RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada dewan
komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS untuk
jangka waktu paling lama satu tahun . Penyerahan kewenangan
tersebut dapat sewaktu-waktu ditarik .
• Keputusan RUPS untuk penambahan modal dasar adalah sah apabila
dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kuorum dan jumlah
suara setuju untuk perubahan anggaran dasar sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas . Lebih lanjut,
keputusan RUPS untuk penambahan modal ditempatkan dan disetor
dalam batas modal dasar adalah sah apabila dilakukan dengan
kuorum kehadiran ½ (satu per dua) bagian dari seluruh suara yang
dikeluarkan, kecuali ditentukan lebih besar dalam anggaran dasar .
Penambahan modal wajib diberitahukan kepada Menteri Hukum
dan HAM untuk dicatat dalam daftar perseroan .
• Saham
• Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya .
Perseroan hanya diperkenankan untuk mengeluarkan saham
atas nama pemiliknya dan tidak boleh mengeluarkan saham
atas tunjuk . Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan
dalam anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan
yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan . Dalam hal persyaratan
kepemilikan saham telah ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak
yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat
menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham
tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus
dicapai sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas
atau anggaran dasar . Selanjutnya, nilai saham harus
dicantumkan dalam mata uang rupiah . Saham tanpa nilai
nominal tidak dapat dikeluarkan .
• Saham memberi hak kepada pemiliknya, antara lain
• 1. hak untuk dicatat dalam daftar pemegang saham ;
• 2. hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara
dalam RUPS ;
• 3. hak untuk menerima deviden yang dibagikan ;
• 4. hak untuk menerima sisa kekayaan hasil likuidasi .
• Anggaran dasar perseroan menetapkan satu klasifikasi
saham atau lebih . Yang dimaksud dengan klasifikasi
saham adalah pengelompokan saham berdasarkan
karakteristik . Setiap saham dalam klasifikasi yang sama
memberikan kepada pemegangnya hak yang sama .
Dalam hal terdapat lebih dari satu klasifikasi saham,
anggaran dasar menetapkan salah satu diantaranya
• Yang dimaksud saham dengan biasa adalah saham
yang mempunyai hak suara untuk mengambil
keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang
berkaitan dengan pengurusan perseroan,
mempunyai hak untuk menerima deviden yang
dibagikan, dan menerima sisa kekayaan hasil likuidasi
. Hak suara yang dimiliki oleh pemegang saham
biasa dapat dimiliki juga oleh pemegang saham
klasifikasi lain .
• Klasifikasi saham sebagaimana disebutkan di atas,
antara lain .
• 1. saham dengan hak suara atau tanpa hak suara ;
• 2. saham dengan hak khusus untuk mencalonkan
anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris ;
• 3. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik
kembali atau di tukar dengan klasifikasi saham lain ;
• 4. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menerima deviden lebih dahulu dari pemegang
saham klasifikasi lain atas pembagian deviden secara
kumulatif atau nonkumulatif ;
• 5. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham
klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan
dalam likuidasi .
• Bermacam-macam klasifikasi saham diatas tidak selalu
menunjukkan bahwa klasifikasi tersebut masing-masing
berdiri sendiri, terpisah satu sama lain, tetapi dapat
merupakan gabungan dari dua klasifikasi atau lebih .
ORGAN PERSEROAN
• Organ perseroan meliputi
• (1) rapat umum pemegang saham
• (2) direksi, dan
• (3) dewan komisaris .
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
• Rapat umum pemegang saham adalah organ perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau
dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-
undang dan/atau anggaran dasar . Dari rumusan pengertian
tersebut, yang dimaksud dengan wewenang yang tidak diberikan
kepada direksi atau dewan komisaris adalah hak untuk .
• 1.mengangkat dan memberhentikan anggota direksi dan komisaris ;
• 2.menyetujui penggabungan, peleburan, pengambil alihan, atau
pemisahaan ;
• 3.menyetujui pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan
pailit ;
• 4.menyetujui perpanjangan jangka waktu berdirinya perseroan ;
• 5.mengubah anggaran dasar ;
• 6.membubarkan perseroan ;
• RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya atau yang
didalam praktik biasanya disebut RUPS luar biasa (RUPSLB) . RUPS
tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat enam
bulan setelah tahun buku berakhir . RUPS lainnya dapat diadakan
setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan
perseroan . Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS
luar biasa dengan didahului oleh pemangilan RUPS . Lebih lanjut,
penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas permintaan berikut .
• 1. Satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama
mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan
suatu jumlah yang lebih kecil .
• 2. Dewan komisaris
• Direksi wajib melakukan pengambilan RUPS dalam jangka waktu
paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal
permintaan penyelenggaraan RUPS diterima .
Dewan Komisaris
• Dewan komisaris adalah organ perseroan yang
bertugas untuk melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran
dasar serta memberi nasehat kepada direksi .
Dewan komisaris melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai perseroan maupun
usaha perseroan dan memberi nasehat kepada
direksi . Lebih lanjut, pegawasan dan pemberian
nasehat dilakukan untuk kepentingan perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
• Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik,
kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas pengawasan dan pemberian nasehat kepada direksi
untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan . Setiap anggota dewan komisaris juga ikut
bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan
apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugasnya . Dalam hal dewan komisaris terdiri
atas dua anggota dewan komisaris atau lebih, tanggung jawab
tersebut berlaku secara tanggung renteng untuk setiap
anggota dewan komisaris .
• Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih .
Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang
anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan
komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan
berdasarkan keputusan dewan komisaris .
• Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, dewan komisaris
dapat melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan
tertentu untuk jangka waktu tertentu . Dewan komisaris yang dalam
keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan tindakan
pengurusan berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang,
dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga .
• Anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya satu orang atau
lebih komisaris independent dan satu orang komisaris utusan .
Komisaris independent diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari
pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama,
anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris lainnya .
Sementara itu, komisaris utusan merupakan anggota dewan
komisaris yang ditunjuk berdasarkan keputusan rapat dewan
komisaris . Selanjutnya, tugas dan wewenang komisaris utusan
ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan dengan ketentuan tidak
bertentangan dengan tugas dan wewenang dewan komisaris dan
tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan direksi .
• Dalam menjalankan tugas pengawasan, dewan komisaris dapat
membentuk komite yang anggotanya seorang atau lebih anggota
dewan komisaris . Komite tersebut bertanggung jawab kepada dewan
komisaris.
• Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun
dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan
surat pengakuan utang kepada masyarakat atau perseroan terbuka
wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota dewan komisaris .
• Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, selain mempunyai dewan komisaris, wajib mempunyai dewan
pengawas syariah . Dewan pengawas syariah terdiri atas seorang ahli
syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis
Ulama Indonesia (MUI) . Dewan pengawas syariah bertugas dalam
memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi
kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah .
• Yang dapat diangkat mejadi anggota dewan
komisaris adalah orang perorangan yang cakap
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam
waktu lima tahun sebelum pengangkatannya
pernah
• (1) dinyatakan pailit,
• (2) menjadi anggota direksi atau anggota dewan
komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perseroan dinyatakan pailit, atau
• (3) dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan keuangan negara dan/atau yang
berkaitan dengan sektor keuangan .
Direksi
• Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar . Dalam
Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang Perseroan
Terbatas, ditegaskan bahwa direksi menjalankan
pengurusan perseroan untuk kepentingan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan . Ketentuan ini
menugaskan direksi untuk mengurus perseroan,
yakni pengurusan sehari-hari dari perseroan .
• Direksi berwenang dalam menjalankan pengurusan sesuai
dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam batas yang
ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas
dan/atau anggaran dasar perseroan . Yang dimaksud
dengan kebijakan yang dipandang tepat adalah kebijakan
yang antara lain didasarkan pada keahlian, peluang yang
tersedia, dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis .
• Direksi perseroan terdiri atas satu orang anggota direksi
atau lebih . Lebih lanjut, perseroan yang kegiatan
usahanya berkaitan dengan menghimpun dana/atau
mengelola dana masyarakat, menerbitkan surat
pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan
terbuka wajib mempunyai paling sedikit dua orang
anggota direksi .
• Dalam hal ini direksi terdiri atas dua anggota
direksi atau lebih, pembagian tugas dan
wewenang pegurusan diantara anggota direksi
ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS . Dalam
hal RUPS tidak menetapkan, pembagian tugas dan
wewenang anggota direksi ditetapkan
berdasarkan keputusan direksi . Direksi sebagai
organ perseroan yang melakukan pengurusan
perseroan memahami dengan jelas kebutuhan
pengurusan perseroan . Oleh karena itu, apabila
RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan
wewenang anggota direksi, sudah sewajarnya
penetapan tersebut dilakukan oleh direksi sendiri .
Syarat Direksi
Dasar perikatan ditentuan dalam anggaran Dasar perikatan ditentuan dalam perjanjian
dasar perusahaan Perwaliamanatan (trust agreement)
PENAWARAN UMUM
( INITIAL PUBLIC OFFERING/IPO )
• Definisi penawaran umum dalam Undang-
Undang Pasar Modal Pasal 1 butir 15 adalah
“Kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh
Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat
berdasarkan tata cara yang diatur dalam
Undang-Undang ini dan peraturan
pelaksanaannya .” Lebih lanjut, penawaran
umum atau dikenal dengan istilah go public
biasanya diartikan sebagai penjualan pertama
saham umum oleh sebuah perusahaan kepada
investor umum
• Perusahaan tersebut (emiten) hanya akan menerbitkan saham-
saham pertama . Emiten akan melibatkan PEE (underwriter) untuk
menjamin penawaran tersebut dan profesi penunjang pasar
modal, seperti konsultan hukum, akuntan notaries, dan penilai
untuk membantu membuat prospektus . Prospektus menjadi
sebuah persyaratan untuk mengungkapkan kondisi keuangan dan
pospek sebuah perusahaan kepada para calon investor .
• Penawaran umum dalam praktiknya dilaksanakan melalui pasar
perdana (primary market) yang berlangsung dalam waktu terbatas
selama beberapa hari saja . Dalam hal ini, penawaran efek
dilakukan langsung oleh emiten kepada calon investor dengan
bantuan para PEE dan para agen penjualan . Dengan berakhirnya
pasar perdana, untuk selanjutnya, investopr (pemodal) dapat
memperjual belikan kembali efeknya pada pasar sekunder
(bursa) .
• Harga penawaran efek (offering price) pada pasar perdana
ditetapkan bersama antara emiten dengan PEE, sedangkan
pembentukan harga efek di bursa berdasarkan pada hukum
permintaan dan penawaran yang berlaku dalam Peraturan
Bapepam Nomor IX A.8 .
• Manfaat Penawaran Umum bagi Perusahaan
yang Menerbitkan Efek (Emiten)
• Manfaat penawaran umum bagi perusahaan
yang menerbitkan efek, antara lain
• 1. meningkatkan modal dasar perusahaan ;
• 2. memiliki catatan keuangan yang baik dan
tertib ;
• 3. meningkatkan perolehan keuntungan ;
• 4. perbesaran volume usaha karena
membesarnya potensi laba ;
• 5. prestise perusahaan di masyarakat
meningkat ;
• 6. memberikan likuiditas para pemegang
saham sendiri ;
• 7. pemegang saham cenderung menjadi
konsumen setia produk perusahaan ;
• 8. memungkinkan pendiri melakukan
deversifikasi usaha ;
• 9. memungkinkan mayarakat untuk
mengetahui nilai perusahaan dari kekuatan
tawar-menawar saham ;
• 10.mempermudah usaha pmbelian
perusahaan lain (ekspansi) dengan mencari
dana dari lembaga keuangan tanpa
melepaskan saham .
• Bentuk-bentuk Aksi korporasi
• Beberapa bentuk aksi korporasi yang umumnya
dilakukan emiten, antara lain
• 1. pembagian deviden, baik tunai maupun saham ;
• 2. pemecahan saham (stock split) ;
• 3. penyatuan saham (reverse split) ;
• 4. saham bonus ;
• 5. penawaran umum terbatas (right issue) ;
• 6. pembelian kembali saham (stock buy back) ;
• 7. merger, akuisisi, spin-off ;
• 8. additional listing, seperti private placement,
konversi saham, baik dari warrant, rights, maupun
obligasi .
KEJAHATAN PASAR MODAL
• Kejahatan pasar modal adalah segala bentuk pelanggaran
yang berhubungan dengan kegiatan pasar modal, baik
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan-peraturan
pasar modal maupun peraturan-peraturan lain yang ada
kaitannya denan kegiatan di pasar modal . Kejahatan pasar
modal atau yang sering disebut sebagai capital market
crime dan pelanggaran yang terjadi di pasar modal dapat
diasumsikan dengan beberapa alasan, yaitu kesalahan para
pelaku, kelemahan para aparat yang mencakup integritas,
dan profesionalisme peraturan .
• Keberadaan pasar modal menyebakan semakin maraknya
kegiatan ekonomi . Selain itu, menimbulkan pula kegiatan-
kegiatan illegal yang menjuus pada kejahatan yang
sekarang ini lebih popular dengan sebutan kejahatan pasar
modal .
• Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
seperti halnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), mengatur tentang kejahatan yang terjadi dalam
kegiatan di pasar modal . Kejahatan itu dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu tindak pidana dan pelanggaran .
• Dianutnya pembagian delik atas dua jenis, yaitu delik
tindak pidana pasar modal dan delik pelanggaran pasar
modal yang mnunjukkan bahwa Undang-Undang Pasar
Modal mengikuti ketentuan yang terdapat dalam KUHP
yang merupakan hukum (ketentuan yang umum, disatu
sisi, tetapi dalam ketentuan mengenai sanksinya jauh
berbeda) . Di dalam KUHP disebutkan bahwa untuk delik
pelanggaran tidak diancam engan pidana kumulasi seperti
didalam Undang-Undang Pasar Modal ini, tetapi hukuman
kurungan paling lama satu tahun . Sementara itu, dalam
Undang-Undang Pasar Modal, satu tahun kurungan akan
diakumulasikan dengan denda yang besar .
• Tindak-tindak Pidana di Pasar Modal
• Undang-Undang Pasar Modal menggariskan jenis-
jenis indak pidana dalam bidang pasar modal
diantaranya (1) penipuan (fraud), (2) manipulasi pasar
(market manipulation), (3) perdagangan orang dalam
(insider trading), (4) informasi menyesakan
(misrepresentation), (5) penawaran umum tanpa
melalui otoritas pasar modal (unregister issuer), dan
(6) lembaga profesi pasar modal melakukan tanpa izin
(unregister professional) .
• Tindak pidana di pasar modal mempunyai
karakteristik yang khas, yaitu tindak pidana yang
terjadi mengakibatkan hilangnya jumlah efek, jumlah
korban yang cukup banyak, dan beragam jumlah
korban yang banyak akan meruntuhkan kepercayaan
terhadap keberadaan pasar modal itu sendiri .
• Tindak pidana dan praktik di pasar modal merupakan
perilaku yangdilarang serta diacam dengan hukuman
administraif dan pidana . Di dalam Undang-Undang Pasar
Modal, ketentuan pdana diatur dalam Pasal 103 sampai
denan 110 . Penegakan hukum atas tindak pidana ini
sangat berantung pada kepasian hukum yang di jalankan
oleh otoritas pasar dan juga self regulatory organization
(SRO) . SRO diberikan kewenangan dalam menetapkan
dan menjalankan sanksi hukum kepada pihak yang
melakuan praktik yang bertentangan dengan ketentuan
yang ada .
• Tindak pidana di pasar modal dapat terjadi, baik
dilakukan secara individual maupun kelompok . Tindak
pidana dapat terjadi karena keininan langsung dari
pelaku atau karena adanya komando dari pihak lain .
Berikut ini adalah beberapa contoh tidak pidana yang
terjadi di pasar modal dan ketentuan perundang-
undangan yang mengaturnya .
• Kecurangan/Penipuan (Fraud)
• Penipuan atau fraud di pasar modal tergolong sebagai
tindak pidana . Di dalam Pasal 90 Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa dalam
kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara
langsung atau tidak langsung
• 1. menipu atau mengelabui pihak lain dengan
menggunakan sarana dan/atau cara apa pun ;
• 2. turut serta mengelabui pihak lain ;
• 3. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang
material atau tidak mengungkapkan fakta yang material
agar pernyataan yang di buat tidak mnyesatkan mengenai
keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan
untuk kerugian diri sendiri atau pihak lain atau dengan
tujuan memengauhi pihak lain untuk membeli atau
menjual efek .
• Manipulasi Pasar (Market Manipulation)
• Manipulasi pasar dapat diartikan sebagai sebuah
usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk
mencampuri operasi pasar yang bebas dan wajar dan
membuat gambaran yang semu, salah, menyesatkan
mengenai harga atau pasar untuk sekuritas,
komoditas atau nilai tukar . Di Indonesia, ketentuan
yang melarang praktik manipulasi pasar terdapat
dalam Undang-Undang Pasar Modal Pasal 91, 92,
dan 93 . Berdasarkan isi pasal-pasal tersebut, dapat
diartikan bahwa manipulasi pasar adalah kegiatan
untuk menciptakan gambaran semu atau
menyesatkan (false impression) mengenai kegiatan
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di
bursa atau memberi pernyataan atau keterangan
yang tidak benar atau menyesatkan sehingga harga
efek di bursa berpengaruh .
• Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)
• Yang di maksud dengan orang dalam adalah
• 1. komisaris, direktur, atau pegawai emiten atau
perusahaan publik ;
• 2. pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik ;
• 3. orang perseorangan yang karena kedudukan atau
pfofesinya atau karena hubungan usahanya dengan emiten
atau perusahaan publik memungkinkan orang tersebut
memperolh informasi orang dalam, atau pihak yang dalam
waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak
sebagaimana dimaksud dalam angka (1) dan (2) di atas .
• Orang dalam sebagaimana yang telah disebutkan dilarang
melakukan tindakan sebagai berikut .
• 1. Melakukan pembelian atau penjualan atas efek emiten
atau perusahaan publik dimaksud atau perusahaan lain yang
melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan publik
yang bersangkutan .
• Larangan tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa
kedudukan orang dalam seharusnya mendahulukan kepeningan
emiten, perusahaan publik, atau pemegang saham secara
keseluruhan, termasuk didalamnya untuk tidak menggunakan
informasi orang dalam untuk kepentingan diri sendiri dan pihak
lain .
• 2. Melakukan pembelian atau penjualan atas efek perusahaan lain
yang melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan publik
yang bersangkutan .
• Meskipun yang bersangkutan bkan orang dalam dari perusahaan
lain, informasi mengenai perusahaan lain lazimnya diperoleh
karena kedudukannya pada emiten atau perusahaan publik yang
melakuan transaksi dengan perusahaan lain tersebut .
• 3. Memengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas efek dimaksud .
• Walaupun orang dalam dimaksud tidak memberikan informasi
orang dalam kepada pihak lain, hal ini dapat mendorong pihak lain
untuk melakukan pembelian atau penjualan efek berdasarkan
informasi orang dalam .
• 4. Memberi informasi orang dalam kepada pihak manapun yang
patut diduganya dapat menggunakan informasi tersebut untuk
melakukan pembelian atau penjualan efek .
• Setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang
dalam dari orang dalam secara melawan hukum dan kemudian
memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan
larangan yang berlaku bagi orang dalam . Artinya adalah mereka
dilarang melakukan transaksi atau efek yang bersangkuta serta
dilarang memengauhi pihak lain untuk melakukan pemblian
atau penjualan atas efek tersebut atau memberikan informasi
orang dalam tersebut kepada pihak lain yang patut di duga akan
menggunakan informasi tersebut untuk melakukan pembelian
atau penjualan efek . Lebih lanjut, contoh perbuatan yang
melawan hukum antara lain (1) berusaha memperoleh informasi
orang dalam dengan cara mencuri, (2) berusaha memperoleh
informasi oaring dalam dengan cara membujuk orang dalam,
dan (3) berusaha memperoleh informasi orang dalam dengan
cara kekerasan atau ancaman .
Bab. 9 Hukum Asuransi
• SEJARAH ASURANSI
• Asuransi berawal dari masyarakat Babilonia 4000-
3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi .
Lalu, pada 1668 M, di Coffe House London, berdirilah
Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi
konvensional . Sumber hukum asuransi adalah hukum
positif, hukum alami, dan contoh yang ada
sebelumnya sebagaimana kebudayaan .
• Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus social
dengan adanya premi yang dibayarkan kepada
perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer
of risk, yaitu pengalihan (transfer) risiko dari
tertanggung kepada penanggung .
• Asuransi merupakan mekanisme pemindahan risiko
saat individu atau business memindahkan sebagian
ketidak pastian sebagai imbalan pembayaran premi
. Definisi risiko tersebut adalah ketidak pastian
terjadi atau tidaknya suatu kerugian (the
uncertainty of loss) .
• Asuransi di Indonesia berawal pada masa
penjajahan Belanda, terkait dengan keberhasilan
perusahaan dari negeri tersebut di sektor
perkebunan dan perdagangan di Indonesia . Untuk
memenuhi kebutuhan jaminan terhadap
keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan
adanya asuransi . Perkembangan industri asuransi
di Indonesia sempat vakum selama masa
penjajahan Jepang .
• DEFINISI ASURANSI
• Asuransi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain sudut
pandang ekonomi dan sudut pandang hukum . Dalam sudut pandang
ekonomi, asuransi dikategorian sebagai suatu bentuk dari manajemen risiko,
terutama di gunakan untuk lindung nilai terhadap risiko kerugian .
• Secara ekonomi asuransi bisa diartika sebagai sebuah sistem untuk
mengurangi atau m3engatasi kehilangan atau kerugian finansial dengan
menyalurkan risiko kehilangan dari seseorang atau badan ke seseorang atau
badan lainnya .
• Sebagai contoh, seseorang membeli sebuah mobil seharga 200 juta .
Mengetahui bahwa kehilangan mobil akan membawanya pada kehancuran
finansial maka ia mengambil perlindungan asuransi kendaraan bermotor .
Asuransi tersebut akan menbayar pengganti atau perbaikan mobilnya apabila
terjadi kehilangan atau keruskan pada mobilnya . Perusahaan asuransi
memungut premi darinya sebesar 1 juta per tahun. Risiko kehilangan atau
kerusakan mobil telah disalurkan dari pemilik mobil kepada perusahaan
asuransi .
• Ditinjau dari segi hukum, asuransi di pandan sebagai suatu perjanjian yang
termasuk dalam golongan perjanjian utang-utangan (Subekti, 2010 :217) .
Suatu perjanjian utang-utangan (konsevereenskomst) ialah suatu perjanjian
yang dengan sengaja digantungkan pada suatu peristiwa yang belum pasti
akan terjadi, peristiwa tersebut akan menentukan untung ruginya salah satu
pihak dalam perjanjan asuransi .
• Dalam suatu perjanjian asuransi dapat dikatakan bahwa
sejak awal sudah terdapat adanya kepentingan pada salah
satu pihak . Misalnya adalah seseorang pemilik rumah
sudah sejak awal berkepentingan agar rumahnya tidak
akan terbakar . Kepentinan itulah yang mendorong pemilik
rumah untuk mengadakan suatu perjanjian asuransi .
Tujuannya adalah agar risiko yang timbul akibat
terbakarnya rumah dapat dialihkan kepada pihak lain .
Lebih lanjut, terdapat pihak-pihak yang bersedia untuk
menerima pengalihan risiko asalkan mendapat kontra
pretasi berupa pembayaran uang premi yang memadai .
Apabla terjadi kebakaran pemilik rumah itu akan menerima
penggantian kerugian sehingga timbulnya kebakaran
tersebut berarti kerugian bagi pihak penanggung .
Sebalikya, apabila tidak pernah terjadi kebakaran maka
penanggung mendapat keuntungan berupa sejumlah uang
premi yang telah dibayar oleh tertanggung .
• Pengertian atau definisi autentik asuransi terdapat
dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang
merumuskan bahwa asuransi adalah
• “Perjanjian dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada
Tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
unuk memberian peggantian kepada Tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita
Tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran
yang idasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggung jawabkan .”
• Pemahaman kita atas pengertian atau definisi
tersebut akan lebih lengkap apabila
dibandingkan dengan pengertian tentang
asuransi yang terantum pada pasal 246 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang
berbunyi sebagai berikut .
• “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk
penggantian kepadanya karena suatu
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan yang munkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tidak tentu .”
• Di samping definisi autentik tersebut, para sarjana
mengajukan beberapa definisi dari sudut pandang
ilmunya masing-masing, antara lain sebagai berikut
• Prof. Wiryono Prodjodikoro, S.H .
• “Asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang
mnjamin berjanji kepada pihak yang di jamin, untuk
menerima sejumlah uang sebagai pengganti kerugian,
yang mungkin diderita oleh yang dijamin, karena akibat
dari suatu peristiwa yang belum jelas .”
• Prof. Mehr dan Cammack
• “Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi
risiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit
eksposur (exposure) dalam sejumlah yang memadai,
untuk membuat agar kerugian individu dapat
diperkirakan . Kemudian, kerugian yang dapat
diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang
tergabung .”
• Prof. Mark R. Green
• “Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang
bertujuan untuk mengurangi risiko, dengan jalan
mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan
sejumlah objek yang cukup besar jumlahnya,
sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh
dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu .”
• Definisi asuransi menurut C. Arthur William Jr. dan
Richard M. Heins dan sudut pandang hukum adalah
sebagai berikut
• 1.Asuransi adalah suatu pengaman terhadap
kerugian financial yang dilakukan oleh seorang
penanggung .
• 2.Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana
dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan
dana untuk menanggulangi kerugian finansial .
• Berdasarkan definisi hukum yang termuat dalam UU
Perasuransian dan KUHD, dapat dirumuskan empat unsur
pokok yang terdapat dalam suatu perjanjian asuransi
sebagai berikut .
• 1.Pihak tertanggung (insured), yaitu pihak yang berjanji
untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung
sekaligus atau secara berangsur . Dalam hubungan hukum
asuransi, tertanggung adalah pemegang polis .
• 2.Pihak penanggung (insurer/asuradur) yang berjanji aan
membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak
tertanggung sekaligus atau secara berangsur apabila
terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tertentu .
Penanggung selalu berbentuk sebuah perusahaan yang
digolongkan sebagai suatu bentuk dari perusahaan
perasuransian .
• 3.Suatu peristiwa yang tidak tertentu (evenemen) .
• 4.Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami
kerugian karena peristiwa yang tidak tertentu tersebut .
• Asuransi sebagai suatu perjanjian atau perikatan
sebagaimana perjanjian lainnya tunduk pada hukum
perikatan (the law contract) sebagaimana tercantum
dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tentang Perikatan . Oleh karena itu, syahnya suatu
perjanjian asuransi harus memenuhi syarat syahnya
perjanjian menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata), yaitu
• 1.sepakat mereka mengikatkan dirinya ;
• 2.kecakapan untuk membuat suatu perikatan ;
• 3.suatu hal tertentu ;
• 4.suatu sebab yang halal ;
• Adapun syarat sahnya perjanian menurut Pasal 1320
KUHPerdata tersebut telah diuraikan pada Bab III
tentang Hukum Perjanjian dan Perikatan .
PRINSIP-PRINSIP ASURANSI
• Kepentingan yang Dapat diasuransikan (Insurable
Interest)
• Maksud prinsip ini ialah bahwa hak untuk
mengasuransikan akan timbul apabila ada suatu
hubungan keuangan antara tertanggung dengan
yang diasuransikan dan di akui secara hukum .
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa untuk
suatu perjanjan asuransi harus ada kepentingan
yang nyata Seseorang dapat dikatakan mempunyai
insurable interest atas sebuah benda atau objek
lainnya apabila hilangnya atau rusaknya benda atau
objek tersebut menyebabkan kerugian finansial
atau kerugian lainnya kepada orang tersebut .
• Dengan kata lain, seseorang dikatakan memiliki
kepentingan atas objek yang diasuransian apabila
orang tersebut menderita kerugian keuangan
seandainya terjadi musibah yang menimbulkan
kerugian atau kerusakan atas objek tersebut .
Kepentingan keuangan ini memungkinkan orang
tersebut mengasuransian harta benda atau
kepentingannya . Apabila terjadi musibah atas
objek yang diasuransikan dan terbukti bahwa
orang tersebut tidak memiliki kepentingan
keuangan atas objek tersebut maka tertanggung
tidak berhak menerima ganti rugi . Misalnya,
seseorang tidak dapat mengasuransikan rumah
orang lain kecuali rumahnya sendiri atau rumah
lain tempat ia mempunyai kepentingan tertentu
pada rumah tersebut .
• Itikad Baik (Good Faith)
• Itikad baik merupakan sebuah tindakan untuk
mengungkakan secara akurat dan lengkap terhadap
semua fakta material (material fact) mengenai
sesuatu yang akan diasuransikan , baik diminta
ataupun tidak . Artinya adalah bahwa penanggung
harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala
sesuatu tentang luasnya syarat atau kondisi dari
asuransi dan tertanggung juga harus memberikan
keterangan yang jelas, teliti, dan benar atas objek
atau kepentinga yang dipertanggungkan, resiko-resiko
yang dijamin maupun yang dikecualikan . Prinsip ini
menjadi sangat penting karena secara umum
tertangung mengetahui lebih lengkap objek yang
akan diasuransikan dibandingkan dengan penanggung
. Lebih lanjut, perhitungan besarnya premi sangat
dipengaruhi oleh beban risiko .
• Sebab Akibat (Proximate Cause)
• Apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah
atau kecelakaan maka pertama-tama akan dicari sebab-sebab
yang efektif dan efisien yang dapat menggerakkan suatu
rangkaian peristiwa tanpa terputus hingga akhirnya terjadi
musibah atau kecelakaan tersebut . Sebuah prinsip ang
digunakan untuk mencari penyebab kerugian yang efektif dan
efisien adalah unbroken chain of events, yaitu suatu rangkaian
mata rantai peristiwa yang tidak terputus .
• Sebagai contoh adalah kasus klaim kecelakaan diri berikut ini
• 1.Seseorang mengendarai kendaraan di jalan tol dengan
kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik .
• 2.Korban luka parah dan dibawa kerumah sakit
• 3. Tidak lama kemudian, korban meninggal dunia
• Dari peristiwa tersebut, dapat diketahui bahwa kausa
prosikmalnya adalah korban mengendarai kendaraan dengan
kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik .
Melalui kausa prosikmal, akan dapat diketahui apakah penyebab
terjadinya musibah atau kecelakaan tersebut dijamin dalam
kondisi polis asuransi ataukah tidak ?
• Ganti Rugi (Indemnity)
• Ganti rugi merupakan suatu mekanisme saat
penanggung menyediakan kompensasi finansial
dalam upayanya menempatkan tertanggung
dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat
sebelum terjadinya kerugian (KUHD Pasal 252,
253, dan dipertegas dalam Pasal 278) .
• Apabila objek yang diasuransikan terkena musibah
sehingga menimbulkan kerugian maka
penanggung akan memberikan ganti rugi untuk
mengembalikan posisi keuangan tertanggung
setelah terjadi kerugian menjadi sama dengan
sesaat sebelum terjadi kerugian . Dengan
demikian, tertanggung tidak berhak memperoleh
ganti rugi lebih besar dari pada kerugian yang
diderita oleh tertanggung .
• Sebagai contoh, harga pasar kendaraan sebesar 200
juta rupiah, diasuransikan sebesar 200 juta rupiah .
Apabila terjadi musibah maka kendaraan tersebut
hilang dan harga pasar kendaraan saat itu
• 1. 200 juta rupiah maka tertanggung menerima ganti
rugi sebesar 200 juta rupiah ;
• 2. 225 juta rupiah maka tertanggung menerima ganti
rugi sebesar nilai yang diasuransikan, yaitu 200 juta
rupiah ;
• 3. 175 juta rupiah maka tertanggung menerima ganti
rugi sebesar harga pasar, yaitu 175 juta rupiah;
• Beberapa cara pembayaran ganti rugi, antara lain
• 1.pembayaran dengan uang tunai ;
• 2.perbaikan ;
• 3.penggantian ; atau
• 4.pemulihan kembali .
• Pengalihan (subrogation)
• Prinsip subrogasi diatur dalam Pasal 284 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang yang berbunyi
• “Apabila seorang penanggung telah membayar
ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung maka
penanggung akan menggantikan kedudukan
tertanggung dalam segala hal untuk menuntut
pihak ke tiga yang telah menimbulkan kerugian
pada Tertanggung .”
• Dengan kata lain, apabila tertanggung mengalami
kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak
ketiga maka penanggung, setelah memberikan
ganti rugi kepada tertangung, akan menggantikan
kedudukan tertanggung dalam mengajukan
tuntutan kepada pihak ketiga tersebut .
• Kontribusi (Contribution)
• Tertanggung dapat saja mengasuransikan harta
benda yang sama pada beberapa perusahaan
asuransi . Namun, apabila terjadi kerugian atas
objek yang diasuransikan maka secara otomatis
berlaku prinsip kontribusi . Prinsip kontribusi
berarti bahwa apabila penanggung telah
membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak
tanggung maka penanggung berhak menuntut
perusahaan-perusahaan lain yang terlibat
dalam suatu pertanggungan (secara bersama-
sama menutup asurasi harta benda milik
tertanggung) untuk membayar bagian kerugian
masing-masing yag besarnya sebanding dengan
jumlah pertanggungan yang ditutupnya .
• Sebagai contoh, tertanggung mengasuransikan satu unit bangunan rumah tinggal seharga
100 juta rupiah kepada tiga perusahaan asuransi berikut .
• Asuransi A sebesar Rp 100.000.000, 00. Asuransi B sebsar Rp 50.000.000, 00. dan asuransi C
sebesar Rp 50.000.000, 00 . Totalnya adalah Rp 200.000.000, 00 . Apabila bangunan
tersebut terbakar habis (mengalami kerugian total) maka maksimum ganti rugi yang
tertanggung peroleh dari
•
• 100.000.000, 00
• Asuransi A = ------------------------------ x 100.000.000, 00 = Rp 50.000.000, 00
• 200.000.000, 00
•
• 50.000.000, 00
• Asuransi B = ------------------------------- x 100.000.000, 00 = Rp 25.000.000, 00
• 200.000.000, 00
•
•
• 50.000.000, 00
• Asuransi C = ------------------------------- x 100.000.000, 00 = Rp 25.000.000, 00
• 200.000.000, 00
•
•
• Total (perhitungan) = Rp 100.000.000, 00. Berarti jumlah ganti rugi yang tertanggung terima
dari ketiga perusahaan asuransi tersebut bukanlah Rp 200.000.000, 00 melainkan Rp
100.000.000, 00 sesuai dengan harga rumah sebenarnya .
PEMBEDAAN JENIS-JENIS ASURANSI
• Pembedaan menurut Undang-Undang
Perasuransian
• Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
Perasuransian membedakan asuransi kedalam dua
jenis usaha perasuransian yang meliputi usaha
asuransi dan usaha penunjang asuransi . Usaha
asuransi terdiri atas (1) usaha asuransi kerugian,
(2) usaha asuransi jiwa, dan (3) usaha reasuransi .
Sementara itu, usaha penunjang asuransi terdiri
atas (1) usaha pialang asuransi, (2) usaha pialan
reasuransi, (3) usaha agen asuransi, (4) usaha
penilai kerugian asuransi, dan (5) usaha konsultan
aktuaria .
• Usaha Asuransi
• 1. Usaha asuransi kerugian
• Usaha asuransi kerugian adalah memberi jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan
manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti .
• 2. Usaha asuransi jiwa
• Usaha asuransi jiwa adalah memberi jasa dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup
atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan .
• 3. Usaha reasuransi
• Usaha reasuransi adalah usaha yang memberikan
jasa dalam pertanggungan utang terhadap risiko
yang di hadapi oleh perusahaan asuransi kerugian
dan/atau perusahaan asuransi jiwa .
• Usaha Penunjang Asuransi
• Usaha pialang asuransi
• Kegiatan pialang asuransi dijalankan oleh perusahaan asuransi .
Menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Perasuransian, yang
dimaksud dengan perusahaan pialang asuransi adalah
perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penutupan asuransi dan penanganan pe4nyelesaian ganti rugi
asuransi . Perusahaan pialang asuransi merupakan suatu badan
hukum yang dibentuk dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat akan suatu badan yang akan membantu mereka
dalam membeli produk asuransi dan mendampingi pada saat
terjadi klaim, dimana masyarakat tertanggung sangat awam
dengan kondisi dan persyaratan polis asuransi . Sebaliknya,
pihak perusahaan asuransi sangatlah paham dengan hal
tersebut . Oleh karena itu, pemerintah merasa perlu untuk
membentuk perusahaan pialang asuransi melalui peraturan,
yaitu Undang-Undang Asuransi Nomor 2 Tahun 1992 dengan
tujuan melindungi kepentingan masyarakat luas .
• Perusahaan pialang asuransi berbentuk badan hukum dan
harus memiliki izin dari Departemen Keuangan dengan
persyaratan cukup ketat dan diatur secara jelas dalam
Undang-Undang Asuransi Nomor 2 Tahun 1992, Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 dan Keputusan Meteri
Keuangan RI Nomor 226/ KMK.017/1993, serta peraturan
terbaru lainnya . Lebih lanjut, Peraturan Pemerintah
Nomor 73 Tahun 1992, Pasal 24 ayat (1) menegaskan
bahwa pialang asuransi wajib menjelaskan secara benar
kepada tertanggung tentang ketentuan isi polis, termasuk
hak dan kewajiban tertanggung .
• Keputusan Meteri Keuangan RI Nomor 226/
KMK.017/1993, mensyaratkan bahwa dalam
pembentukan perusahaan pialang asuransi harus
memenuhi kualifikasi tenaga ahli, penyelenggaraan usaha,
dan laporan pemeriksaan .
• Lebih lanjut, Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999
menegaskan bahwa perusahaan pialang asuransi harus memiliki
Polis Professional Indemnity/Liability .
• 1. Manfaat pialang asuransi
• Masyarakat Indonesia sebagian besar belum mengetahui
keberadaan pialang asuransi bahkan yang sudah
mengetahuinyapun masih belum memahami fungsi dan peranan
pialang asuransi bagi masyarakat . Hal ini terjadi karena
kurangnya informasi yang terseia dan kurangnya pendidikan
formal maupun nonformal yang ada, serta oleh asosiasi industri
asuransi . Adapun beberapa manfaat pialang asuransi untuk
masyarakat, antara lain
• a. mengenal dan menganalisis risiko yang dimiliki tertanggung ;
• b. memberikan saran bagaimana menangani risiko kepada
tertanggung ;
• c. mendesain program asuransi yang sesuai dengan kebutuhan
tertanggung ;
• d. menyeleksi perusahaan asuransi dari segi kekuatan keuangan
dan segi komitmen, serta reputasi ;
• e. mempresentasikan resiko dan menegosiasikan
ruang lingkup jaminan yang luas serta premi yang
bersaing kepada perusahaan asuransi ;
• f. memantau kondisi dan situasi setiap adanya
perubahan dalam industri asuransi secara konsisten ;
• g. membantu dan menangani klaim yang terjadi dari
segi prosedur dan dokumentasi serta
menegosiasikan nilai klaim yang wajar dan memadai
bagi tertanggung .
• Dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman
serta jumlah portofolio bisnis yang besar,
memudahkan pialang asuransi dalam
menegosiasikan luas jaminan dan harga premi
dibandingkan dengan tertanggung (jika tertanggung
berhubungan dan berhadapan langsung dengan
perusahaan asuransi) .
• Pialang asuransi mengerjakan beberapa pekerjaan perusahaan
asuransi yang mencakup
• a. memasarkan produk dan jasa perusahaan asuransi kepada
masyarakat luas ;
• b. menjelaskan kondisi polis kepada calon tertanggung ;
• c. mngumpulkan data risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung ;
• d. melaksanakan survei ke lokasi risiko ;
• e. melakukan seleksi risiko menyadurkannya kepada perusahaan
asuransi sesuai kebutuhan dan prosedur yang ada .
• Dengan demikian, perusahaan asuransi tidak perlu mengeluarkan
biaya akuisisi dalam mendapatkan bisnis dan tidak memiliki risiko
kehilangan biaya apabila mereka menolak menerima penutupan atas
suatu risiko karena biaya ini diinvestasikan oleh pialang asuransi .
• Dalam hal ini, tertangung tidak dibebani biaya tambahan atas jasa
dan pelayanan yang diberikan oleh pialang asuransi kepada
tertaggung, sehubungan dengan penutupan asuransi atas resiko
yang dimilikinya .
• 2. Fungsi pialang asuransi
• Fungsi pialang asuransi adalah sebagai berikut .
• a. Menempatkan risiko tertangung kepada
perusahaan asuransi (security first
class/bonafide) yang telah diseleksi, baik dari
segi manajemen maupun finansial dengan
kondisi jaminan yang luas dan dengan harga
premi yang bersaing (tidak lebih mahal) .
• b. Membantu mengurus dan pelayanan klaim
hingga ganti rugi memadai diterima dalam
kurun waktu yang relatif cepat oleh tertanggung
.
• c. Menjadi rekan kerja yang setia dan
terpercaya bagi tertanggung sepanjang tahun .
• Dalam menjalankan usahanya, perusahaan
pialang asuransi wajib memberikan keterangan
yang sejelas-jelasnya kepada penanggung tetang
objek asuransi ang dipertanggungkan dan wajib
menjelaskan secara benar kepada tertanggung
tentang ketentuan isi polis, termasuk mengenai
hak dan kewajiban tertanggung .
• Perusahaan pialang asuransi harus menjaga
perimbangan yang sehat antara jumlah premi
yang belum disetor kepada perusahaan asuransi
dan jumlah modal sendiri . Selain itu,
perusahaan pialang asuransi dilarang untuk
menerbitkan dokumen penutupan sementara
dan/atau polis asuransi .
• Usaha Pialang Reasuransi
• Kegiatan atau usaha pialang reasuransi dijalankan oleh perusahaan
pialang reasuransi, yaitu perusahaan yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan
penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk
kepentingan perusahaan asuransi (ceding company) .
•
• Usaha Agen Asuransi
• Agen asuransi adalah seorang atau badan hukum yang kegiatannya
memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas
nama penanggung . Agen asuransi wajib memiliki perjanjian
keagenan dengan perusahaan asuransi yang di ageni . Semua
tindakan agen asuransi yang berkaitan dengan transaksi asuransi
menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi yang diageni . Agen
asuransi dalam menjalankan kegiatannya harus memberikan
keterangan yang jelas kepada calon tertanggung tentang program
asuransi yang dipasarkan dan ketentuan isi polis, termasuk
mengenai hak dan kewajiban calon tertanggung .
• Usaha Penilai Kerugian Asuransi
• Perusahaan penilai kerugian asuransi adalah
perusahaan yang memberikan jasa penilaian terhadap
kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan .
Setiap perusahaan penilai kerugian asuransi dalam
menjalankan usahanya harus mempergunakan
keahlian berdasarkan norma profesi yang berlaku .
•
• Usaha Konsultan Aktuaria
• Perusahaan konsultan aktuaria adalah perusahaan
yang memberikan jasa aktuaria kepada perusahaan
asuransi dan dana pension dalam rangka pembentukan
dan pengelolaan suatu program asuransi dan/atau
program pensiun . Lebih lanjut, setiap perusahaan
konsultan aktuaria dalam menjalankan kegiatan
usahanya harus mempergunakan keahlian berdasarkan
norma profesi yang berlaku .
Pembedaan Menurut Ilmu
Pengetahuan
• Ilmu pengetahuan hukum asuransi membedakan
asuransi menjadi tiga jenis asuransi, yaitu (1)
asuransi kerugian, (2) asuransi sejumlah uang, dan
(3) reasuransi .
• Buku ini tidak membahas perbedaan asuransi
menurut Undang-Undang Perasuransian dan
menurut ilmu pengetahuan . Pembahasan
mengenai asuransi dalam buku ini akan
memberikan uraian mengenai apa yang ada dalam
asuransi menurut Undang-Undang Perasuransian
maupun menurut ilmu pengetahuan.
• Asuransi Kerugian ( Losses Insurance )
• Asuransi kerugian adalah asuransi yang bertujuan untuk
mendapatkan suatu penggantian kerugian yang mungkin
ditimbulkan oleh suatu kejadian . Asuransi kerugian ini
memberikan jasa dalam menangulangi risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti .
• Asuransi kerugian merupakan asuransi untuk kerugian
akarena kerusakan atau kemusnahan harta benda yang di
pertanggungkan karena suatu hal atau bahaya yang
disebut dengan polis asuransi . Kerugian dapat berupa
benda tetap, seperti rumah, pabrik, ataupun benda tidak
tetap, seperti kendaraan bermotor dan kapal . Asuransi
kerugian tidak hanya terhadap harta benda tertanggung
yang diasuransikan saja, tetapi juga termasuk tanggung
jawab terhadap pihak ketiga . Kerugian tersebut dapat
berupa kerugian keuangan, kerugian material, dan fisik .
• Misalnya adalah tertanggung mengendarai mobilnya
yang dipertanggungkan (diasuransikan) . Mobil
tertangung ini tiba-tiba menabrak kendaraan pihak lain
(pihak ketiga) dan mengakibatkan kerusakan pada
kendaraan pihak ketiga tersebut . Adapun beberapa
macam asuransi kerugian, antara lain asuransi kebakaran,
asuransi kendaraan bermotor, asuransi kapal, asuransi
konstruksi, asuransi pemasangan mesin, asuaransi
pengangkutan barang, dan sebagainya .
• Agar suatu kerugian potensial (yang mungkin terjadi)
dapat diasuransika (insurable) maka harus memiliki
karakteristik, antara lain (1) terjadinya kerugian
mengandung ketidak pastian, (2)kerugian harus dibatasi,
(3) kerugian harus signifikan, (4) rasio kerugian dapat
terprediksi dan (5) kerugian tidak bersifat katasropis
(bencana) bagi penanggung .
• Penentu jumlah santunan pada asuransi kerugian
ditentukan berdasarkan jumlah kerugian financial yang
sesungguhnya sehingga asuransi kerugian bisa juga
disebut kontrak indemnitas (indemnity contract) .
Kegiatan asuransi kerugian hanya dapat dilakukan oleh
perusahaan asuransi yang memperoleh izin untuk
melakukan usaha asuransi kerugian, termasuk asuransi
. Lebih lanjut, perusahaan asuransi kerugian tidak
dapat melakukan usaha asuransi jiwa .
• Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Perasuransian
dijelaskan bahwa perusahaan asuransi adalah
perusahaan yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan
manfaat, dan tanggung jawab hukum terhadap pihak
ketiga yang timbul arti peristiwa yang tidak pasti .
• Asuransi Sejumlah Uang (Sum Insurance)
• Asuransi sejumlah uang meliputi asuransi jiwa dan
asuransi sosial . Pembagian ini berdasarkan rumusan
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Perasuransian sebagai
berikut
• “Asuransi dan pertanggungan adalah perjanjian antar
dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi, memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa
yang tidak pati, atau memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang
yang dipertanggungkan .”
• Pembahasan tentang asuransi sejumah uang dalam buku ini
akan difokuskan pada asuransi jiwa . Lebih lanjut, yang
dimaksud dengan asuransi jiwa menurut Pasal 1 butir 1
Undang-Undang Perasuransian adalah
• “Perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasrkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
diasuransikan .”
• Jika seseoarang dapat diasuransikan untuk keperluan orang
yang berkepentingan baik selama hidupnya maupun untuk
waktu yang ditentukan dalam perjanjian . Orang yang
berkepentingan dapat mengadakan asurasi bahkan tanpa
diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya .
Jadi, setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya . Asuransi
jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga .
Asuransi jiwa dapat di adakan selama hidup atau selama jangka
waktu tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian .
• Pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik
disebut penanggung dan tertanggung . Penanggung
dengan menerima premi memberikan pembayaran, tanpa
menyebutkan kepada orang yang ditunjuk sebagai
penikmatnya .
• Besarnya santunan atau penggantian dalam asuransi jiwa
adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada
saat diadakan asuransi sebagai jumlah santunan yang
wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat dalam
hal terjadi evenemen, atau pengembalian kepada
tertanggung seniri dalam hal berakhirnya jangka waktu
asuransi tanpa terjadi evenemen . Menurut ketenuan
Pasal 305 KUHD, diperkirakan jumlah dan syarat-syarat
asuransi sama sekali ditentukan oleh perjanjian bebas
antara tertanggung dan penanggung . Dengan adanya
perjanjian bebas tersebut, asas kepentingan dan asas
keseimbangan dalam asuransi jiwa dapat
dikesampingkan .
• Penanggung, Tertanggung dan Penikmat
• Dalam hukum asuransi, minimal terdapat dua pihak, yaitu
penanggung dan tertanggung . Penanggung adalah pihak
yang menanggung beban risiko sebagai imbalan premi yang
diterimanya dari tertanggung . Apabila terjadi peristiwa
yang tidak tertentu (evenemen) yang menjadi beban
penanggung maka penanggung berkewajiban untuk
mengganti kerugian . Dalam asuransi jiwa, apabila terjadi
evenemen matinya tertanggung maka penanggung wajib
membayar uang santunan atau apabila berakhirnya jangka
waktu asuransi tanpa terjadi evenemen maka penanggung
wajib membayar sejumlah uang pengembalian kepada
tertanggung . Penanggung adalah perusahaan asuransi jiwa
yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang
dikaitkan dengan jiwa atau matinya seseorang yang
diasuransikan . Perusahaan asuransi jiwa merupakan badan
hukum milik swasta atau badan hukum milik negara .
• Asuransi jiwa dapat diadakan untuk kepentingan pihak
ketiga dan hal ini harus dicantumkan dalam polis .
Menurut teori, kepentingan pihak ketiga (the third
interest theory) dalam asuransi jiwa, pihak ketiga
yangberkepentingan itu disebut penikmat . Penikmat
dapat berupa orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau
ahli waris tertanggung . Lebih lanjut, penikmat muncul
apabila terjadi evenemen meninggalnya tertanggung .
Dalam hal ini, tertanggung yang meningal tidak mungkin
dapat menikmati santunan, tetapi penikmat yang ditunjuk
atau ahli waris tertanggunglah sebagai yang berhak
menikmati santunan . Namun, bagaimana halnya jika
asuransi tersebut berakhir tanpa terjadi evenemen
meninggalnya tertanggung ? Dalam hal ini, tertanggung
sendiri yang berkedudukan sebagai penikmat karena dia
sendiri masih hidup dan berhak menikmati pengembalian
sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung .
• Apabila penanggung bukan penikmat maka hal ini
dapat disamakan dengan asuransi jiwa untuk
kepentingan pihak ketiga . Penikmat selaku pihak
ketiga tidak mempunyai kewajiban membayar premi
terhadap penanggung . Asuransi diadakan untuk
kepentingannya, tetapi tidak atas tanggung
jawabnya . Apabila tertanggung mengasuransikan
jiwanya sendiri maka tertanggung sendiri
berkedudukan sebagai penikmat yang berkewajiban
membayar premi kepada penanggung . Dalam hal
ini, tertanggung adalah pihak dalam asuransi dan
sekaligus penikmat yang berkewajiban untuk
membayar premi kepada penanggung . Lebih lanjut,
asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga
(penikmat) harus dicantumkan dalam polis .
• Evenemen dalam Asuransi Jiwa
• Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang isi
polis, tidak ada ketentuan keharusan mencantumkan
evenemen dalam polis asuransi jiwa . Berbeda dengan
asuransi kerugian, Pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai
isi polis mengharuskan pencantuman bahaya-bahaya
yang menjadi beban penanggung . Mengapa tidak
adanya keharusan untuk mencantumkan bahaya yang
menjadi beban penanggung dalam polis asuransi
jiwa ? Dalam asuransi jiwa, yang dimaksud dengan
bahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya
diasuransikan . Meninggalnya seseorang itu
merupakan hal yang sudah pasti . Setiap makhluk
bernyawa pasti mengalami kematian . Akan tetapi,
kapan meninggalnya seseorang tidak dapat
dipastikan . Inilah yang disebut peristiwa tidak pasti
(evenemen) dalam asuransi jiwa .
• Evenemen ini hanya satu, yakni ketidak pastian
kapan meninggalnya seseorang sebagai salah
satu unsur yang dinyatakan dalam definisi
asuransi jiwa . Karena evenemen ini hanya satu
maka tidak perlu dicantumkan dalam polis .
Ketidak pastian kapan meninggalnya seseorang
tertanggung atau orang yang jiwanya
diasuransikan merupakan risiko yang menjadi
beban penanggung dalam asuransi jiwa .
Evenemen meningalnya tertangung berisi dua
pernyataan, yaitu meninggalnya itu benar-
benar terjadi dalam jangka watu asuransi dan
benar-benar tidak terjadi sampai jangka waktu
asuransi berakhir . Kedua-duanya menjadi
beban penanggung .
• Uang Santunan dan Pengembalian
• Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar
oleh penanggung kepada penikmat dalam hal
meninggalnya tertangung sesuai dengan kesepakatan
yang tercantum dalam polis . Penikmat yang dimaksud
adalah orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau orang
yang menjadi ahli warisnya sebagai yang berhak
menerima dan menikmati santuan sejumlah uang yang
dibayar oleh penanggung . Pembayaran santunan
merupakan akibat terjadinya peristiwa, yaitu
meninggalnya tertanggung dalam jangka waktu berlaku
asuransi jiwa .
• Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa
tidak terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung maka
tertanggung sebagai pihak dalam asuransi jiwa berhak
memperoleh pengembalian sejumlah uang dari
penanggung yang jumlahnya telah ditetapkan
• Dalam hal ini, terdapat perbedaan dengan asuransi
kerugian . Pada asuransi kerugian, apabila asuransi
berakhir tanpa terjadi evenemen, premi tetap
menjadi hak penanggung . Sementara itu, pada
asuransi jiwa, premi yang telah diterima
penanggung dianggap sebagai tabungan yang
dikembalikan kepada penabung, yaitu tertanggung .
• Perbedaan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa,
penetapan besarnya nilai santunan (uang
pertanggungan) ditentuka dimuka sebelum
terjadinya peristiwa yang tidak pasi tersebut .
Dengan kata lain, nilai pertanggungan tidak
berdasarkan pada kerugian nyata karena dalam
asuransi jiwa kerugian nyata secara finansial sulit
diukur nilainya .
• Kebutuhan Jaminan yang Dapat Dipenuhi
oleh Asuransi Jiwa
• Kebutuhan jaminan yang dapat dipenuhi oleh
asuransi jiwa mencakup kebutuhan pribadi
dan kebutuhan bisnis .
• 1. Kebutuhan pribadi
• Kebutuhan pribadi meliputi penyediaan biaya-
biaya hidup final, seperti biaya yang berkaitan
dengan kematian, biaya pembayaran tagihan
berupa utang atau pinjaman yang harus
dilunasi, tunjangan keluarga, biaya pendidikan,
dan uang pensiun . Selain itu, polis asuransi
jiwa yang memiliki nilai tunai dapat digunakan
sebagai tabungan maupun investasi .
• 2. Kebutuhan bisnis
• Kebutuhan bisnis, seperti, insurance on key persons
(asuransi untuk orang-orang penting dalam
perusahaan), insurance on business owners (asuransi
untuk pemilik bisnis), employee benefit (kesejahteraan
karyawan), contohnya asuransi jiwa dan kesehatan
kumpulan .
• Kegiatan atau usaha asuransi jiwa hanya dapat
dilakukan oleh perusahaan asuransi yang memperoleh
izin untuk melakukan usaha asuransi jiwa . Perusahaan
asuransi jiwa tidak dapat melakukan usaha asuransi
kerugian . Adapun yang dimaksud dengan perusahaan
asuransi jiwa menurut Pasal 1 butir 6 Undang-Undang
Perasuransian adalah “Perusahaan yang memberikan
jasa dalam penanggulangan risiko yang berkaitan
dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan .”
• Reasuransi
• Reasuransi adalah asuransi kembali oleh penanggung, baik
seluruh maupun sebagian resiko yang telah ditanggungnya
kepada penanggung lain atau proses ketika penanggung
mengatur dengan satu atau beberapa penanggung lainnya
dalam membagi risiko pada reasuransi .
• Pasal 3 huruf a butir 3 Undang-Undang Perasuransian
menyebutkan adanya usaha reasuransi, yaitu “Usaha yang
memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap
risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan
atau Perusahaan Asuransi Jiwa .”
•
• Subjek (para Pihak) dalam Reasuransi
• Subjek dalam reasuransi meliputi ceding company,
perusahaan yang mereasuransikan resikonya dan reasuradur,
perusahaan yang menerima pertanggungan ulang dari
ceding company .
• Prinsip-prinsip dalam Reasuransi
• Prinsip-prinsip dalam reasuransi mencakup
sebagai berikut .
• 1.Perjanjian reasuransi antara ceding company
dan reasuradur yang harus dibuat secara tertulis
merupakan perjanjian terpesah dan berdiri
sendiri dengan perjanjian antara tertanggung
dan penanggung .
• 2.Tertanggung tidak mempunyai hak apapun
terhadap reasuradur .
• 3.Apabila reasuradur mengalami pailit ataupun
tidak membayar suatu klaim yang valid, ceding
company (penanggung) tetap harus bertangung
jawab kepada tertanggung sesuai dengan polis
yang dikeluarkannya .
• 4. Apabila ceding company pailit, reasuradur tetap
bertanggung jawab kepada ceding company sesuai dengan
perjanjian reasuransi yang telah dibuatnya .
• 5. Reasuradur tidak mempunyai hak terhadap segala
kesalahan yang dilakukan oleh tertanggung .
•
• Fungsi Reasuransi
• Fungsi reasuransi, antara lain menaikkan kapasitas ekseptasi
perusahaan asuransi dan mendukung stabilitas keuangan
perusahaan asuransi . Dalam praktiknya, apabila prosedur
yang ersangkutan menampung risiko yang banyak,
perusahaan tersebut dapat melemparkan kembali sebagian
risiko yang dimaksud dengan perusahaan reasuransi lain,
baik di dalam maupun di luar negeri . Lebih lanjut, peraturan
pemerintah mengharuskan perusahaan asuransi di Indonesia
tidak boleh menahan risiko (retensi sendiri) melebihi 10% x
modal sendiri . Cara inilah yang disebut retrosesi .
Bab 10 . Hukum Anti Monopoli dan
Persaingan Usaha
• Seiring dengan kecenderungan globalisasi
perekonomian serta dinamika dan
perkembangan swasta sejak awal tahun 1990-
an . Peluang-peluang usaha yang tercipta pada
tiga dasawarsa sebelumnya, dalam kenyataannya
belum membuat seluruh masyarakat mampu dan
dapat berpartisipasi dalam pembangunan dalam
berbagai sektor ekonomi . Perkembangan usaha
swasta selama periode tersebut, di satu sisi
diwarnai oleh berbagai bentuk kebijakan
pemerintah yang kurang tepat sehingga pasar
menjadi terdistorsi .
• Di sisi lain, perkembangan usaha swasta dalam
kenyataannya sebagian besar merupakan perwujudan
dari kondisi persaingan usaha yang tidak sehat . Situasi
dan kondisi tersebut menuntut bangsa Indonesia
mencermati dan menata kembali kegiatan usaha di
Indonesia . Hal ini bertujuan agar dunia usaha dapat
tumbuh dan berkembang secara sehat dan benar
sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang sehat,
antara lain dalam bentuk praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat yang merugikan masyarakat
dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial .
• Berdasarkan uraian diatas maka disusunlah tatanan
hukum antimonopoli dan persaingan usaha yang
dituangkan dalam produk hukum berupa Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut
dengan UU Antimonopoli) .
• PENGERTIAN MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT
• Pasal 1 butir 1 UU Antimonopoli memberikan pengertian bahwa
monopoli adalah penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran
baran dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh suatu pelaku
usaha atau satu kelompok usaha .
• Pengertian monopoli berkaitan erat dengan istilah praktik monopoli,
yaitu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau
pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum (Pasal1 butir 2 UU Antimonopoli) .
• Kondisi kegiatan usaha lainnya yang sama berbahayanya dengan
praktik monopoli sekaligus dapat merugikan kepentingan umum
adalah persaingan usaha tidak sehat . Pasal 1 butir 6 UU
Antimonopoli memberikan pengertian bahwa persaingan tidak
sehat adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha .
ASAS DAN TUJUAN HUKUM
ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA
• Asas
• Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan
kegiatan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara kepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum .
• Tujuan
• Hukum antimonopoli dan persaingan usaha diciptakan untuk
• 1.menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkitkan kesejahteraan
rakyat ;
• 2.mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan
pelaku usaha kecil ;
• 3.mencegah pratik monopoli dan/atau persaingan tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha ;
• 4.terciptanya efektifitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha
• Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka pada hukum anti monopoli
dan persaingan usaha yang tertuang dalam UU Antimonopoli mengatur
beberapa perjanjian yang dilarang dan kegiatan yang dilarang yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat .
PERJANJIAN YANG DILARANG
• Salah satu hal yang diatur dalam UU Atimonopoli adalah
dilarangnya perjanjian-perjanjian tertentu yang dianggap
dapat menimbulkan monopoli dan/atau persaingan usaha
tidak sehat . Mengenai apa yang dimaksud dengan kata
perjanjian telah diatur secara tegas dalam Pasal1 butir 7 UU
Antimonopoli yang menyatakan bahwa “Perjanjian adalah
suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk
mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain
dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis .”
• Lebih lanjut, perjanjian yang dilarang dalam hukum
antimonopoly adalah perjanjian yang terjadi atau
mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat yang meliputi sebagai berikut :
• Oligopoli
• Perjanjian yang dilarang adalah dalam bentuk oligopoly .
Pengertian oligopoli berdasarkan UU Antimonopoli Pasal 4
ayat (1) dan (2) adalah sebagai berikut .
• 1.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain secara bersama-sama dalam melakukan
penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan/atau persaingan tidak sehat .
• 2.Pelaku usaha patut atau dianggap secara bersama-sama
melakukan penguasaan produksi dan/atau pemasaran
barang dan/atau jasa, sebagai yang dimaksud huruf a,
apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima
persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu .
• Karakteristik barang yang biasanya diperdagangkan di
pasar oligopoli, antara lain .
• 1.barang yang diperdagangkan biasanya barang homogen,
misalnya bensin, minyak mentah, tenaga listrik, batu bara,
kaca, bahan bangunan, pupuk, pipa dan baja ;
• 2.struktur pasar oligopoly biasanya ditandai dengan
kekuatan pasar pelaku usaha yang kurang lebih sebanding
dengan pelaku usaha sejenis lainnya, dari segi modal
maupun segmen . Namun, tidak tertutup kemungkinan
pada pasar yang heterogen pun terjadi oligopoli ;
• 3.hanya sedikit perusahaan dalam industri ;
• 4.pengambilan keputusan yang saling memengaruhi ;
• 5.kompetisi nonharga .
• Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa oligopoly adalah
monopoli oleh beberapa pelaku usaha (monopoly by a few) .
Oligopoli dapat juga diartikan sebagai sebuah kondisi ekonomi
ketika hanya ada beberapa perusahaan yang menjual barang
atau produk yang sama atau standar . Lebih lanjut, oligopoli
didefinisikan sebagai keadaan pasar yang produsen penjual
barang hanya sedikit sehingga mereka atau seseorang dari
mereka dapat memengaruhi harga (Rokan, 2010 : 76) .
• Sementara itu, pasar oligopoli adalah pasar dimana penawaran
suatu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan .
Umumny, jumlah perusahaan lebih dari dua, tetapi kurang dari
sepuluh . Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan
memosisikan dirinya sebagai bagian yang terkait dengan
permainan pasar, keuntungan yang mereka dapatkan
tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka .
• Oleh karena itu, semua usaha promosi, iklan, pengenalan
produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan
dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing
mereka . Lebih lanjut, strutur pasar oligopoli umumnya
terbentuk dari industri-industri yang memiliki capital
intensive yang tinggi, seperti industri semen, industri mobil,
dan industri kertas .
• Praktik oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu
upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan potensial
untuk masuk ke pasar . Selain itu, tujuan perusahaan-
perusahaanmelakukan oligopoli adalah sebagai salah satu
usaha untuk menikmati laba normal dibawah tingkat
maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas hingga
kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan
praktik oligopoli menjadi tidak ada .
Penetapan Harga (Price Fixing)
• Perjanjian penetapan harga yang dilarang dalam UU
Antimonopoli meliputi empat jenis perjanjian, yaitu
(1) penetapan harga (price fixing),
• (2) diskriminasi harga (price discrimination),
• (3) perjanjian atau penetapan harga di bawah harga
pasar atau jual rugi (predatory pricing), dan
• (4) pengaturan harga jual kembali (resale price
maintenance) .
• Penetapan Harga (Price Fixing)
• Larangan perjanjian penetapan harga terdapat dalam pasal 5 UU
Antimonopoli . Yang dimaksud dengan larangan penetapan harga
adalah pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan/atau
jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama .
• Perjanjian penetapan harga dilarang karena penetapan harga bersama-
sama akan menyebabkan tidak dapat berlakunya hukum pasar tentang
harga yang terbentuk dari adanya penawaran dan permintaan .
Namun, larangan perjanjian penetapan harga ini dikucualikan terhadap
dua hal, yaitu
• 1. perjanjian yang didasarkan oleh suatu undang-undang yang berlaku,
termasuk dalam hal ini penetapan harga yang diizinkan atau
dikoordinasikan oleh pemerintah ;
• 2. perjanjian penetapan harga yang dibuat dalam suatu usaha
patungan (joint venture) .
• Penetapan harga dapat dilakukan dengan
memberikan tanda kepada pelaku usaha lainnya
dengan bentuk menaikkan harga yang disebut
dengan price signaling dan juga dengan membuat
pengumumam di media masa yang
mengidentifikasikan bahwa perlu kenaikan harga
yang disebut tacit collusion . Perjanjian penetapan
harga dapat dilakukan secara terbuka ataupun
disamarkan yang pada dasarnya mencederai asas
persaingan . Hal ini karena perjanjian penetapan
harga akan menjadikan harga lebih tinggi, bukan
harga pasar sehingga tindakan tersebut akan
merugikan konsumen dengan bentuk harga yang
lebih tinggi dan jumlah barang yang tersedia sedikit .
• Diskriminasi Harga (Price Dircriminstion)
• Pasal 6 UU Antimonopoli menegaskan bahwa pelaku usaha dilarang
membuat perjanjiaan yang mengakibatkan pembeli yang satu
harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus
dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan/atau jasa yang sama .
• Hal yang dilarang pada ketentuan ini adalah membuat perjanjian
yang memberlakukan diskriminasi terhadap kedudukan konsumen
yang satu dengan yang lainnya dengan cara memberikan harga
yang berbeda-beda terhadap barang atau jasa yang sama . Namun
demikian, dapat saja terjadi harga yang berbeda antara konsumen
satu dengan yang lain yang disebabkan oleh perbedaan biaya
seperti promosi (Rokan, 2010 : 92) . Oleh karena itu, dalam teori
ilmu hukum, dikenal beberapa macam diskriminasi harga, antara
lain
• 1.diskriminasi harga primer ;
• 2.diskriminasi harga sekunder ;
• 3.diskriminasi harga umum ;
• 4.diskriminasi harga geografis ;
• 5.diskriminasi harga tingkat pertama ;
• 6.diskriminasi harga tingkat kedua ;
• 7.diskriminasi harga secara langsung ;
• 8.diskriminasi harga secara tidak langsung .
• Tidak semua pemberian harga yang berbeda tersebut dilarang oleh
hukum antimonopoli . Karena apabila biaya yang dikeluakan oleh
penjual untuk satu konsumen dengan konsumen lainnya berbeda
maka harga secara logis tentu akan berbeda-beda pula .Misalnya,
barang yang diambil dari tempat yang jauh memakan biaya yang
tinggi tentu akan menaikkan harga . Oleh karena itu, secara teknis,
diskriminasi harga baru layak dilarang oleh hukum antimonopoli
manakala perbedaan harga terhadap konsumen yang satu dengan
konsumen yang lainnya pada prinsipnya bukan cermin dari
perbedaan harga dasar (marginal cost) yang dikeluarkan oleh
penjual .
• Penetapan Harga di Bawah Harga Pasar atau Jual Rugi
(Predatory Pricing)
• Pasal 7 UU Antimonopoli menegaskan pelaku usaha dilarang
dalam membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menetapkan harga dibawah harga pasar yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat .
• Larangan tersebut berlaku apabila penetapkan harga dibawah
harga pasar tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat . Larangan melakukan
perjanjiaan yang berisikan penetapan harga barang atau jasa
dibawah harga pasar atau penetapan harga dibawah biaya
marginal atau juga yang dikenal dengan istilah praktik
antidumping dimaksudkan agar pesaingnya mengalami
kerugian karena barang atau jasanya tidak laku, padahal harga
barang atau jasanya sesuai engan harga pasar .
• Apabila perjanjian yang menetapkan harga di
bawah harga pasar ini tidak dilarang maka pihak
atau pelaku usaha yang tidak kuat modal tentu
tidak sanggup berkompetisi karena persaingan
harga tidak mungkin dilakuan . Umumnya,
apabila pihak pesaing satu demi satu gulung
tikar karena barang atau jasanya tidak laku
dipasar, pihak yang membuat
perjanjianpenetapan harga tersebut kembali
menaikkan harga dengan harga yang tinggi
karena tidak mempunyai pesaing berarti di
pasar . Hal ini akan sangat merugikan konsumen
(Margono, 2009 : 88) .
• Penetapan Harga Jual Kembali (Resale Price
Maintenance)
• Pasal 8 UU Antimonopoli mengatur bahwa pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
yang memuat persyaratan bahwa penerima barang
dan/atau jasa tiak akan menjual atau memasok kemali
baran dan/atau jasa yang diterimanya dengan harga yang
lebih rendah dari pada harga yang telah diperjanjikan
sehinga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat . Berdasarkan isi undang-undang
tersebut, dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya pihak
pembeli bebas untuk menetapkan harga jual dari barang
atau jasa yang sudah dibelinya sesuai dengan
permintaan dan penawaran yang ada di pasar .
• Perjanjiaan Pembagian Wilayah Pemasaran atau Alokasi Pasar
(Market Division)
• Pasal 9 UU Antimonopoli mengatur bahwa pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau lokasi
pasar terhadap barang dan/atau jasa sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat .
• Ketentuan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindari
terjainya kasus-kasus kartel secara khusus di daerah tertentu
Adanya pembagian wilayah akan menghilangkan kemungkinan
bagi pasar lain untuk memilih jasa yang ditawakan di pasar
tersebut . Dengan kata lain, pembagian wilayah bertujuan
untuk mnghindari terjadinya persaingan usaha di antara pelaku
usaha yang saling bersaing sehingga pelaku usaha menaikkan
dan mendapatkan keuntungan besar .
• Perjanjian pembagian wilayah dapat bersifat horizontal
maupun vertikal . Perjanjian ini dilarang karena pelaku usaha
meniadakan atau mengurangi persaingan cara pembagian
wilayah pasar atau alokasi pasar .
• Perjanjian yang dilakukan bertujuan untuk membagi pasar
dari segi daerah atau dari segi produk . Pelaku usaha yang
melakukan usaha pada pasar bersangkutan berjanji untuk
tidak memasok baran atau jasa yang sama di wilayah
geografis tertentu yang telah dialokasikan kepada mitanya
didalam pasar yang bersangkutan .
• Pembagian wilayah pemasaran adalah cara untuk
menghindari atau mengurangi persaingan yang dapat
ditempuh oleh pelaku usaha yang saling bersaing dalam satu
bidang usaha sehinga satu pasar dapat dikuasai secara
eksklsif oleh masing-masing pelaku usaha .
• Perjanjian Pemboikotan (Group Boicot)
• Perjanjian pemboikotan merupakan salah satu bentuk
strategi yang dilakukan diantara pelaku usaha untuk
mengusir pelaku usaha lain dari pasar yang sama . Selain
itu, perjanjian ini dapat digunakan untuk mencegah pelaku
usaha yang berpotensi menjadi pesaing untuk masuk
kedalam pasar yang sama yang kemudian pasar tersebut
dapat terjaga hanya untuk kepentingan pelaku usaha yang
terlibat dalam perjanjian pemboikotan tersebut . Dengan
terusirnya pelaku usaha pesaing dan tidak dapat masuknya
pelaku usaha yang berpotensi menjadi pesaing kedalam
pasar yang sama, akan berakibat terhadap semakin
menurunnya tingkat persaingan dan kemudian membuat
pelaku usaha yang ada di dalam pasar melakukan praktik-
praktik yang antipersaingan, seperti melakukan praktik
price fixing, pembagian wilayah dan kartel .
• Agar praktik pemboikotan yang dilakukan para pelaku
usaha yang berada di pasar dapat berjalan sukses,
diperlukan partisipasi yang luas mungkin dari pelaku usaha
yang ada di dalam pasar yang bersangkutan . Hal ini apabila
tidak adanya dukungan atau keterlibatan secara luas, para
pelaku usaha yang ada di dalam pasar pemboikotan
biasanya akan sulit berhasil .
• Adanya perjanjian pemboikotan yang dilakukan oleh para
pelaku usaha yang ada di dalam pasar membuat jumlah
pelaku usaha yang ada di pasar tidak dapat bertambah .
Lebih lanjut, apabila didalam sebuah pasar hanya terdapat
sedikit pelaku usaha yang menjalankan usahanya, hal ini
dapat berdampak berkurangnya pilihan konsumen untuk
memilih pelaku usaha yang kemungkinan dapat
memberikan kepuasan terbesar kepada konsumen .
• Perwujudan dari perjanjian pemboikotan biasanya adalah
pelaku usaha yang terlibat dalam perjanjiaan pemboikotan
diharuskan untuk menolak dalam menjual setiap barang
atau jasa dari pelaku usaha lain . Pelaku usaha lain yang
dimaksud adalah pelaku usaha yang menjadi korban dari
perjanjian pemboikotan sehingga pelaku usaha yang
menjadi korban dari perjanjiaan pemboikotan tersebut
akan mengalami kesulitan dalam menjual atau membeli
setiap barang atau jasa di pasar yang bersangkutan .
• Pemboikotan dapat juga dilakukan secara tidak langsung,
misalnya dengan cara para pelaku usaha yang terlibat
dalam perjanjiaan pemboikotan meminta kepada pelaku
usaha yang menjadi pemasok dari produk mereka untuk
tidak memasok barang yang sama kepada pelaku usaha
yang menjadi target dari perjanjian pemboikotan .
• Dengan demikian, apabila si perusahaan pemasok tidak
mengindahkan larangan tersebut maka para pelaku usaha
yang melakukan pemboikotan akan memutuskan
hubungan dengan perusahaan pemasok tersebut dan
akan mencari perusahaan pemasok lain . Melihat dampak
yang sangat besar terhadap persaingan maka dalam
berbagai hukum persaingan usaha di banyak negara,
perjanjian pemboikotan dianggap sebagai hambatan
terhadap persaingan usaha yang mendapatkan perhatian
yang serius . Hal ini karena dengan terjadinya praktik
perjanjian pemboikotan telah menghilangkan salah satu
prasyarat persaingan yang sangat penting, yaitu
menghalangi pelaku usaha untuk masuk kedalam pasar .
• Ada dua macam perjanjiaan pemboikotan yang dilarang
dalam Pasal 10 UU Antimonopoli sehubungan dengan
perjanjian pemboikotan sebagai berikut .
• 1.Perjanjian yang dapat menghalangi pelaku usaha lain
(pihak ketiga) untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk
tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri .
• 2.Perjanjian untuk menolak dalam menjual setiap barang
dan/atau jasa dari pelaku usaha lain (pihak ketiga) sehingga
perbuatan tersebut
• a. merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku
usaha lain ; atau
• b. membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau
membeli setiap barang dan/atau jasa dari pasar
bersangkutan .
• Perjanjian Kartel (Cartel)
• Larangan perjanjiaan kartel diatur dalam Pasal 11 UU
Antimonopoli yang menyatakan bahwa
• “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya yang bermaksud untuk memengaruhi harga dengan
mengatur produksi dan/atau pemasaran suatu barang dan atau
jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat .”
• Perjanjian kartel merupakan salah satu perjanjian yang kerap kali
terjadi dalam praktik monopoli . Secara sederhana, kartel adalah
perjanjian satu pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menghilangkan persaingan diantara keduanya . Dengan
kata lain, kartel (cartel) adalah kerjasama dari produsen-
produsen produk tertentu yang bertujuan untuk mengawasi
produksi, penjualan, serta harga untuk melakukan monopoli
terhadap komoditas atau industri tertentu (Nugroho dalam
Rohan, 2010 : 105) .
• Praktik kartel merupakan salah satu strategi yang diterapkan di
antara pelaku usaha untuk dapat memengaruhi harga dengan
mengatur jumlah produksi mereka . Mereka berasumsi apabila
produksi mereka didalam pasar dikurangi, sedangkan permintaan
terhadap produk mereka di dalam pasar tetap maka akan
berakibat pada terkereknya harga ketingkat yang lebih tinggi .
Sebaliknya, apabila didalam pasar produk mereka melimpah,
sudah tentu akan berdampak terhadap penurunan harga produk
mereka di pasar.
• Membanjirnya pasokan dari produk tertentu didalam sebuah
pasar dapat membuat harga produk tersebut di pasar menjadi
lebih murah, kondisi ini akan menguntungkan pihak konsumen,
tetapi tidak sebaliknya bagi pelaku usaha (produsen atau penjual)
. Semakin murah harga produk mereka di pasar, membuat
keuntungan yang akan diperoleh oleh pelaku usaha tersebut
menjadi berkurang atau bahkan merugi apabila produk mereka
tidak terserap oleh pasar .
• Agar harga produk di pasar tidak jatuh dan harga produk
dapat memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi
pelaku usaha, pelaku usaha biasanya membuat perjanjian
diantara mereka untuk mengatur jumlah produksi sehingga
jumlah produksi mereka di pasar tidak berlebih . Tujuannya
adalah agar tidak membuat harga produk mereka dipasar
menjadi lebih murah . Namun terkadang, praktik kaertel tidak
hanya bertujuan untuk menjaga stabilitas harga produk
mereka di pasar, tetapi juga untuk mengeruk keuntungan
yang sebesar-besarnya dengan mengurangi produk mereka
secara signifikan di pasar sehingga menyebabkan didalam
pasar mengalami kelangkaan . Akibatnya konsumen harus
mengeluarkan biaya yang lebih untuk membeli produk pelaku
usaha tersebut di pasar, atau dapat dikatakan tujuan utama
dari praktik kartel adalah untuk mengeruk sebanyak mungkin
surplus konsumen ke produsen (Wiradiputra, 2007 : 73) .
• Perjanjian Trust
• Larangan perjanjian trust ini diatur dalam Pasal 11
UU Antimonopoli yang menyatakan bahwa pelaku
usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan
membentuk gabungan usaha atau perseroaan yang
lebih besar, dengan tetap menjaga dan perseroan
anggotanya, yang bertujuan mengontrol produksi
dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat .
• Untuk dapat mengontrol produksi atau pemasaran produk di
pasar, para pelaku usaha (dalam hal ini perusahaan) ternyata
tidak hanya cukup dengan membuat perjanjian kartel diantara
mereka, tetapi juga mereka terkadang membentuk gabungan
perusahaan atau perseroan yang lebih besar (trust), dengan
tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup
masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya . Trust
merupakan wadah antar perusahaan yang didisain untuk
membatasi persaingan dalam bidang usaha atau industri
tertentu . Gabungan antara beberapa perusahaan dalam
bentuk trast dimaksudkan untuk mengendalikan pasokan
secara kolektif, dengan melibatkan trustee sebagai
coordinator penentu harga (Wiradiputra, 2007 : 40) .
• Perjanjian Oligopsoni
• UU Antimonopoli mengatur larangan perjanjian oligopsoni
dalam Pasal 13 sebagai berikut
• 1.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain yang bertujuan secara bersama-sama menguasai
pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat
mengendalikan harga atas barang dan/atau jasa dalam
pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat .
• 2.Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-
sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan
sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) apabila 2 (dua)
atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
menguasai lebih 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu .
• Oligopsoni adalah struktur pasar yang didomonasi oleh sejumlah konsumen
yang memiliki kontrol atas pembelian . Struktur pasar ini memiliki
kesamaan dengan struktur pasar oligopoli . Hanya saja struktur pasar ini
terpusat di pasar input . Dengan emikian, distorsi yang di timbulkan oleh
kolusi antar pelaku pasar akan mendistorsi pasar input . Oligopsoni
merupakan salah satu bentuk praktik anti persaingan yang cukup unik . Hal
ini karena dalam praktik oligopsoni, yang menjadi korban adalah produsen
atau penjual, sedangkan biasanya untuk bentuk-bentuk praktik anti
persaingan lain (seperti penetapan harga, diskriminasi harga, dan kartel)
yang menjadi korban umumnya adalah konsumen . Dalam oligopsoni,
konsumen membuat kesepakatan dengan konsumen lain dngan tujuan agar
mereka secara bersama-sama dapat menguasai pembelian atau
penerimaan pasokan yang pada akhirnya dapat mengndalikan harga atas
barang atau jasa pada pasar yang bersangkutan . Dengan demikian, secara
sederhana dapat dikatakan bahwa oligopsono adalah keadaan ketika dua
atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam sebuah pasar komoditas .
• Dengan adanya praktik oligopsoni, produsen atau penjual idak
memiliki alternative lain untuk menjual produk mereka selain
kepada pihak pelaku usaha yang telah melakukan perjanjian
oligopsoni . Tidak adanya pilihan lain bagi pelaku usaha untuk
menjual produk mereka selain epada pelaku usaha yang melakukan
praktik oligopsoni, mengakibatkan mereka hanya dapat menerima
harga yang sudah ditentukan oleh pelaku usaha yang melakukan
praktik oligosoni .
• Dalam oligopsoni, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni
kemungkinan-kemungkinan perjanjian tersebut memfasilitasi kolusi
penetapan harga sehingga menimbulkan efek anti persaingan .
Perjanjiaan tersebut tidak akan memfasilitasi kolusi harga apabila
pembelian produk yang dilakukan dengan perjanjian ini hanya
berjumlah relative kecil terhadap total pembelian di pasar tersebut .
Selain itu, apabila perjanjian tidak menghalangi anggotanya untuk
melakuan pembelian kepada pihak lain secara indepeden maka joint
purchasing tersebut tidak merugikan persaingan .
• Perjanjian Integrasi Vertikal (Vertical Integration)
• Pasal 14 UU Antimonopoli mngatur bahwa pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang
termasuk dalam rangkaian produksi barang dan/atau jasa
tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan
hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu
rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
dan/atau merugikan masyarakat .
• Integrasi vertikal merupakan perjanjian yang terjadi antara
beberapa pelaku usaha yang berada pada tahapan produksi
atau operasi dan/atau distribusi yang berbeda, namun saling
terkait . Bentuk perjanjian yang terjadi berupa penggabungan
beberapa atau seluruh kegiatan operasi yang berurutan
dalam sebuah rangkaian produksi atau operasi .
• Mekanisme hubungan antara satu kegiatan usaha dengan
kegiatan usaha lainnya yang bersifat integrasi vertical dalam
perspektif hukum persaingan khususnya UU Nomor 5 Tahun
1999 digambarkan dalam suatu rangkaian produksi atau
operasi . Rangkaian ini merupakan hasil pengolahan atau
proses lanjutan, baik dalam suatu rangkaian langsung
maupun tidak langsung (termasuk juga rangkaian barang
dan/atau jasa substitusi dan/atau komplementer) . Lebih
lanjut, mekanisme hubungan kegiatan usaha yang bersifat
integrasi vertikal dapat dilihat pada skema produksi yang
menggambarkan hubungan dari atas kebawah, yang sering
juga disebut dengan istilah dari suatu kegiatan usaha yang
dikategorikan sebagai integrasi vertikal kebelakang atau
kehulu, yaitu apabila kegiatan tersebut mengintegrasikan
beberapa kegiatan yang mengarah pada penyediaan bahan
baku dari produk utama .
Skema Integrasi Vertikal
Backward
Pemasok Integration
Ke Hulu
(Upstream)
Manufaktur/Operasi
KeHilir
Distributor (Downstream)
Fordward
Integration
Pengecer
• Sebagai contoh, ketika pelaku usaha yang memproduksi minyak goreng
memperluas cakupan usahanya dengan mengintegrasikan kegiatan
penyediaan crude palm oil (CPO) yang merepakan bahan baku utama dari
produksi minyak goring, perusahaan minyak goring tersebut memutuskan
untuk melakukan perjanjian yang mengikat dengan produsen CPO .
Tindakan perusahaan minyak goring ini disebut sebagai integrasi vertikal
kebelakang atau ke hulu .
• Sementara itu, kegiatan usaha yang dikategorikan sebagai integrasi
vertikal ke hilir apabila kegiatan tersebut mengintegrasikan beberapa
kegiatan yang mengarah pada penyediaan produk akhir . Sebagai contoh
adalah ketika pelaku usaha yang memproduksi minyak goreng tersebut
memutuskan untuk memperluas cakupan usahanya dengan
mengintegrasikan kegiatan distribusi minyak goreng dan toko swalayan
untuk menjual minyak goreng langsung ke konsumen akhir . Perjanjian
yang mengikat antara produsen minyak goreng dengan distributornya
serta toko swalayan digolongkan sebagai integrasi vertikal ke hilir .
Perjanjian yang mengikat di antara para pelaku usaha yang berada pada
rangkaian produksi berurutan dapat mengambil berbagai macam bentuk .
• Berdasarkan uraian sebelumnya, terlihat bahwa pelaku-
pelaku usaha yang melakukan integrasi vertikal tidak sedang
salaing bersaing di dalam pasar bersangkutan yang sama
sehingga perjanjian integrasi vertikal tidak memiliki
pengaruh anti persaingan secara langsung (direct
anticompetitive effect) yang berakibat pada berkurangnya
persaingan horizontal . Pada contoh produsen minyak
goreng sebelumnya, apabila perusahaan tersebut
melakukan integrasi kebelakang dengan produsen CPO
maka dengan jelas dapat diketahui bahwa perusahaan
minyak goreng dan produsen CPO bukanlah pelaku usaha
yang saling bersaing karena mereka tidak berada pada pasar
bersangkutan yang sama . Dengan demikian, jumlah
pesaing perusahaan minyak goreng di pasar minyak goreng
tidak mengalami perubahan sebagai akibat langsung dari
integrasi vertikal tersebut .
• Sebaliknya, berdasarkan prinsip dasar teori persaingan dan
dampak ekonomi, integrasi vertikal umumnya ditujukan
untuk meningkatkan efesiensi yang berakibat pada
peningkatan kesejahteraan konsumen akhir (consumer
welfare) . Namun, bukan berarti integasi vertikal oleh pelaku
usaha akan selalu menciptakan efisiensi dan kesejahteraan
konsumen . Justru sebaliknya, dapat pula menciptakan
ekonomi biaya tinggi atau inefisiensi, harga, dan keuntungan
yang tidak wajar melalui praktik anti persaingan atau
monopoli . Paktik integrasi vertikal meskipun dapat
menghasilkan barang dan jasa dengan harga murah, dapat
pula menimbulkan persaingan usaha tidak sehat yang
merusak sendi-sendi perekonomian masyarakat . Praktik
seperti ini dlarang sepanjang menimbulkan persaingan tidak
sehat dan/atau merugikan masyarakat .
• Perjanjian Tertutup (Exlusive Dealing)
• Larangan perjanjian tertutup diatur dalam Pasal 15 UU
Antimonopoli sebagai berikut .
• 1.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
pihak yang menerima barang dan/atau jasa hanya
akan memasok atau tidak memasok kembali barang
dan/atau jasa tersebut kepada pihak tertentu
dan/atau pada tempat tertentu .
• 2.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak
yang menerima barang dan/atau jasa tertentu harus
bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari
pelaku usaha pemasok .
• 3.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai
harga atau potongan harga tertentu atas baran dan/atau jasa
yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang
menerima barang dan/atau jasa dari pelaku usaha pemasok .
• a. harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari
pelaku usaha pemasok ; atau
• b. tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau
sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari
pelaku usaha pemasok .
• Perjanjian tertutup adalah suatu perjanjian yang terjadi
antara mereka yang berada pada level yang berbeda pada
proses produksi atau jaringan distribusi suatu barang atau
jasa . Perjanjian tertutup ini terdiri atas exclusive distribution
agreement dan tying agreement .
• Exclusive Distribution Agreement
• Exclusive distribution agreement yang dimaksud adalah
pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima
produk hanya akan memasok atau tidak memasok kembali
produk tersebut pada pihak tertentu atau pada tempat
tertentu saja, atau dengan kata lain pihak distributor dipaksa
hanya boleh memasok produk kepada pihak tertentu dan
tempat tertentu saja oleh pelaku usaha manufaktur .
• Permasalahan dalam perjanjian tertutup adalah
kemungkinan matinya suatu pelaku usaha karena tidak
mendapatkan bahan baku atau tidak mempunyai distributor
yang akan menjual produknya . Selain itu, perjanjian tertutup
juga dapat menyebabkan meningkatnya halangan untuk
masuk ke pasar .
• Ada beberapa akibat positif yang cukup menarik dari perjanjian
tertutup, baik bagi distributor maupun bagi produsen perjajian
tertutup . Hal ini karena adanya kepastian untuk distribusi dan adanya
jaminan atas bahan baku . Dengan demikian akan ada pengurangan
ongkos sehingga terjadi efesiensi . Selain itu, perjanjian ini juga dapat
mencegah terjadinya free riding . Sebagai contoh, perusahaan induk
melakukan iklan secara besar-besaran . Apabila tidak ada perjanjiaan
ekslusif maka ketika konsumen datang ke distributor karena tertarik
dengan iklan, ia melihat dan membeli barang lain sesampainya di
distributor sehingga iklan yang dilakukan tidak ada pengaruhnya .
• Exclusive distribution agreement biasanya dibuat oleh pelaku usaha
manufaktur yang memiliki beberapa perusahaan yang
mendistribusikan hasil produksinya . Pelaku usaha tersebut tidak
menghendaki terjadinya persaingan di tingkat distributor sehingga
dapat berpengaruh terhadap harga produk yang mereka pasok ke
pasar .
• Agar harga produk mereka tetap stabil, pihak manufaktur
membuat perjanjian dengan distributordistributornya untuk
membagi konsumen dan wilayah pasokan agar tidak terjadi
bentrokan antar sesame distributor atau tidak terjadi persaingan
intrabrand .
• Berkurang atau bahkan hilangnya persainan pada tingkat
distributor membawa implikasi pada harga produk yang
didistribusikan, yakni menjadi lebih mahal sehingga konsumen
harus mengeluarkan biaya yang lebih dari biasanya untuk
mendapatkan produk yang didistribusikan oleh distributor
tersebut . Karena dibatasi distribusi hanya untuk pihak dan tempat
tertentu saja . menakibatkan pihak distributor menyalahgunakan
kedudukan ekslusif yang dimilikinya untuk mungkin memberikan
harga yang tinggi terhadap produk yang didistribusikannya kepada
konsumen dan wilayah tertentu yang menjadi bagian tersebut .
• Tying Agreement
• Tying agreement terjadi apabila suatu perusahaan mengadakan
perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang berada pada level
yang berbeda dengan mensyaratkan penjualan ataupun penyewaan
suatu barang atau jasa yang hanya akan dilakukan apabila pembeli
atau penyewa tersebut juga akan membeli atau menyewa barang
lain .
• Melalui praktik tying agreement, pelaku usaha dapat melakukan
perluasan kekuatan monopoli yang dimiliki pada tying product
(barang atau jasa yang pertama kali di jual) ke tied product (barang
atau jasa yang dipaksa harus dibeli juga oleh konsumen) . Dengan
memiliki kekuatan monopoli untuk kedua produk sekaligus (tying
product dan tied product), pelaku usaha dapat menciptakan
hambatan bagi calon pelaku usaha pesaing untuk masuk kedalam
pasar . Agar perusahaan competitor dapat bersaing maka mau tidak
mau harus melakukan hal yang sama, yaitu melakukan praktik tying
agreement .
• Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri
• Perjanjian dengan pihak luar negeri menjadi terlarang jika
melakukan perjanjian yang dapat merusak persaingan usaha dan
melakukan tindak monopoli . Larangan perjanjian dengan pihak luar
negeri dalam pasal 16 UU Antimonopoli yang berbunyi “Pelaku
usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri
yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat .”
• Berdasarkan pasar tersebut, terdapat ketentuan khusus untuk
melakukan perjanjian dengan pelaku usaha lain . Adapun
penggunaan pasal ini adalah pada kasus bilamana suatu
perusahaan aasing tidak melakukan kegiatan di pasar Indonesia ,
tetapi berpengaruh dengan pasar Indonesia melalui perjanian .
Dengan kata lain, Pasal 16 UU Antimonopoli tidak dapat diterapkan
terhadap perjanjian bilamana keduabelah pihak berkedudukan
diluar negeri, sedangkan dampaknya hanya terasa di Indonesia .
• KEGIATAN YANG DILARANG
• Monopoli
• Monopoli merupakan masalah yang menjadi perhatian utama
dalam setiap pembahasan pembentukan hukum persaingan
usaha . Monopoli itu sendiri sebenarnya bukan merupakan
suatu kejahatan atau bertentangan dengan hukum apabila
diperoleh dengan cara-cara yang adil dan tidak melanggar
hukum . Oleh karena itu, monopoli belum tentu dilarang oleh
hukum persaingan usaha . Yang dilarang justru adalah
perbuatan-perbuatan dari perusahaan yang mempunyai
monopoli untuk mengunakan kekuatannya di pasar
bersangkutan yang bisa disebut sebagai praktik monopoli
(monopolizing) atau monopolisasi . Sebuah perusahaan
dikatakan telah melakukan monopolisasi apabila pelaku usaha
mempunyai kekuatan untuk mengeluarkan atau mematikan
perusahaan lain dan pelaku usaha tersebut telahmelakukannya
atau mempunyai tujuan untuk melakukannya .
• Definisi monopoli dalam Pasal 1 butir 1 UU Antimonopoli adalah
“Penguasaan atas produksi dan/atau barang dan/atau atas pengunaan
jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha .” Selanjutnya, peraturan mengenai monopoli diatur dalam Pasal
17 UU Antimonopoli dengan ketentuan sebagai berikut
• 1.Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas poduksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat .
• 2.Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) apabila
• a. barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya ;
atau
• b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam
persaingan usaha barang dan/atau jasa yang sama ; atau
• c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu .
• Pengertian monopoli secra umum adalah apabila
ada satu pelaku usaha (penjual) yang ternyata
adalah satu-satunya penjual bagi produk barang dan
jasa tertentu dan pada pasar tersebut tidak terdapat
produk substitusi (pengganti) . Akan tetapi, karena
perkembangan zaman maka jumlah satu (dalam
kalimat satu-satunya) kurang relevan dengan kondisi
riil dilapangan . Hal ini karena ternyata banyak
usaha industri yang terdiri atas lebih dari satu
perusahaan mempunyai perilaku seperti monopoli .
• Kemudian, bagaimana dengan istilah praktik monopoli itu sendiri
karena ternyata istilah praktik monopoli lain dengan istilah monopoli .
Apabila diamati, sebenarnya, kegiatan yang merupakan pokok dari
berbagai larangan yang terdapat dalam UU Antimonopoli adalah
praktik monopoli . Pada dasarnya, praktik monopoli merupakan
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran barang atau
jasa tertentu sehingga dapat menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentingan umum .
• Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas
suatu pasar barang atau jasa tertentu oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang dengan penguasaan itu pelaku usaha tersebut dapat
menentukan harga barang atau jasa (hal ini dikenal pula dengan istilah
price fixing) . Sementara itu, persaingan tidak sehat dapat terjadi
apabila persaingan yang terjadi diantara pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang atau jasa
dilakukan dengan tidak jujur atau melawan hukum serta dapat
menghambat persaingan usaha .
• Monopsoni
• Apabila dalam hal monopoli, seorang atau satu kelompok usaha
menguasai pangsa pasar yang besar untuk menjual suatu produk
maka istilah monopsoni dimaksudkan sebagai seseorang atau satu
kelompok usaha yang menguasai pangsa pasar yang besar untuk
membeli sebuah produk atau acap kali monopsoni ini identik
dengan pembeli tunggal atas poduk barang maupun jasa
tertentu . Dalam teori ekonomi, disebutkan pula bahwa
monopsoni merupakan sebuah pasar dimana hanya terdapat
seorang pembeli atau pembeli tunggal . Dalam pasar monopsoni,
harga barang atau jasa biasanya akan lebih rendah dari harga
pada pasar yang kompetitif . Pembeli tunggal ini pun biasanya
akan menjual dengan cara monopoli atau dengan harga yang
tinggi . Pada kondisi inilah potensi kerugian masyarakat akan
timbul karena pembeli harus membayar dengan harga yang mahal
dan juga terdapat potensi persaingan usaha yang tidak sehat .
• UU Antimonopoli pada Pasal 18 secara khusus menegaskan sebagai berikut .
• 1.Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam pasar bersangkutan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan
usaha tidak sehat .
• 2.Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan
atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila
satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu .
• Berdasarkan isi Pasal 18 UU Antimonopoli dapat dikatakan bahwa
monopsoni merupakan suatu keadaan bilamana suatu kelompok usaha
menguasai pangsa pasar yang besar untuk membeli sebuah produk
sehingga perilaku pembeli tunggal tersebut akan dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan tidak sehat dan apabila
pembeli tunggal tersebut juga menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu
jenis produk atau jasa .
• Penguasaan Pasar
• Penguasaan pasar atau dengan kata lain menjadi penguasa di pasar
merupakan keinginan dari hamper semua pelaku usaha . Hal ini
karena pengasaan pasar yang cukup besar memiliki korelasi positif
dengan tingkat keuntungan yang mungkin dapat diperoleh oleh
pelaku usaha . Untuk memperoleh penguasaan pasar, pelaku usaha
kadang kala melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
hukum . Apabila hal ini terjadi maka mungkin saja akan berhadapan
dengan para penegak hukum karena melanggar ketentuan-ketentuan
yang ada dalam hukum persaingan usaha .
• UU Antimonopoli dalam Pasal 19 mengatur penguasaan pasar sebagai
berikut . Perilaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa
kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan
usaha tidak sehat berupa .
• 1.menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk
melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan ;
• 2.menghalangi konsumen atau pelangan pelaku usaha tertentu untuk
melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu ; atau
• 3.membatasi peredaran dan/atau penjualan barang dan/atau jasa pada
pasar bersangkutan ; atau
• 4.melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu .
• 5.Walaupun pasal ini tidak merumuskan berapa besar penguasaan pasar
atau berapa pangsa pasar sebuah pelaku usaha, suatu perusahaan yang
menguasai suatu pasar pasti mempunyai posisi dominan di pasar . Oleh
karena itu, pnguasaan pasar yang cukup besar oleh pelaku usaha biasanya
selalu menjadi perhatian bagi penegak hukum persaingan usaha untuk
mengawasi perilaku pelaku usaha tersebut di dalam pasar karena
penguasaan pasar yang besar oleh pelaku usaha tertentu biasanya
dimanfaatkan untuk melakukan tindakan-tindakan antipersaingan yang
bertujuan agar dia dapat tetap menjadi penguasa pasar dan mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya (maksimal) . Lebih lanjut, pihak yang
dapat melakukan penguasaan pasar adalah para pelaku usaha yang
mempunyai market power, yaitu pelaku usaha yang dapat mnguasai pasar
sehingga dapat menentukan harga barang dan atau jasa yang di pasar yang
bersangkutan .
• Jual Rugi (Predatory Pricing)
• Kegiatan jual rugi (predatory pricing) merupakan
suatu bentuk penjualan atau pemasokan barang
dan/atau jasa dengan cara jual rugi yang bertujuan
untuk mematikan pesaingnya . Berdasarkan sudut
pandang ekonomi, jual rugi dapat dilakukan
dengan menetapkan harga yang tidak wajar,
bilamana harga lebih rendah dari pada biaya
variabel rata-rata . Praktik penentuan biaya variabel
rata-rata sangat sulit dilakukan sehingga
kebanyakan para sarjana mengatakan bahwa jual
rugi merupakan tindakan menentukan harga di
bawah harga rata-rata atau tindakan jual rugi .
• Dapat dikatakan bahwa faktor harga merupakan hal yang sangat
penting dan esensial dalam dunia usaha . Oleh karena itu, perilaku
pelaku usaha yang menetapkan jual rugi atau harga sangat rendah
ertujuan untuk menyingkirkan atau mematikan usaha para
pesaingnya yang bertentangan dengan prinsip persaingan yang sehat
. Sama seperti penguasaan pasar yang harus didasarkan pada
adanya posisi domonan, semakin besar deversivikasi kegiatan pelau
usaha berupa produk dan pasar dan semakin kuat keuangannya
maka semakin besar pula kemampuannya untuk melakukan perilaku
yang mematikan .
• Pasal 20 UU Antimonopoli menyebutkan
• “Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan/atau jasa
dengan cara melakukan jual beli atau menetapkan harga yang sangat
rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha
pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat .”
• Berdasarkan rumusan Pasal 20 ini, dapat kita
ketahui bahwa tidak semua kegiatan jual rugi atau
sangat murah secara otomatis merupakan
perbuatan yang melanggar hukum . Dalam hal
terjadi indikasi adanya tindakan predator, haruslah
diperiksa apakah terdapat alasan-alasan yang
dapat diterima dan yang membenarkan tindakan
tersebut dan apakah memang tindakan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat .
• Kecurangan dalam Menetapkan Biaya Produksi
• UU Antimonopoli juga menganggap bahwa salah satu
aspek yang dapat dipersalahkan sebagai penguasaan pasar
yang dilarang adalah kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi . Pasal 21 UU Antimonopoli menyatakan bahwa
pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam
menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi
bagian dari koponen harga barang dan/atau jasa yang
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
sehat . Lebih lanjut, penjelasan terhadap Pasal 21 tersebut
menyatakan bahwa kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi dan biaya lainnya merupakan bentuk pelangaran
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk memperoleh biaya faktor-faktor produksi yang lebih
rendah dari seharusnya .
• Sebagai bagian dari penguasaan pasar, kecurangan dalam menentukan
biaya adalah salah satu strategi yang dijalankan oleh pelaku usaha untuk
mematikan pesaingnya, yaitu dengan jalan menyatakan biaya produksinya
tidak sesuai dengan biaya yang sesungguhnya . Secara akal sehat, tentu
harga yang disampaikan adalah dibawah harga yang sesunguhnya
sehingga pelaku usaha dapat menjual barang atau jasanya lebih rendah
dari para pesaingnya .
• Pasal 21 ini sebenarnya berbeda dengan Pasal 20, meskipun pada
prinsipnya keduanya sama, yaitu pada akhirnya menjual barang dengan
harga dibawah biaya produksi . Namun, dalam Pasal 21, penekanannya
adalah pada kecurangan yang dilakukan oleh pelaku usaha yang
berhubungan dengan biaya produksinya . Berdasarkan rumusan Pasal 21
UU (UU Antimonopoli), dapat kita ketahui bahwa pasal ini menganut
prinsp rule of reason . Dengan demikian, kalaupun telah terjadi
kecurangan, si pelaku tidak otomatis melanggar UU Nomor 5 Tahun 1999 .
Untuk dinyatakan bersala, haruslah dibuktikan terlebih dahulu bahwa
kecurangan tersebut tidak mempunyai alasan-alasan yang dapat diterima
dan juga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang tidak
sehat .
• Persekongkolan (Conspiracy/collucion)
• Persekongkolan mempunyai karakteristik tersendiri karena dalam
persekongkolan terdapat kerja sama yang melibatkan dua/lebih
pelaku usaha yang secara bersama-sama melakukan tindakan yang
melawan hukum . Secara yuridis, pengertian persekongkolan usaha
datur dalam Pasal 1 butir 8 uu Nomor 5 Tahun 1999 (UU
Antimonopoli), yakni “ Sebagai bentuk kerja sama yang dilakukan
oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk
menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha
yang bersekongkol .”
• Bentuk kegiaan persekongkolan ini tidak harus dibuktikan dengan
adanya perjanjian, tetapi dapat dalam bentuk kegiatan lain yang
tidak mungkin diwujudkan dalam sebuah perjanjian . Lebih lanjut,
terdapat tiga bentuk kegiatan persekongkolan yang dilarang oleh
UU Antimonopoli, yaitu (1) persekongkolan tender, (2)
persekongkolan untuk membocorkan rahasia dagang, serta (3)
persekongkolan untuk menghambat perdagangan .
• Persekongkolan Tender
• Penjelasan Pasal 22 UU Antimonopoli menyatakan bahwa
tender merupakan tawaran untuk mengajukan harga,
memborong suatu pekerjaan, mengadakan barang-
barang, atau menyediakan jasa . Kegiatan bersekongkol
menentukan pemenang tender jelas merupkan perbuatan
curang . Hal ini karena pada dasarnya tender dan
pemenangnya tidak diatur dan sifatnya rahasia . Dalam
hukum persaingan usaha, salah satu hal yang menjadi
objek persekongkolan adalah masalah tender atau lelang .
Tender adalah tawaran mengajukan sebuah harga untuk
memborong suatu pekerjaan maupun untuk pengadaan
barang-barang atau untuk menyediakan jasa-jasa
tertentu . (Memori Penjelasan Pasal 22 UU Animonopoli) .
• Dalam Pelaksanaan penawaran teder, tujuan utama yang
ingin dicapai adalah memberikan kesempatan yang
seimbang untuk semua penawar sehingga menghasilkan
harga yang paling murah dengan keluaran yang optimal dan
berhasil guna . Diakui bahwa harga murah bukanlah semata-
mata ukuran untuk menentukan kemenangan dalam
pengadaan barang dan/atau jasa . Melalui mekanisme
penawaran tender, sedapat mungkin dihindarkan
kesempatan untuk melakukan konspirasi di antara para
pesaing atau antara penawar dengan panitia penyelenggara
lelang . Dalam Pasal 3 Kepres Nomor 80 Tahun 2003 yang
mengatur tentang Pedomam Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, disebutkan pula dalam rangka
pengadaan barang/jasa wajib diterapkan sebagai prinsip,
antara lain efisiensi, efektif, terbuka dan bersain, transparan,
adil/tidak diskriminatif, serta akuntabel .
• Persekongkolan tender secara khusus diatur dalam pasal 22 UU
Antimonopoli, yang berbunyi “Bahwa pelaku usaha dilarang
bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan/atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat .”
• Yang dilarang dalam Pasal 22 UU Antimonopoli adalah
persekongkolan antara pelaku usaha dengan pihak lain dalam
penentuan pemenang tender, yakni melalui pengajuan untuk
menawar harga dalam memborong suatu pekerjaan atau juga
pengajuaan penawaran harga untuk pengadaan barang dan jasa-
jasa tertentu . Akibat dari persekongkolan dalam menentukan
siapa pemenang tender ini, sering kali timbul sebuah kondisi
barrier to entry yang tidak menyenangkan/merugikan bagi pelaku
usaha lain yang sama-sama mengikuti tender (peserta tender)
yang pada gilirannya akan mengurangi bahkan meniadakan
persaingan itu sendiri .
• Persekongkolan untuk Membocorkan Rahasia
Dagang
• Pasal 23 UU Anti monopoli menyebutkan bahwa
pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak
lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha
pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia
perusahaan sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat . Sebutan
rahasia dagang merupakan terjemahan dari istilah
trade secret atau know how . Rahasia dagang tidak
boleh diketahui umum selain mempunyai nilai
teknologis, rahasia dagang juga mempunyai nilai
ekonomis yang berguna dalam kegiatan usaha serta
dijaga kerahasiaannya oleh pemiliknya .
• Persekongkolan untuk Menghambat Perdagangan
• Pasal 24 UU Antimonopoli terdapat larangan untuk
melakukan persekongkolan yang dapat menghambat
produksi, pemasaran, atau produksi dan pemasaran atas
produk . Dinyatakan dalam Pasal 24 bahwa pelaku usaha
dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa pelaku
usaha pesaingnya dengan tujuan barang dan/atau jasa yang
ditawakan atau di pasok di pasar bersangkutan menjadi
berkurang, baik dari kualitas maupun ketepatan waktu yang
dipersyaratkan .
• Berdasarkan ketentuan Pasal 24 tersebut jelas bahwa pelaku
usaha dilarang untuk bersekongkol dengan pihak lain untuk .
• 1.menghambat pelaku usaha pesaing dalam memproduksi ;
• 2.menghambat pemasaran atau memproduksi dan memasarkan
barang, jasa, atau barang dan jasa dengan maksud agar barang, jasa,
atau barang dan jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar
bersangkutan menjadi berkurang atau menurun kualitasnya ;
• 3.memperlambat waktu proses produksi, pemasaran, atau produksi
dan pemasaran baran, jasa, atau barang dan jasa yang sebelunya
sudah di persyaratkan ; serta
• 4.kegiatan persekongkolan seperti ini dapat menimbulkan praktik
monopoli dan/atau usaha yang tidak sehat .
• Secara ekonomis, hambatan perdagangan (restrain of trade) yang
dilarang berdasarkan pasal 4 UU Antimonopoli dapat dibedakan
kedalam restrictive trade agreement, yaitu bentuk kolusi diatara para
pemasok yang bertujuan untuk menghapus persainga secara
keseluruhan ataupun sebagian dan restrictive trade practice , yaitu
suatu alat untuk mengurangi atau menghilangkan persaingan usaha
diantara para pemasok produk yang saling bersaing, misalnya yang
terjadi dalam perjanjian exlusive dealing dan refusal to supply .
• KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) DAN
PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN DI INDONESIA
•
• Peranan KPPU dalam Penegakan Hukum Persaingan di
Indonesia
• Untuk pengawasi pelaksanaan UU Anti monopoli dibentuklah
sebuah komisi . Pembentukan ini didasarkan pada Pasal 34 UU
Antimonopoli yang menginstruksikan bahwa pembentukan
susunan organisasi, tugas, dan fungsi komisi ditetapkan
melalui keputusan presiden . Komisi ini kemudian dibentuk
berdasarkan Kepres Nomor 75 Tahun 1999 dan diberi nama
dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) .
• Berdasarkan Kepres tersebut, penegakan hukum Antimonopoli
dan persaingan usaha berada dalam kewenangan KPPU .
• Namun demikian, tidak berarti bahwa tidak ada lembaga lain
yang berwenang untuk menangani perkara monopoli dan
persaingan usaha . Pengadilan negeri (PN) dan Mahkamah
Agung juga diberikan wewenang untuk menyelesaikan perkara
tersebut . PN diberikan wewenang untuk menangani
keberatan terhadap putusan KPPU dan menangani
pelanggaran hukum persaingan yang menjadi perkara pidana
karena tidak dijalankannya putusan KPPU yang sudah in kracht
. Sementara itu, MA diberi kewenangan untuk menyelesaikan
perkara pelanggaran hukum persaingan apabila terjadi kasasi
terhadap keputusan PN tersebut . Lebih lanjut, sebagai sebuah
lembaga yang independen, dapat dikatakan bahwa
kewenangan yang dimiliki komisi sangat besar yang meliputi
juga kewenangan yang dimiliki oleh lembaga peradilan .
Kewenangan tersebut meliputi penyidikan, penuntutan,
konsultasi, memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara .
• Tugas dan Wewenang KPPU
• Pasal 35 UU Antimonopoli menentukan bahwa tugas-
tugas KPPU adalah sebagai berikut
• 1.Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat .
• 2.Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha
dan/atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat .
• 3.Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya
penyalahgunaan posisi dominan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha.
• 4.Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang
komisi sebagaimana diatur dalam Pasal 36 UU
Antimonopoli .
• 5.Memberikan saran dan pertimbangan terhadap
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
praktik monopoli dan/atau persaingan usaha
tidak sehat .
• 6.Menyusun pedoman dan/atau publikasi yang
berkaitan dengan UU Nomor 5 Tahun 1997 .
• 7.Memberikan laporan secara berkala atas hasil
kerja komisi kepada presiden dan DPR .
• Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut, melalui Pasal 36
UU Antimonopoli, KPPU diberikan wewenang untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut
• 1.Menerima laporan dari masyarakat dan/atau dari pelaku
usaha tentang dugaan terjadinya praktik monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat .
• 2.Melakukan penelitian tentang dugaaan adanya kegiatan
usaha dan/atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat .
• 3.Melakukan penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap
kasus dugaan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha
tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau pelaku
usaha atau yang ditemukan komisi sebagai hasil
penelitiannya .
• 4.Menyimpulkan hasil penyelidikan dan/atau
pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktik
monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat .
• 5.Memanggil pelaku usaha yang diduga telah
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan UU
Anti monopoli .
• 6.Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli,
dan setiap orang yang dianggap mengetahui
pelanggaran ketentuan UU Antimonopoli .
• 7.Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan
pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang
yang dimaksud dalam poin 5 dan 6 tersebut di atas
yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi 8 .
• 8.Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam
kaitannya dengan penyelidikan dan/atau pemeriksaan
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU
Antimonopoli .
• 9.Mendapatkan,meneliti, dan/atau menilai surat, dokumen
atau alat lain untuk keperluan penyelidikan dan/atau
pemeriksaan .
• 10.Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya
kerugian dipihak pelaku usaha lain atau masyarakat .
• 11.Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha
yang diduga melakukan praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat .
• 12.Menjatuhkan sanksi berupa tindakan adminitrasi
kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU
Antimonopoli .
• Jadi, KPPU berwenang dalam melakukan penelitian dan penyelidikan
dan akhirnya memutuskan apakah pelaku usaha tertentu telah
melangar UU Antimonopoli atau tidak . Pelaku usaha yang merasa
keberatan terhadap putusan KPPU tersebut diberikan kesempatan
selama 14 (empat belas) hari setelah menerima pemberitahuan
putusan tersebut untuk mengajukan keberatan ke pengadilan
negeri .
• KPPU merupakan lembaga adsminitratif . Sebagai lembaga
adsminitratif, KPPU bertindak untuk kepentingan umum . KPPU
berbeda dengan pengadilan perdata yang menangani hak-hak
subjektif perorangan . Oleh karena itu, KPPU harus mementingkan
kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan dalam
menangani dugaan pelanggaran hukum Antimonopoli . Hal ini sesuai
dengan tujuan UU Antimonopoli yang tercantum dalam Pasal 3 huruf
a UU Antimonopoli, yakni untuk “Menjaga kepentingan umum dan
meningkatkan efesiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat .”
Bab 11. Penyelesaian
Sengketa Bisnis
• SENGKETA BISNIS
• Pengertian sengketa bisnis (commercial disputes) menurut Maxwell j.
Fulton adalah “…..a commercial disputes is one which arises during the
course of the exchange or transaction process is central to market
economy (sengketa bisnis adalah suatu hal yang muncul selama
berlangsungnya proses transaksi yang berpusat pada ekonomi pasar) .”
• Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks akan melahirkan
berbagai macam bentuk kerja sama bisnis . Mengingat kegiatan bisnis
semakin meningkat dari hari ke hari maka tidak mungkin dihindari
terjadinya sengketa (dispute) diantara pihak yang terlibat (Sutiyoso, 2006 :
3) . Sengketa muncul karena berbagai alasan dan masalah yang melatar
belakangi, terutama karena adanya conflict of interest diantara para pihak
. Sengketa yang muncul diantara pihak-pihak yang terlibat dalam
berbagai macam kegiatan bisnis atau perdaganan dinamakan sengketa
bisnis .
• Bambang Sutiyoso dalam bukunya yang
berjudul Penyelesaian Sengketa Bisnis
mengelompokkan sengketa bisnis sebagai
berikut .
• Sengketa perniagaan
• Sengketa perbankan
• Sengketa keuangan
• Sengketa penanaman modal (investasi)
• Sengketa perindustrian
• Sengketa HKI
• Sengketa konsumen
• Sengketa kontrak
• Sengketa pekerjaan
• Sengketa perburuhan
• Sengketa perusahaan
• Sengketa hak
• Sengketa properti
• Sengketa pembangunan konstruksi
• CARA PENYELESAIAAN SENGKETA BISNIS
• Dari Sudut Pembuat Keputusan
• 1.Adjudikatif
• Cara penyelesaian sengketa bisnis secara adjudikatif
dilakukan dengan mekanisme penyelesaian yang ditandai
dengan kewenangan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh pihak ketiga dalam sengketa di antara para
pihak
• 2.Konsensual atau kompromi
• Cara penyelesaian sengketa bisnis secara kooperatif atau
kompromi bertujuan untuk mencapai penyelesaian yang
bersifat win-win solution .
• 3.Quasi adjudikatif
• Cara penyelesaian sengketa bisnis ini mengombinasikan
unsur konsensual dan adjudikatif
• Dari Sudut Prosesnya
• 1.Litigasi (ordinary court/ court settlement)
• Litigasi merupakan mekanisme penyelesaian
sengketa melalui jalur pengadilan dengan
menggunakan pendekatan hukum formal (law
approach)
• 2.Nonlitigasi (extra ordinary court/ out of court
settlement)
• Nonlitigas merupakan mekanisme penyelesaian
sengketa di luar pengadilan dan tidak
menggunakan pendekatan hukum formal .
• LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
DI INDONESIA
• Lembaga penyelesaian sengketa bisnis di
Indonesia meliputi
• (1) Pengadilan Umum,
• (2) Pengadilan Niaga,
• (3) arbitrase, dan
• (4) Penyelesaian sengketa alternatif melalui
mekanisme negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan
penilaian ahli .
• Pengadilan Umum
• Pengadilan umum merupakan lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman di
Indonesia . Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Pasal 50 tentang Peradilan
Umum dinyatakan bahwa “Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang
memeriksa, mengadili memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan
perkara perdata di tingkat pertama . “Berdasarkan isi dari pasal tersebut,
dapat dikatakan bahwa Pengadilan Negeri berwenang dalam memeriksa
sengketa bisnis . Lebih lanjut, karakteristik Pengadilan Umum, antara lain
• 1.prosesnya sangat formal ;
• 2.keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (majelis
hakim) ;
• 3.para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan ;
• 4.isi keputusan win-lose solution ;
• 5.sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding) ;
• 6.orientasi pada fakta hukum (fact orientation “mencari pihak yang bersalah”
);
• 7.fokus pada masa lampau (past focus) ;
• 8.proses persidangan bersifat terbuka .
• Pengadilan Niaga
• Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan
memutus permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban
pembayaran utang (PKPU), serta sengketa hak kekayaan intelektual
(HKI) yang meliputi hak cipta, merek, dan paten . Lebih lanjut,
karakteristik Pengadilan Niaga, antara lain
• 1.prosesnya sangat formal ;
• 2.keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (majelis
hakim) ;
• 3.para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan ;
• 4.sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding) ;
• 5.orientasi pada fakta hukum (fact orientation “mencari pihak yang
bersalah” ) ;
• 6.proses persidangan bersifat terbuka
• 7.waktunya singkat .
Arbitrase
• Dasar Hukum Arbitrase
• Untuk menyelesaikan sengketa di dalam urusan bisnis, tidak
hanya dapat dilakukan melalui litigasi dilembaga peradilan,
tetapi juga dapat dilakukan dengan cara arbitrase dan
alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbritase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa .
• Sebelum dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999, penyelesaian sengketa bisnis melalui arbitrase
bersandar kepada hukum acara perdata, namun hal itu
tentu saja sudah tidak sesuai dengan perkembangan di
Indonesia pada saat ini .
• Pengertian Arbitrase
• Arbitrase berasal dari kata arbiter yang berarti wasit . Menurut Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999, arbitrase disefinisikan sebagai cara
penyelesaian suatu sengketa perdata diluar pengadilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa . dalam Black’s Law Dictionary, pengertian arbitrase adalah
• “Arbitration is the reference of a dispute to an impartial (third) person chosen
by by the parties to the disputes who agree in advance to abide by aebitrator’s
award issued after hearing at which both parties have and opportunity to be
heard . An arrangement for taking and abiding by the judgment of selected
persons in some dispute matter, instead of carrying it to establish tribunal of
justice, and is intended to avoid the formalities, the delay, the expense and
taxation of ordinary litigation ."
• Lebih lanjut, Maxwell j. Fulton mendefinisikan arbitrase sebagai “………the
privat process where by a private, disinterested person, called an arbitrator,
chosen by the parties to a disputes (which dispute is justiciable in a court of
civil jurisdiction ) .”
• Objek Arbitrase
• Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa dalam
bidang perdagangan . Mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan, sepenunya dikuasai oleh pihak yang bersengketa .
Adapun sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui abitrase adalah
yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat dilakukan
perdamaian .
• Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Pasal 4 tntang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa menyatakan bahwa
• “Pengadilan Negeri tidak berwenang meyelesaikan sengketa para pihak
yang telah terkait di dalam perjanjian arbitrase, dan putusan arbitrase
adalah final, artinya tidak dapat dilakukan banding, peninjauan kembali
atau kasasi, serta putusannya berkekuatan hukum tetap bagi para pihak ,”
• Pembatasan Pengadilan Negeri untuk sengketa yang terikat dalam
perjanjian arbitrase dapat mencegah upaya intervensi Pengadilan Negeri
dalam perjanjian ini . Hal ini juga bahwa sejak awal perjanjian dibuat,
para pihak telah mengesampingkan kemungkinan penyelesaian secara
litigasi di Pengadilan Negeri .
• Prinsip-prinsip dalam Arbitrase
• Berdasarkan penjelasan diatas, beberapa prinsip yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut .
• 1.Penyelesaian sengketa tersebut dilakukan diluar peradilan .
• 2.Keinginan untuk menyelesaikan sengketa diluar peradilan
harus didasarkan atas kesepakatan tertulis yang dibuat oleh
pihak yang bersengketa .
• 3.Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah
sengketa dalam bidang perdagangan dan mengenai hak yang
menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai
sepenuhnya oleh pihak yang bersangkutan .
• 4.Para pihak dapat menunjuk atau menentukan para arbiter
atau wasit dan pejabat dalam lingkup peradilan seperti
hakim,jaksa, panitera, dan pejabat peradilan lainnya yang tidak
dapat diangkat sebagai arbiter .
• 5.Semua pemeriksa sengketa oleh arbiter atau majelis
arbiter dilakukan secara tertutup .
• 6.Para pihak yang bersengketa mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dalam mengemukakan pendapat
mereka masing-masing .
• 7.Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat dilakukan
dengan menggunakan lembaga arbitrase nasional atau
internasional berdasarkan kesepakatan para pihak .
• 8.Atas perintah arbiter atau majelis arbitrase dapat
meminta bantuan seseorang atau lebih saksi ahli untuk
memberikan keterangan tertulis mengenai suatu persoalan
khusus yang berhubungan dengan pokok sengketa .
• 9.Arbiter atau majelis arbitrase mengambil putusan
berdasarkan ketentuan hukum atau berdasarkan keadilan
dan kepatutan .
• 10.Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak pemeriksaan ditutup .
• 11.Putusan arbitrase bersifat final and binding, artinya final
dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta mengikat .
• 12.Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal putusan diucapkan, lembar asli atau salinan
autentik putusan arbitrase diserahkan dan didaftarkan oleh
arbiter atau kuasanya pada panitera Pengadilan Negeri .
• 13.Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan
arbitrase secara suka rela, putusan dilaksanakan
berdasarkan perintah ketua Penadilan Negeri atas
permohonan salah satu pihak yang bersengketa .
• 14.Yang berwenang menangani masalah pengakuan dan
pelaksanaan putusan arbitrase internasional adalah
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat .
• Klausula Arbitrase
• Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
menyatakan bahwa perjanjian arbitrase itu adalah
• “Suatu kesepakatan berupa klausula abitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjiaan tertulis yang dibuat
para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu
perjanjiaan arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak
setelah timbul sengketa .”
• Karena perjanjian arbitrase dapat dibuat sebelum atau
sesudah timbul sengketa oleh para pihak berdasarkan
isi pasal tersebut maka bentuk klausula abitrase
tersebut dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu
pactum de compromittendo dan acta compromise .
• 1. Pactum de compromittendo
• Pactum de compromittendo adalah adanya kesepakatan
bagi para pihak yang membuat perjanjiaan agar pada
kemudian hari apabila terjadi sengketa dapat diselesaikan
melalui arbitrase. Pactum de compromittendo merupakan
klausula yang dicantumkan dalam perjanjian sehingga
klausula tersebut menjadi bagian dari perjanjian tersebut
atau dengan kata lain bahwa klausula tersebut dimaksudkan
untuk menjadi bagian dari kontrak yang dibuat .
• 2. Acta compromise
• Acta compromise adalah adanya kesepakatan yang
dituangkan dalam perjanjian bagi kedua pihak yang
berselisih, yaitu untuk menyelesaikan sengketa melalui
arbitrase, namun kesepakatan tersebut muncul setelah
terjadinya sengketa .
• Jenis-jenis Arbitrase
• Jenis-jenis arbitrase antara lain, (1) Arbitrase ad hoc
atau volunteer dan (2) arbitrase institusional yang
meliputi Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
dan Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) .
• 1. Arbitrase ad hoc atau volunteer
• Arbitrase ad hoc atau volunteer merupakan arbitrase
yang di bentuk secara khusus untuk menyelesaikan
atau memutus perselisihan tertentu . Arbitrase ini
bersifat incidental . Kedudukan dan keberadaannya
hanya untuk melayani dan memutus kasus
perselisihan tertentu . Apabila sengketa telah di
putus maka keberadaan dan fungsi arbitrase ad hoc
akan lenyap dan berakhir dengan sendirinya .
• 2. Arbitrase institusional
• Arbitrase institusional merupakan lembaga atau
badan arbitrase yang bersifat permanen . Oleh
karena itu, arbitrase ini disebut juga dengan
permanent arbital body . Pembentukan lembaga
ini bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang
timbul bagi mereka yang menghendaki
penyelesaian sengketa di luar pengadilan . Lebih
lanjut, lembaga arbitrase institusional yang ada
di Indonesia, antara lain Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI) dan Badan Arbitrase
syariah Nasional (Basyarnas) .
• BANI dibentuk berdasarkan Keputusan Kadin
Nomor 152/DPH-1977 tanggal 10 November 1977 .
Lembaga ini memiliki tujuan agar mampu
menyelesaikan sengketa atau beda pendapat yang
terjadi pada berbagai sektor perdagangan, industri,
dan keuangan, yaitu melalui arbitrase dan bentuk-
bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya,
antara lain sengketa dalam bidang asuransi,
keuangan, pabrikasi, hak atas kekayaan intelektual,
lesensi, waralaba, konstruksi, pelayaran, serta
lingkungan hidup . Badan ini bertindak secara
otonom dan independen dalam penegakan hukum
dan keadilan .
• Lembaga Arbitrase Internasional
• Lembaga arbitrase internasional meliputi
• 1.Court of Arbitration of the International
Chamer of Commerce (ICC) ;
• 2.The International Center for Settlement of
Investment Disputes (ISCID) ;
• 3.The United Nations Commission on
International Trade Law (UNCITRAL) .
• Alternatif Penyelesaian Sengketa
• (Alternative Dispute Resolution—ADR)
• Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaan Sengketa merumuskan bahwa
yang dimaksud dengan alternatif penyelesaian
sengketa adalah “Lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan
cara negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli .”
• Alternatif penyelesaian sengketa (ADR) sering diartikan
sebagai alternative to litigation dan alternative to
adjudication . Pemilihan terhadap salah satu dari dua
pengertian tersebut menimbulkan implikasi yang
berbeda .
• Apabila pengertian pertama yang menjadi acuan
(alternative to litigation) maka seluruh mekanisme
penyelesaian sengketa di luar pengadilan, termasuk
arbitrase yang merupakan bagian dari ADR . Sementara
itu, pengertian ADR sebagai alternatif to adjudication
dapat diartikan sebagai mekanisme penyelesaian
sengketa yang bersifat konsensus atau kooperatif,
seperti halnya negosiasi, mediasi, dan konsolidasi . Lebih
lanjut, dalam pengertian alternative to adjudication,
arbitrase bukan termasuk bagian dari ADR (Margono,
2000 : 36) .
• Sehubungan dengan adanya dua pengertian tersebut,
timbul pertanyaan Apakah Undang-Undang Arbitase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa menganut pengertian
alternative to litigation atau alternative to adjudication ?
• Dengan demikian, penyelesaian sengketa diluar pengadilan
memiliki banyak alternatif sesuai dengan kebutuhan dan
pertimbangan para pihak yang bersengketa . Peluang untuk
menyelesaikan sengketa bisnis di luar pengadilan merupakan hal
yang tepat mengingat banyak pelaku bisnis, baik nasional maupun
internasional yang ingin menyelesaikan sengketa secara cepat dan
rahasia diluar pengadilan . Fakta memang menunjukkan adanya
kecenderungan apabila penyelesaian sengketa melalui pengadilan
akan memakan waktu yang cukup panjang . Hal ini terjadi karena
tahapan yang dinilai cukup panjang, yaitu dari Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung, baik dengan cara kasasi
ataupun peninjauan kembali hingga sampai pada putusan yang
memiliki kekuatan hukum yang pasti dan dapat dilaksanakan .
• Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai
mekanisme atau bentuk ADR, berikut ini akan diuraikan beberapa
mekanisme ADR .
• Negosiasi (Negotiation)
• Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak
memberikan definisi tentang negosiasi . Namun, untuk mengenal negosiasi
lebih dalam diberikan beberapa arti dan definisi . Negosiasi berasal dari kata
latin, negotium yang berarti kegiatan atau usaha yang merujuk pada bentuk
tawar-menawar atau banding dengan sudut pandang guna mencapai
kesepakatan .
• Peter Spiller dalam bukunya Dispute Resolution in New Zealand memberikan
definisi sebagai berikut.
• “Negotiation is a creative process in which the parties involed in an issue
discuss their position, needs and interests in order to find a positive, realistic
and wide-ranging solution . More commonly negation is a process of give and
take, trading of variables over which parties exercise discretion, leading to an
outcome which acknowledge the differing prospectives of those involved .
(Negosiasi adalah sebuah proses kreatif saat para pihak terlibat dalam sebuah
isu yang mendiskusikan posisi mereka, kebutuhan, dan kepentingan-
kepentingan mereka dalam rangka menghasilkan penyelesaian yang positif,
realistis, dan berjangkauan luas .
• Secara umum, negosiasi adalah proses memberi dan menerima,
mempertukarkan beberapa hal yang mengkondisikan para pihak membuat
kebijakan yang mengarah kepada suatu hasil yang mengakui perbedaan
pandangan dari mereka yang terlibat) .
• Center for Dispute Resolution, University of Technology Sidney memberikan
definisi sebagai berikut .
• Negotiation is a process in which two or more parties try to resolve
difference, solve problems, and reach agreement . (Negosiasi adalah
sebuah proses ketika dua pihak atau lebih mencoba menyelesaikan
perbedaan, menyelesaikan masalah, dan mencapai kesepakatan) .
• Mark E. Roszowski dalam bukunya yang berjudul Business Law, Cases and
Policy menulis definisi negosiasi sebagai berikut .
• “Negotiation is a process by which two parties, differing demands reach
and agreement generally through compromise and concession . (Negosiasi
adalah sebuah proses ketika dua pihak yang saling bertentangan mencapai
suatu kesepakatan umum melalui kompromi dan saling memberikan
kelonggaran) .
• Berdasarkan literature hukum, diketahui bahwa pada
umumnya proses negosiasi merupakan salah satu sarana
altenatif penyelesaian sengketa yang bersifat informal,
meskipun ada kalanya dilakukan secara formal . Melalui
negosiasi, para pihak yang bersengketa atau berselisih
paham dapat melakukan proses penjajakan kembali akan
hak dan kewajiban para pihak dengan/melalui situasi yang
saling menguntungkan (win-win solution) dengan
memberikan atau melepaskan kelonggaran atas hak-hak
tertentu berdasarkan asas timbal balik .
• Dalam mekanisme nogosiasi, penyelesaian tersebut harus
dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan
diantara para pihak yang bersengketa tanpa melibatkan
orang ketiga untuk menyelesaikan sengketa melalui negosiasi
yang diberikan waktu empat belas hari untuk melakukan
prosesnya .
• Persetujuan atau kesepakatan yang telah dicapai tersebut
kemudian dituangkan secara tertulis untuk ditanda tangani oleh
para pihak dan dilaksanakan sebagaimana mestinya .
Kesepakatan tertulis tersebut bersifat final dan mengikat bagi
para pihak . Kesepakatan tertulis tersebut menurut ketentuan
Pasal 6 ayat (7) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa wajib
didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam jangka waktu tiga puluh
hari terhitung sejak tanggal dicapainya kesepakatan .
• Negosiasi yang baik dan efektif adalah negosiasi yang
didasarkan pada data riil yang akurat dan faktual sehingga
setiap argumen dan kehendaknya tidak terlepas dari fakta yang
ada . Di samping itu, harus ditopang dengan negosiator yang
andal dan professional yang memahami tujuan dilakukannya
negosiasi serta mempunyai daya kemampuan optimal dalam
menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi dan
terhindar dari kemungkinan dead lock (Sutiyoso, 2006 : 46) .
• Mahendra Wijaya dalam bukunya Mediasi dan
Negosiasi yang Efektif dalam Resolusi Konflik
mengemukakan bahwa negosiator yang andal
hendaknya memenuhi beberapa persyaratan
sebagai berikut
• 1.Berkepribadian mantap dan percaya diri.
• 2.Tidak sombong.
• 3.Bersikap simpatik, ramah, dan/atau sopan .
• 4.Disiplin dan memiliki prinsip .
• 5. Komunikatif .
• 6.Wawasan dan pengetahuan luas .
• 7.Cepat membaca situasi dan jeli dalam
menangkap peluang .
• 8.Ulet, sabar, dan tidak mudah putus asa .
• 9.Akomodatif dan kompromis .
• 10.Berpikir positif dan optimis .
• 11.Dapat mengendalikan emosi .
• 12.Berpikir jauh ke depan .
• 13.Memiliki selera humor .
• Menurut Leo Kanowitz dalam Sutiyoso, (2006 : 47) dijelaskan
bahwa agar negosiasi berjalan sukses dan optimal, ada
beberapa kekuatan yang perlu diperhatikan oleh para
negosiator sebagai berikut .
• 1.Kekuatan dari pengetahuan dan keterampilan .
• 2.Kekuatan dari hubungan yang baik .
• 3.Kekuatan dari alternatif yang baik dalam negosiasi .
• 4.Kekuatan untuk mencapai pnyelesaian yang elegan .
• 5.Kekuatan legitimasi .
• 6.Kekuatan komitmen .
• Selanjutnya, Garry Goodpaster mengemukakan bahwa ada
beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan negosiasi,
yaitu (1) kekuatan tawar-menawar (bargaining power), (2)
pola tawar-menawar (bargaining pattern), dan (3) strategi
dalam tawar menawar (bargaining stategy) .
• Mediasi (Mediation)
• Pengertian Mediasi
• Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak memberikan definisi mengenai
mediasi . Tidak mudah memang untuk memberikan sebuah definisi
mediasi yang dapat dengan tepat menggambarkan dan membedakan
mediasi dengan mekanisme penyelesaian sengketa lainnya .
• Laurence Boulle dalam bukunya Mediation, Principle, Process, Practice
memberikan definisi sebagai berikut .
• Mediation is a decision making process in which the parties are
assisted by a third party, the mediator attempt to improve the process
of decision-making and to assist the parties reach an outcome to each
of them can assent . (Mediasi adalah sebuah proses pembuatan
keputusan dari para pihak yang bersengketa dengan dibantu oleh
seorang pihak ketiga, yaitu mediator yang berusaha meningkatkan
proses pembuatan keputusan dan membantu para pihak dalam
mncapai sebuah hasil yang disetujui oleh para pihak) .
• Forberg dan Taylor memberikan definisi sebagai berikut .
• Mediation is the process by which the participants,
together with the assistance af neutral person or
persons, systematically isolate dispute issues in order to
developed options, consider alternatives,and reach a
consensual settlement that will accommodate their
needs . (Mediasi adalah sebuah proses saat para pihak
bersama dengan seorang atau beberapa orang ke tiga
netral yang membantu, secara sistematis menentukan
masalah-masalah yang dipersengketakan dalam rangka
membangun pilihan-pilihan, mempertimbangkan
alternatif-alternatif dalam mencapai suatu persetujuan
penyelesaian yang menampung keinginan-keinginan
mereka) .
• Selain definisi yang telah diungkapkan di atas, Mark
E. Roskowski juga memberikan definisi mediasi
sebagai berikut .
• Mediation is a relatively informal process in which a
neutral third party, the mediator, helps to resolve a
dispute . In many respect, therefore, mediation can
be considered as structured negotiation in which the
mediator facilitates the process . (Mediasi adalah
sebuah proses yang relatif formal saat pihak ketiga,
yaitu mediator membantu untuk menyelesaikan
sengketa . Oleh karena itu, dalam banyak hal,
mediasi dapat dianggap sebagai negosiasi yang
terstruktur ketika mediator memfasilitasi proses
tersebut) .
• Dalam Black’s Law Dictionary, mediasi diartikan
sebagai berikut .
• Mediation is private, informal dispute resolution
process in which a neutral third person, the
mediator, helps, disputing parties to reach an
agreement . The mediator has no power to impose
a decision to the parties . (Mediasi adalah proses
penyelesaian sengketa secara pribadi, informal
saat pihak ketiga yang netral, yaitu mediator
membantu para pihak yang bersengketa untuk
mencapai kesepakatan . Mediator tidak
mempunyai kewenangan untuk menetapkan
keputusan untuk para pihak.)
• Dengan demikian, mediasi pada prinsipnya adalah
salah satu mekanisme penyelesaian sengketa di
luar pengadilan (out of court settlement) melalui
perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang
bersifat netral dan tidak memihak . Pihak ketiga ini
dinamakan mediator yang bertugas untuk
membantu para pihak yang bersengketa dalam
mengidentifikasi isu-isu yang dipersengketakan
guna mencapai kesepakatan . Dalam menjalankan
fungsinya, mediator tidak mempunyai
kewenangan untuk membuat keputusan .
• Karakteristik Mediasi
• Mediasi memiliki karakteristik-karakteristik sebagai
berikut .
• 1. Interest accommodation/interest based-problem solving
• Penyelesaian sengketa didasarkan pada terakomodasinya
kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang bersengketa .
Mekanisme ini lebih mengutamakan persamaan dari pada
perbedaan .
•
• 2. Veluntary and consensual
• Kesediaan para pihak untuk menyelesaikan sengketa
dengan menempuh melalui mekanisme mediasi bersifat
sukarela dan telah disepakati oleh pihak yang bersengketa .
• 3. Procedural flexibility
• Prosedur yang ditempuh dalam proses untuk mencapai
kesepakatan bersifat informal, luwes . Tidak ada sebuah
proses yang baku atau standar yang harus diterapkan
seperti dalam proses ligitasi di pengadilan atau arbitrase .
Pada mekanisme mediasi, prosedurnya ditetapkan oleh
pihak-pihak yang bersengketa dengan di Bantu oleh
mediator .
• 4. Norm creating
• Penyelesaian sengketa tidak harus mengacu pada norma
hukum privat yang berlaku atau pada isi perjanjian atau
kontrak yang menjadi pokok sengketa . Di dalam mekanisme
ini, para pihak dengan dibantu mediator dapat membangun
norma-norma baru yang di sepakati para pihak sebagai
acuan untuk menyelesaikan sengketa mereka .
• 5. Person-centered
• Kemauan yang serius dari para pihak diperlukan guna mencapai
kesepakatan . Kesepakatan tidak akan tercapai apabila dalam diri masing-
masing pihak masih ada keengganan untuk melanjutkan kerja sama .
• 6. Relationship-oriented
• Mekanisme mediasi dilaksanakan dalam hal para pihak yang bersengketa
masih saling menghargai atau setidaknya menilai bahwa hubungan bisnis
atau kerja sama diantara mereka masih berharga untuk dilanjutkan . Oleh
karena itu, mediasi berorientasi untuk mencapai kesepakatan yang dapat
mempertahankan dan melanjutkan hubungan di antara para pihak . Hasil
mediasi tentunya hasil yang dapat di terima para pihak secara suka rela
(voluntary), kepentingan dan harga dirinya terakomodasi, tidak ada yang
merasa di rugikan . Dengan demikian, hasil mediasi maupun mekanisme
ADR lainnya dikatakan bersifat win-win solution . Untuk mencapai hasil
yang win-win solution dalam suasana konflik bukanlah hal yang mudah
bagi para pihak sehingga dibutuhkan bantuan dari mediator yang andal .
• 7. Future focus
• Penyelesaian sengketa melalui mekanisme mediasi tidak
mencari siapa yang salah atau benar atau siapa yang
wanprestasi dan siapa yang dirugikan atau siapa yang
dilanggar pada masa lalu yang mengakibatkan timbulnya
sengketa . Fokus mediasi adalah mencapai kesepakatan
karena para pihak memahami bahwa jika konflik terus
berlanjut para pihak akan mengalami kerugian, yaitu
kehilangan dalam meraih peluang pada masa mendatang .
Dengan demikian, persoalan pada masa lalu yang
menimbulkan konflik tidak diungkapkan lagi, tetapi lebih
diutamakan untuk mencapai kesepakatan agar dari kerja
sama yang dilanjutkan tersebut membawa keuntungan bagi
mereka .
• 8. Private and confidential
• Salah satu dipilihnya mekanisme mediasi maupun
mekanisme ADR lainnya adalah sifatnya yang
pribadi . Sengketa yang diselesaikan melalui
mekanisme mediasi ditujukan terutama untuk
wilayah sengketa pribadi yang tunduk pada hukum
perdata atau dagang . Namun, dalam wilayah
sengketa hukum publik di Indonesia pada saat ini
dapat juga dilakukan mediasi seperti dalam bidang
hukum lingkungan hidup . Proses yang ditempuh
dalam mekanisme mediasi bersifat tertutup atau
rahasia (confidential) untuk umum atau pihak lain .
• Syarat-syarat Keberhasilan Mediasi
• Goodpaster dalam Sutiyoso (2006 : 57) mengemukakan bahwa
mediasi akan berhasil apabila memenuhi syarat sebagai
berikut .
• 1.Para pihak mempunyai kekuatan tawar-menawar (bargaining
position) yang seimbang
• 2.Para pihak menaruh perhatian terhadap hubungan pada
masa mendatang .
• 3.Terdapat persoalan yang memungkinkan terjadinya
pertukaran kepentingan (trade off) .
• 4.Terdapat urgensi atau batas waktu untuk menyelesaikan .
• 5.Para pihak tidak memiliki permusuhan yang berlangsung
lama dan mendalam .
• 6.Mempertahankan suatu hak tidak lebih penting di
bandingkan dengan menyelesaikan persoalan yang mendesak .
• Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif penyelesaian Sengketa
mewajibkan kesepakatan yang diperoleh melalui
mediasi dituangkan secara tertulis sebagai
sebuah kesepakatan bersama . Kesepakatan
penyelesaian sengketa atau beda pendapat
secara tertulis melalui bantuan mediator bersifat
final dan mengikat . Kesepakatan tertulis wajib
didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu
paling lama tiga puluh hari terhitung sejak
tanggal penandatanganan dan wajib
dilaksanakan dalam waktu paling lama tiga puluh
hari sejak pendaftaran .
konsiliasi
• Pengertian Konsiliasi
• Penyebutan konsiliasi sebagai salah satu lembaga alternatif penyelesaian
sengketa dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
penyelesaian Sengketa . Seperti halnya pada negosiasi dan mediasi, Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
penyelesaian Sengketa tidak memberikan definisi mengenai konsiliasi.
• John Wade dari Bond University Dispute Resolution Center, Australia,
memberikan definisi sebagai berikut .
• Conciliation is a process by which the parties in a conflict with assisting of a
neutral third party (conciliator) identifying the problem, creating options,
consider solution options, and strive to rech agreement . (Konsiliasi
merupakan sebuah proses saat pihak dalam sebuah konflik dengan bantuan
seorang pihak ketiga netral (konsiliator), mengidentifikasi masalah,
menciptakan pilihan-pilihan, mempertimbangkan pilihan penyelesaian) .
• Di Inggris, Amerika Serikat, dan Australia istilah
conciliation ‘konsiliasi’ sering digunakan juga untuk
mediation ‘mediasi’ atau sebaliknya . Hal ini karena
konsiliasi dan mediasi hampir sama sehingga sulit
dibedakan atau dapat dikatakan tidak mempunyai
perbedaan yang sangat mendasar . Konsiliasi dan mediasi
mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencapai konsensus .
• Konsiliator dapat menyarankan syarat-syarat penyelesaian
dan mendorong para pihak untuk mencapai kesepakatan .
Berbeda dengan negosiasi dan mediasi, dalam proses
konsiliasi, konsiliator mempunyai peran yang luas . Ia
dapat memberikan saran berkaitan dengan materi
sengketa maupun terhadap hasil perundingan . Dalam
menjalankan peran ini. Konsiliator dituntut untuk aktif
berperan .
• Syarat-syarat Keberhasilan Konsiliasi
• Goodpaster dalam Sutioso (2006 : 95) mengemukakan
bahwa konsiliasi akan berhasil apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut .
• 1.Para pihak mempunyai kekuatan tawar-menawar
(bargaining position) yang seimbang
• 2.Para pihak menaruh perhatian terhadap hubungan pada
masa mendatang
• 3.Terdapat persoalan yang memungkinkan terjadinya
pertukaran kepentingan (trade off)
• 4.Terdapat urgensi atau batas waktu untuk menyelesaikan
• 5.Para pihak tidak memiliki permusuhan yang berlangsung
lama dan mendalam
• 6.Mempertahankan suatu hak tidak lebih penting di
bandingkan dengan menyelesaikan persoalan yang
• Penilaian Ahli (Expert Appraisal)
• Penilaian ahli merupakan salah satu mekanisme
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang
disebutkan dalam Pasal 1 butir 10 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa selain konsultasi, negosiasi, dan
mediasi . Namun, undang-undang tersebut tidak
memberikan pengertian dan aturan lebih lanjut
mengenai penilaian ahli . Hal ini dapat dimaklumi karena
alternatif penyelesaian sengketa beserta mekanismenya
merupakan hal yang baru di Indonesia . Berbeda dengan
di negara-negara common law (anglo saxon), alternatif
penyelesaian sengketa atau dikenal dengan sebutan
alternative dispute resolution (ADR) sudah melembaga
dalam sistem hukum mereka .
• Hillary Astor dalam bukunya Dispute Resolution in
Australia memberikan definisi sebagai berikut .
• Expert appraisal is a process which provides for an
abjective, independent and impartial determination of
diputes facts or issues by an expert appointed by the
parties . (Penilaian ahli merupakan sebuah proses
yang menghasilkan suatu pendapat objektif,
independen, dan tidak memihak atas fakta-fakta atau
isu-isu yang dipersengketakan, oleh seorang ahli yang
ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa) .
• Apabila sudah disepakati sejak awal untuk
menggunakan mekanisme penilaian ahli maka
pendapat ahli tersebut bersifat final dan mengikat
(MacDonald dan Mcgill, 1997 : 298) .
• Dalam melakukan proses ini, dibutuhkan persetujuan dari para
pihak untuk memberikan dan mempresentasikan fakta dan
pendapat dari para pihak kepada ahli (expert) . Ahli tersebut
kemudian akan melakukan penyelidikan dan pencarian fakta
guna mendapatkan informasi lebih lanjut dari para pihak dan
akan membuat keputusan sebagai ahli, bukan sebagai arbiter .
• Mekanisme penilaian ahli dapat dilakukan secara ad hoc dalam
sistim hukum di Indonesia, yaitu untuk suatu sengketa para
pihak dapat menunjuk orang yang dianggap ahli dalam bidang
hukum dan ahli dalam hal yang dipersengketakan untuk
memberikan penilaian terhadap sengketa mereka . Selain itu,
secara kelembagaan, kita dapat pula mengacu pada pasal 52
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif penyelesaian Sengketa yang menyatakan bahwa para
pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon
pendapat yang mengikat dari lembaga arbitrase atas hubungan
hukum tertentu dari sebuah perjanjian (Wijaya, 2001 : 95) .
Bab 12 . Hak Kekayaan
Intelektual ( HKI )
• PENGERTIAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
• Berdasarkan substansinya, hak kekayaan intelektual
(HKI) berhubungan erat dengan benda tidak
berwujud serta melindungi karya intelektual yang
lahir dari cipta, rasa, dan karsa manusia (Utomo,
2009 : 1). Definisi yang bersifat umum dikemukakan
oleh Keogh dan Steward dalam utomo, 2009 : 2
yang mendifinisikan HKI sebagai sekumpulan hak
yang diberikan oleh hukum untuk melindungi
investasi ekonomi dari usaha-usaha yang kreatif .
• Dua lembaga internasional, yaitu United Nations Conference on
Trade ang Development (UNCTAD) dan International Society for
Clinical Densitometry (ISCD) mendefinisikan HKI sebagai hasil-hasil
usaha manusia kreatif yang di lindungi oleh hukum . Di
samping itu, Direktorat Jendral (Ditjen) HKI Departemen Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia bekerja sama dengan
European Commission ASEAN Project on the Protection of
Intellectual Property Rights (ECAP) mendefinisikan HKI sebagai hak
yang timbul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu
produk yang berguna bagi manusia (Ditjen HKI : 2006) .
• Apa pun rumusan definisi yang dikemukakan oleh para ahli maupun
lembaga- lembaga, HKI selalu mempunyai tiga unsur, antara lain .
• 1.hak eksklusif yang diberikan oleh hukum ;
• 2.hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan
pada kemampuan intelektual ;
• 3.kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi .
• HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
• Adanya hubungan yang sangat erat antara perlindungan HKI
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik sebuah
negara pasti tidak dapat disangkal lagi (Utomo, 2009 : 41) .
Amerika Serikat misalnya, mendapatkan keuntungan ekonomi
dalam jumlah yang besar dai produk-produk HKI . Sebagai
illustrasi, negara adi daya ini memperoleh pemasukan sebesar
lebih dari US$ 8 miliar per tahun melalui pembayaran royalti
(Kastemeier dan Beier,, 1989 : 286) .
• Eric H. Smith, Ketua Perhimpunan HKI Internasional Juga
sepakat bahwa produk-produk HKI memberikan sumbangan
yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan industri di
Amerika Serikat (AS) . Menurutnya, industri-industri inti dalam
bidang hak cipta mampu menyumbangkan sekitar 3,7% dari
pendapatan per kapita AS . Dalam bidang tenaga kerja, industri
tersebut juga berhasil memperkerjakan tiga juta orang atau
2,5% dari angkatan kerja Amerika Serikat (Smith, 1996 : 561) .
• Untuk menunjukkan bahwa sekitar 3,7% dari
pendapatan per kapita di AS dalam bidang hak cipta
mampu disumbangkan, kita dapat melihat contoh
berikut, yakni perihal hasil survei orang terkaya di
As yang dilakukan oleh majalah Forbes tahun 2009 .
Mark Zuckkerberg merupakan miliarder termuda
yang ada di deretan survei majalah Forbes . Remaja
berumur 25 tahun yang sukses setelah menciptakan
situs pertemanan Facebook ini tercatat memiliki
kekayaan sebesar 2 miliar dolar atau dalam mata
uang rupiah senilai dengan 19 triliun . Kekayaan
pada tahun ini pun tercatat mengalami peningkatan
sebesar 500 juta dolar akibat naiknya royalti dari
kesuksesan Faceebook .
• Selain itu, masih mengenai hasil survei orang
terkaya di AS, Bill Gate, pemegang HKI atas
Microsoft . Nama tersebut mungkin sudah tidak
asing lagi karena dalam enam belas tahun terakhir,
Bill Gates telah berturut-turut mengemban status
sebagai orang terkaya di AS berdasarkan hasil survei
yang dilakukan oleh Forbes . Pria berumur 53 tahun
ini tercatat mengalami penurunan pendapatan
akibat hantaman krisis ekonomi global hingga
mencapai 7 miliar dolar atau senilai dengan Rp 66,5
triliun . Namun, total kekayaan yang dimiliki oleh
Gates pada tahun ini tercatat mencapai 50 miliar
dolar atau senilai dengan Rp 475 triliun .
• CABANG-CABANG HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL
• Di Indonesia, dikenal tujuh cabang hak
kekayaan intelektual, antara lain (1) hak cipta
(copyright), (2) paten (patent), (3) merek
(trademark), (4) desain industri (industrial
design), (5) desain tata letak sirkuit terpadu
(integrated circuit layout desgn), (6) rahasia
dagang (trade secret), dan (7) perlindunan
varietas tanaman (plant varieties protection) .
Hak Cipta (Copyrght)
• Dasar Hukum dan Pengertian Hak Cipta
• Dalam HKI di Indonesia, pengaturan hak cipta sebagai cabang dari
HKI di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut dengan UUHC) .
Adapun yang dimaksud dengan hak cipta adalah hak eksklusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan-
peraturan yang berlaku . Yang dimaksud dengan hak eksklusif
adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya
sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak
tersebut tanpa izin pemegangnya . Lebih lanjut, pengertian
mengumumkan atau memperbanyak ialah kegiatan
menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalih
wujudkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan
mengomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apa pun .
• Sifat Kebendaan Hak Cipta
• Hak cipta mempunyai sifat sebagai benda bergerak
dalam kaitannya dengan hukum kebendaan . Benda
bergerak dalam hukum digolongkan menjadi dua,
yaitu benda bergerak berwujud dan benda bergerak
tidak berwujud . Hak cipta termasuk dalam golongan
benda bergerak tidak berwujud . Hak cipta dapat
beralih atau dialihkan kepada orang lain, baik
seluruhnya maupun sebagian . Namun, berbeda
dengan benda bergerak lainnya yang dapat dialihkan
secara lisan, beralih atau dialihkannya hak cipta tidak
dapat dilakukan secara lisan, tetapi harus dilakukan
secara tertulis, baik dengan maupun tanpa akta
notaris .
• Ciptaan yang Dilindungi
• Pasal 12 ayat (1) UUHC secara rinci menybutkan
berbagai ciptaan yang dilindungi, yaitu ciptaan
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang mencakup .
• 1.buku, program komputer, pamflet, perwajahan
(layout), karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lainnya ;
• 2.ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang
sejenisnya ;
• 3.alat peraga yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan ;
• 4.lagu atau musik dengan atau tanpa teks ;
• 5.drama atau drama musikal, tari, koreografi,
pewayangan, dan pantomim ;
• 6.seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis,
gambar seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung,
kolase (adalah komposisi artistik yang di buat dari
berbagai bahan, misalnya kain, kertas, atau kayu yang
ditempatkan pada permukaan gambar) dan seni
terapan ;
• 7.arsitektur ;
• 8.peta ;
• 9.seni batik ; fotografi ;
• 10.sinematografi
• 11.terjemahan, tafsir saduran, bunga rampai, database,
dan karya lain dari hasil penalih wujudan .
• Perlindungan sebagaimana disebutkan diatas termasuk
juga semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan,
tetapi sudah merupakan bentuk kesatuan yang nyata yang
memungkinkan perbanyakan hasil karya tersebut . Sebuah
ciptaan untuk dapat memperoleh perlindungan hukum
dari negara harus memenuhi dua syarat sebagai berikut .
• 1.Material form
• Arti material form adalah suatu ide atau pemikiran telah
dituangkan dalam bentuk nyata . Jadi, yang dilindungi
bukan suatu ide atau pemikiran .
• 2.Originality
• Arti originality adalah suatu ciptaan itu benar-benar
berasal dari orang yang mengaku sebagai penciptanya,
bukan berasal dari peniruan atau perbanyakan dari suatu
ciptaan lain yang telah ada.
• Pembatasan Hak Cipta
• Terdapat beberapa pembatasan terhadap ketentuan yang menetapkan
macam-macam ciptaan yang dilindungi sebagaimana yang telah
disebutkan, antara lain tidak ada hak cipta atas hasil rapat terbuka
lembaga-lembaga negara, peraturan perundang-undangan, pidato
kenegaraan, pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah, dan
keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya .
• 1. Tidak dianggap pelanggaran hak cipta apabila berupa perbuatan yang
tidak dapat dituntut sebagai perbuatan melanggar hak cipta, antara lain
• a. mengumumkan dan/atau memperbanyak lambang negara dan lagu
kebangsaan menurut sifatnya yang asli ;
• b. mengumumkan dan/atau memperbanyak segala sesuatu yang
diumumkan dan/atau diperbanyak oleh pemerintah, kecuali apabila hak
cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan pernyataan pada ciptaan itu
sendiri maupun ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak ; atau
• c. pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari
kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis
lain dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap .
• 2. Tidak dianggap pelanggaran hak cipta dengan syarat bahwa
sumbernya harus disebutkan atau diumumkan, antara lain
• a. penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dengan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pecinta ;
• b. pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun
sebagian guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar
pengadilan ;
• c. pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun
sebagian guna keperluan
• 1) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan
ilmu pengetahuan ; atau
• 2) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran
dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
pencipta .
• d. perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra dalam huruf braile guna keperluan para
tuna netra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial ;
• e. perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer
secara terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses
yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu
pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi
yang non komersial semata-mata untuk keperluan
aktivitasnya ;
• f. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan
pelaksanaan teknis agar karya arsitektur, seperti ciptaan
bangunan ;
• g. pembuatan salinan cadangan suatu program komputer
oleh pemilik program komputer yang semata-mata
dilakukan untuk digunakan sendiri .
• Pencipta
• Yang dianggap pencipta atas suatu ciptaan adalah (1) orang yang
namanya terdaftar dalam daftar umum ciptaan pada Direktorat
Jendral HKI atau (2) orang yang namanya disebut dalam ciptaan
atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan .
Ketentuan tersebut tidak berlaku jika terbukti sebaliknya . Apabila
suatu ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan di
kerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan
orang yang merancang, penciptanya adalah orang yang
merancang ciptaan itu . Apabila suatu ciptaan di buat dalam
hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan
pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak yang untuk dan
dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjiaan
lain antara kedua belah pihak dengan tidak mengurangi hak cipta
apabila penggunaan ciptaan itu diperluas sampai keluar
hubungan dinas .
• Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan hubungan
pesanan, pihak yang membuat karya cipta dianggap sebagai pencipta dan
pemegang hak cipta, kcuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak . Lebih
lanjut, jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari
padanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya, badan hukum
tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika terbukti sebaliknya .
• Dalam hal adanya ciptaan yang tidak dikenal penciptanya maka berlaku ketentuan
sebagai berikut .
• Negara memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan
benda budaya nasional lainnya .
• Negara memegang hak cipta atas cerita rakyat (folklore) dan hasil kebudayaan
rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda,
babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya .
• Dalam rangka melindungi cerita rakyat dan hasil budaya rakyat lain, pemerintah
dapat mencegah adanya monopoli atau komersialisasi serta tindakan yang
merusak atau memanfaatkan nilai komersial tanpa seizin Negara Republik
Indonesia sebagai pemegang hak cipta . Ketentuan ini dimaksudkan untuk
menghindari tindakan pihak asing yang dapat merusak misi kebudayaan
tersebut .
• Hak Pencipta
• Di dalam hak cipta terkandung dua macam hak
khusus bagi pencipta, yaitu hak ekonomi (economic)
dan hak moral (moral right) . Hak ekonomi adalah hak
untuk mendapatkan manfaat ekonomi bagi
penciptaannya atau pemegang hak cipta untuk
mendapatkan manfaat atas ciptaan serta produk hak
terkait . Sementara itu, hak moral adalah hak yang
melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak
dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun
walaupun hak ekonomi pada hak cipta atau hak
terkait telah dialihkan, kecuali dengan persetujuan
pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya
dalam hal pencipta telah meninggal dunia .
• Lebih lanjut, hak moral mengandung dua macam hak, yaitu
• 1.The right to protect the integrity of work, yaitu hak
pencipta bahwa setiap ciptaanya diumumkan atau di
perbanyak harus ditampilkan secara utuh tanpa distorsi,
mutilasi, atau bentuk perubahan lainnya yang meliputi
pemutar balikan, pemotongan, perusakan, penggantian
yang berhubungan dengan karya cipta yang pada akhirnya
akan merusak apresiasi dan reputasi pencipta .
• 2.Attributation atau authorship right, yaitu hak pencipta
bahwa setiap ciptaanya digunakan secara umum, harus
dicantumkan nama atau nama samarannya meskipun hak
ekonominya telah dialihkan, kecuali atas persetujuan
penciptanya atau ahli waris penciptanya dalam hal pencipta
telah meninggal dunia . Hak ini merupakan hak bagi
pencipta untuk diakui sebagai pencipta .
• Masa Berlaku Hak Cipta
• 1. Hak cipta atas ciptaan yang berupa
• a. buku, pamplet, dan semua hasil karya tuls lain ;
• b. drama atau drama musical, tari, koreografi ;
• c. segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung ;
• d. seni batik ;
• e. lagu atau musik dengan atau tanpa teks ;
• f. arsitektur ;
• g. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lain ;
• h. alat peraga ;
• i. peta ;
• j. terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai, berlaku selama hidup
pencipta dan terus berlangsung hingga lima puluh tahun setelah pencipta
meninggal dunia . Untuk ciptaan tersebut yang dimiliki oleh dua orang
atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia
paling akhir dan berlangsung hingga lima puluh tahun sesudahnya .
• 2. Hak Cipta atas ciptaan
• a. program komputer ;
• b. sinematografi ;
• c. fotografi ;
• d. database ;
• e. karya hasil pengalih wujudan ;
• f. perwajahan karya tulis yang diterbitkan ;
berlaku selama lima puluh tahun sejak
pertama kali diumumkan .
• Pendaftaran Hak Cipta
• Pendaftaran hak cipta bukan merupakan kewajiban atau
keharusan bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk
memperoleh perlindungan . Timbulnya perlindungan atas
suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud,
bukan karena pendaftaran . Hal ini berarti suatu ciptaan,
baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetap
dilindungi . Namun demikian, Direktorat Jendral HKI
Departemen Hukum dan HAM RI menyelenggarakan
pendaftaran ciptaan dan dicatat dalam daftar umum
ciptaan . Daftar umum tersebut dapat dilihat oleh setiap
orang tanpa dikenai biaya . Pendaftaraan ciptaan dalam
daftar umum ciptaan dilakukan atas permohonan yang
diajukan oleh pencipta atau pemegang hak cipta atau
kuasa .
• Sanksi Pidana
• Pelanggaran terhadap hak cipta akan
dikenakan sanksi sebagai berikut .
• 1.Barang siapa memperbanyak atau
mengumumkan suatu ciptaan tanpa izin
pencipta atau pemegang hak ciptaannya
dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) .
• 2.Barang siapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak
cipta atau hak terkait dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) .
• 3.Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak
memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial suatu program komputer dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) .
• Beberapa Prinsip Utama Hak Cipta
• Dari uraian diatas, sebagaimana diatur dalam UUHC
yang terdiri atas 78 Pasal, dapat disimpulkan bahwa
UUHC mengandung tujuh prinsip utama (Utomo,
2009 : 70), sebagai berikut .
• 1.Hak cipta melindungi perwujudan ide bukanlah ide
itu sendiri .
• 2.Hak cipta tidak memerlukan pendaftaran untuk
memperoleh perlindungan hukum . Meskipun
pendaftaran bukanlah sebuah kewajiban, dalam praktik
pendaftaran ciptaan itu terbukti sangat bermanfaat
bagi para pencipta karena dapat dipergunakan sebagai
alat bukti jika terjadi sengketa dengan pihak ketiga .
• 3.Hak cipta bersifat asli (original) dan pribadi
• Prinsip ini mengandung arti bahwa hak cipta lahir
dari ekspresi seseorang atau beberapa orang
pencipta yang bersifat khas . Disamping itu,
keaslian ciptaan merupakan hal penting untuk
membedakan ciptaan itu dengan ciptaan dari
pihak lain .
• 4.Ada pemisahan antara kepemilikan fisik dengan
hak yang terkandung dalam suatu benda .
• Prinsip ini sangat penting terutama berkaitan
dengan penggunaan hak ekonomi dari ciptaan
yang dilindungi oleh UUHC dalam bentuk kegiatan
perbanyakan atau pengumuman sebuah ciptaan .
• 5.Jangka waktu perlindungan hak cipta bersifat terbatas
• Prinsip ini sesuai dengan sifat HKI yang memberikan
monopoli terbatas kepada para pemegang hak . Setelah
jangka waktu perlindungan hukum terhadap ciptaan
berakhir, ciptaan tersebut akan menjadi milik
masyarakat (public domain) .
• 6. Pasal-pasal pidana dalam UUHC bersifat delik biasa
• Melalui prinsip ini, polisi dibantu oleh Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) bertindak secara aktif dalam
melindungi ciptaan dan pencipta atau pemegang hak
ciptanya atas suatu penyelenggaraan yang dilakukan
oleh pihak lain .
• 7. Perlindungan hak cipta berlaku terhadap warga
negara asing yang terlibat dalam perjanjian yang sama .
Paten (Patent)
• Dasar Hukum
• UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek merupakan
dasar hukum yang terbaru tentang perlindungan merek
di Indonesia . Sampai dengan saat ini, tercatat
pemerintah telah tiga kali merevisi UU Merek, yaitu
terhadap UU Nomor 19 Tahun 1992 sebagai revisi
tehadap UU Nomor 14 Tahun 1997, dan yang terbaru
adalah UU Nomor 15 Tahun 2001 yang masih berlaku
saat ini .
• Revisi UU Merek tersebut dilakukan untuk memenuhi
kewajiban Indonesia sebagai anggota WTO melalui
kebijakan menyesuaikan substansi undang-undang
nasional dengan standar internasional perjanjian TRIPS .
• Pengertian
• Pasal 1 angka 1 UU Merek merumuskan bahwa mereka adalah tanda yang
berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa . Dari definisi
tersebut, beberapa tanda yang dapat diklasifikasikan sebagai merek adalah
(1) kata, (2) huruf, (3) angka, (4) gambar, (5) warna, dan (6) gabungan
unsur-unsur tersebut . Lebih lanjut menurut Utomo (2009), dalam
perkembangannya di beberapa negara, terutama negara-negara maju,
mereka mulai memperkenalkan unsur-unsur baru, di luar unsur-unsur
tradisional yang telah di kenal selama ini . Unsur-unsur tersebut meliputi .
• 1.satu warna (single color) ;
• 2.tanda-tanda tiga dimensi (three-dimensional signs)
• a. berbentuk sebuah produk (shape of products) atau
• b. kemasan (packaging);
• 3. tanda-tanda yang dapat didengar (audible signs) ;
• 4. tanda-tanda yang dapat dicium (olfactory signs) ;
• 5. tanda-tanda bergerak (moving signs) .
• Jenis Merek
• Merek sebagaimana yang diatur dalam undang-undang mencakup merek
dagang dan merek jasa . Merek dagang adalah merek yang digunakan pada
barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan barang-barang
sejenis lainnya . Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa lainnya .
• Selain kedua jenis merek yang telah disebutkan, dalam UU Merek juga
dikenal adanya merek kolektif (collective marks), yaitu merek yang
digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-
sama untuk membedakan dengan dan/atau jasa sejenis lainnya . Lebih
lanjut, hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara
kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk
jangka waktu tertentu dengan menggunakan merek sendiri tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya .
• Pendaftaran Merek
• Pemilik sebuah merek akan mendapatkan perlindungan hukum
sebagai pemilik hak atas merek apabila merek tersebut telah
didaftarkan di Direktorat Jendral HKI, Departemen Hukum dan
HAM RI . Ketentuan-ketentuan di dalam pendaftaran merek
mencakup hal-hal berikut .
• 1. Sebuah merek dapat didaftarkan apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut .
• a. Adanya daya pembeda (substantial distinctiveness) .
• Merek yang akan didaftarkan tersebut harus dapat dibedakan
sedemikian rupa dengan merek barang atau merek jasa lain
yang sudah dimiliki oleh pihak lain .
• b. Keaslian (originality) .
• Merek yang akan didaftarkan merupakan merek yang baru asli
dari pihak yang akan mendaftarkan, dalam arti belum menjadi
milik umum (public domain) .
• 2. Sebuah merek tidak dapat didaftarkan apabila terjadi hal-hal
berikut .
• a. Permohonan diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak
baik . Pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang
mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat
apa pun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran
merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat
kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi
persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen .
Sebagai contoh, merek dagang A yang sudah dikenal masyarakat
secara umum sejak bertahun-tahun, ditiru sedemikian rupa
sehingga memiliki persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek dagang A tersebut . Dalam
contoh tersebut, sudah terjadi itikad tidak baik dari peniru
karena setidak-tidaknya patut diketahui unsur kesengajaannya
dalam meniru merek dagang yang sudah dikenal tersebut .
• b. Merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini .
• 1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum . Yang dimaksud
dengan pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan,
atau ketertiban umum adalah apabila penggunaan tanda tersebut dapat
menyinggung perasaan, kesopanan, ketentraman, atau keagamaan dari
khalayak umum atau dari golongan masyarakat tertentu .
• 2) Tidak memiliki daya pembeda
• Tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila tanda tersebut
terlalu sederhana seperti satu tanda garis atau satu tanda titik, ataupun
terlalu rumit sehingga tidak jelas .
• 3) Telah menjadi milik umum
• Salah satu contoh merek seperti ini adalah tanda tengkorak di atas dua
tulang yang bersilang yang secara umum telah diketahui sebagai tanda
bahaya . Tanda seperti itu adalah tanda yang bersifat umum dan telah
menjadi milik umum . Oleh karena itu, tanda itu tidak dapat digunakan
sebagai merek .
• 3. Sebuah merek harus ditolak permohonan
pendaftarannya apabila merek tersebut
• a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang
sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa
yang sejenis ;
• Yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya adalah
kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang
menonjol antara lain merek yang satu dengan merek yang
lain yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan,
baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan
atau kombinasi antara unsur-unsur maupun persamaan
bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut
.
• b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis ;
• Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan
memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai
merek tersebut dalam bidang usaha yang bersangkutan . Di
samping itu, perhatikan pula reputasi merek terkenal yang
diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran,
investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh
pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut
dibeberapa negara . Apabila hal-hal diatas belum dianggap
cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang
bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh
kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya merek yang
menjadi dasar penolakan .
• C.mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhanya
dengan indikasi geografis yang sudah dikenal ;
• D.merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto,
atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali
atas persetujuan tertulis dari yang berhak ;
• Yang dimaksud dengan nama badan hukum adalah nama
badan hukum yang digunakan sebagai merek dan terdaftar
dalam daftar umum merek .
• F.merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan
nama, bendera, lambang atau simbul atau emblem negara
atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang ;
• G.merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau
stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga
pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang
berwenang
• Indikasi Geografis
• Indikasi geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan
daerah asal suatu barang, karena faktor lingkungan geografis, termasuk
faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut
memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan .
Indikasi geografis adalah indikasi atau identitas dari suatu barang yang
berasal dari suatu tempat, daerah atau wilayah tertentu yang
menunjukkan adanya kualitas, reputasi, dan karakteristik, termasuk faktor
alam dan faktor manusia yang dijadikan atribut dari barang tersebut .
• Tanda yang digunakan sebagai indikasi geografis dapat berupa etiket atau
label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan . Tanda tersebut dapat
berupa nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut . Pengertian nama tempat dapat
berasal dari nama yang tertera dalam peta geografis atau nama yang
karena pemakaian secara terus-menerus sehingga dikenal sebagai nama
tempat asal barang yang bersangkutan .
• Jangka Waktu Perlindungan
• Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan
pendaftaran dan jangka waktu perlindungan itu dapat
diperpanjang . Sepanjang merek tersebut terus digunakan
dalam perdagangan barang dan jasa, perpanjangan merek terus
dapat dilakukan tanpa ada batas waktu .
•
• Pengalihan Hak atas Merek Terdaftar
• Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena
• 1.pewarisan ;
• 2.wasiat ;
• 3.hibah ;
• 4.perjanjian ; atau
• 5.sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan .
• Yang dimaksud dengan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang ini, misalnya kepemilikan merek karena pembubaran
badan hukum yang semula pemilik merek . Pengalihan hak atas merek
karena hal-hal tersebut diatas wajib dimohonkan pencatatannya
kepada Direktorat Jendral HKI untuk dicatat dalam daftar umum merek
. Pengalihan hak atas merek terdaftar yang tidak dicatatkan dalam
daftar umum merek tidak berakibat hukum pada pihak ketiga .
• Pengalihan hak atas merek terdaftar dapat disertai dengan pengalihan
nama baik, reputasi, atau lain-lainnya yang terkait dengan merek
tersebut . Hak atas merek terdaftar yang tidak dapat dipisahkan dari
kemampuan, kualitas, atau keterampilan pribadi pemberi jasa yang
bersangkutan dapat dialihkan dengan ketentuan harus ada jaminan
terhadap kualitas pemberian jasa . Lebih lanjut, pengalihan hak atas
merek terdaftar hanya dicatat oleh Direktorat Jendral apabila disertai
dengan pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa merek
tersebut akan digunakan untuk perdagangan barang dan/jasa .
• Lisensi
• Pemilik merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihak lain
dengan perjanjian bahwa penerima lisensi akan menggunakan merek
tersebut untuk sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa .
Perjanjian lisensi berlaku diseluruh wilayah negara Republik Indonesia,
kecuali apabila diperjanjikan lagi, untuk jangka waktu yang tidal lebih
lama dari jangka waktu perlindungan merek terdaftar yang
bersangkutan . Perjanjian lisensi wajib dimohonkan pencatatannya
pada direktorat jendral dengan dikenai biaya dan akibat hukum dari
pencatatan perjanjian lisensi berlaku terhadap pihak-pihak yang
bersangkutan dan terhadap pihak ketiga .
• Pemilik merek terdaftar yang telah memberikan lisensi kepada pihal
lain sebagaimana di sebutkan diatas tetap dapat menggunakan sendiri
atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk
menggunakan merek tersebut, kecuali apabila diperjanjikan lain .
Dalam perjanjian lisensi, dapat ditentukan bahwa penerimaan lisensi
dapat memberikan lisensi lebih lanjut kepada pihak ketiga.
• Sanksi Pidana
• Pelanggaan terhadap merek dikenakan sanksi sebagai
berikut
• 1.Barang siapa denga sengaja dan tanpa hak menggunakan
merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek
terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis
yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) .
• 2.Barang siapa denga sengaja dan tanpa hak menggunakan
merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar
milik pihak lain untuk barang dan /atau jasa sejenis yang
diproduksi dan/atau yang diperdagangkan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) .
• Prinsip-prinsip penting yang berkaitan dengan merek yang
berlaku secara internasional di temukan juga didalam UU Merek
Indonesia sebagaimana sebagian telah diuraikan diatas .
Setidaknya ada sepuluh prinsip penting yang dapat disimpulkan
dari UU Merek Indonesia sebagai berikut .
• 1.Merek merupakan sebuah tanda yang membedakan sebuah
produk barang atau jasa dengan produk barang atau jasa yang
lain yang sejenis . Dalam menentukan tanda tersebut, UU Merek
Indonesia hanya berdasar pada unsur-unsur tradisional, seperti
gambar, nama, kata, huruf, angka, dan kombinasi antara unsur-
unsur tersebut . Sementara itu, unsur-unsur baru, seperti suara
(audio), bau (olfactory), dan bentuk (shapes) suatu produk belum
dimasukkan dalam UU Merek Indonesia .
• 2.Perlindungan merek diberikan dengan pendaftaran . Dengan
kata lain, pendaftaran merek merupakan syarat utama
perlindungan merek .
• 3.Pihak yang mengajukan permohonan pendaftaran
merek tidak hanya dibatasi pada orang, tetapi juga
badan hukum ataupun beberapa orang atau badan
hukum .
• 4.Tidak seperti cabang-cabang HKI yang lain, jangka
waktu perlindungan merek dapat terus diperpanjang
asalkan permohonan perpanjangan merek dilakukan dua
belas bulan sebelum jangka waktu tersebut berakhir .
• 5.Berkaitan dengan pendaftaran merek, UU Merek
menyediakan pengecualian khusus terhadap
perlindungan indikasi asal yang tidak harus didaftarkan .
• 6.UU Merek menganut asas pendaftaran pertama .
Melalui asas ini, pihak yang mereknya terlebih dahulu
dianggap sebagai pemilik merek yang sah .
• 7.UU Merek menggunakan prinsip pemohon merek yang
beritikad baik . Prinsip ini mengandung arti bahwa hanya pihak
yang berhak terhadap merek yang dapat mengajukan
permohonan pendaftaran merek .
• 8.Penghapusan merek oleh Direktorat Jendral HKI terjadi
karena empat kemungkinan, yaitu (a) atas prakarsa Direktorat
Jendral HKI, (b) atas permohonan dari pemegang merek, (c)
putusan pengadilan berdasarkan gugatan pengahpusan merek,
dan (d) tidak diperpanjang jangka waktu pendaftaran merek .
• 9.Untuk mempercepat penyelesaian perkara merek, putusan
pengadilan Niaga hanya data diajukan kasasi .
• 10.UU Merek menyandarkan proses tuntuan pidana
berdasarkan prinsip delik aduan . Melalui prinsip ini, pihak
pemilik merek yang dirugikan harus melapor terlebih dahulu
terhadap pelanggaran yang telah dilakukan oleh pihak lain
sebelum tuntutan tersebut diproses lebih lanjut oleh penyidik .
Desain Industri (Industrial Design )
• Dasar hukum berlakunya hukum desain industri di Indonesia adalah
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri . UU
Desain Industri diterbitkan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut.
• 1.Untuk memajuka industri yang mampu bersaing dalam lingkup
perdagangan nasional da internasional, perlu diciptakan iklim yang
mendorong kreasi dan inovasi masyarakat dalam bidang desain industri
sebagai bagian dari sistem HKI . Dengan demikian, diperlukan upaya
perlindungan yang lebih efektif terhadap berbagai bentuk pelanggaran
terhadap desain industri, seperti penjiplakan, pembajakan, atau peniruan .
• 2.Hal tersebut diatas didorong pula oleh kekayaan budaya dan etnis
bangsa . Indonesia yang sangat beraneka ragam merupakan sumber bagi
pengembangan desain industri .
• 3.Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia (Agreement Establishing the World Trade
Organization) yang mencakup TRIPS dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai desain industri .
• Pengertian
• Desain industri adalah sebuah kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari
padanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi
atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan . Berdasarkan definisi
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa desain industri mempunyai tiga
unsur pokok berikut .
• 1.Tiga dimensi dapat berupa bentuk dan konfigurasi
• 2.Dua dimensi dapat berupa garis dan warna
• 3.Kombinasi dari keduanya dapat berupa konfigurasi dan komposisi,
bentuk dan komposisi, serta bentuk, konfigurasi, dan komposisi .
• Desain industri dapat juga dianggap sebagai seni terapan dimana estetika
dan kemudahan dalam mengunakan suatu barang disempurnakan .
Sebuah karya desain dianggap sebagai kekayaan intelektual karena
merupakan hasil buah pikiran dan kreatifitas dari pendesainnya sehinga
dilindungi haknya oleh pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 31
• Jangka Waktu Perlindungan Desain
• Perlindungan terhadap hak desain industri diberikan
untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
tanggal penerimaan . Tanggal mulai berlakunya jangka
waktu perlindungan tersebut dicatat dalam daftar
umum desain industri dan diumumkan dalam berita
resmi desain industri . Daftar umum desain industri
adalah sarana penghimpunan pendaftaran yang
dilakukan dalam bidang desain industri yang memuat
keterangan tentang nama pemegang hak, jenis desain,
tanggal diterimanya permohonan, tanggal
pelaksanaan pendaftaran, dan keterangan lain tentang
pengalihan hak (bilamana pemindahan hak sudah
pernah dilakukan) .
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Integrated Circuit Layout Design)
• Dasar Hukum
• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 merupakan dasar hukum
yang pertama di Indonesia tentang Perlindungan Tata Letak Sirkuit
Terpadu (selanjutnya disebut UU DTLST) . Ada dua alas an yang
mendasari lahirnya UUDTLST . Pertama, Pemerintah Indonesia
berkeinginan untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam
lingkup perdagangan nasional dan internasional sehingga perlu
diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi masyarakat
dalam bidang desain tata letak sirkuit terpadu sebagai bagian dari
sistem HKI . Kedua, untuk melaksanakan kewajiban Indonesia yang
telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia yang mencakup Persetujuan TRIPS dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu mengatur ketentuan mengenai
DTLST dalam sebuah undang-undang .
• Pengertian
• Dalam Pasal 1 angka 1 UU DTLST dirumuskan secara formal
definisi sirkuit terpadu, yaitu sebuah produk dalam bentuk
jadi atau setengah jadi yang di dalamnya terdapat berbaai
elemen dan sekurang-kerangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif yang sebagian atau seluruhnya saling
berkaian serta dibentuk cara terpadu di dalam sebuah bahan
semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan
fungsi elektronik . Sementara itu, yang dimaksud dengan
desaian tata letak adalah kreasi yang berupa rancangan
peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-
kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif,
serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit
terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan
untuk mempersiapkan pembuat sirkuit terpadu .
• Untuk memberikan pengertian yang lebih rinci maka Pasal 1 angka 5
UU DTLST memberikan definisi tentang hak desain tata letak sikuit
terpadu, yakni .
• “Hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia kepada
pendesain atas hasil kreasinya, selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tersebut .”
• Sementara itu, yang dimaksud pendesain adalah “seorang atau
beberapa orang yang menghasilkan desain tata letak sirkuit terpadu .”
• Sirkuit terpadu merupakan salah satu komponen inti dalam industri
teknologi informasi . Sirkuit terpadu sering uga disebut chip (Utomo,
2009 : 178) . Dalam praktiknya, sirkuit adalah bagian penting didalam
membuat peralatan digital mulai alat-alat permesinan sampai semua
jenis peralatan rumah tangga . Lebih lanjut, sirkuit terpadu berisikan
sirkuit elektronik yang dibuat berdasarkan desain tiga dimensi yang
diletakkan pada lapisan yang terbuat dari bahan semikonduktor,
seperti silikon atau germanium serta gallium arsenide .
Jangka Waktu Perlindungan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Undang-Undang Pajak
Penghasilan
Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara
Undang-Undang Pajak Perpajakan
Pertembahan Nilai &
Pajak Penjualan Barang Mewah
Undang-Undang Penagihan
Undang-Undang Pajak Bumi dan Pajak dengan Surat Paksa
Bangunan (*)
• Subjek Pajak
• Yang menjadi subjek pajak menurut Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 1997 Pasal 4
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2000) adalah “Orang
Pribadi atau Badan yang memperoleh hak atas
tanah dan atau bangunan .”
• Objek Pajak
• Yang menjadi Objek pajak menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun
1997 Pasal 2 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2000 adalah perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan sebagai berikut .
• 1. Pemindahan hak karena
• a. jual beli ;
• b. tukar-menukar ;
• c. hibah ;
• d. hibah wasiat ;
• e. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya ;
• f. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan ;
• g. penunjukan pembeli dalam lelang ;
• h. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuasaan hukum
tetap ;
• i. hadiah ;
• 2. Pemberian hak baru karena
• a. kelanjutan pelepasan hak ;
• b. di luar pelepasan hak ;
• c. hak atas tanah sebagaimana dimaksud diatas
adalah
• 1) hak milik ;
• 2) hak guna usaha :
• 3) hak guna bangunan ;
• 4) hak pakai ;
• 5) hak milik atas suatu rumah susun ;
• 6) hak pengelolaan .
Subjek Pajak dan Objek Pajak Pada Bea
Materai (Bea Materai)
• Subjek Pajak
• Subjek pajak menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1985 tentang Bea Materai dan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif bea Materai dan
Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan
Bea Materai adalah bea materai terutang ol;eh pihak yang
menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari
dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan
menentukan lain . Bea materai merupakan pajak atas
dokumen sehingga pihak yang mendapat manfaat dari
dokumen tersebut memiliki kewajiban untuk melunasi bea
materai . Namun demikian, berdasarkan kesepakatan para
pihak, dapat ditentukan sebaliknya .
• Objek Pajak
• Objek pajak berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai dan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perubahan Tarif bea Materai dan Besarnya Batas
Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Materai
adalah dokumen yang berbentuk sebagai berikut .
• 1.Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat
dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau
keadaan yang bersifat perdata .
• 2.Akta-akta notaries, termasuk salinannya .
• 3.Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT), termasuk rangkap-rangkapnya .
• 4. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari RP
1.000.000,00 (satu juta rupiah ), antara lain .
• a. yang menyebutkan penerimaan uang ;
• b. yang menyatakan pembukuan uang atau
penyimpanan uang dalam rekening di bank ;
• c. yang berisi pemberitahuan saldo rekening di
bank ;
• d. yang berisi pengakuan bahwa utang uang
seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau
diperhitungkan .
• 5. Surat berharga, seperti wesel, promes, aksep,
dan cek yang harga nominalnya lebih dari Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah) .
• 6. Efek dengan nama dan dalam bentuk
apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) .
• 7. Dikenakan pula bea materai sebesar Rp
1.000,00 (seribu rupiah) atas dokumen yang
akan digunakan sebagai alat pembuktian di
muka pengadilan :
• a. surat-surat biasa dan surat-surat kerumah
tanggaan ;
• b. surat-surat yang semula tidak dikenakan bea
materai berdasarkan tujuannya, jika digunakan
untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang
lain, lain dari maksud semula .
Tarif Pajak
• Dikenal berbagai jenis tarif pajak yang berlaku
dalam hukum pajak sebagai berikut .
• Tarif Progresif
• Tarif progresif adalah tariff yang prosentasenya
semakin besar apabila jumlah dasar pengenaan
pajaknya juga semakin besar .
• Sebagai contoh, tarif PPh Wp orang pribadi
sesuai dengan Pasal 17 UU PPh disajikan
sebagai berikut.
Tarif Umum PPh Orang Pribadi Mulai Tahun 2009
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PPh
■ s.d. Rp 50.000.000 5%
■ Di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15%
■ Di atas Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 25%
■ Di atas Rp 500.000.000 30%
• Tarif Proporsional
• Tarif proporsional adalah adalah tarif yang mempergunakan presentase
tetap terhadap jumlah dasar pengenaan pajak . Tarif ini diterapkan pada
PPN sesuai dengan isi Pasal 7 Undang-Undang Repoblik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan ketiga atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yaitu sebesar 10% . Untuk PPh
atas badan sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang PPh sebesar 28% untuk tahun pajak 2009 dan tariff
tersebut menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak
tahun Pajak 2010 .
• Begitu pula dengan tarif PBB sebesar 0,5% sesuai dengan isi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumu dan Bangunan .
Selanjutnya, tarif bea perolehan tanah dan/atau bangunan sebesar 5%
sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 21Tahun 1997
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan .
• Tarif Tetap
• Tarif tetap adalah tariff pajak yang besar
nominal rupiahnya tetap yang berlaku pada
bea materai sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai .
Sanksi Perpajakan
• Sanksi Terkait dengan Pembukuan atau Pencatatan
• Sanksi Administrasi
• Pasal 13 ayat (1) dan (3) UU KUP menegaskan bahwa apabila kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (pembukuan) atau pasal 29
(pemeriksaan) tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya
pajak yang terutang maka kekurangan pembayaran pajak tagihan dengan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ditambah sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar .
• 1.50% (lima puluh Persen) dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam
satu tahun pajak ;
• 2.100% (seratus persen) dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak
atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau
dipungut, tetapi tidak atau kurang disetor ; atau
• 3.100% (seratus persen) PPN dan PPnBm yang tidak atau kurang dibayar .
• Sanksi Pidana
• Pasal 39 ayat (1) huruf f, g, dan h dalam UU
KUP disebutkan bahwa setiap orang yang
dengan sengaja .
• 1.memperlihatkan pembukuan, pencatatan,
atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya ; atau
• 2.tidak menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan
buku, catatan, atau dokumen lain ; atau
• 3.tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain, termasuk
hasil pengolahan dari data pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi online di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11)
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar .
• Lebih lanjut, Pasal 39 ayat (2) menyebutkan bahwa pidana
tersebut ditambah 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana
apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dalam tindak
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
selesanya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan .
• Sanksi Perpajakan Terkait dengan Pembayaran Pajak
• Sanksi Administrasi
• Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dalam
hal sebagai berikut
• 1.Pembayaran atau penyetoran pajak suatu saat atau bulanan (PPh
Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 26, Pasal 4 ayat (2), serta PPN dan
PPnBM) dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau
penyetoran pajak . Bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan (Pasal 9 UU KUP) .
• 2.Pembayaran atau penyetoran PPh Pasal 29 dilakukan setelah
tanggal jatuh tempo penyampaian Surat Pemberitahunan Tahunan
(SPT) . Bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan yang dihitung
mulai berakhirnya batas waktu penyampaian SPT sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan .
• 3.Apabila SKPKB, Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar , serta
SK Pembetulan, SK Keberatan, putusan banding atau putusan
peninjauan kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang
masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo
pelunasan tidak atau kurang di bayar . Jumlah pajak yang tidak
atau kurang di bayar itu dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa,
yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal
pelunasan atau tanggal diterbitkannya STP, dan bagian dari
bulan di hitung penuh 1 (satu) bulan sesuai ketentuan Pasal 19 .
• 4.Dalam hak WP diperbolehkan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak yang di kenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak
yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan .
• Sanksi Pidana
• Sesuai dengan Pasal 39 UU KUP disebutkan sebagai berikut .
• 1.Apabila WP tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau
dipungut sehingga menimbulkan negara diancam pidana penjara
paling paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang di bayar dan paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar .
• (Catatan penulis : PPh yang dipotong atau dipungut merupakan
uang Negara sehingga apabila tidak menyetor PPh tersebut sama
dengan menambil uang negara dan wajar dikenakan penjara) .
• 2.Pidana sebagaimana tersebut di atas ditambahkan 1 (satu) kali
menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan
lagi tindak pidana dalam bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu)
tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang
dijatuhkan .
• Sanksi Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
• Sanksi bagi WP yang tidak menyampaikan SPT adalah berupa sanksi
administrasi ataupun sanksi pidana .
•
• Sanksi Administrasi
• 1. Berupa denda
• Pasal 7 ayat (1) UU KUP menyatakan bahwa apabila SPT tidak
disampaikan dalam jangka waktunya atau batas waktu
perpanjangan penyampaian SPT, dikenakan sanksi administrasi
berupa denda sebesar .
• a. Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Spt masa tahunan ;
• b. Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT masa lainnya :
• c. Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT tahunan PPh
Wajib Pajak Badan .
• d. Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT tahunan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) .
• 2. Tidak dikenakan denda
• Sanksi administrasi berupa denda di atas tidak dilakukan terhadap
• a. WOP yang telah meninggal dunia ;
• b. WOP yang sudah tidak melakuan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas ;
• c. WOP yang berstatus sebagai warga Negara asing (WNA) yang tidak tinggal di
Indonesia ;
• d. bentuk usaha tetap (BUT) yang tidak elakukan kegiatan lagi di Indonesia ;
• e. WP badan yang tidak melakukan usaha lagi, tetapi belum bubar sesuai
dengan ketentuannya ;
• f. bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi ;
• g. WP yang terkena bencana yang ketentuannya diatur oleh Peraturan Menteri
Keuangan ; atau
• h. WP lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan .
• WP lain menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 186/PMK. 03/2007
adalah WP yang tidak dapat menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang
telah ditentukan karena keadaan, antara lain kerusuhan masal, kebakaran,
ledakan bom atau aksi terorisme, perang antar suku, serta kegagalan sistem
computer administrasipenerimaan negara atau perpajakan .
• Sanksi Administrasi berupa Kenaikan
• Sanksi administrasi berupa kenaikan dapat dikenakan melalui SKPKB
apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah
ditegur secara tertulis, tetap tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran sesuai ketentuan Pasal 13
ayat (1) huruf b UU KUP .
• Lebih lanjut, jumlah pajak yang kurang dibayar dalam SKPKB ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sesuai ketentuan dengan
Pasal 13 ayat (3) berikut .
• 1. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak (PPh badan atau PPh OP) .
• 2. 100% (seratus Persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor
(pemotongan/pemungutan PPh) .
• 3. 100% (seratus Persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan ajak Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar .
• Sanksi Pidana
• Perihal sanksi pidana berupa kurungan atas tindak pidana kealpaan
sebagaimana diatur dalam Pasal 38 UU KUP ataupun penjara atas
tindak pidana kesengajaan sebagaimana diatur dalam pasal 39 .
• 1. Sanksi pidana kurungan
• Sanksi pidana kurungan dalam Pasal 38 dikenakan terhadap setiap
orang yang karena kealpaannya :
• a. tidak menyampaikan SPT atau
• b. menyampaikan SPT, isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dan perbuatan
tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar,
atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1
tahun .
• Yang dimaksud dengan perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A adalah WP
yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT
atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan
yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan Negara, tidak dikenai
sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali
dilakukan oleh WP dan WP tersebut wajib melunasi
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang
ditetapkan melalui penerbitan SKPKB .
• 2. Sanksi pidana penjara
• Pasal 39 ayat (1) huruf c dan d UU KUP menyatakan
setiap orang yang dengan sengaja
• a. tidak mnyampaikan SPT ;
• b. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga
merugikan Negara dapat dikenakan sanksi pidana
antara 6 bulan s.d. 6 tahun dan denda antara 2 s.d.
4 kali dari pajak yang kurang dibayar .
• Sanksi Penundaan Penyampaian SPT
• Pasal 19 ayat (3) UU KUP dalam hal WP
diperbolehkan menunda penyampaian SPT Tahunan
dan ternyata penghitungan sementara pajak yang
terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya
terutang, atas kekurangan pembayaran pajak
tersebut dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen)
per bulan yang dihitung dari saat berakhirnya batas
waktu penyampaian SPT Tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b dan huruf c
sampai dengan tanggal dibayarnya kekurangan
pembayaran tersebut dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan .
• Sanksi Pembetulan SPT
• Sanksi Administrasi Akibat Pembetulan SPT Tahunan
• Pasal 8 ayat (2) UU KUP dalam hal WP membetulkan sendiri SPT
Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan .
• Sanksi Administrasi Akibat Pembetulan SPT Masa
• Pasal 8 ayat (2) huruf a UU KUP menyatakan bahwa dalam hal WP
membetulkan sendiri SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak
menjadi lebih besar, kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang
kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai
dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan di hitung penuh 1
(satu) bulan .
• Sanksi Administrasi dalam SKPKB / Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
.
• 1. Pajak yang kurang dibayar ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar .
• Apabila .
• a. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang di bayar ;
• b. kepada WP diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau
dikukuhkan sebaai PKP secara jabatan
• Sanksi administrasi bunga diterapkan dalam SKPKB karena pada saat
pemeriksaan WP telah menyampaikan SPT (kecuali belum mempunyai
NPWP dan pengukuhan PKP), melaksanakan pembukuan dan kewajiban
dalam rangka pemeriksaan namun terjadi kekurangan pembayaran
pajak .
• 2. Pajak yang kurang dibayar ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar sebagai berikut .
• a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan
yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak
(PPh badan atau PPh OP) .
• b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang
tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang
dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau
dipungut tetapi tidak atau kurang disetor
(pemotongan/pemungutan PPh) .
• c. 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai
Baran dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang di bayar .
• Apabila .
• a. surat pemberiahuan tidak disampaikan dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagamana di tentukan dalam surat teguran ;
• b. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
mengenai PPN dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih
pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol
persen) ;
• c. kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
(pembukuan) atau Pasal 29 (pemeriksaan) tidak dipenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang
terutang ;
• Sanksi Administratif dalam SKPKBT/ Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan .
• Pasal 5 ayat (2) UU KUP dinyatakan bahwa jumlah
kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen)
dai jumlah kekurangan pajak tersebut .
• Pasal 15 ayat (3) UU KUP menyatakan bahwa kenaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan
apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu
diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak
atas kehndak sendiri, dengan syarat Direktur Jendral Pajak
belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan .
• KAITAN PAJAK DENGAN BISNIS
• Uraian diatas memberikan pemahaman yang jelas bagi pelaku
bisnis bahwa pajak merupakan aspek strategis yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan bisnis . Hal ini karena di
samping mempunyai dimensi keuangan (likuiditas,
profitabilitas), pajak juga mempunyai dimensi pidana, khusus
bagi direksi perusahaan .
• Setiap transaksi bisnis perlu dicermati apakah mempunyai
implikasi pajak atau tidak, baik PPh maupun PPN dan PPnBM
dan BPHTB . begitu pula dengan dokumen yang berkaitan
dengan transaksi, apakah terutang bea materai atau tidak .
• Dengan memperhatikan aspek perpajakan dengan cermat,
perusahaan dapat terhindar dari sanksi perpajakan, baik
administrasi maupun pidana yang sangat mengganggu
kelangsungan dan kelancaran usaha perusahaan .
HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
• Adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen ,menurut UU no.8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen
• Konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan /atau jasa yang tersedia dalam masyarakat
baik bagi kepentingan diri sendiri ,keluarga,orang
lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan ( pasal 1 UUPK )
• Pelaku usaha /produsen adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha ,baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum Republik Indonesia ,baik
sendiri maupun bersama sama melalui
perjanjian ,menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi ( pasal 1
UUPK )
• Azas –azas perlindungan konsumen ,antara
lain :
• 1.Azas Manfaat adalah upaya dalam
menyelenggarakan perlindungan konsumen
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha
secara keseluruhan
• 2.Azas Keadilan adalah memberi kesempatan
kepada konsumen dan pelaku usaha
memperoleh hak nya dan melaksanakan
kewajibannya secara adil
• 3.Azas keseimbangan adalah memberi
keseimbangan antara kepentingan
konsumen,pelaku usaha dan pemerintah
dalam arti materiil & spirituil
• 4.Azas Keamanan dan Keselamatan konsumen
adalah untuk memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen
dalam penggunaan ,pemakaian dan
pemanfaata barang dan jasa yang dikonsumsi
atau digunakan
• 5.Azas Kepastian Hukum yakni baik pelaku
usaha maupun konsumen menaati hukum
• Hak konsumen berdasar UU no.8 tahun 1999 pasal 4 & 5
,antara lain :
• 1.Hak atas kenyamanan ,keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan /atau jasa
• 2.Hak untuk memilih barang dan /atau jasa serta mendapatkan
barang dan /atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan yang dijanjikan,
• 3.Hak atas informasi yang benar dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan / atau jasa yang digunakan ,
• 4.Hak untuk didengarkan pendapat dan keluhannya atas
barang dan /atau jasa yang digunakan ,
• 5.Hak untuk mendapatkan advokasi dalam upaya penyelesaian
hukum ,
• 6.Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan
konsumen ,
• 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani
secara benar dan jujur serta tidak berdasar
suku, agama,budaya,daerah,pendidikan ,kaya
miskin dan status sosial lainnya ,
• 8.Hak untuk mendapatkan kompensasi ,ganti
rugi dan /atau penggantian jika barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
perjanjian dan tidak sebagaimana mestinya,
• 9.hak –hak yang diatur dalam ketentuan
perundang-undangan lainnya.
• Kewajiban Konsumen ,antara lain :
1.Membaca atau mengikuti petujuk informasi
pemakaian dan pemanfaatan barang dan
/atau jasa demi keamanan dan keselamatan ,
• 2.Beriktikat baik dalam melakukan transaksi
pembelian barang dan /atau jasa,
• 3.membayar sesuai dengan nilai tukar yang
disepakati,
• 4.Mengikuti upaya penyelesaian hukum
sengketa perlindungan konsumen secara
patut
• Hak Pelaku Usaha ,antara lain,
• 1.Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai
dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai
tukar barang dan /atau jasa yang diperdagangkan ,
• 2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari
tindakan konsumen yang beriktikad tidak baik,
• 3.Hak untuk melekukan pembelaan diri
sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen ,
• 4.Hak untuk rehabilitasi nama baik ,
• 5.Hak-hak lain yang diatur perundangan lainnya
• Kewajiban Pelaku Usaha ,antara lain :
• 1. Beriktikat baik dalam melakukan kegiatan
usahanya ,
• 2. Melakukan informasi dengan benar dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan /jasa
serta memberi penjelasan kegunaan ,perbaikan
dan pemeliharaan ,
• 3. Memperlakukan atau melayani konsumen
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif,
• 4. Menjamin mutu barang dan /jasa yang
diproduksi dan /atau diperdagangkan berdasarkan
standar mutu barang dan/atau jasa yg berlaku,
• 5.memberi kesempatan kepada konsumen
untuk menguji ,mencoba barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan,
• 6.memberi kompensasi ganti rugi penggantian
atas kerugian akibat penggunaan ,pemakaian
dan pemanfaatan barang dan /atau jasa yang
diperdagangkan ,
• 7.memberi kompensasi ganti rugi penggantian
bila barang dan /atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian
• Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha :
• 1.Larangan bagi pelaku usaha yang berhubungan dengan
barang dan jasa yang diperdagangkan ,sbb : tidak
memenuhi / tidak sesuai dengan isi bersih ,berat bersih yang
dinyatakan dalam label , tidak sesuai dengan jaminan /
keistimewaan yang dinyatakan dalam label ,tidak
mencantumkan tanggal kadaluarsa , tidak mencantumkan
informasi /petunjuk dalam bahasa indonesia
,memperdagangkan barang rusak / bekas tanpa informasi
yang lengkap
• 2.Larangan bagi pelaku usaha yang berhubungan dengan
kegiatan menawarkan ,mempromosikan ,mengiklankan suatu
barang dan jasa secara tidak benar ,sbb : harga suatu barang
dan jasa , kegunaan suatu barang dan jasa ,tawaran potongan
harga / hadiah yang ditawarkan , bahaya penggunaan barang
dan jasa
• 3.Larangan bagi pelaku usaha yang
berhubungan dengan penjualan melalui obral
yang mengelabui / menyesatkan konsumen
• 4.Larangan bagi pelaku usaha yang
berhubungan dengan kegiatan yang
menawarkan dengan cara paksa ,yang
menimbulkan gangguan fisik maupun psikis
terhadap konsumen
• 5.Larangan bagi pelaku usaha yang
berhubungan dengan kegiatan menawarkan
barang secara pesanan , karena tidak menepati
pesanan / kesepakatan waktu penyelesaian
• 6.Larangan bagi pelaku yang berhubungan
dengan usaha periklanan yang berupa ,sbb :
mengelabui konsumen mengenai
kualitas,kuantitas ,bahan,kegunaan ,harga
barang dan jasa serta kesepakata waktu
penerimaan barang dan jasa
• 7.Larangan bagi pelaku usaha yang
berhubungan dengan klausul baku ,sbb :
menyatakan pengalihan tanggung jawab,
menyatakan pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali uang yang dibayarkan
barang dan jasa yang dibeli konsumen
PENGGABUNGAN , PELEBURAN ,
PENGAMBILALIHAN DAN PEMISAHAN
• Tujuan dan alasannya, antara lain :
• 1.Membeli product line untuk melengkapi
product line dari perusahaan yang akan
mengambil alih atau menghilangkan
ketergantungan perusahaan tersebut pada
product line yang ada .
• 2.Untuk memperoleh akses pada tehnologi
baru atau tehnologi yang lebih baik yang
dimiliki oleh perusahaan yang menjadi obyek
merger ,konsolidasi ,akuisisi.
• 3.Memperoleh pasar atau pelanggan
pelanggan baru yang tidak dimilikinya namun
di miliki oleh perusahaan yang menjadi obyek
merger,konsolidasi ,akuisisi.
• 4.Memperoleh hak hak pemasaran dan hak
hak produksi yang belum dimilikinya oleh
perusahaan yang menjadi obyek
merger,konsolidasi,akuisisi.
• 5.Memperoleh kepastian atas pemasokan
bahan bahan baku yang berkualitas baik .
• 6.Melakukan investasi atas keuangan
perusahaan yang berlebih dan tidak terpakai.
• 7.Mengurangi atau menghambat persaingan
• 8.Memperoleh kontinuitas bisnis.
• Pengertian Penggabungan pada Pasal 1 UUPT
2007 adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh satu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain
yang telah ada dan selanjutnya perseroan
yang menggabungkan diri bubar
• Klasifikasi merger antara lain :
• 1.Horizontal merger merupakan
penggabungan 2 atau lebih perseroan dalam
kegiatan usaha atau bisnis yang sama ,seperti
penggabungan Bank Mandiri dengan BDN
,BAPINDO ,BBD dan Bank Exim ,sama sama
menyelenggarakan bisnis perbankan
• 2.Vertical merger merupakan penggabungan 2
atau lebih perseroan yang diantara perseroan
yang bergabung terdapat keterkaitan antara
input , output dan pemasaran
• 3.Congenitive merger merupakan
penggabungan 2 atau lebih perseroan yang
kegiatan usahanya sejenis atau dalam industri
yang sama namun tidak memproduksi barang
produk yang sama dan tidak ada keterkaitan
supplier
• 4. Conglomerate merger merupakan
penggabungan 2 atau lebih perseroan yang
kegiatan usahanya di bidang industri yang
berbeda
• AKIBAT HUKUM DARI MERGER :
•
• 1.AKIBAT HUKUM TERHADAP AKTIVA DAN
PASIVA ,
• 2.AKIBAT HUKUM PADA PEMEGANG SAHAM
PERSEROAN MENGGABUNGKAN DIRI KARNA
HUKUM MENJD PEMEGANG SAHAM KPD
PERSEROAN TERSEBUT,
• 3.AKIBAT HUKUM KEPADA PERSEROAN YG
MENGGABUNGKAN DIRI MENYANGKUT
STATUS HUKUM DAN BADAN HUKUM
• Peleburan
• Pengertian Peleburan ( konsolidasi ) menurut UUPT 2007 dan
PP No.27 1998 adalah perbuatan hukum yang dilakukan 2
perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara
membentuk perseroan baru dan masing masing perseroan
yang meleburkan diri menjadi bubar
• Beberapa aspek atau elemen ekonomis dalam peleburan :
• 1.Peleburan merupakan perbuatan hukum yang terjadi
adalah kesepakatan
• 2.Peleburan dilakukan dengan cara mendirikan perseroan
baru
• 3.Status badan hukum perseroan yang meleburkan diri
berakhir karena hukum
• 4.Seluruh aktiva dan pasiva dari masing masing perseroan
yang meleburkan diri beralih sepenuhnya kepada perseroan
baru
• Pengambilalihan
• Pengertian pengambilalihan ( akuisisi ) menurut
UUPT 2007 dan PP No.27 1998 adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan untuk mengambil alih saham
perseroan yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian perseroan tersebut
•
• Subyek dan Kuantitas Pengambilalihan :
• 1.subyek kesepakatan pengambilalihan adalah
saham perseroan
• 2.kuantitas saham perseroan yang dapat diambilalih
bisa seluruhnya atau sebagian besar saham
perseroan yang bersangkutan
• Pemisahan
• Pengertian pemisahan ( separasi ) definisinya adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha
yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih
karena hukum kepada dua atau lebih atau sebagian aktiva dan
pasiva perseroan beralih hukum kepada satu perseroan atau
lebih
• Cara pemisahan ,dapat dilakukan dengan :
• 1.Pemisahan murni ,yang mengakibatkan seluruh aktiva dan
pasiva perseroan tersebut beralih karena hukum kepada 2
perseroan atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan
yang melakukan pemisahan berakhir karena hukum
• 2.Pemisahan tidak murni ,yang mengakibatkan sebagian aktiva
dan pasiva perseroan yang melakukan pemisahan beralih karena
hukum kepada 1 perseroan lain atau lebih yang menerima dan
perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada , lazim
disebut spin off
Kisi – Kisi UAS
• 1. Dasar memberikan kredit berpedoman pada
prinsip 5 C ,sebutkan dan beri penjelasan.
• 2. Apa yang dimaksud dengan Hak Tanggungan
dan dalam Asas Hak Tanggungan ada “Droit de
suite “ apa pengertiannya.
• 3. Apa yang di maksud dengan Fidusia dan
barang apa saja yang menjadi objek Fidusia .
• 4. Jaminan perseorangan dikenal dua macam
bentuk , sebutkan dan beri keterangan.
• 5. Definisikan Pasar Modal menurut UU dan
definisi dari Pasar Uang .
• 6. Jelaskan profesi apa saja sebagai penunjang
pasar modal ?
• 7. Aktifitas pasar modal difasilitasi 3 lembaga yang
merupakan SRO , sebutkan .
• 8. Sebutkan prinsip – prinsip Asuransi dan sebutkan
beberapa cara pembayaran ganti rugi .
• 9.Menurut UU Perasuransian dibedakan usaha
asuransi terdiri dari 3 jenis usaha ,sebutkan dan
jelaskan masing – masing .
• 10. Perjanjian yang dilarang dalam UU
Antimonopoli salah satunya adalah Oligopoli ,
jelaskan dan sebutkan karakteristik barang yang
diperdagangkan di pasar ini .
• 11. Mengapa perjanjian Kartel dilarang dalam
pasal 11 .UU Antimonopoli .
• 12. Mengapa kegiatan persekongkolan dilarang
dalam UU No.5 Tahun 1999 ( UU Antimonopoli )
• 13. Cara penyeleseian sengketa bisnis ada
beberapa dari sudut pembuat keputusan ,
sebutkan dan beri keterangan.
• 14. Sebutkan beberapa Alternatif penyelesaian
sengketa dan apa arti dari Konsiliasi ?
• 15. Dalam HKI sebuah ciptaan dapat mendapat
perlindungan hukum harus memenuhi 2 syarat ,
jelaskan .
• 16. Sebutkan berbagai jenis tarif pajak yang
berlaku dalam hukum pajak .