Anda di halaman 1dari 14

PPh Pasal 21 Bukan Pegawai

Pengertian dan Jenis Profesi Bukan


Pegawai
Penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah
orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang
memperoleh penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal
21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan jasa
yang dilakukan berdasarkan perintah atau
permintaan dari pemberi penghasilan
Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa,
meliputi:
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya
3. olahragawan
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah
6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
7. agen iklan
8. pengawas atau pengelola proyek
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara
10. petugas penjaja barang dagangan
11. petugas dinas luar asuransi dan/atau
12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya
PPh Pasal 21 Bukan Pegawai dan Kategorisasi dalam SPT PPh 21

Dalam SPT PPh Pasal 21 Bukan Pegawai dapat dilihat


pada formulir 1721-VI Bukti Potong Tidak Final dan
untuk pengelompokan bukan pegawai disederhanakan
kedalam enam kategori:
Imbalan Kepada Distributor Multi Level Marketing (MLM)
1. Imbalan Kepada Petugas Dinas Luar Asuransi
2. Imbalan Kepada Penjaja Barang Dagangan
3. Imbalan Kepada Tenaga Ahli
4. Imbalan Kepada Bukan Pegawai yang Menerima
Penghasilan yang Bersifat Berkesinambungan
5. Imbalan Kepada Bukan Pegawai yang Menerima
Penghasilan yang Tidak Bersifat Berkesinambungan
Terdapat tiga cara penghitungan PPh Pasal 21
untuk Bukan Pegawai:
 PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Berkesinambungan
Memperoleh PTKP
PPh 21 = ((50% x Penghasilan Bruto)-PTKP Sebulan)
x Tarif Pasal 17
Dihitung secara kumulati

 PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Berkesinambungan


Tidak Memperoleh PTKP
PPh 21 = (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17
Dihitung secara kumulatif

 PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Tidak


Berkesinambungan
PPh 21 = (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17
Contoh Kasus Bukan Pegawai Menerima
Penghasilan Berkesinambungan
Memperoleh Pengurang PTKP
Dina Aulia adalah petugas dinas luar asuransi dari PT. Sehat
Abadi. Suami Dina Aulia telah terdaftar sebagai Wajib Pajak
dan mempunyai NPWP. Dina Aulia telah menyampaikan
fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi
kartu keluarga kepada pemotong pajak. Dina Aulia hanya
memperoleh penghasilan dari kegiatannya sebagai petugas
dinas luar asuransi, dan telah menyampaikan surat pernyataan
yang menerangkan hal tersebut kepada PT. Sehat Abadi. Pada
tahun 2016, penghasilan yang diterima oleh Dina Aulia
sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT. Sehat Abadi
adalah sebagai berikut:
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan
Januari sampai dengan Desember 2016 adalah
:
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2016 adalah

Masa Penghasilan 50% dr PTKP Penghasilan Penghasilan Tarif Pajak


Bruto Penghasilan Kena Pajak Kena Pajak
Bruto Kumlatif

Jan 38.000.000 19.000.000 4.500.000 14.500.000 14.500.000 5% 725.000

Feb 40.000.000 20.000.000 4.500.000 15.500.000 30.000.000 5% 775.000

Mar 42.000.000 21.000.000 4.500.000 16.500.000 46.500.000 5% 825.000

Apr 44.000.000 22.000.000 4.500.000 3.500.000 50.000.000 5% 175.000

        14.000.000 64.000.000 15% 2.100.000

Mei 45.000.000 22.500.000 4.500.000 18.000.000 82.000.000 15% 2.700.000

Jun 48.000.000 24.000.000 4.500.000 19.500.000 101.500.000 15% 2.925.000

Jul 50.000.000 25.000.000 4.500.000 20.500.000 122.000.000 15% 3.075.000

Agst 52.000.000 26.000.000 4.500.000 21.500.000 143.500.000 15% 3.225.000

Sep 55.000.000 27.500.000 4.500.000 23.000.000 166.500.000 15% 3.450.000

Okt 56.000.000 28.000.000 4.500.000 23.500.000 190.000.000 15% 3.525.000

Nov 58.000.000 29.000.000 4.500.000 24.500.000 214.500.000 15% 3.675.000

Des 60.000.000 30.000.000 4.500.000 25.500.000 240.000.000 15% 3.825.000

Jumlah 588.000.000 294.000.000         31.000.000


Contoh Kasus Bukan Pegawai Menerima
Penghasilan Berkesinambungan Tidak
Memperoleh Pengurang PTKP

Dr. Abdul Gopar, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang


melakukan praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat
dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang
dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah
sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya
sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada
dr. Abdul Gopar, Sp.JP pada setiap akhir bulan. Selain praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dr. Abdul Gopar, Sp.JP juga
melakukan praktik sendiri di klinik pribadinya. dr. Abdul Gopar,
Sp.JP telah memiliki NPWP. Pada tahun 2016, jasa dokter yang
dibayarkan pasien dari praktik dr. Abdul Gopar, Sp.JP di Rumah
Sakit Harapan Jantung Sehat adalah  sebagai berikut :
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2016 adalah :
Ph Pasal 21 Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan
 Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan adalah orang
pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak
Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayar atau
terutang hanya satu kali dalam satu tahun kalender
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Contoh Kasus Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan


Mulyadi Santoso melakukan jasa perbaikan komputer
kepada PT Komputer Canggih dengan fee sebesar Rp
5.000,000,00.
 Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:
5% x 50% Rp 5.000.000,00 = Rp 125.000,00

Dalam hal Mulyadi Santoso tidak memiliki NPWP maka


besarnya PPh Pasal 21 yang terutang menjadi sebesar:
120% x 5% x 50% Rp 5.000.000,00 = Rp 150.000,00
Ketentuan Lain
Dalam hal Bukan Pegawai memberikan jasa kepada Pemotong PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 :
• Mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka besarnya jumlah
penghasilan bruto adalah sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi
dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut,
kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagian
gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka besarnya
penghasilan bruto tersebut adalah sebesar jumlah yang dibayarkan

• Melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah


penghasilan bruto hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila
dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa
dengan material atau barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut
termasuk pemberian jasa dan material atau barang.

• Dalam hal jumlah penghasilan bruto dibayarkan kepada dokter yang


melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik maka besarnya jumlah
penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien
melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau
bagi hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik

Anda mungkin juga menyukai