Kelenjar Endoktrin
Editor :
Kontributor :
i
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan Pengasih, sumber segala ilmu dan
pengetahuan atas berkatNya Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dapat
terus menerbitkan buku-buku Materi Pengetahuan, Ketrampilan Klinik dan Penuntun
Praktikum yang khusus untuk dipergunakan bagi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha.
Buku-buku tersebut ditulis dan disusun oleh para Staf Pendidikan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha, untuk itu kami Pimpinan sangat menghargai dan
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua kontributor dan editor.
Namun tentunya tidaklah cukup jika hanya mengandalkan buku-buku ajar ini saja,
untuk itu para peserta didik harus tetap melengkapi dari sumber lain dan mengikuti
pengetahuan kedokteran yang terus berkembangan dengan pesat.
Tuhan memberkati.
iii
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya buku penunjang pembelajaran
di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang merujuk kepada Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam penerapan KKNI, Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha menggunakan metode pembelajaran Problem Based
Learning (PBL).
Melalui sistem pembelajaran PBL mahasiswa dituntut aktif, mandiri dan belajar sepanjang
hayat. Metode-metode pembelajaran diarahkan untuk memancing keingintahuan,
memotivasi mahasiswa untuk belajar secara mandiri, melatih untuk berpikir kritis yang
berguna baik pada saat berkuliah maupun ketika mahasiswa sudah terjun di masyarakat
sebagai dokter. Pembelajaran ini akan berhasil apabila mahasiswa aktif dalam mencari
materi pengetahuan dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dan dengan demikian
melalui pembelajaran mandiri mahasiswa akan lebih mengingat apa yang telah mereka
pelajari dan menguasai keahlian untuk belajar.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini.
v
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan kasihnya, maka
Buku Penuntun Ketrampilan Klinis Tahun Kedua ini dapat diselesaikan.
Kami mengucapkan banyak terimakasih atas kerja keras dan kontribusi seluruh rekan-
rekan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, sehingga buku ini
dapat tersusun. Tentu saja masih banyak didapatkan kekurangan, sehingga buku ini akan
terus menerus diperbaiki ke depannya.
Kepada adik-adik mahasiswa, kami berharap agar buku ini dapat membantu adik-adik
dalam mempelajari aneka keterampilan klinik yang amat penting dikuasai, apabila ingin
menjadi seorang dokter. Ingatlah, bahwa “keterampilan” adalah suatu hal yang
“bisa karena biasa”. Artinya, tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak bisa
melakukan keterampilan apapun bila ia berlatih, berlatih, dan terus berlatih.
Editor.
vii
DAFTAR ISI
ix
Endokrin
dr. Hartini Tiono
BAB I
PENDAHULUAN
1
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
BAB II
GLANDULA PITUITARIA (HYPOPHYSIS)
II.1. DEFINISI
Glandula pituitaria/ hypophysis adalah glandulae endocrinae yang menghasilkan
berbagai hormon yang bertanggung jawab untuk mengatur pertumbuhan, reproduksi dan
metabolisme.
2
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
3
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
anterior kantong menebal, sehingga mengurangi lumen kantong maka terbentuklah fissura
kecil.1,2
Jadi berdasarkan asal embriogenesisnya, glandula pituitaria terdiri dari : 2
1. Neurohypophysis (Posterior pituitary)
- Pars nervosa/ lobus posterior (bagian besar)
- Infundibulum atau neural stalk (bagian kecil), terdiri dari: stem dan
eminentia mediana
2. Adenohypophysis (Anterior pituitary)
- Pars distalis / lobus anterior (bagian besar)
- Pars tuberalis (bagian kranial yang mengelilingi neural stalk)
- Pars intermedia
II.5. VASKULARISASI
Perlu diketahui vaskularisasi glandula pituitaria untuk memahami fungsinya.
Vaskularisasi dari glandula pituitaria disediakan dari 2 pasang vas sanguineum yang berasal
dari arteria carotis interna yaitu arteria hypophysialis superior dan arteria hypophysialis
inferior. Arteria hypophysialis superior bagian sinistra dan dextra yang memperdarahi
pars tuberalis dan infundibulum, arteria ini dalam eminentia mediana membentuk anyaman
vas capillare fenestrata yaitu plexus capillaris primarium. Arteria hypophysialis inferior
bagian sinistra dan dextra terutama memperdarahi lobus posterior, beberapa cabang
juga memperdarahi lobus anterior. Venae portales hypophysiales mengalirkan darah dari
plexus capillaris primarium dalam eminentia mediana ke plexus capillaris secundarium
yang terletak di pars distalis.1 Venaenya menuju sinus cavernosus.
4
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
6
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
II.8. ADENOHYPOPHYSIS
Adenohypophysis adalah glandula pituitaria anterior yang berkembang dari
kantong Rathke’s, terdiri dari pars distalis , pars intermedia, dan pars tuberalis 1
8
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
9
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
10
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
prolactinicus dirangsang oleh PRH dan oksitosin terutama saat menyusui, dan dihambat
oleh PIF.1
B. Endocrinocytus basophilus
Endocrinocytus basophilus memiliki granula yang berwarna biru dengan pewarna basa
terutama dengan reagen periodic acid-Schiff (PAS). Endocrinocytus basophilus biasanya
terletak di bagian perifer.
Berdasarkan hormon yang dihasilkan, dibagi menjadi 3 varietas yaitu:
1. Endocrinocytus corticotropicus (kortikotrof)
Cellula spheroidea dan cellula ovoidea, nucleus eksentrik, organella relatif sedikit,
sel tersebar. Diameter granulum secretorium 250 – 400 nm. Hormon yang disekresikan
adalah adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan lipotropic hormone (LPH). Sekresi
hormon ini dirangsang oleh CRH. ACTH merangsang sel-sel cortex suprarenalis untuk
mengeluarkan hasil produksinya.1
2. Endocrinocytus thyrotropicus (tirotrof)
Sel berkelompok seperti chorda, terletak jauh dari vas sinusoideum. Sel ini mudah
dibedakan karena granulum secretorium nya kecil (diameter 150nm). Granula mengandung
TSH/ thyrotropin. Sekresi hormon dirangsang oleh TRH, dihambat oleh kadar thyroxine
(T4) dan triiodothyronine (T3) dalam darah.1
3. Endocrinocytus gonadotropicus (gonadotrof)
Cellula spheroidea, complexus golgiensis berkembang baik, banyak RER, banyak
mitochondrion, memiliki granulum secretorium (diameter 200 – 400 nm), terletak dekat
vas sinusoideum. Granulum secretorium mengandung FSH dan LH. Kadang – kadang LH
disebut interstitial cell-stimulating hormone (ICSH), karena merangsang produksi hormon
steroid oleh endocrinocytus interstitialis (sel interstitial pada testis). Tidak jelas apakah
terdapat 2 subpopulasi endocrinocytus gonadotropicus yang masing-masing mengeluarkan
FSH dan LH atau kedua hormon dihasilkan oleh satu sel namun berbeda fase dari siklus
sekretori nya. Sekresi hormon dirangsang oleh GnRH/ luteinizing hormone releasing
hormone (LHRH), dihambat oleh berbagai hormon yang dihasilkan oleh ovarium dan
testis.1
11
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
12
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
13
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
II.9. NEUROHYPOPHYSIS
Glandula pituitaria posterior yang berkembang dari hypothalamus yang bertumbuh ke
bagian caudalis. Neurohypophysis terdiri dari eminentia mediana, infundibulum (lanjutan
dari hypothalamus), dan pars nervosa.1 Neurohypophysis tidak memiliki endocrinocytus
(sel-sel endokrin/sekretoris).2 Neurohypophysis tersusun dari axon descendens dari nucleus
supraopticus dan nucleus paraventricularis.
14
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
15
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
Gambar 7: Glandula Pituitaria Posterior / Glandula Pituitaria pars Nervosa dengan pewarnaan
H.E.3
Gambar 8. : Efek dari berbagai hormon hipofiseal pada target organ dan mekanisme umpan balik
yang mengatur sekresi hormon.2
16
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
Gambar 8. : Efek dari berbagai hormon hipofiseal pada target organ dan mekanisme
umpan balikyang mengatur sekresi hormon.2
17
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
BAB III
GLANDULA THYROIDEA
Gambar 9. : Skematik Glandulae Thyroidea Gambar 10.: Glandulae Thyroidea & Para-
dan Parathyroidea1 thyroidea (H.E.)1
Setiap folliculus dikelilingi oleh jaringan ikat tipis yang terdiri dari fibra reticularis (serabut
retikuler) dan plexus capillaris. Setiap folliculus memiliki thyrocytus T (sel folikel) dan
thyrocytus C (sel parafolikel) yang dipisahkan dari jaringan ikat oleh lamina basalis.
Kadang-kadang thyrocytus T dari folliculus lain yang berdekatan dapat saling berhubungan
dan mengganggu kontinuitas lamina basalis.1
Gambar 11. : Folliculus Gld. Thyroidea3 Gambar 12. : Thyrocytus C Gld. Thyroidea3
21
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
Gambar 14. : Lobulus Glandula Thyroidea6 Gambar 15. : Thyrocytus T Gld. Thyroidea6
22
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
BAB IV
GLANDULA(E) PARATHYROIDEA(E)
23
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
24
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
BAB V
GLANDULAE SUPRARENALES
embriologis yang sama dengan systema nervosum sympathicum, yaitu berasal dari neural
crest (neuroectoderm) 2,3,4
27
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
Gambar 19. : Struktur Umum dan Sirkulasi Darah dari Glandula Suprarenalis2
29
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
V.3. Vaskularisasi
Setiap glandula suprarenalis disuplai oleh 3 arteriae yang asalnya berbeda, yaitu:
1. Arteriae suprarenales superiores, cabang dari arteriae phrenicae inferiores.
2. Arteriae suprarenales mediales, cabang dari aorta abdominalis.
3. Arteriae suprarenales inferiores, berasal dari arteriae renales
Cabang-cabang arteriae melewati capsula dan membentuk plexus subcapsularis 1
31
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
Gambar 20. : Diagram Skematik dari Glandula Suprarenalis dan Tipe Sel1
32
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
BAB VI
INSULA PANCREATICA
v Endocrinocytus B / insulinocytus
Sel memiliki granula irregular dengan sebuah nucleus yang dibentuk dari kompleks
kristal-kristal insulin irregular dengan zinc.2
Dengan pemeriksaan imunohistokimia, pada insula pancreatica dapat dibedakan 5 tipe
sel, yaitu: Endocrinocytus A/ glucagonocytus (sel a), endocrinocytus B/ insulinocytus
(sel b), endocrinocytus D/ somatostatinocytus (sel d), endocrinocytus PP (sel polipeptida
pankreatik), endocrinocytus G pancreaticus (sel G Pankreatik/ pancreatic gastrin cell)
Sel-sel tersebut tidak dapat dibedakan secara pemeriksaan histologik rutin. Dengan
mikroskop elektron terlihat perbedaan gambaran berbagai sel-sel, terutama ukuran dan
densitas elektron dari granula-granulanya.1 Gambaran ultrastruktur sel-sel mirip sel
pembuat polipeptida.2
Setiap pulau terdiri dari cellula polyhedralis atau sphericus, tersusun dalam bentuk
chorda yang dipisahkan oleh rete capillare. Jumlah masing-masing sel tidak sama, jumlah
bervariasi tergantung lokasi insula pancreatica.2
34
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
35
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
DAFTAR PUSTAKA
1. Gartner L. P., Hiatt J.L. 2007. Color Textbook of Histology, 3rd ed. Saunders,
Philadelphia, page 303 – 325, page 420 – 422.
2. Junquiera L.C., Carneiro J. 2003. Basic Histology, 10th ed. Lange, New York, page
403 – 428.
3. Young B., Health J.W. 2014. Wheather’s Functional Histology, 6th ed. Churchill
Livingstone, Edinburgh, page 318 – 336
4. Gartner L. P., Hiatt J.L. 2001. Color Atlas of Histology, 4th ed. Lippincott Williams
& Wilkins, Philadelphia, page 193 – 215
5. Eroschenko V.P.2005. diFiore’s Atlas of Histology,10th ed.Lippincott Williams &
Wilkins, Baltimore, page 328 – 349
6. The Department of Anatomy & Human Biology, UWA, Australia
36
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN
ASPEK GIZI PADA
DIABETES MELLITUS TIPE 2
Iwan Budiman
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan gangguan metab-
olisme kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin, baik absolut maupun relatif, atau akibat insulin tidak atau kurang efektif.
Sasaran terapi nutrisi medis untuk DM2 ditekankan pada peran dari gaya hidup dalam
memperbaiki kontrol kadar glukosa darah dan profil lipid. Perbaikan kesehatan melalui
pemilihan makanan dan aktivitas fisik merupakan rekomendasi dasar nutrisi untuk pengo-
batan dan pencegahan DM.
Strategi gaya hidup yang dapat memperbaiki kadar glukosa darah adalah menurunkan
asupan energi, memonitor porsi karbohidrat, pembatasan konsumsi lemak jenuh, dan pen-
ingkatan aktivitas fisik
Prinsip pengaturan makan pada DM2 hampir sama dengan anjuran makan untuk
orang normal, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
gizi masing-masing individu. Pada DM2 perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan
dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang meng-
gunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
37
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
LEMAK
- Asupan lemak sekitar 20 – 25% atau ≤ 30% total kebutuhan kalori
- Diusahakan lemak MUFA, batasi PUFA dan SAFA
- SAFA < 7 - 10% total asupan kalori
- PUFA < 10%
- MUFA 12 – 15%
- Makanan yang perlu dibatasi adalah makanan yang banyak mengandung
SAFA dan TUFA
- Konsumsi kolesterol < 300 mg/hari
PROTEIN
- Protein 15 – 20% total asupan kalori
- Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu tanpa lemak (skim milk), kacang-kacangan
(leguminosa), tahu tempe, kacang
- Pada pasien dengan nephropati protein cukup 0.8 g/kg BB atau 10% total
asupan kalori dan 65% dari
protein dengan nilai biologis tinggi
SERAT
- Konsumsi serat dari kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, karbohidrat
yang tinggi serat
- Serat 25 - 50 g/hari, terutama serat yang larut air
GARAM
- Sehari tidak lebih dari 3000 mg atau 6-7 g atau 1 sendok teh
- Batasi natrium sampai 2400 mg atau sama dengan 6 g garam dapur atau 1
sendok teh
- Sumber natrium adalah garam dapur, sodium glutamat, soda, kecap asin,
kecap manis
38
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
PEMANIS
- Pemanis bergizi seperti gula alkohol dan fruktosa
- High Fructose Corn Syrup (HFCS) < 40 g = 160 kkal, dalam soft drink,
12 0z (360 ml) Cola = 200 kkal
- Gula alkohol seperti sorbitol, xylitol, mannitol, maltitol, lactitol dan iso-
malt mengandung 2 kkal/g
- Batasi penggunaan pemanis bergizi, dalam penggunaannya
harus memperhitungkan kandungan kalorinya sebagai ba-
gian kebutuhan kalori sehari.
- Fruktosa tidak dianjurkan karena efeknya pada peningkatan lipid plasma
- Pemanis tak bergizi seperti Aspartame (Equal, Tropicana
Slim), Acesulfame (Sunett, Sweet One), Neotame (Nutras-
weet), Saccharin, Sucralose (Splenda, Thermolyte) boleh
digunakan secukupnya.
- Pemanis aman digunakan selama tidak melebihi batas aman
NUTRIENT lain:
- Chromium sampai 1000 mg
- Kalium
- Magnesium
39
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
40
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
PIRAMIDA MAKANAN DM
1. Sumber KH dikonsumsi 3 – 7 porsi (penukar) per hari
2. Sumber vitamin dan mineral → sayur 2 – 3 porsi dan buah 2 – 4 porsi per
hari
3. Sumber protein → lauk hewani 3 porsi dan protein nabati 2 – 3 porsi per
hari
4. Batasi konsumsi gula, minyak, lemak dan garam
Pada tabel Kebutuhan Bahan Makanan Sehari Dalam Satuan Penukar terdapat tabel
Kebutuhan Kalor dari 1300 – 2300 kkal dengan interval 200 kkal.
Setelah dihitung TEE dalam kkal, selanjutnya untuk menentukan porsi KH, Protein dan
Lemak lihat tabel Kebutuhan Bahan Makanan Sehari Dalam Satuan Penukar, cari jum-
lah kalori yg sesuai dengan TEE.
41
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
42
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
43
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
44
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
45
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
46
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
47
GIZI DIABETES MELLITUS TIPE 2
FISIOLOGI ENDOKRIN
PENDAHULUAN
Claude Bernard (1813 –1878) menyatakan bahwa sistim endokrin meregulasi milieu
interiur seekor binatang. “Sekresi internal” dibebaskan oleh satu bagian dari tubuh dan
mejelajah melalui aliaran darah menuju sel target yang jauh.
Ernest Henry Starling (1866 – 1927) yang pertama kali menggunakan istilah HORMON
Sistim endokrin memelihara keadaan homeostasis. Sekresi hormon ditimbulkan oleh suatu
perubahan mileu dalam tubuh dan efeknya pada sel target mengakibatkan mileu normal
kembali. Sistim endokrin dan sistim saraf bersama-sama memelihara homeostasis.
Kedua sistim ini sangat baik koordinasinya dan erat hubungannya satu sama lian.
Pengendalian sistim saraf bersifat point to point, melalui sel saraf dengan axon
dan dendritnya sebagaimana halnya dengan telepon konvensional. Sistim endokrin
menyampaikan pesan melalui hormon yang dikeluarkan kelenjar endokrin ke dalam
aliran darah dan cairan extra sellular . Seperti siaran radio/tv yang memerlukan penerima
siaran. Jadi sel target harus memiliki reseptor untuk hormon yang bersangkutan sehingga
terjadi respon fisiologis yang dikehendaki pada dirinya.
48
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Jadi fungsi dari sistim endokrin adalah mengkoordinasi dan integrasi aktivitas sellular
dalam tubuh dengan meregulasi fungsi sellular dan organ sepanjang hidup dan memelihara
HOMEOSTASIS (lingkungan yang stabil dalam sel atau organ ) supaya fungsi sellular
berlangsung sebagaimana mestinya untuk hidup normal.
Sistim endokrin berbeda dari sistim eksokrin. Sistim eksokrin mempunyai saluran untuk
menyalurkan produknya sedangkan hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin masuk ke
peredaran darah untuk mencapai jaringan atau sel target.
49
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
3. Organ target
Organ target terdiri dari sel-sel yang mengekspresikan reseptor spesifik untuk
hormone dan yang memberikan response biologik pada saat terjadi ikatan hormon
dengan reseptor tadi.
Satu macam sel target dapat dipengaruhi oleh lebih dari satu macam hormon
Misalnya sel hepar dapat berikatan dengan insulin, glukagon, dan
menghasilkan respon sel hati yang sesuai dengan hormon yang terikat.
51
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
STRUKTUR HORMON
1. Peptida
Sebagian besar hormon berstruktur peptide termasuk hormon dari hipotalamus,
hipofise, sel C tiroid, paratiroid, jantung, pancreas, hati, dan ginjal.
2. Amine
Derivat asam amino tyrosin yang membentuk hormon dari tiroid, dan medulla
adrenal
3. Steroid
Hormon dari korteks adrenal, gonad dan plasenta adalah derivat kholesterol.
Dan bersifat lipophilik (lipid soluble)
52
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
53
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
TRANSPORT HORMON
Sekali disekresikan hormon akan masuk dalam peredaran darah. Hormon peptide yang
hidrophilik (water soluble) beredar bebas larut dalam darah sampai berikatan dengan
reseptor jaringan target. Yang lain beredar dalam darah berikatan dengan protein pembawa
termasuk hormon steroid yang lipophilik, hormon tiroid, insulin-like growth factor I dan
II (IGF I dan IGF II),dan GH
Beredar dalam bentuk ikatan dengan protein pembawa ada manfaatnya yaitu
1. Tersedia cadangan hormon dalam darah sehingga mengurangi fluktusi konsentrasi
hormon
2. Memperpanjang waktu paruh hormon dalam sirkulasi
Contoh: Hampir 99,99 % T4 beredar berikatan dengan protein pembawa. Waktu
paruhnya sekitar 7 -8 hari sedangkan waktu paruh T4 bebas hanya beberapa menit.
54
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
55
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
2. Immunoradiometric assay
Variasi dari RIA yaitu menggunakan antibody yang berlabel.
Gambar 8. ELISA
56
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
REGULASI RESEPTOR
Interaksi kompleks hormon dan resptor berperan penting dalam regulasi reseptor
Pemaparan sel target pada kadar hormon yang tinggi dan lama dapat menyebabkan
desentisasi biologik melalui berkurangnya jumlah reseptor = regulasi ke bawah ( down
regulation )
ACTH, TSH, LH
FSH, ADH, PTH
GLUKAGON
KATEKHOLAMINE
SEKRETIN
HYPOTHALAMIC RH
57
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
58
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
59
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Gambar 11. Mekanisme kerja hormon yang receptornya ada dalam ini sel
estrogen menyebabkan lebih banyak lagi LH yang disekresi sampai kadar LH cukup untuk
menyebabkan terjadinya ovulasi.
HIPOTALAMUS
Hipotalamus adalah bagian otak yang terlibat dalam mengatur respons fisiologis berbagai
organ yang bersama-sama memelihara keadan homeostasis. Hipotalamus berfungsi dalam
banyak aspek termasuk asupan makanan, penggunaan energi, berat badan, asupan dan
keseimbanangan air, tekanan darah, rasa haus, temperatur tubuh dan siklus tidur. Banyak
fungsi tersebut dimediasi melalui pengendalian hipotalamus terhadap fungsi hipofise.
Pengendalian hipotalamus terhadap hipofise melalui 2 mekanisme :
1. Pelepasan neuropeptide yang disintesa di dalam nuclei-nuclei hipotalamik dan
ditranspor ke hipofise posterior melalui traktus hipotalamo-hipofiseal.
Antidiuretic hormon (ADH) disebut juga vasopressin disintesa terutama di dalam
nuclei supra optic dan oxytocin terutama disintesa di dalam nuclei paraventricilar
2. Pengendalian neuroendokrin hipofise anterior melalui pelepasan peptide (releasing/
inhibitory hormon) yang sampai di hipofise anterior melalui pembuluh darah portal
hipotalamo-hipofiseal.
61
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
HIPOFISE
Kelenjar Hipofise berdiameter lebih kurang 1 cm dan berat 0.5 –1 gr, terletak didalam
sella turcica terdiri dari 2 bagian fungsional
1. Hipofise anterior ( adenohipofise) yang menghasilkan 6 macam tropic hormon :
o Growth Hormon (GH)
GH merangsang pertumbuhan dan replikasi semua sel dengan mempercepat
sintesa protein. Khusus sel otot dan khondrosit lebih sensitive terhadap
GH. Mekanisme kerjanya melalui pembentukan somatomedin atau insulin
like growth factors (IGFs)
o ACTH (Corticotropin)
ACTH menstimulasi pelepasan hormon steroid dari korteks adrenal
khususnya glukokortikoid
o Thyroid Stimulating Hormon (TSH)
TSH menstimulasi kelenjar tiroid untuk mensintesa dan melepaskan
hormon tiroid.
o Follicle Stimulating Hormon (FSH)
FSH dan LH disebut gonadotropin sebab mengatur aktifitas gonad.
Pada wanita, FSH menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan follikel
dalam ovarium dan bersama dengan LH menstimulasi sekresi estrogen
Pada pria, FSH mnstimuasi spermatogenesis dalam testis
o Luteinizing Hormon (LH) (Interstitial Cell Stimulating Hormon)
Pada wanita menginduksi ovulasi, luteinasi dan mempertahankan fungsi
korpus luteum
Pada pria, disebut juga ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormon)
menstimulasi sel Leydig dalam testis menghasilkan testosteron
o Prolactin (PRL)
PRL menstimulasi produksi ASI oleh kelenjar mammae pada wanita yang
menyusui dan berefek anabolik
63
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
v Oxytocin
+ Meningkatkan frekuensi & kekuatan kontraksi uterus yang aktif (pada
akhir kehamilan dan waktu partus)
+ Pengeluaran ASI (milk ejection) pada masa laktasi
+ Kemungkinan besar membantu meningkatkan fertilisasi
+ Mempunyai efek antidiuretik lemah
64
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
65
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid berperan penting dalam memelihara homeostasis energi. Kelenjar ini
terletak di leher bagian anterior di depan trachea. Beratnya 10 –25 gr terdiri dari lobus
kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus.
Komponen sellular :
o Sel follikel yang membuat hormon tiroid
o Sel endotel yang membatasi kapiler
o Sel parafollicular ( Sel C) yang menghasilkan hormon calcitonin
o Fibroblast, limfosit dan adiposit
Kelenjar tiroid sebagian besar terdiri dari follikel-follikel yang berisi koloid.
Sel follikel memproduksi tiroglobulin dan disekresikan ke dalam koloid. Tiroglubulin
ini penting untuk sintesa dan penyimpanan hormon tiroid di dalam koloid. Tiroglobulin
adalah glikoprotein yang banyak mengandung asam amino tyrosine, bahan untuk sintesa
hormone tiroid.
66
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
67
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Hormon tiroid yang terikat dengan tiroglobulin di dalam folikel akan mengalami
endositosis ke dalam sel folikel dan terbentuk pinocytic vesicle. Pinocytic vesicle ini
akan bergabung dengan lisosom sehingga terjadi digestive vesicle. Didalam digestive
vesicle T3 dan T4 dilepaskan dari molekul tiroglobulin untuk selanjutnya masuk dalam
sitosol dan disekresikan keluar sel folikel masuk dalam peredaran darah (lihat gambar
16). Hampir 90% hormon tiroid yang disekresikan dlam bentuk T4 , tetapi efek T3 empat
kali lebih poten dari T4. 80 % T3 yang edar merupakan hasil deiodinasi T4 di hati dan
ginjal. Segera setelah disekresikan ke dalam sirkulasi darah hormon tiroid berikatan
dengan thyroxine binding globulin ( 65% T3 dan 55% T4), albumin (35% T3 dan 10%
T4) dan thyroxine binding prealbumin ( 35% T4). Kurang dari 1 % T3 dan kurang dari
0.1% T4 dalam bentuk bebas. T4 berikatan lebih kuat dengan protein pembawa sehingga
metabolic clearance rate lebih rendah dan mempunyai waktu paruh 7 hari dibanding
T3 (1 hari). Kapasitas pengikatan hormon oleh protein pembawa dipengaruhi oleh
penyakit dan perubahan hormonal. Misalnya Penyakit hati menyebabkan berkurangnya
sintesa protein pembawa, sedangkan kadar estrogen tinggi (misalnya waktu hamil)
meningkatkan sintesa protein pembawa. Pada saat protein pembawa berkurang maka
hormon tiroid yang bebas meningkat dan akan menghambat pelepasan TSH sehingga
68
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
sintesa dan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid berkurang. Umpan balik negatif ini
penting untuk menjaga keadaan homeostasis dan terjadi hipersekresi hormon tiroid.
69
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
70
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Test fungsi tiroid penting untuk diagnosa penyakit kelenjar tiroid dan follow-up terapi.
Untuk evaluasi axis hipotalamus-hipofise-tiroid dapat dilakukan test-test sbb:
1. Kadar TSH dan Hormon tiroid
Kadar normal TSH rata-rata 0.4 –4.5 mU/ml, perubahan kadar T3, T4 bebas sedikit
saja menyebabkan perubahan besar dari kadar TSH.
Kadar normal total T3 : 5 –12 mg/dL dan T4 :60 –180 ng/dL Perubahan
kadar protein pembawa mempengaruhi kadar T4 total saja. Pada penderita
hipertiroidism kadar T3 meningkat sebelum peningatan T4. Pada penderita
hipotirodism, T3 biasanya normal walaupun kadar T4 rendah.
2. Kadar T3 dan T4 bebas
Kadar hormon bebas tergantng pada berapa banyak yang terikat pada protein
pembawa.
Estrogen dan penyakit hati akut meningkatkan kapasitas pengikatan hormo tiroid
sedangkan androgen, steroid, penyakit hati khronis dan penyakit berat menurunkan
kapasitas pengikatan
3. Resin T3 (T4) Uptake ( normal 24 – 37%)
Test ini menentukan kapasitas pengikatan hormon dalam serum.
Contoh : penderita dengan kadar T4 total yang tinggi dapat disebabkan oleh
kelebihan produksi hormon tiroid atau karena kelebihan protein pembawa
Bila penyebabnya kelebihan protein pembawa maka resin T4 uptake berkurang.
Pada penderita hipertiroid hasil test Resin T4 uptake lebih dari normal.
4. Reverse T3
Kadar rT3 seringkali meningkat pada penderita euthyroid sick syndrome
5. Kadar Antibody
Kadar antithyroid microsomal antibody biasanya menngkat pada penderita
dengan penyakit autoimmune thyroiditis (Hashimoto thyroiditis)
Kadar antithyroglobulin antibody mungkin meningkat pada penderita
autoimmune thyroiditis
Kadar thyroid stimulating immunoglobulin meningkat pada Penyakit Graves
71
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
6. Thyroid Scan
Dengan pemberian radioisotop 123I atau 99Tc dapat diperoleh gambaran bagian
kelenjar tiroid yang berfungsi normal (mampu menyerap radioisotp).
Bila penyerapan radioisotop berlebih pada daerah tertentu maka disebut sebagai
hot nodule. Pada cold nodule, penyerapannya berkurang dan pada kebanyak
tumor thyroid yang ganas memberi gambaran cold nodule.
72
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
7. USG Tiroid
Gambar 20. Sonogram of the neck in the transverse plane showing a normal right thyroid
lobe and isthmus. L=small thyroid lobe in a patient who is taking suppressive amounts of
L-thyroxine, I=isthmus, T=tracheal ring ( dense white arc is calcification, distal to it is artefact),
C=carotid artery ( note the enhanced echoes deep to the fluid-filled blood vessel), J=jugular vein,
S=Sternocleidomastoid muscle, m=strap muscle.
73
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
HIPOTIROIDISM
Presentasi klinik:
1. Dalam kandungan
Cretinism, retardasi mental dan pertumbuhan
2. Pada saat dewasa
Letargi, tidak tahan dingin, konstipasi,penurunan nafsu makan, menstruasi
abnormal, rambut rontok, kuku rapuh, kulit kering dan kasar, suara serak
3. Kronik
Myxedema, nonpitting oedema, kontraksi dan relaksasi otot lambat, jantung
membesar, isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung berkurang juga
curah jantung. Fungsi mental lambat, gangguan memori , bicara lambat,
somnolence dan hipotermia.
Kadar TSH lebih, sama atau kurang dari normal tergantung penyebabnya.
74
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
HIPERTIROIDISM
Presentasi klinik:
Kelenjar tiroid membesar, opthalmopathy, nervous, irritabilitas meningkat, hiperaktif,
emosi tidak stabil, tidak tahan panas, berat badan berkurang, rambut tipis, kulit hangat
dan basah karena banyak berkeringat, palpitasi, takhikardia, atrial fibrilasi, tekanan nadi
melebar, peristaltik usus meningkat kadang-kadang diare, otot proximal lemah, tremor
halus.
ENDOKRIN PANKREAS
Pankreas adalah kelenjar campuran eksokrin dan endokrin yang berperan dalam
proses pencernaan dan pengaturan metabolisme, penggunaan dan penyimpanan bahan
untuk energi. Pankreas berfungsi mengatur homeostasis glukosa dalam tubuh dengan
hormone yang dihasilkannya yaitu insulin dan glukagon.
Pankreas adalah organ retroperitoneal dekat duodenum. Sebagian besar pankreas
terdiri dari kelenjar eksokrin yang mengeluarkan cairan alkalis yang banyak
mengandung enzim-enzim pencernaan yang disalurkan ke dalam duodenum melalui
ductus pancreaticus. Sebagaian kecil jaringan pancreas terdiri dari pulau-pulau
Langerhans yang terdiri dari 2 macam sel yang dominant yaitu 20 % sel A (a) yang
75
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
menghasilkan hormone glukagon dan 75% sel B (b) yang menghasilkan insulin. 3-5%
dari pulau Langerhans terdiri dari sel D (d) yang menghasilkan Somatostatin dan < 2%
sel F yang menghasilkan Pancreatic polypeptida
HORMON PANKREAS
INSULIN
Insulin tadalah protein sederhana terdiri dari 2 rantai asam amino (A&B) yang
dihubungkan dengan 2 ikatan disulfide. Insulin babi beda 1 asam amino dengan insulin
manusia, sedangkan insulin sapi beda 3 asam amino. Insulin manusia recombinant
menggantikan insulin hewan untuk mencegah terjadinya antibodi terhadap insulin
hewan.
INSULIN
Insulin dibentuk dari proinsulin setelah C-peptide lepas dari rantai a dan b. Insulin
dan C-peptide disimpan dalam granula sel b, hanya 5% granula ini yang siap melepaskan
insulin dan C peptide. 95% graula lainnya bertindak sebagai cadangan yang memerlukan
76
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
pengolahan lebih lanjut sebelum siap dilepaskan. Jadi hanya sedikit insulin yang
dibebaskan walaupun dirangsang secara maksimal.
Gambar 26. Struktur Molekul Proinsulin Gambar 27. Struktur Molekul Insulin
Insulin bersirkulasi dalam darah dengan waktu paruh 3 - 8 menit. kadarnya rata-rata
6 - 26 mU/mL pada keadaan puasa. Insulin terutama didegradasi dalam hati, juga dalam
ginjal dan jaringan target.
C-peptide dianggap tidak berefek biologis, sekarang ada bukti yang menunjukkan bahwa
pemberian c-peptide pada penderita DM tipe 1 memperbaiki fungsi ginjal dan saraf.
Waktu paruhnya 35 menit dan didegradasi dalam hati. Pelepasanya dapat digunakan
sebagai indicator kapasitas sekresi dari endokrin pancreas.
Respon sekresi insulin karena stimulasi oleh glukosa bersifat biphasic. Peningkatan
kadar glukosa darah diikuti dengan pelepasan yang cepat dari kadar insulin hingga
puncak kemudian turun tajam hingga pelepasan yang lambat yang dikenal sebagai ‘first-
phase secretion”. Kemudian diikuti dengan “ second-phase secretion” yang memberi
gambaran pelepasan insulin secara gradual sampai kadar tingkat yang stabil. Fase
pertama berlangsung beberapa menit sedangkan fase kedua berlangsung satu jam atau
lebih.
Gambar 28. Sekresi Insulin yang pulsetile
78
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Reseptor Insulin
Ikatan insulin dengan reseptor insulin yang terdapat pada membran sel target akan
merekrut glucose transporter-4 (GLUT 4) yang terdapat dalam sitosol menuju membran
sel sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel untuk selajutnya diproses menjadi
glikogen, piruvat dan asam lemak
79
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
GLUT 4 berbeda dari GLUT lain karena berada dalam sitosol bila tidak ada rangsangan
insulin atau olah raga. Olah raga membantu menurunkan kadar glukosa darah karena saat
olah raga terjadi perekrutan Glut 4 seperti oleh insulin.
Jumlah reseptor insuin dimodulasi oleh Olah raga, diet, insulin, dan hormon lain.
Pemaparan kronis terhadap kadar insulin tinggi, obesitas, dan kelebihan GH menimbulkan
down regulation reseptor insulin.
Pada binatang percobaaan aktivasi kronik reseptor insulin berefek mitogenik dan
pemebntukan tumor,sehingga diperkirakan hiperinsulinism mungkin berkaitan dengan
kanker colon, mammae, endometrium, pancreas dan hati.
GLUKAGON
Hormon ini terdiri dari 29 asam amino (polipeptida) disekresikan oleh sel a pulau
langerhans, berefek antagonistik terhadap efek insulin.
Waktu paruhnya 5 – 10 menit dan didegradasi sebagian besar di dalam hati. Kadarnya
dalam plasma 50 100 ng/mL
Sekresi glukagon dirangsang oleh keadaan hipoglikemia dan dihambat oleh keadaan
hiperglikemia, somatostatin.
80
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Efek Glukagon
Jaringan target glukagon adalah hati dan jaringan lemak. Fungsi utamanya adalah
meningkatkan kadar glukosa darah dengan jalan meningkatkan glikogenoslisis dan
glukonegenesis di dalam hati.
Dalam jaringan lemak mengaktifkan hormone-sensitive lipase sehingga terjadi pemecahan
trigliserida menjadi dicylglyserol dan asam lemak bebas untuk selanjutnya dilepas ke
dalam sirkulasi darah. Asam lemak dalam hati mengalami b oksidasi dan dikonversikan
menjadi benda-benda keton.
Ketogenesis dikendalikan oleh keseimbangan antara insulin dan glukagon. Pada keadaan
kekurangan insulin dan kelebihan glukagon (diabetes yang tidak terkendali) dapat
menimbulkan keadaan ketosis.
81
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
SOMATOSTATIN
Somatostatin suatu peptide terdiri dari 14 asam amino dihasilkan oleh sel d pancreas.
Sekresinya dirangsang oleh makanan tinggi lemak, karbohidrat dan terutam tinggi
protein dan dihambat oleh insulin.. Somatostatin menghambat sekresi Glukagon, Insulin,
GH Gastrin, Sekretin.
Waktu paruh < 2 menit
KELENJAR ADRENAL
Kelenjar adrenal terletak diatas ginjal, terdiri dari 2 bagian yang berbeda secara
embriologik: bagian korteks berasal dari mesoderm (90%) dan medulla (10%) yang berasal
dari neural crest.
82
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Medulla Adrenal
Bagian tengah kelenjar adrenal ini sangat vaskular dan terdiri dari 2 jenis sel pheochromocyte
yang menghasilkan norepinefrin dan yang menghasilkan epinefrin. Epinefrin disekresikan
lebih banyak dari norepinefrin. Sumber norepinefrin dalam sirkulasi berasal dari terminal
saraf.
Epinefrin dan norepinefrin termasuk golongan katekolamin yang disintesa dari asam
amino tyrosine.
83
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Efek Kortisol
v Pada Metabolism
Ø Meningkatkan glukoneogenesis dan kadar glukosa darah (Diabetes adrenal)
Ø Meningkatkan sintesa glikogen hati
Ø Meningkatkan mobilisasi lemak dan meningkatkan oksidasi asam lemak dalam sel
(energi)
Ø Degradasi protein otot dan meningkatkan ekskresi nitrogen
Ø Menurunkan penggunaan glukosa oleh sel (efek anti-insulin)
v Pada Hemodinamik
- Memelihara integritas dan reaktivitas pembuluh darah
- Memelihara tetap respons terhadap cathecholamine pressor effects
v Pada Fungsi Imun
ü Meningkatkan produksi cytokine anti-inflamsi
ü Mengurangi produksi cytokine proinflamsi
ü Mengurangi inflamsi dengan menghambat produksi prostaglandin dan leukotriene
ü Menghambat efek inflamasi brdykinin dan serotonin
ü Mengurang jumlah eosinofil, basofil dan limfosit yang beredar
ü Menurunkan immunitas sellular
ü Meningkatkan jumlah neutrofil, thrombosit dan eritrosit.
v Pada Sistim Saraf Pusat
- Memoulasi persepsi dan emosi
- Mengurangi pelepasan CRH dan ACTH (umpan balik negatif)
v Pada Sistim Pencernaan
* Meningkatkan sekresi asam lambung dan pepsin
Pada orang tua penggunaan obat glukokortikoid sintetik harus hati-hati.
Kelebihan glukokortikoid dapat menimbulkan hiperglikemia, penurunan fungsi imun,
tukak lambung, gangguan perilaku.
Pada keadaan stress sekresi kortisol meningkat, stress berat seperti pada luka bakar dapat
menimbulkan tukak lambung / Stress ulcers
84
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
2. MINERALOKORTIKOID
Aldosteron terutama yang berperan, sedangkan deoksikotikosteron hanya menunjukkan
3% dari aktifitas aldosteron.
Fungsi aldosteron adalah mengatur reabsorpsi natrium oleh ginjal. Aldosteron berikatan
dengan reseptor pada sel tubulus distalis dan duktus koligentes nefron sehingga terjadi
peningkatan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium. Efek lain adalah meningkatkan
resorpsi natrium dalam kelenjar keringat dan kelenjar liur, meningkatkan ekskresi kalium
dari usus besar dan efek inotropik positif pada jantung. Belakangan ini diketahui aldosteron
mempercepat hipertropi dan fibrosis jantung.
86
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
3. HORMON SEKS
Korteks adrenal laki-laki maupun wanita menghasilkan androgen dan estrogen yang dalam
keadaan normal tidak menimbulkan efek maskulinisasi atau feminisasi. DHEA adalah
androgen dari adrenal yang berfungsi anabolik pada percepatan pertumbuhan pubertas
seorang wanita dan pertumbuhan rambut axial dan pubis serta memelihara dorongan
sexual. Kadar DHEA rendah berkaitan dengan penyakit kardiovaskular pada laki-laki dan
meningkatkan risiko carcinoma mammae dan ovarium pada wanita premenopause. Kadar
DHEA tinggi pada wanita postmenopause meningkatkan risiko carcinoma mammae.
Pemberian DHEA pada orang tua meningkatkan kadar beberapa hormone antara lain
insulin like growth factor-1, testosterone, dihidrotestosteron dan estradiol.
87
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
MEDULLA ADRENAL
Tanpa medulla adrenal masih hidup tetapi tidak mampu menghadapi stress.
Katekolamin disintesa oleh medulla adrenal, sel kromafin ekstra adrenal, sistim saraf
pusat, ujung saraf simpatis.
Efek Katekolamin
Efek katekolamin dari medulla adrenal pada jaringan di luar otak karena katekolamin
tidak mudah meliwati sawar otak (blood brain barrier). Katekolamin akan berikatan
dengan reseptor adrenergic. Ada 2 macam reseptor adrenergic yaitu reseptor a (a 1A, a 1B,
a 1Cdan a 2A, a 2B, a 2C) dan yang lebih berefek stimuasi dan reseptor b (b1,b2 dan b3)
yang lebih berefek inhibisi
88
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Obat b2 agonist dipakai untuk mengobati penderita asma dan b1 antagonist untuk terapi
hipertensi, penyakit jantung koroner dan lainnya.
Pelepasan katekolamin terjadi sebagai respon terhadap stress fisik atau psikologis
seperti perdarahan hebat, penurunan kadar glukosa darah, jejas traumatic, intervensi
tindakan bedah, ketakutan.
89
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
90
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
KELENJAR PARATIROID
SEL UTAMA
Gambar 35. Anatomi Kelenjar Paratiroid Gambar 36. Histologi Kelenjar Paratiroid
Kelenjar Paratiroid:
Makroskopis : lemak coklat tua
Mikroskopis : 1. Sel Utama (Chief Cell) yang menghasilkan hormone paratiroid
2. Sel Oksifil (Chief Cell tua ?)
juga enzim calcium stimulated ATPase dan Alkaline phospatase sehingga absorpsi kalsium
dan phosphat meningkat.
Gambar 37. Efek Vit D3 dan hormon paratiroid pada penyerapan kalsium di usus
1.25 DHC juga berperan pada osteoblast dalam memompakan kalsium dari cairan tulang
ke cairan ekstra sellular. Pemberian Vit. D dalam jumlah besar menyebabkan absorpsi
seperti pemberian PTH.
Bila Tidak ada Vit D. efek PTH pada absorpsi tulang jadi sangat berkurang
92
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Pada keadaan kadar kalsium plasma menurun kelenjar paratiroid mengsekresi PTH dan
menghambat sekresi calcitonin dari sel C dalam kelenjar tiroid.
Pada keadaan kadar plasma kalsium meningkat sel C mengsekresi calcitonin untuk
menurunkan kadar kalsium plasma dan menghambat sekresi PTH.
93
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
94
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE. 2000.Textbook of Medical Physiology, 10th ed.W.B. Saunders,
Philadelphia. P 836-914
2. Tortora GJ, Grabowski SR. 2000. Principles of Anatomy and Physiology, 9th ed. John
Wiley & Son, NewYork. P567-592
3. Widmaier EP, Raff H,Strang KT. 2006. Vander’s Human Physiology. The
Mechanisms of Body Function, 10th ed. McGraw Hill, Boston. P343-385
4. Sherwood L. 2000. Human Physiology from Cell to Systems, 4th ed. Brooks/Cole,
Pacific Grove. P 634-712
5. RhoadesRA,Tanner GA. 2003. Medical Physiology, 2nd ed. Lippincott Williams &
Wilkins, Philadelphia. P 567-579
6. Molina PE. 2004. Endocrine Physiology, 1st ed . McGraw Hill,New York, p 1-26
7. Costanzo LS. 2014. Physiology, 5th ed. Saunders Elsevier. Philadelphia.P 383-446
95
FAAL : ENDOKRIN PANKREAS
Pemeriksaan Skrining & Evaluasi Penderita
Diabetes Mellitus (DM)
Penny Setyawati Martioso
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia
akibat gangguan kerja insulin (insulin resistance), sekresi insulin, atau kedua-duanya.
Hiperglikemia yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan
organ jangka panjang, hingga mengakibatkan disfungsi dan kegagalan berbagai organ,
khususnya mata, ginjal, syaraf, jantung, serta pembuluh darah.
Berdasarkan definisi dan sifat penyakit DM diatas, penting untuk diingat tujuan
dilakukannya pemeriksaan penunjang pada penyakit Diabetes Mellitus adalah sebagai
berikut:
1. Menegakkan diagnosis Diabetes Mellitus sedetail mungkin (termasuk tipe bahkan sampai
subtipe nya, kalau memungkinkan).
3. Evaluasi fungsi organ (evaluasi komplikasi) pada saat pertama kali pasien didiagnosis
DM, dan monitoring pada kunjungan-kunjungan selanjutnya.
4. Skrining faktor risiko pada populasi yang berisiko (meskipun mungkin masih non-diabetik
pada saat dilakukan pemeriksaan), sesuai konsensus terkini yang berlaku.
Sebetulnya daftar tersebut dapat diberlakukan secara umum pada sebagian besar
penyakit, dan bukan hanya untuk DM saja.
Klasifikasi Diabetes mellitus (DM) (Permenkes no 5 tahun 2014 ; PERKENI, 2015; ADA, 2018)
v DM tipe 1: * DM pada usia muda < 30 tahun
* Insulin dependent karena destruksi sel-sel b pankreas akibat proses autoimunitas
(Immune-mediated) atau idiopatik.
v DM tipe 2: - DM pada usia > 40 tahun akibat resistensi insulin, defisiensi insulin relatif, hingga
defek sekresi insulin akibat destruksi sel-sel b pankreas disertai resistensi insulin.
v Tipe lain akibat:
© Endokrinopati
© Akibat obat atau zat kimia tertentu: vacor, pentamidine, nicotinic acid, glukokortikoid,
hormone tiroid, diazoxide, agonis adrenergik, thiazid, phenytoin, interferon, protease
inhibitors, clozapine, dilantin, dan lain-lain.
96
PK : DIABETES MELLITUS
PK : DIABETES MELLITUS
adalah hiperglikemia onset usia < 25 tahun akibat defek genetik sel-sel b pankreas,
diturunkan secara autosomal dominan, tidak berkaitan dengan resistensi insulin.
v DM gestasional (DMG)
adalah gangguan toleransi karbohidrat (TGT, GDPT, DM) yang timbul atau diketahui pertama
kali pada saat kehamilan sedang berlangsung.
berat badan lahir (BBL) > 4000 g; Riwayat abortus berulang; Riwayat Polycistic Ovarial
Syndrome (PCOS); Riwayat pre-eklampsia; Riwayat Glukosuria; Riwayat infeksi saluran
kemih (ISK) berulang atau kandidiasis. Pemeriksaan ulang skrining DM perlu dilakukan
bagi ibu hamil dengan risiko tinggi DMG yang pada pemeriksaan awal belum ditemukan
adanya hiperglikemia, yaitu pada saat minggu ke 24-28 kehamilan. Diagnosis GDM dapat
ditegakkan bila pada pemeriksaan OGTT pasca pembebanan 75 g Glukosa dalam 250
cc air yang dihabiskan dalam 5 menit, bila hasil pemeriksaan kadar glukosa darah (GD)
GD puasa ≥ 95 mg/dL ; 1 J OGTT ≥ 180 mg/dL ; 2 J OGTT ≥ 155 mg/dL ; 3 J OGTT
≥ 140 mg/dL. Penderita DMG di kemudian hari berisiko menderita DM Tipe 2 (DMT-2)
Diabetes mellitus gestasional meningkatkan risiko preeklamsia dan ketonemia pada
ibu hamil, risiko DMT2 3-5% atau 7 kali kemudian hari; morbiditas neonatus akibat
hipoglikemia, ikterus, polisitemia, makrosomia dengan BBL bayi ≥ 4 Kg akibat efek
hiperglikemia ibu DM terhadap janin menstimulasi pertumbuhan bayi dan hipersekresi
insulin masa janin, serta risiko dystocia bahu saat melewati jalan lahir dan mengakibatkan
Erb’s palsies C5-6 atau fraktur clavicula.
98
PK : DIABETES MELLITUS
PK : DIABETES MELLITUS
Hal yang perlu diperhatikan saat sampling yaitu BP darah tidak hemolisis dan
pemeriksaan sesegera mungkin. Sampel (BP) untuk pemeriksaan kadar glukosa dianjurkan
menggunakan Plasma Natrium Fluorida (NaF) untuk menjaga stabilitas kadar glukosa,
dimana akan stabil selama kurun waktu ± 2 jam. Natrium florida (NaF) bekerja sebagai
antiglikolisis. Urinalisis untuk pemeriksaan glukosuria harus menggunakan BP mid-
stream urine dan baru.
99
PK : DIABETES MELLITUS
PK : DIABETES MELLITUS
100
PK : DIABETES MELLITUS
PK : DIABETES MELLITUS
Pemeriksaan HbA1c dapat untuk tujuan skrining dan penegakan diagnosis DM, serta
pemantauan status kontrol glikemik penderita DM. Nilai Rujukan normal HbA1c
4,2-5,6% ; Fase Pra-Diabetik kadar HbA1c 5,7-6,4% ; Diagnosis DM ditegakkan bila
HbA1c≥ 6,5%. American Diabetes Association (ADA) sejak tahun 2011 hingga saat
ini dan Konsensus Pengelolaan DM Tipe 2 PERKENI 2015, serta ADA menggunakan
kriteria HbA1c< 7% sebagai DM terkontrol dan ≥ 7% DM tidak terkontrol. Kriteria
DM terkontrol atau tidak dengan batasan HbA1c 7% digunakan secara umum, tetapi tidak
berlaku bagi pasien DM manula atau DM dengan komplikasi penyakit kardiovaskuler,
batasan HbA1c untuk kelompok ini yaitu 7-8%, dengan tujuan untuk mencegah keadaan
hipoglikemia. Target kontrol glikemik penderita DM usia muda dengan kontrol
glikemik yang baik penurunan kadar HbA1c boleh hingga 6,5% (ADA, 2016). Evaluasi
pemeriksaan HbA1c dilakukan 2-3 bulan sekali sesuai dengan umur eritrosit yaitu 100-
120 hari, dan minimal 2 kali dalam setahun.
Kadar HbA1c Pengendalian DM termasuk kriteria Baik : 4-5,9% ; Sedang : 6-8% ; Buruk
> 8%.
PEMERIKSAAN C-PEPTIDA
C-Peptida adalah rantai penghubung insulin-a dan insulin-b dari pro-insulin endogen
yang diproduksi oleh sel-sel b-pankreas. Pemeriksaan C-peptide digunakan untuk
pemantauan produksi insulin endogen dalam tubuh yang umum diusulkan untuk penderita
DM Tipe 1, tetapi pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk membedakan Dm Tipe 1
dan DM Tipe 2. Pemeriksaan C-Peptide juga diindikasikan bagi penderita dengan gejala-
gejala hipoglikemia yaitu hiperhidrosis, palpitasi, rasa lapar yang berlebihan, gelisah dan
irritable, confuse (kebingungan), penglihatan kabur, pingsan, kejang dan/atau kehilangan
kesadaran. Batasan kadar glukosa darah untuk penderita hipoglikemia secara umum yaitu
< 70 mg/dL dan untuk kelompok usia manula ≥ 60 tahun adalah < 90 mg/dL.
Persiapan pra-analituk penderita sebelum pemeriksaan C-peptida perlu puasa 12 jam,
tidak makan atau minum berkalori, hanya boleh minum air putih. Hasil pemeriksaan
C-Peptide rendah disertai kadar glukosa tinggi dapat dijumpai pada penderita DM Tipe
1, sedangkan kadar C-Peptide rendah disertai kadar glukosa darah rendah dapat dijumpai
pada penderita penyakit hati berat, infeksi berat (sepsis), atau penyakit Addison. Hasil
pemeriksaan C-Peptide tinggi dengan kadar glukosa tinggi dapat dijumpai pada penderita
DM Tipe 2 atau penyakit Cushing yang menunjukkan adanya resistensi insulin. Kadar
C-Peptida rendah disertai kadar glukosa rendah dapat menunjukkan adanya insulinoma
atau dapat pula dijumpai pada penderita DM Tipe 2 yang mendapat terapi obat hipoglikemik
(OHO) golongan Sulfonilurea. Nilai Rujukan normal C-Peptida 0,51-2,72 ng/mL atau
0,17-0,90 nmol/L (nanomol per liter).
101
PK : DIABETES MELLITUS
PK : DIABETES MELLITUS
retinopati diabetik, kontrol tekanan darah secara rutin, serta melakukan olah raga secara
teratur.
103
PK : DIABETES MELLITUS
PK : DIABETES MELLITUS
Pemeriksaan untuk menilai fungsi ginjal pasien dapat diusulkan pemeriksaan bersihan/
kliren kreatinin atau ureum yang merupakan gabungan hasil pemeriksaan kadar kreatinin
artau ureum dari sampel darah dan urin kumpulan, kadar Cystatin C serum, atau perkiraan
rerata laju filtrasi glomerulus (eGFR) berdasarkan kadar kreatinin darah. Pemeriksaan
kadar Cystatin C darah dianggap lebih baik untuk menggambarkan fungsi ginjal serta dapat
memperkirakan nilai GFR. Upaya pemantauan komplikasi kronis pada ginjal penderita
Diabetes mellitus dan hipertensi sering diusulkan pemeriksaan laju ekskresi albumin urin,
yaitu mikroalbuminuria (MAU) dengan sampel urine 24 jam atau rasio albumin/kreatinin
(ACR) dengan menggunakan sampel urin sewaktu, dianjurkan urin pagi. Urin pagi adalah
urin yang dikemihkan pertama kali setelah bangun tidur, merupakan sampel urin terbaik
karena relatif pekat.
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit ginjal kronis akibat penurunan fungsi
ginjal secara progresif dari waktu ke waktu, yang dipantau berdasarkan penurunan GFR
dan Bersihan Kreatinin ginjal dalam kurun waktu ≥ 3 bulan disertai gambaran klinik
kerusakan ginjal seperti albuminuria atau hasil biopsi ginjal abnormal atau GFR <60 mL/
min/1.73 m2. Peningkatan laju ekskresi albumin atau albumin excretion rate (AER)
dapat dijumpai pada penderita DKD stadium dini, bila proses berlanjut akan ditemukan
proteinuria pada urinalisis rutin disertai penurunan laju filtrasi glomerulus/glomerulo
filtration rate (GFR). Penderita DKD stadium awal bila ditalaksana adekuat maka fungsi
ginjal masih mungkin kembali normal, tetapi bila diagnosis terlambat maka perjalanan
penyakit DKD akan cenderung progresif hingga mencapai stadium terminal atau end stage
renal disease (ESRD) Chronic Kidney Disease (CKD) yang perlu terapi hemodialisis
dengan kecenderungan semakin sering hemolisis, hingga perlu terapi ginjal pengganti
(transplantasi ginjal).
104
PK : DIABETES MELLITUS
PK : DIABETES MELLITUS
3 GFR 30-59
↑
4 GFR sangat 15-29
↑
Gagal ginjal < 15
5
terminal (ESRD) (perlu dialisis)
sebagian direabsorpsi oleh tubuli, sehingga nilai bersihan ureum lebih rendah dari nilai
GFR sedangkan kreatinin difiltrasi dan disekresi di tubuli maka nilai bersihan kreatinin
lebih besar daripada GFR. Ekskresi kreatinin melalui urin laki-laki sekitar 19-26 mg/
KgBB/Hari dan perempuan 14-21 mg/KgBB/Hari.
Uji Bersihan Ureum (Urea Clearance test = UCT) menggunakan sampel urin
kumpulan selama 2 jam Bila diuresis yaitu volum urin per menit > 2 mL/menit atau
volume total urin > 240 mL maka dianggap Uji Bersihan ureum maksimum (UCTmax),
nilai rujukan 75 mL/menit ≈100%. Rumusnya adalah sbb. :
UCT max = (Kadar Ureum urin/ kadar Ureum plasma) x (Volum Urin /120) x
1,73/LPT.
Bila diuresis 0,5 -2 mL/menit atau jumlah urin 60 – 240 mL maka dianggap Uji Bersihan
ureum standard (UCTstd) dengan nilai rujukan 54 mL/menit sebagai 100 %. Rumus
UCTstd adalah :
UCT std = (kadar Ureum urin/kadar Ureum plasma) x (Volum urin/120) x
(1,73/LPT)
Bila diuresis < 0,5 mL atau jumlah urin < 60 mL maka uji dianggap tidak sah, tidak dapat
dinilai.
Uji bersihan kreatinin (Creatinine clearance test = CCT) adalah yang paling sering
dikerjakan. Pengumpulan urin dilakukan selama 24 jam. Rumusnya CCT adalah sbb:
Bersihan kreatinin (CCT) = ([Kreatinin urin] / [Kreatinin plasma]) x (Volum urin /
1440) x (1,73/ LPT).
Syarat pemeriksaan CCT adalah dalam keadaan steady state. Bila hasilnya masih
meragukan maka disarankan dilakukan pengulangan uji bersihan kreatinin setelah 24 jam,
lalu diambil rerata dari kedua hasil tersebut; bila terdapat perbedaan yang besar maka
berarti suatu keadaan yang tidak stabil. Kelemahan uji bersihan kreatinin adalah pada
ketepatan pengumpulan urin, karena sering tidak tertampung semuanya. Pengumpulan
urin 24 jam sebaiknya pakai zat pengawet thymol atau toluen, agar kreatinin urin tidak
rusak.
Bila nilai bersihan kratinin dikhawatirkan tinggi palsu maka untuk mendapatkan GFR
yang mendekati sebenarnya maka dapat digunakan rerata hasil uji bersihan dari kreatinin
dan ureum.
Cystatin-C adalah protein kecil dengan BM 13 kDa yang dihasilkan oleh sel-sel berinti,
dengan laju kecepatan tetap sehingga kadar Cystatin-C plasma relatif konstan. Cystatin-C
difiltrasi di glomeruli, sedikit direabsorpsi di tubuli tetapi langsung dikatabolisis sehingga
tidak ada yang kembali ke sirkulasi darah, dan tidak disekresi oleh tubuli ginjal. Kelebihan
Cystatin-C lain yaitu tidak dipengaruhi oleh asupan protein dan usia maka nilainya
lebih menggambarkan nilai GFR. Kelemahan Cystatin-C adalah menggunakan metoda
nefelometri yang memerlukan alat analyzer khusus sehingga tidak tersedia di semua
laboratorium.
106
PK : DIABETES MELLITUS
PK : DIABETES MELLITUS
Pemeriksaan Antibodi petanda adanya proses autoimun pada sel beta adalah islet cell cytoplasmic
antibodies (ICA), insulin autoantibodies (IAA), dan antibodi terhadap glutamic acid decarboxylase
(anti-GAD). ICA bereaksi dengan antigen sitoplasma sel-sel endokrin pada pulau-pulau pankreas
sehingga mengakibatkan kerusakan sel-sel. Adanya ICA dan IAA menunjukkan risiko tinggi
berkembangnya penyakit ke arah DM Tipe 1. Enzim GAD adalah enzim yang dibutuhkan untuk
memproduksi neurotransmiter g-aminobutyric acid (GABA). Anti GAD ini bisa teridentifikasi 10
tahun sebelum onset klinis DMT-1. Jadi, 3 petanda tersebut dapat digunakan sebagai uji saring
sebelum gejala DM muncul.
107
PK : DIABETES MELLITUS
PK : DIABETES MELLITUS
Daftar Pustaka:
1. ADA. Standards of Medical Care in Diabetes 2018. Diabetic Care. 2018; Supl.I.
2. PERKENI. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 di
Indonesia 2015. Indonesia: PB PERKENI; 2015.
3. Kurniawan LB. 2016. Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium Diabetes
Melitus Gestasional. CKD-246/vol.43 no.11.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. MODY. http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_223CME-Maturity onset Diabetes of
the Young.pdf
6. Eckel RH. The Metabolic Syndrome. In: JL Jameson. Harrison’s Endocrinology. 4th
Ed. New York: Mc Graw Hill Ed 2017;272-9.
7. Power A. Chapter 23: Diabetes Mellitus: Diagnosis, Classification, and Pathophysiology.
In: JL Jameson(Ed.). Harrison’s Endocrinology. 4th Edition. New York: Mc Graw Hill
Education. 2017;280-92.
108
PK : DIABETES MELLITUS
FARMAKOLOGI
Obat Anti Diabetik
Lusiana Darsono
Mekanisme kerja :
§ Merangsang sekresi insulin dari pankreas
§ Mensensitasi sel β pankreas terhadap glukosa
§ Induksi aktivitas reseptor insulin perifer
109
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Obat ini tidak bermanfaat pada kerusakan sel β pankreas; minimal 30 % pankreas normal
Pada keadaan Normal dapat menyebabkan hipoglikemi
Farmakokinetik
Absorpsi melalui usus .
Terganggu oleh adanuya makanan & keadaan hiperglikemi
Waktu paruh pendek
Kadar plasma puncak dicapai dalam 2-4 jam
Pemberian paling efektif adalah : 30 menit a.c
Distribusi ke seluruh cairan ekstrasel,
Terikat pd Protein Plasma/PP (albumin 70-90%)
Metabolisme : hati
Ekskresi : melalui urine
Dapat melewati sawar plasenta
Mula kerja tiap sediaan dari golongan ini berbeda.
Yang paling penting harus diperhatikan : monitoring keadaan fisik dan laboratorium.
Kontraindikasi sulfonilurea :
1. Sebagai obat tunggal pd DM juvenile/ tipe 1
2. Penderita dengan kebutuhan insulin yang tidak stabil
3. DM berat
4. Kehamilan
5. Laktasi
6. Keadaan gawat
7. Gangguan hati dan ginjal berat
Hati-hati pada
§ Gangguan fungsi hati dan ginjal
§ insufisiensi endokrin (adrenal, hipofisis)
§ gizi buruk
§ penderita yang mendapat obat tertentu
§ alkoholisme akut,
§ pemberian bersama diuretik tiazid
Ø Probenesid
Ø Guanetidin
Ø Steroid anabolik
Ø Fenfluramin
Ø Klofibrat
Ø Propanolol (menutupi rx hipoglikemi: takikardi,kringat,tremor)
Ø Penghambat adrenoseptor β
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan
Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian
secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi
hiperglikemia post prandial. Efek samping yang mungkin terjadi adalah hipoglikemia.
112
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Pengaruh lain :
§ Menurunkan BB (pada DM gemuk)
§ Tidak menurunkan BB & kadar GDarah pd gemuk non DM
§ Tidak menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas
§ Tidak menyebabkan hipoglikemi
§ Tidak menimbulkan perubahan ILA (Insulin-like activity)
§ Tidak menimbulkan perubahan sel pankreas secara fisik
§ Tidak merangsang/ menghambat glukosa menjadi lemak
§ Tidak menyebabkan sekresi glukagon,kortisol,GH,Somatostatin
§ Pada orang normal tidak menurunkan kadar gula darah
§ Mempunyai efek potensiasi dengan insulin
§ Merangsang glikolisis anaerob (in vitro)
Farmakokinetik
§ Absorpsi baik dalam usus
§ Bersifat stabil, tidak berikatan dengan protein plasma
§ Ekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urine
113
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Efek samping dapat dikurangi dengan menaikkan dosis secara perlahan dan diberikan
bersama makanan
Indikasi biguanida
§ 1.DM dewasa
§ 2.NIDDM obese
Kontraindikasi:
§ penyakit hati berat
§ penyakit ginjal dengan uremia
§ penyakit jantung kongestif
§ keadaan gawat
§ kehamilan
Kontraindikasi Metformin
§ Gagal renal
§ Alkoholik
§ Cirrhosis hati
§ Penyakit paru kronik
114
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
§ Gagal Jantung FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
§ Miopati miokondrial
§ Miokard infark akut
Pioglitazon
Dosis 15-30 mg/hr dengan atau tanpa makanan
Onset 2 jam Durasi 24 jam
Rosiglitazon (Avandia ( ® )
Dosis 4 mg /hr.dengan atau tanpa makanan
Onset 1 jam Durasi masih belum dapat dipastikan
Kombinasi :
§ Rosiglitazon + Metformin (Avandamet ® )
115
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Dosis 3 dd 50 mg dc - 3 dd 100 mg
Dosis : 150-600 mg /hr dc I
Kerja :
§ Menghambat absorpsi KH, dekstrin, disakarida -- brush border usus
§ Mengurangi peningkatan glukosa darah postprandial
§ Menghambat secara kompetitif glukoamylase dan sucrase sehingga absorpsi
sangat sulit
116
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
117
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Incretin sistem
Normal , makan è release peptida GI spt :
§ GLP ( glucagon like peptide) oleh L sel di usus halus dan gaster
§ GIP ( gastric inhibitor peptide)
GLP 1 akan merangsang sekresi insulin
è Incretin efect
DM : hal itu terganggu
GLP 1 mempunyai 4 mknm dalam menurunkan glukosa darah :
1. Merangsang sekresi insulin
2. Inhibisi sekresi glukagon
3. Inhibisi gastric emptying
4. Inhibisi appetide
Agonis GLP-1
§ Sistem gastrointestinal memegang peranan penting dalam homeostasis glukosa.
§ Yang berperanan dalam hal ini adalah hormon inkretin yang terdiri dari
§ GLP-1 ( glucagon like peptides) dan
§ GIP/ Glucose-dependent Insulinotropic Poplypeptide).
(Gastric inhibitory Peptide
Pada DM tipe 2
§ sekresi GIP setelah makan hanya sedikit terganggu,
§ sementara sekresi GLP-1 terganggu secara nyata.
§ GLP-1 cepat didegradasi oleh enzim DPP-4. Untuk mengatasi hal ini,
dikembangkan agonis reseptor GLP-1 yang memperpanjang masa kerja GLP-1
endogen dan melawan efek enzim DPP-4.
118
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Pemberian agonis reseptor GLP-1 akan meningkatkan aksi kerja GLP-1 (menurunkan
kadar gula darah, mengurangi sekresi glukagon, menurunkan berat badan, menimbulkan
rasa cepat kenyang, memperlambat pengosongan lambung).
Walaupun tidak digunakan sebagai monoterapi dalam tata laksana DM tipe 2, beberapa
uji klinis menunjukkan bahwa pada penggunaan agonis reseptor GLP-1 terjadi
penurunan HbA1C sebesar 0,5-1,5 %.15
119
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
120
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
121
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
122
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
II. Parenteral :
Obat Antihiperglikemia Suntik, yaitu
Ø insulin,
Ø agonis GLP-1
Ø kombinasi insulin dan agonis GLP-1.
a. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
Ø HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik
Ø Penurunan berat badan yang cepat
Ø Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ø Krisis Hiperglikemia
Ø Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Ø Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
Ø Kehamilan dengan DM/Diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
Ø Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Ø Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Ø Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Insulin endogen
Disintesis oleh : sel β pulau Langerhans dari Pancreas
Pulau Langerhans Pancreas terdiri dari 4 macam sel
§ Sel (β) B menghasilkan insulin
§ Sel (α) A menghasilkan glukagon
§ Sel (δ) D menghasilkan somatostatin
§ Sel F menghasilkan Pancreaetic Polypeptide (PP)
123
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Insulin adalah suatu polipeptida dengan BM 6000 (5808) ; terdiri dari 51 asam amino,
dengan 2 rantai :
§ rantai A terdiri dari 21 asam amino
§ rantai B terdiri dari 30 asam amino
Kedua rantai dihubungkan oleh jembatan disulfide
§ Sintesis dari bentuk proinsulin (polipeptida) berupa rantai tunggal dengan 86 asam
amino.
§ Proinsulin diubah menjadi insulin dan peptida penghubung (C-peptide atau
connecting peptide)
§ Proinsulin (prohormon) disintesis dari poliribosom retikulum endoplasmik sel β
pankreas, kemudian di transfer ke sisterna retikulum endoplasmik kemudian ke
kompleks golgi, di sini proinsulin diubah menjadi insulin.
§ Granula yang mengandung insulin, proinsulin (kecil) dan peptida-C baru lepas dari
apparatus golgi
Sekresi insulin sehari kira-kira 30-40 unit (25 % dari total isi insulin pankreas)
Kerja Insulin
I . Mempengaruhi transport zat pada membran sel yaitu glukosa, monosakarida,
asam amino, ion K +, fosfat organik, nukleotida.
Insulin mempengaruhi penyerapan glukosa : pada otot skelet, otot jantung, otot
polos, jaringan lemak, leukosit, lensa mata, humor aqueous, hipofisis
Penyerapan glukosa yang tidak dipengaruhi oleh insulin ialah pada otak, ginjal,
mukosa intestinal, eritrosit, hati.
125
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Efek insulin pada metabolisme Karbohidrat, Lemak dan protein dalam hati,
otot,adiposa
Jenis
Metabolisme Sel Hati Lemak Otot
KH ↓Glukoneogenesis ↑ up take Glukosa ↑ up take Glukosa
↓Glikogenolisis ↑ sintesis Gliserol ↑ Glikolisis
↑ Glikolisis ↑ Glikogenesis
↑ Glikogenesis
↑ sintesis
LEMAK ↑ Lipogenesis trigliserida
↓ Lipolisis ↑ sintesis fatty acid
↓ Lipolisis
126
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Preparat Insulin
Karakteristik insulin dibedakan berdasarkan :
§ spesies asal,
§ jenis ,
§ waktu mula & lama kerja,
§ kemurnian,
§ konsentrasi,
§ kelarutan dsb.
Suntikan
1. Insulin
2. Agonis GLP-1/incretin mimetic
1. Insulin
127
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
1.Masa kerja singkat, mula kerja cepat : reguler insulin, zinc insulin
2.Masa kerja sedang : lente.semilente, NPH
3.Masa kerja lama, mulai kerja lambat : ultralente
Protamine Zinc Insulin : penambahan basis protamin pada Crystalline zinc insulin,
berupa kristal besar dan sukar larut, sehingga absorpsi ke dalam darah lambat.
128
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Aktifitas puncak terjadi dalam 16 -18 jam, masa kerja dapat sampai 36 jam
Hal tsb menyulitkan jika digunakan untuk mengontrol hiperglikemi karena masa kerja
lama.
Insulin campuran
Insulin masa kerja sedang ( NPH, lente ) dan Insulin reguler preprandial.
Dengan NPH lebih baik
Dengan lente memperlambat kerja insulin reguler, seng akan mengendapkan insulin
reguler sehingga absorpsi dan efek biologis insulin reguler terhambat.
Pemberian : subkutan, ante coenam pagi dan malam
129
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
§ Sistem Open -Loop (Pompa insulin) : insulin dengan pompa terprogram ; SC, IV,
atau IP
§ Melalui hidung sebagai aerosol : insulin + deterjen ;
kadar efektif insulin yang mencapai sirkulasi hampir secepat pemberian intravena.
B. Imunopatologi
1. Alergi insulin berupa urtikaria lokal
Penanganan dengan : antihistamin, kortikosteroid, dan desensitasi.
2. Resistensi imun insulin ~ reseptor
karena terbentuk antibodi anti-insulin IgG
Pada keadaan ini kebutuhan insulin yang sangat tinggi (>200 U/hr)
130
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Interaksi insulin
1. Hormon pertumbuhan (GH), kortikotropin, tiroid, estrogen, progestin dan
glukagon
2. Adrenalin : menghambat sekresi insulin dan merangsang glikogenolisis
3. Guanetidin : menurunkan gula darah
4. Obat : antibiotik (kloramfenikol, tetrasiklin), salisilat, fenilbutason :
meningkatkan kadar insulin dalam plasma
5. Penghambat adrenoseptor β
6. Penghambat MAO, steroid anabolik, fenfluramin potensiasi hipoglikemi
Regimen injeksi :
Untuk insulin campuran rapid acting and long acting, insulin diberikan 30-45 min
antecoenam breakfast
Atau untuk campuran rapid and long acting insulin diberikan 30 min a.c dinner
Untuk insulin rapid acting , insulin diberikan pada 5-15 menit a.c.
131
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
132
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
133
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Dosis ditingkatkan atau diturunkan secara bertahap sesuai kadar gula darah
dengan sasaran sebagai berikut:
134
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
135
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
Salah satu obat golongan agonis GLP-1 (Liraglutide) telah beredar di Indonesia sejak
April 2015, tiap pen berisi 18 mg dalam 3 ml. Dosis awal 0.6 mg perhari yang dapat
dinaikkan ke 1.2 mg setelah satu minggu untuk mendapatkan efek glikemik yang
diharapkan. Dosis bisa dinaikkan sampai dengan 1.8 mg. Dosis harian lebih dari 1.8
mg tidak direkomendasikan. Masa kerja Liraglutide selama 24 jam dan diberikan sekali
sehari secara subkutan.
Terapi Farmakologis harus diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat).
136
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
137
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
DAFTAR PUSTAKA
3. Leland Norman Holland, Michael Patrick Adams. 2003. Insulin and Glucagon are
secreted by the pancreas. Core concepts In Pharmacology. Prentice Hall. Chap
28. p 447- 451
4. Mary J Mycek, Sheldon B Gertner, Maria Menna Perper. 1992. Insulin and Oral
Hypoglycemic Drugs. Pharmacology Lippincott”s Illustrated Reviews. Richard A
Harvey, Pamela C Champe Eds. Chapter 26. p 235- 242
6. James M Ritter, Lionel D Lewis & Timothy G K Mant. 1999. Diabetes Mellitus.
A Textbook of Clinical Pharmacology. Fourth edition.chap 36. p 417 - 427
7. Chris J. van Boxtel. 2001. Hormones and Hormone Antagonists. Drug Benefits
and Risk International Textbook of Clinical Pharmacology . Chapter 24. p 365-
369
138
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETIK
SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin bersama sistem saraf melaksanakan komunikasi antarsel di seluruh
tubuh untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, homeostasis, respon
terhadap stimuli, dan lain-lain. Kata “hormon” berasal dari Bahasa Yunani yang berarti
membangkitkan untuk beraktivitas. Hormon adalah suatu zat yang disintesis di satu organ
dan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja di jaringan lain (endokrin). Hormon juga
dapat bekerja pada sel-sel di sekitarnya (parakrin) dan pada sel tempat hormon berasal
(autokrin) tanpa perlu masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Masing-masing hormon memiliki
mekanisme kerja, biosintesis, penyimpanan, sekresi, pengangkutan, dan metabolisme
tersendiri untuk menghasilkan respon homeostasis.
Hampir semua sel pada tubuh manusia merupakan target dari 1 atau lebih dari 50
hormon yang diketahui, tetapi hanya sebagian kecil yang menghasilkan hormon. Suatu
hormon dapat memengaruhi beberapa jenis sel, lebih dari 1 hormon dapat memengaruhi 1
jenis sel, dan hormon dapat menimbulkan berbagai efek pada 1 atau berbagai sel.
KLASIFIKASI HORMON
Kelompok I Kelompok II
Tipe Steroid, iodotironin, Polipeptida, protein, glikoprotein,
kalsitriol, retinoid katekolamin
Kelarutan Lipofilik Hidrofilik
Protein Ya Tidak
pengangkut
Waktu paruh Lama (jam-hari) Singkat (menit)
plasma
Reseptor Intrasel Membran plasma
Mediator Kompleks hormon- cAMP, cGMP, Ca2+, metabolit kompleks,
reseptor fosfoinositol, kaskade kinase
139
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
Target hormon adalah semua sel tempat hormon (ligan) berikatan dengan reseptornya,
termasuk reseptor hormon spesifik intrasel dan di permukaan sel, baik yang respon
biokimia maupun fisiologisnya sudah diketahui maupun yang belum.
Faktor yang menentukan respon sel target terhadap hormon dibagi menjadi 2 kategori,
yaitu:
1. Faktor yang memengaruhi konsentrasi hormon di sel target
• Laju sintesis dan sekresi hormon
• Kedekatan letak sel target dengan sumber hormon (efek pengenceran)
• Konstanta disosiasi hormon dengan protein pengangkut spesifik di plasma
(jika ada)
• Perubahan bentuk inaktif atau aktif suboptimal hormon menjadi bentuk aktif
penuh
• Laju bersihan/clearance rate hormon dari plasma oleh jaringan lain atau
melalui proses pencernaan, metabolisme, atau ekskresi
2. Faktor yang memengaruhi respon sebenarnya sel target terhadap hormon
• Jumlah, aktivitas relatif, dan ditempati atau tidaknya reseptor spesifik di
membran plasma atau sitoplasma atau nukleus
• Metabolisme (aktivasi atau inaktivasi) hormon di sel target
• Adanya faktor lain di dalam sel yang diperlukan untuk respon hormon
• Peningkatan (up-regulation) atau penekanan (down-regulation) reseptor
sebagai konsekuensi interaksinya dengan ligan
• Desensitasi sel setelah pengikatan hormon dengan reseptornya, termasuk
down-regulation reseptor
140
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
Interaksi hormon-reseptor harus memiliki ciri biokimiawi tertentu agar respon yang
terjadi bersifat fisiologis, ciri-ciri tersebut mencakup:
1. Pengikatan harus spesifik, yaitu dapat digeser oleh agonis atau antagonis
2. Pengikatan harus dapat menjadi jenuh
3. Pengikatan harus terjadi dalam rentang konsentrasi dari respon biologis yang diharapkan
SINTESIS HORMON
Tempat sintesis hormon:
1. Organ spesifik, contoh: tiroid (triiodotironin), adrenal (glukokortikoid), hipofisis
(prolaktin)
2. Organ yang memiliki fungsi lain, contoh: ovarium menghasilkan oosit dan hormon
estradiol
3. Sel khusus dalam organ lain, contoh: angiotensin II disintesis dalam ginjal
4. Sel parenkim dari beberapa organ, contoh: kulit, hati, dan ginjal diperlukan untuk
sintesis kalsitriol
Hormon dapat disintesis dalam bentuk akhir dan segera disekresikan, terutama hormon
yang berasal dari kolesterol. Sebagian hormon disintesis dalam bentuk akhir dan disimpan
di sel penghasil, misalnya katekolamin. Hormon lain disintesis dari molekul prekursor di
sel penghasil, kemudian diproses dan disekresikan saat terdapat rangsang fisiologis,
141
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
Steroidogenesis Adrenal
Hormon steroid adrenal disintesis dari kolesterol yang terutama berasal dari plasma
dan sebagian kecil disintesis in situ dari asetil-koA. Kolesterol mengalami esterifikasi dan
disimpan dalam butiran lipid di sitoplasma.
Saat ada rangsangan dari adrenocorticotropic hormone (ACTH) akan terjadi aktivasi
esterase yang membebaskan kolesterol untuk dibawa ke mitokondria. Kolesterol
diubah menjadi pregnenolon oleh cholesterol side-chain cleavage enzyme (P450scc)
melalui hidroksilasi dan pemutusan rantai samping (pengeluaran fragmen 6 karbon
isokaproaldehida) untuk menghasilkan steroid 21-karbon. Semua hormon steroid mamalia
dibentuk dari kolesterol via pregnenolon melalui serangkaian reaksi yang terjadi di
mitokondria atau retikulum endoplasma sel pembentuk.
• Sintesis mineralokortikoid
Pembentukan aldosteron terjadi di zona glomerulosa. Pregnenolon diubah menjadi
progesteron oleh 2 enzim retikulum endoplasma (RE) halus, yaitu 3β-hidroksisteroid
dehidrogenase (3β-OHSD) dan Δ5,4-isomerase. Progesteron mengalami hidroksilasi di
posisi C21 membentuk mineralokortikoid 11-deoksikortikosteron (DOC) yang bersifat
retensi Na+. Hidroksilasi selanjutnya di C11 menghasilkan kortikosteron yang bersifat
glukokortikoid dan mineralokortikoid lemah (<5% kekuatan aldosteron). Enzim
18-hidroksilase (aldosteron sintase) bekerja pada kortikosteron sehingga menjadi
18-hidroksikortikosteron yang akan diubah menjadi aldosteron.
142
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
• Sintesis glukokortikoid
Sintesis kortisol melalui 3 tahap hidroksilasi (di posisi C17, C21, C11) yang terjadi di
zona fasikulata dan retikularis dari korteks adrenal. Enzim 17α-hidroksilase dari RE halus
mengubah progesteron atau pregnenolon menjadi 17α-hidroksiprogesteron. Selanjutnya
kerja enzim 21-hidroksilase dari RE halus membentuk 11-deoksikortisol, yang kemudian
menjadi kortisol oleh kerja 11β-hidroksilase dari mitokondria. Kortisol adalah hormon
glukokortikoid alami paling kuat dalam tubuh manusia.
• Sintesis androgen
Prekursor androgen utama yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah
dehidroepiandrosteron (DHEA). Sebagian kecil berasal dari 17-hidroksipregnenolon yang
mengalami pengeluaran rantai samping oleh kerja enzim 17,20-liase. Aktivitas enzim liase
ini merupakan bagian dari enzim yang mangatalisis 17α-hidroksilasi, sehingga protein
ini berfungsi ganda, akibatnya pembentukan androgen adrenal meningkat jika biosintesis
glukokortikoid dihambat.
DHEA adalah suatu prohormon yang oleh kerja 3β-OHSD dan Δ5,4-isomerase diubah
menjadi androstenedion yang lebih kuat. Sedikit androstenedion dibentuk di adrenal oleh
kerja liase pada 17α-hidroksiprogesteron. Sebagian kecil androstenedion direduksi pada
143
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
posisi C17 membentuk testosteron, yaitu androgen adrenal yang paling poten. Sebagian
besar konversi ini berlangsung di testis.
Steroidogenesis Testis
Androgen testis dibentuk oleh sel Leydig di jaringan interstitial. Kecepatan sintesis
ditentukan oleh penyaluran prekursor kolesterol ke membran dalam mitokondria oleh
protein pengangkut StAR. Rantai samping kolesterol diputus oleh P450scc menjadi
pregnenolon yang akan diubah menjadi testosteron oleh aktivitas 5 enzim yang terkandung
dalam 3 protein, yaitu:
1. 3β-OHSD) dan Δ5,4-isomerase
2. 17α-hidroksilase dan 17,20-liase
3. 17β-hidroksisteroid dehidrogenase (17β-OHSD)
144
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
Terjadi terutama di jaringan target, termasuk prostat dan genitalia eksterna. Bersifat
kurang efisien tetapi menghasilkan metabolit poten dihidrotestosteron (DHT).
Sekitar 50-100 µg DHT disekresikan oleh testis. Sisanya diproduksi dari testosteron di
perifer dari reaksi yang dikatalisis oleh 5α-reduktase yang dependen-NADPH. Sebagian
testosteron mengalami aromatisasi di jaringan perifer membentuk estradiol, terutama pada
laki-laki.
Steroidogenesis Ovarium
Estrogen adalah suatu famili hormon yang terdiri dari:
1. 17β-estradiol yaitu estrogen primer yang berasal dari ovarium
2. Estron yang disintesis di banyak jaringan
3. Estriol dari plasenta
Jalur dan enzim-enzim yang berperan dalam tahap awal sintesis estradiol sama
dengan biosintesis androgen. Estrogen dibentuk oleh aromatisasi androgen dalam proses
kompleks yang melibatkan 3 tahap hidroksilasi yang memerlukan O2 dan NADPH. Enzim
yang bekerja adalah enzim aromatase yang termasuk dalam P450 mono-oksigenase.
Estradiol dibentuk bila substratnya adalah testosteron, estron dibentuk dari aromatisasi
androstenedion.
Sumber steroid ovarium adalah dari sel theca yang menghasilkan androstenedion dan
testosteron yang diubah oleh enzim aromatase di sel granulosa menjadi estron dan estradiol.
Progesteron sebagai prekursor semua hormon steroid diproduksi dan disekresikan oleh
korpus luteum. Sebagian estrogen dihasilkan melalui aromatisasi androgen di jaringan
perifer. Pada laki-laki, 80% produksi estradiol (E2) dibentuk dari aromatisasi perifer
testosteron. Pada perempuan hamil hampir 50% E2 yang diproduksi selama kehamilan
berasal dari aromatisasi androgen. Pada perempuan pascamenopause, sumber utama
estrogen adalah perubahan androstenedion menjadi estron.
145
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
Aktivitas aromatase terdapat di sel adiposa, hati, kulit, dan jaringan lain. Peningkatan
aktivitas enzim ini dapat menyebabkan “estrogenisasi” yang menjadi gejala klinis pada
kelainan seperti sirosis hati, hipertiroidisme, penuaan, dan obesitas.
Sintesis Kalsitriol
Kalsitriol (1,25(OH)2-D3) dihasilkan oleh rangkaian reaksi enzimatik yang terjadi di
jaringan kulit, hati, dan ginjal. Prekursor hormon ini adalah vitamin D.
• Kulit
Sejumlah kecil prekursor terdapat dalam makanan (minyak hati ikan, kuning telur),
tetapi sebagian besar diproduksi oleh lapisan malphigi epidermis dari 7-dehidrokolesterol
dalam reaksi fotolisis nonenzimatik yang dibantu oleh sinar ultraviolet.
• Hati
Protein pengikat vitamin D mengikat vitamin D3 dan metabolitnya untuk dipindahkan
dari kulit atau usus ke hati. Vitamin D3 mengalami 25-hidroksilasi di retikulum
endoplasma dalam reaksi yang memerlukan magnesium, NADPH, oksigen, dan faktor
sitoplasma. Enzim yang terlibat adalah sitokrom P450 reduktase yang dependen-NADPH
dan sitokrom P450. Reaksi ini juga berlangsung di ginjal dan usus dengan tingkat efisiensi
yang rendah. 25(OH)2-D3 masuk ke dalam sirkulasi, tempat zat ini diubah menjadi bentuk
utama vitamin D yang terdapat dalam plasma, dan diangkut ke ginjal oleh protein pengikat
vitamin D.
146
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
• Ginjal
25(OH)2-D3 mengalami hidroksilasi di posisi C1 dalam mitokondria tubulus kontortus
proksimal ginjal oleh suatu reaksi mono-oksigenase yang memerlukan NADPH,
magnesium, oksigen dan 3 enzim, yaitu:
- Flavoprotein, feredoksin reduktase ginjal
- Protein besi-sulfur, feredoksin ginjal
- Sitokrom P450
Sintesis Katekolamin
Sel kromafin medula adrenal menghasilkan dopamin, norepinefrin, dan epinefrin dari
tirosin. Produk utama medula adrenal adalah epinefrin, senyawa ini membentuk sekitar
80% katekolamin di medula, dan tidak dibentuk di jaringan ekstramedula. Sebagian besar
norepinefrin yang terdapat di organ yang dipersarafi oleh saraf simpatis dibentuk in situ
(sekitar 80% dari total), sebagian besar sisanya dibentuk di ujung saraf lain dan mencapai
target melalui sirkulasi. Epinefrin dan norepinefrin dapat diproduksi dan disimpan di sel
yang berbeda di medula adrenal dan jaringan kromafin lainnya.
147
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
2. Dekarboksilasi
Enzim dopa dekarboksilase
mengubah L-dopa menjadi 3,
4-dihidroksifeniletilamin (dopamin)
dengan kofaktor piridoksal fosfat.
148
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
149
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
Sintesis Insulin
Insulin disintesis sebagai suatu praprohormon berupa prototipe untuk peptida yang
diproses dari molekul prekursor yang lebih besar. Sekuens pra- atau leader yang hidrofobik
mengarahkan molekul ke dalam sisterna retikulum endoplasma dan kemudian dikeluarkan.
Proses ini menghasilkan molekul proinsulin yang membentuk konformasi yang diperlukan
untuk membuat jembatan disulfida yang sesuai. Molekul proinsulin kemudian mengalami
serangkaian pemutusan peptida yang menyebabkan terbentuknya insulin matur dan
c-peptida dalam jumlah molar yang setara. Insulin matur memiliki struktur heterodimer
AB dengan 1 jembatan disulfida intrachain dan 2 jembatan disulfida interchain.
150
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
Sintesis Angiotensin II
Angiotensin II berperan dalam sistem renin-angiotensin yang mengatur tekanan darah
dan metabolisme elektrolit (melalui pembentukan aldosteron). Angiotensin II dibentuk
dari angiotensinogen, sebuah ⍺2-globulin besar yang disintesis di hati. Enzim renin yang
dihasilkan sel jukstaglomerulus arteriol aferen ginjal mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I. Sel jukstaglomerulus ini sensitif terhadap perubahan tekanan darah dan
perubahan konsentrasi Na+ dan Cl- di tubulus ginjal. Setiap faktor yang menurunkan
volume cairan (seperti dehidrasi, penurunan tekanan darah, kehilangan cairan atau darah)
atau mengurangi konsentrasi NaCl akan merangsang pembentukan renin.
Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II melalui proses pengeluaran 2 asam amino
terminal karboksil dengan bantuan angiotensin-converting-enzyme (ACE). Angiotensin II
meningkatkan tekanan darah dengan menyebabkan vasokonstriksi arteriol dan merupakan
zat vasoaktif yang sangat poten. Senyawa ini menghambat pelepasan renin dari sel
151
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
POMC disintesis sebagai molekul prekursor yang terdiri dari 285 asam amino dan
diproses secara berbeda-beda di berbagai bagian hipofisis.
Terdapat 3 kelompok peptida dasar, yaitu:
1. ACTH yang dapat menghasilkan α-MSH dan corticotrophin-like intermediate lobe
peptide/CLIP
2. β-lipotropin/β-LPH yang dapat menghasilkan ɣ-LPH, β-MSH, dan ⍺,β,ɣ-endorfin
3. Peptida terminal amino besar yang menghasilkan ɣ-MSH
Keragaman produk-produk ini karena banyak kelompok asam amino dibasic yang
berpotensi menjadi tempat pemutusan oleh enzim trypsin-like. Pada peptida ini terjadi
tambahan modifikasi spesifik-jaringan yang memengaruhi aktivitas peptida-peptida
tersebut. Modifikasi mencakup fosforilasi, asetilasi, glikosilasi, dan amidasi.
153
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
TRANSPOR HORMON
Hormon yang bersifat hidrofobik tidak terlalu larut dalam plasma sehingga memerlukan
protein pengangkut khusus untuk mengatasi masalah kelarutan dan sebagai reservoir
hormon dalam sirkulasi. Hormon yang terikat protein pengangkut memiliki waktu paruh
yang panjang. Hormon hidrofilik larut dalam plasma dan tidak memerlukan protein
pengangkut tetapi memiliki waktu paruh yang singkat. Sel yang menjadi target hormon
memiliki reseptor yang memiliki karakteristik khusus.
Sebagian besar hormon tiroid beredar dalam bentuk terikat dengan protein thyroxine
binding globulin (TBG). Kortisol beredar dalam bentuk bebas dan terikat oleh protein
transkortin/corticosteroid binding globulin (CBG). Hormon seks diangkut oleh sex
hormone binding globulin (SHBG) dengan tingkat afinitas yang berbeda-beda.
KERJA HORMON
termasuk dalam steroid receptor supergene family yang memiliki sekuens yang homolog
mencakup C-terminal ligand-binding domains, DNA-binding domain, N-terminal
immunogenic domains.
Sintesis second messenger ini dipicu oleh keberadaan hormon primer yang mengikat
reseptornya. Second messenger dapat memengaruhi transkripsi gen dan beragam proses
biologis.
155
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
REGULASI HORMON
Sintesis dan sekresi beberapa hormon diatur oleh kelenjar hipotalamus dan hipofisis.
Hipofisis terbagi menjadi lobus anterior (adenohipofisis) dan posterior (neurohipofisis).
Lobus anterior merupakan organ target untuk hormon dari hipotalamus. Hormon-hormon
lobus posterior yang disintesis di nukleus supraoptik dan paraventrikular hipotalamus akan
ditrasportasikan ke hipofisis dalam bentuk granula melalui akson.
Lobus posterior mensekresi hormon oksitosin dan vasopresin/hormon anti diuretik.
Lobus anterior menghasilkan thyroid stimulating hormon/TSH, adrenocorticotropic
hormone (ACTH), follicle stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), dan
growth hormone (GH).
Referensi:
1. Bolander FF. Biochemical Endocrinology. Dalam: Baynes JW, Dominiczak MH.
Medical Biochemistry. Philadelphia: Elsevier; 2005. Halaman 523-539.
2. Schmidt TJ, Litwack G. Biochemistry of Hormones. Dalam: Devlin TM. Textbook
of Biochemistry With Clinical Correlation. Edisi 6. Hoboken: Wiley-Liss. 2006.
Halaman 891-947.
3. Weil PA. Keragaman Sistem Endokrin. Dalam: Murray RK, Bender DA, Botham
KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. Biokimia Harper. Edisi 29. Jakarta:
EGC; 2014. Halaman 540-561.
4. Weil PA. Kerja Hormon dan Transduksi Sinyal. Dalam: Murray RK, Bender DA,
Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. Biokimia Harper. Edisi 29.
Jakarta: EGC; 2014. Halaman 562-578.
5. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks H. Endocrine and Reproductive
Physiology. Dalam: Ganong’s Review of Medical Physiology. Edisi 23. International:
McGraw-Hill Medical; 2009. Halaman 301-428
156
BIOKIMIA - SISTEM ENDORIN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DAN PENUNJANG PADA KELAINAN TIROID,
PARATIROID, DAN ADRENAL
Dr. Lisawati Sadeli, M.Kes
KELENJAR TIROID
Pemeriksaan tang dilakukan untuk mengetahui fungsi tiroid dapat dibagi menjadi 5
golongan yaitu :
A. Tes untuk menentukan konsentrasi produk-produk sekresi kelenjar tiroid dalam
darah
B. Tes yang secara langsung menilai fungsi kelenjar tiroid
C. Tes yang menilai efek hormon tiroid pada jaringan-jaringan perifer
D. Tes yang menilai aksis hipotalamik-hipofise-tiroid
E. Tes yang mengidentifikasi dan mengukur substansi-substansi patologis yang
secara normal tidak ditemukan dalam darah
158
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
GRAVES’ DISEASE
Graves’ disease kemungkinan suatu penyakit autoimun.
Pada beberapa kasus ditemukan immunoglobulin (IgG) yang dikenal sebagai LATS (Long
Acting Thyroid Stimulator). Pemeriksaan LATS saat ini sudah tidak dipakai lagi karena
kurang sensitif dan kurang praktis untuk pemeriksaan rutin. Sebaiknya dipakai antibodi
terhadap reseptor TSH (TRAb), pada Graves’ disease mencapai 90 -100%.
Pemeriksan TSH memberi hasil normal.
Pemeriksaan serum TT3 dan FT3 biasanya meningkat lebih tinggi kenaikan kadar TT4 dan
FT4.
KELENJAR PARATIROID
Menghasilkan paratormon yang mempunyai pengaruh menaikkan konsentrasi Ca dalam
plasma dan mempunyai dua direct actions terhadap Ca dan P dalam plasma :
1. Bekerja secara langsung pada osteoklas yaitu menambah resorpsi Ca dari tulang
sehingga meningkatkan kadar Ca dan P dalam plasma
2. Bekerja pada sel tubulus ginjal sehingga mengurangi reabsorpsi dari fosfat dari
filtrat glomerulus dengan akibat meningkatkan ekskresi P sehingga menurunkan
P dalam plasma dan sebagai akibatnya meningkatkan pelepasan P dan Ca dari
tulang.
160
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
161
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
Metabolisme Fosfat
Metabolisme fosfat dipengaruhi oleh :
1. Hormon paratiroid me nambah ekskresi melalui ginjal
2. Vitamin D menambah absorpsi dari usus
3. Growth hormone
Kadar P dalam serum :
Normal 3,0 – 4,5 mg / dl (fosfat anorganik)
Dewasa : 2,5 – 4,8 mg / dl
Anak-anak : 4,0 – 6,5 mg / dl
Kadar P dalam darah meninkat didapatkan pada :
- Hipervitaminosis D
- Hipoparatiroidi
- Advanced renal failure
Kadar P dalam darah menurun pada :
* Hiperparatiroidi
* Ricket’s (pada anak) dan osteomalacia (pada dewasa) disebabkan hipovitaminosis D
* Sindroma Fanconi ® kelainan herediter yang ditandai dengan defek pada tubuli ginjal
dalam meresorpsi fosfat, glukosa, urat, dan asam amino, sehingga didapatkan glukosuria,
fosfaturia, dan aminoaciduria
Milkman’s syndrome :
Disebabkan kekurangan intake Ca / jumlah Ca yang inadekuat dalam sirkulasi
sehingga serum Ca menurun. Hal ini menyebabkan stimulasi pada kelenjar paratiroid,
sehingga terjadi Secondary physiologic hyperparathyroidism menyebabkan stimulasi
osteoklas meningkat, kemudian terjadi resorpsi Ca dari tulang-tulang.
163
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
KELENJAR ADRENAL
Dibagi menjadi dua bagian yaitu : • Medulla
• Cortex
Medulla Adrenal
Hormon yang dihasilkan yaitu : 1. Adrenalin (epinefrin)
2. Noradrenalin (norepinefrin)
164
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
Pada pemeriksaan VMA perlu diperhatikan makanan tertentu yang dikonsumsi dalam
waktu 72 jam sebelum pemeriksan (contoh : the, kopi, coklat, vanili, pisang, dan obat-
obatan tertentu).
PHEOCHROMOCYTOMA
Merupakan tumor yang memproduksi katekolamin.
Pada keadaan ini maka sekresi dari kedua hormon meningkat.
Pada Pheochromocytoma didapatkan ekskresi VMA sangat tinggi.
Gejala yang didapatkan :
- hipertensi didapatkan pd 0,1-0,2 % populasi hipertensi di USA, 5% pasien
pheochromocytoma mempunyai tensi normal, hipertensi menetap pada 50 % kasus
- sakit kepala
- berkeringat banyak - palpitasi
- muntah-muntah - kelemahan badan dsb
CORTEX ADRENAL
Dibagi tiga bagian meghasilkan hormon yg berbeda-beda, yaitu :
1. Zona glomerulosa Ò mineralokortikoid yaitu aldosteron
2. Zona fasciculata Ò glukokortikoid yaitu kortisol / hidrokortison dan kortison
3. Zona reticularis Ò androgen / hormon seks
Peran dari hormon-hormon tersebut :
1. Aldosteron
- Mengatur elektrolit Ò metabolisme Na & K Ò pada tubulus renalis
Ò menyebabkan reabsorpsi Na & ekskresi dari K
- Meningkatkan tekanan darah melalui sistem rennin-angiotensin
- Efek minimal pada metabolisme karbohidrat
2. Kortisol / hidrokortison
- Mempengaruhi metabolisme karbohidrat
- Mengatur katabolisme protein
- Merangsang glukoneogenesis
- Menambah reabsorbsi dari matriks tulang
- Menekan inflamasi melalui kerja inhibisi pada jaringan ikat
- Menambah ekskresi Kalsium melalui ginjal
- Mengurangi produksi antibodi
- Anti-insulin
- Anti-ADH
- Merangsang sekresi lambung (HCl dan pepsin) dan mengurangi lapisan
mukus pada lambung
- Menambah neural excitability
- Pada darah menyebabkan eosinopenia, limfositopenia, dan signifikan neutrofilia
165
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
3. Androgen
- Anabolisme protein normal
- Untuk pertumbuhan & maturasi
2. Thorn’s test
Penderita sebelumnya kita hitung jumlah eosinofil, kemudian disuntik 25 unit ACTH
I.M., setelah 4 jam hitung lagi eosinofilnya
Pd keadaan normal : ACTH merangsang cortex adrenal menyebabkan sekresi hormon ,
maka terjadi eosinopenia
Bila cortex adrenal kurang atau tidak berfungsi, setelah disuntik ACTH , maka tidak
terjadi eosinopenia.
6. Elektrokardiogram (EKG)
Dilihat kelainan akibat pengaruh K
166
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
Pemeriksaan lab. :
- Ekskresi 17 ketosteroid dan 17 hidroksi kortikoid dalam urin meningkat
- Hiperkalsiuria akibat osteoporosis yang disebabkan peningkatan kortisol
- Na dan Cl serum meningkat disebabkan retensi H2O
- Kadar K serum menurun
- GTT abnormal akibat terjadi diabetes
- Hipokalemik alkalosis
- Polisitemia dengan Hb meningkat
- Relatif limfopenia dan eosinopenia
- Plasma 17 hidroksi kortikoid meningkat
Pada orang tua osteoporosis yang terjadi tetap irevelsibel walaupun telah diberi terapi,
sedangkan pada anak-anak dapat terjadi rekalsifikasi.
Sekunder :
Cushing’s disease = pituitary Cushing’s syndrome
Yang paling umum terjadi karena kekurangan glukokortikoid sebagai akibat adanya
tumor pituitari yang mensekresi ACTH.
Pemeriksaan secara invasif dengan biaya mahal dan risiko tinggi yaitu pengambilan
darah dari sinus petrosus inferior yaitu konsentrasi ACTH dalam darah sinus petrosus
inferior harus melebihi 2 X konsentrasi dalam darah tepi.
167
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
Penyebab yang paling umum karena proses autoimun dan jarang akibat
proses tuberculosis.
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan : - Serum : - Na menurun
- Cl menurun
- K meningkat
- Urin : 17 ketosteroid menurun
• Sekunder
SECONDARY ADRENAL HYPOFUNCTION
Disebabkan kekurangan ACTH yang disekresi pituitary yang disebabkan oleh tumor
atau infark hipotalamus atau pituitari anterior. Biasanya kekurangan glukokortikoid
saja.
KRISIS ADDISON
Ò Kerusakan akut cortex adrenal dengan gejala-gejala :
- Hipotensi - Asidosis metabolik
- Syok, sianosis - Kadar ureum meningkat
- Dehidrasi akibat pelepasan H2O dari tubuh meningkat menyebabkan
volume plasma menurun
168
PK - THYROID, P.THYROID, ADRENAL
TIROID DAN OBAT ANTITIROID
1. Kelenjar tiroid
Karena anatominya yang menonjol, kelenjar tiroid merupakan satu dari kelenjar- kelenjar
endokrin pertama yang dihubungkan dengan keadaan klinis disebabkan oleh malfungsinya.
Kelenjar tiroid membentuk 2 jenis hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotitonin (T3)
yang berikatan dengan tiroglobulin, suatu protein penyusun koloid dalam folikel tiroid.
Hormon ini berperan dalam pertumbuhan, perkembangan dan pembentukan energi yang
diperlukan tubuh.
iodida. Pada tikus, bila terjadi kekurangan iodium, rasio T4 terhadap T3 akan menurun
(dari 4/1 menjadi 1/3)
meningkat, yang menyebabkan TSH menurun dan produksi serta sekresi hormon tiroid
menurun.
A. Hubungan tiroid-hipofisis
Sel hipotalamus menyekresi hormon perilis tirotropin ( thyrothropin-releasing
hormone = TRH). TRH disekresi ke dalam kapiler dari sistem vena porta hipofisis,
dan dalam kelenjar hipofisis TRH kemudian berikatan dengan reseptor-protein G yang
akhirnya menstimulasi sintesis dan pelepasan hormon yang menstimulasi tiroid (TSH).
TSH kemudian menstimulasi suatu mekanisme adenilil siklase dan fosfolipase C dalam
sel tiroid untuk meningkatkan sintesis dan pelepasan T4 dan T3. Hormon tiroid tersebut
dengan suatu mekanisme umpan balik negatif bekerja dalam hipofisis untuk menghambat
aksi TRH. dengan mengurangi jumlah reseptor TRH serta mengurangi sekresi TSH. Di
dalam hipotalamus hormon tiroid akan menghambat sintesis dan sekresi TRH. Hormon
atau obat lainnya dapat pula mempengaruhi pelepasan TRH atau TSH.
171
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
Penggolongan hipotiroidi
1. Kretinisme (hipotiroidisme bawaan)
a. Atiroid
b. Struma endemik
2. Miksudem pada anak (Juvenile myxedema)
3. Miksudem pada orang dewasa (penyakit Gull)
a. Hipotiroidisme primer (kelainan pada tiroid)
1. spontan
2. penyebab lain: pembedahan, iodium radioaktif, obat-obatan
dan sebagainya
b . Hipotiroidisme sekunder karena kelainan di hipofisis
172
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
Hipertiroidi
Hipertiroidi (tirotoksikosis) adalah sindroma klinis yang terjadi apabila jaringan
terpapar pada kadar tinggi hormon tiroid.Hipertiroidi dibedakan menjadi penyakit Grave
(penyakit Basedow) dengan pembesaran tiroid difus dan ada gejala mata, serta penyakit
Plummer dengan pembesaran satu nodulus tanpa gejala mata.
Serum penderita penyakit Grave mengandung antibodi yang merangsang reseptor
TSH (TSH receptor-stimulating antibody = TSH-R Ab {stim}, yaitu imunoglobulin yang
menstimulasi tiroid (thyroid-stimulating immunoglobulin = TSI).
Semua gejala hipertiroidi terjadi karena pembentukan panas yang berlebihan, kepekaan
neuromuskuler yang meningkat dan aktivitas saraf simpatis yang bertambah yang
meningkatkan BMR. Penderita tidak tahan hawa panas, kulit merah, panas, basah, otot
lemah, tremor, nadi cepat denyut jntung lebih keras, nafsu makan meningkat, sukar tidur
dan penurunan berat badan.
173
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
hormon tiroid akan menginduksi peningkatan enzim malat dan fatty acid synthetase.
Efek pada pertumbuhan dan kalorigenesis disertai dengan suatu pengaruh yang menyebar
pada metabolisme obat dan juga karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Banyak dari
perubahan tersebut bergantung pada atau dimodifikasi oleh aktivitas hormon lainnya.
Sebaliknya, laju sekresi dan degradasi dari hampir semua hormon lain, termasuk
katekolamin, kortisol, estrogen, testosteron, dan insulin, dipengaruhi oleh status tiroid.
Efek pada kardiovaskuler: Hormon tiroid berpengaruh baik langsung maupun tidak
langsung pada fungsi jantung. Efek langsung adalah melalui pengaturan ekspresi gen
miokard yaitu gen α myosin heavy chain dan gen yang mengkode myosin Ca-ATP-ase.
Efek tidak langsung adalah melalui peningkatan sensitifitas miosit terhadap katekolamin
dan perubahan hemodinamik. Banyak manifestasi dari hiperaktivitas hipertiroid yang
mentyerupai aktivitas berlebihan sistem saraf simpatis, meskipun kadar katekolamin
tidak meningkat. Kemungkinan penjelasannya mencakup suatu peningkatan dari jumlah
situs reseptor beta atau peningkatan amplifikasi sinyal reseptor beta tanpa disertai
peningkatan jumlah reseptor. Perubahan aktivitas adenil siklase karena stimulasi
katekolamin sebagaimana diukur dari kadar cAMP didapatkan pada perubahan aktivitas
tiroid. Efek yang paling jelas dari hiperaktivitas katekolamin tersebut dapat dilihat pada
sistem kardiovaskular. Efek terhadap pace maker merupakan efek langsung.
Efek metabolik: Hormon tiroid merangsang perubahan kolesterol menjadi asam
empedu dan meningkatkan jumlah reseptor LDL pada permukaan hepatosit sehingga
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Hormon tiroid meningkatkan respon lipolitik
sel lemak terhadap hormon lain. Efek ini tidak melalui siklik AMP tetapi melalui
pengaturan kapasitas hormon lain dalam merangsang akumulasi siklik AMP dengan
menurunkan aktivitas fosofdiesterase yang menghidrolisa siklik AMP.
176
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
Masa kerja obat anti tiroid umumnya pendek. Propiltiourasil mempunyai masa kerja
2-8 jam, sedangkan metimazol dosis 10-25 mg dapat menghambat sampai 24 jam. Kedua
tionamid dapat melewati plasenta, tetapi penggunaan pada masa kehamilan lebih disukai
propiltiourasil karena obat ini lebih kuat terikat pada protein sehingga tidak mudah
menembus plasenta. Propiltiourasil juga tidak disekresi dalam jumlah besar dalam ASI
sehingga tidak perlu menghentikan pemberian ASI.
Efek Samping
Insidensi efek samping relatif rendah antara 3-7%, dengan insidensi agranulositosis 0,2%
yang terjadi pada beberapa minggu atau beberapa bulan pertama sehingga memerlukan
pemeriksaan jumlah lekosit secara rutin. Reaksi tersebut lazimnya bersifat reversibel
dengan cepat apabila obat dihentikan. Reaksi yang paling sering adalah rash urtikaria atau
papula. Reaksi yang agak jarang adalah nyeri sendi, nausea, sakit kepala, limfadenopati,
parestesi, pigmentasi kulit dan kerontokan rambut. Demam obat, hepatitis dan nefritis
lebih jarang terjadi. Gangguan fungsi hepar sering terjadi pada dosis tinggi propiltiourasil.
Indikasi
Penggunaan obat antitiroid adalah untuk:
1. Terapi definitif hipertiroidi sambil menunggu remisi spontan
2. Kombinasi dengan iodium radioaktif untuk mempercepat kesembuhan
3. Persiapan operasi untuk mengurangi gejala hipertiroid dan diberikan bersama
dengan iodium untuk mengurangi vaskularisasi dan kerapuhan
Efek terapi baru terlihat setelah beberapa hari sampai 1-2 minggu. Keadaan eutiroid
umumnya tercapai setelah 12 minggu dan dosis obat antitiroid harus dikurangi. Hipertiroidi
yang terkendali umumnya disertai dengan pengecilan goiter. Goiter yang membesar selama
pengobatan disebabkan oleh hipotiroidi akibat terapi berlebihan.
Obat antitiroid merupakan obat terpilih untuk kehamilan dengan hipertiroid, meskipun
pada trimester ketiga dosis harus dikurangi untuk mencegah terjadinya hipotiroid pada
fetus.
Posologi
Propiltiourasil tablet 50 mg, dosis 3 kali 100 mg/ hari
Metimazol tablet 5 mg dan 10 mg, dosis 3 kali 5 – 10 mg/ hari
Karbimazol tablet 5 mg dan 10 mg, dosis 3 kali 5 – 10 mg/ hari
Metiltiourasil tablet 25 mg dan 50 mg, dosis 200 mg terbagi 2 atau 4 dosis/ hari
merupakan penyebab terjadinya goiter endemik pada daerah tertentu di dunia terutama di
Afrika Tengah dengan asupan iodium yang rendah. Natrium dan kalium perklorat jarang
digunakan karena obat ini dapat menimbulkan anemi aplastik.
2.2.3. Iodida
Iodida telah dikenal sejak tahun 1920-an dan merupakan obat tertua yang digunakan
untuk mengobati hipertiroidi karena memiliki berbagai efek pada kelenjar tiroid.
Pada orang sehat dalam jumlah kecil diperlukan untuk sintesa hormon, dalam jumlah
besar menyebabkan goiter dan hipotiroid. Pada penderita hipertiroidi menekan fungsi
tiroid. Pada goiter akibat obat antitiroid, iodium yang diberikan bersama sediaan tiroid
justru memperbaiki fungsi tiroid. Peran iodida dalam kelenjar tiroid adalah:
(1) iodium diperlukan untuk sintesa hormon tiroid (2) iodium menghambat transport
aktifnya sendiri (3) kadar tinggi iodium intraseluler kelenjar tiroid menghambat secara
akut sintesis iodotirosin dan iodotironin ( Wolff-Chaikoff effect) selama 2 hari pertama,
selanjutnya terjadi ”escape”.
Penggunaan Terapetik Iodida
1. Persiapan sebelum operasi tiroid pada hipertiroidi, diberikan setelah gejala
hipertiroidi diatasi dahulu dengan obat antitiroid, baru kemudian diberikan
iodium/ larutan Lugol 3 kali 3-5 tetes/hari selama 7-10 hari sebelum operasi.
2. Pengobatan krisis tirotoksik dikombinasi dengan obat antitiroid dan propanolol.
3. Terapi pencegahan di daerah goiter endemik.
4. Melindungi kelenjar tiroid dari iodium radioaktif setelah kecelakaan reaktor
nuklir.
Penggunaan kroinis iodida pada kehamilan sebaiknya dihindari, karena iodida dapat
melewati plasenta dan dapat menyebabkan goiter pada janin.
Efek Samping
Kadang-kadang terjadi reaksi hipersensitif terhadap iodida atau senyawa iodium
organik intravena. Intoksikasi kronik iodida atau iodisme ditandai dengan rasa logam dan
terbakar di mulut, tenggorok, perangsangan selaput lendir dan peradangan faring, laring
serta tonsil. Kelainan kulit yang terjadi dapat ringan sampai akneform atau erupsi yang
fatal (ioderma). Gejala saluran cerna berupa iritasi lambung dan diare yang dapat disertai
perdarahan. Iodisme yang terjadi pada sebagian besar kasus bersifat reversibel apabila
obat dihentikan.
terapi I131kecil sekali yaitu 0,03 mg. Distribusi radioisotop iodium sama dengan distribusi
iodium biasa. Pada hipertiroidi jumlah yang diserap tiroid sangat meningkat, sedangkan
pada hipotiroidi jumlahnya berkurang. Ekskresi dalam urin berbanding terbalik dengan
jumlah yang ditahan oleh tiroid.
Efek Terhadap Tiroid
Emisi sinar radioaktif mempengaruhi jaringan parenkim sekeliling folikel, sedangkan
jaringan di luar tiroid umumnya tidak terpengaruh. Dosis rendah sekali tidak mengganggu
fungsi tiroid. Pada dosis yang cukup besar timbul efek sitotoksik berupa piknosis dan
nekrosis folikel diikuti hilangnya koloid dan fibrosis kelenjar.
Indikasi
Radioisotop terutama digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme dan diagnosis
hipertiroid.
Kontra Indikasi
Kontra indikasi utama penggunaan I131 adalah kehamilan karena tiroid fetus akan
menyerap dan memekatkan isotop sehingga menimbulkan kerusakan.
KALSITONIN
Kalsitonin merupakan polipeptida yang dibentuk oleh sel C kelenjar tiroid yang terdiri
atas 32 asam amino. Kalsitonin bersama hormon paratiroid berperan dalam metabolisme
kalsium mempunyai masa paruh yang singkat yaitu selama 10 menit. Ekskresi hormon
ini tidak dipengaruhi oleh hipofisis dan ginjal.
Kalsitonin berfek hipokalsemik dan hipofosfatemik dan langsung menghambat
resorpsi tulang dengan cepat dan sementara. Kalsitonin telah diselidiki efeknya pada:
1. osteoporosis akibat usia lanjut, imobilisasi dan keadaan tanpa bobot
yang menyebabkan dekalsifikasi
2. hiperparatiroidisme
3. kanker dengan hiperkalsemia
179
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
HORMON PARATIROID
Hormon paratiroid (HPT) dibentuk oleh 4 kelenjar kecil diujung-ujung kelenjar tiroid,
yang merupakan polipeptida tunggal dengan 84 asam amino. Aktivitas biologisnya
ditentukan oleh 34 asam amino pertama.
Sintesis dan Sekresi
Hormon paratiroid disintesis dalam endoplasmic reticulum sebagai prohormon dengan
berat molekul 12.000 yang akan bergerak ke aparatus Golgi dan mengalami perubahan
menjadi hormon paratiroid. Hormon kemudian disimpan dalam granula, yang setelah
mengalami pematangan kemudian akan disekresikan. Di dalam darah atau di jaringan
hormon paratiroid akan dipecah antara asam amino ke-33 dan ke-34. Di dalam kelenjar
dapat terjadi proteolisis yang kemudian hormon dapat disekresikan.
Fisiologi
Hormon paratiroid terutama berfungsi mempertahankan kadar ion kalsium dalam cairan
ekstrasel agar tetap stabil. Kadar ion kalsium dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain: absorbsi dari saluran cerna, penyimpanan dan mobilisasi dalam tulang, serta ekskresi
melalui urin, keringat feses dan air susu.
Sekresi paratiroid meningkat pada keadaan hipokalsemia, yang akan merangsang
uptake asam amino, sintesa asam nukleat dan sintesa protein dan sekresi HPT. Ion kalsium
mengatur pertumbuhan kelenjar paratiroid, sintesa dan sekresi PTH.
Metabolisme Kalsium
Kalsium tubuh dipengaruhi oleh:
1. vitamin D, HPT dan kalsitonin
2. Growth hormone (GH), hormon seks, tiroksin, glukokortikoid, hormon
pankreas
3. Diit: fosfat anorganik, sitrat
Jumlah kalsium orang dewasa 1-1,2 kg: 99% berada di tulang .
Kalsium ekstrasel 54% terionisasi diikat fosfat/ sitrat, sisanya terikat albumin.
Fungsi kalsium adalah untuk pembekuan darah, kontraksi otot dan fungsi saraf. Penurunan
kadar ion kalsium ekstrasel akan menghambat fungsi hubungan otot saraf, tetapi diimbangi
oleh efek eksitasi terhadap saraf dan otot karena menurunnya kadar ion kalsium.
180
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
Penurunan kadar kalsium darah menyebabkan tetani yang antara lain terjadi pada
alkalosis (protein menjadi bermuatan negatif), absorbsi dari saluran cerna (di proksimal
usus halus) berkurang, ambilan kalsium dalam diit berkurang atau ekskresi kalsium dalam
urin meningkat (nefritis, defisiensi paratiroid). Absorbsi kalsium dari usus menurun bila
terdapat garam kalsium fosfat, kalsium oksalat atau suasana alkalis, dan akan meningkat
pada diit tinggi protein. Kelebihan kalsium di usus akan dikeluarkan melalui feses.
Efek Hormon Paratiroid
Saluran Cerna
HPT meningkatkan absorbsi kalsium di usus dengan bantuan vitamin D (mempercepat
perubahan 25-hidroksikolekalsiferol = 25-OH-D3 di ginjal menjadi 1,25 di-OH-D3 yang
akan meningkatkan absorbsi kalsium di usus). HPT juga meningkatkan ambilan fosfat di
usus.
Tulang
HPT meningkatkan - kecepatan resorpsi kalsium dan fosfat dari bagian stabil tulang
- diferensiasi sel mesenkim menjadi osteoklas dan masa paruh
osteoklas
menurunkan - aktivitas osteoblas
- pembentukan kolagen matriks
Ginjal
HPT meningkatkan reabsorbsi kalsium dan ekskresi fosfat yang akan meningkatkan
kadar kalsium darah. Ekskresi magnesium dan ion H dihambat, sedangkan ekskresi air,
asam amino, sitrat, kalium, natrium, klorida, bikarbonat dan sulfat meningkat.
Gangguan Fungsi
Hipoparatiroidisme
Hipofungsi kelenjar paratiroid terjadi akibat:
- spontan
- tiroidektomi/ operasi di leher
- idiopatik/ penyakit kelenjar: jarang
- genetik: pseudohipoparatiroid, tidak bereaksi terhadap
pemberian PTH : jarang
Gejala akibat hipokalsemia dan penurunan ambang rangsang membran yang
terpolarisasi, berupa : tetani, peningkatan ambang rangsang hubungan otot-saraf, spame
laring, spasme otot dan konvulsi. Keadaan ini dapat terjadi akibat gangguan absorbsi/
defisiensi kalsium dan vitamin D dalam diit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kontraksi
otot skelet pada perangsangan mekanik saraf yang bersangkutan, dapat diikuti dengan
tetani, spasme karpopedal, otot polos: m. siliaris, iris, esofagus, intestinal, vesika urinaria
dan bronkus. Pada yang kronik, ektodermal berubah yaitu rambut rontok, kuku cekung,
mudah patah, gigi rusak, katarak dan gangguan psikis. Terapi adalah dengan vitamin D dan
pemberian kalsium.
181
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
Hiperparatiroidisme
Pemberian HPT jangka lama pada hewan menyebabkan dekalsifikasi tulang, terjadi
pembentukan kista , deformitas tulang dan fraktur spontan. Kelainan lain adalah terjadi
kalsifikasi metastatik di jaringan lunak seperti jaringan lemak, ginjal. Dinding lambung,
bronkus, tunika media arteriol, tidak enak makan, muntah diare, atonia otot. Kematian
disebabkan insuffsiensi ginjal, akibat nefrokalsinosis difus dan nefrolitiasis.
Hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh hipersekresi kelenjar paratiroid (hiperplasia,
adenoma/karsinoma) atau tumor dengan sekresi mirip HPT. Kadar kalsium plasma biasanya
meningkat, dapat normal dan fosfat menurun. Dalam urin didapatkan hiperkalsiuri dan
hiperfosfaturi yang menyebabkan pembentukan batu ginjal, bila berat dapat menimbulkan
nefrokalsinosis difus yang menyebabkan terjadinya insufisiensi ginjal.
Gejala klinik hiperparatiroidisme adalah hipotonia, kelemahan otot secara umum,
gangguan fungsi otot polos, konstipasi, gejala saluran cerna seperti anoreksi, nausea,
vomiting, gangguan jantung dan neuropsikiatri.
Hiperparatiroidisme sekunder terjadi akibat penurunan kadar kalsium plasma akibat
gangguan absorbsi dan gangguan ginjal/ nefritis kronis.
Hipersekresi HPT apapun sebabnya, menyebabkan beberapa kelainan, yaitu: 1/3 penderita
mengalami perubahan tulang yang hebat seperti Osteitis fibrosa generalisata atau penyakit
von Recklinghausen, 1/3 lainnya hanya mengalami dekalsifikasi ringan, dan 1/3 lainnya
tidak ditemukan resorpsi tulang akibat asupan kalsium yang cukup.
HPT hanya diberikan secara suntikan subkutan atau IV, dengan waktu paruh 20 menit,
akan terikat oleh α globulin plasma dan mengalami degradasi di hepar dan ginjal. Saat
ini HPT tidak digunakan lagi, cukup diberi kalsium dan vitamin D. HPT juga digunakan
untuk mendiagnosa pseudohipoparatiroid yang mana tidak meningkatkan kadar kalsium
plasma, ekskresi fosfat dan siklik AMP.
182
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
DAFTAR PUSTAKA
Greenspan, FS. And Dong, BJ . 2001. Thyroid and Antithyroid Drugs. In Basic
Clinical Pharmacology (KatzungB.G.: editors). 8th edition New York: Lange Medical
Books/McGraw-Hill
183
FARMAKO THYROID DAN OBAT ANTITHYROID
KORTIKOSTEROID
Pendahuluan
Aksi Farmakologi
Steroid adrenal terikat pada reseptor intraseluler spesifik di target jaringan. Kompleks
Reseptor-Hormon ditransportasi ke dalam nukleus yang mana kompleks berinteraksi
dengan DNA, menyebabkan naiknya sintesis RNA. Sebagian besar efek glukokortikoid
terjadi melalui reseptor glukokortikoid yang tersebar luas. Protein protein tersebut
merupakan anggota reseptor inti yang meliputi steroid, sterol (vit D), tiroid, retinoic
acid, dan lain lain. Ligan dari banyak reseptor belum diketahui, oleh karena itu reseptor
tersebut dinamakan reseptor orphan. Tanpa ligan hormonal, reseptor glukokortikoid
terutama bersifat sitoplasmik dalam kompleks oligomerik dengan heat shock protein
(Hsp).Hormon bebas dari plasma dan cairan interstisiel memasuki sel dan terikat pada
receptor, à perubahan konformasi dengan akibat hormon terpisah dari Hsp. Kompleks
reseptor terikat—ligan kemudian ditranspor secara aktif ke dalam nucleus, tempat
reseptor tersebut berinteraksi dengan DNA dan protein inti. Sebagai suatu homodimer,
reseptor tersebut terikat pada elemen reseptor glukokortokoid (GRE) dalam promoter
gen gen yang responsif.
Farmakokinetika
Kortisol (hidrokortison) disekresi 10-20 mg/hr tanpa adanya stres. Tingkat sekresi
menurut irama sirkadian yang ditentukan oleh pulsa tak beraturan ACTH dan mencapai
puncak pada dini hari dan sesudah makan.. Pada plasma kortisol terikat pada protein
dalam sirkulasi. Corticosteroid binding globulin (CBG) suatu globulin α2 yang disintesis
oleh hati—mengikat 90% hormon dalam kondisi normal, sedangkan sisanya ± 5-10%
bersifat bebas terikat lemah pada albumin (± 5%) t½ kortisol 60-90 menit. T½ akan
meningkat bila diberikan dosis besar atau pada stres, hipotiroidisme atau penyakit hati.
Ekskresi 1% tak berubah di urin sebagai kortisol bebas, 20% kortisol diubah menjadi
184
FARMAKO KORTIKOSTEROID
FARMAKO KORTIKOSTEROID
kortison oleh 11- hidroksil dehidrogenase di ginjal dan jaringan lain dengan reseptor
mineralokortikoid sebelum sampai ke hati. Sebagian besar kortisol diinktivasi di hati
dengan reduksi à tetrahidrokortisol dan tetrahidrokortison oleh 3-hidroksisteroid
dehidrogenase.
Glukokortikoid
a. Promote normal metabolism. Glukokortikoid menstimulasi glukoneogenesis dengan
dua cara: 1. meninggikan uptake asam amino melalui liver dan ginjal dan 2. meninggikan
aktivitas enzim glukoneogenik.
Menstimulasi katabolisme protein dan lipolisis, hal ini akan menghambat pertumbuhan
dan energi untuk sintesis glukosa. (Pada insufsiensi akan terjadi hipoglikemia seperti
pada stres dan puasa). Meskipun glukokortikoid menstimulasi sintesis protein dan RNA
di hati, glukokortikoid mempunyai efek katabolik di limfoid, jaringan2 pengikat, otot,
lemak dan kulit. Dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan kelemahan. Efek2
katabolik pada tulang merupakan penyebab osteoforosis dalam sindroma Cushing dan
menentukan pembatasan penggunaan terapi glukokortikoid jangka panjang
b. Meninggikan resistance to stress. Dengan meningginya level glukosa plasma, maka
tubuh menyediakan tenaga untuk melawan stres. Glukokortikoid dapat meninggikan
tekanan darah., dengan cara meningkatkan aksi vasokonstriksi rangsangan adrenergik
pada pembuluh darah kecil. (Individu dengan insufisiensi dalam keadaan stres berat
akan terjadi hipotensi).
c. Meninggikan level sel darah plasma. Menyebabkan berkurangnya eosinofil, basofil,
monosit, dan limposit, dan sebaliknya akan meninggikan level darah Hb, eri, PMN.
(Berkurangnya liposit dan makrofag akan terjadi berkurangnya kesanggupan
mengatasi infeksi).
d. Anti-inflamasi dan Imunosupresif. Berdasarkan menurunnya level limposit perifer
disertai dengan penghambatan enzim fosfolipase A2, suatu enzim yang mengeluarkan
asam arakhidonat suatu prekursor prostaglandin dan leukotriene. Glukokortikoid
menghambat fungsi makrofag dan sel penyebab antigen lainnya. Kemampuan
sel tersebut untuk bereaksi terhadap antigen dan mitogen diturunkan. Efek terhadap
makrofag mengakibatkan membatasi kemampuan untuk memfagosit dan membunuh
mikroorganisme serta menghasilkan Tumor Nekrosis Factor-a, IL-1, metalloproteinase,
dan aktivator plasminogen. Makrofag dan lifosit memproduksi sedikit IL-12 dan
interferonγ—penginduksi aktivitas sel TH1 yang penting – dan imunitas seluler.
Glukokortikoid bila diberikan local akan terjadi vasokonstriksi, yang diduga menekan
degranulasi sel mast. Juga menurunkan permiabilitas kapiler dengan menurunkan
jumlah histamine yang dirilis oleh basofil dan sel mast.
Hormon bekerja secara “feed back mechanism” (lihat gambar di bawah)
185
FARMAKO KORTIKOSTEROID
FARMAKO KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid sintesis
A. Sumber: Steroid2 farmasetik biasanya disintesis dari cholic acid (dari hewan ternak)
atau steroid sapogenin dalam diosgenin dan hecopenin tertentu pada tumbuhan
family Liliaceae dan Dioscoreaceae.
186
FARMAKO KORTIKOSTEROID
FARMAKO KORTIKOSTEROID
Kerja Menengah
Triamsinolon 5 5 0 4 Oral,inj.,topikal
Parametason 10 0 2 Oral.,inj
Fluprednisolon 15 7 0 1,5 Oral
Kerja Lama
Betametason 25-40 10 0 0,6 Oral,inj.,topikal
Deksametasson 30 10 0 0,75 idem
Mineralokortikoid
Oral,inj.,topikal
Fludrokortison 10 10 250 2
Inj, pellet.
Desoksikortison asetat 0 0 20
Farmakoterapi
Beberapa derivat semisintetik telah dikembangkan dengan berbagai efek anti-inflamasi
dan derajat retensi Na. Penggunaan terapi seperti:
187
FARMAKO KORTIKOSTEROID
FARMAKO KORTIKOSTEROID
f. Treatment of allergies: Sangat berguna dalam pengobatan alergi obat, serum, dan
reaksi transfusi, asma bronkiale, rinitis alergika; sifatnya kuratif.
Diperkenalkannya beklometason propionat sebagai aerosol untuk asma, secara topikal
pada dinding (mukosa) saluran nafas melalui inhalasi.
Klasifikasi Obat
188
FARMAKO KORTIKOSTEROID
FARMAKO KORTIKOSTEROID
Mineralokortikoid
Mineralokortikoid yang penting adalah aldosteron, disamping desoksikortikosteron,dan
Fludrokortison.
Bekerja sebagai Homeostasis air dan elektrolit. Mengontrol volume air dan elektrolit
terutama Na dan K. Aldosteron bekerja pada tubulus ginjal, mereabsorpsi Na, HCO3, air
(H2O).Sebaliknya aldosteron mengurangi reabsorpsi K, keluar melalui urin. (Peninggian
aldosteron menyebabkan alkalosis dan hipokalemia, deisamping itu retensi air dan Na
menyebabkan naiknya volume darah dan tekanan darah).
1. Aldosteron
Aldosteron disintesis terutama di zona glomerulosa korteks adrenal. Aldosteron tak
kurang dari 1/3 efektivitas kortisol dalam menekan ACTH. Konsentrasi aldosteron tak cukup
untuk kontrol umpan balik sekresi ACTH. Efek fisiologis dengan sifat mineralokortikoid
memicu reabsorpsi Na+ dari tubulus proksimal dan tubul distalis digabungkan dengan ke
ekskresi K+ dan ion H+. Reabsorpsi Na+ pada kelenjar keringat dan ludah, mukosa saluran
cerna dan melalui membrane sel juga meningkat. Kadar aldosteron berlebih (tumor) atau
overdosis menyebabkan hipernatriemia, hipokalemia, alkalosis metabolic, peningkatan
volume plasma dan hipertensi.
Mekanisme kerja:
Terikat pada reseptor mineralokortikoid pada sitoplasma sel target, terutama sel uatama
dari tubulus proksimaldan distal. Kompleks reseptor – obat mengaktifkan serangkaian
seperti glukokortikoid. Perlu diperhatikan bahwa reseptor memiliki afinitas sama dengan
kortisol. Spesifikasi untuk mineralokortikoid pada situs tersebut diduga digabungkan
(sebagian), dengan terdapatnya enzin 11β-hydroxysteroid dehydrogenase yang mengubah
kortisol menjadi kortison. Kortison memp[unyai afinitas rendah terhadap reseptor dan
diinkatifasi sebagai suatu mineralokortikoid atau glukokortikoid.
Metabolisme
Aldosteron diekskresi 100-200 µg/hr pada orang normal. Kadar plasma pria: 0,007 µg/
dL, t½ 15-20 menit (suntikan) dan tak terikat kuat dengan serum protein. Ekskresi di urin
dalam bentuk tetrahidroaldosteron yang terkonjugasi. Sekitar 5-15 µg/24 jam diekskresi
bebas atau sebagai 3-oxo- glukuronida.
2. Desoksikortikosteron (DOC)
DOC berfungsi sebagai precursor aldosteron. Normal diekskresi ± 200 µg/hr. T½ saat
disuntikan kira2 70 menit. Pengendalian DOC oleh ACTH. Diet garam tak meningkatkan
sekresi DOC. Sekresi DOC meningkat pada karsinoma adrenokortikal dan hyperplasia
adrenal congenital dengan penurunan aktivitas P450c11 atau P450c17.
189
FARMAKO KORTIKOSTEROID
FARMAKO KORTIKOSTEROID
3. Fludrokortison
Senyawa ini dengan aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid, merupakan
mineralokortikoid yang paling banyak digunakan. Dosis 0,1 mg/2-7x seminggu mempunyai
aktivitas retensi garam yang kuat dalam pengobatan insufisiensi adrenokortikal yang
dikaitkan dengan defisiensi mineralokortikoid dan terlalu kecil mengharapkan sebagai
anti-inflamasi.
Antagonis Adrenokortikal
1. Metirapon
Merupakan penghambat sintesis steroid yang relative selektif. Senyawa tersebut
menghambat 11-hidroksilasi, mengganggu sintesis kortisal dan kortikosteron. Pada
kelenjar pituitari normal ada peningkatan kompensasi sekresi 11-deoksikortisol dan ini
merupakan ukuran kapasitas pituitary anterior unntuk memprodukasi ACTH
Toksisitas metirapon lebih rendah daripada mitotan. Obat ini dapat menimbulkan pusing
sementara dan gangguan saluran cerna.
Penggunaan terapi:
Belum luas untuk sindroma Cushing!s , dengan dosis 0,25 mg/2x/hr sampai 1 g 4x/hr
à dapat menurunkan kadar kortisolà normal.
Lazim digunakan untuk tes fungsi adrenal. Kadar darah 11-hidroksikortisol dan ekskresi
urin dari 17-hidroksikortikosteroid diukur sebelum dan sesudahnya. Normalnya: ada
pengkatan ekskresi urin 2x atau > dari 17-hidroksikortikoid.
Cara mengukur fungsi adrenal: berikan metirapon2-3 g per-oral tengah malam, kemudian
diukur kadar ACTH atau 11-deoksikortisol dalam daranya jam 8 pagi, atau membandingkan
kadar 17-hidroksikortikosteroid di urin dalam 24 jam.
ESO: retensi garam, dan air serta hirsutisme karena penyimpangan precursor
11-hidroksikortisol ke DOC dan sintesis androgen.
2. Aminoglutetimid
Menyekat konversi kolesterol ke pregnenolon dan menyebabkan penurunan semua
sintesis steroid. Obat tersebut digunakan bersama deksametason dan hidrokortison
untuk menurunkan atau menghilangkan produksi estrogen pada penderita Ca payu
dara, penggunaan telah digantikan dengan tamoksifen. Pada sindroma Cushing dapat
di berikan bersama metirapon atau ketokonazol untuk menurunkan kadar steroid.
Telah diduga aminoglutetimid meningkatkan kirens beberapa steroid dan terbukti
memperbesarmetabolisme deksametason, sehingga memperpendek T1/2 4-5 jam ke
190
FARMAKO KORTIKOSTEROID
FARMAKO KORTIKOSTEROID
2 jam. Dosis 1 g/hr ditoleransi dengan baik, dalam dosis yang lebih tinggi terjadi letargi
dan ruam kulit.
3. Ketokonazol
Sutu anti jamur turunan imidazol, meghambat sintesis steroid adrenal dan gonadal yang
agak nonselektif dan kuat. Senyawa tersebut menghambat pembelahan rantai samping
kolesterol, P450c17, C17,20 – liase, 3β hidroksisteroid dehidrogenase.
Telah digunakan untuk terapi sindroma Cushing, dosis 200 = 1200 mg/hr.
5. Mitotan
Mempunyai sifat adrenolitik pada anjing, dan tingkatan yang < pada manusia.. Obat
diberikan 12 g/hr per-oral dengan dosis terbagi.. Pada 1/3 pasien dengan Ca adrenal à
pengecilan tumor. Pada 80% pasien efek toksisnya parah à penurunan dosis.
6. Trilostan
Suatu penghambat 3β-hidroksisteroid dehidrogenase yang mengganggu sintesis
hormone adrenal dan gonadal dan sebanding dengan aminoglutetimid.
Antagonis Mineralokortikoid
Selain obat mengganggu sintesis aldosteron, terdapat steroid yang bersaing dengan
aldosteron untuk mengikat situs dan menurunkan efek perifernya., dalam hal ini
progesterone bersifat sedikit aktif.
Spironolakton
Suatu 7α-asetiltiospironolakton. Mula kerja lambat, dan efeknya bertahan 2-3 hari
setelah penghentian obat.
191
FARMAKO KORTIKOSTEROID
FARMAKO KORTIKOSTEROID
Penggunaan terapi:
Untuk aldosteronism primer dengan dosis 50-100 mg/hr, dan dapat memperbaiki banyak
manifestasi aldosteronisme. Dapat untuk diagnosis atau penundaan operasi pengangkatan
adenoma.
Bila digunakan sebagai diagnostik untuk menditeksi aldosteronisme pada apsien dengan
hipokalemik dan hipertensi, dosis 400-500 mg/hr selama 4-8 hari bersama diet Na dan K.
Untuk persiapan operasi dosis 300-400 mg/hr selama 2 minggu tapi dapat menyebabkan
aritmia jantung (diduga).
Spironolakton adalah antiandrogen, dan dapat diberikan pada hirsutisme pada wanita.
Dosis 50-200 mg/hr akan menurunkan kepadatan, diameter, dan kecepatan pertumbuhan
rambut wajah pada pasien hirsutisme sekunder atau idiopatik terhadap androgen berlebih.
Kortikosteroid topikal
Lazimnya harus dibawah pengawasan ahli. Jangan diresepkan untuk “mata merah”
yang belum didiagnosis. Ada 2(dua) bahaya pemberian steroid topikal:
1. Mata merah dapat disebabkan oleh virus herpes simpleks yang menyebabkan ulkus
dendritik, steroid memperburuk kondisi yg mengakibatkan hilangnya penglihatan,
bahkan hilangnya mata.
2. Akibat dari formulasi tetes mata dapat timbul “glaukoma steroid” setelah pengobatan
bbrp minggu. Penggunaan produk kombinasi jarang dibenarkan. Kortikosteroid dapat
diberikan 2 hari sekali untuk minimali eso. Risiko menimbulkan glaukoma tidak besar,
tapi risiko katarak steroid sangat besar (75%), bila > 15 mg/hr selama beberapa tahun.
192
FARMAKO KORTIKOSTEROID
FARMAKO KORTIKOSTEROID
193
FARMAKO KORTIKOSTEROID
FARMAKO KORTIKOSTEROID
REFERENCES
194
FARMAKO KORTIKOSTEROID
PENGANTAR OBAT OTONOM
Anatomi
Koordinasi dan integrasi fungsi tubuh dilakukan melalui sistem saraf dan sistem
endokrin. Pelaksanaan melalui sistem saraf dilakukan melalui serabut saraf (axon) dan
melalui transmiter, sedangkan yang melalui sistem endokrin terjadi melalui hormon.
Sistem saraf terbagi dalam susunan saraf somatik dan susunan saraf otonom atau susunan
saraf gaib/ vegetatif. Susunan saraf somatik mempersarafi otot lurik/ otot rangka dan
berfungsi untuk melakukan pergerakan tubuh dan menentukan posisi tubuh. Hal ini berarti
susunan saraf somatik berada di bawah pengaruh kesadaran. Sebaliknya susunan saraf
otonom tidak dibawah pengaruh kesadaran atau kegiatannya berlangsung tanpa disadari,
seperti kegiatan otot polos, otot jantung dan kelenjar. Susunan saraf otonom berfungsi
untuk mengatur sirkulasi, denyut jantung, pernafasan, tonus otot polos dan sekresi kelenjar.
Lingkaran refleks susunan saraf otonom tersusun dari 6 bagian, yaitu reseptor, saerabut
saraf aferen, ganglion, pusat, serabut saraf eferen dan efektor. Reseptor saraf otonom
contohnya adalah presso-reseptor, kemoreseptor. Serabut aferen saraf otonom antara
lain N. Vagus, N. Pelvicus, N. Splanknikus dll. Serabut-serabut ini diteruskan melalui
ganglion atau sel dalam kolumna dorsalis ke kolumna intermedia. Pusat saraf otonom
terdapat di medula oblongata yang merupakan pusat pernafasan dan tekanan darah,
juga di hipotalamus yang mengandung pusat suhu tubuh, pusat keseimbangan air, pusat
metabolisme karbohidrat dan lemak, pusat tidur dll. Serabut eferen yang keluar dari
pusat otonom disalurkan melalui saraf praganglion, ganglion dan saraf paskaganglion
yang berakhir pada sel efektor. Serabut eferen ini dibedakan atas sistem simpatik dan
parasimpatik. Sistem simpatik disalurkan melalui serabut torakolumbal dari torakal I
sampai lumbal III . Sistem parasimpatik disalurkan melalui serabut craniosakral yaitu N.
III, N. VII, N. IX, N X dan N. Pelvicus yang berasal dari bagian sakral segemn 2, 3 dan 4.
Efektor contohnya adalah otot jantung.
Saraf otonom dan saraf somatik mempunyai 5 perbedaan utama, yaitu:
1. Saraf otonom menginervasi semua struktur dalam badan kecuali otot rangka,
sedangkan saraf somatik mempersarafi otot rangka, kecuali otot jantung
2. Saraf otonom mempunyai sinaps pada ganglion yang berada di luar SSP, sedangkan
saraf somatik mnempunyai sinaps di dalam SSP.
3.
195
FARKO PENGANTAR OTONOM
FARKO PENGANTAR OTONOM
4. Saraf otonom mempunyai plexus yang berada di luar SSP, sedangkan saraf somatik
tidak mnempunyai plexus.
5. Serabut pascaganglion saraf otonom tidak bermyelin, sedangkan saraf somatik
bermyelin.
6. Pada denervasi saraf otonom, sel efektor bersifat otonom, karena masih dapat
bekerja tanpa persarafan, sedangkan pada denervasi saraf somatik sel efektor
mengalami paralisis.
Saraf otonom juga berhubungan dengan saraf somatik, sebaliknya perubahan pada saraf
somatik juga dapat mempengaruhi fungsi organ otonom.
Pada umumnya sistem simpatis dan para simpatis dalam tubuh bekerja secara
antagonistik. Bila sistem simpatis memacu fungsi suatu organ, maka sistem parasimpatis
akan menghambatnya. Fungsi yang terlihat pada suatu organ merupakan hasil perimbangan
antara kedua sistem tersebut. Bila terjadi inhibisi pada salah satu sistem, maka fungsi
organ akan didominasi oleh sistem yang lain. Sifat antagonistik ini tidak terjadi pada
semua organ, misalnya pada sekresi kelenjar liur dirangsang oleh keduanya, tetapi sekret
yang dihasilkan berbeda kualitasnya. Perangsangan oleh saraf simpatis menghasilkan liur
yang kental, sedangkan perangsangan saraf parasimpatis menghasilkan liur yang encer.
Pada organ tertentu fungsinya dapat saling melengkapi, misalnya pada fungsi seksual,
rangsangan parasimpatis menyebabkan ereksi, sedangkan ejakulasi dilaksanakan oleh
saraf simpatis.
Sistem simpatis aktif secara terus menerus, meskipun berbeda intensitasnya dari waktu
ke waktu. Dalam keadaan darurat, sistem simpatoadrenal yaitu sistem simpatis dan medula
kelenjar adrenal bekerja sebagai satu kesatuan dan secara serentak. Sistem parasimpatis
197
FARKO PENGANTAR OTONOM
FARKO PENGANTAR OTONOM
fungsinya lebih terlokalisir yang terjadi sewaktu aktivitas organisme minimal dan tidak
perlu bekerja secara serentak. Aktivitasnya antara lain mempertahankan denyut jantung
dan tekanan darah, merangsang pencernaan seperti meningkatkan motilitas, sekresi getah
pencernaan, absorbsi makanan, proteksi retina terhadap cahaya berlebihan, mengosongkan
rektum dan kandung kemih.
198
FARKO PENGANTAR OTONOM
FARKO PENGANTAR OTONOM
MATA
dilatator pupillae kontraksi -
sfinkter pupillae - kontraksi
KELENJAR AIR MATA - sekresi
199
FARKO PENGANTAR OTONOM
FARKO PENGANTAR OTONOM
Transmisi Kolinergik
Pada tahun 1926, Otto Loewi merangsang ujung saraf N. Vagus ternyata dihasilkan zat
aktif Vagusstoff. Penelitian selanjutnya menunjukkan Vagusstoff identik dengan asetilkolin.
Asetilkolin disimpan dan disintesa pada ujung saraf kolinergik dalam gelembung sinaps
serta akan dilepaskan bila ada N.A.P (Potensial aksi saraf). Pada penelitian lain ditemukan
200
FARKO PENGANTAR OTONOM
FARKO PENGANTAR OTONOM
Transmisi Adrenergik
Pada awal abad 20 ditemukan bahwa transmiter yang dilepaskan oleh ujung saraf
pasca ganglion simpatis adalah simpatin, yang identik dengan nor-epinephrin. Transmiter
adrenergik lainnya adalah dopamin yang terdapat di SSP terutama padfa sistem
ekstrapiramidal, dan epinephrin yang dihasilkan oleh medula adrenal. Ke-tiga transmiter
ini dikenal sebagai “katekolamin”.
202
FARKO PENGANTAR OTONOM
FARKO PENGANTAR OTONOM
203
FARKO PENGANTAR OTONOM
FARKO PENGANTAR OTONOM
Inaktivasi Transmiter
Inaktivasi asetilkolin dilakukan oleh enzim asetilkolin esterase menjadi kolin dan asam
asetat. Inaktivasi nor-epinephrine / nor-adrenalin dilakukan dengan penyerapan kembali
oleh ujung saraf (nerve uptake) dengan cara:
1. penghancuran oleh enzim COMT (Catekol O. Metil Transferase) menjadi nor-
metanefrin pada cairan ekstraseluler.
2. penghancuran oleh enzim MAO (Mono amine oxidase) secara deaminasi pada
sitoplasma sel saraf.
Produk degradasi sekitar 70% terdiri atas metanefrin, normetanefrin dan asam
vanilomandelat (VMA).
204
FARKO PENGANTAR OTONOM
FARKO PENGANTAR OTONOM
Kolinergik
Pilocarpine (muscarinic agonist)
Cevimeline (cholinergic agonist selektif M3)
Cholinesterase inhibitors: Pyridostigmine (Mestinon), Neostigmine (Prostigmin),
Donepezil (Aricept)
Antikolinergik
205
FARKO PENGANTAR OTONOM
FARKO PENGANTAR OTONOM
206
FARKO PENGANTAR OTONOM
PROMOSI KESEHATAN
dr. July Ivone, MKK, MPdKed
KESEHATAN
Menurut Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik
(badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan
kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas
dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan
seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari
produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung empat aspek. Perwujudan dari masing-
masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau
tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ
tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan
spiritual.
- Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
- Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
- Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana
ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari
praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah
keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan
agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang
lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam
arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap
hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa
(siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini
tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif
secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti,
misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan,
atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
207
PROMOSI KESEHATAN
PROMOSI KESEHATAN
Definisi menurut WHO sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental
dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau pun kelemahan.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati
penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan
kesehatn yang layak.
208
PROMOSI KESEHATAN
PROMOSI KESEHATAN
Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara mendeteksi dini
penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera dilakukan
pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy,
USG atau mamografi atau kolposcopy
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
- Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
- Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
- Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
5. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat,
untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu.
Oleh karena pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan
latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari
penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula
masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal.
Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang
cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat.
Pusat-pusat rehabilitasi bagi korban kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.
Menurut WHO (1984), Promkes adalah proses membuat orang mampu meningkatkan
kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka. WHO merumuskan Promkes
sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna,
baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.
210
PROMOSI KESEHATAN
PROMOSI KESEHATAN
3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk
mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturanperaturan, surat
keputusan.
Misi Promkes:
1. Advokat (advocate): Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat
kebijakan
2. Menjembatani (mediate): Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor
yang terkait dengan kesehatan
3. Memampukan (enable): agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan secara mandiri
Sasaran Promkes
1. Sasaran Primer: Sesuai misi pemberdayaan. Misal : kepala keluarga, ibu hamil/
menyusui, anak sekolah
2. Sasaran Sekunder: Sesuai misi dukungan sosial. Misal: Tokoh masyarakat, tokoh
adat, tokoh agama
3. Sasaran Tersier: Sesuai misi advokasi. Misal : Pembuat kebijakan mulai dari pusat
sampai ke daerah
211
PROMOSI KESEHATAN
PROMOSI KESEHATAN
Empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar mengubah perilakunya, yaitu:
a. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya
menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat.
b. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks
pengetahuan local.
c. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat
menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang dianjurkan.
d. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan untuk
membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan potensi
yang di miliki.
Dimensi aspek sasaran pelayanan kesehatan, yaitu :
1. Promkes pada Tingkat Promotif
Sasarannya adalah kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mampu meningkatkan
kesehatannya. Dalam suatu populasi 80% - 85% orang yang benar-benar sehat
(survei di negara berkembang) untuk memelihara kesehatannya sehingga jumlahnya
dapat dipertahankan.
2. Promkes pada Tingkat Preventif
Sasarannya adalah kelompok orang sehat dan kelompok high risk (bumil, bayi,
obesitas, PSK), dengan tujuan untuk mencegah kelompok tersebut agar tidak jatuh
sakit (Primary Prevention).
3. Promkes pada Tingkat Kuratif
Sasarannya adalah para penderita penyakit, utamanya penyakit kronis (DM, TBC,
Hipertensi), dengan tujuan untuk mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih
parah (Secondary Prevention).
4. Promkes pada Tingkat Rehabilitatif
Sasarannya adalah para penderita penyakit yang baru sembuh dari suatu penyakit,
dengan tujuan agar segera pulih kembali kesehatannya dan atau mengurangi
kecatatan seminimal mungkin (Tertiary Prevention).
2. Metode kelompok
Dalam memilih harus mengingatkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal sasaran.
- Kelompok Besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok
besar ini antara lain adalah ceramah, demonstrasi dan seminar.
- Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok
ini antara lain: diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming),
memainkan peran (roleplay).
- Metode massa: metode pendidikan kesehatan yang dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat
yang bersifat publik. Sasaran promosi bersifat umum, sehingga dapat
diterima oleh massa tersebut (untuk menggugah kesadaran masyarakat).
Contoh metode pendidikan kesehatan secara massal: ceramah umum,
pidato/diskusi tentang kesehatan melalui TV, simulasi, artikel atau
konsultasi kesehatan di koran satau majalah, bill board.
Macam-macam metode:
1. Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide,
pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran tanpa disertai tanya
jawab.
Ciri-ciri metode ceramah :
- Ada sekelompok sasaran yang telah dipersiapkan sebelumnya
- Ada ide
- Pengertian dan pesan tentang kesehatan yang akan disampaikan
- Tidak adanya kesempatan bertanya bagi sasaran
- Bila ada jumlahnya sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga untuk
mempermudah pengertian.
Keuntungan metode ceramah:
- Murah dan mudah menggunakannya
- Waktu yang diperlukan dapat dikendalikan oleh penyuluh
- Dapat diterima oleh sasaran yang tidak dapat membaca dan menulis
- Penyuluh dapat menjelaskan dengan menekankan bagian yang penting.
Kerugian metode ceramah:
- Tidak dapat memberikan kesempatan kepada sasaran untuk berpartisipasi
secara pro aktif (sasaran bersifat pasif)
- Cepat membosankan jika ceramah yang disampaikan kurang menarik sasaran
- Pesan yang disampaikan mudah untuk dilupakan oleh sasaran
- Sering menimbulkan pengertian lain apabila sasaran kurang memperhatikan.
2. Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menujukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang
sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana
cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode
ini dipergunakan pada kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
213
PROMOSI KESEHATAN
PROMOSI KESEHATAN
Ciri-ciri demonstrasi :
- Memperlihatkan pada kelompok bagaimana prosedur untuk membuat sesuatu
- Dapat meyakinkan peserta bahwa mereka dapat melakukannya dan dapat
meningkatkan minat sasaran untuk belajar.
Keuntungan demonstrasi:
- Kegiatan ini dapat memberikan suatu keterampilan tertentu kepada kelompok
sasaran
- Dapat memudahkan berbagai jenis penjelasankarena penggunaan bahasa yang
lebih terbatas
- Membantu sasaran untuk memahami dengan jelas jalannya suatu proses
prosedur yang dilakukan.
Kerugian demonstrasi:
- Tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang digunakan terlalu kecil atau
penempatannya kurang pada tempatnya
- Uraian atau penjelasan yang disampaikan kurang jelas
- Waktu yang disediakan terbatas sehingga sasaran tidak dapat diikutsertakan
3. Praktik
Praktik adalah cara untuk melihat tindakan yang dilakukan seseorang apakah sudah
sesuai dengan yang diinstruksikan. Untuk mengetahui ketrampilan murid dalam
menyikat gigi yang baik dan benar dilakukan praktik menyikat gigi secara bersama-
sama.
Media Promkes
Media Promkes adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, eltronika,
dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya
diharapkan dapat mengubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.
214
PROMOSI KESEHATAN
PROMOSI KESEHATAN
PERILAKU
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan aktivitas manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas baik yang dapat diamati langsung maupun tidak
langsung oleh pihak luar. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah lingkungan
yang mempengaruhikesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Menurut Bloom
(1974) membagi perilaku dalam 3 (tiga) domain (ranah) yakni : kognitif, afektif dan
psikomotor.
Menurut Notoatmodjo (2010), dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli
pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur
dari :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktuk organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
a. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
b. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek.
2. Sikap
Menurut Notoatmodjo sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang,setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dsb). Sikap belum merupakan
suatu tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Sikap
relatif konstan dan agak sukar berubah sehingga jika ada perubahan dalam sikap berarti
adanya tekanan yang kuat.
215
PROMOSI KESEHATAN
PROMOSI KESEHATAN
Rujukan
1. Notoatmodjo Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Rineka
Cipta. 2003
2. Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. 2010
3. Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
2012
4. Purnama Jaka. Media Dan Metode Penyuluhan yang Efektif Bagi Penyuluh Kesehatan.
2013. http://badandiklat.jatengprov.go.id/index.php?p=wi&m=dt&id=64
5. Purwaningsih. Konsep Promosi Kesehatan. http://www.ners.unair.ac.id/
materikuliah/promosi%20kesehatan2.pdf
216
PROMOSI KESEHATAN
SISTEM ENDOKRIN
217
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Growth Hromone
Hormon ini merupakan protein dan “species-spesific’ serta belum dapat sintesa di
laboratorium
Releasing hormone untuk GH yang diproduksi hipothalamus (GH-RH) sudah dapat
diisolasi dari kelenjar hipofise tapi belum dapat disintesa sedangkan hormon yang
menghambatnya (GH-H) sudah dapat disintesa dan disebut somatostatin. Somatostatin
ini dipergunakan untuk mengobati penyakit akibat hipersekresi GH yaitu pada penyakit
gagintismus dan akromegali.
Obat L-Dopa dapat meningkatkan kadar dopamin hipothalamus dan ini akan merangsang
sekresi GH-RH sehingga kada GHpun akan meningkat.
Prolaktin
Hormon ini merangsang awal laktasi ibu yang menyusui serta memelihara produksi ASI
selajutnya selama periode menyusui. Sekresi prolaktin diatru oleh Prolactine Releasing
Factor (PRF) dan Prolactine Inhibitory Factor (PIF).
Chlorpromazin dan L-Dopa masing-masing meningkatkan dan menghambat sekresi
prolaktin melalui hipothalamus
Tirotropin (TSH)
Fungsi TSH ialah : meningkatkan “uptake” yodium dan “clearance” yodida dari plasma,
berperan dalam pembentukan yodotirosin dan yodotironin, proteolisis dari tiroglobulin
dan merangsang sekresi hormon tiroksin dan yodotironin.
Fefisinesi TSH menyebabkan inaktifitas dan atropi kelenjar tiroid, sedangkan kelebihan
TSH akan menyebabkan hipertropi dan hiperplasia kelenjar tiroid. TRH hipothalamus
yang merangsang sekresi TSH. Sedangkan penghambatannya diatur oleh hormon tiroid
dengan cara memblokir kerja TRH pada hipofise.
Kortikotropin (ACTH)
Hormon ini bekerja terhadap kelenjar suprarenal sehingga terjadi perubahan struktur,
komposisi kimia dan aktifitas enzim serta merangsang sekresi hormon steroid cortex
kelnjar adrenal.
Melanocyte Stimulating Hormone (MSH)
Ada dua MSH yaitu alfa dan beta- MSH , Beta MSH merupakan hormon yang utama
pada manusia yang berperan dalam mengatur pembentukan pigmen.
Gonadotropic Hormone
Hormon ini ada dua macam yaitu: LH dan FSH, FSH merangsang pembentukan dan
perkembangan folikel dalam ovarium pada wanita serta mengatur gametogenesis dalam
testis. LH berperang dalam Iuteinisasi ovarium dan faal sel leydig dalam testis.
Lobus Posterior (Nurohipofise)
Hormon yang dihasilkan dari lobus ini ada dua yaitu : Antidiuretic Hormone (ADH)
dan Oksitosin. Kedua hormon ini dibentuk melalui proses neurosekresi dalam uklei di
hipothalamus.
218
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
PITUITARY DWARFISM
Merupakan suatu sindrom klinik yang disebabkan defisinesi GH pada anka-anak .
Adapun etiologinya yaitu :
1. Kongenital . Terjadi aplasia atau hipoplasia hipofise tanpa kelainan tulang
tengkorak. Lebih sering terjadi bersamaan dengan kelainan otak sepreti anecephali,
holoprocephali, septo-optic dysolasia.
2. Adanya kerusakna pada lobus anterior atau hipothalamus. Yang paling sering
adalah akibat desakan tumorcraniopharyngioma, tumorhipothalamus, proses
TBC, tok soplasmosis dan aneurysma. Frakturbasis cranii, terikan kepala bayi saat
kelahiran, anoksia dan perdarahan dapat merusak hipofise dan hipothalamus
3. Idiopatik ini merupakan yang terbanyak dari penyebab pituitary dwarfism
Gejala klinik
A. Bila tidak dijumpai lesi pada hipofise. Biasanya berat dan panjang lahir normal.
Retardasi pertumbuhan dapat terjadi pada umur yang berbeda tapi kebanyakan pada
umur 1 tahun . Muka tampak lebar, kepala tampak bulat, tulang forntal menonjol
, hidung pesek bebentuk sadel. Mata menonjol, mandibula dan dagu kecil, gigi
geligi lambat pertumbuhannya dan bila tumbuh tampak bergerombol. Leher pedek
dengan laring yang kecil,. Suara bernada tinggi . Alat kelamit tidak berkembang
normal rambut pada ketiak dan pubis tidak tumbuh, tangan dan kaki kecil
B. Bila terdapat lesi pada hipofise. Mula-mula anak tampak normal pertumbuhannya.
Bila terjadi destruksi yang menyeluruh maka akan terjadi tanda-tanda insufisiensi
hipofise yang berat, selain tanda-tanda seperti diatas , bisa juga terjadi atopi korteks
adrenal, tiroid, dan gonad dengan masing-masing tanda kliniknya.
Laboratorium :
Kadar GH rendah atau tidak dijumpai GH dalam plasma. Kadar normal GH adalah 10 mg/
ml
Pemeriksaan rontgen tulang: tulang-tulang panjang tampak kecil dan kekurangan mineral,
pusat pertulangan terlambat epifise tetap terbuka. Fontanel tetap terubak pada umur 2
tahun, dan sella tursika kecil.
Diagnosa banding:
1. Sindroma Laron: disini GH normal atau tinggi tetapi kadar hormon somatomedin
rendah
2. Hipotiroidismus primer : disini TSH tinggi kadarnya dalam plasma.
3. Sindroma Turner: terjadi pada wanita , akibat kelainain kromosom
4. Emotional deprivation
5. Primordial dwarfism
219
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Pengobatan:
- Penyebab destruksi hipofise harus dihilangkan, misalnya tumor harus diangakt.
- Pemberian GH
DIABETES INSIPIDUS
Terjadi karena adanya defisiensi hromon lobus posteriorhipofise yaitu ADH, sehingga
terjadi poliuri atau polidipsi. Defisiensi ADH bisa total atau parsial, sehingga polidipsi dan
oliurinya dapat bervariasi.
Etiologi :
1. Tumor yang menekan/ merusak neurohipofise, misalnya craniopharyngioma, optic
glioma dan lain-lain. Tumor ganas retikuloendoteliosis sering bermetastase ke
hipotalamus dan hipofise.
2. Radang : seperti ensefalitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
3. Trauma daerah basis cranii
4. Herediter
Manifestasi klinis :
Adanya polidipsi dan oliuri, hipertermia, penurunan berat badan, muntah dan gagal
tumbuh. Tidak keluar keringat, kulit kering dan pucat , anoreksia.
Laboratorium:
- Produksi urin bisa mencapai 4-10 liter dalam sehari. Warna urine pucat, berat jenis
1,001 – 1, 005.
- Kadar ADH plasma rendah.
Diagnosis Banding:
1. Keadaan hiperkalsemi dan hipokalemi dimana terdapat juga polidipsi dan poliuri.
2. Diabetes insipidus nefrogenik
3. Psikogenik plidipsi
4. Penyakit ginjal kronik dimana terjadi gangguan faal konsentrasi.
Terapi :
Faktor kausalnya harus diobati dahulu; misalnya tumor, radang, dsb. Pemberian ADH
misalnya Pitresin tannate oin oli (long acting ADH) yang diberikan lewat suntikan maupun
tetes hidung. Obat lainnya ialah Chlorpromazin.
220
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Terapi
• pengobatan terhadap penyakit primernya; misalnya meningitis, pneumonia, dsb.
• Pengobatan terhadap hyponatremia : dengan retriksi cairan.
• Pemberian natrium dengan memakai larutan hipertonis
221
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Manifestasi klinik :
Pada kebanyakan kasus. Pertumbuhan abnormal terjadi pada saat pubertas, tapi ada
pula pada usia 5 tahun. Penderita dapat mencapai tinggi 2,5 meter atau lebih. Akromegali
terjadi pada bagian-bagian distal tubuh. Lingkaran kepala bertambah, hidung melebar,
lidah besar, mandibular tumbuh secara cepat sehingga gigi geligi jaraknya berjauhan. Jari
tangan dan kaki tumbuh cepat sehingga tampak menebal. Penderita mudah lelah, maturase
seksual terlambat.
Laboratorium :
• Kadar GH meningkat sampai 400 ng/ml
• Foto cranium : sella tussica melebar dan sinus paranasal
Diagnosis banding :
1. Hereditary tall stature
2. Pertumbuhan abnormal pada anak gemuk pada masa preadolesens
3. Anak dengan pubertas precox
4. Penderita tirotoksikosis dan hypogonadism yang bertumbuh tinggi
5. Celebral gigantism
Pengobatan :
Pada umumnya sulit, bila ada tanda-tanda kenaikan tekanan intracranial yang tinggi,
dilakukan operasi atau radiasi. Pemberian L-Dopa atau Chlorpromazinde dapat dicoba
untuk mengurangi kadar GH.
CELEBRAL GIGANTISM
Seperti pituitary gigantism, pada celebral gigantism pun terjadi pertumbuhan cepat dan
mencapai ukuran raksasa akan tetapi kadar GH normal. Sebabnya kemungkinan karena
adanya defek serebral.
Berat dan panjang lahir di atas 90 persentil, ukuran kepala besar (makrokranial).
Pertumbuhan cepas biasanya sampai umur 5 tahun, kemudian pertumbuhan menjadi
normal kembali. Pubertas terjadi pada saat yang normal, lengan dan kaki tampak besar
disertai dengan penebalan jaringan subkutan, ukuran kepala besar, rahang bawah menonjol,
hipertelorism. Pegerakan anak biasanya lambaan, anak sulit melakukan olahraga, belajar
naik sepeda dan gerakan-gerakan yang memerlukan koordinasi.
222
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Anak juga biasanya mengalami retardasi mental. Etiologinya masih belum jelas, mungkin
karena adanya kelainan di hypothalamus.
PUBERTAS PRECOX
Pubertas pada seseorang wanita terjadipada saat umur 11 sampai 12 tahun, sedangkan
pada anak laki-laki terjadi 6 bulan sesudah umur pubertas anak perempuan.
Pubertas precox biasanya diartikan sebagai pubertas yang terjadi pada usia kurang dari
8,5 tahun pada anak perempuan dan kurang dari 10 tahun pada anak laki-laki. Pubertas
precox dibagi menjadi 2 yaitu :
1. pubertas precox yang sebenrnya; dimana selain tanda-tanda sex sekunder berkembang
lebih dini, juga ukuran dan aktifitas gonad bertambah. Pada kelainan ini, karakter
sex selalu bersifat isosexual.
2. Pseudopubertas precox; dimana gonadnya belum matang. Karakter sex bsia iso/
heterosexual
223
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
- Heterosexual (virilization) :
1. Hyperplasia adrenal kongenital
2. Testosterone secreting tumor
3. Arrhenoblastoma
4. Androgen producing teratoma
5. Pemberian obat androgen
Pria
- Isosexual (masculinization) :
1. Hyperplasia adrenal kongenital
2. Adrenocortical tumor
3. Tumor sel leydig
4. Teratoma
5. Pemberian obat androgen
- Heterosexual (feminization) :
1. Adrenocortical tumor
2. Pemberian obat-obat estrogen
- Pubertas precox partial :
1. Premature adrenarche (pubarche)
2. Premature telrche
KRIPTORKISMUS
Definisi : testis tidak ada di dalam skrotum
Klasifikasi :
1. Descensus testiculorum : dimana testis tidak turun
2. Andescensus testis yang sebenarnya : proses turunnya testis berhenti di jalur yang
normal. Testis dibentuk intraabdominal melalu funiculus seminalis.
3. Retracted testis : testis kadang ada, kadang tidak (turun-naik)
4. Ectopic testis : testis sejak awal dibentuk tidak pada tempatnya, sehingga otomatis
penurunannya menyimpang dari jalur yang sebenarnya.
Menurut tempatnya, dapat dibagi menjadi :
1. Normal : dalam scrotum
2. Prescrotal (letak tinggi)
3. Dalam canalis inguinalis
4. Dalam rongga abdomen
224
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Etiologinya belum diketahui secara pasti, tapi berhubungan dengan kelainan mekanis
axis hypothalamus-hipofise.
Diagnosis :
- Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan kelenjar : bila testis tidak ada dalam scrotum, dicari dengan USG/
scanning
Terapi : operatif (pada usia 2 tahun) dan diberi gonadotropin.
Komplikasi :
1. Infertilitas
2. Kemungkinan keganasan
3. Masalah psikologik
HIPOTIROIDISMUS
Hipotiroidismus adalah kelainan fisik dan mental yang disebabkan oleh kelaianan
defisiensi kelenjar tiroid.
Manifestasi hipotiroidismus dapat terjadi pada neonatus (bayi muda) tetapi dapat
berlanjut kemudian (delayed). Hipotiroidismus pada neonatus merupakan hipotiroid
kongenital, sedangkan ‘delayed’ bisa karena hipotiroid kongenital yang terlambat atau
karena hipotiroid yang didapat.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksi (T4) dan triiodotiroksin (T3). Aktifitas
metabolisme T3, 3-4x lebih besar dari T4.
Yodium penting didalam sintesa T3, T4. Kebutuhan tubuh akan yodium adalah 40-100
mikrogram sehari. Yodium masuk ke dalam tubuh sebagai iodide.
peroksidase
peptidase
225
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Klasifikasi hipotiroid
Hipotiroid terjadi akibat adanya gangguan pada salah satu tingkat dari aksis :
Hipotalamus
Hipofisis
Tiroid
‘End organ’
a. Defisiensi TRH
b. Defisiensi TSH
c. Defisiensi T3 dan T
226
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
HIPOTIROIDI KONGENITAL
Hipotiroid kongenital disebut kretinismus. Gejala hipotiroid kongenital bisa berat dan
timbul pada minggu-minggu pertama kelahiran bayi. Bila ringan maka gejala timbul
setelah beberapa bulan kelahiran bayi atau beberapa tahun.
Hipotiroid kongenital sering disebabkan karena disgenesis kelenjar tiroid (aplasia,
hipoplasia , ektopik) bisa juga karena ibu diberi yodium radioaktif (yod 131). Etiologi
lainnya: defisiensi TSH, TRH, gangguan sintesa T3 dan T4 serta gangguan sintesa
triglobulin.
Manifestasi klinik:
• Lebih sering pada wanita dibandingkan pada laki-laki (3:1)
• Jarang terdiagnosa pada neonatus.
• Biasanya berat badan lebih besar dibanding bayi lain normal dengan umur kehamilan
yang sama
227
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
• Sering mengalami feeding problem, misalnya nafsu minum kurang sehingga harus
diberi susu personde. Berat badan tidak naik
• Sering mengalami kesulitan bernafas karena ukuran lidah besar, nafas bunyi,
sumbatan hidung, dan sering menderita apnoe
• Bayi tidak aktif, sering obstipasi, perut kembung, sering mengalami hipotemi,
ektremitas dingin, bradikardi
• Mungkin ada kardiomegali dan bising jantung
• Bayi kreatinismus lehernya tampak pendek, kelihatan gemuk, telapak tangan lebar,
jari-jari pendek
• Kulit kering bersisik, kurang berkeringat. Terdapat non pitting oedem (miksoedem)
pada kelopak mata, punggung tangan dan genital
• Pada kulit sering terdapat tanda-tanda karoten sebagai akibat karotemia, karoten ini
tidak diendapkan pada sclera mata sehingga sclera tetap putih
• Kulit kepala tampak tebal, tambut kasar dan kusam. Batas rambut tampak lebih
rendah
• Otot-otot hipotoni, suara kasar juga terjadi retardasi mental
• Maturasi seksual terhambat
• Enemia tidak dapat diobati dengan obat-obat antianemia
• Gejala-gejala timbul bertahap, oleh karena itu diagnosa sering terlambat
• Biasanya tanda retardasi pertumbuhan dan perkembangan baru jelas setelah bayi
berumur 3 – 6 bulan
• Bila defisiensi hormone tiroid ringan, maka gejala ringan dan tidak lengkap, lagipula
terjadinya lebih lambat. Anak yang menderita hipotiroidi mengalami perlambatan
pertumbuhan fisik, ekstremitas pendek, kepala relatif besar, fontanel terbuka lebar
• Jarak antara mata kiri dan mata kanan jauh, hidung pesek, kelopak mata tampak
sipit, mulut sering terbuka karena lidah lebar dan tebal dan menjulur keluar dan
pertumbuhan gigi terlambat
Laboratorium:
• Darah terdapat hiperkolesterolemia, bisa melebihi 400mg/dl. Terjadi Anemia
• Kadar T3 dan T4 menurun. Bila pada umur kurang dari 2 minggu kadar T4 kurang
dari 9,6 mikrogram/dl maka bayi sudah dapat dikatakan menderita hipotiroidi
• Bila pada umur 2 minggu kadar T4 kurang dari 8,2 mikrogram/dl, maka bayi tersebut
menderita hipotiroidi
• Bila hipotiroidi akibat gangguan primer pada kelenjar tiroid, maka TSH akan
meningkat. Kadar TSH pada umur bayi sampai dengan 72 jam adalah diatas 20
mikrogram/dl. Pada umur diatas 72 jam adalah sama atau lebih dari 100 mikrogram/
dl
• Bila kadar TSH dan TRH rendah pada seorang anak hipotiroidi maka ini berarti ada
gangguan di hipofise dan atau hipothalamus
• Diagnosis hipotiroidi juga bisa ditegakkan dengan metode ‘thynoid scanning.’
228
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Progonosis:
Bila diagnosa dini, maka dengan pemberian terapi hormon tiroid prognosis baik.
Terapi:
Pemberian hormon tiroid yaitu Na-L tiroksin Dosis awal 50 mikrogram/hari selama
2-3 minggu. Kemudian 100 mikrogram/hari selama 1-2 th, kemudian dinaikkan 150-200
mikrogram/hari. Untuk anak yang lebih besar, dosis awal 100-150 mikrogram/hr
GOITER
Setiap pembesaran kelenjar tiroid disebut goitter. Goitter bisa disertai dengan fungsi
kelenjar tiroid yang normal (Euthyroidismus), bisa disertai hipotiroidi tetapi bisa pula
disertai hiperitoidi. Goitter kongenital bisa pula didapat. Goitter bisa endemic maupun
sporadik.
Goitter Kongenital
Biasanya sporadic. Terjadi akibat pemberian obat antitiroid atau yodida pada ibu hamil.
Obat-obatan ini akan melewati plasenta ke janin dan akan menghambat sintesa hormon
tiroid janin. Bayi yang menderita congenital goitter kebanyakan euthyroidism bila disertai
dengan hipotiroidi harus diberi hormon tiroid.
Endemic Goitter
Etiologinya karena defisiensi yodium dalam diet sehari-hari bila terdapat keadaan
defisiensi yodium dalam tubuh maka diatasi dengan menambah sintesa hormon tiroid yang
lebih efisien.
Yodium yang dibebaskan dalam jaringan dengan cepat kembali ke kelenjar tiroid dan
terjadi resintesa hormone dengan kecepatan yang lebih tinggi dari normal. Hal ini dicapai
229
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
dengan terjadinya hiperplasi dan hipertrofi kelenjar tiroid. Bila defisiensi yodium berat
maka kompensasi tersebut diatas tidak berhasil dan akan terjadi hipotiroidi.
Endemic goitter terjadi di masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan dimana
sumber makanan kurang (defisiensi yodium). Untuk mencegah terjadinya “endemic
goitter”, masyarakat diwajibkan mengkonsumsi garam beryodium.
Sporadic Goitter
Etiologi paling sering ialah tiroiditis bisa juga karena defek biokimia dalam sintesa T3
dan T4. Penderita sporadic goitter bisa hipotiroidi tapi bisa juga euthyroidism.
Yang termasuk dalam sporadic goitter adalah;
1. Iodide goitter
Ini terjadi pada penderita yang mendapat pengobatan yodium dalam jangka lama
2. Simple goitter = colloid goitter
Etiologi belum jelas. Simple goitter tidak disertai hipotiroidi ataupun hipertiroidi
jadi selalu euthyroidi. Insidennya lebih banyak pada wanita
3. Adenomatous goitter
Pembesaran kelenjar tiroid yang pada perabaan teraba keras dengan permukaan
yang lobulated dan sering pula teraba sebagai nodulus yang soliter.
Adenomatous goitter sering mengalami keganasan maka pengobatannya harus
segera dioperasi. Pada pemeriksaan PA tampak daerah-daerah kistik, daerah
perdarahan dan fibrosis. Folikel bervariasi dalam ukurannya, epitel gepeng atau
kuboid.
Setelah operasi diperlukan pemberian hormon tiroid
Sindroma Pendred
Penyakit hereditery otosomal resesif. Terdapat goitter serta tuli kongenital. Tuli timbul
segera setelah bayi lahir, sedangkan goitter baru timbul sesudah pubertas . Sindroma
pendred bisa eutiroid bisa pula hipotiroid.
HIPERTIROIDISMUS
Sindroma klinik yang disebabkan produksi hormon tiroid melebihi normal tiroid
melebihi normal. Etiologi:
• Penyakit Graves
• Toxic uninodular goitter (Plumer)
• Carcinoma thyroid
• Tiroiditis
230
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Penyakit Graves
Patogenesis: termasuk penyakit autoimun. Pada penyakit graves, organ-organ RES
menunjukkan aktivitas berlebihan. Imunglobulin mengikat reseptor untuk TSH dan ini
akan merangsang proses yang biasa dilakukan oleh TSH yang mengakibatkan tiroid
bekerja diluar kontrol hipofise, hipotalamus.
Imunoglobulin ada beberapa antara lain:
LATS (Long Acting Thyroid Stimulator)
LATS protector
Manifestasi Klinik :
5% terjadi dibawah umur 15 tahun. Terdapat hiperaktifitas motorik serta gangguan
emosi. Nafsu makan bertambah tetapi berat badan menurun. Kelenjar tiroid membesar,
eksoptalmus dengan tanda-tanda Graefe, Moebius, dan Stelwag. Kulit halus, kemerahan
dan banyak berkeringa, otot bisa hipotrofi. Terdapat takhiardi. Palpitasi yang disertai
sesak nafas. Jantung membesar (kardiomegali). Terdapat intoleransi terhadap panas. Anak
tampak tinggi dan sering mengalami kelambatan pubertas.
Laboratorium :
• Angka BMR meningkat
• T3 dan T4 meningkat sedangkan TSH menurun
Imunologis :
Terdapat antimikrosomal antibody (AMA) dan antitiroid tiroglobulin (ATT)
Tiroid scanning uptake yang homogen oleh seluruh jaringan tiroid. Umur tulang lebih
dari umur kronologis, ini disebabkan maturasi tulang yang cepat.
Diagnosis banding :
Phaeochromocytoma
Terapi :
1. Menghentikan sintesa hormone tiroid dengan obat antitiroid
2. Merusak jaringan tiroid dengan yodium radioaktif (Yodium 131)
3. Mengangkat jaringan tiroid dengan tiroidektomi subtotal
Pada permulaan terapi sebaiknya penderita dirawat, obat antitiroid yang dipergunakan
PTU (propitiourasil) dosis 3x100-150 mg/hari. Setelah ada perbaikan (biasanya 1-3bulan)
dosis dikurangi sampai dosis minimal sehingga terjadi keadaan eutiroid selama 2-3 tahun.
Sesudah itu dilakukan tapering off. Obat antitiroid lainnya metimazol dan karbimazol.
Yodium 131 untuk merusak jaringan tiroid, tapi pengobatan ini tidak dianjurkan pada
anak-anak.
Tiroidektomi subtotal dilakukan untuk :
• Tidak ada respon terhadap pemberian antitiroid selama 3 bulan
• Ada intoleransi terhadap antitiroid
• Penderita tidak kooperatif
231
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Plumenisasi
10-14 hari sebelum operasi diberikan larutan lugol 5 tetes 1-2x/hari untuk mengurangi
vaskularisasi kelenjar tiroid.
Supportif
Kebutuhan nutrisi ditingkatkan
Bila tejadi toksis diberikan propranolol 80 mg/m2/hari dalam 2-4 dosis
Bila ada tanda-tanda dekompensasikordis diberikan digitalisasi.
Pemantauan
Kontrol tiap 1,2 dan 6 bulan untuk pemeriksaan BMR, T3, T4 dan TSH. Efek samping
obat terutama Agranulositesis, juga periksa roentgen tulang untuk mengetahui pusat
pertulangan.
Pengobatan :
Infus NaCl 1-2 gram/hari
PTU 200-300 mg tiap 6 jam dan propranolol 4 mg/kgBB/hari
Dexametason 1-2 mg tiap 6 jam i.v.
Bila ada tanda dekompensasikordis diberi digitalis
Koreksi dehidrasi : suhu kamar yang dingin
masa hidup anak DM diperpanjang sampai kurang dari 2 tahun. Dengan ditemukannya
insulin, masa hidup anak DM diperpanjang beberapa kali lipat. Apalagi kemudian dengan
ditemukannya “Long acting insulin” (PZI) prognosis anak DM menjadi lebih baik lagi.
Prevalensi anak DM (usia <15 tahun) di USA = 40/100.000 atau ada 10.000 kasus DM
anak tiap tahunnya.
Etiologi :
Etiologi yang pasti belum diketahui. Kelainan-kelainan pada penyakit DM tidak
seluruhnya dapat diterangkan hanya karena defisiensi insulin.
Faktor-faktor etiologi lain :
• Sensitifitas jaringan otot dan lemak terhadap berkurangnya insulin.
• Adanya antagonis insulin atau antibodi spesifik terhadap insulin
• GH dan hormon dari korteks adrenal menyebabkan kebutuhan akan insulin meningkat
• Penebalan dinding pembuluh darah kecil di jaringan otot dan lainnya mengurangi
suplai insulin ke jaringan tersebut
• Dihasilkannya hormone pra-insulin yang dibebaskan ke dalam darah oleh pancreas,
dimana hormone ini tidak aktif seperti insulin
• Pankreatitis, post pankreotomi, keganasan
Patofisiologi :
Apapun etiologi DM, kelainan metabolic yang terjadi disebabkan oleh :
1. Gagal atau berkurangnya glukosa masuk ke dalam sel
2. Glukosa tidak dapat digunakan sebagai sumber energy
3. Untuk sumber energi dipergunakan lemak dan protein
233
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Keadaan/penyakit DM sebenarnya sudah ada sejak bayi DM lahir. Tapi biasanya tidak
tampak gejala-gejala kliniknya. Usia paling muda dimana terlihat gejala-gejala adalah 6
bulan.
• DM pada anak disebut Juvenille DM atau Labile-form DM, dapat terjadi pada
semua umur, tapi biasanya jarang timbul setelah usia 30 tahun.
• Dm pada orang dewasa atau Stabile-form DM jarang timbul pada usia kurang dari
30 tahun.
Pembagian klinis DM :
1. Prediabetes (Diabetes subklinik)
Ialah periode sejak bayi DM lahir sampai ditemukannya kelainan metabolisme
KH yang pertama. Kadar gula dara, Glucose Tolerance Test (GTT) masih normal.
Kelainan berupa adanya aktifitas insulin yang meningkat dalam serum. Diabetes
subklinik : metabolisme KH abnormal dengan adanya faktor stress. Misalnya adanya
infeksi atau tindakan operasi.
2. Diabetes Latent
Kadar gula darah puasa masih normal tapi GTT abnormal.
3. Overt diabetes
Diabetes yang sudah nyata gejala poli dan laboratoriumnya
234
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Untuk IDDM : kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl, glukosuri, ketonuri
NIDDM : kadar gula darah puasa 140 mg/dl, kadar setelah 2 jam OGTT 200 mg/dl
Diagnosis banding :
1. Renal glukosuri
2. Phaechromocytoma
3. Tumor hipofise dan hipotalamus (glukokortikoid meningkat)
Dasar pengobatan DM anak :
Pemberian insulin dan diet
Penderita harus dirawat untuk mendapatkan dosis insulin yang memadai. Juga
perawatan merupakan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan pada penderita
dan atau keluarganya.
Pemberian insulin
Pada pemulaan hanya diberikan regular insulin (RI-short acting insulin) 3x sehari, 1/2
jam sebelum makan pagi, makan siang dan makan malam. Dosis dimulai dengan 0,5 unit/
kgBB/hari subcutan.
Setelah 3-5 hari bisa diberikan campuran intermediate acting insulin (Neutral Protamine
Hagedon/NPH) dengan RI dalam satu semprit yaitu 2/3 bagian dosis total sehari diberikan
pagi hari sebelum makan pagi dan 1/3 bagian sebelum makan malam. Perbandingan NPH
: RI = 2 : 1 atau 3 : 1.
Pengaturan Diet
Kebutuhan kalori total sebaiknya ditentukan berdasarkan luas permukaan tubuh
kemudian disesuaikan dengan tabel. Kalori yang dibutuhkan sebaiknya terdiri dari 55%
KH, 30% lemak dan 15% protein.
20% kalori yang dibutuhkan diberikan saat sarapan pagi, 20% pada saat makan siang,
dan 30% pada makan malam. 30% sisa kebutuhan kalori diberikan berupa snack 3x sehari
tergantung dari aktifitas anak.
Pembagian kalori per hari :
20% makan pagi
-------------------------------10% snack I
20% makan siang
-------------------------------10% snack II
30% makan malam
-------------------------------10% snack III
Pendidikan
Agar tercapai kadar gula darah yang normal dan stabil selain dengan pengaturan dosis
insulin dan diet, perlu diberikan pendidikan kepada orang tua atau bila mungkin pada anak
DM tersebut, agar mereka mempunyai pengetahuan yang cukup tentang cara pengobatan
insulin (dosis, cara penyuntikan subcutan secara aseptic, dsb), pengaturan makanan,
monitor kadar glukosa darah dan urin, tanda-tanda hipoglikemia dan hiperglikemia.
Perlu juga dilakukan pengobatan penyakit penyerta seperti infeksi dll, sebab penyakit
penyerta ini akan mempengaruhi dosis insulin yang diberikan.
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Ketoasidosis merupakan komplikasi DM dan merupakan keadaan darurat medik. Pada
ketoasidosis diabetikum terdapat TRIAS :
1. Hiperglikemi (kadar gula darah > 300mg%)
2. Ketonemia (kadar benda keton dalam darah > 3mMol/L)
3. Asidosis (pH < 15 mEQ/L)
Faktor pencetus terjadinya ketoasidosis diabetikum antara lain : infeksi, insulin kurang,
stres psikologik, dan lain-lain.
Hiperglikemi --- osmotic diuresis --- dehidrasi --- dehidrasi intraseluler. Kesadaran
menurun, takikardi, syok, dan tanda-tanda dehidrasi Ketonemia --- asidosis metabolic,
pernafasan Kusmaul, kesadaran menurun nafas bau aseton.
236
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
Pengobatan :
Penderita ketoasidosis diabetikum harus dirawat di ICU.
Dasar pengobatan adalah koreksi terhadap dehidrasi, asidosis metabolic, gangguan
keseimbangan elektrolit (Na dan K) serta pemberian insulin. Juga harus mencari dan
mengobati faktor pencetus.
Gejala :
Pucat, kulit dingin, berkeringat, rasa lapar, tremor, takikardi serta palpitasi. Cerebral
glucopenia : mengantuk, pusing, bingung, gangguan penglihatan, kesadaran menurun,
kejang dan koma.
• Hipoglikemi ringan : lemah, tremor, rasa cemas dan lapar.
• Hipoglikemi sedang seperti yang ringan ditambah kulit dingin, berkeringat, pucat,
nadi cepat, perubahan tingkah laku, penurunan kesadaran.
• Hipoglikemi berat gejala-gejalanya seperti di atas ditambah penderita tidak sadar
sampai koma.
Pengobatan :
• Hipoglikemi ringan : segera minum air gula atau sirop 1/2-1 gelas, atau makan tablet
glukosa (mengandung 10-15 gr).
• Hipoglikemi sedang : seperti pada yang ringan, bila tidak berhasil pengobatan
glukosa diulang.
• Hipoglikemi berat : beri larutan glukosa pekat dengan semprit 20 ml melalui pinggir
mulut. Bila dalam 5-10 menit tidak ada perbaikan beri glucagon (antagonis insulin)
dengan dosis pada anak kurang dari 6 tahun : 0,5 ml dan pada anak lebh dari
6 tahun : 1 ml.
Bila tidak ada perbaikan, penderita harus dirawat kemudian harus diperiksa gula darahnya.
Bila kadar gula darah <60mg% berikan 10 ml larutan glukosa 10% atau 20% IV, kemudian
dilanjutkan dengan pemberian infus glukosa 10% : 1000ml/jam. Kadar gula darah diperiksa
setiap 15 menit sampai kadarnya normal dan stabil.
237
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
238
IKA : SISTEM ENDOKRIN ANAK
240