Anda di halaman 1dari 54

02

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan Pengasih, sumber segala ilmu dan pengetahuan
atas berkatNya Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dapat terus menerbitkan
buku-buku Materi Pengetahuan, Ketrampilan Klinik dan Penuntun Praktikum yang khusus untuk
dipergunakan bagi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Buku-buku tersebut ditulis dan disusun oleh para Staf Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha, untuk itu kami Pimpinan sangat menghargai dan mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua kontributor dan editor.

Semoga buku-buku ajar ini dapat dimanfaatkan dalam menunjang, meningkatkan pengetahuan
bagi para mahasiswa/i peserta didik dalam menuju terciptanya dokter yang profesional dan
kompeten (Five Star Doctor).

Namun tentunya tidaklah cukup jika hanya mengandalkan buku-buku ajar ini saja, untuk itu para
peserta didik harus tetap melengkapi dari sumber lain dan mengikuti pengetahuan kedokteran yang
terus berkembangan dengan pesat.

Akhir kata, Pimpinan dan seluruh Pendidik Fakultas Kedokteran mengucapkan Selamat Belajar.
Tuhan memberkati.

“Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan,


tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”
(Amsal 1:7)

Studio est Orare


Integrity, Care and Excellence (ICE)

Bandung, Juni 2018


Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha

Lusiana Darsono, dr.,M.Kes

i
ii
KATA SAMBUTAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya buku penunjang pembelajaran di
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang merujuk kepada Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI). Dalam penerapan KKNI, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Melalui sistem pembelajaran PBL mahasiswa dituntut aktif, mandiri dan belajar sepanjang
hayat. Metode-metode pembelajaran diarahkan untuk memancing keingintahuan, memotivasi
mahasiswa untuk belajar secara mandiri, melatih untuk berpikir kritis yang berguna baik pada saat
berkuliah maupun ketika mahasiswa sudah terjun di masyarakat sebagai dokter. Pembelajaran ini
akan berhasil apabila mahasiswa aktif dalam mencari materi pengetahuan dari berbagai sumber
yang dapat dipercaya dan dengan demikian melalui pembelajaran mandiri mahasiswa akan lebih
mengingat apa yang telah mereka pelajari dan menguasai keahlian untuk belajar.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha menerbitkan panduan belajar berupa buku
dengan maksud menjembatani tujuan pembelajaran dengan materi dunia kedokteran yang sangat
banyak, dinamis, dan kompleks. Tidak ada buku yang dapat menjelaskan kompleksitas dan
pengembangannya hanya seorang pembelajar yang dapat menjawab tantangan ini di masa depan.
Isi buku ini hanya mencakup panduan umum dari materi yang harus dipelajari oleh mahasiswa
secara individual. Mahasiswa wajib mencari sumber pustaka lain untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan mereka. Melalui buku ini diharapkan mahasiswa dapat lebih terarah dan termotivasi
untuk mempelajari lebih dalam lagi berbagai topik baik materi pengetahuan, praktikum, dan
ketrampilan klinik.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini.

Bandung, Juli 2018


Ketua MEU Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha

July Ivone, dr., M.K.K, M.Pd.Ked

iii
iv
PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat kasih dan bimbinganNya
maka Buku ini dapat disusun dan diterbitkan. Buku ini diterbitkan sebagai salah satu pegangan bagi
peserta didik dalam menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,
dengan materi yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi sebagai dokter layanan primer.
Semoga buku ini bermanfaat bagi para mahasiswa/i Fakultas Kedokteran dalam mempersiapkan
diri untuk melayani pasien nyata di klinik kelak.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam
penyusunan buku ini, sehingga kami mengharapkan masukan-masukan dari para pembaca guna
perbaikan di kemudian hari.

Editor

v
vi
DAFTAR KONTRIBUTOR

Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes.

Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes.

Endang Evacuasiany, dra., Apt., M.S., AFK

Allen Albert Pelapelapon, dr.

Mariska Elisabeth,dr.,M.Kes.

Grace Puspasari,dr.,M.Gizi

vii
viii
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN DEKAN................................................. i


KATA SAMBUTAN KETUA MEU........................................ iii
PRAKATA........................................................................... v
DAFTAR KONTRIBUTOR.................................................. vii
DAFTAR ISI........................................................................ ix
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI........................................... 1
PRAKTIKUM BIOKIMIA..................................................... 16
PRAKTIKUM PA................................................................. 24

ix
x
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN 1
ABSORPSI DAN EKSKRESI PADA MANUSIA

TUJUAN
Memperlihatkan variasi kecepatan absorpsi dan ekskresi obat yang dimakan.
• OBAT
o Kapsul Kalium Iodida 300 mg
 Larutan Kalium Iodida 1 %
 Larutan Natrium Nitrit 10 %
 Larutan Asam Sulfat Dilutus
 Larutan Amilum 1 %

o Kapsul Natrium Salisilat 300 mg + Natrium Bikarbonat


 Larutan Feri klorida 1 %
 Larutan Natrium Salisilat 0,1 %
 Larutan Natrium Hidroksida Dilutus
 Larutan Asam Klorida 10 %
 Larutan Natrium Salisilat 5 %

• A L A T
o Tabung reaksi
o Gelas ukur
o Beaker glass
o Pipet tetes
o Kertas lakmus
o Permen karet

• SUBJEK PERCOBAAN
o Mahasiswa

Praktikum Farmakologi 1
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PETUNJUK UMUM
• Subjek percobaan makan dulu sebelum melakukan percobaan dan minum segelas air
minum tambahan
• Tampung urine sebelum minum obat untuk test kontrol negatif
• Minum lagi minimal segelas air minum tambahan sesudah minum obat
• Gunakan tanda : -. +. ++. +++ untuk menunjukkan tingkat respon percobaan
I. EKSKRESI IODIUM

KONTROL POSITIF
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 mL Amilum 1 %, 1 mL Kalium Iodida
1 %, 2 – 3 tetes Natrium Nitrit 10 % dan 2 – 3 tetes Asam Sulfat Dilutus
2. Untuk pembanding lakukan percobaan di atas tanpa menggunakan Asam Sulfat Dilutus
pada tabung reaksi lain

KONTROL NEGATIF
3. Lakukan percobaan 1 pada saliva & urine sebelum minum obat (menggantikan Kalium
Iodida 1 % dengan saliva dan urine sebelum minum obat)

PEMERIKSAAN IODIDA DALAM SALIVA DAN URINE


4. Lakukan percobaan 1 pada saliva & urine setelah minum obat dengan,
o 3 kali percobaan, interval 5 menit untuk saliva, dan 15 menit pertama untuk urine
o Selanjutnya lakukan pemeriksaan saliva dan urine setiap 30 menit sampai sekitar
2 jam
o Catat perubahan warna yang terjadi dan perhatikan kapan terjadi respon ekskresi
maksimal
o Buatlah grafik yang menggambarkan hubungan antara waktu (sebagai absis) dan
perubahan warna (sebagai ordinat)

2 Praktikum Farmakologi
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

II. EKSKRESI SALISILAT


KONTROL NEGATIF
1. Ke dalam tabung reaksi masukkan 3 mL urine (sebelum minum obat) tambahkan
beberapa tetes Feri klorida 1 % (alirkan perlahan melalui dinding tabung reaksi dan
jangan digoyang)

KONTROL POSITIF
2. Ke dalam tabung reaksi masukkan 3 mL Natrium Salisilat 0,1 % tambahkan beberapa
tetes Feri klorida 1 %
3. Ke dalam tabung reaksi masukkan 3 mL urine (sebelum minum obat) dan 1 tetes
Natrium Hidroksida dilutus – hangatkan, netralkan dengan Asam klorida 10 %
(indikator Kertas Lakmus), tambahkan beberapa tetes Feri klorida 1 %
4. Ke dalam tabung reaksi masukkan 2 mL Natrium salisilat 5% tambahkan 2 tetes Asam
klorida 10 % diamkan beberapa menit
AMATI APA YANG TERJADI

PEMERIKSAAN SALISILAT DALAM URINE


Lakukan percobaan 1 dan 3 p ne setelah minum obat, ulangi percobaan setiap 30 menit
sampai sekitar 2 jam.

PERTANYAAN
1. Sebutkan faktor-faktor yang memengaruhi absorpsi!
2. Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas?
3. Sebutkan reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada proses biotransformasi!
4. Apa tujuan penambahan Natrium Bikarbonat pada Natrium Salisilat?
5. Sebutkan produk ekskresi Salisilat!
6. Sebutkan kontra indikasi pemakaian Salisilat dan Kalium Iodida!

Praktikum Farmakologi 3
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 1

I. Ekskresi Iodium
A. Kontrol positif

1 2
B. Kontrol negatif
Saliva Urine

1 2
C. Setelah minum obat

Saliva

5’ 10’ 15’ 45’ 75’ 105’ 135’

4 Praktikum Farmakologi
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Urine

15’ 45’ 75’ 105’ 135’

II. Eksresi Salisilat


A. Sebelum minum obat

1 2 3 4

B. Setelah minum obat


1.

30’ 60’ 90’ 120’

Praktikum Farmakologi 5
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

2.

30’ 60’ 90’ 120’

Kesimpulan :

6 Praktikum Farmakologi
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN 2
DOSIS LETHAL – DOSIS EFEKTIF DAN PENENTUAN SIGMOID CURVE

Obat-obat : Alkohol 70 %
Alat-alat : Beaker glass 600 ml
Hewan coba : Ikan seribu ( Labitus reticulates )

Keterangan :
Dosis Letal adalah dosis yang menyebabkan kematian sejumlah tertentu hewan coba,
yang dinyatakan dalam %.
Contoh : LD 50 adalah dosis yang menyebakan kematian 50 % dari hewan coba
Dosis efektif adalah dosis yang menimbulkan efek yang dikehendaki.
Contoh : ED 50 adalah dosis yang dapat menimbulkan efek yang dikehendaki pada 50
% hewan coba
Dengan menentukan % kematian dan efek yang diinginkan dari suatu obat pada
konsentrasi yang berbeda pada keadaan yang sama, maka dapat ditentukan Sigmoid Curve
dari obat tersebut.
Jarak antara ED 50-LD 50 disebut Margin of Safety. Makin kecil jarak, obat tersebut
makin bahaya.

Rencana Kerja :
Sediakan 2 deret beaker glass 600 ml masing-masing terdiri 11 buah
Berikan nomor urut 1 – 11 untuk penentuan dosis efektif dan dosis letal
Pada deret I, tiap beaker glass diisi 200 mL air + 10 ekor ikan seribu, yang ukurannya
sedapat mungkin sama.
Pada deret II, beaker glass diisi dengan alkohol dengan konsentrasi sebagai berikut :

Praktikum Farmakologi 7
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Untuk penentuan dosis efektif :


Beaker gelas No. Isi
1. 10 mL alkohol + 190 mL air
2. 12 mL alkohol + 188 mL air
3. 14 mL alkohol + 186 mL air
4. 16 mL alkohol + 184 mL air
5 18 mL alkohol + 182 mL air
6 20 mL alkohol + 180 mL air
7 22 mL alkohol + 178 mL air
8 24 mL alkohol + 176 mL air
9 26 mL alkohol + 174 mL air
10 28 mL alkohol + 172 mL air
11 30 mL alkohol + 170 mL air

8 Praktikum Farmakologi
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Untuk penentuan dosis letal :


Beaker gelas No. Isi
1. 26 mL alkohol + 174 mL air
2. 28 mL alkohol + 172 mL air
3. 30 mL alkohol + 170 mL air
4. 32 mL alkohol + 168 mL air
5 34 mL alkohol + 166 mL air
6 36 mL alkohol + 164 mL air
7 38 mL alkohol + 162 mL air
8 40 mL alkohol + 160 mL air
9 42 mL alkohol + 158 mL air
10 44 mL alkohol + 156 mL air
11 46 mL alkohol + 154 mL air
Perhatikan gerak ikan dalam keadaan normal
Kemudian tuangkan isi beaker gelas deret II ke dalam beaker gelas deret I yang
berhadapan dalam waktu bersamaan
Sesudah 5 menit amati apa yang terjadi

Catatlah :
1. Untuk penentuan ED hitung berpa % ikan yang eksitasi sesudah 5 menit
2. Untuk penentuan LD hitung berapa % ikan yang mati sesudah 5 menit
3. Buatlah Sigmoid curve

Pertanyaan :
1. Apa kegunaan Sigmoid curve dari suatu obat?
2. Sebutkan beberapa variasi Sigmoid curve dan terangkan!
3. Mengapa kadang-kadang Sigmoid curve berbentuk hiperbola?

Praktikum Farmakologi 9
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN 3
CARA PEMBERIAN DAN PEMAKAIAN OBAT

Obat-obat : Natrium Tiopenthal 1%


(Bila tidak ada diganti dengan Diazepam atau Luminal)

Alat-alat : Beaker gelas 600 ml


Papan lilin
Jarum suntik tumpul
Spuit tuberkulin
Selang enema

Hewan coba : Mencit

RENCANA KERJA :
Obat ini akan memberi efek hipnotik dan anestetik dengan berbagai cara pemberian.
Dosis Natrium Tiopental yang diberikan adalah 10 mg/kgBB.
1. Siapkan 6 ekor mencit.
2. Berikan obatnya dengan berbagai cara pemberian obat.

Cara pemberiannya sebagai berikut :


• Per oral : Masukan obat ke dalam oesofagus dengan jarum tumpul
• Rektal : Masukan obat ke dalam anus dengan selang enema
• IM : Suntikkan pada otot gluteal
• IV : Suntikkan pada vena ekor selambat mungkin 0.02 mL/2 detik
• Subkutan : Suntikkan di bawah kulit tengkuk
• Intraperitoneal : Suntikkan pada regio abdomen kuadran kiri bawah,
dengan kepala mencit lebih rendah

10 Praktikum Farmakologi
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

3. Amati selama 1 jam, catat saat timbul dan lamanya gejala-gejala berikut :
a. Aktivitas spontan berkurang, respon terhadap stimuli masih normal
b. Aktivitas spontan hilang, timbul gerakan-gerakan tak terkoordinasi
terhadap stimuli
c. Tidak ada respon terhadap stimuli, tapi masih dapat berdiri
d. Usaha untuk berdiri tidak berhasil
e. Tidak ada gerakan sama sekali dan tidak ada usaha untuk berdiri
4. Buatlah grafik yang menggambarkan hubungan antara derajat aktivitas sebagai
absis dan waktu sebagai ordinat

PERTANYAAN :
1. Sebutkan keuntungan dan kerugian pemberian obat secara oral!
2. Sebutkan bentuk-bentuk sediaan obat yang digunakan per oral!
3. Apa keuntungan dan kerugian pemberian obat secara parenteral?
4. Sebutkan bentuk sediaan obat yang digunakan per rektal!

HASIL PENGAMATAN PERCOBAAN 3


Waktu timbulnya gejala-gejala :
Per Intra
Gejala Per oral IM IV Subkutan
rektal peritoneal
1
2
3
4
5

SIMPULAN

Praktikum Farmakologi 11
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN 4
TIMBULNYA EFEK OBAT DAN LAMANYA KERJA OBAT

Obat-obat : Natrium Tiopenthal 2%


Alat-alat : Wing needle
Disposible syringe 3mL
Kapas
Alkohol 70%
Papan kelinci
Hewan coba : Kelinci

KETERANGAN :
Timbulnya efek obat terutama tergantung pada cara pemberian dan kecepatan absorpsinya.
Tidak selamanya suatu obat yang diberikan secara intravena akan menghasilkan efek obat
yang cepat. Bahkan ada obat-obat yang termasuk dalam satu golongan secara kimiawi dan
farmakologisnya sama, memperlihatkan saat timbulnya efek yang berbeda. Lamanya kerja
obat tergantung pada kecepatan eliminasi/pengeluaran obat dari struktur-struktur di mana
obat itu bekerja.
Eliminasi esensial adalah jumlah total dari semua proses yang mengakhiri efek obat
(biotransformasi, ekskresi, dsb)

RENCANA KERJA :
Obat Natrium Tiopental memberikan efek hipnotik dan anestetik yang singkat.
1. Timbanglah berat badan kelinci. Perhatikan keadaan umum, aktivitas, dan
pernafasannya. Jangan bertindak kasar.
2. Hitunglah obat yang diperlukan, dengan dosis 0,5 mL/kgBB. Dosis berlebihan dapat
menimbulkan kematian.
3. Baringkan dan ikat pangkal paha kelinci di papan.
4. Suntikkan obat ke dalam vena marginalis sebelah dorsal dari salah satu daun telinga
kelinci dengan mengarahkan jarum suntik ke pangkal telinga dengan kecepatan 0,02
mL/2 detik sampai tercapai anestesi (tidur, pernafasan teratur, refleks kornea (-),
ukuran pupil sedang, otot relaks). Bila sudah tercapai anestesi hentikan penyuntikkan
walaupun misalnya untuk kelinci 2 kg baru terpakai 0,8 mL

12 Praktikum Farmakologi
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

5. Catatlah :
a. Saat penyuntikkan
b. Saat mulai anestesi
c. Jumlah obat terpakai
d. Lama kelinci teranestesi

PERTANYAAN :
1. Bagaimana definisi mula kerja (onset of action) dan lama kerja (duration of action)
suatu obat?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi mula kerja dan lama kerja suatu obat!
3. Sebutkan pembagian obat hipnotik dan sedatif!
4. Sebutkan indikasi pemakaian Natrium Tiopental dalam klinik!

HASIL PENGAMATAN PERCOBAAN 3


BB kelinci : .................. gram
Dosis :
Dosis yang diberikan :

Hasil :
Warna
Denyut Diameter Reaksi
Pernafasan Tonus pembuluh
jantung pupil kornea
darah
Sebelum
Sesudah

Mulai penyuntikkan : ...................


Mulai anestesi : ...................
Selesai anestesi : ...................
Onset of action : ...................
Duration of action : ...................

Praktikum Farmakologi 13
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

SIMPULAN

14 Praktikum Farmakologi
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN 5
VARIASI INDIVIDU TERHADAP OBAT

Obat-obat : 0,5 m LDiazepam 0,01% IP atau 0,5 mL Diazepam 0,005% IP


Alat-alat : 12 beaker glass
Spuit tuberkulin
Hewan coba : 12 ekor mencit

Keterangan :
Perbedaan berat badan, tinggi badan atau sifat-sifat lain dari individu akan memberikan
reaksi yang berbeda terhadap pemakaian obat. Bahkan ada individu yang memberi reaksi
yang dinamakan “drug allergy”. Terdapat pula suatu variasi individual yang besar terhadap
dosis terapeutik yang diberikan agar dapat menimbulkan khasiat fisiologi atau terapeutik
yang sama. Misalnya : Natrium Amobarbital (Amytal), meskipun obat ini telah diberikan
secara intravena dengan dosis yang sesuai dengan berat badan, ternyata pada masing-
masing penderita akan memberikan respon pada tingkat yang berbeda.

Rencana kerja :
1. Timbanglah berat badan dari masing-masing mencit.
2. Tempatkan masing-masing dalam beaker glass.
3. Suntikkan intra peritoneal Natrium Tiopental dengan dosis 40 mg/ kg BB.
4. Perhatikan tingkah laku mencit-mencit tersebut, amati timbulnya ataksia, relaksasi
otot, reaksi terhadap rangsang nyeri dan pernafasannya selama 1 jam.
5. Buatlah grafik yang menggambarkan hubungan antara tingkat pengaruh obat dengan
jumlah mencit yang berada pada pengaruh obat.
Absis : tingkat pengaruh obat
Ordinat : jumlah mencit

Catatan :
Berilah tanda-tanda untuk tingkat pengaruh obat sbb :
+ : untuk pengaruh sedikit sekali
++ : untuk pengaruh sedang à tidur tetapi masih bereaksi terhadap rangsang.
+++ : untuk mencit yang lemah à relaks dan tak dapat dibangunkan
++++ : untuk mencit yang mati
Praktikum Farmakologi 15
PRAKTIKUM BIOKIMIA

LEMAK
Lemak (lipid) adalah suatu kelompok senyawa heterogen yang berhubungan dengan
asam lemak, baik secara aktual, maupun potensial.

Sifat-sifat lemak :
- Relatif tidak larut dalam air
- Larut dalam pelarut non-polar (eter, kloroform, benzen, dan lain-lain)

Menurut Bloor, lemak diklasifikasikan sebagai berikut :


A. Lemak sederhana : ester asam lemak dengan berbagai alkohol, yaitu :
1. Lemak : ester asam lemak dengan gliserol,
lemak dalam keadaan cair disebut minyak
2. Lilin : ester asam lemak dengan alkohol monohidrat yang lebih tinggi
daripada gliserol.

B. Lemak campuran : ester asam lemak yang mengandung gugus tambahan, yaitu :
1. Fosfolipid
2. Glikolipid (serebrosida)
3. Lemak campuran lain : sulfolipid, aminolipid, lipoprotein

C. Derivat lemak : hasil hidrolisa dari golongan diatas, yaitu : asam lemak, gliserol,
steroid, alkohol selain gliserol dan sterol, aldehida lemak, benda keton

Percobaan terhadap lemak meliputi :


A. Sifat umum lemak : - daya larut
- keasaman
- pembentukan emulsi

B. Berhubungan dengan asam lemak : - angka penyabunan


- angka yodium

16 Praktikum Biokimia
PRAKTIKUM BIOKIMIA

C. Berhubungan dengan gliserol : - percobaan Akrolein


- percobaan Benedict kualitatif
- percobaan Dunstan

D. Berhubungan dengan kolesterol : - percobaan Liebermann-Burchard


- pembentukan kristal kolesterol
- percobaan Salkowsky

Perlu diperhatikan : Karena sifat pelarut yang mudah menguap dan mudah terbakar,
maka selama memakai pelarut-pelarut lemak, ruangan harus bebas dari api (percobaan
yang memakai pelarut-pelarut lemak segera dikerjakan sebelum percobaan lain yang
memakai api), dan bekas pelarut dibuang pada tempat khusus.

1. KEASAMAN DARI MINYAK KELAPA DAN MINYAK KELAPA TENGIK

Bahan-bahan :
Minyak kelapa dan minyak kelapa tengik, lakmus merah dan biru

Cara melakukan :
Dengan minyak kelapa, lakmus biru ungu
Dengan minyak tengik, lakmus biru merah

Hasil :

Praktikum Biokimia 17
PRAKTIKUM BIOKIMIA

Keterangan :
Minyak biasa bersifat netral, sedangkan minyak tengik bersifat asam. Ini disebabkan
hidrolisa dan oksidasi trigliserida menghasilkan : asam-asan lemak aldehid, dan keton. Hal-
hal yang mempercepat lemak menjadi tengik adalah : cahaya, kelembaban, pemanasam,
dan kuman-kuman. Zat-zat yang menghambat lemak menjadi tengik ialah fenol, naftol,
kuinon, vitamin E (zat-zat ini disebut antioksidan).

2. DAYA LARUT LEMAK

Bahan-bahan :
HCl 2 N; Na 2CO3 1 %; alkohol; benzen; khloroform; ether
Cara mengerjakan :
Ke dalam tabung yang berisi bermacam-macam cairan diteteskan masing-masing 2
tetes minyak kemudian dikocok.

Hasil : Hasil saudara :


1. Dalam 2 mL air lemak tak larut ..................
2. Dalam 2 mL HCl 2 N lemak tak larut ..................
3. Dalam Na 2CO3 1% kekeruhan ..................
4. Dalam Alkohol dingin larut sebagian ..................
5. Dalam Alkohol panas larut ..................
6. Dalam Benzen larut ..................
7. Dalam Ether larut ..................
8. Dalam kloroform larut ..................

Keterangan :
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tak mantap, karena butir-butir kecil
akan bersatu menjadi besar. Dengan penambahan zat-zat emulsifier, misalnya : protein,
gom, sabun, garam empedu akan terbentuk emulsi yang stabil / mantap. Emulsifier
akan membentuk lapisan disekeliling minyak dengan akibat merendahnya tekanan
permukaan dan diserap melapisi gelembung-gelembung lemak (globula) yang mengurangi
kemungkinan untuk bersatunya gelembung–gelembung lemak satu sama lain.
18 Praktikum Biokimia
PRAKTIKUM BIOKIMIA

Minyak dalam Na2CO3 akan menyebabkan terjadinya penyabunan (penyabunan apa


artinya ?). Dengan pelarut-pelarut lemak akan melarut baik. Pelarut-pelarut lemak ini
sering dipergunakan untuk ekstraksi lemak dengan jaringan bahan-bahan lain.

3. PEMBENTUKAN EMULSI

Bahan-bahan : minyak kelapa; minyak tengik; Na 2CO3 1/2 %; larutan empedu encer
Cara melakukan :
1. 5 mL air + 2 tetes minyak kelapa kocok dan biarkan
2. 5 mL air + 2 tetes minyak kelapa + 2 tetes Na 2CO31/2 % kocok dan biarkan
3. 5 mL air + 2 tetes minyak tengik + 2 tetes Na 2CO3 1/2 % kocok dan biarkan
4. 5 mL larutan empedu encer + 2 tetes minyak kelapa kocok dan biarkan

Hasil :

Keterangan :
Pada tabung (2) dan tidak dipanaskan kemungkinan terjadinya penyabunan ada tapi
lambat, sehingga tak cukup bertindak sebagai emulsifying agent sehingga tidak terlihat
mantap.
Pada tabung ( 3 ) akan terbentuk emulsi mantap karena pada minyak tengik terdapat
asam-asam lemak bebas yang dengan Na 2CO3 encer, akan terjadi penyabunan.
Sabun yang terbentuk mempunyai sifat merendahkan tegangan yang menyebabkan
pembentukan emulsi lebih mudah dan mantap.

Praktikum Biokimia 19
PRAKTIKUM BIOKIMIA

Reaksi Penyabunan :
O
CH2 – O – C – C17H35 CH2OH
O
CH – O – C – C17H35 + 3 NaOH CH OH + 3 C17H35COONa
O
CH2 – O - C – C17H35 CH2OH (sabun)

Pada keadaan ( 4 ) terbentuk emulsi yang cepat dan mantap karena adanya emulsifying
agent. Empedu in vivo juga berfungsi sebagai emulsifying agent yang penting artinya pada
pencernaan lemak.

4. PERCOBAAN BENEDICT KUALITATIF

Bahan-bahan : gliserol 20 %; larutan Banedict; FeCl3 ; H2O2

Cara melakukan :
3 mL larutan Benedict + 5 tetes gliserol 20 %, dipanaskan à negatif, bila gliserol
ditambahkan sampai 20 tetes warna menjadi hijau. Bila masih negatif, tambahkan 2 tetes
FeCl3 dan 3 tetes H2O2.

Hasil :

20 Praktikum Biokimia
PRAKTIKUM BIOKIMIA

Keterangan :
Daya reduksi gliserol terhadap Cu++ kecil, sehingga baru menghasilkan reaksi positif
pada jumlah 20 tetes. Gliserol oleh O2 udara akan berubah menjadi gliseraldehid dan
dihidroksiaseton, kedua zat inilah yang mempunyai daya mereduksi. Perubahan gliserol
menjadi kedua zat ini dipercepat dengan menambahkan H2O2 sebagai oksidator dan Fe+++
sebagai katalisator.

CH2OH CHO CH2OH

CHOH CHOH + C-O

CH2OH CH2OH CH2OH

Gliserol Gliseraldehid Dihidroksiaseton

5. PERCOBAAN SALKOWSKY

Bahan-bahan : Kolesterol padat; khloroform; H2SO4 pekat

Cara melakukan :
Sedikit kolesterol padat dilarutkan dalam 2 mL khloroform. Tambahkan kemudian 2
mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung perlahan-lahan. Goyang-goyangkan agar
kedua bagian dapat bercampur dan bereaksi (jangan dikocok).

Hasil : Terjadi 2 lapisan dimana :


Lapisan atas : khloroform, berwarna merah coklat sampai ungu.
Lapis bawah : asam sulfat, fluoresensi hijau-kuning.

Praktikum Biokimia 21
PRAKTIKUM BIOKIMIA

Keterangan :
Dengan adanya asam sulfat pekat maka terjadi oksidasi dan dehidrasi dari kolesterol
membentuk zat-zat yang memberi warna seperti di atas. Reaksi yang sebenarnya belum
diketahui. Sterol-sterol jenuh seperti dihidrokolesterol dan kopro-sterol tidak memberi
warna tersebut.
Mikosterol memberikan warna Salkowsky sebaliknya, yaitu : khloroform tidak berwarna
tetapi asamnya berwarna merah.
Reaksi Salkowsky dilakukan dalam keadaan kering, artinya tidak boleh ada air. Tabung
yang dipakai juga harus kering dan bersih.

6. KRISTAL KOLESTEROL

Bahan-bahan : kolesterol; alkohol 95%


Cara melakukan :
Sedikit kolesterol dilarutkan dengan 2 mL alkohol 95%. Panaskan di atas api sampai
benar-benar larut dan biarkan mendingin sendiri di atas rak. Setelah dingin, ambil sedikit
larutan dengan mengaduk dan teteskan di atas gelas objek. Tutup secepat mungkin dengan
cover glass. Dilihat di bawah mikroskop dengan objektif 10 x, dan kondensor dipasang
sebawah mungkin.

22 Praktikum Biokimia
PRAKTIKUM BIOKIMIA

Hasil :

Keterangan :
Dengan cara di atas akan terbentuk kristal kolesterol yang berbentuk gambaran persegi
panjang, jernih tak berwarna. Pada ujung-ujungnya terlihat bergigi karena patah-patah.

7. PERCOBAAN LIEBERMANN BURCHARD

Bahan-bahan :
Kolesterol padat, kholoroform, as. cuka anhidrida, dan H2SO4 pekat
Cara melakukan :
Sedikit kolesterol dilarutkan dalam 1 mL khloroform. Tambahkan 5 tetes asam cuka
anhidrida + 1 tetes H2SO4 pekat, campur dengan hati-hati (goyangkan perlahan-lahan).

Hasil :
Terjadi warna merah yang cepat berubah jadi biru, lalu biru – hijau

Keterangan :
Reaksi warna ini seperti juga pada Salkowsky belum diketahui reaksi kimianya.
Kecepatan terbentuknya warna berlainan untuk macam-macam sterol. Sterol yang
jenuh memberikan tes negatif. Reaksi ini merupakan dasar dari penentuan kolorimetri
kolesterol darah.

Praktikum Biokimia 23
PRAKTIKUM PA

ADAPTASI SEL

1.1. ATROFI

COLLOID GOITER
No.Prep.702124
Atrofi yang terjadi pada suatu organ tubuh menyebabkan organ mengecil, yang
disebabkan kerena sel-sel parenkim, yaitu sel-sel yang menjalankan fungsi organ tersebut
mengecil, sehingga stroma secara relatif tampak bertambah.
Atrofi yang terjadi pada tiroid ini adalah atrofi endokrin bersama-sama atrofi desakan.
Colloid goiter atau simple goiter atau difuse non toxic colloid goiter disebabkan oleh
makan makanan yang mengandung zat-zat goitrogenik atau kekurangan relatif akan
yodium. Yodium diperlukan dalam sintesis hormon tiroid, sedangkan zat-zat goitrogenik
mengganggu sintesis dan sekresi dari hormon tiroid.
Kedua hal tersebut menyebabkan pembentukan hormon tiroid (T3 dan T4) terganggu,
akibatnya hipofisis anterior akan memberikan mekanisme umpan balik (feed back
mechanism) dan mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). Rangsangan TSH
yang terus menerus akan menyebabkan sel-sel epitel memproduksi koloid yang terutama
berisi protein tiroglobulin sebagai bahan dasar dari hormon yang belum lengkap akibat
terganggunaya sintesis hormon tiroid. Koloid tidak dapat masuk kedalam darah, sehingga
tertimbun dalam acini dan acini makin lama makin besar, yang menekan/mendesak epitel
folikel tiroid menjadi atrofi.

Makroskopik :
o Kelenjar tiroid bertambah berat, dengan permukaan rata, bersimpai.
o Konsistensi kenyal.
o Pada penampang tampak kista-kista besar dan kecil yang beisi substansi seperti agar-
agar yang cerah atau berwarna coklat muda.

24 Praktikum PA
PRAKTIKUM PA

Mikroskopik :
o Tampak acini yang besarnya berbeda-beda ukurannya, dilapisi oleh epitel kubus
dan gepeng dan berisi koloid (substansi homogen dan eosinofilik) dengan sedikit
scalloping.
o Stroma diantara acini yang berdekatan sedikit dan avaskular.
o Simpai agak menebal dan mulai tampak pula pembentukan trabekel trabekel
jaringan ikat.

Gambar :

o Acini dilapisi oleh :


- epitel gepeng
- epitel kuboid
o stroma
o koloid
o scalloping

1.2. HIPERPLASIA

HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
NoPrep.680581
Hiperplasia adalah perbesaran suatu organ tubuh karena pertumbuhan/proliferasi
sel-sel yang baru. Hiperplasia perlu dibedakan dengan hipertrofi, walaupun sama-sama
menyebabkan perbesaran organ, namun disebabkan perbesaran sel, dan pada hipertrofi
tidak ada replikasi sel baru hanya jumlah protein yang bertambah.
Hiperplasia endometrium disebabkan oleh hiperestrenism, yang relatif atau absolut
walaupun dapat ditemukan juga pada wanita menopause, karena progesteron berkurang
secara relatif sehingga terdapat hiperestrenism relatif.

Praktikum PA 25
PRAKTIKUM PA

Makroskopik :
o Endometrium menebal, tampak seperti beludru.
o Tampak dilatasi kistik dari kelenjar-kelenjar endometrium.
o Pada penampang tampak bentuk yang berlubang-lubang seperti keju Swiss,
sehingga kelainan ini disebut juga SWISS CHEESE APPEARANCE ENDOMETRII.

Mikroskopik :
o Stroma endometrium uterus tersusun padat dan tampak hiperseluler.
o Kelenjar-kelenjar tampak membesar berbentuk tubuler,
hanya sedikit berkelok-kelok.
o Kelenjar dilapisi epitel torak yang tersusun padat dan lumen kelenjar
tidak menunjukan adanya sekresi.

Gambar :

o stroma hiperseluler
o epitel torak
o kelenjar
o epitel yang menonjol kedalam lumen

II.JEJAS REVERSIBEL
2.1. BENGKAK KERUH PADA SEL

HEPAR PADA TOXAEMIA GRAVIDARUM


No.Prep. 6823430
Bengkak keruh atau cloudy swelling atau cellular swelling adalah respons morfologik
standar dari suatu sel terhadap jejas yang tidak keras dan reversibel.
Secara histologis gambaran cloudy swelling ditandai dengan sitoplasma sel membengkak
dan tampak keruh opaque. Hal ini menandakan adanya kehilangan energi intraseluler atau
bertambahnya permeabilitas membran sel, dengan akibat bertambahnya cairan intraseluler.
26 Praktikum PA
PRAKTIKUM PA

Akan tampak kompresi dari mikrovakulatur dan bila seluruh organ terkena maka selain
akan terdapat penambhan berat maupun volume organ, juga organ tampak lebih pucat.
Diduga pembengkakan yang terjadi kerena kurangnya ATP dan enzym fosforilase yang
akan megakibatkan terganggunya “sodium pump” dengan akibat Na+ dalam sel meningkat
sehingga cairan dalam sel bertambah.

Makroskopik :
o hepar tampak membengkak, konsistensi kenyal, pinggir tumpul, warna lebih suram
dan gelap.
o Pada potongan melintang tampak lebih coklat.

Mikroskopik :
o Hepatosit membengkak, sitoplasma berisi granula merah.
o Nukleus tampak normal atau sedikit membesar.
o Sinusopid-sinusoid menggembung berisi banyak eritrosit.

Gambar :

o hepatosit
o sinusoid yang
menggembung

Praktikum PA 27
PRAKTIKUM PA

2.2.DEGENERASI LEMAK

DEGENERASI LEMAK PADA HATI


No.Prep : A 68/231
Degenerasi lemak pada hati disebut juga Steatosis/Fatty liver. Terjadi pada sel-sel organ
yang berperan pada metabolisme lipid dan sangat tergantung pada lipid sebagai sumber
enersi organ. Adanya akumulasi sel pada organ yang terkena, akibat sel yang terkena jejas
sehingga tidak dapat memetaboliser atau memobiliser lipid.
Hepar dengan degenerasi lemak sering akibat alkoholisme kronik.

Makroskopik :
Hepar membesar 2-3 kali lipat
o Konsistensi lembek
o Berminyak
o Warna kuning dan mudah retak akibat sedikit tekanan.

Mikroskopik :
o Tampak hepatosit dipenuhi oleh vacuole–vacuole lemak dalam berbagai ukuran .
o Kebanyakan hepatosit diisi oleh satu vacuole lemak yang mendesak ini ketepi, disebut
“macrosteatosis”
o Ada beberapa hepatosit dimana terdapat vacuole-vacuole kecil yang tersebar
disitoplasma, inti tetap ditengah disebut “microsteatosis”.
o Kadang terlihat beberapa sel pecah dan membentuk suatu kista besar menjadi “fatty
cyst”.
o Diantara hepatosit terlihat sebukan radang bulat
o Terlihat penambahan jaringan ikat.

28 Praktikum PA
PRAKTIKUM PA

Gambar :

o jaringan ikat
o sel lemak
o sel radang
o vena centralis
o fatty cyst

2.3. DEGENERASI_HIDROPIK

MOLAHYDATIDOSA
No. Prep 680288
Degenerasi hidropik terjadi bila ada jejas yang lebih keras daripada “cloudy swelling”
dimana terdapat akumulasi air yang cukup banyak dalam sel, sehingga menimbulkan
vacuole-vacuole yang cukup besar.
Pada mola hydatidosa terjadi pembengkakan kistik, hidropik villi chorealis, disertai
proliferasi hiperplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus.

Makroskopik :
o Uterus membesar lebih dari umur kehamilan
o Tampak gelembung-gelembung cerah
o Kistik bening
o Terkumpul berbentuk seperti tangkai anggur
o Kelompok-kelompok ini diikat oleh jaringan fibrotik halus

Praktikum PA 29
PRAKTIKUM PA

Mikroskopik :
o Pada perbesaran lemah terlihat beberapa jaringan villi chorealis dengan sel-sel decidua
o Villi-villi membesar dengan stroma yang cerah dan avasculer, yang mengalami
degenerasi hidropik.
o Tampak diantaranya sebukan sel-sel radang limfosit dan histiosit.
o Bagian luar villi dilapisi oleh sel-sel cyto dan syncitio trophoblast yang berproliferasi.

Gambar :

o sebukan sel-sel radang


o proliferasi sel cyto dan
syncitotrophoblast
o stroma mengalami
o degenerasi hydropik
o villi chorealis
o perdarahan sel decidua

3. JEJAS IRREVERSIBEL
3.1.NEKROSIS

LYMPHADENITIS TUBERCULOSA
No.Prep.673143
Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan pada tubuh yang hidup. Jaringan nekrosis
seluruhnya berwarna kemerahan dan tidak mengambil warna Haematoxylin Eeosin (HE)
tetapi sering juga berwarna pucat. Sekeliling jaringan nekrotik biasanya terdapat daerah
hiperemik dengan sebukan sel radang.

30 Praktikum PA
PRAKTIKUM PA

Perubahan-perubahan pada inti anatara lain berupa :


o hilangnya gambaran kromatin
o inti tidak vesikuler, lebih keriput. Tampak lebih padat, berwarna gelap hitam (piknotik).
Dapat terbagi-bagi atas fragmen-fragmen yang robek (karyorhexis). Inti juga bisa tidak
mengambil zat warna lagi, menjadi pucat dan tidak nyata (karyolysis).
o Akhirnya seluruh jaringan menjadi suatu massa amorf granuler.

Makroskopik :
o Jaringan berupa kelenjar bersimpai sebesar kacang tanah, dengan konsistensi kenyal.
o Pada sayatan, tampak penampang dengan bercak-bercak kuning dan lembek yang
terdiri dari suatu massa yang rapuh, berbutir-butir lunak putih kering seperti keju parut.

Mikroskopik :
Tampak daerah-daerah yang sebagian hanya terdiri dari sel-sel eptheloid dan sebagian lagi
terdiri dari daerah nekrosis perkijuan, dikelilingi oleh sel-sel epitheloid dan beberapa sel
dari Langhans.
Dibawah simpai masih terlihat jaringan limfoid sebagai sisa dari kelenjar getah bening.

Gambar :
o nekrosis perkijuan
o sel epitheloid
o sel datia Langhans

Praktikum PA 31
PRAKTIKUM PA

4. AKUMULASI INTRASELULER
4.1. DEGENERASI HYALIN

HIPERPLASIA PROSTAT
No. Prep. 670524
Hyalin bersifat cerah, homogen dan tanpa struktur, berwarna merah dengan pewarnaan
HE. Dapat dibentuk oleh jaringan ikat atau epitel. Degenerasi hyalin dapat ditemukan pada
prostat yang mengalami hiperplasia prostat namun bukan merupakan tanda patognomonik.
Hiperplasia prostat/Benign Prostatic Hyperplasia mulai ditemukan pada umur 45 tahun
dan frekwensinya makin bertambah sesuai pertambahan umur. Etiologi akibat ketidak-
seimbangan endokrin dimana estrogen dianggap mempengaruhi bagian medial prostat.

Makroskopik :
o Prostat membesar lebih daripada normal (25 gram)
o Dapat 60-100 gram, malah dapat mecapai 200 gram.
o Yang membesar biasanya adalah lobus medius.
o Permukaan berbenjol-benjol dengan konsistensi kenyal padat.
o Pada penampang melintang ada bagian-bagian yang berwarna putih homogen dan
sebgian lagi berwarna kuning pucat.
o Apabila yang bertambah terutama unsur kelenjar maka warnanya kuning
kemerahan.
o Konsistensi lunak dengan batas jelas dari jaringan prostat yang terdesak berwarna
putih keabuan dan padat.
o Apabila unsur fibromuskuler yang bertambah maka tonjolan berwarna abu-abu
pucat.

32 Praktikum PA
PRAKTIKUM PA

Mikroskopik :
o Tampak komponen-komponen kelenjar dengan bentuk dan struktur yang variabel.
o Stroma diantara kelenjar terdiri dari jaringan ikat, dengan sebukan sel limfosit dan
histiosit.
o Sel-sel kelenjar bertambah besar dengan sitoplasma granuler dengan inti yang lebih
dekat ke basal.
o Epitel kelenjar menonjol kelumen.
o Di dalam lumen kelenjar prostat terdapat masa yang homogen dan bulat yang
berwarna asidofil yang adalah masa hyalin.(mengalami degenerasi hyalin)
o Benda-benda ini dinamakan corpora amylacea

Gambar :
o kelenjar bentuk variabel
o sel kelenjar
o stroma antara kelenjar
o corpora amylacea
o sel radang
o epitel kelenjar menonjol
kedalam lumen

Praktikum PA 33
PRAKTIKUM PA

5. PENYEBAB JEJAS
5.1. JEJAS AKIBAT REAKSI IMUN

GLOMERULONEPHRITIS ACUTA
No. Prep. U 206/59
Biasanya didahului suatu infeksi pada saluran pernapasan bagian atas misalnya :
Pharyngitis atau tonsilitis yang etiologinya adalah Streptococcus beta hemoliticus
golongan A type 12
Antigen yang berasal dari membran plasma streptococcus akan menimbulkan zat anti,
kemudian kompleks imun yang bersirkulasi akan terjerat dalam glomerulus dan pada
tempat ini akan mengakibatkan kerusakan serta radang, penyakit ini disebut sebagai
penyakit kompleks imun.
Insidensi pada anak-anak dan dewasa muda.
Gejala klinik : oedem palpebra superior, sedikit demam, pusing, mual , muntah, nyeri
pada punggung.
Tekanan darah sedikit meninggi, terdapat leukositosis ringan.

Makroskopik :
o Ginjal membesar simetris
o Simpai tegang dan mudah lepas
o Permukaan licin, warna merah tengguli
o Kadang-kadang tampak titik-titik hemoragik fokal
o Pada penampang korteks sembab dan melebar, batas medulla tegas
o Glomerulus tampak sebagai titik-titik putih kelabu kadang-kadang tampak daerah
perdarahan fokal

34 Praktikum PA
PRAKTIKUM PA

Mikroskopik :
o Hampir semua glomerulus terkena, glomerulus tampak membesar , hiperseluler, dan
sebukan PMN.
o Proliferasi sel-sel akan menyumbat kapiler, sehingga glomerulus seakan-akan
avaskuler dan lebih pucat
o Kadang terdapat thrombus dalam kapiler
o Dalam ruang Bowman banyak terdapat eritrosit dan endapan protein leukosit.
o Kadang dapat ditemukan crescent dan mungkin terjadi perlekatan antara gelung
glomerulus dengan simpai Bowman.
o Membrana basalis kapiler dapat menunujukan pelebaran fokal.
o Tubulus menunjukan vakuolisasi lipoid dengan pembentukan hyaline droplet dan
padeaa sel epitel terdapat dilatasi proksimal.
o Dalam lumen dapat ditemukan berbagai cast.
o Pada interstitial terdapat sebukan leukosit, PMN, MN, ada juga udema setempat.

Gambar :

o Glomerulus membesar
o perdarahan fokal
o sel radang
o tubulus menunjukan
vakuolisasi lipoid
o sel-sel epitel,
o sel mesangial
o sel endotel
o eritrosit

Praktikum PA 35
PRAKTIKUM PA

6.RADANG DAN PENYEMBUHAN


6.1. PHAGOSITOSIS

LIPID PNEUMONIA
No.Prep. PG 77/50
Proses fagositosis adalah proses leukosit yang memakan bakteri atau benda-benda
asing, dan merupakan bagian dari pertahan tubuh.
Fagositosis merupakan bagian dari reaksi inflamasi, dimana proses ini merupakan
suatu aktifitas “celluler immunity”.
Fagositosis terbagi atas :
1. Recognition (pengenalan)
2. Engulfment (pemakanan)
3. Degradation (pencernaan)

Makroskopik :
o Paru-paru lebih kecil, tetapi lebih berat dari biasa.
o Pada permukaan terlihat bagian-bagian yang mengalami emphysema, disamping
bagian atelektasi.
o Pada perabaan, padat, kecuali pada bagian yang emphysematous.

Mikroskopik :
o Dibawah mukosa bronchus tampak sebukan limfosit yang masif, disertai dengan PMN
dan histiosit.
o Diantara jaringan ikat terlihat sisa-sisa alveolus dengan dinding yang tebal, dan sel
epitel yang membengkak.
o Rongga dari alveoli ini terisi penuh oleh sel-sel yang besar dengan inti yang agak
besar sedangkan sitoplasmanya tampak cerah dan berbuih, sel-sel ini adalah
fagosit/makrofaga yang berisi lemak
o Tampak pula perdarahan-perdarahan didalam alveolus.

36 Praktikum PA
PRAKTIKUM PA

Gambar :
o sel radang
o fibrosis
o bronchiolus
o pembuluh darah
o perdarahan
o kumpulan lipofag
o alveoli + lipofag

6.2. RADANG AKUT

SALPINGITIS ACUTA
Inflamasi yang terjadi pada suatu radang akut biasanya berlangsung pendek, antara
beberapa menit sampai satu atau dua hari.

Tanda-tanda dari suatu radang akut adalah :


o Adanya eksudasi cairan dan protein plasma (oedem)
o Adanya pelebaran kapiler
o Diikuti terbentuknya kapiler-kapiler baru.
o Terdapat emigrasi leukosit terutama neutrofil.
o Adanya fagositosis.
o Terdapat penimbunan eritrosit.

Makroskopik :
o Pada permukaan tuba terdapat endapan fibrin dan pelebaran pembuluh darah.
o Pada penampang melintang, lumen berisis nanah.

Praktikum PA 37
PRAKTIKUM PA

Mikroskopik :
o Tampak penebalan dari seluruh dinding, terutama pelebaran pembuluh-pembuluh
darah, yaitu pada subserosa, juga adanya infiltrasi sel-sel radang.
o Lumen seluruhnya terisi eksudat sehingga sulit untuk mengenal kembali bentuk
susunan mukosa tuba.
o Lipatan-lipatan mukosa menebal, sembab dan seluruhnya bersebukan sel-sel
radang PMN.
o Lumen yang juga terisi eksudat dengan sel-sel radang yang terutama juga terdiri dari
sel-sel PMN.
o Jaringan submukosa dan muskularis sangat sembab dan mengalami infiltrasi
difus PMN.

Gambar :

o lumen
o exudat
o sel radang
o mukosa menebal
o p.darah melebar

6.3. RADANG KRONIK

APPENDICITIS CHRONICA
No.Prep. 731396
Radang kronik dapat terjadi kerena perangsangan radang yang terus menerus selama
beberapa waktu, antara berminggu-minggu sampai bertahun-tahun.

38 Praktikum PA
PRAKTIKUM PA

Terjadi akibat :
1. Mengikuti radang akut, dimana stimulus masih tetap ada.
2. Adanya serangan radang akut berkali-kali.
3. Adanya reaksi radang yang berjalan insideous pelan-pelan tanpa mencapai tingkat
radang akut.

Radang kronik ditandai dengan :


1. Infiltrasi sel mononuklear (MN), terutama makrofag, limfosit, plasma sel, kadang-
kadang eosinofil.
2. Adanya infiltrasi fibroblast.
3. Adanya proliferasi kapiler dan pembuluh darah kecil.

Makroskopik :
o Appendiks menebal dan fibrotik.
o Pada perabaan kenyal sampai keras
o Permukaan menunjukan bekas-bekas perlekatan

Mikroskopik :
o Pada pemeriksaan dengan perbesaran lemah, tidak tampak banyak perubahan pada
arsitektur jaringan appendiks.
o Baik mukosa, submukosa,jaringan limfoid dan jaringan otot menunjukan gambaran
histologik normal.
o Tersebar diantara jaringan sebukan sel-sel radang dalam jumlah sedang.
o Pada pemeriksaan dengan perbesaran kuat, ternyata bahwa sel-sel radang tersebut
terutama terdiri dari sel-sel plasma dan histiosit.
o Pembuluh darah di dalam subserosa agak melebar dan jaringan disekitarnya sembab.

Praktikum PA 39
PRAKTIKUM PA

Gambar :
o mukosa normal
o sel plasma
o otot fibrotik
o p.darah melebar

6.4. PEMBENTUKAN JARINGAN IKAT PADA PENYEMBUHAN

MYOCARD INFARCT
No.Prep. M216/57
Jaringan ikat yang terbentuk pada pe- nyembuhan disebut juga jaringan granulasi, di
sini fibroblas dan endotel kapiler akan berproliferasi membentuk jaringan ikat muda yang
kaya akan kapiler. Jaringan ikat muda ini berwarna merah dan berbutir-butir halus dan
penuh sel radang. Lambat laun sel radang ini akan hilang dan diganti jaringan granulasi
yang penuh kolagen.
Jaringan ini kemudian akan melisut, sehingga menjadi lebih cekung dan berwarna lebih
pucat, disebut jaringan parut (“scar”).

Makroskopik :
o Pada perabaan ternyata ada bagian-bagian yang agak lembek pada ventrikel, suatu
keadaan yang berbeda dengan bagian lainnya, yang lebih keras dan kenyal.
o Bagian yang lembek ini juga mempunyai warna yang berlainan, yaitu warna lebih
coklat muda. Bagian ini tampak berdinding lebih tipis dan berisi darah. Bagian inilah
yang mengalami infark.

40 Praktikum PA
PRAKTIKUM PA

Mikroskopik :
o Arsitektur serabut-serabut myocardiun tampak berubah dengan adanya bagian-bagian
yang berwarna lebih cerah.
o Stroma terdiri dari anyaman penyambung renggang dengan sebukan sel-sel bulat dan
leukosit neutrofil.
o Disamping itu disana sini masih tampak sisa-sisa serabut otot yang lebih nekrotik dan
jaringan granulasi yang masih muda, pada jaringan granulasi ini tampak tersebar
beberapa sel-sel radang limfosit dan beberapa neutrofil.
o Pada bagian lain juga tampak sarang-sarang kecil fibrosis, yang merupakan bekas
adanya infark-infark kecil dimasa lalu.

Gambar :

o sel radang bulat

o daerah infark

o pembuluh darah

o otot jantung normal

Praktikum PA 41
42

Anda mungkin juga menyukai