Anda di halaman 1dari 61

KEPATUHAN ORANG DENGAN TUBERKULOSIS (ODT)

PADA PEMBERIAN TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS


(OAT) TERHADAP KUALITAS HIDUP DI PUSKESMAS
LOA KULU

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
SUDIANSYAH
15.114054.1178

AKADEMI FARMASI SAMARINDA


SAMARINDA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

KEPATUHAN ORANG DENGAN TUBERKULOSIS


(ODT) PADA PEMBERIAN TERAPI OBAT ANTI
TUBERKULOSIS (OAT) TERHADAP KUALITAS
HIDUP DI PUSKESMAS LOA KULU

Dipersiapkan dan disusun oleh:

SUDIANSYAH
15.114054.1178

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 30 Juni 2018

Pembimbing I Mengetahui:
Akademi Farmasi Samarinda
Direktur,
Eka Siswanto S., M.Sc., Apt
NIDN. 1108038201

Pembimbing II Supomo, S.Si., M.Si., Apt


NIDN. 1103107701

Siti Jubaidah, M.Pd., Apt


NIDN. 1109098302
Tim Penguji:

Ketua: Yulistia Budianti S., M.Sc., Apt ............................

Anggota:
1. Rusdiati Helmidanora, M.Sc., Apt ......................

2. Eka Siswanto S., M.Sc., Apt ............................

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MAN JADDA WAJADA

Siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil

MAN SHABARA ZHAFIRA

Siapa yang bersabar pasti beruntung

MAN SARA ALA DARBI WASHALA

Siapa menapaki jalan-Nya akan sampai ke tujuan

Kupersembahkan buat:

Allah SWT

Kedua Orang Tuaku

Istri dan Anakku

Teman-teman Angkatanku

Keluarga Kecil Prodi Farmasi

Almamaterku

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sudiansyah

NIM : 15.114054.1178

Tempat Tanggal Lahir : Tenggarong, 24 April 1988

Alamat : Jl. Jend. A. Yani RT.004 Desa Sepakat Kec.

Loa Kulu

Dengan ini menyatakan bahwa KTI dengan judul: “Kepatuhan Orang

Dengan Tuberkulosis (ODT) Pada Pemberian Terapi Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) Terhadap Kualitas Hidup Di Puskesmas Loa Kulu”

adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber

lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini

tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sangsi yang akan

dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar Ahli Madya Farmasi yang

nanti saya dapatkan.

Samarinda, Juni 2018

SUDIANSYAH

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaiku Warahmatullahi Wabarakatuh puji syukur penulis panjatkan

kehadiran Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

dengan judul “Kepatuhan Orang Dengan Tuberkulosis (ODT) Pada

Pemberian Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Terhadap Kualitas Hidup

Di Puskesmas Loa Kulu”. karya tulis ilmiah disusun sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan program D-III Farmasi.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan berkat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal

tersebut di atas, maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Supomo, M.Si., Apt selaku Direktur Akademi Famasi Samarinda

2. Bapak Eka Siswanto S. M.Sc., Apt selaku pembimbing I yang telah banyak

membantu, mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar dalam

penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah, serta memberikan saran dan

masukan yang memotivasi.

3. Ibu Siti Jubaidah, M.Pd., Apt selaku pembimbing II yang telah membantu,

memberikan bimbingan dan masukkan dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

4. Seluruh dosen dan staf Akademi Farmasi Samarinda yang telah

membimbing penulis selama mengikuti program pendidikan.

v
5. Keluarga penulis istri dan anak penulis yang tiada henti selalu memberikan

semangat dan mendoakan penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Sahabat dan seluruh teman-teman angkatan 2015 seperjuangan yang telah

membantu selama berlangsungnya kegiatan penelitian dan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan imbalan yang lebih dari

apa yang mereka berikan kepada penulis atas seluruh bantuannya dalam

menyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari

kekurangan dan hal-hal yang masih belum sempurna oleh karena itu penulis

mengharapkan kritikan dan saran yang bermanfaat dan membangun dalam

penyempurnaan Karya Tulis ilmiah ini.

Penuli berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca serta rekan-rekan mahasiswa/I Akademi Farmasi yang akan menyusun

Karya Tulis Ilmiah.

Samarinda, Juni 2018

Sudiansyah

vi
ABSTRAK

Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyait kronis (menahun) telah lama


dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun demikian TB
dapat disembuhkan dengan memakai obat anti tuberkulosis (OAT) dengan baik
yaitu teratur sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksprimental (observasi)
dengan pengambilan data secara total untuk mendapatkan golongan dan jenis obat
yang digunakan, menggunakan data langsung berupa kuesioner dari pasien untuk
kepatuhan pasien orang dengan tuberkulosis (ODT) pada terapi OAT terhadap
kualitas hidup di Puskesmas Loa Kulu. Penelitian ini dengan pendekatan cross
sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan tuberkulosis (ODT) yang
menjalani terapi OAT. Penelitian ini dilakukan di Puskemas Loa Kulu pada bulan
Mei-Juni 2018. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi
tentang kepatuhan dan kualitas hidup.
Hasil penelitian menunjukkan golongan obat yang dikonsumsi ODT pada
kategori 1 (93,3%) yaitu: 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR). Hasil analisis
Crosstab Interval konfidensi 95% untuk OR yaitu 0,506 ≤ OR ≤ 12,351 orang
yang patuh minum obat kualitas hidupnya lebih tinggi 2,5 kali daripada orang
yang tidak patuh minum obat. dan yaitu: 0,680 ≤ OR ≤ 3,307 tidak adanya
hubungan yang bermakna antara orang yang patuh minum obat akan lebih baik
kualitas hidupnya.

Kata kunci: Tuberkulosis, OAT, ODT, kualitas hidup, kepatuhan

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI ............................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................... v
ABSRAK ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................ 4
A. Pengertian Tuberkulosis ..................................................... 4
B. Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ............................... 7
1. Tujuan Pengobatan TB .............................................. 7
2. Perinsip Pengobatan TB ............................................ 7
3. Tahap Pengobatan TB ............................................... 8
4. Obat Anti Tuberkulosis ............................................. 9
5. Paduan OAT yang digunakan di indonesia ............... 10
C. Kepatuhan ........................................................................... 11
D. Kualitas Hidup .................................................................... 13
1. Pengertian Kualitas Hidup ........................................ 13
2. Dimensi Kualitas Hidup ............................................ 13
BAB III METODE PENELITIAN ........................................... 16
A. Rancangan Penelitian .......................................................... 16
B. Objek dan Teknik Sampling ............................................... 16
C. Variabel Penelitian ............................................................. 16
D. Definisi Operasional ........................................................... 17
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 17
F. Analisis Data ....................................................................... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......... 21


A. Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................. 21
B. Data Demogrfi Pasien TB .................................................. 22

viii
C. Data Responden ................................................................... 23
D. Hubungan Kepatuhan dan Kualitas Hidup ......................... 26
BAB V PENUTUP ...................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 30

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. OAT lini pertama ........................................................... 9


Tabel 2. Pengelompokan OAT Lini Kedua .................................. 10
Tabel 3. Karakteristik Berdasarkan Usia ..................................... 23
Tabel 4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 24
Tabel 5. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ........................... 24
Tabel 6. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ............................. 25
Tabel 7. Karakteristik Bedasarkan Obat Yang Digunakan .......... 25
Tabel 8. Tabel Kontingensi Kepatuhan dan Kualitas Hidup......... 26

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Soal Kuesioner ......................................................... 32


Lampiran 2. Data Jawaban Responden ........................................ 37
Lampiran 3. Foto Saat Pengambilan Data .................................... 38
Lampiran 4. Kartu Pengobatan Pasien TB ................................... 39
Lampiran 5. Hasil SPSS Uji Crossectional .................................. 40
Lampiran 6. Perhitungan Persentasi ............................................. 42
Lampiran 7. Distribusi Nilai r Tabel Signifikansi 1% dan 5% .... 43
Lampiran 8. Hasil Uji Validasi dan Uji Reliabilitas Kuesioner ... 44
Lampiran 9. Ijin penelitian di Puskesmas Loa Kulu .................... 46
Lampiran 10. Ijin Penelitian Dari PKM Loa Kulu ....................... 47
Lampiran 11. Paket Obat TB Kategori I ...................................... 48
Lampiran 12. Paket Obat TB Kategori II ..................................... 49
Lampiran 13. Riwayat Hidup ....................................................... 50

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.

Bahwa Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan yang menimbulkan

kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi sehingga perlu dilakukan upaya

penanggulangan. Bahwa keputusan menteri kesehatan Nomor

364/Menkes/SK/V/2009 tentang pedoman penanggulangan Tuberkulosis perlu

disesuikan dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kebutuhan hukum (Depkes

RI, 2016).

Penyakit TB merupakan penyait kronis (menahun) telah lama dikenal oleh

masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. TB dapat disembuhkan dengan

memakai obat anti TB dengan benar yaitu teratur sesuai petunjuk dokter atau

petugas kesehatan lainnya (Misnadiarly, 2006)

Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015,

diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)

dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan

63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka

Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan

sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,

diantaranya 314.965 adalah kasus baru (Depkes RI, 2016)

1
2

Di Puskesmas Loa Kulu dari data 3 tahun terakhir tahun 2015 (28 orang),

2016 (48 orang), 2017 (49 orang) dan diantaranya yang telah meninggal

berjumlah 10 orang. Faktor didapatkan pasien yang tidak patuh dalam

pengobatan. mayoritas pasien yang masuk untuk menjalani perawatan di

puskesmas ini merupakan pasien TB status kasus baru, yaitu yang belum terpapar

TB sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa pasien yang menerima pengobatan

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) mayoritas belum pernah mengonsumsi OAT,

sehingga hal tersebut membuat pasien memulai pengobatannya dari awal. Pasien

yang diberikan OAT akan menjalani pengobatan selama tepat 6 bulan atau lebih

sebelum kemudian dinyatakan sembuh berdasarkan standar kesembuhan untuk TB

(hasil BTA follow up negatif) dan Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap

positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama masa

pengobatan; atau kapan saja dalam masa pengobatan diperoleh hasil laboratorium

yang menunjukkan adanya resistensi OAT (Bakri, 2016).

Kualitas hidup merupakan salah satu kriteria utama untuk mengetahui

intervensi pelayanan kesehatan seperti morbiditas, mortalitas, fertilitas, dan

kecacatan. Di negara berkembang pada beberapa dekade terakhir ini insidensi

penyakit kronis mulai menggantikan dominasi penyakit infeksi di masyarakat.

Sejumlah orang dapat hidup lebih lama, namun dengan membawa beban penyakit

menahun atau kecacatan, sehingga kualitas hidup menjadi perhatian pelayanan

kesehatan. Fenomena di masyarakat sekarang ini adalah masih ada anggota

keluarga yang takut apalagi berdekatan dengan seseorang yang disangka

menderita TB paru, sehingga muncul sikap berhati-hati secara berlebihan,


3

misalnya mengasingkan penderita, enggan mengajak berbicara, kalau dekat

dengan penderita akan segera menutup hidung dan sebagainya. Hal tersebut akan

sangat menyinggung perasaan penderita. Penderita akan tertekan dan merasa

dikucilkan, sehingga dapat berdampak pada kondisi psikologisnya dan akhirnya

akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Hal ini berarti dukungan sosial

yang sangat dibutuhkan tidak didapatkannya secara optimal (Ratnasari,2012).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada korelasi antara kepatuhan ODT terhadap kualitas hidup?

2. Apakah ada hubungan sosiodemografi dengan kepatuhan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui korelasi antar kepatuhan ODT terhadap kualitas hidup.

2. Ingin mengetahui sosiodemografi dengan kepatuhan ODT terhadap

kualitas hidup.

D. Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan mahasiwa/i Akademi Farmasi Samarinda kepatuhan

ODT pada terapi OAT terhadap kualitas hidup.

2. Menambah pengetahuan penulis tentang TB dan terapi obat yang diberikan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan

organ lainnya (Depkes RI, 2016).

Penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit kronis (menahun) telah

lama dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun demikian

TBC dapat disembuhkan dengan memakan obat anti TB dengan betul yaitu teratur

sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehtan lainnya (Misnadiarly, 2006).

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman

berbentuk batang dengan ukuran panjang1-4/µm dan tebal 0,3-0,6/µm. Spesies

lain kuman ini yang dapat memberikan infeksim pada manusia adalah M. bovis,

M. kansasii, M. intracellulare. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak

(lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih

tahan terhadap gangguan kimia dan fisik (Soeparman, 1993)

Menurut World Health Organization (WHO) Tuberkulosisi terbagi atas beberapa


kategori:
1. Kategori I

Kasus-kasus baru apusan positif tuberkulosis pulmonar dan diagnosis baru

pada pasien yang benar-benar sakit dengan bentuk

4
5

tuberkulosis berat. Kategori ini termasuk juga pasien dengan meningitis

tuberkulosis, tuberkulosis diseminata, perikarditis tuberkulosa, peritonitis,

pleuritis bilateral atau ekstensif, penyakit spinal dengan komplikasi

neurologis, apusan negatif tuberkulosis paru disertai dengan gangguan

parenkim yang luas, dan tuberkulosis intestinal atau traktus urinarius.

Tertinggi untuk apusan positif tuberkulosis paru; pengobatan segera juga

diperlakukan untuk pasien yang disertai dengan penyakit lain, karena

berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas.

2. kategori II

Kambuh dan kegagalan pengobatan (apusan positif)

Tertinggi. Pasien seperti ini harus dicurigai memiliki resisten terhadap isoniazid

dan/atau terhdap streptomisin. Jika fasilitas laboratorium yang ada

memungkinkan, maka sebaiknya dilakukan kultur spesimensputum sebelum

pengobatan dan uji resistensi terhadap isoniazid, rifampisin, etambutol dan

streptomisin. Pasien yang termasuk ketegori II memiliki resiko yang meningkat

untuk berkembang penyakit resistensi terhadap berbagai macam obat sehingga

sebaiknya mendapatkan pengawasan penuh selama pengobatan paling sedikit

pada 3 bulan pertama. Mereka yang sputumnya tetap positif setelah 3 bulan masih

harus mendapatkan pengawasan pengobatan sampai terjadi konversi sputum atau

sampai mereka digolongkan sebagai kasus kronik.


6

3. Kategori III

Tuberkulosis paru apusan dengan keterlibatan parenkim yang terbatas dan

tuberkulosis ekstra pulmonar (lain dari bentuk klinik yang disebutkan pada

kategori I). bagian yang terpenting dari kategori ini adalah tuberkulosis pada

anak yang penyakit parunya hampir selalu memperlihatkan apusan negatif.

Kelompok lain yang sering adalah orang muda yang terinfeksi selama masa

dewasa muda dan berkembang menjadi tuberkulosis primer, yang biasanya

muncul sebagai efusi pleura atau lesi parenkim yang kecil pada paru. Lebih

tinggi pada pasien dengan apusan paru negatif, karena pada akhirnya apusan

pada pasien ini akan menjadi positif jika tidak diobati. Lebih rendah pada

pasen dengan tuberkulosis ekstra pulmonar yang lebih jinak.

4. Kategori IV

Tuberkulosis kronik

Rendah. Penatalaksanaan pada pasien yang kemungkinan besar menderita

penyakit yang resisten terhadap berbagai obat anti tuberkulosis (yaitu resisten

terhadap minimal isoniazid dan rifampisin), merupakan masalah yang berat.

Walaupun dengan terapi optimal, yang sembuh mungkin hanya separuh dari

seluruh kasus. Obat-obat pilihan kedua sangat mahal. Umunya lebih toksik dan

jelas kurang efektif dibandingkan oabt-obat konvensional pada kasus rentan obat

seperti ini. Terlebih lagi pasien harus tinggal di rumah sakit selama beberapa

bulan (Komala,1996)
7

B. Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

1. Tujuan Pengobatan TB adalah:

a. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta

kualitas hidup

b. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak

buruk selanjutnya

c. Mencegah terjadinya kekambuhan TB

d. Menurunkan Penularan TB

e. Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat

2. Prinsip Pengobatan TB:

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam

mengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya

paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman

TB.

Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:

1. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat

mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadi

resistensi

2. Diberikan dalam dosis yang tepat


8

3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO

(Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan

4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi

dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah

kekambuhan

3. Tahapan Pengobatan TB:

Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan awal dan tahap

lanjutan dengan maksud:

1. Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan

pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara

efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien

dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang

mungkin sudah resistensi sejak sebelum pasien mendapat

pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,

harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan

pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya

penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2

minggu.

2. Tahap Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap

yang penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada


9

dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat

sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

4. Obat Anti Tubekulosis (OAT)

Tabel 1. OAT Lini Pertama

Jenis Obat Sifat Efek Samping

Neuropati perifer, psikosis, gangguan fungsi


Isoniazid (H) Bakterisidal
hati, kejang

Flu syndrome, gangguan gastrointestinal, urin


bewarna merah, gangguan fungsi hati,
Rifampisin (R) Bakterisidal
trombositositopeni, demam, skin rash, sesak
nafas, anemia hemolitik

Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi


Pirazinamid (Z) Bakterisidal
hati, gout arritis

Nyeri ditempat suntikan, gangguan


keseimbanagn dan pendengaran, renjatan
anafilaktik, anemia, agranulositosis,
Streptomisin (S) Bakterisidal trombositopeni

Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis


Etambutol (E) Bakteriostatik
perifer

Sumber DepKes, 2016


10

Tabel 2. Pengelompokan OAT Lini Kedua

Grup Golongan Jenis Obat


• levofloksasin (Lfx)
A Florokuinolon • Moksifloksasin (Mfx)
• Gatifloksasin (Gfx)*
• Kanamisin (Km)
OAT suntik lini • Amikasin (Am)*
B
kedua • Kapreomisin (Cm)
• Streptomisin (S)**
• Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto)*
OAT oral lini • Sikloserin (Cs)/Terizidon (Trd)*
C
kedua • Clofazimin (Cfz)
• Linezolid (Lzd)
• Pirazinamid (Z)
D D1 OAT lini pertama • Etambutol (E)
• Isoniazid (H) dosis tinggi
• Bedaquiline (Bdq)
D2 OAT baru • Delamanid (Dlm)*
• Pretonamid (PA-824)*
• Asam para aminosalisilat (PAS)
• Imipenem-silastatin (Ipm)*
D3 OAT tambahan • Meropenem (Mpm)*
• Amoksilin clavulanat (Amx-Clv)*
• Thioasetazon (T)*
Sumber DepKes, 2016

Keterangan:

*Tidak disediakan oleh program

**Tidak termasuk obat suntik lini kedua, tetapi dapat diberikan pada kondisi

tertentu dan tidak disediakan oleh program

5. Paduan OAT yang digunakan di indonesia

1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR).

2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau

2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E.

3) Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZE(S)/4-10HR.


11

4) Paduan OAT untuk pasien TB Resistan Obat: terdiri dari OAT lini ke-
2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide,
Sikloserin, Moksifloksasin, PAS, Bedaquilin, Clofazimin, Linezolid,
Delamanid dan obat TB baru lainnya serta OAT lini ke 1 yaitu
pirazinamid and etambutol (DepKes, 2016)

C. Kepatuhan

Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan dimana

pasien mematuhi pengobatan atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya karena

mematuhi perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih

meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan harus

selalu dipantau dan dievaluasi secara teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan

terapi OAT sering diakibatkan oleh ketidak patuhan pasien mengkonsumsi OAT

Faktor-faktor yang memperngaruhi atau faktor prediksi kepatuhan.

1. Fasilitas layanan kesehatan.

Sistem layanan yang berbelit, sistem pembiayaan kesehatan yang mahal,

tidak jelas dan birokratik adalah penghambat yang berperan sangat signifikan

terhadap kepatuhan, karena hal tersebut menyebabkan pasien tidak dapat

mengakses layanan kesehatan dengan mudah. Termasuk diantarnya ruangan yang

nyaman, jaminan kerahasiaan dan penjawalan yang baik, petugas yang ramah dan

membantu pasien.

2. karakteristik pasien.

Meliputi faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan

dan obat yang digunakan) dan faktor psikososial (kesehatan jiwa,


12

penggunaan pisikotropik, lingkungan dan dukungan sosial, pengetahuan dan

perilaku tehadap TB dan terapinya).

3. Panduan terapi OAT

Meliputi jenis obat yang digunakan dalam paduan, bentuk paduan, jumlah

pil yang harus diminum, kompleksnya paduan (frekuensi minum dan pengaruh

dengan makanan), karakteristik obat dan efek samping dan mudah tidaknya akses

untuk mendapatkan OAT.

4. Karakteristik penyakit penyerta.

Meliputi stadium klinis dan lamanya sejak terdiagnosis TB, jenis infeksi

oportunistik atau penyakit lain menyebabkan penambahan jumlah obat yang harus

diminum.

5. Hubungan pasien tenaga kesehatan.

Karakteristik hubungan pasien tenaga kesehatan yang mempengaruhi

kepatuhan meliputi kepuasan dan kepercayaan terhadap tenaga kesehatan dan staf

klinik, pandangan pasien terhadap kompetensi tenaga kesehatan, komunikasi yang

melibatkan pasien dalam proses penentuan keputusan, nada afeksi dari hubungan

tersebut hangat, terbuka, kooperatif, kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat

layanan dengan kebutuhan pasien.

Beberapa faktor yang mengakibatkan ODT tidak patuh terhadap terapi OAT

tersebut, seperti golongan obat, efek samping, kesulitan dalam mendapatkan obat,

mahalnya harga obat, lupa meminum obat karena terlalu sibuk dengan

pekerjaannya, takut statusnya sebagai ODT terungkap, tidak memahami

pengobatan, depresi/keputusasaan, dan tidak percaya terhadap obat-obatan.


13

D. Kualitas Hidup

1. Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup menurut suatu model konseptual, yang bermaksud untuk

mengngambarkan perspektif pasien dengan berbagai istilah, di mana pengertian

kualitas hidup ini akan berbeda bagi orang sakit dan orang sehat. Menurut Cella,

ada dua komponen dasar dari kualitas hidup yaitu subjektivitas dan multidimensi.

Subjektivitas mengandung arti bahwa kualitas hidup hanya dapat ditentukan dari

sudut pandangan pasien saja dan ini dapat diketahui dengan hanya bertahn

langsung kepada pasien. Multidimensi mengandung arti bahwa kualitas hidup

dipandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara holistik meliputi aspek

biologis fisik, psikologis/emosi, sosiokultural, dan spiritual (Agustianti, 2006)

Kualitas hidup mempunyai pengertian yang bersifat subjektif atau

individual, kualitas hidup terdiri dari berbagai aspek kehidupan serta dipengaruhi

oleh pengalaman hidup seseorang dan bagaimana cara pandangannya terhadap

pengalaman hidup yang telah dilewatinya tersebut sehingga akan memberikan

perasaan senang dan puas di mana yang akan datang (Agustianti, 2006).

2. Dimensi kualitas Hidup

Kualitas hidup seseorang dapat diukur melalui empat dimensi utama yaitu

kesejahteraan fungsional, fisik, psikologis/emosional, dan sosial.


14

a. Kesejahteraan Fungsional

Kesejahteraan fungsional adalah kemampuan seseorang untuk berfungsi

secara optimal dalam kehidupan sehari-hari meliputi bekerja, melakukan transaksi

di bank, belanja, belajar, membersihkan rumah, merawat diri, perpakaian,

menyiapkan makanan, dan toileting. Akibat penyakit yang dderita ODT sehingga

kemampuan terbatas dalam melakukan kegiatan tersubut, sehingga memerlukan

bantuan atau dukungan sosial dari berbagai pihak.

b. Kesejahteraan Fisik

Kesejahteraan fisik yaitu kemampuan organ tubuh untuk berfungsi secara

optimal sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Adanya infeksi TB yang menyerang sistem imun

seseorang sehingga berdampak pada kesehatan fisiknya (Agustianti, 2006)

c. Kesejahteraan Psikologis/Emosional

Kesejahteraan psikologis/emosional yaitu kemampuan seseorang untuk

menciptakan perasaan senang dan puas terhadap suatu peristiwa atau kejadian

yang dialami dalam kehidupan seseorang sehingga terhindar dari timbulnya

masalah-masalah psikologis. Kondisi emosional ODT yang tidak stabil karena

adanya berbagai keterbatasan membuat ODT merasa frustasi/kecewa dan akhirnya

menimbulkan masalah depresi. Selain masalah depresi yang merupakan masalah

psikologis terbesar pada ODT adalah kecemasan, paranoid, mania, iritabel,

psikosi, dan penggunaan obat-obatan. Berbagai masalah psikologis ini akan

mempengaruhi kemampuan ODT untuk berpartisipasi secara penuh dalam


15

pengobatan dan perawatan dirinya sehingga akan berdampak terhadap kualitas

hidup ODT.

d. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial yaitu kemampuan seseorang untuk membina hubungan

interpersonal dengan orang lain, di mana hungan yang terbina adalah hubungan

yang berkembang dimasyarakat adalah individu yang mengidap TB mendapat

tekanan bukan saja akibat dari pengaruh intervensi Tb dalam tubuhnya tetapi, juga

penderita dihadapkan pada masih tingginya stigma terhadap dirinya dimasyarakat.

Kondisi ini semakin membuat ODT menutup dirinya dari kehidupan sosial yang

dapat memperburuk kondisinya sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya

(Agustianti, 2006).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksprimental (observasi)

dengan pengambilan data secara total untuk mendapatkan golongan dan jenis obat

yang digunakan, menggunakan data langsung berupa kuesioner dari pasien untuk

kepatuhan pasien ODT pada terapi OAT terhadap kualitas hidup di Puskesmas

Loa Kulu pada bulan Mei-Juni 2018.

B. Objek dan Teknik Sampling

1. Objek

Objek yang dipilih adalah ODT di Puskesmas Loa Kulu kabupaten Kutai

Kartanegara.

2. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, data diolah dengan

metode Crosstab, dilakukan secara langsung kepada ODT yang sedang terapi di

Puskesmas Loa Kulu.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1. Variabel Bebas

Tingkat kepatuhan ODT terhadap OAT.


16
17

2. Variabel Terikat

Kualitas hidup pasien ODT di Puskesmas Loa Kulu

D. Definisi Operasional

1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam

pengobatan TB.

2. Kuesioner adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui kepatuhan

san kualitas hidup berdasarkan penggunaan obat pasien orarng dengan

Tuberkulosis di Puskesmas Loa Lulu.

3. Kepatuhan orang dengan tuberkulois (ODT) pada terapi adalah sesuatu

keadaan dimana pasien TB mematuhi pengobatan atas dasar kesadaran

sendiri, bukan hanya karena mamatuhi perintah dokter atau tenaga medis

yang lain.

4. Kualitas hidup merupakan salah satu kriteria utama untuk mengetahui

intervensi pelayanan kesehatan seperti morbiditas, mortalitas, fertilitas, dan

kecacatan.

E. Teknik pengumpulan Data

1. Sampel dan Alat yang digunakan

a. Sampel

Sampel penelitian yang digunakan adalah responden dari Orang

Dengan Tuberkulosis (ODT) yang sedang melakukan terapi Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) di Puskesmas Loa Kulu.


18

b. Alat

Kepatuhan dan kualitas hidup ODT dalam menjalani terapi OAT

dapat diukur dengan kuesioner yang diambil dari kombinasi antara yang

telah digunakan penelitian sebelumnya.

c. Cara Kerja

1. Pembuatan kuesioner

Pembuatan kuesioner dilakukan dengan tujuan penelitian, menentukan

kelompok sampel dan merancang kuesioner. Sebuah item kuesioner berupa

bentuk tertutup, keuntungan dari rancangan pertanyaan dalam bentuk

tertutup adalah membuat kuantifikasi dan analisi lebih mudah.

2. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kreteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel.

Kriteria inklusi dalam peneliatian ini adalah:

ODT yang sedang melakukan terapi OAT di Puskesmas Loa Kulu.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian.

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah:

ODT yang tidak melakukan terapi OAT di Puskesmas Loa Kulu.


19

3. Menyusun Kuesioner

Penyusunan kuesionerdapat dilakukan menggunakan skala Likert, dan

menggunakan kuesioner tertutup. Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi kelompok orang terhadap penggunaan obat

dilihat dari kegunaan obat, aturan minum obat.

4. Validasi dan Realibilitas Soal Kuesioner

Validasi kuesioner dilakukan kepada 30 responden orang dengan ODT pada

Puskesmas Loa Kulu. Setelah mendapat data dari 30 responden lalu data

diolah dan dimasukkan kedalam lembar kerja Microsoft Excel. kemudian

dilakukan analisis menggunakan aplikasi SPSS 24.

a. Validitas

Suatu indek yang menunjang alat ukur itu benar-benar mengukur apa

yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Sebelum melakukan uji validitas,

peneliti memeriksa jawaban responden yang memiliki skor 1-4.

Setelah menjumlahkan skor yang didapat, peneliti melakukan uji

validitas menngunakan aplikasi SPSS 24, dan akan memberikan hasil

pertanyaan yang valid dan tidak valid dari pertanyaan tersebut.

b. Uji Reliabilitas

Inseks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010).

5. Menyebarkan Kuesioner

Peneliti akan menyebarkan kuesioner pada ODT di Puskesmas Loa Kulu

dan diisi oleh responden yang menurutnya benar.


20

6. Mengolah Data

Data yang diperoleh dari responden yang mengisi kuesioner kemudian

diolah pada lembar kerja Microsoft Excel dan dikelompokan sesuai

kelompok data responden.

F. Analisis Data

Pada penelitian ini data diolah menggunakan metode Crosstab yaitu hasil

dari seluruh responde di analisis menggunakan bentuk tabel 2x2 pada kuesioner

hubungan korelasi antar kepatuhan ODT pada terapi OAT terhadap kualitas hidup.

Pada metode ini kategori patuh dan tidak patuh didasarkan pada mean jika nilai p

< mean maka dikategorikan tidak patuh, dan jika p ≥ mean maka dapat

dikategorikan patuh. Untuk kualitas hidup ditandai dengan baik jika p ≥ mean

dikategorikan baik dan kurang baik jika p < mean dikategorikan buruk.

Analisis deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan

tujuan utama membuat gambaran suatu metode penelitian secara objektif. Data

akan dianalisi dengan menentukan rata-rata pengetahuan dari responden, dari hasil

data yang dikumpulkan akan dikelompokkan sesuai dengantujuan penelitian.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji instrument digunakan saat dilakukan uji coba pendahuluan terhadap

kuesioner yang akan digunakan sebagai alat ukur penelitian yaitu validitas dan

reliabilitas. Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan pada Puskesmas Loa Kulu.

Uji validitas dan uji reliabilitas ini bertujuan mengukur kepatuhan ODT pada

pemberian terapi OAT terhadap kualitas hidup di Puskemas Loa kulu.

Pada uji validitas terdapat 24 pertanyaan yang valid, pertanyaan yang telah

diuji validitas dilakuan pengujian kembali, didapatkan hasil pertanyaan yang

reliabel dan valid adalah 24 pertanyaan yang terdiri dari 13 pertanyaan kepatuhan

dan 11 pertanyaan kualitas hidup.

Variabel pertanyaan dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi

dengan skor totalnya. Hasil dari perhitungan korelasi total responden yang

diperoleh dari program aplikasi SPSS 24 dibandingkan dengan koefisien korelasi

yang terdapat pada tabel r= untuk signifikan 5% dengan nilai N= 30 mempunyai

nilai tabel r= 0,606 soal pertanyaan kuesioner. Kuesinoner valid jika nilai r=

bernilai positif dan lebih besar 0,606 (Arikunto, 2006). Berdasarkan hasil uji

reliabilitas Cronbach’s Alpha didapat bahwa reliabilitas sebesar 0,845 (> 0,606)

maka kuesioner yang digunakan dalam penelitian yang reliabel yaitu 13 soal

untuk pertanyaan kepatuhan dan 11 untuk kualitas hidup.

21
22

B. Karakteristik Data Demografi Pasien TB

Penelitian kali ini dilakukan pada pasien TB di Puskesmas Loa Kulu,

didapatkan 30 responden, sampel yang kemudian, diperoleh persebaran

karakteristik subjek penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, pekerjaan dan obat yang digunakan.

Nama Jenis Obat Yang


No Umur Pendidikan Pekerjaan
Pasien Kelamin Digunakan
1 A L 56 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 2
2 B P 59 SD Wiraswasta OAT Kat. 1
3 C P 42 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 2
4 D L 40 SLTA Wiraswasta OAT Kat. 1
5 E P 54 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 1
6 F P 64 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 1
7 G L 19 SLTA Tidak Bekerja OAT Kat. 1
8 H P 60 SD Wiraswasta OAT Kat. 1
9 I P 51 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 1
10 J L 24 SARJANA Tidak Bekerja OAT Kat. 1
11 K P 50 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 1
12 L P 17 SLTA Tidak Bekerja OAT Kat. 1
13 M P 65 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 1
14 N L 36 SD Pegawai Swasta OAT Kat. 1
15 O L 41 SLTP Pegawai Swasta OAT Kat. 1
16 P L 47 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 1
17 Q L 56 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 1
18 R P 63 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 1
19 S P 19 SLTP Tidak Bekerja OAT Kat. 1
20 T P 71 SD Tidak Bekerja OAT Kat. 1
21 U L 40 SLTP Wiraswasta OAT Kat. 1
22 Y L 40 SLTP Wiraswasta OAT Kat. 1
23 X P 21 SARJANA Tidak Bekerja OAT Kat. 1
24 Z L 21 SLTA Wiraswasta OAT Kat. 1
25 AA P 22 SLTA Tidak Bekerja OAT Kat. 1
26 AB L 45 SD Wiraswasta OAT Kat. 1
27 AC P 39 SLTA Tidak Bekerja OAT Kat. 1
28 AD P 49 SLTA Tidak Bekerja OAT Kat. 1
29 AE P 34 SLTA Tidak Bekerja OAT Kat. 1
30 AF L 32 SLTA Pegawai Swasta OAT Kat. 1
23

C. Data Responden

Jumlah responden yang mengisi kuesioner kepatuhan minum obat TB dan

kualitas hidup sebanyak 30 responden

1. Berdasarkan Usia
Tabel 3. Karakteristik Berdasarkan Usia

Usia n (%)
15-24 7 23,4
25-34 2 6,6
35-44 7 23,4
45-54 6 20
55-64 6 20
65-74 2 6,6
TOTAL 30 100

Dilihat dari kelompok persentasi umur, ternyata penderita terbanyak berusia 55-64

tahun serta kelompok paling sedikit menderita TB adalah usia 35-44 dan 45-54.

Karena sebagian besar responden berada pada kelompok usia produktif yaitu pada

rentang usia 15–50 tahun. Banyaknya penderita TB paru pada usia produktif

disebabkan karena pada usia tersebut banyak dari mereka yang bekerja dan

berhubungan dengan lingkungan luar. Kondisi demikian menyebabkan banyak

dari mereka yang tertular penyakit TB paru tanpa mereka sadari karena kuman TB

ditularkan melalui udara apabila udara tersebut mengandung kuman TB

(Lampiran 6, no.40).
24

2. Bedasarkan Jenis Kelamin


Tabel 4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n (%)


Laki-laki 14 46,6
Perempuan 16 53,4
Total 30 100

Sedangkan untuk sebaran responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak

14 (46,6%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 16 (53,4). Dari penelitian

sebelumnya oleh Unggul Pambudi (2013) jumlah pasien perempuan lebih banyak

22 (53,6%) dari laki-laki 19 (46,3%), hal ini dimungkinkan karena kondisi

lingkungan tempat tinggal ataupun tempat kerja yang kurang higienis karena

adanya pasar. Selain itu ada beberapa pasien yang memang pernah kontak

langsung dengan penderita Tuberkulosis paru positif yang lain.(Lampiran 6, no.41

3. Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tabel 5. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Jenis Pendidikan n (%)


SD 15 50
SLTP 4 13,4
SLTA 9 30
SARJANA 2 6,6
TOTAL 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pasien yang pendidikannya rendah 15 (50%)

akan beresiko menderita TB dibandingkan dengan pasien yang pendidikannya

lebih tinggi. Hal ini diperkuat Dari penelitian Dea Nurma Ruditya (2014)

kurangnya pengetahuan dan rendahnya tingkat pendidikan seseorang dan sumber

informasi yang kurang maka dapat berdampak pada rendahnya kemampuan

individu tersebut dalam menyelesaikan masalah.


25

4. Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 6. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n (%)
Tidak Bekerja 20 66,6
PNS 0 0
Pegawai Swasta 3 10
Wiraswasta 7 23,4
Total 30 100

Data dari tabel memperlihatkan bahwa yang tidak berkerja 20 (66,6%) lebih

beresiko menderita TB. ekonomi renda sehingga tidak ada uang untuk berobat.

Dari hasil penelitian Faris Muaz (2014) sebelumnya juga menjelaskan yang tidak

bekerja akan beresiko menderita TB Paru BTA+ sebesar 3,7 kali dibandingkan

dengan yang bekerja. (Lampiran 6, no.40)

5. Bedasarkan Obat Yang Digunakan

Tabel 7. Karakteristik Bedasarkan Obat Yang Digunakan

Obat yang digunakan n (%)


OAT Kategori 1 28 93,3
OAT Kategori 2 2 6,7

Data dari Tabel 7 memperlihatkan bahwa obat TB yang digunakan lebih banyak

OAT kategori 1 (satu) 28 (93,3%) dari pada kategori 2, dikarena pasien yang

berobat adalah pasien baru yang diketahui menderita TB. Dan kategori 2 terdapat

2 pasien karena adanya kegagalan dalam pengobatan dan terjadi kambuh kembali

setelah sembuh dari TB. (Lampiran 6, no.40)


26

D. Hubungan Kepatuhan dan Kualitas Hidup

Tabel 8. Tabel Kontingensi Kepatuhan dan Kualitas Hidup

Kualitas Hidup
Total
Baik Buruk

Patuh 14 7 21
Kepatuhan
minum obat Tidak Patuh 4 5 9

Total 18 12 30

Hasil dari 30 responden didapatkan bahwa 21 responden patuh minum obat

dan 9 responden tidak patuh minum obat, pada kualitas hidup didapatkan hasil

bahwa 18 responden kualitas hidupnya baik sedangkan 12 responden kualitas

hidupnya buruk. Data dimasukkan pada table 2x2 lalu menggunakan

Crosstabulation.Berdasarkan OR didapatkan nilai OR= 2,5 kali, artinya orang

yang patuh minumobat akan lebih baik kualitas hidupnya lebih tinggi 2,5 kali dari

pada orang yang tidak patuh minum obat. Interval konfidensi 95% untuk OR

yaitu 0,506 ≤ OR ≤12,351 dan RR yaitu: 0,680 ≤ OR ≤ 3,307 yang melewati

angka 1, menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara orang yang

patuh minum obat akan lebih baik kualitas hidupnya.

Masalah kesehatan mental dikalangan orang terinfeksi TB mungkin

memiliki efek negatif yang cukup besar pada kualitas hidup, mempengaruhi

kebutuhan dan penggunaan pelayanan kesehatan, kepatuhan terhadap pengobatan,

dan mempengaruhi hasil kesehatan (Smith et all, 2004). Tabel kontingensi tedapat

4 responden yang tidak patuh tetapi memiliki kualitas hidup yang baik
27

dikarenakan memiliki imunitas yang baik. Pada tabel terdapat 5 responden

kualitas hidup yang buruk di karenakan lingkungan sekirata tempat tinggal yang

kurang bersuh. Alasan responden untuk melewatkan minum obat dikarenakan

responden lupa untuk mengambil obat, memiliki masalah dalam pengaturan

minum obat dalam waktu tertentu, dan kehabisan obat sehingga responden tidak

minum obat dalam waktu tertentu. Beberapa responden merasa tidak yakin apabila

tidak mengambil atau minum oabt OAT tepat waktu akan mengakibatkan resisten

terhadap tubuhnya.

Dari penelitian Imam Abrori dan Riris Andono Ahmad menyatakan kualitas

hidup yang buruk dikarenakan kurangnya dukungan sosial (kasih sayang,

emosional, meterial), motivasi kelurga, lingkungan tempat tinggal dan

kehilangannya pekerjaan.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:


1. Golongan obat apa yang diberikan kepada pasien ODT di Puskesmas Loa

Kulu adalah Kategori 1 (28 pasien sebesar 93,3%), yaitu:

2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)

2. Interval konfidensi 95% untuk OR yaitu 0,506 ≤ OR ≤ 12,351 dan RR

yaitu: 0,680 ≤ OR ≤ 3,307 yang melewati angka 1, menunjukkan tidak

adanya hubungan yang bermakna antara orang yang patuh minum obat

akan lebih baik kualitas hidupnya. Berdasarkan OR didapatkan nilai 2,5

kali, artinya orang yang patuh minum obat kualitas hidupnya lebih tinggi 2,5

kali daripada orang yang tidak patuh minum obat.

B. Saran

1. Diharapkan pada penulis Karya Tulis Ilmiah selanjutnya untuk dapat

dikembangkan terhadap peranan keluarga pada kepatuhan terapi OAT.

2. Diharapkan adanya perhatian khusus pada penderita TB agar mereka tidak

putus asa dalam menjalani terapi OAT.

28
29

3. Diharapkan dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota

harus menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab sebagai pengelola

program penanggulangan TB.

4. Puskesmas harus menetapkan dokter, perawat dan analis laboratorium

terlatih yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program

penanggulangan TB.
30

DAFTAR PUSTAKA

Alifia, F. 2016. Kepatuhan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Pada Pemberian


Terapi Anti Retroviral (ARV) Terhadap Kualitas Hidup Di Klinik VCT
RSUD.A. Wahab Sjahranie Samarinda . Karya Tulis Ilmiah. Samarinda:
Akademi Farmasi.
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Atik, A. 2010. Hubungan Pengetahuan Penderita Tentang Tuberkulosis Paru
Dengan Perilaku Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas Curung Tangerang.
Skripsi. Tangerang: Universitas Esa Unggul Tangerang.
Agustianti, H. 2006. Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya
dengan Konsep Diri. Bandung: Refika Aditama.
Abrori, I., Andono, R.A. 2017. Kualitas hidup penderita Tuberkulosis resisten
Obat di Kabupaten Bayumas. Journal Of Community Medicine and Public
Health, Vol. 34, No.2.
Bakri, M. 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Jumpandang Baru Makasar. Skripsi.
Makasara: Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar.
Departemen Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2. Jakarta.
Komala, S. 1996. Pengobatan Tuberkulosis Pedoman Untuk Program-Program
Nasional. Jakarta: Penerbit Hipokrates.
Misnadiarly. 2006. Penyakit Infeksi TB Paru dan Ekstra Paru: Mengenal,
Mencegah, Menanggulangi TBC Paru, Ekstra Paru Anak, Pada Kehamilan.
Bogor: Percetakan Grafika Mardi Yuana.
Muaz, F. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru
Basil Tahan Asam Positif di Puskesmas Wilayah Kecamatan Serang kota
Serang. Skripsi. Serang Universitas Islam Negeri Syarif Hiadayatullah
Jakarta.
Notoatmojo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: rineka Cipta.
Nurma, D.R., 2014. Hubungan Antara Karakteristik Penderita TB Dengan
Kepatuhan Memeriksakan Dahak Selama Pengobatan Di Puskesmas Tanah
31

Kalikedinding Surabaya. Skripsi. Surabaya Universitas Airlangga Jawa


Timur.
Price, S.A., Wilson L.M. 1994. Patofsiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pambudi, U. 2013. Evaluasi Tingkat Kepatuhan Pasien Terhadap Penggunaa Obat
Tuberkulosis di Puskesmas Kartasura Sukoharjo Pada Desember 2012.
Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ratnasari, N.Y., 2012. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada
Penderita Tuberkulosis Paru (TB PARU) Di Balai Pengobatan Penyakit
Paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran. Jurnal. Yogyakarta: AKPER Giri
Satria Husada Wonogiri.
Soeparman., Waspadji S. 1993. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Persatuan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Siswanto, E.S., 2017. Statistik Farmasi Aplikasi Praktis Dengan SPSS.
Yogyakarta: Penerbit Grafika Indah.
WHO.1993. Tb global emergency. The Magazine of the United health
organization.
32

Lampiran 1. Soal Kuesioner

KUESIONER KEPATUHAN ORANG DENGAN TUBERKULOSIS (ODT)


PADA PEMBERIAN TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
TERHADAP KUALITAS HIDUP DI PUSKESMAS LOA KULU

Petunjuk:
1. Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu karakteristik responden,
kuesioner kepatuhan minum obat, dan kuesioner kualitas hidup.
2. Semua jawaban dijaga kerahasiaannya.
3. Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti minta penjelasan dari
peneliti.
4. Terima kasih atas partisipasi responden.

Karakteristik Responden
1. Nama Pasien :
2. Usia : tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
4. Pendidikan : ( ) SD, ( ) SMP, ( ) SMA, ( ) Sarjana
5. Pekerjaan: ( ) Tidak Bekerja, ( ) PNS, ( ) Pegawai Swasta,
( ) Wiraswasta
6. Obat Yang Digunakan :
33

Sambungan Lampiran 1

KUESIONER I
KEPATUHAN MINUM OBAT

PETUNJUK PENGISIAN

Berikan tanda check list () pada kotak yang telah disediakan

Sangat
A. Seberapa Yakin Anda Bahwa: Tidak Tidak Yakin Sangat
Yakin Yakin Yakin

Anda akan mengikuti


semua atau sebagian besar
1
penggunaan obat seperti
yang diarahkan?

Obat akan memiliki efek


2 positif pada kesehatan
Anda?

Jika Anda tidak


mengambil dan
menggunakan obat persis
3 seperti yang
diperintahkan, TB dalam
tubuh Anda akan menjadi
resisten terhadap obat TB?

B. Alasan Anda Melewatkan Untuk Tidak


Jarang Terkadang Sering
Mengambil Obat: Pernah

Apakah Anda merasa


enggan mengambil obat
4
karena jarak yang jauh
dari tempat tinggal?

5 Apakah Anda lupa?

Memiliki perubahan
6 dalam rutinitas sehari-
hari?
34

Memiliki rasa seperti obat


7
itu beracun/ berbahaya

Merasa susah tidur setelah


8
minum obat?

9 Merasa tidak enak badan?

10 Merasa tertekan?

Memiliki masalah dalam


pengaturan minum obat
11 dalam waktu yang tertentu
(dengan makanan, perut
kosong, dll)?

Pernah terjadi kehabisan


12
obat?

Merasa baik setelah


13
minum obat?
35

Sambungan Lampiran 1

KUESIONER II
KUALITAS HIDUP

Berikan tanda check list () pada kotak yang telah disediakan

Sangat
Kurang Sangat
No Pertanyaan Kurang Baik
Baik Baik
Baik
Bagaimana Anda Menilai
1
Kualitas Hidup Anda?
Bagaimana Anda menilai
2
dengan kesehatan Anda?
Seberapa baik
3 kemampuan Anda dalam
berkosentrasi?
Seberapa penting
4 informasi tentang obat TB
bagi anda?
Tidak
Terkadang Jarang Pernah
Pernah
Anda merasakan bahwa
rasa sakit fisik yang Anda
5 alami mencegah Anda
untuk melakukan hal yang
perlu Anda lakukan?
Apakah Anda pernah
merasakan adanya
gangguan untuk
melakukan aktifitas
6
sehari-hari disebabkan
oleh masalah fisik yang
berkaitan dengan TB
Anda?
Apakah Anda merasa
7 nyaman dalam menikmati
hidup Anda?
Pernahkah Anda merasa
8
bahwa hidup Anda
36

menjadi berarti?
Pernahkah Anda
ketergangguan yang Anda
rasakan yang disebabkan
9 oleh orang-orang
menyalahkan Anda
mengenai status TB
Anda?
Pernahkah Anda merasa
10 ketakutan mengenai masa
depan Anda?
Pernahkah Anda merasa
11 khawatir mengenai
kematian?
37

Lampiran 2. Data Jawaban Responden

Kualitas Hidup
No Nama Total Hasil
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 3 4 37 Buruk
2 11 4 4 3 4 4 3 2 4 4 3 3 38 Baik
3 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 41 Baik
4 23 4 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 39 Baik
5 26 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 40 Baik
6 25 4 3 3 3 4 4 2 4 4 4 4 39 Baik
7 24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 Baik
8 10 3 3 2 3 1 2 2 4 3 3 4 30 Buruk
9 8 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 42 Baik
10 7 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 42 Baik
11 6 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 37 Buruk
12 9 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 43 Baik
13 27 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 4 35 Buruk
14 4 2 2 3 4 4 3 3 2 4 2 4 33 Buruk
15 18 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 39 Baik
16 29 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 40 Baik
17 19 3 4 3 3 3 2 4 3 4 4 4 37 Buruk
18 30 4 3 3 3 4 4 2 2 4 4 4 37 Buruk
19 1 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 38 Baik
20 20 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 34 Buruk
21 21 4 3 3 3 3 4 2 4 2 4 4 36 Buruk
22 22 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 40 Baik
23 13 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 40 Baik
24 15 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 40 Baik
25 16 4 3 3 3 3 4 2 2 4 3 4 35 Buruk
26 17 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 40 Baik
27 12 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 40 Baik
28 14 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 41 Baik
29 28 4 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4 37 Buruk
30 2 2 2 3 4 1 1 3 4 4 4 4 32 Buruk
Rata-rata 38

Keterangan:
Kualitas Hidup:
Jika x ≥ 38 maka dinyatakan kualitas hidup baik
Jika x < 38 maka dinyatakan kualitas hidup buruk
38

Lampiran 3. Foto Saat Pengambilan Data


39

Lampiran 4. Kartu Pengobatan Pasien TB


40

Lampiran 5. Hasil SPSS Uji Crossectional

Kepatuhan * Kualitas_Hidup Crosstabulation

Kualitas_Hidup Total

Baik Buruk

Count 14 7 21
Patuh
Expected Count 12.6 8.4 21.0
Kepatuhan
Count 4 5 9
Tidak
Expected Count 5.4 3.6 9.0

Count 18 12 30
Total
Expected Count 18.0 12.0 30.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

a
Pearson Chi-Square 1.296 1 .255

b
Continuity Correction .536 1 .464

Likelihood Ratio 1.282 1 .258

Fisher's Exact Test .418 .231

Linear-by-Linear Association 1.253 1 .263

N of Valid Cases 30

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.60.

b. Computed only for a 2x2 table


41

Sambungan Lampiran 5

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kepatuhan 2.500 .506 12.351


(Patuh / Tidak)

For cohort Kualitas_Hidup = 1.500 .680 3.307


Baik

For cohort Kualitas_Hidup = .600 .259 1.391


Buruk

N of Valid Cases 30

Interpretasi Tabel risk Estimate:


a. Karena penelitian ini adalah Cross Sectional maka kita dapat menggunakan
Rasio Pravelensi (RP) dibandingkan dari data OR (Odds Ratio) maupun RR
(Relative Risk). Nilai OR = 2,5 dan nilai RR = 1,5. RP = OR/RR=1,66
b. Berdasarkan OR didapatkan nilai OR= 2,5 kali, artinya orang yang patuh
minum obat akan lebih baik kualitas hidupnya lebih tinggi 2 kali daripada
orang yang tidak patuh minum obat.
c. Ketentuan Rasio Pravelensi (RP) jika RP = 1 artinya tidak ada pengaruh, RP
> 1 berarti variabel tersebut merupakan faktor resiko (nilai RP melebihi 1)

d. Interval konfidensi 95% untuk OR yaitu 0,506 ≤ OR ≤ 12,351 dan RR yaitu:


0,680 ≤ OR ≤ 3,307 yang melewati angka 1, menunjukkan tidak adanya
hubungan yang bermakna antara orang yang patuh minum obat akan lebih
baik kualitas hidupnya.
Kesimpulan: tidak ada hubungan yang bermakna antara orang yang patuh minum
obat akan lebih baik kualitas hidupnya.
42

Lampiran 6. Perhitungan Persentasi


Persentasi = n/30x100% = %

Persentasi Usia
15-24 tahun = 7/30x100% = 23,4%
25-34 tahun = 2/30x100% = 6,6%
35-44 tahun = 7/30x100% = 23,4%
45-54 tahun = 6/30x100% = 20%
55-64 tahun = 6/30x100% = 20%
65-74 tahun = 2/30x100% = 6,6%

Persentasi Jenis Kelamin


Laki-laki = 14/30x100% = 46,6%
Perempuan = 16/30x100% = 53,4%

Persentasi Pendidikan
SD = 15/30x100% = 50%
SLTP = 4/30x100% = 13,4%
SLTA = 9/30x100% = 30%
SARJANA = 2/30x100% = 6,6%

Persentasi Jenis Pekerjaan


Tidak Bekerja = 20/30x100% = 66,6%
PNS = 0/30x100% = 0%
Pegawai Swasta = 3/30x100% = 10%
Wiraswasta = 7/30x100% = 23,4%

Pesentasi Obat Yang Digunakan


OAT Kategori 1 = 28/30x100% = 93,3%
OAT Kategori 2 = 2/30x100% = 6,7%
43

Lampiran 7. Distribusi Nilai r Tabel Signifikansi 1% dan 5%

Tabel Signifikansi Tabel Signifikansi


N N
1% 5% 1% 5%

1 0.985 0.929 18 0.352 0.296

2 0.881 0.770 19 0.343 0.289

3 0.776 0.663 20 0.335 0.282

4 0.695 0.590 21 0.327 0.275

5 0.634 0.536 22 0.320 0.269

6 0.586 0.495 23 0.313 0.263

7 0.548 0.462 24 0.307 0.258

8 0.516 0.434 25 0.301 0.253

9 0.489 0.411 26 0.295 0.248

10 0.465 0.392 27 0.290 0.244

11 0.445 0.375 28 0.285 0.239

12 0.427 0.630 29 0.280 0.235

13 0.411 0.346 30 0.275 0.231

14 0.397 0.334 40 0.239 0.201

15 0.384 0.323 60 0.196 0.165

16 0.373 0.310 120 0.139 0.117

17 0.362 0.305 ∞ 0.048 0.041


44

Lampiran 8. Hasil Uji Validasi dan Uji Reliabilitas Kuesioner

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100.0

a
Cases Excluded 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted

B1 25.1000 33.197 .533 .831

B2 25.3000 34.976 .432 .841

B3 25.5000 29.707 .717 .810

B4 25.5000 32.741 .490 .836

B5 25.8333 34.764 .344 .850

B6 25.5000 31.362 .613 .823

B7 25.2333 30.392 .670 .816

B8 25.7333 30.271 .687 .814

B9 25.9000 33.128 .545 .830

B10 25.1000 33.197 .533 .831

B11 25.3000 34.976 .432 .841

B12 25.5000 29.707 .717 .810


45

B13 25.5000 32.741 .490 .836

B14 25.8333 34.764 .344 .850

B15 25.5000 31.362 .613 .823

B16 25.2333 30.392 .670 .816

B17 25.7333 30.271 .687 .814

B18 25.9000 33.128 .545 .830

B19 25.5000 32.741 .490 .836

B20 25.8333 34.764 .344 .850

B21 25.5000 31.362 .613 .823

B22 25.5000 29.707 .717 .810

B23 25.5000 32.741 .490 .836

B24 25.2333 30.392 .670 .816

24 Butir Soal Valid Karena Nilai Item-Total correlation > 0,239

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.845 24

Reliable karena nilai Cronbach's Alpha 0.845 > 0,606


46

Lampiran 9. Permohonan ijin melaksanakan penelitian di Puskesmas Loa Kulu


47

Lampiran 10. Ijin Penelitian Dari PKM Loa Kulu


48

Lampiran 11. Paket Obat TB Kategori I


49

Lampiran 12. Paket Obat TB Kategori II


50

RIWAYAT HIDUP

Sudiansyah lahir di Tenggarong pada tanggal 24 April 1988

dari pasangan Bapak Abdul Gafar (Almarhum) dan

Djamaliah (Almarhum). Pada tahun 1999 penulis memulai

pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 049

Tenggarong dan menamatkan pada tahun 2003. Setelah itu

penulis melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMPN 2 Mangkurawang

dan menamatkan pada tahun 2006. Selanjutnya penulis melanjutkat ke Sekolah

menengah atas di SMK Farmasi Tenggarong dan menamatkan tahun 2009.

Kemudian penulis melanjutkan lagi pendidikanpada tahun 2015 di Akademi

Farmasi Samarinda dan menamatkan pada tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai