Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

NEFROLITHIASIS

DI
S
U
S
U
N
Oleh:

Nama : Isna Musfirah


Npm : 18.11.058
Kelas : PSIK 2.2
Dosen : Ns.Rostiodertina Girsang, M.Kep

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
T.A.2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya
sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan saya,
semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari
sebelumnya.

Tak lupa ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dosen Pembimbing
atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada saya. Sehingga
saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan
Insya Allah sesuai yang diharapkan.

Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran


sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Aamiin

Binjai, 30 April 2020

Penyusun

Isna Musfirah

 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia untuk hidup.
Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki derajat kesehatan yang
optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau kelainan pada sistem perkemihan diantaranya
adalah batu nefrolitiasis atau batu ginjal. Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam
melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh.

Aktivitas system perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah
dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan memberikan
dampak yang fatal. (Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2011: 2) Penyakit yang terjadi pada sistem
perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu Nefrolitiasis. Nefrolitiasis adalah suatu keadaan
terdapatnya batu dalam saluran kemih baik dalam ginjal, ureter maupun buli-buli. Kondisi ini
memberikan gangguan pada sistem perkemihan dan memberikan masalah keperawatan pada
pasien.

Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di Indonesia
maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada
perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga dan keempat. Angka kejadian batu ginjal
berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah
sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah
pasien yang dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang. (Rully, M. Azharry.
S.2010. 52) . Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadihidronefrosis, lalu
apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadikomplikasi-komplikasi, diantaranya
adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis, avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan
gagal ginjal serta akanmengakibatkan ancaman kematian bagi penderita.

B. Rumusan Masalah

1.  Apakah yang dimaksud dengan nefrolitiasis?

2.  Apa etiologi dari nefrolitiasis?

3.  Bagaimana patofisiologi dan pathway dari nefrolitiasis?

4.  Bagaimana pemeriksaan diagnostik nefrotiliasis?

5.   Bagaiamana penatalaksanaan dari nefrolitiasis?

C. Tujuan

1.      Untuk mengetahui definisi nefrolitiasis

2.      Untuk megetahui etiologi nefrolitiasis

3.      Untuk mengetahui patofsiologi dan pahway nefrolitiasisi

4.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik nefrotiliasis

5.      Untuk mengetahui penatalaksanaan nefrolitiasis


BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi

Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran
saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di
dalam urine (Nursalam, 2011).

Menurut Sjamsuhidrajat (2004) neprolitiasis adalah batu di dalam saluran kemih


(kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan
bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa
terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih).

Mary Baradero (2009) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan
didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya
nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat
dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.

Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan
terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011). Batu ginjal adalah terbentuknya batu
dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007). Berdasarkan
definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal atau bisa disebut nefrolitiasis
adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran perkemihan karena terjadi pembentukan batu di
dalam ginjal, yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada
saluran dan proses perkemihan.

B. Etiologi

Menurut Kartika S. W. (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya batu
pada ginjal, yaitu:

1. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia
30-50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.

2. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila
jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet
banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau
terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan
pekerjaan (kurang bergerak).

Berapa penyebab lain adalah (Arif Muttaqin, 2011):

a. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan


nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu
saluran kencing.

b. Stasis obstruksi urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan


mempermudah pembentukan batu saluran kencing.

c. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak


mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya
kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran
kemih.
d. Idiopatik

C. Patofisiologi

Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca oksalat,
kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam
urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan
status cairan pasien. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari
iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala
namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar
biasa dan tak nyaman. Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang
luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter <0,5-1 cm
keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal.
Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.

Selain itu ada beberapa teori yang, membahas tentang proses pembentukan batu yaitu:

1.      Teori inti (nucleus):

2.      Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang
sudah mengalami supersaturasi.

3.      Teori matriks:

Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan kemungkinan
pengendapan kristal.

4.      Teori inhibitor kristalisasi:

Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang


rendah atau absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.

Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini tergantung dari


PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks. Terdapat
beberapa jenis batu, di antaranya :

a.       Batu kalsium

Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan permukaan halus, dapat
bercampur antara kalsium dengan fosfat. Batu kalsium sering di jumpai pada orang yang
mempunyai kadar vitamin D berlebihan atau gangguan kelenjar paratiroid. Orang
menderita kangker, stroke, atau penyakit sarkoidisis juga dapat menderita batu kalsium.
Batu kalsium dapat di sebabkan oleh:

1)      Hiperkalsiuria abortif: Gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya


absorbsi khusus yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid.

2)      Hiperkal siuria renalis: kebocoran pada ginjal

b.      Batu oksalat


Batu oksalat dapat disebabkan oleh:

1)      Primer autosomal resesif

2)      Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.

3)      Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass jejenoikal,
sindrom malabsorbsi

c.       Batu asam urat

Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh:

1)      Makanan yang banyak mengandung purin

2)      Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma

3)      Dehidrasi kronis

4)      Obat: tiazid, lazik, salisilat

d.      Batu sturvit

Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat infeksi,
terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu sistin
terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami defek absorbsi sistin.

e.       Batu Sistin

Berbentuk kristal kekuningan timbul akibat tingginya kadar sistin dalam urin. Keadan ini
terjadi pada penyakit sistinuria. Kelainan herediter yang resesif autosomal dari
pengangkutan asam amino dimembran batas sikat tubulus proksimal meliputi sistim,
arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.
D. Pemeriksaan Diagnostik

1.Jumlah batu yang sebelumnya keluar atau dikeluarkan

2.Derajat kerusakan ginjal

3.Riwayat keluarga

4. Analisa batu

5. Tanda dan gejala penyakit penyebab :

a) Hiperparatiroidisme ; keluhan batu, penyakit tulang, ulkus, pankreatitis.

b) Asidosis Tubuler Renalis ; langkah terhuyung – huyung, sakit pada tulang.

c) Sarkoidosis ; limphadenopati, eritemanodosum.

d) Sebab lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget, imobilisasi,
kelebihan vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan alkali dan penyakit khusus.

Pemeriksaan Laboratorium
1) Urinalisis
2) Hematuria
3) Piuria
4) Kristalisasi
5) Bakteriologi
6) Kerangka kerja metabolic
7) Darah
8) Urine
9) Analisa batu untuk unsur kimia dan bakteriologi
10) Status batu

Pemeriksaan Radiologi

11) Pielografi ( IVP)


12) Pieolgrafi retrograde
13) U S G
14) Tomografi
15) CT- Scan

E. Penatalaksanaan

1.      Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang
lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5-10 mg/hr.

2.      Terapi mekanik (Litotripsi)

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL.
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu
ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.

3.      Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut).
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini
bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu
tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk
mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:

a.       Pielolititomi: jika batu berada di piala ginjal

b.      Nefrolithotomi/nefrektomi: jika batu terletak didalam ginjal

c.       Ureterolitotomi: jika batu berada dalam ureter

d.      Sistolitotomi: jika batu berada di kandung kemih


F. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Dasar data pengkajian pasien


a. Anamnesis
Meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit masa  lalu, riwayat
penyakit Keluarga.
b.      Aktifitas / Istirahat.
c.       Riwayat :pekerjaan, dehidrasi, infeksi, imobilisasi
d.      Eliminasi
e.       Mual dan muntah
f.       Makan dan Minum
g.      Nyeri / rasa tidak nyaman
h.      Keluhan nyeri: Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik
nyeri, penyebaran nyeri, skala nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri
ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang
sama sebelumnya. Apakah nyeri sampai menimbulkan kokik atau tidak.
adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
j.        Respon emosi : cemas
k.      Pengetahuan tentang penyakitnya

2.      Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum :Klien biasanya lemah.  
Kesadaran Composmetis.
Adanya rasa nyeri.
Kulit :Teraba panas
Turgor kulit menurun.
Penampilan pucat.
Pernafasan : Pergerakan nafas simetris.
d.        Cardio Vaskuler :Takicardi. Irama jantung reguler.
e.         Gastro Intestinal:Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
f.         Sistem Integumen: Tampak pucat.
g.        Geneto Urinalis:Dalam BAK produksi urin tidak normal.
Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam
menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
b.                  Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka
pada ginjal.
c.                   Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya
luka pada ginjal.
d.                  Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena
adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.
e.                   Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya
penyakitnya.
f.                   Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana
dilakukan operasi
g.                  Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.
h.                  Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama
sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
i. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.
j. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika
stress muncul.
K. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat
sembuh.

2. Diagnosa
*Nyeri kronik b.d aktifitas peristaltic otot polos system kalises,peregangan dari terminal
saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal
*Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme pelvis
renalis.
*Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal untuk
mensekresi cairan.
*Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat
obstruksi  ginjal
*Kecemasan b.d prognosis pembedahan,tindakan invasive diagnotik

3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal
spasme  pelvis renalis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol /hilang dan rasa
nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil :
Skala nyeri menurun
Klien tidak gelisah
Klien dapat beristrahat dan tidur nyenyak.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri.
Rasional : mengetahui seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien.
2)     Kaji  lokasi nyeri
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus.
3)      Ajarkan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi rasa nyeri klien.
4)      Kolaborasi pemberian obat analgetik.
Rasional : menurunkan kolik uretral.
5)      Ciptakan lingkunan yang kondusif.
Rasional : meminimalkan rasa nyeri klien.

b. Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal


untuk mensekresi cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pola berkemih seperti
biasanya.
Kriteria hasil : 1) Urine ± 250 cc/BAK 6-7x/hari.
Tak mengalami tanda inflamasi
Warna urine bening kekuningan.

Intervensi:
1) Awasi pemasukan dan pengeluaran : karaktristik urine.
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi,
contoh infeksi dan pendarhan.
2)      Tentukan pola berkemih klien.
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksikabilitas saraf yang menyebabkan
sensai kebutuhan berkemih segera.
3)      Dorong meningkatkan masukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris dan dan dapat
membantu lewatnya batu.
4)      Awasi pemeriksaan laboraturium : elektrolit, BUN (Blood Ureum
Nitrogen),  kreatinin.
Rasional : peninggian  BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin dan elektrolit
mengidentifikasikan disfungsi ginjal.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan


akibat obstruksi  ginjal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Suhu normal dan warna urine tidak keruh (bening kekuningan),
urine tidak bau, leukosit menurun.
Intervensi
1) Kaji intensitas dan warna urine.
Rasional : seberapa jauh klien terkena infeksi.
2)      Observasi tanda-tanda vital klien.
Rasional : mengetahui penurunan / peningkatan suhu.
3)      Motivasi klien makan tinggi protein.
Rasional : infeksi tidak bertambah.
4)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat  antibiotik. 
Rasional : mengurangi infeksi menyebar.

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,dan
memfasilitasi koping. (Nursalam,2011)

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menentukan nilai keberhasilan yang


diperoleh dari pelaksanaan tindakan keperawtan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. (Zaidin Ali,2009)

1. Laporan bahwa nyeri berkurang

2. Output urine cukup dengan gravitasi rendah

3. Tidak demam dan urine jernih


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat,
struvit dan sistin). Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang idiopatik. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor
yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. 

B.                 Saran
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi
dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
1) Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu
saluran kemih harus dikoreksi.
2) Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua
jenis type batu
DAFTAR PUSTAKA

Handerson, M.A,. 1991. “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia


Medika Yogyakarta.

Mansjoer Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-2, Medikal


Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga,


Buku Kedokteran  EGC, Jakarta.

Nursalam, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Perkemihan, Edisi Ke-1, Salemba Medika, Jakarta.

Ali, Zaidin. 2009. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Sudoyo, Aru W. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Departemen ilmu penyakit


dalam FKUI: Jakarta.
Marco Manza Adi Putra dan Ahmad Fauzi | Nefrolitiasis

Nefrolitiasis
1 21
Ahmad Fauzi , Marco Manza Adi Putra Bagian Ortopedi, Fakultas Kedokteran, Universitas
2
Lampung Mahasiswa,Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah keadaan dimana ditemukannya batu pada ginjal. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan
Dasar Indonesia tahun 2013, salah satu penyakit ginjal yang paling sering terjadi di Indonesia adalah batu ginjal. Prevalensi
penyakit ini diperkirakan lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan. Ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan
aktivitas fisik, pola makan, serta struktur anatomis yang berbeda.Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi
oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan, sedangkan faktor ekstrinsik
yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin,pekerjaan, dan sebagainya. Nefrolitiasis
juga dapat di bedakan berdasarkan komposisi zat yang menyusunnya. Berdasarkan komposisi zat yang meyusun batu, batu
dibedakan menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat.
Angka kejadian batu kalsium paling tinggi jika dibandingkan dengan angka kejadian batu lainnya. Penatalaksanaan pasien
nefrolitiasis dapat dilakukan dengan menggunakan metode ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PNL (Percutaneus
Shockwave Litholapaxy), bedah terbuka dan terapi konservatif atau terapi ekspulsif medikamentosa (TEM).

Kata kunci : ESWL,nefrolitiasis,PNL, TEM

Nephrolithiasis
Abstract
Nephrolithiasis or kidney stone is a condition where stone is found in kidney. According to Indonesian Primary Health Riset
in 2013 , one of common kidney disease in Indonesia is kidney stone. The prevalence most commonly effects on men than
woman. This condition caused by the differentiation beetwen activity , food, and anatomy structure in men and women.
Kidney stone are formed by intrinsic and extrinsic factor. The intrinsic factor are age, gender and genetic even though
extrinsic factor are geography condition, climate , habitual eating, substance which contain in urine, job and others.
Neprolitiasis can be distinguished by composition of the substances they are calcium stones, struvit stones, uric acid stones,
cystine stone, xanthine stone, triamterene stone and silicate stone. The number of nephrolithiasis caused by calcium stone
are the highest that others. Management of kidney stone are ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PNL
(Percutaneus Shockwave Litholapaxy), surgical operation, and medicamentosa.

Keyword: ESWL, nephrolithisis, PNL,TEM

Korespondensi : Marco ManzaAdi Putra, alamat Jl. Kopi Arabika, Gedong Meneng, Bandar Lampung, HP 085279320406, e-
mail marcomanza6@gmail.com

Pendahuluan yang terlibat dalam batu ginjal yakni


Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi
salah satu penyakit ginjal, dimana terjadi jika substansi yang menyusun batu
ditemukannya batu yang mengandung terdapat dalam jumlah besar dalam urin, yaitu
komponen kristal dan matriks organik yang ketika volume urin dan kimia urin yang
merupakan penyebab terbanyak kelainan menekan pembentukan batu menurun. Pada
1
saluran kemih. proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam
Lokasi batu ginjal khas dijumpai di kaliks, urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti.
atau pelvis dan bila keluar akan terhenti dan Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat
menyumbat pada daerah ureter (batu ureter) (adhesi) di inti untuk membentuk campuran
dan kandung kemih (batu kandung kemih). batu. Proses ini dinamakan nukleasi heterogen.
Batu ginjal dapat terbentuk dari kalsium, batu Prevalensi penyakit ini diperkirakan
oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat. sebesar 7% pada perempuan dewasa dan 13%
Namun yang paling sering terjadi pada batu pada laki-laki dewasa. Empat dari lima pasien
ginjal adalah batu kalsium. adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah
2
Penyebab pasti yang membentuk batu dekade ketiga sampai ke empat .
ginjal belum diketahui, oleh karena banyak Di Indonesia sendiri, penyakit ginjal yang
faktor yang dilibatkannya. Diduga dua proses paling sering ditemui adalah gagal ginjal dan

Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |69


Marco Manza Adi Putra dan Ahmad Fauzi | Nefrolitiasis

nefrolitiasis. Prevalensi tertinggi penyakit menarik bahan-bahan yang lain sehingga


nefrolitiasis yaitu di daerah DI Yogyakarta menjadi kristal yang lebih besar. Kristal akan
(1,2%), diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa mengendap pada epitel saluran kemih dan
Tengah , dan Sulawesi Tengah masing-masing membentuk batu yang cukup besar untuk
3
(0,8%). menyumbat saluran kemih sehingga nantinya
dapat menimbulkan gejala klinis.
Isi Terdapat beberapa zat yang dikenal
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan mampu menghambat pembentukan batu.
suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih Diantaranya ion magnesium (Mg), sitrat,
batu di dalam pelvis atau kaliks dari protein Tamm Horsfall (THP) atau uromukoid,
ginjal.Secara garis besar pembentukan batu dan glikosaminoglikan. Ion magnesium
ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ternyata dapat menghambat batu karena jika
ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis berikatan dengan oksalat, akan membentuk
kelamin, dan keturunan, sedangkan faktor garam oksalat sehingga oksalat yang akan
ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim, berikatan dengan kalsium menurun. Demikian
kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam pula sitrat jika berikatan dengan ion kalsium
4 (Ca) untuk membentuk kalsium sitrat, sehingga
urin, pekerjaan, dan sebagainya.
5, 7
Faktor risiko nefrolitiasis (batu ginjal) jumlah kalsium oksalat akan menurun.
umumnya biasanya karena adanya riwayat Terdapat beberapa jenis variasi dari batu
batu di usia muda, riwayat batu pada keluarga, ginjal, yaitu:
ada penyakit asam urat, kondisi medis lokal 1. Batu Kalsium
dan sistemik, predisposisi genetik, dan Batu yang paling sering terjadi pada kasus
komposisi urin itu sendiri. Komposisi urin batu ginjal. Kandungan batu jenis ini
menentukan pembentukan batu berdasarkan terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat,
tiga faktor, berlebihnya komponen atau campuran dari kedua unsur tersebut.
pembentukan batu, jumlah komponen Faktor-faktor terbentuknya batu kalsium
penghambat pembentukan batu (seperti sitrat, adalah:
glikosaminoglikan) atau pemicu (seperti a. Hiperkalsiuri
natrium, urat). Anatomis traktus anatomis juga Terbagi menjadi hiperkalsiuri
turut menentukan kecendrungan absorbtif, hiperkalsiuri renal, dan
5.6
pembentukan batu. hiperkasiuri resorptif. Hiperkalsiuri
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya absorbtif terjadi karena adanya
terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit, peningkatan absorbsi kalsium melalui
batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu usus, hiperkalsiuri renal terjadi akibat
triamteren, dan batu silikat. adanya gangguan kemampuan
Pembentukan batu pada ginjal umumnya reabsorbsi kalsium melalu tubulus
membutuhkan keadaan supersaturasi. Namun ginjal dan hiperkalsiuri resorptif
pada urin normal, ditemukan adanya zat inhibitor terjadi karena adanya peningkatan
pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, resorpsi kalsium tulang.
terdapat zat reaktan yang dapat menginduksi b. Hiperoksaluri
pembentukan batu. Adanya hambatan aliran Merupakan eksresi oksalat urin yang
urin, kelainan bawaan pada pelvikalises, melebihi 45 gram perhari.
hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli c. Hiperurikosuria
bulineurogenik diduga ikut berperan dalam Kadar asam urat di dalam urin yang
7
proses pembentukan batu. melebihi 850mg/24 jam.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang d. Hipositraturia
tersusun oleh bahan-bahan organik maupun Sitrat yang berfungsi untuk
anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal- menghalangi ikatan kalsium dengan
kristal tersebut akan tetap berada pada posisi oksalat atau fosfat sedikit.
metastable (tetap terlarut)dalam urin jika tidak e. Hipomagnesuria
ada keadaan-keadaan yang menyebabkan Magnesium yang bertindak sebagai
presipitasi kristal. Apabila kristal mengalami penghambat timbulnya batu kalsium
presipitasi membentuk inti batu, yang kadarnya sedikit dalam tubuh.
kemudian akan mengadakan agregasi dan Penyebab tersering hipomagnesuria

Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |70


Marco Manza Adi Putra dan Ahmad Fauzi | Nefrolitiasis
adalah penyakit inflamasi usus yang
diikuti dengan gangguan malabsorbsi.
2. Batu Struvit 4. Ultrasonografi (USG) dapat melihat semua
Batu yang terbentuk akibat adanya infeksi jenis batu.
saluran kemih.
5. CT Urografi tanpa kontras adalah standar
3. Batu Asam Urat baku untuk melihat adanya batu di traktus
Biasanya diderita pada pasien-pasien 5
urinarius.
penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, Tujuan utama tatalaksana pada pasien
pasien yang mendapatkan terapi anti nefrolitiasis adalah mengatasi nyeri,
kanker, dan yang banyak menggunakan menghilangkan batu yang sudah ada, dan
obat urikosurik seperti sulfinpirazon, mencegah terjadinya pembentukan batu yang
thiazid, dan salisilat. berulang.
4. Batu Jenis Lain
1. ESWL (Extracorporeal Shockwave
Batu sistin, batu xanthine, batu Lithotripsy)
triamteran, dan batu silikat sangat jarang
5 Alat ini ditemukan pertama kali pada
dijumpai. tahun 1980 oleh Caussy. Bekerja dengan
Berdasarkan penelitian Martha di RSUP menggunakan gelombang kejut yang
Prof Dr.R.D. Kandou Manado dengan dihasilkan di luar tubuh untuk
menggunakan 35 orang sample, didapatkan menghancurkan batu di dalam tubuh.
jumlah penderita dengan lokasi batu di pielum Batu akan dipecah menjadi bagian-bagian
adalah 30 penderita ( 85,75%), lokasi batu di yang kecil sehingga mudah dikeluarkan
kaliks adalah 2 penderita (5,7%), dan lokasi 11
8
melalui saluran kemih
batu di pelviokaliks adalah 3 penderita (8,7%). ESWLdianggap sebagai
pengobatancukup berhasiluntuk
Tabel 1. Lokasi batu batuginjalberukuranmenengahdanuntukb
Letak N % atuginjal berukuran lebihdari20-
Pielum 30 85,75
30mmpada pasienyang lebih
Kaliks 2 5,7
Pelviokaliks 3 8,7 memilihESWL, asalkan mereka
Total 35 100 menerimaperawatanberpotensi lebih.
2. PCNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
Merupakan salah satu tindakan
Penderita nefrolitiasis sering endourologi untuk mengeluarkan batu
mendapatkan keluhan rasa nyeri pada yang berada di saluran ginjal dengan cara
pinggang ke arah bawah dan depan. Nyeri memasukan alat endoskopi ke dalam
dapat bersifat kolik atau non kolik. Nyeri dapat kalises melalui insisi pada kulit. Batu
menetap dan terasa sangat hebat. Mual dan kemudian dikeluarkan atau dipecah
muntah sering hadir, namun demam jarang di terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
jumpai pada penderita. Dapat juga muncul kecil.
5, 9
adanya bruto atau mikrohematuria. AsosiasiEropaPedomanUrologitentangurol
Selain dari keluhan khas yang didapatkan ithiasismerekomendasikanPNLsebagaipen
pada penderita nefrolitiasis, ada beberapa hal gobatan utama untukbatuginjalberukuran
yang harus dievaluasi untuk menegakkan >20mm, sementaraESWLlebih
diagnosis, yaitu: disukaisebagailini
1. Evaluasi skrining yang terdiri dari sejarah keduapengobatan,karenaESWLsering
rinci medis dan makanan, kimia darah, dan membutuhkanbeberapa perawatan, dan
10
urin pada pasien. memilikirisikoobstruksiureter, serta
2. Foto Rontgen Abdomen yang digunakan kebutuhan adanyaprosedurtambahan. Ini
untuk melihat adanya kemungkinan batu adalah alasan utama untuk
radio-opak. merekomendasikan bahwa PNL adalah
3. Pielografi Intra Vena yang bertujuan baris pertama untuk mengobati pasien
melihat keadaan anatomi dan fungsi ginjal. nefrolitias.
12
Pemeriksaan ini dapat terlihat batu yang 3. Bedah terbuka
bersifat radiolusen.
Untuk pelayanan kesehatan yang
belum memiliki fasilitas PNL dan ESWL,
tindakan yang dapat dilakukan melalui
bedah terbuka. Pembedahan terbuka itu

Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |71


Marco Manza Adi Putra dan Ahmad Fauzi | Nefrolitiasis antara lain pielolitotomiataunefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal.
4. Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif
Medikamentosa (TEM)
Terapi dengan mengunakan ini dapat dilakukan dengan metode ESWL
medikamentosa ini ditujukan pada kasus (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PCNL
dengan batu yang ukuranya masih kurang (Percutaneus Nephro Litholapaxy), bedah
dari 5mm, dapat juga diberikan pada terbuka dan terapi konservatif atau terapi
pasien yang belum memiliki indikasi ekspulsif medikamentosa (TEM).
pengeluaran batu secara aktif. Terapi
konservatif terdiri dari peningkatan Simpulan
asupan minum dan pemberian diuretik; Nefrolitiasis merupakan salah satu
pemberian nifedipin atau agen alfa- penyakit ginjal, yaitu ditemukannya batu yang
blocker, seperti tamsulosin; manajemen mengandung komponen kristal dan matriks
rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik,
organik. Nefrolitiasis berdasarkan
dapat dilakukan dengan pemberian
komposisinya terbagi menjadi batu kalsium,
simpatolitik, atau antiprostaglandin,
batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu
analgesik; pemantauan berkala setiap 1-
xanthine, batu triamteren, dan batu silikat.
14 hari sekali selama 6 minggu untuk Batu kalsium merupakan kejadian yang paling
menilai posisi batu dan derajat banyak terjadi.
6
hidronefrosis.
Komplikasi pada nefrolitiasis bedakan Daftar Pustaka
menjadi komplikasi akut dan komplikasi jangka 1. Hanley JM, Saigal CS, Scales CD, Smith AC.
panjang. Prevalences of kidney stone in the United
1. Komplikasi Akut States. Journal European Association of
Kematian, kehilangan fungsi ginjal, Urology[internet]. 2012[diakses tanggal 28
kebutuhan transfusi dan tambahan invensi Oktober 2015]; 62(1):160-5.Tersedia dari:
sekunder yang tidak direncanakan. http://journal.unnes.ac.id/index.php/kem
2. Komplikasi Jangka Panjang as
Striktura, obstruksi, hidronefrotis, 2. HTAI. Penggunaan extracorporeal
berlanjut dangan atau tanpa pionefrosis, shockwave lithotripsy pada batu saluran
dan berakhir dengan kegagalan faal ginjal kemih. Jakarta: Health Technology
yang terkena. Assasement Indonesia; 2005.
3. Depkes. Laporan riset kesehatan dasar
Ringkasan 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Nefrolitiasis merupakan suatu keadaan Pengembangan Kesehatan Kementerian
dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam Kesehatan Republik Indonesia;2013.
pelvis atau kaliks dari ginjal. Batu-batu ini 4. Krisna DNP. Faktor risiko kejadian penyakit
berdasarkan komposisinya dibagi menjadi batu batu ginjal di wilayah kerja Puskesmas
kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu Margasari kabupaten Tegal tahun 2010
sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri
silikat. Batu-batu ini terbentuk akibat banyak Semarang; 2011.
faktor, seperti adanya hambatan aliran urin, 5. Basuki B. Dasar-dasar urologi.Malang:
kelainan bawaan pada pelvikalises, hiperplasia Sagung seto; 2015.hlm.93-100.
prostat benigna, striktura, dan buli 6. Hasiana L, Chaidir A. Batu saluran kemih.
bulineurogenik. Dalam: Chris T, Frans L, Sonia H, Eka A,
Penyakit ini memiliki gejala yang cukup Editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
khas dengan adanya rasa nyeri di daerah keempat jilid I.Jakarta: Media Aesculapius;
pinggang ke bawah. Nyeri bersifat kolik atau 2014.hlm. 277-280.
non kolik. Nyeri dapat menetap dan terasa 7. Mochammad S. Batu saluran kemih.
sangat hebat. Mual dan muntah sering hadir, Dalam: Aru W, Bambang S,Idrus A,
namun demam jarang dijumpai pada Marcellus S, Siti S, editors. Ilmu Penyakit
penderita. Dapat juga muncul adanya bruto Dalam. Edisi kelima jilid II. Jakarta: Interna
atau mikrohematuria. Penatalaksanakan kasus Publishing; 2014. hlm. 1025-1027.
8. Martha.E.B.T. Angka kejadian batu ginjal
di RSUP Prof Dr.R.D. Kandou Manado
periode januari 2010-desember 2012. E-
clinic [internet]. 2014 [diakses tanggal 26

Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |72


Marco Manza Adi Putra dan Ahmad Fauzi | Nefrolitiasis
oktober 2015]. Tersedia dari:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ecli
nic/article/view/3722 Management-of-Kidney-Stones.pdf
9. David S. Goldfarb,MD.In the clinic 11. Anisa M, Yogesh S, Deepashri R. Salivary
nephrolithiasis.American College of gland lithotripsy: a non-invasive
Physicians [internet]. 2009 [diakses alternative. Department of Oral &
tanggal 27 oktober 2015]. Tersedia dari: Maxillofacial Surgery,Modern Dental&
https://www.med.unc.edu/medselect/res researh Centre [internet].2009[diakses
ources/course%20reading/ITC%20nephrol tanggal 28 Oktober 2015]. Tersedia dari:
ithiasis.full.pdf http://www.pjsr.org/Jan09_pdf/Dr.%20An
10. Margaret Sue, David S, Dean G, Gary isha%20Maria%20-%2010.pdf
Curhan, Cynthia J, Brian R, et al. Medical 12. Mohammed H, ahmed R. El-Nahas, Nasr
management of kidney stone: AUA El-Tabey.Percutaneus nephrolitothomi vs
guideline [internet]. USA: American extracorporeal shockwave lithrotripsy for
Urological Association; 2014 [diakses treating a 20-20 mm single renal pelvic
tanggal 28 Oktober 2015]. Tersedia dari: stone. Arab journal of Urology[internet].
https://www.auanet.org/common/pdf/ed 2015 [diakses tanggal 28 Oktober 2015];
ucation/clinical-guidance/Medical-
13(3):212-216. Tersedia
dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar
ticles/PMC4563020/
Majority | Volume 5 |
Nomor 2 | April 2016 |73

Anda mungkin juga menyukai