NEFROLITHIASIS
DI
S
U
S
U
N
Oleh:
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya
sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan saya,
semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Tak lupa ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dosen Pembimbing
atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada saya. Sehingga
saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan
Insya Allah sesuai yang diharapkan.
Penyusun
Isna Musfirah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia untuk hidup.
Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki derajat kesehatan yang
optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau kelainan pada sistem perkemihan diantaranya
adalah batu nefrolitiasis atau batu ginjal. Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam
melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh.
Aktivitas system perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah
dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan memberikan
dampak yang fatal. (Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2011: 2) Penyakit yang terjadi pada sistem
perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu Nefrolitiasis. Nefrolitiasis adalah suatu keadaan
terdapatnya batu dalam saluran kemih baik dalam ginjal, ureter maupun buli-buli. Kondisi ini
memberikan gangguan pada sistem perkemihan dan memberikan masalah keperawatan pada
pasien.
Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di Indonesia
maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada
perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga dan keempat. Angka kejadian batu ginjal
berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah
sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah
pasien yang dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang. (Rully, M. Azharry.
S.2010. 52) . Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadihidronefrosis, lalu
apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadikomplikasi-komplikasi, diantaranya
adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis, avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan
gagal ginjal serta akanmengakibatkan ancaman kematian bagi penderita.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran
saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di
dalam urine (Nursalam, 2011).
Mary Baradero (2009) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan
didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya
nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat
dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan
terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011). Batu ginjal adalah terbentuknya batu
dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007). Berdasarkan
definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal atau bisa disebut nefrolitiasis
adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran perkemihan karena terjadi pembentukan batu di
dalam ginjal, yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada
saluran dan proses perkemihan.
B. Etiologi
Menurut Kartika S. W. (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya batu
pada ginjal, yaitu:
1. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia
30-50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
2. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila
jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet
banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau
terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan
pekerjaan (kurang bergerak).
C. Patofisiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca oksalat,
kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam
urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan
status cairan pasien. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari
iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala
namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar
biasa dan tak nyaman. Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang
luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter <0,5-1 cm
keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal.
Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Selain itu ada beberapa teori yang, membahas tentang proses pembentukan batu yaitu:
2. Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang
sudah mengalami supersaturasi.
Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan kemungkinan
pengendapan kristal.
Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan permukaan halus, dapat
bercampur antara kalsium dengan fosfat. Batu kalsium sering di jumpai pada orang yang
mempunyai kadar vitamin D berlebihan atau gangguan kelenjar paratiroid. Orang
menderita kangker, stroke, atau penyakit sarkoidisis juga dapat menderita batu kalsium.
Batu kalsium dapat di sebabkan oleh:
3) Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass jejenoikal,
sindrom malabsorbsi
Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh:
Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat infeksi,
terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu sistin
terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami defek absorbsi sistin.
Berbentuk kristal kekuningan timbul akibat tingginya kadar sistin dalam urin. Keadan ini
terjadi pada penyakit sistinuria. Kelainan herediter yang resesif autosomal dari
pengangkutan asam amino dimembran batas sikat tubulus proksimal meliputi sistim,
arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.
D. Pemeriksaan Diagnostik
3.Riwayat keluarga
4. Analisa batu
d) Sebab lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget, imobilisasi,
kelebihan vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan alkali dan penyakit khusus.
Pemeriksaan Laboratorium
1) Urinalisis
2) Hematuria
3) Piuria
4) Kristalisasi
5) Bakteriologi
6) Kerangka kerja metabolic
7) Darah
8) Urine
9) Analisa batu untuk unsur kimia dan bakteriologi
10) Status batu
Pemeriksaan Radiologi
E. Penatalaksanaan
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang
lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5-10 mg/hr.
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL.
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu
ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut).
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini
bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu
tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk
mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1. Pengkajian
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum :Klien biasanya lemah.
Kesadaran Composmetis.
Adanya rasa nyeri.
Kulit :Teraba panas
Turgor kulit menurun.
Penampilan pucat.
Pernafasan : Pergerakan nafas simetris.
d. Cardio Vaskuler :Takicardi. Irama jantung reguler.
e. Gastro Intestinal:Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
f. Sistem Integumen: Tampak pucat.
g. Geneto Urinalis:Dalam BAK produksi urin tidak normal.
Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam
menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka
pada ginjal.
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya
luka pada ginjal.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena
adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya
penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana
dilakukan operasi
g. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.
h. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama
sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
i. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.
j. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika
stress muncul.
K. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat
sembuh.
2. Diagnosa
*Nyeri kronik b.d aktifitas peristaltic otot polos system kalises,peregangan dari terminal
saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal
*Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme pelvis
renalis.
*Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal untuk
mensekresi cairan.
*Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat
obstruksi ginjal
*Kecemasan b.d prognosis pembedahan,tindakan invasive diagnotik
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal
spasme pelvis renalis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol /hilang dan rasa
nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil :
Skala nyeri menurun
Klien tidak gelisah
Klien dapat beristrahat dan tidur nyenyak.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri.
Rasional : mengetahui seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien.
2) Kaji lokasi nyeri
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus.
3) Ajarkan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi rasa nyeri klien.
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik.
Rasional : menurunkan kolik uretral.
5) Ciptakan lingkunan yang kondusif.
Rasional : meminimalkan rasa nyeri klien.
Intervensi:
1) Awasi pemasukan dan pengeluaran : karaktristik urine.
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi,
contoh infeksi dan pendarhan.
2) Tentukan pola berkemih klien.
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksikabilitas saraf yang menyebabkan
sensai kebutuhan berkemih segera.
3) Dorong meningkatkan masukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris dan dan dapat
membantu lewatnya batu.
4) Awasi pemeriksaan laboraturium : elektrolit, BUN (Blood Ureum
Nitrogen), kreatinin.
Rasional : peninggian BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin dan elektrolit
mengidentifikasikan disfungsi ginjal.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,dan
memfasilitasi koping. (Nursalam,2011)
5. Evaluasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat,
struvit dan sistin). Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang idiopatik. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor
yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.
B. Saran
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi
dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
1) Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu
saluran kemih harus dikoreksi.
2) Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua
jenis type batu
DAFTAR PUSTAKA
Nefrolitiasis
1 21
Ahmad Fauzi , Marco Manza Adi Putra Bagian Ortopedi, Fakultas Kedokteran, Universitas
2
Lampung Mahasiswa,Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah keadaan dimana ditemukannya batu pada ginjal. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan
Dasar Indonesia tahun 2013, salah satu penyakit ginjal yang paling sering terjadi di Indonesia adalah batu ginjal. Prevalensi
penyakit ini diperkirakan lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan. Ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan
aktivitas fisik, pola makan, serta struktur anatomis yang berbeda.Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi
oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan, sedangkan faktor ekstrinsik
yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin,pekerjaan, dan sebagainya. Nefrolitiasis
juga dapat di bedakan berdasarkan komposisi zat yang menyusunnya. Berdasarkan komposisi zat yang meyusun batu, batu
dibedakan menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat.
Angka kejadian batu kalsium paling tinggi jika dibandingkan dengan angka kejadian batu lainnya. Penatalaksanaan pasien
nefrolitiasis dapat dilakukan dengan menggunakan metode ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PNL (Percutaneus
Shockwave Litholapaxy), bedah terbuka dan terapi konservatif atau terapi ekspulsif medikamentosa (TEM).
Nephrolithiasis
Abstract
Nephrolithiasis or kidney stone is a condition where stone is found in kidney. According to Indonesian Primary Health Riset
in 2013 , one of common kidney disease in Indonesia is kidney stone. The prevalence most commonly effects on men than
woman. This condition caused by the differentiation beetwen activity , food, and anatomy structure in men and women.
Kidney stone are formed by intrinsic and extrinsic factor. The intrinsic factor are age, gender and genetic even though
extrinsic factor are geography condition, climate , habitual eating, substance which contain in urine, job and others.
Neprolitiasis can be distinguished by composition of the substances they are calcium stones, struvit stones, uric acid stones,
cystine stone, xanthine stone, triamterene stone and silicate stone. The number of nephrolithiasis caused by calcium stone
are the highest that others. Management of kidney stone are ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PNL
(Percutaneus Shockwave Litholapaxy), surgical operation, and medicamentosa.
Korespondensi : Marco ManzaAdi Putra, alamat Jl. Kopi Arabika, Gedong Meneng, Bandar Lampung, HP 085279320406, e-
mail marcomanza6@gmail.com