Tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah kegawatdaruratan II yang di ampu oleh
Disusun Oleh :
BANYUWANGI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-
nya yang dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat melaksanakan tugas membuat
makalah ini.
Tujuan membuat makalah ini guna melengkapi salah satu tugas mata kuliah Gawat
Darurat II. Disamping itu juga menambah pengetahuan tentang penanganan kegawatan dan
Asuhan Keperawatan kegawatan pada klien syok anafilaktik yang di ampu oleh Ns. Riyan
D.P,. M.Kep.
Kami yakin bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan dan
kekliruan. Maka dari itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca
semua
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan yang pesat dalam penemuan, penelitian dan produksi obat untuk
diagnosis, pengobatan dan pencegahan telah menimbulkan reaksi obat yang tidak
dikehendaki yang disebut sebagai efek samping. Reaksi tersebut tidak saja menimbulkan
maut juga. Hipokalemi, intoksikasi digitalis, keracunan aminofilin dan reaksi anafilaktik
alergi obat, mengantuk karena pemakaian antihistamin merupakan contoh lain reaksi efek
samping yang ringan. Diperkirakan efek samping terjadi pada 6 sampai 15% pasien yang
dirawat di rumah sakit, sedangkan alergi obat berkisar antara 6-10% dari efek samping.
40-60% disebabkan oeh gigitaan serangga, 20-40% disebabkan oleh zat kontrasradiografi,
Syok anafilaktik merupakan bentuk terberat dari reaksi obat. Anafilaktis memang
jarang dijumpai, tetapi paling tidak dilaporkan lebih dari 500 kematian terjadi setiap
merupakan reaksi yang fatal pada 0,002 % pemakaian. Selanjutnya penyebab reaksi
anafilaktoik yang tersering adalah pemekaian media kontras untuk pemeriksaan radiologi.
Media kontraksi menyebabkan reaksi yang mengancam nyawa pada 0,1 % dan reaksi
yang fatal terjadi antara 1 : 10.000 dan 1 : 50.000 prosedur intravena. Kasus kematian
Kematian karena uji kulit dan imunoterapi juga pernah dilaporkan 6 kasus kematian
karena uji kulit dan 24 kasus imunoterapi terjadi selama tahun 1959 – 1984. Penelitian
berbahaya. Oleh karena itu kewaspadaan dan kesiapan menghadapai keadaan tersebut
sangat diperlukan. Berangkat dari insiden tersebut, penulis merasa tertarik untuk
membahas lebih lanjut tentang syok anafilaktik dengan tujuan agar mahasiswa pun
pembaca mengetahui tentang konsep teori dari anafilaksis dan menerapkan asuhan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut,menyeluruh dan bisa
menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami
sensitisasi akibat pemaparan terhadap suatu alergen. ( Brunner dan Suddarth.2001).
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak terjadi pada
pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I ,
dimana terjadi pelepasan mediator kimia dari sel mast yang mengakibatkanvasodilatasi
massif, peningkatan permeabilitas kapiler, dan penurunan peristaltic. Anafilaksis adalah
suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut,berat dan menyerang berbagai macam
organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas tipecepat
(reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara antigenspesifik dan antibodi spesifik
(IgE) yang terikat pada sel mast. Sel mast dan basofil akan mengeluarkan mediator yang
mempunyaiefek farmakologik terhadap berbagai macam organ tersebut. (Suzanne C.
Smeltze, 2001)
Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan
kedua atau pada pemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini terjadi
secara tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh. (Pearce C, Evelyn.2009).
2.2 Etiologi
Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen. Penyebab yang
sering ditemukan adalah :
a. Gigitan/sengatan serangga.
b. Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin).
c. Alergi makanan
d. Alergi obat, Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkan anafilaksis.
Anafilaksis mulai terjadi ketika alergen masuk ke dalam alirandarah dan bereaksi
dengan antibodi IgE. Reaksi ini merangsang sel-sel untuk melepaskan histamin dan zat
lainnya yang terlibat dalam reaksi peradangan kekebalan. Beberapa jenis obat-
obatan(misalnya polymyxin, morfin, zat warna untuk rontgen), pada pemaparan pertama
bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksiyang menyerupai anafilaksis). Hal ini
biasanya merupakan reaksi idiosinkratik atau reaksi racun dan bukan merupakan
mekanisme sistem kekebalan seperti yang terjadi pada anafilaksis sesungguhnya.
2.4 Patofisiologi
Bila suatu alergen spesifik disuntikkan langsung kedalam sirkulasi darah maka
alergen dapat bereaksi pada tempat yang luas diseluruh tubuh dengan adanya basofil
dalam darah dan sel mast yang segera berlokasi diluar pembuluh darah kecil, jika telah
disensitisasi oleh perlekatan reagin Ig E menyebabkan terjadi anafilaksis.
Histamin yang dilepaskan dalam sirkulasi menimbulkan vasodilatasi perifer
menyeluruh, peningkatan permebilitas kapiler menyebabkan terjadi kehilangan banyak
plasma dari sirkulasi maka dalam beberapa menit dapat meninggal akibat syok sirkulasi.
Histamin yang dilepaskan akan menimbulkan vasodilatasi yang menginduksi
timbulnya red flare (kemerahan) dan peningkatan permeabilitas kapiler setempat
sehingga terjadi pembengkakan pada area yang berbatas jelas (disebut hives). Urtikaria
muncul akibat masuknya antigen kearea kulit yang spesifik dan menimbulkan reaksi
setempat.
Histamin yang dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi menyebabkan dilatasi
pembuluh darah setempat terjadi peningkatan tekanan kapiler dan peningkatan
permeabilitas kapiler menimbulkan kebocoran cairan yang cepat dalam hidug
menyebabkan dinding mukosa hidung bengkak dan bersekresi.
2.5 Pathway
Allergen
(Antibiotik, makanan, bisa binatang, lateks )
Reaksi antibody
SYOK ANAFILAKTIK
Kekurangan volume
cairan
2.6 KOMPLIKASI
a. Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.
b. Bronkospasme persisten.
c. Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian).
d. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
e. Kerusakan otak permanen akibat syok.
f. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan
2.8 PENATALAKSANAAN
a. Memerlukan tindakan cepat, diutamakan dengan pemberian adrenalin sesegera
mungkin
b. Penanganan utama
1) Hentikan antigen penyebab, veri antihistamin
2) Baringkan pasien dengan posisi tungkai / kaki lebih tinggi dari kepala
3) Pemberian adrenalin 1:1000 ( 1mg / ml )
4) Segera diberi IM dosis 0,3-0,5 ml pada otot deltoideus ( anak 0,01 mg/ kg
BB ) dapat diulang tiap 5 menit
5) Pemberian adrenalin iv bila tidak ada respon pemberian dengan IM atau
terjadi kegagalan sirkulasi dan syok dosis 0,5 ml. Adrenalin 1:1000
diencerkan dalam 10 ml larutan dan diberikan selama 10 menit
6) Pasang infus untuk mengatasi hipovolemia dan tanda kolaps vaskuler
7) Bebaskan jalan nafas kalau perlu pasang intubasi endotrakeal
8) Pemberian oksigen 5-10 lt/mt, bila perlu bantuan pernafasan
c. Pengobatan tambahan
1) Antihistamin : dipenhidramin iv 50 mg pelan ( 5-10 menit ) diulangtiap 6
jamselama 48 jam
2) Kortikosteroid : untuk mencegah reaksi berulang seperti hidrokortison
d. Tindakan dan pengobatan simptomatis
1) Apabila terjadi bronkospasme yang menetap atau tidak mempan dengan
adrenalin maka diberikan aminopillin 1v 4-7 mg/kg BB selama 10-20
menit ,bronkodilator aerosol.
2) Apabila tekanan darah tidak naik dengan pemberian cairan maka dapat
diberikan dopamin 0.3-1.2 mg/ kg BB / jam dalam larutan infus Dextrose
5%
3) Apabila ada obstruksi saluran nafas atas karena oedema maka dilakukan
intubasi dan trakeostomi.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Syok Anafilaktik
1. PENGKAJIAN
a. Primary Survey
1) Airway
Adanya rasa tercekik di daerah leher, suara serak sebab edema pada
laring. Hidung terasa gatal, bersin hingga tersumbat. serta adanya batuk,
dan bunyi mengi. Ditemukan edema pada lidah.
2) Breathing
Pada pasien syok anafilaktik ditemukan adanya batuk dan sesak napas
akibat spasme pada bronkus, bunyi stridor pada auskultasi paru.
3) Circulation
Terjadi hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T
datar, terbalik, atau tanda-tanda infark miokard. Gelisah, pusing
4) Disability
Pada pasien syok anafilaktik, akan mengalamai penurunan kesadaran.
Diakibatkan transport oksigen ke otak yg tidak mencukupi
( menurunnya curah jantung –hipotensi) yang akhirnya darah akan sulit
mencapai jaringan otak. Pasien dengan syok anafilaktik biasanya terjadi
gelisah dan kejang.
5) Exposure
Kaji kelainan kulit seperti urtikaria dibagian ekstremitas.
b. Secondary Survey
1) Anamnesa / wawancara
Anamnesis meliputi identitas pasien dan penanggung jawab, riwayat
kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah dialami.
2) Keluhan Utama
Klien dengan syok anafilaktik mempunyai keluhan utama yaitu terjadi
penurunan kesadaran.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan reaksi anafilaksis ditemukan gejala awal dengan rasa
gatal dan panas. Biasanya selalu disertai dengan gejala sistemik misal
dispnea, mual, kulit sianosis, kejang. Anamnesa yang tepat dapat
memperkecil gejala sistemik sebelum berlanjut pada fase yang lebih
parah/gejala sistemik berat.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap sesuatu. Pernahkah
klien mengalami hal yang sama saat setelah kontak dengan alergen
misal, obat-abatan, makanan, atau kontak dengan hewan tertentu.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah salah satu dari anggota keluarga pernah mengalami alergi.
Punyakah keluarga riwayat penyakit alergi lain misal, asma.
6) Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Kardiovaskuler
Pusing, pingsan, takikardia, hipotensi, syok
b. Sistem Respirasi
Batuk, wheezing, dispnea
c. Sistem neurologi
Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah
rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah
sampai tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan
sampai yakin bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan.
d. Sistem Saluran Cerna
Mual dan Muntah, kram, kembung, dan diare
e. Sistem Saluran Kencing
Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien
dewasa adalah 60 ml/jam (1/5–1 ml/kg/jam).
f. Sistem integumen
Eritema, urtikaria, angioedem
7) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi : darah (Hb, hematokrit, leukosit, golongan darah),
kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah. Hitung
sel meningkat, Hemokonsentrasi, trombositopenia, eosinophilia
naik/ normal / turun
Kimia: Plasma Histamin meningkat, sereum triptaase
meningkat
Analisa gas darah
Radiologi
X foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena
mukus, plug.
EKG : Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia
c. Pengelompokan data
1) Data subjektif :
a) Klien mengatakan sesak nafas atau sulit dalam bernafas
b) Klien mengatakan dirinya sangat lemas
c) Klien mengeluh mual dan muntah
d) Klien mengatakan cemas dan gelisah
e) Klien mengatakan gatal – gatal pada kulit dan hidung
2) Data objektif :
a) Klien tampak sesak, tampak bernafas dengan mulut, tampak
pembengkakan pada mukosa hidung,tampak penggunaan otot bantu
nafas, pernafasan cuping hidung, terpasang oksigen
b) Tampak bengkak di sekitar tubuh dan hidung klien
c) Klien tampak pucat, akral dingin, gambaran EKG gelombang T
mendatar dan terbalik
d) Tanda – tanda vital terutama tekanan darah menurun
e) Klien tampak lemah
f) Klien tampak cemas
g) Klien tampak menggaruk – garuk badannya, tampak adanya
pruritus (ada hives) urtikaria
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d mukus dalam jumlah berlebihan
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi darah ke
perifer darah ditandai dengan penurunan kardiak output (penurunan nadi
dan tekanan darah).
c. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
d. Penurunan curah jantung b/d perubahan irama
Diagnosa Kriteria Hasil
Intervensi (NIC)
No (NANDA) (NOC)
1 Ketidakefektifan Status Manajemen jalan napas
bersihan jalan nafas Pernapasan: Aktivitas :
berhubungan Kepatenan Jalan - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
dengan mukus Napas atau jaw thrust bila perlu.
dalam jumlah Status - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
berlebihan. Pernapasan: - Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
Batasan Ventilasi suctioning.
karakteristik : - Informasikan pada klien dan keluarga
- Suara nafas tentang suctioning
tambahan - Berikan O2 dengan menggunakan nasal
- Sianosis untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
- Sputum dalam - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
jumlah yang ventilasi
berlebih - Kolaborasi pemberian bronkodilator bila
- Gelisah perlu.
- Perubahan
frekuensi dan
irama nafas
- Dispneu
Ny. M berusia 49 tahun dengan BB 75kg Masuk UGD rumah sakit Sanglah. Pasien
mengalami bengkak pada wajah akibat minum 3 macam obat yang diberikan oleh dokter
praktek swasta karena keluhan sakit pada persendian. Kedua kelopak mata pasien
membengkak sehingga pandangan pasien menyempit. Disamping itu, pasien juga
mengatakan bibirnya terasa seperti tebal dan ada rasa seperti panas, dan pasien mangeluh
sesak dan terdengar suara weezing. Dari pemeriksaan TTV TD : 110/70 mmHg, RR :
26x/mnt, Suhu 36,5 C, Nadi 110x/mnt. Kesadaran composmetis.
No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis : Syok Anafilaktik
IDENTITAS
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama : Pasien mengatakan bengkak pada wajah
Mekanisme Cedera : Pasien datang ke UGD RSUD Sanglah tanggal 13 juni 2014 pukul
07.00 WITA dengan keluhan bengkak pada wajah. Pasien juga mengeluh gatal dan
kemerahan pada seluruh tubuhnya sejak beberapa jam SMRS terutama pada tangan dan
kakinya. Pasien juga mengeluh sesak nafas.Gatal tidak dirasakan pada sekitar mata atau
hidung. Gatal tidak membaik dengan garukan. Pasien mengatakan gatal dan merah-merah
muncul bersamaan. Disamping itu, pasien juga mengeluh berdebar-debar sejak subuh dan
tidak membaik dengan tidur maupun perubahan posisi.
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
AIRWAY
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing Tidak ada
Suara Nafas : Ronchi Gurgling vesikular Weezing
Keluhan Lain: ... ...
BREATHING
Gerakan dada : Simetris Asimetris
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal
Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur
Retraksi otot dada : Ada Tidak ada
Sesak Nafas : Ada Tidak Ada RR : 26x/mnt
Keluhan Lain : -
CIRCULATION
Nadi : 110x/mnt Teraba Tidak teraba
Sianosis : Ya Tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik
Pendarahan : Ya Tidak ada
Akral : Hangat Panas Dingin
TD : 110/70 mmHg
Keluhan Lain:
DISABILITY
Respon : Alert Verbal Pain Unrespon
Kesadaran : CM Delirium Somnolen ... ... ...
GCS : Eye 3 Verbal 3 Motorik 4
Pupil : Isokor Unisokor Pinpoint Medriasis
Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada
Keluhan Lain : … …
SECONDARY SURVEY
ANAMNESA
Medikasi : Pada tanggal 13 Juni 2014, pasien berobat ke dokter praktek swasta dan
mendapatkan 2 macam suntikan berwarna putih dan merah. Selain itu, pasien juga
mendapatkan obat ciprofloxacin, asam mefenamat, sumagesik, diplopyrum (efionand,
fentibutazin).
Even/Peristiwa Penyebab:
EXPOSURE
Deformitas : Ya Tidak
Contusio : Ya Tidak
Abrasi : Ya Tidak
Penetrasi : Ya Tidak
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Keluhan Lain: ......
Posisi terlentang
HISTORY
Awalnya pasien mengatakan sempat minum 3 macam obat sekitar pukul 23.00 wita yang
diberikan oleh dokter praktek swasta karena keluhan sakit pada persendian. Setelah minum
obat tersebut pasien tidur dan gelisah karena merasa gatal dan matanyaseperti membengkak.
Saat bangun tidur sekitar pukul 07.00 wita, keluarga pasien melihat wajah pasien sangat
bengkak kemudian segera melarikan pasien ke UGD rumah sakit Sanglah.Sebelumnya, pada
tanggal 13 Juni 2014 pagi, pasien juga sempat minum obat decolgen. Obat ini biasa
diminum oleh pasien apabila pasien merasa pegal, nyeri kaki, dan sakit kepala.
5. Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
6. Punggung :
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
7. Pemeriksaan Neurologis :
Fungsi Sensorik: baik
Fungsi Motorik: fleksi menarik
INSPECT POSTERIOR SURFACE
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
RONTGEN CT-SCAN USG EKG
ENDOSKOPI Lain-lain, ... ...
PEMERIKSAAN LAB
Hasil :
Penatalaksanaan :
Injeksi adrenalin 0,3 cc IM (1x)
IVFD RL 20 tpm
Metil Prednisolon 125 mg 2 x 62,5 mgIV
Diphenhidramin 2 x 10mg
Tanggal Pengkajian :
Jam :
Keterangan :
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. M
No. Register :-
1 DS: Pasien mengatakan sesak, ketika bernafas Bersihan jalan nafas Alergen
ada suara aneh
Terpapar pada sel plasma
DO:
k/u = Baik
Reaksi anti bodi
RR 26 x/menit
TD = 110/70 mmHg
Nadi = 110 x/menit Lepasnya mediator kimia
Terdapat suara tambahan nafas Weezing
Syok Anafilaktik
Spasme Bronkus
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANG TANGG
TANDA
GAL AL
DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGA
MUNC TERAT
N
UL ASI
No. Register :
No. Register :
NO T
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX T
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien :Ny. M
No. Register :
N
O
TANGGAL TANGGAL TANGGAL
D
X
O:
: k/u = Baik
RR 26 x/menit
TD = 110/70 mmHg
Nadi = 110 x/menit
Terdapat suara tambahan nafas
Weezing
P : hentikan intervensi
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Syok anafilaktik adalah syok yang terjadi secara akut yang disebabkan oleh
reasi alergi yang diperantai oleh IgE menyebabkan vasodilatasi sistemik dan
peningkatan permeabilitas vascular. Hal ini dapat disebabkan oleh reaksi obat,
makanan, serta gigitan serangga. Penatalaksaan dari syok anafilaktik mengacu
pemfokusan pada sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler. Reaksi ini
menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah, spasme pada bronkus, edema
pada laring, dan mengenai hampir diseluruh sistem. Hal inilah yang menyebabkan
syok anfilaktik masuk dalam tindakan kegawat daruratan yang harus cepat
ditangani.
4.2 Saran
Sebab gawat dan darurat adalah kondisi dimana perlu pertolongan secara cepat
dan tepat, maka dari itu penulis mengharapkan melalui makalah ini akibat fatal dari
reaksi hipersensivitas ini dapat menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, J.J., Sabbagh, M., Loiselle, C. G., Boileau, J.,& McVey, L. (2010). Intensive
and Critical Care Nursing 2010, Vol. 26, Hal. 986.
Ellis, Anne and James Day. “Diagnosis and Management of Anaphylaxis ” Canadian
Medical Association Journal 169(2003): 1-4.
Ewan,Pamela. “ABC of Allergies:Anaphylaxis” British Medical Journal 316 (1998):
1442-1445.
Janeway, C.A., Travers, P., Walport, M., Schlomchik, M. Immunobiology 6th Ed: The
Immune System in Health and Disease. New York: Garland Publishing, 2005.
Krause, Richard. 29 April 2005. Anaphylaxis. eMedicine. Accessed 24 April 2006
www.emedicine.com/emerg/topic25.htm
Lieberman P et al. “The Diagnosis and Management of Anaphylaxis:An Updated
Practice Parameter.” The Journal of Allergy and Clinical Immunology 115
(2005)483-523.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOCJilid 3. Jogjakarta: MediAction.
Rusznak, Csaba. “Anaphylaxis and Anaphylactoid Reactions: A Guide to Prevention,
Recognition, and Emergent Treatment.” Postgraduate Medicine 111 (2002): 1-4.
Sampson, Hugh. “Anaphylaxis and Emergency Treatment.” Pediatrics 111 (2003):
1601-1608.
Stern, David. 6 November 1997. Anaphylaxis:Life-Threatening Allergy. Asthma and
Allergy Information and Research. Accessed 24 April 2006 <
http://www.users.globalnet.co.uk/~aair/index.htm