PRODI S1 KEPERAWATAN
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN SYOK ANAFILAKSIS” ini
dengan baik. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah keperawatan
anak.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapat kritikan
dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan menambah wawasan bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak
terjadi pada pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi
hipersensitivitas tipe I , dimana terjadi pelepasan mediator kimia dari sel mast yang
mengakibatkanvasodilatasi massif, peningkatan permeabilitas kapiler, dan penurunan
peristaltic. Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut,berat
dan menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas tipecepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara
antigenspesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast. Sel mast dan
basofil akan mengeluarkan mediator yang mempunyaiefek farmakologik terhadap
berbagai macam organ tersebut. (Suzanne C. Smeltze, 2001)
Perkembangan yang pesat dalam penemuan, penelitian dan produksi obat
untuk diagnosis, pengobatan dan pencegahan telah pula menimbulkan reaksi obat
yang tidak dikehendaki yang disebut sebagai efek samping. Reaksi tersebut tidak saja
menimbulkan persoalan baru disamping penyakit dasarnya ,tetapi kadang membawa
maut juga. Reaksi anafilaktik merupakan salah satu contoh efek samping yang
potensial berbahaya, Anafilaktik merupakan keadaan akut yang berpotensi
mengancam jiwa dan paling sering disebabkan oleh makanan, obat-obatan, sengatan
serangga, dan lateks. Gambaran klinis anafilaktik sangat heterogen dan tidak spesifik.
Reaksi awalnya cenderung ringan membuat masyarakat tidak mewaspadai bahaya
yang akan timbul, seperti syok, gagal nafas, henti jantung, dan kematian mendadak.
2. Rumusan Masalah
a.) Apakah yang dimaksut dengan Anafilaksis ?
b.) Apa penyebab dari Anafilaksis
c.) Bagaimana manifestasi klinis dari Anafilaksis ?
d.) Bagaimana patofisiologi Anafilaksis ?
e.) Bagaimana pathway Anafilaksis ?
f.) Bagaimana komplikasi Anafilaksis ?
g.) Bagaimana pemeriksaan penunjang Anafilaksis ?
3. Tujuan
a.) Untuk mengetahui pengertian Anafilaksis
b.) Untuk mengetahui penyebab dari Anafilaksis
c.) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Anafilaksis
d.) Untuk mengetahui patofisioogi Anafilaksis
e.) Untuk mengetahui pathway Anafilaksis
f.) Untuk mengetahui komplikasi Anafilaksis
g.) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Anafilaksis
BAB II
TIJAUAN TEORI
1. Pengertian
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut,menyeluruh dan bisa
menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami
sensitisasi akibat pemaparan terhadap suatu alergen. ( Brunner dan Suddarth.2001).
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak
terjadi pada pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi
hipersensitivitas tipe I , dimana terjadi pelepasan mediator kimia dari sel mast yang
mengakibatkanvasodilatasi massif, peningkatan permeabilitas kapiler, dan penurunan
peristaltic. Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut,berat
dan menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas tipecepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara
antigenspesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast. Sel mast dan
basofil akan mengeluarkan mediator yang mempunyaiefek farmakologik terhadap
berbagai macam organ tersebut. (Suzanne C. Smeltze, 2001)
Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan kedua
atau padapemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini terjadi secara
tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh. (Pearce C, Evelyn.2009).”
2. Etiologi
3. Manifestasi klinis
Gambaran kilinis anafilaksis sangat bervariasi, baik cepatdan lamanya reaksi
maupun luas dan beratnya reaksi. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodromal baru
menjadi berat. Keluhanyang sering dijumpai pada fase permulaan adalah rasa takut,
perihdalam mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan kesemutan padatungkai, sesak, mual,
pusing, lemas dan sakit perut.
Adapun Gejala-gejala yang secara umum, bisa pula ditemuipada suatu anafilaksis adalah:
a. Gatal di seluruh tubuh
b. Hidung tersumbat
c. Kesulitan dalam bernafas
d. Batuk
e. Kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kukuf)
f. Pusing, berbicara tidak jelas
g. Denyut nadi yang berubah-ubah
h. Jantung berdebar-debar (palpitasi)
i. Mual, muntah dan kulit kemerahan
4. Patofisiologi
Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskan histamin dan zat
lainnya. Hal ini menyebabkan penyempitan saluran udara, sehingga terdengar bunyi
mengi (bengek), gangguan pernafasan dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa
nyeri perut, kram, muntah dan diare.Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah
(yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah) dan perembesan cairan dari
pembuluh darah ke dalam jaringan (yang akan menyebabkan penurunan volume darah),
sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembeske dalam kantung udara di paru-paru dan
menyebabkan edema pulmoner.
Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedema bisa cukup berat
sehingga menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan. Anafilaksis yang berlangsung
lama bisa menyebabkan aritimia jantung. Pada kepekaan yang ekstrim, penyuntikan
allergen dapat mengakibatkan kematian atau reaksi subletal.
5. Pathway
Makanan Bahan allergen (obat-obatan, gigitan serangga)
Cairan & protein hilangkedalam red flare (kemerahan) peningkatan tekanan kapiler
6. Komplikasi
a. Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.
b. Bronkospasme persisten.
c. Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian).
d. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
e. Kerusakan otak permanen akibat syok.
f. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Untuk menentukan diagnose terhadap pasien yang mengalami reaksi
anafilaksis, maka dapat dilakukan pemeriksaan darah lengkap, SGOT, LDH, ECG dan
foto paru.
a. Pada pemeriksaan Hematologi Lengkap : hitung sel meningkat hemokonsentrasi,
trombositopenia eosinofil naik/ normal/ turun
b. X photo : hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mucus plug
c. EKG : gangguan konduksi, atrial dan ventrikuler distrimia, kimia meningkat,
sereum tritaase meningkat.
Selain itu ada beberapa tes alergi yang dapat digunakan untuk memperkuat
dagnosa terhadap terjadinya rekasi anafilaktik, antara lain:
Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
a. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu,
tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di
kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan
menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan
luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila
positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal.
Syarat tes ini :
1) Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin
(obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
2) Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
g. Antihistamin
Bekerja sebagai penghambat sebagian pengaruh histamine terhadap sel target.
Antihistamin diindikasikan pada kasus reaksi yang memanjang atau bila terjadi edema
angioneurotik dan urtikaria. Difenhidramin dapat diberikan dengan dosis 1-2mg/kg
sampai 50 mg dosis tunggal i.m. Untuk anak-anak dosisnya 1mg/kg tiap 4 -6 jam.
h. Resusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paru (RJP) dilakukan apabila terdapat tanda-tanda kagagalan
sirkulasi dan pernafasan. Untuk itu tindakan RJP yang dilakukan sama seperti pada
umumnya.
i. Bilamana penderita akan dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih baik fasilitasnya,
maka sebaiknya penderita dalam keadaan stabil terlebih dahulu. Sangatlah tidak
bijaksana mengirim penderita syok anafilaksis yang belum stabil penderita akan
dengan mudah jatuh ke keadaan yang lebih buruk bahkan fatal. Saat evakuasi,
sebaiknya penderita dikawal oleh dokter dan perawat yang menguasai penanganan
kasus gawat darurat.
Penderita yang tertolong dan telah stabil jangan terlalu cepat dipulangkan karena
kemungkinan terjadinya reaksi lambat anafilaksis. Sebaiknya penderita tetap
dimonitor paling tidak untuk 12-24 jam. Untuk keperluan monitoring yang kektat dan
kontinyu ini sebaiknya penderita dirawat di Unit Perwatan Intensif. (Alirifan, 2011)
BAB III
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Seorang wanita berusia 65 tahun menelepon dokter keluarganya karena mengeluh sakit di
bahunya. Dokter menelepon ke rumah, dan memberikan 40mg diklofenak (Difene) IM pada
17.20, Dokter meninggalkan rumah. 30 menit pasca pemberian, pasien merasakan
tenggorokan mulai membengkak, timbul ruam, pusing dan lemas. Panggilan darurat dibuat
oleh pasien pada 18.00. Ambulan merespon dari basis sekitar 30 menit dari kejadian. Riwayat
Pasien mengembangkan reaksi anafilaksis terhadap diklofenak IM yang diberikan oleh dokter
keluarga 30 menit sebelumnya. Pasien pingsan di kursi berlengan, setengah sadar saat kru
ambulans tiba pada 18.25.
1. Identitas pasien
Nama : Ny. A
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : -
Agama : -
Pekerjaan :-
Status : -
MRS : -
Tanggal Pengkajian :
2. Anamnesis
- Keluhan utama : pasien merasakan tenggorokan nya bengkak
- Riwayat penyakit sekarang : Awalnya pasien mengeluh sakit dibahunya
kemudian keluarga pasien menelpon dokter kerumahnya, dan dokter memberkan
40mg diklofenak (difene). Setelah 30 menit diberikan obat tersebut pasien
merasakan tenggorokan membengkak, timbul ruam, pusing dan lemas, kemudian
keluarga pasien memanggil ambulans pada pukul 18.00 untuk dibawah ke RS,
saat ambulans datang pada pukul 18.25 pasien pingsan dikursi berlengan.
- Riwayat penyakit dahulu : pasien tidak mengalami riwayat penyakit separah ini
sebelumnya
- Riwayat pengobatan : Sebelum dibawah ambulans pasien memanggil dokter
kerumahnya kemudian diberi obat 40mg diklofenak (difene) secara IM oleh
dokter
Riwayat keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami seperti pasien
3. Pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik leher pasien tampak bengkak, timbul ruam, merasa
pusing dan lemas.
4. Analisa data
5. Diagnosa
1. Nyeri b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri
2. Gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif d.d nyeri dan kemerahan
6. Rencana keperawatan / Intervensi
2. Gangguan integritas
kulit b.d bahan kimia
iritatif d.d nyeri dan
kemerahan
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak
terjadi pada pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi
hipersensitivitas tipe I , dimana terjadi pelepasan mediator kimia dari sel mast yang
mengakibatkanvasodilatasi massif, peningkatan permeabilitas kapiler, dan penurunan
peristaltic. Gambaran klinis anafilaktik sangat heterogen dan tidak spesifik. Reaksi
awalnya cenderung ringan membuat masyarakat tidak mewaspadai bahaya yang akan
timbul, seperti syok, gagal nafas, henti jantung, dan kematian mendadak.
Saran
Pasien dengan riwayat reaksi anafilaksis harus diberikan edukasi tentang kondisi,
khusus nya dengan memperhatikan untuk mencegah faktor yang sudah diketahui
dapat mencetuskan reaksi anafilaksis pada tubuhnya. Serta tiap pasien dianjurkan
untuk memiliki dan dianjurkan cara menggunakan epineprin secara auto injeksi
(menginjeksi sendiri) dan melakukan konsultasi kepada orang lain setiap waktu.