BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AnaFilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana artinya jauh
dan phylaxis artinya perlindungan. Secara bahasa artinya adalah
menghilangkan perlindungan. (1, 2) Istilah ini pertama kali diperkenalkan
oleh Portier dan Richetpada tahun 1902 ketika memberikan dosis vaksinasi
dari anemon laut untuk keduakalinya pada seekor anjing. Hasilnya, anjing
tersebut mati mendadak.
Reaksi ini harus dibedakan dengan reaksi anafilaktoid. Gejala,terapi,
dan risiko kematiannya sama tetapi degranulasi sel mast atau basofil terjadi
tanpa keterlibatan atau mediasi dari IgE.Data yang menjelaskan jumlah
insidensi dan prevalensi dari syok dan reaksianapilaksis saat ini sangat
terbatas. Dari beberapa data yang diperoleh di Indonesia menunjukkan
sepuluh dari 1000 orang mengalami reaksi anapilaksis tiap tahunnya. Saat ini
diperkirakan setiap 1 dari 3000 pasien rumah sakit di Indonesia mengalami
reaksi anafilaksis. Sehingga, resiko mengalami kematian sebesar 1%dari
yang mengalami reaksi anapilaksis, yaitu sebesar 500-1000 kematian
yangterjadi. (Depkes. 2008)
B. Tujuan
C. Metode penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut,menyeluruh
dan bisa menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya
telah mengalami sensitisasi akibat pemaparan terhadap suatu
alergen. ( Brunner dan Suddarth.2001).
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan
mendadak terjadi pada pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan
oleh reaksi hipersensitivitas tipe I , dimana terjadi pelepasan mediator kimia
dari sel mast yang mengakibatkanvasodilatasi massif, peningkatan
permeabilitas kapiler, dan penurunan peristaltic. Anafilaksis adalah suatu
respons klinis hipersensitivitas yang akut,berat dan menyerang berbagai
macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu reaksi
hipersensitivitas tipecepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara
antigenspesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast. Sel
mast dan basofil akan mengeluarkan mediator yang mempunyaiefek
farmakologik terhadap berbagai macam organ tersebut. (Suzanne C.
Smeltze, 2001)
Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen. Pada
pemaparan kedua atau padapemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi.
Reaksi ini terjadi secara tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh
tubuh. (Pearce C, Evelyn.2009).”
B. Etiologi/Penyebab
Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai
alergen.Penyebab yang sering ditemukan adalah:
1. Gigitan/sengatan serangga.
2. Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin).
3. Alergi makanan
4. Alergi obat Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkan
anafilaksis.
Anafilaksis mulai terjadi ketika alergen masuk ke dalam alirandarah dan
bereaksi dengan antibodi IgE. Reaksi ini merangsangsel-sel untuk
melepaskan histamin dan zat lainnya yang terlibatdalam reaksi peradangan
kekebalan. Beberapa jenis obat-obatan(misalnya polymyxin, morfin, zat
warna untuk rontgen), padapemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi
anafilaktoid (reaksiyang menyerupai anafilaksis). Hal ini biasanya
merupakan reaksiidiosinkratik atau reaksi racun dan bukan merupakan
mekanismesistem kekebalan seperti yang terjadi pada
anafilaksissesungguhnya.
C. Manifestasi Klinik
Gambaran kilinis anafilaksis sangat bervariasi, baik cepatdan lamanya
reaksi maupun luas dan beratnya reaksi. Gejala dapat dimulai dengan gejala
prodromal baru menjadi berat. Keluhanyang sering dijumpai pada fase
permulaan adalah rasa takut, perihdalam mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan
kesemutan padatungkai, sesak, mual, pusing, lemas dan sakit perut.
Adapun Gejala-gejala yang secara umum, bisa pula ditemuipada suatu
anafilaksis adalah:
1. Gatal di seluruh tubuh
2. Hidung tersumbat
3. Kesulitan dalam bernafas
4. Batuk
5. Kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kukuf)
6. Pusing, berbicara tidak jelas
7. denyut nadi yang berubah-ubah
8. jantung berdebar-debar (palpitasi)
9. mual, muntah dan kulit kemerahan.
D. Patofisiologi
Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskanhistamin
dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan penyempitan saluranudara, sehingga
terdengar bunyi mengi (bengek), gangguan pernafasan;dan timbul gejala-
gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram,muntah dan
diare.Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah(yang akan
menyebabkan penurunan tekanan darah) dan perembesancairan dari
pembuluh darah ke dalam jaringan (yang akan menyebabkanpenurunan
volume darah), sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembeske dalam
kantung udara di paru-paru dan menyebabkan edema pulmoner.
Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedemabisa
cukup berat sehingga menyebabkan penyumbatan saluranpernafasan.
Anafilaksis yang berlangsung lama bisa menyebabkanaritimia jantung. Pada
kepekaan yang ekstrim, penyuntikan allergendapat mengakibatkan kematian
atau reaksi subletal dan umumnya reaksiyang
E. Pemeriksaan Fisik
· Jalan napas atas
Inspeksi : Bersin, pilek, dispneu.
Palpasi : edema laring,edema lidah dan faring
Auskultasi : ronchi
· Jalan napas bawah
Inspeksi : Dispnu, emfisema akut, asma, bronkospasme.
· GIT
Peningkatan peristaltik, muntah, disfagia, mual, kejang perut, diare.
· Susunan saraf pusat
Gelisah, kejang
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium diperlukan karena sangat membantu
menentukan diagnosis, memantau keadaan awal, dan beberapa pemeriksaan
digunakan untuk memonitor hasil pengbatan serta mendeteksi komplikasi
lanjut. Hitung eosinofil darah tepi dapat normal atau meningkat, demikian
halnya dengan IgE total sering kali menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan
ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari
suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. Pemeriksaan lain yang
lebih bermakna yaitu IgE spesifik dengan RAST (radio-immunosorbent test)
atau ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay test), namun memerlukan
biaya yang mahal.
G. Pengobatan
Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukanpenanganan
segera. Bila perlu, segera lakukan resusitasi kardiopulmonal,intubasi
endotrakeal (pemasangan selang melalui hidung atau mulut kesaluran
pernafasan) atau trakeostomi/krikotirotomi (pembuatan lubang ditrakea
untuk membantu pernafasan).
H. Komplikasi
1. Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.
2. Bronkospasme persisten.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Nama Perawat :
Tanggal Pengkajian :
Ruang Perawatan :
Jam Pengkajian ` :
Tanggal Masuk :
a. Biodata
1) Klien
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Diagnosa Medis :
2) Penanggung Jawab
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Hubungan dengan klien :
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
d. Nutrisi
f. Oksigenasi
g. Eliminasi fekal/bowel
h. Eliminasi urin
e. Pemeriksaan Fisik
1. Jalan napas atas
Inspeksi : Bersin, pilek, dispneu.
Palpasi : edema laring,edema lidah dan faring
Auskultasi : ronchi
2. Jalan napas bawah
Inspeksi : Dispnu, emfisema akut, asma, bronkospasme.
3. GIT
Peningkatan peristaltik, muntah, disfagia, mual, kejang perut,
diare.
4. Susunan saraf pusat
Gelisah, kejang
f. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot
bronkeolus .
2. Gangguan perfusi jaringan, berhubungan dengan penurunan curah
jantung dan vasodilatasi arteri.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
produksi histamine dan bradikinin oleh sel mast.
5. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan kapasitas vaskuler.
g. Perencanaan
KOLABORASI:
· Digunakn pada
perawatan lesi
kulit. Jika
digunakn slep
multi
dosis,perawatn
harus dilakuakn
untuk
menghindari
kontaminasi
silang.
5 Memenuhi Setelah MANDIRI : MANDIRI :
kebutuhan dilakukan · Catat tanda vital pasien. · Indikator dari
cairan tubuh tindakan · Catat peningkatan suhu dan volume cairan
keperawatan durasi demam. berikan kompres sirkulasi.
selama … x hangat sesuai · Meningkatkan
24 jam : indikasi, pertahankan pakaian kebutuhan
- Diharapkan tetap metabolisme dan
kebutuhan tubuh kering, pertahankan kenyamana diforesis yang
pasien terhadap n suhu lingkungan. berlebihan
cairan terpenuhi · Ukur haluan urine dan berat dihubungkan
jenis urine. dengan demam
· Pantau pemasukan oral dan dalam
memasukan cairan sediktnya meningkatkan
2500ml/hari kehilangan cairan
yang berlebihan.
· Peningkatan berat
KOLABORASI : jenis
· Berikan obat obatan sesuai urine/penuruna
indikasi misl ; antipiretik(aceta haluaran urine
minofen) menunjukan
perubaha perfusi
ginjal /volume
sirkulasi.
· Memprtahankan
keseimbangan
cairan, mengurang
i rasa haus, dan
melembabkan
membran mukosa.
KOLABORASI:
· Untuk membantu
mengurangi
demam dan respon
metabolisme,
menurunkan
cairan tak kasat
mata.
4. Evaluasi
No. Dx Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam:
Pasien mampu mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan nafas
yang paten.
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
- Kulit pasien hangat.
- Tanda vital dalam batas normal.
- Pasien sadar atau berorientasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
3. Dalam Menyelesaikan makalah ini kami banyak dapat masukan dari dosen
pembimbing kami..
4. Terimakasih atas semua dosen yang telah mengajar di sitem Imun dan
hematologi
5. Semoga makalah kami ini diterima oleh dosen yang mengajar sitem Imun
dan hematologi serta semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Posting LamaBeranda
► 2012 (8)
▼ 2013 (7)
o ► Juni (2)
o ► Juli (1)
o ▼ November (4)
asuhan keperawatan Osteoporosis
asuhan keperawatan Katarak
Pengetahuan
asuhan keperawatan anafilaksis
PROFIL SAYA PENGUNJUNG
BLOG
Lihat profil
lengkapku
73860
TWITER